PENYUSUNAN TABEL VOLUME JATI (Tectona grandis, Linn.f) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DI KPH JATIROGO, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
DWI NYOTO PRASETIYANING TIYAS
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENYUSUNAN TABEL VOLUME JATI (Tectona grandis, Linn.f) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DI KPH JATIROGO, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
DWI NYOTO PRASETIYANING TIYAS E14104015
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
SUMMARY DWI NYOTO PRASETIYANING TIYAS. E14104015. Developing Stand Volume Table of Teak (Tectona grandis Linn.f) Using High Resolution Satellite Image in KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II East Java. Under supervision of Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr. Perum Perhutani is one of the state companies that has a long history in managing forest area in the most populated island, Java. However, in line with the population and economical growths, the company is frequently facing problem on forest protection, particularly on wood stealing, forest encroachment, forest fire etc. Thus, the company needs to establish a tool that may support forest management through establishment of forest inventory. In the forest planning, forest inventory had been playing an important role. Forest inventory is usually performed to acquire data and information of the forest resources potency through three methods, that are terrestrial, remote sensing and combination of the mentioned two methods (e.g., two-phase or double sampling technique). Generally, double sampling technique employs remote sensing data obtained by air mapping or satellite imaging. Among these two image sources, satellite images had been more preferable since they have shorter temporal resolution, digital format, better spatial resolution and to some extent are cheaper. To facilitate forest survey, forest inventory usually uses aid tools such as tree volume table or stand volume table. In this research the author focused on the establishment of stand volume table of teak forest using high resolution satellite images. The model is then referred to as satellite volume table. The objective of this study is to establish stand volume of teak forest (Tectona grandis Linn.f) using Ikonos images in KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II, East Java. Ikonos data used were recorded on 9 October 2006. The softwares used were ArcView GIS 3.2, Erdas Imagine 9.1 and Minitab 14. For ground ground surveys, the equipments used were GPS, brunton compass, phi-band, haga hypsometer and digital camera. The study encompass following steps, i.e., images pre-processing, ground sampling and data analysis. The study results showthat the crown diameter means derived from Ikonos image (Dc) have high correlation with clear bole tree height for estimating (merchantable stand volume (Vbc), having correlation coefficient of 0,824. Based on statistical analysis, model evaluation, and model simplicity, the best model selected for predicting stand potency is Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc, with coefficient of determination of 83,2%. Using the double sampling technique, the stand volume per unit area are approximately 136,331 m3/ha, having variance of the mean of 164,918 (m3/ha)2. At 95% of confidence level, the stand volumes are ranging from 109,979 m3/ha to 162,683 m3/ha with 19,33% of sampling error. The study also shows that there is a high consistency between the crown diameter measured from ground and Ikonos having coefficient of determination of 95,2%.
Keywords: stand potency, double sampling technique, ikonos
RINGKASAN DWI NYOTO PRASETIYANING TIYAS. E14104015. Penyusunan Tabel Volume Jati (Tectona grandis, Linn.f) Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi di KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir I Nengah Surati Jaya, M. Agr. Sejak awal pengusahaannya, Perum Perhutani sangat rawan terhadap gangguan keamanan terutama pencurian kayu. Dalam pengelolaan, diperlukan adanya proses dan tahapan perencanaan yang lengkap, cermat dan terarah guna memperoleh hasil yang optimal dan lestari. Inventarisasi hutan merupakan bagian dari perencanaan hutan yang memegang peranan penting. Kegiatan inventarisasi hutan dilakukan guna pengumpulan data dan informasi tentang potensi sumberdaya hutan yang dapat dilakukan dengan metode terestris, metode teknologi penginderaan jauh atau dengan mongkombinasikan metode terestris dan metode teknologi penginderaan jauh (teknik pengambilan contoh berganda). Sampai dengan saat ini, teknik double sampling umumnya menggunakan data penginderaan jauh yang diperoleh dari potret udara atau citra satelit, dimana citra satelit memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan potret udara. Dalam kegiatan inventarisasi hutan umumnya diperlukan alat bantu, yang diantaranya dapat berupa tabel volume pohon maupun tabel volume tegakan. Lebih lanjut, penelitian ini memfokuskan pada penyusunan tabel volume tegakan dengan menggunakan citra satelit. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun model penduga tabel volume tegakan jati (Tectona grandis, Linn.f) menggunakan citra satelit Ikonos dengan lokasi penelitian di KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Data Ikonos yang digunakan direkam pada 9 Oktober 2006. Dalam proses analisis data, pada penelitian ini digunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak ArcView GIS 3.2, Erdas Imagine 9.1, Minitab 14 dan Microsoft Office 2007. Alat-alat bantu yang digunakan selama pengambilan data di lapangan mencakup GPS, kompas brunton, meteran, phiband, haga, alat tulis dan kamera digital. Rangkaian metode penelitian terdiri dari pengolahan citra, pengambilan contoh di lapangan dan pengolahan data. Penelitian ini menunjukkan bahwa diameter tajuk rata-rata hasil pengamatan pada citra Ikonos (Dc) memiliki korelasi yang erat dengan volume bebas cabang (Vbc) di lapangan, dengan koefisien korelasi sebesar 0,824. Berdasarkan analisis statistik, evaluasi model dan kesederhanaan model, model penduga potensi tegakan terbaik yang terpilih adalah Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc dengan nilai koefisien determinasi sebesar 83,2%. Dengan teknik pengambilan contoh berganda diperoleh rata-rata volume tegakan sebesar 136,331 m3/Ha, dengan keragaman 164,918 (m3/Ha)2. Pada tingkat kepercayaan 95% selang dugaan volume tegakan berkisar antara 109,979 m3/Ha sampai dengan 162,683 m3/Ha. Untuk luasan produktif 11.229,7 Ha, penduga total volume populasi di KPH Jatirogo adalah 1.530.956,511 m3 dengan kesalahan penarikan contoh sebesar 19,33%. Pada penelitian ini juga menunjukkan adanya konsistensi yang tinggi antara diameter tajuk rata-rata hasil pengukuran di lapangan dengan diameter tajuk rata-rata hasil pengamatan pada citra Ikonos, dengan koefisien determinasi sebesar 95,2%.
Kata kunci : Potensi tegakan, Teknik double sampling, Ikonos
© Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa ijin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokpi, microfilm, dan sebagainya.
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyusunan Tabel Volume Jati (Tectona grandis, Linn.f) Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi di KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benarbenar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi dan lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2009
Dwi Nyoto Prasetiyaning Tiyas NRP. E14104015
Judul Penelitian
: Penyusunan Tabel Volume Jati (Tectona grandis, Linn.f) Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi di KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Nama
: Dwi Nyoto Prasetiyaning Tiyas
NIM
: E14104015
Departemen
: Manajemen Hutan
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr NIP : 131 578 785
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Dr.Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP : 131 578 788
Tanggal Lulus:
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik serta memperoleh banyak manfaat dan ilmu pengetahuan yang sangat berharga bagi penulis selama menyelesaikan skripsi yang berjudul Penyusunan Tabel Volume Jati (Tectona grandis, Linn.f) Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi di KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1.
Bapak Sanyoto, Ibu Moenawaroh, Mas Wawan dan adikku tersayang Yudhi atas cinta, kasih sayang, canda dan tawa, dukungan moral dan material, do’a serta sumbangan yang tidak dapat dituliskan.
2.
Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M.Agr, selaku Pembimbing atas arahan, masukan, kesabaran dan nasehat yang diberikan kepada penulis.
3.
Prof. Dr. Ir Imam Wahyudi, M.S, selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F, selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, atas masukan dan saran yang membangun demi penyempurnaan karya tulis ini.
4.
M. Edy Shofiyanto atas semua cinta, kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, bantuan, kesabaran dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama proses penelitian.
5.
Pak Uus dan Mas Edwin atas semua ilmu, bantuan dan motivasi yang telah diberikan.
6.
Keluarga Besar Fahutan IPB khususnya angkatan 41 atas semangat persatuan dan kekompakannya.
ii
7.
Teman-teman terbaik selama penulis duduk di bangku perkuliahan: Ilyasa, Fitrie, Wati, Iis, Yuli, Eko, Pujik, Pam-pam, Tina, Beh, Clara, Huda, Ricardo, Reza, Priyo, Yumte, Nayu, Eris dan semua teman di MNH 41 atas persahabatan yang tidak pernah terlupakan selama hidup.
8.
Teman-teman seperjuangan di Inventarisasi Hutan: Nur, Pipit, Nanik, Rizky, Fatah dan Mbak Siti atas kerjasama dan semangat yang telah diberikan.
9.
Teman-teman di DKM Ibaadurrahman: Tuti, Delvy, Selvy dan Deni. Himpunan Mahasiswa Dept.MNH FMSC IPB periode 2006-2007 serta teman-teman pengurus KOPMA periode 2005-2007: Endah, Galih, Warid, Rofyan dan Dinda. Terima kasih atas bantuan dan persahabatan yang telah diberikan.
10. Teman-teman seperjuangan di Wisma Sweet Home: Mbak Eka, Ayoe, Tika Mbak Vany dan Mbak Susi yang selalu memberikan semangat dan canda tawa selama penulis kuliah. 11. Keluarga besar KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur atas semua bantuannya. 12. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberikan sumbangsihnya yang tidak ternilai. Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, diharapkan adanya masukan dan saran guna perbaikan skripsi ini. Harapan terbesar penulis adalah saat karya terkecil kita dapat memberikan manfaat yang besar bagi siapapun yang membutuhkannya.
Bogor, Januari 2009
Penulis
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 20 April 1986, dari pasangan Bapak Sanyoto dan Ibu Moenawaroh sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis adalah sebagai berikut: lulus dari TK Pertiwi Mantingan tahun 1992, lulus dari SDN Mantingan I Rembang tahun 1998, lulus dari SLTP Negeri 1 Sulang pada tahun 2001, dan lulus SMU Negeri 1 Rembang pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di IPB melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama duduk di bangku kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi baik sebagai anggota maupun sebagai pengurus. Adapun beberapa keorganisasian tersebut antara lain : menjadi staf Departemen Planologi Kehutanan tahun 20052006 dan ketua Departemen Kewirausahaan Himpro Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006-2007, menjadi staf di DKM Ibaadurrahman tahun 20062007 serta menjadi staf Departemen Usaha pada tahun 2005-2007 Koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB. Semasa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten teknik inventarisasi sumberdaya hutan dan telah menyelesaikan kegiatan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) yang bertempat di KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur dan KPH Ngawi selama dua bulan. Selain itu, penulis juga telah melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berlokasi di PT. Arfak Indra, Fakfak Papua Barat. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Program Studi Manajemenn Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi berjudul “Penyusunan Tabel Volume Jati (Tectona grandis, Linn.f) Menggunakan Citra Satelit Resolusi Tinggi di KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur” di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M. Agr.
iv
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3 C. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4 A. Jati (Tectona grandis, Linn.f)............................................................... 4 B. Aplikasi Penginderaan Jauh ................................................................. 8 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 11 A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 11 B. Bahan dan Alat .................................................................................... 11 C.Metode Penelitian ................................................................................. 16 BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................. 34 A. Letak dan Luas KPH Jatirogo .............................................................. 34 B. Bagian Hutan di KPH Jatirogo ............................................................. 35 C. Keadaan Lapangan ............................................................................... 35 1. Topografi ....................................................................................... 35 2. Keadaan Tanah .............................................................................. 35 3. Iklim .............................................................................................. 36 D. Pembagian Wilayah Kerja .................................................................... 36 E. Gangguan Keamanan Hutan ................................................................. 36 F. Penggunaan Lahan di Sekitar/Bersebelahan Dengan Hutan ................. 38
v
G. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ............................................. 38 1. Mata Pencaharian Masyarakat ...................................................... 38 2. Penggunaan Lahan Masyarakat..................................................... 38 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 40 A. Korelasi Antar Peubah ......................................................................... 40 B. Pemilihan Model Persamaan Regresi Antar Peubah ........................... 42 C. Pengujian Konsistensi Dimensi Tegakan............................................. 44 D. Verifikasi Model .................................................................................. 49 E. Pendugaan Volume Tegakan dengan Teknik Double Sampling .......... 49 F. Monogram ............................................................................................ 50 BAB VI. KESIMPULAN ............................................................................... 56 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58 LAMPIRAN .................................................................................................... 60
vi
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Karakteristik Dasar Ikonos......................................................................... 12 2. Band dan Resolusi Spasial Ikonos ............................................................. 13 3. Karakteristik Dasar Quickbird ................................................................... 14 4. Luas Petak Ukur pada Hutan Tanaman Jati ............................................... 21 5. Plot Contoh di Lapangan yang diambil Berdasarkan KU dan Bonita ....... 22 6. Persamaan Tabel Volume Udara di Hutan Jati .......................................... 23 7. Analisis Ragam untuk Regresi Sederhana ................................................. 26 8. Analisis Ragam untuk Regresi Berganda ................................................... 26 9. Wilayah BKPH dan RPH di KPH Jatirogo ................................................ 36 10. Mata Pencaharian Masyarakat di Sekitar Wilayah Hutan KPH Jatirogo ... 39 11. Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Masyarakat di Sekitar Wilayah Hutan KPH Jatirogo ................................................................................... 39 12. Matrik Korelasi Antar Peubah ................................................................... 40 13. Model Kandidat Penduga Volume Bebas Cabang ..................................... 43 14. Pembagian Kelas Potensi Hutan Berdasarkan C dan D ............................. 44 15. Model Penduga dari Masing-masing Peubah ............................................. 47 16. Hasil Pengujian dengan Uji-z antara Diameter Tajuk di Citra Ikonos dan di Lapangan ......................................................................................... 48 17. Hasil Pengujian dengan Uji-z antara Persen Penutupan Tajuk di Citra Ikonos dan di Lapangan ............................................................................. 48 18. Hasil Verifikasi dengan Uji-t antara Volume Tegakan di Citra Ikonos dan di Lapangan ......................................................................................... 49
vii
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Citra Ikonos KPH Jatirogo ......................................................................... 11 2. Citra Quickbird KPH Jatirogo.................................................................... 13 3. Lingkaran untuk Penaksiran Persentase Penutupan Tajuk ........................ 19 4. Peta Lokasi Pengambilan Plot Contoh di Citra dan di Lapangan .............. 21 5. Diagram Alir Kegiatan ............................................................................... 33 6. Peta Kerja KPH Jatirogo ............................................................................ 34 7. Diagram Pencar Hubungan Antara Vbc-lapangan dengan Dc ................... 44 8. Diagram Pencar Hubungan Antara Diameter Tajuk pada Citra Ikonos dan di Lapangan ......................................................................................... 46 9. Diagram Pencar Hubungan Antara Persen Penutupan Tajuk pada Citra Ikonos dan di Lapangan ............................................................................. 47 10. Diagram Pencar Hubungan Antara Jumlah Pohon pada Citra Ikonos dan di Lapangan ......................................................................................... 47 11. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D1 pada Citra Ikonos ....... 51 12. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C4D1 pada Citra Ikonos ....... 51 13. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C2D1 pada Citra Ikonos ....... 52 14. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C1D1 pada Citra Ikonos ....... 52 15. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D1 pada Citra Ikonos ....... 53 16. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C4D2 pada Citra Ikonos ....... 53 17. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D2 pada Citra Ikonos ....... 54 18. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D2 pada Citra Ikonos ....... 54 19. Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C2D1 pada Citra Ikonos ....... 55
viii
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. GCP Citra Ikonos Tahun 2004 ................................................................... 61 2. GCP Citra Ikonos Tahun 2006 ................................................................... 64 3. GCP Citra Quickbird Tanggal 14 Agustus 2007 ....................................... 67 4. GCP Citra Quickbird Tanggal 1 September 2007...................................... 69 5. Data Hasil Pengamatan pada Citra ............................................................. 70 6. Data Hasil Pengukuran di Lapangan .......................................................... 73 7. Titik-titik Koordinat Lapangan yang diambil menggunakan GPS ............ 98 8. Data untuk Penyusunan Model Pendugaan Potensi Tegakan .................... 99 9. Analisis Ragam Model Penduga Tabel Volume dan Potensi Tegakan ...... 100 10. Data untuk Verifikasi Model Penduga Potensi Tegakan ........................... 102 11. Perhitungan Potensi Tegakan dengan Teknik Double Sampling ............... 103
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan yang dikelola oleh Perum Perhutani merupakan kelas perusahaan tebang habis jati yang hanya terdapat di Pulau Jawa. Dalam teknisnya, setiap kegiatan tebang habis harus selalu diikuti dengan kegiatan penanaman kembali karena merupakan kelas perusahaan hutan tanaman. Sejak awal pengusahaannya, Perum Perhutani sangat rawan terhadap gangguan keamanan terutama pencurian kayu, terlebih-lebih kayu jati yang merupakan kayu mewah komoditas unggulan. Kayu Jati termasuk jenis kayu keras yang bernilai tinggi dan sangat diminati di dunia. Kayu jati Jawa terkenal sejak beberapa abad lalu karena kualitasnya, kekuatan kayu, warna kecoklatan yang indah, serat yang unik dan ketahanannya terhadap segala cuaca yang tidak tertandingi oleh jenis kayu lain. Kegiatan pengelolaaan hutan yang baik memerlukan proses dan tahapan perencanaan yang seksama, lengkap, cermat dan terarah guna memperoleh hasil yang optimal dan lestari baik dari segi kelestarian hasil, ekologis maupun sosial. Bagian dari kegiatan perencanaan hutan yang memegang peranan penting adalah inventarisasi hutan, karena data yang dihimpun akan menjadi dasar bagi usaha pengelolaan
dan
pemanfaatan
hutan
yang
akan
dilakukan.
Pengusahaan/pemanfaatan hutan yang tepat hanya dapat dicapai apabila rencana yang disusun benar-benar mantap dan menyeluruh berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan (teliti, obyektif dan representatif). Secara umum, inventarisasi hutan dapat dilakukan dengan beberapa metode pengukuran, yaitu pengukuran secara terestris (ground survey), pengukuran menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing), dan pengukuran dengan menggabungkan metode terestris dan penginderaan jauh. Mengingat laju perubahan hutan yang semakin cepat, maka data dan informasi yang dibutuhkan adalah data terbaru yang dapat diperoleh secara cepat, akurat dan efisien. Dalam kaitannya sebagai sarana pengumpul data serta pendeteksian perubahanperubahan kondisi hutan, penginderaan jauh memegang peranan yang sangat penting karena mampu memberikan data dan informasi secara lengkap, cepat dan
2
relatif akurat. Berdasarkan pertimbangan hal-hal diatas maka metode yang dipilih adalah pengukuran dengan menggabungkan metode terestris dan penginderaan jauh. Pengukuran dengan menggabungkan metode terestris dan pengindraan jauh dapat dilakukan, diantaranya adalah dengan metode pengambilan contoh berganda (double sampling). Berbeda dengan metode sampling lainnya, dalam metode double sampling pengambilan contoh dilakukan dengan dua tahap yaitu pada potret udara/citra dan dilapangan. Saat ini penginderaan jauh tidak hanya mencakup kegiatan pengumpulan data
mentah
tetapi
juga
mencakup
pengolahan
data
secara
otomatis
(komputerisasi) dan manual (interpretasi), analisis citra dan penyajian data yang diperoleh. Kegiatan penginderaan jauh dibatasi pada penggunaan energi elektromagnetik (Jaya, 2007). Saat ini, potret udara relatif tidak digunakan lagi meskipun hasil pengambilan gambarnya dapat diamati secara 3-dimensi. Ini karena harga potret udara sangat mahal dan pengambilan gambar pada potret udara tidak bisa dilakukan sewaktu-waktu dan tergantung pada kondisi cuaca serta iklim dari wilayah yang bersangkutan. Hambatan lain pemotretan pada potret udara adalah adanya gangguan awan dan kabut. Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, saat ini sudah tersedia citra satelit resolusi tinggi seperti SPOT 5, Quickbird dan Ikonos yang cukup potensial dalam menggantikan potret udara. Dibandingkan dengan potret udara citra satelit memiliki banyak keunggulan diantaranya adalah harganya yang cukup ekonomis dalam luasan yang besar dan frekuensi pemotretan yang tidak tergantung pada kondisi cuaca dan iklim. Sehingga dapat diperoleh data yang up to date dan berkelanjutan yang dapat digunakan untuk kegiatan inventarisasi secara berkala. Serta kegiatan penaksiran potensi kayu dapat dilakukan tanpa harus melakukan inventarisasi secara terestris. Salah satu alat yang sangat membantu dalam penerapan penginderaan jauh dalam kegiatan inventarisasi hutan adalah tersedianya tabel volume. Tabel volume inilah yang nantinya digunakan dalam pembentukan pendugaan volume tegakan, yang gunanya adalah sebagai pembanding volume dugaan hasil penginderaan jauh dengan volume hasil pengukuran di lapangan. Berdasarkan pengukuranpengukuran rinci sejumlah kecil pohon dalam suatu wilayah hutan, tabel volume
3
dapat membantu pendugaan sejumlah besar volume pohon di daerah tersebut. Tabel volume ini nantinya dapat juga digunakan untuk menduga volume total dari suatu wilayah (Pambudhi, 1995 dalam Siran dan Susanty 2005). Dalam Paine (1992), penyusunan tabel volume pohon yang pertama kali dengan menggunakan potret udara dilakukan di Jerman oleh Ziegar pada tahun 1928, selanjutnya diikuti oleh Spurr pada tahun 1946 di Amerika Serikat untuk jenis white pine dan di Finlandia oleh Ilvessalo pada tahun 1950. Hal ini membuktikan bahwa penyusunan tabel volume dengan potret udara sudah sejak lama dilakukan dan telah mengalami perkembangan. Banyak sekali kekurangan dari pembuatan tabel volume pohon udara tersebut. Diantaranya terletak pada ketelitian statistik dimana memiliki kesalahan baku yang
cukup tinggi,
pengkonversian volume pohon menjadi volume tegakan yang disebabkan oleh kesulitan dalam menghitung jumlah tajuk secara tepat, dan pembutan tabel volume pohon udara hanya baik digunakan pada potret-potret berskala besar serta untuk tegakan yang agak terbuka (Jaya, 2006). Sehingga dalam penelitian ini akan dikaji pemanfaatan citra beresolusi tinggi dalam penyusunan tabel volume pohon.
B. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah: 1. Menyusun model penduga tabel volume pohon untuk jenis jati (Tectona grandis, Linn.f) di areal kerja KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dengan menggunakan citra Ikonos. 2. Mengevaluasi aplikasi model pendugaan potensi dengan teknik double sampling.
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini berupa model penduga tabel volume jati menggunakan citra satelit yang dapat digunakan untuk: 1. Menduga potensi di areal kerja KPH Jatirogo secara cepat dan akurat dalam rangka pengaturan kelestarian hasil. 2. Pemantauan potensi hutan secara cepat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Jati (Tectona grandis, Linn.f) 1. Tata Nama Jati dengan nama ilmiah Tectona grandis Linn.f. termasuk ke dalam famili Verbenaceae. Jati dikenal pula dengan nama daerah sebagai berikut: deleg, dodolan, jate, jatos, kiati dan kulidawa (Wikipedia, 2008). Di berbagai negara, jati lebih dikenal dengan Sagun (India), Lyiu (Burma), Mai Sak (Thailand), Teak (Inggris), Teck (Perancis), Teca (Spanyol) dan Java Teak (Jerman) (Dephut, 2008).
2. Habitus
Pohon jati mempunyai ukuran yang besar dengan batang yang bulat lurus dan tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (bambu) nampak seolah berbukubuku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang. Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Pohon jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80100 cm, sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
5
Bunga majemuk terletak dalam malai besar, berukuran 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting serta jauh di puncak tajuk pohon. Taju mahkota 6-7 buah, berwarna keputih-putihan, berukuran 8 mm dan termasuk bunga berumah satu. Buah berbentuk bulat agak gepeng, berukuran 0,5–2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil (Wikipedia, 2008).
3. Penyebaran dan Sifat Ekologis
Areal penyebaran alaminya terdapat di India, Myanmar, Thailand dan bagian barat Laos. Batas utara pada garis 25° LU di Myanmar, batas selatan pada garis 9° LU di India. Jati tersebar pada garis 70°-100° BT. Penyebarannya ternyata terputus-putus. Di Indonesia, jati bukan merupakan tanaman asli, tetapi sudah tumbuh sejak beberapa abad lalu di P. Kangean, Muna, Sumbawa dan Jawa (Dephut, 2008). Saat ini penyebaran jati di Indonesia terdapat juga di P. Bali, P. Madura, Lampung, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Pertumbuhan pohon jati sangat baik pada iklim memiliki musim kering yang nyata, namun tidak terlalu panjang, dengan curah hujan antara 1200-3000 mm pertahun dan dengan intensitas cahaya yang cukup tinggi sepanjang tahun. Ketinggian tempat tumbuh yang optimal adalah antara 0 – 700 m dpl, namun jati juga dapat tumbuh hingga ketinggian 1300 m dpl. Jati tumbuh sangat baik pada tanah yang agak basa dengan pH antara 6-8, sarang (memiliki aerasi yang baik), mengandung cukup banyak kapur (Ca, calcium) dan fosfor (P). Jati merupakan tanaman yang tidak tahan tergenang air (Wikipedia, 2008).
