HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN UTAMA PERKEBUNAN
Dani Sutanta S
Definisi Hama dan Penyakit
Hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia Hama tanaman sering disebut ‘serangga hama’ (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal sebagai ‘musuh petani’ Para ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang) Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya Organisme yang merugikan dari segi andangan manusia Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung
Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonimi bagi manusia
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama
Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan
Makna kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya kuantitas dan kualitas hasil
Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan, Bakteri, Virus dan faktor lingkungan (iklim, tanah, dan lain-lain)
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Tanaman tahunan dengan umur ekonomis 25 – 30 tahun Sistem pertanian monokultur Ditanam pada hamparan luas Siklus hidup hama dan penyakit pendek AKIBAT SERANGAN Kehilangan bahan tanam Tambahan biaya sisipan dan perawatan Penundaan panen Penurunan produksi Tambahan biaya pengendalian -
FALSAFAH MANUSIA
ORGANISME PENGGANGGU
MAKHLUK HIDUP
MAKHLUK HIDUP
BERSAING MANA YANG MENANG ?
MANUSIA MEMBERANTAS ORGANISME PENGGANGGU ORGANISME PENGGANGGU MEMBERANTAS MANUSIA MANUSIA + ORGANISME PENGGANGGU
KEDUDUKAN ORGANISME PENGGANGGU DALAM TEKNIK BERCOCOK TANAM
KUALITAS
PRODUKSI TINGGI
TANAMAN
FAKTOR +
KUANTITAS
FAKTOR ORGANISME PENGGANGGU
-
DAPAT DIKUASAI
-
TIDAK DAPAT DIKUASAI
ORGANISME PENGGANGGU HAMA PENYAKIT GULMA
DIKENDALIKAN
PERLINDUNGAN TANAMAN
ORGANISME PENGGANGGU DAN LINGKUNGANNYA
IKLIM
OP INANG OP = ORGANISME PENGGANGGU
MUSUH ALAMI
PERLINDUNGAN TANAMAN PD (SI) = BP - ER PD = Population Density (Kerapatan Populasi) SI = Source of Innoculum (Banyaknya Sumber Penular) BP = Biotic Potential (Kemampuan Biotic) ER = Environmental Resistance (Ketahanan Lingkungan)
BP
ER
Produksi telur/spora/biji
Daya tetas telur, daya kecambah spora/biji
Lama berlangsungnya fase
Cara reproduksi
Sex ratio
Faktor luar yang menghambat Inang Iklim - Jumlah - Hujan - Jenis - Kelembaban - Mutu - Suhu - Tersedianya - Penyinaran - Angin Musuh Alami - Predator - Parasit - Penyakit
EKOSISTEM HUTAN PD/SI
gk (a)
Waktu Kerapatan populasi/Banyaknya sumber penular Faktor penghambat
EKOSISTEM PERKEBUNAN PD/SI
gk (ab)
gk (a) Waktu Kerapatan populasi/Banyaknya sumber penular Faktor penghambat
PERLINDUNGAN TANAMAN PD (SI) = BP - ER A. 1. 2. 3.
