PERAN EDITOR DALAM PRODUKSI PROGRAM FEATURES TELEVISI “INDO COMMUNITIES” Dyah Prajnaparamita Universitas Bina Nusantara, Jakarta, 021-86602318,
[email protected] Rahmat Edi Irawan
ABSTRAK Masyarakat modern dengan berbagai kesibukannya, tentu membutuhkan wadah untuk memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan yang disukai. Salah satu wadah penyaluran hobi adalah melalui kegiatan komunitas. Terdapat ratusan komunitas di Indonesia dengan berbagai bidang yang mungkin belum diketahui oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, televisi sebagai media massa audio visual dapat menjadi saluran informasi untuk menyampaikan kepada pemirsa berbagai komunitas yang ada di Indonesia yang dikemas dengan cara menarik serta interaktif. Saat ini, banyak tayangan televisi di Indonesia yang menyuguhkan tayangan berupa hiburan karena mendapatkan rating/share yang tinggi. Namun, tidak banyak tayangan televisi yang memberikan tayangan yang menghibur sekaligus memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat. Melihat latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat program televisi dengan format features bernama “Indo Communites” yang akan memberitahukan kepada pemirsa beragam komunitas di Indonesia dengan beragam aktivitasnya. Dengan menggunakan format program features, diharapkan pemirsa bisa memperoleh informasi melalui kemasan yang ringan dan menyenangkan. Dalam hal ini, penulis berperan menjadi editor yang bertanggung jawab terhadap proses pasca produksi dan hasil akhir produksi program. Kata Kunci: Televisi, Media Massa, Komunitas, Indo Communities, Features
ABSTRACT Modern society with various activities everyday, would do something they like to spent their spare times. One way to do it, is by taking part in community activities. There are hundreds of communities in Indonesia with various activities, but unfortunately Indonesian people might not known about these. Therefore, as an audiovisual mass-media, television can informed people about communities in interesting and attractive ways. Currently, many TV shows in Indonesia presenting the form of entertainment for a rating/share high. However, not many television shows brings entertainment as well as provide useful information. Based on that thoughts, authors are interested in creating a features television program called “Indo Communities” which going to informed television viewers about diverse kinds of communities in Indonesia with diverse activities. By using features format, viewers are expected to obtain information through light and fun packaging. In this programs, author will became editor, who is the person in charge in post-production process through editing. Keywords: Television, Mass-Media, Community, Indo Communities, Features
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat modern disibukkan dengan berbagai rutinitas kegiatan dalam pendidikan maupun pekerjaannya masing-masing. Untuk mengatasi kejenuhan dari rutinitas pekerjaan sehari-hari, pada waktu luang mereka akan menghabiskannya dengan mencari berbagai bentuk hiburan, melakukan berbagai hal yang mereka sukai atau sekedar bersantai. Salah satu cara untuk mengatasi kejenuhan yang ada adalah dengan bergabung dengan berbagai komunitas yang menarik minat dan hobi mereka. Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Saat ini terdapat ratusan komunitas yang ada di berbagai wilayah di Indonesia dengan berbagai jenis kegiatan, dari mulai komunitas pecinta musik, otomotif, filatelis, pecinta budaya, film, hingga komunitas olahraga ekstrim. Berbagai komunitas tersebut terdiri dari beragam individu dari berbagai latar belakang yang ingin berbagi, saling mengenal, dan saling mengekspresikan diri dalam kegiatan yang mereka lakukan. Ketika bergabung dengan sebuah komunitas, seseorang dengan kegemaran tertentu akan merasa tidak sendiri dengan adanya orang lain yang memiliki minat dan hobi yang sama dengannya, apalagi dengan adanya pertemuan rutin dengan sesama anggota juga dapat memperluas jaringan pertemanan dan menambah pengetahuan yang mungkin belum diketahui sebelumnya akibat pertukaran ide dan ilmu. Pengetahuan akan beragam komunitas di Indonesia dan segala kegiatannya yang unik tentunya akan menambah wawasan bagi masyarakat modern yang membutuhkan informasi dan hiburan di waktu luangnya. Sayangnya, tidak banyak orang yang mengetahui eksistensi dari beragam komunitas di Indonesia akibat kurangnya informasi dan publikasi dari komunitas itu sendiri. Hal inilah yang mendorong kami untuk menjadi sebuah jembatan bagi masyarakat modern yang butuh informasi akan komunitas melalui media televisi dalam bentuk program features. Media komunikasi yang menyampaikan pesan ke banyak penerima disebut dengan media massa. Televisi merupakan suatu bentuk media massa yang paling populer karena memiliki keunggulan dibandingkan bentuk media massa lainnya yaitu penyampaian pesan yang merupakan perpaduan antara gambar dan suara yang mampu menarik perhatian khalayak, sekaligus memberi pengaruh yang kuat terhadap perubahan perilaku dalam diri pemirsanya.Televisi menjadi salah satu media bahkan menjadi media utama masyarakat dalam mencari berbagai informasi. Masyarakat modern yang kebanyakan mengalami kejenuhan dalam bekerja akan mencari alternatif hiburan dan informasi yang bisa didapatkan dari televisi. Oleh karena itu, tayangan atau program televisi harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada saat ini. Tayangan-tayangan yang disajikan terbagi menjadi dua jenis, yaitu jurnalistik