STRATEGI PENYALURAN ZAKAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DALAM MENINGKATKAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KAUM DHUAFA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
SITI SYURAIDAH 206046103884
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i DAFTAR ISI…………………………………………………………………..……iv DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………….vii
BAB 1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………….............1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………….5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………..…6 D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan………………………....7 E. Kajian Pustaka…………………………………………………....9 F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep………………………….10 G. Sistematika Penelitian…………………………………………...13
BAB II
TUJUAN TEORITIS STRATEGI A. Pengertian Strategi ………….……………………………..……15 B. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah……………….....22 C. Lembaga Pemodalan Zakat…….................……………………..30 1. Urgensi Pengelolaan Zakat……………………….…………30 2. Organisasi Lembaga Pengelolaan Zakat…………………….35
iv
BAB III
PROFILE LAZ DOMPET DHUAFA REPUBLIKA A. Sejarah Singkat LAZ Dompet Dhuafa Republika………………38 B. Visi dan Misi LAZ Dompet Dhuafa Republika………………...40 C. Struktur Organisasi……………………………………………...41 D. Program-Program LAZ Dompet Dhuafa ..……………………..42 1. Program Ekonomi Pembiayaan Mikro Syariah……………..43 2. Program Sosial………………………………………………48 3. Program Pendidikan dan Dakwah…………………………..50
BAB IV
STRATEGI PENYALURAN ZAKAT PADA LAZ DOMPET DHUAFA REPUBLIKA A. Penghimpunan Dana Ziswaf pada DDR………………………...58 B. Strategi Penyaluran Zakat Terhadap UMKM Dompet Dhuafa Republika…………………………………………..…................64 C. Kendala yang di temukan dalam penyaluran zakat terhadap UMKM pada DDR………………………………………………67 D. Analisa Penulis Terhadap Strategi Penyaluran Zakat ..................67
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………………...69 B. Saran………………………………………………………….....71
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..74 LAMPIRAN v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Zakat sebagai salah satu Rukun Islam yang asasi merupakan media yang tepat untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi untuk membina ukhuwah islamiyah. Karena pada dasarnya prinsip zakat adalah harta yang mampu dibagikan kepada mustahik dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan agama. 1 Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian bahumembahu mengelola dan menggerakan semua potensi ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. 2 Ilmu ekonomi lahir bertujuan untuk membantu manusia dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dipelajari pemanfaatan suatu benda secara efektif dan efisien. Bidang keilmuan yang memperoleh pembaharuan secara memadai salah satunya adalah ekonomi yang kelak popular dengan nama ekonomi Islam. Menurut MA. Mannan “Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan perintahperintah (Injunctions) dan tata cara (rules) yang diterapkan oleh syariah yang 1
Abdullah Zaky Al-kaaf, Ekonomi Dalam Persfektif Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) cet, 1 h. 132 2
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta, Bumu Aksara, 2002), h. 1
1
2
mencegah ketidakadilan dalam penggalian dan penggunaan sumber daya material guna memenuhi kebutuhan manusia yang memungkinkan mereka melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat”.3 Sedangkan menurut A.M. Al-Assal ekonomi islam adalah cara bagaimana mengatur kehidupan perekonomian secara islami dan mempunyai prinsip saling menguntungkan, sebagaimana para ahli mendefinisikan “Ekonomi Islam merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-qur’an dan assunnah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan diatas landasan dasardasar keimanan dan moral sesuai dengan kondisi lingkunan dan masa”. 4 Secara terperinci, tujuan ekonomi islam dapat dijelaskan sebagai berikut: pertama,
kesejahteraan ekonomi
adalah tujuan ekonomi
yang
terpenting.
Kesejahteraan ini mencangkup kesejahteraan individu, masyarakat dan negara. Kedua, tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, keamanan serta sistem negara yang menjamin terlaksananya kecukupan kebutuhan dasar secara adil. Ketiga, penggunaan sumber daya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak mubazir. 5
3
M. abdul Mannan. Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, (Yogyakarta, PT. Dana Bakti Wakaf, 1995) 4
Ahmad Muhammad Al-Assal, Al-Nizam Al-Iqtisad fil al-islam. Mabaadi’uhu wa ahdafuhu, (System Ekonomi Islam, Prinsip dan Tujuannya ), terj.H.Abu Ahmadi dkk.,PT. Bina Ilmu Surabaya, 1980,h.11 5
Anas Zarqa, Islamic Economics: An Approacch to Human Welfare, dalam aidit Ghazali dan Syed Omar dalam httpnurkholis77.staff.uii.ac.idkorupsi-dan aibatnyaanalisis-perspektif-ekonomiislam di akses pada 7 November 20010
3
Potensi potensi dasar yang dianugrahkan Allah kepada ummat Islam belum dikembangkan secara optimal. Padahal ummat Islam memiliki banyak intelektual dan ulama, disamping potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah. Jika seluruh potensi itu dikembangkan secara seksama, dirangkai dengan potensi aqidah islamiyah (tauhid), tentu akan diperoleh hasil yang optimal. Pada saat yang sama, jika kemandirian, kesadaran beragama dan ukhuwah Islamiyah kaum muslimin juga makin meningkat maka pintu-pintu kemungkaran akibat kesulitan ekonomi akan makin dapat dipersempit.6 Al-Qur’an memberikan petunjuk dengan jelas dalam hal zakat, ia mendorong untuk berlomba-lomba mengerjakan amal sholeh serta menunaikan zakat. Sering kali seseorang memiliki keahlian untuk melakukan produksi namun terkendala di modal, untukl itu diperlukan lembaga keuangan yang bersedia memberikan pinjaman untuk modal usaha. Pengusaha-pengusaha yang dimiliki perusahaan yang sudah besar sangat mudah memperoleh bantuan dana dari bank, namun bagi pengusaha kecil terutama bagi kaum dhuafa yang bergerak di UMKM, memerlukan dana untuk modal sangat sulit. Kemampuan wirausaha sangat tingi, namun tidak diiringi dengan cukupnya modal dapat menghalangi seseorang berwirausahawan untuk menjalankan usahanya. Sangat disayangkan apabila hal tersebut sampai terjadi, karena lapangan pekerjaan yang seharusnya terbuka menjadi tertutup karena usaha yang tidak berjalan lagi.
6
Dompet Dhuafa Republika, Panduan Zakat Praktis, 2010
4
Aspek sosial islam ini hingga 15 abad dalam pengelolaannya sudah mengalami perubahan. Asalnya hanya sekedar bagi-bagi habis, kini melalui program pemberdayan ekonomi melalui UMKM mampu memandirikan sekaligus menjadikan mereka tidak tergantung dengan pemberian. Ini memang tujuan dari zakat, yaitu membersihkan rohani dan memberdayakan umat islam.7 Secara hakiki yang paling berkepentingan untuk membayar zakat dan atau memberi infak/sedekah adalah si pembayar zakat atau pemberi infak atau sedekah itu sendiri, yaitu para muzaki, munfik, dan musadik dalam menjalankan perintah Allah SWT demi kebaikan di dunia dan akhirat.8 Dengan demikian mayoritas penduduk Indonesia secara ideal bisa terlibat dalam mekanisme pegelolaan zakat. Apabila ini terbiasa terlaksana dalam aktifitas sehari-hari umat Islam, maka secara hipotik zakat berpotensi mempengaruhi aktifitas ekonomi secara nasional, termasuk didalamnya adalah penguatan pemberdayaan ekonomi nasional. 9 Program gerakan Zakat Untuk Bangsaku misalnya bisa dilakukan pemerintah untuk memicu semangat dan kesadaran masyarakat. Program itu tentunya disertai dengan penyuluhan ke masyarakat dan komunikasi yang efektif lewat media massa. Dengan gencarnya iklan di media massa tentang pentingnya arti zakat untuk
7
Eri Sudewo. Praktisi Zakat dan Entrepreneur, Wawancara Majalah Swadaya
8
Diakses pada 12 oktober 2010 dari http://www.bazisdki.go.id/panduan/zakat/158-hakekatpembayaran-zis 9
H. M. Djamal Doa. Membangun Ekonomi Ummat Melalui Pengelolaan Zakat Harta, (Jakarta: Nuansa Madani, 2002), cet.1, h.3
5
membantu sesama pastinya akan menggugah para muzakki. Selain itu fatwa Majlis Ulama Indonesia tentang kewajiban berzakat melalui Lembaga-lembaga Zakat dinilai juga cukup efektif untuk bisa menyadarkan ummat. Dalam menyalurkan dana zakat produktif bagi para kaum dhuafa untuk UMKM diperlukan strategi yang tepat agar DDR dapat menyalurkan dana tersebut pada usaha yang tepat dan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjasama yang dilakukan. Perkembangan yang terjadi menunjukan bahwa DDR memiliki strategi dalam melakukan aktifitasnya, dan telah menjalankan fungsinya untuk mengembangkan UMKM kaum dhuafa. Maka LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah sebuah lembaga solusi dalam penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak dan shadaqah dengan cara memberikan pembiayaan bagi kaum dhuafa untuk pemberdayaan UMKM. Terdorong dari pemikiran inilah, penulis mencoba untuk menyusun sebuah tulisan dalam bentuk skripsi dengan judul “ STRATEGI PENYALURAN ZAKAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
DALAM MENINGKATKAN USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) KAUM DHUAFA“
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Mengingat sangat luasnya pembahasan maka penulis mengarah persoalan hanya pada lembaga amil zakat dompet dhuafa republika dalam menstrategikan
6
penyaluran dana zakat produktif dan solutif. Dari pembahasan diatas, penulis mengangkat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penghimpunan dana pada Dompet Dhuafa Republika dalam menyalurkan zakat untuk meningkatkan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM)? 2. Bagaimana strategi penyaluran zakat terhadap UMKM pada Dompet Dhuafa Republika? 3. Kendala apa saja yang ditemukan dalam penyaluran zakat terhadap UMKM pada Dompet Dhuafa Republika?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah : 1.
Mengetahui konsep tentang pemberdayaan zakat produktif.
2.
Mengetahui Strategi penyaluran zakat produktif dan solutif terhadap perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kaum dhuafa.
3.
Dengan mengetahui aplikasi pendapatan dan penyaluran zakat, diharapkan dapat dipahami dan direalisasikan melalui Lembaga Amil Zakat agar teralokasi dengan efisien dan efektif. Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1.
Manfaat teoritis
: hasil ini diharapkan berguna bagi kalangan pelajar, mahasiswa dan akademisi lainnya.
7
2.
Manfaat praktis
: hasil penulisan ini diharapkan berguna bagi pelaku-pelaku ekonomi islam serta pengelola zakat agar sesuai dengan visi dan misinya.
3.
Manfaat kebijakan : hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pemerintah, khususnya BAZNAS dalam
menentukan
kebijakannya
dan
juga
pemberdayaan masyarakat du’afa.
D. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan Penelitian merupakan upaya untuk menambah dan memperluas pengetahuan, yang selain untuk menghasilkan pengetahuan yang baru sama sekali yaitu yang sebelumnya belum dikenal, juga termasuk pengumpulan keterangan baru yang bersifat memperkuat teori-teori yang sudah ada atau bahkan menyangkal teori-teori yang sudah ada. 10 Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian. Keperpustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Metode ini disebut juga dengan Triangulation Method, yaitu upaya untuk mengadakan pengecekan kebenaran data melalui cara lain atau melakukan pengumpulan data yang sama dengan menggunakan instrument lain. 11
10
Sutrisno hadi, Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi (Yogyakarta: Andi Offiset,1997). H. 40 11
Arikunco Suharsimi,.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), h.214
8
Penelitian kepustakaan dilakukan untuk mencapai pemahaman yang konprehensif tentang konsep yang akan dikaji. Bahan yang digunakan untuk kajian pustaka adalan buku-buku, majalah, surat kabar, google dan artikel-artikel yang berkaitan dan relevan dengan penelitian. Peneliti juga langsung terjun kelapangan untuk mendapatkan data hasil pengamatan lapangan atau infirmasi. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan menggunakan wawancara sebagai alat untuk mencarai data. Penulis mendatangi pihak yayasan secara langsung dan melakukan wawancara tatap muka. Sumber data yang didapat
peneliti adalah data primer
yaitu data yang
didapat langsung dari sumbernya.12 Data primer ini diperoleh dari LAZ Dompet Dhuafa Republika berupa Laporan keuangan, dokumentasi-dokumentasi seperti laporan perkembangan program ekonomi. media yang diterbitkan LAZ Dompet Dhuafa Republika serta hasil wawancara dengan divisi program ekonomi mengenai strategi penyaluran yang digunakan LAZ Dompet Dhuafa Republika dalam penggunaan dana zakat yang disalurkan, sedangkan data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, berupa keterangan yang ada hubungannya dengan penelitian yang sifatnya melengkapi atau mendukung data primer.13 Dalam penelitian ini data skunder tersebut berupa data-data yang diambil dan di dapat dari studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
12
Ibid,. h.134
13
Ibid., h. 134
9
Data yang dihasilkan merupakan data kualitatif yang akan dikembangkan oleh penulis dengan metode Deskripsi. Maksud Deskripsi yaitu untuk menggambarkan secara jelas peranan efektifitas zakat produktif dan solutif di yayasan Domprt Dhuafa Republika. Sedangkan acuan untuk teknik penulisan digunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008.
