PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN MINAT BACA ANAK (Perspektif Psikologi Islam)
Oleh: H. Abdurrahman Kiay Demak, S.Pd.I NIM. 09.226.026
TESIS DIAJUKAN KEPADA PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT GUNA MEMPEROLEH GELAR MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM YOGYAKARTA
2011
i
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Pedoman transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 157/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا
alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ب
ba’
b
be
ت
ta’
t
te
ث
sâ’
ŝ
es (dengan titik di atas)
ج
jim
j
je
ح
hâ’
h
ha (dengan titik di bawah)
خ
khâ’
kh
ka dan ha
د
dâl
d
de
ذ
zâl
ż
zet (dengan titik diatas)
ر
râ’
r
er
ز
zai
z
zet
س
sin
s
es
ش
syin
sy
es dan ye
ص
sâd
s
es (dengan titik dibawah)
ض
dâd
d
de (dengan titik dibawah)
ط
tâ’
t
te (dengan titik dibawah)
ظ
zâ’
z
zet (dengan titik dibawah)
v
ع
‘ain
‘
koma terbalik diatas
غ
gain
g
ge
ف
fâ’
f
ef
ق
qâf
q
qi
ك
kâf
k
ka
ل
lâm
l
‘el
م
mîm
m
‘em
ن
nûn
n
‘en
و
wâwû
w
w
هـ
hâ’
h
ha
ء
hamzah
`
apostrof
ي
yâ’
y
ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Ragkap "دة#
%$ditulis
Muta’addidah
&"ة
ditulis
‘iddah
'()*
ditulis
Hikmah
'+&
ditulis
‘illah
C. Ta’ Marbutah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis h
vi
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. ء,-.و/' ا%ا1آ
ditulis
Karâmah al-auliyâ`
3. Bila ta’ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah atau dammah ditulis t atau h. 134.ة ا,زآ
ditulis
Zakâh al-fitri
D. Vokal Pendek َََ
fathah
ditulis
a
ِِِ
kasrah
ditulis
i
ُُ ُ
dammah
ditulis
u
E. Vokal Panjang ā
Fathah + alif ditulis
1 '-+ه,5
jāhiliyyah ā
Fathah + ya’ mati 2
ditulis 789:
tansā ū
Dammah + wâwû mati 3
ditulis وض1;
furūd vii
F. Vokal Rangkap Fathah + ya’ mati
ai
1
ditulis =)9->
bainakum
Fathah + wâwû mati
au
2
ditulis @?ل
qaul
G. Vokal Pendek Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof =$Aأأ
ditulis
A`antum
أ&"ت
ditulis
U`iddat
=:1)C DE.
ditulis
La`in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam 1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l” نF1G.ا
ditulis
Al-Qur’ān
س,-G.ا
ditulis
Al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf “l” (el) nya ء,(8.ا
ditulis
As-Samā’
H(I.ا
ditulis
Asy-Syams
viii
I. Penyusunan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya وض14.ذوى ا
ditulis
Zawi al-furūd
'98. اKأه
ditulis
Ahl as-Sunnah
ix
ABSTRAK
H. Abdurrahman Kiay Demak. Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Minat Baca Anak (Perspektif Psikologi Islam). Tesis, Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011. Membaca sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau kesenangan. Di Indonesia minat untuk membaca masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Untuk itu minat baca ini perlu ditumbuhkan kepada anak-anak sejak usia dini. Dalam agama Islam juga diperintahkan untuk membaca seperti wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. Minat baca dalam perspektif psikologi Islam adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam sehingga diperlukan peran orang tua dalam menumbuhkembangkan minat baca pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) peran orang tua dalam kehidupan anak, (2) pola asuh orang tua dalam mengembangkan minat baca anak, (3) strategi dan cara apa saja yang dapat dilakukan dalam mengembangkan minat baca, dan (4) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat baca pada anak. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah psikologi Islam dengan metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan; (1) peran orang tua dalam kehidupan anak sangat besar untuk menjadikan anak cakap dan berakhlak mulia, (2) pola asuh orang tua dalam mengembangkan minat baca anak dalam perspektif psikologi Islam dapat dilakukan dengan mengenalkan kepada anak bacaan-bacaan alQur’an, mengikutsertakan anak ke dalam Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), (3) strategi dan cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan minat baca pada anak misalnya dengan mengajak anak ke toko buku atau perpustakaan, membelikan buku yang menarik minat baca anak, membuat perpustakaan keluarga, memberikan hadiah buku, menjadikan kebiasaan membaca dalam kehidupan sehari-hari, dan menjadi contoh teladan dalam membaca, dan (4) faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi minat baca anak berasal dari lingkungan, seperti kurangnya perhatian orang tua, tidak tersedianya buku bacaan yang menarik bagi anak, dan anak lebih suka dengan tayangan televisi.
x
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena dengan limpahan inayah dan pentunjuk-Nya jualah, sehingga tesis yang berjudul; “Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Minat Baca Anak (Perspektif Psikologi Islam)”, berhasil penulis selesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita yang mulia Nabi Muhammad Saw, yang telah beroleh kesuksesan mengemban Risalah Ilahi melepaskan umat manusia dari belenggu
kebodohan, kejumudan dan keterbelakangan menuju
cahaya gemilang dengan berbekal ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa rampungnya penulisan tesis ini tidak terlepas dari bentuan, dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, sepatutnyalah dalam kesempatan ini penulis memberikan aspresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. H. Musa Asy’arie. Dengan pola kepemimpinan dan kemampuannya menciptakan nuansa akademis yang sangat kondusif dan proaktif, telah memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi penulis selama studi. 2. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. H. Khaoiruddin Nasution, M.A bersama Asisten Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. H. Maragustam, M.A. xi
4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. H. Sumedi, M.Ag. 5. Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag sebagai pembimbing yang tidak kenal lelah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini. 6. Para Guru Besar dan segenap Dosen di lingkungan Program Pascasarjana yang dengan penuh pengabdian yang tinggi mendedikasikan diri dan ilmunya dalam mengajar dan mendidik penulis. Mereka telah mewariskan banyak hal yang sangat berharga. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada mereka. 7. Orang tua penulis, ayahanda tercinta Husein Kiay Demak (alm) dan ibunda terkasih Djena Gonibala (alm), karena dengan kasih, sayang dan pengorbanan mereka berdualah yang memberikan inspirasi, motivasi dan energi tersendiri bagi penulis dalam mengarungi lautan ilmu yang penuh riak dan gelombang hinga sampai ke tepian. 8. Kakak-kakak penulis, Abdul Hamid Kiay Demak, Aminah Kiay Demak (alm), dan Abdul Rasyid Kiay Demak yang selama ini begitu antusias memberikan dukungan moril dan materil sehingga penulis berhasil menyelesaikan studi. 9. Teristimewa kepada istriku terscinta Tin Winarni yang begitu tabah dan setia mengorbankan sebagian keinginannya demi keberhasilan suaminya. Maafkan suamimu ini bila terkadang harus mengabaikan tanggung jawab demi sebuah obsesi mulia.
xii
10.Anak-anakku tersayang, Hamdi Maulana Kiay Demak dan Fajriyah Tsani Kiay Demak yang selalu menjadi sumber inspirasi bagiku disetiap kesempatan. Mereka berdua adalah anak-anakku yang sangat mengerti dengan tugas dan tanggung jawab ayahnya. Semua itu mereka wujudkan setiap hari lewat untaian munajat dan doa kepada Allah Swt untuk ayahnya. 11.Teman-teman sekelas PPs Qur’an-Hadis B. Kalian adalah mutiara terindah dalam perjalanan hidup penulis. Kalian semualah tempat penulis membagi suka dan duka. Kalian pula yang setiap saat banyak memberikan dampak psikis yang positif sehingga penulis tak pernah putus harapan dalam meraih impian. 12.Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut pula membantu memberikan dorongan dan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Sunan Kalijaga yang sangat kita cintai. Akhirnya, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis menaruh harapan besar kiranya tesisi ini dapat memberikan sumbangsih dalam khasanah pemikiran tentang Pendidikan Islam di tanah air. Demi penyempurnaan tesisi ini, tegur sapa, kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Yogyakarta,
Mei 2011
Penulis,
H. Abdurrahman Kiay Demak, S.Pd.I
xiii
MOTTO
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang maha Mulia. Yang mengajarkan manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5).
xiv
Persembahan
Untuk mereka yang senantiasa menginspirasi, memotivasi dan memberikan energi bagiku. Istriku
tercinta
Tin
Winarni
dan
anak-anakku
tersayang Hamdi dan Shany. Kampusku tercinta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rasa syukur tak terhingga kepada Allah Swt yang telah mempertemukanku dengan orang-orang Hebat namun tetap Santun dan Bersahaja. Tuhan Semesta di atas sana tak
pernah silap
menganugerahi aneka nikmat kepada semua hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menempuh jalan melintasi samudera Ilmu Pengetahuan yang maha luas tiada bertepi.
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii NOTA PEMBIMBING .................................................................................... iii NOTA PERSETUJUAN .................................................................................. iv PEDOMAN TRASLITERASI ......................................................................... v PENGESAHAN ............................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... ix BAB I
: PENDAHULUAN ................................................................. ........... A. Latar Belakang Masalah ...................................................... B. Rumusan Masalah ............................................................... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ D. Kajian Pustaka ..................................................................... E. Kerangka Teori ................................................................... F. Metodologi Penelitian ......................................................... G. Sistematika Pembahasan .....................................................
