eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2(3): 561-574 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
PERAN WORLD WIDE FUND FOR NATURE (WWF) DALAM KONSERVASI ORANG UTAN DI TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Ledy Magdalena Nim. 0802045151
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 3, 2014
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2(3): 561-574 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
PERAN WORLD WIDE FUND FOR NATURE (WWF) DALAM KONSERVASI ORANGUTAN DI TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN KABUPATEN KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Ledy Magdalena1 NIM.0802045151
Abstract National Park Betong Kerihun (BKNP) is the largest conservation area in West Kalimantan Province. This conservation area status of National Park through the Minister of Forest rydecree No.467/Kpts-II/1995 dated 5 September 1995. Region BKNP is within four (4) sub-districtis District Embaloh Upstream, Downs tream Embaloh the District, the District and the District of North Putussibau South Putussibau which is an administrative region of Kapuas Hulu. WWF role in orangutan conservation Betong Kerihun Profinsi Kapuas Hulu in West Kalimantan is very good. This is evident from the level of the economyis based on the proposition and visitors as well as better infrastructure towards forest conservation BKNP, 5 years ago the road impassable by land, through river sorbo at 5 years ago 6-7 hours now only be reached with a3-4hours. Facilities for orangutan conservationis also maintained and properly maintained. This is in collaboration with the forest service and the manager every week BKNP observe the location of protected areas and observationnests orangutan habitat. National Park area Betong Kerihun (BKNP) was originally a nature reserve (formerly named Bentung Karimun Nature Reserve) with an area of 600,000 hectares set by the Minister of Agriculture in 1982 . BKNP area designated as a national park finally and changed its name to the National Park Betong Kerihun . Height of the region located between 300-1960 meters above sea level . Faunal diversity in BKNP very high, including orang-utans, sun bears , monkeys and gibbons white. Percentage oforangutan habitats howedan increase compared to the previous percentage of poor as well as the lack of education about the functions and benefits of forest conservation BKNP againstimmigrants Keywords:National Park area Betong Kerihun, WWF
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
562
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014 : 561-574
Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah konservasi sekitar 28 juta Ha. Untuk mengoptimalkan upaya konservasi ditetapkan Undang-undang no. 43 tahun 1978 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Undangundang ini merupakan hasil adopsi dari perjanjian global CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Naskah konvensi CITES disepakati 3 Maret1973 pada pertemuan para wakil 80 negara di Washington, D.C. Negara peserta diberi waktu hingga 31 Desember1974 untuk menandatangani kesepakatan, dan CITES mulai berlaku tanggal 1 Juli1975. Setelah melakukan ratifikasi, menerima, atau menyetujui konvensi, negara-negara yang menandatangani konvensi disebut para pihak (parties). Pada tahun 2003, semua negara penanda tangan CITES telah menjadi para pihak. Negara yang belum menandatangani dapat ikut serta menjadi para pihak dengan menyetujui CITES. Di bulan Agustus 2006 tercatat sejumlah 169 negara telah menjadi para pihak dalam CITES.Selain hal tersebut, upaya konservasi di Indonesia telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan juga oleh beberapa Organisasi Internasional non-pemerintah seperti WWF (World Wide Fund). WWF di Indonesia telah melakukan berbagai macam konservasi termasuk konservasi terhadap Orangutan yang hampir punah.Orangutan adalah spesies kera besar yang hidup di Asia dan sebagian di Afrika.(http://www.tentang kami_wwf.or.id)Secara umum orangutan di Indonesia tersebar di Pulau Borneo dan Sumatera, dengan spesies yang berbeda yaitu Pongo pygmaeus di Borneo dan Pongo abelii di Sumatera. Di Borneo, di negara Indonesia, orangutan tersebar di tiga provinsi di Pulau Kalimantan, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Sedangkan di sebelah Malaysia, orangutan ditemukan di negara bagian Sabah dan Sarawak. Orangutan di Borneo terbagi menjadi 3 subjenis, yaitu: Pongo pygmaeus pygmaeus, Pongo pygmaeus wurmbii, dan Pongo pygmaeus morio. Total populasi orangutan di Borneo saat ini sekitar 55.000 individu. Dari 3 sub-jenis orangutan yang ada di Borneo, 2 sub-jenis ditemukan hidup di Kalimantan Barat, yaitu Pongo pygmaeus pygmaeus dan Pongo pygmaeus wurmbii. Untuk mengetahui sebaran populasi dan status konservasi P. p. pygmaeus, WWFIndonesia telah bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) untuk melakukan survei sebaran habitat dan populasinya di sekitar TNBK pada tahun 2011.Survei yang dilakukan sepanjang tahun 2011 telah mendapatkan sejumlah 1.030 individu (550-1.830) masih bertahan hidup di dalam kawasan TNBK. Menurut Kepala Balai Besar TNBK, Ir. Ludvie Ahmad, diperkirakan terdapat sekitar 700 individu orangutan hidup terkonsentrasi di wilayah barat Taman Nasional, yaitu di Sub-DAS Embaloh. Populasi penyebaran Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus) di kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK), Kapuas Hulu, terancam punah akibat perburuan liar dan perusakan habitat karena aktifitas penebangan hutan liar. (http://www.populasi orangutan.or.ir)
