HAMA DAN PENYAKIT PASCAPANEN
Dani Sutanta S
PENDAHULUAN
Definisi Hama
Para ahli pertanian membuat beberapa pengertian hama :
Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang) Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya Organisme yang merugikan dari segi pandangan manusia Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, atau menyerang kita secara langsung
Hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kesugian ekonomi bagi manusia
Definisi Penyakit
Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan penyakit
Lanjutan…
Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan Makna kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya kuantitas dan kualitas hasil Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan, Bakteri, Virus dan faktor lingkungan (iklim, tanah, dan lain-lain)
Definisi Pascapanen
Pengertian pasca panen: Menurut pasal 31 UU No. 12 /1992: Suatu kegiatan yg meliputi pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan, pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu dan transportasi hasil budi daya pertanian Bahan pangan, khusus dalam bentuk buah dan bijibijian merupakan bahan pangan yang tidak tahan lama dan mudah menjadi busuk Bahan pangan tersebut selain tidak tahan lama juga peka terhadap serangan hama maupun patogen, khususnya bakteri, virus, maupun jamur
Lanjutan…
Biji-bijian sebagai bahan utama bagi manusia dan binatang mengandung senyawa-senyawa penting yaitu : Karbohidrat , merupakan sumber energi Lemak juga sebagai sumber energi Protein, sebagai cadangan energi, untuk pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh Mineral sebagai bahan untuk memperbagai dan untuk mengatur proses kimia dalam tubuh Vitamin di gunakan untuk proses kimia di dalam tumbuh dan di perlukan dalam jumlah yang sedikit dan tidak disintesis oleh rubuh
Arti Penting Hama Pascapanen
Tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan, kerusakan dan kerugian akibat gangguan hama dan penyakit pasca panen sangat besar Diperkirakan rata-rata kerugian hasil antara 25-30% Kerugian terjadi sewaktu pengangkutan dan penyimpanan hasil panen sebelum diolah dan dipasarkan Hama Pasca Panen sering disebut juga sebagai Hama Gudang
Lanjutan…
Petani seringkali tidak memperhatikan aspek-aspek fisika kimia proses penyimpanan hasil panen sehingga mengundang serangan hama gudang Petani jarang melakukan kegiatan khusus untuk mengendalikan hama-hama gudang Upaya yang paling sering dilakukan adalah pengeringan dengan panas matahari Berbagai jenis hama yang menyerang hasil panen di gudang penyimpanan dapat berasal dari atau terbawa dari pertanaman, atau hama-hama khusus yang memang menyenangi ekosistem gudang
Tugas Presentasi
Hama dan Penyakit Pascapanen Padi Hama dan Penyakit Pascapanen Tomat Hama dan Penyakit Pascapanen Jagung Hama dan Penyakit Pascapanen Kedelai Materi Presentasi Meliputi : Contoh hama dan penyakit (masing-masing minimal
2) Siklus hidup/siklus penyakit (Bioekologi) Cara Pengelolaan/Pengendaliannya
Arti Penting Penyakit Pascapanen
Penyakit yang muncul pada tanaman dari saat benih di tanam sampai panen disebut penyakit sebelum panen atau pre harvest disease Penyakit yang muncul dari saat panen sampai hasil panen dikonsumsi disebut pasca panen atau post harvest disease
Lanjutan…
Periode waktu yang meliputi dari benih ditanam sampai penanaman di sebut fase I dan penyakit yang terdapat pada periode ini sebut penyakit fase I ataufield disease Periode waktu yang meliputi penanaman sampai hasil tanaman di kosumsi disebut fase II, dan penyakit pada periode ini disebut penyakit fase II (post harvest disease)
Fisiologi Pascapenen
Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,
bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat dipengaruhi oleh keadaan perpolitikan dan pemerintahan, serta bersifat mudah rusak atau perishable
Salah satu hal yang menyebabkan bahan hasil pertanian mudah rusak adalah karena adanya proses fisiologis lanjutan Setelah dipanen, bahan pertanian dapat dikatakan masih “hidup”, karena masih melakukan beberapa metabolisme dalam bahan tersebut. Sebut saja proses respirasi lanjutan dan transpirasi Proses metabolisme tersebut yang kemudian dapat menyebabkan bahan hasil pertanian mudah rusak dan tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama
Perubahan Fisiologis Pascapanen
Pada umumnya tahap-tahap proses pertumbuhan atau kehidupan meliputi pembelahan sel, pembesaran sel, pendewasaan sel (maturation), pematangan (ripening), kelayuan (senescence) dan pembusukan (deterioration) Proses pembelahan sel berlangsung segera setelah terjadinya pembuahan kemudian diikuti dengan pembesaran atau pengembangan sel sampai mencapai volume maksimum
1. Pematangan
Pematangan diartikan sebagai perwujudan dari mulainya proses kelayuan dimana organisasi antar sel menjadi terganggu Gangguan ini merupakan pelopor dari kegiatan hidrolisa substrat oleh campuran enzim-enzim yang ada di dalamnya Selama proses hidrolisa terjadi pemecahan khlorofil, pati, pektin dan tanin Hasil pemecahan senyawa-senyawa tersebut akan terbentuk bahan-bahan seperti etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida
Lanjutan...
Pematangan dapat pula diartikan sebagai suatu fase akhir proses penguraian substrat dan merupakan suatu proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensistesis enzim-enzim yang spesifik yang diantaranya akan digunakan dalam proses kelayuan Selama proses pematangan terjadi perubahanperubahan warna dari hijau menjadi kuning atau merah, rasa dari asam menjadi manis, tekstur menjadi lebih lunak, terbentuknya vitamin-vitamin, dan timbulnya aroma yang khas karena terbentuknya senyawasenyawa volatil
Lanjutan...
Perubahan-perubahan buah selama pematangan dapat dilihat dalam hal warna, kekerasan (tekstur), cita rasa dan flavor, yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi kimia bahan Berubahnya warna dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu proses degradasi maupun proses sintesis dari pigmen yang terdapat dalam buah Pelunakan buah dapat disebabkan oleh terjadinya pemecahan protopektin menjadi pectin, maupun karena terjadinya hidrolisis pati atau lemak, dan mungkin juga lignin
Lanjutan...
Pematangan menyebabkan naiknya kadar gula sederhana untuk memberikan rasa manis, penurunan kadar asam organik dan senyawa fenolik untuk mengurangi rasa asam dan sepat serta kenaikan produksi zat volatil untuk memberikan flavor karakteristik buah Tekanan turgor sel selalu berubah selama proses perkembangan dan pematangan Perubahan ini umumnya disebabkan karena komposisi dinding sel berubah Adanya perubahan ini mempengaruhi kekerasan buah, bila buah matang
2. Kelayuan (Senescence)
Kelayuan adalah suatu tahap normal yang selalu terjadi dalam siklus kehidupan tanaman Dapat pula diartikan sebagai suatu tahap kelayuan buah-buahan yang terjadi setelah proses pematangan, akan tetapi kelayuan dapat pula terjadi tanpa melalui tahap pematangan, yaitu bila terjadi suatu kerusakan pada buah-buahan tersebut
Lanjutan...
