FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013 Effendi Wibowo, SP dan Dina Ernawati, SP
H. hampei merupakan salah satu penyebab utama penurunan produksi dan mutu kopi di Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Kerusakan buah yang ditimbulkan berupa buah tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil (Kadir et al., 2003 cit. Anonim, 2002). Menurut
Kalshoven
(1981)
hama
penggerek
buah
kopi
(PBKo)
diklasifikasikan ke dalam ordo Coleoptera, dan famili Scolytidae. Hama ini mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah. Kumbang ini biasanya mengarahkan serangan pertamanya pada bagian kebun kopi yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun (Anonim, 2008). Sebaran tanaman kopi di wilayah kerja (WILKER) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanamanan Perkebunan (BBPPTP) Surabaya, seperti pada gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Luas Areal Tanaman Kopi di WILKER BBPPTP Dari
gambar
Propinsi
Jawa
1, timur
merupakan
propinsi
memiliki
luas
yan areal
terbesar yakni di kisaran 52,181.02
ha
di
ikuti
Propinsi Nusa Tenggara Tmur
37,406.00
ha,
Propinsi Bali 26,555.19 ha, Sumber Data: Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Propinsi 16,766.31
Jawa
Tengah
ha,
Propinsi
Jawa Barat 8,517.77 ha, Propinsi Nusa Tenggara Barat 4,658.00 ha, Propinsi Banten 2,955.00 ha dan wilayah terkecil pada Propinsi DI Yogyakarta 1,854.97 ha. Data sampai dengan Juni 2013, total serangan H hampeii pada triwulan II seluas 4,457.69 ha, keadaan ini mengalami fluktuatif serangan hama PBKo di bandingkan dengan triwulan I 2013, seperti gambar 2 kondisi pertanaman pada umumnya buah masak tua ataupun banyak beberapa wilayah yang sudah panen raya, seperti pada gambar 2 di bawah ini. Gambar 2: Grafik Perbandingan Luas Serangan H hampeii pada Kopi di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan I dengan Triwulan II Tahun 2013.
Luas Serangan (ha)
Grafik Perbandingan Luas Serangan Hypothenemus hampeii pada Kopi di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya antara Triwulan I dengan Triwulan II tahun 2013 1,500.00 1,000.00 500.00 0.00 Banten Jawa Jawa DIY Barat Tengah Triwulan I
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Triwulan II
Sumber Data: Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Data sampai dengan Juni 2013, pada triwulan II terjadi beberapa fluktuatif serangan hama PBKo dibandingkan dengan triwulan I 2013, seperti gambar 2 kondisi pertanaman pada umumnya buah masak tua ataupun banyak beberapa wilayah yang sudah panen raya. Propinsi Banten berdasarkan data mengalami penurunan luas serangan di angka 6 ha, wilayah Propinsi Jawa Barat mengalami peningkatan serangan H.hampei seluas 124.05 ha. Hal serupa terjadi di Jawa Tengah dimana terjadi peningkatan luas serangan H.hampei seluas 183.05 ha. pada propinsi DI Yogyakarta, peningkatan luas serangan tidak terlalu signifikan yakni 6.27 ha, wilayah propinsi Jawa timur yang
mempunyai peningkatan serangan H.hampei tertinggi yakni di kisaran 309.53 ha, hal serupa terjadi di Propinsi NTB seluas 346.30 ha, sedangkan propinsi bali meningkat 252.07 ha, dan propinsi NTT menurun 58.00 ha, hal ini terkait dengan tindakan pengendalian yang di lakukan. Gambar 3: Peta Tingkat Serangan Hypotenemus hampeii Pada Kopi di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Triwulan II Tahun 2013
Sumber Data: Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Analisis tingkat serangan H.hampei di Wilker BBPPTP Surabaya, dari data luas serangan dan luas areal di dapatkan 2 wilayah yakni Propinsi Jawa Barat dan Propinsi NTB pada kategori tingkat serangan tinggi, perlu dilakukan pengendalian secara masal yang melibatkan instansi terkait, swasta, dan petani pemilik kebun. Pada tingkat serangan sedang / waspada Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi NTT, sedangkan Propinsi Jawa Timu dan Propinsi Banten pada kondisi tingkat serangan rendah.
Pada wilayah yang mengalami kenaikan kemungkinan telah dilakukan pengendalian baik itu dari pemerintah maupun swadaya dari petani sendiri. Dengan pengendalian tersebut mampu menurunkan populasi serangan H. hampei. Seperti pada gambar 4 di bawah ini. Gambar 4: Grafik Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Hypotenemus hampeii pada Kopi di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya pada Triwulan II tahun 2013 Grafik Perbandingan Luas Serangan dan Luas Pengendalian Hypothenemus hampeii pada Kopi di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya pada Triwulan II tahun 2013 1,500.00 1,000.00 500.00 0.00 Banten
Jawa Barat
Jawa Tengah
Luas Serangan
DIY
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Luas Pengendalian
Sumber Data: Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya, 2013
Saran tindakan pengendalian khususnya di Propinsi Bali, NTB, NTT, Banten dan DI Yogyakarta perlu dilakukan, instansi terkait perlu turun ke lapang melakukan arahan kepada petani agar melaksanakan tindakan pengendalian. Pengendalian dilakukan dengan cara mekanis yaitu petik buah kemudian memusnahkan buah-buah yang terserang. Pengendalian lain yaitu dengan cara kultur teknis berupa sanitasi kebun. Akibat serangan hama ini petani mendapatkan kerugian hasil yang cukup signifikan. Pada dasarnya kerugian petani masih lebih besar namun tidak dilaporkan oleh petugas lapang. Menurut Anonim (2002), kerusakan biji kopi oleh gangguan hama bubuk buah kopi dapat mencapai 40-50% dari produksi dan dapat menyebabkan penyusutan 30-40% dari berat biji kopi bila tidak terserang. Akibatnya akan dihasilkan biji kopi yang berkualitas rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Kopi. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Anonim, 2008. Musuh alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kopi. Bagian Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan Rakyat. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. Bidang Proteksi. 2013. Data Triwulan II. Bidang Proteksi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya, Jombang. Kalshoven. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru VanHouve. Jakarta.