Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia Laporan Tahunan 2014
Daftar Isi 4 6 8 12
12 14 15 16 17
Wilayah Implementasi SCPP Latar Belakang dan Pendekatan Pencapaian Program sampai 2014 Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi Buku Pedoman dan Publikasi Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh Pelatihan bagi Petani Kakao Petani dan Kelompok Pembibitan Demplot dan Kebun Klon
2 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
18 19 20 22 23 24 26 28 29
Rehabilitasi, Regenerasi , Penanaman Kembali Perkebunan Pertanian Kakao dan Gas Rumah Kaca Integrasi dan Sensitivitas Jender Praktik Pelatihan Gizi yang Baik Nilai Diet Keanekaragaman Pengikutsertaan Perempuan di SCPP Organisasi Petani, Akses Pasar dan Sertifikasi Kelompok dan Organisasi Petani Sertifikasi untuk Petani Berskala Kecil
30 32 32 34 35 36 37
38
Sertifikasi dan Ketertelusuran Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu Prinisip AFF dan Arah Strategis Status Keuangan Petani Berskala Kecil Praktik Keuangan yang Baik Penguatan Koperasi Dukungan untuk Pengembangan Bisnis Penyedia Layanan Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan
40 42 42 44 46 47 48
50
Peran dan Dukungan Pemerintah Forum Nasional dan Platform Forum Regional dan Platform Pengukuran Dampak Mengurangi Kemiskinan Melalui Peningkatan Pendapatan Mengurangi Kemiskinan melalui Penciptaan Lapangan Kerja Mengurangi Kemiskinan Melalui Peningkatan Kehadiran Sekolah Kesimpulan
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 3
Wilayah Implementasi SCPP
4 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 5
Latar Belakang dan Pendekatan The Sustainable Cocoa Production Program (SCPP) adalah Kemitraan Publik-Swasta besar yang dimulai pada tahun 2012 dengan fokus utama untuk membangun kapasitas yang lebih baik antara para petani kakao untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kakao. Donor-donor kami terdiri dari The Swiss State for Economic Affairs (Sekretariat Swiss untuk Bidang Ekonomi (SECO) ), Kedutaan Kerajaan Belanda (Embassy of the Kingdom of Netherlands (EKN)) , dan sektor swasta kakao, yaitu ADM Cocoa, Barry Callebaut, Cargill , Ecom, Mars , Mondeléz (dalam kemitraan dengan Cargil Cocoa Promise), dan Nestlé.
memenuhi peningkatan permintaan pengolahan di Indonesia dan untuk memperkuat rantai pasokan yang berkelanjutan untuk diekspor ke luar negeri. Target Program adalah untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis kakao hingga 75% dari 60.000 rumah tangga petani kakao yang berpartisipasi dalam kaitannya dengan masing-masing data baseline.
Program kami memperkenalkan pendekatan terpadu untuk mendorong peningkatan daya saing sektor kakao di Indonesia, yang melibatkan: (1) Praktik pertanian yang baik dan sistem transfer teknologi; (2) Integrasi Nutrisi & sensitivitas jender; (3) Organisasi Pendanaan-pendanaan tersebut dan mitra petani, akses ke pasar & sertifikasi; (4) Fasilitas pelaksana bertujuan agar tersedianya pasokan pembiayaan terpadu; (5) Manajemen biji kakao yang cukup, yang dapat dilacak pemangku kepentingan dan platform jaringan. dan diproduksi secara berkelanjutan, untuk
6 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 7
Pencapaian Program sampai 2014 Kami percaya bahwa ketertelusuran dan transparansi biji kakao sepanjang rantai pasokan adalah faktor penting untuk mempromosikan keberlanjutan produksi kakao. Sejak hari pertama pelaksanaan, kami tanpa lelah telah bekerja untuk membangun landasan bagi transparansi dalam pasokan melalui kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan dengan tujuan akhir untuk mencapai suatu perubahan sektor dalam industri kakao di Indonesia. Pada tahun 2014, bekerjasama dengan sektor swasta, kami membuat kemajuan dalam menciptakan patokan untuk sertifikasi pertanian dan praktik ketertelusuran terbaik dengan mengarusutamakan Sistem Informasi Manajemen ( Information Managemet System (MIS)) dari CocoaTrace sebagai alat untuk membantu kami mencapai tujuan ini. Pada tingkat hasil, postline survei menunjukkan bahwa-dibandingkan dengan produktivitas rolling baseline (garis dasar berjalan) dari 422 kg/ha/
8 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
tahun yang dikumpulkan dari evaluasi pertanian sebelumnya – hasil meningkat menjadi rata-rata 688/kg/ha/tahun setelah petani bergabung dalam kegiatan pelatihan. Selama periode pelaporan, SCPP telah mencapai hasil pelatihan sebagai berikut, hasil paling menonjol antara lain, untuk peningkatan produktivitas di atas dari 61%. 965 hektar ditanam kembali: total hektar perkebunan bibit di tanam untuk menggantikan pohon yang menua, sakit dan tidak produktif. Jumlah hanya berasal dari produksi bibit dan distribusi dari pembibitan yang didukung oleh Program. Bibit yang diproduksi dandidistribusikan dikonversi ke hektar dibagi dengan jumlah rata-rata (perkebunan di Indonesia) dari 800 pohon/ha dengan tingkat 90% penanaman yang sukses.
