eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (4): 919-934 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
PERAN UNICEF DALAM MENGATASI PERMASALAHAN MILISI ANAK DI REPUBLIK AFRIKA TENGAH Lista Waladeri1 0802045085
Abstract The Conflicts that happened in Central of Africa the children has been recruit to became a military’s by the Seleka coalition with the number that increase every year. between coalition and the interest government power has made impact the really apprehensive. UNICEF on 2007 started to focus to against this problem and always trying to find the solution to finish it. UNICEF with some locals and International partners, UNICEF has work together to taking care of this problems. Start with an open discuss between UNICEF, government and seleka to stop attemption trials of recruits the kids to became military services.They also try to recover the mental and psych, so that all the kids and woman could be overcome step by step. There are more than 100 rooms 4 the kids that they builds almost in every provences and it is more than 1000 kids had followed this programme and it is success to change their trauma that they faced so they could go back they fams n societies Keywords: Central Of Afrika, Child soldiers, UNICEF. Pendahuluan UNICEF adalah organisasi Internasional di bawah naungan PBB di mana pada awal berdirinya pada 11 November 1946 pasca Perang Dunia II dimana pada awalnya UNICEF bernama Dana anak PBB. UNICEF bergerak di bidang kesehatan dan gizi, air dan kebersihan lingkungan, perlindungan, serta pendidikan dan HIV/AIDS, dalam rangka bantuan kemanusiaan pasca perang dunia II, yang mengkhususkan pada bantuan kemanusiaan anak-anak yang ada di dunia. Konflik berkepanjangan dan sistem pergantian pemerintahan yang terjadi di Republik Afrika Tengah membuat keadaan rakyat mengalami kesulitan untuk 1
Mahasiswa Program S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
mendapatkan akses pelayanan publik, pendidikan bahkan kesehatan yang layak. Peran pemerintah disini sebenarnya sangatlah penting dimana pencitraan publik dan perebutan kekuasaan bukanlah hal yang utama, tetapi pada kenyataannya kesadaran dari arti demokrasi di Republik Afrika Tengah lebih tidak disadari oleh Pemerintahan yang sedang berlangsung. Keadaan rakyat yang sedang kesusahan bukan lah menjadi masalah di mata Pemerintah, hal ini dapat dilihat keadaan dan keberadaan tentara anak selama periode pemerintahan para pemimpin-pemimpin negara ini. Pada tahun 2007 telah terjadi konflik oleh beberapa kolompok koalisi dimana kelompo-kelompok ini tidak menyukai pemerintahan Presiden Franzois Bozize. Pada saat terjadi Central African Bush War Presiden Bozize memilih untuk mengalah dan menandatangani perjanjian damai yang diminta oleh kelompok pemberontak yaitu : 1. UFDR (Union des Forces Democratiques pour le Rassemblement; Persatuan Pasukan Perdamaian Untuk Kesatuan), kelompok pemberontak yang anggotanya didominasi etnis Rongga. 2. Sesudah kemunculan UFDR, muncul lagi kelompok pemberontak CPJP ( Convention of patriots for Justice and Peace; Konvensi Patriot Untuk keadilan dan perdamaian) yang komposisi anggotanya didominasi oleh etnis Goula, 3. APRD, 4. ML dan JC. Namun setelah perjanjian ditanda tangani oleh Presiden Franzois Bozize dimana seharusnya semua tuntutan yang telah tertuang dalam perjanjian harusnya dipenuhi oleh Presiden Franzois Bozize, tak kunjung terealisasi. Hal ini membuat selama tahun 2007-2012 kelima kelompok pemberontak tersebut bersatu dan semakin menambah anggota mereka yang tergabung ke dalam Koalisi Seleka yang dimana pada ahkir tahun 2012 terjadi konflik besar-besaran yang membuat posisi. Selama persiapan pemberontakan terjadi Koalisi Seleka juga merekrut anak - anak menjadi milisi untuk bergabung bersama mereka, hal ini terjadi pada saat konflik dan penjarahan yang terjadi di rumah - rumah penduduk sipil, anak laki - laki maupun perempuan dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka guna dijadikan bagian dari mereka yaitu sebagai milisi (militer sipil). Presiden Franzois Bozize menjadi sulit dan harus mengundurkan diri serta melakukan pengungsian bersama seluruh keluarganya ke Kamerun, untuk menghindari kejaran Koalisi Seleka. Sepanjang konflik yang terjadi sepanjang tahun 2007 sampai tahun 2012, UNICEF mencatat banyak pelanggaran HAM yang terjadi dimulai dengan pelanggaran hak anak, pelanggaran hak untuk hidup layak serta pelanggaran hak untuk mendapatkan pelayanan publik secara layak untuk keseluruhan rakyat Republik Afrika Tengah. Milisi anak adalah hal yang paling ditakuti di benua Afrika yang memang akhir-akhir ini sedang mengalami masa konflik yang berkepanjangan pada beberapa negara Afrika terlebih Afrika Tengahyang sedang berada pada puncak konflik masa pemerintahan Presiden Franzois Bozize. Anakanak dilatih dan dipersenjatai untuk membunuh, walaupun sebenarnya mereka
