PERAN BBPPTP SURABAYA DALAM MENANGANI SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PENTING KOMODITI PERKEBUNAN DI INDONESIA Oleh: 1. Ir. Achmad Sarjana,MSi. 2. Erna Zahro’in,SP. Patutlah kita berbangga karena beberapa hasil perkebunan Indonesia bisa mendunia. Diantara derasnya arus impor barang dari luar negeri, beberapa produk perkebunan Indonesia masih menjadi komoditi unggulan pasar internasional. Setidaknya ada sekitar 12 komoditi unggulan perkebunan di Indonesia, yang mampu menembus pangsa pasar dunia, antara lain kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, kapas, tembakau, pala, lada, cengkeh, kelapa dan teh. Beberapa komoditi tersebut terdapat kecenderungan peningkatan volume ekspor dari tahun ketahun. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mempertahankan atau bahkan meningkatkan volume dan nilai komoditi tersebut di pasar internasional ? Mengingat
munculnya faktor pembatas
produktivitas yang selalu menjadi permasalahan dalam budidaya yaitu serangan hama dan penyakit tanaman, Akibat serangan OPT ini, dapat menurunkan hasil antara 10-50 persen. Tentunya hal ini masih menjadi “PR” yang membutuhkan kerja keras bagi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya sebagai salah satu UPT yang menangani perlindungan perkebunan. HAMA PENYAKIT PENTING KOMODITI PERKEBUNAN WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Diantara komoditi perkebunan yang menjadi unggulan pemerintah, beberapa jenis komoditi dibudidayakan di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Di bidang Proteksi, wilayah kerja meliputi delapan propinsi yaitu
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
TEBU
Target pencapaian swasembada gula tahun 2014 sebesar 5,7 juta ton, tentunya memerlukan tenaga ekstra keras di semua lini. Terutama peningkatan produksi dan produktivitas tebu melalui intensifikasi dan ekstensifikasi lahan. Mengingat tahun ini saja kebutuhan gula sudah mencapai 1 juta ton lebih, sementara penambahan areal belum memberikan produktifitas yang maksimal, termasuk terkendala serangan OPT. Serangan Chilo sp atau yang dikenal penggerek batang, luas serangan mencapai 2.586,86 ha dari luas areal 216.041,48 ha atau 1,2 % kerusakan lahan tebu meliputi
wilayah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Data tercatat adalah rekap dari laporan Triwulan 4 tahun 2013. Gejala serangan pada batang tebu ditandai adanya lubang gerek pada permukaan batang. Apabila ruas-ruas batang tersebut dibelah membujur maka akan terlihat lorong-lorong gerek yang memanjang (Gambar 1). Gerekan ini kadang-kadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Serangan lanjut akan mengakibatkan tanaman mati (Dianputri,2013).
Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang tebu (Zahro’in,2014) Serbuan Scirpophaga nivella tercatat 2049,09 ha dari luas areal 216.041,48 ha atau sekitar 0,95 % kerusakan akibat hama ini meliputi daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gejala serangan pada pucuk tebu ditandai adanya gerekan ke dalam daun muda yang belum terbuka yang mengarah lurus ke bawah. Jika pupus terbuka maka terlihat baris-baris yang terdiri dari lubang-lubang kecil. Pada tanaman tebu muda (± 3 bulan) ulat membuat lorong yang mendatar diatas titik tumbuh dan melalui pelepah daun yang masih utuh. Serangan berat pada tebu muda akan mengakibatkan mati puser/ mati pada bagian titik tumbuh tanaman (Gambar 2) (Dianputri,2013).
Gambar 2. Gejala Serangan penggerek pucuk tebu (Zahro’in,2014)
Sementara serangan hebat Lepidiota stigma tercatat 2.357,69 ha dari total areal 216.041,48 ha atau 1,09 % yang meliputi Jawa Timur, Jawa tengah dan DIY. Serangan hama berakibat tanaman menguning pada daunnya dan lama kelamaan akan mengering. Tanaman layu karena perakaran
rusak tergerek oleh uret, akar mudah
dicabut, biasanya dibawah perakaran tanaman terserang akan banyak ditemui larva L. stigma.