dan artistik. Dari dua jenis tayangan ini, terdapat beberapa jenis program yang membedakan acara satu dengan acara lainnya. Salah satu jenis program tayangan adalah program features. Menurut Jim Atkins Jr., program features adalah sesuatu yang bisa membuat penonton berlompatan dan berpindah untuk menyaksikannya lalu mereka membicarakannya, meresponsnya, dan mengingatnya. Features adalah liputan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan ataupun yang menambah pengetahuan audiens melalui penjelasan terperinci, lengkap, serta mendalam, tidak terikat aktualitas, dan nilai utamanya unsur manusiawi atau informasi yang dapat menambah pengetahuan. Features bertujuan untuk menghibur dan mendidik melalui eksplorasi elemen manusiawi (human interest). Program features sendiri memiliki karakteristik kreatif, informatif, menghibur, tidak terikat waktu, dan beberapa memiliki unsur subjektivitas. Keberadaan program features di televisi dapat menjadi alternatif tayangan yang menarik bagi masyarakat untuk mengatasi kejenuhannya karena features menyuguhkan kegiatan manusia seharihari pada umumnya yang membutuhkan interaksi, rekreasi, pengetahuan, pemecahan masalah, atau sekedar informasi mengenai berbagai tempat. Sesuai dengan deskripsi yang telah disebutkan, kami tertarik untuk mengemas informasi mengenai berbagai komunitas di Indonesia dalam format program features. Beberapa televisi di Indonesia telah berusaha mengangkat topik “komunitas” dengan format serupa, beberapa diantaranya adalah program KOMUNITAS UNIK di Trans 7 dan WARNA WARNI di Binus Tv. Program KOMUNITAS UNIK yang memakai format features profile membahas sebuah komunitas dalam durasi waktu 30 menit yang menampilkan kegiatan komunitas dalam bentuk cerita. Tidak terdapat host dalam program ini namun segala informasi didapatkan melalui wawancara dan dubber yang membacakan skrip. Jam tayangnya sendiri yaitu setiap hari Rabu pk 24.00. Sedangkan program WARNA WARNI adalah
program yang pernah ditayangkan pada tahun 2011 di Binus Tv. Program ini membahas komunitas tertentu dalam durasi 30 menit yang melibatkan host baik pria maupun wanita serta wawancara dengan anggota komunitasnya. Berbeda dengan 2 program yang telah ada sebelumnya, kami akan membuat program komunitas dengan melibatkan host wanita yang interaktif dengan anggota komunitas yang ada maupun dengan audiensnya, dengan jam tayang pada akhir pekan yaitu pada hari Minggu pk 13.00 – 13.30. Dengan adanya host yang secara langsung terjun ke lapangan dan melakukan kegiatan komunitas, audiens akan mendapatkan informasi dengan cara yang menarik serta meyakinkan audiens bahwa kegiatan komunitas tersebut dapat dilakukan oleh orang awam yang ingin belajar. Dalam durasi 30 menit, program features ini menyuguhkan beragam komunitas di Indonesia mencakup lokasi, kegiatan komunitas, prestasi, dan cara bergabung dengan komunitas tersebut. Tahapan produksi sebuah produksi dibagi dalam 3 tahap yaitu tahap pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Tahap pra produksi adalah tahap perencanaan segala hal yang berkaitan dengan produksi acara dan dilakukan sebelum produksi berjalan. Perencanaan yang dilakukan mencakup peminjaman alat, perizinan, pematangan konsep, serta meeting dan koordinasi dengan kru. Selanjutnya, tahap produksi adalah tahap dimana dilakukan shooting yang mencakup install peralatan produksi, pengambilan gambar, hingga evaluasi shooting. Setelah tahapan produksi selesai, dilanjutkan dalam tahap pasca produksi yang mencakup editing dan mixing konten produksi yang sudah ada serta evaluasi secara keseluruhan hasil produksi yang telah dilakukan. Dalam proses pembuatan program features yang menggunakan sistem singlecam, tahap pasca produksi menjadi tahapan yang penting dan menentukan. Semua hasil gambar yang diambil pada saat produksi dilakukan, harus kembai disusun dan dipilah sesuai dengan rundown atau skrip yang telah disusun sebelumnya. Selain itu, penambahan grafis dan efek juga harus diperhatikan, karena program features juga mengedepankan sisi kreativitas dan hiburan. Oleh karena itu, peran editor sangat penting karena editor yang bertanggung jawab untuk memilah gambar, menyatukan, memotong, dan menggabungkan semua elemen yang telah dilakukan dalam tahap produksi untuk keperluan penayangan program sehingga program tersebut layak tayang dan sesuai dengan keinginan produser program. Meskipun demikian, editor juga harus dilibatkan dalam tahap pra produksi dan produksi untuk memberikan masukan serta memahami konten hasil shooting yang nantinya akan di-edit sesuai dengan kebutuhan program. Hasil akhir dari program ditentukan dari kemampuan teknis dan kreativitas editor dalam menyusun dan memberikan elemen tambahan agar program tersebut menarik dari segi konten juga dari segi tampilan. Faktor pemilihan gambar, background music yang mendukung suasana, dan pemilihan efek yang sesuai mendorong penulis untuk berperan sebagai editor dalam program INDO COMMUNITIES.
IDENTIFIKASI KARYA AKHIR Nama Tipe Format Durasi Waktu Stasiun Tv Tujuan Target Audiens
: INDO COMMUNITIES : Features : Tapping : 30 menit : Minggu, pk 13.00 – 13.30 : Trans TV :Memberikan informasi mengenai komunitas : - Demografis : 1. Usia : 17 – 30 tahun 2. Jenis Kelamin : Pria dan Wanita 3. SES : A-B - Psikografis : kreatif, informatif, memiliki keingintahuan yang tinggi, menyukai hal-hal baru, menyukai tantangan. - Geografis : Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Angket / kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya.
