PERAN ORANG TUA DAN HUBUNGANNYA DENGAN MINAT ANAK BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
Ruwiah Abdullah Buhungo Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Sultan Amai Gorontalo Email:
[email protected]
Abstrak Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafalkan dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar. Apabila seorang siswa mempunyai minat yang besar terhadap suatu mata pelajaran ia akan memusatkan perhatian lebih banyak dari temannya, kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang tinggi dalam mata pelajaran tersebut. Demikian pula halnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Untuk meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar, tidak lepas dari peranan orang tua terutama dalam hal pendidikan anak sangatlah diperlukan. Terlebih lagi yang harus difokuskan adalah peranan orang tua terhadap minat belajar anak sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai pelajar dan penuntut ilmu, yang akan diproyeksikan kelak sebagai pemimpin masa depan. Kata Kunci: Peran, Orang Tua, Minat Belajar, Pendidikan Agama Islam A. Pendahuluan Keberhasilan pendidikan anak di sekolah bukan hanya merupakan hasil perjuangan guru dan anak sebagai peserta didik. Tetapi keberpihakan orang tua yang memberikan dukungan berupa perhatian, dorongan dan pengawasan kepada anaknya ikut memberikan andil. Dengan kata lain, orang tua mempunyai peranan besar terhadap keberhasilan yang dicapai anak di sekolah, termasuk dalam belajar Pendidikan Agama Islam. Belajar merupakan perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Oleh karena itu selama menjalani proses belajar, anak menghadapi berbagai macam problematika baik yang bersifat fisik maupun psikis yang menjebak anak ke dalam suatu kesulitan sehingga mengakibatkan lemahnya semangat, prestasi menurun, atau hal-hal lain yang merugikan anak. Maka dalam keadaan seperti ini eksistensi orang tua sangat penting dalam membantu anak mengatasi kesulitan-kesulitannya, terutama dalam meningkatkan minat belajar dan melatih anak untuk mencari solusi dan mengatasi masalah belajarnya secara mandiri. Dalam hal ini peranan orang tua untuk membimbing 1 dan memotivasi anak, akan sangat berperan untuk kesuksesan prestasi belajar anak. Pendapat di atas, mengindikasikan bahwa bahwa minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh peranan orang tua. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendidikan pertama yang diterima oleh anak adalah berasal dari orang tua. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk pribadi anak. Baik buruk perkembangan anak secara langsung maupun tidak langsung tergantung dari bagaimana orang tua dalam mendidik anak yang tercermin dari perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anaknya. Perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anak dengan segala yang berhubungan dengannya, dapat memberikan motivasi berprestasi yang tinggi dan memunculkan simpati anak kepada orang tua yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri anak. Perhatian orang tua sesungguhnya merupakan investasi kepada anak dalam meningkatkan minat belajarnya, dan membantu memaksimalkan perkembangan kepribadian serta prestasi belajar. Perhatian yang cukup dan perlakukan 1
Hari Waluyo, Hambatan Kultural Kurikulum 2004, (Online: http://www.suara merdeka. com/ harian/ 0401/26/kha2.htm., 2007. Diakses: 21 November 2010), h.1
1
orang tua yang bijaksana terhadap anak, akan berdampak pada kemampuan pengembangan potensi diri anak yang melahirkan minat belajar yang tinggi dan kemampuan berkonsentrasi dalam aktivitas belajarnya yang akhirnya berpengaruh kepada pencapaian prestasi yang maksimal. Minat dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang menimbulkan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu dapat tercapai. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan dapat meluangkan waktu belajar lebih banyak dan lebih tekun daripada yang kurang memiliki atau sama sekali tidak mempunyai minata belajar. Siswa akan terdorong dan tergerak untuk memulai aktivitas atas kemauannya sendiri, menyelesaikan tugas tepat waktu dan gigih serta tidak putus asa saat menjumpai kesulitan dalam menjalankan tugas jika anak tersebut mempunyai minat dalam belajar. Lahirnya kesadaran orang tua untuk bertanggung jawab mencerdaskan anaknya secara langsung tentunya orang tua yang hanya pasif bisa menjadi aktif memberikan dorongan kepada anaknya untuk belajar lebih giat lagi. Orang tua yang sadar dengan tanggung jawab tersebut akan lebih arif dalam menyediakan lingkungan yang 2 mendukung proses belajar anaknya”. Mencermati pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa orang tua sebagai pendidik yang utama dan pertama bagi anak, hendaknya mampu memberikan motivasi dan mendukung proses belajar anaknya. Tindakan ini perlu dilakukan oleh orang tua baik kepada anak yang berprestasi baik ataupun kurang berprestasi dari berbagai jenis aktivitas, seperti mengarahkan cara belajar, mengatur waktu belajar dan sebagainya, selama pengarahan dari orang tua itu tidak memberatkan anak. Salah satu hasil penelitian yang membuktikan tentang peran orang tua sebagai faktor utama dalam meningkatkan minat belajar anak antara lain penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom yang menunjukkan bahwa dorongan orang tua merupakan hal yang utama di dalam mengarahkan cita-cita anak. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan perannya orang tua hendaknya: (1) mengenali kemampuan anak, jangan menuntut anak melebihi kemampuannya, (2) jangan membanding-bandingkan anak dengan kakak atau adiknya, sebab setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda, (3) menerima anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya, (4) membantu anak mengatasi masalahnya, (5) tingkatkan semangat belajar anak, misalnya memberi pujian, pelukan, belaian, atau ciuman, (6) jangan mencela anak dengan katakata yang menyakitkan, misalnya mencela dengan kata-kata “bodoh”, anak yang sering mendapat cap seperti itu pada akhirnya akan mempunyai pandangan bahwa dirinya memang bodoh, (7) mendidik adalah tanggung jawab bersama, maksudnya ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab yang sama dalam mendidik anak, (8) senantiasa berdoa 3 agar anak mendapat hasil terbaik. Mencermati permasalahan tersebut, diperlukan adanya pengkajian yang lebih mendalam tentang permasalahan tersebut melalui tulisan ini. B. Peranan Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Makna dari kata peran adalah suatu penjelasan yang merujuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika 4 menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. Menurut Peter Warsley et.al mengartikan peran sebagai seperangkat alat-alat yang telah dikembangkan oleh para sosiolog untuk 5 menggarap hubungan-hubungan yang kompleks. Peran adalah perangkat tingkah yang 6 diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk 2
Suharsono, Mencerdaskan Anak (Melejitkan Dimensi Moral, Intelektual & Spritual dalam Memperkaya Khasanah Batin dan Motivasi Kreatif Anak), (Jakarta: Inisiasi Press, 2002), h.3 3 Reni, Akbar & Hawadi, Psikologi Perkembangan Anak, (Jakarta: Grasindo, 2001), h.96 4 Edy Suhardono, Teori Peran (Konsep, Derivasi dan Implikasinya), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 3 5 Peter Warsley et.al, Pengantar Sosiologi Sebuah Pembanding, (Alih Bahasa Hartono Hadi Kusumo), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992), h. 25 6 Luqman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h.751
2
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya mencapai tahapan tertentu yang 7 menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua harus mempunyai cara-cara untuk memacu kreativitas pendidikan anak diantaranya, yaitu: orang tua harus dapat mengatur suasana emosional dalam keluarga agar dapat merangsang anak untuk belajar dan mengembangkan kemampuan kecerdasannya yang 8 sedang tumbuh. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Jadi, orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak. Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan membentuk mental si anak terletak pada peranan orang tuanya. Mencermati uraian di atas, dapat dikatakan bahwa peran orang tua merupakan suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab dalam satu keluarga, dalam hal ini khususnya peran terhadap anaknya dalam hal pendidikan, keteladanan, kreatif sehingga timbul dalam diri anak semangat hidup dalam pencapaian keselarasan hidup di dunia ini. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam mengasuh, mendidik dan membimbing anak merupakan bagian yang tidak mungkin tergantikan oleh siapapun dalam proses pembentukan kepribadian anak. Sebab orang tua adalah pendidik dan penyelenggara pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anak dalam menanamkan nilai-nilai, sikap, motivasi, minat, komitmen maupun konsep diri anak-anak. Dengan demikian orang tua dituntut untuk mengarahkan, menuntut/membimbing anak karena anak pada kenyataannya bukanlah orang dewasa yang berbentuk kecil. Sehingga sebagai orang tua mempunyai kewajiban memelihara keselamatan kehidupan keluarga, baik moral maupun material. Sebagaimana firman Allah surat At-Tahriim ayat 6 : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada 9 mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. Menurut Verkuyl (dalam dan Rubino, 1999:245) orang tua memiliki tiga tugas dan 10 tanggung jawab berikut ini: 1. Mengurus keperluan materiil anak-anak. Mengurus keperluan materiil anak-anak adalah tugas pertama orang tua. Dalam hal ini orang tua harus memberi makan, tempat perlindungan, dan pakaian kepada anak-anak. Anak sepenuhnya masih tergantung kepada orang tuanya, karena anak belum mampu mencukupi kebutuhan sendiri. 2. Menciptakan suatu “home” bagi anak-anak. Home di sini berarti bahwa di dalam keluarganya anak dapat berkembang dengan baik, merasakan kemesraan, kasih sayang, keramah-tamahan, aman, dan rasa terlindungi. Di rumahlah anak merasa tentram, tidak pernah kesepian, selalu gembira. 3. Tugas Pendidikan
7
Zanden, Pengertian Orang Tua. (Online:http://definisi-pengertian.blogspot. com/2010 /04/pengertian-orangtua.html. 2010. Diakses: 21 November 2010), h.1 8 Tirtaraharja, Umar & La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan, Depdikbud Dirjen Dikti, 1995), h.50 9 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Al-Ma’arif, 1996), h.166 10 Rubino, Rubiyanto, Pendidikan Anak dalam Keluarga Miskin (Studi Tentang Manifestasi Kasih Sayang Orang tua), (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2000), h.245
3