“Senescence” merupakan hasil perubahan yang terjadi dalam sel, dinding menjadi lebih tipis, degradasi mitokondria, khlorofil menghilang, kandungan protein menurun, kegiatan pernafasan dan fotosintesa menurun dan sifat permeabilitas membran sel juga berubah Gejala-gejala kelayuan pada tanaman ditandai dengan menguningnya daun, perontokan daun, buah, dan bagian bunga, pematangan buah, serta pengurangan daya tahan terhadap penyakit
Lanjutan...
Beberapa hormon yang berperan mempengaruhi proses senescence adalah auksin, etilen, giberellin, asam absisat dan sitokinin Auksin berperanan dalam sintesa etilen, makin tinggi auksin maka jumlah etilen yang disintesa makin banyak Secara langsung auksin dapat menghambat terjadinya senescence, hilangnya auksin dapat menyebabkan terjadinya senescence Hormon sitokinin dapat menghambat terjadinya senescence
Lanjutan...
Hormon giberellin yang bekerja secara spesifik pada tanaman yaitu dapat menghambat terjadinya pematangan, yang berarti dapat menghambat terjadinya senescence Pemberian asam absisat mempercepat proses penuaan pada buah-buahan yang telah dipetik dari tanamannya, namun peranannya dalam senescence belum diketahui secara pasti Banyak tanaman yang peka terhadap hormon sitokinin, sedangkan hormon etilen dapat mempercepat proses senescence
3. Respirasi
Pada waktu masih berada ditanaman, buah-buahan melangsungkan proses kehidupannya dengan cara melakukan pernafasan (respirasi), ternyata setelah dipanen buah-buahan juga masih melangsungkan proses respirasi Respirasi adalah proses biologis dimana oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti pengeluaran sisa pembakaran dalam bentuk CO2 dan air, sebagai contoh adalah sebagai berikut : C6H12O6 + 6 O2 CO2 + 6 H2O + Energi
Lanjutan...
Apabila persediaan oksigen berkurang maka buahbuahan cenderung untuk melakukan fermentasi untuk memenuhi kebutuhan energinya Senyawa organik yang biasa digunakan dalam proses fermentasi pada umumnya adalah glukosa yang menghasilkan beberapa bahan lain seperti aldehida, alkohol, dan asam
Lanjutan...
Bila buah melakukan fermentasi, maka energi yang diperoleh lebih sedikit per satuan substrat dibandingkan dengan cara pernafasan (respirasi) Oleh karena itu bila buah melakukan fermentasi untuk memenuhi kebutuhan energinya, diperlukan substrat (glukosa) lebih banyak sehingga dalam waktu yang singkat persediaan sustrat akan habis dan akhirnya buah tersebut akan mati atau busuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat disebabkan atas dua : 1. Factor internal (dari dalam bahan) seperti tingkat perkembangan organ; komposisi kimia jaringan; ukuran produk; adanya pelapisan alami pada permukaan kulitnya dan jenis jaringan 2. Factor eksternal (dari luar lingkungan di sekeliling bahan) seperti suhu; penggunaan etilen; ketersediaan oksigen; karbon dioksida; terdapatnya senyawa pengatur pertumbuhan; dan adanya luka pada buah
Kecepatan Respirasi
Kecepatan respirasi sangat berpengaruh terhadap kecepatan perubahan beberapa aktivitas dan senyawa kimia yang ada pada jaringan sayur dan buah, maka hal tersebut juga berpengaruh terhadap daya simpan buah dan sayur selama penanganan pascapanen Semakin tinggi panas respirasi yang dinyatakan dalam (Btu/ton/24jam) semakin cepat produk sayur dan buah mengalami pematangan dan pembusukan
Kecepatan Respirasi Beberapa Jenis Sayur dan Buah pada Berbagai Suhu Penyimpanan
Apel
Suhu Pemyim panan (oF) 30-32
Kacang hijau
45
85-90
8-10 hari
6.160-52.950
Brocoli
32
90-95
7-10 hari
7.450-100.000
Kubis Wortel Seledri
32 32 31-32
90-95 90-95 90-95
3-4 bulan 4-5 bulan 2-4 bulan
1.200-6.120 2.130-8.080 1.620-14.150
Jagung manis
31-32
85-90
4-8 hari
6.560-61.950
Mentimun
45-50
90-95
10-14 hari
1.690-10.460
Buah anggur
32-50
85-90
4-8 minggu
950-6.840
Lemon Lettuce
32,55-58 32
85-90 90-95
1-4 bulan 3-4 minggu
900-5.490 11.320-45.980
Semangka
36-40
85-90
2-3 minggu
6.160-58.000
Bawang merah
32
70-75
6-8 minggu
1.100-4.180
Jeruk
32-34
85-90
8-12 minggu
1.030-9.200
Bayam
32
90-95
10-14 hari
4.860-38.000
Strawberi segar
31-32
85-90
7-10 hari
3.800-46.400
Ubi jalar Tomat hijau matang
55-60 55-70 32
90-95 85-90 85-90
4-6 bulan 2-5 minggu 7 hari
2.440-6.300 580-6.230 1.020-5.640
Komoditi
Kelembaban Relatif (%)
Lama Simpan (Prakiraan)
85-90
Panas Respirasi (Btu/ton/24 jam) 1.500-12.380
Pengaruh suhu sangat tinggi terhadap kecepatan respirasi, semakin tinggi suhu penyimpanan semakin tinggi kecepatan respirasi Oleh sebab itu pada penyimpanan suhu rendah akan menyebabkan kecepatan respirasi semakin rendah dan kecepatan pematangan juga rendah Hal tersebut akan menyebabkan lama simpan buah pascanen akan semakin lama Laju respirasi sering digunakan sebagai indeks masa simpan
Panas Respirasi Sayur dan Buah pada Berbagai Suhu Penyimpanan (Btu/ton/24 jam) Suhu Penyimpanan Komoditi
0oC (32oF)
4,4oC (40oF)
16oC (60oF)
Apel
500-900
1.100-1.600
3.000-6.800
Kacang (snap)
4.400
7.700
20.500
Kubis
3.000
4.700
12.600
4.300
8.700
2.400
8.200
17.100
35.800
Wortel Seledri
1.600
Jagung manis Bawang merah
4.200
6.200
19.600
Jeruk (orange)
400-1.100
800-1.600
2.800-5.200
Pear
700-1.500
1.100-2.200
3.300-13.200
Kentang
1.300
2.600
Bayam
10.100
39.300
3.600-7.300
15.600-20.300
1.540 3.100
4.500 5.900
Strawberi Tomat hijau Matang
2.7003.900
A. Klimakterik
Klimakterik didefinisikan sebagai suatu fase yang kritis dalam kehidupan buah, dan selamanya terjadinya proses ini banyak sekali perubahan yang berlangsung Disamping itu juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan “autosimulation” dari dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi Selain itu klimakterik dapat diartikan sebagai suatu masa peralihan proses pertumbuhan menjadi layu
Lanjutan...