Berikut adalah Hasil Kuesioner yang disajikan dalam tabel : Tabel 1 Hasil Pertanyaan 1 (Usia Responden) Range Usia 17 – 20 tahun 21 – 25 tahun 26 – 30 tahun > 30 tahun Jumlah
Jumlah Responden 20 71 7 2 100
Persentase 20 % 71 % 7% 2% 100 %
Hasil kuesioner menunjukkan responden penulis kebanyakan berusia 21-25 tahun atau mahasiswa dan masyarakat produktif di Indonesia yang merupakan target dari program INDO COMMUNITIES. Tabel 2 Hasil Pertanyaan 2 (Jenis Program) Jenis Program Berita Hiburan Drama Jumlah
Jumlah Responden 15 80 5 100
Persentase 15 % 80 % 5% 100 %
Hasil kuesioner menunjukkan kebanyakan responden memilih hiburan sebagai jenis program yang paling sering disaksikan saat mereka menonton televisi. Hasil itu dibuktikan dengan 80% responden yang memilih “Hiburan” diikuti dengan jenis program berita sebanyak 15 % dan jenis program drama sebanyak 5 %. Dapat disimpulkan bila masyakarat modern yang sudah jenuh dengan aktivitas sehariharinya mencari hiburan saat menonton televisi. Tabel 3 Hasil Pertanyaan 3 (Hari Menonton Televisi) Hari Senin – Rabu Rabu – Jumat Jumat – Minggu Jumlah
Jumlah Responden 17 13 80 100
Persentase 17 % 13 % 80 % 100 %
Hasil kuesioner menunjukkan kebanyakan responden memilih hari Jumat - Minggu sebagai hari paling sering mereka menonton televisi. Hal ini dibuktikan dengan 80 % responden yang memilih hari tersebut, diikuti dengan hari Senin – Rabu sebanyak 17 % dan Rabu – Jumat sebanyak 13 %. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat produktif yang sibuk melakukan aktivitasnya sehari-hari lebih banyak menonton televisi saat waktu senggangnya yaitu di akhir minggu. Sedangkan pada hari kerja, tidak banyak orang yang sering meluangkan waktunya untuk menonton televisi karena padatnya aktivitas yang dilakukan. Tabel 4 Hasil Pertanyaan 4 (Ketertarikan dengan Program Komunitas) Pilihan Jawaban Tertarik Tidak Tertarik Jumlah
Jumlah Responden 83 17 100
Persentase 83 % 17 % 100 %
Hasil kuesioner menunjukkan kebanyakan responden tertarik dengan adanya program yang membahas mengenai komunitas di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan 83 % responden yang tertarik, sedangkan 17 % lainnya tidak tertarik. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat membutuhkan informasi mengenai komunitas yang ada di Indonesia atau memiliki rasa ingin tahu terhadap aktivitas yang dilakukan oleh berbagai komunitas.
Tabel 5 Hasil Pertanyaan 5 (Ketertarikan Konten Program Komunitas ; setiap responden menjawab maksimal 3 konten) Konten Program Aktivitas Komunitas Profil Komunitas Cara Bergabung Tips & Trik Tutorial Lokasi Anggota Jumlah
Jumlah Respon 88 58 16 38 16 10 8 234
Persentase 38 % 25 % 7% 16 % 7% 4% 3% 100%
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa 3 hal penting yang menarik untuk disaksikan dalam program yang memberikan informasi mengenai komunitas adalah aktivitas komunitas (38%), profil komunitas (25%), serta tips dan trik dari komunitas (16%). Program INDO COMMUNITIES harus dapat merangkum ketiga hal tersebut untuk disajikan kepada audiens agar tayangan menarik untuk disaksikan. Tabel 6 Hasil Pertanyaan 6 (Keberadaan Presenter dalam Program) Pilihan Jawaban Ya Tidak Jumlah
Jumlah Responden 93 7 100
Persentase 93 % 7% 100 %
Hasil kuesioner menunjukkan kebanyakan responden menginginkan adanya interaksi antara presenter dengan komunitasnya, hanya 7 % yang mengatakan keberadaan presenter tidak memberikan pengaruh. Dapat disimpulkan bahwa presenter menjadi alasan apakah masyarakat memutuskan untuk menonton program tersebut atau tidak. Interaksi presenter yang baik akan membuat audiens akan tetap menyaksikan sebuah program tayangan.
TUJUAN DAN MANFAAT PEMBUATAN TUGAS KARYA AKHIR Tujuan dari pembuatan tugas karya akhir ini diharapkan dapat memiliki manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Tujuan dari pembuatan tugas karya akhir ini adalah: a. Mengetahui dan memahami proses produksi sebuah program tayangan features dari pra produksi, produksi hingga pasca produksi. b. Mengetahui dan memahami lebih jauh mengenai hal-hal yang dilakukan setiap peran yang terlibat dalam proses produksi. c. Mengetahui bagaimana menggabungkan seluruh elemen produksi agar sebuah program dapat menjadi layak tayang. Sedangkan manfaat dari pembuatan tugas karya akhir ini adalah: a. Manfaat Akademis Tugas karya akhir ini diharapkan akan memberikan gambaran mengenai teknik editing yang dilakukan untuk produksi program features. Pembuatan karya akhir ini juga dilakukan sebagai syarat kelulusan program Sarjana di Universitas Bina Nusantara dan sebagai penerapan dalam mata kuliah Produksi Siaran Radio dan Televisi. b. Manfaat Praktis Karya akhir ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam proses editing program features. Tidak menutup kemungkinan bila program ini dikembangkan menjadi salah satu program features di stasiun televisi Indonesia. c. Manfaat Sosial Karya akhir ini diharapkan dapat membantu pihak lain dalam melakukan program yang serupa untuk memberikan gambaran program yang ideal.