1 1 9 10 11 14 36 39
BAB II : MINAT BACA PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM ................. 41 A. Minat Baca dalam Perspektif Psikologi Islam ...................... 41 1. Pengertian Psikologi Islam .............................................. 41 2. Pengertian Minat Baca .................................................... 49 3. Ciri-Ciri Minat Baca ....................................................... 56 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca ............... 60 5. Terbentuknya Minat Baca.................................................. 67 B. Perkembangan Minat Baca pada Anak ................................ 76 1. Perkembangan Anak dan Tugas Usia Perkembangan ................................................................. 76 2. Perkembangan Minat Baca pada Anak ............................. 80 3. Kesiapan Membaca pada Anak ......................................... 85
xvi
BAB III
: MENGEMBANGKAN MINAT BACA PADA ANAK .............. 95 A. Peran Orang Tua dalam Kehidupan Anak ............................ 95 B. Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan.....................102 Minat Baca Anak
BAN IV : KESIMPULAN ............................................................................ 122 A. Kesimpulan ......................................................................... 122 B. Saran ................................................................................... 127 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 128
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang memberikan penekanan pentingnya ilmu pada umatnya. Al-Qur’an dan al-Sunnah mengajak kaum muslimin untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Allah berfirman dalam Q.S. AlMujadilah (58): 11:
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Wahyu yang pertama kali turun dalam Islam pun bukan mewajibkan kepada manusia untuk salat, puasa, zakat dan haji, melainkan untuk membaca. Sebagaimana firman Allah: zΟ¯=tæ “Ï%©!$# . ãΠtø.F{$# y7š/u‘uρ ù&tø%$# . @,n=tã ôÏΒ z≈|¡ΣM}$# t,n=y{ . t,n=y{ “Ï%©!$# y7În/u‘ ÉΟó™$$Î/ ù&tø%$# ۔١ :÷رة ا ق. Λs>÷ètƒ óΟs9 $tΒ z≈|¡ΣM}$# zΟ¯=tæ . ÉΟn=s)ø9$$Î/ “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. al-‘Alaq (96): 1-5).
1
2
Untuk menjadi orang yang berilmu itu sendiri salah satu kuncinya adalah dengan membaca. Seperti dalam konteks yang terdapat dalam wahyu tersebut dapat dipahami secara jelas. Semangat itu adalah ketauhidan dan keilmuan. Karena pentingnya membaca, maka surat yang pertama kali diturunkan adalah surat al-‘Alaq. Kata iqra’ yang terdapat dalam ayat pertama surat al‘Alaq itu sendiri mempunyai arti “bacalah”.1 Iqra’ dalam surat tersebut adalah perintah untuk membaca karena membaca adalah pintu pertama dibukakannya ilmu pengetahuan. Sehingga wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah adalah sebuah daya dorong untuk mencari dan menguasai ilmu pengetahuan, memperbanyak informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuannya. Kata iqra’ sendiri dapat memiliki beraneka ragam arti. Antara lain ; menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciriciri sesuatu, dan sebagainya yang kesemuanya bermuara pada arti “menghimpun”. Karena objek dalam ayat tersebut tidak disebut sehingga bersifat umum, maka objek kata tersebut mencakup segala yang dapat dijangkau baik ia merupakan bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun yang tidak tertulis. Alhasil, perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis, baik suci maupun tidak.2 Perintah Allah tersebut menegaskan bahwa membaca bagi umat Islam adalah bagian dari konsep hidup yang menjadi kebutuhan primer. Dengan hal 1
Hernowo, Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh untuk Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku (Bandung: Penerbit Kaifa, 2002), hlm. 15. 2 Quraish Shihab, Mu’jizat al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 20.
3
ini seakan Allah mengajarkan kepada umat-Nya meskipun ada banyak sarana untuk belajar, namun membaca harus dilakukan. Sejarah Islam juga mencatat bahwa perpustakaan Islam merupakan perpustakaan yang paling besar di dunia, tidak ada yang menandinginya dalam jangka waktu yang sangat lama. Sayangnya, dengan semua catatan sejarah dan seluruh nilai yang ada, saat ini umat Islam sedang mengalami “buta huruf” yang sangat dahsyat. Saat ini jumlah umat Islam yang buta sama sekali mencapai 37 persen, namun alokasi anggaran biaya pendidikan kurang dari 4 persen dibandingkan jumlah penduduk keseluruhan. Manusia zaman sekarang tidak mau lagi membaca meski hanya sekadar membaca yang bisa menopang hidupnya agar selamat. Apalagi membaca yang bisa menghasilkan ilmu, menghasilkan keterampilan khusus, dan meraih pengetahuan yang tinggi. Dengan demikian, sikap berbahaya ini merupakan penolakan terhadap peradaban. Sebab kunci agar umat ini bangkit adalah “bacalah”. Membaca merupakan bagian dari kegiatan dan kemampuan khas yang dimiliki manusia. Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesemua hal tersebut penting untuk dipelajari dan dikuasai oleh setiap individu. Dari kegiatan membaca, seseorang dapat bersantai, berinteraksi dengan perasaan dan pikiran, memperoleh informasi, dan meningkatkan ilmu pengetahuannya. Membaca, demikian Henry A. Bowman, merupakan sarana yang tepat untuk mempromosikan suatu pembelajaran sepanjang hayat (life-long
4
learning). Dengan mengajarkan kepada anak cara membaca berarti telah memberi anak tersebut sebuah masa depan, yaitu memberi suatu teknik bagaimana cara mengekplorasi “dunia” mana pun yang dia pilih dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan tujuan hidupnya.3 Terkait dengan paparan tersebut, maka pendidikan Islam sendiri memandang kegiatan membaca tidak hanya proses formal bagian dari tugas sekolah, namun juga bagian dari proses transendensi seorang hamba untuk menaati perintah Tuhannya. Sedangkan dalam fase perkembangan manusia menurut Islam, usia anak yang berumur kurang dari 5 tahun adalah usia perkembangan. Pada usia tersebut sangat penting bagi anak untuk diperkenalkan dengan hal-hal yang baru yang bersifat mendidik. Salah satunya adalah mengenalkan bacaan kepada anak sehingga diharapkan akan tumbuh minat membaca pada anak. Sebab kondisi minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2006, bahwa, masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama untuk mendapatkan informasi. Orang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau mendengarkan radio (40,3%) dibandingkan membaca koran (23,5%).4 Berdasarkan penelitian internasoinal yang dilakukan oleh Elly (1992) tentang kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar, menyatakan bahwa
3
Henry. A. Bowman, Marriage for Moderns (New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. 1994), hlm. 216. 4 www. bps.go.id/minat membaca pada anak/diakses tanggal 21 Januari 2010.
5
anak-anak Indonesia berada pada peringkat yang sangat rendah, yaitu peringatt ke 28 dari 30 negara yang diteliti. Redahnya minat baca, ungkap Elly, disebabkan banyak faktor, antara lain individu dari anak itu sendiri dan fator instruksional. Faktor individu antara lain inteligensia, usia, jenis kelamin, kemampuan membaca, sikap, dan kebutuhan psikologis. Sedangan yang bersifat instruksional adalah tidak tersedianya bahan bacaan yang sesuai, status sosial ekonomi, kelompok etnis, pengaruh teman sebaya, orang tua, guru dan teknologi. Hal tersebut diakui juga oleh Anna Yulia, sambil mengungkapkan bahwa rendahnya minat baca antara lain adalah budaya ngobrol (chating society), pengaruh teleisi, buku bukan menjadi prioritas, serta kurangnya fasilitas (resources).5 Kenyataan yang disebutkan di atas merupakan suatu hal yang memprihatinkan sebab pentingnya membaca bagi kehidupan manusia ternyata belum disadari benar oleh sebagian masyarakat Indonesia. Masyarakat belum menjadikan budaya membaca sebagai suatu kebutuhan hidup, terlebih bagi anak-anak. Padahal membaca merupakan suatu kebutuhan pokok dalam masyaraat modern. Sebagaimana yang dikemukakan oleh H.A.R Tilaar, “Bangsa yang tidak mengenal buku atau memberikan nilai rendah terhadap perkembangan perbukuan pastilah menjadi bangsa yang tidak akan mampu ___________________ 5
Anna Yulia, Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2005), hlm. xiii-xv.
6
bersaing di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang berubah dengan cepat”.6 Minat membaca pada anak sangat beragam, ada yang segan atau ”ogahogahan” (disinclination) dan tidak peduli (indifference), ada pula yang sangat tertarik untuk membaca yang ditandai dengan tertarik dengan media cetak, menikmati saat menyimak sebuah cerita, mampu bercerita dengan baik, suka melihat-lihat gambar di buku, mampu menceritakan sesuatu dari gambar, dan meminjam buku dari sekolah untuk dibawa pulang. Minat baca merupakan salah satu aspek dari kesiapan membaca, dengan indikator: menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol, tertarik menyimak cerita, mampu bercerita dan mengucapkan sajak atau puisi, suka melihat-lihat gambar dalam buku, mempunyai rentang perhatian yang cukup untuk mengamati urutan gambar dalam buku, menceritakan suatu cerita dari sebuah gambar, meminjam buku untuk dibawa pulang atau membawa buku ke sekolah, dan mencoba mengenali kata-kata tertentu dalam buku yang dikenalnya.7 Minat membaca berpengaruh besar terhadap kesuksesan anak sehingga perlu ditumbuhkan sejak dini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anakanak yang secara teratur terlibat dalam kegiatan baca-tulis dengan orang tua tuanya, misalnya orang tua selalu membacakan cerita atau puisi kepada anak secara teratur dan mengarahkan anak untuk banyak membaca untuk dirinya ___________________ 6
H.A.R Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21 (Magelang: Indonesia Tera, 1999), hlm. 380. 7 Spodek.B dan Olivia N. Saraho, Right from the Start: Teaching Children Ages Three to Eight (Toronto: Allyn and Baom, 1994), hlm. 29.
