PERAN FLOOR DIRECTOR DALAM PRODUKSI PROGRAM X FACTOR INDONESIA Johnson Adiguna / Rahmat Edi Irawan Jl. Kebun Jeruk, Komplek RCTI studio 8 Jl. Raya Perjuangan No.1 Jakarta Barat. Telp : 021 – 5307710,
[email protected]
ABSTRAK TUJUAN PENELITIAN, Mengetahui kontribusi peran Floor Director dalam produksi program “Gala Show X Factor Indonesia”. METODE PENELITIAN, Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif sebagai acuan. Dengan metode observasi deskriptif serta wawancara, keabsahan data kemudian dilakukan dengan trianggulasi. HASIL YANG DICAPAI, Floor Director memiliki kontribusi yang signifikan di tahap pra-produksi dan produksi program “Gala Show X Factor Indonesia. SIMPULAN, Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya 4 tugas Floor Director dan lekatnya pendekatan manejemen dalam produksi “Gala Show X Factor Indonesia”. Kata Kunci: Peran, X Factor Indonesia, Floor Director, Manajemen
RESEARCH PURPOSE, determine the contribution of Floor Director in “Gala Show X Factor Indonesia” production. RESEARCH METHODS, Inside this research, the researches uses qualitative method to finish the thesis. With observation description technic and indepth interview, then the data is validated by triangulation. RESULTS, Floor Director have a significant role in the pre-production and “Gala Show X Factor Indonesia” production phase. CONCLUSION, From this research there is four roles of Floor Director and the coherence of management approach inside “Gala Show X Factor Indonesia” production. Key Word: Role, X Factor Indonesia, Floor Director, Management
PENDAHULUAN Salah satu teknologi yang mengalami perkembangan sangat cepat hari ini adalah teknologi komunikasi. Dimana komunikasi sendiri merupakan suatu cara penyampaian pesan atau informasi kepada suatu pihak atau orang melalui verbal maupun non-verbal. Dimulai dari jaman batu, manusia memulai komunikasi melalui pesan pesan ukiran di batu ataupun gua, Setelah itu ditemukan penyampaian komunikasi melalui secarik kertas, kemudian ditemukanya telegram, telepon, radio dan sampai pada era Televisi serta internet. Persamaan media-media tersebut yaitu dapat menyampaikan pesan kepada suatu massa yang besar dalam waktu yang bersamaan.Ragam jenis media massa yang segmentatif juga ikut memperkuat asumsi bahwa media massa sedang mengalami nasib baik di negeri ini. (Wazis, 2012, p. 1) Siaran televisi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial masyarakat baik secara nasional maupun internasional.Perputaran informasi yang ada, secara tidak langsung mempengaruhi opini publik secara luas.“Media massa mampu menghasilkan surplus ekonomi dengan menjalankan peran penghubung antara dunia produksi dan konsumsi” (Wazis, 2012, p. 1).Tidak heran apabila hari ini Televisi telah menjadi komoditas utama bagi setiap produsen untuk mengiklankan produknya.Kekuatan branding inilah yang telah mendorong banyak pengusaha baru untuk membentuk stasiun televisi.Walaupun begitu, kesempatan sebuah stasiun televisi untuk dapat memiliki banyak pengiklan hanya dapat ditentukan dari nilai rating dan share setiap program siaran yang ada.Apabila sebuah program televisi dapat meraup perhatian yang cukup banyak dari suatu wilayah, dapat dikatakan bahwa memang televisi tersebut memiliki nilai periklanan yang cukup tinggi. Sangat disayangkan, hari ini bisnis pertelevisian sangat menjamur di Indonesia. Adanya permainan monopoli beberapa stasiun televisi yang telah bersiaran secara nasional, membuat pemilik stasiun televisi baru sulit bersaing dengan pendahulunya dikarenakan korporasi kepemilikan media di Indonesia adalah kekuatan yang sangat besar dan akan sulit menggesernya (Wazis, 2012, p. 16). Bahkan hari ini beberapa perusahaan televisi sudah diakusisi atau demerger dengan stasiun televisi lainya agar mempersempit persaingan pasar.Keberhasilan media penyiaran sejatinya ditopang oleh kreativitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yang dimiliki setiap media penyiaran yaitu teknik, program, dan pemasaran.Dengan kata lain jika sebuah stasiun televisi ingin bertahan dalam industri pertelevisian, pemilik harus dapat menghasilkan program dengan budget yang masuk akal serta berkualitas agar dapat menghasilkan rating dan share yang tinggi, sehingga banyak pengiklan yang mau mengiklankan produknya di stasiun TV tersebut. Rating dan share merupakan suatu tolak ukur berapa banyak penonton yang memerhatikan suatu program siaran TV saat ditayangkan. Tantangan yang kerap dihadapi oleh para Executive Producer atau Producer adalah menghasilkan program