PRA PRODUKSI Proses Pra Produksi program INDO COMMUNITIES diawali dengan pengembangan ide dan konsep program. Tim produksi berdiskusi kemudian memutuskan untuk mengangkat tema komunitas sebagai dasar dari program ini agar lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang mengetahui beragam komunitas sebagai penyaluran hobi dan minat masyarakat. Untuk episode dummy, tim produksi menetapkan Komunitas Lego Indonesia sebagai narasumber karena lego merupakan mainan yang populer hingga kini. Bahkan ketenaran lego meningkat dari adanya film “The Lego Movie” tahun 2013. Kemudian untuk presenter, tim produksi memilih Vaya sebagai presenter karena memiliki karakter yang menarik, unik, energik, ceria, dan komunikatif dilihat dari pengalaman Vaya di bidang presenting hingga kini. Persiapan administratif dilakukan dengan melakukan peminjaman lokasi shooting yaitu di Lego Store, Cilandak Town Square melalui e-mail kepada Mr. Patrick Seet (Store Manager). Selanjutnya, dilakukan budgeting sebagai berikut : Tabel 7 Perencanaan Anggaran Tugas Akhir NO
ITEM
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Host Narasumber / Talent Konsumsi Transportasi Buku Referensi Souvenir Entrance Ticket (Event) Bumper Audio Bumper
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
UNIT Pra Produksi
BIAYA (IDR) 150.000 100.000 728.000 400.000 200.000 74.000 150.000 100.000 200.000
Produksi (Teknik) Sewa Kamera DSLR Canon 2 EOS 60D Sewa Lensa Sigma EF 17 – 70 1 mm f/2.8-4 DC Macro OS HSM Sewa Lensa Canon EF 50 mm 1 f/1.8 II Sewa Monopod Manfroto 561 1 BHDV-1 Sewa Tripod Manfrotto 725B 1 Memory Card 16GB 3 Battery Sony LP-E6 4 Wireless Mic / Clip On 2 Sennheiser EW112-G3 Baterai Energizer AA 16 Camera Microphone Sennheiser 1 MKE600 Laptop Lenovo Z410 Software Adobe Premiere Pro CS6
700.000 180.000 25.000 100.000 25.000 80.000 120.000 200.000 44.000 100.000 0 0
13.
Software Adobe After Effects CS6
0
14.
Zoom H4N
75.000
1. 2.
Make Up Wardrobe
1.
Burning TOTAL BIAYA
1 Produksi Artistik
170.000 0 Pasca Produksi 50.000 3.971.000
Dalam tahap Pra Produksi, tim juga menyusun persiapan teknis yang menyangkut setiap alat yang digunakan untuk keperluan produksi dalam program INDO COMMUNITIES. Adapun peralatan maupun software yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Kamera DSLR Canon EOS 60D (2 unit) 2. Lensa Sigma EF 17 – 70 mm f/2.8-4 DC Macro OS HSM (1 unit) 3. Lensa Canon EF 50 mm f/1.8 II (1 unit) 4. Monopod Manfroto 561 BHDV-1 (1 unit) 5. Tripod Manfrotto 725B (1 unit) 6. Memory Card 16 GB (2 unit) 7. Baterai Sony LP-E6 (4 unit) 8. Wireless Mic / Clip On Sennheiser (2 unit) 9. Battery Energizer AA (8 unit) 10. Camera Microphone Sennheiser MKE600 11. Zoom H4N 12. Laptop Lenovo Z410 13. Software Adobe Premiere Pro CS6 14. Software Adobe After Effects CS6 15. Recorder Berikut adalah susunan materi dalam bentuk rundown dari program INDO COMMUNITIES : Tabel 8 Rundown Program NO
TIME
PROGRAM
VIDEO
AUDIO
DUR
VT
VT
0:00:15
SEGMENT 1 1
13:00:00 - 13:00:15
Opening Bumper
2
13:00:15 - 13:00:55
Host Acting + Penjelasan Latar Belakang Tema
3
13:00:55 - 13:01:55
Opening Host Segmen 1
13:01:55 - 13:04:55
VT Liputan Event Toys & Comics Fair 2014
4 5
Venue : Lego Store Venue : Lego Store Venue : Balai Kartini
13:04:55 - 13:05:25
Host bahas VT Liputan + Antar Commercial Break
Venue : Lego Store VT
6
13:05:25 - 13:05:45
Teaser segmen 2 + Bumper Commercial Break
7
13:05:45 - 13:08:45
Commercial Break 1
8
13:08:45 - 13:09:00
VO + BGM 0:00:40 Host + BGM
0:01:00
VO + BGM 0:03:00 VT VT
0:00:30 0:00:20 0:03:00
SEGMENT 2
9
13:09:00 - 13:10:00
Bumper In
VT
Opening Host Segmen 2
Venue : Lego Store
VT
0:00:15
Host + BGM
0:01:00
Host + Narsum + BGM
0:05:00
Tanya Jawab Host dengan Ketua KLI (Yudho) : 10
11
Pertanyaan: 13:10:00 - 13:15:00 1. Latar belakang komunitas 2. Tujuan pembentukan komunitas 3. Jumlah anggota 4. Kegiatan / aktivitas komunitas
Venue :
(Rahmat - Anton - Rio - Rizki - Raihan) Host diberikan tantangan oleh anggota KLI + Antar Commercial Break
Lego Store Venue : Basecamp
13:18:20
Teaser Segmen 3 + Bumper Commercial Break
VT
13:18:40
Commercial Break 2
12
13:17:00 - 13:18:00
13
13:18:00
14
13:18:20
15
16
Insert : VT + foto
Host interaksi dengan anggota komunitas
13:15:00 - 13:17:00
-
