PERAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL UBIJALAR MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DAERAH Rita Indrasti dan Siti Sehat Tan Peneliti pada Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Jalan Tentara Pelajar No.10 Cimanggu Bogor. e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Pengembangan ubijalar yang didukung oleh berbagai kelembagaan yang terkait dan kerjasama antarsektor seperti petani daerah, penyuluh, dan pihak industri akan terbentuk sumber dana perdesaan yang akan mendorong usaha tani komersial dengan tingkat adopsi teknologi yang tinggi serta dinamis, respons yang baik terhadap perubahan pasar, penggunaan input optimal, dan didukung oleh ketersediaan modal usaha tani. Tujuan dari kegiatan ini adalah membangun secara partisipatif dengan berbagai stakeholder dalam pengembangan kegiatan agribisnis. Diharapkan hasilnya adalah: (1) budidaya ubijalar spesifik lokasi (eksisiting) dan kelembagaan jaringan pemasaran cukup mapan, (2) strategi introduksi teknologi spesifik lokasi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ubijalar. Kata kunci: Peran kelembagaan, pengembangan ubijalar, pembangunan
ABSTRACT Role of institutionals on the development of new superior varieties of sweetpotato on provincial agricuture growth. Development of sweet potato commodities are supported by a variety of regional institutions and the industry will be formed rural funding sources that will encourage commercial farmingwith a high level of technology adoption as well as dynamic, a good response to market changes, the use of optimal inputs, and is supported by the availability of capital farming. The purpose of this activity is to build a participatory manner with the various stakeholders in the development of agribusiness activities. It is expected that the result is (1) specific sweet potato cultivation (eksisiting) and institutional fairly well established marketing network, (2) the introduction of technology-specific strategies to increase the production and productivity of sweet potato. Keywords: role of institutionals, varieties of sweet potato, development
PENDAHULUAN Ubijalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija, dapat berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena merupakan sumber karbohidrat. Provinsi Jawa Barat merupakan daerah sentra dan penghasil komoditas ubijalar terbesar di Indonesia. Selama periode 2005–2009, produksi ubijalar Jawa barat meningkat dengan rata-rata 1,90% /tahun. Ubijalar merupakan salah satu penghasil karbohidrat (sebagai sumber energi) yang potensial dan dapat digunakan sebagai sumber pangan alternatif (selain nasi), bahan pembuatan pakan dan bahan industri. Nilai tambah dari ubijalar cukup banyak yang dapat diperoleh dengan cara pengolahan ubijalar segar menjadi tepung, selai, keripik, mie, stik dan saos, gula permanen, obat-obatan, cuka, manisan kering, kecap, lem, dan pakan. Varian dari tepung Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
823
ubijalar diantaranya: kue kering (cookies), kue bolu (cake), ice cream, roti manis, juice dan bakpia (Kemtan 2012). Usahatani ubijalar memiliki prospek yang baik sebagai komoditas pertanian unggulan tanaman palawija. Potensi produksi bisa mencapai ±25–40 ton per hektar dan saat ini ubijalar merupakan tanaman ubi-ubian yang paling produktif. Menurut data BPS Indonesia (2010), luas panen dan produksi ubijalar Jawa Barat mencapai 28–617 ha dengan produksi 389.851 ton dan produktivitas mencapai 13,62 t/ha yang merupakan penyumbang produksi terbesar di Indonesia. Untuk meningkatkan daya guna hasil penelitian seperti ubijalar unggul baru yang dihasilkan oleh Balitkabi dalam rangka mendukung pembangunan pertanian di perdesaan, maka Badan Litbang Pertanian mengembangkan kelembagaan diseminasi teknologi melalui multi-channel spectrum dissemination. Kelembagaan transfer teknologi tidak harus melalui kelembagaan formal dan mengikuti perkembangan jaman, khususnya kemajuan informasi teknologi (IT). Kelembagaan adalah pembangunan komplek nilai dan struktur yang dikembangkan untuk meningkatkan kinerja usaha-usaha pertanian. Proses pengembangan kelembagaan pada dasarnya merupakan bagian dari usaha-usaha pendidikan kemasyarakan dan merupakan proses belajar bersama (Haryono 2010) Pengembangan komoditas ubijalar yang didukung oleh berbagai kelembagaan daerah yang terkait dan kerjasama antar sektor seperti petani, penyuluh, dan pihak industri akan terbentuk sumber dana pedesaan yang akan mendorong usaha tani komersial dengan tingkat adopsi teknologi yang tinggi serta dinamis, respon yang baik terhadap perubahan pasar, penggunaan input optimal, dan didukung oleh ketersediaan modal usaha tani. Respons terhadap perubahan lingkungan dapat mendorong berkembangnya usaha tani secara berkelanjutan, terbentuknya lembaga penyedia dan distributor sarana produksi, serta berkembangnya industri sebagai lembaga pemasaran lokal. Dengan demikian kerjasama berbagai kelembagaan formal dan keberadaan kelembagaan informal mempunyai peran yang sangat besar dalam penyebarluasan informasi teknologi pertanian, terutama pengembangan komoditas yang dapat mendukung ketahanan pangan seperti pengembangan ubijalar varietas unggul maupun pengembangan inovasi teknologinya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Tujuan dari kegiatan ini adalah membangun secara partisipatif dengan berbagai stakeholder dalam pengembangan kegiatan agribisnis (Dimyati 2004).