yang dapat menjawab kebutuhan rating dan share para pengiklan. Salah satu kesulitanya, ketika program yang dihasilkan tidak cocok dengan budaya setempat, padahal konten dari program tersebut sudah berkualitas. Berkualitas disini dijabarkan sebagai suatu program yang sudah memenuhi fungsi-fungsi media massa yang diantaranya berupa; untuk menginformasikan, untuk mengedukasikan, untuk pengawasan, dan untuk penghiburan. Hasil yang kerap kali terjadi dalam pembuatan program TV, Content yang dimiliki tidak memenuhi fungsi-fungsi media massa dan kadang bagi para idealis pertelevisian tidak layak tayang. Walaupun begitu bukan berarti program tersebut tidak layak ditonton secara general, karena apabila sebuah program dapat memiliki suatu audience yang spesifik, itu mengartikan bahwa program tersebut memiliki rating & share yang mungkin memenuhi kebutuhan pengiklan produk tertentu. Program hiburan Televisi, dapat dibagikan menjadi dua kelompok yaitu program berita dan program non-berita. Program non-berita diantaranya terdapat program feature, kuliner, varietyshow, talkshow, musik, drama, komedi, film, dan reality show. Hiburan yang memerlukan banyak konsentrasi dan ketegangan, saat ini menjadi alternatif tayangan yang dianggap paling menguntungkan bagi media televisi. Hiburan pendatang yang hari ini baru hadir di layar kaca penonton hari ini berupa X Factor Indonesia dimana program ini merupakan bentuk program reality show talent search. Saya mengambil program X Factor Indonesia sebagai subjek penelitian ini dikarenakan memiliki rating share yang cukup signifikan, sejak pertama kali bersiaran pada tanggal 28 Desember 2012 dengan rating 3.2 dan 6.2 pada akhir episodenya sehingga rata rata rating berada pada angka 4.7 (Wikipedia, 2013). Tidak lupa juga memperingkati ajang pencarian bakat no satu dari ketujuh program yang ada di Indonesia tahun ini. (Pertelevisian, 2013).
Peneliti tertarik untuk mengangkat peran FD dalam produksi program X Factor Indonesia pada episode Gala Show dikarenakan terinspirasi dari sebuah jurnal dalam Jurnal Reality TV Formats yang dipublikasikan oleh (Canadian Journal of Communications Corporation, 2009) tentang bagaimana mengembangkan sebuah program naratif untuk mengajak keinteraksian penonton pada program reality show TV Canadian Idol. Terutama pada program yang bertemakan reality show talent search serta menggunakan stage besar serta crew produksi yang banyak, untuk mencapai hasil yang memuaskan saat program berlangsung secara live bagi keterinteraksian penonton saat memberikan voting, dibutuhkan kerjasama yang baik secara internal. Dalam hal ini tim Stage Management atau para crew Floor Director yang bertanggung jawab untuk memastikan kelancaran flow acara dan traffic produksi program di atas panggung ”X Factor Indonesia” untuk menghibur penonton di rumah.
METODE PENELITIAN Penelitian ini akan membahas tentang “ Peran Floor Director dalam produksi program X Factor Indonesia” dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, (sebagai lawanya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi ( gabungan ), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.(Sugiyono, 2007, p. 14) Penelitian Kualitatif lebih menggunakan perspektif enemik. Pengumpulan data berupa cerita rinci dari para informan. Penelitian ini berangkat dari penggalian data berupa pandangan informan dalam bentuk cerita rinci atau asli mereka (Hamidi, 2004, p. 14). Penelitian dengan pendekatan kualitatif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan jalan menggambarkan keadaan pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang Nampak sekarang. Metode Kualitatif adalah penelitian eksploratif yang biasanya lebih bersifat studi kasus.Penelitian eksploratif yang biasanya lebih bersifat studi kasus.Penelitian kualitatif dimulasi dengan adanya suatu masalah yang biasanya spesifik dan diteliti khusus sebagai kasus yang diangkat ke permukaan tanpa adanya maksud untuk mengeneralisasi.(Nazir, 2003, p. 100) Penulis memahami bahwa riset kualitatif meneliti hal yang bukan berupa data stastistik, melainkan berupa suatu uraian mendalam mengenai suatu permasalahan. Penelitian ini akan diuraikan secara mendalam mengenai “Peran Floor Director dalam produksi program X Factor Indonesia.” Dan penelitian ini akan menguraikan penelitian tersebut dengan deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Dikarenakan sifat penelitian lebih tertuju kepada sebuah peran, maka data yang diperlukan untuk penelitian ini tidak memerlukan prosedur statistik, melainkan prosedur analisis.