7
sendiri, maka dalam diri anak akan tumbuh kebiasaan menjadi pembaca dini yang memiliki minat baca alamiah.8 Penelitian Walkers dan Kuerbitz melaporkan bahwa anak TK yang biasa dibacakan oleh orang-orang di sekitarnya akan mempunyai kemampuan membaca yang lebih tinggi dibanding teman-temannya. Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kebiasaan
membacakan dengan
suara
keras
pada
anak-anak
akan
menyempurnakan kemampuan membacanya, meningkatkan minat membaca, dan meningkatkan perkembangan bahasa anak. Ada sepuluh alasan mengapa harus menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu: (1) anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik; (2) anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi; (3) membaca akan memberikan wawasan yang lebih beragam sehingga belajar apa pun terasa lebih mudah; (4) di tingkat SMU, hanya anakanak yang gemar membaca yang unggul dalam berbagai pelajaran dan ujian; (5) kemampuan membaca dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademiknya karena akan mampu menyelesaikan tugas hanya dengan sedikit waktu; (6) minat membaca akan memberikan beragam perspektif pada anak melalui beragam pandangan dari para penulis sehingga anak terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sisi; (7) membaca membantu anak memiliki rasa kasih sayang, karena anak akan menemukan beragam pola kehidupan dan cara menyelesaikan masalah tersebut secara wajar; (8) anak yang gemar membaca dihadapkan pada dunia yang penuh ___________________ 8
Ahadiah S. Arsjad dan Ridwan, SH, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 34.
8
dengan kemungkinan dan kesempatan; (9) anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka; dan (10) kecintaan membaca adalah salah satu kebahagiaan utama dalam hidup, karena membaca merupakan rekreasi jiwa. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat membaca merupakan dorongan yang kuat pada seseorang untuk membaca yang ditandai dengan menunjukkan ketertarikan pada berbagai lambang dan simbol, tertarik untuk menyimak cerita, dapat mengungkapkan secara lisan suatu peristiwa atau gagasan, suka mengucapkan sajak atau puisi, suka bernyanyi dengan mengubah syair lagu, suka melihat-lihat gambar dalam buku, tertarik dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan huruf dan simbol, dapat menceritakan suatu cerita dari sebuah gambar, suka meminjam buku untuk dibawa pulang atau sebaliknya membawa buku ke sekolah, dan mencoba mengenali kata-kata tertentu dalam buku yang dikenalnya.9 Kegiatan bermain yang merupakan ciri khas anak dapat dipadukan dengan kegiatan ‘membaca’ dalam berbagai cara, dengan terlebih dulu menata ruangan kelas. Peluang untuk memasukkan kegiatan membaca di dalam kelas sangat terbuka, tidak hanya saat pelajaran bahasa atau saat anak-anak berada di sentra perpustakaan. Saat anak-anak belajar, mereka senantiasa mempraktikkan apa pun yang mereka pelajari dengan inisiatif mereka sendiri. Mereka berinteraksi dengan orang dewasa dengan berbagai cara, termasuk bicara, membaca, dan menulis. Oleh karena itu, semakin sering anak ____________________ 9
Mary Leonhardt, 99 Cara Menjadikan Anak Anda “Keranjingan” Membaca (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 176.
9
berinteraksi dengan budaya dan dunia kata, maka dia makin berminat untuk belajar membaca. Papan-papan bacaan juga dapat ditempatkan di tiap sekat untuk memberikan nuansa kata-kata dan pengalaman berbahasa. Selain itu, berikan pula label nama untuk loker, kardus, karton, atau kontainer milik anak sehingga rasa memiliki anak terhadap benda miliknya terpelihara.10 Peningkatan minat membaca pada anak tidak akan tumbuh secara dengan sendirinya. Akan tetapi minat baca anak harus ditanamkan, ditumbuhkan serta dipupuk, dan dibina sejak usia dini. Orang tua memainkan peranan penting di dalam memupuk minat membaca pada anak. Orang tua merupakan pendidik yang pertama kepada anak-anak dan penentu kebijaksanaan, kebolehan dan kepintaran anak-anak. Berangkat dari permasalahan di atas, penelitian tentang peran orang tua dalam mengembangkan minat baca anak sangat diperlukan untuk mempersiapkan masa depan anak dan kemajuan bangsa menjadi lebih baik.
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran orang tua dalam kehidupan anak? 2. Bagaimana pola asuh orang tua dalam mengembangkan minat baca pada anak?
___________________ 10
Ibid, hlm. 177.
10
3. Strategi dan cara apa saja yang dapat dilakukan dalam mengembangkan minat baca pada anak? 4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat baca pada anak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari, menggali, menghubungkan dan meramalkan suatu kejadian. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang jelas dan terarah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a.
Untuk mengetahui peran orang tua dalam kehidupan anak.
b. Untuk mengetahui pola asuh orang tua dalam mengembangkan minat baca pada anak. c.
Untuk mengetahui strategi dan cara apa saja yang dapat dilakukan dalam mengembangkan minat baca pada anak.
d. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
penghambat
apa
saja
yang
mempengaruhi minat baca pada anak. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu: a. Manfaat Teoritis 1) Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan, dan bisa menjadi pedoman bagi institusi pendidikan, masyarakat dan kelompok akademik.
11
2) Mengembangkan konsep-konsep pengembangan minat baca anak dalam rangka peningkatan kualitas SDM di Indonesia. b. Manfaat Praktis 1) Mendekripsikan
permasalahan
yang
terjadi
dalam
mengembangkan minat baca pada anak. 2) Memberikan pengalaman ilmiah bagi penulis dalam mengukur tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan minat baca pada anak.
D. Kajian Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Silfia Hanani yang berjudul “Membangun Minat Baca Murid Melalui Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Berbasis Masyarakat Sebagai Salah Satu Usaha Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan”,11 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya minat baca ini adalah terbatasnya jumlah perpustakaan sekolah. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa perpustakaan sekolah selama ini belum dijadikan sebagai salah satu
hal
yang penting
dalam meningkatkan
mutu pendidikan. Pengelolaan perpsutakaan sekolah masih pula tertumpu pada anggaran yang diberikan oleh pemerintah. Untuk mengatasi masalah ini, perlu mengembangkan perpustakaan sekolah berbasis masyarakat.
___________________ 11
Silvia Hanani, “Membangun Minat Baca Murid Melalui Optimalisasi Perpustakaan Sekolah Berbasis Masyarakat sebagai Salah Satu Usaha Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan”, Tesis (Padang: UN Andalas, 2008).
12
Penelitian tentang minat baca juga dilakukan oleh Efri Yades dengan judul “Menumbuhkembangkan Minat Baca Anak-anak melalui Pengadaan Buku Bacaan di Panti Asuhan Kota Padang".12 Anak-anak di kota itu kurang berminat membaca buku karena tidak tersedianya buku di panti asuhan. Oleh karena itu minat baca anak perlu ditumbuhkembangkan dengan pengadaan buku, penyuluhan tentang pentingnya membaca buku, cara membaca efektif, dan cara menuliskan kembali apa yang telah di baca. Penelitian
lain
dilakukan
oleh
Mukti
Amini
tentang
“Upaya
Meningkatkan Minat Baca Anak Melalui Penenggelaman Keaksaraan Di TK Lebah
Madu
Jakarta
Timur”.13
Penelitian ini
menjelaskan
bahwa
penenggelaman keaksaraan dilakukan dengan menyediakan berbagai tulisan label nama-nama benda di sekitar anak, menyiapkan berbagai bahan bacaan di perpustakaan, dan mengajak anak bercakap-cakap atau bermain dengan berbagai media tersebut. Setelah dilakukan penenggelaman keaksaraan di lingkungan sekolah terdapat peningkatan minat membaca yang signifikan pada anak-anak yang meliputi: memilih meminjam buku dari perpustakaan dan membolak-balik buku tersebut saat bermain bebas atau sebelum kegiatan belajar, tekun dalam mendengarkan guru yang bercerita atau membacakan buku, mulai mencoba membaca beberapa kata dengan inisiatif sendiri meskipun masih keliru, dan tampak bersemangat dalam berbagai kegiatan. Selain itu, ada juga yang bersentuhan dengan penelitian ini, yaitu __________________ 12
Efri Yades, Menumbuhkembangkan Minat Baca Anak melalui Pengadaan Buku Bacaan di Pantai Asuhan Kota Padang, Tesis (Padang: UN Andalas, 2006). 13 Mukti Amini, Upaya Meningkatkan Minat Baca ANak melalui Penggemblengan Keaksaraan di TK Lebah Madu Jakarta Timur, Tesis (Jakarta: UNJ, 2007).