Syarat awal bagi berhasilnya proses pendidikan adalah menerima anak sebagaimana adanya, entah pandai atau lemah, entah alim atau nakal, tanpa membanding-bandingkan dengan anak yang lain. Orang tua wajib mengakui anak lahir sebagai anak itu sendiri. Oleh karena itu anak harus diterima dengan senang hati sebagai seorang anak manusia yang diserahkan Tuhan kepada orang tua. Pemberian 11 Tuhan tidak boleh dibandingkan dengan anak-anak lain. Tanggung jawab orang tua sebagai pendidik bagi anak-anaknya adalah suatu keharusan dan mesti dilakukan orang tua kepada anak-anaknya, sebab anak12 anak sangat membutuhkan beberapa hal berikut ini: 1. Mencintai dan dicintai Mencintai dan dicintai adalah kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Itu berarti secara konkrit orang tua harus terbuka kepada anaknya agar dapat mengenalinya. Yang tidak dikenal mustahil dicintai. 2. Perlindungan hingga merasa aman dan kerasan Percaya mempercayai adalah syarat mutlak menciptakan suasana aman, yaitu suasana keterbukaan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut berbagi kebahagiaan, keberhasilan, juga kegagalan dan keprihatinan dari keluarga. 3. Bimbingan Bimbingan berarti orang tua harus menerima kemampuan anak apa adanya. Supaya kemampuan anak berkembang, orang tua harus menciptakan ruang lingkup yang menggairahkan dan merangsang. Kemudian yang perlu dihindari adalah segala hal yang menekan. Kemampuan anak harus dikembangkan, bukan cita-cita orang tua yang dipaksakan kepada anak. Jadi bimbingan harus tegas, namun sabar dan penuh pengertian. Bimbingan harus didasarkan atas kepercayaan kepada anak, bukan kecurigaan. Bimbingan orang tua harus menyesuaikan diri dengan keadaan nyata si anak yang dibimbingnya. 4. Diakui Artinya orang tua harus menghargai pribadi anak. Meskipun anak masih tergantung pada orang tua, ia harus diperlakukan sebagai pribadi yang dihargai hak-haknya. 5. Disiplin Anak adalah manusia yang didewasakan. Ia harus belajar bahwa pergaulan berarti ada aturan permainan. Ada batas-batas pada perilakunya. Semaunya sendiri tidak mungkin menjadi pola hidupnya. Orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam hal disiplin. Apabila anak melihat ayah dan ibunya orang yang tahu disiplin, ia akan menerima bahwa kepadanya dituntut disiplin juga. Dengan kebutuhan-kebutuhan anak tersebut, Vembriarto menambahkan bahwa proses pembentukan kepribadian anak dipengaruhi oleh corak pendidikan dan hubungan antara orang tua dengan anak. Corak pendidikan yang dimaksud oleh Vembriarto dibagi menjadi tiga pola: (1) Pola menerima-menolak. Pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak. (2) Pola memiliki-melepaskan. Pola ini didasarkan atas seberapa besar sikap protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua over protektif dan memiliki anak, sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali. (3) Pola demokrasi-otokrasi. Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi anak dapat berpartisipasi dalam keputusan-keputusan keluarga, walaupun masih dalam batas-batas 13 tertentu. Anak yang dididik dalam keluarga dengan pola otokrasi biasanya akan bertumbuh dan berkembang menjadi anak yang tidak dapat mengembangkan diri. Hal ini
11
Drost, SJ, Sekolah: Mengajar Atau Mendidik, (Yogyakarta: Kanisius & Universitas Sanata Dharma, 2001), h.41 12 Ibid, h.22-29 13 Vembriarto, S.T, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1993), h.43
4
14
dapat terjadi karena orang tua bertindak diktator, selalu ingin mengatur anaknya. Dengan demikian orang tua berperan besar, karena merekalah yang langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anak. Sehingga orang tua dapat didefinisikan segala hal ikhwal, ucapan maupun sikap yang patut ditiru dan dimiliki oleh seseorang yang bertanggung jawab pada kelangsungan hidup anak yang biasa disebut ibu/bapak. C. Minat Belajar Minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu. Hilgard mengemukakan pendapatnya bahwa minat adalah “Intersest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity or content”. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. 15 Minat selalu diikuti dengan perasan senang dan dari situ pula diperoleh kepuasaan. Menurut Berhard bahwa ”Minat timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab 16 partisipasi dalam kegiatan. Minat cenderung sifat konstan, sedangkan perhatian sifatnya sementara. Minat turut berperan dalam menentukan sukses dan gagalnya kegiatan seseorang, minat yang tumbuh dari kebutuhan peserta didik akan merupakan faktor pendorong bagi peserta didik dalam melakukan usahanya, karena membangkitkan minat belajar atau selera 17 belajar ini sering disebut motivasi belajar. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Kecenderungan kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan 18 sesuatu itu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik. Selanjutnya pengertian belajar, Whitaker yang dikutip oleh Wasty Soemanto, memberikan definisi bahwa belajar adalah “proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau 19 diubah melalui latihan dan pengalaman”. Belajar adalah perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengetahui menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin”. Sehingga kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya 20 perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar. Terkait dengan pengertian minat belajar, Mulyana mengemukakan minat merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keefektifan pembelajaran, karena minat adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Siswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki minat yang tinggi. Dengan kata lain seorang siswa akan belajar baik apabila ada faktor 21 pendorongnya.