Venue : Lego Store
13:18:40 - 13:18:55
13:18:55 - 13:21:15
SEGMENT 3 Bumper In
VT
0:00:15
0:02:20
BGM
0:02:00
Venue :
Host melakukan tantangan dari KLI (dibantu oleh anggota KLI)
Venue : Lego Store
Step pembuatan Lego (Anton - KLI)
Venue : Kampus UNTAR
13:23:35 - 13:25:35
19
Tanya Jawab Host dengan Ketua + Anggota KLI: (Yudho - Rahmat - Tata- Rizki - Raihan) Pertanyaan : 13:25:35 - 13:28:35 1. Prestasi apa saja yang pernah diraih 2. Apa keuntungan dan manfaat yang didapatkan dari bergabung dengan komunitas tersebut 3. Bagaimana cara bergabung dengan KLI
20
13:28:35 - 13:29:05
Closing Host
21
13:29:05 - 13:30:00
Preview Episode KLI + Cuplikan Video Klip Hijrah ke London (by : The Changcuters)
Constitution Train Chase : The Lone Ranger
0:00:20
Host + Narsum + BGM
Lego Store
18
0:01:00
VT
Opening Host segmen 3
13:21:15 - 13:23:35
BGM
0:02:00
0:03:00
Host diajarkan melakukan tantangan oleh KLI
17
Host + Narsum + BGM Host + Narsum + BGM
VO + BGM 0:03:00
Venue : Lego Store
Host + Narsum + BGM
0:04:00
Venue : Lego Store
Host + BGM
0:00:30
Credit Title
BGM
0:00:55
HASIL KARYA Dilakukan survei terlebih dahulu oleh Dian Mulyawati dan Klemensia Michelle untuk memastikan lokasi di Lego Store, Cilandak Town Square. Kemudian proses perizinan dilanjutkan melalui telepon dan e-mail oleh Dian Mulyawati selaku produser. Proses produksi pada program INDO COMMUNITIES dilakukan sebanyak 4 kali termasuk proses produksi utama yang dilakukan di Lego Store, Cilandak Town Square. Produksi pertama yaitu pengambilan gambar untuk keperluan materi VT Liputan Event “Toys and Comics Fair 2014” dilakukan pada hari Minggu, 16 Maret 2014 pk 12.00. Pengambilan gambar ini dilakukan untuk memperlihatkan event mainan tahunan di Indonesia dengan lego yang mengambil salah satu peranan penting di dalamnya. Dalam proses pengambilan gambar untuk liputan, penulis berperan sebagai pengarah gambar agar gambar yang diambil berkesinambungan dan sesuai dengan kebutuhan gambar. Penulis juga memberikan masukan untuk pengaturan pada kamera DSLR agar warna pada gambar balance dan sesuai dengan warna ruangan. Hal ini dimaksudkan agar proses produksi menghasilkan gambar yang baik dan proses editing yang jauh lebih mudah. Kendala dalam proses produksi adalah ramainya pengunjung yang hadir dalam event sehingga lokasi pengambilan gambar lebih sempit. Shooting utama dilakukan pada tanggal 13 April 2014 di Lego Store, Cilandak Town Square. Install peralatan tim produksi lakukan pada pk 9.30 sesuai perjanjian dengan Lego Store sebelum toko dibuka pada pk 10.00. Pengambilan gambar ini dilakukan sebagai dasar acuan materi lainnya, dimana terdapat KLI sebagai narasumber yang akan diberikan berbagai pertanyaan dari host. Selain itu, host juga melakukan tantangan di lokasi shooting ini. Dalam proses pengambilan gambar, penulis berperan sebagai asisten program director yang bertugas untuk menghitung waktu shooting setiap segmen dan scene dan keperluan pengambilan gambar sesuai dengan rundown serta production script yang telah disusun oleh produser. Penulis juga melakukan monitoring audio dengan menggunakan alat Zoom H4N yang disambungkan dengan headset selama proses shooting. Kendala dalam proses produksi adalah kurangnya jumlah clip on untuk narasumber sehingga harus menggunakan tambahan mic. Pengambilan gambar selanjutnya yaitu untuk keperluan step pembuatan lego dilakukan di Universitas Tarumanegara, pada hari Kamis, 8 Mei 2014 pk 11.00. Materi produksi ini digunakan sebagai VT pada Segmen 3. Dalam proses pengambilan gambar ini, penulis membantu proses pengambilan gambar dengan melakukan setting kamera dan memberi masukan atas setting lokasi pengambilan gambar yang sesuai. Kendala dalam proses produksi ini adalah tim produksi tidak melakukan survei terlebih dahulu sehingga baru menyesuaikan dengan kondisi event yang berlangsung di Universitas Tarumanegara. Pengambilan gambar untuk keperluan insert tampilan website KLI, dilakukan pada hari Selasa, 20 Mei 2014 di Tereo Café, Binus Square, pk 14.00. Dalam proses pengambilan gambar ini, penulis membantu proses pengambilan gambar dengan melakukan setting kamera dan memberi masukan atas setting lokasi pengambilan gambar yang sesuai. Tidak ada kendala yang berarti dalam proses shooting.