Menurunkan BP Cara Mekanis Cara Biologis Cara Kimiawi
B. 1. 2. 3.
Menaikan ER Cara teknik bercocok tanam Cara seleksi Cara Biologis
C. Karantina Tumbuhan
Tugas Presentasi
Hama dan penyakit penting tanaman karet Hama dan penyakit penting tanaman teh Hama dan penyakit penting tanaman tebu
HAMA DAN PENYAKIT PENTING KELAPA SAWIT Dani Sutanta S
Pendahuluan
Luas lahan kelapa sawit di Indonesia 10.856.500 ha
Produksi kelapa sawit nasional mencapai 26.015.520 ton Kelapa sawit merupakan komoditas yang memiliki banyak pungsi dan kebutuhan, baik untuk skala rumah tangga maupun industri
Program konversi sumber energi minyak fosil (minyak bumi) ke biodiesel yang menggunakan bahan baku kelapa sawit
Bila ditinjau dari segi produktivitas, Indonesia dari tahun 2006 sudah mengalami peningkatan dan mengalahkan produktivitas Malaysia
Melihat kondisi – potensi lahan, industri minyak kelapa sawit, pasar hasil industri kelapa sawit baik dalam negeri maupun luar negeri serta membandingkannya dengan nilai perdagangan kelapa sawit Indonesia dan dunia
HAMA PENTING KELAPA SAWIT
HAMA PEMAKAN DAUN
1. Jenis Ulat api Setothosea asigna Setora nitens Darna trima Ploneta diducta
Ulat kantong Mahasena corbetti Metisa plana Pteroma pendula
Larva Setothosea asigna
Larva Setora nitens
Larva Darna trima
Larva Ploneta diducta
Larva Mahasena corbetti
Siklus Hidup Siklus hidup (hari) Kelompok
Ulat api
Nama Ilmiah S. asigna S. nitens D. trima P. diducta
M. corbetti M. plana Ulat kantong P. pendula
Jumlah Telur
Larva (instar)
Kepompong
4–8 3–5 4–6 5
49 – 51 (VI – VIII) 29 (VI – VIII) 30 – 39 (V – VI) 34 (V – VI)
40 23 11 – 14 13
93 – 99 55 – 57 45 – 59 52
16 18 18
80 (IV – V) 50 (IV – V) 50 (IV – V)
30 25 25
126 93 93
Tujuan mengetahui siklus hidup :
- Memperkirakan waktu munculnya hama tersebut pada generasi berikutnya - Memperkirakan ketersediaan waktu pengendalian - Menyusun strategi pengendalian (alat, bahan kimia dan tenaga kerja)
Pengendalian Hasil pengendalian yang efektif sangat ditentukan oleh deteksi awal dan diikuti perlakuan/tindakan segera Rekomendasi teknik pengendalian hama ulat api dan ulat kantong adalah : (I) Pengutipan larva (Hand picking) (II) Penyemprotan insektisida (III) Injeksi batang (IV) Infus akar (V) Pengutipan kepompong (VI) Konservasi dan eksploitasi musuh alami Pengendalian dengan menggunakan salah satu teknis tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan, sehingga perlu diterapkan pengendalian hama terpadu (PHT)
HAMA TIKUS KERUSAKAN (I)
Pembibitan - Memakan kecambah yang baru tumbuh, sehingga kecambah mati - Mengerat bagian pangkal pelepah sampai jaringan muda, bibit tumbuh abnormal atau mati. (II) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) - Mengerat bagian pangkal pelepah sehingga pelepah tumbang - Mengerat jaringan meristem sehingga bibit mati (III) Tanaman Menghasilkan (TM) - Mengerat buah muda dan buah masak - Memakan brondolan - Merusak bunga jantan JENIS TIKUS Tikus sawah : Rattus argentiventer Tikus pohon : Rattus tiomanicus Tikus rumah : Rattus-rattus diardii
Tikus rumah : Rattus-rattus diardii
Serangan baru tikus pada Tanaman Belum Menghasilkan
Bekas serangan tikus pada TBM, tampak pelepah sengkleh
Serangan tikus pada tanaman menghasilkan
Bekas serangan tikus pada tandan buah
INFORMASI RACUN TIKUS
Berdasarkan cara kerjanya, racun tikus digolongkan dalam 2 kelompok yaitu Acute dan Chronic. Racun tikus acute bersifat sangat mematikan walaupun tikus baru makan dalam jumlah sedikit, racun tikus acute juga berbahaya terhadap manusia dan binatang piaraan lainnya. Selain itu racun tikus acute dapat menyebabkan kejeraan. Contoh : Phosphide, Endrin, Bidrin Racun tikus chronic bekerja sebagai antikoagulan, yaitu apabila tikus makan racun dalam jumlah cukup akan menyebabkan pendarahan secara terus menerus.
