PERAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK TK DI KECAMATAN PULUNG 1 Nita Anggraini 2 Abstract Problems reading interest of this nation is a problem with. Seen from the current state of reading interest in Indonesia really worrying when compared with other countries. To develop reading interest in a short time is very difficult, then required concentration in develop reading interest specfic in early childhood. Growing awareness in importance reading interest of children necessary cooperation between family members as a socialization primary. Mother as closest to the figure, so has the potential to improve reading interest of children. In addition the role of family also needed to improve reading interest of children. The fact that is recites also main activities in education. To develop reading interest child can begin at an early age to ensure that children are interested and have read planting intentions for culture read be more difficult when applied to kids grow up. In the research using descriptive quantitative methods,research sites is in district pulung district ponoogo method of the sample using simple random sampel of sample from 100 respondents. The result of reseach shows that the role of older people in raise reading kindergarten kids have good if figure from the role of parents as modeling, of all, organizing, teaching and strategies parents in raising reading interest of children. According to the data in the role of parents have good examination of various criteria-criteria in accordance with the indicators. The role of older people raise reading interest the children more inclined in reading materials pertaining materials children. Keywords : Reading Interest of Children, The Role of Parents
1 Diambil dari judul skripsi yang berjudul :”Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Minat Baca Anak TK Di Kecamatamn Pulung” 2 Korespondensi : Nita Anggraini, Mahasiswa Ilmu Informasi Dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, Surabaya, No. Telp: 087851100592, Email :
[email protected]
Abstrak
Permasalahan minat baca bangsa ini adalah masalah bersama. Dilihat dari kondisi saat ini minat baca di Indonesia sungguh memprihatikan bila dibandingkan dengan negara-negara lain. Untuk menumbuhkan minat baca dalam waktu singkat sangat sulit, maka diperlukan konsentrasi dalam menumbuhkan minat baca yang tertuju pada anak usia dini. Menumbuhkan kesadaran dalam pentingnya minat baca anak diperlukan kerjasama antar anggota keluarga sebagai agen sosialisasi primer. Ibu sebagai figure terdekat dengan anak, sangat berpotensi untuk meningkatkan minat baca anak. Selain itu peran keluarga juga dibutuhkan untuk meningkatkan minat baca anak. Fakta-fakta bahwa kegiatan membaca juga kegiatan utama dalam pendidikan. Untuk menumbuhkan minat baca anak bisa dimulai sejak usia dini agar anak merasa tertarik dan memiliki niat membaca karena penanaman budaya baca akan lebih sulit bila diterapkan pada anak sudah dewasa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, lokasi penelitian ini yaitu di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampel dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peran orang tua dalam meningkatkan minat baca anak TK tergolong baik jika dilihat dari peran orang tua sebagai modeling, mentoring, organizing, teaching, dan strategi orang tua dalam meningkatkan minat baca anak. Sesuai dengan data yang ada dilapangan bahwa peran orang tua tergolong baik jika dilihat dari berbagai criteria-kriteria sesuai dengan indikatornya. Peran orang tua dalam meningkatkan minat baca anak lebih cenderung dalam kegiatan membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan bahan bacaan anak. Kata Kunci: minat baca anak, peran orang tua
PENDAHULUAN Membaca merupakan jantung pendidikan. Sejalan dengan makin majunya zaman, tuntutan melek huruf (literacy) tidak cukup hanya dengan bisa membaca saja tanpa didukung tradisi membaca yang solid. Membaca menjadi kebutuhan dan kegiatan sehari-hari setiap manusia, membaca juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca sehingga kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Buku adalah gudang pengetahuan yang hanya dapat dimilki oleh seseorang apabila mempunyai pemahaman yang berarti pengetahuan bagi kehidupannya. Berbagai judul buku dan berbagai koran diterbitkan setiap hari, ledakan informasi menimbulkan tekanan pada setiap guru atau pendamping siswa untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi dan yang relevan untuk anak didiknya, walapun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan tentu perlu dibaca, membaca merupakan peranan terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca akan memperoleh berbagai macam informasi.