EVALUASI EDITING DAN MIXING Tabel 9 Editing Schedule SEGMEN OBB
VIDEO VT OBB INDO COMMUNITIES
SCREENSHOOT
EFFECTS
AUDIO
Font :
Backsound :
Middle Woman
Indo Communities
Software : Adobe
– Hugo Agoesto
After
Sound FX : -
Effects
Adobe Photoshop
&
1
VT Host Acting +
Font :
Penjelasan Latar
Abadi
Belakang
Backsound: MT
Sing!
–
Condensed
Sheeran
Software :
Sound FX : -
Ed
Adobe Premiere 1.1
VT Opening Host
Font :
Backsound:
Abadi
MT
Sing!
–
Condensed
Sheeran
Software :
Sound FX : -
Ed
Adobe Premiere 1.2
VT Liputan Event
Font :
“Toys & Comics
Abadi
Fair 2014”
Backsound : What MT
Does
The
Fox
Condensed
Says? -Glee Cast
Software :
Sound FX :
Adobe Premiere 1.3
VT Host Antar
Font :
Combreak
Abadi
Backsound MT
:
Happy - Pharell
Condensed
William
Software :
Sound FX : -
Adobe Premiere
1.4
VT Teaser Segmen
Font :
2
Abadi
Backsound MT
:
Happy – Pharell
Condensed
William
Software :
Sound FX : -
Adobe Premiere ID
VT Bumper INDO
Font :
Backsound :
COMMUNITIES
Middle Woman
Indo Communities
Software : Adobe
– Hugo Agoesto
After
Sound FX : -
Effects
&
Adobe Photoshop 2
VT Tanya Jawab
Font :
Host dengan Ketua
Abadi
Backsound : Cups MT
/ When I’m Gone -
KLI + VT
Condensed
Anna Kendrick &
Aktivitas KLI +
Software :
Love Never Felt So
Adobe Premiere
Good
VT Website
- Justin
Timberlake Michael Jackson Sound FX : -
ft.
2.1
VT Tanya Jawab
Font :
Backsound : When
Host dengan
Abadi
Anggota KLI
Condensed
Again? - Owl City
Software :
Sound FX : -
MT
Can I See You
Adobe Premiere 2.2
VT Teaser Segmen
Font :
3
Abadi
Backsound : When MT
Can I See You
Condensed
Again? - Owl City
Software :
Sound FX : -
Adobe Premiere
ID
VT Bumper INDO
Font :
Backsound :
COMMUNITIES
Middle Woman
Indo Communities
Software : Adobe
– Hugo Agoesto
After
Sound FX : -
Effects
&
Adobe Photoshop 3
VT Host diajarkan
Font :
melakukan
Abadi
tantangan oleh
Condensed
anggota KLI
Software :
Backsound : Wake MT
Me Up - Avicii Sound FX : -
Adobe Premiere 3.1
VT Host
Font :
melakukan
Abadi
Backsound MT
:
I
Dare You – La La
tantangan dari
Condensed
La (by : Shakira)
anggota KLI
Software :
Sound FX : -
Adobe Premiere 3.2
VT Step
Font :
Pembuatan Lego
Abadi
“Constitution Train
Condensed
Chase – The Lone
Software :
Ranger” 3.3
Backsound : Glory MT
- The Sam Chase Sound FX : -
Adobe Premiere
VT Host Tanya
Font :
Backsound :
Jawab dengan
Abadi
anggota KLI +
Condensed
Grande ft. Iggy
Closing
Software :
Azalea & Hijrah
Adobe Premiere
ke London - The
MT
Problem - Ariana
Changcuters Sound FX : -
CREDIT
VT CT Crew &
Font :
Backsound
TITLE
Supporting INDO
Abadi
COMMUNITIES
Condensed
The Changcuters
Software :
Sound FX : -
MT
:
Hijrah ke London -
Adobe Premiere
Dalam pembuatan program features INDO COMMUNITIES penulis menggunakan proses Editing Non-Linier. Editing Non-Linier adalah proses penyusunan gambar yang dilakukan secara tidak berurutan (random/acak), penyusunan gambar bisa dimulai dari pertengahan suatu program acara, kemudian awal dari suatu program acara tersebut dan seterusnya hingga program acara tersebut selesai. Dalam proses editing program ada 3 tahapan yang harus dilakukan yaitu : 1. Editing Offline Dalam tahap ini, dilakukan pemilihan gambar berbagai hasil produksi. Pemilihan gambar dipilih berdasarkan kebutuhan konten berdasarkan rundown, serta beberapa stokshot untuk insert dan transisi konten utama. Dilakukan seleksi untuk gambar yang kurang baik kualitasnya dari segi pengambilan gambar maupun pencahayaan. Beberapa gambar yang tidak perlu ditampilkan juga diseleksi. Untuk memudahkan penyusunan gambar, penulis membagi shot gambar dalam beberapa folder berdasarkan segmen yang telah disusun dalam rundown. Setelah itu, file gambar dimasukkan (import) dalam aplikasi penyuntingan yang digunakan yaitu Adobe Premier Pro CS6. Dalam proses penyuntingan, gambar juga dibagi dalam beberapa sequence berdasarkan kebutuhan segmen kemudian diurutkan sesuai dengan konten dan durasi yang telah disusun dalam rundown. Selain penyusunan gambar, dilakukan juga sinkronisasi antara gambar dengan audio dari host serta narasumber karena audio berasal dari sumber yang terpisah dan pengambilan gambar dilakukan dengan sistem single cam. 2. Editing Online Dalam proses editing online, penulis melanjutkan proses editing yang telah dilakukan dalam editing offline. Setelah pemilihan dan penyusunan gambar sesuai dengan rundown, dilakukan variasi penyuntingan gambar dengan membentuk 2 atau 4 shot gambar dalam 1 frame gambar sekaligus. Variasi penyuntingan gambar ini dilakukan agar pemirsa tidak bosan dengan model gambar yang itu-itu saja. Setelah itu, dilakukan pemilihan transisi untuk konten. Terdapat beberapa transisi yang digunakan, transisi flare putih digunakan untuk pergantian konten untuk menegaskan perpindahan cerita, transisi cross dissolve, push, dan slide digunakan untuk selingan insert materi yang sesuai dengan pembicaraan antara host dengan narasumber (disesuaikan dengan gambar dan suasana). Dalam proses editing online, penulis juga memasukkan bumper untuk Opening serta antar Commercial Break. Bumper yang digunakan adalah gambar negara Indonesia yang berwarnawarni kemudian muncul berbagai kegiatan dan minat masyarakat Indonesia yang juga beragam, kemudian diakhiri