6.263 hektar diregenerasi: total hektar perkebunan di mana pohon yang menua atau/ dan yang tidak produktif di sambung samping atau sambung pucuk dengan bahan tanam unggul untuk meremajakan perkebunan, sehingga memastikan hasil dapat ditingkatkan dan berkelanjutan. Seperti yang dilaporkan di laporan sebelumnya, pemantauan untuk indikator ini dilakukan secara berkesinambungan. Rata - rata petani telah melakukan sambung samping pada sekitar 80 pohon kakao (atau 10% dari perkebunanya) berdasarkan postline data SCPP. 7.684 hektar direhabilitasi: total hektar perkebunan di mana praktik pertanian yang baik telah berhasil diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dan kesuburan tanah. Untuk indikator ini, Program semua perkebunan yang menghasilkan setidaknya 750 /kg/ha /tahun, dengan asumsi bahwa petani telah merehabilitasi perkebunan mereka dengan
menerapkan praktik pertanian yang baik dan menggunakan bahan organik. Selanjutnya, peningkatan hasil panen memungkinkan jika perkebunan dengan bahan tanam dan input pertanian yang diperbarui. Rehabilitasi perkebunan perlu dilakukan oleh semua petani yang didukung untuk mencapai keseluruhan target Program 1.000 kg/ ha/tahun. 22.304 ton biji kakao dijual untuk industri dari petani yang berpartisipasi, dimana 27% nya bersertifikat UTZ atau Sertifikat Rainforest Alliance. Dengan didukung oleh SCPP, petani telah disertifikasi, dan bisa menjual bibit kakao kepada mitra rantai suplai. Hasilnya berdasarkan informasi dari sistem kontrol internal, pedagang, dan mitra rantai pasokan dari sektor swasta dari SCPP.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 9
Komponen Inti SCPP Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi
Integrasi Nutrisi dan Sensitivitas Jender
Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan Organisasi Petani, Akses ke Pasar dan Sertifikasi
Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu 10 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 11
Praktik Pertanian yang Baik dan Sistem Transfer Teknologi Buku Pedoman (Manual) dan Publikasi SCPP terus memperbaiki buku pedoman (manual) dan menghasilkan laporan lessons learned atau pengalaman yang dipelajari untuk berkontribusi pada pengembangan sektor kakao dan memastikan teknik pertanian diperbarui untuk menanam kakao di Indonesia. Pada tahun 2014 , kami mengembangkan buku pedoman (manual) baru untuk komponen Fasilitas Pembiayaan Agribisnis Terpadu atau Agribusiness Financing Facility (AFF) yang memuat modul Praktik Keuangan yang Baik (Good Financial Practices (GFP)) untuk pelatihan petani serta modul untuk bank yang terdiri dari Pelatihan Keuangan Kakao dan Pelatihan di Sektor Kakao. Semua modul berada di rancangan tahap akhir menunggu masukan dari mitra-mitra dan pemangku kepentingan yang relevan. Selain itu, dalam kolaborasi dengan proyek TSP2 dari Uni Eropa kami telah memperbarui manual pasca-panen. Saat ini, manual tersedia dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Program juga menerbitkan berbagai laporan, kisah sukses, selebaran, seri video pembelajaran, jurnal dan brosur. Kami juga sering dibahas dalam artikel di newsletter (laporan singkat berkala) yang dikirim oleh mitra atau publikasi media massa lainnya. Untuk laporan penelitian, antara Januari dan Desember 2014, kami mengembangkan beberapa laporan sebagai berikut:
• A Rejuvenation of the Indonesian Cocoa Orchards: Boosting Productivity and Sustainability by raising Superi or Cacao Seedlings in Commercial Farmer-led Nurseries; • Agripreneur Profiles : A Study of Selected Cocoa Farmers in Mamuju and Majene, West Sulawesi, Indonesia; • Mid –Term Evaluation Report of Nutrition Training Program for Cocoa Growers and their Families in Indonesia; • Report on Emission Reduction Measurement Methodology in Cocoa Supply Chains , Indonesia; • Brief Note: Polybag Sizes in SCPP Cocoa Nurseries.
Semua publikasi tersedia di : http://www.swisscontact.org/en/indonesia/media/ publications.html
12 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 13
Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh
Pelatihan bagi Petani Kakao
Kami percaya bahwa memiliki pelatih
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
utama
adalah kunci
kualitas dari Sekolah Lapang Petani di
untuk menyampaikan pengetahuan dan
daerah implementasi yang fokus pada
keterampilan praktik pertanian yang baik
peningkatan produksi, peningkatan hasil
yang
panen, mendidik petani dan mentransfer
Program terus membangun kapasitas petani melalui modul Praktik Pertanian yang Baik selama tahun 2014. Sistem pelatihan berjenjang diciptakan untuk memastikan pelatihan yang efisien sampai ke petani berskala kecil (smallholder) di tingkat desa. Para petani andalan (key farmers) berperan dalam keberhasilan sekolah lapang karena mereka berada di baris depan Program kami. Seringkali, kisah sukses mereka menerapkan GAP mendorong petani lain untuk mengikuti pelatihan dan sesegera mungkin mengimplementasikan keterampilan yang mereka pelajari selama FFS di kebun mereka.
yang
kompeten
berkelanjutan
dan
memastikan
pengetahuan tersebut tersedia di daerah -
teknologi
daerah pelaksanaan SCPP. Oleh karena itu,
2014,
kami telah mengarahkan pendekatan yang
pelatih utama, yang terdiri dari 148
memastikan kompetensi pelatih utama di
penyuluh
berbagai modul program.
swasta.
pengetahuan.
kami
telah
Sepanjang
melatih
163
pemerintah dan 15 sektor Pelatih
utama,
bekerjasama
dengan fasilitator lapangan, bertanggung jawab untuk menyediakan pelatihan bagi petani di sekolah lapang.
Pelatihan Utama untuk Staf dan Penyuluh
800
Setelah dilaksanakannya pelatihan KF, FFS lalu di implementasikan. Selama periode pelaporan, secara total 15.154 petani ( termasuk Petani Andalan ) dilatih menggunakan modul - modul GAP, pasca panen, manajemen pembibitan, dan hama dan penyakit. Hal ini membawa total jumlah petani kakao yang menerima pelatihan SCPP dari awal program hingga akhir 2014 menjadi 46.019 petani, dimana Secara keseluruhan pada tahun 2014, 19% peserta adalah perempuan. Program telah melatih 418 petani andalan untuk pertama kalinya, termasuk 7% dari Secara keseluruhan, SCPP telah mencapai mereka adalah perempuan pemimpin 77% dari 60.000 petani yang ditargetkan pertanian. Semua peserta telah dilatih GAP pada akhir 2015. dan pengembangan kelompok petani,
155
700
Peserta Sekolah Lapang dalam Pelatihan Praktik Pertanian yang Baik
600
33
500
645
400 300 200 100 0
sementara beberapa dari mereka menerima pelatihan lebih lanjut dalam Pengendalian Internal / Sistem Manajemen (ICS/IMS) dan sertifkasi.
33 141
15 148
Target
Hasil Per Tahun 2014
60.000 Swasta
480
Pemerintah
12.000
50.000
8.758
40.000 30.000
Target
Hasil Kumulatif 2012-2015
20.000 10.000 0
Program juga terus melakukan diskusi untuk mengalokasikan pendanaan dari pemetintah agar petugas penyuluh dapat menjalankan tugasnya di lapangan
48.000 2.810 11.240
2.810 12.344
Target
Hasil Per Tahun 2014
37.261
Target
Perempuan Laki - Laki
Hasil Kumulatif 2012-2015
Sejak Program di mulai pada tahun 2012, total 347.713 jumlah hari pelatihan Praktik Pertanian yang Baik telah diberikan kepada petani di berbagai wilayah implementasi. Petani menerima rata-rata 7,5 hari pelatihan untuk modul Pelatihan GAP 14 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 15
Petani dan Kelompok Pembibitan Upaya untuk mendorong petani dan kelompok tani untuk membangun kebun pembibitan terus berlanjut sepanjang tahun 2014. Program ini mendorong petani dan kelompok tani untuk mengelola kebun pembibitan untuk memastikan ketersediaan bahan tanam yang berkualitas tinggi di tingkat desa. SCPP mendorong pembentukan standar kebun pembibitan dengan ukuran 6x9 m, yang memiliki kapasitas untuk menghasilkan 1.500 bibit kakao dalam waktu 5 - 6 bulan, sebanyak 3.000 bibit per tahun untuk setiap kebun pembibitan. Bibit yang dihasilkan terutama digunakan oleh petani untuk tujuan peremajaan dan penanaman kembali. Untuk mendorong motivasi petani, program menyediakan polybag, pipa air, plastik ultraviolet untuk atap, pagar jaring, pupuk dan beberapa bahan penanaman klon yang unggul selama tahun pertama. Para petani harus membayar bahan kontruksi seperti tiang dan kayu, dan tanah untuk polybag. Kelompok mengumpulkan biaya keanggotaan untuk membayar bahan
16 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
bangunan dan tanah, tetapi biasanya hanya dalam musim pertama. Tidak perlu menyewa tenaga kerja untuk membangung kebun pembibitan, karena petani membangun sendiri. Kebun pembibitan diharapkan menjadi mandiri (self-sustaining) ketika penjualan bibit dimulai. Sampai akhir tahun 2014, Program mendukung pembangunan 293 kebun pembibitan dengan kapasitas untuk memproduksi hingga 537.716 bibit berkualitas tinggi per musim, sehingga mencapai kapasitas tahunan hingga 1.075. 432 bibit. SCPP juga dalam waktu dekat ini mengembangkan buku pedoman (manual) pembibitan komersial untuk membimbing petani melalui proses - proses awal yang menantang dalam pendirian sebuah usaha pembibitan, yang melibatkan langkah keuangan dan administrasi yang asing bagi petani. Saat ini, laporan tersebut sedang diselesaikan dan akan dipublikasikan di Q12015.