Dengan membaca anak-anak akan mendapatkan bekal untuk masa depan anak, karena dengan membaca dapat diperoleh berbagai macam ilmu dan informasi. Semakin banyak ilmu yang diperoleh semakin luas pula wawasannya. Agar mempunyai kebiasaan membaca, perilaku membaca harus ditanamkan sejak usia dini. Supriyoko mengatakan bahwa secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan membaca bisa menjadi salah satu indikator kualitas bangsa. Angaka melek huruf (literacyrate) di Indonesia relative belum tinggi, yaitu 88 persen. Sedangkan di Negara maju seperti jepang angkanya sudah mencapai 99 persen. Fakta-fakta tersebut bukanlah berita yang baik bagi bangsa kita. Padahal kegiatan membaca juga kegiatan utama dalam pendidikan dan buku merupakan investasi masa depan. Suwardi (2007) mengatakan bahwa perilaku gemar membaca hendaknya ditumbuhkan sejak dini pada anak agar anak tersebut merasa tertarik dan memiliki minat yang tinggi terhadap membaca karena penanaman budaya baca akan lebih sulit bila diterapkan jika anak tumbuh dewasa. Laporan Bank Dunia No. 16369-IND, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievermen) di Asia Timur, tingkat terendah membaca anakanak di pegang oleh negara Indonesia. Kajian PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yaitu studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yg disponsori oleh IEA ini menunjukkan bahwa rata-rata anak Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. Kajian PIRLS ini menempatkan siswa Indonesia kelas IV Sekolah Dasar pada tingkat terendah di kawasan Asia. Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5). Bukan itu saja, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, yaitu 30 persen saja dari materi bacaankarena mereka mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran. (gpmb.perpusnas.go.id, gerakan pemasyarakatan minat baca) Di samping itu indikator rendahnya minat baca dapat dihitung dari jumlah buku yang diterbitkan yang memang masih jauh di bawah penerbitan buku di Malaysia, Singapura, apalagi India, atau negeri-negeri maju lainnya. Salah satu indikatornya suatu negara disebut maju karena rakyatnya suka membaca, ini tentunya didukung dari jumlah buku yang diterbitkan dan jumlah perpustakaan yang ada di negeri itu. Data menunjukkan bahwa produktivitas Indonesia dalam penerbitan buku masih tergolong rendah, hanya 18.000 judul buku per tahun, sementara Jepang 40.000 judul, India 60.000 judul, dan China 14.000 judul buku. Sedangkan penyediaan buku dan pengembangan minat baca di Indonesia juga masih mengalami beberapa kendala, antara lain pertama, jumlah penerbitan buku di Indonesia masih timpang dibandingkan dengan jumlah penduduk. Kedua, minimnya jumlah perpustakaan yang kondisinya memadai. Menurut data dari Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI (PNRI) dari sekitar 300.000 SD hingga SLTA, baru 5% yang memiliki perpustakaan. Bahkan diduga hanya 1% dari 260.000 SD yang mempunyai perpustakaan. Juga baru sekitar 20% dari 66.000 desa/kelurahan yang memiliki perpustakaan memadai.(http://www.beritasatu.com/digital-life/143319-jumlah-penerbit-buku-indonesiatergolong-rendah.html) Data statistik UNESCO 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. Angka UNDP juga mengejutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen saja. Sedangkan Malaysia sudah 86,4 persen.
Sungguh ironis melihat kondisi masyarakat tentang minat baca yang semakin rendah, maka kecintaan membaca bangsa ini perlu dibina dan dikembangkan sejak dini. Untuk mengembangkan minat baca tentu kita berharap kepada anak-anak untuk mewujudkannya. Karena merubah kebiasaan membaca pada orang dewasa memiliki tingkat kesulitan untuk merubahnya lebih gampang diterapkan pada anak-anak usia dini. Tidak mudah untuk menerapkan budaya membaca yang tinggi pada bangsa ini dengan gampang. Jiwa anak-anak yang masih cenderung meniru perilaku orang lain akan mengikuti perilaku orang lain yang ada di sekitarnya, modal besar untuk upaya mengarahkan kecintaan membaca harus di terapkan sejak dini. Mengenalkan buku pada anak-anak merupakan tanggungjawab orang dewasa, khususnya orang tua. Anak-anak tidak akan mencari atau menginginkan buku bacaan atas keinginanya sendiri. Karena anak belum mengerti manfaat membaca buku jika tidak ada teladan dari orang tuanya. Memberi dorongan dan pengertian akan pentingnya membaca buku perlu dilakukan orang tua agar anak tertarik dan mulai mencari buku. Pada dasarnya kecintaan anak pada kegiatan membaca akan berguna bagi pengembangan pribadi dan akademisnya. Namun demikian, minat dan kemampuan membaca