4. Sifat-sifat Umum Kayu Jati Jati merupakan kayu bobot-sedang yang agak lunak dan mempunyai suatu penampilan yang sangat khas. Kayu teras sering berwarna kekuningan kusam jika baru dipotong, tetapi berubah menjadi cokelat keemasan atau kadang cokelat keabuan tua setelah terkena udara. Sedangkan kayu gubalnya berwarna putih
6
kekuningan atau cokelat kekuningan pucat. Jika diraba kayu terasa berminyak dan mempunyai bau seperti bahan penyamak yang mudah hilang. Lingkaran tumbuh nampak jelas, baik pada bidang transversal maupun radial serta seringkali menimbulkan gambar atau corak yang indah (Lemmens dan Soerienegara, 2002 dalam Novendra 2008). Pori-pori kayu jati sebagian besar atau hampir seluruhnya soliter dalam susunan tata lingkar. Kayu jati mempunyai berat jenis sebesar 0,67 kg/m3 termasuk ke dalam kelas kuat II dan kelas awet II. Kayu jati mudah dikerjakan, baik dengan mesin ataupun dengan alat tangan (Martawijaya et al., 1981 dalam Novendra 2008). Menurut sifat-sifat kayunya, di Jawa orang mengenal beberapa jenis jati diantaranya adalah (Wikipedia, 2008): 1. Jati lengo atau jati malam, memiliki kayu yang keras, berat, terasa halus bila diraba dan seperti mengandung minyak (Jawa: lengo atau minyak, malam, lilin). Berwarna gelap, banyak bercak dan bergaris. 2. Jati sungu. Berwarna hitam, padat dan berat (Jawa.: sungu, tanduk). 3. Jati werut. Kayu keras dan serat berombak. 4. Jati doreng. Berkayu sangat keras dengan warna loreng-loreng hitam menyala dan sangat indah. 5. Jati kembang. 6. Jati kapur. Kayunya berwarna keputih-putihan karena mengandung banyak kapur, kurang kuat dan kurang awet.
5. Sistem Silvikultur Menurut Martawijaya dalam Novendra (2008), permudaan alami hutan jati mudah terjadi dan dapat membentuk tegakan murni setelah mengalami kebakaran. Selain daripada itu mudah pula tumbuh tunas tunggak, tetapi permudaan semacam ini jarang dilakukan karena akan menghasilkan kayu yang berkualitas rendah. Oleh karena itu, untuk jati pada umumnya berlaku sistem tebang habis dengan permudaan buatan. Permudaan buatan dilakukan secara langsung dengan biji yang ditanam pada permulaan musim hujan dengan jarak tanam 3 m x 1 m sampai 3 m x 3 m
7
tergantung pada kesuburan atau bonita tanah. Pohon jati berbunga pada bulan Oktober – Juni dan buahnya masak pada bulan Juli – Desember. Biji jati mempunyai daya kecambah yang rendah yaitu 35 – 58% namun terkadang jarang melebihi 50%. Hama pohon jati yang banyak ditemukan antara lain adalah bubuk jati (Xyleborus destruens Bldf.) yang menyerang batang hingga berlubang, ulat daun jati (Hiblaea puera Cr.) yang memakan daun hingga gundul, rayap (Neotermes tectonae Damm.) dan oleng-oleng (Duomitus ceramicus Wlk.) yang menyerang batang melalui akar. Pencegahan hama dapat dilakukan dengan tindakan silvikultur seperti penjarangan dan pembersihan tumbuhan bawah yang menjadi sarang hama. Sedangkan penyakit yang lazim terdapat pada jati antara lain disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum smith), jamur upas (Corticium salmonicolor Berk and Br.) dan benalu (Loranthus spp.). Pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan jalan segera menebang dan membakar pohon yang terserang (Martawijaya et al., 1981 dalam Novendra 2008).
6. Kegunaan Kayu Jati Kayu jati merupakan jenis kayu yang paling banyak dipakai dan disukai untuk berbagai keperluan karena sifat-sifatnya yang baik. Kayu jati praktis sangat cocok untuk segala jenis konstruksi seperti untuk pembuatan tiang, balok dan gelagar pada bangunan rumah, jembatan, mebel dan sebagainya. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Meskipun kayu jati mempunyai kegunaan yang luas, tetapi karena sifatnya yang agak rapuh sehingga kurang baik untuk digunakan sebagai bahan yang memerlukan kelenturan yang tinggi seperti alat olah raga, tangkai perkakas dan lain-lain. Kayu jati merupakan kayu yang paling baik untuk pembuatan kapal dan biasa dipakai untuk papan kapal, terutama untuk kapal yang berlayar di daerah tropis serta mempunyai daya tahan terhadap berbagai bahan kimia (Martawijaya et al., 1981 dalam Novendra 2008).
8
B. Aplikasi Penginderaan Jauh di Bidang Kehutanan 1. Beberapa Model Pendugaan Volume di Hutan Alam dengan Citra Satelit 1. Model penduga potensi tegakan hutan lahan kering menggunakan citra Spot 5 Supermode dan Quickbird (Santoso, 2008). Vbc = 0,0192Cs2 – 0,8331Cs + 16,963 dengan koefisien determinasi sebesar 60,93%. 2. Pendugaan
potensi
tegakan
dengan
teknik
double
sampling
menggunakan citra resolusi tinggi pada hutan lahan kering di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat (Anwar, 2008). Vbc = - 11,9 + 0,0118 Csp2 dengan koefisien determinasi sebesar 67,00%. 3. Estimasi potensi hutan lahan kering menggunakan citra satelit Quickbird dan SPOT 5 di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (Beti Nurbaety, 2007). Vbc = 3,062001 + 0,526548 C dengan koefisien determinasi sebesar 59,08%. 4. Estimasi potensi hutan mangrove menggunakan citra satelit Quickbird dan SPOT 5 di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (Adila, 2007). Vbc = 2,264417 + 0,117374 C dengan koefisien determinasi sebesar 53,17%.
2. Penyusunan Tabel Volume Udara Volume suatu pohon adalah fungsi dari diameter batang, tinggi pohon dan faktor bentuk pohon. Ide dasar dari estimasi volume pohon melalui potret udara berawal dari suatu fakta-fakta empiris bahwa: a. Tinggi pohon (H) dan diameter tajuk (D) merupakan peubah-peubah yang dapat diukur pada potret udara, yang dikenal dengan visible crown diameter (VCD) dan visible tree height (VTH). VCD adalah diameter tajuk yang tampak pada potret udara (mengabaikan bagian-bagian yang overlap) dan VTH adalah tinggi total pohon yang tampak mulai dari pangkal pohon sampai puncak tajuk.
9
b. Ada hubungan (korelasi) yang kuat antara volume pohon dengan H dan D. Diameter batang mempunyai korelasi yang erat dengan diameter tajuk pohon, dengan demikian maka volume pohon dapat diduga berdasarkan tinggi pohon (H) dan atau diameter tajuk (D) yang dapat diukur langsung pada potret udara. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut: Vp = f (H,D) Dimana:
Vp = volume pohon (m3/pohon)
Dengan pertimbangan bahwa model-model persamaan yang dibuat harus: a. Sederhana b. Sedikit peubah c. Peubah dapat diukur dengan teliti pada potret udara (Jaya, 2006). Berikut ini adalah beberapa model penduga potensi dengan foto udara: 1. Model penduga volume tegakan dengan foto udara di hutan alam studi kasus di HPH PT. Sura Asia, Propinsi Dati I Riau ( Budi, 1998). Log V = 0,06 + 1,11 Log C + 0,133 Log D dengan R2 = 69,2%. 2. Menurut Aska (1997) dalam Budi (1998), mendapatkan persamaan terbaik dalam pembuatan tabel volume pohon foto udara Agathis lorantifolia, Salibs di Hutan Pendidikan Gunung Walat, yaitu: V = -1,26962 + 0,10709 D + 0,08852 H dengan r = 0,74267. 3. Menurut Hidayatullah (1996) dalam Budi (1998), mendapatkan model penduga volume terbaik dengan foto udara skala 1 : 20000 untuk tegakan pinus (Pinus merkusii) di KPH Pekalongan Barat dengan pendekatan stratifikasi dan tanpa stratifikasi, salah satu persamaan untuk kondisi tanpa stratifikasi adalah: V = 1,47.10-4 H1,42 D0,35 N2,21 dengan R2 = 81%. 4. Menurut Abuzar (1988) dalam Budi (1998), yang melakukan penelitian pertama kali di hutan alam tentang pendugaan potensi tegakan Dipterocarpaceae sp. melalui foto udara dan mendapatkan persamaan terbaik yaitu: V = 65,4034 + N6,3142 + D-6,2162 dengan r = 0,9848. Tabel volume pohon pertama dengan foto disusun oleh Ziegar pada tahun 1928 di Jerman. Tabel ini didasarkan atas VCD dan tinggi total. Spurr
10
menyusun tabel volume pohon pertama dari foto di Amerika Serikat, Ia menyusunnya untuk jenis white pine pada tahun 1946 dengan menggunakan tinggi total dan VCD sebagai peubah bebasnya (Paine, 1992). Kekurangan dari tabel volume pohon udara terletak pada ketelitian statistik yang mendasari perhitungan regresi tersebut. Kekurangan lainnya adalah dalam mengkonversi volume pohon menjadi volume tegakan karena pada potret sulit menghitung secara tepat berapa jumlah tajuk yang ada. Tabel volume pohon udara hanya baik jika digunakan pada potret udara berskala besar serta untuk tegakan yang agak terbuka. Dari hasil penelitian Illesavo (1950) dalam Jaya (2006), regresi hubungan antara volume pohon dengan tinggi total pohon dan diameter tajuk jenis-jenis pohon berdaun jarum di Finlandia mempunyai kesalahan baku (standard error/SE) yang cukup besar yaitu berkisar antara 3060% dari volume rata-ratanya. Walaupun regresi yang membentuk tabel volume pohon udara mempunyai kesalahan baku yang cukup tinggi, namun tabel volume pohon cukup baik digunakan dalam menduga volume tegakan karena kesalahan tersebut akan saling mengkompensasi. Perhitungan jumlah tajuk pada potret cenderung under estimate (lebih sedikit dibandingkan jumlah sebenarnya), hal ini akan menyebabkan terjadinya under estimate untuk volume tegakan (Jaya, 2006). Sedangkan untuk perhitungan volume pohon dilapangan faktor koreksi yang digunakan adalah kusen bentuk yang dirujuk dari penelitian Novendra 2008 yang melakukan penelitian pada lokasi yang sama, yaitu Bagian Hutan Bancar, KPH Jatirogo. Untuk perhitungan volume pohon total kusen bentuk yang digunakan adalah 0,625 dan untuk perhitungan volume bebas cabang pohon kusen bentuk yang digunakan adalah 0,728. Hal ini sesuai dengan pernyataan Husch et al., 2003 dalam Novendra (2008) bahwa kusen bentuk merupakan suatu nilai hasil perbandingan antara diameter ketinggian tertentu dengan diameter setinggi dada yang besarnya kurang dari satu. Nilai kusen bentuk dapat digunakan untuk mengetahui faktor keruncingan pohon jati pada ketinggian tertentu dan dapat digunakan sebagai variabel tetap dalam pembuatan tabel volume.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan pengambilan data penelitian pemanfaatan citra satelit dalam penyusunan tabel volume pohon jati (Tectona grandis, Linn.f) dilakukan di BKPH Bancar, KPH Jatirogo, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur pada bulan Oktober 2008, sedangkan kegiatan pengolahan data dilakukan di Laboratorium SIG dan Remote Sensing, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada bulan November - Desember 2008. B. Bahan dan Alat 1. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Citra Satelit Ikonos (3 November 2004 dan 9 Oktober 2006)
Gambar 1 Citra Ikonos KPH Jatirogo.
12
Sistem satelit Ikonos dibuat oleh Lockheed Martin Commercial Space Systems. Raytheon membuat elemen-elemen komunikasi image processing dan costumer service, sedangkan Eastman Kodak membuat dalam hal menyajikan kameranya. Ikonos menyajikan data satelit dengan resolusi tinggi, sangat cocok digunakan untuk pemetaan, monitoring pertanian, pengelolaan sumberdaya dan perencanaan pemukiman. Satelit ikonos dioperasikan oleh Space Imaging Inc. Denver Colorado, Amerika Serikat dan diluncurkan pada 24 September 1999 dan menyediakan data untuk tujuan komersial pada awal 2000. Ikonos adalah satelit dengan resolusi spasial tinggi yang merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m (citra berwarna) dan sebuah kanal pankromatik dengan resolusi 1 m (hitamputih). Ikonos merupakan satelit komersial pertama yang dapat membuat image beresolusi tinggi. Karakteristik satelit Ikonos dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik Dasar Ikonos SISTEM Tanggal peluncuran
Masa operasional orbit Kecepatan dalam orbit Kecepatan di atas permukaan tanah Revolusi mengelilingi bumi Altitude Resolusi pada titik Nadir Resolusi pada titik 26° Off-Nadir Luas sapuan (Image Swath) Waktu melintasi ekuator Waktu pengulangan pelintasan Kisaran dinamis Band citra
IKONOS 24 September 1999 di Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California, USA Lebih dari 7 tahun 98.1 derajat, sinkron matahari (sun synchronous) 7.5 kilometer per detik 6.8 kilometer per detik 14.7, setiap 24 jam 681 kilometers 0.82 meter panchromatic; 3.2 meters multispectral 1.0 meter panchromatic; 4.0 meters multispectral 11.3 kilometer pada titik nadir; 13.8 kilometer pada titik 26° off-nadir Nominal pada 10:30 AM waktu matahari/siang hari Setiap sekitar 3 hari pada latitude 40° 11-bits per pixel Panchromatic, blue, green, red, near IR
Sumber : Satellite Imaging Corporation (2008)
13
Tabel 2 Band dan Resolusi Spasial Ikonos Band Panchromatic Band 1 Band 2 Band 3 Band 4
Lebar Band 0.45 - 0.90µm 0.45 - 0.53µm (blue) 0.52 - 0.61µm (green) 0.64 - 0.72µm (red) 0.77 - 0.88µm (near infra-red)
Resolusi Spasial 1 meter 4 meter 4 meter 4 meter 4 meter
Sumber: Center Remote Imaging Sensing and Processing (2006)
b. Citra Satelit Quickbird (14 Agustus dan 1 September 2007)
Gambar 2 Citra Quickbird KPH Jatirogo. Satelit Quickbird adalah satelit pengamatan bumi komersil yang dimiliki oleh Digital Globe. Satelit Quickbird diluncurkan pada 18 Oktober 2001 dengan menggunakan roket Delta II dari SLC-2W, Pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, California. Satelit ini merupakan salah satu satelit tercanggih, terbaru dan terbaik karena resolusi spasialnya yang sangat tinggi dan datanya sudah bisa didapatkan dipasaran secara komersial.
14
Satelit Quickbird memiliki dua macam sensor yaitu sensor pankromatik (hitam dan putih) dengan resolusi spasial 60 - 70 cm dan sensor multispektral (berwarna) dengan resolusi spasial 2,4 - 2,8 m. Satelit ini mempunyai orbit polar sun-synchronous, yaitu orbitnya akan melewati tempat-tempat yang terletak pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal yang sama pula yaitu untuk satu putaran kira-kira 1-3 hari, ini merupakan kemajuan yang sangat hebat dibandingkan berbagai satelit yang diluncurkan tahun 1980-an dan 1990-an. Karakteristik Satelit Quickbird dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik Dasar Quickbird KARAKTER Informasi peluncuran
Orbit
Koleksi per Orbit Lebar sapuan dan luas area
Akurasi/ketepatan metrik (Metric Accuracy)
INFORMASI Tanggal: October 18, 2001 Jendela peluncuran: 1851-1906 GMT (1451-1506 EDT) Wahana/alat peluncuran: Delta II Tempat peluncuran: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base, California Altitude: 450 Km, 98o, sinkron–matahari condong/miring (sun-synchronous inclination) Frekuensi pengulangan kunjungan/melintas (Revisit frequency): 3-7 hari, tergantung latitude pada resolusi 60 cm. Sudut pandang (Viewing angle): sudut pandang pesawat – titik dalam jalur dan tegak lurus jalur Periode: 93.4 menit ~128 gigabits (kira-kira 57 image area tunggal (single area images)) Ukuran nominal swath (Nominal Swath Width): 16.5 kilometer di nadir Swath permukaan bumi terakses (Accessible ground swath): 544 km terpusat pada track/jalur satelit permukaan bumi (hingga ~30 off-nadir) Area yang perlu diperhatikan/penting (Areas of interest) ■ area tunggal (Single Area): 16.5 km x 16.5 km ■ pita (Strip): 16.5 km x 115 km Kesalahan melingkar 23 meter (circular error), kesalahan linier 17 meter (linear error) (tanpa kontrol permukaan bumi)
15
Tabel 3 (Lanjutan) KARAKTER Sensor resolusi dan lebar pita spectral (sensor Resolution and Spectral Bandwidth)
Kisaran dinamis (Dynamic Range) Komunikasi (Communications) Pendekatan ADCS (Approach) Penitikkan atau penunjukan dan kecepatan (Pointing and Agility) Kapasitas muatan (Onboard Storage) Pesawat (Spacecraft)
INFORMASI Panchromatic ■ 60 sentimeter (2 kaki) Jarak Contoh Permukaan (Ground Sample Distance) pada nadir ■ hitam & putih : 445-900 nanometer Multispectral ■ 2.4 meter (8 ft) GSD pada nadir ■ Blue: 450-520 nanometer ■ Green: 520-600 nanometer ■ Red: 630-690 nanometer ■ Near-IR: 760-900 nanometer 11-bits per pixel Pemuat data (freight Data): 320 Mbps X-band Perlindungan (Housekeeping): X-band from 4, 16 and 256 Kbps, 2 Kbps S-band uplink 3-axis terstabilisasi (stabilized) Pelacak bintang (Star tracker)/IRU/Kemudi atau kontrol reaksi (reaction wheel), C/A Code GPS Ketepatan (Accuracy): kurang dari 0.5 milliradian total per axis Data atau informasi (Knowledge): kurang dari 15 microradian per axis Stabilitas (Stability): kurang dari 10 microradian per detik Kapasitas 128 gigabit (capacity) Bahan bakar untuk 7 tahun, 2400 pon panjang 3.04 m (10 kaki)
Sumber: Digital globe (2008)
c. Data spasial digital
Peta jalan RBI (Rupa Bumi Indonesia) KPH Jatirogo tahun 2004
Peta kelas hutan KPH Jatirogo jangka 1998-2007
TM
2. Alat yang digunakan adalah :
GPS
Kompas brunton
Meteran
Tali tambang
16
Haga
Phiband
Kamera digital
Alat tulis
3. Perangkat Lunak (Software) a.
Arcview 3.2
b.
ERDAS Imagine Ver 9.1
c.
Minitab 14 dan Microsoft Office 2007
d.
Script Avenue
C. Metode Penelitian Tahapan dalam kegiatan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengolahan Citra Sebelum melakukan pengolahan citra lebih lanjut, citra satelit perlu dilakukan koreksi geometrik dan radiometrik. Koreksi radiometrik dilakukan untuk mengkoreksi kesalahan radiometrik atau distorsi. Sedangkan koreksi geometrik adalah suatu proses untuk menghilangkan distorsi geometrik dari suatu citra dan untuk memperoleh hubungan antar sistem koordinat citra dan sistem koordinat geografik. Koreksi yang umum dilakukan adalah koreksi geometrik atau rektifikasi. Data penelitian citra satelit ikonos tahun 2004 dan 2006 serta citra satelit quickbird tahun 2007 merupakan citra yang telah dilakukan koreksi radiometrik, sehingga dalam penelitian ini hanya dilakukan koreksi geometrik (rektifikasi) pada citra satelit ikonos karena citra satelit quickbird sudah dilakukan koreksi geometrik . a. Koreksi Geometrik (rektifikasi) Rektifikasi merupakan suatu proses melakukan transformasi data dari suatu sistem grid menggunakan suatu transformasi geometrik. Oleh karena posisi piksel pada citra output tidak sama dengan posisi piksel input (aslinya) maka piksel-piksel yang digunakan untuk mengisi citra yang baru harus di-resampling kembali. Resampling adalah suatu proses melakukan ektrapolasi nilai data untuk piksel-piksel pada sistem grid yang
17
baru dari nilai piksel citra aslinya. Pelaksanaan resampling dilakukan dengan proses transformasi dari suatu sistem koordinat ke sistem koordinat yang lain. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode Nearest Neigbour dimana dalam metode ini nilai pikselnya tidak berubah karena menggunakan nilai dari piksel yang terdekat. Tahapan-tahapan rektifikasi yang dilakukan: 1. Memilih titik kontrol lapangan (Ground control point). GCP tersebut sedapat mungkin adalah titik-titik atau obyek yang tidak mudah berubah dalam jangka waktu lama. GCP harus tersebar merata pada citra yang akan dikoreksi. 2. Menghitung kesalahan (RMSE, root mean suared error) dari GCP yang terpilih.
Nilai RMSE tidak boleh lebih dari 0,5 piksel.
Kesalahan rata-rata dari rektifikasi ini dihitung sebagai berikut:
dimana : xy dan yy = koordinat pixel dan kolom hasil estimasi dari setiap pixel citra asli xi dan yi
= koordinat (pixel dan kolom) dari pixel pada citra asli
Berdasarkan hasil proses rektifikasi yang telah dilakukan, RMSE yang didapat pada Citra Ikonos 2004 dengan menggunakan 50 GCP sebesar 0,0002 piksel dan Citra Ikonos 2006 dengan menggunakan 50 GCP sebesar 0,0001
sehingga proses rektifikasi ini layak digunakan.
Adapun titik-titik GCP yang terpilih dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, 3 dan 4.
b. Mosaik Mosaik yaitu proses menggabungkan beberapa scene citra menjadi satu kesatuan yang kohesif. Adapun tujuan dari kegiatan mosaik ini adalah untuk menghasilkan citra gabungan yang mempunyai kualitas kekontrasan yang baik sehingga citra hasil (output) tampak menjadi citra yang kohesif (kontrasnya interkoneksi).
konsisten,
terorganisir,
solid
dan
koordinatnya
ter-
18
Agar antar citra yang akan dimosaik terjadi koordinatnya saling interkoneksi, maka masing-masing citra yang akan dimosaik harus mempunyai beberapa syarat, yaitu: 1. Sudah dilakukan koreksi geometrik (rektifikasi) dengan sistem koordinat yang sama. 2. Jika citra yang akan digabungkan telah mempunyai sistem koordinat yang sama, citra tersebut tidak harus mempunyai resolusi spasial yang sama. Akan tetapi, agar hasil yang didapatkan tampak satu kesatuan yang kohesif, maka dianjurkan memosaik citra yang mempunyai resolusi yang sama dan dari kisaran panjang gelombang yang sama. 3. Mempunyai tingkat kekontrasan yang sama. Meskipun citra direkam pada waktu yang hampir bersamaan (pada jam dan musim yang sama), akan tetapi sering dijumpai bahwa tingkat kekontrasan antar citra berbeda-beda sehingga jika citra tersebut digabungan, maka akan tampak garis-garis pembatas antar citra yang di-mosaik. Untuk kondisi kekontrasan yang berbeda-beda, beberapa perangkat lunak pengolah citra telah menyediakan fasilitas penyamaan kekontrasan. Dalam penelitian ini perangkat lunak yang digunakan untuk penyamaan kontras adalah histogram matching. 4. Jumlah band (saluran) dan panjang gelombang dari masing-masing band yang akan dimosaik sama (Jaya, 2007).
c. Klasifikasi Citra Digital Klasifikasi diartikan sebagai suatu proses mengelompokkan piksel ke dalam
kelas-kelas
atau
kategori-kategori
yang
telah
ditentukan
berdasarkan nilai kecerahan pixel yang bersangkutan (Jaya, 2006). Klasifikasi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada penelitian ini yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Klasifikasi pendekatan kualitatif merupakan suatu kegiatan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi objek-objek permukaan bumi yang tampak pada citra, baik potret udara maupun citra satelit,
19
dengan cara mengenalinya atas dasar karakteristik spasial, spektral, dan temporal. Interprestasi dilaksanakan dengan mempertimbangkan segenap elemen penafsiran citra, baik warna tone, bentuk, ukuran, lokasi, asosiasi dan bayangan. Unsur interpretasi dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) tingkat atas dasar perbedaan tingkat kerumitannya, yaitu: (1). Kunci interpretasi primer, yaitu rona dan warna (2). Kunci interpretasi sekunder, yaitu bentuk, ukuran dan tekstur (3). Kunci interpretasi tersier, yaitu pola dan bayangan (4). Kunci interpretasi lebih tinggi, yaitu situs/ lokasi dan asosiasi Pembagian kelas potensi (volume tegakan) pada citra didasarkan pada kerapatan tajuk (crown density) dan diameter tajuk (crown diameter). Cara mengukur C dan D pada citra adalah sebagai berikut : a. Buat plot ukur dengan jari-jari 17,85 m b. Pilih lokasi yang akan diamati c. Buat 2 lingkaran, yang pertama berukuran 17,85 m. Kemudian di dalam lingkaran yang pertama, dibuat lingkaran yang kedua berukuran 12,68 m. Untuk mengukur C, lingkaran tersebut dibagi menjadi 16 bagian. Dengan rumus C
n 100% , dimana n = jumlah bagian yang terdapat C 16
di dalam lingkaran. Lingkarannya dapat contohkan sebagai berikut: r = 17,85 m r = 12,62 m
Jika L = 0,1 Ha
Gambar 3 Lingkaran untuk Penaksiran Persentase Penutupan Tajuk. Pengolahan data pada citra resolusi tinggi sebagian besar dilakukan dengan metode yang sama yaitu dengan interpretasi visual menggunakan peubah bentuk tajuk dan kerapatan tutupan tajuk dominan dan kodominan.