Dari semua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa klimakterik adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu dimana selama proses itu terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen Proses ini ditandai dengan mulainya proses pematangan Contoh buah klimaterik : mangga, pisang, apel
B. Non-klimakterik
Non-klimakterik didefinisikan sebagai kelompok buahbuahan yang selama proses pematangan tidak terjadi lonjakan drastis kecepatan respirasi, sehingga karena tidak terjadi percepatan kecepatan respirasi maka memungkinkan daya simpan produk lebih lama Buah-buahan yang tidak pernah mengalami periode tersebut digolongkan ke dalam golongan non klimakterik seperti semangka; jeruk; nanas; dan anggur
Peranan Etilen Pada Proses Pematangan BuahBuahan
Etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh pada suhu ruang berbentuk gas, dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu tertentu Etilen dapat menyebabkan terjadinya perubahanperubahan yang penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil pertanian Etilen dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan Disebut hormon karena dapat memenuhi kriteria sebagai hormon tanaman, bersifat mobil (mudah bergerak) dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik
Etilen disamping dapat memulai proses klimakterik, juga dapat mempercepat terjadinya klimakterik Misalnya pada buah alpukad yang disimpan dalam udara biasa akan matang setelah 11 hari, tetapi apabila disimpan pada udara yang mengandung etilen 10 ppm etilen selama 24 jam, maka buah alpukad akan matang selama 6 hari penyimpanan Pada buah-buahan non klimakterik, penambahan etilen dalam konsentrasi tinggi akan menyebabkan terjadinya klimakterik pada buah tersebut, seperti pada jeruk
Penyebab Kerusakan Pascapanen
Penyebab kerusakan pascapanen : Hama (Serangga, mamalia, dll) Patogen (Bakteri, Jamur, dan Virus) Non Patogen (fisiologis) Gejala non pathogen dapat berbentuk :
Memar Perubahan warna Pembusukan
Hama Pascapanen
Ekologi serangga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan kelimpahan serangga Pengetahuan tentang ekologi serangga hama pascapanen merupakan dasar penerapan pengendalian hama terpadu (PHT) Saat ini, pemodelan dengan komputer untuk pengendalian hama pascapanen telah banyak dikembangkan Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan alami dan ketersediaan pangan yang melimpah
Lanjutan…
Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena:
Habitat penyimpanan merupakan reservoir alaminya Toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan Keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan Laju reproduksi yang tinggi Kemampuan yang tinggi dalam menemukan lokasi sumber makanan Kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan Adaptasi morfologi (ukuran kecil, bentuk pipih, gerakan cepat dll.)
Lanjutan…
Studi ekologi yang dilakukan pada kondisi yang mirip dengan tempat penyimpanan lebih berguna untuk mengembangkan program pengendalian. Dengan demikian dapat diperoleh lebih banyak gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan kelimpahan hama pada kondisi nyata
Jenis-Jenis Hama Pascapanen
Acarus siro Linneaus
Filum : Arthropoda Kelas : Arachnida Ordo : Acarina Famili : Acaridae Tungau A. siro dikenal sebagai “Grain mite”, tersebar luas di dunia dan menyerang berbagai produk-produk terutama jika kadar air tinggi dan telah diserang oleh cendawan Tungau ini ditemukan pada tepung, keju dan pada banyak produk-produk lainnya
Lanjutan…
Telur paling sedikit 100 butir per betina Stadia telur dapat berlangsung beberapa bulan pada suhu 0oC Tubuh berwarna putih kekuningan agak oval dimana bagian tungkai dan mulut berwarna agak coklat kemerah-merahan Dapat hidup pada lahan-lahan pertanian, gudang, bijibijian, tepung atau produk pangan lain yang mengandung cukup kadar air
Lanjutan…
Perkembangan sangat cepat dan menyebabkan kerusakan pada embrio biji Keberadaannya dicirikan dengan adanya bau yang agak menyengat Perkembangan A. siro secara sempurna berada pada temperatur diantara 5°C dan 32°C, pada RH 60-90% Jumlah maksimum tingkat pengembangan, suatu tingkat hakiki peningkatan 7.04, terjadi pada sekitar 25°C dan RH 90%
Lanjutan…
Pada temperatur 20°C dan RH 80%, kawin dan meletakkan telur tetapi pada peletakan telur kelembaban dan temperatur yang lebih rendah semakin tertunda untuk 1 hari atau lebih Betina harus lebih dulu kawin berulang-kali untuk menjangkau produksi telur maksimum Jumlah telur maksimum rata-rata per betina mencapai 435 di mana kondisinya adalah 15°C dan RH 90% Inang utama dari tungau ini adalah rumput, produk yang disimpan, tepung terigu
Ahasverus advena Waltl.