tidak akan tumbuh secara otomatis, tapi harus melalui latihan dan pembiasaan. Artinya apabila seorang ibu ingin anaknya mempunyai perilaku gemar membaca, kegiatan membaca inilah yang perlu dibiasakan sejak kecil. Dalam hal ini seorang ibu orang yang paling tepat untuk berperan sebagai figur contoh peran utama bagi seorang anak. Peran ibulah yang paling besar dalam memberi warna pada pembentukan kepribadian anak, sehingga dibutuhkan ibu yang berkualitas yang akan mampu mendidik anaknya dengan baik. Disamping karena alasan psikologi tersebut, kultur gender yang terbentuk di tengah-tengah masyarakat ikut mendukung mengapa anak mempunyai kecenderungan lebih dekat kepada ibu. Oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti pendidik atau orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak, dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. Dalam hal ini hendaknya orang tua harus ingat bahwa pendidikan berdasarkan kasih sayang saja kadang-kadang mendatangkan bahaya. Kasih sayang harus dijaga jangan sampai berubah menjadi memanjakan anak. Kasih sayang harus dilengkapi dengan pandangan yang sehat tentang sikap orang tua terhadap anak. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran orang itu sangat penting, karena tanpa peran orang tua, semuanya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, merekalah yang memberikan kita kasih sayang yang tulus, yang tidak pernah kita dapatkan kepada orang lain. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di dua lokasi yang ada di TK Al Hikmah dan TK Dharma Wanita di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo memilki masalah yaitu pada meningkatkan minat baca anak. Dalam pemilihan lokasi di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo karena dilihat dari fenomena yang ada bahwa minat baca anak di Kecamatan Pulung rendah. Dalam peningkatan minat baca anak masih kebanyakan yang kurang berminat dalam membaca, hal ini disebabkan anak-anak yang dibiarkan berkutat secara aktif dengan lingkungan sekitar. Bila anak tidak di minta untuk membaca, terkadang masih ada anak yang kurang berani untuk membaca. Padahal diruang kelas sudah ditempeli tulisan-tulisan dan juga di area bahasa disediakan buku atau majalah anak-anak. Peran pendidik (guru, orang tua atau orang dewasa lain) untuk mengamati minat bacanya terhadap stimulus yang diberikan sangat penting.
Lokasi yang dipilih di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo sebagai tempat penelitian dikarenakan di Kecamatan Pulung dilihat dari fenomena yang ada bahwa minat baca anak-anak khusunya anak-anak TK masih rendah. Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Pulung masih belum tercukupi misalnya saja perpustakaan. Perpustakaan yang ada hanya perpustakaan sekolah yang kecil bias dikatakan kurang layak untuk meningkatkan minat baca anak. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2010: 133).Sedangkan menurut Reber (dalam Syah, 2010: 133) minat tidak termasuk istilah popular dalam psikologi karena kebergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatiaan, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat anak dapat timbul dari berbagai sumber antara lain perkembangan instink, fungsi-fungsi intelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman, kebiasaan dan pendidikan. Oleh karena itu minat seseorang harus dibina dan diarahkan agar tercapainya tujuan yang diinginkan, khususnya dalam pembelajaran. Minat ditandai dengan rasa suka dan terkait pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh.Artinya, harus ada kerelaan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang disukai. Dengan demikian, timbulnya minat terjadi karena adanya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar dirinya. Semakin kuat atau semakin besar hubungan tersebut maka semakin dekat minat seseorang. Penelitian ini menggunakan pendekatan simple random sampel (sampel random sederhana) yaitu tiap unit diberi nomer. Kemudian sampel yang diinginkan ditarik secara random, baik dengan menggunakan random numbers ataupun dengan undian biasa. Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menentukan jumlah responden yang berada di kedua lokasi penelitian. Dari jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seratus responden. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini : (1) data primer : data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri atau langsung dari objek yang diteliti (responden) melalui survei dengan berpedoman pada kuesioner sebagai alat bantu ; (2) data sekunder : data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini diantaranya data tentang jumlah murid di dua lokasi penelitian dan data sejenis lainnya yang nantinya akan mendukung dalam penggambaran pada BAB II ; (3) studi kepustakaan : Peneliti mengumpulkan data melalui daftar pustaka dengan mempelajari buku-buku, skripsi, jurnal, laporan penelitian,serta publikasi-publikasi lainnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang umumnya diperoleh melalui internet badan perpustakaan ; (4) observsi : peneliti melakukan penelitian langsung di lapangan, yaitu melihat peran orang tua dalam kontribusi dalam melakukan aktivitasnya selama proses belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan terhadap data hasil penelitian dilakukan analisis pada beberapa bagian yaitu, menggambarkan peran orang tua sebagai modeling, mentoring, organizing, teaching dan strategi orang tua dalam meningkatkan minat baca anak. Modelling, menurut Stephen R. Covey, orangtua merupakan model atau panutan anak-anaknya. Orangtua memengaruhi secara kuat sekali dalam hal keteladanan bagi sang anak. Baik hal positif ataupun negatif, orang tualah yang pertama dan terdepan yang dijadikan teladan oleh anak. Orang tua menjadi pola pembentukan "Way of Life" atau gaya
hidup anak. Cara berpikir dan perbuatan anak dibentuk oleh cara berpikir dan berbuat orang tuanya. Dengan cara seperti inilah orangtua mewarisi perbuatan dan pola pikir buat anaknya. Keluarga sebagai lingkungan pertama berinteraksinya seorang anak sangat berperan dalam menumbuhkan dan mengembangkan minat baca anak. Orang tua mempunyai peranan yang lebih besar dalam meningkatkan minat baca anak, karena orang tua mempunyai kedekatan emosional terhadap anak. Orang tua mempunyai peranan yang dominan karena efek kedekatannya dengan sang anak, maka tidak salah apabila orang tua dicontoh perilakunya oleh anak. Anak akan melihat kebiasaan orang tuanya membaca dan anak akan meniru bagaimana orang tua melakukan hal itu. Sebagai agen sosialisasi, keluarga terutama sang ibu berpeluang besar dalam memberikan teladan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak, termasuk kebiasaan mencintai kegiatan membaca. Kebiasaan membaca orang tua yang menjadi aktivitas rutin membaca di rumah dengan skor 78%, rtinya orang ua melakukan kebiasaan mmebaca agar bisa ditiru oleh anakanaknya ketika berada dirumah. Dengan adanya stimulus yang diberikan orang tua sejak usia dini maka anak akan menemukan minat bacanya sejak usia dini. Karena sejak usia dini anak akan lebih mudah untuk menerima informasi dengan cepat dan mudah, karena otak anak masih fresh, belum menerima apa-apa dari luar (Masjidi, 2007:67). Masa-masa inilah yang disebut sebagai masa golden age menurut peneliti Keith Osborn. Mentoring, artinya kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan, menanamkan kasih sayang kepada orang lain, atau pemberian perlindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur dan tanpa syarat. Dalam kegiatan membaca tentunya anggota keluarga mendukung apa yang berhubungan dengan membaca. Keluarga merupakan tempat pertama untuk mendapatkan pendidikan dari orang tua. Sebagai mentor orang tua dituntut adanya hubungan yang terjalin antara anak dan orang tua, dalam hal ini didalam menjalin hubungan anak dan orang tua, intensitas dalam komunikasi antar anggota keluarga menjadi bagian dari keterjalinan hubungan baik anak dan orang tua, selain itu kualitas intensitas komunikasi juga menjadi hal yang penting dalam proses meningkatkan minat baca anak. Intensitas waktu berkumpul dan berkomunikasi keluarga menjadi prioritas utama. Hal ini berkaitan dengan meningkatkan minat baca yang ada didalam lingkungan keluarga karena intensitas waktu berkumpul dengan keluarga merupakan moment yang baik untuk mengenalkan anak membaca. Selain itu kualitas pertemuan dengan keluarga harus disesuaikan dengan lama membaca dalam keluarga. Intensitas waktu yang paling banyak dipilih oleh anggota keluarga saat berkumpul bersama keluargamemilih waktu 15-30 dengan prosentase 29% (lihat tabel 3.16). Dari berkumpul dengan anggota keluarga tentunya kedekatan orang tua dengan anak semkain dekat. Dengan adanya kedekatan dengan orang tua dan anak akan terjalin hubungan emosi yang akan mengerti situasi dan kondisi anak. Orang tua ketika bersama anak kegiatan yang bisa dilakukan bisa bermacam-macam, namun dalam kegiatan yang bermanfaat ketika bersama anak orang tua bisa melakukan kegiatan membaca atau bersantai, nonton televisi. Organizing, keluarga juga merupakan analogi dari perusahaan kecil yang memerlukan kerjasama tim, dalam menyelesaikan permasalahan, tugas, atau memenuhi kebutuhan keluarga. Kerjasama antar anggota dalam menumbuhkan minat baca anak merupakan hal yang paling utama dalam keluarga. Keluarga memilki peranan mendasar dalam menanamkan