Serangan baru tikus pada Tanaman Menghasilkan
Serangan baru tikus pada tandan muda
Serangan tikus pada bunga jantan
Burung Hantu, Tyto alba sebagai predator potensial hama tikus
HAMA TANDAN BUAH (Tirathaba rufivena) Status Hama Dalam perkebunan kelapa sawit, populasi Tirathaba pada tingkat rendah selalu ada pada semua tingkat umur tanaman menghasilkan Populasi yang rendah ini selalu terjaga oleh adanya musuhmusuh alami dan praktek budidaya. Namun serangan serius dan luas dapat terjadi pada tanaman yang baru menghasilkan. Dalam keadaan normal, hama Tirathaba hanya merusak permukaan buah dengan membuat gerekan-gerekan. Akan tetapi pada kondisi serangan berat dapat menyebabkan rusaknya tandan buah sehingga menurunkan hasil yang nyata.
Siklus Hidup
Stadia
Uraian
Waktu (hari)
Telur
Diletakkan secara berkelompok 1 – 20 butir pada permukaan seludang bunga jantan dan betina
Larva
Larva muda berwarna putih kotor, sedangkan yang dewasa berwarna coklat muda-gelap, panjang 40 mm dan ditutupi oleh rambut-rambut yang panjang
16 – 21 (5 instar)
Kepompong
Kepompong dilindungi oleh kokon dan berada di dalam tandan atau antara tandan dan pelepah warna kepompong coklat
9 – 12
Kupu-kupu
Sayap depan berwarna coklat muda kehijauan dan sayap belakang berwarna coklat muda
5 – 10
4–5
Gejala Serangan Kehadiran hama Tirathaba pada perkebunan kelapa sawit dapat dideteksi dengan gejala sebagai berikut : (I)
Dijumpai adanya bekas gerekan berbentuk cincin atau alur-alur
pada
permukaan
(II)
Adanya kotoran larva yang menutupi permukaan tandan buah Serangan baru : kotoran berwarna kemerahan (larva masih
buah
aktif)
Serangan lama : Kotoran berwarna coklat gelam sampai kehitaman (larva tidak aktif/kepompong)
Serangan baru : kotoran berwarna kemerahan (larva masih aktif )
Bekas serangan hama Tirathaba
Pohon terserang adalah pohon yang terdapat kotoran baru berwarna kemerahan pada permukaan salah satu tandan atau lebih
Pengendalian Tanaman Belum Menghasilkan dan Sisipan Dalam keadaan normal kebijaksanaan kastrasi yang dilakukan tepat waktu dan konsisten akan mampu mencegah meningkatnya populasi Tirathaba Apabila pada saat melakukan rotasi kastrasi dijumpai adanya serangan, tindakan yang dianjurkan adalah : Semua bunga/tandan yang dipotong dikumpulkan, dikeluarkan dari lapangan dan dibakar ATAU Semua bunga/atau tandan yang dipotong dikumpulkan dan disemprot dengan insektisida Thiodan 35 EC atau Regent 50 SC
Pencegahan dengan penyemprotan insektisida Untuk menekan peningkatan populasi Tirathaba pada tanaman muda, dua rotasi penyemprotan pencegahan dianjurkan : Rotasi I
: 2 – 3 bulan sebelum panen
Rotasi II
: 2 minggu setelah penyemprotan rotasi I
Penyemprotan hanya terbatas pada pohon terserang. Penyemprotan pada seluruh bunga, tandan baik yang terserang maupun sehat termasuk tandan yang sudah busuk.
Oryctes rhinoceros
Hama kumbang tanduk Oryctes rhinoceros merupakan hama penting kelapa sawit pada areal peremajaan. Kumbang tanduk dapat menyerang sejak di pembibitan, tanaman muda di lapangan dan bahkan tanaman dewasa > 7 tahun (terutama pada areal yang memanfaatkan janjang kosong sebagai mulsa).
Bekas serangan hama Oryctes
Potensi Kerusakan
Pembibitan Kumbang tanduk menggerek pangkal pelepah terbawah, dan langsung mencapai titik tumbuh. Kerusakan yang dapat dilihat adalah daun tombak mengering dan mudah dicabut. TBM Kumbang menggerek pangkal pelepah sebelah atas, kemudian meneruskan gerekan ke bawah sampai jaringan muda. Gejala yang dapat dilihat adalah adanya lubang gerekan, daun tumbang mengering dan mudah dicabut. TM Membuat lubang gerekan pada pangkal pelepah sebelah atas, setelah pelepah membuka sebagian pelepah akan patah.