562
Peran WWF Dalam Konservasi Orang Utan (Ledy Magdalena)
Species Officer World Wildlife Fund Indonesia, mendapati kegiatan pembalakan liar (illegal logging) telah merusak kawasan dataran rendah, sehingga mengakibatkan orangutan semakin tergusur dan mengungsi jauh ke pedalaman rimba. Dampak pembukaan wilayah hutan terhadap pemusnahan species sangat besar, karena satwa perlahan-lahan akan turun ke daerah hilir menuju pemukiman penduduk. Ancaman yang juga terjadi adalah perburuan yang merupakan faktor utama pemusnahan species dengan berbagai alasan, seperti pemenuhan kebutuhan protein (daging), diperdagangkan, atau dipelihara sekedar hobi.Dari ketiga subspecies yakni, Pongo pygmaeus wurmbii dan Pongo pygmaeus morio, adalah Pongo pygmaeus pygmaeus yang paling terancam populasinya. Berdasarkan data Population and Habitat Viability Assessment (PHVA) Orangutan tahun 2004, populasi Pongo pygmaeus pygmaeus tinggal 7.936 individu (14,10 persen), sedangkan Pongo pygmaeus morio 15.406 individu (27,40 persen), disusul Pongo pygmaeus wurmbii 32.906 individu (58,50 persen). Dari data tersebut diatas menunjukan bahwa populasi orangutan semakin berkurang.Tulisan berikut bertujuan untuk mengetahui tentang peran World Wide Fund For Nature (WWF) Dalam konservasi orangutan di Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. (http://www.wwf.or.id) Kerangka Dasar Teori Konsep Peran Organisasi Internasional Peranan dapat diartikan sebagai orentasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, sang pelaku peran baik itu individu maupun organisasi akan berprilaku sesuai dengan sharapan orang atau lingkungannya. Dalam hal ini peranan menjalankan konsep melayani untuk menghubungkan harapan- harapan yang terpola dari orang lain atau lingkungan dengan hubungan dan pola yang menyusun struktur sosial. Peranan merupakan seperangkat perilaku yang dapat berwujud sebagai perorangan sampai dengan kelompok, baik kecil maupun besar yang semuanya menjalankan berbagai peranan.Konsep peranan pada dasarnya berhubungan langsung dengan posisi sosial.Posisi sosial merupakan elemen dari organisasi, letak dalam ruang sosial, kategori keanggotaan dalam organisasi. (T.May Rudy 2001, 137-138) Dalam perkembangan hubungan internasional tidak terlepas dari, kehadiran organisasi sebagai salah satu aktor internasional yang cukup banyak berperan dalam konstalasi sistem internasional. Organisasi internasional menurut Daniel S. Cheveerdan field Hariland Jr. Secara sederhana dapat didefenisikan sebagai; (T.May.Rudi 1998, 2-3) “Any cooperation arrangement instivted among states,usually by basic agreement to perfrom some mutually advantageous function implemented trough periodic meeting and staff activities”. Dari pengertian tersebut organisasi internasional dapat diartikan sebagai pengaturan bentuk kerja sama internasional yang melembaga antar negara-negara, umumnya berlandaskan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang
563
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014 : 561-574
memberimanfaat timbal balik yang di implementasikan melalui pertemuanpertemuan serta kegiatan staf secara berkala.Selain itu, Teuku May Rudy juga berpendapat dan mendefenisikan organisasi internasional sebagai pola kerja sama yang melintasi batas-batas Negara. Kemudian didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan untuk melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna tercapainya tujuan-tujuan yang disepakati bersama baik antara pemerintahan dengan pemerintahan maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada Negara yang berbeda. Salah satu kajian utama dalam hubungan internasional adalah organisasi internasional yang merupakan salah satu aktor dalam hubungan internasional.Pada dasarnya organisasi internasional didirikan dengan tujuan untuk mempertahankan aturan-aturan, agar dapat berjalan tertib dalam rangka memcapai tujuan bersama. Organisasi internasional sebagai suatu wadah hubungan antar bangsa dan negara agar kepentingan masing-masing negara dapat terjamin dalam konteks hubungan internasional.Secara garis besar organisasi internasional dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (Joshua S.Goldstain 1996. 269) a. Organisasi Antar Pemerintah ( Inter-Govermental Organization / IGO ), anggotanya terdiri dari delegasi resmi pemerintah negara-negara. Contohnya adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), World Trade Organization (WTO) b. Organisasi Non Pemerintah ( Non Govermental Organization / NGO ), terdiri dari kelompok-kelompok swasta dibidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan teknik atau ekonomi. Contohnya adalah ICRC (palang merah internasional). Karekteristik umum yang terdapat dalam kedua jenis lembaga internasional tersebut meliputi organisasi permanen guna untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu seperti : keanggotaanya bersifat sukarela, instrument dasar yang menyatakan tujuan, struktur, dan metode pelaksanaanya.Peranan organisasi internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: a. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik sesama anggota. b. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan. c. Lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan antara lain kegiatan. d. Sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup dan lain-lain. Konsep Konservasi Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep
564
Peran WWF Dalam Konservasi Orang Utan (Ledy Magdalena)
konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana).Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut : a. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary 1982, 1968) b. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial. c. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan. d. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang.( Ross Glenn F. 1998) Metode Penelitian Untuk menganalisis penelitian dalam penulisan ini, penulis menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif dimana penulis berupaya menggambarkan kenyataan dengan situasi berdasarkan data-data yang ada berdasarkan konsep-konsep yang dipergunakan.Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang di peroleh langsung dari hasil penelaahan studi kepustakaan yang terdiri dari proses release, buku-buku, sumber dari artikel, surat kabar.Dalam penelitian, teknik pengumpulan data menggunakan sistem studi kepustakaan/studi literature yaitu menerapkan pola pengolahan data yang di peroleh dari berbagai literatur: buku, media masa, internet, serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan masalah ini.Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah content analysis yaitu dengan menganalisa sumbersumber tertulis untuk menjelaskan fenomena yang terjadi. Hasil Penelitian Peran World Wide Fund For Nature (WWF) Wilayah Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) pada awalnya merupakan cagar alam (dahulu bernama Cagar Alam Bentung Karimun) dengan luas 600.000 hektar yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian pada tahun 1982.Sepuluh tahun kemudian, melalui keputusan menteri kehutanan kawasan cagar alam tersebut diperluas sehingga menjadi 800.000 hektar. Pada 5 September 1995, statusnya mengalami perubahan dari cagar alam menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Bentuang Karimun. Empat tahun kemudian, tepatnya tanggal 2
565
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014 : 561-574
September 1999, kawasan TNBK akhirnya ditetapkan sebagai taman nasional dan berubah nama menjadi Taman Nasional Betung Kerihun. Wilayah ini merupakan yang terbesar di Kalimantan Barat dengan luas kurang lebih 800,000 hektar dan terdiri dari berbagai jenis ekosistem, termasuk hutan dataran rendah, hutan pegunungan, serta hutan lumut. Ketinggian kawasan ini terletak antara 300-1960 meter di atas permukaan laut.Keanekaragaman fauna di TNBK sangat tinggi, termasuk orang-utan, beruang madu, kera putih dan owa. WWF bekerjasama dengan berbagai pihak seperti pemerintah Indonesia, organisasi dan masyarakat lokal, untuk menyelamatkan dan mengurangi kerusakan habitat orangutan. Tiga komponen WWF dalam melaksanakan kegiatan konservasi orangutan di Heart of Borneo adalah: 1. Memfasilitasi terciptanya sebuah jaringan dari kawasan-kawasan lindung sebagai sebuah kawasan perlindungan untuk spesies kunci, seperti orangutan Menghubungkan kawasan-kawasan lindung tersebut dengan ‘koridor satwa’ yang dikelola secara teliti, memastikan orangutan dan spesies lain dapat bergerak dengan leluasa di dalamnya. 2. Memastikan semua kawasan lain di dalam maupun di perbatasan Heart of Borneo yang statusnya tidak dilindungi dapat dipertahankan sama seperti kawasan hutan dengan cara dikelola secara berkelanjutan. Lebih dari 70% populasi orangutan Borneo diperkirakan berada di luar kawasan-kawasan yang dilindungi, dengan mayoritas berada di dalam kawasan konsesi. Penelitian WWF menunjukkan bahwa orangutan Borneo mampu bertahan hidup di kawasan hutan konsensi, apabila dampak penebangan dikurangi melalui implementasi Pengelolaan Hutan Berkelanjutan, penebangan dilakukan secara selektif, keutuhan pohon-pohon berbuah tetap dijaga , serta aktivitas perburuan dikontrol secara ketat. 3. Melakukan kampanye penyadartahuan tentang konservasi orangutan kepada kelompok-kelompok masyarakat, terutama masyarakat lokal yang tinggal berbatasan dengan habitat orangutan. WWF juga telah menjalankan beberapa program konservasi orangutan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Di Kalimantan Barat, kerja konservasi WWF difokuskan untuk P.p. pygmaeus di Taman Nasional Betung Kerihun dan Taman Nasional Danau Sentarum, serta koridor satwa yang ada di antaranya. Kedua taman nasional itu berlokasi di Kabupaten Kapuas Hulu. Sementara itu, kawasan-kawasan konsensi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat ditargetkan untuk perlindungan sub-spesies P.p. wurmbii. Di Kalimantan Tengah, kerja WWF untuk konservasi orangutan difokuskan pada orangutan yang berhabitat di Taman Nasional Sebangau Sebagai tindak lanjut program kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Malaysia pada tahun 1973 yang mengetengahkan pentingnya nilai konservasi kawasan Betung Kerihun dan Lanjak Entimau, pemerintah Jepang dan Swiss memberikan bantuan dana melalui the International Tropical Timber Organization (ITTO) untuk membentuk suatu kawasan antar-batas negara.