920
Peran UNICEF mengatasi Milisi Anak di Republik Afrika Tengah (Lista waladeri)
masih senang bermain layaknya anak-anak pada usianya tetapi dapat berubah menjadi pembunuh yang kejam jika memegang senjata. Peta.1.2 pemetaan konflik di wilayah Republik Afrika Tengah (CAR)
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Central_African_Republic_2012_Battles-en.svg
Milisi anak juga tidak segan melakukan perbuatan yang kejam, beberapa dari milisi anak ikut bertempur bersama Koalisi Seleka pada saat konflik memuncak dan mereka berhasil menangkap seseorang setelah itu mereka memenggal kepala orang tersebut dan memamerkan kepala orang yang dipenggal kepada kameramen yang meliputi konflik tersebut. Dari 14 (empat belas) prefektur yang ada terdapat jumlah kasus yang berbeda yang mana di Ibukota Republik Afrika Bangui, Bimbo dan Mbaiki memiliki tingkat kasus perekrutan tentara anak yang paling tinggi. Tabel 1.2 Data peningkatan kasus milisi anak dan pelanggaran hak anak pada masa pemerintahan Presiden franzois Bozize pada tahun 2007 – 2012 Jumlah Kasus
Tahun
Persentase peningkatan
300 kasus
2007
-
480 kasus
2008
27%
810 kasus
2009
94%
1.244 kasus
2010
50%
1.880 kasus
2011
24%
2.500 kasus
2012
36%
Sumber : http://www.unicef.org/protection/57929_62178.html
921
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
Hal ini menarik perhatian dari berbagai lembaga maupun Organisasi Internasional dunia diantaranya adalah PBB dan UNICEF (United Nations International Childrens’s Emergency Fund). Menurut data UNICEF sekitar 2.500 anak, baik laki - laki maupun perempuan dikaitkan dengan berbagai kelompok bersenjata di Republik Afrika Tengah sebagian besar adalah kelompok pemberontak. Kerangka Dasar Teori Peran Organisasi Internasional Organisasi Internasional ialah pola kerjasama yang melintasi batas - batas negara, dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non- pemerintah pada Negara yang berbeda.Tujuan Organisasi Internasional adalah (Ulasan Coulombis dan Wolfe): 1) Regulasi hubungan antara negara terutama melalui cara - cara penyelsaian sengketa secara damai. 2) Mencegah perang, meminimalkan dan mengendalikan konflik internasional (conflict management). 3) Memajukan dan meningkatkan kegiatan kerjasama ekonomi dan social untuk pembangunan dan kesejahteraan penduduknya. 4) Collective Security atau Collective Defense (aliansi) sekelompok Negara untuk menghadapi ancaman eksternal bersama. Peran Organisasi Internasional ialah: 1) Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota). 2) Sebagai sarana perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan. 3) Sebagai lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan antara lain: kegiatn social kemanusiaan, bantuan untuk kelestarian lingkungan hidup,pemugaran monument bersejarah,peace kepping operation dan lain - lain. Dalam menjalankan berbagai strategi UNICEF dan mitra mengalami berbagai macam hambatan di lapangan, diantaranya adalah : 1. Kurangnya dukungan pemerintah nasional dalam menanggapi hal ini, UNICEF menganggap milisi anak sebagai prioritas utama pada saat terjadinya konflik berkepanjangan sebagai sebuah permasalahan yang harus segera diselsaikan dengan berbagai macam program yang telah direncanakan. Namun, disisi lain pemerintah nasional menganggap milisi anak bukanlah permasalahan yang harus menjadi prioritas melainkan banyak masalah lainnya seperti keamanan, pengungsian dan lain-lainya. 2. UNICEF juga kurang mendapatkan dukungan yang berarti dari masyarakat, dikarenakan keadaan yang tercifta selama ini telah membuat pola pikir sebagian besar masyarakat bahwa menyelamatkan diri sendiri sudah mendapatkan kesulitan, tak pernah terpikir untuk keselamatan orang lain.
922
Peran UNICEF mengatasi Milisi Anak di Republik Afrika Tengah (Lista waladeri)
3. Walaupun UNICEF telah tegas menyatakan bahwa tidak akan ada anak yang berperan aktif dalam setiap konflik terjadi kepada kelompok mana saja yang sedang berkonflik, namun tidak adanya kesadaran antara kelompok yang bertikai membuat mereka tetap saja merekrut dan menggunakan anak-anak sebagai bagian dari konflik mereka. 4. Keadaan yang telah lama dan menurun ini membuat anak-anak yang menjadi milisi lebih merasa nyaman menjadi milisi sampai merka besar dan dewasa, sehingga sulit untuk mengembalikan paradigm mereka untuk kembali menjalani kehidupan sebagai anak dan masyarakat biasa. Milisi dewasa ini yang nantinya akan merekrut calon-calon milisi anak untuk meneruskan perjuangan mereka. 5. UNICEF dan mitra juga mengalami kesulitan untuk mendata, menelaah dan menjajaki setiap daerah di prefektur seluruh Republik Afrika Tengah untuk membagikan bantuan dan mendirikan ruang anak dikarenakan keadaan geografis seperti akses yang sulit untuk menjangkau daerah pelosok-pelosok (http://www.unicef.org/infobycountry/).