Demplot dan Kebun Klon Pengenalan modul GAP melalui pendekatan partisipatif dari petani di demplot kelompok tani ternyata efektif dalam membangun kapasitas petani. Demplot memperkuat kapasitas dari kelompok atau individu untuk keputusan manajemen pertanian yang didasarkan pada pemahaman yang lebih baik mengenai teknik pertanian yang diperbarui, keadaan dan prioritas. Selama tahun 2014,Program telah membantu kelompok untuk membangun 484 demplot. Sejak SCPP dimulai pada tahun 2012 sampai dengan akhir 2014, Program telah memberikan bantuan teknis untuk kelompok tani untuk mempertahankan lebih dari 1.491 demplot.
Untuk mendapatkan bahan tanam berkualitas tinggi di daerah pedesaan di mana petani hidup merupakan sebuah tantangan, terutama klon yang unggul. Karena itu, kami mendirikan lima kebun klon di Pidie Jaya dan Kabupaten Aceh Tenggara di Aceh, Kabupaten Mamuju di Sulawesi Barat, Kabupaten Tanah Datar di Sumatera Barat, dan Kabupaten kolaka Timur di Sulawesi Tenggara. Kebun klon tersebut telah memberikan entres (budwood) dari klon unggul untuk petani yang melakukan sambung samping pada pohon mereka yang menua dan / atau sambung pucuk di pembibitan yang dikelola petani.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 17
Rehabilitasi, Regenerasi dan Penanaman Kembali Perkebunan
Pertanian Kakao dan Emisi Gas Rumah Kaca
Untuk mengatasi pohon yang menua dan tidak produktif, serta meningkatkan hasil, Program mempromosikan rehabilitasi, regenerasi, dan penanaman kembali. Melalui modul GAP, Program ini menunjukkan bahwa petani melakukan pemangkasan, sanitasi serta praktik pemupukan organik dan anorganik di perkebunan mereka untuk rehabilitasi yang lebih baik.
Sejalan dengan upaya global dan nasional untuk mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca, SCPP dan mitra - mitranya ingin mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca di sektor kakao. Emisi CO2 dari kegiatan di sektor kakao diharapkan meningkat karena kegiatan peningkatan (upscaling) baru-baru ini di sektor kakao, terutama ditargetkan untuk mengintensifikasikan produksi di perkebunan yang sudah ada.
Metode sambung samping disarankan untuk petani dengan hasil panen yang tinggi dan toleran terhadap penyakit, sementara sambung pucuk disarankan untuk penggantian pohon yang tidak produktif dengan yang baru. Mendorong petani untuk meregenerasi dan menanam kembali kebun mereka lebih sulit dibandingkan menyarankan mereka untuk merehabilitasi perkebunan mereka. Meskipun fakta menunjukkan bahwa sebagian besar petani sudah menerima pelatihan, dan sudah diperlihatkan contoh pohon di sambung samping, namun beberapa petani masih enggan untuk
18 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
melakukan sambung samping terhadap pohon mereka. Ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan mengabaikan manfaat dari regenerasi. Para petani khawatir bahwa mereka mungkin akan kehilangan pendapatan selama beberapa waktu karena pohon pohon akan berhenti untuk memproduksi sampai batang yang di sambung samping mulai menghasilkan kembali. Ini juga berlaku untuk pemangkasan,karena persepsi petani bahwa lebih banyak cabang berarti akan menghasilkan banyak biji masih sulit untuk diubah. Kami percaya bahwa bantuan jangka panjang dan pelatihan secara kontinu diperlukan untuk membuat pemahaman yang lebih baik mengenai regenerasi pertanian dan penanaman kembali. Di wilayah pelaksanaan, Program mendirikan perkebunan penanaman kembali sebagai contoh bagi petani untuk melihat dan belajar mengenai dampak penanaman dalam jangka panjang untuk peningkatan produktivitas.
Sebagai pemimpin di PISAgro - Kelompok Kerja Kakao (Cocoa Working Group), Program telah berkomitment untuk mengembangkan metodologi untuk mengukur dan memantau emisi gas rumah kaca dalam rantai pasokan kakao. Kami bermaksud untuk mengintegrasikan target untuk pemantauan dan mitigasi emisi gas rumah kaca dalam kegiatan Program untuk meningkatkan dampak lingkungan yang positif. Pada tahun 2014, Program melibatkan organisasi South Pole untuk mengidentifikasikan sumber emisi gas rumah kaca terutama di sektor kakao. Laporan dari South Pole menjelaskan
metode dan parameter untuk mengukur emisi gas rumah kaca dari kegiatan pada setiap tahap rantai pasokan kakao, termasuk kegiatan yang dilakukan oleh petani kakao, tempat pembelian hulu, gudang regional, dan penggilingan dan produsen kakao tingkat nasional.
South Pole juga menemukan potensi untuk menyimpan karbon di perkebunan kakao, juga disebut sebagai penyerapan karbon, dengan mempromosikan penanaman pohon rindang dan pembatas di perkebunan, yang akan meningkatkan stok karbon dari perkebunan kakao. Sebagai tanggapan, Program ini mengikutsertakan metodologi tertentu dalam sistem pemantauan untuk mengidentifkasi penyerapan karbon di perkebunan kakao untuk menyeimbangkan emisi gas rumah kaca untuk menetralkan karbon dari perkebunan kakao. Selama Q1-2015, SCPP akan melihat lebih jauh ke isu lingkungan dan mengevaluasi dampak pertanian kakao pada karbon.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 19
Integrasi Nutrisi dan Sensitivitas Jender Di Indonesia, gizi buruk tidak hanya disebabkan oleh tidak tersedianya makanan bergizi dalam keluarga berpenghasilan rendah, tetapi juga dari kebiasaan makan yang tidak memadai. Pemahaman pentingnya gizi seimbang dalam masyarakat di Indonesia masih rendah, terutama daerahterpencil. Kurangnya pengetahuan mengakibatkan, antara lain, defisiensi vitamin A dan kekurangan zat besi, yang mempengaruhi terutama wanita hamil dan menyusui, dan bayi. Hanya 42% dari anak-anak di bawah usia enam bulan disusui dengan ASI ekslusif. Nutrisi yang tidak tepat memiliki dampak kepada kemampuan seorang anak untuk tumbuh dan belajar, yang pada akhirnya kemampuannya untuk keluar dari kemiskinan. Menanggapi ini, SCPP mengimplementasikan komponen nutrisi untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi dengan meningkatkan produksi tanaman pangan bergizi melalui berkebun di rumah dan meningkatkan kualitas gizi asupan makanan melalui kebiasaan memakan-makanan yang lebih baik dan praktik yang baik dalam pemberian makan anak. Pemantauan terbaru mengungkapkan bahwa berkebun di rumah telah membantu meningkatkan gizi rumah tangga petani melalui diet yang lebih baik dan mendapatkan penghasilan tambahan dari penjualan hasil panen surpulus kebun rumah mereka.