E. Kajian Pustaka Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber keperpustakaan, peneliti melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini tampaknya kurang mendapatkan perhatian dari pada peneliti, untuk tidak mengatakan belum pernah diteliti sama sekali. Fadhilah pada tahun 200714, sifat penelitian kualitatif tentang efektifitas zakat dalam meningkatkan pendapatan mustahik dan disimpulkan bahwa penyaluran zakat yang dimaksud adalah pola penyaluran zakat dalam bentuk pemberdayaan (produktif) yang disertai target terjadinya kemandirian ekonomi
bagi mustahik dan
mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi mustahik. disertai target terjadinya kemandirian ekonomi bagi mustahik dan mengupayakan adanya peningkatan pendapatan bagi mustahik.
14
Faradilla, Efektifitas Penyaluran Zakat dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahik pada LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra BSM Ummat. Skripsi Jurusan Mu’amalah Fak. Syariah & Hukum, UIN Ciputat, 2006
10
Muhammad Soleh pada tahun 2006, dengan judul penelitian “Peranan BMT dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat” adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peranan BMT center dalam meberdayakan ekonomi masyarakat, melalui BMT binaanya. Cecep Suyudi pada tahun 2008, dengan judul penelitian “Strategi Lembaga Nirlaba dalam Upaya Pemberdayaan UMKM (Study pada Lembaga Nirlaba Syariah Masyarakat Mandiri parung bogor)” adapun tujuan dari skripsi ini adalah memahami dan meneliti lebih jauh strategi yang dilembaga keuangan syariah dalam upaya pemberdayaan
UMKM
dan
untuk
mengetahui
keunggulan
strategi
yang
dikembangkan masyarakat mandiri.
F.
Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Istilah lain dari kata zakat adalah sedekah. Sedekah terbagi menjadi dua. Ada
materi serta ada yang tak berwujud. Yang awam melihat, materi mempunyai peran lebih. Bagi mereka, dengana tunaikan zakat 2,5 % selesailah tugas umat islam ke tiga. Adahal jika dikaitkan dengan kandungan kalifah fil’ard, ternyata 2,5 % itu tak cukup. Tiap orang akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya. Pemimpin bukan hanya para pejabat atau direktur saja. Pemimpin adalah minimal dia memimpin dirinya sendiri. Membawa diri sebagai pemimpin, artinya dia harus bisa memberi kebaikan dan kenyamanan bagi lingkungannya.15
15
Dompet Dhuafa Republika, Masakini Ramadhan, Edisi Special Ramadhan 1431 H
11
Sesuai penggolongannya, zakat penghasilan dihitung seperti zakat pertanian dan zakat harta (emas) sekaligus. Nishabnya setara dengan zakat pertanian, yaitu sebesar 5 ausaq atau 653 kg gabah atau setara dengan 520 kg beras, serta dikeluarkan pada saat menerima pendapatan dari hasil kerja. Kondisi ini didasarkan pada urf (tradisi) disebuah negara. Penganalogian pada zakat pertanian dilakukan karena ada kemiripan antara keduanya (al-syabah), karena penghasilan yang diterima tidak terkait antara bulan yang satu dengan yang lainnya. Dianalogikan pada zakat emas karena diterimanya dalam bentuk uang. Kadar zakat penghasilan adalah 2,5% dari pendapatan yang diterima16. Masyarakat yang terhubung batinnya antara mereka yang berkecukupan dan mereka yang membutuhkan. Itulah indahnya kepedulian yang dibingkai dalam silaturrahim dalam Islam. Secara terminologi, infak dan sedekah mengandung pengertian mengeluarkan harta untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam diluar zakat.17 Para jumhur mufasir dan ulama kontemporer juga menyepakati suatu kondisi sosial yang mewajibkan orang untuk peduli. Pada banyak riwayat dikatakan bahwa infak dan sedekah bukan mengurangi harta, bahkan sebaliknya, menjadi banyak dan berkah. Dalam hal lain juga disampaikan bahwa infak dan sedekat dapat menghindarkan orang dari bala dan kesempitan.
16 17
Diakses pada 12 oktober 2010 dari http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?x=zakat Ibid.,
12
Dilihat dari data FOZ (Forum Zakat) Indonesia menyebutkan tahun 2006, total zakat yang dihimpun LAZ dan BAZ (Badan Amil Zakat) seluruh Indonesia hanya Rp 500-an miliar. Tahun 2007S berkisar Rp 600 miliar. Himpunan total itu, tak mencapai 10% potensi terendah. 18 Ada beberapa pilar instrumen yang bisa dilihat agar pembangunan negeri berjalan baik. Pertama dari sektor pajak. Dana ini bisa sebagai instrumen fiskal. Dihimpun setiap tahun serta dianggarkan untuk tahun berikut dan digunakannya untuk operasional pemerintah,
menggaji pegawai pemerintah dan militer,
membangun infrastruktur. Kedua, sektor perbankan. Sektor ini memainkan peran penting dalam mendongkrak usaha dan perkembangan bisnis masyarakat. Maju mundurnya sebuah negara, bisa dilihat dari sehat tidaknya lembaga keuangan khususnya perbankan. Ketiga, sektor asuransi. Kehadirannya amat dibutuhkan terutama untuk menjamin agar seseorang atau keluarga mendapat jaminan hidup layak. Keempat, sektor dana pension. Dana pensiun ternyata juga jadi sumber yang besar. Dana ini pun bisa dikelola dalam usaha yang menguntungkan. Kelima, sektor dana haji. Tabung Haji Malaysia telah buktikan. Dana yang dihimpun diinvestasikan dalam usaha yang menguntungkan. Keuntungannya dipakai membayar ongkos haji. Keenam, sektor CSR (Corporate Social Responbilty). Indonesia masih mengabaikan sektor ini. Jika dana ini bisa dihimpun seperti PKBL (Program
18
http://www.FOZ Indonesia. co. id
13
Kemitraan dan Bina Lingkungan) BUMN, maka manfaatnya juga besar. Sebab dengan penyisihan dari total laba sebesar 5%, potensinya yang dihimpun amat besar. Ketujuh, sektor zakat. Untuk sektor ini pemerintah Indonesia masih setengah hati. Jangankan zakat yang cuma 2.5% dan mesti dihimpun rupiah demi rupiah. Meneg BUMN sendiri menolak membeli BUMN yang sudah dijual. Jika pemerintah serius, dana zakat jadi sumber yang bisa didulang tiap tahun. Penerima zakat sudah jelas yaitu delapan asnaf. Kedelapan, sektor sedekah atau infak. Dana ini bisa dihimpun jika program yang ditawarkan memang bisa melipatkan kebajikan, terutama didorong motivasi agama. Dan yang terakhir, kesembilan adalah sektor wakaf. Lembaga Al-Azhar Kairo Mesir jadi contoh betapa dana wakaf bisa membuat Al-Azhar Kairo hidup berabadabad lamanya. Artinya, manfaat yang bisa diberikan kepada penerima atau umat bermanfaat besar. Jutaan pelajar dan mahasiswa yang mendapat beasiswa Al-Azhar19.
G.
Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penulisan skripsi ini dibagi kedalam beberapa bab yaitu : BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini mencangkup : Latar Belakang masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Tehnik Penulisan, Kajian
19
Ahmad Sahidin. Mengatasi Kemiskinan Tak Lain Bicara Kebijakan Politik. (Wawancara) Sudewo, Erie. Sosial Entrepreneur.
14
Pustaka, Kerangka Teori dan kerangka Konsep, sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Dalam bab ini mencangkup : Strategi yang digunakan Dompet Dhuafa republika dalam menyalurkan zakat terhadap UMKM, Lembaga Pengelola Zakat. BAB III : PROFILE LAZ DOMPET DHUAFA REPUBLIKA Bab ini akan menguraikan tentang : Sejarah Pendirian , Tujuan dan Fungsi, Motto, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Akte Pendirian (Berbadan Hukum), program-program Domper Dhuafa Republika. BAB IV : STRATEGI
PENYALURAN
ZAKAT
PADA
LAZ
DOMPET DHUAFA REPUBLIKA Dalam bab ini membahas tentang : Penghimpunan dana Ziswaf pada LAZ Dompet Dhuafa Republika, Analisis strategi penyaluran zakat terhadap UMKM pada LAZ Dompet Dhuafa Republika, dan kendala yang dihadapi dalam menyalurkan zakat terhadap UMKM. BAB V
: PENUTUP Dalam Bab ini akan disebutkan kesimpulan dan saran yang di ambil setelah dilakukan pembahasan pada bab sebelumnya.
BAB II TINJAUAN TEORITIS STRATEGI
A. Pengertian Strategi Istilah strategi diawali atau bersumber dari dan popular di dunia militer. Kata strategi berasal dari kata Yunani yaitu Strategos, yang berarti jendral, militer dan gabungan kata stratus (tentara) dan ago (pemimpin.)1 Menurut Webster’s New Dictionary, strategi adalah ilmu untuk merencanakan dan mengarahkan oprasi-oprasi militer berskala besar, menggerakan pasukan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertempuran yang sebenarnya dengan musuh. 2 Sehingga penggunaan istilah strategi lebih dominant dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara atau taktik untuk memenangkan peperangan.3 Kata strategi berasal dari yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti jendral. Strategi berarti seni para jendral. 4 Dalam pembahasan kata “Strategi”sulit untuk dibantah bahwa penggunaannya dibawah atau bersumber dari dan popular di
1
Fred R.David, Manajemen Strategi, Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2004), Edisi 9, h.34 2
Ibid,
3
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003),cet 2, h. 147 4
Djaslim Saladin, Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, (Bandung, Linda Karya, 2004), h. 1
15
16
lingkungan militer. Di lingkungan tersebut penggunannya lebih dominan dalam situasi peperangan sebagai tugas seorang komandan dalam menghadapi musuh. 5 Henry Mintzberg mendefinisikan strategi sebagai 5P, yaitu: strategi sebagai perfektif, strategi sebagai posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi sebagai pola kegiatan, dan strategi sebagai “penipuan” (ploy) yaitu muslihat rahasia. Sebagai perfektif, dimana strategi dalam membentuk misi, misi menggambarkan perspektif kepada semua aktifitas. Sebagai posisi, dimana dicari pilihan untuk bersaing. Sebagai perencanaan, dalam hal strategi menentukan tujuan performasi perusahaan. Sebagai pola kegiatan, dimana dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu umpan balik dan penyesuaian. Dari berbagai pengertian dan devinisi mengenai strategi, secara umum dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah suatu seni. Walaupun diadakan suatu analisis peralatan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi, tetapi proses perumusan strategi tetap lebih banyak didominasi oleh pemikiran instuisi, perasaan, persepsi dan pendapat individu.6 Seiring dengan perkembangan zaman dan pola pikir manusia, strategi militer sering kali diadopsi dan diterapkan dalam lembag aprofit ataupun non profit. Banyak terdapat kesamaan atau kemiripan antara strategi bisnis atau non bisnis dengan strategi militer. Diantaranya profit atau non profit maupun militer berusaha untuk menggunakan kekuatan-kekuatan mereka sendiri dalam menggempur kelemahan lawan. Seperti yang diungkapkan Carl Von Clausewitz 1780-1831 bahwa “Strategi 5
Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, (Gjah Mada University Press, 2003), Cet. 2, h. 147
6
Sukristono, Perencanaan Strategi Bank, (Jakarta: PT Dhasa Warna, 1992), h. 335
17
terbaik selalu menjadi amat kuat, mula-mula secara umum kemudian dengan tujuan tertentu tidak ada hukum yang lebih jelas dan lebih sederhana untuk strategi menyatukan kekuatan”. 7 Memang sangat jelas pengertian tentang strategi di atas, namun perlu dispesifikasikan dan di rumuskan tentang pengertian strategi yang mengarah ke bidang bisnis atau non bisnis, berikut dibawah ini berupa pengertianstrategi bisnis atau non bisnis: 1.
Strategi merupakan suatu upaya bagaimana tujuan-tujuan perencanaan dapat dicapai dengan mempergunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh suatu lembaga atau perusahaan disamping diusahakan pula untuk mengatasi kesulitan-kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada.8
2.
Strategi merupakan seperangkat tujuan dan rencana tindakan yang spesifik, yang apabila dicapai akan memberikan suatu keunggulan kompetititf yang diharapkan. 9
3.