HASIL & BAHASAN 1. Peran Floor Director pada proses Pra-Produksi X Factor Indonesia A. Pengetahuan mengenai konsep Floor Director Empat konsep Floor Director yang diketahui oleh Informan 1 dalam produksi program gala show X Factor Indonesia ada sebagai berikut yaitu Audience Warmer yang menjelaskan flow acara pada audience di studio, Lead yang bertugas memblocking talent, in out property, lighting artist, kemudian ada BackstageFD yang mengirim artis ke lokasi perform, dan trakhir traffic FD yang bertugas dalam traffic artist. Konsep Floor Director yang diketahui oleh Informan 2 dalam produksi gala show X Factor Indonesia yaitu Leader FD, Traffic FD, Support FD dan Runner FD. Beliau meyakini bahwa tugas FD adalah mengsupport Show Director dalam menangani keseluruhan jalanya acara. Konsep Floor Director yang diketahui oleh Informan 3 dalam produksi program gala show X Factor Indonesa yaitu Leader FD, Traffic FD, Backstage FD dan Property FD. Peneliti menyimpulkan bahwa konsep Floor Director dari Informan jika disinambungkan dengan konsep Floor Director dari Curry adalah seperti ini;Production Group adalah Leader FD, kemudian Stage and technical sebagai Backstage FD, Traffic FD adalah Talent Group dan terakhir Management Group adalah Warming Audience FD. Hasil observasi penliti memang benar adanya keempat jenis FD menurut Curry dalam program Gala Show X Factor Indonesia B. Peralatan dalam menjalani peran Floor Director Informan 1 mengungkapkan peralatan yang diperlukan untuk bertugas adalah spidol, bolpen, marker, senter dan teknis seperti HT dan Beltpack.Informan kedua mengungkapkan adanya penambahan dalam hal stopwatch untuk menghitung durasi dan senter untuk dapat bertugas dalam studio yang gelap. Informan 3 melengkapi dengan rundownsebagai hal yang paling penting ketika sedang bertugas, juga stabilo untuk dapat menghighlight informasi penting pada rundown, serta handy mic untuk mengcountdown acara. Bedasarkan hasil observasi, benar memang Informan menggunakan peralatan-peralatan yang disebutkan, dikarenakan kondisi produksi program Gala Show X Factor Indonesia dilakukan pada malam hari di dalam situasi studio yang gelap, dibutuhkan peralatan yang komplit seperti yang telah disebutkan Informan untuk dapat menjalankan Tugasnya sebagai Floor Director. Pena dan stabilo untuk membuat catatan pada rundown, kemudian senter untuk memberikan penerangan untuk talent ketika berjalan di backstage yang penuh dengan kabel dan alat alat teknis, marker untuk membantu blockingan property serta talent di atas panggung, stopwatch untuk dapat menghitung durasi performance, Handy mic untuk dapat mengcountdown musik juga berguna untuk clearing studio saat GR. Tidak lupa fungsi HT dan Beltpack untuk komunikasi dengan seluruh tim produksi.
C. Pengetahuan mengenai peran FD pada Pra Produksi Program Gala Show X Factor Indonesia. Informan 1 mengungkapkan bahwa hal yang dilakukan ketika Pra Produksi adalah Gladi Resik, untuk menentukan blocking treatment talent, in out performance.Menurut Informan 2 peran FD selama pra produksi adalah sebagai perpanjangan tangan dari Program Director. Berbeda dengan Informan 1 dan 2, Informan 3 mengungkapkan hal yang lebih detail tentang peran FD pada proses pra produksi program Gala show X Factor Indonesia. Beliau mengungkapkan bahwa dalam proses pra produksi ada dua hari dalam rehearsal, yang pertama H-1 dan yang kedua pada hari H sebelum acara dimulai dan adanya pembedahan rundown sebelum GR hari H, dimana dalam pembedahan rundown itu dijelaskan pelaksanaan teknis, flow dan pemecahan masalah bila ada yang mengganjal.
Menurut observasi Peneliti, yang diungkapkan oleh Informan 3 memang benar bahwa ada pembedahan rundown yang dilakukan dan adanya Gladi Resik yang dilakukan 2 kali dan hari pelaksanaan GR-nya sesuai informasi yang diperoleh dari Informan 3. Pada pra produksi program Gala Show tersebut memang benar dilakukan blocking treatment talent dan in out performer.
D. Pengetahuan mengenai peranan FD pada rundown program gala show X Factor Indonesia Informan 1 mengungkapkan bahwa FD memiliki tanggung jawab dalam mereview rundown yang diterimanya dari teman-teman creativesudah benar revisi baru yang dipakai bersama dan jika ada perubahan adalah tanggung jawab sesamaFD untuk saling mengkoordinasikanya. Informan 2 mengungkapkan kalau rundown itu tidak lepas dari peran seorang creative dan produser yang mendistribusikan atau menginformasikanya dahulu ke PD kemudian baru diarahkan ke FD untuk mengkoordinasikanya kepada teman lainya seperti stage crew, lighting, audio dll. Informan 3 menegaskan bahwa FD disini tidak memiliki wewenang dalam merubah rundown atau menambah detail yang ada, hak tersebut hanya dimiliki oleh Executive Produser atau Manajer Produksi. Peran Floor Director disini benar hanya menjalankan GR atau produksi sesuai detail rundown yang sudah direvisi dan mengkoordinasikan kepada teman produksi lainya, tidak lupa mengkonfirmasi ulang sebelumnya kepada PD. Peneliti menemukan bahwa apa yang dikatakan Informan 1,2,3 adalah benar, peran perencanaan dan pengawasan dipegang oleh tim creative,, Executive Producer dan Manajer Produksi, sedangkan peran manajemen pengorganisasian oleh producer serta asistenya dan penggerakan dilakukan oleh Program Director dan Floor Director.