dengan logo INDO COMMUNITIES dengan huruf “I” yang digambarkan sebagai manusia. Bumper ini menggambarkan negara Indonesia yang beragam, juga dengan beragam masyarakat dan komunitas yang ada di dalamnya. Huruf “I” dalam logo INDO COMMUNITIES menggambarkan manusia yang ada dalam komunitas di Indonesia. Musik yang digunakan pada bumper adalah iringan musik gitar, ukulele, dan vokal dengan penambahan midi programming bertempo upbeat yang terkesan menyenangkan. Hal ini untuk memberikan citra kepada pemirsa bahwa program INDO COMMUNITIES adalah program features yang fun dan menarik untuk disaksikan. Penambahan chargen juga dilakukan dalam tahap editing online. Chargen dalam program INDO COMMUNITIES terkesan sederhana dengan warna putih dan merah yang menjadi ciri khas dari program ini. Chargen diberikan untuk memberikan informasi berupa nama, judul video (untuk step pembuatan lego dan event Toys & Comics Fair 2014), informasi tambahan seperti website dan facebook komunitas yang bersangkutan, serta untuk keperluan teaser segmen selanjutnya. Dalam tahap editing online juga dilakukan penambahan template untuk credit title. Credit title dibuat dengan menggunakan Rolling Title berwarna dasar hitam dengan tulisan berwarna putih.
3.
Mixing Setelah tahapan online selesai dilakukan, proses penyuntingan dilanjutkan dengan tahapan mixing, yaitu menyelaraskan audio dengan video. Dalam tahap ini penulis memberikan background music pada gambar yang telah disusun dalam proses editing offline dan online. Dilakukan penyesuaian dan variasi gambar dengan menyesuaikan beat dari background music yang dipilih. Pemilihan background music adalah musik upbeat agar pemirsa dapat merasakan suasana yang menyenangkan dari konten yang disajikan dalam program INDO COMMUNITIES. Selain itu juga ditambahkan beberapa informasi dubbing yang dibutuhkan untuk informasi tambahan kepada pemirsa seperti dalam VT “Liputan Event Toys & Comics Fair 2014” serta “Step Pembuatan Lego”. Background music yang digunakan disesuaikan dengan audio dari dubbing maupun suara host dan narasumber yaitu 1/3 dari audio utama.
SIMPULAN Sebuah tugas akhir dapat berjalan dengan lancar dengan perencanaan yang matang. Berdasarkan serangkaian kegiatan yang penulis lakukan untuk menghasilkan karya tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa kerja sama dengan komunikasi yang lancar menjadi kunci utama dalam menjalani proses saat melakukan karya tugas akhir. Diskusi terbuka antar anggota dan komitmen dari setiap dari kita yang menjalankan pembentukan program ini juga menjadi faktor yang penting dalam membuat perencanaan tugas karya akhir INDO COMMUNITIES. Perencanaan program harus dibuat sangat matang karena ini merupakan pondasi dari apa yang akan dikerjakan dan menjadi titik fokus tim produksi selama satu semester. Dengan perencanaan yang baik pula, maka hal-hal yang buruk dapat diantisipasi dan anggaran biaya dapat ditekan serendah mungkin. Sejak tahap perencanaan, tim produksi berusaha menghindari untuk melakukan penundaan pada hal apapun. Proses eksekusi berbagai rencana shooting juga berjalan cukup lancar dengan bantuan beberapa teman. Eksekusi juga berjalan sesuai dengan timeline yang telah kami susun sehingga kami tidak merasa tertekan dalam proses pembuatan tugas karya akhir ini. Mengenai perizinan shooting juga dapat terkendali dengan baik, karena adanya respon positif baik dari narasumber juga pemilik lokasi yang kami gunakan untuk pelaksanaan shooting. Penulis menemukan beberapa kendala yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami dari segi teknis. Kendala terbesar ada di audio, yang dimana memang tim produksi kurang melakukan persiapan di sisi tersebut. Karena saat proses wawancara menggunakan clip on dan juga mic, maka source audio yang dihasilkan terbagi menjadi dua. Hal ini menyebabkan timpangnya suara satu dengan yang lainnya. Suara yang dihasilkan dengan menggunakan clip on juga ada yang pecah karena kemampuan kami dalam menggunakan alat zoom masih sangat minim dan tidak dapat mengendalikan suara dari clip on. Maka untuk pembuatan karya akhir selanjutnya, sebaiknya mempelajari cara memproduksi audio yang baik. Karena hal yang tampaknya cukup kecil seperti audio ternyata sangat mempengaruhi hasil akhir dari sebuah program. Selain audio, banyak juga hal kecil yang wajib diperhatikan, seperti jumlah baterai yang diperlukan hingga pemilihan host serta pakaiannya. Dari segi anggaran, penulis mengeluarkan biaya yang cukup tanpa mengurangi kualitas dari pembuatan tugas karya akhir kami. Berbagai biaya mampu kami minimalisir dengan memikirkan alternatif terbaik dan dengan adanya beberapa bantuan dari berbagai pihak dalam menyediakan jasa dan alat mampu menekan biaya yang kami keluarkan. Namun, dari rencana awal ada beberapa hal yang ternyata membutuhkan anggaran yang lebih besar sehingga menambah pengeluaran untuk produksi tugas akhir. Untuk produksi selanjutnya, perencanaan awal budget penting untuk dilakukan agar menjadi batasan dalam pengeluaran. Namun, tetap harus memperhitungkan biaya-biaya lain yang tidak terduga, seperti konsumsi atau biaya transportasi, agar pengeluaran tetap bisa seimbang dengan perencanaan awal.