Gambar 3. Gejala serangan uret tebu (Zahro’in,2014) Hama ini merupakan salah satu hama penting yang menyerang tanaman tebu terutama pertanaman tebu di lahan kering. Keberadaan hama sudah terpantau sejak dekade 70 an. Akibat serangan hama ini menyebabkan penurunan hasil gula sampai 50% (Setyaningsih, 2010).
KELAPA Luas areal komoditi kelapa di wilayah kerja mencapai 872.451,29 Ha, sementara lahan yang terserang hama Oryctes rhinoceros mencapai 46.544,24 Ha atau luas serangannya mencapai 5,33%. Hama kwangwung atau yang dikenal sebagai kumbang badak merupakan hama utama pada tanaman kelapa, yang menyerang
pucuk
daun
kelapa
dengan
meninggalkan gejala khas pada daun kelapa yang menyerupai guntingan huruf V terbalik (Gambar 4). Gambar 4. Gejala Serangan kwangwung (Zahro’in,2014)
Serangan Rhyncophorus sp atau yang dikenal kumbang sagu pada tanaman kelapa, serangannya mencapai 2.401,57 ha dari luas areal 872.451,29 ha atau 0,28 % luas serangannya. Serangan terjadi didelapan propinsi wilayah kerja BBPPTP dan intensitas serangan terberat terjadi di Jawa Timur. Hama ini cukup merugikan karena menyerang bagian titik tumbuh tanaman dan jika kelapa sudah terserang maka kemungkinan besar tanaman akan mati (Gambar 5). Gambar 5. Serangan Rhyncophorus sp.
CENGKEH
Sampai saat ini Indonesia masih sebagai eksportir utama rempah-rempah di dunia, diantaranya cengkeh. Kendala yang membatasi produktivitas cengkeh antara lain serangan hama utama penggerek batang Nothopeus sp. yang mencapai serangan 2,82 persen, tertinggi di Jawa Tengah. Gejala khas serangan hama ini selalu terdapat dua lubang yaitu lubang masuk dan lubang keluar. Ukuran lubang masuk dan keluar berbeda. Lubang keluar diameternya lebih besar sesuai dengan ukuran imago yang keluar. Apabila kulit batang dibuka dan batang terserang dipotong tampak alur gerekan pada kulit, lapisan kambium, dan masuk kedalam kayu, merata disekeliling batang
Alur-alur gerekan menujukan
kerusakan sangat berat pada bagian kulit. Tanaman yang terserang hama ini akan merana pertumbuhannya, karena terganggunya aliran zat makanan yang dibutuhkan tanaman. Kerusakan berat tersebut dapat menyebabkan tanaman meranggas dan dapat mangakibatkan kematian. Berikutnya Bakteri Pembuluh
Kayu
Cengkeh
(BPKC) yang disebabkan
Pseudomonas syzygii serangannya mencapai 1,32 persen dan serangan tertinggi terjadi di Jawa timur. Penyakit BPKC merupakan salah satu penyakit yang paling merusak tanaman cengkeh karena dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 10-15%. Penyebabnya adalah bakteri Pseudomonas syzygii. Penularan penyakit BPKC dari pohon sakit ke pohon sehat melalui vektor berupa serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H. striata (di Jawa). (Uminoty,2010) Gejala serangan yang tampak yaitu daunnya gugur secara mendadak kemudian ranting-ranting pada pucuk mati. Kadang-kadang percabangan atau seluruh tanaman
layu mendadak dan mengakibatkan daun menjadi kering. Gugurnya daun dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan. Kematian tanaman cengkeh akibat penyakit ini dapat berlangsung cepat yaitu antara 3-12 bulan atau lambat yaitu antara 1-6 tahun. Umumnya pohon dewasa yang terlebih dahulu terserang ( Gambar 6).