Rumah Tangga dengan Kebun Sayur
Rumah Tangga yang merawat Kebun Sayur Survey Awal dan Akhir 2014
70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Aceh
Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sumatera Seluruh SCPP Selatan Tenggara Barat Barat Data Awal Kebun Sayur %
20 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Data Akhir Kebun Sayur %
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 21
Pelatihan Praktik Gizi yang Baik
Nilai Diet Keanekaragaman Individu (IDDS)
Dasar pemikiran dari GNP adalah bahwa perbaikan ketahanan pangan dan gizi tidak hanya penting bagi masa depan generasi petani kakao karena perkembangan fisik dan mental yang lebih baik, tetapi juga untuk meningkatkan produktivitas petani kakao.
SCPP dengan konsisten mengumpulkan baseline IDDS sebelum pelatihan GNP dimulai Perbandingan IDDS - Baseline dan Post-line 2014
6.0 5.0
40.000
Perempuan Laki - Laki
35.000 30.000 25.000
32.000
10.000 5.000 0
4.0 3.0 2.0 1.0
20.000 15.000
Skor IDDS
Peserta dalam Sekolah Lapang Pelatihan Praktik Gizi yang Baik
17.389
17.080
10.336
3.020
3.217
Target
Hasil Per Tahun 2014
Antara Januari dan Desember 2014, 13.553 anggota rumah tangga berpartisipasi dalam pelatihan GNP, dengan 76% kehadiran wanita. Hal ini membawa jumlah peserta pelatihan GNP sejak komponen gizi dimulai pada Desember 2012 mencapai 21.794 dari target 40.000 rumah tangga petani kakao. Akumulasi hari pelatihan pada tahun 2014 mencapai 28.707, jadi total hari pelatihan 45.189 sejak Program dimulai. Baik peserta pelatihan dan jumlah hari pelatihan telah mencapai 54% dari keseluruhan target program. Evaluasi jangka menengah baru-baru ini untuk komponen gizi yang mengidentifikasi bahwa peserta menyatakan minat yang tinggi dalam menerima informasi gizi selama pelatihan. Para peserta yang juga 22 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
8.000
4.405
Target
Hasil Kumulatif 2012-2015
anggota rumah tangga petani kakao menyatakan bahwa mereka ingin berpartisipasi lagi jika pelatihan praktik gizi yang baik ditawarkan kembali. Para peserta tertarik terhadap topik konsumsi makanan seimbang dan nutrisi untuk anak. Kelompok perempuan melaporkan bahwa informasi yang didapatkan adalah hal yang baru untuk mereka dan di desa mereka tidak ada cara lain untuk mendapatkan informasi tersebut. Mereka mengungkapkan bahwa informasi yang diterima sangat diperlukan, berguna dan menarik.
0.0
Aceh
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan Baseline IDDS
Sulawesi Tenggara
Sumatera Barat
Seluruh SCPP
Post-line IDDS
Hasil pertama dari survei postline yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa IDDS meningkat ke 5,44 dan jumlah rumah tangga yang memiliki kebun sayur di rumah meningkat dari 13% saat ini menjadi 63% di seluruh rumah tangga.
Pemantauan terbaru juga mengungkapkan bahwa beberapa rumah tangga petani mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual produk dari kebun rumahan mereka, dan bisa meningkatkan gizi mereka melalui diet yang baik. Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 23
Pengikutsertaan perempuan di SCPP Secara global, peran perempuan dalam produksi kakao jarang diakui, dan ini berlaku di Indonesia. Sepanjang wilayah implementasi, perempuan memainkan peran substansial dalam keluarga petani kakao karena mereka biasanya bertanggung jawab untuk panen dan pengeringan kakao. Program percaya bahwa mendukung wanita sepanjang rantai produksi bisa meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan produksi kakao, serta meningkatkan ekonomi dan pemberdayaan sosial wanita. Program
24 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
memperkuat upaya ini dengan memastikan setidaknya 20% partisipasi wanita dalam kegiatan pelatihan. Dengan memberikan pelatihan dan pendidikan yang sesuai dengan budaya setempat, kami fokus pada peningkatan partisipasi dan pengetahuan wanita. Selama periode pelaporan, keterlibatan wanita mencapai 19% di semua pelatihan GAP, yang mencakup pelatihan untuk pelatih utama, penyuluh, dan petani. Program juga secara konsisten mendorong perempuan untuk mengambil peran dalam kelompok tani dan manajemen petani, seperti ketua kelompok, bendahara dan
sekretaris. Sampai akhir 2014, sekitar 24% dari perempuan telah terlibat dalam posisi penting dalam organisasi petani masing-masing, termasuk 8% perempuan menjadi kepala organisasi. Hal ini menciptakan tempat bagi perempuan agar suaranya didengar selama proses pengambilan keputusan dalam komunitas mereka. Namun, presentase perempuan mengambil posisi manajemen jauh lebih rendah (8%) di Cocoa Producer Groups (CPGs) atau Kelompok Produsen Kakao yang lebih kecil.
Untuk komponen nutrisi, program mendapatkan partisipasi yang besar dari perempuan, karena peningkatan asupan makanan keluarga sering dianggap sebagai peran perempuan. Meskipun demikian, sampai dengan Desember 2014, Program telah berhasil melibatkan 20% pria di seluruh pelatihan gizi untuk menyebarluaskan pentingnya diet seimbang yang tepat di luar lingkaran ibu.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 25
Organisasi Petani, Akses ke Pasar dan Sertifikasi Kami menganggap organisasi petani sebagai langkah pertama untuk petani dalam membangun kapasitasnya. Banyak pendekatan kami yang telah diarahkan untuk membangun kohesivitas kelompok untuk memungkinkan kolaborasi yang lebih baik antara petani dalam kelompok. Di tingkat desa, setiap petani adalah anggota dari Cocoa Producer Group (CPG ) atau Kelompok Produsen Kakao. Program melatih petani andalan (Key Farmers (KF) ) yang juga pemimpin setiap CPG dalam pelatihan utama. Langkah demi langkah komprehensif kami dirancang untuk memungkinkan KF, dengan bantuan fasilitator lapangan, untuk memberikan pelatihan kepada anggota kelompok. Mekanisme didirikan untuk memastikan bahwa kapasitas teknis di GAP, GNP, dan GFP akan tersedia secara lokal di luar periode pelaksanaan program.