14
Dwi Nugrahawati, Hubungan Antara Intensitas Interaksi Antar Anggota Keluarga, (Surakarta: Fisipol Universitas Sebelas Maret, 2000), h.26 15 Slameto, Minat Belajar, (http://pbsindonesia.fkip-uninus.org/media.php? module= detailmateri&id=47. Diakses: 21 November 2010), h.7 16 Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.112 17 Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h.176 18 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. Ke-6, h. 136 19 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. Ke-3, h. 98-99 20 Muhamad, op.cit, h.12 21 Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, dan Implementasi), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), h.112
5
Penilaian-penilaian terhadap objek yang diperoleh melalui proses belajar itulah yang kemudian menghasilkan suatu keputusan mengenal adanya ketertarikan atau ketidaktertarikan seseorang terhadap objek yang dihadapinya. Minat merupakan hasil dari pengalaman atau proses belajar. Lebih jauh ia mengemukakan bahwa minat memiliki 22 dua aspek yaitu: 1. Aspek kognitif Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif di dasarkan atas pengalaman dan apa yang dipelajari dari lingkungan. 2. Aspek afektif Aspek afektif ini adalah konsep yang membangun konsep kognitif dan dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan atau objek yang menimbulkan minat. Aspek ini mempunyai peranan yang besar dalam memotivasikan tindakan seseorang. Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi dipelajari melalui proses penilaian kognitif dan penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat. D. Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Minat Anak Belajar Pendidikan Agama Islam Peranan orang tua yaitu ayah dan ibu dalam keluarga berbeda, seperti: peran ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. Peran ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Pengaruh Ibu terhadap kehidupan seorang anak telah dimulai selama dia hamil, selama masa bayi, dan berlanjut terus sampai anak itu memasuki usia sekolah. Sementara peran anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Dengan demikian orang tua memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan minat belajar anaknya. Yang dimaksud dengan peran orang tua dalam penelitian ini adalah segala kegiatan atau aktivitas yang dilakukan orang tua dalam meningkatkan minat belajar anaknya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, melalui kegiatan sebagai berikut: 1) peran dalam meningkatkan nilai-nilai positif pada diri anak untuk belajar; 2) peran dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan yang terarah untuk belajar; 3) peran dalam membantu anak belajar melihat kepada diri mereka sendiri; 4) peran dalam memberikan teladan yang baik dan menonjolkan tingkah laku positif; 5) peran dalam mengurangi rasa ketakutan dan perilaku negatif anak. Dengan adanya peran orang tua tersebut, maka tentunya minat belajar anak dapat meningkat. Berikut ini akan dipaparkan peran orang tua dalam meningkatkan minat anaknya belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah sebagai berikut. 1. Peranan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai positif Apabila orang tua hendak menanamkan nilai-nilai yang positif terhadap anakanak mereka untuk selalu belajar terkait dengan Pendidikan Agama Islam, mereka harus menjadi teladan dengan mempraktikkan nilai-nilai pendidikan agama tersebut dalam mendidik anak, misalnya orang tua tidak bisa menanamkan nilai kejujuran bila orang tua tidak mulai dengan berlaku jujur di depan anak-anak mereka. Orang tua tidak bisa menanamkan nilai kedisiplinan bila orang tua sendiri tidak bersikap disiplin. Orang tua tidak bisa menanamkan nilai tanggung jawab bila orang tua sendiri tidak menunjukkan sikap bertanggung jawab. Keluarga tidak bisa mengajar anak-anak mereka untuk saling mengasihi bila keluarga bersikap pilih kasih. 22
Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 422
6
Peranan orang tua dalam meningkatkan minat anak dalam mempelajari Pendidikan Agama Islam tentunya berkaitan dengan fungsi orang tua di dalam keluarga itu sendiri, menurut pengamatan penulis peran tersebut belum sepenuhnya dilakukan secara optimal, karena semakin banyak para Ibu yang ikut terlibat secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, dan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah. Hal ini dapat lihat dalam kehidupan seharihari, orang tua cenderung melepas anaknya pada dunia pendidikan sekolah saja tanpa memperhatikan pendidikan dari lingkungan keluarganya itu sendiri. Akibatnya anak merasa kurang diperhatikan. Peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai positif untuk meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama Islam belum terlaksana secara optimal, karena berkurangnya pola asuh yang diberikan oleh kedua orang tua disebabkan oleh faktor kesibukan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga yang lebih banyak berperan mengurus dan mengasuh anak-anak mereka sebagian besar dilakukan oleh kakek, nenek, saudara maupun pengasuh. Padahal orang tua harus mampu menyediakan waktu yang luang untuk memperhatikan anak-anaknya, bercengkerama, bertukar pikiran, berdialog tentang masalah-masalah yang dihadapi anak-anaknya, baik yang berkaitan dengan perilaku anak