13
penelitian yang dilakukan oleh Ainul Yaqin dengan judul ”Peningkatan Minat dan Keaktifan Siswa Kelas VII G SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta Pada Pembelajaran Akhlak melalui
Model Pembelajaran Arias”.14 Fokus
penelitiannya pada sejauh mana peningkatan minat dan keaktifan siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta terhadap pembelajaran akhlak dengan menggunakan model Arias, yaitu suatu teknik pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen, yakni nilai (value) dari tujuan yang hendak dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan. Penelitian yang dilakukan oleh Mahmud Saragih tentang ”Partisipasi Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Islam pada Remaja”.15 Yang menjadi pokok bahasannya adalah tentang sejauh mana partisipasi orang tua terhadap pendidikan agama Islam pada remaja, terutama pendidikan keimanan, ibadah dan akhlak. Pada penelitian yang dilakukan ini lebih ditekankan peran orang tua dalam menumbuhkan minat baca pada anak, khususnya balita atau
anak
berumur di bawah 5 tahun. Upaya menumbuhkembangkan minat baca ini ditinjau dari perspektif psikologi Islam yang selama ini sejauh pengamatan peneliti belum pernah diteliti. __________________ 14
Ainul Yaqin, Peningkatan Minat & Keaktifan Siswa Kelas VII G AMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta pada Pembelajaran Akhlak melalui Model Pembelajaran Arias, Tesis (Yogyakarta: UIN, 2009). 15 Mahmud Saragih, Partisipasi Orang Tua terhadap PAI pada Remaja, Tesis (Yogyakarta: UIN 2008).
14
E. Kerangka Teori 1. Psikologi Islam a. Pengertian Psikologi Islam Secara etimologi, psikologi memiliki arti ilmu-ilmu tentang jiwa. Dalam Islam, istilah jiwa memiliki padanan dengan kata al-nafs, meski ada juga yang menyamakan dengan istilah al-rūh. Namun demikian, istilah al-nafs lebih populer penggunaannya daripada istilah al-rūh. Dan dengan demikian, psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi ilmu al-nafs atau ilmu al-rūh.16 Selanjutnya, istilah ilmu al-nafs banyak dipakai dalam literatur psikologi Islam, meskipun sebenarnya term al-nafs tidak dapat disamakan dengan istilah-istilah psikologi kontemporer seperti soul atau psyche. Hal demikian dikarenakan al-nafs merupakan gabungan substansi jasmani dan ruhani, sedangkan soul dan psyche hanya berkaitan dengan aspek psikis manusia.17 Psikologi Islam adalah konsep psikologi modern yang telah meng alami proses filterisasi dan didalamnya terdapat wawasan Islam. Psikologi Islam adalah perspektif Islam terhadap psikologi modern dengan membuang konsep-konsep yang tidak sesuai atau bertentangan dengan islam.18 Psikologi Islam ialah corak psikologi berlandaskan citra manusia menurut ajaran Islam, yang mempelajari keunikan dan pola ___________________ 16
Abdul Mujib, et.al., Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 3 17 Ibid , hlm. 5.
15
perilaku manusia sebagai ungkapan pengalaman interaksi dengan diri sendiri, lingkungan sekitar dan alam kerohanian, dengan tujuan meningkatkan kesehatan mental dan kwalitas keberagamaan.18 Pada zaman nabi Muhammad Saw, wacana psikologi Islam masih berupa prinsip-prinsip dasar (mabādi’). Prinsip-prinsip dasar ini terakulumulasi di dalam wahyu, yaitu kebenaran bersifat mutlak dan permanen, baik berupa al-Qur’an maupun al-Sunnah. Berbagai macam persoalan psikologi telah tuntas dijawab oleh nabi Muhammad, meskipun belum menyentuh masalah-masalah tehnik operasional. Hal ini bukan berarti nabi Muhammad tidak memahami fenomena psikologis
yang
empiris-eksperimental,
melainkan
memberikan
kesempatan untuk berijtihad kepada umatnya. Beliau bersabda: “Engkau lebih tahu mengenai urusan duniamu”.19 Sampai
saat
ini,
setidaknya
ada
dua
usaha
untuk
mengintregasikan psikologi dan Islam; pertama, psikologi digunakan sebagai pisau analisis masalah-masalah umat Islam, dan kedua, Islam dipakai sebagai pisau analisis untuk menilai konsep-konsep psikologi. Usaha pertama mempunyai keunggulan, kita memanfaatkan psikologi untuk menjelaskan problem umat Islam serta meningkatkan sumber daya umat. Sedangkan kelemahannya, konsep-konsep psikologi mempunyai keterbatasan dan kemungkinan bisa yang sangat besar, __________________ 18
Jamaluddin Ancok, Psikologi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm.
24. Abdul Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 14. 19
16
karena seringkali mereduksi Islam ke dalam pengertian-pengertian parsial dan tidak utuh. Cara yang kedua, keunggulannya adalah kita mencoba melakukan kajian kritis terhadap psikologi sehingga tahu kelemahan dan kekuatan konsep psikologi. Tapi kekemahan cara kedua ini terletak pada titik pembahasan pada konsep psikologi, sehingga sering membuat kita terjebak, yaitu kita memandang persoalan lebih berangkat dari pemahaman terhadap konsep psikologinya ketimbang Islamnya. Untuk itu perlu dengan cara pandang ketiga, yaitu membangun konsep psikologi baru yang didasarkan pada Islam. Misalnya kita perlu menggali lebih mendalam tentang apa yang diterangkan dalam al-Qur’an tentang ; al-fīṭrah, al-qalb, al-’aql, alnafs, dan sebagainya.20 Psikologi Islam memiliki kedudukan yang sama dengan disiplin ilmu keislaman yang lain, seperti sosiologi Islam, ekonomi Islam, dan sebagainya. Penggunaan kata “Islam” disini memiliki arti corak, cara pandang, pola
pikir, paradigma,
atau
aliran-aliran
Psikologi Islam tidak hanya menekankan perilaku kejiwaan, melainkan juga hakekat jiwa sesungguhnya. Sebagai satu organisasi permanen, jiwa manusia bersifat potensial yang aktualisasinya dalam bentuk perilaku sangat tergantung pada ikhtiarnya. Dari sini nampak bahwa psikologi Islam mengakui adanya kesadaran dan kebebasan manusia ____________________ Djamaludin Ancok, Psikologi Islam Solusi Islam atas Problem‐Problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), hlm. 3-4. 20
17
tersendiri yang berbeda dengan psikologi kontemporer pada umumnya. untuk berkreasi, berpikir, berkehendak, dan bersikap secara sadar, walaupun kebebasan itu tetap dalam koridor sunnah-sunnah Allah Swt. Psikologi Islam mempunyai tujuan yang hakiki, yaitu merangsang kesadaran diri agar mampu membentuk kualitas diri yang lebih sempurna untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat.21 Ada tiga sikap dan respon yang ditunjukkan terhadap proyek rekontruksi Islami untuk studi kejiwaan. Pertama, sikap yang menentang dari kalangan Islam. Pendapat ini umumnya dimunculkan kaum muslimin yang berpendapat bahwa Islam sangat kaya dan tidak membutuhkan rekontruksi apapun, ini terjadi setelah sebagian kaum muslimin itu mempelajari psikologi dan melihat dampaknya pada kaum muda-mudi, bahkan kaum terpelajar sekalipun. Kedua, sikap yang menentang dari kalangan psikologi. Kelompok ini
berasal dari
psikolog-psikolog muslim yang banyak memahami psikologi Barat dan kurang memahami Islam sehingga membuat mereka lebih cenderung pada spesialisasi ilmiah dan profesi yang mereka geluti, mereka lebih bersandar pada filsafat Barat yang membedakan hubungan ilmu pengetahuan dan agama. Ketiga, sikap yang menerima pemikiran rekontruksi dan aktivitas untuk mewujudkannya. Dalam kaitan proyek rekontruksi Islam dalam studi kejiwaan ada beberapa hal yang perlu __________________ 21
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 23.
18
dicatat; bukan hanya menyisipkan akhlak Islami yang seyogyanya dimiliki oleh para ilmuwan muslim, bukan hanya ayatisasi atau memberi kajian hadis pada hal-hal yang berkaitan dengan jiwa yang dikumpulkan dan ditasirkan kemudian dikomparasikan dengan teoriteori yang ada dalam kajian psikologi, bukan sekedar kurikulum dalam psikologi yang menganalisis ayat al-Qur’an dan al-Hadis yang kemudian diberi label psikologi Islam.22 b. Kerangka Dasar Psikologi Islam Perkembangan ilmu termasuk psikologi, di negara-negara Barat telah mengalami proses sekulerisasi sedemikian rupa sehingga kehilangan wawasan totalitasnya. Boleh dibilang ilmu di negara-negara barat hanya mendasarkan diri pada ayat-ayat kauniyyah dan menolak sama sekali ayat-ayat kauliyah. Metode yang dipakai hanyalah yang bersifat rasional obyektif.sedangkan metode yang bersifat intuitif subyektif ditolaknya. Ummat Islam memiliki al-Qur’an yang merupakan petunjuk bagi manusia yang diturunkan oleh Allah, sang pencipta manusia itu sendiri. Dan Allah yang menciptakan manusia sudah barang tentu tahu persis siapa manusia itu. Kitab Allah yang autentik ini didalamnya terkandung keterangan yang lengkap mengenai manusia. Maka tugas para psikolog muslim-lah untuk mendeskripsikan sifat-sifat manusia dan nilai-nilai moral menurut al-Qur’an. Dalam hal ini diperlukan suatu sikap hati-hati ___________________ 22
Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, Sari Narulita, dkk, (terj.) (Depok:Gema Insani, 2006), hlm. 15 dan 80.