566
Peran WWF Dalam Konservasi Orang Utan (Ledy Magdalena)
Bantuan dari ITTO untuk Sarawak diberikan pada tahun 1992 sementara untuk Betung Kerihun diberikan tahun 1994.Tidak lama kemudian ditandatangani perjanjian antara Departemen Kehutanan Republik Indonesia dan ITTO untuk mengimplementasikan sebuah proyek "Development of Betung Kerihun Nature Reserve as a National Park (Phase 1)".Tujuan utama fase pertama proyek ini adalah untuk membuat sebuah rencana pengelolaan Cagar Alam Betung Kerihun yang bertujuan untuk mengelolanya secara berkelanjutan sebagai sebuah Taman Nasional.Sementara itu, tujuan lainnya adalah mengembangkan petunjuk untuk pengelolaan berkelanjutan yang berdasarkan kepada peran serta aktif masyarakat. Salah satu hasil nyata proyek ini adalah dilaksanakannya ITTO Borneo Biodiversity Expedition (IBBE) pada tahun 1997.Ekspedisi bersama ini menjadi tonggak penting dalam kerjasama antar-batas antara kawasan keanekaragaman hayati di Sarawak dan Kalimantan Barat, yang juga menjadi batu loncatan baru dalam kerjasama kehutanan internasional. Dua aspek utama yang ditindaklanjuti oleh ekspedisi ini adalah: Kontribusi langsung dari keanekaragaman hayati selama ekspedisi berlangsung terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan - baik untuk hasil kayu maupun non-kayu - serta pemahaman akan fungsi hutan bagi kehidupan manusia b) Kontribusi langsung dari keanekaragaman hayati selama ekspedisi berlangsung untuk penyesuaian pengembangan kawasan dengan mempertimbangkan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan a)
Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Departemen Kehutanan, ITTO dan WWF pada bulan September 2001 menandai dimulainya fase kedua proyek tersebut yang dinamakan "The Implementation of Community Based Transboundary Management Plan for the BKNP Phase II". Fase ini pada awalnya dijadwalkan akan berakhir pada bulan Oktober 2004, namun karena beberapa aktifitas belum selesai dilaksanakan karena beberapa kendala teknis, maka Project Steering Committee memutuskan untuk memperpanjangnya hingga bulan April 2005 tanpa biaya tambahan. Tujuan dari Fase II ini adalah: Menentukan dasar perencanaan konservasi berbasis masyarakat dan rencana pengembangan TNBK untuk jangka panjang 2) Mengembangkan system yang efektif untuk pengeleloaan daerah konservasi lintas batas negara: Lanjak Entimau Wildlife Sanctuary (LEWS) dan Taman Nasional Batang Ai, Sarawak, Malaysia 1)
Tujuan tersebut akan dicapai melalui strategi program, antara lain: a) Mengembangkan kawasan penyangga melalui penguatan kerjasama antara pihak-pihak terkait serta pengembangan kewirausahaan b) Mengembangkan potensi ekoturisme
567
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014 : 561-574
Mengembangkan database dan sistem informasi untuk mendukung pengelolaan kawasan d) Meningkatkan kampanye kesadartahuan bagi masyarakat umum untuk mendukung pengelolaan kawasan e) Mengembangkan sistem kerjasama antara kedua kawasan (TNBK dan LEW
c)
Hasil Yang Dicapai Oleh World Wide Fund for Nature (WWF) dalam Konservasi Orangutan di Taman Nasional Betung Kerihun di Kalimantan Barat pada tahun 2007-2011 1. Kebijakan dan Aturan Yang Terkait Dengan Orangutan Salah satu hasil yang dicapai oleh WWF untuk wilayah konservasi taman Nasional Betung Kerihun adalah merekomendasikan serta menjalankan peraturan kepada masyarat dan perusahaan tentang undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, termasuk turunannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar dan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar. Hukum yang dibuat pemerintah ini harus ditegakkan oleh pelaku hukum agar tidak ada penyuapan untuk pembukaan lahan yang merusak atau mengambil alih habitat orangutan agar tidak terjadi konflik antara manusia dan orangutan.Pembantaian dan penjualan orangutan juga harus ditindak secara hukum yang berlaku bagi pihak yang melanggarnya. 