membaca. Peran orang tua sangat menentukan bagi anak untuk lebih baik kedepannya dan kebiasan membaca yang dilakukan oleh orang tuanya akan ditiru oleh anaknya. Menumbuhkan minat baca anak dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, untuk itu yang paling tepat dan terbaik dilakukan di lingkungan keluarga dan adanya kerjasama antar anggota keluarga agar menimbulkan kebiasaan membaca. Selanjutanya dari kegiatan kerjasama antar anggota keluarga dalam menumbuhkan minat baca mendapatkan respon baik dari seluruh anggota keluarga atau tidak. Dengan respon yang baik tentunya akan menghasilkan yang baik natinya dalam kegiatan menumbuhkan minat baca anak. Sebagai anggota keluarga dalam membiasakan membaca di lingkungan keluarga akan di support dan motivasi untuk membiasakan membaca, orang tua yang memberi respon positif ketika harus membiasakan membaca. Peran keluarga sangat dominan dalam menumbuhkan minat baca anak. Bagi orang tua, ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan minat baca anak. Salah satunya memberikan arahan minat baca itu penting yang dapat dikenalkan sejak usia dini. Sejak usia dini sudah dikenalkan dengan berbagai bentuk huruf dan tanda yang diketahui memiliki makna. Sebagai orang tua memperkenalkan huruf dan tanda pada anak akan merangsang minat anka dalam membaca. Selain itu menurut Steinberg (Tampubolon, 1991:43) salah satu lima prinsip pokok pengajaran membaca dini adalah dimana membaca terutama harus didasarkan pada kemampuan memahami lisan dan bukan pada kemampuan berbicara. Temuan yang berbeda dengan penelitian ini, ternayata anak-anak lebih suka dengan bacaan buku cerita. Hal ini mungkin karena anak-anak yang diteliti adalah usia dini, dimana sebagian besar masih belum bisa membaca dan masih mengandalkan ibu mereka untuk membacakan bacaannya. Dan tampaknya mereka lebih sennag ketika dibacakan buku cerita yang biasanya berisi tentang cerita petualangan, cerita fable, cerita tradisional dan lain-lain. Kenyataan ini sesuai dengan teori Chall (dalam: Masjidi 2007 : 59), dimana usia tersebut masuk dalam tingkatan pre-reading dan pseou-reading, yang biasanya pada tingkatan ini anak masih sering dibacakan buku. Sedangkan orang tua sebagai role model bagi anak maka orang tua memberikan intensitas waktu belajar kepada anak. dan sebagai orang tua harus mendampingi naka ketika belajar karena tanpa dampingan orang tua anak tidak akan bisa belajar dengan sungguhsungguh. Orang tua yang mendampingi akan memberikan arahan yang tepat bagi anjak untuk belajar dengan baik. Dari tabel 3.25 yaitu tentang intensitas waktu belajar anak yang diberikan oleh orang tuanya rata-rata 15-30 menit dalam belajar. Para responden memberikan waktu belajar bagi anak kebanyakan dari 15-30 menit karena dirasa waktu yang efektif untuk anak belajar. Teaching, orangtua sebagai guru di lingkungan keluarga.Orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang hukum-hukum atau prinsip dasar kehidupan. Di sinilah orangtua diuji kompetensinya untuk menciptakan kemampuan sadar pada diri anak, yaitu anak sangat menyadari apa yang dikerjakannya dan memahami alasan mengapa mengerjakan hal itu. Di sinilah anak akan merasa enjoy dengan pekerjaannya tanpa sedikitpun ada rasa terpaksa karena orangtuanya. Upaya dalam meningkatkan minat baca anak lebih intensif lagi dengan ditunjang dnegan komitmen yang kuat dari orang tua. penerapan intensitas waktu mengajari anak baca tulis bagi anak ternyata responden menjawab menerapkan intensitas waktu mengajari anak
baca tulis selama 15 sampai 30 menit menempati urutan jawaban terbanyak, sisanya lebih dari 30 menit, kurang dari 15 menit dan lainnya lagi tidak tentu dalam menerapkan intensitas waktu baca tulis anak. Waktu yang digunakan sebagai intensitas waktu mengajari baca tulis anak bervariasi, mungkin dikarenakan usia anak yang mengikuti intensitas waktu baca tulis anak masih terlalu dini. Anak-anak akan mengikuti arahan orang tuanya dan masih tergantung akan arahan orang tua. Pembentukan kebiasaan membaca hendaklah dimulai sedini mungkin dalam kehidupan yaitu sejak masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak usaha pembentukan minat yang baik dapat dimulai sejak umur dua tahun, yaitu sesudah anak mulai dapat mempergunakan lisan (memahami yang dikatakan dan berbicara). Setelah anak mulai sekolah, perlu semakin dirangsang untuk