KAJIAN KELESTARIAN PRODUKSI KAYU JATI (Tectona grandis Linn.f) KPH CEPU PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH
NOVITA DIAH ARIANTI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN NOVITA DIAH ARIANTI. E14103013. Kajian Kelestarian produksi Kayu Jati (Tectona grandis Linn.f) KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Dibimbing oleh AHMAD HADJIB. Jati telah lama dikenal sebagai kayu yang berkualitas, dengan kondisi kelas kuat dan kelas awet yang tinggi serta memiliki nilai artistik yang tinggi pula. Untuk mendapatkan nilai kayu yang tinggi tersebut diperlukan daur yang panjang yaitu antara 40-80 tahun. Namun dalam perkembangannya tegakan jati sangat riskan terhadap gangguan seperti penyerobotan lahan, kebakaran, serangan hama penyakit, penebangan liar, dll. Gangguan-gangguan tersebut dapat mengakibatkan penurunan kerapatan bidang dasar yang menyebabkan penurunan volume kayu. Namun gangguan yang ada kurang diperhitungkan dalam penghitungan jatah tebangan per tahun di Perum Perhutani, karena sampai saat ini penghitungan jatah tebangan atau etat masih mengacu pada SK. Dirjen Kehutanan No. 143/KPTS/Dj/1974 dan perhitungan etatnya menggunakan metode Burn. Dalam SK tersebut hasil tanaman tiap tahunnya dianggap berhasil, selain itu luas tegakan tiap kelas umur dianggap tetap dan tidak terdapat faktor pengganggu, sedangkan gangguan-gangguan tersebut dapat mengganggu kelestarian hasil dan usaha dalam menormalkan hutan tanaman jati. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk memprediksi struktur tegakan hutan produktif dan menilai tingkat kelestarian hutan di KPH Cepu jangka berikutnya. Pengambilan data dilakukan di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, pada bulan Juni 2007. Alat yang digunakan adalah kalkulator, dan sebuah personal computer (PC). Sedangkan bahan yang digunakan antara lain : hasil risalah hutan KPH Cepu jangka 1973-1982, jangka 1983-1992, jangka 1993-2003, serta data proyeksi JPP. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode Burn dan menggunakan 3 faktor koreksi yaitu Faktor koreksi tingkat kelestarian hutan (FK.1), Faktor koreksi penambahan tanaman jati KU I (FK.2) dan Faktor koreksi penambahan MR (FK.3) serta asumsi yang digunakan adalah Rata-rata bonita, Rata-rata KBD, Asumsi JPP, Aturan selama periode proyeksi mengikuti aturan yang berlaku saat ini, Tidak ada perubahan kebijakan yang berpengaruh signifikan terhadap etat tebangan, Umur tebang minimum (UTM). Dari ikhtisar luas kelas hutan diketahui bahwa luas hutan produktif dan etat volume setiap penambahan jangka pengusahaan mengalami penurunan, tebangan A.2 selama beberapa tahun terakhir relatif stabil. Dari perhitungan faktor koreksi, didapatkan FK.1 atau faktor koreksi tingkat kelestarian hutan per kelas umur, faktor koreksi ini digunakan untuk mengoreksi persediaan luas kelas hutan produktif pada jangka berikutnya, dengan cara mengalikan FK.1dengan luas per KU pada bagan tebang jangka kedua. Pada perhitungan FK.2 atau faktor koreksi penambahan tanaman jati KU I diperoleh angka koreksi sebesar 43,07% yang berarti bahwa penambahan KU I pada jangka berikutnya sebasar 43,07% sedangkan FK.3 atau faktor koreksi penambahan miskin riap (MR) sebesar 14,80%. Dari hasil perbandingan antara jangka saat ini dengan hasil prediksi, didapatkan trend kelas hutan produktif mengalami penurunan, terutama untuk kelas umur tua sedangkan kelas umur I lebih didominasi oleh tanaman dari JPP, trend etat volume mengalami penurunan sebesar 60%, dan trend produksi tebangan A2 turun sebesar 46,96%. Perbandingan luas hutan produktif antara SK 143 dengan hasil perhitungan menggunakan faktor koreksi terdapat perbedaan luas yang cukup signifikan dan bila luas tersebut digunakan dalam perhitungan etat maka akan terjadi over estimate dan over cutting, kelas hutan produktif didominasi oleh KU muda JPP dan berdasarkan luas hutan produktif dan etat beberapa jangka maka kelestarian KPH Cepu tidak tercapai.