sehari-hari maupun tentang pendidikan anak-anaknya. Menurut pengamatan penulis sehari-hari bahwa aktivitas penanaman nilainilai positif dari orang tua belum terlaksana secara optimal, karena peran orang tua masih sebatas pada pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan saja, tanpa memikirkan bagaimana cara yang tepat dalam mendidik dan mengasuh anak dengan baik melalui bimbingan untuk membiasakan anak-anaknya melakukan aktivitas positif yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal seperti: selalu berdoa setiap melakukan kegiatan, membiasakan sholat lima waktu, menghargai waktu, menghargai dan menghormati orang yang lebih tua. Untuk itu orang tua harus bertangung jawab dalam soal mendidik anak, baik ayah sebagai kepala keluarga maupun ibu sebagai pengurus rumah tangga. Keikutsertaan orang tua dalam mendidik anak merupakan awal keberhasilan orang tua dalam keluarganya apabila sang anak menuruti perintah orang tuanya terlebih lagi sang anak menjalani didikan sesuai dengan perintah agama. Mencermati uraian di atas, tersirat makna bahwa belum terlaksana peran orang tua dalam menanamkan nilai-nilai positif terkait dengan meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam ke arah yang optimal, disebabkan karena sebagian orang tua kurang memahami arti pentingnya pendidikan dan pengasuhan yang baik terhadap anak untuk membiasakannya melakukan aktivitas yang dapat menunjang perkembangannya dengan baik hingga dewasa kelak. Kurangnya peran yang ditunjukkan orang tua tersebut, tentunya memiliki alasan yang krusial. 2. Peranan Orang Tua dalam Mengembangkan Sikap dan Kebiasaan Yang Terarah Usaha orang tua membantu dan mengembangkan sikap dan kebiasaan diri anak yang terarah untuk senantiasa selalu belajar merupakan upaya pengarahan pada diri anak yang membuatnya memiliki arah atau tujuan hidup, sehingga mereka dapat meningkatkan aktivitas belajarnya secara optimal. Menurut pengamatan penulis selama ini orang tua sudah berperan dengan baik dalam mengarahkan sikap dan kebiasaan anak-anaknya untuk selalu belajar ke arah yang lebih baik. Namun masih ada juga orang tua yang kurang menyadari akan hal itu misalnya: Si anak punya kebiasaan buruk seperti: senang main tanpa mengenal waktu, menonton, kumpul dengan teman-teman sebayanya dan sebagainya dibiarkan begitu saja, padahal apabila dibiarkan kebiasaan ini akan berlanjut sampai ia dewasa kelak, tentu saja sebagai orang tua, kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Sebenarnya orang tua berusaha untuk mengarahkan sikap dari setiap anaknya untuk belajar Pendidikan Agama Islam ke arah yang baik hingga terbawa menjadi kebiasaan dengan memberi perhatian dan kasih sayang yang berlebih. Namun terkadang adanya sikap orang tua tersebut membuat si anak menjadi manja.
7
Di dalam membantu mengembangkan sikap dan kebiasan yang terarah untuk belajar Pendidikan Agama Islam pada diri anak janganlah terlalu berlebihan dalam menunjukkan kasih sayang. Kasih sayang secara mutlak memang harus diberikan pada anak, tetapi jangan sampai membuatnya tergantung dan membuatnya tidak memiliki kesempatan untuk berkembang menjadi pribadi yang baik. Sebagai seorang ibu berusaha menunjukkan peran yang baik sebagai orang tua dalam membantu anak-anak mengembangkan sikap yang baik terkait dengan pendidikan agama di rumah sehingga menjadi pembiasaan hingga dewasa kelak. Hal tersebut perlu dilakukan dengan cara memberikan dorongan positif pada anak saya dengan apa yang dilakukannya, memberikan pujian tetapi tidak berlebihan, serta selalu memberikan kesempatan pada si anak untuk menentukan pilihannya sendiri. Mencermati uraian di atas, menunjukkan bahwa secara garis besar orang tua hendaknya berusaha menunjukkan perannya untuk membantu anaknya dalam mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama Islam di sekolah. Namun terkadang dengan adanya sikap orang tua yang terlalu over protektif dalam melindungi anaknya, tanpa disadari telah membuat anak menjadi anak yang manja dan selalu bergantung pada bantuan orang lain. Oleh karena itu sebagai orang tua hendaknya memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu sendiri walau hasilnya tidak sesempurna jika dibantu oleh orang tua atau orang lain. 3. Peranan Orang Tua dalam Membantu Anak Belajar Melihat Kepada Diri Mereka Sendiri Peran yang dimaksud di sini adalah peran dari orang tua untuk membantu anak-anaknya belajar melihat kepada diri anak sendiri atas apa yang terjadi atau mereka kerjakan, untuk melihat bagaimana kemampuan mereka berkembang berdasarkan kecerdasan yang mereka miliki, misalnya: saat anak belajar Pendidikan Agama Islam bahwa dia dapat mengatasi masalah-masalahnya, dia mendapatkan sikap yang positif tentang dirinya. Peran orang tua dalam menemukan pencarian jati diri anak perlunya mempelajari Pendidikan Agama Islam adalah sebagai pendukung atau pemberi motivasi serta sebagai pelatih, dan ini kurang dilakukan oleh para keluarga. Anak pada usia sekolah dasar senang meniru dan orangtua hanyalah mengarahkan, bukan menentukan aktivitas anak. Bantu anak mengenali diri dan berikan pemahaman bahwa setiap orang memiliki kualitas positif dalam dirinya yang tinggal menunggu untuk ditemukan dan dikembangkan. Sebagian orang tua kurang menyadari betapa penting peran yang diembannya dalam membantu anak menemukan dirinya sendirinya betapa penting mempelajari Pendidikan Agama Islam, misalnya orang tua mengalami kesulitan dalam melatih anak berpikir kreatif seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu, dan anak diminta untuk memberikan alasan tentang apa-apa yang ditanyakan. Misal, kenapa harus sholat tiap hari, puasa di bulan ramadhan, menunaikan ibadah haji, membayar zakat dan sebagainya. Biarkan anak bereksplorasi dengan jawaban-jawabannya. Jangan menyalahkan jawabannya sekalipun itu salah. Ajaklah anak mengembangkan pikirannya dengan mencari alternatif jawaban lainnya, seperti pertanyaan, “Terus apa lagi?” dan seterusnya. 