20
Penentuan klasifikasi kelas kerapatan tajuk (C) dan kelas diameter (D) menurut Jaya, et al (2006) yaitu: - C1 untuk kerapatan tajuk 10 - 30% - C2 untuk kerapatan tajuk 31 - 50% - C3 untuk kerapatan tajuk 51 - 70% - C4 untuk kerapatan tajuk 71 -100% Penentuan klasifikasi diameter rata-rata tajuk (D) dibagi dalam 3 kelas yaitu: - D1 untuk diameter rata-rata tajuk < 10 m - D2 untuk diameter rata-rata tajuk 10 - 20 m - D3 untuk diameter rata-rata tajuk > 20 m
2. Pengambilan Contoh a. Penentuan lokasi contoh tahap 1 Tahap ini adalah penentuan lokasi contoh di citra. Pada tahap ini, contoh berukuran besar (n1 = 100) diambil secara acak dari populasi berukuran N untuk memperoleh nilai dari dimensi tegakan seperti jumlah pohon, diameter tajuk (crown diameter), dan kerapatan tajuk (crown closure). Berhubung penelitian ini dilakukan pada hutan tanaman jati, maka ukuran plot contoh berbentuk lingkaran yang dibuat luasnya tergantung kepada kelas umur tegakan yang disample, yaitu berkisar antara 0,02 Ha sampai 0,1 Ha. Data hasil pengamatan pada citra dapat dilihat pada Lampiran 5.
b. Penentuan lokasi contoh tahap 2 Pada tahap ini, contoh yang ukurannya lebih kecil (n2) diambil secara acak dari contoh pada tahap 1 (n1). Kegiatan pengambilan contoh di lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai tipe penutupan lahan berdasarkan titik kontrol yang telah ditentukan pada citra. Penentuan titik koordinat geografis bumi dilapangan dilakukan dengan mengunakan Global Positioning System (GPS) dan titik koordinat tersebut dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak (software) Arc View GIS
21
Versi 3.2. Data titik koordinat lapangan disajikan pada Lampiran 7. Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada hutan tanaman jati, untuk mencapai ketelitian 10 – 15% dapat mengikuti pola seperti yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Luas Petak Ukur pada Hutan Tanaman Jati Kelas Hutan Kelas Umur I - II Kelas Umur III - IV Kelas Umur V ke atas Hutan Alam Masak Tebang dan Miskin Riap
Petak Ukur Luas (Ha) Radius (m) 0,02 7,94 0,04 11,28 0,10 17,86 0,10
17,86
Jarak Antara PU (m) 200 200 200
Intensitas (%)
200
2,5
0,5 1 2,5
Sumber : SK Dirjen Kehutanan No. 143/KPTS/DJ/1/1974
Gambar 4 Peta Lokasi Pengambilan Plot Contoh di Citra dan di Lapangan. Pada penelitian ini jumlah plot contoh yang diambil di lapangan adalah sebanyak 47 plot contoh dengan jumlah pohon total sebanyak 550 pohon (Lampiran 6). Pemilihan plot contoh ini didasarkan pada perbedaan
22
kelas umur dan bonita (kualitas tempat tumbuh). Dimana plot contoh yang diambil harus mewakili setiap KU dan bonita yang berbeda-beda mulai dari KU muda sampai dengan KU tua, termasuk TJMR (Tanaman Jati Miskin Riap), TJMT (Tanaman Jati Masak Tebang) dan TJBK (Tanaman Jati Bertumbuhan Kurang). Namun, dari plot contoh yang diambil tidak terdapat TJBK dan TJMT karena pertimbangan waktu, tenaga dan biaya. Berikut adalah plot contoh di lapangan yang disajikan pada Tabel 5. Peubah-peubah tegakan yang diukur dilapangan adalah sebagai berikut: 1). Diameter pohon setinggi dada (dbh) 2). Tinggi total dan tinggi bebas cabang dari pohon 3). Lokasi pohon (koordinat relatif pohon dalam plot) 4). Diameter tajuk setiap pohon Tabel 5 Plot Contoh di Lapangan yang diambil Berdasarkan KU dan Bonita No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Lokasi/PU KU/Bon 8H/40 I/1 6G/29 I/3 16E/11 I/3.5 16E/14 I/3.5 25A II/2 26C/4 II/2.5 26C/34 II/2.5 10I/20 II/3 10I/19 II/3 17I/49 II/3.5 17I/32 II/3.5 16M/23 II/4 27A/3 III/2 27A/2 III/2 26M/49 III/2.5 24B/4 III/3 24B/9 III/3 11E/26 III/3.5 11E/25 III/3.5 39A/1 IV/3
N_lap 14 20 9 14 19 11 14 10 7 8 14 21 13 9 24 14 11 16 21 8
No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Lokasi/PU 40F/29 33C/9 33C/8 11D/19 33H/27 33H/28 30D/31 30D/32 17A/7 17A/9 34F/23 34F/28 12A/2 34E/27 34E/24 14E/22 14E/24 12E/19 12E/13 33B/5
KU/Bon IV/4 V/3 V/3 V/3.5 VI/3.5 VI/3.5 VI/4 VI/4 VI/4.5 VI/4.5 VII/3.5 VII/3.5 VII/4.5 VIII/3.5 VIII/3.5 VIII/4 VIII/4 VIII/4.5 VIII/4.5 TJMR
N_lap 9 9 15 20 12 14 9 14 13 11 13 8 10 4 7 9 6 6 9 13
23
Tabel 5 (Lanjutan) No 21 22 23 24
Lokasi/PU KU/Bon 39A/2 IV/3 41H/21 IV/3.5 41H/22 IV/3.5 40F/28 IV/4
N_lap 9 13 5 8
No 45 46 47
Lokasi/PU 33B/6 34C/39 34C/40
KU/Bon TJMR TJMR TJMR
N_lap 8 11 8
Keterangan: PU = Petak ukur; KU = Kelas umur dan N_Lap = Jumlah pohon dilapangan dalam 1 PU.
3. Pengolahan Data a. Penyusunan model Penyusunan model regresi dan pemilihan parameter tegakan di citra satelit yang akan digunakan sebagai peubah bebas dibuat sesederhana mungkin, namun mempunyai ketelitian yang cukup tinggi. Data untuk penyusunan model disajikan pada Lampiran 8. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan peubah potret udara
pada hutan tanaman jati
diperoleh model-model pendugaan tabel volume tegakan seperti pada Tabel 6. Tabel 6 Persamaan Tabel Volume Udara di Hutan Jati No
Lokasi
1.
Cikampek, Purwakarta (Suar, 1993) Jawa (Madiun, Nganjuk dan Jombang) (Perhutani, 1996)
2.
3.
KPH Jombang (Effendi, 1998) Sumber: Jaya (2006)
Persamaan Regresi dan Koefisien Determinasi V = -10,2 + 0,169 N + 8,20 D
(R = 53,8%)
Bonita ≤ 3 Ln V = -1,65 + 0,798 Ln C + 1,58 Ln D (R2 = 74,5%) Bonita ≤ 4 Ln V = -0,713 + 1,206 Ln C + 0,219 Ln D (R = 64,90%) V = 0,0013182 C0.989 D2.50
(R = 85,90%)
24
Sedangkan pada penelitian ini model penduga potensi yang dikembangkan antara lain: 1). Model linier: a. Sederhana : V = a + b.C V = a + c.D V = a + d.N b. Berganda : V = a + b.C + c.D + d.N 2). Model non linier: a. Sederhana : V = a.Cb V = a.Dc V = a.Nd b. Berganda : V = a.Cb.Dc.Nd c. Kuadratik : V = a + b.C2 + c.D2 + d.N2 d. Polynomial
: V = a + b.C + c. C2 V = a + b.D + c. D2 V = a + b.C + c. D + d. C. D + e. C2 + f. D2
Tahap selanjutnya berkaitan dengan pengembangan model diatas adalah penyusunan persamaan garis hubungan antar peubah. Penduga regresi bagi nilai tengah (rata-rata) populasi ( y dslr ) : 1). Penyusunan model dengan peubah tunggal Y = a + b.X Ket :
Y = peubah tak bebas (Y dapat berupa V) X = peubah bebas (X dapat berupa C, D, N)
Maka kemiringan (slope) garis regresi antara pasangan data dapat dihitung dengan rumus:
b
JHK xy JK x
Ket :
dan
a y bx
= rata-rata peubah tak bebas (y berupa V) = rata-rata peubah bebas (x berupa C, D, N) a = koefisien elevasi b
= koefisien regresi
25
2). Penyusunan model dengan peubah ganda y = a + b.x1 + c.x2 Ket :
y = peubah tak bebas (y berupa V) x = peubah bebas (x berupa C, D, N)
Maka kemiringan (slope) garis regresi antara pasangan data dapat dihitung dengan rumus: n x1i x 2i
x x x x 1i 2 1i
1i
2i
x x x x 2i
1i
2 1i
a 2i b = c
yi x1i yi x2i yi
b. Korelasi Antar Peubah Data dimensi pohon (diameter tajuk, persen penutupan tajuk dan jumlah pohon) yang didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan dan di citra, akan dilakukan perhitungan secara sistematis. Setiap dimensi tersebut akan dicari korelasinya untuk menentukan dimensi mana yang paling memiliki hubungan dengan volume bebas cabang di lapangan. Analisis korelasi juga dapat digunakan untuk pengujian konsistensi dimensi pohon. Tingkat keeratan hubungan antara dua peubah diukur dari besarnya nilai koefisien korelasi (r) dengan rumus : r=
x y i
n
ji
( xi )( y j ) / n
n
n
i 1
i 1
n
{ xi ( xi ) 2 / n}{( y j ( y j ) 2 / n)} 2
i 1
2
i 1
Keterangan : xi = Dimensi pohon ke-i yj = Dimensi pohon lainnya ke-j n = Jumlah pohon Besarnya nilai r berkisar antara -1 sampai +1. Jika nilai r = -1 maka hubungan antara dua peubah adalah korelasi negatif sempurna. Artinya, apabila salah satu peubah nilainya menurun, maka peubah lainnya akan meningkat. Sebaliknya jika nilai r = +1 maka hubungan antara dua peubah merupakan korelasi positif sempurna. Artinya, apabila salah satu peubah meningkat, maka peubah lainnya akan meningkat pula. Bila r mendekati -
26
1 atau +1 maka hubungan antara peubah itu kuat dan terdapat korelasi yang tinggi antara kedua peubah itu (Walpole, 1995). Hipotesisnya: H0 : p = 0, artinya tidak ada korelasi antara 2 peubah H1 : p ≠ 0, artinya ada korelasi antara 2 peubah H0 diterima apabila p > α dan H1 diterima apabila p < α.
c. Pemilihan model terbaik Untuk mendapatkan model yang akan digunakan maka yang menjadi pertimbangan yaitu: 1). Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan terhadap model guna mengetahui keberartian hubungan peubah pada citra dengan volume tegakan di lapangan. Analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah analisis ragam sebagai berikut: Tabel 7 Analisis Ragam untuk Regresi Sederhana Sumber Keragaman Regresi Sisa Total Keterangan:
db Dbr = p-1 Dbs = n-p n-1
JK JKR = b.JHKxy JKS = JKy - JKR JKT = JKy
KT KTR = JKR/dbr KTS = JKS/dbs
F Hit KTR/KTS
p = banyaknya peubah regresi n = banyaknya plot contoh yang diamati
Tabel 8 Analisis Ragam untuk Regresi Berganda Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
db Dbr = p-1 Dbs = (m-1)–(p-1) m-1
Keterangan:
JK JKR = b.JHKxy JKS = JKy - JKR JKT = JKy
KT KTR = JKR/dbr KTS = JKS/dbs
F Hit KTR/KTS
p = banyaknya parameter m= banyaknya plot contoh
Hipotesis yang diuji adalah: H0 : βi = 0, i = 1,2,3,…,p H1 : sekurang-kurangnya ada satu βi ≠ 0. Bila hasil analisis keragaman tersebut diperoleh F-hit l > F-tab maka terima H1, yang berarti minimal ada satu peubah yang bebas yang
27
berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas. Dan jika F-hit < F-tab maka terima H0, yang berarti bahwa semua peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas.
2). Memiliki koefisien determinasi dan koefisien determinasi terkoreksi yang tinggi. Koefisien determinasi adalah ukuran dari besarnya keragaman peubah tidak bebas yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya. Perhitungan besarnya koefisien determinasi dimaksudkan untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan rumus:
R sq Ket :
JKR x100% JKT
R-sq
= Koefisien Determinasi
JKR
= Jumlah Kuadrat Regresi
JKT
= Jumlah Kuadrat Total
Jika nilai koefisien determinasi sebesar 50% mempunyai pengertian bahwa 50% variasi peubah x dapat menerangkan secara memuaskan variasi peubah y, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien determinasi yang telah dikoreksi dengan derajat bebas (db) dari JKS dan JKT-nya dengan menggunakan rumus:
R sq(adj ) Ket :
JKS /(n p) x100% JKT /(n 1)
R-sq(adj)
= Koefisien Determinasi terkoreksi
JKS
= Jumlah Kuadrat Sisa
JKT
= Jumlah Kuadrat Total
3). Model yang sederhana dan mudah digunakan, misalnya: a. memuat sedikit peubah penduganya. b. kemudahan mengukur peubah bebas c. potensial kesalahan rendah
28
d. Verifikasi model menggunakan uji t-student Verifikasi model dapat dilakukan, salah satunya dengan uji t-student. Uji t-student digunakan apabila ragam populasi tidak diketahui dan ukuran contohnya < 30. Uji t-student digunakan untuk menunjukkan apakah ada perbedaan antara Vbc hasil pengukuran di lapangan dengan Vbc hasil yang didapat dari model yang diuji dengan rumus sebagai berikut: thitung x s Ket :
x = pengamatan µ = nilai tengah s = simpangan baku
Dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : µ = µ0, H1 : µ ≠ µ0. Selanjutnya kriteria uji bagi hipotesis dengan menggunakan t hitung, yaitu jika thitung > ttabel maka terima H1, yang berarti pengukuran di lapangan dan di citra berbeda nyata. Sedangkan jika thitung < ttabel maka terima H0, yang berarti pengukuran di lapangan dan di citra tidak berbeda nyata. Data untuk verifikasi model disajikan pada Lampiran 10.
e. Pendugaan parameter populasi 1). Penduga regresi bagi nilai tengah (rata-rata) populasi (ŷdslr) Nilai tengah populasi dari penduga regresi untuk double sampling dihitung dengan rumus :
y dslr y m bxn xm dimana :
y dslr = Nilai tengah populasi b
= Kemiringan (slope) garis regresi antara pasangan data pada peubah X (pada tahap ke-1) dan peubah Y (pada tahap ke2)
29
n
= Jumlah contoh pada tahap ke-1
xn
= Rata-rata dari peubah X dari unit-unit contoh tahap ke-1
m
= Jumlah contoh pada tahap ke-2 dimana peubah X dan peubah Y diukur
xm
= Rata-rata dari peubah X dari unit-unit contoh yang bersesuaian (berpasangan) dengan unit-unit contoh pada tahap ke-2
ym
= Rata-rata peubah Y dari tahap ke-2
b
m m x n ym m xm y m i 1 i 1
m 2 x xn m m i 1 i 1 m
n
xn
x i 1
ni
, dan
n
2 s xn
m
xm
x i 1
mi
m
2 , dan s xm
m
ym
m
y i 1
m
mi
2 , dan s ym
n x ni n xni2 i 1
2
i 1
n
n 1
n x mi m xmi2 i 1
2
m
i 1
m 1 n y mi m y mi2 i1 i 1
2
m
m 1
2). Penduga ragam bagi nilai tengah (rata-rata) populasi ( sy2dslr ): Nilai dugaan bagi ragam rata-rata populasi dari penduga regresi untuk double sampling dihitung dengan rumus:
s dimana :
2 y dslr
sy22 n2 2 1 1 .r n2 n1
30
n2 y yi i 1 i 1 2 sy 2 n2 1 n2
2
2 i
n2
dan,
JHK x2 y2
r
JK x2 .JK y2 n2 n2 x y x 2 i y 2 i n2 2i 2i i 1 i 1 i 1 2 2 n2 2 n2 n2 2 n2 x2 i x2 i n2 . y 2 i y 2 i n2 i 1 i 1 i 1 i 1 n2
Ket :
n1
= plot contoh pada tahap I (di citra)
n2
= plot contoh pada tahap II (di lapangan)
S y22
= ragam contoh
3). Selang kepercayaan (1-).100% bagi nilai tengah (rata-rata) populasi ( ydslr ): Berdasarkan nilai dugaan rata-rata populasi dan ragamnya dapat dibuat penduga selang bagi nilai tengah populasi dengan rumus sebagai berikut:
ydslr t 2 ,dbf . sy2dslr
4). Penduga total populasi ( Yˆdslr ): Nilai dugaan bagi total populasi dapat dihitung berdasarkan nilai dugaan rata-rata populasi ( y dslr ) dan ukuran populasinya (N) dengan rumus sebagai berikut:
Yˆdslr N.ydslr 5). Penduga ragam bagi total populasi ( sY2ˆ ): dslr
Nilai dugaan bagi ragam total populasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
sY2ˆ
dslr
N 2 .sy2dslr
31
6). Selang kepercayaan (1-).100% bagi total populasi: Berdasarkan nilai dugaan bagi populasi dan ragamnya dapat dibuat penduga selang bagi total populasi dengan rumus sebagai berikut:
Yˆdslr yˆ dslr t 2 , dbf .Sydslr
atau dapat dihitung dari penduga selang bagi rata-rata populasi dengan rumus:
Yˆdslr N. ydslr t 2 , dbf .Sydslr
7). Kesalahan penarikan contoh (Sampling Error) : Untuk mengetahui ketelitian pendugaan parameter populasi dengan metode penduga regresi untuk double sampling, dapat dihitung besarnya sampling error dengan rumus sebagai berikut:
SE
t 2 ,dbf . sy2dslr y dslr
.100%
8). Pengujian beda rata-rata Hasil pengujian beda rata-rata untuk menunjukkan apakah ada perbedaan antara hasil pengukuran di lapangan dengan hasil yang didapat dari model yang diuji dengan rumus sebagai berikut:
z Ket :
x
x = pengamatan µ = nilai tengah
= simpangan baku Dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : µ = µ0, H1 : µ ≠ µ0. Selanjutnya kriteria uji bagi hipotesis dengan menggunakan Z hitung, yaitu jika Z hitung > Z tabel maka terima H1, sedangkan jika Z hitung < Z tabel maka terima H0, yang berarti pengukuran di lapangan dan di citra tidak berbeda nyata.
32
4. Monogram Monogram adalah suatu tema/bentuk yang dibuat untuk melengkapi atau mengkombinasikan dua bentuk citra atau beberapa grafik kedalam satu simbol. Jenis obyek yang ditafsir dalam menyusun monogram ini adalah kelas potensi penutupan tajuk (C) dan kelas diameter rata-rata tajuk (D) pada citra Ikonos. Penyusunan monogram ini digunakan sebagai penyajian gambar dari hasil analisis/interpretasi citra sehingga dapat dilihat perbandingan kelas potensi dilapangan dengan citra satelit. 5. Pelaporan Tahapan terakhir dari serangkaian kegiatan penelitian ini adalah pembuatan laporan. Secara keseluruhan tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir berikut:
33
Mulai Citra Resolusi Tinggi
Data Pendukung Persiapan
Rektifikasi dan mozaik citra
Citra terkoreksi
Pengolahan citra: Interpretasi dan klasifikasi Klasifikasi dan Interpretasi Citra
Pengukuran potensi di lapangan
tidak
Penyusunan model tabel volume tegakan
Model Penduga Potensi diterima
Analisis Statistik dan Uji Konsistensi ya
Model terpilih
Penyusunan monogram dan profil tegakan
Selesai Gambar 5 Diagram Alir Kegiatan.
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas KPH Jatirogo Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Jatirogo, mempunyai wilayah dengan luas 18.763,2 Ha dengan luas produktif 11.229,7 Ha. Secara administratif ketataprajaan sebagian besar berada di daerah Kabupaten Tuban dan sebagian kecil berada di Kabupaten Bojonegoro. Berikut adalah batas hutan dari KPH Jatirogo : 1. Bagian Utara
: Laut Jawa
2. Bagian Timur
: KPH Parengan, KPH Tuban
3. Bagian Selatan
: KPH Parengan
4. Bagian Barat
: KPH Kebonharjo, KPH Cepu
Secara geografis wilayah KPH Jatirogo terletak pada 4°50’-5°10’ BT dan 6°30’-7°10’ LS. Kantor KPH Jatirogo berkedudukan di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Gambar 6 Peta Kerja KPH Jatirogo.
35
B. Bagian Hutan di KPH Jatirogo Bagian Hutan adalah suatu areal yang telah ditetapkan sebagai suatu kesatuan produksi dan kesatuan eksploitasi. Dengan demikian, diharapkan dapat menghasilkan kayu setiap tahun secara terus menerus dalam jumlah yang memenuhi syarat pengelolaan hutan yang baik dan sesuai dengan azas kelestarian hutan. KPH Jatirogo dengan luas wilayahnya mencapai 18.763,2 Ha terbagi dalam tiga bagian hutan yakni : Bagian Hutan Bangilan dengan luas 5.826,5 Ha, Bagian Hutan Ngijo dengan luas wilayah mencapai 6.539,0 Ha dan Bagian Hutan Bancar dengan luas 6.397,7 Ha.
C. Keadaan Lapangan 1. Topografi Topografi lapangan wilayah hutan KPH Jatirogo secara umum adalah datar sampai miring, terutama pada daerah sebelah timur laut dengan kemiringan sebesar 0-8 % (datar). Sebagian besar tanah yang berada di wilayah KPH Jatirogo termasuk ke dalam kelas kemiringan datar, sehingga secara umum baik untuk kelas perusahaan jati dengan sistem tebang habis. Bagian Hutan Ngijo dan Bancar selain topografi lapangannya yang berombak juga terdapat daerah yang miring dan sebagian bergelombang, terutama di RPH Gandu. Daerah tersebut berbukitbukit dan keadaan tanahnya sangat peka terhadap erosi sehingga menyebabkan pertumbuhan jati kurang begitu baik.
2. Keadaan Tanah Jenis tanah beserta penyebaran tanah berdasarkan hasil penelitian yang terdapat di KPH Jatirogo adalah Grumusol, Mediteran, dan Litosol. Ketiga jenis tanah tersebut tersebar pada semua Bagian Hutan yang terdapat di KPH Jatirogo. Adapun jenis tanah yang mendominasi adalah jenis tanah Grumusol yang berasal dari batu endapan dan bekuan yang terdapat pada daerah bergelombang.
36
3. Iklim Wilayah hutan KPH Jatirogo terletak pada daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson, KPH Jatirogo termasuk ke dalam tipe iklim C. Penetapan iklim ini diperoleh dari perhitungan nilai Q Ratio sebesar 36,79%. Daerah dengan tipe iklim C, D dan E merupakan daerah yang baik untuk pertumbuhan jati. Oleh karena itu, KPH Jatirogo tepat untuk ditetapkan sebagai kelas perusahaan jati.
D. Pembagian Wilayah Kerja KPH Jatirogo dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan, terbagi ke dalam enam wilayah kerja BKPH (Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) dan 23 RPH (Resort Pemangkuan Hutan) yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Wilayah BKPH dan RPH di KPH Jatirogo No 1
BKPH Bangilan
2
Bate
3
Sekaran
RPH Kebonduren Karanggeneng Kejuron Nglateng Kaligede Sukomedalem Guwaran Bate Bangsri Sadang Demit Ngijo
No 4
BKPH Bahoro
5
Bancar
6
Ngulahan
RPH Banjarwaru Tuwiwiyan Tawun Bakalan Sukoharjo Jatisari Siding Sekaran Dikir Ngelo Gandu
E. Gangguan Keamanan Hutan Pengamanan hutan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk melindungi hutan dari segala bentuk kegiatan yang merusak atau mengganggu keamanan hutan. Pada umumnya kerusakan atau gangguan hutan tersebut disebabkan oleh : 1. Pencurian dan perencekan. Pencurian adalah kegiatan menebang pohon jati yang dilakukan oleh masyarakat dengan sengaja. Sedangkan pengertian perencekan adalah suatu kegiatan yang mengambil kayu yang jatuh secara sendirinya atau alamiah dimana kayu tersebut tidak dapat
37
digunakan sebagai kayu perkakas dan dengan ketentuan mempunyai diameter maksimal 4 cm. 2. Kebakaran. Rata-rata kerusakan hutan akibat kebakaran hutan tiap tahun di KPH Jatirogo seluas 109,3 Ha. Oleh karena itu diperlukan upaya peningkatan kewaspadaan para anggota SATGAS DAMKAR di tiap BKPH serta pemberian kesadaran dan motivasi terhadap tugas mereka di hutan. 3. Penggembalaan. Kerusakan hutan akibat penggembalaan yang terjadi ratarata per tahun seluas 5 Ha. Umumnya terjadi pada petak-petak yang beradius < 5 km dari pemukiman penduduk. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi hal tersebut adalah : a. Penggembalaan diarahkan pada tegakan tua b. Pemasyarakatan
penanaman
hijauan
ternak
di
lingkungan
masyarakat, misalnya dengan jenis rumput gajah. c. Pengaturan pola tanam reboisasi (perpanjangan kontrak tanaman, untuk melindungi tanaman muda sebelah dalam) d. Penyuluhan yang terus menerus dan variatif e. Tindakan
represif
yang
mendidik
terhadap
pelanggaran
penggembalaan dan pemberian hukuman secara persuasif. 4. Bibrikan Tanah 5. Sengketa tanah. Permasalahan ini sangat sering terjadi, terutama pada petak-petak yang dekat dengan permukiman dan lahan milik masyarakat. Kebanyakan yang terjadi di lapangan adalah tidak sedikit masyarakat yang dengan sengaja memindahkan pal batas milik Perhutani dengan tujuan agar lahan milik mereka menjadi lebih luas dari yang sebelumnya. 6. Perburuan satwa liar. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas lapangan menunjukkan bahwa di areal hutan KPH Jatirogo terdapat perburuan terhadap satwa liar. Satwa liar yang sering diburu adalah babi hutan dan kadang-kadang juga kijang. Pemburu umumnya menggunakan surat ijin berburu dari KABAKIN. Upaya yang telah dilakukan oleh pihak pengelola di lapangan hanya terbatas pada menanyakan surat ijin berburu, sedangkan upaya lainnya belum dilakukan.