26 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 27
Sertifikasi Petani Berskala Kecil
Organisasi Kelompok Tani Program juga mendorong kelompok untuk membangun demplot sebagai ‘laboratorium’ petani untuk segera menguji Praktik Pertanian yang Baik yang mereka pelajari di sekolah lapang. Kelompok wajib membuat mekanisme internal untuk merawat demplot dan juga menerapkan teknik pertanian yang baru dipelajari di dalam pelatihan GAP, seperti okulasi, pemangkasan, sanitasi, pemupukan, pengomposan, dan memproduksi bio-pestisida. Selain demplot, Program juga mempromosikan kelompok pembibitan yang dikelola oleh CPG. Sepanjang 2014, Program telah memfasilitasi pembentukan 484 CPG baru di Sulawesi dan Sumatra. Sejak program dimulai pada tahun 2012, 1.491 CPG telah terdaftar, atau sekitar 75% dari keseluruhan target Program.
2.000 1.800 1.600 1.400
Kami percaya bahwa kakao yang tertelusuri dan bersertifikat merupakan salah satu jalur untuk lebih memperkuat produksi kakao dan membuatnya berkelanjutan. Oleh karena itu, Program berkomitmen untuk memfasilitasi sertifikasi di seluruh daerah pelaksanaan. Program melihat bahwa sertifikasi perkebunan dapat memicu perubahan dalam jangka panjang di tingkat perkebunan, mendorong kolaborasi kelompok yang lebih baik dengan memastikan pemeriksaan rutin dari IMS atau anggota lain, dan juga mendorong penerapan praktik pertanian yang disarankan. Kami mengakui bahwa kontribusi petani terhadap keberhasilan Program sangat besar, meskipun petani terletak di paling akhir dalam rantai
verifikasi dan sertifikasi. Pada tahun 2014, Program telah mendukung 2.033 sertifikasi petani di Kolaka Timur melalui Sertifikat UTZ. Koperasi sebagai pemegang sertifikat telah menandatangani sebuah kontrak dengan mitra sektor swasta dan menjual 732 MT biji kakao bersertifikat pada semester kedua. Sebanyak 2.899 petani di Luwu Utara, Luwu Timur dan Luwu telah menerima sertifikat dari Rainforest Alliance pada akhir tahun 2014. Secara keseluruhan SCPP telah mendukung 7.683 perkebunan sejak awal Program berjalan. Pada Q1-2015, Program akan mendukung 2.451 petani di Aceh untuk sertikasi ulang UTZ
1.200
2.000
1.000
1.491
800 600 400 200
551
484
Target
Hasil
0 Per Tahun 2014
Target
Hasil Kumulatif 2012-2015
Pendirian Kelompok Produsen Kakao
28 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 29
Sertifikasi dan Ketertelusuran SCPP adalah salah satu program kakao pertama yang menggunakan Sistem Informasi Manajemen (Management untuk Information System (MIS)) mengumpulkan, mengevaluasi, dan melaporkan data yang relevan dari setiap petani berskala kecil (smallholders) yang terlibat dalam peningkatan kapasitas Program ini dan kegiatan transfer teknologi. Sistem Manajemen Informasi yang dinamakan CocoaTrace yang berbasis cloud telah di gunakan dalam Program baru sejak Januari 2014 untuk merekam semua kegiatan Program dan untuk mengumpulkan baseline petani dan survei postline. Aplikasi tidak hanya mencakup informasi penting seperti data demografi petani dan rumah tangga, tetapi juga mendaftarkan setiap kebun kakao, jumlah pohon kakao, produktivitas mereka, hama dan penyakit yang terjadi,
30 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
aplikasi praktik terbaik, jumlah pelatihan, peta yang memuat lokasi perkebunan, tempat pembelian dan lain-lain. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan berbagai formula untuk menganalisis data baseline dan survei dan menyajikannya dalam aplikasi dasbor (dashboard) yang memungkinkan pengguna untuk membaca statistik petani dengan mudah. Pada tahun 2014, Program proses pengumpulan data beralih dari berbasis kertas ke berbasis aplikasi menggunakan tablet Android di semua daerah implementasi. Aplikasi juga telah menyelesaikan fitur penelusuran untuk merekam dan melacak pengiriman kakao dari pertanian melalui unit pembelian dan pedagang untuk industri yang berpartisipasi. Fitur tersebut telah diuji pada November 2014 dengan dua perusahaan
sektor swasta: ADM di Kolaka dan Cargill di Bone. SCPP berencana untuk menjalankan proyek percontohan dengan fitur ketertelusuran pada Q1 -2015 di Soppeng, Mamuju, dan Kolaka Timur dengan tujuan agar mitra sektor swasta sepenuhnya mengintegrasikan CocoaTrace dalam rantai pasokan mereka untuk mendokumentasikan pengiriman kakao dari petani yang dilatih oleh SCPP. Program juga terus mempromosikan pemanfaatan aplikasi bersama rantai pasokan, termasuk kelompok tani. Pada tahun 2015, Program berencana untuk melengkapi IMS dengan CocoaTrace. Organisasi petani dengan mudah mengambil data kemajuan anggota dan memastikan kepatuhan mereka terhadap sertifikasi dan mampu mematuhi persyaratan ketertelusuran.
Database
yang
disajikan
oleh
aplikasi dapat digunakan oleh organisasi petani untuk memantau peningkatan produktivitas anggota atau masalah pertanian serta peningkatan pendapatan mereka dari harga premium biji kakao bersertifikat, sebagai bagian dari IMS koperasi. Di sisi permintaan, pihak pemangku kepentingan yang berkaitan dengan pemberian sertifikat kakao danketertelusuran kakao, disediakan informasi login untuk mengakses profil petani kakao, database perkebunan, proses, volume produksi dan penanganan pasca panen untuk memastikan transparansi total. SCPP mentransfer pemanfaatan penuh dari CocoaTrace untuk organisasi petani dan mitra rantai pasokan. Secara bersamaan, evaluasi berkelanjutan untuk meningkatkan user interface CocoaTrace dan proses penyerahan data.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 31
Fasilitas Pembiayaan Agrisbisnis Terpadu (AFF) Prinsip AFF dan Arah Strategis Akses ke Keuangan (Access to Finance (A2F)) lebih dari sekedar akses ke pinjaman. SCPP meyakinkan solusi lain harus dilaksanakan untuk para petani, terutama yang menyangkut masalah tabungan. Untuk mencapai target jangka pendek, Program tidak akan merugikan sektor dengan tergesa-gesa memberikan izin untuk mendekati petani SCPP dan organisasi tani atau untuk membuat intervensi distorsi pasar seperti hibah, subsidi atau dana jaminan. Dari sisi perbankan, tidak ada organisasi tani yang didukung memiliki kapasitas untuk menyerap pendanaan besar. Data baseline yang dikumpulkan pada Q4-2014 menemukan bahwa 41% dari petani kakao yang didukung oleh SCPP tidak membutuhkan pinjaman. Mendorong pinjaman tanpa produk yang tepat akan menempatkan petani berhutang lebih dan mengarahkan untuk penyalahgunaan dana dan penggunaannya untuk tujuan konsumtif. Ini berarti, meskipun petani menerima pinjaman, mereka bukan merupakan target dari AFF ataupun SCPP. Untuk alasan yang disebutkan di atas, pendekatan AFF termasuk produk pinjaman dan tabungan yang tepat, yang mudah dimengerti, sederhana untuk dikelola, menarik secara komersial dan memiliki manfaat bagi rumah tangga petani. AFF juga bertanggung jawab untuk memperkuat koperasi petani lebih lanjut. Beberapa penyesuaian dibuat ke arah yang strategis, seperti modul bisnis terstandarisasi dan pelatihan untuk mendukung pengelolaan koperasi, yang sering memiliki latar belakang pendidikan yang sangat beragam. Pembinaan dan dukungan jangka panjang akan diberikan untuk memotivasi koperasi sehingga mereka bisa maju. Hal ini memungkinkan AFF untuk lebih fokus pada organisasi petani yang termotivasi.