UNICEF merupakan kategori organisasi dengan tujuan dan luas - bidang kegiatan organisasi yaitu Organisasi Internasional khusus yang bertujuan berorganisasidan kegiatan adalah khusus pada bidang tertentu yaitu menangani permasalahan ibu dan anak. UNICEF ialah organisasi yang dibentuk pasca Perang Dunia II oleh Majelis II PBB, untuk membantu memberikan bantuan dan dukungan untuk anak yang tinggal di negara yang hancur oleh perang. UNICEF adalah Organisasi Dana Perkembangan anak - anak Internasional PBB yang berada dibawah naungan PBB yang mana tugasnya memberikan bantuan dalam rangka mensejahterakan ibu dan anak, menolong dan menyantuni anak anak yang mengalami penderitaan, baik karena kemiskinan dan keterbelakangan maupun karena bencana alam dan korban perang. Tujuan utama UNICEF adalah untuk memastikan bahwa anak- anak di seluruh dunia mendapatkan perawatan dan pendidikan yang mereka butuhkanuntuk tumbuh dewasa dengan bahagia dan sehat. UNICEF memiliki prinsip bahwa setiap anak membutuhkan jenis khusus perawatan dan kasih sayang, jika anak anak tidak menerima perawatan yang baik, maka akan dapat menyakiti mereka selamanya. Lingkup kerja UNICEF ialah: 1) Kelangsungan hidup anak dan perempuan 2) Pendidikan dasar dan kesetaraan gender 3) HIV/AIDS dan anak 4) Perlindungan Anak 5) Advokasi dan kemitraan untuk hak anak. 2. Konsep Tentara Anak Menurut Cape town Principles tentara anak (child soldier) didefinisikan sebagai seseorang di bawah 18 (delapan belas) tahun yang direkrut atau digunakan oleh tentara atau kelompok bersenjata.Pengertian yang lebih luas tentara anak ialah seseorang yang berusia delapan belas tahun yang merupakan anggota atau bagian dari angkatan bersenjata pemerintah atau angkatan bersenjata lainnya secara tetap maupun tidak tetap atau kelompok politik bersenjata, baik dalam kondisi konflik
923
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
bersenjata maupun tidak.Para anak - anak tidak hanya menjadi bagian dari tentara dewasa tetapi juga dipekerjakan sebagai koki, kuli, utusan dan mata - mata sementara anak perempuan direkrut untuk tujuan kepentingan seksual dan kawin paksa.Olehkarena itu tentara anak tidak hanya mengacu pada seorang anak yang membawa atau telah membawa senjata Coalition to Stop the Use of Child Soldiers menyatakan, ada alasan gtertentu mengapa anak - anak tersebut bergabung dalam prajurit anak.Disamping dengan motif pemaksaan dari pihak tertentu yang melakukan pemaksaan rekrutmen terhadap anak - anak tersebut. Banyak penekanan dalam humanitarian adalah pada perekrutan paksa dan eksploitasi kasar anak - anak yang digunakan sebagai milisi anak, ternyata tidak sedikit pula anak - anak tersebut sengaja menggabungkan dirinya sendiri ke dalam keanggotaan militer atau prajurit anak secara sukarela, karena sudah terbiasa dengan kekerasan dan konflik yang terjadi dalam kehidupan sehari - hari mereka. Di negara -negara di seluruh dunia, anak anak adalah korban pertama sekaligus saksi perang dan kekejaman yang terjadi pada saat konflik bersenjata atau perang terjadi.Selain itu, anak - anak perlahan lahan terpengaruh keadaan pada saat konflik kemudian terlibat sebagai peserta aktif.( http;//www.google.com/url) Penyebab munculnya tentara anak, ialah : 1. Alasan yang muncul atas pemaksaan dari kalangan tertentu termasuk pemerintah adalah, karena mereka kekurangan sumber daya manusia yang memadai atau hanya sekedar mencari tenaga kerja (prajurit atau tentara perang, budak, serta buruh pabrik) dengan upah rendah sehingga menghemat pengeluaran biaya dengan hanya memanfaatkan keluguan dari anak - anak tersebut. Sedangkan alasan yang muncul dari sisi anak - anak sukarelawaan adalah agar tetap bertahan hidup. 2. Perang adalah penyebab utama dari munculnya tentara anak itu sendiri, keadaan ekonomi dan sosial membuat naluri mereka tergugah untuk tetap mempertahankan hidup dengan melakukan perlawanan bahkan dengan kekerasan. Beberapa tentara anak mengaku bahwa keinginan untuk membunuh muncul dari motif perang itu sendiri diman abial mereka tidak membunuh, maka mereka lah yang akan terbunuh. 3. Alasan minimnya pendidikan yang mereka dapatakan dan faktor kemiskinan menujang munculnya keinginan untuk berperang. Kondisi berupa tekanan dan kondisi lingkungan yang mendukung untuk berperang juga meningkatkan potensi prajurit anak. Faktor partisipasi trakyat juga mempengaruhi menagapa kekerasan terhadap anak dan kudeta militer begitu sering terjadi di kawasan Afrika Tengah. Menurut Vilalon bahwa faktor partisipasi pada umumnya untuk mengatur dirinya guna mempertahankan dan meningkatkan kepentingannya (Jeff haynes.2000.31). 4. Masalah tentara anak juga semakin mementang batas - batas gender, sementara tentara anak yang berjenis kelamin perempuan jatuh dalam masalah yang lebih besar daripada tentara anak yang berjenis kelamin laki – laki (Alpaslan Ozerdem & Sukanya Podder.2011.109) Seorang prajurit anak perempuan mengaku ikut bergabung dengan alasan umtuk bertahan hidup dan melindungi dirinya dari kekerasan dalam bentuk apapun terhadap dirinya.Termasuk agar terhindar dari
924
Peran UNICEF mengatasi Milisi Anak di Republik Afrika Tengah (Lista waladeri)