Tanaman muda terserang Oryctes berulangkali
Siklus Hidup Telur diletakkan kumbang betina secara tunggal pada bahan-bahan organik yang sedang melapuk (kayu, batang kelapa sawit, janjang kosong) Telur menetas setelah 10 – 18 hari. Larva terbagi dalam tiga instar dan berlangsung selama 102 hari (63 - 180 hari). Pre-pupa dilindungi oleh serabut-serabut media hidupnya dan berlangsung 7,7 hari (6 – 12 hari) Pupa berada pada tempat yang sama selama 22,4 hari (16 – 27 hari) Setelah menjadi kumbang dewasa, tetap tinggal di dalam kokon selama 19,7 hari (11 – 29 hari) Siklus hidup Oryctes adalah rata-rata 164,3 hari (106 – 266 hari)
Larva Oryctes rhinoceros
Kumbang Oryctes rhinoceros
Permasalahan Tumbuh dan berkembangnya hama Oryctes serta kerusakan yang ditimbulkannya sangat ditentukan oleh dua faktor : (I) Ada tidaknya sumber hama (II) Tersedianya media untuk berkembang biak
Pengendalian Di dalam usaha pengendalian dilakukan dua hal penting yaitu pencegahan (menghindari penyediaan media perkembangbiakannya) dan penyembuhan yaitu dengan mematikan/menangkap serangga (kumbang, larva dan kepompong)
Pencegahan
Menanam kacangan penutup tanah
Menghancurkan tempat/media perkembangbiakannya
Penyebaran janjangan kosong dalam satu lapisan
LCC sebagai sarana pencegahan Perkembangbiakan Oryctes
Penyembuhan Wingkling (mengutip dan membunuh kumbang yang menyerang tanaman) dengan rotasi Tingkat Serangan 2 pohon/ha 3 – 5 pohon/ha > 5 pohon/ha
Frekuensi 1 bulan 2 minggu 1 minggu
Aplikasi Insektisida Aplikasi insektisida dilakukan apabila tingkat serangan > 5 pohon/ha. Insektisida
Jumlah/pohon Teknik aplikasi
Frekuensi aplikasi
Nama dagang
Bahan aktif
insektisida
air
Decis 2,5 EC Matador 25 EC Cymbush 50 EC
Deltamethrin L-sihalothrin Sipermethrin
3,5 ml 3,5 ml 10 ml
100 ml 100 ml 100 ml
Penyemprotan daun tombak dan pangkal pelepah
2 minggu
Curater 3 G
Carbofuron
15 g
-
Penaburan di sekitar pangkal daun tombak
2 minggu
Marshal 5 G
Carbosulfan
10 g
-
1 bulan
Feromone Pherotrap terdiri dari bahan ember kapasitas 15 L dengan tutup terbailk dan ditengah- tengah tutup diberi lubang dengan diameter 5 cm. Selain itu di dalam ember digantungkan pheromone Tingkat Serangan 5 – 10 pohon/ha 10 – 20 pohon/ha
Frekuensi setiap 10 ha setiap 5 ha
Pemanfaatan Jamur Metarrhizium Jamur Metarrhizium anisopliae merupakan jamur entomophatogen terhadap larva Oryctes. Keberhasilan penggunaan jamur ini adalah apabila secara pasti sudah diketahui tempat perkembangbiakan dari Oryctes. Dosis aplikasi jamur Metarrhizium anisopliae adalah 20 gr/m3 media tumbuh.