32 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 33
Status Keuangan Petani Berskala Kecil
Pelatihan Praktik Keuangan yang Baik
Berdasarkan informasi dari 3.152 kuesioner tentang keuangan dengan ukuran sampel 20,19% di Sulawesi Barat, 17,85% di Sulawesi Tenggara dan 9,15% di Sulawesi Selatan,Program mendapatkan gambaran akses ke keuangan formal.
Dimulainya AFF pada tahun 2014 adalah awal yang menjanjikan untuk komponen finansial Program, meskipun hasilnya berbeda dari yang diharapkan oleh para donor dan industri. Sejak Agustus sampai akhir 2014, Program telah memberikan pelatihan literasi finansial untuk 3.196 anggota rumah tangga petani.
Program menganggap pinjaman dari bank dan koperasi sebagai formal, sepertihalnya rekening tabungan di lembaga-lembaga tersebut. Rata-rata jumlah pinjaman yang disalurkan dari lembaga keuangan formal sampai akhir 2014 adalah Rp. 14.000.000.
34 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
SCPP memperkirakan bahwa jumlah menurun antara sekitar 10 Juta sampai dengan 12 juta Rupiah sampai akhir program, karena biaya input jauh lebih rendah sementara jumlah yang disimpan sulit untuk diperkirakan. Perlu dicatat bahwa banyak petani yang menyimpan uang di tempat lain selain lembaga keuangan, atau menginvestasikan uang yang tersedia dalam usaha mereka sendiri, di mana kakao adalah bagian, tapi bukan satu-satunya usaha yang dikelola.
paling penting, mempromosikan tabungan.
Program juga mengembangkan buku pedoman (manual) bagi lembaga keuangan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang sektor kakao dari sudut perbankan. Sampai akhir periode pelaporan, sekitar 1.393 petani telah menerima pinjaman dari lembaga keuangan. Program Pelatihan untuk membangun kapasitas akan fokus pada akses ke keuangan pada petani, terutama kapasitas perencanaan tahun 2015. yang lebih baik memberikan pengetahuan tentang persyaratan pinjaman dan yang
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 35
Penguatan Koperasi Staf Program secara kontinu menyediakan bantuan teknis untuk pengembangan koperasi di tingkat kabupaten. Sepanjang daerah pelaksanaan SCPP, koperasi koperasi baru sedang dimulai, sementara koperasi-koperasi yang ada menilai kapasitas mereka untuk mengidentifikasi dukungan yang dapat diberikan oleh Program. Untuk koperasi Koka Jaya yang sudah berjalan di Pidie Jaya, Kelompok Usaha Bersama (KUB) Payung Bersama di Palopo, dan Koperasi Kelompok Gabungan Gapoktan (KGG) di Kolaka, Program telah memberikan berbagai pelatihan kepada anggota pengurus untuk meningkatkan kapasitas organisasi, operasional dan
36 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
manajemen mereka. Program saat ini sedang merancang kurikulum pelatihan koperasi untuk di implementasikan pada tahun 2015. Data baseline yang dikumpulkan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa sebagian besar koperasi petani berniat untuk mengembang kan usaha perdagangan kakao. Sebagai tanggapan, Progam menilai bahwa dampak krisis akan mengganggu struktur pasar saat ini. Namun, Program juga mengakui keuntungan, salah satunya adalah petani mendapatkan harga yang adil dan lebih tinggi. Pada saat ini, Program bekerja untuk merumuskan pendekatan yang tepat untuk situasi ini, termasuk kegiatan peningkatan kapasitas yang mungkin diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan ini di tahun 2015.
Dukungan untuk Penyedia Layanan Pengembangan Bisnis (BDSP) Pada Q2-2014, Program melibatkan BDSP lokal dari Lembaga Pengembangan Usaha Menengah Kecil di Makassar untuk wilayah Sulawesi dan Pusat Informasi dan Pengembangan Bisnis (Pinbis) di Aceh untuk wilayah Sumatra selama proses mengembangkan buku pedoman literasi finansial bagi petani serta memfasilitasi pelatihan untuk staf lapangan SCPP. SCPP berencana untuk melibatkan Pinbis secara teratur sepanjang paket pelatihan AFF untuk memastikan bahwa pengetahuan tersedia bahkan setelah periode pelaksanaan SCPP.
Di Sulawesi Selatan, Program juga berkolaborasi dengan CocoaCare untuk memberikan pelatihan untuk menjadi pelatih dalam literasi finansial. SCPP juga mendukung koperasi lain sebagai BDSP dengan menerapkan kemitraan dengan Kiva, platform crowd funding di mana pemberi pinjaman sosial membiayai klien tertentu. Program juga menyusun pembiayaan pertanian Syariah yang akan diselesaikan ketika usulan kemitraan diterima.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 37
Manajemen Pemangku Kepentingan dan Platform Jaringan SCPP mempromosikan fungsi strategis dari platform jaringan, seperti
pertukaran
pengalaman,
sinkronisasi
pendekatan
peningkatan kapasitas, dan berbagi pengetahuan. Program ini berkomitmen untuk berpartisipasi dalam berbagai platform serta untuk mendukung pelaksanaan manajemen pemangku kepentingan dan platform jaringan di tingkat nasional dan regional. Pada tingkat global, Direktur Program SCPP menghadiri pertemuan dewan konsultasi dan lokakarya sertifikasi yang di selenggarakan oleh ICCO di Zurich, Swiss, pada bulan Maret 2014, dan pada bulan Juni 2014 Direktur Program mengambil bagian dalam World Cocoa Confrence di Amsterdam, Belanda. Pada bulan Desember 2014, Dewan Kakao Internasional dari ICCO menyetujui Direktur Program SCPP sebagai representatif untuk Konsultasi Dewan ICCO di World Cacao Economy, untuk tahun kakao 2014/2015 dan 2015/2016.
38 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 39
Peran dan Kontribusi Pemerintah Daerah Sebagai organisasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional, Swisscontact berkoordinasi penuh dengan Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri). Instansi pemerintah pusat maupun daerah adalah aktor kunci di semua kegiatan SCPP.
sebagai upaya advokasi agar pemerintah dapat berkontribusi lebih besar terhadap pembangunan sektor kakao, terutama dalam kegiatan SCPP.