membuka dan membaca buku-buku yang sesuai dengan yang dipelajarinya di sekolah. Bercerita kepada anak sebelun tidur atau pada waktuwaktu tertentu lainnya, terutama pada usia 3-5 tahun juga merupakan usaha untuk menumbuhkan minat baca. Kebiasaan membaca (reading habit) harus ditanamkan sejak usia dini. Setiap anak harus dikenalkan dengan dengan bacaan yang agar mereka cepat menguasai bahasa serta mahir dalam membaca. Minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak dini, tetapi hal ini tidak lepas dari peran orang tua dalam menumbuhkan minat baca anak. Pentingnya pendidikan keluarga merupakan konsekuensi rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu, begitu besarnya pengaruh orang tua terhadap anaknya maka dalam hal ini merangsang minat baca anak –anak sebagai upaya untuk melatih membaca sejak dini. Membiasakan membaca sejak usia dini merupakan stimulus yang baik untuk anak. Karena pengenalan membaca sejak dini akan mempeengaruhi tingkat kemampuan anak. Orang tua yang membiasakan membaca sejak usia dini akan memberikan stimulus yang baik dalam hal membaca. Dengan mengenalkan membaca sejak usia dini tentunya akan direspon oleh anak. Anak yang merespon membaca sejak usia dini yang telah dikenalkan oleh orang tuanya. Dengan mengenalkan membaca sejak usia dini stimulus yang diberikan akan memberikan respon yang baik bagi anak. Perkembangan membaca anak usia dini juga perlu dilihat potensi anak tersebut, maka perlu diketahui dan difahami cara menstimulus potensi anak sesuai dengan tahap perkembangannya agar potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal. Mengajak anak ketoko buku merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan minat baca anak. Dengan mengajak anak ketoko buku biarkan anak memilih sendiri buku yang di inginkan. Jadikan toko buku sebagai tempat singgah yang menyenangkan bagi anak dengan membiasakan mereka untuk mengunjunginya. Berikan kepercayaan pada anak untuk memilih buku sendiri yang mereka minati.m Tanamkan sikap selektif dalam memilih buku kepada anak.dorong pula anak untuk rajin ke perpustakaan yang bisa mereka akses baik perpustakaan umum atau perpustakaan sekolah. Orang tua harus peka dengan minat anak dan memmfasilitasinya dengan buku yang yang sesuai minat mereka supaya minat baca mereka berkembang. Kegiatan ini paling besar dilakukan ketika anak berusia lebih dari 2 tahun hingga kurang 4 tahun. Membawa anak ketoko buku untuk melihat-lihat berbagai buku yang ada dan memperhatikan para pembeli dan pengunjung berpengaruh positif pada minat anak terhadap buku dan membaca (Tampubolon, 1991 :57)
Orang tua harus membantu anak untuk memilih buku yang mengandung unsur pendidikan untuk membantu perkembangan otak dan kecerdasan anak. Selain itu orang tua perlu mengawasi ketika anak memilih bahan bacaan yang diminati. Orang tua yang membiarkan anak memilih buku sendiri tapi masih dalam pengawasan orang tua padasaat anak memilih buku dengan prosentase 92% (lihat tabel 3.41). Ketika anak memilih buku sendiri tentunya mempunyai respon yang baik dari anak karena orang tua ikut andil dalam pemilihan buku yang diminati anak dan orang tua juga mengarahkan buku yang cocok untuk anaknya. Perasaan senang anak ketika memilih buku yang diminati dengan prosesntase 64% (lihat tabel 3.42) Biarkan anak memilih buku tapi masih dalam pengawasan orang tua dan tanamkan sikap selektif anak ketika memilih buku. Dorong pula anak untuk rajin ke perpustakaan yang bisa mereka akses baik perpustakaan umum atau perpustakaan sekolah. Jika sudah mendorong anak keperpustakaan tentunya disuruh untuk meminjam buku diperpustakaan. Dengan adanya dorongan dan dampingan dari orang tua untuk meminjam buku di perpustakaan yang diminat tentunya anak akan merasa senang dengan meminjam buku diperpustakaan. Mengunjungi perpustakaan bisa dijadikan acuan untuk menambah pengetahuan anak. Orang tua seharusnya mengatur jadwal untuk mengunjungi perpustakaan atau taman bacaan. Kemudian berikan kesempatan kepada anak untuk memilih buku sesuai dengan buku-buku yang menarik minat anak. Orang tua yang mendukung anak pergi keperpustkaan untuk meminjam buku tetapi memilih buku masih dalam pengawasan orang tua. Orang tua harus pandai menumbuhkan motivasi kepada anak dengan memberikan reward berupa suatu bacaan yang benar-benar mereka inginkan apabila anak mencapai suatu keberhasilan, lalu dengan menciptakan suasana membaca yang menyenangkan dengan meluangkan waktu untuk mendampingi anak dan memperhatikannya ketika membaca. Pemberian reward yang diberikan untuk anakanya atas suatu keberhasilan anak.