BAHAN DAN METODE Dilakukan dengan Metode Desk Research, data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari berbagai sumber yaitu, Kementerian Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Data Laporan Tahunan Desa Sukadamai, Dramaga, Bogor dan serta publikasi lainnya yang terkait.
Kondisi Eksisting Analisis kondisi eksisting penting untuk dilakukan sehingga dapat menggambarkan kondisi sesungguhnya di lapangan, termasuk masalah yang perlu dikelola bersama sebagai sumber informasi untuk menentukan kebutuhan inovasi atau pemecahan masalah.
824
Indrasti dan Tan: Peran Kelembagaan dalam Pengembangan Varietas Unggul Ubijalar
Kelembagaan dan Analisis Kelembagaan Definisi kelembagaan sangat luas, namun ada pendapat yang menyebutkan bahwa kelembagaan lebih mengarah pada aturan main (rules of the game), baik formal maupun informal yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat tertentu dan memungkinkan terjadinya proses interaksi antar pelaku di dalamnya, sehingga kelembagaan sifatnya akan selalu dinamis dan independen. Dalam memahami kompleksitas kelembagaan atau melakukan analisis kelembagaan dapat menggunakan framework.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kondisi Sosial dan Budaya Masyarakat Jawa Barat (Sunda) pada masing-masing daerah memiliki karakteristik sendiri yang bercorak khas, hal ini juga terjadi di masyarakat desa Sukadamai yang terbentuk dari hasil proses perjalanan sejarah biologis dan kebudayaan yang telah berlangsung sangat panjang. Secara historis, Sukadamai merupakan bagian dari desa-desa yang ada disekitar Kecamatan Dramaga, Kotamadya Bogor yang di masa silam terkenal dengan kerajaan Pajajaran, sehingga Budaya masa lalu yang tumbuh dalam masyarakat yang terpelihara adalah kesatrian dan kemudian melekat serta manunggal di hati masyarakat, hal ini telah menjadi sumbangan yang sangat berarti bagi terwujudnya ciri khas masyarakat Sukadamai kini, yaitu: sifat dan sikap someah (ramah), tidak menonjolkan diri, menghindari kekerasan dan lebih mengutamakan musyawarah. Hal ini merupakan nilai luhur masa silam yang tetap terpelihara dan berakar tradisi masyarakat agraris serta merupakan modal sosial masyarakat. Secara umum, jalinan interaksi orang-orang dengan status dan peran yang berbeda membangun suatu struktur sosial masyarakat. Perilaku manusia dalam melakukan interaksi pada prinsipnya akan selalu melakukan proses penilaian perilaku-perilaku alternatif, dengan pilihan mencerminkan “biaya (cost)” dan “imbalan (reward) profit” yang diharapkan. Asumsi dasarnya adalah orang terlibat dalam perilaku untuk memperoleh imbalan atau menghindari biaya. Sedangkan risiko finansial (nilai uang) umumnya akan didorong menjadi risiko sosial dalam bentuk gotong royong kelompok atau memanfaatkan fasilitas modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Hal ini dapat tergambarkan dari ungkapan masalah dan harapan para petani Sukadamai pada saat dilakukan wawancara. Ada beberapa pertanyaan yang substansial yaitu: 1. “Bagaimana kami merubah perilaku jika dalam usahatani posisi sebagai penggunaan lahan sewa, hak garap dan kepemilikan lahan sempit ?” 2. “Bagaimana menangani permasalahan kelompok baik yang menyangkut dengan benah kelompok, aturan pengelolaan pembagian bantuan yang kurang jelas antar pengurus dan anggota maupun bagi hasilnya ? 3. “Bagaimana kami menetapkan fokus usahatani bersama yang menguntungkan semua anggota, namun umumnya kalau sudah berhasil berkat bimbingan dan bantuan pemerintah ada kecenderungan pengelolaan bantuan fisik atau finansial dikuasai para pengurus saja, apa solusinya ? Pada prinsipnya, upaya merubah perilaku seseorang harus kontinyu dan terkompensasi intelektual emosi dan hasil riil bagi semua fihak yang terlibat, oleh karena
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
825