E. Pengetahuan mengenai peranan FD pada penguasaan alat Intercom Informan 1 menerangkan bahwa dirinya bertugas dalam mengambil alat Intercom berupa Beltpack dari teman teknik dan mendistribusikanya kepada teman-teman FD yang lain, Informan 2 menambahkan bahwa pertanggungjawaban secara fungsional itu ada pada teman teman teknik, karena fungsi Intercom Beltpack adalah agar FD dapat berkomunikasi dengan PD. Informan 3 menerangkan fungsional beltpack lebih detail dimana beliau mengungkapkan bahwa dengan beltpack komunikasi antra PD dengan FD lebih lancar dibandingkan hanya dengan penggunaan HT saja. Adanya Beltpack, PD dapat berkomunikasi dengan jelas pada kameraman dan teman teman CRO, serta memisahkan jalur komunikasi khusus antara Floor Director hanya dengan pemencetan dua tombol yang berbeda. Bedasarkan pengalaman peneliti selama menjalan PKL sebagai FD di program X Factor Indonesia, apa yang dikatakan ketiga informan benar, dengan catatan,FD yang kebagian bertugas dalam menjalankan traffic memang bertanggung jawab dalam mendistribusikan Beltpack kepada teman-teman FD yang lainya, jadi tidak terpaku tanggung jawabnya pada Informan 1. Yang lupa diterangkan oleh ketiga informan adalah Handy Talky (HT) dan kegunaanya, dalam program Gala Show X Factor ada 2 alat intercom yang dipakai, satu beltpack dan yang kedua adalah HT atau Handy Talky.Handy Talky diambil masing masing FD, tanpa perwakilan di bagian Unit. Serta Channel dalam handy talky ada dua dimana satu berfungsi untuk komunikasi antara stage crew dengan bagian audioman dan broadcast, dan
channel lainya dimana komunikasi yang terjadi antara tim creative, Talent Coordinator, Asisten Producer, Producer, Executive Producer dan FD.
F.
Pengetahuan mengenai peranan FD pada persiapan panggung gala show X Factor Indonesia Informan 1 dan 3 sependapat bahwa FD tidak ada tanggung jawab dalam persiapan panggung, mereka mengungkapkan bahwa Asisten Produser-lah yang bertanggung jawab atas hal tersebut.Informan 3 menambahkan bahwa FD hanya bertanggung jawab dalam melihat keamanan panggung siap dipakai untuk rehearsal atau produksi. Bedasarkan hasil obsevasi, Peneliti tidak melihat bahwa ada komando dimana FD menyatakan bahwa panggung siap dipakai, melainkan lebih kepada menunggu komando atau aba-aba dari Asisten Produser kalau Panggung sudah siap dan dapat dipakai rehearsal.
G. Pengetahuan peranan FD pada monitor TV preview program Gala Show X Factor Indonesia Ketiga Informan sependapat bahwa bukan tugas FD untuk menyiapkan monitor TV untuk dapat dipreview secara fungsional, melainkan hanya memberikan arahan apabila monitor TV itu diperlukan pada posisi tertentu kepada tim teknis,bahkan Informan 1 menambahkan ada campur tangan Production Asisten dalam menyiapkan hal tersebut. Peneliti disini setuju dengan statement Informan dimana minim sekali peran FD dalam mempersiapkan monitor TV untuk dapat dipreviewberbeda dengan yang dikatakan oleh Zettle, tim production asisten dan tim teknis yang lebih terlihat campur tanganya dalam mempersiapkan monitor TV LED untuk dapat dipreview.
H. Pengetahuan mengenai peranan FD pada monitor audio panggunng gala show X Factor Indonesia Ketiga Informan mengungkapkan bahwa mereka hanya bertanggung jawab dalam memastikan setiap gate audio menyala.Informan 2 dan 3 menambahkan apabila ada audio yang mati mereka mengkoordinasikanya kepada stage crew, sehingga stage crew dapat berkoordinasi dengan audioman untuk menghidupkan kembali monitor audio yang mati. Hasil Observasi mengungkapkan bahwa memang FD disini hanya bertugas memberikan CUE kepada stage crew apabila ada gate monitor audio yang mati dan memastikan stage crew mengembalikan fungsinya. Tidak ada campur tangan lebih dari FD untuk hal tersebut.
I.
Pengetahuan mengenai peranan FD pada persiapan talent untuk rehearsal Ketiga Informan sependapat apabila mereka tidak bertanggung jawab dalam kehadiran talent untuk rehearsal, hal tersebut adalah tanggung jawab talent coordinator. FD hanya bertanggung jawab dalam mengkoordinasi keberadaan lokasi mereka pada Talent coordinator untuk dapat merangkai alur flow rehearsal. Informan 3 menambahkan bahwa kadang terjadi dimana talent tertentu merequest jadwal waktu latihan untuk GR nya, maka tugas dia sebagai FD adalah untuk merangkai alur rehearsal agar talent tersebut dapat GR pada waktu yang diminta.
Bedasarkan observasi peneliti memang benar apa yang dikatakan Informan mengenai Talent coordinatornya dan peranan mereka sebagai FD kepada persiapan talent saat rehearsal. J.