ancaman pelecehan seksual, tujuannya adalah untuk menjadikannya wanita yang tangguh. Namun, bagaimana pun alasannyatentara anak tetaplah hal yang tidak manusiawi. Meskipun diklaim bahwa sebagian tentara anak bergabung tentara anak bergabung secara sukarela, namun kondisi lingkungan yang kurang memadai membuat mereka menjadi terpaksa untuk bergabung. Kondisi yang kurang memadai itu adalah hasil eksploitasi dari pihak - pihak berkepentingan tertentu. Pada perang terdahulu (old wars) peran anak - anak yang dilakukan tidak secara langsung yaitu sebagai pengintai, mata - mata ataupun utusan (David M.Rosen.2005.88). Pada kasus anak - anak di Afrika Tengah yang menjadi tentara anak (child soldier) pada awal mulanya dikarenakan faktor keadaan negara yang selalu berada pada situasi yang tidak kondusif karena pada setiap pergantian pemimpin pemerintahan selalu disertai oleh konflik senjata baik secara tidak langsung maupun langsung oleh pihak pemerintah maupun pemberontak. Hal ini memicu rasa tidak aman yang melekat dirasakan oleh masyarakat begitu pula anak - anak selama beberapa periode pergantian pemerintahan, anak - anak dalam kondisi ketakutan akan lebih mudah untuk dibawa sebagai bagian dari milisi yang sedang berjalan baik secara negosiasi maupun secara paksa. 3. Konsep Human Security Human security merupakan pemikiran keamanan dan perlindungan terhadap manusia.Human security menuju pada ide kemanusiaan termasuk didalamnya keamanan individu dan masyarakat, termasuk anak - anak, warga sipil di wilayah perang, minoritas etnis dan lain sebagainya dari berbagai jenis kekerasan. Pasca perang dingin, konsep keamanan dalam sistem mengalami pergeseran yang signifikan.Pergeseran itu meliputi perubahan fokus wacana keamanan dari isu militer dan politik ke isu yang terkait dengan kondisi hidup individu dan masyarakat, dari fokus negara ke masyarakat dan pergeseran dari konsep keamanan nasional menjadi keamanan manusia Konsep keamanan dan perlindungan terhadap manusia mengacu pada beberapa konvensi, antara lain: 1) Konvensi hak anak tahun 1989 pasal 77 (2) menyatakan Negara wajib meletakan pada para pihak yang berkonflik untuk tidak merekrut anak - anak yang belum mencapai 15 tahun kedalam angkatan bersenjata dan melibatkan mereka secara langsung dalam pertempuran. 2) Konvensi Jenewa 1949 pasal 4 (3) protokol tambahan II 1977 yang digunakan bagi konflik Internal suatu negara, dimana anak- anak yang usianya belum mencapai 15 (lima belas tahun) tidak dapat direkrut kedalam angkatan perang atau didalam kelompok - kelompok yang terlibat dalam suatu konflik. Konsep keamanan dan perlindungan terhadap manusia ataupun individu yang harusnya berlaku di Afrika Tengah, dimana anak-anak mengalami masa- masa suram disaat anak-anak di belahan bumi yang lain menikmati masa sebagai anak dengan bermain, mendapatkan perhatian dari orang tua, keluarga maupun lembaga hukum yang memang berfungsi sebagai kontrol dalam perkembangan mereka sebelum mereka menjadi dewasa. Sementara anak - anak di Afrika tengah harus
925
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
menghadapi keadaan sebaliknya dimana harus setiap hari terbiasa dalam keadaan ketakutan, diperkerjakan sebagai budak oleh milisi dewasa, disiksa, dilecehkan secara seksual kemudian seiring berjalannya waktu menjadi milisi anak yang kemudian menjadi milisi dewasa sebagai pembunuh yang tidak mengenal belas kasihan karena latar belakang masa lalu mereka sebelumnya. Metodologi Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dimana penulis mendeskripsikan peran UNICEF dalam mengatasi permasalan milisi anak di Republik Afrika Tengah. Data-data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh langsung dari buku, jurnal, artikel, dan hasil menelaah studi kepustakaan. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah data kualitatif dengan metode ilustrasi yaitu menerapkan teori ke situasi konkrit sejarah, lingkungan sosial, atau pengalaman. Hasil Penelitian Konflik besar pada akhir tahun 2012 yang terjadi mengakibatkan banyak korban baik fisik maupun mental masyarakat CAR, pada saat konflik terjadi yaitu dimana terjadi pembakaran rumah warga sipil anak-anak dirampas secara paksa dari keluarga mereka, diculik bahkan jika melawan koalisi seleka tidak segan-segan untuk membunuh sang anak beserta keluarganya. Jika jumlah anak yang dikumpulkan sudah di anggap cukup maka akan dipengaruhi secara mental dibuat takut dan diberi bayangan dengan situasi yang mencekam akan disiksa bahkan dibunuh jika tidak menuruti apa yang diperintahkan, di dalam benak anak-anak tersebut dtanamkan sebuah anggapan bahwa jika mereka tidak membunuh maka mereka akan dibunuh oleh atasan mereka. Anak-anak yang telah dipengaruhi menjadi tameng oleh pemberontak untuk berada di garis depan baik sebagai matamata, pesuruh, ikut dalam konflik dan harus membunuh bahkan menjadi sarana bom bunuh diri. Kemudian setelah mereka terpengaruh dan dalam keadaan yang takut mereka dilatih secara militer untuk dapat menggunakan senjata. Pelanggaran HAM dan Hak Anak ini dilakukan oleh pihak pemberontak karena merekrut seseorang yang di bawah umur delapan belas tahun dan dengan keadaan yang terpaksa untuk dijadikan bagian dari mereka sebagai milisi Beberapa faktor yang menyebabkan fenomena tentara anak di Republik Afrika Tengah, yaitu: 1. Kemiskinan Dari penduduk hidup di bawah garis kemiskinan dan dua pertiga dari Negara di wilayah ini diklasifikasikan sebagai“lemah” pada Indeks Pembangunan Manusia. Empat puluh persen dari anak perempuan dan tiga puluh persen dari anak laki-laki yang tidak bersekolah dan tingkat buta huruf di negara ini berada di bawah orangorang dari Barat pesisir dan Afrika Tengah. Tingkat pendidikan yang rendah merupakan sumber kerentanan bagi anak-anak. Mereka membatasi peluang ekonomi mereka dan menjauhkan mereka dari akses ke informasi tentang sumber dukungan dan perlindungan.