itu perlu diawali penguatan kelompok dari aspek modal sosial di lingkungannya. Motivasi berkelompok umumnya terbentuk dengan harapan kebutuhan yang relatif homogen untuk berinteraksi dan saling memperkuat pertukaran produk dan jasa dalam bentuk nilai tukar (terbentuk dari difusi terpolakan secara selaras dalam konteks keterampilan teknis dan benefit) sesuai perkembangan kebutuhan dan kemajuan Iptek. Untuk wilayah Desa Sukadamai bisa dijamin mampu karena dari leluhurnya telah tertanam sifat mengutamakan musyawarah. Modal sosial merupakan unsur utama pembangunan pada sebuah masyarakat sipil (civil community). Modal sosial mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitas bagi tindakan-tindakan yang terkoordinasi. Sikap saling percaya (trust) merupakan dimensi budaya dari kehidupan yang sangat menentukan dalam keberhasilan berusahatani dan merupakan perekat (dimensi afektif) yang menghubungkan pranata dan norma (dimensi ideasional) dengan adanya partisipasi (dimensi perilaku). Dinamika perilaku ditunjukkan oleh pelaku dalam interaksi sosial ekonomi masyarakat petani dengan analisis akhir yang diperoleh dari interaksi yang terjadi. Dalam batas-batas tertentu berlaku umum di berbagai wilayah dan keadaan. Namun dalam banyak hal aspek lokalita dan permasalahan spesifik harus memperoleh penekanan, mengingat peluang besar terjadinya variasi per lokalita maupun permasalahannya. Pemilikan dan penguasaan lahan berpengaruh terhadap kemampuan petani dalam penerapan teknologi pertanian antara rumah tangga petani lapisan atas dengan lapisan menengah kurang memperlihatkan perbedaan yang berarti, namun kedua lapisan tersebut dengan rumah tangga petani lapisan bawah perbedaan tersebut umumnya nampak pada perbedaan status pemilikan dan penguasaan, serta luas lahan yang digarap.
Pengembangan Varietas Ubijalar Berbasis Kebutuhan Masyarakat Penerimaan konsumen terhadap suatu barang akan menentukan nilai jual barang tersebut. Pentingnya beberapa aspek yang harus dilihat untuk mengetahui kesukaan/preferensi pasar terhadap produk yang akan dijual. Secara umum aspek penting yang perlu di uji dari suatu produk, terutama produk pertanian seperti ubijalar adalah kesukaan/rasa, performance, warna (untuk industri), tekstur dan bau. Apabila ke lima aspek tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan pasar maka kegiatan usaha/bisnis dapat berkelanjutan. Beberapa ahli memberikan defenisi pemasaran suatu produk, antara lain: 1. Pemasaran meliputi semua langkah yang dipergunakan untuk menempatkan barangbarang nyata ketangan konsumen. 2. Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial. Pemasaran hasil pertanian atau tata niaga pertanian merupakan serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen. Pemasaran hasil pertanian berarti kegiatan bisnis dimana menjual produk berupa komoditas pertanian sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan harapan 826
Indrasti dan Tan: Peran Kelembagaan dalam Pengembangan Varietas Unggul Ubijalar
konsumen akan puas dengan mengkonsumsi komoditas tersebut. Pemasaran hasil pertanian dapat mencakup perpindahan barang atau produk pertanian dari produsen kepada konsumen akhir, baik input ataupun produk pertanian itu sendiri. Konsep pemasaran berorientasikan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan efektif. Empat hal berikut merupakan prinsip utama yang menjadi tonggak konsep pemasaran: 1. Pasar sasaran – memiilih pasar sasaran yang tepat dan membentuk aktiviti pemasaran dengan sempurna. 2. Keperluan pengguna – memahami kehendak sebenar pengguna dan memenuhinya dengan lebih efektif. 3. Pemasaran berintegrasi – kesemua fungsi/sub-unit industri bekerjasama memenuhi tanggungjawab pemasaran. 4. Keuntungan – mencapai keuntungan melalui kepuasan pelanggan. Tujuan pemasaran adalah mencari keuntungan dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat memuaskan konsumen itu sendiri. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila produk berkualitas dan memenuhi kebutuhan konsumen, harga dapat terjangkau oleh konsumen target, pelayanan kepada konsumen memuaskan dan citra produk baik dari sudut pandang konsumen. Apabila kepuasan konsumen tersebut terpenuhi, maka hasil penjualan produk akan meningkat, dan akhirnya tujuan pemasaran dapat tercapai, yaitu perolehan laba. Sebaliknya, apabila kebutuhan konsumen diabaikan dan hanya berfikir dari sudut pandang produsen saja, kemungkinan hasil penjualan produk akan menurun, sehingga laba yang diperoleh minim, bahkan dapat terjadi kerugian.