Pengetahuan mengenai peranan FD pada alur komunikasi pra Produksi Program gala show X Factor Indonesia Menurut Informan 1 alur komunikasi selama rehearsal adanya pengarahan dari Show Director dan Program Director, dimana Show Director bertugas dalam flow produksi dan Program Director pada hasil penayangan di Kamera. Informan 2 menyebutkan bahwa alur komunikasi selama rehearsal itu melalui Creative ke Produser ke Program Director yang kemudian mengkoordinasikan FD untuk menjalankan perintahnya agar hasil dapat tematik sesuai yang diinginkan Produser. Menurut Informan 3 alur komunikasi saat rehearsal, pengkoordinasian komando FD dilakukan oleh 4 orang yaitu 2 Produser (1 produseryang mengatur konsep dan 1 produser lagi yang mengatur permasalahan teknik), 1 Executive Produser dan komando utama oleh Program Director. Bedasarkan hasil observasi alur komunikasi yang terjadi pada pra produksi program gala show X Factor Indonesa sesuai dengan yang dikatakan oleh Informan ke 3.Dimana FD mendapatkan arahan dari 4 orang.
K. Pengetahuan mengenai peranan FD pada persiapan blocking talent dan property Informan 1 mengungkapkan bahwa blocking property itu dilakukan oleh FDleader yang dalam hal ini adalah Informan 3, sedangkan Informan 2 mengungkapkan bahwa blocking talent dan property pengkoordinasianya dilakukan oleh tim creative dan Program Director, sedangkan FD hanya mengcue dan mengkoordinasikan talent dan property agar sesuai blockingnya dengan keinginan PD. Informan 3 menambahkan bahwa FD juga turut berperan dalam mengkordinasikan blocking talent dan property yang ada dengan tim creative serta Program Director, serta adanya tambahan tanggung jawab dimana FD harus merencanakan penempatan Hard Prop yang ada agar In out Property dapat lancar ketika Produksi. Hasil peneliti di lapangan membuktikan bahwa memang benar apa yang dikatakan Informan 1 dan 3 dimana memang leader FD lah yang mengkoordinasikan blocking talent dan property serta perencanaan penempatan Hard prop sehingga In out Property lancar.
L. Pengetahuan mengenai peranan FD pada pengkoordinasian performance talent Informan 1, 2, dan 3 memberikan jawaban yang sama dimana FD memang bertanggung jawab dalam mengarahkan Talent untuk dapat bergerak dari titik ke titik sesuai keinginan Program Director. Penulis juga menemukan hal yang sama dimana memang FD yang mengarahkan talent untuk perform dari titik ke titik sesuai arahan PD, namun dengan catatan bahwa FD yang mengarahkan Talent ini adalah Lead FD, sedangkan Traffic FD dan Warm Up Audience FD tidak turun tangan untuk hal ini.
M. Pengetahuan mengenai peranan FD pada animasi LED Program Ketiga Informan bersependapat bahwa FD tidak ada campur tangan dalam memberikan Cue untuk menaikan animasi pada LED performance talent dan mereka bersependapat bahwa itu adalah tugas Creative dan Producer yang berlokasi di FOH( Front on House).
Peneliti melihat bahwa adanya sedikit campur tangan FD dimana kadang Leader FD juga memberikan Countdown Cue kepada tim LEDGrafis untuk menyalakan animasinya.
N. Pengetahuan mengenai peranan FD pada pengawasan berjalanya rehearsal Informan 1 mengungkapkan bahwa setiap FD dari yang mengatur backstage, traffic, lead ataupun Audience Warmer bertanggung jawab dalam mengawasi berjalanya rehearsal. Informan 2 menambahkan bahwa rehearsal memiliki kepentingan dimana semua yang ada pada flow produksi acara ditayangkan terlebih dahulu dalam proses pra-produksi, sehingga menurut Informan 3 apabila ada kendala atau hambatan dalam merealisasikan Ide dapat ditemukan dahulu solusinya sebelum produksi live. Pada hasil observasi yang lebih turut peran aktif dalam melakukan pengawasan berjalanya rehearsal sampai akhir adalah Executive Produser dan Program Director, sedangkan FD hanya sebagai perpanjangan tangan mereka. O. Pengetahuan mengenai peranan FD bila terjadi kendala dalam proses Pra Produksi Informan memberikan jawaban yang sama dimana kendala yang sering terjadi adalah ketika talent atau property belum ada atau siap dipakai, tindakan mereka adalah mengsubtitusi dahulu dengan pengganti agar tim produksi yang lain mendapatkan gambaran dahulu tentang treatment dan detail yang ingin diperlihatkan. Dengan cara itu Informan juga beranggapan bahwa penggunaan waktu dapat lebih efisien Penulis juga menemukan hal yang sama dengan Informan ketika sedang menjalankan PKL dalam proses Pra Produksi Program tersebut dan tindakan yang dikatakan Informan benar dilakukan.
2. Peran Floor Director pada proses Produksi X Factor Indonesia A. Pengetahuan mengenai peranan FD pada alur komunikasi produksi program Informan 1 mengatakan bahwa arahan komunikasi diberikan oleh Program Director dan EP, Informan 2 mengatakan bahwa komunikasi diberikan oleh Produser, sedangkan Informan 3 mengatakan bahwa alur komunikasi dilakukan oleh Program Director untuk yang utama dimana tidak menutup kemungkinan kadang Produser dan EP ikut memberikan arahan kepada FD. Penulis menemukan bahwa apa yang dikatakan Informan 3 lebih nyata pada hasil observasi di lapangan.