38
7. Penggunaan bahan kimia. Adanya penggunaan bahan-bahan kimia di wilayah hutan KPH Jatirogo, baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun
pesanggem/penggarap
tanah
dapat
mengancam
terhadap
lingkungan jika tidak diikuti dengan adanya upaya yang memadai. Kegiatan-kegiatan yang menggunakan bahan kimia, yaitu (1) pemupukan, seperti Urea, TSP, KCl, NPK, dan Gandasil D, (2) penyadapan getah pinus, misalnya asam sulfat, dan (3) pemberantasan hama dan penyakit, seperti Dursban 50EC, Benlate, Dithane M45, dan Ridomil 2G. 8. Pembuangan limbah. Limbah yang dapat mengancam lingkungan bagi hutan adalah limbah-limbah anorganik (bahan-bahan yang sukar terdekompoisisi) yang dibuang di hutan, seperti plastik, kaca, kaleng, dan bahan bakar atau minyak.
F. Penggunaan Lahan di Sekitar/Bersebelahan dengan Hutan Tata Guna lahan tiap kecamatan di sekitar wilayah hutan KPH Jatirogo: sawah (19.730 Ha), tegalan (25.099 Ha), pekarangan (5.626 Ha), perkebunan (129 Ha), dan lain-lain (648 Ha). Di samping itu, di sekitar wilayah hutan KPH Jatirogo juga terdapat laut dan hutan yang dikelola oleh KPH Parengan, Tuban, Kebonharjo, dan Cepu.
G. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat 1. Mata Pencaharian Masyarakat Berdasarkan mata pencahariannya, mata pencaharian masyarakat di sekitar wilayah KPH Jatirogo sebagian besar adalah sebagai petani/buruh tani (66.442 orang) dan sebagian kecil adalah bekerja di bidang industri (4.889 orang), seperti tersaji pada Tabel 10.
2. Penggunaan Lahan Masyarakat Berdasarkan jenis penggunaan lahannya, jenis penggunaan lahan terbesar berupa sawah (19.730 Ha) dan sebagian kecil berupa perkebunan (129 Ha), seperti tersaji pada Tabel 11.
39
Tabel 10 Mata Pencaharian Masyarakat di Sekitar Wilayah Hutan KPH Jatirogo Mata pencaharian Petani/ No
Kecamatan
buruh
Pedagang
Industri
Buruh
tani
(orang)
(orang)
(orang)
(orang)
Pegawai/ ABRI (orang)
Lain-lain
Jumlah
(orang)
(orang)
1
Senori
10.846
569
80
509
694
79
12.777
2
Bangilan
13.759
2.891
75
380
2.771
215
20.091
3
Singahan
6.158
661
741
5.819
854
1.887
16.120
4
Kenduruan
7.625
95
13
124
226
7
8.090
5
Tambakboyo
2.163
908
-
25
80
1.723
4.899
6
Jatirogo
8.089
2.402
1.979
1.408
3.625
18.721
37.224
7
Bancar
12.940
753
1.001
228
546
2.805
18.273
8
Kerek
4.862
69
-
78
43
3
5.055
Jumlah
66.442
8.348
4.889
8.571
8.839
23.440
122.529
Sumber Data : Kantor Kecamatan Wilayah Tuban (2007)
Tabel 11 Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Masyarakat di Sekitar Wilayah Hutan KPH Jatirogo Jenis Penggunaan Lahan (Ha) No.
Kecamatan Sawah
Tegal
Pekarangan
Lain-
Perkebunan
Jumlah
lain
1
Senori
2.677
808
630
-
-
4.115
2
Bangilan
2.616
1.153
662
5
-
4.436
3
Singahan
3.142
828
722
24
349
5.065
4
Kenduruan
1.532
2.435
461
-
51
4.470
5
Tambakboyo
1.556
3.212
380
-
-
4.479
6
Jatirogo
2.615
3.707
865
95
-
5.148
7
Bancar
3.603
5.425
812
-
-
7.282
8
Kerek
1.989
7.531
1.094
-
248
12.476
19.730
25.099
5.626
129
648
51.232
Jumlah
Sumber Data : Kantor Statistik Kabupaten Tuban (2007)
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Korelasi Antar Peubah Besarnya kekuatan hubungan linier antar peubah dapat dilihat dari besarnya nilai koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi memberikan pengertian bahwa apakah antara dua peubah akan saling berubah secara bersamaan secara positif ataupun negatif. Nilai koefisien korelasi ini tidak dapat menggambarkan hubungan kausal atau sebab akibat antara dua peubah tersebut. Matrik hasil korelasi antar peubah bebas C, D, N yang diukur dilapangan dan hasil pengamatan pada citra Ikonos dengan Vbc dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Matrik Korelasi Antar Peubah Peubah Cc Dc Nc Clap Dlap Nlap
Vbc 0,684 (0,000**) 0,824 (0,000**) –0,637 (0,000**) 0,571 (0,001**) 0,858 (0,000**) –0,533 (0,002**)
Cc
Dc
Nc
0,568 (0,001**) –0,606 –0,822 (0,000**) (0,000**) 0,391 0,176 0,078 tn (0,033*) (0,353 ) (0,682tn) 0,567 0,974 –0,806 (0,001**) (0,000**) (0,000**) –0,527 –0,742 0,936 (0,003**) (0,000**) (0,000**)
Clap
Dlap
0,243 (0,196tn) 0,227 (0,228)
–0,750 (0,000**)
Keterangan: Angka yang diatas menunjukkan nilai koefisien korelasi Angka dalam kurung adalah nilai P-valuenya. Nilai-p {** = sangat nyata (α = 0,01), * = nyata (α = 0,05), tn = tidak nyata }
Baris pertama isi sel dalam Tabel 12 menunjukkan besarnya persen korelasi antar peubah C, D, N dilapangan dan pada citra Ikonos dengan Vbc. Angka dalam kurung menunjukkan besarnya nilai-p, dimana antar kedua dimensi akan mempunyai korelasi yang tidak nyata pada saat nilai-p ≥ 0,05, nyata pada nilai-p antara 0,01 – 0,05 dan sangat nyata pada saat nilai-p < 0,01. Berdasarkan matrik korelasi pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa urutan peubah dilapangan yang memiliki korelasi dari yang paling tinggi sampai yang terendah dengan volume bebas cabang (Vbc) adalah diameter setinggi dada (D-
41
lap), kerapatan tajuk (C-lap) dan jumlah pohon (N-lap). Dimana nilai koefisien korelasi antara Vbc dengan D-lap adalah sebesar 0,858 (p = 0,000) pada taraf nyata 1%. Nilai korelasi positif dan p-value yang sangat nyata antara D-lap dengan Vbc mempunyai arti bahwa antara dua peubah tersebut mempunyai hubungan yang linear. Dimana setiap kenaikkan satu satuan diameter tajuk akan diikuti dengan kenaikan volume pohon sebesar 0,858 satuan dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa diameter merupakan peubah yang paling menentukan besarnya volume pohon. Selanjutnya nilai koefisien korelasi antara Vbc dengan N-lap adalah sebesar -0,533 (p = 0,002). Nilai negatif dari koefisien korelasi dan nilai p-value yang sangat nyata antara jumlah pohon dengan Vbc mempunyai arti bahwa antara dua peubah ini mempunyai hubungan yang negatif, yaitu jika jumlah pohonnya banyak maka volume per pohon akan bernilai kecil dan sebaliknya. Hal ini berlaku pada hutan tanaman yang sudah tidak normal pertumbuhannya. Hubungan negatif antara jumlah pohon dengan Vbc hanya lazim terjadi pada hutan alam, karena pada hutan alam tidak mendapat perlakuan silvikultur sama sekali. Untuk nilai koefisien korelasi antara Vbc dengan C-lap adalah sebesar 0,571 (p = 0,001). Nilai ini menunjukkan bahwa antara kerapatan tajuk dengan Vbc mempunyai hubungan yang positif, yaitu apabila nilai C-lap meningkat maka akan selalu diikuti dengan meningkatnya Vbc. Peubah pada citra yang lazim dipergunakan dalam pembangunan model penduga potensi pada hutan alam, yaitu kerapatan tajuk (Cc). Namun, pada penelitian ini peubah yang mempunyai korelasi tertinggi dengan Vbc adalah Dc. Dimana nilai koefisien korelasinya yaitu sebesar 0,824 (p = 0,000) pada tingkat kepercayaan 99%. Vbc juga mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan kerapatan tajuk yang diamati pada citra yaitu sebesar 0,684 (p = 0,000) pada tingkat kepercayaan 99%. Vbc dengan jumlah pohon yang diamati pada citra memiliki korelasi yang sangat nyata juga yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,637 (p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan diameter tajuk dan kerapatan tajuk akan diikuti dengan peningkatan volume pohonnya dan sebaliknya untuk jumlah pohon yang diamati pada citra mempunyai hubungan yang negatif, seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.
42
Secara umum hubungan antar peubah C, D, N dari hasil pengukuran dilapangan dan pengamatan pada citra mempunyai konsistensi yang tinggi. Nilai koefisien korelasi antara Dc dengan Dlap adalah sebesar 0,974 dan p-value sebesar 0,000. Untuk korelasi antara Nc dan N-lap yaitu sebesar 0,936 dengan pvalue yang sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan korelasi antara Cc dan C-lap yaitu sebesar 0,391 dengan p-value yang nyata (0,033). Peubah yang memiliki konsistensi paling rendah adalah antara C-lap dengan Cc, ini disebabkan karena pada saat pengamatan kerapatan tajuk pada citra dengan pengukuran tajuk di lapangan dilakukan pada tahun yang berbeda sehingga hasil yang diperoleh sangat berbeda nyata. Penyebab perbedaan ini adalah petak ukur yang terpilih pada citra selama kurun waktu dua tahun telah mengalami banyak perlakuan, diantaranya perlakuan silvikultur (penjarangan), pencurian kayu dan kematian pohon karena penyakit. Selain itu adalah karakteristik pohon jati yang selalu meranggas pada musim kemarau, sehingga pada waktu diambil gambarnya oleh citra satelit, tegakan jati akan berwarna coklat (tidak terlihat adanya tajuk pohon). Inilah yang menyebabkan konsistensi antara Cc dengan C-lap menjadi kecil. Nilai konsistensi antara Vbc-lap dengan Vbc-citra adalah sebesar 0,824 dengan p-value yang sangat nyata yaitu sebesar 0,000. P-value bernilai sangat nyata, yang berarti bahwa antara Vbc-lap dengan Vbc-citra memiliki hubungan yang sangat erat. Hal ini dapat disimpulkan demikian karena nilai-p < α (α = 0,01).
B. Pemilihan Model Persamaan Regresi Antar Peubah Persamaan regresi merupakan persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara peubah bebas dengan peubah tidak bebasnya. Berdasarkan hasil pengukuran peubah di citra yang telah dilakukan, maka selanjutnya perlu dianalisis secara statistik untuk mendapatkan persamaan regresi dari hubungan antar variabel tersebut. Penyusunan persamaan regresi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peubah bebas dari citra (Cc, Dc, Nc) dapat menjelaskan peubah tak bebasnya (Vbc) yang diukur dari lapangan. Kandidat model yang akan digunakan sebagai penduga volume tegakan per Ha disajikan pada Tabel 13.
43
Tabel 13 Model Kandidat Penduga Volume Bebas Cabang No
Model Persamaan
Vbc = - 4,11.Cc3.37 Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc Vbc = 48,6 + 1,67 Dc2 Vbc = - 18,3 + 24,9 Dc + 0,023 Dc2 Vbc = - 182 + 2,17 Cc + 21,9 Dc + 0,0611 Nc 6. Vbc = - 95,5 + 1,83 Cc + 16,7 Dc 7. Vbc = -2,56. Cc1.06. Dc1.74. Nc0.542 8. Vbc = - 16,2 + 0,0182 Cc2 + 1,09 Dc2 + 0,000008 Nc2 9. Vbc = - 6,5 + 0,0174 Cc2 + 1,05 Dc2 10. Vbc = - 233 + 9,66 Cc - 19,3 Dc + 0,420 Cc.Dc - 0,0832 Cc2 + 0,80 Dc2 1. 2. 3. 4. 5.
F-tabel RR-sq sq(adj) α = α = F-hit (%) (%) 0,05 0,01 75,0 74,0 4,24 7,77 75,11** 83,2 82,6 4,23 7,72 128,77** 79,8 79,1 4,23 7,72 102,93** 83,2 81,9 3,39 5,57 61,91** 77,2
74,5
2,98 4,64
29,30**
74,8 71,4
72,9 68,1
3,35 5,49 2,98 4,64
40,01** 21,64**
75,8
73,0
2,98 4,64
27,19**
75,7
73,9
3,35 5,49
41,99**
82,8
79,2
2,62 3,90
23,13**
Keterangan: ** = sangat nyata pada tingkat kepercayan 99% (α = 0,01)
Dalam pemilihan model yang akan digunakan, pertimbangan pertama yang harus diperhatikan adalah nilai koefisien determinasi yang terbesar. Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu ukuran dari besarnya keragaman peubah tidak bebas yang dapat diterangkan oleh keragaman peubah bebasnya. Dimana koefisien determinasi ini digunakan untuk melihat tingkat ketelitian dan keeratan hubungan antar peubah yang digunakan pada model terpilih. Pertimbangan kedua dalam pemilihan model adalah kesederhanaan model. Berdasarkan hasil analisis, semua model yang disajikan pada Tabel 13 mempunyai nilai koefisien determinasi yang cukup tinggi (> 50%). Model ke-2 yaitu Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc merupakan model terpilih yang akan digunakan sebagai model penduga tabel volume pohon untuk jenis jati dan model penduga potensi tegakan dengan menggunakan teknik double sampling. Model ini memiliki nilai R-sq dan Rsq(adj) yang terbesar yaitu 83,2% dan 82,6% serta memiliki model regresi linear yang sangat sederhana dengan satu peubah (peubahnya mudah diukur dan memiliki ketelitian yang tinggi). Diagram pencar hubungan antara Vbc-lapangan dengan Dc dapat disajikan pada Gambar 6.
44
Gambar 7 Diagram Pencar Hubungan Antara Vbc-lapangan dengan Dc.
C. Pengujian Konsistensi Dimensi Tegakan Pengukuran dimensi tegakan untuk pengujian konsistensi interpretasi citra Ikonos dilakukan di Bagian Hutan Bancar, KPH Jatirogo. Pada penelitian ini plot contoh yang diambil sebanyak 47 plot. Pembagian kelas hutan menggunakan kerapatan tajuk (crown density) dan diameter tajuk dapat disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Pembagian Kelas Potensi Hutan Berdasarkan C dan D No
PU
KU/Bon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
8H/40 6G/29 16E/11 16E/14 25A 26C/4 26C/34 10I/20 10I/19 17I/49 17I/32 16M/23 27A/3 27A/2 26M/49
I/1 I/3 I/3.5 I/3.5 II/2 II/2.5 II/2.5 II/3 II/3 II/3.5 II/3.5 II/4 III/2 III/2 III/2.5
CD-Lap Lap 40.0 2.575 60.0 2.948 45.0 4.258 50.0 3.364 65.0 3.226 45.0 3.727 80.0 4.636 70.0 5.450 65.0 6.643 70.0 6.188 80.0 4.850 85.0 3.902 40.0 4.708 22.5 3.844 72.5 4.650
Kelas Potensi C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C4D1 C4D1 C3D1 C3D1 C4D1 C4D1 C2D1 C1D1 C4D1
CCitra 37.50 37.50 56.25 50.00 50.00 43.75 56.25 56.25 50.00 50.00 50.00 62.50 50.00 43.75 68.75
DCitra 2.641 1.676 2.498 2.287 2.185 2.360 2.577 2.482 3.134 2.853 2.788 2.395 2.777 2.791 3.745
Kelas Potensi C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C3D1 C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1
45
Tabel 14 (Lanjutan) No
PU
KU/Bon
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
24B/4 24B/9 11E/26 11E/25 39A/1 39A/2 41H/21 41H/22 40F/28 40F/29 33C/9 33C/8 11D/19 33H/27 33H/28 30D/31 30D/32 17A/7 17A/9 34F/23 34F/28 12A/2 34E/27 34E/24 14E/22 14E/24 12E/19 12E/13 33B/5 33B/6 34C/39 34C/40
III/3 III/3 III/3.5 III/3.5 IV/3 IV/3 IV/3.5 IV/3.5 IV/4 IV/4 V/3 V/3 V/3.5 VI/3.5 VI/3.5 VI/4 VI/4 VI/4.5 VI/4.5 VII/3.5 VII/3.5 VII/4.5 VIII/3.5 VIII/3.5 VIII/4 VIII/4 VIII/4.5 VIII/4.5 TJMR TJMR TJMR TJMR
CLap 70.0 57.5 77.5 77.5 27.5 30.0 50.0 20.0 32.5 32.5 19.0 29.0 60.0 67.0 76.0 53.0 72.0 59.0 68.0 67.0 60.0 75.0 35.0 59.0 82.0 68.0 63.0 87.0 33.0 28.0 42.0 36.0
D-Lap 6.036 5.864 5.766 5.229 4.494 4.302 4.788 4.710 4.806 5.261 5.722 5.550 7.115 9.271 10.471 9.461 9.939 8.546 9.964 9.631 10.556 11.798 12.463 10.921 12.833 13.600 13.350 15.383 6.235 6.744 7.914 7.975
Kelas Potensi C3D1 C3D1 C4D1 C4D1 C1D1 C1D1 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1 C1D1 C1D1 C3D1 C3D1 C4D2 C3D1 C4D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D2 C4D2 C2D2 C3D2 C4D2 C3D2 C3D2 C4D2 C2D1 C1D1 C2D1 C2D1
CCitra 75.00 56.25 62.50 62.50 56.25 68.75 62.50 43.75 56.25 62.50 43.75 50.00 68.75 87.50 75.00 87.50 81.25 62.50 81.25 93.75 75.00 87.50 37.50 87.50 75.00 75.00 68.75 87.50 81.25 75.00 87.50 75.00
DCitra 4.879 4.715 4.367 4.360 4.507 4.167 4.322 3.773 3.330 4.103 3.841 3.686 5.729 8.848 10.293 9.337 9.017 8.489 9.750 9.623 10.751 10.888 13.143 11.124 13.612 13.450 13.590 15.613 6.800 6.351 7.149 7.966
Kelas Potensi C4D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1 C2D1 C3D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D2 C4D2 C2D2 C4D2 C4D2 C4D2 C3D2 C4D2 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa rata-rata diameter tajuk pada citra Ikonos berkisar antara 1,676 m dan 15,613 m, sedangkan pada pengukuran di lapangan rata-rata diametet tajuk berkisar antara 2,575 m dan 15,383 m. Untuk pengukuran persen penutupan tajuk rata-rata pada citra Ikonos berkisar antara
46
37,5% dan 93,75%, sedangkan untuk pengukuran persen penutupan tajuk rata-rata di lapangan berkisar antara 19% dan 87%. Hasil dari analisis korelasi antar peubah hasil pengukuran lapangan dengan hasil pengamatan pada citra Ikonos disajikan pada gambar 8, 9 dan 10.
Gambar 8 Diagram Pencar Hubungan Antara Diameter Tajuk pada Citra Ikonos dan di Lapangan.
Gambar 9 Diagram Pencar Hubungan Antara Persen Penutupan Tajuk pada Citra Ikonos dan di Lapangan.
47
Gambar 10 Diagram Pencar Hubungan Antara Jumlah Pohon pada Citra Ikonos dan di Lapangan. Tabel 15 Model Penduga dari Masing-masing Peubah No. 1 2 3
Peubah C (Penutupan tajuk) D (Diameter tajuk) N (Jumlah pohon)
Model Regresi Linier Cc = 0,291 CL + 47,95 Dc = 1,158 DL + 1,99 Nc = 1,440 NL + 51,38
R-sq(%) 12,9 95,2 87,8
Berdasarkan hasil analisis korelasi pada Tabel 15 menunjukkan bahwa ada konsistensi yang tinggi antara diameter tajuk dan jumlah pohon pada citra Ikonos dan di lapangan dengan koefisiensi determinasi sebesar 95,2% dan 87,8%. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran diameter tajuk di lapangan lebih besar dibandingkan pengukuran diameter tajuk pada citra, karena diameter tajuk di lapangan telah mengalami pertumbuhan. Rekapitulasi hasil pengujian disajikan pada Tabel 16. Perbedaan ini disebabkan oleh tahun pengukuran di lapangan dan pengamatan di citra yang memiliki selisih dua tahun. Konsistensi yang rendah ditemukan pada persen penutupan tajuk baik pada hasil pengamatan pada citra Ikonos maupun hasil pengukuran di lapangan dengan koefisien determinasi sebesar 12,9%. Rekapitulasi hasil pengujian disajikan pada Tabel 17. Hal ini disebabkan karena pengamatan persen penutupan tajuk pada citra sangat subyektif, yaitu tergantung kepada keahlian dan ketrampilan interpreternya. Jadi, hasilnya bisa berbeda-beda antara interpreter satu dengan yang lainnya. Hal lain
48
yang menyebabkan konsistensi antara Cc dengan C-lap rendah adalah karakteristik jati yang meranggas pada musim kemarau sehingga pada citra tidak terlihat adanya tajuk pohon.
Adapun rumus penyesuaian untuk pengukuran
diameter tajuk di lapangan adalah Dlap = 0,821Dc +1,971, artinya pengukuran diameter tajuk pada citra Ikonos underestimate terhadap pengukuran diameter tajuk di lapangan. Tabel 16 Hasil Pengujian dengan Uji-z antara Diameter Tajuk di Citra Ikonos dan di Lapangan Rata-rata (Mean) Ragam (Known Variance) Jumlah pengamatan (Observations) Beda rata-rata hipotesis (Hypothesized Mean Difference) Z-hitung P(Z<=z) one-tail z Critical one-tail P(Z<=z) two-tail z Critical two-tail
Dc 6.186343703 14.98422102 47
DL 7.056742319 10.62931374 47
0 -1.179050466 0.119189041 1.644853627 0.238378081 1.959963985
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji-z diketahui bahwa diameter tajuk hasil pengamatan pada citra Ikonos dengan diameter tajuk hasil pengukuran di lapangan tidak berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai zhit < z-tabel dan nilai p-value > 0,05 yang berarti bahwa pengukuran diameter tajuk di lapangan dan di citra tidak berbeda nyata.
Tabel 17 Hasil Pengujian dengan Uji-z antara Persen Penutupan Tajuk di Citra Ikonos dan di Lapangan Rata-rata (Mean) Ragam (Known Variance) Jumlah pengamatan (Observations) Beda rata-rata hipotesis (Hypothesized Mean Difference) Z-hitung P(Z<=z) one-tail z Critical one-tail P(Z<=z) two-tail z Critical two-tail
Cc 64.09574468 250.4553076 47 0 2.377388539 0.008717856 1.644853627 0.017435712 1.959963985
CL 55.38297872 380.8066605 47
49
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan uji-z diketahui bahwa persen penutupan tajuk hasil pengamatan pada citra Ikonos dengan diameter tajuk hasil pengukuran di lapangan berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai zhit > z-tabel dan nilai p-value < 0,05 yang berarti bahwa pengukuran persen penutupan tajuk di lapangan dan di citra berbeda nyata.
D. Verifikasi Model Verifikasi model bertujuan untuk mengetahui apakah model yang terpilih dapat digunakan sebagai model penduga potensi tegakan di KPH Jatirogo. Data untuk verifikasi model disajikan pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil validasi dengan menggunakan uji t-student diketahui bahwa dugaan volume tegakan pada citra Ikonos dengan volume tegakan di lapangan tidak berbeda nyata (Tabel 18). Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-hit < t-tabel dan nilai p-value > 0,05 yang berarti bahwa pengukuran di lapangan dan di citra tidak berbeda nyata serta model ini sangat signifikan untuk dapat diterapkan di dunia nyata. Tabel 18 Hasil Verifikasi dengan Uji-t antara Volume Tegakan di Citra Ikonos dan di Lapangan Rata-rata (Mean) Ragam (Variance) Jumlah Pengamatan (Observations) Koefisien Korelasi (Pearson Correlation) Beda rata-rata hipotesis (Hypothesized Mean Difference) df t Stat P(T<=t) one-tail t Critical one-tail P(T<=t) two-tail t Critical two-tail
Vbc-c Vbc-lap 150.41228 136.4934978 10714.871 18094.94097 17 17 0.8736021 0 16 0.857283 0.2019735 1.7458837 0.403947 2.1199053
E. Pendugaan Volume Tegakan dengan Teknik Double Sampling Pendugaan volume tegakan dengan menggunakan teknik pengambilan contoh berganda dilakukan dengan menggunakan model terpilih Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc. Dari model tersebut didapatkan rata-rata volume tegakan sebesar 136,331 m3/Ha dengan keragaman 164,918 (m3/Ha)2. Pada tingkat kepercayaan
50
95% selang dugaan volume tegakan berkisar antara 109,979 m3/Ha
sampai
dengan 162,683 m3/Ha. Dari volume tegakan per Ha didapatkan penduga total volume produktif untuk KPH Jatirogo adalah 1.530.956,511 m3 untuk luasan produktif 11.229,7 Ha. Luasan produktif yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari data RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan) KPH Jatirogo jangka 2008-2017. Yang dimaksud luas produktif adalah hasil penjumlahan dari luas kelas umur, luas masak tebang dan luas miskin riap. Pada penelitian ini kesalahan penarikan contoh dengan teknik pengambilan contoh berganda adalah sebesar 19,33%. Rekapitulasi hasil perhitungan disajikan pada Lampiran 11.