Keberdayaan Kelembagaan Usahatani Kelembagaan adalah suatu sistem yang menyangkut lembaga (institusi), organisasi, aturan, norma, dan tata nilai yang berlaku dalam suatu komunitas. Akselerasi adalah penyelarasan dalam konteks pengembangan usaha, misal komoditas ubijalar, maksudnya menyelaraskan berbagai kepentingan dan kebutuhan semua masyarakat yang diwadahi oleh nilai benefit (insentif) yang akan diperoleh oleh para pelaku usaha atau penjual jasa keterampilan dan keahlian di bidang usaha tersebut baik pada sub-sistem agribisnis hulu hingga ke hilir agar tercapai optimasi usaha. Kelembagaan kelompoktani di wilayah perdesaan umumnya masih berada dalam kondisi parsial, artinya setiap sub sistem agribisnis masih berjalan secara terpisah (belum terintegrasi), sehingga tidak mampu menolong dan memberdayakan para petani dalam meningkatkan produksi, produktivitas, efisiensi dalam upaya peningkatan nilai tambah pendapatan usahataninya. Kelembagaan didefinisikan sebagai suatu aturan yang mengikat dan menentukan tata cara kerjasama dalam memanfaatkan sumberdaya dan hak masing-masing masyarakat (Sudaryanto 1999). Kerjasama sukarela lebih mudah terjadi di dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal balik, dan jaringan kesepakatan antar warga. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan agribisnis di tingkat wilayah perdesaan, perlu didesain suatu “sistem dan usaha agribisnis ubijalar skala kecil yang berorientasi pada sistem cluster produksi ekonomi kerakyatan”. Di samping itu, perlu juga inisiasi untuk menumbuhkan kelembagaan
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
827
utama kelompoktani/gapoktan (on-farm) maupun pendukung agribisnis yang mampu berfungsi memperbaiki dan memperlancar sistem dan usaha agribisnis agregat (wilayah) pembangunan di Kabupaten Dramaga, khususnya di desa Sukadamai. Prioritas utama adalah program penumbuhan motivasi kelompok perlu berlandaskan keberdayaan performa aktual SDM petani yang didukung potensi SDA pertanian yang relatif mudah dikelola dan sedikit investasi modal finansial, infrastruktur pertanian primer dan sekunder serta Kebijakan Pemda Kab. Dramaga yang mendukung (insentif & disinsentif), (Anonimous 2012).
Akselerasi Kelembagaan Organisasi (dalam konteks manajemen) merupakan bagian dari konsep keberdayaan kelembagaan mengarah pada pekerjaan yang dilakukan secara kolektif dan berskala, sehingga setiap pelaku ekonomi yang terorganisir mempunyai peran yang jelas agar tercapai efisiensi dan efektivitas kerja yang relatif tinggi.
Kelembagaan Pembina Dalam rangka penumbuhan kelembagaan organisasi petani pada usaha agribisnis ubijalar skala kecil spesifik lokasi dengan melibatkan keluarga petaninya. Berfungsinya peran lembaga pendukung (Pembina) sangat menentukan di wilayah kecamatan terutama sentra produksi dalam rangka menginisiasikan dengan kelembagaan pemasaran yang sudah eksis atau membuka jaringan pemasaran yang baru dalam upaya memperluas wilayah pemasaran produk organisasi kelompoktani.