Filum : Arthropoda Kelas : Hexapoda Ordo : Coleoptera Famili : Silvanidae Kemungkinan spesies ini berasal dari Amerika dan tersebar pada daerah tropik dan daerah yang beriklim sedang Ditemukan pada biji-bijian cerealia, biji kakao, biji kelapa, kopra, kacang tanah, terutama pada komoditi yang lembab dan berjamur
Lanjutan…
Warna kumbang ini coklat kemerah-merahan Panjang kumbang 2 – 3 mm Kedua tepi anterior dari protoraks terdapat tonjolan seperti gigi Antena terdiri dari 11 ruas dengan bentuk menggada dan tarsi 5 ruas
Lanjutan…
Spesies ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa kondisi penyimpanan lembab Larvanya berwarna putih mempunyai kaki torakal sehingga dapat bergerak aktif, ukuran panjang tubuhnya sekitar 4 – 5 mm, pupanya berwarna putih dengan ukuran panjang sekitar 2 mm Siklus hidupnya sejak peletakan telur sampai menjadi kumbang dewasa sangat cepat, berlangsung sekitar 17 23 hari
Araecerus fasciculatus (Fabricius)
Filum : Arthropoda Kelas : Hexapoda Ordo : Coleoptera Famili : Anthribida Selain menyerang biji kopi A. fasciculatus juga menyerang jagung, gaplek, kacang tanah, ubi jalar, biji kakao dan rempah-rempah Larvanya ditemukan pada biji kopi yang dikeringkan juga pada ubi kayu, biji pala, bunga pala, biji kakao terutama pada biji kualitas rendah
Lanjutan…
Kumbang A. fasciculatus ditemukan pada daerah tropik dan subtropik Pada bagian elitra dan protoraksnya terdapat banyak bercak yang berwarna terang Elitra A. fasciculatus lebih pendek dibanding ukuran abdomennya Kumbang A. fasciculatus berukuran 3 – 5 mm Berwarna coklat gelap atau coklat kelabu Tipe antenanya adalah menggada (Clubbed) yaitu tiga ruas terakhir membesar
Lanjutan…
Kumbang betina dapat menghasilkan telur 15 butir selama siklus hidupnya Siklus hidupnya rata-rata berlangsung selama 30 hari tergantung pada suhu dan kelembaban Seekor betina dapat menghasilkan telur 50 butir, pada suhu 280C dan kelembaban 70% Siklus hidupnya berkisar antara 46 - 68 hari Kumbang ini dapat hidup selama 17 minggu jika makanan cukup
Lanjutan…
Setiap induk kumbang betina dapat memproduksi telur sebanyak 15 butir Telur-telur ini diletakkan di permukaan material dan baru akan menetas setelah + 9 hari Larva-larva langsung melakukan penggerekan dan selanjutnya masuk ke dalam material (biji-bijian) dengan meninggalkan sisa-sisa gerekannya yang berupa tepung Siklus hidup larva ini berlangsung sekitar 20 hari Masa berkepompongnya berlangsung dalam biji yang telah kosong berlangsung + 5 hari
Tribolium confusum (Jack du val)
Ordo Coleoptera Famili Tenebrionidae Kumbang ini dikenal berasal dari Ethiopia dan dapat menyerang biji kakao, kacang tanah, buncis, ercis dan biji kopi Dapat menyerang beras, kopra, dedak, bungkil, biji pala dan wijen Kumbang ini merusak material-material yang sudah hancur Kumbang ini dapat bersifat kanibalis terhadap pupa dan telur
Lanjutan…
Kumbang T. confusum berwarna coklat kemerahmerahan Bentuk tubuhnya pipih dengan panjang berkisar antara 3 - 4 mm Tipe antena kumbang ini adalah menggada Tiap induk atau kumbang betina dapat menghasilkan telur 450 butir sepanjang siklus hidupnya Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan-bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan-pecahan kecil
Lanjutan…
Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki torakal Larva-larva ini selama perkembangannya mengalami pergantian kulit antara 6 - 11 kali, tetapi tidak jarang pula hanya 6 - 7 kali Ukuran larva yang telah dewasa antara 8 – 11 mm Menjelang masa berkepompong larva ini akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago selanjutnya masuk kembali ke dalam material Siklus hidupnya sekitar 35 - 45 hari
Cryptolestes ferrugineus (Stephens)
Filum : Arthropoda Kelas : Hexapoda Ordo : Coleoptera Famili : Cucujidae Berstatus sebagai hama sekunder dimana menyerang biji-bijian, kacangkacangan dan produk lain di penyimpanan Kumbang ini berukuran 1,5 – 2 mm, berwarna coklat terang Bentuk antena seperti benang dan panjang
Lanjutan…
Kumbang betina meletakkan telur kira-kira 200 butir, diletakkan pada permukaan komoditi Larva ini tidak dapat langsung masuk ke dalam biji tetapi dapat masuk jika kulit biji mengalami kerusakan (pecah) akibat penanganan pascapanen Siklus hidup kumbang ini tergantung suhu dan kelambaban Kumbang C. ferrugineus pada kondisi suhu 330C kelembaban relatif 70% siklus hidupnya 23 hari Kelembaban relatif 80% siklus hidupnya 27 - 30 hari
Ephestia cautella (Walker)
Filum : Arthropoda Kelas : Insekta Ordo : Lepidoptera Famili : Pyralidae Ngengat ini selain menyerang produk biji-bijian juga menyerang kacang-kacangan, biji kakao, buah-buah yang dikeringkan Hama ini merupakan hama utama pada daerah tropik dan daerah beriklim panas
Lanjutan…
Buah-buah yang dikeringkan lebih disukai tetapi serangga ini juga menyerang produk-produk yang disimpan termasuk tepung, biji-bijian, biji kakao, kurma, kacang-kacangan dan biji-bijian lain Ngengat berwarna abu-abu dengan panjang tubuh sekitar 6 mm Bila kedua sayap direntangkan panjangnya mencapai 17 mm Sisi atas sayap depan mempunyai semacam pita
Lanjutan…
Larva berwarna coklat agak kotor atau coklat merah dengan bitik-bintik agak gelap Kepompong mempunyai ukuran panjang 7,5 mm dan kokonnya berwarna putih Dapat memproduksi telur sekitar 30 butir selama siklus hidupnya Siklus hidup sekitar 31 - 42 hari
Lanjutan…
Pada suhu 300C stadia telur 3 hari, larva mengalami 5 instar Dalam kondisi optimum (320C dan kelembaban relatif 70%) stadia larva 22 hari Sebelum menjadi pupa larva instar terakhir membentuk kokon Stadia pupa kira-kira 7 hari Dalam kondisi yang optimum perkembangan dari telur sampai imago kira-kira 29 - 31 hari
Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran dan Kelimpahan Hama Gudang (Pascapanen) 1.
SUHU, KADAR AIR BIJI DAN SUMBER MAKANAN
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan Laju populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih banyak Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan
Masa perkembangan
Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang mempengaruhi masa perkembangan Pada coleoptera dan lepidoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan makanan Lepidoptera pascapanen menghabiskan sebagian besar masa perkembangannya sebagai larva Stadium larva lepidoptera pascapanen lebih lama daripada larva coleoptera karena nutrisinya digunakan untuk produksi telur
Lanjutan…
Imago lepidoptera sendiri berumur pendek dan tidak makan Coleoptera berumur panjang (Cryptolestes, Oryzaephilus, Sitophilus, Tribolium, Rhyzopertha) makan selama periode imago, karena itu dapat memproduksi telur selama hidupnya Stadium larva coleoptera berumur pendek (Callosobruchus, Lasioderma, Stegobium) cenderung lebih lama (walaupun tidak selama lepidoptera), akibatnya produksi telurnya pun tidak sebanyak lepidoptera
Lanjutan...