SARAN Dalam pembuatan tugas karya akhir ini, penulis dan tim merasa cukup puas dengan karya yang telah dihasilkan. Namun, untuk menghasilkan sebuah karya yang lebih maksimal, mahasiswa harus dapat menggali ilmu dengan lebih dalam lagi dalam praktik bidang broadcasting, seperti ilmu pengambilan gambar, editing, audio, serta memperbanyak referensi program untuk meningkatkan kreativitas produksi. Dengan pengetahuan serta pengalaman yang lebih banyak, karya yang dihasilkan oleh mahasiswa akan lebih maksimal, bahkan mungkin dapat langsung diterapkan dalam kehidupan nyata.
Selain itu, alat yang digunakan untuk produksi juga harus digunakan secara maksimal. Semakin canggih peralatan produksi yang digunakan, hasilnya memang akan semakin baik. Namun, mahasiswa dengan keterbatasan budget harus dapat memanfaatkan alat dengan budget yang sesuai untuk menghasilkan produksi yang sama baiknya dengan mengedepankan sisi kreativitas konten agar materi tetap menarik untuk disaksikan. Dari segi masyarakat, penulis berharap masyarakat dapat menyaksikan tayangan televisi yang lebih baik dari segi kualitas konten. Bukan hanya tayangan yang memberikan hiburan secara tidak sehat, namun juga harus merupakan tayangan yang informatif. Televisi sendiri yang menjadi media massa utama saat ini, juga harus memperhatikan tayangan yang diberikan kepada pemirsa, agar pemirsa televisi bisa mendapatkan hal yang baik pula dari tayangan televisi yang disuguhkan.
REFERENSI Bungin, B. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Djamal, H. Fachruddin, A. (2011). Dasar-Dasar Penyiaran, Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Fachruddin, A. (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Morissan, M. (2011). Manajemen Media Penyiatan Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Naratama. (2004). Menjadi Sutradara Televisi Dengan Single dan Multi Camera. Jakarta: Grasindo. Pace, R. W. & Faules, D. F. (2001). Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rakhmat, J. (2005). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suprapto, T. (2006). Berkarier di Bidang Broadcasting. Yogyakarta: Caps Publishing. Zettl, H. (2009). Television Production Handbook. Belmont: Wadsworth Cengage Learning. Romli, K. (2014). Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta: PT Grasindo. Morissan. (2013). Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Nurudin. (2014). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Nursalim. (2014). Jurus Jitu Menjadi Kontributor Televisi. Yogyakarta: Andi Publisher. Rakhmat, J. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rohim, S. (2009). Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Heryandi, Heryzal. (2003). Tutorial Adobe Premiere Pro, diakses 25 Agustus 2014 dari www.ilmukomputer.com. Nugroho, Sarwo. (2014). Teknik Dasar Videografi. Yogyakarta : Andi Offset. Obermeier, Barbara. Padova, Ted. (2009). Photoshop Elements 7 All-in-One For Dummies. USA : Wiley Publishing Inc. Peachpit, Berkeley, CA. (2012).Adobe After Effects CS6 Classroom in a Book. USA : Adobe Systems Incorporated and its licensors. Underdahl, Keith. (2005). Adobe Premiere Elements For Dummies. USA : Wiley Publishing Inc. Sutton, Tina & Whelan, Bride M. (2008). The Complete Color Harmony. Singapore : Page One Publishing Private Limited. Yunus, U. (2012). Office Courtesy: Diferensiasi Pada Komunikasi Organisasi. Jurnal Humaniora, 165-172.
RIWAYAT PENULIS Dyah Prajnaparamita lahir di kota Jakarta pada 21 Oktober 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu komunikasi dan pemasaran jurusan pertelevisian pada tahun 2014.
RIWAYAT HIDUP Rahmat Edi Irawan Dosen bidang penyiaran pada Peminatan Broadcast Jurusan Maketing Communication, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Binus University. Menyelesaikan S1 Jurusan Pendidikan Sejarah di IKIP Jakarta (1994), S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana Jakarta (2012), dan saat ini sedang menyelesaikan S3 Ilmu Komunikasi di Universitas Padjajaran. Saat ini juga menjadi praktisi penyiaran sejak tahun 1996