Gambar 6. Gejala Serangan BPKC pada tanaman cengkeh (sumber:Pulitbangbun)
KAKAO
Indonesia merupakan penghasil kakao no 3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Produksinya terus tumbuh rata-rata 3,5% per tahun, pada tahun 2014 pemerintah berkomitmen untuk mengalahkan kedua Negara tersebut untuk menduduki peringkat pertama sebagai penghasil kakao terbesar di dunia. Pada tahun 2010 produksi kakao Indonesia mencapai 574 ribu ton atau menyumbang 16% produksi kakao dunia, sedangkan Pantai Gading di peringkat pertama dengan 1,6 juta ton, atau menyumbang sebesar 44%. Serangan Penggerek Buah Kakao Conopomorpha cramerella menjadi salah satu penghambat produktivitas buah kakao. Serangan hama ini tercacat sebesar 11,721.15 Ha dari Luas areal kakao di wilayah kerja sebesar 154,989.99 Ha. Tingkat serangan mencapai 7,56%. Buah kakao yang terserang biasanya berukuran panjang 8 cm dengan gejala masak awal, yaitu belang kuning hijau atau kuning jingga dan terdapat lubang gerekan bekas keluar larva. Pada saat buah dibelah biji-biji saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang dan ukurannya menjadi lebih kecil. Jika buah digoyang tidak berbunyi (Gambar 7).
perkebunan.litbang.deptan.go.id
Gambar 7. Gejala serangan C. cramerella pada buah kakao Selain hama tersebut serangan penyakit busuk buah kakao juga mengakibatkan penurunan hasil kakao. Tingkat serangan di wilayah kerja mencapai 6.1%. Serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora ini ditandai busuknya buah kakao Buah kakao yang terserang terdapat bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Penyakit akan semakin parah jika curah hujan tinggi pada kebun yang lembab dan sporangium jamur sebagai sumber penyakit mudah tersebar karena percikan air hujan.
KARET
Indonesia menempati peringkat ke 2 setelah Thailand sebagai pemasok karet mentah dunia. Ada yang menyebut Indonesia sebagai Arabnya karet dunia. Meskipun kalah dalam hal jumlah dan produktifitas perkebunan karet, namun karet Indonesia disebut-sebut menang secara kualitas dibanding karet dari Thailand. Pada tahun 2011 produksi karet di Indonesia mencapai 2,8 juta ton. Serangan penyakit jamur akar putih karet tercatat sebagai penghambat nomor satu karena serangannya pada tanaman karet berakibat akar menjadi busuk sehingga daun layu dan gugur sehingga tajuk pohon menipis akhirnya menjadi gundul dan mati (Semangun,2000). Serangan tinggi terdapat di Jawa Barat yang mencapai 2,019.75 Ha dari Luas areal karet 26,810 Ha atau Tingkat serangan mencapai 7.5%.
KOPI
Saat ini Indonesia menduduki peringkat tiga sebagai produsen kopi dunia dibawah Brazil dan Kolombia. Besarnya produksi kopi Indonesia per tahun rata-rata sekitar 600 ribu ton. Dari angka ini Indonesia dapat mensuplai 7% kebutuhan kopi dunia. Hama utama yang terdapat disemua perkebunan kopi adalah penggerek buah kopi (PBKo) dengan tingkat serangan mencapai 1,86%. Serangan hama ini cukup
penting karena hama menyerang
buah kopi, akibatnya buah cacat, berlubang dan
bermutu rendah (Gambar 8).