SIMPULAN Berdasarkan temuan data dan pembahasan diatas, pada penelitian ini dapat dirumuskan beberapa simpulan sebagai berikut: Peran Orang Tua Sebagai Modeling, keluarga merupakan lingkup utama dimana anak mendapatkan nilai dan norma pendidikan, pengajaran, dan pengalaman hidup. Tidak bisa disangkal lagi bahwa keluarga menjadi basik pembentukan kepribadian anak sebelum mereka mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan luar untuk menyerap dan mengolah nilai-nilai yang mereka temui. Anak adalah individu yang gemar melakukan imitasi dan juga modeling. Salah satunya adalah peran orangtua sebagai role model dari anak. Secara naluriah, anak akan selalu mengikuti perilaku dan juga tindakan yang sering dilakukan oleh orangtua, ataupun orang yang lebih tua seperti kakaknya, atau pengasuhnya. Orangtua harus mampu untuk menjaga sikap dan perilakunya di depan anak-anak. Hal ini disebabkan karena sebagai role model, anak akan mengikuti apapun perilaku dan sikap yang ditunjukkan oleh orangtuanya. Kebiasaan membaca orang tua yang menjadi aktivitas rutin membaca di rumah dengan skor 78%, rtinya orang ua melakukan kebiasaan mmebaca agar bisa ditiru oleh anakanaknya ketika berada dirumah. Peran orang tua sebagai mentoring, memilki hubungan yang sangat dekat. Orang tua menjadi penentu atas terbentuknya minat baca anak karena proses pendidikan pertama adalah
dilingkungan keluarga, sehingga orang tua harus menciptakan suasan yang nyaman dan tenang agar minat baca anak bisa terbentuk. Selain itu orang tua juga perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang fasilitas bagi anak. Hal ini berkaitan dengan meningkatkan minat baca yang ada didalam lingkungan keluarga karena intensitas waktu berkumpul dengan keluarga merupakan moment yang baik untuk mengenalkan anak membaca. Selain itu kualitas pertemuan dengan keluarga harus disesuaikan dengan lama membaca dalam keluarga. Intensitas waktu yang paling banyak dipilih oleh anggota keluarga saat berkumpul bersama keluargamemilih waktu 15-30 dengan prosentase 29% (lihat tabel 3.16). Dari berkumpul dengan anggota keluarga tentunya kedekatan orang tua dengan anak semkain dekat. Dengan adanya kedekatan dengan orang tua dan anak akan terjalin hubungan emosi yang akan mengerti situasi dan kondisi anak. Orang tua ketika bersama anak kegiatan yang bisa dilakukan bisa bermacam-macam, namun dalam kegiatan yang bermanfaat ketika bersama anak orang tua bisa melakukan kegiatan membaca atau bersantai, nonton televisi. Peran orang tua sebagai organizing merupakan kerjasaama antar anggota keluarga dalam meningkatkan minat baca anak merupakan hal yang paling utama dalam keluarga. Keluarga memilki peranan mendasar dalam menanamkan membaca. Peran orang tua sangat menentukan bagi anak untuk lebih baik kedepannya dan kebiasaan membaca yang paling sering ditiru oleh anaknya. Anak akan menerapkan apa yang sudah dilihat dan ditiru dari orang tuanya. Menumbuhkan minat baca bagi anak dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, namun tempat yang pas untuk meningkatkan minat baca anak dilingkungan keluarga dan adanya kerjasama antar anggota keluarga agar menimbulkan kebiasaan membaca. Kerjasama antar anggota keluarga dalam meningkatkan minat baca anak dengan skor 100%, artinya orang tua mendukung dan ada kerjasama yang solid dalam meningkatkan minat baca di lingkungan keluarga, terutama bagi anaknya. Orang tua adalah guru pertama dan utama peranan orangtua dalam kehidupan keluarga. Dalam kaitan dengan hal inilah orangtua sungguh mempunyai peranan sangat penting yang tidak dapat diwakilkan kepada pihak manapun sebab orangtua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai guru dalam meningkatkan minat baca bagi anak dapat di stimulus dari sejak usia dini, hal ini akan mempermudah anak untuk membiasakan membaca sejak usia dini. Dalam lingkungan keluarga orang tua berperan aktif bagi anak. Orang tua biasanya memberikan arahan bagi anaknya untuk melkukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan membaca orang tua biasanya memberikan intensitas waktu mengajari anak anak membaca maupun baca tulis. Dalam hal ini orang tua yang memilih intensitas waktu mengajari anak baca tulis 15-30 menit dengan skor 66%. Hal ini berkaitan dengan meningkatkan minat membaca anak orang tua sudah memperkenalkan buku sejak usia dini. Memang lebih baik kebiasaan membaca itu sudah dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan karena berdasarkan penelitian anak sudah bisa mendengar suara ayah dan ibunya. Anak-anak akan menjadi sangat antusias ketika orangtua mengajak berdiskusi tentang apa yang baru saja kita ceritakan atau tentang buku yang baru saja dibacanya. Kemudian membiasakan untuk mengajak anak ke toko buku dan biarkan anak memilih sendiri buku yang anak minati tetapi tetap dalam batas-batas orangtua. Orang tua menanamkan minat sejak dini supaya anak juga selektif dengan buku yang dibacanya. Disamping itu, dengan memberi dorongan anak untuk rajin meminjam buku di perpustakaan mana saja yang bisa dikunjungi apakah perpustakaan sekolah maupun perpustakaan-perpustakaan lain yang bisa dikunjungi. Ini merupakan suatu hal yang positif
bagi anak untuk meningkatkan minat membaca sejak dini. Apabila membelikan buku yang menarik bagi anak maka minat anak akan muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dari orang tua mapun orang sekitar. Jadi pahamilah apa minat anak dan fasilitasi dengan buku yang sesuai minatnya supaya minat bacanya berkembang dengan antusiasme asalkan buku tetap masih masuk dalam kategori bermutu. Dari ke lima indikator dapat diambil kesimpulan yaitu bahwa peran orang tua dan strategi meningkatkan minat baca anak TK masuk dalam peran orang tua sebagai modeling.