Pemasangan feromon di lapangan
Aplikasi jamur Metarrhizium pada media perkembangbiakkan
Larva Oryctes terinfeksi jamur Metarrhizium
PENYAKIT PENTING KELAPA SAWIT
PENYAKIT DI PEMBIBITAN Management pembibitan yang baik seperti : pemilihan media tanam yang baik, pemupukan tepat waktu dan dosis, penyiraman yang cukup, pengendalian gulma dan jarak tanam yang sesuai telah mampu menghindarkan pembibitan dari serangan penyakit. Penyakit daun yang menyerang pembibitan (pre dan main nursery) lebih banyak disebabkan karena faktor-faktor persyaratan di atas tidak terpenuhi. Tanaman pembibitan yang stres karena proses kompetisi unsur hara, cahaya dan air akan sangat mudah terinfeksi berbagai penyakit. Pemberian fungisida secara intensif tidak akan memberikan hasil yang baik apabila faktor-faktor penyebab stres tersebut tidak diperbaiki.
Penyakit Anthracnose (Leaf Early Disease)
Penyakit ini menyerang pada tanaman yang relatif muda di pre nursery yang disebabkan oleh jamur : - Botryodiplodia - Glomerella dan - Melanconium
Penyakit Antracnose yang disebabkan oleh Botryodiplodia
Gejala Penyakit Penyakit Anthracnose pada awalnya menyerang ujungujung anak daun di pre-nursery dengan gejala awal bintik-bintik kecil berwarna hijau terang. Bintik-bintik berubah warna menjadi coklat gelap dan melebar di pucuk-pucuk anak daun Penyebab penyakit - Botryodiplodia palmarum - B. theobromae - Melanconium elaeidis dan - Glomerella cingulata
Pengendalian Pencegahan (I) Mengurangi penyiraman berlebihan (II) Memperkecil butiran penyiraman (III) Pengaturan jarak tanam Penyemprotan Fungisida Nama dagang
Bahan aktif
Benlate Benomil Dithane M-45 80 WP Mankozeb Derosal 60 WP Karbendazim
Konsentrasi Frekuensi (formulasi produk) (minggu) (g/L air) 2,0 2,0 2,0
1
Penyakit Bintik Daun (Leaf Spot Disease) Penyakit ini pada umumnya menyerang bibit yang baru dipindah tanam ke Main Nursery. Serangan penyakit akan menjadi serius terhadap bibit yang terlambat transplanting. Penyebab penyakit adalah jamur Curvularia
Penyakit Curvularia di Pre Nursery
Penyakit Curvularia di pembibitan Main Nursery
Gejala Penyakit Pertama kali menyerang daun yang belum membuka atau yang baru membuka. Gejala awal ditunjukkan oleh bulatan kecil yang tembus pandang berwarna kuning. Bintik tersebut melebar dan berubah warna menjadi coklat cerah. Penyebab Penyakit Penyebab penyakit Leaf Spot Disease adalah jamur Culvularia eragrotidis dan C. fallac
Pengendalian Management pembibitan yang baik biasanya telah mampu mengendalikan penyakit ini. Apabila penyebab penyakit karena tanaman stres, maka faktor penyebab tersebut harus diperbaiki. Bibit yang terserang berat sebaiknya dimusnahkan. Penyemprotan fungisida dibawah akan membantu penyembuhan.
Fungisida Nama dagang
Bahan aktif
Benlate Benomil Dithane M-45 80 WP Mankozeb
Konsentrasi Frekuensi (formulasi produk) (minggu) (g/L air) 2,0 2,0
1
Cercospora Penyakit Cercospora terutama menyerang bibit di Main Nursery yang sudah dewasa > 7 bulan. Gejala Penyakit Menyerang pada daun muda yang telah membuka penuh ditandai bintik coklat kemudian melebar dan agak cekung berwarna coklat gelap.
Penyebab Penyakit Jamur dari jenis Cercospora elaeidis Pengendalian Management pembibitan yang baik biasanya telah mampu menekan serangan penyakit ini. Bibit yang mengalami serangan berat, sebaiknya harus dimusnahkan. Penyemprotan penyembuhan dapat dilakukan dengan : Fungisida Nama dagang Benlate Derosal 60 WP
Bahan aktif Benomil Karbendazim
Konsentrasi Frekuensi (formulasi produk) (minggu) (g/L air) 2,0 2,0
1
Penyakit Busuk Daun (Corticium) Penyakit busuk daun dapat menyerang di pembibitan Pre-Nursery dan Main Nursery Gejala Penyakit Menyerang daun yang belum membuka. Mula-mula terjadi luka berwarna hijau pudar dan dikelilingi warna kecoklatan. Luka tersebut melebar menjadi coklat gelap dan mengering.