F. Monogram Monogram merupakan hasil interpretasi dan model penduga pada citra yang disajikan dalam bentuk gambar. Monogram dapat dijadikan kunci interpretasi untuk menduga potensi hutan sehingga dapat mengetahui potensi hutan dengan cepat dan mudah, mengidentifikasi kelas hutan dan mengetahui batas-batas dari suatu kawasan hutan. Profil tajuk pada hutan lahan kering dapat dilihat penampakannya dengan suatu bahasa pemrograman yang disebut dengan script avenue. Dari script ini dapat dilihat profil pohon dan profil tajuk pada hutan tersebut dengan cepat dan efisien sehingga tidak memerlukan banyak waktu. Kunci interpretasi berbentuk monogram sebagai penduga potensi tegakan di KPH Jatirogo disajikan pada Gambar 11 sampai dengan Gambar 19 yang dilengkapi dengan profil tegakan secara vertical dan horizontal.
51
Gambar 11 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D1 pada Citra Ikonos.
Gambar 12 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C4D1 pada Citra Ikonos.
52
Gambar 13 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C2D1 pada Citra Ikonos.
Gambar 14 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C1D1 pada Citra Ikonos.
53
Gambar 15 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D1 pada Citra Ikonos.
Gambar 16 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C4D2 pada Citra Ikonos.
54
Gambar 17 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D2 pada Citra Ikonos.
Gambar 18 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C3D2 pada Citra Ikonos.
55
Gambar 19 Monogram dan Profil Pohon Kelas Potensi C2D1 pada Citra Ikonos.
BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Model-model penduga potensi tegakan yang potensial untuk digunakan adalah: a. Vbc = - 4,11.Cc3.37
R-sq = 75,0%
b. Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc
R-sq = 83,2%
c. Vbc = 48,6 + 1,67 Dc2
R-sq = 79,8%
d. Vbc = - 18,3 + 24,9 Dc + 0,023 Dc2
R-sq = 83,2%
e. Vbc = - 182 + 2,17 Cc + 21,9 Dc + 0,0611 N-c
R-sq = 77,2%
f. Vbc = - 95,5 + 1,83 Cc + 16,7 Dc
R-sq = 74,8%
1.06
g. Vbc = -2,56. Cc
1.74
. Dc
0.542
. Nc
R-sq = 71,4%
h. Vbc = - 16,2 + 0,0182 Cc2 + 1,09 Dc2 + 0,000008 Nc2
R-sq = 75,8%
i. Vbc = - 6,5 + 0,0174 Cc2 + 1,05 Dc2
R-sq = 75,7%
j. Vbc = - 233 + 9,66 Cc - 19,3 Dc + 0,420 Cc.Dc – 0,0832 Cc2 + 0,80 Dc2
R-sq = 82,8%
Model terpilih dan yang digunakan sebagai model penduga potensi tegakan jati di KPH Jatirogo adalah model kedua yaitu Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc. 2. Verifikasi model menunjukkan bahwa volume tegakan yang diduga melalui citra Ikonos tidak berbeda nyata dengan volume tegakan hasil pengukuran langsung di lapangan, dugaan model penduga Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc. 3. Dengan menggunakan teknik penarikan contoh berganda didapatkan volume rata-rata tegakan sebesar 136,331 m3/Ha dengan keragaman 164,918 (m3/Ha)2, serta penduga total volume populasi adalah 1.530.956,511 m3 (dengan luas produktif penelitian 11.229,7 Ha). Kesalahan penarikan contoh dari teknik penarikan contoh berganda sebesar 19,33%.
57
B. Saran 1. Perlunya penelitian lanjutan dengan pengambilan plot contoh lapangan pada Bagian Hutan Ngijo dan Bagian Hutan Bangilan dengan harapan nilai kesalahan penarikan contoh (Sampling Error) dengan menggunakan teknik double sampling dapat dikurangi. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menganalisis variabel biaya yang dikeluarkan untuk pengukuran di lapangan dan di citra sehingga dapat digunakan untuk menghitung alokasi optimum jumlah plot contoh di lapangan dan di citra serta untuk mengetahui efisiensi relatif antara teknik double sampling dengan simple random sampling.
DAFTAR PUSTAKA
Adila. 2007. Estimasi Potensi Hutan Mangrove Menggunakan Citra Satelit Quickbird dan SPOT 5 di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. [Tugas Akhir]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Anwar, M. S. 2008. Pendugaan Potensi Tegakan Hutan Lahan Kering Dengan Teknik Double Sampling Menggunakan Citra Resolusi Tinggi di Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Budi, C. 1998. Penyusunan Model Penduga Volume Tegakan dengan Potret Udara (Studi Kasus di HPH PT. Sura Asia, Propinsi Dati I Riau). [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Center Remote Imaging Sensing and Processing. 2006. Ngintip Perkembangan Porong dengan Ikonos. National University of Singapore IKONOS image. rovicky.wordpress.com/2006/10/02/ngintip_perkembangan_ porong_dengan_ikonos/. (30 Juli 2008) Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan. 1974. Surat Keputusan Direktur Jenderal Kehutanan No. 143/KPTS/DJ/I/1974 tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Khusus Kelas Perusahaan Tebang Habis Jati. PHT 19 – Seri Produksi 11. PERUM PERHUTANI. Jakarta. Digital Globe. 2008. Quickbird. http://www.digitalglobe.com/digitalglobe2 /file.php/515/QuickBird_Datasheet_web.pdf. (9 November 2008) Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat Benih Tectona grandis, Linn.f. No. 15, Januari. http://www.dephut.go.id /INFORMASI/ RRL/IFSP/Tectona_grandis.pdf. (31 Juli 2008) Jaya, I N.S. 2006. Dasar-Dasar Penginderaan Jauh “Fotogrametri dan Penafsiran Potret Udara di Bidang Kehutanan”. Laboratorium Remote Sensing. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Jaya, I N.S, S. Sutarahardja, S. Hardjoprajitno, I.P. Santikayasa, T. Lastini, Priyanto. 2006. Pengolahan Citra Resolusi 2,5 m dan/atau 5 m dan/atau 10 m dalam Rangka Penaksiran Sumber Daya Hutan Pulau Sumatra. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
59
Jaya, I N.S. 2007. Analisis Citra Dijital: Perspektif Pengindeaan Jauh untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Novendra, I.Y. 2008. Karakteristik Biometrik Pohon Jati (Tectona grandis l.f.) Studi kasus di Bagian Hutan Bancar KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nurbaety, B. 2007. Estimasi Potensi Hutan Lahan Kering Menggunakan Citra Satelit SPOT 5 dan Quickbird di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. [Tugas Akhir]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Paine, D.P. 1992. Foto Udara dan Penafsiran Citra untuk Pengelolaan Sumber Daya. Imam Abdul Rochman, penerjemah. Soenardi Prawirohatmodjo, editor. Yogyakarta: Gajdah Mada University Press. Terjemahan dari: Aerial Photography and Image Interpretation for Resource Management. Santoso, H. 2008. Model penduga potensi tegakan hutan lahan kering menggunakan citra Spot 5 Supermode dan Quickbird. [Skripsi]. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Satellite Imaging Corporation. 2008. Ikonos Satellite Images and Sensor Specifications. http://www.satimagingcorp.com/satellite_sensors/iko nos.html. (31 Juli 2008). Seksi Perencanaan Hutan I Bojonegoro. 2007. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) Kelas Perusahaan Jati “Kesatuan Pemangkuan Hutan Jatirogo Jangka Perusahaan 1 Januari 2008 s/d 31 Desember 2007”. Perum Perhutani Biro Perencanaan Hutan Unit II Jawa Timur. Siran, S.A. dan F.H. Susanty. 2005. Penyusunan Tabel Volume Pohon. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kalimantan. Samarinda. Walpole, E.R. 1995. Pengantar Statistik Edisi 3 (terjemahan). Gramedia : Jakarta. Wikipedia. 2008. Jati. http://id.wikipedia.org/wiki/Jati. (31 Juli 2008)
LAMPIRAN
Lampiran 1 GCP Citra Ikonos Tahun 2004 Control Point Error: (X) = 0.0001 dan (Y) = 0.0001 (Total) = 0.0002 Point # 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Point ID X Input GCP #1 111.741 GCP #2 111.735 GCP #3 111.730 GCP #4 111.728 GCP #5 111.712 GCP #6 111.713 GCP #7 111.712 GCP #8 111.724 GCP #9 111.739 GCP #10 111.747 GCP #11 111.756 GCP #12 111.761 GCP #13 111.770 GCP #14 111.766 GCP #15 111.782 GCP #16 111.746 GCP #17 111.739 GCP #18 111.739 GCP #19 111.741 GCP #20 111.748
Y Input -6.939 -6.930 -6.927 -6.926 -6.927 -6.924 -6.931 -6.938 -6.943 -6.947 -6.950 -6.952 -6.954 -6.966 -6.963 -6.923 -6.917 -6.915 -6.915 -6.917
X Ref 111.741 111.735 111.730 111.728 111.711 111.712 111.712 111.724 111.739 111.748 111.756 111.761 111.771 111.766 111.783 111.746 111.739 111.739 111.742 111.748
Y Ref -6.938 -6.930 -6.927 -6.926 -6.926 -6.924 -6.931 -6.938 -6.943 -6.947 -6.950 -6.952 -6.955 -6.967 -6.963 -6.923 -6.917 -6.915 -6.915 -6.918
Type Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Residual -0.0001 -0.0001 -0.0004 -0.0001 -0.0002 -0.0001 -0.0001 -0.0002 -0.0001 0.0001 -0.0001 -0.0002 -0.0001 0.0003 0.0002 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001
Y Residual 0.0001 0.0001 0.0002 0.0000 0.0002 0.0000 0.0001 0.0001 0.0002 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 -0.0002 -0.0002 -0.0001 0.0000 -0.0001 -0.0001 -0.0001
RMS Error 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Contribution 0.722 0.870 2.799 0.463 1.731 0.767 0.904 1.149 1.353 0.423 0.648 1.011 0.493 2.135 1.654 0.504 0.316 0.762 0.560 0.816
61
Lampiran 1 (Lanjutan) Point # Point ID X Input 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
GCP #21 GCP #22 GCP #23 GCP #24 GCP #25 GCP #26 GCP #27 GCP #28 GCP #29 GCP #30 GCP #31 GCP #32 GCP #33 GCP #34 GCP #35 GCP #36 GCP #37 GCP #38 GCP #39 GCP #40 GCP #41
111.749 111.768 111.768 111.773 111.782 111.800 111.800 111.738 111.723 111.709 111.701 111.700 111.699 111.695 111.704 111.690 111.693 111.692 111.690 111.690 111.688
Y Input
X Ref
Y Ref
Type
-6.917 -6.912 -6.913 -6.911 -6.917 -6.916 -6.925 -6.910 -6.912 -6.939 -6.940 -6.939 -6.941 -6.929 -6.925 -6.935 -6.936 -6.941 -6.941 -6.942 -6.940
111.749 111.768 111.769 111.773 111.782 111.800 111.800 111.738 111.723 111.709 111.701 111.700 111.699 111.695 111.704 111.690 111.693 111.692 111.690 111.690 111.688
-6.917 -6.913 -6.913 -6.911 -6.918 -6.916 -6.925 -6.910 -6.912 -6.939 -6.940 -6.939 -6.941 -6.929 -6.925 -6.935 -6.936 -6.941 -6.941 -6.942 -6.940
Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Residual 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 -0.0003 -0.0002 0.0001 0.0001 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 -0.0001 -0.0001 0.0001 0.0000 0.0002 0.0001 0.0001 0.0001
Y Residual -0.0001 0.0000 -0.0001 0.0000 -0.0001 0.0002 0.0001 -0.0001 -0.0001 0.0001 -0.0001 -0.0001 -0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 -0.0001 -0.0001 0.0000 -0.0001 0.0000
RMS Error
Contribution
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1.070 0.484 0.821 0.776 0.614 2.163 1.099 0.950 1.044 0.380 0.582 0.790 0.974 0.969 0.990 0.518 0.419 1.032 0.620 1.053 0.503
62
Lampiran 1 (Lanjutan) Point # Point ID X Input 42 GCP #42 111.688 43 GCP #43 111.695 44 GCP #44 111.693 45 GCP #45 111.689 46 GCP #46 111.675 47 GCP #47 111.684 48 GCP #48 111.686 49 GCP #49 111.686 50 GCP #50 111.686
Y Input -6.941 -6.943 -6.946 -6.948 -6.944 -6.960 -6.973 -6.971 -6.993
X Ref 111.688 111.695 111.693 111.689 111.675 111.684 111.686 111.686 111.686
Y Ref -6.941 -6.943 -6.946 -6.948 -6.944 -6.960 -6.973 -6.971 -6.993
Type Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Residual 0.0000 0.0001 0.0001 -0.0001 -0.0002 -0.0001 0.0000 -0.0001 0.0000
Y Residual -0.0001 -0.0001 -0.0001 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000
RMS Error 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Contribution 0.387 0.807 0.797 0.379 1.133 0.787 0.272 0.564 0.168
63
Lampiran 2 GCP Citra Ikonos Tahun 2006 Control Point Error: (X) = 0.0001 dan (Y) = 0.0001 serta (Total) = 0.0001 Point # 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Point ID GCP #1 GCP #2 GCP #3 GCP #4 GCP #5 GCP #6 GCP #7 GCP #8 GCP #9 GCP #10 GCP #11 GCP #12 GCP #13 GCP #14 GCP #15 GCP #16 GCP #17 GCP #18 GCP #19 GCP #20
X Input 111.778 111.777 111.783 111.782 111.776 111.782 111.727 111.724 111.708 111.705 111.772 111.760 111.758 111.803 111.803 111.808 111.808 111.807 111.804 111.768
Y Input -6.868 -6.871 -6.870 -6.872 -6.877 -6.877 -6.886 -6.887 -6.884 -6.879 -6.894 -6.906 -6.906 -6.894 -6.895 -6.890 -6.878 -6.873 -6.877 -6.913
X Ref 111.778 111.777 111.783 111.782 111.776 111.782 111.727 111.724 111.708 111.705 111.772 111.760 111.758 111.803 111.803 111.808 111.808 111.807 111.804 111.768
Y Ref -6.868 -6.871 -6.870 -6.872 -6.877 -6.877 -6.886 -6.887 -6.884 -6.879 -6.893 -6.906 -6.906 -6.894 -6.895 -6.889 -6.878 -6.873 -6.877 -6.913
Type Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Residual -0.00003 0.00003 -0.00006 -0.00003 0.00003 -0.00007 0.00008 -0.00002 0.00004 -0.00001 -0.00003 -0.00002 -0.00001 0.00009 0.00012 0.00012 0.00000 -0.00006 -0.00005 0.00002
Y Residual -0.00009 0.00005 -0.00010 -0.00006 -0.00007 -0.00012 0.00001 0.00003 0.00002 0.00002 0.00001 0.00002 0.00002 0.00013 0.00015 0.00015 0.00006 -0.00008 -0.00003 0.00011
RMS Error Contribution 0.000 0.948 0.000 0.578 0.000 1.190 0.000 0.687 0.000 0.756 0.000 1.424 0.000 0.800 0.000 0.315 0.000 0.418 0.000 0.223 0.000 0.328 0.000 0.301 0.000 0.197 0.000 1.543 0.000 1.913 0.000 1.942 0.000 0.604 0.000 1.042 0.000 0.622 0.000 1.168
64
Lampiran 2 (Lanjutan) Point # Point ID X Input 21 GCP #21 111.782 22 GCP #22 111.777 23 GCP #23 111.710 24 GCP #24 111.700 25 GCP #25 111.712 26 GCP #26 111.714 27 GCP #27 111.699 28 GCP #28 111.687 29 GCP #29 111.699 30 GCP #30 111.707 31 GCP #31 111.708 32 GCP #32 111.711 33 GCP #33 111.687 34 GCP #34 111.741 35 GCP #35 111.739 36 GCP #36 111.740 37 GCP #37 111.741 38 GCP #38 111.742 39 GCP #39 111.737 40 GCP #40 111.732
Y Input -6.918 -6.895 -6.901 -6.904 -6.906 -6.906 -6.863 -6.862 -6.853 -6.849 -6.849 -6.851 -6.846 -6.826 -6.825 -6.823 -6.823 -6.823 -6.822 -6.820
X Ref 111.782 111.777 111.710 111.700 111.712 111.714 111.700 111.687 111.699 111.707 111.708 111.711 111.687 111.741 111.739 111.740 111.741 111.742 111.737 111.732
Y Ref -6.918 -6.895 -6.901 -6.904 -6.906 -6.906 -6.863 -6.862 -6.852 -6.849 -6.849 -6.851 -6.846 -6.826 -6.825 -6.822 -6.823 -6.823 -6.822 -6.819
Type Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Residual 0.00001 0.00002 0.00004 -0.00010 -0.00014 -0.00009 0.00000 0.00002 0.00006 0.00008 0.00002 0.00005 0.00011 -0.00005 -0.00004 -0.00001 -0.00002 -0.00006 -0.00001 -0.00002
Y Residual 0.00007 0.00002 -0.00004 -0.00015 -0.00014 -0.00015 0.00005 0.00002 0.00012 0.00004 0.00017 0.00007 0.00018 -0.00002 -0.00003 0.00000 -0.00005 -0.00005 -0.00002 0.00000
RMS Error Contribution 0.000 0.751 0.000 0.287 0.000 0.571 0.000 1.869 0.000 2.005 0.000 1.778 0.000 0.486 0.000 0.315 0.000 1.322 0.000 0.886 0.000 1.707 0.000 0.860 0.000 2.131 0.000 0.553 0.000 0.464 0.000 0.134 0.000 0.501 0.000 0.732 0.000 0.253 0.000 0.232
65
Lampiran 2 (Lanjutan) Point # Point ID X Input 41 GCP #41 111.755 42 GCP #42 111.760 43 GCP #43 111.767 44 GCP #44 111.754 45 GCP #45 111.725 46 GCP #46 111.718 47 GCP #47 111.708 48 GCP #48 111.710 49 GCP #49 111.783 50 GCP #50 111.796
Y Input -6.840 -6.840 -6.856 -6.860 -6.864 -6.869 -6.865 -6.860 -6.851 -6.857
X Ref 111.756 111.761 111.767 111.754 111.725 111.718 111.708 111.710 111.783 111.796
Y Ref -6.840 -6.840 -6.856 -6.860 -6.864 -6.869 -6.865 -6.860 -6.851 -6.857
Type Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Residual 0.00001 0.00000 0.00003 0.00000 0.00003 -0.00004 -0.00004 0.00008 -0.00006 0.00001
Y Residual 0.00010 -0.00009 -0.00010 0.00002 -0.00005 -0.00005 -0.00008 0.00002 -0.00003 -0.00005
RMS Error Contribution 0.000 1.012 0.000 0.885 0.000 1.082 0.000 0.230 0.000 0.571 0.000 0.654 0.000 0.913 0.000 0.784 0.000 0.665 0.000 0.490
66
Lampiran 3 GCP Citra Quickbird Tanggal 14 Agustus 2007 Control Point Error: (X) = 13.7191 dan (Y) = 10.4165 (Total) = 17.2255 Point # 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Point ID
X Input
Y Input
X Ref
Y Ref
Type
GCP #1 GCP #2 GCP #3 GCP #4 GCP #5 GCP #6 GCP #7 GCP #8 GCP #9 GCP #10 GCP #11 GCP #12 GCP #13 GCP #14 GCP #15 GCP #16 GCP #17 GCP #18 GCP #19
574460.282 574244.174 571903.945 571287.107 573251.306 573305.542 573430.154 573693.510 573708.352 573727.432 573189.845 573186.812 573036.983 572430.271 572405.527 571846.868 574612.577 570426.456 571482.592
9225317.761 9225445.811 9225410.571 9226155.687 9234063.554 9234060.055 9234013.190 9233992.502 9233347.957 9233373.135 9233523.179 9233850.324 9233292.579 9233200.709 9233066.363 9233440.659 9220232.504 9230540.798 9231003.440
574468.676 574291.626 571916.502 571287.468 573261.878 573320.235 573398.124 573706.778 573719.563 573740.100 573207.247 573200.001 573044.063 572450.371 572418.551 571899.262 574633.260 570448.811 571500.456
9225311.020 9225438.994 9225409.995 9226102.873 9234056.995 9234050.974 9234018.996 9233986.009 9233346.999 9233368.095 9233519.002 9233846.998 9233286.001 9233191.002 9233066.962 9233456.941 9220215.407 9230549.978 9230994.994
Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Y Residual Residual -4.743 5.638 34.001 5.321 -5.962 10.323 -19.159 -43.041 -0.891 -4.780 3.352 -7.265 -43.221 7.701 2.717 -4.395 0.378 1.874 1.889 -2.220 5.563 -1.815 1.492 -1.341 -5.221 -4.038 6.491 -7.379 -0.713 3.052 37.741 18.012 5.425 1.169 3.207 13.441 1.169 -4.127
RMS Contribution Error 7.368 0.428 34.414 1.998 11.921 0.692 47.113 2.735 4.863 0.282 8.000 0.464 43.902 2.549 5.167 0.300 1.912 0.111 2.915 0.169 5.852 0.340 2.007 0.116 6.600 0.383 9.827 0.571 3.135 0.182 41.819 2.428 5.549 0.322 13.818 0.802 4.289 0.249
67
Lampiran 3 (Lanjutan) Point Point ID X Input # 20 GCP #20 571362.495 21 GCP #21 571216.838 22 GCP #22 573694.245 23 GCP #23 573648.985 24 GCP #24 573564.049 25 GCP #25 573890.711 26 GCP #26 574181.142 27 GCP #27 573705.999 28 GCP #28 574158.676 29 GCP #29 570949.843 30 GCP #30 572798.238
Y Input
X Ref
Y Ref
Type
9231015.962 9231088.836 9229292.788 9229378.015 9229295.743 9229579.311 9229948.180 9228739.574 9227091.241 9228137.671 9225923.637
571381.136 571238.057 573713.772 573660.645 573570.525 573903.724 574193.437 573712.769 574152.341 570960.949 572818.691
9231010.959 9231082.001 9229286.949 9229371.967 9229277.993 9229578.950 9229938.973 9228730.955 9227081.092 9228146.983 9225916.999
Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Y Residual Residual 1.700 -0.766 4.008 -2.756 6.712 1.610 -1.226 1.276 -6.647 -10.367 0.744 6.858 0.817 -2.242 -6.316 -0.538 -19.287 0.046 -8.118 16.583 4.099 4.167
RMS Contribution Error 1.864 0.108 4.865 0.282 6.903 0.401 1.770 0.103 12.315 0.715 6.899 0.400 2.387 0.139 6.339 0.368 19.287 1.120 18.463 1.072 5.846 0.339
68
Lampiran 4 GCP Citra Quickbird Tanggal 1 September 2007 Control Point Error: (X) = 13.7191 dan (Y) = 10.4165 (Total) = 17.2255 Point # 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Point ID
X Input
Y Input
X Ref
Y Ref
Type
GCP #1 GCP #2 GCP #3 GCP #4 GCP #5 GCP #6 GCP #7 GCP #8 GCP #9 GCP #10 GCP #11 GCP #12
576542.055 577045.111 577042.295 577323.389 575553.325 575303.619 574786.646 575440.169 573920.950 574016.245 575198.381 575316.031
9222912.042 9222811.505 9222682.932 9222683.764 9223069.258 9223073.911 9223230.420 9222568.173 9223408.670 9223363.538 9222059.754 9222206.833
576547.214 577045.303 577043.794 577343.870 575553.358 575307.211 574793.507 575433.564 573932.139 574014.121 575208.856 575307.032
9222914.671 9222811.803 9222682.488 9222697.918 9223064.194 9223068.889 9223229.378 9222545.455 9223406.013 9223360.794 9222064.885 9222183.218
Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control Control
X Y Residual Residual -0.637 0.835 -6.124 -2.838 -4.162 -2.254 14.116 10.747 -4.444 -3.614 -0.395 -2.438 3.135 2.371 -8.214 -15.401 8.370 3.088 -4.886 3.068 11.759 18.430 -8.517 -11.995
RMS Contribution Error 1.050 0.092 6.750 0.594 4.733 0.416 17.742 1.561 5.728 0.504 2.470 0.217 3.931 0.346 17.454 1.536 8.921 0.785 5.770 0.508 21.862 1.924 14.712 1.294
69
Lampiran 5 Data Hasil Pengamatan pada Citra No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
CCitra 37.5 37.5 56.25 50 50 43.75 56.25 56.25 50 50 50 62.5 50 43.75 68.75 75 56.25 62.5 62.5 56.25
DCitra 2.641 1.676 2.498 2.287 2.185 2.360 2.577 2.482 3.134 2.853 2.788 2.395 2.777 2.791 3.745 4.879 4.715 4.367 4.360 4.507
N_Citra Vbc_citra (Ha) 1050 47.352 1550 23.047 1100 43.754 1100 38.428 1150 35.857 1200 40.283 900 45.732 1150 43.340 850 59.780 700 52.692 900 51.052 1350 41.149 1000 50.768 900 51.122 900 75.167 525 103.740 475 99.625 575 90.847 575 90.672 375 94.368
Kelas Potensi C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C3D1 C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C4D1 C3D1 C3D1 C3D1 C3D1
No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
CCitra 68.75 62.5 43.75 56.25 62.5 43.75 50 68.75 87.5 75 87.5 81.25 62.5 81.25 93.75 75 87.5 37.5 87.5 75
DCitra 4.167 4.322 3.773 3.330 4.103 3.841 3.686 5.729 8.848 10.293 9.337 9.017 8.489 9.750 9.623 10.751 10.888 13.143 11.124 13.612
N_Citra Vbc_citra (Ha) 500 85.796 575 89.708 425 75.878 525 64.704 450 84.190 160 77.584 190 73.695 270 125.168 150 203.770 160 240.187 100 216.092 160 208.025 170 194.733 130 226.500 160 223.287 90 251.728 120 255.165 40 311.991 100 261.125 90 323.828
Kelas Potensi C3D1 C3D1 C2D1 C3D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D2 C4D2 C2D2 C4D2 C4D2
70
Lampiran 5 (lanjutan) No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
CDCitra Citra 75 13.450 68.75 13.590 87.5 15.613 81.25 6.800 75 6.351 87.5 7.149 75 7.966 75 1.289 87.5 1.369 87.5 6.194 81.25 7.087 68.75 7.357 75 7.989 87.5 6.450 75 6.723 87.5 6.408 68.75 7.374 81.25 7.188 37.5 7.800 62.5 5.260
N_Citra (Ha) 60 80 90 180 180 220 160 500 470 290 190 180 190 260 250 260 200 220 70 240
Vbc_citra 319.74000 323.26800 374.25600 152.16000 140.84800 160.95709 181.54950 13.29288 15.30255 136.89228 159.38842 166.18800 182.12147 143.33031 150.22464 142.27385 166.61220 161.93073 177.36000 113.34150
Kelas Potensi C4D2 C3D2 C4D2 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C3D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C3D1 C4D1 C2D1 C3D1
No 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
CDCitra Citra 93.75 3.768 75 4.125 68.75 7.794 50 6.346 75 8.142 56.25 8.413 56.25 9.159 56.25 7.816 25 7.193 62.5 9.997 50 9.215 31.25 8.463 56.25 8.064 43.75 8.427 31.25 9.330 37.5 8.700 37.5 10.495 81.25 7.284 68.75 8.552 87.5 9.092
N_Citra (Ha) 500 360 150 140 130 100 110 120 60 90 60 60 140 120 60 80 60 170 130 130
Vbc_citra 75.75864 84.75700 177.20880 140.71200 185.96677 192.80760 211.60909 177.75900 162.07200 232.71600 213.01800 194.07600 184.02000 193.15200 215.91600 200.04000 245.27400 164.35976 196.31815 209.92615
Kelas Potensi C4D1 C4D1 C3D1 C2D1 C4D1 C3D1 C3D1 C3D1 C1D1 C3D1 C2D1 C2D1 C3D1 C2D1 C2D1 C2D1 C2D2 C4D1 C3D1 C4D1
71
Lampiran 5 (Lanjutan) No 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
CCitra 62.5 87.5 81.25 93.75 75 25 81.25 62.5 62.5 50
DCitra 7.381 7.763 8.523 8.736 4.684 5.205 5.393 5.424 5.723 4.814
N_Citra (Ha) 170 180 150 150 350 150 290 170 230 240
Vbc_citra 166.80565 176.42200 195.58800 200.94720 98.84400 111.95760 116.69752 117.47294 125.02070 102.10650
Kelas Potensi C3D1 C4D1 C4D1 C4D1 C4D1 C1D1 C4D1 C3D1 C3D1 C2D1
No 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
CCitra 50 50 43.75 56.25 75 75 62.5 87.5 81.25 50
DCitra 6.126 6.160 8.749 9.840 8.719 9.091 5.877 5.686 5.991 4.901
N_Citra (Ha) 180 210 90 80 110 100 190 270 230 300
Vbc_citra 135.16400 136.02000 201.27200 228.76800 200.52109 209.89320 128.90968 124.07600 131.76991 104.31360
Kelas Potensi C2D1 C2D1 C2D1 C3D1 C4D1 C4D1 C3D1 C4D1 C4D1 C2D1
72
Lampiran 6 Data Hasil Pengukuran di Lapangan
PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7
1
I
1
8H / 40
2
I
3
6G / 29
POSISI POHON Dbh (cm) Jarak AZ (o) (m) 0 0 8.1 4.4 344 9.9 6.3 4 4.8 3.2 31 1.2 5.9 31 8.1 4.45 74 9 6 120 10 2.8 121 8.7 3.5 178 6.8 3 208 11.5 4.4 249 13 7.1 273 13 5.4 295 3.5 2.7 297 10.5 0 0 13.8 3.5 11 12 6.7 15 13.9 5.4 22 9.7 6.9 27 3.1 7.6 30 4.7 3.2 63 11.3
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
R(ratarata) (m)
2.6 2.5 2 1 2 2.5 2.2 2 2.5 3 2.5 2.5 1 3.4 4 5 4.5 4.2 2 4 6
7 6.5 5.5 1.4 5 6 7.5 8 7 8.5 8.5 8.5 3.5 8 8 9 9 8.5 5 6 10
1.4 2 0.6 0.4 0.5 1.5 1.4 1.3 1.5 1.3 1.8 2.2 0.4 1.4 2 1.7 2.8 1.7 0.5 0.6 2.7
1.5 2 0.5 0.3 0.6 1.5 1.6 0.8 1.2 1.5 1.7 1.7 0.4 2.3 1.5 1.7 2.1 2.5 0.5 0.6 1.9
1.5 2.3 0.4 0.3 0.5 1.7 1.5 1.5 1 1.3 1.9 1.6 0.3 2.2 2.5 2 1.6 1.4 0.6 0.5 1.3
0.8 2.1 0.5 0.4 0.5 1 2.6 1.5 1 2 2 2 0.5 1.9 2.7 2.7 1.9 1.7 0.5 0.6 1.5
1.30 2.10 0.50 0.35 0.53 1.43 1.78 1.28 1.18 1.53 1.85 1.88 0.40 1.95 2.18 2.03 2.10 1.83 0.53 0.58 1.85
Vbc (m3)
Vt (m3)
0.00975 0.01400 0.00263 0.00008 0.00750 0.01157 0.01257 0.00865 0.00661 0.02267 0.02415 0.02415 0.00070 0.02142 0.04353 0.04115 0.04969 0.02258 0.00110 0.00505 0.04378
0.02253 0.03126 0.00622 0.00010 0.01609 0.02384 0.03680 0.02971 0.01588 0.05515 0.07048 0.07048 0.00210 0.04327 0.07475 0.06359 0.08531 0.03924 0.00236 0.00650 0.06265
73
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
2
I
3
6G / 29
3
I
3.5
16E / 11
POSISI POHON NO POHON Jarak (m) AZ (o) 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9
5.15 2.9 6.4 4 3 3.3 6.5 7.95 3.7 6.3 3.8 7.55 6.7 0 3.4 6.95 6.4 5.6 6.75 5.65 3 5.55
99 133 163 185 220 254 254 299 313 324 335 335 350 0 350 340 43 81 100 191 291 318
Dbh (cm) 15.8 14.1 9.8 9.2 3.3 9 15 7 5.5 8.3 3 9.2 10.9 13.5 15.9 9.5 13.3 12 11.1 12.1 16.1 11.8
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
3.6 5 3.2 3.5 3 3.2 3.2 4 4 3.2 3 4 3.5 4 6 4 5.5 6 6.5 5 5 5.3
9.5 10 8.5 8 6 8.5 10 7.5 7 8 6.5 8.5 9.5 9.5 10 7 10 9.5 9.5 9.5 10 9.5
2.8 1.9 1.9 1.3 0.5 1.3 2 0.6 0.4 1.3 0.3 0.5 1.8 2.3 3 1.2 1.8 2.7 1.5 1.8 2.6 1.9
2.3 2.6 1.7 1 0.6 1.8 2.5 1.3 0.5 2 0.5 1.2 1.1 3.5 2.45 2.4 1.7 1.3 1.4 1.6 1.2 2
2.2 2.7 1.4 2.4 0.5 1.8 3 0.5 0.5 2.1 0.6 1.5 1.6 3 3.2 1.3 2.7 1 1.6 1.9 3.2 1.7
2.5 1.8 1.6 1.3 0.3 2.1 2.2 0.5 0.6 0.7 0.5 1.3 1.7 1.8 2.4 2.3 3.1 1.2 2 2 3.5 2.4
R(ratarata) (m) 2.45 2.25 1.65 1.50 0.48 1.75 2.43 0.73 0.50 1.53 0.48 1.13 1.55 2.65 2.76 1.80 2.33 1.55 1.63 1.83 2.63 2.00
Vbc (m3) 0.05136 0.05681 0.01756 0.01693 0.00187 0.01481 0.04115 0.01120 0.00691 0.01260 0.00154 0.01935 0.02376 0.04166 0.08669 0.02063 0.05560 0.04938 0.04577 0.04184 0.07407 0.04217
Vt (m3) 0.11636 0.09754 0.04005 0.03322 0.00321 0.03378 0.11039 0.01803 0.01039 0.02704 0.00287 0.03530 0.05538 0.08495 0.12403 0.03100 0.08679 0.06712 0.05743 0.06824 0.12717 0.06490
74
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
4
I
3.5
16E / 14
5
II
2
25A
NO POHON 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 0 0 7 273 4.2 291 6.3 312 5.3 337 7.9 345 7.7 30 3 73 6.2 73 6.8 96 2.5 167 7.65 173 6.1 197 3.8 213 0 0 7.5 323 6.2 340 5.7 7 3 10 3.6 45 8.4 70 3 85 6 94
Dbh (cm) 10.4 12.1 9.5 11.7 10.2 9.5 8.8 10.9 12.2 10 11.2 13.9 12.2 11.8 14.7 14.2 15.1 7.8 5 8.1 8.8 8.4 13.1
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
7 6 5 6 7 6 5 8 7 5.8 8 7 7.5 6 8.5 7 6.5 9 4.5 7 7.5 6 8
12.5 12 11 10 11.5 10.5 10 13 12.5 11 12 12 12 13 13.5 13.5 13.5 11.5 7 12 13 12.5 13
2.8 1.1 1.3 3.5 1.6 0.9 1 2.4 2.1 1.3 1.5 2.2 1.6 3 2.4 3 1.8 0.8 0.7 1 1 1 2.7
2.3 1 1 2.4 2.2 1 1.5 2.1 1.7 1 2.6 2.7 1.8 2 2.4 2 2.3 0.8 1 1.4 1.3 1.7 1.8
1.7 0.8 1.5 1.5 1.5 1 1.8 1.3 1.8 2.2 1.6 2 1 2.1 2.75 2.2 2.5 1.3 0.5 1.1 1.2 1.5 2.2
1.5 0.8 1.9 1.4 1.3 1.2 1.8 1.5 1.6 2 1.2 0.5 2.2 1.9 2.6 2.6 1.7 0.8 1.4 1.9 1.7 0.7 2.5
R(ratarata) (m) 2.08 0.93 1.43 2.20 1.65 1.03 1.53 1.83 1.80 1.63 1.73 1.85 1.65 2.25 2.54 2.45 2.08 0.93 0.90 1.35 1.30 1.23 2.30
Vbc (m3)
Vt (m3)
0.04327 0.05020 0.02579 0.04694 0.04162 0.03095 0.02213 0.05432 0.05954 0.03315 0.05735 0.07729 0.06379 0.04774 0.10497 0.08066 0.08470 0.03129 0.00643 0.02625 0.03319 0.02419 0.07846
0.06633 0.08620 0.04871 0.06716 0.05870 0.04649 0.03799 0.07578 0.09128 0.05397 0.07385 0.11375 0.08763 0.08881 0.14313 0.13355 0.15102 0.03433 0.00859 0.03863 0.04939 0.04327 0.10946 75
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
5
II
2
25A
6
II
2.5
26C / 4
NO POHON 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 6.3 114 7.25 143 3.2 155 3 197 7.1 214 3.85 228 6.6 245 6.05 272 2.65 272 6.25 293 0 0 7.94 30 6.4 39 4.9 70 6 137 7.9 182 5.35 226 3.95 244 7.95 256 4 306 2.9 325
Dbh (cm) 7 10.7 6.8 5.7 8.5 11.6 14.3 12 9.5 11.2 13.3 10.8 16 14 8.9 8.3 12.3 7.2 10.5 10.8 8
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
7 7 6.5 6.5 6 8 8.5 8 9 6 7.5 5 5.1 2.7 4 9 7 6 6 6.5 5
11 12 10.5 11 12 13 12.5 13 13 12 13 12.5 13.5 14.5 11 10 12 11 10 11 10.5
1 2 0.8 0.6 1.2 2.1 2.2 2.8 1.7 2.3 1.8 1.9 1.9 2.5 1.7 1 1.9 1.4 1.7 1.6 1.4
1 1.3 1.6 0.7 1.4 2.2 2.1 2 1 2 1.6 1.9 1.8 2 1.9 0.8 1 1.3 1.2 1 0.5
1.4 1.8 1.5 1.4 0.8 2.2 2.7 1.75 1.4 1.5 2.3 1.9 2.3 1 0.9 2.1 2.7 1.6 1.5 1.6 2
1.7 1.8 0.7 0.8 1.1 1.5 1.5 2.2 1.4 1.2 2.9 3 3.5 3.5 2.5 2.9 2.8 1.5 2.4 2.5 0.8
R(ratarata) (m) 1.28 1.73 1.15 0.88 1.13 2.00 2.13 2.19 1.38 1.75 2.15 2.18 2.38 2.25 1.75 1.70 2.10 1.45 1.70 1.68 1.18
Vbc (m3) 0.01960 0.04580 0.01718 0.01207 0.02477 0.06152 0.09933 0.06583 0.04642 0.04301 0.07582 0.03333 0.07461 0.03024 0.01811 0.03543 0.06052 0.01778 0.03780 0.04333 0.01829
Vt (m3) 0.02644 0.06741 0.02382 0.01753 0.04254 0.08582 0.12541 0.09185 0.05756 0.07385 0.11282 0.07153 0.16956 0.13944 0.04275 0.03380 0.08907 0.02798 0.05409 0.06295 0.03297
76
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
7
II
2.5
26C / 34
8
II
3
10I / 20
NO POHON 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 0 0 6 42 4.5 89 2.1 97 6.6 97 5.9 138 4.35 185 6.3 227 7.94 237 2 269 4.45 270 6.85 271 6.9 312 5.25 326 0 0 5.3 298 3.4 334 6.3 1 4.4 48 7.6 65 4.8 89 5 128 3.1 163
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
15.7 10.7 12.7 17.4 14.3 16.2 14.2 16.8 12.8 10.8 11.5 17.9 10.9 19.1 19.2 20.7 19 14.9 19.9 23.3 18.7 13.1 21.8
8.5 7 6.5 6.7 7 7 9 8 7 6.5 6.2 9 6 9.5 8 9.5 10 9 9.5 8.5 10.5 7 9
15 13 14 15 14.5 15 15 15 14.5 14 14.5 15 13 15 16 16 16 15 16 15.5 16 15 16
4.5 2.5 4.2 3.8 4 2.2 1.8 2.6 2.3 2.4 1.7 2.8 1 3.2 1.6 3.4 3.2 2.5 3.2 3.3 3.2 2.6 1.4
1.2 0.8 1.2 2.2 1.6 2.5 2.6 1.8 1 2 1.6 2.5 1.2 3.7 3.2 3.3 1.6 1.8 2.5 4.3 3.3 2.3 3.2
2.2 1.3 0.5 3 3.9 2.7 2.2 3.4 3.4 1.7 2.9 3.3 1.3 2.7 3 3.7 2.5 1.5 1.9 3.5 2.7 4.1 4.5
1.8 2 1 2.3 2.8 2.3 2 1.6 1.6 2.1 2 4.4 1.1 3.4 1.8 1.6 1.7 2.5 3.2 2.2 3.2 2.8 2.9
R(ratarata) (m) 2.43 1.65 1.73 2.83 3.08 2.43 2.15 2.35 2.08 2.05 2.05 3.25 1.15 3.25 2.40 3.00 2.25 2.08 2.70 3.33 3.10 2.95 3.00
Vbc (m3) 0.11973 0.04580 0.05991 0.11592 0.08180 0.10499 0.10371 0.12904 0.06554 0.04333 0.04686 0.16480 0.04074 0.19806 0.16854 0.23263 0.20630 0.11419 0.21500 0.26371 0.20983 0.06865 0.24443
Vt (m3) 0.18140 0.07302 0.11079 0.22281 0.14548 0.19314 0.14839 0.20771 0.11656 0.08012 0.09408 0.23580 0.07578 0.26848 0.28938 0.33636 0.28339 0.16339 0.31087 0.41285 0.27451 0.12629 0.37306 77
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
8 9
II II
3 3
10I / 20 10I / 19
10
II
3.5
17I / 49
11
II
3.5
17I / 32
10 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 6.9 290 0 0 2.7 319 4.5 23 7.4 32 4.8 138 7 141 7 158 0 0 6 9 4.5 30 8.1 70 4.4 86 5.5 104 6 145 4 252 0 0 3.9 350 7.4 350 7.7 20 4.3 56 4.65 112 5.3 123
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
17.7 28.9 23.5 15.2 29.2 12.3 16.5 28.1 16.8 13.9 27.9 22.9 14.7 18.9 21.2 17.6 13.6 14.2 12.8 15.4 18.1 16.7 15.2
11 9 8 8.5 8 6 8 9.5 11 8 13 3 6 4 7 5 6 9 7 5 8 8.5 9
16 16 15.5 15 16 10 15 16 17.5 14 19 17 15 17 17 17 15 16 15 16 16 16 16
2.2 3.1 3.4 1.4 5.2 2.8 3.4 4.2 3.8 5.4 4.1 3.3 2 1.8 3.4 4 3 2.7 3.2 3 3.3 3.7 1.1
1.5 4.3 2.3 1 4.4 1.2 4.5 2.7 1.5 4.5 4.7 4.3 3 2.9 3.3 1.9 1.7 2.4 3.2 2.4 4.3 3.3 2.4
3.3 3.7 3.9 3.4 4.6 1.3 1.5 5.5 3.1 0.5 3.3 2.8 1.4 3.9 3.4 2.8 1.7 1.6 1 2.5 2.2 2.5 3.4
2.8 5.5 4.2 2.6 5 2.1 1.1 4.7 2.5 2.9 3.6 3.2 3.7 2 3.1 2.9 1.9 2 1.6 3.2 2.9 1.8 1.4
R(ratarata) (m) 2.45 4.15 3.45 2.10 4.80 1.85 2.63 4.28 2.73 3.33 3.93 3.40 2.53 2.65 3.30 2.90 2.08 2.18 2.25 2.78 3.18 2.83 2.08
Vbc (m3) 0.19694 0.42958 0.25248 0.11223 0.38981 0.05188 0.12447 0.42868 0.17742 0.08833 0.57830 0.08991 0.07409 0.08166 0.17979 0.08851 0.06342 0.10371 0.06554 0.06777 0.14978 0.13547 0.11883
Vt (m3) 0.24593 0.65564 0.41997 0.17003 0.66932 0.07423 0.20036 0.61984 0.24233 0.13271 0.72562 0.43739 0.15903 0.29794 0.37486 0.25836 0.13612 0.15829 0.12058 0.18617 0.25717 0.21893 0.18137 78
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
11
II
3.5
17I / 32
12
II
4
16M / 23
8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 2.5 170 4.7 170 6.7 170 6.9 205 4.65 228 7.85 253 4 276 0 0 3.1 345 6.9 360 7.5 35 5.1 60 2.6 60 7.94 78 6.3 84 3.5 92 6.3 113 5.15 136 5.65 178 2.85 189 6.75 197 4.75 212 7.9 232
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
16.4 16.6 17.7 14.1 15.6 14.7 15.7 16.8 14.8 15.1 19 16.4 10.5 14 12.6 12 12 11.7 11.6 15.4 13.5 12.3 15.2
9 9 8 7 7 6 8 7 6.5 8 8.5 5.6 6 8 7 8 6.5 9 7 8 7 6 9
16 16 15.5 15 16.5 15.5 15.5 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 15 14 14 14 14
2.4 2.1 1.5 2.2 2 1.8 2.1 2.3 2 2.2 2.1 1.7 1.1 2 1.8 1.1 1.2 1.3 1.4 2.3 1.8 1.75 2.8
3.4 2.6 4.1 1.7 1.9 2.3 2.5 2.9 2 1.7 2.9 1.2 1.4 1.6 1.6 2.5 1.1 1.2 2.2 2.3 1.6 2 2.6
2.2 2.4 4.3 1.1 2.5 2.8 1.2 2.2 1.6 3 3.2 2.6 1.1 1.3 2.2 1.9 2.2 3 1.9 3 2.3 1.8 2.3
2.3 2.5 2.4 2.5 2.8 2.6 2.2 1.8 2.4 2.6 1.8 2 1 0.7 2.6 1.2 2.1 1.3 1.1 3 1.9 2.1 2.2
R(ratarata) (m) 2.58 2.40 3.08 1.88 2.30 2.38 2.00 2.30 2.00 2.38 2.50 1.88 1.15 1.40 2.05 1.68 1.65 1.70 1.65 2.65 1.90 1.91 2.48
Vbc (m3) 0.13833 0.14173 0.14323 0.07953 0.09735 0.07409 0.11269 0.11291 0.08137 0.10424 0.17536 0.08607 0.03780 0.08961 0.06351 0.06583 0.05349 0.07041 0.05383 0.10843 0.07291 0.05188 0.11883