4. Peranan Orang Tua dalam Memberikan Teladan Yang Baik dan Menonjolkan Tingkah Laku Yang Positif Orang tua merupakan figur dan contoh teladan bagi anak-anaknya. Anakanak belajar dari cara orang tua memperlakukannya. Sebagai orang tua juga saya harus mengetahui porsi yang tepat dalam memberikan kebutuhan-kebutuhan belajar terhadap anak saya, yang disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Sikap maupun perilaku yang saya tunjukkan harus dapat dijadikan contoh bagi anak-anak saya. Namun peran ini belum sepenuhnya dilakukan oleh sebagian orang tua. Keberhasilan melakukan peran di atas, tentunya bukan merupakan hal yang mudah, yang penting adalah kemauan dan usaha untuk selalu belajar. Dalam mendidik anak, orang tua harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mengingat bahwa perilaku orangtua khususnya ibu akan ditiru yang kemudian akan
8
dijadikan panduan dalam perilaku anak, maka ibu harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Banyak ayah yang tidak mengetahui lagi apa peranannya dalam kehidupan keluarga selain memberikan nafkah kepada anak dan istri. Sebagian ayah semakin lupa peranannya, terutama dalam keterlibatan mendidik dan membimbing anak-anaknya, mereka merasa selalu merasa diri paling sibuk dengan berbagai kerjaan dan kegiatan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan keluarga. Mereka menjadi sangat jarang berkumpul dengan anak-anak, apalagi memberikan waktu dan perhatian khusus kepada mereka. Cara yang paling baik untuk mendidik anak supaya menghormati orangtuanya dalam keluarga adalah memberi teladan kepada mereka, bagaimana orangtua menyatakan kasih sayang mereka serta penghormatan antara satu dengan yang lain akan memberi teladan yang mendalam dan berarti kepada pikiran dan hati anak itu. Namun sebagian besar masih ditemui kondisi dan iklim yang kurang harmonis dalam keluarga, pada akhirnya bisa berdampak lebih jauh terhadap pembentukan prilaku dan pribadi anak. Dari sini jelas bahwa perkembangan kepribadian anak bermula dari orang tua, dengan cara anak mengambil nilai-nilai yang ditanamkan orang tua baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam hal ini hendaknya orang tua harus dapat menjadi contoh yang positif bagi anak-anaknya. Anak akan mengambil nilai-nilai, sikap maupun perilaku orang tua, tidak hanya apa yang secara sadar diberikan pada anaknya misalnya: melalui nasehat-nasehat. Sering dilihat banyak orang tua yang menasehati anaknya tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Jadi, untuk melakukan peran sebagai model, maka orang tua sendiri harus sudah memiliki nilainilai itu sebagai milik pribadinya yang tercermin dalam sikap dan perilakunya. 5.
Peranan Orang Tua dalam Mengurangi Rasa Ketakutan dan Perilaku Negatif Anak Pola perilaku orang tua menentukan perkembangan jiwa anak termasuk rasa takut dan perilaku negatif. Yang paling penting adalah membekali anak bagaimana mengatasi rasa takutnya tanpa kehadiran orangtua atau orang terdekat. Terkait dengan peran orang tua dalam mengurangi rasa ketakutan anak dan mengurangi perilaku negatif, orang tua harus berperan mengurangi rasa ketakutan dan perilaku negatif anak. Apabila keluarga gagal membentuknya, maka masa depan anak tersebut menjadi suram. Anak-anak terlantar, harga diri rendah dan terjerumus pada pola hidup negatif. Anak takut, kehilangan tempat bergantung pada ayah dan ibu. Mereka rentan dengan goncangan jiwa. Hal ini yang kurang diperhatikan oleh keluarga dalam mendukung dan memotivasi anaknya belajar Pendidikan Agama Islam. Banyak orang tua yang tidak dapat bersikaplah bijak dan terlalu melindungi anak-anaknya, melarangnya ini dan itu, menghalanginya mencoba hal-hal yang baru, sehingga anak-anak akan tumbuh menjadi anak yang penakut Adanya peranan orang tua di atas, setidaknya dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Upaya orang tua dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Dalam meningkatkan minat belajar anak setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi, yang satu bersifat internal dan yang satu lagi bersifat eksternal. Faktor yang mempengaruhi orang tua dalam meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama Islam adalah tergantung dari cara orang tuanya mendidik. Kurangnya dukungan orang tua seperti kurangnya perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anaknya, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu utama. Pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap anak dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menghambat aktivitas belajar anak. Faktor lain yang mempengaruhi orang tua dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga disebabkan adanya hubungan antar orang tua yang tidak akrab baik hubungan orangtua dengan anaknya, maupun hubungan anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain turut