19
untuk bisa memilah mana karakter dan nilai-nilai yang temporal sifatnya dan mana yang eternal sifatnya, mana nilai instrumental dan mana nilai esensialnya. Dalam al-Qur’an Surat Fussilat ayat 33, dikatakan; “Akan Kami perlihatkan kepada kamu sekalian ayat-ayat Kami di alam semesta dan di dalam dirimu sendiri sehingga kamu akan menjadi yakin bahwa kami (al-Qur,an) benar adanya”. Dalam pandangan Islam, al-ṭaqq (kebenaran) itu berasal dari Allah dalam usaha untuk mendapatkan ilmu supaya lebih mengenal dan memahami
Sunah
memperhatiakn,
Allah
merenungkan,
(hukum-hukum menguraikan
alam), dan
manusia kemudian
menyimpulkan data-data Allah kepadanya. Data-data yang diberikan Allah itu berupa ayat-ayat kauniyyah di alam semesta dan pada diri manusia sendiri lewat penciptaan serta ayat-ayat kauliyyah yang diturunkan lewat wahyu (al-Qur’an). Keduanya tidaklah bertentangan danjusteru satu sama lain saling mendukung. Tujuan diutusnya Rasullullah Saw dan diturunkannya al-Qur’an adalah untuk meluruskan hal-hal yang kurang benar dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta. b. Orientasi Psikologi Islam Psikologi Islami berusaha untuk mengembalikan keutuhan serta totalitas manusia serta meluruskan arah dan tujuan ilmu untuk memberikan kesejahteraan kepada manusia lahir maupun batin, individual maupun sosial serta dunia maupun akhirat. Sementara
20
psikologi humanistik hanya memperhatikan kesadaran diri dan kemauan bebas manusia sehingga nilai-nilai itu bersifat relatif dan diserahkan sepenuhnya pada manusia itu sendiri sehingga akan muncul pertanyaan: akan dibawa ke mana hari depan umat manusia ini. Hal yang paling urgen dalam psikologi Islami adalah bahwa ilmu pengetahuan dikaji dengan penuh semangat spiritual. Baik fikir maupun dzikir, keduanya dipakai untuk saling mendukung dalam memahami fenomena manusia dan alam semesta ini. Karena untuk memahami kenyataan tak cukup hanya dengan “mata indera’ saja, akan tetapi perlu pula dengan “mata batin” lewat jalan spiritual yang sudah dituntunkan lewat al-Qur’an. Ilmu dan iman, intelek dan intuisi keduanya dianggap sangat penting dalam Islam. Al-Qur’an sesungguhnya menghargai semangat intelek di samping intuisi, juga menghargai potensi ragawi yang melekat pada dirinya untuk memahami fenomena semesta.23 c. Nafsiologi dalam Psikologi Islam Setelah kita menyadari adanya keinginan untuk menemukan format baru dalam psikologi tentunya kita seharusnya tidak hanya bisa mengajukan konsep tanpa adanya realisasi yang cukup untuk bisa membuktikan kesungguhan kita dalam mencari alternatif. Maka salah satu bentuk paling nyata yang sudah disosialisaskan selama ini adalah adanya bentuk psikologi Islami yang dikenal dengan nafsiologi. Apa dan bagaimana nafsiologi itu sudah banyak di __________________ 23
Ahmad Saifuddin Muflih, Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam (Jakarta: Media Dakwah. 1984), hlm. 21.
21
kemukakan oleh para pakar psikolog Islam yang menyadari adanya kerancuan dalam psikologi umum, sehingga kesadaran itu menjadi sebuah motivasi untuk melakukan rekonseptualisasi terhadap psikologi yang sudah banyak dikenal dan dipakai selama ini. Sebagaimana psikologi umum nafsiologi pun memilki teori yang membedakannya dengan psikologi umum. Teori kerja napsiologi dikembangkan terutama didasari oleh suku cadang yang digali dari alQur’an, karena pada prisipnya al-Qur’an adalah penjabaran kehendak dan kekuasaan Allah, yang masih perlu diselami diantisipasi dan dinterpretasikan oleh manusia. Norma-norma al-Qur’an berwatak untuk dihayati sebagi inperatif (kekuasaan) yang mengarahkan. Dengan demikian eksistensi tidak dihantui hal-hal yang absurd (tidak masuk akal) dan kehampaan makna. Al-Qur’an tidak membangung kualitas manusia tipe pemurung dan terbelakang. Namun al-Qur’an bermaksud menjadikan manusia sebagai khalifah yang berdayaguna dan mampu menaklukkan dunia ini dengan iman sebagai pisau analisis nilai. Berikut ini ditampilkan beberapa nukilan ayat al-Qur’an yang mengandung makna-makna kejiwaan yang menjadi rujukan bagi Nafsiologis: 1)
Mata hati yang Mutmainnah . Ü>θè=à)ø9$# ’È⌡yϑôÜs? «!$# Ìò2É‹Î/ Ÿωr& 3 «!$# Ìø.É‹Î/ Οßγç/θè=è% ’È⌡uΚôÜs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ٢٨ : رة ا رد
22
Terjemahannya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Q.S. al-Ra’d (13): 28).
2)
Mata hati Terkunci
Νßγ≈uΖö7|¹r& â!$t±nΣ öθ©9 βr& !$yγÎ=÷δr& ω÷èt/ .ÏΒ uÚö‘F{$# šχθèOÌtƒ zƒÏ%©#Ï9 ωôγtƒ óΟs9uρr& ١٠٠ : رة ارا. šχθãèyϑó¡o„ Ÿω óΟßγsù öΝÎηÎ/θè=è% 4’n?tã ßìt7ôÜtΡuρ 4 óΟÎγÎ/θçΡä‹Î/
“Dan Apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?”. (Q.S. al-A’rāf (7): 100).
3)
Mata hati yang Keras Membatu
zÏΒ ¨βÎ)uρ 4 Zοuθó¡s% ‘‰x©r& ÷ρr& Íοu‘$y∨Ïtø:$$x. }‘Îγsù šÏ9≡sŒ ω÷èt/ .ÏiΒ Νä3ç/θè=è% ôM|¡s% §ΝèO ¨βÎ)uρ 4 â!$yϑø9$# çµ÷ΨÏΒ ßlã÷‚uŠsù ß,¤)¤±o„ $yϑs9 $pκ÷]ÏΒ ¨βÎ)uρ 4 ã≈yγ÷ΡF{$# çµ÷ΖÏΒ ã¤fx tFtƒ $yϑs9 Íοu‘$yfÏtø:$# ٧٤: رة ا رة. tβθè=yϑ÷ès? $£ϑtã @≅Ï ≈tóÎ/ ª!$# $tΒuρ 3 «!$# ÏπuŠô±yz ôÏΒ äÝÎ6öκu‰ $yϑs9 $pκ÷]ÏΒ
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. al-Baqarah (2): 74).
23
2. Peran Orang Tua Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.24 Orang tua yang dimaksud di sini adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai tugas mendidikan anak-anak dalam keluarga. Peran orang tua menjadi hal yang sangat penting dalam menumbuhkan minat baca anak karena orang tua adalah orang terdekat pertama, terutama seorang ibu di mana sejak terbentuknya konsepsi ampai berkembang embrio hingga anak lahir banyak berhubungan secara langsung dengan ibusecara fisik maupun psikis. Orang tua menjadi penentu atas terbentuknya minat baca anak karena proses pendidikan pertama adalah di lingkungan keluarga, sehingga orang tua harus proaktif untuk menciptakan iklimyang men dukung terbentuknya minat baca, menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang. Sebab minat itu sendiri bukanlah sesuatu yang dimiliki anak begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan sehingga orang tua harus mampu menjadi motivator bagi sang anak. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang menetapkan bahwa fungsi utama keluarga meliputi; (1) keagamaan; (2) sosial budaya; (3) kasih sayang reproduksi; (4) pendidikan dan sosialisasi; (5) ekonomi; (6) perlindungan; dan (7) pembangunan lingkungan. Untuk __________________ 24
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 1991), hlm. 1132.