926
Peran UNICEF mengatasi Milisi Anak di Republik Afrika Tengah (Lista waladeri)
2. Konflik dan ketidakstabilan Hal tersebut terus mempengaruhi beberapa di wilayah tersebut.Yang lain muncul dari tahun perang saudara atau berada dalam situasi ketidakstabilan politik kronis yang berisiko berubah menjadi konflik terbuka dan berkelanjutan. Perang sipil yang mengarah keperpindahan penduduk paksa, pemisahan anak-anak dari keluarga mereka, perekrutan anak-anak menjadi kelompok-kelompok bersenjata dan peningkatan dramatis dari kekerasan seksual, terutama terhadap perempuan dan anak perempuan. 3. Kekerasan terhadap anak Kekerasan memiliki banyak bentuk yang berbeda di wilayah tersebut, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, pernikahan dini dan bentuk-bentuk kekerasan berdasarkan keyakinan budaya dan norma-norma gender, kekerasan di lembagalembaga, khususnya di sekolah-sekolah, dan eksploitasi melalui pekerja anak dan pekerjaan rumah tangga. Kekerasan seksual terhadap anak-anak tersebar luas dan sangat umum di rumah, di sekolah atau di tempat anak bekerja. Tingkat kekerasan berbasis gender di daerah konflik dan pasca konflik yang mengkhahwatirkan. 4. Perubahan Lebih dari setengah dari populasi di wilayah ini hidup di kota-kota dan kota-kota. Hal ini memiliki berbagai efek pada perlindungan anak.Urbanisasi yang menyebabkan tekanan terhadap pelayanan dasar yang tidak mampu mengatasi tuntutan peningkatan populasi cepat. Efek lain dari urbanisasi mencakup perluasan permukiman kumuh, perpecahan keluarga, dan peningkatan umum dalam kerentanan anak-anak, seperti anak-anak yang tinggal dan bekerja di jalanan, eksploitasi seksual dan kenakalan remaja. Urbanisasi dan transformasi ekonomi menempatkan tekanan pada keluarga besar dan mengarah ke peningkatan keluarga inti dan orang tua tunggal, serta munculnya “kontrak” keluarga. Migrasi di Afrika Barat dan Tengah memiliki akar sejarah yang panjang. Migrasi anak-anak harus dipahami dalam konteks yang lebih luas dari hubungan budaya, agama dan etnis, kebutuhan ekonomi dan mobilitas. 5. Konteks budaya Solidaritas Keluarga akan di bawah tekanan yang meningkat sebagai akibat dari perubahan demografi dan ekonomi. Konteks budaya Barat dan Afrika Tengah ditandai dengan meluasnya praktik “confiage” – adopsi informal dan penempatan anak-anak dalam keluarga besar (80% dari rumah tangga di perkotaan pada anakanak tuan rumah Guinea dari keluarga mereka), dan keterlibatan dini anak-anak dalam kegiatan produktif sebagai bentuk sosialisasi. Dalam konteks dan ekonomi yang berubah, dua praktek-praktek budaya ini merupakan sumber kerentanan bagi anak-anak. Sirkulasi anak-anak sekarang berlangsung di ruang yang lebih luas di mana tanggung jawab komunal untuk perlindungan anak yang lemah dan mana kepentingan anak tidak selalu dihormati. Nilai pendidikan pekerjaan digantikan oleh pertimbangan ekonomi didorong oleh strategi bertahan. 6. Sistem perlindungan anak yang lemah Dengan latar belakang di mana perlindungan dan ekonomi secara tradisional tanggung jawab keluarga dan masyarakat, perlindungan anak secara formal masih lemah atau tidak ada untuk sebagian besar anak-anak di wilayah tersebut.Struktur pemerintah dan non-pemerintah dicirikan oleh kapasitas dan sumber daya yang
927
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
lemah, kurangnya koordinasi dan mekanisme pengawasan yang tidak memadai. Mekanisme perlindungan masyarakat umumnya kurang efektif dan tidak terkait dengan layanan rujukan formal. Pelaksanaan dan penegakan yang ada, kebijakan dan rencana nasional masih lemah dan impunitas merupakan kendala utama penganiayaan efektif kejahatan yang dilakukan terhadap anak-anak. Data perlindungan anak belum sempurna dan sering tidak dapat diandalkan kurangnya bukti tentang pendekatan perlindungan anak yang telah terbukti untuk bekerja. Pemahaman yang terbatas tentang hak partisipasi anak menghalangi perlindungan anak. Pelanggaran hak anak yang dilakukan oleh pihak Koalisi Seleka jika dinilai dari keputusan sidang Majelis Umum (General Assembly) PBB ke-44, yang telah dituangkan dalam Resolusi PBB No.44/25 tanggal 5 Desember 1989 yaitu terdapat 4 kategori hak anak-anak : 1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights), yaitu hak anak-anak dalam Konvensi Hak-Hak anak yang meliputi hak-hak untuk melestarikan dan mempertahankan hidup (the rights of life) dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yang sebaik-baiknya (the rights to the gigest standart of health and medical care attainable). 2. Hak terhadap Perlindungan (the rightsto the care), yaitu hak-hak dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang meliputi hak perlindungan dari diskriminasi, perlindungan dari eksploitasi anak, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga bagi anak anak-anak pengungsi. 3. Hak untuk Tumbuh kembang (development rights), yaitu hak-hak anak dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang untuk meliputi segala bentuk pendidikan (formal dan non formal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, dan spiritual, moral dan anak. 4. Hak untuk Berpartisipasi (participation rights), yaitu hak-hak anak dalam Konvensi Hak-Hak Anak yang meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak (the rights of a child to express her/his views in all metters affecting that child). Sepanjang konflik yang terjadi sepanjang tahun 2007 sampai tahun 2012, UNICEF mencatat banyak pelanggaran HAM yang terjadi dimulai dengan pelanggaran hak anak, pelanggaran hak untuk hidup layak serta pelanggaran hak untuk mendapatkan pelayanan publik secara layak untuk keseluruhan rakyat Republik Afrika Tengah. Pelanggaran-pelanggaran hak anak terutama yang paling disorot oleh UNICEF dimana anak-anak telah terjun kedalam konflik itu dan menjadi pelaku utama dari sebuah peristiwa pembunuhan yang terjadi. UNICEF dan mitra bekerja sama ACF, ACTED, CRS, IRC, DRC dan Solidarites tim di Bangui bekerjasama dengan RRM untuk menganalisis Data mentah kemudian disusun dan dibagi dalam komunitas kemanusiaan. UNICEF memperkuat sistem perlindungan anak nasional di Republik Afrika Tengah melalui program perencanaan pemetaan dan dibantu oleh Plan International, Save the Children International dan UNICEF WCARO datang bersama-sama pada