Serangga yang hidup pada suhu konstan tinggi masa perkembangannya lebih singkat daripada suhu fluktuatif (walaupun dengan rata-rata suhu yang sama tinggi) Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa perkembangannya lebih lama dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva
Lanjutan…
Kadar air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang sudah stabil Suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa saja sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama Serangga membutuhkan kisaran suhu dan kelembaban optimum untuk perkembangannya
Lanjutan…
Sementara itu metabolisme serangga juga menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya Terakhir, misalnya pada Sitophilus dan Tribolium terdapat variasi masa perkembangan antarindividu yang cukup besar Keragaman intrinsik seperti ini biasanya menguntungkan secara ekologis
Ketahanan hidup/survival
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum Sedikit saja di luar kisaran suhu tersebut, terjadi penurunan populasi yang sangat besar Contohnya pada Tribolium,suhu optimum pertumbuhan adalah 25-37,5˚C Ketahanan hidup akan turun drastis di luar kisaran tersebut Kematian terbesar terjadi pada larva instar awal
Lanjutan…
Pola serupa juga terjadi pada spesies Rhyzopertha, Oryzaephilus, Cryptolestes danTribolium (coleoptera berumur panjang) Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup Kadar air meningkat, kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji rendah
Lanjutan…
Implikasinya, kalaupun pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu (pendinginan), pengeringan dan pemanasan dapat pula bermanfaat Kematian hama pascapanen pada suhu rendah merupakan fungsi dari laju pendinginan, lama waktu pendinginan, suhu dan spesies Serangga akan punya kesempatan menyesuaikan diri (aklimasi) bila laju pendinginan lambat
Produksi telur
Serangga memerlukan nutrisi yang cukup untuk memproduksi telur Lepidoptera biasanya mengakumulasi nutrisi pada saat larva, dan memproduksi telur dalam jumlah banyak hanya pada hari-hari pertama menjadi imago Coleoptera biasanya hidup lebih lama dan memproduksi telur sepanjang hidupnya dalam proporsi yang lebih merata
Lanjutan…
Produksi telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang sama Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur yang menghasilkan tingkat reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C dan kadar air 16%. Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila menemukan sumber air, demikian pula kumbang Dermestes Callosobruchus juga meningkat produksi telurnya karena nutrisi
INTERAKSI INTRASPESIES DAN INTERSPESIES
Intraspesies (antarindividu) Interaksi intraspesies dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan serangga Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk menemukan pasangan seksual misalnya Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan
Sejalan dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi/persaingan untuk makan dan perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi Pada spesies tertentu bahkan terjadi kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif (telur dan pupa). Walaupun demikian, tekanan populasi seperti ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi meningkat. Kompetisi umumnya terjadi pada populasi di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi maupun peralatan pengolahan di mana jumlah makanan relatif sedikit
Interspesifik (antarspesies) Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga. Berbagai pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:
Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan lingkungan dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan adalah hama primer, kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan cendawan atau sisa-sisa
Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama (bandingkan dengan suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran berbeda.) Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama yang menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang Parasitisme adalah serangan mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga penyakit terhadap hama pascapanen
Faktor Iklim
Unsur-unsur iklim mikro yang sangat berpengaruh pada perkembangan hama gudang, yaitu : temperatur, kelembaban, kadar air dan aerasi Unsur-unsur ini dapat mengembangkan, melumpuhkan, menghambat perkembangbiakan atau memusnahkan populasi hama pascapanen Pada Ordo Coleoptera dan Lepidoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan makanan Kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan hama pascapanen pada batas tertentu
Lanjutan…
Kadar air bahan simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh Serangga mempunyai kisaran suhu optimum untuk perkembangannya Apabila suhu optimum tersebut tidak terpenuhi, maka akan terjadi penurunan populasi hama pascapanen, contohnya pada Tribolium(Coleoptera berumur panjang), suhu optimum pertumbuhannya adalah 2537,5°C
Faktor Makanan
Ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan Dalam kondisi normal, gudang adalah sumbermakanan sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembapan Ketidakcocokan makanan dapat terjadi karena :
Kurangnya kandungan unsur yang diperlukannya Rendahnya kadar air dalam kandungan makanan Permukaan material (bahan pangan) terlalu keras Bentuk material (bahan pangannya)
Penyakit Pascapanen
Gangguan pasca panen disebabkan penyebab patogen dan non patogen Penyebab patogen pada komoditi pasca panen seperti halnya pada tanaman di lapangan yaitu:bakteri, jamur dan virus Erwinia carotovora Sel bakteri E.Carotovora berbentuk batang dengan ukuran ( 1,52,0)x(0,6×0,9) micron Umumnya membentuk rangkaian sel seperti rantai ,tidak mempunyai kapsul,dan tidak berspora
Lanjutan…
Jamur Aspergillus sp.
Menginfeksi biji-bijian,jagung,kacang tanah,dan kapas Gejala serangan jamur pada biji kacang tanah di tandai dengan jamur berwarna hitam dan berwarna hijau
Panicillium sp.
Menginfeksi biji kacang tanah berupa gumpalan miselia berwarna putih menyelimuti biji,diselingi warna kebiru-biruan Pada biji kedelai ditemukan berupa gumpalan miselia berwarna putih kebiru-biruan yang menyelimuti seluruh permukaan biji
Infeksi dan Kontaminasi Hasil Pascapanen
Secara langsung menginfeksi biji dan berada dalam jaringan Secara tidak langsung mengkontaminasi pada permukaan biji Mekanisme penyebaran patogen dapat dibedakan dua proses yaitu: Penetapan dari patogen pada biji,proses ini biasanya disebut dengan patogen yang terbawa biji Penyerahan dari patogen yang lewat biji,dan menetapnya pada tanaman atau pada biji dalam hal ini patogen tersebut disebut dipindahkan lewat biji
Lanjutan…
Pada dasarnya infeksi pada biji-bijian dapat dibagi menjadi: Ovule infection Embryo infection Endosperm infection Seed coat infection Pericarp infection Bract infection Contamination of seed coat and pericarp Concomitant seed contamination
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Munculnya Penyakit Pascapanen
Kandungan air Suhu Ruang Penyimpanan Lama Penyimpanan Tingkat Keparahan Biji akibat Serangan Jamur Benda-benda Asing Kegiatan Serangan Hama Faktor-faktor Lain yang Juga Berpengaruh adalah: Kondisi lapang Pemanenan dan penanganan Kondisi pengangkutan
Dampak Kerusakan
Bentuk kerusakan (penurunan daya kecambah, perubahan warna, perubahan berat, dan perubahan bahan kimia) Toksin Aspergillus Flavus dengan toksin aflatoksin Paniccilium citro-viride dengan toksin citro-viridin P.patulum dengan toksin citrinin P.citrium dan P.expansum dengan toksin patulin P.ochraceus dengan toksin ochratoksin Aspergillus ochraceus dengan toksin ochraceus Versicolor dengan toksin seterigmatocystin
Lanjutan…
Penggolongan mikotoksin Mikotoksin dapat didefisinikan sebagai suatu fraksi kecil dari sejumlah metabolit sekunder yang dihasilkan jamur dalam metabolismenya Terjadinya metabolisme sekunder sangat di pengaruhi berbagai faktor antara lain keadaan morfogenesis jamur, keadaan jenis atau strain jamur tertentu dan keadaan substrat tempat tumbuh jamur
Lanjutan…
Mikotoksin penting pada biji serealia Bahan utama pangan biji serealia merupakam media tumbuh yang baik bagi berbagai macam mikroorganisme termasuk jamur yang menghasilkan mikotoksin Jamur yang menyerang biji serealia dan legun mengeluarkan berbagai macam mikotoksin Berikut ini di uraikan jenis mikotoksin penting yang dapat terjandung dalam biji serealia dan legun yang di serang oleh patogen-patogen pasca panen: aflatoksin, streigmatosistin, luteoskirin, patulin, zearalenon, siteroviridin, trikotesena, asam aspergilat, asam penisilat, asam kojat, asam helvolat, citrinin, okratoksin
Contoh Hama Pascapanen
Beras Bubuk beras (Sitophilus sp) Gejala serangan: Larva berada dalam butiran, demikian pula kepompongnya. Serangga dewasa yang muncul dari kepompong akan keluar dari butiran-butiran beras sehingga mengakibatkan butir-butir beras berlubang Selain itu, komoditas yang terserang menjadi kelihatan kotor karena ekskresinya maupun sisasisa kulit larvanya
Lanjutan…
Kupu-kupu beras (Corcyra cephalonica) Gejala serangan: Ulat akan menggandeng-gandeng butir-butir beras dengan benang liurnya Ulatnya hidup di dalam gendengan beras tersebut dan menggerek dari dalam
Lanjutan...