Strategi merupakan alat untuk mencapai perubahan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. 10
7
Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran gelobal, Terjemahan Alexander Sindoro & Tanty Syahlena tarigan, MM., (Jakarta, PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003), Edisi 6, h 1 8
Veitzhal Rivai, MBA, dkk., Credit Management Hand Book : Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir&Nasabah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Edisi 1, h. 150 9
Blocher, dkk., Manajemen Biaya, Terjemahan Dra A. Susty Ambarriani, M. Si., (Jakarta Salemba Empat, 2000), h.3
18
Strategi saja tidak cukup, dibutuhkan pengaturan atau manajemen yang memungkinkan perusahan atau lembaga mencapain tujuannya. Manajemen strategilah yang lebih tepat supaya strategi-strategi perusahaan atau lembaga dapat terlaksana dengan baik. Manajemen strategi sendiri adalah perencanaan berskala besar (disebut perencanaan strategis) yang berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI), yang diterapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan suatu (perencanaan oprasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut tujuan strategi dan berbagai sasaran tujuan oprasional organisasi).11 Pengertian yang cukup luas ini menunjukan bahwa manajemen strategi merupakan suatu system yang sebagai satu kesatuan memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, dan bergerak secara serentak (bersama-sama) kearah yang sama pula, sebagaimana dijelaskan dalam bagan berikut ini:12
10
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membadah Kasus Bisnis, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet 12, h.3 11
Hadari Nawawi, Op. Cit. h 149-152
12
Ibid.,
19
Dari pengertian yang diuraikan dapat disimpulkan beberapa karakteristiknya sebagai berikut : 1. Manjemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaan berskala besar dalam arti mencangkup seluruh komponen di lingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk rencana strategis (RENSTRA) yang dijabarkan menjadi perencanaan oprasional (RENOP), yang kemudian dijabarkan pula dalam program kerja dan proyek tahunan. Rencana strategis berorientasi pada jangkaun masa depan, untuk organisasi profit kurang lebih sampai 10 tahun mendatang, sedang untuk organisasi non profit khususnya dibidang pemerintahan untuk satu generasi, kurang lebih untuk 25-30 tahun. 2. VISI MISI, pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk (utama), dan tujuan organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi (RENSTRA), namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat di dalamnya. 3. RENRA dijabarkan menjadi rencana oprasional yang antara lain berisi program-program oprasional termasuk proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing, juga sebagai keputusan manajemen puncak. 4. Penentapan RENTRA dan RENOP harus melibatkan manajemen puncak karena sifatnya sangat mendasar atau prinsipil dalam melaksanakan
20
seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk jangka panjang. 5. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyekproyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-fungsi
manajemen
yang
mencangkup
pengorganisasian,
pelaksanaan (actuating), penganggaran dan control.13 Fungsi manajemen strategi adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengurangi ketidakpastian dan kekomplekan dalam menyusun perencanaan sebagai fungsi manajemen dan dalam proses pekerjaan dengan menggunakan semua sumber daya yang ada secara nyata dimiliki melalui proses yang terintegrasi dengan fungsi manajemen lainnya dan dapat dinilai hasilnya berdasarkan tujuan organisasi. 2. Sebagai paradigma baru di lingkungan organisasi non profit, dapat mendorong
perilaku proaktif semua pihak untu ikut serta posisi
wewenang dan tanggung jawab masing-masing. 3. Sebagai sarana dalam mengkomunikasikan gagasan, kreatifitas, prakasa, inovasi dan informasi baru serta cara merespon perubahan dan perkembangan lingkungan operasional pada semua pihak sesuai wewenang dan tanggung jawabnya. 14
13
Ibid.,
14
Ibid., h. 183
21
Di dalam proses manajemen strategi terdapat tahap-tahap manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: a. Perumusan Strategi Mencangkup
kegiatan
mengembangkan
visi
dan
misi
organisasi,
mengindentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangkan panjang organisasi, membuat strategi alternative untuk organisasi dan memilih strategi tertentu untuk digunakan.
Baik
buruknya
keputusan-keputusan
strategi
tersebut
memiliki
multifungsi dan dampak yang lama untuk organisasi. b. Pelaksanaan Strategi Disebut tahapan tindakan dalam manajemen strategi. Melaksanakan strategi berarti mendorong dan memobilisasi para manajer dan karyawan untuk melaksanakan strategi-strategi yang dirumuskan. Pelaksanaan strategi sering dianggap sebagai tahap yang paling sulit, dalam manajemen strategi menuntut disiplin, komitmen dan pengorbanan pribadi. Ketrampilan anatar pribadi sangat penting untuk keberhasilan pelaksanaan strategi mempengaruhi semua strategi dan lembaga atau organisasi. Tantngan dalam tahap pelaksanaan strategi adalah mendorong para manajer dan karyawan diseluruh lembaga atau organisasi untuk bekerja dengan rasa bangga dan antusias guna tujuan-tujuan yang ditetapkan. c. Evaluasi Strategi Adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi adalah:
22
1. Mengkaji ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi perumusan strategi yang menjadi perumusan strategi yang diterapkan sekarang ini. 2. Mengukur kinerja. 3. Melakukan tindakan-tindakan korelatif. 15 Evaluasi strategi perlu dilakukan karena keberhasilan saat ini bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di hari esok. Proses manajemen strategi ditunjukan untuk membuat organisasi dapat menyesuaikan diri secara efektif terhadap perubahan dalam jangka panjang. Sebagaimana diterangkan oleh Waterman : “di lingkungan bisnis/non bisnis saat ini, di bandingkan dengan era sebelumnya, satu-satunya hal yang tetap adalah perubahan. Organisasi-organisasi yang berhasil adalah organisasi yang secara sefektif mengelola perubahan dan selalu menyesuaikan birokrasi, strategi, system produk dan budaya mereka supaya dapat bertahan dan berkembang melalui guncangan dan kekuatankekuatan yang menghancurkan persaingan.”16
B. Pengertian Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Usaha Kecil dan Menengah terdiri dari empat kata yaitu usaha, Mikro, Kecil dan Menengah atau Tengah. Dalam literature yang tedapat di kamus besar bahasa Indonesia. Pengertian secra bahasa kata “Usaha” adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud pekerjaan
15
Fred R. david, Op. Cit., h 6-7
16
Ibid.,
23
(perbuatan, prakarsa, ikhtiar, dan daya upaya ) untuk mencapai sesuatu. Dan untuk kata “mikro” adalah kecil, tipis, sempit atau berkaitan dengan jumlah yang sedikit atau ukuran yang kecil, sedangkan untuk “kecil” menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kurang besar (keadaannya atau sebagainya) tidak besar. Serta untuk kata “menengah” yang berasal dari kata dasar tengah, kamus besar bahasa Indonesia mengartikan sebagai tempat (arah, titik) diantara dua tepi (batas). Untuk kata syariah atau syariat, kamus besar bahasa Indonesia mengartikannya adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan al-quran dan hadist.17 Sedangkan pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) di beberapa Negara tidak selalu sama, tergantung kepada konsep yang digunakan oleh Negara tersebut. Oleh karena itu pengertian usaha kecil dan menengah teryata berbeda di satu Negara dengan negara lainnya. Misalnya di United Kingdom adalah suatu usaha bila jumlah karyawannya antara 1-200 orang, di Jepang antara 1-300 orang, di USA antara 1-500 orang.18 Untuk Indonesia sendiri, mendefinisikan Usaha Kecil sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 20 orang atau nilai asset Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Usaha yang terlalu kecil dengan jumlah pekerja yang kurang dari 5 orang di katakana usaha kecil level mikro.
17 18
http://www.pusatbahasa.diknas.go.id diakses pada 20 november 2010
Titik Sartika Partomo M.S dan Abd. Racman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koprasi, dalam Lilis Sali Satunnisa, BMT Sebagai mitra Pengusaha Kecil dan Menengah, study kasus pada BMT Fajar Shiddiq Jakarta, “(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta, 2004), h.11
24
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa definisi usaha mikro menurut SK mentri keuangan No.40/KMK.06/2003 adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan WNI dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,(seratus juta rupuah) pertahun serta mengajukan kredit kebank paling banyak 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).19 Berdasarkan UU No.9/1995 tentang usaha kecil, yang dimaksud usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rayat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Miliar Rupiah) 3. Milik Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar 5. Berbentuk usaha orang perorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi20.
19
Saat Soeharto, Jurus Ampuh Mengatasi Kemiskinan, dalam Euis Amalia Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2009), h.42 20
Sri Adiningsih,”Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia”, (Artikel : 2009)
25
Keriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2), nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian, yang diatur dengan peraturan pemerintah. Departemen keuangan memiliki kriteria khusus mengenai usaha kecil yang termuat dalam keputusan mentri keuangan RI Nomor 316/KMK.616/1994 tentang pedoman pembinaan Usaha Kecil dan Komprasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Keputusan tersebut membahas apa yang dimaksud dengan usaha kecil dan kemudian didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha dengan omset pertahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,- (Enam ratus juta rupiah).21 Seiring dengan berjalannya waktu pada tahun 2008 yang lalu dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah membuat undang-undang baru yaitu UU No.20 Tahun 2008. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2008 definisi dari Usaha Mikro Kecil dan Mengah (UMKM) yaitu usaha produktif milik orang perorangan yang memenihi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini yaitu: 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (Lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan banguna tempat usaha.
21
Euis amalia, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h.43
26
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Agar lebih lengkap pemahaman kita terhadap UMKM maka ada baiknya melihat beberapa definisi yang ada dari berbagai pihak yang memiliki keterlibatan dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), definisinya sebagai berikut :22 1. UU No.9/1995 tentang Usaha Kecil, Usaha Kecil adalah asset yang kurang dari 200 juta di luar tanah dan bangunan. Omset tahunan kurang dari Rp. 1 Miliyar. Di miliki oleh orang Indonesia. Independent, tidak terafiliasi dengan usaha-usaha menengah besar boleh berbadan hukum, boleh juga tidak. 2. Badan Pusat Statistik, Usaha Miko mempunyai pekerja lima orang, termasuk tenaga keluarga yang tidak di bayar. Sedangkan Usaha Kecil mempunyai pekerja 5-19 orang. Dan Usaha Menengah mempunyai pekerja 10-99 orang. 3. Bank Indonesia, Usaha Mikro (SK Dir BI No. 31/24/KEP/DIR tgl 5 Mei 1998): usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki keluarga, sumber daya lokal dan teknologi sederhana. Lapangan usaha mudah untuk exit dan Entry. Usaha Menengah (SK Dir BI No.30/45/Dir/UK tgl 5 Januari 1997): asset 5 miliyar untuk sektor non-
22
Indra Ismawan, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil dan Menengah, (Gramedia: Jakarta, 2001 ), h. 37
27
industri. Asset Rp. 600 Juta diluar tanah dan bangunan untuk sector nonindustri manufacturing. Omzet tahunan Rp. 3 miliyar. Untuk melakukan pemberdayaan yang komprehensif maka kita perlu memahami karakteristik dan problem UMKM, sehingga dengan mengetahui kondisinya maka dapat dilakukan diagnosa lebih baik untuk menentukan solisi terbaik yang kemudian dapat dijabarkan dalam sebuah strategi. Adapun karakteristik UMKM adalah sebagai berikut:23 1.
Mempunyai skala yang kecil, baik modal,pengunaan tenaga kerja maupun orientasi pasar.
2.
Banyak berlokasi di pedesaan, kota-kota kecil atau daerah pinggiran kota besar.
3.
Status usaha milik pribadi atau keluarga.
4.
Sumber tenaga kerja berasal dari lingkungan social budaya (etnis dan geografis) yang direkrut melalui pola pemagangan atau melalui pihak ketiga
5.
Pola kerja seringkali parttime, atau sebagai usaha sampingan dari kegiatan lainnya.
6.
Memiliki kemampuan terbatas dalam mengadopsi teknologi, dan pengelolaan usaha dan administrasinya sederhana.
23
Alila Pramiyanti, “Study Kelayakan Bisnis Untuk UKM”, (Yogyakarta: Media Presindo, 2008), h. 5
28
7. Struktur permodalan sangat terbatas dan keurangan modal kerja serta sangat bergantung terhadap sumber modal sendiri dan lingkungan pribadi. 8. Strategi perusahaan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang sering berubah secara cepat Sektor-sektor UMKM, usaha-usaha kecil dan mikro terdapat pada seluruh sector perekonomian yaitu (DEKOPIN,2002):24 1. Sektor perkebunan, usaha perkebunan yang termasuk usaha kecil dan mikro disini adalah usaha perkebunan pada kebun-kebun rakyat yang terbagi dalam lahan sempit. 2. Sector pertanian, usaha pertanian termasuk kategori usaha kecil karena sebagian besar dari mereka mengusahakan lahan pertanian yang luasnya kurang dari satu hektar. 3. Sector industry, usaha kecil dan mikro pada sector ini berwujud berbagai industry kecil rumah tangga, yang menghasilkan berbagai jenis barang kerajinan dan keperluan rumah tangga. 4. Sector perdagangan, usaha kecil dan mikro ini berwujud usaha perdagangan yang dijalankan rakyat kecil di pasar-pasar tradisional, toko, kios, dan warung-warung disepanja jalan dan kampung-kampung. 5. Sector kehutanan, pada sector kehutanan ini usaha kecil dan mikro berwujud pada rupa-rupa usaha pemanfaatan hasil hutan.