24
membentuk keluarga yang harmonis, maka fungsi-fungsi tersebut harus diciptakan saling mendukung. Untuk itu, orang tua sebagai pihak yang bertanggung jawab harus mampu menjalankan fungsi-fungsi tersebut sebagaimana mestinya. Keberhasilan
anaka-anak,
termasuk
pendidikannya
sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana orang tua mampu memberi sumbangsih bagi proses pendidikan, karena lingkungan keluarga adalah proses pertama pendidikan anak. Sebagaimana Gilbert Highest menyatakan, bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak bengun tidur hingga tidur kembali di malam hari, anak-anak menerima pengaruh lingkungan keluarga.25 Ada dua hal penting bagi orang tua dalam hubungannya dengan anak, yaitu mengetahui hakikat perkembangan anak sehingga mereka mengerti bagaimana anak berkembang dalam hal kognisi, afeksi, moral, dan sosial. Sebagaimana pendapat Kartini Kartono, bahwa orang tua berperan sebagai pendidik anak apabila orang tua mampu menciptakan iklim psikis yang gembira dan bahagia. Sehingga suasana rumah tangga penuh kehangatan, rasa aman, dan kasih sayang. Iklim psikologis penuh kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman tersebut akan memberikan vitamin
psikologis
yang
akan
memberikan
motivasi
dalam
tumbuhkembang anak menuju kedewasaan.26 _________________ 25
Gilbert Highet, Seni Mendidik, terj. Swastoyo (Jakarta: Bina Ilmu, 1992), hlm. 78. Kartini Kartono, Psikologi Wanita Mengenal Sebagai Ibu dan Nenek (Bandung: Mandar Maju, 1992), hlm. 9. 26
25
3. Mengembangkan Minat Baca Anak a. Pengertian Mengembangkan Mengembangkan berarti mendiskusikan, mengarahkan kepada yang lebih baik dan lebih utama dari sebelumnya.27 Dalam Kamus Bahasa Indonesia, mengembangkan berarti membuka lebar-lebar, membentangkan, menjadi besar, luas, dan menjadikan satu.28 Dalam konsep psikologi anak dikatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah orang yang sedang berada dalam perkembangan; mental, lahir, bayi, anak usia tiga tahun pertama, anak usia lima tahun pertama, dan anak tengah (6-12 tahun).29 Menurut Hurlock, ada empat hal yang menjelaskan bahwa dasar awal anak sangat penting dan mendasari kenapa minat baca perlu dikembangkan sedini mungkin. Pertama, hasil belajar dari pengalaman awal memiliki peran dominan dalam perkembangan dan usia anak serta bimbingan awal yang baik akan menjadi pondasi bagi anak. Kedua, dasar awal akan berkembang menjadi kebiasaan. Ketiga, pola sikap dan perilaku yang dibentuk pada awal terhadap anak cenderung bertahan. Keempat, perubahan yang cepat dan bijaksana oleh orang tua yang dekat dengan anak akan membuat anak mau bekerjasama dengan mengadakan perubahan.30 _________________ 27
Amal Abdussalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreativitas Anak (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm. 103. 28 Tim Penyusun Kamus Pemnegmbangan Bahsa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hlm. 414. 29 Lihat Berk, dalam Agus Dariyo, Psikologi Perkembangan (Bandung: Rafika Aditama, 2007), hlm. 72.
26
b. Pengertian Minat Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dan subjek merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Perasaan senang itu biasanya akan menumbuhkan minat, apalagi jika diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan berkembang dengan lebih baik.31 Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang yang senantiasa cenderung pada hal yang disenanginya biasanya timbul rasa suka terhadap aktivitas tersebut. Tumbuhnya rasa suka ini tentunya menjadi motivasi tersendiri untuk melakukan aktivitas tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock yang mengatakan, bahwa minat merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Sementara Noeng Muhajir (1999) mengatakan, bahwa minat adalah kecenderungan afektif seseorang untk membentuk aktivitas. Sedangkan Stiggins berpendapat, minat merupakan salah satu dimensi dari aspek afektif yang banyak berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar seorang murid. Aspek afektif adalah aspek yang mengidentifikasi dimensi-dimensi perasaan dari kesadaran emosi, disposisi, dan kehendak yang mempengaruhi pikiran dan tindakan seseorang.32 __________________ 30
Elisabeth. B. Hurlock, Child Development (New York: McGraw, Hill, INC, 1978), hlm. 27. 31 Winkle, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: Erlangga, 1993), hlm. 114.
27
Dimensi aspek afektif mencakup tiga hal penting, yaitu (1) berhubungan dengan perasaan mengenai objek yang berbeda. (2) Perasaan-perasaan tersebut memiliki arah yang dimulai dari titik netral ke dua kubu yang berlawanan, titik positif dan titik negatif. (3) Berbagai perasaan memiliki intensitas yang berbeda, yang dimulai dari kuat ke sedang ke lemah.33 Minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya.34 Selanjutnya, minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran antara perasaan, harapan,
pendirian,
prasangka,
rasa
takut,
atau
kecenderungan
kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang kepada suatu pilihan tertentu. Sama dengan perangkat mental lainnya, minat dapat dilihat dan diukur dari respon yang dihasilkan. Minat adalah suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarahkan kepada suatu situasi atau objek tertentu
yang menyenangkan
dan
memberi kepuasan
kepadanya
(satisfiers). Definisi ini menjelaskan bahwa minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik.
Motivasi
adalah
sumber untuk
mempertahankan
minat
terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan __________________ 32
Stiggins, R.J. Merril, Student Centered Classroom Assesment (New York: McMiller College Publising Co, 1994), hlm. 310 33 Ibid, hlm. 312. 34 Aiken, Lewis R., Psychologycal testing and assessment (MA: Allyn and Bacon. 1994), hlm. 209.
28
(excitement). Motivasi adalah sumber untuk mempertahankan minat terhadap kegiatan dan menjadikan kegiatan sangat menyenangkan (excitement).35 Memperhatikan kembali definisi yang disampaikan Semiawan di atas minat sebagai hasil tindakan yang memberi kepuasan (satisfiers). Hal ini mengandung arti minat tidak hanya memiliki dimensi aspek afektif, tetapi juga aspek kognitif. Aspek kognitif didasarkan atas konsep atau pengetahuan yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.36 Ada 4 metode assessment yang sudah standar yang dapat digunakan untuk mengukur aspek afektif termasuk minat, yaitu (1) metode pinsil dan kertas yang menjaring melalui bentuk jawaban yang selektif atau (2) esai, (3) pengukuran performa, dan (4) komunikasi pribadi dengan murid.37 Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar, ia tidak akan memperoleh _________________ 35
Semiawan. C, “Lingkungan belajar yang mengundang suatu pendekatan bermakna dalam meningkatkan perkembangan anakretardasi mental”, Disertasi, (Jakarta. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 1978), hlm. 120. 36 Hurlock, Child, hlm. 116 37 Stiggins, Merril, Student, hlm. 314.
29
kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa,lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Jika terdapat siswa yang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal- hal yang berhubungan dengan cita-cita serta keterkaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.38 Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minat.39 c. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikoliguistik dan metakognitif. Membaca adalah suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.40
__________________ 38
Slameto., Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm. 28. 39 Ibid, hlm. 31. 40 G.C Ahuja, How to Read Effective ang Efficiently (New Delhi: Sterling Publisher, 1999), hlm. 12.
30
Dengan kata lain, proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung pada kemampuan melihat simbol-simbol. Oleh karena itu, mata memainkan peranan penting.41 Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala penguatan membaca, fasilitas lingkungan sekolah dan Keterampilan dasar membaca sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol tersebut.42 Membaca adalah suatu keterampilan berbahasa yang kompleks, yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Secara garis besar, terdapat dua aspek penting di dalam membaca, yaitu: 1. Keterampilan yang bersifat mekanik (mechanical skill) yang dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (low order). Aspek ini mencakup: a) Pengenalan bentuk huruf b) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/morfem, kata, pola klausa, kalimat dan lain-lain). c) Pengenalan hubungan/korespondensi
pola ejaan dan bunyi
(kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to talk a print”). d) Kecepatan membaca bertaraf lambat.
___________________ 41
Rose Wassman dan Lee Ann Risky, Effective Reading in a Changing World (New Jersey: Englewood Cliffs, 1993), hlm. 5 42 G.C Ahuja, How to Read, hlm. 13.
31
2. Keterampilan a) Memahami
pengertian
sederhana
(leksikal,
gramatikal
dan
retorikal). b) Memahami signifikansi atau makna (antara/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca). c) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk). d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.43 Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan
pembaca
untuk
memperoleh
pesan
yang
hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa lisan. Membaca merupakan salah satu kegaiatan dalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan mencapai tujuan yang sesuai dengan program yang diinginkan. Tarigan, mengatakan bahwa: Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isian dan memahami makna bacaan. Maka erat sekali hubungannya dengan makna, tujuan atau intensif kita dalam membaca.44
Oleh karena itu, membaca dapat disimpulkan sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan. ________________ 43
H.G. Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Penerbit Angkasa. 2000), hlm. 11. 44 Ibid, hlm. 19.
32
Menurut Moh. Fauzil ‘Adhim, membaca adalah sebuah proses yang kompleks karena setiap aspek yang ada selama proses membaca jugasangat kompleks. Paling tidak ad delapan aspek yang ada selama proses membaca, ungkap Fauzil, yaitu; (1) aspek sensori, yakni aspek kemampuan memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek persepsi, yaitu aspek kemampuan menginterpretasi apa yang dipahami sebagai modal atau kata, (3) aspek urutan, yakni kemampuan mengikuti pola-pola aturan, logika, dan gramatikal teks, (4) aspek asosiasi, yaitu aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, serta antara kata-kata yang dapat dipresentasikan, (5) aspek speriensial, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk mengingat apa yang telah dimiliki untuk memberikan makna kata itu, (6) aspek belajar, yaitu aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta baru, (7) aspek berpikir, yakni kemampuan untuk membuat inferensi dan evaluasi materi yang dipelajari, dan (8) aspek afeksi, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat membaca yang berpengaruh terhadap keinginan membaca.45 Oleh karena itu, ketika sebuah proses membaca berlangsung, saat itu seluruh aspek kejiwaan dapat dikatakan berproses. Ketika anak sedang membaca, ia sesungguhnya tidak hanya membangun kemampuan berpikirnya, tapi pada saat yanga sama anak sedang mengasah perasaannya ___________________ 45
Moh. Fauzil Adhim, Mengajar Anak Anda Mengenal Allah Melalui Membaca (Bandung: Mizan, 1994), hlm. 13.