9
mempengaruhi aktivitas anak dalam belajar melakukan sesuatu. Wujud dari hubungan ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dengan pengertian terlalu keras dan sebagainya. Hubungan anggota keluarga erat hubungannya dengan cara orangtua mendidik anaknya. Suasana atau keadaan rumah yang nyaman merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Rumah yang bising dengan suara radio atau TV pada waktu belajar, juga mengganggu belajar anak, terutama untuk berkonsentrasi. Faktor lainnya yang mempengaruhi orang tua dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bisa saja dipengaruhi oleh keadaan ekonomi orang tua erat hubungannya dengan aktivitas belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian dan lain-lain, Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti alat tulis menulis, buku-buku dan lain-lain. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain sehingga mengganggu belajar anak. Di samping itu kurangnya penegakan disiplin dalam keluarga. Namun kadang orang tua beranggapan bahwa memberikan hadiah selalu berupa memberi mainan, permen, coklat, atau hadiah lain yang berupa benda. Sebenarnya hadiah juga dapat berupa bukan benda, misalnya berupa pengakuan atau pujian pada anak. Para orang tua yang menggunakan cara disiplin demokratis, tidak mau banyak memberi hadiah berupa benda. Mereka khawatir hal ini akan memanjakan anak atau takut cara ini dianggap sebagai bentuk penyuapan yang merupakan teknik disiplin yang buruk. Kebanyakan orang tua dalam mendisiplinkan anaknya dilakukan dengan cara memberi hukuman, apabila melakukan kesalahan dalam mengerjakan sesuatu”. Padahal pelanggaran berupa bentuk ringan dari ketidaktaatan pada aturan atau perbuatan yang keliru sangat sering terjadi pada anak-anak. Pelanggaran ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, ketidaktahuan anak bahwa perilakunya itu tidak baik atau tidak dibenarkan. Meskipun anak sudah diberi tahu berulang kali dan ia pun hafal kata-kata aturannya itu, tetapi ia tidak mengerti konsep yang dikandung dari aturan itu, dan kapan anak harus menerapkannya. Sebagai contoh, anak bisa mengerti bahwa mencuri adalah tidak boleh, tetapi anak belum tentu tahu bahwa mencontek juga termasuk mencuri. Kedua, yang sering juga menjadi penyebab anak melanggar adalah anak belajar bahwa sengaja tidak patuh dalam hal yang kecilkecil umumnya akan mendapatkan perhatian yang lebih besar daripada perilaku yang baik. Jadi kadang anak yang merasa diabaikan, demi menarik perhatian orang tuanya sengaja berbuat salah dengan harapan akan memperoleh perhatian lebih. Ketiga, pelanggaran dapat disebabkan oleh kebosanan. Bila anak tidak memiliki kegiatan untuk mengisi waktu luang, maka kadangkala anak ingin membuat kehebohan. Atau kadang bisa juga ia hendak menguji kekuasaan orang dewasa dengan melihat seberapa jauh ia dapat melakukan sesuatu tanpa dihukum. Dari ketiga faktor yang mempengaruhi tersebut, dapat ditempuh upaya mengatasinya sebagai berikut. 1. Upaya mengatasi faktor pendidikan Tingkat pendidikan meliputi pendidikan yang ditempuh oleh orang tua siswa baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Kesadaran orang tua siswa yang tidak mengikuti pendidikan formal juga dapat mengikuti pendidikan nonformal dalam bentuk kursus baik yang diikuti ayah maupun ibu seperti: mengikuti: kursus komputer, kursus menjahit, kursus mengemudi dan sebagainya, karena dari keahlian tersebut mereka dapat menambah keterampilan kerja agar mendapatkan penghasilan yang cukup. Di samping itu sebagai orang tua dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut: a) Sisihkan waktu barang satu jam sampai dua jam untuk dapat bertemu dengan anak-anak; b) Curahan kasih sayang dengan tidak ada maksud memanjakan atau menuruti segala kemauannya; c) Tanyakan sekilas tentang pelajaran di sekolah; d) Berilah penghargaan pada si anak dari hasil belajarnya sekalipun hanya sebuah kata-kata manis; e) Tanyakan apa yang menjadi kesulitannya, berilah nasihat untuk menyelesaikan; f) Bimbinglah untuk mengatur jadwal belajarnya secara kontinu dan
10
mandiri; g) Berilah sangsi yang mendidik jika ia melakukan keteledoran; h) Jagalah kewibawaan orang tua agar ia tetap menghormati; i) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan belajarnya; j) Selalu berkonsultasi dengan guru jika ada masalah yang penting yang dialami anak dalam belajar. 