24
Ishak RS, “IPemberdayaan Masyarakat Miskin”, www.dekopin.com., di akses pada 2 Desember 2010
29
Setelah memahami karakteristik UMKM maka langkah lebih lanjut adalah memahami permasalah-permasalah di dalam dunia UMKM, adapun permasalahan tersebut antara lain :25 1. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen 2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur akses terhadap sumber-sumber permodalan. 3. Kelemahan dalam memperoleh peluang dan memperluas pangsa pasar. 4. Keterbatasan dalam kelemahan pemanfaatan akses dan penguasaan teknologi, khususnya teknologi terapan. 5. Masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi aspek kompetensi, keterampilan, etos kerja, karakter, kesadaran akan pentingnya konsisten mutu dan standarisasi produk dan jasa, serta wawasan kewirausahaan. 6. Keterbatasan penyediaan bahan baku mulai dari jumlah yang dapat dibeli, standarisasi kualitas yang ada, maupun panjangnya rantai distribusi bahan baku yang berakibat pada harga bahan baku itu sendiri. 7. Sistem kemitraan yang pernah digulirkan selama ini, cenderung mengalami distorsi di tingkat implementasi sehingga berdampak pada sub-ordinasinya pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dibandingkan dengan mitra usahanya ( usaha besar)
25
Alila Pramiyati, “Studi Kelayakan Bisnis Untuk UKM”, (Media Presindi : Yogyakarta, 2008), h.10
30
C. Lembaga Pengelolaan Zakat 1.
Urgensi Pengelolaan Zakat
Amil zakat ialah orang atau individu yang bertugas melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan penghimpunan, pengelolaan, pencatatan dan pendayagunaan dana zakat. Mereka dipilih oleh pemerintah apabila mereka bekerja pada Badan Amil Zakat (BAZ) dan dipilih oleh pengurus Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk dinegara Indonesia. Amil zakat berhak untuk menghimpun dana zakat, dan mendayagunakan dana tersebut serta melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan zakat seperti mengajarkan masyarakat tentang hokum zakat, menerangkan tentang sifat-sifat pemilik harta yang wajib dikeluarkan zakat dan golongan-golongan yang berhak menerima zakat, memindahkan, menyimpan, menjaga, mengembangkan serta memanfaatkan harta zakat sesuai mengikut ketetapan dan syarat-syarat yang telah dibuat. Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat yang ada pada masa kini juga diangap memiliki hak sebagaimana ditetapkan di dalam syariat islam. Oleh karena itu BAZ dan LAZ wajib mengikuti syarat-syarat yang di tetapkan di dalam mengambil bagian amil zakat. Di antara tugas-tugas yang diamanahkan kepada amil-amil zakat ada yang berbentuk pemberian kuasa, karena ia berkaitan dengan tugas asas dan kepemimpinan. Oleh yang demikian orang yang memegang amanah ini di syaratkan supaya mengikuti syarat-syarat yang telah di tetapkan oleh ulama-ulama fiqih di antaranya ialah: islam, pria, jujur (beramanah) dan mengetahui hokum-hukum zakat di dalam lapangan kerja.
31
Selain dari itu terdapat juga beberapa tugas lain sebagai bantuan yang boleh diserahkan kepada orang-orang yang tidak dapat memenuhi sebagian dari syaratsyarat yang telah di tetapkan sebagaimana di atas seperti kerja-kerja yang berkaitan dengan pengurusan computer, keuangan dan lain sebagainya. Amil-amil zakat berhak mendapatkan tambahan dari kerja mereka yaitu dari golongan amil zakat yang di berikan oleh pihak pemerintah atau pengurus LAZ yang melantik mereka dengan kadar tidak lebih dari gaji yang telah di tetapkan, walaupun mereka bukan dari kalangan orang-orang fakir yang mengambil dari jumlah dana yang di bayar untuk semua amil zakat, persiapan pembiayaan oprasional kantor dengan tidak lebih dari satu perdelapan dari hasil pungutan zakat (12,5%). Perlu di perhatikan juga, amil zakat tidak boleh di pekerjakan lebih dari keperluan dan sebaik-baiknya gaji kesemua amil zakat yang dipekerjakan atau sebagian dari mereka adalah diambil dari dana Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN) dan Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) sehingga dana zakat boleh didayagunakan kepada golongan-golongan lain yang berhak menerima zakat. Golongan amil zakat tidak boleh menerima apa-apa bentuk hadiah atau hibah baik berupa dana atau uang tunai maupun dalam bentuk barang. Pemerintah dan pengurus LAZ menyediakan sarana oprasional seperti perlengkapan kantor, telepon, faks, computer, yang mana semua dipergunakan Amil Zakat
untuk
melakukan
kegiatannya,
baik
menghimpun,
mengelola
dan
mendayagunakan dana zakat. Pihak yang sudah memilih dan sudah menetapkan seseorang sebagai Amil Zakat tetap harus mengawasi dan memperhatikan sebagaimana yang telah
32
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Amil Zakat hendaklah seseorang yang jujur (amanah) dan dia adalah orang yang bertanggung jawab untuk menggantikan segala kerusakan, kehilangan dana zakat yang disebabkan oleh kecerobihan dan kelalaian. Amil-amil zakat sepatutnya menjaga dirinya dengan mengikuti adab-adab islam secara umum seperti sopan santun, lemah lembut terhadap orang-orang yang mengeluarkan zakat, senantiasa berdoa kepada mereka dan juga kepada golongangolongan yang berhak menerima zakat, mengajar tentang hulum-hukum zakat dan menjelaskan kepentingannya didalam masyarakat islam untuk mencapai perpaduan masyarakat dan mendayagunakan zakat secepat mungkin kepada golongan-golongan yang berhak menerima zakat. Di Indonesia profesi amil zakat masih belum menjadi sebuah profesi yang di pilih oleh masyarakat Indonesia. Padahal semua aturan untuk menjadi seorang amil zakat sudah jelas dan tegas digambarkan. Sebagaimana halnya zakat harta dan profesi yang belum tersosialisasikan dengan baik, peran dan profesi Amil Zakat juga demikian. Allah telah berfirman dalam surat At-Taubah: 60 yang berbunyi :
( :/
)
“sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang di bujuk hatinya
33
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs. At-Taubah: 60).
Dalam surat At-Taubah:60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahik zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus zakat (amili ‘alaiha). Sedangkan dalam At-Taubah:103 dijelaskan bahwa zakat itu di ambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakky) untuk kemudian diberikan kepada mereka yang berhak menerima (mustahik). Imam Qutbi ketika menafsirkan ayat tersebut (At-Taubah:60) menyatakan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (di utus oleh imam atau pemerintah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatat zakat yang diambilnya dari para muzakky untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya. Diambilnya zakat dari muzakki melalui amil zakat untuk kemudian disalurkan kepada mustahik, menunjukan kewajiban zakat itu bukanlah semata-mata bersifat amal kariatif (kedermawanan), tetapi juga ia suatu kewajban yang juga bersifat otoritatif (ijabari)26. Pengelolaan zakat lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hokum formak, akan memiliki beberapa keuntungan27 antara lain :
26
Abdul Qodir. Zakat Dalam Dimensi Madhah dan Sisial, Raja Grafindo Persada. Jakarta, 1998. h. 85 27
Ibid, h. 87
34
Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisien dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu saat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah islami. Dalam Bab II pasal 5 Undang-undang tahun 1999 tentang pengelolaan zakat dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan untuk : a. Untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai sesuai dengan tuntunan agama. b. meningkatkan fungsi dan peranan piñata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan social. c. meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat. Persyaratan lembaga pengelolaan zakat, Yusuf Al-Qardhowi dalam bukunya, fiqih zakat28, menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut: pertama, beragama islam. Kedua, mukallaf yaitu orang dewasa yang akal sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan ummat. Ketiga, memiliki sifat amanah dan jujur. Keempat, mengerti dan memahami hokum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. Kelima, memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas
28
Yusuf Al-Qaradhawi , Fiqh Zakat, Muassasah Risalah. Beirut. 1991. Juz. II, h. 586
35
dengan sebaik-baiknya. Keenam, hemat penulis adalah kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil yang baik adalah amil yang full-time dalam melaksanakan tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan.
2.
Organisasi Lembaga Pengelolaan Zakat
Sebagai organisasi nirlaba milik masyarakat Indonesia, organisasi pengelolaan zakat juga memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba lainnya, yaitu: a. sumber daya (baik dana maupun barang) berasal dari para donator yang mempercayakan kepada lembaga. b. menghasilkan berbagai pengelolaan jasa dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. c. kepemilikan organisasi pengelola zakat tidak seperti lazimnya pada organisasi bisnis. Organisasi pengelola zakat mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan organisasi nirlaba lainnya29, yaitu: 1. Terkait dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip syariah islam. 2. Sumber dana utama adalah zakat, infaq, shadaqoh, dan wakaf. 3. Memiliki Dewan Pengawas dalam struktur organisasinya. A. Susunan Organisasi Badan amil Zakat 1. Badan amil zakat. 2. Dewan pertimbangan 3. Komisi pengawas. 4. Badan pelaksana.
29
Ibid h. 1
36
5. Angota pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan unsure pemerintah.
B. Fungsi dan Tugas Pokok Pengurus Badan Amil Zakat (BAZ) 1. Dewan Pertimbangan a. Fungsi yaitu memberikan pertimbangan, fatwa, sara dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas dalam pemgelolaan badan amil zakat, meliputi aspek syariah dan aspek manajerial. b. Tugas pokok adalah 1. Memberikan garis-garig kebijakan umum Badan Amil Zakat. 2. Mengesahkan rencana kerja dari Badan Pelaksanaan dan komisi pengawas. 3. Mengeluarkan fatwa syariah baik diminta maupun tidak berkaitan dengan hokum zakat wajib diikuti
oleh
pengurus
Badan
Amil
Zakat.
4.
Memberikan
pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan komisi pengawas baik diminta maupun tidak. 5. Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan Pelaksana dan Komisi Pengawas. 6. Menunjuk akuntan public. 2. Komisi Pengawas a. Fungsi yaitu sebagai pengawas internal lembaga atas oprasional kegiatan dilaksanakan badan pelaksana. b. Tugas pokok adalah: pertama, mengawasi pelaksanaan kerja yang telah disahkan. Kedua, mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Dwan Pertimbangan. Ketiga, mengawasi
37
oprasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana, yang mencangkup pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Keempat, melakukan pemeriksaan oprasional dan pemeriksaan syariah.
3. Badan Pelaksana a. Fungsinya adalah sebagai pengelola zakat. b. Tugas pokok meliputi: 1. Membuat rencana kerja. 2. Melaksanakan oprasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan . 3. Menyusun laporan tahunan. 4. Menyampaikan laporan pertanggung
jawaban
kepada
pemerintah.
5.
Bertindak
dan
bertanggung jawab untuk dan atas Badan Amil Zakat ke dalam maupun ke luar.
BAB III PROFIL LEMBAGA AMIL ZAKAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
A. Sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Dompet dhuafa Republika LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah lembaga nirlaba milik masyarakat indonesia yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan kaum dhuafa dengan dana ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, serta dana lainnya yang halal dan legal, dari perorangan, kelompok, perusahaan/lembaga) 1. Kelahirannya berawal dari empati kolektif komunitas jurnalis yang banyak berinteraksi dengan masyarakat miskin, sekaligus kerap jumpa dengan kaum kaya. Digagaslah manajemen galang kebersamaan dengan siapapun yang peduli kepada nasif dhuafa. Empat orang wartawan yaitu Parni Hadi, Haidar bagir, S. Sinansari Ecip, dan Eri Sudewo berpadu sebagai Dewan Pendiri lembaga independen Dompet Dhuafa Republika.2 Sejak kelahiran Harian Umum Republika awal 1993, wartawannya aktif mengumpulkan zakat 2,5% dari penghasilan. Dana tersebut disalurkan langsung kepada dhuafa yang kerap dijumpai dalam tugas. Dengan manajemen dana yang dilakukan pada waktu sia-sia, tentu saja penghimpunan maupun pendayagunaan dana tidak dapat maksimal.
1
Company profile LAZ Dompet Dhuafa Republika, h.1
2
Wawancara Pribadi dengan Asep Beny (General Afairs LAZ Dompet Dhuafa Republika), Ciputat, 2 Desember 2010
38
39
Dalam sebuah kegiatan di Gunung Kidul Yogyakarta, para wartawan menyaksikan aktivitas pemberdayaan kaum miskin yang didanai mahasiswa. Dengan menyisihkan uang saku, mahasiswa membantu masyarakat miskin. Aktivitas sosial yang telah dilakukan sambilan di lingkungan Republika pun terdorong untuk dikembangkan. Apalagi kala itu, masyarakat luas telah terlibat menyalurkan ZISnya melalui DD. Sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, Dompet Dhuafa Republika tercatat di Departemen Sosial RI sebagai organisasi yang berbentuk Yayasan. Pembentukan yayasan dilakukan di hadapan Notaris H. Abu Yusuf, SH tanggal 14 September
1994,
diumumkan
dalam
Berita
Negara
RI
No.
163/A.YAY.HKM/1996/PNJAKSEL. 3 Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan zakat, DD merupakan institusi pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat. Tanggal 8 Oktober 2001, Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 439 Tahun 2001 tentang pengukuhan Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Lembaga amil zakat merupakan salah satu unit bisnis nirlaba yang didirikan dengan mempunyai Visi dan Misi yang hendak di capai.