33
sehingga secara keseluruhan anak yang sedang membaca adalah anak yang yang sedang membangun kepribadian dan intelektualnya.46 3. Perkembangan Anak Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalamanpengalaman melalui sensorinya. Usia satu setengah tahun sampai kirakira 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap).47 a. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Berbeda dengan
pertumbuhan,
perkembangan
merupakan
hasil
interaksi
kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh.48 ____________________ 46
Ibid, hlm. 14. Rianto, Theo & Handoko, Martin, Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Grasindo, 2004), hlm. 11. 48 Rianto, Theo & Handoko, Martin, Pendidikan Anak, hlm. 11. 47
34
b. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak. Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan
disertai
dengan
perubahan
fungsi.
Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. 2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. 3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. 4) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi
35
dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya. 5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal). b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).49 6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. Dalam perkembangannya psikologi Islam belum ada yang menyampaikan tentang pembinaan minat baca pada anak. Namun yang disampaikan peneliti dalam tesis ini adalah studi literatur minat baca yang dihubungkan berdasarkan perspektif psikologi islam. Sehingga ke depannya akan pengembangan tentang psikologi islam yang membahas mengenai minat baca pada anak.
___________________ 49
Ibid, hlm. 13
36
E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan secara terperinci fenomena sosial tertentu tanpa menggunakan hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat.50 Penelitian deskriptif kualitatif ini, bertujuan menggali atau membangun suatu proporsi atau menjelaskan makna di balik realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung di lapangan. Lalu peneliti ingin mendalami lebih jauh mengapa fenomena itu terjadi. Dalam hal ini peneliti berusaha menyampaikan tentang pengembangan minat baca dari perspektif psikologi Islam yang berada pada level komparatif. 2. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang diambil secara tidak langsung atau yang telah terlebih dahulu dikumpulkan orang lain diluar dari penelitian sendiri. Dengan demikian penelitian merupakan penelitian studi kepustakaan (library research) dimana peneliti tidak turun ke lapangan untuk mengumpulkan data primer. 3. Subjek Penelitian Subyek penelitian merupakan informan yang dijadikan narasumber dalam pencarian data penelitian. Subyek penelitian inilah yang akan dijadikan responden penelitian guna mendapatkan penjelasan terhadap peristiwa _________________ 50
Masri Singarimbun, dan Sofyan Effendi,. Metode Penelitian Survey (Jakarta: LP3S, 1982), hlm. 14
37
dan bisa menggunakan proposisi tersebut sebagai dasar penelitian. Karena penelitian ini termasuk penelitian literer, maka penelitian ini tidak menentukan subjek penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data ini harus ditegaskan permasalahan mengenai jenis, sifat dan kategori data serta perlakuan terhadap data yang dikumpulkan. Tujuannya agar pengumpulan data dan penganalisaan terhadap data dapat sesuai dengan tujuan dari penelitian. Selain itu, teknik pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga sehingga akan diperoleh apa yang menjadi tujuan penelitian. Untuk memperoleh hasil penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya maka dalam penelitian akan dipergunakan teknik pengumpulan data melalui melalui studi kepustakaan (library research). Pengumpulan data melalui studi kepustakaan dimaksudkan untuk mempelajari, mendalami, dan mengutip teori-teori atau konsep-konsep dari sejumlah literatur, buku, jurnal, majalah, koran, internet (website) atau karya tulis lainnya yang relevan dengan topik, fokus atau variabel penelitian. 5. Sumber Data yang Digunakan Sumber yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa buku “Membuat Anak Gila Baca” karya Mohammad Fauzil Adhim, dan data sekunder yaitu literatur, dokumen, artikel buku, artikel jurnal, media cetak seperti surat kabar atau
38
majalah, internet (website), e-book, hingga pada sumber penelitian yang mungkin sudah pernah ada dari peneliti-peneliti sebelumnya. 6. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh, dikelompokkan dan disusun secara sistematis dan untuk selanjutnya data tersebut dianalisis secara analisis kualitatif. Yang dimaksud analisis kualitatif, yaitu analisis yang berupa kalimat dan uraian.51 Dengan demikian metode analisis yang digunakan adalah analisis, yaitu analisis yang mendasarkan pada teori-teori dan konsep tentang minat baca anak pada usia perkembangan. Setelah itu data yang diperoleh disusun secara sistematis dan untuk selanjutnya analisis kualitatif dipakai untuk mencapai penjelasan permasalahan yang dibahas. Teknik analisis data deskriptif kualitatif berarti dalam penelitian ini penulis tidak melakukan observasi (pengamatan) langsung, melainkan dengan cara mengolah data dari berbagai data-data sekunder yang telah dikumpulkan, untuk kemudian diberikan kesimpulan yang relevan sehingga bisa memberikan jawaban atas penelitian ini.
___________________ 51
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2002), hlm. 35.
39
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan adalah rangkaian pembahasan yang termuat dan tercakup dalam isi tesis ini, di mana antara satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai suatu kesatuan yang utuh, ia merupakan deskripsi
sepintas
dan
detail
yang
mencerminkan
urutan-urutan
pembahasan dari setiap bab. Secara keseluruhan isi tesis ini terdiri dari lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri delapan sub bab sebagai deskripsi wujud format rasional tesis sebagai dasar bahwa tesisi ini disusun secara keilmuan berdasarkan metode persyaratan keilmuan yang melingkupi; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustakan, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua, pada bab ini akan membahas mengenai minat baca ditinjau dalam perspektif psikologi Islam dengan sub bab yang terdiri dari pengertian
minat
baca,
ciri-ciri
minat
baca,
fakto-faktor
yang
mempengaruhi minat baca, terbentuknya minat baca, dan pada bab ini juga membahas tentang perkembangan minat baca pada anak dengan sub bab terseniri;
perkembangan
anak
dan
tugas
usia
perkembangan,
perkembangan minat baca pada anak, dan kesiapan membaca pada anak. Bab ketiga, pada bab ini membahas tentang perkembangan minat baca anak yang terdiri dari: peran orang tua dalam kehidupan anak, pola asuh orang tua dalam mengembangkan minat baca anak, strategi dan cara
40
mengembangkan minat baca anak, dan faktor-faktor penghambat minat baca anak. Bab keempat, bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang merupakan rangkaian inti sebagai sari pati isi tesis dan kelanjutannya dalam mengembangkan dan memformulasikannya dalam operasional pendidikan Islam.
122
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Peran Orang Tua dalam Kehidupan Anak Peran orang tua menjadi hal yang sangat penting dalam menumbuhkan minat baca anak karena orang tua adalah orang terdekat pertama, terutama seorang ibu di mana sejak terbentuknya konsepsi ampai berkembang embrio hingga anak lahir banyak berhubungan secara langsung dengan ibusecara fisik maupun psikis. Orang tua menjadi penentu atas terbentuknya minat baca anak karena proses pendidikan pertama adalah di lingkungan keluarga, sehingga orang tua harus proaktif untuk menciptakan iklimyang men dukung terbentuknya minat baca, menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang. Sebab minat itu sendiri bukanlah sesuatu yang dimiliki anak begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan sehingga orang tua harus mampu menjadi motivator bagi sang anak. Keberhasilan
anak-anak,
termasuk
pendidikannya
sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana orang tua mampu memberi sumbangsih bagi proses pendidikan, karena lingkungan keluarga adalah proses pertama pendidikan anak. Sebagaimana Gilbert Highest menyatakan, bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak bengun tidur hingga tidur kembali di malam
123
hari, anak-anak menerima pengaruh lingkungan keluarga. Ada dua hal penting bagi orang tua dalam hubungannya dengan anak, yaitu mengetahui hakikat perkembangan anak sehingga mereka mengerti bagaimana anak berkembang dalam hal kognisi, afeksi, moral, dan sosial. Sebagaimana juga pendapat Kartini Kartono, bahwa orang tua berperan sebagai pendidik anak apabila orang tua mampu menciptakan iklim psikis yang gembira dan bahagia. Sehingga suasana rumah tangga penuh kehangatan, rasa aman, dan kasih sayang. Iklim psikologis penuh kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman tersebut akan memberikan vitamin psikologis yang akan memberikan motivasi dalam tumbuhkembang anak menuju kedewasaan. Betapa pentingnya peran orang tua dalam pendidikan anakanaknya pada umumnya dan kebiasaan membaca pada khususnya. Sebab bagaimana pun baiknya mutu suatu sekolah kalau orang tua tidak proaktif dalam memperhatikan dan membantu anak-anaknya di rumah, maka anak itu tidak akan mencapai kemajuan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, mengenalkan anak kepada aktivitas membaca pada saat yang sama, harus disadari bahwa mengembangkan minat membaca merupakan rangkaian pertama di dalam mengenalkan kemahabesaran Allah Swt. Dalam perspektif psikologi Islam, langkah-langkah yang dapat dilakukan orang tua dalam mengembangkan minat baca anal adalah dengan cara menerapkan prinsi-prinsip psikologi Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadis. Dengan mengedepankan dorongan religius untuk membangkitkan semangat anak membaca dengan menggunakan bahasa
124
cinta kepada Allah Swt, anak juga akan terdorong membaca untuk mengenal Allah, membaca karena Allah, dan merasakan keagungan-Nya. Perintah Allah dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5 merupakan perintah membaca dan perintah paling berharga yang diberikan kepada manusia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Quraish Shihab, “Membaca adalah syarat utama guna membangun peradaban, semakin mantap bacaan, semakin tinggi juga peradaban”. Apabila semua ini telah tertanam pada diri anak sejak dini, maka di masa yang akan datang anak sudah memiliki mental emosional, mental intelektual, mental sosial, dan mental religius yang baik. 2. Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan Minat Baca pada Anak Interaksi dalam keluarga khsususnya dari orang tua kepada anakanaknya dapat diimplementasikan melalui pola asuh orang tua. Pola asuh adalah sistem, cara atau pola yang digunakan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari terhadap anak. Sistem atau cara tersebut meliputi cara mengasuh, membina, mengarahkan, membimbing dan memimpin anak. Dalam menerapkan pola asuh ini, yang perlu diingat anak-anak memiliki kemampuan belajar yang sangat tinggi. Mereka mudah sekali mempelajari sesuatu yang baru. Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan empat model pola asuh yang dapat dipilih oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya, yakni:
125
1). Pola Asuh Otoriter; yakni suatu model pola asuh di mana orang tua merupakan sentral yang semua ucapan, perkataan dan tindakan orang tua harus ditaati oleh anak-anaknya. Anak-anak tidak diberi kesempatan untuk memilih, berekspresi, apalagi membantah keinginan orang tua. 2). Pola Asuh Demokratis; yaitu orang tua selalu memberi keleluasaan bagi anak untuk memilih dan menentukan minat dan keinginannya dengan tetap mengedepankan musyawarah dan kontrol penuh dari orang tua. 3). Pola Asuh Permisif; yakni model pola asuh yang menyebabkan anak tidak memiliki pegangan dalam melakukan sesuatu sehingga anak menjadi individu yang kurang bertanggung jawab, tidak mampu mengontrol perilakuknya, merasa tidak aman dan tidak bahagia karena hubungannya dengan orang tua tidak hangat dan mesra. 4). Pola Asuh Situasional; pola asuh ini selalu membuka peluang kemungkinan bahwa individu yang menerapkannya tidak mengerti nama dan jenis pola asuh yang diterapkan sehingga secara tidak beraturan orang tua menggunakan ketiga model pola asuh di atas. 3. Strategi dan Cara Mengembangkan Minat Baca pada Anak Banyak strategi dan cara yang dapat digunakan oleh orang tua dalam mengembangkan minat baca pada anak-anaknya. Di dalam penelitian ini penulis mengemukakan beberapa strategi atau cara yang kiranya dapat diterapkan oleh orang tua dalam mengembangkan minat baca pada anak, yaitu: 1).