B. Pengetahuan mengenai peranan FD pada pengawasan flow acara produksi program Informan 1 meninformasikan bahwa yang bertanggung jawab pada pengawasan berjalanya seluruh acara adalah Leader FD yaitu Informan 3, Informan 3 mendetailkan dimana dia melakukan pengawasan dari pembedahan rundown sampai pelaksanaan setiap detailnya. Peneliti melihat aksi yang sama dilakukan oleh Informan 3 di produksi program gala show X Factor Indonesia, dengan catatan traffic dibantu oleh traffic FD dan Countdown music disupport oleh Backstage FD.
C. Pengetahuan mengenai peranan FD pada traffic artist flow acara Informan 1 mengungkapkan bahwa dialah yang bertanggung jawab dalam alur flow traffic artist agar dapat siap di backstage untuk perform mereka, dengan catatan juga mengecek mic dan baju serta soft prop yang mereka pakai. Informan 2 memverifikasi bahwa pertanggung jawaban flow traffic artist dilakukan oleh traffic FD dimana itu adalah Informan 1, Informan 3 menambahkan informasi bahwa jobdesk Informan 1 kadang bila ada dibantu oleh anak PKL. Peneliti memverifikasi sendiri hal tersebut karena memang peneliti membantu jobdesk traffic FD.
D. Pengetahuan mengenai peranan FD pada proses komunikasi dengan talent saat produksi Informan satu mengunngkapkan bahwa FD melakukan komunikasi non verbal secara hand signal kepada talent saat produksi, sedangkan Informan 3 menambahkan bahwa proses komunikasi dengan talent tidak bisa hanya dengan hand signals, tetapi juga dengan teriakan ataupun matador. Disini Peneliti menilai dua duanya benar, dikarenakan kondisi Informan 3 sering berhadapan dengan pemberian Cue durasi talent atau Juri sehingga memerlukan matador dan tidak bisa hanya dengan hand signal karena tidak terlihat, juga teriakan agar tidak bocor pada broadcast audio. Informan 1 menggunakan hand signals karena beliau memberikan countdown kepada talent untuk memberikan gimmick next on ada kamera sehingga tidak memerlukan teriakan ataupun matador.
E. Pengetahuan mengenai peranan FD pada keberadaan talent saat produksi program Informan 1 mengungkapkan bahwa FD tidak bertanggungjawab pada keberadaan talent saat mereka sedang tidak perform pada produksi program, itu adalah tanggung jawab talent coordinatornya. Informan 3 mengungkapkan bahwa hal tersebut adalah tanggung jawab traffic FDuntuk bisa berkoordinasi dengan talent coordinator untuk mengetahui keberadaan setiap talent saat mereka tidak perform pada saat produksi. Penulis setuju dengan Informan 3 bedasarkan hasil lapangan.dikarenakan kadang pun Talent coordinator sering kehilangan untuk keberadaan talent yang seharusnya dia jaga, maka FD Traffic sering sekali turun tangan dalam menjaga langsung keberadaan talent saat tidak perform atau sedang berada di backstage.
F.
Pengetahuan mengenai peranan FD pada Audience “seorang Floor Director yang tugasnya lebih kepada audience adalah menceritakan dahulu, acara ini flownya seperti apa, kita harus bisa melakukan dari point a sampai point z” (I2)
Informan 2 dikarenakan beliau memiliki tugas sebagai warming audience FD atau yang biasa diketahui penonton acara sebagai Master of Ceremony yang menjamu serta menuntun penonton untuk memberikan berbagai gesture seperti sorakan atau tepuk tangan ketika acara berlangsung dan tidak lupa menyemangati penonton ketika mereka menunggu program acara berlangsung saat commercial break atau iklan. Informan 2 memverifikasi hal itu juga dengan menambahkan informasi penting dalam melakukan tugasnya dimana ia harus berelasi dengan segmentasi audiencenya agar dapat memberikan pengarahan kepada audience secara efektif, karena menurut Informan 2 audience di studio menentukan kemeriahan acara produksi yang disaksikan di layar penonton.