2. Upaya mengatasi faktor ekonomi Pada umumnya pendapatan yang cukup atau tinggi akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain, berbeda dengan orang tua yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya. Anak dalam belajar kadang-kadang memerlukan sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi orang tua tidak mencukupi, dapat menjadi penghambat anak dalam belajar. Kepemilikan kekayaan atau fasilitas orang tua berhubungan dengan fasilitas yang dapat menunjang peserta didik dalam belajar karena peserta didik akan termotivasi apabila orang tua memberikan segala sesuatunya dalam kaitannya dengan fasilitas belajar agar dapat meningkatkan hasil belajarnya. Orang tua yang mempunyai pendapatan cukup atau tinggi pada umumnya akan lebih mudah memenuhi segala kebutuhan sekolah dan keperluan lain, sehingga anak akan termotivasi dalam belajar. Berbeda dengan orang tua yang mempunyai penghasilan relatif rendah, pada umumnya mengalami kesulitan dalam pembiayaan sekolah, begitu juga dengan keperluan lainnya hal ini dapat menurunkan semangat anak untuk belajar. Dengan kata lain keadaan sosial ekonomi orang tua dapat mempengaruhi minat belajar anaknya. Untuk itu sebagai orang tua sepatutnya memperhatikan dan berusaha memenuhi kebutuhan belajar anak. Pemenuhan kebutuhan belajar ini sangat penting bagi anak, karena akan dapat mempermudah baginya untuk belajar dengan baik. Dengan dicukupinya kebutuhan belajar, berarti anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya misalnya seperti buku termasuk unsur yang sangat penting dalam upaya meningkatkan minat belajar anak. Karena buku merupakan salah satu sumber belajar, di samping sumber belajar yang lain. Dengan dicukupinya buku yang merupakan salah satu sumber belajar, akan memperlancar proses belajar mengajar di dalam kelas dan mempermudah dalam belajar di rumah. 3. Upaya mengatasi faktor lingkungan Agar anak tidak mudah terpengaruh dengan faktor lingkungan yang tidak baik, maka sebagai orang tua perlu mengawasi pendidikan anak-anaknya, sebab tanpa adanya pengawasan yang kontinu dari orang tua besar kemungkinan pendidikan anak tidak akan berjalan lancar. Pengawasan orang tua tersebut dalam arti mengontrol atau mengawasi semua kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh anak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengawasan yang diberikan orang tua dimaksudkan sebagai penguat disiplin supaya pendidikan anak tidak terbengkelai, karena terbengkelainya pendidikan seorang anak bukan saja akan merugikan dirinya sendiri, tetapi juga lingkungan hidupnya. Pengawasan orang tua terhadap anaknya biasanya lebih diutamakan dalam masalah belajar. Dengan cara ini orang tua akan mengetahui kesulitan apa yang dialami anak, kemunduran atau kemajuan belajar anak, apa saja yang dibutuhkan anak sehubungan dengan aktifitas belajarnya, dan lain-lain. E. Penutup Peranan orang tua dalam meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah hendaknya perlu dilakukan secara optimal dalam hal menanamkan nilai-nilai positif, mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang terarah, membantu anak belajar sendiri, memberikan teladan yang baik dan menonjolkan tingkah laku yang positif, serta mengurangi rasa ketakutan dan perilaku negatif pada diri anaknya. Orang tua hendaknya dapat menumbuhkan minat belajar pada diri anak sehingga anak akan terdorong untuk melakukan kegiatan belajar dengan lebih baik, merasa diperhatikan dan mendapat bimbingan. Bagi sekolah, untuk meningkatkan minat belajar siswa di sekolah maupun di luar sekolah, perlu adanya pemberian penghargaan kepada siswa yang berprestasi, sehingga dapat mendorong siswa yang lain dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab belajarnya secara baik.
11
DAFTAR PUSTAKA Charles, Schaefer. 2008. Kumpulan Materi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kelompok Bermain & Raudhatul Athfal Istiglal Depag RI. 1996. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Al-Ma’arif Drost, SJ. 2001. Sekolah: Mengajar Atau Mendidik. Yogyakarta: Kanisius & Universitas Sanata Dharma Dwi Nugrahawati. 2000. Hubungan Antara Intensitas Interaksi Antar Anggota Keluarga. Surakarta: Fisipol Universitas Sebelas Maret Edy Suhardono. 1994. Teori Peran (Konsep, Derivasi dan Implikasinya). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo Hari Waluyo. 2007. Hambatan Kultural Kurikulum 2004, Online: http://www. suara merdeka.com/harian/.htm. Diakses: 21 November 2010 Hurlock. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Muhammad, Ali. 2002. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru, Algesindo Muhibbin, Syah. 2009. Meningkatkan Minat dan Motivasi Belajar Siswa http://haveza.multiply.com/reviews/ item/2. Diakses: 21 November 2010 Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Efektif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya Peter Warsley et.al. 1992. Pengantar Sosiologi Sebuah Pembanding, (Alih Bahasa Hartono Hadi Kusumo). Yogyakarta: Tiara Wacana Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya Reni, Akbar & Hawadi. 2000. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo Rubino, Rubiyanto. 2000. Pendidikan Anak Dalam Keluarga Miskin (Studi Tentang Manifestasi Kasih Sayang Orang tua). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Suharsono. 2002. Mencerdaskan Anak (Melejitkan Dimensi Moral, Intelektual & Spritual dalam Memperkaya Khasanah Batin dan Motivasi Kreatif Anak). Jakarta: Inisiasi Press Suryadi. 2006. Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak (Berbagai Masalah Pendidikan dan Psikologi). Jakarta: Edsa Mahkota Tirtaraharja, Umar & La Sulo. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Vembriarto, S.T. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Wasty Soemanto. 1990. Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Willis S. Sofyan. 2004. Konseling Individual Teori & Praktek, Bandung: Alfabeta Zanden. 2010. Pengertian Orang Tua. http://definisi-pengertian.blogspot. com/2010/04/pengertian-orang-tua.html. Diakses: 21 November 2010
12
13