Vt (m3) 0.21113 0.21631 0.23825 0.14631 0.19701 0.16433 0.18745 0.19386 0.15045 0.15661 0.24796 0.18474 0.07573 0.13463 0.10905 0.09891 0.09891 0.09403 0.09903 0.16290 0.12518 0.10392 0.15870 79
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
12
II
4
16M / 23
13
III
2
27A / 3
14
III
2
27A / 2
17 18 19 20 21 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 5.25 232 2.55 232 7.2 292 3.35 298 6.85 323 0 0 3 306 4.3 26 3.9 72 7.1 85 3 125 5.9 129 6.9 146 5.3 170 2.9 203 7.5 222 5.6 238 3.3 260 2.9 295 5.5 343 3.1 117 4.2 147 5.2 158
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
10.2 14.3 10.2 14.1 12.3 14.3 16.3 15.2 10.5 11.3 14.6 14 15.5 19.4 15 14.7 11 18.7 12.4 13.1 9.8 10.4 9.4
8.5 7 6.5 8 7 9 6 8 7 6.5 8 6 5.5 8 7 7.5 5 8.5 6 5 6 6.5 5
14 14 14 14 14 14.5 14 14 13 13 14 14.5 13 14 15 13 13 15 10 10 10 11 10
2.7 1.5 1.4 3.9 1.3 2.3 2.9 2.5 3 1.4 3.1 3.3 1.8 3.1 1.6 1.2 0.9 2.2 2.4 2 2.3 2 3.2
1 1.65 1.5 1.9 2.5 1.5 3 2.4 1.9 1.1 1.5 2.5 2.5 3.4 1.9 2.7 1.7 2.1 0.9 1.4 1.6 2.7 1.7
1.4 1.2 2.3 1.8 2.4 2.4 1.8 2.2 1.5 2 1.2 1.9 2.9 3.7 2.7 2.8 2 4 2 2.9 1.1 0.5 1
1.6 1.9 2 2.7 2.2 2.9 2.4 3.4 2 1.4 2.3 2.4 1.6 3.9 1.5 3.1 2.7 4.2 2.3 2.6 2.2 2.6 1.8
R(ratarata) (m) 1.68 1.56 1.80 2.58 2.10 2.28 2.53 2.63 2.10 1.48 2.03 2.53 2.20 3.53 1.93 2.45 1.83 3.13 1.90 2.23 1.80 1.95 1.93
Vbc (m3) 0.05054 0.08180 0.03865 0.09089 0.06052 0.10518 0.09110 0.10563 0.04410 0.04743 0.09745 0.06721 0.07551 0.17207 0.09001 0.09262 0.03457 0.16986 0.05272 0.04904 0.03293 0.04018 0.02525
Vt (m3) 0.07146 0.14046 0.07146 0.13656 0.10392 0.14548 0.18250 0.15870 0.07032 0.08144 0.14641 0.13944 0.15323 0.25851 0.16559 0.13782 0.07718 0.25735 0.07544 0.08420 0.04712 0.05837 0.04335 80
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
14
III
2
27A / 2
15
III
2.5
26M / 49
6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 5.2 192 6.5 192 7.4 242 6.1 261 8.1 0 9 23 5.2 38 10.1 38 11 62 6.1 88 9.3 90 3 110 10.7 150 6.6 156 11.25 183 8.15 183 4.35 183 8.6 204 4.25 221 8.4 233 9.7 259 6.3 262 9.3 273
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
13.4 13.5 11.5 14.4 23 14.9 19.5 21.3 16 15.3 16.3 18.1 12.6 13.8 12.4 17.3 19.3 17.2 11.7 11.1 10.1 15.4 13.1
7 8 5.5 6 8 7 9 11 6 6.1 7.5 7 6.4 8 7 9 8 6 6.5 7 6 5.6 6.5
11 11.5 11.5 11 15 15 16 16 16.5 15 16.5 16 16 15.5 15.5 16.5 16.5 15 15 13 13.5 15 14.5
2.7 2.7 1.4 3.6 4.4 3.3 2.5 3.2 2.8 1.9 2 3.2 1 1.9 2.1 1.6 3.4 3 1.4 1 0.8 1.9 4.2
1.6 2.9 2.2 1 2 1.5 2 2.7 1.6 2 2.3 1.6 1.4 1.8 1.8 2.1 1.9 0.5 1.3 0.7 0.8 1.5 1.4
0.8 1.3 0.8 0.8 3 2.4 2.3 3 3 2.4 3.4 1.7 0.7 1.3 1.9 2.6 2.4 1.3 2 1.8 2.7 4.2 3.4
3.5 0.6 1.6 2.5 4.6 2.8 4.9 2.9 2.4 2.6 1.7 2.7 2.3 1.7 2.5 2.1 3.5 3.6 1.7 2.6 3.1 2 4.3
R(ratarata) (m) 2.15 1.88 1.50 1.98 3.50 2.50 2.93 2.95 2.45 2.23 2.35 2.30 1.35 1.68 2.08 2.10 2.80 2.10 1.60 1.53 1.85 2.40 3.33
Vbc (m3) 0.07183 0.08332 0.04157 0.07110 0.24185 0.08881 0.19557 0.28520 0.08778 0.08160 0.11388 0.13106 0.05807 0.08707 0.06151 0.15393 0.17030 0.10144 0.05085 0.04929 0.03498 0.07590 0.06375
Vt (m3) 0.09691 0.10283 0.07462 0.11191 0.38931 0.16339 0.29850 0.35615 0.20724 0.17228 0.21508 0.25717 0.12463 0.14482 0.11693 0.24228 0.30154 0.21772 0.10074 0.07858 0.06757 0.17453 0.12208 81
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
15
III
2.5
26M / 49
16
III
3
24B / 4
17
III
3
24B / 9
20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 6.15 284 3.15 297 10.5 307 10 330 6 336 0 0 9.1 352 11.5 27 3.6 28 10.75 55 5 78 11 91 8.3 125 10.1 142 6.4 179 10.1 218 10.25 254 2 254 7.1 312 0 0 9 293 9 335 9.75 7
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
14.2 9 15.3 19.1 16.5 21.2 20.3 23 21.2 24.1 21.1 18.8 22.3 26.6 14.6 25.9 24.3 19 22 24.2 22.7 18 23.8
7 8 7 6.7 7 16 12 14 15 16 15.5 9.5 17 18 14.5 16 15.5 13.5 15 11 12 12 11.5
15 14.5 14 15 15.5 21 21.5 22 21 21.5 21 21.5 22 22 20 22 21.5 22 22 17 17.5 16 16
1.8 0.5 2 4.2 1.5 2 3.25 2.4 2.8 2.6 2.6 3.3 2.4 1.8 3.1 4 3.9 3.6 2.3 3.8 3.1 2 2.6
1.1 0.3 2.9 2.6 1.7 2.4 2.2 3 2.9 2.6 2.7 3.2 2.4 2.5 2.6 4.9 2.7 2 2.8 3.9 3.8 2.9 3.3
2.3 1.7 3.5 2.8 2.2 4.6 2.25 3.7 3.2 3.5 4 1.3 3.2 4.4 4 4 2.9 3.9 3.1 3.8 3.2 2.1 3.1
3.2 2 3 4.4 3.5 2 2.8 4.2 3.6 3.1 1.3 2.1 4.8 4.2 2.3 2 4.7 2.8 2.1 3.6 1.9 2.7 3.8
R(ratarata) (m) 2.10 1.13 2.85 3.50 2.23 2.75 2.63 3.33 3.13 2.95 2.65 2.48 3.20 3.23 3.00 3.73 3.55 3.08 2.58 3.78 3.00 2.43 3.20
Vbc (m3) 0.08066 0.03703 0.09364 0.13968 0.10891 0.41095 0.28260 0.42324 0.38527 0.53107 0.39436 0.19188 0.48313 0.72784 0.17663 0.61337 0.52305 0.27851 0.41489 0.36815 0.35337 0.22219 0.37227
Vt (m3) 0.14839 0.05762 0.16079 0.26848 0.20704 0.46306 0.43469 0.57099 0.46306 0.61266 0.45871 0.37282 0.53676 0.76372 0.20916 0.72406 0.62287 0.38965 0.52242 0.48846 0.44242 0.25434 0.44466 82
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
17
III
3
24B / 9
18
III
3.5
11E / 26
5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 9.35 28 6.6 44 4.7 71 9.2 97 6.1 113 8 137 10.25 178 0 0 6.8 340 11 339 8.2 26 11.1 37 8.7 90 6.5 110 9.4 136 7.4 151 5.3 177 8.2 195 5.9 212 8.6 224 5.5 258 6.4 285 10.5 298
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
21.4 22.3 24.1 22.2 25.6 21.5 21.4 29.3 18.5 21.6 24 17.3 18.8 23 17.7 11.2 14.2 12.2 18.8 16.8 26.8 22 29
12 10.5 11 9.5 14 12.5 13 15 14.5 16 10 15 17 15 7 12 12 11.5 17.5 16 14.5 17 16.5
17 17 17 17.5 18 18 18 25.5 23 24 23 21.5 22 24 22.5 20 23 22 24 23 25 25 25.5
2.4 3.1 2.5 3.4 2.1 2.7 3.3 4.7 1.4 3.5 3 1.7 4.3 3.6 2 3.1 0.5 1.2 1.3 2.5 3 5.4 5.2
2.1 2.6 2.6 2.5 2.2 2.3 3.2 4.6 1.8 2.4 3 2.3 1.3 2.2 2.8 2.1 2.5 1.9 2.6 3.3 3.3 3 3.1
4.8 3 4.3 1.9 2.1 2.6 2.9 4.8 2.3 2.5 5 3.8 1.5 2.6 2.6 1.6 3.3 1.9 3.4 3.5 3.5 1.3 7.8
2.9 2.5 4.6 2.3 2.7 2.8 3 2.8 2.6 3.8 3.5 2 3.7 3.3 2.5 2.6 1.2 1 1.2 3.6 3.8 2.7 4.2
R(ratarata) (m) 3.05 2.80 3.50 2.53 2.28 2.60 3.10 4.23 2.03 3.05 3.63 2.45 2.70 2.93 2.48 2.35 1.88 1.50 2.13 3.23 3.40 3.10 5.08
Vbc (m3) 0.31406 0.29840 0.36511 0.26757 0.52434 0.33021 0.34023 0.73591 0.28360 0.42661 0.32917 0.25656 0.34337 0.45347 0.12533 0.08602 0.13828 0.09782 0.35347 0.25807 0.59517 0.47021 0.79301
Vt (m3) 0.38197 0.41477 0.48443 0.42315 0.57876 0.40822 0.40444 1.07405 0.38621 0.54937 0.64998 0.31570 0.38149 0.62290 0.34584 0.12309 0.22754 0.16065 0.41618 0.31849 0.88097 0.59366 1.05217 83
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
19
III
3.5
11E / 25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 0 0 7.1 316 8.2 340 3.5 15 9.5 28 6.2 38 9.3 55 10.5 72 4.3 89 10.9 100 6.8 108 4.1 136 6 136 11.28 136 9 157 10.4 197 9.3 215 6 227 7.1 258 10.8 279 10.9 300
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
23.2 21.4 14.2 15.3 18.7 15.8 19.3 22.3 20.1 19.9 20.9 19.1 18.2 16.1 18.8 17.6 15.3 27.5 22.8 31 16.5
11.5 13 9.5 12 12 9.5 12 12.5 13 13 13 12 12.5 13 11 12.5 14 15 12 11 10
22 22 20 21 21.5 21.5 22 22.5 21 20 22 21.5 21.5 20 21 21 20 22 21.5 22 20
3.6 1.9 1.1 2.9 3 3.4 2.6 2.4 3.8 3.1 2.2 2.5 0.7 1 2.8 1.2 2.6 2.7 1.7 5.4 1.4
3.8 3.3 3.2 2 2.8 2.2 3.3 5 4.1 2 2.7 1.4 1 1.3 1.3 1.7 1.8 3.8 3.2 4.4 2.5
2.7 3 3.4 1.4 2.4 1.3 2.4 3.1 2.7 2.7 3.3 2.7 4.2 2 2.1 1.7 1.8 5.3 1 3.9 1.8
2.1 2.5 2.8 2.3 3.5 2 3.3 2.8 2.2 2.3 2.5 5 2.7 1.2 3.7 2.6 1.7 3.1 1.6 4 2
R(ratarata) (m) 3.05 2.68 2.63 2.15 2.93 2.23 2.90 3.33 3.20 2.53 2.68 2.90 2.15 1.38 2.48 1.80 1.98 3.73 1.88 4.43 1.93
Vbc (m3) 0.35373 0.34023 0.10947 0.16053 0.23981 0.13553 0.25544 0.35524 0.30015 0.29421 0.32452 0.25018 0.23662 0.19257 0.22218 0.22128 0.18729 0.64827 0.35649 0.60411 0.15559
Vt (m3) 0.58096 0.49431 0.19786 0.24119 0.36887 0.26333 0.40206 0.54896 0.41626 0.38858 0.47148 0.38482 0.34941 0.25435 0.36415 0.31915 0.22970 0.81628 0.54835 1.03728 0.26715
84
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5
20
IV
3
39A / 1
21
IV
3
39A / 2
22
IV
3.5
41H / 21
POSISI POHON Jarak (m) 0 6.5 4.8 7.9 9.3 10.1 7.8 8.8 3.7 9.1 9.5 8.8 5.3 10.2 2.8 9.1 5.6 0 8.2 9.9 9.9 10.8
AZ (o) 0 15 96 187 201 215 264 280 313 340 341 23 71 128 143 157 237 0 294 344 15 92
Dbh (cm) 18 17.2 13.2 16.2 10.5 13.5 11.5 10.7 12.6 15.9 11.7 14.1 13.2 21.2 17.3 15.2 13.6 19.4 11.1 13.4 15.3 17.9
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
R(ratarata) (m)
12 11.5 12 13 10 9 7 4 11 13 11 14 11 7 12 5 12 17 8 9 11 14
22 21 22 23 18 18 12 11 18 19 19 21 18 20 21 16 19 23.5 18 17 18 20
1.8 3.7 2 3.2 2.9 2.7 1.7 1.5 2.1 1.7 2.2 2.7
3.1 4 2.7 2.8 1 1 2.1 2 2.5 2.1 1.2 2.4 0.6 4 1.6 1.9 0.5 3.6 1.3 2.1 1.6 1.6
3.5 1.4 2.1 1.8 0.7 1.7 1.9 2.8 1.1 2.2 1.9 2 5.2 4.6 2.3 1.8 2 2.3 2.8 1.7 1.5 1.3
1.6 1.4 1.1 2 2 4 2 3.7 0.8 1.3 1.6 1.5 1.8 1.8 2.1 3 2.9 3 2.3 2 2 2
2.50 2.63 1.98 2.45 1.65 2.35 1.93 2.50 1.63 1.83 1.73 2.15 2.53 2.88 2.38 2.53 1.73 3.05 1.95 1.83 1.80 1.68
1.1 3.5 3.4 1.5 3.3 1.4 1.5 2.1 1.8
Vbc (m3) 0.22219 0.19443 0.11949 0.19497 0.06301 0.09374 0.05290 0.02617 0.09980 0.18782 0.08605 0.15906 0.10953 0.17979 0.20525 0.06602 0.12684 0.36564 0.05633 0.09235 0.14716 0.25635
Vt (m3) 0.34972 0.30481 0.18807 0.29615 0.09736 0.16095 0.07786 0.06179 0.14020 0.23567 0.12761 0.20484 0.15388 0.44101 0.30836 0.18137 0.17242 0.43393 0.10881 0.14976 0.20673 0.31440 85
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
22
IV
3.5
41H / 21
23
IV
3.5
41H / 22
24
IV
4
40F / 28
6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 5.3 92 7 116 8.6 138 3.7 147 9.5 167 3.9 217 6.4 243 7.4 273 0 0 2.4 36 3.5 154 9.65 157 4.15 245 0 0 6.4 310 10 343 3 0 7.5 146 3.15 153 3.1 203 7.15 215
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
11 13.8 16.1 15.6 19.5 20 18.2 17.5 17.7 13.1 16.8 19.8 16.8 23.2 18 19.1 18.3 14.2 19 12.8 15.3
10 8 9 5 15 13 12 13 13 9 15 14 11 18 16 17 12 13 13 16 15
16 18 22 17 22 23 20 22 21 15 24 23.5 17 24.5 23 24 24 22 24.5 23 23.5
1.6 2 1.7 1.6 2.9 2.3 3.1 2.5 2.2 4.1 1.4 1 7.4 1.9 0.7 3 2.7 3 2.2 1 1.8
0.8 2 3.9 2 3.8 4 1.3 2.6 2.5 1.9 3 1.1 2.4 3.6 3.3 2.2 2.2 1.1 2.4 1.1 2.9
2.1 2.2 4 1.5 4 4.3 2.1 2 1.8 2.2 2.3 3.2 1.8 2.9 4.1 3.1 1.6 1.4 3.3 2.1 2.2
2.2 1.5 4.3 1.2 2.9 3.5 5.2 2.2 2.1 1.2 1.8 3.2 0.5 3.3 2 5.6 2.4 1.7 2.4 1.8 1.9
R(ratarata) (m) 1.68 1.93 3.48 1.58 3.40 3.53 2.93 2.33 2.15 2.35 2.13 2.13 3.03 2.93 2.53 3.48 2.23 1.80 2.58 1.50 2.20
Vbc (m3) 0.06915 0.08707 0.13332 0.06954 0.32596 0.29717 0.22716 0.22752 0.23275 0.08826 0.24194 0.31366 0.17742 0.55367 0.29626 0.35442 0.22966 0.14980 0.26820 0.14981 0.20067
Vt (m3) 0.09499 0.16818 0.27978 0.20298 0.41043 0.45138 0.32503 0.33056 0.32279 0.12629 0.33234 0.45201 0.23541 0.64698 0.36561 0.42956 0.39433 0.21765 0.43393 0.18488 0.26990
86
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
25
IV
4
40F / 29
26
V
3
33C / 9
27
V
3
33C / 8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 7.4 266 5.9 290 7.2 1 10.4 98 11.28 112 7.2 184 6.8 198 10.5 219 7 222 0 0 6.4 17 8.1 87 9.4 110 11.28 186 4.3 233 9.15 280 9 293 9.6 302 0 0 3.4 318 6.7 11 3.7 28 10 44
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
23.5 23.5 18 19.2 24.4 18.2 22.3 23.5 18.2 20.5 22.5 21.1 18.4 24.2 19.1 18.3 17.1 17.8 18.7 24 18.5 15 20
7 13 14 15.5 17 14 15 14.5 13 13 9 13 12 12 11.5 9.5 10 13 14 13 11 7 14.5
21 23 20 22.5 24.5 20.5 22.5 23 21 22 20 21 21 20.5 23 21 20 21 21 21.5 18 21 20
2.1 1.7 1.7 3.3 3.1 4.2 3.6 2.2 2.2 1.8 0.7 3.1 1.7 3.6 3.8 2.2 3.4 3.3 3.4 3.3 1.1 3.1 3
2.8 3.1 1.2 2.4 1.4 2.8 2 2 1.6 3.2 2.8 3 1.6 3.3 3.5 2.8 3.6 3.7 3.3 5.5 2.1 1.6 3.6
4.3 2.5 1.9 1.3 2.7 2.9 2.6 3.4 1.9 3.2 3.6 3.5 2.8 2.9 2.4 1.9 0.9 1.4 2.9 3.2 2 1.3 1.5
4.5 2.2 2.4 2.8 4.2 1.9 3.5 4 2.3 4.5 3.4 2.9 3.2 2.7 3.5 3.5 2.3 3.3 2.9 3.3 2.5 1.9 2.6
R(ratarata) (m) 3.43 2.38 1.80 2.45 2.85 2.95 2.93 2.90 2.00 3.18 2.63 3.13 2.33 3.13 3.30 2.60 2.55 2.93 3.13 3.83 1.93 1.98 2.68
Vbc (m3) 0.22092 0.41028 0.25922 0.32654 0.57840 0.26502 0.42629 0.45762 0.24609 0.31221 0.26038 0.33076 0.23218 0.40162 0.23975 0.18181 0.16711 0.23539 0.27978 0.42792 0.21515 0.09001 0.33146
Vt (m3) 0.56899 0.62318 0.31793 0.40694 0.71564 0.33315 0.54896 0.62318 0.34128 0.45361 0.49676 0.45871 0.34882 0.58903 0.41167 0.34504 0.28693 0.32644 0.36029 0.60759 0.30225 0.23182 0.39250 87
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
27
V
3
33C / 8
28
V
3.5
11D / 19
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 6.4 47 11.1 61 11.1 93 7 108 5.3 132 5.8 132 10.5 218 10.3 261 7.65 285 7.6 306 0 0 6.3 351 15.5 350 2.9 16 6.7 36 12.6 48 10.3 59 12.7 66 12.4 95 17.4 94 9.6 162 3 172 14.9 184
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
22.5 17.3 21 20.8 17.8 17.4 25.8 23.3 17.4 16.8 23.8 27.4 35.3 25 23.6 27.3 29.5 24.7 27.5 35.9 27.3 24.2 29.7
11.5 13 12 11 12 12 14 9 11 12 11.5 15 16 19 18.5 20 24 22 19 21 21 18.5 22
22 21 22 21 21 18 22 21 20 20 30 29 30 28 29.5 29.5 33 31 32 33 30 30 33
4.3 1.6 2.7 2.7 2.3 4.7 2.7 3.2 1.2 2.8 2.8 5 5.4 1.9 2.5 5.2 4.4 3.2 2.1 5.4 4.4 4.3 4.4
5 1 4.1 3.3 1.5 2.6 2.8 3 2.7 2 3.3 2.2 4.4 4.4 2.2 2.6 3.5 2.7 3.1 3 3.5 4.5 4.6
3.8 3.2 2 3.3 1.3 3.4 5.1 2.5 2.3 3.2 3.5 2.5 6 1.7 2.2 3.3 3.7 2.7 4.8 3.6 1.9 3.3 4.5
3.2 2.2 1.6 1.6 1.6 3.1 4.5 3.9 2.1 2.3 2.3 5 6.4 3.3 4.9 8.4 2.8 2.1 1.2 4.6 3.2 1.1 1.5
R(ratarata) (m) 4.08 2.00 2.60 2.73 1.68 3.45 3.78 3.15 2.08 2.58 2.98 3.68 5.55 2.83 2.95 4.88 3.60 2.68 2.80 4.15 3.25 3.30 3.75
Vbc (m3) 0.33271 0.22235 0.30243 0.27197 0.21728 0.20763 0.53256 0.27923 0.19032 0.19355 0.37227 0.64357 1.13938 0.67863 0.58884 0.85184 1.19359 0.76704 0.82115 1.54671 0.89443 0.61916 1.10901
Vt (m3) 0.54643 0.30836 0.47600 0.44575 0.32644 0.26737 0.71848 0.55935 0.29708 0.27695 0.83373 1.06819 1.83409 0.85859 0.80611 1.07869 1.40899 0.92791 1.18731 2.08666 1.09697 0.86199 1.42816 88
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
28
V
3.5
11D / 19
29
VI
3.5
33H / 27
30
VI
3.5
33H / 28
14 15 16 17 18 19 20 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 12.5 203 14.7 220 7.8 226 14.4 250 13.5 264 8.9 280 3.8 280 0 0 13.8 284 14.2 342 7.1 346 10.3 28 17.5 71 11.1 73 9.6 94 16.9 128 14.3 166 13.7 223 14.9 241 0 0 11 325 15.2 329 7.4 354
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
18.8 21 22.6 32.6 26.7 21 25.5 39.6 40.8 36.2 44.4 58.5 35.3 45.7 46.3 39.7 46.5 40.7 44.7 36.4 29.1 40.1 42.9
18 22.5 17 19 20 20.5 19.5 15 8 12.5 15 17 16 6.5 20 18.5 19 15 17 18 15 18 13
29 30 29 32 30 31 30 27 27 28 28 29 27 28 28.5 28.5 28.5 28.5 28 27 25 26 27
2.6 3.2 3.7 3.6 7.5 5.1 3.6 3.4 2.3 2.9 1.8 6.2 1.8 4.4 4.7 5 3.9 6.3 3.8 3.8 4.5 9 5.1
3 1.9 4 4.5 2.3 2 3 6.2 6 5 5.8 5.4 5.9 5.6 5.4 4.8 5.9 5.2 3.2 4.4 4.4 5.2 4.2
3.8 4 3 4.2 1 3.6 3.7 5.5 9.6 5.5 7.3 5.2 3.3 4.2 7.9 5 6.1 5.5 6 2 7.9 11.1 8.8
2.9 3.6 2.6 4.2 3.6 4.6 4.3 3 4 2.1 3 5.3 2 2.6 2.7 3.2 6.3 2.5 3.8 5.7 4 5.2 7.9
R(ratarata) (m) 3.08 3.18 3.33 4.13 3.60 3.83 3.65 4.53 5.48 3.88 4.48 5.53 3.25 4.20 5.18 4.50 5.55 4.88 4.20 3.98 5.20 7.63 6.50
Vbc (m3) 0.36357 0.56705 0.49621 1.15396 0.81480 0.51665 0.72463 1.34426 0.76105 0.93611 1.68989 3.32477 1.13938 0.77579 2.45015 1.66630 2.34780 1.41998 1.94118 1.36294 0.72590 1.65410 1.36728
Vt (m3) 0.50288 0.64910 0.72672 1.66853 1.04928 0.67073 0.95709 2.07732 2.20513 1.80022 2.70816 4.86922 1.65068 2.86906 2.99748 2.20382 3.02343 2.31624 2.74488 1.75516 1.03867 2.05122 2.43797 89
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
30
VI
3.5
33H / 28
31
VI
4
30D / 31
32
VI
4
30D / 32
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 3.7 22 14.8 34 8.1 81 17.5 118 6.6 136 12.7 137 11.1 175 15.1 175 11.6 220 4 283 0 0 13.2 287 12 355 17.3 15 15.7 71 7 133 14.1 134 12 165 16.7 194 0 0 6.2 276 15 288 16.9 338
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
26.1 41 46.4 48.7 36.4 26.1 51.2 42.5 41 36.8 48.9 50.2 40 29.7 43.8 40.4 43 38.7 46.7 34.5 47.7 45.1 45.6
16 7.5 18 22 19.5 18 16 15 20 18.5 23 21 21 17.5 16 18 19.5 22 21 19 16 17 19
24 28 29 29 27 24 30 26 27 27 30 30 29 28 29.5 29 30 30 29 29 29.5 29 30
6 4.3 6.2 4.6 3.7 4.3 4.9 4.1 7.2 2.3 7.9 4 6.8 2.7 4 5.8 4.3 5 4 4.7 6.3 6 4.5
3.2 4 8 5.9 1.8 3.5 6.2 4.8 6.8 4 3.8 3.3 3.1 3.2 6 2.3 3 3 6.3 2.4 5.5 4.1 5.2
4 5 7.8 5.5 4 3.4 5.5 11.6 4.4 6.7 7.9 3.6 3.3 2.4 6.4 3.4 8.3 4.6 7 7.4 8.7 2 5.4
5.7 4.9 6 5.7 3.3 2.7 4.8 2.8 3.5 6.9 6 6.3 5.6 2.9 6 4.5 3.2 5.4 5 5 5.2 4.7 6.2
R(ratarata) (m) 4.73 4.55 7.00 5.43 3.20 3.48 5.35 5.83 5.48 4.98 6.40 4.30 4.70 2.80 5.60 4.00 4.70 4.50 5.58 4.88 6.43 4.20 5.33
Vbc (m3) 0.62288 0.72049 2.21467 2.98182 1.47652 0.70074 2.39696 1.54835 1.92132 1.43175 3.14302 3.02432 1.92017 0.88217 1.75416 1.67894 2.06050 1.88298 2.61730 1.29239 2.08045 1.97607 2.25779
Vt (m3) 0.80212 2.30927 3.06326 3.37447 1.75516 0.80212 3.85843 2.30410 2.22680 1.79394 3.51956 3.70918 2.27650 1.21177 2.77664 2.32226 2.72150 2.20441 3.10300 1.69350 3.29313 2.89401 3.06056 90
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