Dukungan dari Pemerintah untuk Program pada tahun 2014 adalah sebagai berikut : • •
Program juga memperkuat strukturnya dengan petugas hubungan pemerintah yang Antara Januari dan Desember 2014, ahli dan tim lapangan yang solid untuk sejumlah pertemuan koordinasi di tingkat melakukan advokasi secara kontinu. nasional dan regional di selenggarakan • •
•
•
•
•
•
40 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Pemerintah pusat terutama Kemendagri, telah memfasilitasi pertemuan koordinasi dengan provinsi dan kabupaten di mana SCPP diimplementasikan; Kemendagri dan tim antar Kementrian, yang terdiri dari Sekretaris Negara, Kementrian Luar Negeri, Kepolisian Indonesia, Badan Intelijen, dan Badan Intelijen Strategis, telah melakukan pemantauan tahunan atas nama Pemerintah dan mengevaluasi kegiatan SCPP di Mamuju , Sulawesi Barat. Misi pemantauan menyimpulkan bahwa SCPP telah memberikan kontribusi terhadap program pem bangunan pemerintah daerah secara kolaboratif. SCPP ingin mengambil koordinasi yang baik ini ke tingkat yang lebih tinggi; Sumbangan pemerintah seperti bantuan teknis melalui berbagai lembaga, ruang kantor, dan gunting pemangkasan dan alat lain untuk peserta FFS; Beberapa kabupaten sepakat untuk mengalokasikan dana pendamping tambahan untuk mendukung kegiatan SCPP yang diprakarsai melalui mekanisme pengelolaan keuangan daerah melalui Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Anggaran Tahunan Daerah ( APBD) di tahun 2015; Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) dalam pelaksanaan SCPP ke wilayah implementasi sepakat untuk mendukung kegiatan peningkatan kapasitas koperasi petani untuk memungkinkan mereka mengelola koperasi sendiri; Dinas Kesehatan (Dinkes) di wilayah pelaksanaan SCPP setuju untuk memberikan bantuan teknis mengenai gizi melalui penyuluh mereka untuk mempromosikan praktik gizi yang baik, dan juga menunjukkan dampak negatif dari petisida untuk rumah tangga petani kakao; Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) setuju untuk menyediakan alat-alat dan peralatan untuk demplot, tenaga kerja dari penyuluh, dan beberapa tindak lanjutan pembinaan teknik budidaya untuk petani kakao; Di beberapa kabupaten Dishutbun telah mulai meniru metode pelatihan SCPP untuk staf mereka dan memperkenalkan praktik terbaik dari SCPP untuk petani di kecamatan mereka; Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah (Bappeda) sepakat untuk mendukung data statistik lokal, peta penggunaan lahan, dan ruang kantor untuk staf Program. Selanjutnya, di semua bidang pelaksanaan, Bappeda, sebagai lembaga terkemuka pemerintah daerah, telah memfasilitasi koordinasi yang baik antara SCPP dan pemangku kepentingan terkait dalam pelaporan, pemantauan, dan evaluasi SCPP.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 41
Forum Nasional dan Platform Dari awal, Program telah melibatkan kemitraan sektor publik dan swasta untuk mendukung pelaksanaanya. Inisiatif itu lebih diintensifikasikan melalui partisipasi aktif dalam berbagai platform untuk pengembangan sektor kakao dan berbagi pengetahuan. Pada tingkat nasional, Direktur Program SCPP telah terpilih kembali untuk satu tahun lagi memimpin Dewan Pengawas - Cocoa Sustainability Partnership (CSP). Tahun sebelumnya telah menjadi tahun perubahan, dimana Swisscontact harus meninjau penyusunan dan struktur tata kelola CSP. Penyusunan ulang telah
membebani Program Direktur, tetapi bertujuan untuk memberdayakan kantor eksekutif CSP, dan pada akhirnya keberlanjutan CSP sebagai platform lintas sektor. SCPP Swisscontact juga menjadi anggota penuh dari Kemitraan Berkelanjutan untuk Agrikultur Indonesia (PISAgro) dan memimpin Kelompok Kerja Kakao. Kelompok Kerja Kakao telah menjadi patokan untuk kelompok kerja lainnya dan terus memberikan hasil yang sangat baik dalam pelaksanaan, pelaporan, dan penampilan publik.
Forum Regional dan Platform Program terus mendukung pengembangan empat Forum Regional Kakao di Sulawesi dan Sumatra, dan mulai menghubungkan mereka dengan CSP. Anggota Dewan dari semua Forum Kakao berpartisipasi dalam Rapat Majelis Umum dan berbagi perkembangan terbaru dan tantangan mengenai pembangunan keberlanjutan kakao di daerah masing-masing.
42 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Tim eksekutif CSP terlibat dalam peningkatan kapasitas Forum Kakao dan bergabung dalam pertemuan rutin dari Forum Kakao di tingkat Regional. Sebagai keberlanjutan dari SCPP, dukungan pelaksanaan dari Forum Kakao di tingkat Regional telah disiapkan pada tahun 2014 dan akan dilakukan pada tahun 2015, sehingga CSP akan sepenuhnya di dukung.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 43
Pengukuran Dampak SCPP mengumpulkan baseline dari setiap penerima manfaat dari SCPP dan bertujuan untuk melakukan survei postline dari setidaknya 10% petani yang didukung setiap tahun untuk mengukur dampak keseluruhan kegiatan SCPP, melihat dari tiga indikator: peningkatan pendapatan petani, pekerjaan tambahan tercipta, dan tingkat kehadiran di sekolah. Program menggunakan Progress Out of Poverty Index yang terbarui yang dikembangkan oleh Grameen Foundation dan direkomendasikan oleh Committee on Sustainability Assesment (COSA). Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner sederhana, SCPP memperkirakan kemungkinan rumah tangga petani kakao memiliki pengeluaran di bawah garis kemiskinan dari Millenium Development Goals pada USD 1,25 per hari.
Tingkat Kemiskinan - 1.25%/hari
Informasi yang dikumpulkan dari 5.000 petani dari survei postline hingga 2014 menunjukkan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 2%, sehingga peningkatan kondisi hidup dari petani SCPP sejak 2013 ketika versi PPI digunakan. SCPP percaya bahwa dengan meningkatkan produktivitas pertanian dan kualitas kakao, dengan meningkatkan kesehatan petani keluarga dan dengan menghasilkan penghasilan tambahan dari pembangunan pembibitan atau sertifikasi premium, Program telah memberikan kontribusi untuk kegiatan yang telah terbukti mengentaskan kemiskinan.
20% 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Aceh
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Baseline 1.25%/hari
Sulawesi Tenggara
Sumatera Barat
Seluruh SCPP
Post-line 1.25%/hari
Rumah Tangga yang hidup dibawah Garis Kemiskinan 1,25USD/hari - dibandingkan antara baseline dan post-line
44 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 45
Meningkatkan Kemiskinan Melalui Peningkatan Pendapatan Program ini mengevaluasi peningkatan pendapatan dari petani yang berpartisipasi hanya dari usaha kakao. Sumber pendapatan yang lain tidak diperhitungkan untuk pengukuran indikator ini. Oleh karena itu, sampai evaluasi dampak selanjutanya dilakukan, Program mengajukan bahwa peningkatan pendapatan 75% bisa diperoleh melalui setidaknya 75% peningkatan hasil. Selama pelaksanaan, SCPP mengumpulkan data dari setidaknya 10% petani yang berpartisipasi dalam survei postline untuk mengukur perubahan termasuk peningkatan pendapatan.