Penyebab Penyakit Penyakit disebabkan oleh jamur Corticium solani Pengendalian Semua bibit yang terserang berat dikeluarkan dari pembibitan dan dihancurkan/dibakar. Untuk serangan ringan dapat diperlakukan sebagai berikut : Fungisida Nama dagang
Bahan aktif
Benlate Benomil Dithane M-45 80 WP Mankozeb
Konsentrasi Frekuensi (formulasi produk) (minggu) (g/L air) 2,0 2,0
1
CROWN DISEASE (CD) Crown Disease biasanya muncul pada tanaman berumur 2 – 3 tahun setelah penanaman di lapangan. Gejala tersebut berlangsung sampai 1 – 2 tahun dan kadangkadang dapat sembuh. Penyakit CD tidak menyebabkan kematian tanaman, akan tetapi menghambat pertumbuhan dan menurunkan produksi.
Penyakit Crown Disease pada T B M
Gejala Penyakit Gejala awal hanya dapat dilihat apabila pelepah yang belum membuka dipotong, jaringan yang terserang menunjukkan warna coklat kemerahan. Pada saat daun membuka, menunjukkan pelepah yang membengkok.
Penyebab Penyakit Secara tepat belum diketahui penyebab penyakitnya. Kepekaan beberapa progeny terhadap penyakit CD dikendalikan oleh gen. Dalam program mengawinsilangkan (Breeding), induk jantan/betina yang menunjukkan gejala CD tidak digunakan. Pemberian pupuk N yang berlebihan juga dapat memperparah gejala penyakit. Pengendalian Bibit yang menunjukkan gejala awal CD harus dimusnahkan Menghindari pemberian pupuk menunjukkan gejala awal CD
N
pada
pohon
yang
PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (Ganoderma)
Pada umumnya penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) menyerang tanaman berumur lebih dari 10 tahun, tetapi untuk daerah peremajaan serangan dapat terjadi lebih awal yaitu umur kurang dari 5 tahun. Pada keadaan tertentu serangan BPB dapat menyebabkan kematian lebih dari 80 % (areal peremajaan) dan dapat menurunkan produksi sampai 50 %.
Gejala Serangan Penyakit BPB mula-mula menyerang akar, kemudian menjalar ke pangkal batang. Kerusakan pada pangkal batang menyebabkan pembusukan jaringan sehingga transportasi air dan unsur hara dari tanah ke daun mengalami gangguan. Akibat terganggunya transportasi air tersebut beberapa daun tombak (lebih dari 3) tidak membuka, walaupun air tanah mencukupi. Gejala selanjutnya pelepah-pelepah daun tua mulai berpatahan dan mati. Gejala lain yang dapat dilihat adalah munculnya badan buah pada pangkal batang.
Tanaman muda terserang Ganoderma
Pelepah sengkleh akibat serangan Ganoderma
Badan buah Ganoderma pada pangkal batang
Penyebab Penyakit Busuk pangkal batang atau Basal Stem Rot disebabkan oleh jamur Ganoderma spp dari berbagai spesies seperti : G. boninense G. pseudoferreum G. applanatum
G. chalceum G. miniatocinctum G. tornatum
Pengendalian Sekali tanaman menunjukkan gejala serangan, tidak ada harapan untuk menyembuhkan tanaman tersebut. Pengendalian Sebelum Tanam Membersihkan sumber infeksi : (I) Membongkar seluruh tanaman, menghancurkan termasuk masa akar di dalam tanah (II) Pengolahan Tanah Pembajakan tanah untuk mematikan sisa-sisa penyakit dalam tanah (III) Penanaman kacangan Tanaman penutup tanah akan memacu proses pembusukan sisa-sisa tanaman.