32
VI
4
30D / 32
33
VI
4.5
17A / 7
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 12.4 352 9.2 2 5 21 15.5 32 10.3 37 15.2 98 16.1 136 11.1 149 8.9 183 15.2 202 0 0 14.1 324 12 340 15.5 3 8.5 17 17.3 62 15.2 102 5.6 112 13.9 164 8.3 164 17.6 186 12.8 269 5.1 269
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
41.2 35.5 38.9 45.9 46.5 45.7 44.3 44.9 46 46.6 37.1 31.8 37.2 26.8 41 36 34.3 33.3 37.8 32.8 38.5 38.8 29.1
23 22 21 19 18.5 19 21 22 24 18 7.5 23 21 22 24 23 23 21 21.5 23 22 24 24
30 29 29 29 30 29 29.5 29 30 29 34 32 33.5 29 33.5 32 32.5 32 33 31 32 34 31
3.3 3.2 2.5 4.3 3 1.5 3.3 6.1 3.8 7.9 6 4.7 4 1 4.3 3 5 3 4 4 4.2 4.5 2.7
2.2 2.1 2.2 5.7 8.2 2 4.1 6.2 4.8 3.7 4.5 2.2 3.8 4.7 5.6 4.5 6.4 3.3 6.5 6.9 3.1 3.4 2.5
5.5 4.3 8.3 4.1 9.5 6.4 8.2 6.8 5.3 6.5 6.3 4.3 3.6 5.3 7.3 6.3 5.4 3.2 3.5 4.6 5.8 4.4 2.6
4.8 2.4 4.4 8.1 4.2 8.3 3.9 3.5 4.3 6.1 4 5.3 3.8 3.5 5.2 4.6 2.9 3.1 2.3 5.8 3.5 5.4 2.4
R(ratarata) (m) 3.95 3.00 4.35 5.55 6.23 4.55 4.88 5.65 4.55 6.05 5.20 4.13 3.80 3.63 5.60 4.60 4.93 3.15 4.08 5.33 4.15 4.43 2.55
Vbc (m3) 2.23112 1.58446 1.81602 2.28760 2.28601 2.26771 2.35520 2.53464 2.90220 2.23381 0.58994 1.32918 1.66076 0.90301 2.30558 1.70347 1.54638 1.33079 1.75559 1.41409 1.86357 2.06479 1.16144
Vt (m3) 2.49842 1.79310 2.15301 2.99760 3.18256 2.97153 2.84040 2.86840 3.11449 3.08972 2.29602 1.58765 2.27447 1.02192 2.76288 2.03472 1.87595 1.74096 2.31338 1.63629 2.32713 2.51126 1.28795 91
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
34
VI
4.5
17A / 9
35
VII
3.5
34F / 23
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 0 0 15.35 12 10.2 36 14.45 65 9.15 111 17.5 128 9.9 170 15.5 205 5.8 230 17.7 240 13.1 272 0 0 6 355 14 12 16.3 40 9.5 54 17.2 81 9.3 90 3.9 120 15 173 6.7 191 17 191 11 235
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
41.6 33.1 34 42.1 36.2 33 38.4 38.1 31 37.6 37 30.5 48.6 43 34.7 44.1 44.9 45.4 35 45 39.2 41.2 50
17 16 17.5 14 8 12 11 14 16 15 13 15 19.5 23 21 23 21 20 21 18 19 23 21
24 23.5 23 25 23 20 24 24.5 23 22 23 29 31 31 29 31.5 31 30 30 31 30 31.5 32.5
5.3 4.6 6 4.7 5.6 4.8 5.8 6.1 4.55 3.2 5.4 3.6 4.8 6.3 3.8 6.5 6.3 4.2 1.6 5 3.2 5.4 7.4
5.8 2.7 5.4 5.9 5.25 5.25 5.2 5.1 5.55 2.6 6.5 3.8 6 6.5 4.8 9.3 4.2 4.6 3.4 7.5 1.9 2.8 4
6.1 4.5 3.9 7.3 5.4 5.5 5.1 3.5 5.4 2.1 8.6 4.8 6.1 4.4 2.8 4.4 5.1 3.5 7.1 5.3 4.5 2.8 9.2
4.5 3.9 4 4.5 4.4 5.5 4.3 7.5 4.4 4.4 3.1 5.2 6.5 5.1 2.1 3.8 5.7 3.2 2.8 5.3 3.1 4.2 5.9
R(ratarata) (m) 5.43 3.93 4.83 5.60 5.16 5.26 5.10 5.55 4.98 3.08 5.90 4.35 5.85 5.58 3.38 6.00 5.33 3.88 3.73 5.78 3.18 3.80 6.63
Vbc (m3) 1.68127 1.00179 1.15610 1.41806 0.59911 0.74681 0.92695 1.16139 0.87871 1.21190 1.01706 0.79743 2.63214 2.43033 1.44504 2.55627 2.41943 2.35582 1.47013 2.08304 1.66850 2.23112 3.00027
Vt (m3) 2.03773 1.26320 1.30447 2.17397 1.47875 1.06858 1.73629 1.74488 1.08443 1.52598 1.54483 1.32357 3.59239 2.81221 1.71319 3.00564 3.06623 3.03377 1.80305 3.07990 2.26174 2.62334 3.98633 92
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
35 36
VII VII
3.5 3.5
34F / 23 34F / 28
37
VII
4.5
12A / 2
38
VIII
3.5
34E / 27
13 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 14.6 253 0 0 12.4 320 7.3 0 13.8 13 11.1 69 8.5 134 10.5 202 17.7 213 0 0 12.2 351 13.2 39 12.4 59 16.2 82 6 107 9.1 128 15 164 5.8 257 14.8 292 5.5 331 13.6 20 15.2 78 6.2 110
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
40.8 39.5 46.3 40.5 47.9 60 48.9 45 36.8 41.4 45.2 50 38.5 57.8 42.6 67.4 51.4 48 56.9 53.4 56.7 61.3 48.4
22 21 19 19.5 18 23 18 19 18 24 24 25 26 23 23.5 24 24 23 19 18 10 17 19
30 30 31 30 30 31 30.5 30 30 35 36 36 35 36 34 36 35 34 36 30.5 33 32 30
8.5 2.6 5 6.3 5.9 7.4 5.5 4.2 5.3 6.4 5.7 8.2 2.2 6 4.5 6 6.5 2.3 5 6.5 11 7.9 2.3
2.3 2.3 4.3 2.3 2.4 6.5 7.4 4.8 3.2 2.2 3.5 2.7 3.8 6 1.4 6 6 3.4
1.9 7.4 9.4 5.3 3.2 5.8 7 5.2 4.2 6 8.5 4.8 3 5.4 6.5 7.8 5.6 10 6.2 8 3.2 7 6.6
7.9 6.7 3.5 6.8 7.6 3.2 4.6 7.2 6.4 6.8 7 8.4 10.4 6.7 7 6 10.5 6.5 8.5 7.2 6.3 6.8 4.8
5.9 5 6.2 5
R(ratarata) (m) 5.15 4.75 5.55 5.18 4.78 5.73 6.13 5.35 4.78 5.35 6.18 6.03 4.85 6.03 4.85 6.45 7.15 5.55 6.57 6.90 6.38 6.98 4.68
Vbc (m3) 2.09288 1.87247 2.32764 1.82787 2.36018 4.73185 2.45975 2.19877 1.39306 2.35079 2.80214 3.57175 2.20240 4.39121 2.43718 6.23063 3.62359 3.02839 3.51544 2.93330 1.83725 3.65066 2.54358
Vt (m3) 2.45014 2.29649 3.26042 2.41424 3.37708 5.47538 3.57822 2.98055 1.99327 2.94319 3.60852 4.41563 2.54530 5.90076 3.02725 8.02365 4.53674 3.84336 5.71843 4.26709 5.20511 5.89957 3.44796 93
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
39
VIII
3.5
34E / 24
40
VIII
4
14E / 22
41
VIII
4
14E / 24
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 0 0 8.7 32 8.6 143 11.2 190 10.3 234 15.4 272 14.6 298 0 0 12.7 348 9.6 26 14.9 57 9 115 15.3 147 12.2 182 15.3 228 15 277 0 0 10.2 343 9.5 59 14.8 86 10.4 114 9 231
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
49.3 48.8 58.9 51 52.3 49.3 53.1 48.7 52.9 57.1 59.4 57.1 69.5 59 65.9 63 65.9 77.7 66.1 74.5 75.7 91.4
23 21 22 12 17 2.5 22 19 23 21 23 20 21 18 11 16 23 24 21.5 22 19 21
34 32 31.5 32 33 30.5 31 30 30 29.5 30 30 30.5 33 31 30 33 33 33 30 29 33
3 5.6 5.4 4.5 3.2 4.1 3.6 15.5 6 6 6 7.5 6.5 5.8 9.5 1.8 4.3 10.9 6 10.3 2.2 4.5
4.5 7.5 3.6 3 5.9 6.5 3 1.5 4 5.1 6 8.4 7.4 4 5.5 7.9 3.6 10.5 5.5 6.3 3 8.2
4.6 4.7 6.1 6 6.5 6.4 4.8 2.3 3 10.5 5.2 4.5 7.7 5.5 5.3 6.4 6 8.3 6 8.8 8.5 12
6.5 4.6 6.6 7.5 9 7.5 8.7 6 7.5 12 5.4 6.3 8.3 6.5 5.8 8.4 4.2 5 7.2 7.2 9 5.7
R(ratarata) (m) 4.65 5.60 5.43 5.25 6.15 6.13 5.03 6.33 5.13 8.40 5.65 6.68 7.48 5.45 6.53 6.13 4.53 8.68 6.18 8.15 5.68 7.60
Vbc (m3)
Vt (m3)
3.19465 4.05436 2.85799 3.73886 4.36169 5.36156 1.78370 4.08357 2.65738 4.42861 0.34724 3.63700 3.54497 4.28845 2.57521 3.49083 3.67824 4.11891 3.91284 4.71893 4.63769 5.19330 3.72652 4.79892 5.79682 7.22802 3.58078 5.63596 2.73001 6.60514 3.62913 5.84187 5.70821 7.03128 8.28046 9.77475 5.36837 7.07402 6.97809 8.16927 6.22223 8.15341 10.02565 13.52558
94
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
42
VIII
4.5
12E / 19
43
VIII
4.5
12E / 13
44
TJMR
3
33B / 5
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 0 0 6.8 348 12.8 13 12.4 61 13.6 117 12.6 158 0 0 15.2 332 12.2 6 16.8 56 9.8 62 8.2 147 13.8 171 10.1 242 17.2 309 0 0 3.5 355 15.9 47 14.7 60 8.6 68 3.2 105 11.2 121 5.5 123
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Dbh (cm)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
51.5 55.6 61.3 71 63.3 74.3 51.7 84.3 53.7 65.7 46.2 64.7 63.5 60.8 67.5 29.9 22.2 23.2 19.7 23.5 14.8 25.8 19
24 25 24 23.5 23 15 17 24 23 24 21 20 21 24 19 13 12 9 7 12 10 12.5 8
36 37 37 36.5 37 37 35 34.5 34 35 34 36 35 35 35 23 21 22 19 22 18 23 19
3.5 5.6 6.2 9.8 5.3 10.3 7 10.5 11.3 6.8 4.8 5.4 8.7 8 7.7 3.3 3.6 2.7 1.8 3.6 1.5 2.8 1.5
4.2 5 6.7 6 4.4 5.5 5.8 8 7.5 9.4 3.1 11.7 6.5 5.3 5 3.6 2.5 4.2 2.4 2.3 2.9 4.6 3.2
5.9 4.3 5.7 8.8 9.5 4.2 8.3 9.5 5.5 10.5 6.8 14 7 7 10 2.4 1.9 1.9 5.6 4.1 3.3 5.2 3.1
11 6.5 4.8 10 6.5 10.5 7.1 9 5.2 7.5 6.7 5.4 8.2 6.6 10.1 4.2 2.9 2.1 2.6 3 2.3 2.8 2.1
R(ratarata) (m) 6.15 5.35 5.85 8.65 6.43 7.63 7.05 9.25 7.38 8.55 5.35 9.13 7.60 6.73 8.20 3.38 2.73 2.73 3.10 3.25 2.50 3.85 2.48
Vbc (m3)
Vt (m3)
3.63770 4.68454 4.41663 5.61178 5.15387 6.82138 6.76995 9.02733 5.26667 7.27376 4.73227 10.02141 2.59676 4.58985 9.74692 12.02884 3.79033 4.81036 5.92029 7.41222 2.56156 3.56051 4.78453 7.39368 4.83914 6.92413 5.07013 6.34782 4.94723 7.82394 0.66418 1.00883 0.33798 0.50778 0.27683 0.58096 0.15525 0.36177 0.37872 0.59608 0.12518 0.19344 0.47550 0.75113 0.16504 0.33652 95
Lampiran 6 (Lanjutan) PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
44
TJMR
3
33B / 5
45
TJMR
3
33B / 6
46
TJMR
4.5
34C / 39
9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
POSISI POHON Jarak AZ (o) (m) 14.5 147 15.3 154 7.1 202 9.3 209 10.7 261 0 0 10.3 255 15.2 326 12.3 334 9.4 30 4.7 88 16.3 116 9.5 141 0 0 3.8 275 7.9 350 13.7 3 6.6 12 8.7 66 12.7 82 14.8 106 16 117 7.5 222
Dbh (cm) 20.8 23.5 28.1 20 26.4 19.5 31.8 19.3 16.3 24.6 23 22.7 24.5 26.9 37.7 28 35.5 45.2 34.5 28.9 29.5 37.5 30.6
Tinggi (m)
Jari-jari tajuk (m)
Tbc
Tt
R1
R2
R3
R4
13 13 12 11 9 10 10.5 11 12 6 11 9.5 13 14 16 15.5 16 17 15.5 14 16 14 16
21 21.5 22.5 18 22 21 22 20 19 22 22 15 21 27 27.5 26 25 27.5 26 26 27 28 26
2.5 3 4 4.4 4 3 6.5 3.9 1.9 3.6 3.3 9 3.4 2.2 5.4 4.5 3 7.3 2.1 5.1 4.4 4.5 2.4
2.9 2 4.2 4.2 4.5 2.9 3.7 3.6 3.5 3.7 3.9 1 2.7 2.2 3 4.2 5.8 5.2 6 3.9 5.5 3.3 4.1
2.9 2.6 3.9 3.5 3.7 3.2 1.2 2 1.9 5.6 3.3 2.7 5 3.3 2.8 1.3 3.5 6.2 4.6 2.3 2.5 4.6 6.5
1 3.9 3 3.7 2.2 2.4 4.7 2.8 0.8 4 2.4 3.4 2.9 3.7 4.8 2.7 2.7 5 5.2 1.9 2.2 5 5.3
R(ratarata) (m) 2.33 2.88 3.78 3.95 3.60 2.88 4.03 3.08 2.03 4.23 3.23 4.03 3.50 2.85 4.00 3.18 3.75 5.93 4.48 3.30 3.65 4.35 4.58
Vbc (m3)
Vt (m3)
0.32142 0.41028 0.54150 0.25145 0.35847 0.21731 0.60680 0.23416 0.18220 0.20750 0.33254 0.27975 0.44594 0.57894 1.29958 0.69446 1.15233 1.98485 1.05432 0.66823 0.79573 1.12510 0.85618
0.44575 0.58254 0.87166 0.35325 0.75228 0.39178 1.09151 0.36551 0.24767 0.65319 0.57099 0.37922 0.61845 0.95856 1.91763 1.00009 1.54578 2.75651 1.51831 1.06541 1.15281 1.93184 1.19444 96
Lampiran 6 (Lanjutan) POSISI POHON Tinggi (m) Jari-jari tajuk (m) R(rataDbh rata) Jarak (cm) AZ (o) Tbc Tt R1 R2 R3 R4 (m) (m) 46 TJMR 4.5 34C / 39 11 14.4 244 26.2 15 26.5 1.4 1.7 5.4 5.4 3.48 47 TJMR 4.5 34C / 40 1 0 0 30.7 17 25 4 4.6 3 4.3 3.98 2 6.5 292 27.2 12 24 2.3 1.8 5.1 4.8 3.50 3 11.1 345 39.1 15 26 4.1 6.8 4.6 5.6 5.28 4 15.1 14 32.6 13 25 3.5 5.4 4.2 3.4 4.13 5 15 110 27.5 9.5 24 3.2 3.3 4.6 3 3.53 6 16.3 143 31.6 17 25 2.5 6.8 4.6 2.8 4.18 7 16.6 171 38.1 16 25.5 5 4 2.8 4.9 4.18 8 12.2 179 29.4 17 25.5 2.6 1 5 4 3.15 2 Keterangan: Vbc = 0,25 x 3,14 x (dbh) x Tbc x 0,728 — 0,728 dan 0,625 adalah kusen bentuk jati untuk BH Bancar, KPH Jatirogo Vt = 0,25 x 3,14 x (dbh)2 x Tt x 0,625
PLOT
KU
BON
PU/ PLOT
NO POHON
Vbc (m3)
Vt (m3)
0.58843 0.91564 0.50736 1.31053 0.78955 0.41057 0.97012 1.32731 0.83974
0.89248 1.15602 0.87116 1.95019 1.30354 0.89048 1.22480 1.81610 1.08140
97
98
Lampiran 7 Titik-titik Koordinat Lapangan yang diambil menggunakan GPS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Lokasi PU 8H 6G 16E 16E 15C 18D 25A 26C 26C 10I 10I 17I 16M 27A 26M 24B 11E 39A
X
Y
No
0579955 0579190 0581056 0580568 0578762 0583528 0579343 0581333 0580882 0581879 0582120 0581155 0579701 0581551 0580685 0578687 0581555 0581837
9242696 9243112 9241674 9241302 9240271 9241666 9239752 9240654 9239761 9243484 9243514 9241788 9240872 9241084 9238824 9240079 9242205 9238090
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Lokasi PU 41H 40F 40F 33C 33C 11D 33H 30D 17A 34F 12A 14E 14E 12E 12E 33B 34C 34C
X
Y
0582889 0582584 0582766 0583556 0583514 0581516 0582340 0584723 0581508 0583014 0579372 0580190 0579871 0580190 0579828 0582981 0582205 0582200
9236806 9237115 9236840 9240434 9240306 9242443 9239432 9242100 9242146 9240731 9242533 9241779 9241699 9241779 9242019 9240101 9240012 9239897
99
Lampiran 8 Data untuk Penyusunan Model Pendugaan Potensi Tegakan Dalam (m3/Ha)
No
Lokasi/ PU
N_lap (Ha)
Vbc_lap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
8H/40 6G/29 16E/11 25A 26C/4 10I/20 17I/49 16M/23 27A/3 27A/2 26M/49 24B/4 11E/26 11E/25 39A/1 41H/21 40F/28 33C/9 11D/19 33H/27 30D/31 17A/7 34F/23 12A/2 34E/24 34E/27 14E/22 12E/19 33B/5 34C/39
700 1000 450 950 550 500 400 1050 650 450 600 350 400 525 200 325 200 90 200 120 90 130 130 100 70 40 90 60 130 110
8.323 24.137 22.890 45.284 22.263 96.011 67.901 83.444 59.637 23.397 64.819 145.920 143.652 148.586 24.172 58.868 55.062 23.612 158.625 197.967 189.636 196.286 271.824 341.535 187.476 109.648 342.672 299.771 44.618 107.981
Vt_lap
CLap
DLap
21.196 45.897 35.581 66.180 41.848 140.802 131.412 135.923 98.698 34.737 114.822 178.616 202.457 223.612 38.418 86.924 73.571 37.170 217.017 314.656 238.448 256.706 347.515 445.628 295.924 188.197 476.319 434.402 73.420 159.339
40 60 45 65 45 70 70 85 40 22.5 72.5 70 77.5 77.5 27.5 50 32.5 19 60 67 53 59 67 75 59 35 82 63 33 42
2.575 2.948 4.258 3.226 3.727 5.450 6.188 3.902 4.708 3.844 4.650 6.036 5.766 5.229 4.494 4.788 4.806 5.722 7.115 9.271 9.461 8.546 9.631 11.798 10.921 12.463 12.833 13.350 6.235 7.914
NCCitra Citra (Ha) 1050 37.5 1550 37.5 1100 56.25 1150 50 1200 43.75 1150 56.25 700 50 1350 62.5 1000 50 900 43.75 900 68.75 525 75 575 62.5 575 62.5 375 56.25 575 62.5 525 56.25 160 43.75 270 68.75 150 87.5 100 87.5 170 62.5 160 93.75 120 87.5 100 87.5 40 37.5 90 75 80 68.75 180 81.25 220 87.5
DCitra
Vbccitra
2.641 1.676 2.498 2.185 2.360 2.482 2.853 2.395 2.777 2.791 3.745 4.879 4.367 4.360 4.507 4.322 3.330 3.841 5.729 8.848 9.337 8.489 9.623 10.888 11.124 13.143 13.612 13.590 6.800 7.149
47.352 23.047 43.754 35.857 40.283 43.340 52.692 41.149 50.768 51.122 75.167 103.740 90.847 90.672 94.368 89.708 64.704 77.584 125.168 203.770 216.092 194.733 223.287 255.165 261.125 311.991 323.828 323.268 152.160 160.957
100
Lampiran 9 Analisis Ragam Model Penduga Tabel Volume dan Potensi Tegakan 1. Vbc = - 4,11.Cc3.37 Sumber Keragaman
db
JK
KT
F Hit
P
Regresi
1
3.8290
3.8290
75.11
0.000
Sisa
25
1.2744
0.0510
Total
26
5.1035
db
JK
F Hit
P
128.77
0.000
F Hit
P
102.93
0.000
KT
F Hit
P
61.91
0.000
F Hit
P
29.30
0.000
KT
F Hit
P
40.01
0.000
2. Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc Sumber Keragaman
KT
Regresi
1
226489
226489
Sisa
26
45731
1759
Total
27
272220
3. Vbc = 48,6 + 1,67 Dc2 Sumber Keragaman
db
JK
KT
Regresi
1
217324
217324
Sisa
26
54896
2111
Total
27
272220
4. Vbc = - 18,3 + 24,9 Dc + 0,023 Dc2 Sumber Keragaman
db
JK
Regresi
2
226491
113245
Sisa
25
45729
1829
Total
27
272220
5. Vbc = - 182 + 2,17 Cc + 21,9 Dc + 0,0611 Nc Sumber Keragaman
db
Regresi
3
Sisa Total
JK
KT
214592
71531
26
63475
2441
29
278067
6. Vbc = - 95,5 + 1,83 Cc + 16,7 Dc Sumber Keragaman
db
JK
Regresi
2
207919
103960
Sisa
27
70148
2598
Total
29
278067
101
7. Vbc = -2,56. Cc1.06. Dc1.74. Nc0.542 Sumber Keragaman
db
JK
KT
F Hit
P
21.64
0.000
F Hit
P
27.19
0.000
KT
F Hit
P
41.99
0.000
Regresi
3
3.7153
1.2384
Sisa
26
1.4881
0.0572
Total
29
5.2034
8. Vbc = - 16,2 + 0,0182 Cc2 + 1,09 Dc2 + 0,000008 Nc2 Sumber Keragaman
db
JK
KT
Regresi
3
210852
70284
Sisa
26
67215
2585
Total
29
278067
9. Vbc = - 6,5 + 0,0174 Cc2 + 1,05 Dc2 Sumber Keragaman
db
JK
Regresi
2
210422
105211
Sisa
27
67645
2505
Total
29
278067
10. Vbc = - 233 + 9,66 Cc - 19,3 Dc + 0,420 Cc.Dc - 0,0832 Cc2 + 0,80 Dc2 Sumber Keragaman
db
JK
KT
Regresi
5
230273
46055
Sisa
24
47794
1991
Total
29
278067
F Hit
P
23.13
0.000
102
Lampiran 10 Data untuk Validasi Model Penduga Potensi Tegakan No PU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Lokasi
N_lap (Ha)
16E/14 26C/34 10I/19 17I/32 24B/9 39A/2 41H/22 40F/29 33C/8 33H/28 30D/32 17A/9 34F/28 14E/24 12E/13 33B/6 34C/40
700 700 350 700 275 225 125 225 150 140 140 110 80 60 90 80 80
Dalam (m3/Ha) CDNcitra (Ha) Vbc_lap Vt_lap Lap Lap 32.704 49.833 50 3.364 1100 66.011 107.678 80 4.636 900 89.456 140.470 65 6.643 850 74.574 130.971 80 4.850 900 93.897 118.141 57.5 5.864 475 30.504 49.134 30 4.302 500 26.351 36.721 20 4.710 425 79.759 111.981 32.5 5.261 450 40.943 61.167 29 5.550 190 211.257 295.727 76 10.471 160 301.055 384.504 72 9.939 160 117.992 169.631 68 9.964 130 191.716 253.757 60 10.556 90 425.830 537.283 68 13.600 60 442.569 608.914 87 15.383 90 25.062 43.183 28 6.744 180 70.708 102.937 36 7.975 160
CCitra
DCitra
VbcCitra
50 56.25 50 50 56.25 68.75 43.75 62.5 50 75 81.25 81.25 75 75 87.5 75 75
2.287 2.577 3.134 2.788 4.715 4.167 3.773 4.103 3.686 10.293 9.017 9.750 10.751 13.450 15.613 6.351 7.966
38.428 45.732 59.780 51.052 99.625 85.796 75.878 84.190 73.695 240.187 208.025 226.500 251.728 319.740 374.256 140.848 181.550
103
Lampiran 11 Perhitungan Potensi Tegakan dengan Teknik Double Sampling Persamaan regresi yang digunakan: Vbc = - 19,2 + 25,2 Dc
y m = 125,243 m3/ha; s y2 = 12412,114 (m3/ha)2 dan m = 47 m
3 3 2 x n = 148,230 m /ha dan s xn = 5823,523 (m /ha) dan n = 100 2
2
3 3 2 x m = 136,696 m /ha dan s xm = 9515,579 (m /ha)
b
= 0,96135
p
= 0,70852
; N = 11297,7 ha
Volume rata-rata per plot adalah :
ydslr ym bxn xm = 125,243 + 0,96135(148,230 – 136,696) = 136,331 m3/ha 2
Penduga ragam bagi nilai tengah (rata-rata) populasi ( s ydslr ) :
s
2 y dslr
s y2m m 2 1 1 r m n = 164,919 (m3/ha)2
s ydslr = 12,842 m3/ha Selang Kepercayaan 95% bagi nilai tengah (rata-rata) populasi :
ydslr t 2 ,dbf . sy2dslr
= (136,331 ± 2,052 x 12,842) = (136,331 ± 26,352) m3/ha
Penduga total populasi ( Yˆdslr ) :
Yˆdslr N.ydslr
= 11.229,7 x 136,331 = 1.530.956,511 m3
Kesalahan penarikan contoh (sampling error) : SE
t 2 ,dbf . sy2dslr y dslr
.100% = 19,33%