3
Company Profile LAZ Dompet Dhuafa Republika, h.5
40
B. Visi dan Misi LAZ Dompet Dhuafa Republika Visi dari didirikannya LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah Bertekad menumbuhkembangkan jiwa dan kemandirian masyarakat yang bertumpu pada sumber daya lokal melalui sistem yang berkeadilan. Sedangkan misi yang hendak dicapai oleh LAZ Dompet Dhuafa Republika yaitu :4 1. Membangun diri menjadi lembaga yang berfungsi sebagai lokomotif gerakan pemberdayaan masyarakat. 2. Menumbuhkembangkan jaringan lembaga pemberdayaan masyarakat. 3. Menumbuhkembangkan dan mendayagunakan aset masyarakat yang berbasis kekuatan sendiri. 4. Mengadvokasi paradigma ekonomi berkeadilan Selain Visi dan Misi, LAZ Dompet Dhuafa Republika juga memiliki beberapa tujuan dalam pendiriannya, yaitu :5 1.
Meningkatnya efektivitas kinerja lembaga.
2. Meningkatnya otonomi jaringan lembaga melalui devolusi (desentralisasi dan pelimpahan wewenang). 3. Meluasnya
pemahaman,
penerimaan
berkeadilan.
4
Wawancara Pribadi dengan Asep Beny.
5
Company Profile LAZ Dompet Dhuafa Republika, h. 7.
dan
pelaksanaan
ekonomi
41
4. Meningkatnya pendayagunaan aset masyarakat melalui pengelolaan ziswaf dan derma. 5. Tercapainya kemandirian komunitas sasaran.
Visi Misi serta tujuan pendirian lembaga di atas, merupakan arahan yang akan dijalankan oleh setiap individu di dalam organisasi tersebut sesuai dengan perannya masing-masing.peranan-peranan itu tertuang di dalam struktur organisasi yang menimbulkan konsekuensi terhadap hak dan kewajiban individu-individu di LAZ Dompet Dhuafa Republika.
C. Struktur Organisasi Organisasi merupakan sebuah perkumpulan yang terdiri dari beberapa bagian. Setiap bagian tersebut memiliki tugas dan kewajiban masing-masing. Struktur kepala organisasi LAZ Dompet Dhuafa Republika dapat terlihat sebagai berikut :
Broard of Trustee (Wali Amanat)
: Parni Hadi Eri Sudewo Haidar Bagir S. Sinansari Encip Houtman Z. Arifin
Board of Supervisory(Dewan Pengawas)
: Kh. Didin Hafidhuddin Rahmad Riyadi Erry Riyana Hardjapamekas
42
Board of Sharia (Dewan Syariah)
: Prof. Dr. Muhammad Amin Suma Bobby Herwibowo, LC. Izzanudin Abdul Manaf, LC.
President Director (President Direktur)
: Ismail A. Said
Executive Director (Direktur Eksekutif)
: Ahmad Juwaini
Internal Audit (Internal Audit)
: Tri Estriani
Comunication & Remo Director (Komunikasi & Direktur Remo)
: Yuli Pujihardi
Program Director (Program Direktur)
: M. Arifin Purwakananta
Business Director (Bisnis Direktur)
: Kusnandar
Finance Director (Direktur Keuangan)
:6 Rini Suprihartanti
Pada dasarnya struktur organisasi LAZ Dompet Dhuafa Republika di atas, sama dengan struktur organisasi perusahaan-perusahaan pada umumnya. Akan tetapi tugas dan kewajiban yang diembannya memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut sesuai dengan tujuan pedirian lembaga ini yang berkhidmat untuk mengangkat harkat social kemanusiaan kaum dhuafa, bukan sekedar mencari keuntungan semata, yang tercermin dari kegiatan usaha yang dilakukan lembaga tersebut.
D. Program-program LAZ Dompet Dhuafa Republika LAZ Dompet Dhuafa Republika merupakan salah satu lembaga amil zakat yang berusaha memberikan pelayanan secara profesionalisme yang berkaitan dengan
6
Company Profile Dompet Dhuafa Republika
43
pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan penyaluran atau istribusi harta zakat. Setelah beroprasi lebih dari 11 tahun dan yayasan telah mampu mempekerjakan sekitar 40 staff tetap termasuk penggalang dana, pendapatan LAZ Dompet Dhuafa Republika terus meningkat, lokasi proyek LAZ Dompet Dhuafa Republika pun tidak lagi terbatas di pulau jawa saja akan tetapi meluas keseluruh wilayah Indonesia.7 Sehingga kegiatannya pun bergeser dari sebatas program sosial menjadi pengembangan sumber daya manusia dan ekonomi. 1. Program Ekonomi Pembiayaan Mikro Syariah a. BMT Center Kerinduan terhadap lahirnya lembaga keuangan yang berpihak kepada kaum lemah merupakan cita-cita awal DD. Sejak munculnya BMT (Baitul Maal Wa Tamwil) di Jakarta dan Semarang (BMT Insan Kamil dan Binama), terasa perlu adanya lembaga yang menggalang tumbuhnya lembaga keuangan serupa dalam satu sinergi. Tahun 1994-1995 serangkaian diklat dan pertemuan yang berintikan pemasyarakatan ekonomi syariah mulai disokong DD. Pada 1994 itu DD telah didaulat oleh puluhan lembaga BMT di segenap wilayah untuk membangun sebuah lembaga “holding” BMT guna menopang sinergi dan permodalan itu. Belasan tahun kemudian, DD telah berhasil mensponsori lebih kurang pendirian 60 LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah-termasuk BMT) dan
7
Wawancara pribadi dengan Rovi Octaviano Vustany (Direct Channel Unit head LAZ Dompet Dhuafa Republika)
44
tersebar di Pulau Jawa dan Sumatera. Sebagai kelanjutan dari langkah ini tahun 2006 DD memfasilitasi silaturahmi 200 pengelola BMT se-Jawa dan Sumatera sekaligus menandai berdirinya Perhimpunan BMT Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama BMT Center. Sampai tahun 2008, geliat dari koordinasi ini terus berlangsung di bawah jejaring DD yang kini beranggotakan lebih dari 269.543 orang dengan aset yang dikelola mencapai Rp. 266 miliar dengan pengelolaan dana ke tiga sebesar Rp. 233 miliar. Bahwa sinergi BMT Center aneka program telah digulirkan dan meliputi advokasi, konsultasi, jasa audit syariah, training, pooling fund, dan penempatan dana. Aliansi ini berlanjut dengan menangani sindikasi pembiayaan, aktivitas kliring, dan penjaminan dana. Dalam unit bisnisnya kini juga telah ditumbuhkan lembaga pembiayaan ventura yang diperkenalkan sebagai BMT Ventura. Semua lini keuangan mikro berbasis syariah ini semakin penting guna membantu berbagai pembiayaan kalangan lemah yang biasanya menjadi pihak terlemah dari arus besar ekonomi ribawi yang masih terlalu tangguh untuk dilawan secara sendiri-sendiri oleh pelaku keuangan berbasis syariah. b. Baitul Maal Desa (BMD) Program ini bertujuan untuk memudahkan bagi masyarakat khususnya di pedesaan dalam rangka meningkatkan kemandirian dalam kehidupan ekonomi. Program Baitul Maal Desa (BMD) ini sebenarnya adalah perluasan dari konsep BMT (Baitul Maal wat Tamwil) yang sudah lebih dahulu berkembang. Program BMD menitikberatkan pada pengembangan potensi lokal setempat.
45
Banyak desa-desa di Indonesia yang memiliki potensi ekonomi yang besar seperti pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, kelautan, industri kerajinan, dan sebagainya. Potensi ini kadangkala tidak berkembang disebabkan kurangnya perhatian dan pengetahuan dari para pelakunya yang banyak berasal dari kalangan rakyat kecil. Dengan Program BMD ini, diharapkan, potensi bisa lebih maju, berkembang dan menghidupi ekonomi daerah setempat. Program BMD telah diujicobakan di wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dompet Dhuafa melalui BMD mendata potensi ekonomi setempat, kemudian memfasilitasi produksinya, hingga membantu dalam bidang pemasaran produk tersebut. Baitul Maa Desa (BMD) diawasi langsung oleh Direktorat Program Dompet Dhuafa Republika guna menjamin akuntabilitas dan ketepatan sasaran. Dana yang diberikan kepada masyarakat sifatnya bergulir (revolving fund). Dana awal terus berputar dari satu mustahik ke mustahik lain, berbeda dengan dana pinjaman dari institusi perbankan yang mesti dikembalikan. Dana bergulir ini dimaksudkan untuk merangsang minat dan kreativitas usaha masyarakat, tanpa harus takut dengan pengambalian. Setelah satu Mustahik berhasil, dana ini akan berpindah ke Mustahik lainnya dan seterusnya. c. Pemberdayaan Peternak Kampoeng Ternak, sesuai namanya merupakan lembaga mandiri di bawah DD yang semula dipantik oleh animo dan keberhasilan program Tebar Hewan Kurban. Dari tahun ke tahun, sambutan masyarakat akan keberhasilan program yang melibatkan penyediaan ribuan hewan ternak sehat itu makin tak terbendung. Hal ini
46
sekaligus menginspirasi lahirnya pola pemberdayaan berbasis peternakan yang dapat menyejahterakan warga pedesaan. Program Pokok dari Kampoeng Ternak utamanya adalah melakukan pengembangan riset peternakan untuk melahirkan hewan ternak sehat, dan yang kedua adalah pemberdayaan peternak dhuafa. Program riset dan pengembangan Kampoeng Ternak meliputi pembibitan (breeding), pakan, teknologi, manajemen, dan veteriner. Sedangkan program pemberdayaan peternak dibangun dengan menginisiasi kelompok peternak di daerah binaan DD. Kelompok peternak ini disebut mitra DD yang akan menjadi bagian dari proses penyiapan ternak dalam lini pengadaan ternak saat Tebar Hewan Kurban setiap tahun. Selama tahun 2008, Kampoeng Ternak didukung pendanaan oleh DD sebesar Rp. 600 juta lebih. Telah memberdayakan lebih dari 1247 KK dan melibatkan 6.640 jiwa. Kampoeng Ternak kini melakukan aktivitas penyediaan ternak sehat yang mampu memproduksi hewan untuk memasok THK sekitar 1000 ekor domba dan sapi. Sedangkan untuk kemitraan dengan peternak dhuafa, DD menyiapkan tim yang mendampingi peternak di dusun-dusun mitra di seluruh pelosok tanah air untuk menyiapkan hewan yang akan dipotong di daerah peternak dan sekitarnya pada saat Tebar Hewan Kurban yang fenomenal itu. d. Pemberdayaan Petani Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Dompet Dhuafa berdiri pada bulan Juni 1999 yang semula bernama Laboratorium Pengendalian Biologi DD Republika yang berfungsi untuk meneliti dan mengembangkan sarana pertanian tepat guna untuk membantu petani kecil.
47
Pertama kali diproduksi oleh Laboratorium Pengendalian Biologi DD Republika adalah biopestisida (pengendali hama tanaman) berbahan aktif virus serangga NPV (nuclear polyhedrosis virus) yang ramah lingkungan.
Produk
biopestisida yang berbahan aktif virus patogen serangga hama tersebut, merupakan yang pertama diproduksi di Indonesia dengan nama VIR-L, VIR-X dan VIR-H. Kemudian hasil dari penelitian dan perakitan teknologi tepat guna pada tahun 2000 dihasilkan pupuk organik OFER dan pestisida nabati PASTI berbahan aktif ekstrak akar tuba (Derris sp.). Pada tahun 2002 Laboratorium Pengendalian Biologi berubah nama menjadi Usaha Pertanian Sehat (UPS), hal ini berkaitan erat dengan upaya pengembangan pemasaran produk-produk yang dihasilkan Laboratorium sebelumnya. Pemisahan laboratorium dan usaha dilakukan pada awal tahun 2003 menjadi LPS yang berada di Jejaring Aset Sosial (JAS) dan UPS yang berada di Jejaring Aset Reform (JAR). Selain produk Laboratorium, UPS juga mulai membantu pemasaran produk pertanian dari petani-petani yang telah menggunakan teknologi ramah lingkungan, diantaranya berupa Beras Sehat Bebas Pestisida. Kemudian menginjak awal tahun 2004 Laboratorium Pertanian Sehat dan Usaha Pertanian Sehat disatukan kembali menjadi Lembaga Pertanian Sehat Dompet Dhuafa di bawah koordinasi Jejaring Aset Reform (JAR) dengan mandat yang lebih luas tidak hanya penelitian dan produksi sarana pertanian sehat, tetapi juga berupaya untuk melakukan pemberdayaan petani dhuafa melalui Program Pemberdayaan Pertanian Sehat (P3S). Pada tahun 2005 seiring dengan perubahan internal lembaga holding Dompet Dhuafa, LPS menjadi salah satu jejaring pengembangan ekonomi
48
yang diharapkan dapat menjadi sebuah lembaga mandiri secara financial dari sektor produksi dan bisnis dengan tetap tidak kehilangan jatidirinya sebagai jejaring dari lembaga nirlaba Dompet Dhuafa. e. Pemberdayaan Komunitas Komunitas pengason adalah Program Development (Pembangunan). Seiring dengan peran yang lebih sentral yang dimainkan DD di kancah program development, ke depan DD akan menguatkan sisi development ini dengan mendesain, mengarahkan, dan mengimplementasikan program pembangunan yang berorientasi pada wilayah atau berbasis komunitas. Dengan demikian diharapkan program DD dapat mengakomodir kebutuhan regional/kewilayahan, berimplikasi langsung dengan komunitas setempat dan dapat melahirkan agen-agen perubahan di masyarakat setempat untuk menjamin keberlanjutan program. 2. Program Sosial a. Rumah bersalin Cuma-Cuma (RBC) RBC merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, khususnya dalam bidang persalinan yang diperuntukan bagi kaum dhuafa secara Cuma-Cuma. Jenis pelayanan yang tersediya di RBC berupa pemeriksaan kehamilan, persalinan normal 24 jam, KB, imunisasi, senam hamil, ANC Mobile, Akses Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, serta pengobatab umum bagi iu dan anak bebas biaya. Meski Cuma-Cuma, RBC tetap mengedepankan layanan professional dan maksimal bagi setiap pasiennya. Tidak hanya itu, anggota (member) juga mendapatkan kesempatan pendampingan dalam bidang agama, pendidikan, dan ekonomi sesuai dengan potensi
49
yang dimilikinya. Melalui upaya ini diharapkan dapat terbentuk keluarga-keluarga mandiri. RBC beralamat di komplek pesantren At-Ta’azhimiyah jl. Holis 448A Bandung.8 Wujud profesionalitas,
RBC merekrut tenaga medis yang memiliki
kompetensi di bidangnya, antara lain ; 3 orang dokter umum, 8 orang bidan, dan 3 orang perawat
berpengalaman.