Dengan aturan yang disebutkan di atas, sesuai dengan data yang tersedia sampai akhir 2014, sekitar 25% dari keseluruhan petani yang di dukung, yaitu lebih dari 11.500 rumah tangga, telah meningkatkan pendapatan mereka setidaknya sebesar 75%
46 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Mengurangi Kemiskinan melalui Penciptaan Lapangan Kerja Mengukur pekerjaan tambahan yang di ciptakan melalui usaha kakao petani berskala kecil merupakan hal yang sulit karena pengelolaan pertanian yang masih tergolong tradisional. Oleh karena itu, Program mendefinisikan bahwa jumlah pekerjaan yang diciptakan hanya diukur dari pekerja yang diklasifikasikan sebagai diupah, bukan tenaga kerja keluarga. Data yang dikumpulkan selama survei postline saat ini masih sedang diverifikasi. Evaluasi yang mendalam diperlukan pada tingkat lapangan untuk memantau peningkatan kesempatan kerja di perkebunan dan selanjutnya dalam rantai nilai kakao.
Management System) di beberapa kabupaten di Sulawesi dan Sumatra. Anggota ICS/IMS bekerja secara paruh waktu selama audit internal dilaksanakan dalam pengembangan sektor kakao. Sejak awal Program sampai akhir 2014, Program telah menciptakan 147 pekerjaan di organisasi tani yang terkait dengan proses sertifikasi.
Untuk menghadapi terbatasnya jumlah staf yang berkualitas dan memastikan ketersediaanya di masa depan, SCPP telah memulai program magang untuk melatih lulusan berbakat dan memotivasi mereka untuk kemudian bekerja di sektor kakao yang berpotensi. Hasil pertama dari program percontohan akan dinyatakan dalam laporan Melalui proses sertifikasi, Program juga berikutnya. telah membentuk struktur ICS (Internal Control System) / IMS (Internal
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 47
Mengurangi Kemiskinan Melalui Peningkatan Kehadiran Sekolah Ada hubungan yang jelas antara pendidikan, pengurangan kemiskinan, dan keberlanjutan. Program yakin bahwa pendidikan adalah kunci mutlak untuk membangun generasi muda petani kakao yang mampu menerapkan manajemen pertanian yang profesional. Dalam jangka panjang, kapasitas pelaksanaan teknologi pertanian yang diperbarui dan peningkatan kapasitas dalam keterampilan kewirausahaan akan memberdayakan petani profesional dan menyebabkan pengurangan kemiskinan di masyarakat petani kakao berskala kecil (smallholders). Terlepas dari kenyataan bahwa banyak di antara petani yang berpikir masa depan anak-anak mereka akan lebih baik jika mendapatkan pendidikan yang tinggi dan bekerja kantoran. Dengan manajemen profesional melalui Praktik Pertanian yang
48 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Baik, Program mendukung petani untuk lebih maju dari petani tradisional menjadi pengusaha atau petani yang profesional yang dapat menghasilkan sedikitnya 1.000 kg/ha /tahun dan memperoleh penghidupan yang lebih baik melalui pertanian kakao. Program menghitung tingkat kehadiran sekolah untuk anggota rumah tangga petani yang berpartisipasi yang menghadiri sekolah dasar (anak-anak usia 7-15 tahun). Kehadiran sekolah diukur dalam presentase dari anak usia sekolah yang secara resmi menghadiri sekolah dasar. Data saat ini berasal dari survei rumah tangga nasional (BPS). Dampak terukur pada tahun 2014 dibawah target 100%, namun database pemerintah nasional mengkonfirmasi bahwa hanya 90% dari semua anak yang sekolah di wilayah pelaksanaan program di kelompok usia tersebut.
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 49
Kesimpulan Menutup
tahun
2014,
SCPP
telah Walaupun komponen AFF maju seiring
mencapai hasil yang konkret dan berjalan dengan
perkembangan
dari
arahan
sesuai dengan rencana untuk mencapai strategis dan Pelatihan untuk Pelatih untuk semua hasil yang direncanakan. Memulai pelatihan GFP, tahapan informasi pertama tahun 2015, Program telah memperbarui dikumpulkan di Q2-2014, dan pertemuan struktur
manajemen
untuk
pendekatan konsultasi diadakan di Makassar, Mamuju,
dan
penyampaian dan
memastikan
Jakarta
dengan
pemangku
hasil terbaik untuk mencapai tujuan yang kepentingan yang relevan. menyeluruh dalam menciptakan produksi kakao yang berkelanjutan di Indonesia.
Seiring
dengan
mempromosikan Sepanjang
2014,
upaya
untuk
perubahan
sektor,
telah Program telah mengambil peran penting
Program
platform
menerapkan rekomendasi evaluasi jangka dalam
jaringan,
di
tingkat
menengah atau mid-term evaluation (MTE) nasional dengan CSP dan PisAgro, dan seperti merekut staf baru, melibatkan di tingkat global dengan ICCO dan WCF. tenaga
ahli
yang
menyarankan
berpengalaman, SCPP mendukung secara konsisten untuk dan lebih transparan dan sumber biji kakao
perbaikan
mengumpulkan
merevisi tertelusuri dan untuk penguatan kapasitas
pelajaran,
struktur manajemen, dan secara kontinu dan pemahaman, tidak hanya di tingkat menyempurnakan modul yang digunakan petani,
tetapi
juga
sepanjang
rantai
pasokan.
di semua pelatihan.
Selain kemajuan yang konkret yang dicapai Secara
paralel,
dalam modul-modul pelatihan GAP, GNP mengevaluasi
Program
terus
pendekatan
dengan
dan GFP, Program juga memiliki MTE untuk penelitian, konsultasi dengan pemerintah komponen Integrasi Nutrisi dan Sensitivitas dan Jender
mitra,
yang menegaskan kontribusi meningkatkan
survei
postline,
pemantauan
dan
Program.
pelatihan GNP untuk asupan makanan Hasil pengalaman dan praktik terbaik yang yang lebih baik di rumah tangga petani. dihasilkan dari studi ini juga disebarkan MTE
juga
pelaksanaan
menarik GNP
merekomendasikan
pelajaran saat
ini
perbaikan
untuk kepada
anggota
Platform
agar
lebih
dan mempengaruhi perubahan sektor. untuk
implementasi pada tahun 2015.
50 | Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014
Program Produksi Kakao Berkelanjutan Indonesia - Laporan Tahunan 2014 | 51
Swisscontact Indonesia Country Office Gedung The VIDA Lantai 5 Kav. 01-04 Jl. Raya Perjuangan, No. 8 Kebon Jeruk 11530 Jakarta Barat | Indonesia Telp. +62-21-2951-0200 | Faks. +62-21-2951-0210
Swisscontact - SCPP Sumatera Komplek Taman Setiabudi Indah I, Jl. Chrysant, Blok E, No. 76 Medan 20132 Sumatera Utara | Indonesia Telp. +62-61-822-9700 | Faks. +62-61-822-9600
Swisscontact - SCPP Sulawesi Gedung Graha Pena Lantai 11 Kav. 1108-1109 Jl. Urip Sumoharjo, No. 20 Makassar 90234 Sulawesi Selatan | Indonesia Telp. | Faks. +62-411-421370
www.swisscontact.org/Indonesia