Dalam hal ini peneliti hanya dapat memverifikasi bahwa apa yang dikatakan Informan 2 memiliki peranan dalam warming up audience, untuk hasil bahwa penonton membuat lebih hidup berjalanya acara, Penulis tidak memiliki batasan yang pasti untuk dapat mengukur seberapa besar efeknya pada penonton di rumah. Tapi meriahnya penonton di studio memang dirasakan peneliti. G. Pengetahuan mengenai peranan FD bila terjadi kendala dalam proses produksi “Pernah terjadi kepada salah satu ergh performer dari X factor, ergh antisipasinya itu kita melakukan saat terjadi waktu itu tiba tiba micnya mati ergh antisipasi kita itu dari anak anak ergh Floor Director memberitahukan kepada anak anak stage crew untuk mengganti mic tersebut gituloh, setelah diganti ternyata lagunya harus diulang, setelah acar a selesai kita ergh ada musyawarah lagi meeting briefing untuk memberitahukan kalau seandainya terjadi hal tersebut kita harus melakukan hal-hal yang berbau memberikan mic spare dan sebelumnya kita harus mengcek mic tersebut itu masih hidup gitu.” (Informan 1) Pada saat peneliti mengobservasi ternyata ada kendala yang terjadi saat produksi program berlangsung yang dapat dikatakan fatal kejadianya. Saat itu adalah mic seorang kontestan unggulan 5 besar bernama Shena, tiba tiba hilang audionya dari sistem broadcasting, sehingga penonton di rumah dan di studio tidak dapat mendengar performance Shena. Ketika audio itu hilang semua crew panik dan tidak tau apa yang harus dilakukan untuk membenarkan audio tersebut, untungnya Informan 1 saat itu diberikan arahan langsung dari Executive Produser untuk memberikan komando kepada Host acara naik kepanggung dan menginformasikan kepada penonton bahwa performace Shena akan diulang karena teknikalitas tersebut. Fatalnya disini apabila karena kejadian tersebut pada akhir acara, Shena yang tersingkir. Program “X Factor Indonesia” akan mengalami celaan yang banyak dari pendukung Shena ataupun pihak internal.
3. Peran Floor Director pada proses Pasca Produksi X Factor Indonesia Informan 3 menceritakan bahwa pada saat selesai acara yang dilakukan adalah mengclear area studioatau mengosongkan area studio dari audience yang diberitakan oleh Informan 2, kemudian memberikan apresiasi kepada semuatim produksi yang ditemui, melakukan evaluasi apabila terjadi suatu kejadian fatal, dan pengembalian alat intercom. Bedasarkan hasil observasi memang benar FD jarang diikutsertakan dalam proses evaluasi, itu pun ada sekali ketika kejadian mic mati terjadi. Setelah itu biasa evaluasi dilakukan di waktu luang FD sendiri bersama PD. Hal lain lain seperti clearing studio benar dilakukan oleh informan 2 yang tugasnya adalah warm up audience dan pengembalian alat intercom ke Unit dan Teknik. 4. Diskusi Pembahasan Pendekatan Manajemen pada produksi program X Factor Indonesia. Bedasarkan teori ada 4 fungsi pendekatan manajemen, dimana manajemen bertujuan untuk Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan dan Pengawasan. Hal yang biasa dipahami manajemen hanya dilakukan oleh jabatan struktural yang lebih tinggi, dalam hal produksi program televisi hanya menyangkut jabatan seperti Executive Produser, Produser, dan tim Creative. Dimana Program Director dan Floor Director hanyalah orang yang melaksanakan pekerjaan atau penggerakan saja. Dalam penelitian ini ternyata ditemukan bahwa adanya pendekatan manajemen yang dilakukan oleh tim Floor Director program “X Factor Indonesia”. Pertama perencanaan ketika proses pra produksi ada meeting atau briefing dahulu yang dilakukan oleh seluruh Crew tim produksi “X Factor Indonesia” untuk menerangkan rundown yang ada dalam episode tersebut. Setelah briefing tersebut Lead FD menerjemahkan rundown itu lebih rinci lagi kepada tim FD yang ada, mengenai siapa saja yang memegang wewenang atas setiap treatment acara yang ada,
serta bagaimana alur komunikasi yang mereka harus jalankan antar sesama tim, kemudian pembagian tugasnya, sehingga pada setiap batas waktu tertentu ketika acara berlangsung sudah tersusun pengorganisasian tanggung jawab masing masing Floor Director pada bagianya masingmasing. Setelah itu barulah Actuating atau penggerakansetiap treatment sesuai rundown, sehingga program acara tersebut dapat berlangsung sesuai tujuan atau dalam hal ini rundown. Terakhir, selama rundown atau acara itu berlangsung, adanya fungsional Lead FD yang bertanggung jawab dalam mengawasi bahwa setiap personil FD sudah siap untuk melakukan tugasnya dan mengawasi durasi performance yang dilakukan kontestan atau para juri. Pengawasan ini biasa dilakukan dengan komunikasi countdown Verbal Audio melalui alat Intercom atau teriakan secara terbuka.