Untuk
lebih
meningkatkan pelayanan dan
mendekatkan diri. b. Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) LPM merupakan lembaga pelayanan bagi masyarakat, yang terbuka setiap hari kerja, pukul 09:00 sampai dengan 15:00. Layanan LPM meliputi kesehatan, pendididkan,
sandang pangan,
transportasi,
hingga ekonomi.
Layanan ini
bekerjasama dengan berbagai pihak untuk menjaga amanah dan optimalisasi dana zakat, bantuan yang diberikan pun sesuai permasalahannya, seperti bantuan kesehatan berupa pengantar pemeriksaan klinik dan obat, dan tebus resep, pemeriksaan laboraturium. Bantuan pendididkan berupa bantuan yang dibayarkan langsung ke sekolah. Transportasi bantuan diberikan surat jalan pengganti tiket. Sandang pangan bantuan dalam bentuk pakaian, buku, beras dan tiket makan. Ekonomi bantuan dalam bentuk pinjaman tanpa bungan.
8
Summary Dompet Dhuafa Republika 2010
50
3. Program pendidikan dan Dakwah a. Bursa Anak Asuh Bursa anak asuh adalah ajang mempertemukan calon anak asuh dengan calon orang tua asuh. Anak asuh yang ditawarkan dalam bursa ini adalah anak-anak yang berdasarkan survey lapangan yang dilakukan Tim DD, adalah anak-anak yang wajib dibantu agar kelangsungan pendidikannya dapat terjamin. Kondisi orang tua/wali dari anak-anak tersebut pada umumnya adalah kaum dhuafa dengan pekerjaan sebagai buruh tani, pemulung, korban bencana/kerusuhan, pengungsi Dan ;aim-lain. Pembinaan terhadap anak asuh dilakukan secara terus menerus oleh para koordinator anak asuh (Kakak Asuh) yang dipilih dari kelompok mahasiswa yang punya kepedulian. Pembinaan bulanan akan dilakukan Tim DD saat diadakan pertemuan dengan semua anak asuh dalam rangka penyaluran dana bea siswa bulanan. Pembinaan juga diarahkan terhadap para orang tua dari anak asuh, baik dalam rangka meningkatkan pendapatan maupun meningkatkan motivasi menyekolahkan anak. Pembinaan terhadap orang tua dari anak asuh akan disinkronisasikan dengan program pemberdayaan masyarakat Dompet Dhuafa Bandung, dengan menggunakan dana Zakat, Infak dan Sedekah Klasifikasi Dana Berdasarkan asumsi bahwa biaya pendidikan minimal yang dibutuhkan setiap anak per bulan adalah uang SPP/BP3 dan biaya transport, maka biaya pendidikan untuk masing-masing jenjang pendidikan sebagai berikut :
51
Sekolah
Perbulan
Pertahun
SD
Rp. 30.000,-
Rp. 360.000,-
SMP
Rp. 500.000,-
Rp. 600.000,-
SMU
Rp. 100.000,-
Rp. 1. 200.000,-
Perguruan Tinggi
Rp. 150.000,-
Rp. 1.800.000,-
Persyaratan Anak Asuh: 1. Tidak mampu, yang dibuktikan dengan keterangan miskin dan survey Tim DD. 2. Sungguh-sungguh dalam menjalani pendidikan. 3. Bersedia mengikuti pembinaan-pembinaan rutin Persyaratan Orang Tua Asuh Peserta ditargetkan minimal 100 orang dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Mereka terdiri dari : 1.
Mampu menanggung biaya pendidikan anak asuh.
2. Bersedia menjadi orang tua asuh untuk 1 tahun dan mengirim biaya minimal untuk 6 bulan. 3. Bersedia mengikuti kegiatan pertemuan antara anak asuh dengan orang tua asuh dalam rangka pembinaan dan silaturahmi (akan dijadwalkan tersendiri) b. Sekolah Unggul Bebas Biaya Smart Ekselensia Indonesia sekolah unggul bebas biaya, Dalam sebuah sistem pendidikan berkualitas sudah seharusnya menggunakan paradigma berpikir "Starting
52
with the end". Artinya dalam mendesain sebuah program harus dimulai dengan pertanyaan : Apa yang ingin anda hasilkan? Lantas apa yang kita punya saat ini dan kemudian bagaimana caranya dengan apa yang kita punya tersebut meraih apa yang kita inginkan. Dengan paradigma berpikir seperti ini kita setidaknya akan memperoleh 3 (tiga) keuntungan yaitu : 1. Institusi pendidikan akan berkembang secara berkesinambungan 2. Dorongan motivasi untuk melakukan perubahan jauh lebih kuat 3. Parameter keberhasilan program akan jauh lebih terukur Oleh karena itu Program Pendidikan SMART Ekselensia Indonesia yang merupakan proyek masa depan yang idealis, perlu melakukan reformasi/perubahan dalam hal paradigma pendidikan. Sehingga kita mempunyai kesadaran yang sama, bahwa untuk mencetak kualitas lulusan yang unggul diperlukan calon siswa yang relevan dan potensial. Dan untuk menjaring para calon siswa yang potensial diperlukan sebuah program seleksi yang benar-benar ketat dan sesuai sasaran. Smart Ekselensia Indonesia adalah sekolah tingkat menengah berasrama dan bebas biaya yang berada di bawah naungan Lembaga Pengembangan Insani (LPI) Dompet Dhuafa. Didirikan pada tahun 2004, sekolah ini telah memiliki siswa didik berjumlah 137 untuk 4 angkatan. Sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak dari kalangan dhuafa yang berprestasi dari seluruh Indonesia ini digagas untuk meningkatkan harkat dan derajat kaum dhuafa melalui program pendidikan dan pembinaan yang komprehensif dan berkesinambungan. Diharapkan, setelah melalui proses pendidikan dan pembinaan di
53
SMART EI, setiap siswa memiliki bekal berkarya untuk bangsa, negara dan agamanya. Proses seleksi hingga kedatangan calon siswa, serta pendidikan selama berada di kampus SMART EI, tidak dipungut biaya apapun. Persyaratan Umum yang harus dipenuhi antara lain: 1. Berasal dari keluarga dhuafa (sesuai kriteria Dompet Dhuafa ) 2. Laki-laki 3. Lulus/Tamat SD atau sederajat 4. Bersedia untuk mengikuti program belajar 5 tahun atau hingga selesai 5. Memeroleh izin dari orang tua/wali 6. Memiliki prestasi akademik, dengan kriteria 7. Mendapat Rangking 1-5 di Kelas IV–VI 8. Rata-rata Nilai Rapor minimal 7,0 dan Rapor tidak ada nilai 5 9. Memiliki prestasi kegiatan pendukung, seperti olah raga, kesenian, organisasi, atau keterampilan Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku 10. Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular 11. Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku (sistem gugur). Persyaratan Khusus yang harus dipenuhi antara lian : 1. Mengisi formulir pendaftaran calon peserta seleksi (disediakan panitia) 2. Fotokopi rapor kelas IV – VI yang telah dilegalisir oleh sekolah asal. 3. Fotokopi ijasah/STTB/ STK (bila belum memeroleh dapat disusulkan)
54
4. Fotokopi piagam penghargaan/ sertifikat (bila ada) 5. Surat keterangan tidak mampu dari Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM). 6. Surat Keterangan Gaji/Penghasilan orang tua/wali dan/atau anggota keluarga yang menopang/ikut membantu pendapatan keluarga dari RT atau RW atau Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) setempat. (Disediakan panitia) 7. Surat pernyataan/izin mengikuti pendidikan di SMART EI dari orang tua (disediakan panitia) 8. Fotokopi rekening listrik 2 bulan terakhir (bila ada) 9. Fotokopi KTP/Surat Keterangan Domisili Tetap dari RT atau RW. 10. Fotokopi Kartu Keluarga/KK. 11. Pas Foto Calon Peserta ukuran 4 X 6 sebanyak 4 lembar. c. Bea Study Sarjana Beastudi Etos adalah beastudi yang diperuntukkan bagi mahasiswa berpotensi namun memiliki keterbatasan ekonomi di sebelas perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia. Bentuk beastudi yang diberikan adalah biaya masuk perguruan tinggi, SPP semester I dan II, akomodasi asrama selama tiga tahun, uang saku sebesar Rp 400.000,00 – Rp 450.000,00 per bulan selama tiga tahun, dan pelatihan pengembangan diri (self development training) Latar Belakang yang menjadi pertimbangan khusus LAZ Dompet Dhuafa Republika dalam menyalurkan Bea Study Sarjana adalah Potensi kaum dhuafa yang kurang tersalurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Biaya
55
kuliah semakin tidak terjangkau, dan Perlu upaya sistematis untuk membangun mental dan karakter mahasiswa dari kalangan tidak mampu. Adapun Visi Program Bea Study Sarjana, Memutuskan rantai kemiskinan dan Membentuk generasi mandiri secara ekonomi dan sikap. Ketentuan pemberian Beastudi Etos yaitu Biaya masuk perguruan tinggi, SPP semester I dan II, Uang saku sebesar Rp. 350.000,00 – Rp 400.000,00/bulan (tergantung wilayah) selama tiga tahun, Akomodasi asrama selama tiga tahun, dan Pelatihan pengembangan diri (Self Development Training). Empat domain pembinaan
adalah
Akademik,
Agama,
Pengembangan
Diri,
Sosial,
dan
Pengembangan Kapasitas Guru. d. Makmal Pendidikan Makmal Pendidikan adalah sebuah laboratorium pendidikan yang berusaha menjawab kebutuhan peningkatan kualitas guru dan sekolah melalui programprogramnya yakni pelatihan guru, pendampingan, dan sahabat guru indonesia. Pelatihan guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas guru akan berdampak pada pengelolaan pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas hasil belajar yang dimaksud
adalah
daya
kreatifitas,
penalaran, kearifan sosial dan peningkatan nilai akademik. Untuk mempertahankan kualitas sebagaimana dipaparkan di atas, maka diperlukan sebuah mekanisme yang mampu membuat guru senantiasa mengaplikasikan segenap kemampuannya secara optimal. Untuk itulah Makmal Pendidikan juga memberikan pendampingan bagi para guru. Program pendampingan ini dilakukan melalui kegiatan workshop untuk
56
mengasah terus berbagai jenis ketrampilan guru, lesson study untuk menciptakan learning community di kalangan guru sehingga memunculkan keterampilan leaning how to learn. Salah satu faktor pendukung kesuksesan hasil belajar adalah sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana yang paling penting adalah gedung sekolah itu sendiri. Lebih khusus lagi adalah ruang belajar atau ruang kelas. Berdasarkan data Balitbang Depdiknas, 2003,dari 937.500 SD/MI di Indonesia 24,96% dinyatakan rusak berat, sementara dari 206.000 SMP/MTs, 7,42% juga dalam kondisi yang parah. Namun cerita miris tentang pendidikan Indonesia tidak hanya sampai di situ, karena kondisi di atas juga diperparah dengan kualitas mengajar guru yang masih di bawah standar. Berdasarkan laporan Pusat Data dan Informasi Pendidikan Balitbang Diknas, 2004. Prosentase guru SD/MI yang tidak layak mengajar mencapai 49,3%, sementara untuk tingkat SMP/MTs mencapai 35,9%. Di sisi lain masih banyak fenomena gedung sekolah yang baik namun belum ditunjang dengan kualitas guru yang baik pula. Berdasarkan permasalahan di atas nampaknya sangat perlu partisipasi seluruh lapisan masyarakat untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan baik sarana/prasarana dan yang utama adalah kualitas pengajarannya. Untuk itulah Makmal Pendidikan Lembaga Pengembangan Insani (LPI) hingga kini telah aktif membantu masyarakat untuk mendapatkan pendidikan berkualitas melalui berbagai program, di antaranya, menyelenggarakan training dan workshop bagi para guru serta program pendampingan bagi sekolah yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Visi dari program ini adalah Memperbesar alternatif sekolah yang bermutu bagi seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan Misi yang ingin
57
dicapai yaitu Melakukan penelitian berkelanjutan bagi peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran, Meningkatkan kualitas dan Memberdayakan tenaga kependidikan melalui training, Meningkatkan manajemen sekolah melalui workshop dan pelatihan, Melakukan pendampingan bagi sekolah-sekolah yang memiliki potensi berkembang dan dijadikan model, Meningkatkan partisipasi dan kontribusi masyarakat untuk mendukung program peningkatan kualitas pendidikan.