928
Peran UNICEF mengatasi Milisi Anak di Republik Afrika Tengah (Lista waladeri)
tahun 2009 dengan mitra nasional untuk memulai pemetaan sistem perlindungan anak regional. Secara organisasi Internasional,ada 4 hal utama yang menjadi peranan UNICEF sebagai organisasi internasional antara lain 1. Memberikan kehidupan yang lebih baik pada anak-anak. 2. Membantu setiap anak-anak untuk bertahan dan menjalani kehidupannya dengan baik. 3. Member anak-anak kesempatan untuk menuntut ilmu disekolah. 4. Menciptakan suasana lingkungan yang kondusif bagi anak-anak khususnya korban perang. Ada 3 hal yang menjadi sasaran UNICEF sebagai sebuah organisasi Internasional antara lain: 1. Menumbuhkan kepercayaan anak-anak terhadap kepedulian Negara. 2. Membantu kaum muda untuk membangun sebuah dunia dimana semua anakanak hidup secara terhormat dan memperoleh keamanan. 3. Menciptakan dunia yang cocok untuk anak-anak. Manuel Fontaine selaku UNICEF regional director for west and central African Region melakukan kerjasama terbuka sebagai bagian mitra dari UNICEF dalam menangani permasalahan milisi anak di Republik Afrika Tengah. Sebagai orang memiliki latar belakang dalam perlindungan anak, khususnya tentang masalah anak-anak dan konflik bersenjata, dan merupakan spesialis di negara-negara dalam krisis. Dia memimpin beberapa kegiatan kemanusiaan UNICEF terhadap krisis yang menimpa para anak-anak. OCHA terkoordinasi Multi-Cluster Initial Rapid Assessment (MIRA) latihan sekarang berlangsung dalam 7 zona yang meliputi Bangui. Analisis data temuan akan berlangsung dari 01-03 Januari diikuti dengan presentasi ke Country Team Kemanusiaan untuk validasi dari tanggal 5 Januari. Tim UNICEF yang berpartisipasi dalam Bouar, Kaga Bandaro dan Miras Bossangoa berbasis cluster dan UNICEF yang dipimpin terlibat di semua tahapan persiapan, analisis dan validasi UNICEF mengadopsi CRC untuk mengidentifikasi cara di mana proses normatif hukum hak asasi manusia internasional dapat menginformasikan dan membimbing pekerjaan pembangunan untuk anak-anak dan perempuan. Peran Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW), sebagai kerangka normatif acuan untuk desain dan pelaksanaan program kerjasama dengan mitra nasional.Pendekatan berbasis HAM untuk pemrograman berarti untuk UNICEF bahwa tujuan akhir dari semua kegiatan yang didukung UNICEF adalah realisasi hak-hak anak dan perempuan, sebagaimana ditetapkan dalam CRC dan CEDAW. Prinsip-prinsip hak asasi manusia dan hak-hak anak memandu pekerjaan organisasi di semua sektor dan pada setiap tahap proses. Prinsip-prinsip ini meliputi: universalitas, non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, hak untuk kelangsungan hidup dan perkembangan, keutuhan dan kesalingtergantungan hak asasi manusia, akuntabilitas dan penghormatan terhadap suara anak. Program UNICEF kerjasama mendukung mereka yang memiliki kewajiban untuk
929
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak, dengan membantu mereka mengembangkan kapasitas mereka untuk melakukannya dan UNICEF membantu orang-orang dengan hak untuk mengembangkan kapasitas mereka untuk mengklaim hak-hak mereka. Perencanaan pemetaan UNICEF WCARO, UNICEF ESARO, Save the Children International, Plan International, World Vision International, OCHA, Afrika Child Policy Forum, dan REPPSI sekarang telah bergabung untuk mendukung upaya nasional melalui penciptaan sebuah platform baru untuk belajar, pertukaran dan inovasi di sekitar sistem penguatan di sub-Sahara Afrika. Kontribusi kunci untuk saat ini meliputi kebijakan pertama dan pemrograman panduan sumber daya untuk memperkuat sistem perlindungan anak nasional, pengembangan program kerja tentang penguatan sistem perlindungan anak nasional di sub-Sahara Afrika dan antar ahli konsultasi pada penguatan nasional sistem perlindungan anak di sub-Sahara Afrika yang diselenggarakan di Nairobi, September 2011. Prioritas perlindungan anak Afrika Tengah melalui UNICEF WCARO meliputi: 1. Peta dan mengembangkan sistem perlindungan anak yang disesuaikan dengan konteks negara tertentu 2. Memperkuat hubungan antara perlindungan anak (kesejahteraan sosial) jasa dan transfer perlindungan sosial, pendidikan, kesehatan, keadilan dan keamanan. 3. Mempromosikan secara umum Justice PBB untuk Anak-anak dalam kerangka aturan agenda hukum (dengan UNDP dan Bank Dunia). 4. Mengembangkan respon komprehensif untuk migrasi anak dan eksploitasi yang mempromosikan anak-anak pembangunan dan perlindungan dan didasarkan pada realitas mobilitas anak di wilayah ini. 5. Mengembangkan strategi yang efektif untuk meletakkan dasar untuk sistem perlindungan anak yang berkelanjutan selama keadaan darurat dan periode transisi 6. Memperkuat efektivitas perlindungan anak dalam keadaan darurat berlarutlarut dan periode transisi Memperkuat kesiapsiagaan dan tanggap darurat 7. Mengembangkan pendekatan yang koheren untuk mempromosikan normanorma sosial yang mempromosikan hak-hak anak. 8. Advokat dan bimbingan menyebarluaskan untuk pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan. 9. Memperkuat penelitian, evaluasi dan data untuk pendekatan berbasis bukti untuk perlindungan anak 10. Memperkuat kapasitas di daerah perlindungan anak kunci (misalnya data dan sistem indikator, penganggaran, perlindungan sosial, pekerjaan sosial, tanggap darurat, metode penelitian kualitatif. 11. Memperkuat kelahiran dan pencatatan sipil sebagai bagian dari sistem kesehatan dan sistem pemerintahan lokal. Langkah-langkah yang diambil oleh UNICEF dan mitra nasional di Republik Afrika Tengah pada 2012-2013 : 1. Kelompok-kelompok bersenjata dan milisi di negara itu harus dilucuti segera. 2. Bantuan kemanusiaan Imparsial harus mampu menjangkau anak-anak yang paling berisiko.