2. Memperbaiki habitat orangutan Sebagai langkah awal dari WWF untuk Wilayah konservasi Betung Kerihun dalam penyelamatan Orangutan dari kepunahan adalah dengan cara menyelamatkan habitatnya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan cara penghentian pembukaan hutan untuk lahan perkebunan sawit, berperang melawan illegal logging, reboisasi, membatasi jarak habitat orangutan dengan pemukiman penduduk dan menggalakkan gerakan tanam seribu pohon. Cara melestarikan orangutan tanpa melestarikan habitatnya dianggap sangat tepat oleh WWF, sambil memberikan pengajaran dan pengetahuan kepada masyarakat akan pentingnya satwa-satwa di sekitar mereka. Karena orangutan adalah satwa liar yang lebih suka hidup di alam bebas dari pada di penangkaran atau di kebun binatang.Penelitian membuktikan orangutan yang tinggal di penangkaran dan karantina umurnya lebih pendek dari orang utan yang hidup di alam bebas.Rehabilitasi habitat orangutan adalah harga mutlak dalam usaha pelestarian Orangutan. 3.Konservasi Jumlah orangutan yang berada di kebun binatang atau taman margasatwa dan taman safari di Indonesia pada tahun 2006 sebanyak 203 individu.(http://www. We save orangutan. Blogspot.com) Standar operasional minimum untuk kebun binatang (zoo minimum operating standards) di Indonesia telah ada dan menjadi keharusan bagi anggota PKBSI (Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia) untuk ditaati. Tetapi proses monitoring dan evaluasi terhadap kebun binatang
568
Peran WWF Dalam Konservasi Orang Utan (Ledy Magdalena)
belum berjalan baik menyebabkan banyak anak orangutan yang dilahirkan di sana tidak mencapai usia dewasa. Kebun binatang dan dan hutan lindung konservasi di Betung Kerihun diharapkan bisa lebih berperan dalam konservasi orangutan, dengan lebih meningkatkan program pendidikan dan penyadartahuan masyarakat dan tidak berorientasi bisnis semata. Selain itu, praktik pemeliharaan (husbandry) di seluruh taman nasional yang ada di Indonesia perlu ditingkatkan dan dievaluasi secara teratur oleh PKBSI dengan melibatkan para ahli untuk menjamin kualitas pelaporan dan transparansi. Laporan dari International Studybook of Orangutan in World Zoos (2002) mencatat 379 orangutan borneo, 298 orangutan sumatera, 174 orangutan hibrid, dan 18 orangutan yang tidak diketahui atau tidak jelas asal-usulnya dipelihara di berbagai kebun binatang seluruh dunia. Jumlah itu hanya berasal dari kebun binatang yang memenuhi permintaan data dari pemegang studbook yang ditunjuk, sehingga ada sejumlah orangutan lainnya tidak tercatat dan diketahui pasti jumlahnya. Selain membuat kebijakan yang mengatur pengelolaan populasi orangutan di kebun binatang dan hutan konservasi, WWF juga mengembangkan sistem pendataan nasional yang diperlukan untuk memantau keberadaan populasi orangutan di berbagai kebun binatang dan hutan konservasi di Indonesia. 4. Kegiatan Perlindungan dan Pengamanan Wilayah Konservasi Taman Nasional Betung Kerihun. Kegiatan perlindungan dan pengamanan merupakan salah satu upaya pengelolaan prioritas dari sebuah kawasan konservasi. Keutuhan kawasan dan ekosistemnya merupakan output yang sebenarnya dari kegiatan ini. Kegiatan ini diwujudkan dalam kegiatan operasi pengamanan baik bersifat rutin yang dilakukan oleh POLHUT maupun operasi pengamanan gabungan yang dilaksanakan oleh POLHUT bersama pihak lain (Kepolisian dan TNI). Hambatan WWF Dalam Konservasi Orangutan Di Taman Nasional Betung Kerihun Kapuas Hulu Kalimantan Barat. 