BAB IV STRATEGI PENYALURAN ZAKAT PADA DOMPET DHUAFA REPUBLIKA
A. Penghimpunan Dana Ziswaf Pada Dompet Dhuafa Republika Dalam rangka mengembangkan kapasitas dan sertifikasi profesi perhimpunan dana (fundraiser) di kalangan mahasiswa dan Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) Dompet Dhuafa Republika sebagai Lembaga yang focus dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). bekerja sama dengan DKM Al Huriyah IPB dan BEM Fateta mengelar training Register Fundraising Program (RFP). Dari data yang di sampaikan Manager Fundraising Dompet Dhuafa, kaitanya dalam rangka meningkatkan kompetensi dan keahlian dalam mengembangkan filatropi di dunia. Terdapat potensi zakat di Indonesia yang telah mencapai Rp19,9 triliun (berdasarkan penelitian Pusat Bahasa dan Budaya Universitas Islam Negeri Jakarta). Namun pada realitanya penghimpunan nasional tercatat masih kurang dari Rp 1 trilyun1. Hal ini menurut Urip potensi sumber dana cukup besar walau pada kenyataanya relaitas kemiskinan masih harus terus dicari jalan keluarnya 2. Kini lihat realitas yang ada bandingkan saat ini angka kematian ibu saat melahirkan di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran3. Angka anak putus
1
http//www. MediaIndonesia.com, 25 Nov 2009
2
Wawancara Pribadi dengan Urip Budiarto Manager Fundraising Dompet Dhuafa
58
59
sekolah di Indonesia mencapai jumlah lebih dari 12 juta jiwa (Kompas.com, 28 April 2009) Badan Pusat Statistik, Mei 2010, menyatakan angka pengangguran di Indonesia capai 8,59 juta orang atau sekitar 7,41% dari 116 juta orang total angkatan kerja. 15,84% pengangguran berpendidikan D1-S1. Permaslahan diatas inilah yang menjadikan tumbuhnya filantropi islam dengan memberikan solusi berbagai kegiatan social kemasyarakatan. Pemanfaatan dana yang dimiliki oleh dermawan atau orang kaya dan dana social dari sebuah perusahaan dengan hadirnya lembaga social diharapkan memberikan kenyamanan dalam menyalurkan dananya dan terjembatani pengajuan kebutuhan masyarakat dhuafa dalam peningkatan kualitas hidupnya. Dalam rangka optimalisasi permasalahan diatas training RFP ini sangat penting khususnya diakalangan akademisi yang masih memiliki idealism yang sangat tinggi, dalam sesi ini juga Urip memberikan kiat-kiat menjadi fundraiser yang handal, pertama mulai dengan Strategi : 1. Lihat segmentasi pasar secara kreatif. 2. Peta kan targeting-targeting yang akan dicapai (jadilah seorang sniper bukan Rambo). 3. Lakukan positioning lembaga dengan memperkenalkan lembaga yang kita punya. 4. Differentiantion : mengemas keunikan lembaga semenarik mungkin.
3
http//www.TVOne.co.id, Diakses pada 11 Mei 2010
60
5. Lakukan marketing mix : dengan mengintegritaskan product, price, place dan promotion. 6. Selling : membangun hubungan jangka panjang dengan para donator. 7. Service : memberikan pelayanan dengan penuh kehangat, 8. Menikmati proses : Berusaha untuk terus memberikan layanan yang lebih cepat, lebih mudah, lebih berkualitas. Semoga dengan kiat-kait ini terus tumbuh fundraiser-fundraiser muda yang tangguh. Dompet
Dhuafa
Republika
mempunyai
prinsip
transparan
didalam
penerimaan dan penyaluran dana zakat. Sumber penggunaan dana tersebut akan dilaporkan kepada donatur dan masyarakat luas melalui media cetak maupun elektronik. Dibawah ini adalah laporan dan sumber penggunaan dana periode 1 Muharram-30 Jumadil Akhir 1431 H. Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika melalui biro penghimpunan dana meluncurkan beberapa program yaitu: a. Layanan langsung dikantor. Para donator atau Muzzaky yang mempunyai waktu luang bisa datang langsung ke kantor LAZ
Dompet Dhuafa
Republika. b. Layanan jemput zakat, layanan ini diperuntukan bagi para donator yang meminta untuk jemput zakat, infaq, shodaqah dan wakaf langsung datang kerumah, kantor atau lokasi yang ditentukan oleh donator itu sendiri. Minimal zakat yang di jemput Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah).
61
c. Layanan SMS dan Internet Banking. Para donator pun dapat ber zakat, infak, shodaqah dan wakaf melalui sms dan autodebet serta transfer yang bekerjasama dengan Bank, departemen sosial Republik Indonesi (Depsos RI) dan dengan operator telepon seluler. d. MUZZAKI PRO - Zakat Penghasilan Muzakki Pro adalah layanan kemudahan berzakat khususnya Zakat Penghasilan. Penghasilan rutin (a’thoyat) atau pendapatan profesional (al maalul mustafaa) disepakati para ulama sebagai obyek zakat. e.
Keping Cinta - Infak dan Sedekah Secara
terminologi,
infak
dan
sedekah
mengandung
pengertian
mengeluarkan harta untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam diluar zakat. Infak hanya ditunjukkan pada hal-hal yang bersifat material seperti uang atau benda-benda lain yang berharga dan bermanfaat. Sedangkan sedekah bisa bersifat materi maupun non materi. Secara umum Islam menghendaki umatnya untuk menyuburkan infak dan sedekah, antara lain melalui ayat Al-Qur’an dan hadits sebagai berikut:
( : /
) .
“ (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
62
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Al-Imran : 134 )
Para jumhur mufasir dan ulama kontemporer juga menyepakati suatu kondisi sosial yang mewajibkan orang untuk peduli. Pada banyak riwayat dikatakan bahwa infak dan sedekah bukan mengurangi harta, bahkan sebaliknya, menjadi banyak dan berkah. Dalam hal lain juga disampaikan bahwa infak dan sedekah dapat menghindarkan orang dari bala dan kesempitan. f. Tebar Hewan Kurban Program THK (Tebar Hewan Kurban) dimulai sejak tahun 1994. Pada awalnya program ini bernama “Menebar 999 Hewan Kurban”. Sejak tahun 1998 berubah namanya menjadi Tebar Hewan Kurban. Cita-citanya sederhana, ingin membagi hewan kurban ke daerah-daerah terpencil, agar kelezatan daging kurban tidak hanya menumpuk pada masyarakat kota, khususnya Jakarta. Terhitung sejak tahun 1994 sampai 2003, jumlah kurban yang berhasil dihimpun dan disistribusikan melalui THK sebanyak 32.355 ekor kambing/domba, 864 ekor sapi, 38.403 pekurban (orang yang berkurban) dan Rp 17.859.911.309 Omzet. Tahun 2003, daerah tebaran hewan kurban mencapai 1840 desa, 735 kecamatan, 180 kabupaten, 27 propinsi. 4
4
http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?x=THK diakses pada 14 desembr 2010
63
g. Haji Dompet Dhuafa memiliki sebuah jejaring yang mengkhususkan diri dalam layanan ibadah haji dan umrah. DD Travel, demikian nama jejaring itu. DD Travel secara reguler menyelenggarakan Program Haji dan Umrah. Dengan dibimbing oleh Pembimbing yang berpengalaman dan professional, DD Travel membantu mewujudkan ibadah yang benar sesuai tuntunan Rasulullah SAW dan dengan kemudahan perjalanan. 5 h. Ibunda (Infaq Bulanan Untuk DhuafA) Layanan Ibunda dapat dilakukan dengan cara: 1. Auto Debet melalui Bank (ADeB) Layanan transfer infak secara otomatis tiap bulannya, dengan jumlah yang telah disepakati 2. Jemput Infak Layanan jemput ke lokasi donatur setiap bulannya Infak Anda akan disalurkan untuk program pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Dompet Dhuafa Bandung. dengan infak minimal Rp 50.000 setiap bulannya, Anda sudah berlangganan Al-Hikmah. i.
CSR & Sinergi Pengelolaan Zakat (SPZ)
Adalah layanan untuk menyinergikan dana CSR perusahaan melalui programprogram Dompet Dhuafa, diantaranya Pemberdayaan Ekonomi, Layanan Kesehatan,
5
http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?x=haji diakses pada 14 desembr 2010
64
dan Pendidikan untuk masyarakat dhuafa atau komunitas yang dituju oleh program CSR. Melalui CSR Solution, diharapkan perusahaan dapat merealisasikan tanggung jawab sosialnya dengan baik, profesional dan tepat sasaran tanpa harus 'mengganggu' aktivitas inti perusahaan.
B. Strategi penyaluran Zakat terhadap UMKM pada Dompet Dhuafa Republika Analisis strategi penyaluran zakat pada Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa Republika
dengan program – program yang telah dijalankan selama ini adalah
strategi yang dimiliki oleh LAZ Dompet Dhuafa Republika untuk memproduksikan dana zakat dalam meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM kaum dhuafa yang berada di sekitar jawa barat dan DKI Jakarta, keahlian para mustahik yang dapat mengelola dana zakat yang diterima untuk mengembangkan ekonomi dengan menjalankan UMKM sehingga dapat menjadi muzzaki. Serta sosialisasi bagi para muzzaki dalam mengalokasikan dana zakat kepada lembaga yang amanah. Strategi yang dimiliki oleh LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah6 : 1. Penyaluran zakat harus dilakukan sesuai dengan syar’i yaitu terbagi dalam 8 asnaf, setelah dikurangi dengan hak amilin 12,5 % maka sisanya 87,5 %
6
Wawancara Pribadi dengan, Suri Jayeng Pradani Econimic Development
65
dibagikan kepada 7 ashnaf lainnya yaitu fakir, miskin, ghorimin, riqob, ibnu sabil dan fisabilillah.7
2. Di berikan pelatihan-pelatihan dan Pembekalan skill bagi para kaum dhuafa, sehingga dana zakat yang diberikan oleh lembaga dapat di kelola dengan baik dan dapat meningkatkan pendapatan. 8
3. Dalam program ekonomi adalah sistem Qordu Hasan, berupa pinjaman tanpa bunga LAZ Dompet Dhuafa memberikan pembiayaan kepada kaum dhuafa atau penerima manfaat dan digunakan sesuai dengan manfaat yang dikategorikan seperti UMKM, misalnya penerima manfaat dana zakat mengalokasikan dana tersebut untuk usaha, seperti berdagang kemudian mereka akan memcicil pinaman tersebut kepada Dompet Dhuafa sebesar kemampuan mereka dan sesuai dengan akad yang telah disepakati. Dan lebih banyak pengajuan dana UMKM adalah masyarakat membentuk suatu komunitas perkelompok antara 3 sampai 15, jadi Dompet Dhuafa lebih mudah untuk pemantauan dan pelaporannya lebih terpantau.
4. Dalam program social yang ada di LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah system putus, jadi ketika penyaluran dana zakat bagi para kaum dhuafa
7
Dhompet Dhuafa Republika, Sapa Ramadhan, Edisi 1431 H
8
Wawancara Pribadi, Economic Development Program
66
mereka cukup hanya diberikan dana lalu ada laporan ke pihak lembaga bahwa mereka sudah disalurkan ke sekian banyak penerima manfaat.
5. Adanya dana produktif dan pasif, dana produktif adalah dana yang diberikan kepada kaum dhuafa dapat dikelola dengan baik agar dana yang terbatas itu dapat dimanfaatkan dalam bentuk UMKM dengan pendampinagn harapannya adalah agar dana yang terbatas itu dapat bergulir menjadi besar dan dapat disalurkan kepada mustahik lainnya, sedangkan dana pasif adalah dana yang diperuntukan santunan.
6. Memiliki konsep produksifitas pada dana ZIS adalah bahwa dana ZIS tidak dibagikan langsung habis tetapi diberdayakan dengan programprogram pengembangan ekonomi sehingga kaum dhuafa tersebut dapat menggunakan dana zakat yang diberikan agar terus berjalan sehingga dihari-hari berikutnya diharapkan mustahik dapat terus bertahan hidup bahkan suatu saat bisa menjadi muzaky.
7. Program jangka pendek yaitu mengadakan program santunan untuk penanggulangan sesaat, sedangkan program jangka panjangnya adalah program-program pemberdayaan misalnya Pemberdayaan Kelompok Pengusaha Makanan Sehat (KPMS) yang ada di daerah kelurahan cipinag dan
bidara
cina
kecamatan
jatinegara-jakarta
timur,
program
pemberdayaan Pedagang Makanan Jajanan dan UKM di sekitar pasar
67
induk kramat jati-jakarta timur, program pemberdayaan Yang Muda Yang Mandiri (YM2) yang berada di daerah warakas kecamatan tanjung priok Jakarta utara dan ciputat tangerang selatan, program pemberdayaan Kelompok Pengusaha Makanan Sehat (KPMS) kota Surabaya, dan program pemberdayaan Ekonomi Industri Rumah Tangga Berbasis Tepung yang berada di kelurahan cikoneng kecamatan ciamis jawa barat.