SIMPULAN & SARAN SIMPULAN Pada hasil penelitan wawancara Informan yang dilakukan terhadap program “Gala Show X Factor Indonesia” yang ditayangkan di RCTI, maka dapat disimpulkan bahwa adanya hal sebagai berikut; 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dalam melakukan produksi program, tim Floor Director dibagi atas empat tugas yaitu Leader Floor Director yang mengatur dan melaksanakan flow rehearsal dan acara, Traffic Artist Floor Director yang mengatur sirkulasi Talent selama rehearsal dan acara, Backstage Floor Director yang memberikan countdown kepada tim music, serta memposisikan talent sesuai posisi performnya, dan trakhir Warmup Audience Floor Director yang bertugas meramaikan Audience dalam studio ketika commercial break. Pendekatan manajemen yang ada dalam produksi program X Factor Indonesia adalah dimana fungsi perencanaan dipegang oleh tim creative, fungsi pengorganisasian dilakukan oleh producer dan asistenya, fungsi penggerakan dilakukan oleh program director dan floor director, trakhir fungsi pengawasan dilakukan oleh Executive Producer. Peralatan yang diperlukan tim Floor Director dalam melaksanakan tugasnya di program X Factor Indonesia ada seperti berikut; Handy Talky (HT), Beltpack, Rundown, pulpen, spidol, stabilo, marker, senter, dan stopwatch. Pada tahapan pra produksi program, tim Floor Director mengatur rangkaian alur talent yang akan melakukan gladi resik, serta mengkordinasikan blocking talent dan properti ,tidak lupa juga menempatkan hard prop yang ada agar in out dapat berjalan dengan lancar ketika memasuki tahapan produksi. Pada tahapan produksi program, tim Floor Director menjalankan flow acara sesuai rundown. Cue-ing yang dilakukan tim Floor Director dalam program Gala Show X Factor Indonesia berbeda dengan konsep Hand Signal Zettle, dimana tidak semua gesture dipakai, hanya countdown gesture saja yang digunakan, sisanya berupa penggunaan matador ataupun suara teriakan secara verbal dikarenakan kondisi panggung yang luas dan gelap. Pada tahapan pasca produksi program, tim Floor Director jarang diikutsertakan dalam proses evaluasi. Evaluasi diadakan ketika adanya suatu kejadian fatal dalam tahapan produksi.
SARAN 1. Sebagai program X Factor perdana pertama di Indonesia, ada baiknya Floor Director lebih diikutsertakan dalam proses evaluasi setiap program berakhir agar dapat meningkatkan kinerjanya di episode berikutnya. 2. Tim Floor Director yang menangani traffic artist ditambahkan agar dapat menjaga Juri yang suka berkeliaran ketika commercial break. 3. Tim Floor Directordisediakan peralatan Intercom yang lebih canggih agar proses komunikasi yang terjadi antara Program Director dengan Floor Director atau sesama Floor Director lancar dalam melaksanakan komando, tanpa terjadi salah paham.
REFRENSI Bryman, A. (2008). Social Research Methods. New York: Oxford University Press. Curry, I. (2011). Directing and Producing for Television 4th edition. Canada: Focal Press. Hamidi. (2004). Metode Penelitian dan teori komunikasi. Malang: Universitas Muhammdiyah Malang. Henny. (2004). Manajemen Media Massa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Kasali, R. (2008). Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Meleong. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja. Millerson, G. (2009). Television Production 14th edition. Canada: Focal Press. Morrisan. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Pernada Media Group. Morrisan. (2010). Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. Muhammad, A. (2004). Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nasehudin, D. T. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : CV Pustaka Setia. Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurudin, M. (2007). Pengantar Komunikasi Massa (Vol. I). Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Rumondor, A. (2004). Manajemen Media Massa. Jakarta: Universitas Terbua. Stamm, K. R., & Bowes, J. E. (1990). the mass communication process : a behavorial and social prespective. Dubuque, Iowa: Hunt Pub. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, RnD. Bandung: Alfabeta. Suprapto, T. (2006). Teori Pengantar Komunikasi. Yogyakarta: Media Pustaka Belajar. Utterback, A. (2007). Studio Based Television Producing and Directing. Oxford: Focal Press. Wazis, K. (2012). Media Massa dan Konstrusi Realitas. Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Wursanto, D. (2003). Etika Komunikasi Kantor. Yogyakarta: Kanisius. Zettle, H. (2009). Television Production Handbook, tenth edition. Wadsworth Cengage Learning.
jurnal Canadian Journal of Communications Corporation. (2009). proquest. Retrieved April 24, 2013, from proquest sociology: http://search.proquest.com/docview/219617821?accountid=31532 Website Febryna, c. (2010). Reality Showi Televisi Swasta National Indonesia. Dipetik 05 20, 2013, dari Scribd: http://id.scribd.com/doc/29480330/Beberapa-Definisi-Reality-Show Hidayat, G. Y. (2007). Resource Detail. Dipetik 04 11, 2013, dari Petra Christian University Online Catalog: http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_6760.html http://allaboutduniatv.blogspot.com/2013/05/rating-report-top-7-rating-ajang.html http://en.wikipedia.org/wiki/X_Factor_Indonesia#Television_ratings Taqiyuddhin, M. ". (2012, November 21). Cibeng News. Dipetik Maret 27, 2013, dari cibengnews.blogspot.com: http://cibengnews.blogspot.com/2012/11/efek-komunikasimassa.html www.rcti.tv www.xfactorindonesia.com
RIWAYAT PENULIS Johnson Adiguna Putra Perkasa Njoto lahir di kota Jakarta pada 21 Oktober 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang Broadcasting pada tahun 2014. Penulis pernah aktif di organisasi Binus TV sebagai Manager Talent & Crew serta Producer program warna warni Binus TV.
Rahmat Edi Irawan Dosen bidang penyiaran pada Peminatan Broadcast Jurusan Maketing Communication, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, Binus University. Menyelesaikan S1 Jurusan Pendidikan Sejarah di IKIP Jakarta (1994), S2 Ilmu Komunikasi di Universitas Mercu Buana Jakarta (2012), dan saat ini sedang menyelesaikan S3 Ilmu Komunikasi di Universitas Padjajaran. Saat ini juga menjadi praktisi penyiaran sejak tahun 1996