Biji-bijian Kumbang tepung (Tribolium sp) Gejala serangan: Jenis komoditas yang diserang antara lain tepung, kacang tanah, beras, dan kopra Material yang berbentuk biji-bijian bila diserang akan berlubanglubang, sedangkan material yang berbentuk tepung akan kelihatan kotor karena ekskresinya maupun sisa-sisa kulit larva
Lanjutan...
Penggerek biji-bijian (Rhyzoperta dominica)
Gejala serangan: Jenis komoditas yang diserang antara lain padi-padian, ketela pohon, gaplek, dan jagung Larva maupun dewasa merupakan pemakan yang sangat rakus, kerusakan pada komoditas yang disimpan lebih hebat dibandingkan dengan serangga hama yang lain Hama ini bertindak sebagai hama primer Material yang diserang akan berlubanglubang
Lanjutan...
Kumbang padi-padian bergerigi (Sitophilus sp) Gejala serangan: Hama ini merupakan hama sekunder pada material yang utuh tetapi merupakan hama primer pada material yang telah digiling Beberapa komoditas yang diserang antara lain padipadian, kopra, beras, dedak, rempah-rempah, dan buah-buahan yang dikeringkan Material yang terserang akan berlubang
Lanjutan...
Umbi-umbian Cylas formicarius Gejala Serangan: Umbi yang terserang terdapat lubang dan membuat lorong gerekan Apabila serangan masih baru biasanya dari lubang tersebut keluar sisa gerekan berwarna keputih-putihan Lama-kelamaan di sekitar lubang menjadi busuk Apabila umbi tersebut dibelah maka akan tampak lubanglubang serta jalur-jalur bercabang-cabang Akibatnya ubi akan terasa pahit
Lanjutan...
Tembakau
Lasioderma serricorne
Gejala serangan:
Hama ini dikenal dengan sebutan “cigarette beetle” karena kumbang ini merupakan hama penting pada simpanan tembakau dan cerutu
Pada awalnya serangga dewasa meletakkan telur di antara bahan (tembakau) dan setelah menetas langsung membuat rongga dan merusak bahan
Komoditas yang terserang akan mengalami kerusakan dengan adanya bekas gerekan larva sehingga akan menurunkan kualitas tembakau atau cerutu
Lanjutan...
Hama pasca panen lain yang juga sangat membahayakan komoditas di dalam simpanan adalah tikus Jenis-jenis tikus yang umum ditemukan dan merusak di gudang penyimpanan diantaranya tikus wirok, tikus riul, tikus sawah, tikus rumah, dan mencit rumah Selain memakan biji-bijian, umbi-umbian dan beberapa jenis buah-buahan, tikus juga memiliki kebiasaan menggigit benda-benda seperti kayu, plastik, dan lain-lain
Lanjutan...
Tikus aktif pada malam hari Untuk mengetahui ada tidaknya tikus di gudang dapat dilakukan pemeriksaan kotoran yang biasanya dapat ditemukan di atas lantai gudang, pemeriksaan terhadap kerusakan/bekas serangan tikus, misalnya karung goni yang sobek, komoditas simpanan yang berceceran di lantai Selain itu juga dapat melihat adanya sarang di dalam atau di luar gudang
Pengendalian Hama Pascapanen
Alasan perlunya pengendalian hama pascapanen Penyimpanan merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam rangkaian kegiatan penanganan pasca panen Kerusakan dan kehilangan bahan pangan disebabkan terutama oleh agen-agen perusak seperti serangga, rodenta, dan mikroorganisme (terutama kapang) Serangga merupakan hama yang paling destruktif dan paling merugikan
Metode Pengendalian
Metode Preventif Metode Kuratif
Prinsip Pengendalian :
Tindakan preventif jauh lebih baik dari tindakan kuratif
Alasan : Biaya pengendalian dan kerugian akibat kerusakan/kehilangan akan jauh lebih rendah
Kuratif
Pengendalian serangan lebih baik daripada tindakan pemberantasan total Alasan : Biaya untuk pengendalian harus jauh lebih kecil dari harga atau nilai jual produk yang ingin dilindungi. Artinya upaya pengendalian dipertahankan sampai tingkat serangan di bawah ambang ekonomi, tanpa harus membasmi secara total serangan tersebut
Lanjutan...
Pengendalian hama secara terpadu (Integrated Pest Management – IPM) merupakan tindakan yang bijaksana
Alasan : IPM adalah tindakan pengendalian hama secara terpadu dan terkendali Setiap metode pengendalian memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi biaya, kelayakan teknis, dan keamanan bagi manusia dan makhluk hidup lain nontarget
Metode Preventif
Cara Fisik dan Mekanik
Suhu Rendah (di bawah 15 º C) Refrigerasi Statik (contoh : Granifrigor) Refrigerasi Mobile
Menurunkan Kadar Air Bahan Misal : Sitophilus sp. KA 10,5 % KA 8,0 % R. dominica
Penyimpanan Kedap Udara (hermetic/airtight storage) Prinsip : Respirasi : Kadar O2 turun Kadar CO2 naik < 5% Sitophilus oryzae Kadar O2 Kadar CO2 > 30 % akan mati
Lanjutan... Kemasan Anti Serangga
tahan gigitan serangga dan tidak ada celah pada kemasan Contoh :
Kantong plastik fleksibel Penutupan kantong plastik secara heat sealing
Contoh kemasan anti-serangga:
aluminium foil laminat poliester-polikarbonat, dengan ketebalan > 40 µm
Modifikasi sifat fisik bahan pangan
Contoh : beras pra-tanak (parboiled rice)
Lanjutan...