C. Kendala yang di temukan dalam penyaluran zakat terhadap UMKM pada Dompet Dhuafa Republika Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang alokasi dana zakat dan eksistensi lembaga amil zakat ternyata memang menjadi salah satu kendala dalam pengelolaan zakat dari masyarakat. Oleh karena itu LAZ Dompet Dhuafa Republika terus mengedukasi masyrakat tentang pentingnya berzakat, agar penyaluran dapat terlaksana dengan maksimal dan bagi para kaum dhuafa dapat memanfaatkan dana yang diberikan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).9
D. Analisa Penulis Terhadap Strategi Penyaluran Zakat LAZ Dompet Dhuafa Republika Strategi yang digunakan oleh LAZ Dompet Dhuafa Republika dalam menyalurkan dana zakat yang terhimpun dari para donatur untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bagi para kaum dhuafa . setelah penulis 9
Wawancara Pribadi dengan, Suri Jayeng Pradani Econimic Development
68
melakukan penelitian dan observasi kepada pihak yang terkait, bahwa strategi penyaluran di LAZ Dompet Dhuafa Republika sudah dapat dikatakan efektif. Dengan melakukan berbagai macam pengembangan strategi dari tahun ke tahun. Dalam penghimpunan dana, Dompet Dhuafa Republika juga mempunyai program yang cukup efektif, seperti muzakki pro, jemput zakat dll, sehingga dapat menarik minat dan kepercayaan para donatur untuk menyalurkan dana ke Dompet Dhuafa Republika. LAZ Dompet Dhuafa Republika berupaya agar para mustahik yang akan mendapatkan dana, tidak hanya digunakan sebagai dana konsumtif semata melainkan bisa juga menjadi dana yang produktif seperti untuk UMKM dengan cara memberikan pembiayaan personal atau kolektif yang tidak memberatkan mustahik dalam arti dana yang diberikan oleh Dompet Dhuafa bisa mensejahterakan mustahik dan lebih dari itu si mustahik bisa menjadi muzzaki.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah meneliti, membahas, dan menguraikan tentang masalah bagaimana Strategi Penyaluran Zakat Dompet Dhuafa Republika dalam meningkatkan Usaha KMikro Kecil dan Menengah (UMKM) kaum dhufa sebelumnya, maka pada bab ini penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Strategi penyaluran dana zakat yang dilakukan LAZ Dompet Dhuafa Republika dalam meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk kaum dhuafa diantaranya: a.
Dalam program ekonomi adalah sistem Qordu Hasan, berupa pinjaman tanpa bunga LAZ Dompet Dhuafa memberikan pembiayaan kepada kaum dhuafa atau penerima manfaat dan digunakan sesuai dengan manfaat yang dikategorikan seperti UMKM, misalnya penerima manfaat dana zakat mengalokasikan dana tersebut untuk usaha, seperti berdagang kemudian mereka akan memcicil pinaman tersebut kepada Dompet Dhuafa sebesar kemampuan mereka dan sesuai dengan akad yang telah disepakati. Dan lebih banyak pengajuan dana UMKM adalah masyarakat membentuk suatu komunitas perkelompok antara 3 sampai 15, jadi Dompet Dhuafa lebih mudah untuk pemantauan dan pelaporannya lebih terpantau.
69
70
b. Dalam program social yang ada di LAZ Dompet Dhuafa Republika adalah system putus, jadi ketika penyaluran dana zakat bagi para kaum dhuafa mereka cukup hanya diberikan dana lalu ada laporan ke pihak lembaga bahwa mereka sudah disalurkan ke sekian banyak penerima manfaat. c. Adanya dana produktif dan pasif, dana produktif adalah dana yang diberikan kepada kaum dhuafa dapat dikelola dengan baik agar dana yang terbatas itu dapat
dimanfaatkan dalam bentuk UMKM dengan
pendampinagn harapannya adalah agar dana yang terbatas itu dapat bergulir menjadi besar dan dapat disalurkan kepada mustahik lainnya, sedangkan dana pasif adalah dana yang diperuntukan santunan. 2. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, dana zakat telah disalurkan dengan cukup efektif hal ini dapat dilihat dari laporan dan sumber penggunaan dana periode 17 desember 2009 - 17 desember 2010. Pemanfaatan dana yang dimiliki oleh dermawan atau orang kaya dan dana sosial dari sebuah perusahaan dengan hadirnya lembaga sosial diharapkan memberikan kenyamanan dalam menyalurkan dananya dan terjembatani pengajuan kebutuhan masyarakat dhuafa dalam peningkatan kualitas hidupnya. Dalam penghimpunan dana LAZ Dpmpet Dhuafa Republika meluncurkan beberapa program antara lain: a. Layanan langsung dikantor. Para donator atau Muzzaky yang mempunyai waktu luang bisa datang langsung ke kantor LAZ Republika.
Dompet Dhuafa
71
b. Layanan jemput zakat, layanan ini diperuntukan bagi para donator yang meminta untuk jemput zakat, infaq, shodaqah dan wakaf langsung datang kerumah, kantor atau lokasi yang ditentukan oleh donator itu sendiri. Minimal zakat yang di jemput Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah). c. Layanan SMS dan Internet Banking. Para donator pun dapat ber zakat, infak, shodaqah dan wakaf melalui sms dan autodebet serta transfer yang bekerjasama dengan Bank, departemen sosial Republik Indonesi (Depsos RI) dan dengan operator telepon seluler. 3. Kendala yang di temukan dalam penyaluran zakat terhadap UMKM kaum dhuafa pada LAZ Dompet Dhuafa yaitu Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang zakat dan lembaga amil zakat juga menjadi salah satu kendala dalam mengelola zakat dari masyarakat. Oleh karena itu LAZ Dompet Dhuafa Republika terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berzakat, agar penyaluran dapat terlaksana dengan maksimal dan bagi para kaum dhuafa dapat memanfaatkan dana yang diberikan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
B. Saran Skripsi ini jauh dari kesempurnaan sebagai sebuah karya ilmiyah yang membahas tentang Strategi Penyaluran Zakat Dompet Dhuafa Republika dalam meningkatkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kaum dhuafa, karena
72
masih banyak kekurangan dalam penulisannya, namun terlepas dari hal itu penulis mencoba untuk memberikan saran-saran. 1. Sebelum pelaksanaan program, Dompet Dhuafa harus lebih mematangkan konsep teknik kerja yang akan dilakukan, kejelasan waktu juga perlu diperhatikan agar setiap pelaksanaan tiap tahapan program tidak terhambat. 2. Sosialisasi tentang zakat perlu ditingkatkan oleh pemerintah agar masyarakat dapat mengetahui pentingnya Zakat, Infak dan Shadaqoh, selain menambah jumlah mustahik juga menambah jumlah dana terhimpun. Ini merupakan salah satu cara mengentaskan kemiskinan. 3. Dalam prosedur penyaluran dana bantuan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang sudah dilaksanakan oleh LAZ Dompet Dhuafa Republika, diharapkan kedepannya dapat terlaksana lebih baik lagi agar dapat menghasilkan manfaat yang lebih baik juga untuk para penerima dana yang digunakan untuk pengembangan kegiatan usaha yang dijalankan. 4. LAZ Dompet Dhuafa Republika supaya terus berusaha memperbanyak jaringan donator-donatur agar dapat memperluas dalam pemberian bantuan untuk kaum dhuafa, baik untuk pengembangan kegiatan ekonomi maupun yang lainnya. 5. Dompet
Dhuafa
Republika
juga
dapat
lebih
meningkatkan
dalam
mengembangkan program-program yang sudah ada di Dompet Dhuafa Republika, bukan hanya dalam bidang social dan ekonomi saja.
73
6. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk kajian-kajian yang lebih mendalam secara terus-menerus tentang penyaluran dana zakat yang digunakan untuk pengembangan UMKM kaum dhuafa, sebab dengan adanya program kegiatan ekonomi dan pelatihan-pelatihan pengembangan skill untuk kaum dhuafa maka akan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.
74
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran al-Karim QS.Al-imran ayat 134, At-Taubah : 60 Abdullah Zaky Al-kaaf, Ekonomi Dalam Persfektif Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) Al-Assal, Muhammad, Ahmad, Al-Nizam Al-Iqtisad fil al-islam. Mabaadi’uhu wa ahdafuhu, (System Ekonomi Islam, Prinsip dan Tujuannya ), terjemahan.H.Abu Ahmadi dkk.,PT. Bina Ilmu Surabaya, 1980 Amalia, Euis, Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), h.43 Adiningsih, Sri,”Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah Di Indonesia”, (Artikel : 2009) Blocher, dkk., Manajemen Biaya, Terjemahan Dra A. Susty Ambarriani, M. Si., (Jakarta Salemba Empat, 2000) David, R, Fred, Manajemen Strategi, Edisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2004)
Dompet Dhuafa Republika, Panduan Zakat Praktis, 2010 ---------------------------------,Kabar Mamdiri, Edisi 12, 2010
Faradilla, Efektifitas Penyaluran Zakat dalam Meningkatkan Pendapatan Mustahik pada LAZNAS Bangun Sejahtera Mitra BSM Ummat. Skripsi Jurusan Mu’amalah Fak. Syariah & Hukum, UIN Ciputat, 2006 Hadi, Sutrisno, Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi (Yogyakarta: Andi Offiset,1997) H. M. Djamal Doa. Membangun Ekonomi Ummat Melalui Pengelolaan Zakat Harta, (Jakarta: Nuansa Madani, 2002)
75
Ismawan, Indra, Sukses di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil dan Menengah, (Gramedia: Jakarta, 2001 ) MA, S.H, Pernomo Hadi Sjeohul K.H, DR..,. Sumber-sumber Penggalian Zakat, (Jakarta : Pustaka Firdaus ) Nawawi, Hadari, Manajemen Strategi, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintah, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003) Pramiyanti, Alila, “Study Kelayakan Bisnis Untuk UKM”, (Yogyakarta: Media Presindo, 2008)
Qodir, Abdul, Zakat dalam dimensi Madhah dan Sisial,( Raja Grafindo Persada:Jakarta, 1998) Rangkuti, Freddy, Analisis SWOT Teknik Membadah Kasus Bisnis, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2006) RS, Ishak, “Pemberdayaan Masyarakat Miskin”, www.dekopin.com., di akses pada 2 Desember 2010 Sahidin, Ahmad, Mengatasi Kemiskinan Tak Lain Bicara Kebijakan Politik. (Wawancara) Sudewo, Erie. Sosial Entrepreneur. Saladin, Djaslim, Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan, (Bandung, Linda Karya, 2004) Suharsimi, Arikunco,.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998),
Sudewo, Eri, Praktisi Zakat dan Entrepreneur, Wawancara Majalah Swadaya -------------------, Manajemen Strategik, (Gajah Mada University Press, 2003) Sinungan, Muchdarsyah, Manajemen Dana Bank, (Jakarta, Bumu Aksara, 2002) M. abdul Mannan. Ekonomi Islam : Teori dan Praktek, (Yogyakarta, PT. Dana Bakti Wakaf, 1995)
76
Soeharto, Saat, Jurus Ampuh Mengatasi Kemiskinan, dalam Euis Amalia Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2009) Sukristono, Perencanaan Strategi Bank, (Jakarta: PT Dhasa Warna, 1992) Titik Sartika Partomo M.S dan Abd,Racman Soejoedono, “Ekonomi Skala Kecil Menengah dan Koprasi”, dalam Lilis Sali Satunnisa, “BMT Sebagai mitra Pengusaha Kecil dan Menengah, study kasus pada BMT Fajar Shiddiq” Jakarta, “(Skripsi S1 fakultas Syariah dan Hukum, UIN Jakarta,2004 ) Veitzhal Rivai, MBA, dkk., Credit Management Hand Book : Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir&Nasabah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Warren J. Keegan, Manajemen Pemasaran gelobal, Terjemahan Alexander Sindoro & Tanty Syahlena tarigan, MM., (Jakarta, PT. Indeks Kelompok Gramedia, 2003) Yusuf Al-Qaradhawi , Fiqh Zakat, Muassasah Risalah. Beirut. 1991. Juz. II, Zarqa, Anas, Islamic Economics: An Approacch to Human Welfare, dalam aidit Ghazali dan Syed Omar dalam httpnurkholis77.staff.uii.ac.id analisisperspektif-ekonomi-islam di akses pada 7 November 2010
INTERNET http://www.bazisdki.go.id/panduan/zakat/158-hakekat-pembayaran-zis Zakat Outlook 2008 Diakses pada 12 oktober 2010 http:/konsultasimuamalat.wordpress.com/2008/07/17/ruu-pengolahan-zakat-muslimlalai-akan-dikenakan-sangsi Ddiakses pada 13 desember 2010 http://www.dompetdhuafa.org/dd.php?x=zakat Diakses pada 12 oktober 2010 http://www.pusatbahasa.diknas.go.id diakses pada 20 november 2010