Kelembagaan Jasa Transportasi Kelembagaan ini sangat penting dalam rangka menjembatani kesenjangan yang terjadi dalam sistem usahatani dalam sub_sistem agribisnis ubijalar di on farm. Organisasi kelompoktani juga memerlukan lembaga jasa transportasi untuk meningkatkan fungsi produksi dalam tatanan sistem dan usaha agribisnis ubijalar secara utuh. Oleh karena itu organisasi jasa transportasi ini perlu ditumbuhkan dengan baik dalam bentuk kelompok/tim dalam satu kesatuan manajemen gabungan kelompoktani (Gapoktan)/UKM per claster produksi ekonomi pertanian perdesaan.
Kelembagaan Jasa Permodalan Untuk mengembangkan dan mengoperasikan usaha agribisnis ubijalar diperlukan dukungan permodalan pengelolaan sumberdaya lokal pedesaan yang tersedia dalam bentuk tunai untuk membiayai seluruh aktivitas sistem dan usaha agribisnis ubijalar skala kecil. Sistem permodalan ini perlu dibangun baik secara mandiri (swadaya) maupun kerjasama dengan lembaga kredit mikro pedesaan (Suradisastra 2006).
KESIMPULAN 1. Budidaya ubijalar spesifik lokasi (eksisiting) dan kelembagaan jaringan pemasaran cukup mapan pada batas pasar tradisional, hal ini memberikan peluang bagi pelaku usahatani ubijalar berkelompok menetapkan bisnisnya dan nilai tambah pendapatan
828
Indrasti dan Tan: Peran Kelembagaan dalam Pengembangan Varietas Unggul Ubijalar
dengan mengembangkan pasar ke industri saos dengan mengembangkan varietas unggul yang diinginkan pasar. 2. Strategi introduksi teknologi spesifik lokasi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas ubijalar oleh petugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan melalui BPP Kecamatan Dramaga dapat mengacu pada pemberdayaan management dan strategi transfer teknologi.
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 2012. Laporan Tahunan. Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga. Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Badan Litbang Pertanian, 2012. Diskripsi Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbiumbian. Kementerian Pertanian, Jakarta. Kementarian Pertanian, 2012. Pedoman Umum Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, Jakarta. Dimyati, 2004. Peranan pertanian dan perkebunan untuk mendukung kemandirian daerah. Makalah pada Workshop dan Seminar Nasional hasil-hasil Penelitian. Balitbang Propinsi Jawa Tengah. Haryono 2010. Multi-Channel Spektrum Disessemination. Workshop Badan Litbang Pertanian Dalam Percepatan Inovasi Teknologi Pertanian. Jakarta, 2010. Badan Litbang Pertanian. Kementrian Pertanian. Ponniah, A, R. Puskur, S. Workneh and D. Hoekstra. 2008. Concepts and practices in agricultural extension in developing countries: A source book. International Livestock Research Institute (ILRI), Addis Ababa, Ethiopia. Sudaryanto T., I.W. Rusastra. A. Syam. 1999. Pendayagunaan dan komersialisasi Teknologi Pertanian Spesifik lokasi dalam Memyongsong Globalisasi Ekonomi. Prosiding Seminar Nasional. Pendayagunaan dan Komersialisasi Spesifik Lokasi dalam Rangka Pemulihan ekonomi dan Penciptaan Sistem Pertanian berkelanjutan. BPTP Ungaran. Fak. Peternakan Universitas Diponegoro. Lemlit Undip. Semarang. Suradisastra, K.2006. Revitalisasi Kelembagaan Untuk Percepatan Pembangunan Sektor Pertanian Dalam Otonomi Daerah. Naskah Orasi Pengukuhan Profesor Riset. Bogor 7 Desember 2006. Van de Fliert, E., B. Christiana, R. Hendayana, dan R. Murray-Prior. 2010. Pilot Roll-out: Adaptive Research in Farmers' Worlds. Extension Farming Systems Journal 6(1): 63–71.
DISKUSI Pertanyaan: 1. Hano Hanafi (BPTP Yogyakarta) Bagaimana cara menggugah kelembagaan petani/ kelompok tani untuk dapat berpartisipasi dalam pengadaan bibit ubijalar, terutama varietas yang unggul? 2. Kelembagaan yang ibu amati atau diteliti sistem kelembagaannya mana yang lebih baik? Jawaban: 1. Tujuan itu sendiri untuk membangun stock holder untuk membangun/menggugah kelompok tani dengan selalu menggiatkan kelompok-kelompok tani. 2. Peran kelembagaan selau diadakan oleh pemerintah daerah untuk menggiatkan kelompokkelompok.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2014
829