Cara Kimia
Attractant Bahan kimia yang dapat menarik/membujuk seranga untuk datang Attractant biasanya digabungkan dengan tindakan trapping. Dalam trap itu ditempatkan insektisida untuk membunuh serangga yang datang ke perangkap itu Contoh attractant adalah sex pheromone
Lanjutan... Repellent Bahan kimia yang dapat mencegah datangnya serangga
atau mencegah serangga yang sudah menyerang untuk melanjutkan serangan Dengan pengertian itu serangga berbalik menjauhi tempat penyimpanan atau serangga betina induk menunda peletakkan telur, atau larva tidak mau makan
Lanjutan... Chemosterilant Bahan kimia yang dapat menyebabkan serangga
menjadi mandul sehingga tidak dapat melanjutkan proses reproduksi Akibatnya populasi serangga tidak bertambah secara eksponensial lagi Contoh chemosterilant adalah apholate
Lanjutan... Grain Protectant Bahan kimia yang dapat melindungi bahan pangan yang
disimpan. Pada prinsipnya grain protectant adalah insektisida Jenis dan macam insektisida sangat banyak, termasuk diantaranya yang tidak bersifat racun bagi manusia Bahan kimia seperti itu disebut non-toxic grain protectant (NTP), contohnya tri calcium phosphate (TCP)
Lanjutan...
Menjaga kondisi sistem penyimpanan yang higienis Gudang penyimpanan yang bersih akan terhindar dari serangan serangga Sebaliknya jika di gudang terdapat sisa-sisa bahan lama yang pernah terserang serangga (secara residual), bahan pangan yang baru datang atau baru disimpan, akan terserang serangga juga Demikian juga wadah yang tidak bebas hama akan menyebabkan timbulnya serangan baru terhadap bahan pangan yang baru diwadahi atau dikemas dengan wadah atau kemasan tersebut
Metode Kuratif
Cara Fisik
Pemanasan Pada metode ini dilakukan pemanasan bahan pangan yang sudah terserang pada suhu di atas 60ºC selama 2 jam Energi panas diperoleh dengan berbagai cara, antara lain : Sinar infra-merah di atas ban berjalan Gelombang elektromagnetik Oven microwave
Lanjutan...
Radiasi
Metode Langsung Menggunakan sinar gamma atau sinar beta, seperti dengan Cobalt-60 pada pusat reaktor nuklir milik BATAN, atau milik perusahaan swasta
Lanjutan...
Keuntungan Metode Radiasi Langsung :
tidak ada residu daya penetrasi tinggi tidak terpengaruh oleh struktur gudang, jenis bahan pangan, dan suhu
Kekurangan Metode Radiasi Langsung :
biaya tinggi, sehinga proses baru layak secara ekonomi, jika bahan pangan yang diproses lebih dari 200 ribu ton/tahun tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Harus dilakukan di lokasi yang memiliki unit reaktor nuklir
Lanjutan...
Metode Tidak Langsung
ada metode ini, serangga diberi perlakuan radiasi dengan dosis rendah dan tidak mematikan Dengan perlakuan tersebut, serangga jantan akan menjadi steril Setelah itu seranggga-serangga jantan mandul tersebut dilepaskan dengan sengaja Akhirnya proses reproduksi terhambat dan populasi akan ditekan
Lanjutan...
MA dan CA Storage
Modified Atmosphere Storage (MAS) atau Controlled Atmosphere Storage (CAS) adalah teknik pengendalian serangga hama pasca panen sekaligus juga merupakan teknik penyimpanan Prinsip dari sistem ini adalah mengatur komposisi atmosfir di dalam sistem penyimpanan Dalam hal ini komposisi O2 dikurangi, sedangkan konsentrasi CO2 dinaikkan
Lanjutan... MA Storage
Pada Modified Atmosphere Stotage (MAS) pemberian CO2 dilakukan sekali pada awal penyimpanan, dan tidak ada penambahan CO2 selama penyimpanan Agar perlakuan MAS efektif, konsentrasi CO2 harus bertahan di atas 35 % selama seminggu pertama Perlakuan akan lebih efeltif jika konsentrasi CO2 di atas 50 % selama 4 minggu pertama. Pada kondisi tersebut semua stadia serangga akan mati Pada saat yang sama, konsentrasi O2 dipertahankan di bawah 0,1%.
Lanjutan... CA Storage
Pada Controlled Atmosphere Storage (CAS), konsentrasi CO2 dikontrol selama penyimpanan Bila konsentrasi CO2 turun di bawah 50 %, CO2 baru ditambahkan ke dalam sistem penyimpanan
Lanjutan...
CARA MEKANIK
Salah satu cara mekanis yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan gaya sentrifugal Bahan terserang, khususnya tepung-tepungan atau grits, dilemparkan oleh gaya sentrifugal (dengan kecepatan 2.000 rpm) ke permukaan sebuah piringan/pelat
CARA KIMIA
Insektisida Insektisida adalah bahan kimia yang sangat efektif dalam membasmi serangga hama pasca panen Namun demikian banyak kekurangan insektisida
Lanjutan... Contoh Insektisida yang digunakan dalam pengendalian serangga hama pasca panen adalah : Generasi Lama :
Golongan Organoklorin : BHC, Lindane Organofosfat : Malathion, Dichlorvos Carbamate : Carbaryl
Generasi baru :
Pirimifos –metil Klorfirifos-metil S-bioalletrin Ciflutrin Bifentrin
Lanjutan...
Kekurangan Insektisida Sintetis :
Toksik bagi manusia dan hewan peliharaan Dapat menimbulkan resistensi serangga Menimbulkan efek residu yang berbahaya Dapat mencemari lingkungan Memerlukan keahlian khusus dalam aplikasinya
Jalan keluar :
Dicari alternatif pengganti insektisida sintetis, misalnya dengan mengembangkan insektisida alami (nabati, hewani, mineral)
Lanjutan...
Contoh Insektisida Alami :
Berbasis nabati :
Berbasis hewani :
Kencur, mindi, nimba, brotowali, nona, srikaya, sirsak jahe, lada, cengkeh (bubuk dan ekstraknya), minyak nabati. Bagian tanaman yang digunakan : akar, buah, daun, kulit, rimpang, bung. tepung tulang, abu cow dung.
Berbasis mineral :
batu gamping, abu gosok, tanah diatomae (Diatomaceous Earth – DE)
Lanjutan...
Kemudian dikembangkan insektisida generasi baru yang mengendalikan serangga hama pascapanen dengan mekanisme berbeda Insektisida terdahulu bekerja sebagai racun kontak, atau racun yang mengganggu fungsi syaraf, fungsi metabolisme, atau pernafasan Insektisida generasi ketiga bekerja mengacaukan sistem fisiologis serangga, tegasnya mengganggu berlangsungnya siklus hidup yang normal. Disebut juga Insect Growth Regulator – IGR)
Contoh insektisida generasi ketiga adalah :
Juvenile Hormon Analog (JHA) : Fenoxycarb, Methoprene) Chitin Synthesis Inhibitor (CSI) : Bufrofezin,Chlorfuazuron, diflubenzuron)
Lanjutan...