Penanaman LCC, untuk mempercepat pembusukan batang
Pengendalian Setelah Tanam Pohon terserang Dipastikan sebagai pohon terserang apabila menunjukkan gejala : Lebih dari 3 daun tombak tidak membuka Beberapa pelepah daun menggantung/sengkleh Dijumpai adanya badan buah Pembongkaran Pohon Setelah 3 – 4 minggu dari peracunan pohon, pada umumnya seluruh pelepah sudah mengering, sehingga pembongkaran dapat segera dilakukan.
HAMA DAN PENYAKIT PENTING KAKAO Dani Sutanta S
Pendahuluan
Luas lahan kakao di Indonesia 1.852.900 Ha Produksi kakao nasional 777.500 ton Bahan baku cokelat Komoditi ekspor yang tidak pernah turun permintaan
HAMA PENTING KAKAO Penggerek buah kakao (PBK)
Conopomorpha cramerella Famili Gracillariidae Ordo Lepidoptera COCOA POD BORER Gejala serangan pada buah (warna kuning tidak merata) Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak berbunyi Biasanya lebih berat daripada yang sehat Biji-bijinya saling melekat, berwarna kehitaman serta ukuran biji lebih kecil
Daur hidup
Telur berwarna jingga, diletakkan satu per satu pada permukaan kulit buah Ulat berwarna putih kekuningan atau hijau muda (panjang sekitar 11 mm) Setelah ulat keluar dari dalam buah lalu berkepompong pada permukaan buah, daun, serasah, karung atau keranjang tempat bua Kepompong berwarna putih Ngengat aktif (panjang 7 mm) pada malam hari (sejak matahari terbenam sampai dengan pukul 20.30) Pada siang hari berlindung di tempat yang teduh Seekor ngengat betina mampu bertelur 50-100 butir
Hama ini dapat dikendalikan dengan : Sanitasi Pemangkasan membenam kulit buah memanen satu minggu sekali Kondomisasi cara hayati/biologi
Penyakit Penting Kakao Busuk Buah
Phytophthora palmivora Famili Pythiaceae Ordo Pythiales FRUIT ROT
Gejala Penyakit
Menyerang buah muda – masak Buah yang terserang nampak bercak- bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari pangkal, tengah atau ujung buah Bila kondisi lahan lembab, maka bercak tersebut akan meluas dengan cepat ke seluruh permukaan buah, sehingga menjadi busuk, kehitaman dan apabila ditekan dengan jari terasa lembek dan basah Penyebaran penyakit dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab terutama pada musim hujan. Buah yang membusuk pada pohon juga mendorong terjadinya infeksi pada buah lain dan menjalar kebagian batang/cabang Soilborn dan Airborn dengan spora Pada saat tidak ada buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada daerah yang mempunyai curah hujan tinggi, kelembaban udara dan tanah yang tinggi terutama pada pertanaman kakao dengan tajuk rapat
Pengendalian penyakit
Sanitasi kebun Mekanis (mengumpulkan dan membakar buah yang terserang) Kultur teknis :
Pengaturan pohon pelindung dan pemangkasan tanaman kakao merupakan hal yang penting dilakukan terutama pada musim hujan.