Mengarahkan pada anak bahwa buku adalah acuan informasi.
126
2). Mengajak anak ke kebun binatang, 3). Menyarankan anak untuk menamai buku-buku koleksinya. 4). Membrikan buku tentang sesuatu hal yang dilihat di TV. 5). Mengajak ke toko buku atau perpustakaan. 6). Membelikan buku yang dapat menarik minat baca anak. 7). Membuat perpustakaan keluarga. 8). Memberikan Hadiah (reward). 9). Menjadikan kegiatan membaca sebagai kebisaan setiap hari. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Baca pada Anak Menurut Muhammad Izzudin, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat, antara lain: 1). Perkembangan fisik; merupakan hal yang sangat penting dalam memutuskan perkembangan minat. Seseorang yang secara fisik mengalami kebuataan atau kecacatan pada matanya akan berpengaruh pada ketertarikannya pada aktivitas membaca. 2). Perbedaan sex (identitas kelamin); terdapat perbedaan besar antara minat membaca pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan fisiologis dan pengaruh budaya, level pendidikan dan kondisi lingkungan. 3). Lingkungan; menentukan aturan penting dalam memutuskan minat membaca seseorang, misalnya saja linkungan rumah yang kondusif dan memberikan banyak contoh dan stimulus sehingga seseorang akan memiliki kebiasaan membaca.
127
4). Status sosial-ekonomi; kondisi keluarga juga menentukan dalam pembentukan minat membaca pada seseorang. Seseorang yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas akan dapat memberikan fasilitas dan stimulus bahan-bahan bacaan yang dapat merangsang minat membaca pada anak.
B. Saran 1. Peran orang tua sangat penting dalam kehidupan anak teristimewa dalam mengembangkan minat baca pada anak merupakan tugas mulia dalam rangka menciptakan generasi masa depan bangsa dan agama yang cerdas, beriman dan berakhlak mulia. Karena keterbatasan dan kekurangan penulis, maka penelitian ini hanya memnfokuskan pada peran orang tua dalam mengembangkan minat baca anak ditinjau dari beberapa aspek. Penulis sangat berharap semoga penelitian tentang peran orang tua dalam mengembangkan minat baca anak dapat diperluas dan diperdalam lagi, terlebih jika dilakukan penelitian lapangan dalam rangka memadukan teori-teori yang ada dengan realitas di lapangan. 2. Untuk mendapatkan generasi masa depan yang diharapkan, maka pengembangan minat baca anak sejak dini, strategi serta program pengembangannya harus mendapatkan perhatian serius. Maka antara keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah harus proaktif dan bekerjasama demi tercapainya tujuan mulia tersebut. Sebab teori tidak akan berarti apa-apa tanpa diaplikasikan secara baik dan benar.
128
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz.. Psikologi Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005. Abdul Mujib, Dkk, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002. Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2008. Ahmadi, A., Psikologi Belajar, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991. Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern; Jiwa dalam Al Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2000. Ahuja, G.C., How to read effetively and efficiently, New Delhi: Sterling Publisher. 1999. Aiken, Lewis R., Psychologycal testing and assessment, MA: Allyn and Bacon. 1994. Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Riwan, S.H., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1998. Alex Sobur, Semiotika Komunikasi. Bandung : Rosdakarya, 2003. Al-Faruqi,Ismail Raji, Islamisasi Pengetahuan, Terj.Anas Wahyudi Bandung: Pustaka, 1984. Ali Riyadi, Ahmad, Psikologi Sufi Al-Ghazali, Yogyakarta: Panji Pustaka Yogyakarta. 2005. Akbar-Hawadi, R., Psikologi Perkembangan Anak (Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak), Jakarta: Grasindo. 2001. Anshori, Fuad, Paradigma Psikologi Islami. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Aman, Choirul, Dkk, Psikologi Qurani Bukan Sekedar Teori, Bandung : Cahaya Iman dan Bedha. 2008. Bastaman, Hamna Jumhana, Intregasi Psikologi Dengan Islam, Menuju Psikologi islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1995) Bowman, Henry A., Marriage for Moderns, New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. 1994.
129
‐
Djamaludin Ancok, Psikologi Islam Solusi Islam atas Problem Problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Fahmi Zarkasyi, Hamid: “ Wordview Sebagai Asas Epistemologi Islam”, dalam Islamika,Thn II,No.5, Fauzil Adhim, Membuat anak gila membaca, Bandung: Mizan. 2007. Hernowo, Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh Untuk Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku. Bandung: Penerbit Kaifa, 2002. Spodek, B.dan Olivia N.Saracho, Right from The Start: Teaching Children Ages Three to Eight, Toronto: Allyn and Bacon. 1994. Hartati, Neti, Dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2005. Harras, Khalid, A., Membaca I. Jakarta: Depdikbud. 1998. Hurlock, E. B., Child development. New Delhi: McGraw-Hill. 1992 Izzudin Taufiq, Muhammad, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, Sari Narulita, Dkk, (terj.), Depok:Gema Insani. 2006. Jamaluddin Ancok, Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994. Leonhardt, Mary, 99 cara menjadikan anak anda “keranjingan” membaca. Mizan: Bandung. 1999. Moh Yusuf Ahmad, Sejarah dan Kaedah Pendidikan Al Quran, UM: Penerbit Universiti Malaya. 2004. Muhammad Izzudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Praktis Psikologi Islam, Sari Narulita, Dkk, (terj.) Depok:Gema Insani,2006. Nawawi, Hadari., Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2002. Najati, Muhammad Utsman, Jiwa Dalam Pandangan Filosofis Muslim, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002. Rakhmat, Jalaluddin.. Psikokolgi Agama. Jakarta: Bumi Aksara. 2000. Rianto, Theo & Handoko, Martin, Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Grasindo, 2004.
130
Rosidi, Ajip,. Pembinaan Minat Baca Apresiasi dan Penelitian Sastra. Jakarta: Panitia Tahun Buku Nasional. 1973. Saifuddin, Ahmad Muflih, Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: Media Dakwah. 1984. Slameto, Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 2003 Santrock, J. W., Life Span Development. Alih Bahasa: Juda Damanil dan Achmad Chusaisi. Jakarta: Erlangga, 2002. Semiawan, C., Lingkungan belajar yang mengundang suatu pendekatan bermakna dalam meningkatkan perkembangan anakretardasi mental (disertasi), Jakarta. Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 1978. Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1997. Stiggins, R.J. Merril, Student Centered Classroom Assesment, New York: McMiller College Publising Co, 1994. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi,. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3S, 1982. Tarigan, H.G., Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa, Bandung: Penerbit Angkasa. 2000. Ust. Iskandar Azha, Perintah Membaca, Lembar Risalah An Natijah – Edisi 19 Maret 2010, Jakarta. Wassman, Rose & Lee Ann Rinsky., Effective reading in a changing world, New Jersey: Englewood Cliffs. 1993. www. bps.go.id/minat membaca pada anak/diakses tanggal 21 Januari 2010.