1. Berdasarkan dari hasil patroli petugas WWF dan Pengelola TNBK Berdasarkankan hasil kegiatan perlindungan dan pengamanan yang dilakukan, tercatat telah terjadi beberapa gangguan terhadap kawasan TNBK. Berikut beberapa gangguan terhadap kawasan yang terekam dalam kurun waktu 2005 – 2012 antara lain :DAS Embaloh, DAS Sibau, DAS Mendalam dan DAS KapuasBungan. Di lingkup wilayah kerja DAS Embaloh, DAS Sibau, DAS Mendalam dan DAS Kapuas-Bungan dilakukan sebanyak 7 (tujuh) kali Patroli Rutin dengan daerah patroli di Sungai Embaloh dan sekitarnya. Dalam kegiatan patroli rutin tidak ditemukan adanya gangguan terhadap kawasan. Akan tetapi, dalam pelaksanaan Patroli Terpadu/ Gabungan pada tanggal 27 Januari - 17 Februari 2012, dengan target sasaran wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia ditemukan jalan bekas log di perbatasan komplek Lubang Ribut yang masuk ke wilayah
569
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014 : 561-574
Indonesia lebih kurang 20 m dengan panjang lebih kurang 40 m.Kerusakan lain yang ditimbulkan dengan adanya jalan tersebut adalah rusaknya patok batas sebanyak 9 buah dengan rincian Patok No.S.360 hancur tergusur, Patok S.358, S.355 hilang. P.S.422 (miring ), P.S414 (hancur), P.S401 (hancur), P.S380 (hancur), P.S 342 (tercabut), dan P.S.431 (hancur). 2. Konflik Orangutan dan Manusia Ancaman terbesar terhadap kelangsungan hidup orangutan berasal dari perusakan habitatnya yang disebabkan oleh penebangan dan pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian, perkebunan, pertambangan, dan pemukiman.Akibatnya, populasi orangutan yang semula tersebar luas saat ini terpencar ke dalam kantongkantong populasi berukuran kecil dengan daya dukung habitat yang rendah.Konflik antara manusia dan orangutan terjadi karena adanya kompetisi untuk sumber daya alam yang terbatas.Sebagian dari masyarakat masih beranggapan, bahwa orangutan “hanyalah binatang’ yang derajatnya lebih rendah dari manusia sehingga hak dan kebutuhannya untuk hidup sering tidak dipertimbangkan. Ketika kebutuhan manusia akan lahan, sumber daya alam, kekayaan dan kesejahteraan meningkat, ancaman bagi keberadaan dan kelangsungan hidup orangutan juga meningkat. Konflik yang terjadi antara manusia dan orangutan sering berdampak pada kerusakan tanaman dan konsumsi buah di perkebunan dan lahan masyarkat, serta munculnya rasa tidak aman dari kedua belah pihak pada saat bertemu. Kerugian dari pihak perusahaan, salah satunya seperti yang terjadi di PT. Kerri Sawit Indonesia (Kalimantan Tengah) dimana satu orangutan dalam dua hari dapat memakan 300 pokok sawit berusia 1 tahun yang harga perpokoknya Rp. 20.000,(Bpk. Iwan-PT. Kerri Sawit Indonesia pers. kom). Sementara itu, kerugian dari segi konservasi, biaya penyelamatan orangutan juga tinggi yaitu US$ 3.000/individu (BOSF, unpubl.).Maka jika tidak dicari penyelesaian, konflik yang berkelanjutan berakibat buruk dan merugikan bagi kedua belah pihak.Penyusutan dan fragmentasi habitat orangutan merupakan pemicu utama konflik dengan manusia. a) Konversi hutan Saat ini perubahan hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit merupakan penyebab utama hilangnya habitat orangutan.Keadaan tersebut diperparah karena tata guna lahan tidak direncanakan dengan baik dan tidak mengakomodasi kepentingan konservasi sebagai sumber keanekaragaman genetik untuk kesejahteraan manusia.Hutan hujan tropis tersisa di Asia Tenggara berada di bawah tekanan dari dua kegiatan besar yaitu, pembalakan secara besar-besaran (legal maupun ilegal) serta kegiatan konversi lahan untuk berbagai keperluan, termasuk pembangunan perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan data UN Food and Agriculture Organisation (FAO), tutupan hutan di Indonesia sepanjang tahun 1990 an mengalami penurunan hingga 13 juta hektar (12%), Malaysia 2,4 juta hektar (12%) dan PNG 1,1 juta hektar (4%).