REFERENSI Ahadiah S. Arsjad dan Ridwani, Sh. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia Jakarta : Erlangga, hlm 34. Anna Yulia. 2005. Cara Menumbuhkan Minat Baca Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,. Beritasatu (online) 2013. Jumlah penerbit buku Indonesia tergolong rendah tersedia pada http://www.beritasatu.com/digital-life/143319-jumlah-penerbit-buku-indonesiatergolong-rendah.html,.diakses pada tanggal 5 Januari 2017 Dwi Sunar Prasetyono. 2008. Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Usia Dini. Yogyakarta: Think. Edi, Suhardono.. Teori Peran :Konsep, Derivasi Dan Implikasinya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1994. Farida, Rahim. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: BumiAksara. Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangg. Kartini Kartono. 1992. Psikologi Wanita Mwngenal Sebagai Ibu Dan Nenek, Bandung Mandar Maju, hlm 9. Literasi indonesia sangat rendah, dapat diakses http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/14/12/15/ngm3g840-literasiindonesia-sangat-rendah diakses pada tanggal 11 Oktober 2016
pada
Masjidi, Noviar. 2007.Agar Anak Suka Membaca : Sebuah Panduan Bagi Orang Tua. Yogyakarta: Media Insane, Meningkatkan minat baca anak dan remaja di Indonesia, dapatdiakses di http://hansfisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-143614-KepustakaanMENINGKATKAN%20MINAT%20BACA%20ANAK%20DAN%20REMAJA%20 DI%20INDONESIA%20.html Moh.Nazir, Ph.D. 1988. Metode Penelitian . Jakarta :Ghalia Indonesia,
Mutiah, Dian . 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Predana Media Group,. Norma, Standar. 2013. Prosedure, Dan Kriteria: Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak , Jakarta: Pendidikan Dasar dan Menegah, Direktur Jendral (1995/1997). Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak 1994, Jakarta Depdiknas. Ponorogo Dalam Angka :Ponorogo In Figures 2015, Badan Pusat Statistic Kabupaten Ponorogo. Psikoma (online) 2016 .Orangtua Sebagai Role Model Anak: Baik Buruknya Anda Berprilaku, Maka Anak akan Mengikuti. dapat diakses pada http://www.psikoma.com/orangtua-sebagai-role-model-anak-baik-buruknya-anda/ Rolina, Nelva. Memahami Psikologi Perkembangan Anak Bagi Pengembangan Aspek Seni Anak Usia Dini, dapat diakses di http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/artikelutk-p4tk-sb.pdf Slamet, Suyanto. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka,. Slamet Rahardjo. 2006.Strategi Pembelajaran Musik Anak Usia Dini. Salatiga:Yayasan Suara Duta, Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Spodek B dan Olivia N. Saraho. 1994. Right From The Start: Teaching Children Age Three To Eight Toronto: Allyn and Baom, , hal.29 Statistik Daerah Kecamatan Pulung 2015 : Badan Pusat Statistik kabupaten Ponorogo Suhardono, 1994. Edy Teori Peran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Supri Harjana. 2003.Penilaian Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Supriyoko, 2004. minat baca dan kualitas bangsa, tersedia pada http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/23/0801.htm, Suwardi. 2007. ciptakan budaya membaca http://.isei.or.id/page.php?id=5jun073,
sejak
dini,
tersedia
pada
Suriansyah, Ahmad Aslamiah. Banjarmasin.Comdes,
2011.
Strategi
Pembelajaran
Anak
Usia
Suwadi, 2007. ciptakan budaya membaca sejak dini, tersedia http://.isei.or.id/page.php?id=5jun073. diaksespadatanggal 19 oktober 2015
Dini. pada
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta, Syamsu Yusuf LN, 2014. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung. hlm. 47 Ibid., hlm 6 Tampubolon. 1991. Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung : Angkasa,