Chemosterilant
Chemosterilant yang merupakan bahan kimia yang dapat menimbulkan gangguan reproduksi pada serangga jantan, disemprotkan atau dibuat seperti debu Serangga jantan yang terkontaminasi akan mandul Jika serangga mandul dilepaskan ke alam akan mengganggu perkembangan populasi hama
Fumigan
Fumigan adalah insektisida yang dalam keadaan suhu dan tekanan ruang berbentuk gas Fumigan sangat efektif membasmi hampir semua stadia serangga, karena fumigan dapat masuk ke celah-celah biji Fumigan bahkan dapat masuk ke dalam biji sehingga hidden infestation dapat ditanggulangi
Lanjutan...
CARA BIOLOGI
Musuh Alami
Di alam selalu ada musuh alami dari spesies tertentu Di dunia hama pasca panen pun ada musuh alami Musuh alami ini dapat dimanfaatkan dalm pengendalian serangga hama pasca panen Sebagai contoh musuh alami Sitophilus sp. adalah Anisopteromalus calandrae Musuh alami Anagasta kuehniella adalah Bracon hebetor
Kontrol Mikrobial
Spora Bacillus thuringiensis Berliner diketahui sejak lama dapat membunuh larva Lepidoptera Sekarang sudah dikembangkan strain baru yang juga efektif pada Coleoptera
Pengendalian Hama Terpadu
Merupakan kombinasi dari metode-metode kimia, fisik, dan biologi
Berkembang menjadi Pengelolaan Hama Secara Terpadu Aspek batas ambang ekonomi
Contoh Penyakit Pascapanen
Penyakit Pascapanen Padi
Jamur-jamur lapangan yang umum terdapat pada biji padi (gabah) dalah :
Fusarium moniliforme , Fusarium spp., Phoma spp., Alternaria oryzae, Nigrospora oryzae, Helicoceras oryzae, Trichoconis caudate, Cladosparium herbarum, Curvularia maculans, Curvalaria lunata, Epiccoccum neglectum, Helminthosporium oryzae, Pyricularia oryzae, Ustilaginoidea virens
Jamur-jamur pasca panen, khususnya jamur simpanan terdiri dari marga :
Aspergillus, Penicillium, Rhizopus, Mucor
Lanjutan...
Jamur-jamur penting pasca panen yang menginfeksi biji padi ( gabah ) yaitu :
Foot Rot Terdapat pada daerah penanaman padi seperti China, Taiwan, Filipina, Uganda, Italy, India dan juga Indonesia Menyebabkan biji berwarna coklat muda sampai coklat tua dan biji menjadi hampa
Alternaria oryzae Terdapat di daerah pertanaman padi di dunia, termasuk
di Indonesia
Penyakit Pascapanen Jagung
Busuk Tongkol Fusarium
Penyakit ini merupakan penyakit penting di beberapa daerah penanaman jagung di dunia Penyakit ini menyebakan biji busuk smapai pada pangkal tongkol berwarna bervariasi dari merah jambu sampai coklat kemerhan atau coklat kelabu, tergantung banyak sedikitnya jamur dan cuaca
Busuk tongkol diplodia
Pantogen ini terdapat di tempat yang beriklim dingin Pantogen ini menyebakan seddling blight, busuk tangkai dan busuk biji Infeksinya melalui biji dan tanah
Lanjutan...
Busuk penicilium
Gejala yang tampak yaitu adanya spora jamur mirip tepung yang berwarna biru sampai hijau atau hijau tua yang melekat umumnya pada pangkal tongkol dan apabila dalam keadaan yang menguntunkan dapat menyellimuti seluruh bagian tongkol jagung
Busuk tongkol aspergillus
Gejala yang tampak pada tongkol yaitu berwarna kehijauan, kuning sampai hitam Kerusakan pada umumnya terjadi pada bagian ujung tongkol yang sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu di dalam penyimpanan atau gudang
Lanjutan...
Gosong bengkak
Biji-biji yang terinfeksi membengkak dan membentuk kelenjar. Semula gall berwarna putih, selanjutnya kelenjar berwarna hitam, setelah jamur berkembang dan membentuk spora
Penyakit Pascapanen Kedelai
Busuk biji phomopsis
Biji yang terinfeksi akan retak dan mengkerut atau keriput, mengecil dan terdapat bercak yang merupakan tubuh jamur berwarna coklat keabuan atau hitam dan biasanya mempunyai daya kecambah yang rendah
Cercospora kikuchii
Gejala pada biji yang terinfeksi akan menglami diskolorasi pada kulit yang berwarna pink sampai keunguan
Lanjutan...
Soybean mosaic virus
Gejala soybean mosaic virus pada biji kedelai yang terinfeksi akakn mengalami diskolorasi berwarna hitam , namun diskolorasi tersebut tidak harus menjadi indicator serangan SMV karena dapat juga di pengarui oleh factor lingkungan lain sehingga muncul belang pada biji
Penyakit Pascapanen Kacang Tanah dan Ubi Jalar
Penyakit Kacang Tanah
Apergillus flavas, Apegillus niger
Penyakit Ubi jalar
Penyakit yang disebabkan bakteri
Bakteri busuk lunak soft rot, Busuk kering, Bacillus
Penyakit yang disebabkan oleh jamur
Penyakit busuk lunak ,Penyakit busuk hitam, Penyakit busuk permukaan, Penyakit busuk kering, Penyakit busuk hitam jawa, Penyakit busuk arang, Penyakit yang disebabkan oleh jamur aspergillus, Penyakit busuk hitam
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Pascapanen
Pengendalian biasanya dilakukan dengan cara pencegahan, dengan cara : Pengaturan suhu, Kelembaban relatif, Perbandingan CO2 dan H2 , Penggarapan hati-hati, Menjaga kebersihan Pengendalian akumulasi gas-gas beracun, dengan cara menyerap gas beracun
Lanjutan...
Gangguan sebelum panen Menggunakn fungisida sistematik pada hormone 4-CPA Gangguan pasca panen
Menggunakan alat pemetik Pengakutan hati-hati Cara pengepakan Cara penggudangan Pengeringan suhu dingin dan tinggi Meningkatkan kelembaban relatif Sinar radiasi
Lanjutan...
Pengendalian prapanen : Penggunaan benih sehat Pengolahan tanah yang baik
Cara bercocok tanam : Pengaturan jarak tanaman Pemupukan Penyiangan Pengendalian hama dan pantogen
Lanjutan...
Pengendalian saat panen Penentuan saat panen Penggunaan alat panen Perlakuan saat panen : Pemilihan dan pemisahan Perlakuan air hangat Penyimpanan Pengangkutan Pemasaran
Lanjutan...
Pengendalian pada saat pascapanen dapat dilakukan dengan berbagai cara : Pemisahan secara fisik Pencucican dan pengenceran Pengerinngan Penyimpanan Penggunaan bahan kimia dan bahan pengikat Penggunaan bahan alami zat gizi dan vitamin Pemanasan dan radiasi
TERIMAKASIH