930
Peran UNICEF mengatasi Milisi Anak di Republik Afrika Tengah (Lista waladeri)
3. Keamanan harus dikembalikan oleh pasukan nasional, pasukan Uni Afrika dan pasukan Perancis sehingga keluarga dapat kembali ke rumah mereka. 4. Rekonsiliasi harus dipupuk,pemerintah transisi, masyarakat sipil, agama dan organisasi pemuda perlu bekerja sama untuk ujung keseimbangan dari rasa takut menuju rekonsiliasi. Sepanjang tahun 2012-2013 program kerja UNICEF dan mitra di Republik Afrika Tengah mencakup : 1. 1.500 anak-anak dibebaskan dari angkatan bersenjata dan kelompok-kelompok dan 80 persen yang diintegrasikan dengan keluarga mereka 2. 2.000 perempuan dan anak perempuan yang diidentifikasi sebagai korban kekerasan seksual memiliki akses ke dukungan holistik. 3. 32.000 pengungsi dan anak-anak rentan berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi dan pendidikan di ruang ramah anak. Ruang yang ramah anak menyediakan tempat bagi anak-anak untuk bermain dan mengekspresikan diri melalui berbagai kegiatan pembelajaran rekreasi dan non formal. Selain ruang ramah anak memberikan dukungan psikososial bagi anakanak yang terkena dampak krisis dan menyediakan tempat yang aman bagi orang tua untuk meninggalkan anak-anak mereka sementara mereka pergi tentang proses membangun kembali kehidupan mereka. Sebanyak 75 pekerja sosial dan relawan masyarakat dari COOPI, Don Bosco, Save the Children, AFEB, Enfants sans Frontières dan Remod dilatih oleh Save the Children dan UNICEF pada pencegahan pemisahan keluarga, identifikasi dan merawat anak-anak tanpa pendamping dan terpisah. Para pekerja sosial dan relawan yang meliputi setidaknya 6 (enam) tempat didukung UNICEF : St Paul Archeveche, Don Bosco, Monastère Boy Rabe dan Église des Freres Kastor di Bangui, serta di Eveche dan École Liberté di Bossongoa. 1. Ruang Ramah Anak di Don Bosco di mana anak-anak terlibat dalam kegiatan olahraga, rekreasi dan kegiatan pendidikan informal. UNICEF disediakan lima ruang pengembangan anak usia dini ke pusat transisi OMI Sisters. 2. Di lokasi St Paul, UNICEF mendukung kegiatan psikososial dan kegiatan rekreasi, pendidikan, dan olahraga untuk 800 anak-anak. 3. 4.000 anak akan mendapatkan keuntungan dari Ruang Ramah Anak di situs Boy Rabe Monastery dijalankan oleh Save the Children dan UNICEF telah menyediakan tenda, dua ruang rekreasi dan lima ruang Pengembangan Anak Usia Dini. 4. Pada 21 November UNICEF membangun dua ruang ramah anak di tempat pengungsian Bossangoa, dimana 600 anak laki-laki dan perempuan mendapatkan kenyamanan dari tempat yang aman di mana mereka bisa bermain, melanjutkan kegiatan pendidikan informal dan mendapatkan perawatan psikososial 5. Dengan dana UNICEF mitra pelaksana Save the Children dan Vitalite Plus mendirikan ruang ramah anak di Kaga Kandoro yang langsung menerima 582 anak ( 325 perempuan dan 257 anak laki-laki ) yang berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi dan psikososial dalam lima minggu terakhir. 6. Mercy Corps juga terus menjalankan Child Friendly Spaces di Rafai dan Bangassou dengan UNICEF pada 10 sampai 11 Oktober, mendirikan dua ruang
931
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
ramah anak di dua lokasi pengungsian di Bossangoa. Lebih dari 600 anak laki-laki dan perempuan berusia 2 sampai 10 tahun manfaat dari tempat yang aman di mana mereka bisa bermain, melanjutkan kegiatan pendidikan informal dan mendapatkan perawatan psikososial. Dalam menjalankan berbagai strategi UNICEF dan mitra mengalami berbagai macam hambatan di lapangan, diantaranya adalah : 1. UNICEF mengalami hambatan pada masalah pendanaan dengan segala program yang telah dirancang. 2. Kurangnya dukungan pemerintah nasional dalam menanggapi hal ini, UNICEF menganggap milisi anak sebagai prioritas utama pada saat terjadinya konflik berkepanjangan sebagai sebuah permasalahan yang harus segera diselsaikan dengan berbagai macam program yang telah direncanakan. Namun, disisi lain pemerintah nasional menganggap milisi anak bukanlah permasalahan yang harus menjadi prioritas melainkan banyak masalah lainnya seperti keamanan, pengungsian dan lain-lainya. 3. UNICEF juga kurang mendapatkan dukungan yang berarti dari masyarakat, dikarenakan keadaan yang tercifta selama ini telah membuat pola pikir sebagian besar masyarakat bahwa menyelamatkan diri sendiri sudah mendapatkan kesulitan, tak pernah terpikir untuk keselamatan orang lain. 4. Walaupun UNICEF telah tegas menyatakan bahwa tidak akan ada anak yang berperan aktif dalam setiap konflik terjadi kepada kelompok mana saja yang sedang berkonflik, namun tidak adanya kesadaran antara kelompok yang bertikai membuat mereka tetap saja merekrut dan menggunakan anak-anak sebagai bagian dari konflik mereka. 