Penanaman klon resisten atau toleran merupakan cara yang wajib diperhatikan Pengendalian kimiawi : langkah preventif, sebelum serangan muncul
Tugas
Tuliskan Hama dan Penyakit Penting kakao lain masing-masing satu (sertakan gambarnya) Deskripsikan dengan lengkap : Siklus hidup, Gejala serangan, pengendaliannya Dikumpulkan minggu depan
HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN KOPI Dani Sutanta S
Pendahuluan
Areal kopi di Indonesia 1.240.900 Ha (BPS, 2014) Produksi kopi nasional 698.900 ton Produsen kopi terbesar keempat setelah Brazil, Kolumbia, dan Vietnam
Sumber : Dirjenbun, Deptan
HAMA PENTING KOPI Penggerek buah kopi (PBKo)
Coffee Berry Borer Hypothenemus hampei Famili Scolytidae Ordo Coleoptera
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi Umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi dengan buat lubang kecil dari ujungnya Menyerang buah kopi yang baru terbentuk (8 minnggu setelah bunga – panen) Dalam buah tua dan kering dapat ditemukan lebih dari 100 PBKo
Daur hidup
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi Larva menjadi pupa di dalam biji Dewasa(kumbang) keluar dari pupa Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk lalu bertelur lagi Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup
Pengendalian
Pengendalian hayati Jamur Beauveria bassiana (Bb) Petik merah (buah yang masak pertama) buah yang terserang PBKo Kumpulkan dan diperlakukan dengan Bb Ditutup dengan plastik jernih Inkubasi satu malam Dewasa akan keluar dari buah dan terinfeksi oleh Bb Dewasa ini kelihatan di bawah plastik Dewasa tersebut dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada pasangannya di lahan kopi
Pengendalian mekanis Petik buah yang tertinggal pada pohon kopi dan ambil
buah yang jatuh ke tanah Sebaiknya buah yang dikumpulkan tersebut direbus atau dipendam Hal ini penting untuk menurunkan jumlah PBKo di kebun kopi karena cara ini menghilangkan makanan untuk PBKo yang akan datang/berpindah ke kebun serta yang sudah ada di kebun Dengan cara ini daur hidup PBKo dapat diputus
PENYAKIT PENTING KOPI Karat daun kopi
Coffee Leaf Rust Hemileia vastatrix Famili Urediaceae Ordo Uredinales Penyakit ini menyerang dipembibitan - tanaman dewasa Pada 1970-an di Amerika, penyakit ini menurunkan produksi 80% Pada 1980, di Sri Lanka kehilangan > 50% Di Uganda kehilangan 30% Di Brasil menurunkan hasil 30% Di India sebesar 70% Di Kolumbia 15-25% Di Papua New Guinea 70% Di Indonesia 20-70%
Gejala : daun yang sakit timbul bercak kuning kemudian berubah menjadi coklat Di permukaan bercak pada sisi bawah daun terdapat uredospora seperti tepung berwarna oranye atau jingga Pada serangan berat tanaman tampak kekuningan, daunnya gugur akhirnya tanaman menjadi gundul Penyebaran penyakit melalui uredospora yang dapat dibentuk sepanjang tahun Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban Spora yang telah matang dapat disebarkan oleh angin dan untuk perkecambahannya diperlukan tetesan air yang mengandung udara
Siklus Hidup
Uredospora sampai pada daun yang peka berkecambah dan secara cepat menginfeksi daun melalui stomata pada permukaan daun bagian bawah Dalam waktu 10-20 hari, pada permukaan daun bagian bawah terbentuk uredospora baru oleh uredium yang keluar lewat stomata Tiap uredium menghasilkan > 70.000 uredospora dalam 35 bulan sebagai sumber penular penyakit yang sangat potensial Karena kopi merupakan tanaman tahunan, pembentukan daun berlangsung sepanjang tahun sehingga memungkinkan jamur tersebut hidup dan terus berkembang setiap saat
Pengendalian
Memperkuat ketahanan tanaman melalui pemupukan berimbang Pemangkasan Pengaturan naungan untuk mengurangi kelembaban kebun dan memberikan sinar matahari yang cukup pada tanaman Penanaman varietas kopi yang tahan atau toleran, seperti: S 795, S 1934, USDA 62, Kartika 1 dan 2
Pengendalian Kimiawi Terdapat 11 jenis bahan aktif fungisida yang direkomendasikan di Indonesia, yaitu siprokanazol, heksakanazol, triadimefon, triadimenol, benomil, tembaga oksiklorida, mankozeb, tembaga hidroksida, tembaga oksida, dinikonazol, dan propikonazol Apabila diikuti dengan praktik kultur teknis yang benar, aplikasi fungisida dapat menurunkan tingkat kerusakan tanaman oleh penyakit karat daun sampai 64,9% Tanpa diikuti praktik kultur teknis yang benar, aplikasi fungisida hanya menurunkan tingkat kerusakan tanaman oleh penyakit karat daun 20%
Tugas
Tuliskan Hama dan Penyakit Penting kopi lain masing-masing satu (sertakan gambarnya) Deskripsikan dengan lengkap : Siklus hidup, Gejala serangan, pengendaliannya Dikumpulkan minggu depan