Gambar 8. Gejala Serangan hama PBKo pada buah kopi PERAN BBPPTP SURABAYA DALAM MENANGANI SERANGAN HAMA PENYAKIT PENTING PERKEBUNAN BBPPTP Surabaya merupakan UPT Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan yang memiliki tugas salah satunya adalah pengembangan teknologi proteksi perkebunan, sehingga harus mampu menghasilkan rakitan teknologi dalam penanggulangan serangan OPT serta dampak anomali iklim.. Beberapa rakitan teknologi tersebut antara lain: 1. Pengembangan
berbagai
produk
biopestisida
berbahan
aktif
jamur
entomopatogen dan jamur antagonis, virus, bakteri, nematoda entomopatogen, jamur mikoriza serta parasitoid Trichogramma spp. seperti tertera pada tabel 1. Tabel 1. Produk agens hayati di BBPPTP Surabaya JENIS APH Verticillium tricorpus
OPT SASARAN PBK
HASIL
KETERANGAN
Penurunan Intensitas Serangan (IS) 60-70% (3-4 bln)
OPT,buah,ranting,daun jamur establish
Synnematium B. tabaci spp
Penurunan populasi OPT dari 62.29 ekor/helai daun menjadi 4.08 ekor/helai daun
Kepadatan spora 10 /ml dengan 1x aplikasi
Beauveria bassiana
PBKo
Penurunan IS 70-80% (3-4 bln) OPT,buah,ranting,daun jamur establish
Metarhizium anisopliae
Oryctes rhinoceros
Mortalitas 70-80% setelah 2-3 bulan aplikasi
Jamur establish dilapang
Trichoderma sp.
Rhizoctonia, Phytium, P. palmivora
Menekan serangan penyakit akar/ pathogen terbawa tanah
Formulasi padat dosis 20 g/m2 atau 10 g dicampur 1 kg pupuk kandang.
6
Formulasi cair dosis 2 4 liter dalam 70 lt air disemprotkan pada bagian bawah/pangkal tanaman Sl NPV
S. litura
Mortalitas 70-80% setelah 2-3
Dosis 100gr/Ha dengan
L. stigma
minggu aplikasi Mortalitas 70-80% setelah 2-3 minggu aplikasi
1x aplikasi Dosis 20 spons/Ha dengan 1-2 kali aplikasi dengan jarak 2-3 minggu
S. litura
Mortalitas 70-80% setelah 2-3 minggu aplikasi
Dosis 20 spons/Ha dengan 1-2 kali aplikasi dengan jarak 2-3 minggu
P. marginatus
Mortalitas 70-80% setelah 2-3 minggu aplikasi
Dosis 20 spons/Ha dengan 1-2 kali aplikasi dengan jarak 2-3 minggu
Steinernema spp
Pseudomonas fluorescens
Parasitoid Trichogramma
Penyakit layu Mampu Menekan serangan bakteri Ralstonia penyakit solanacearum dan Xanthomonas campestris
Scirpophaga nivella dan Chilo sp.
Mampu menekan serangan sebesar 20%
Dosis : 10ml/tanaman dengan cara Akar bibit tembakau direndam dalam larutan bakteri selama 15 - 30 menit. atau dikocorkan/disemprotkan pada tanaman bergejala Dosis pemasangan 50 pias yang masing masing pias berisi 2000 ekor parasitoid dipasang setiap minggu pada tanaman umur 1-4 bulan
2. Pengembangan rakitan teknologi penanggulangan lahan kritis dan kekeringan serta dampak la nina pada kebun kakao yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas kakao dengan cara memperbaiki struktur tanah. 3. Pengembangan rakitan teknologi penerapan PHT pada tanaman tebu untuk penanggulangan serangan uret tebu Lepidiota stigma. Rakitan teknologi ini
mampu menekan populasi dan serangan L. stigma dibawah ambang kendali dan mampu meningkatkan produktivitas tebu secara kualitas dan kuantitas.
PUSTAKA Dianputri. 2013. Hama Penggerek Tebu. http://dianisnanta.blogspot.com/ . Diakses tanggal 13 Desember 2013 Nico, A. 2012. 5 Komoditas Pertanian dan Perkebunan Yang Mendunia. http://nico03soil.wordpress.com/2012/11/06/5-komoditas-pertanian-danperkebunan-indonesia-yang-mendunia/. Diakses Tanggal 1 Juni 2014. Setyaningsih, R. B. 2010. Hama Pemakan Akar Tebu Lepidiota stigma. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Jakarta. http://ditjenbun.deptan.go.id/perlindungan/index.php?. Diakses tanggal 20 Desember 2011.