5. Keadaan yang telah lama dan menurun ini membuat anak-anak yang menjadi milisi lebih merasa nyaman menjadi milisi sampai mereka besar dan dewasa, sehingga sulit untuk mengembalikan paradigm mereka untuk kembali menjalani kehidupan sebagai anak dan masyarakat biasa. Milisi dewasa ini yang nantinya akan merekrut calon-calon milisi anak untuk meneruskan perjuangan mereka. 6. UNICEF dan mitra juga mengalami kesulitan untuk mendata, menelaah dan menjajaki setiap daerah di prefektur seluruh Republik Afrika Tengah untuk membagikan bantuan dan mendirikan ruang anak dikarenakan keadaan geografis seperti akses yang sulit untuk menjangkau daerah pelosok-pelosok. Berbagai macam hambatan yang ditemui UNICEF dan mitra menjalankan program secara bertahap dan pelan-pelan untuk menjalani aksi kemanusiaan untuk anak-anak maupun Masyarakat Republik Afrika Tengah Kesimpulan UNICEF berperan aktif selain sebagai Organisasi kemanusiaan yang membantu menghentikan permasalahan perekrutan milisi anak oleh koalisi seleka dengan bekerja sama bersama para staf-staf di empat belas prefektur terutama di Ibukota yang mengalami keadaan yang sangat memprihatinkan sejak konflik terjadi. Situasi keamanan tetap tegang di dalam dan sekitar Bangui. Meskipun kendala keamanan, UNICEF terus memberikan intervensi menyelamatkan jiwa ke daerah-
932
Peran UNICEF mengatasi Milisi Anak di Republik Afrika Tengah (Lista waladeri)
daerah yang paling terpengaruh terutama dalam menanggapi semakin banyak pengungsi. UNICEF juga harus menyelsaikan misi-misi kemanusiaan yang lainnya seperti membantu pemulihan pendidikan, kesehatan, serta pemulihan mental anak-anak Republik Afrika Tengah Pasca konflik. UNICEF memang mengalami berbagai kendala di lapangan, sehingga tidak semua program kerja yang telah rencanakan bisa berjalan sesuai harapan, dikarenakan permasalahan intern Republik Afrika Tengah yang sudah terlanjur lama sehingga menanamkan bekas - bekas kekerasan di dalam benak setiap anak yang kemudian tumbuh menjadi orang dewasa. Kondisi lingkungan serta keadaan ekonomi yang membuat anak-anak Republik Afrika Tengah mengalami berbagai macam perlakuan keras dari lingkungan sekitar bahkan dari keluarga, membuat pribadi anak-anak yang keras menjadi sulit untuk berubah. UNICEF juga membutuhkan dukungan dari semua pihak baik pemerintah, masyarakat, donatur, lingkungan terutama keluarga untuk membuat anak- anak Republik Afrika Tengah dapat kembali ke kondisi yang seharusnya sebagai anak- anak pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Alejandro, Emedievi Y.G. 2000. 41 diktator zaman modern, Visimedia: Jakarta. Brownlie Ian. 1993. Dokumen-dokumen manusia.Jakarta:Universitas Indonesia.
mengenai
hak
asasi
Denov, Myriam. 2010. child Soldiers Sierra Leone’s Revolutionary United Front, New York: Published in the United State of America by Cambbridge University Press. Haynes, Jeff. 2000. Democracy and civil society in the third world politics and new political movement. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ozerdem, Alpaslan dan Podder, Sukanya. 2011. Child Soldiers: From recruitment to Reintegration, Chippenham and Eastbourne: Printed and bound in Great britain by Antony. Rosen, David M. 2005. Armies of the Young: Child Soldiers in war and Terrorism.Manufactured in the United States of America. Samawi, Ahmad. 2008. pendidikan Hak Asasi Manusia, Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan nasional. Teuku May Rudi. 2009. Bandung:Refika Aditama.
Administrasi
dan
Organisasi
Internasional.
Wolfer Loreen.2007. Real research: conducting and evaluating research in social science, Boston: Printed in the United States America.
933
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 4, 2014: 919-934
Website Cape Town Principles-Unicef, terdapat di http;//www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved= 0CcsQFjAA&url=http%3A%2Fwww.unicef.org%2Femerg%2Ffiles%2Fcape_To wn_Principles%28%29.pdf&ei=olRCUu_YKY2xrgef8YHYDw&usg=AFQCNEuH -7C3lscH10nytyhWrLrkWzerA&bvm=bv.53077864,d.bmk di akses pada tanggal 18 Agustus 2013 Child protection from violence, exploitation and abuse terdapat di, http://www.unicef.org/protection/57929_62178.html di akses November 2013
tanggal
22
Child protection systems http://www.unicef.org/wcaro/english/overview_6588.html di akses pada tanggal 17 Desember 2013 Despite conflict and displacement, half a million children vaccinated, and counting terdapat di, http://www.unicef.org/infobycountry/car_70808.html di akses pada tanggal 20 November 2013 Konsep Human Security, terdapat di http://www.scribe.com/doc/51882487/Human-Security diakses pada tanggal 20 Agustus 2013 Humanitarian action for childern Central African republik, terdapat di http://www.unicef.org/appeals/car.html tanggal 18 juni 2013
934