570
Peran WWF Dalam Konservasi Orang Utan (Ledy Magdalena)
(http://www.global forest watch, Indonesia 2002.Pdf.or.id)Kerusakan habitat oleh konversi hutan menjadi perkebunan kelapa sawit mengakibatkan penurunan populasi berbagai satwa secara drastis.Konflik yang terjadi akibat perebutansumberdaya dengan manusia mendorong terjadinya perburuan dan pembantaian satwa. b) Kebakaran hutan Api liar bukan merupakan fenomena alamiah yang biasa ditemukan pada daerahdaerah hutan tropis. Akan tetapi pada periode 1997- 1998, banyak titik api yang merambah ke berbagai daerah pinggiran di Indonesia. Tidak kurang dari 6% total daratan Indonesia mengalami kebakaran lahan yang mengakibatkan negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Brunei dan Singapura, diselimuti oleh asap yang sangat tidak sehat selama kurang lebih 3 bulan. Sementara itu, kerusakan ekosistem yang terjadi akibat punahnya berbagai bentuk kehidupan di dalam sistem hutan hujan tropis tidak dapat diperkirakan lagi.Suzuki (Singleton.2004.final report) mencatat semua orangutan terlihat mati di beberapa area yang mengalami kebakaran luas pada tahun 1983. Berdasarkan perhitungan, paling tidak 1000 dari 40.000 orangutan (2,5%) mati karena kebakaran hebat pada tahun 1997. c) Pembalakan (legal dan illegal) Pembalakan hutan, baik yang legal maupun illegal, saat ini merupakan ancaman serius terhadap hilang dan terfragmentasinya habitat orangutan. Pada pembalakan legal, kerusakan habitat orangutan terjadi karena ada perusahaan yang tidak mematuhi RKT (Rencana Kerja Tahunan) yang disepakati, menebang di luar konsesi, dan tidak menerapkan aturan tebang pilih,serta berbagai aturan yang menjamin keberlanjutan ekosistem hutan. Banyak orangutan lenyap 15 tahun terakhir sebagai akibat diijinkannya konsesi besar, terutama di hutan dataran rendah tempat keberadaan populasi orangutan tertinggi.Ancaman yang lebih serius datang dari pembalakan haram (illegal logging) yang merupakan kejahatan terorganisir dengan jaringan luas dan sangat sulit dihentikan. Akibat pembalakan haram laju deforestasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai sekitar 2,8 juta Ha per tahun. (Departemen Kehutanan Tahun 2012) d) Pembangunan infrastruktur Salah satu implikasi penerapan Undang-undang otonomi daerah adalah pemekaran wilayah propinsi dan kabupaten yang berakibat pula pada perubahan tata ruang wilayah. Usulan untuk merubah kawasan hutan untuk menjadi APL (Areal Penggunaan Lain = Forest Lands for Other Puposes) di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi/Kabupaten/Kota (RTRWP) merupakan tekanan bagi berbagai kawasan yang masih merupakan habitat orangutan. Tanpa perencanaan yang baik, pembangunan infrastruktur yang selalu menyertai konversi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dapat dipastikan akan berdampak buruk bagi populasi orangutan. Pembangunan jalan yang membelah habitat
571
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014 : 561-574
orangutan akan membuka akses bagi perdagangan satwa itu dan memutuskan jalur pergerakannya untuk mencari makan dan pasangan kawin. Pemukiman yang dibangun berbatasan dengan hutan habitat orangutan juga akan meningkatkan peluang terjadinya konflik dan menambah tekanan terhadap keberlangsungan spesies tersebut.Untuk orangutan sebagai spesies yang terancam punah, adanya habitat yang berkesinambungan merupakan harapan utama yang harus dipertahankan untuk mempertahankan populasi/keberadaan mereka. Salah satu dampak dari konflik antara manusia dan orangutan adalah peningkatan kasus terbunuhnya orangutan dan perburuan orangutan untuk diperdagangkan.Konversi hutan alam untuk berbagai kepentingan (misalnya perkebunan) dan pembangunan infrastruktur yang memotong habitat orangutan membuka akses ke habitatnya dan meningkatan perburuan.Selanjutnya perburuan yang terjadi, semakin mendesak orangutan keluar dari habitatnya, dan bergerak ke daerah-daerah pinggiran sungai atau sumber pakan yang biasanya merupakan daerah perkebunan.Bahkan tekanan perburuan dan ketiadaan sumber pakan dapat menyebabkan orangutan memasuki daerah-daerah pemukiman manusia dan perkebunan mereka sehingga meningkatkan konflik antara keduanya. Contohnya, orangutan seringkali dianggap sebagai hama yang mengambil hasil kebun masyarakat dibanyak lokasi sepanjang perbatasan hutan (terutama di Kalimantan dan Sumatra) dan konsekuensinya mereka disiksa/dianiaya, hal ini bertentangan dengan UU no. 5, pasal 21; 1990. Dampak lain dari konflik antara manusia dengan orangutan adalah kematian orangutan akibat tertimpa pohon pada saat kegiatan land clearing dan orang utan mati karena kelaparan. Dari semua itu, pada akhirnya terjadi penurunan populasi orangutan secara cepat, bahkan menimbulkan kepunahan orangutan di tempat tersebut.
Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu dan berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
572
Peran WWF dalam Konservasi Orangutan di Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu Profinsi Kalimantan Barat sangat baik. Hal ini terlihat dari tingkat perekonomian berdasarkan pengunjung serta saranan dan prasarana yang lebih baik menuju kawasan hutan konservasi TNBK, 5 tahun lalu jalan melalui darat dapat dilalui 7-8 jam sekarang 3-4 jam, melalui sungai atau kapal 5 tahun lalu 6-7 jam sekarang hanya ditempuh dengan 3 -4 jam. Fasilitas untuk konservasi orangutan juga dijaga dan dipelihara dengan baik. Hal ini bekerjasama dengan pihak dinas kehutanan dan pengelola TNBK yang setiap minggu melakukan observasi lokasi kawasan lindung dan observasi sarang-sarang habitat orangutan.
Peran WWF Dalam Konservasi Orang Utan (Ledy Magdalena) 2.
Persentase habitat orangutan menunjukan adanya peningkatan dibandingkan dengan persentase sebelumnya yang buruk serta masih kurangnya penyuluhan tentang fungsi dan manfaat hutan konservasi TNBK terhadap pendatang.
Referensi Buku Irawati Singarimbun, 1989. Metode Penelitian Sosial, Jakarta. LP3ES Joshua S. Goldstein, 1996. International Relation, edisi kedua, Harper Collins Publishing. May Rudy, 2001.Administrasi Dan Organisasi Internasional, Bandung. PT. Refika Aditama -------------- 2001. Study Strategi Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung, PT. Refika Aditama Ross. Glenn F. 1998, Psikologi Pariwisata. Jakarta. CV. Yayasan Obor Indonesia. Sondang P.Siagian, 1986. Filsafat Administrasi, Jakarta. PT. Gunung Agung, Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan alam Indonesia. Jakarta. PT. Gunung Agung Suwantoro. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta. PT.Andi Offset Jurnal American Dictionary; Randall.1982; IUCN.dalam Vera. Just Another UNS Social Network ™ weblog. Glastra, R, et.al. 2003. Oil Palm Plantation in Indonesia. What Role do Europe and Germany Play. Report for WWF Germany Laporan Tahunan TNBK, 2013. Kerusakan Hutan di Betung Kerihun. Rijksen & Meijaard, 2001Field study on Borneo orangutans (Pongo Pygmaeus abelii,Lesson 1827) Ecology, behaviour andconservation. H. Veenman and ZonenB.V. Wageningen. Singleton, I., Wich, S.A., Husson, S., Stephens, S., Utami Atmoko, S.S., Leighton, M., Rosen, N., Traylor-Holzer, K., Lacy, R., and O. Byers. 2004. Final report orangutan population and habitat viability assessment 15-18 January 2004, Jakarta, Indonesia Internet Departemen Kehutanan Republik Indonesia terdapat dihttp://betungkerihun.dephut.go.id/layanan_unduh.html di akses 5 Januari 2013 Departemen Kehutanan Republik Indonesia http://betungkerihun.dephut.go.id/pengelolaan_kawasan.html diakses 5 Januari 2013 http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/forest_spesies/tentang_forest_sp esies/species/orangutan_kalimantan/ diakses 5 Januari 2013
573
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2014 : 561-574
Irina Bostwa, 1997. “ Save Borneo ” England. UPC http://wesaveorangutan.blogspot.com/ di akses 5 Januari 2013 Laporan Seksi Lembaga Konservasi, 2007. Jumlah Habitat Orangutan Borneo. Terdapat di http://wesaveorangutan.blogspot.com/ di akses 5 Januari 2013 Sumber Donasi Dana dan Program Dana http://www.supporterwwf.org/donate/ diakses 15 Desember 2012 Undang-undang republic Indonesia nomor 5 tahun 1990, dalam http://www.dephut.go.id/files/undangundang%20republik%20indonesia%20nomor%205%20tahun%201990.pdf , diakses pada 28 Mei 2012
574