SUMMARY NOVITA DIAH ARIANTI. E 14103013. Study of Product Sustainable of Teak Wood (Tectona grandis Linn.f) KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Central Java. Under Supervision By AHMAD HADJIB. Teak wood has long been known as quality wood. It has high artistic value, strong class and durable class. In order to gain such high value, long rotation is required that is 4080 years. However in its development, teak stand face many disruption, such as illegal occupancy, forest fire, illegal logging pest and disease attack, etc. These disruption have not been taken into account Perhutani, because until now calculation of annual yield or etat still refers to SK Dirjen Kehutanan No. 143/KPTS/Dj/1974 and calculation of annual yield or etat uses Burn method, in that SK annual yield is considered successful in addition stand area every age class considered constant and with no disrobing factors, where as the disruption can effect sustainable yield and effort to normalize the teak forest. The objectives of this research are to predict structure of productive forest stands and to appraise sustainability forest level in KPH Cepu for the next period. Data are taken in KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Central Java in July 2007. The tools used are calculator and personal computer. The data used are secondary data, id est discourse during 1973-1982 term, 1983-1992 term, 1993-2002 term, 2003-2012 and forecast JPP data. The method being used in the research are Burn method and using 3 correction factors, there are perpetuity level correction factor (FK.1), plants adding in first class of age correction factor (FK.2) and poor increment adding correction factor (FK.3). The assumption used to predict the structure of forest stand are average value of bonita, average value of basal area density, JPP assumption. The regulation used during the period of projection follows the regulation being valid at present time. There are no modifications on policy that have significant influence on etat and minimum cutting age. Based on the synopsis of width forest classes productive forest area and etat volume of every additional period of time decreases. A2 cutting for several years is stable. FK.1 is used to correct the stock productive forest area for the next period by multiplaying FK.1 with width per age class at cutting draft of the next period. In the calculation of FK.2 the correction number is 43,07% where means adding of age classes I (KU I) in the next period is 43,07%. In the calculation of FK.3 the correction number is 14,08% where means adding poor increment (MR) is 14,08%. Based on comparison between present period and the prediction, the trend productive forest classes decrease especially the old age classes while KU I is dominated by plant of JPP, trend etat volume decrease amount 60% and trend cutting A2 decrease 46,96%.. Comparison forest productive area between SK 143 and calculation using correction factors have significant different area, if the calculation of etat used its data, it will be over estimate and over cutting, productive forest classes is dominated by plant of JPP and based on productive forest area and etat KPH Cepu is not sustainable.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Kelestarian Produksi Kayu Jati (Tectona grandis Linn.f) KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2006
Novita Diah Arianti NRP E14103013
Judul Skripsi : Kajian Kelestarian Produksi Kayu Jati (Tectona grandis Linn.f) KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Nama
: Novita Diah Arianti
NRP
: E 14103013
Menyetujui : Dosen Pembimbing,
Ir. Ahmad Hadjib, MS NIP. 130 516 500
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan IPB
Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP.131 578 788
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kasih sayangNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2007 dengan judul Kajian Kelestarian Produksi Kayu Jati (Tectona grandis Linn.f) KPH Cepu Perum Perhutani Unit I jawa tangah. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Ahmad Hadjib, MS selaku pembimbing. Bapak Ir. Edhi Sandra, M. Si dan bapak Prof. Dr. Ir Muh Yusram Massijaya, MS selaku dosen penguji. Selain itu penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir. Yusuf Kristiyanto, MP, Bapak Ir. Dewanto, Bapak Rofik, dari KPH Cepu dan Bapak Machtub dari SPH Rembang yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu dan adik tercinta, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2007
Penulis
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banjarnegara pada tanggal 17 November 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan
Bapak Suharto, SP dan Ibu Siti
Ngumroh. Pada tahun 2003 penulis lulus dari MAN 2 Banjarnegara dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan diterima sebagai mahasiswa Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif dibeberapa organisasi, antara lain : tahun 2004-2005 sebagai staf
Departemen Informasi dan Komunikasi Forest
Management Student Club (FMSC) , pada tahun 2005-2006 sebagai wakil sekretaris FMSC, tahun 2005 sebagai bendahara pada acara Masa Perkenalan Departemen Manajemen Hutan “TM”, panitia Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional (PIKNAS) III. . Praktek lapang yang pernah diikuti adalah Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di BKPH Gunung Slamet Barat (KPH Banyumas Timur), BKPH Rawa Timur (KPH Banyumas Barat), KPH Ngawi dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Musi Hutan Persada Palembang. Pengalaman kerja penulis adalah sebagai tutor dalam Program Keaksaraan Fungsional yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor dan bekerja sama dengan LPPM-IPB. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Kelestarian Produksi Kayu Jati (Tectona grandis Linn.f) KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah” di bawah bimbingan Ir. Ahmad Hadjib, MS.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak dan Ibu atas sayang, nasehat, doa, dukungan spiritual maupun materi yang begitu besar, adek-adekku atas doanya. 2. Bapak Ir. Ahmad Hadjib, MS sebagai dosen pembimbing atas arahan, bimbingan dan masukannya. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muh Yusram Massijaya, MS sebagai penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Bapak Ir. Edhi Sandra, M. Si sebagai dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 4. Seluruh staf di KPH Cepu Pak Rofik, Pak Dewanto, Pak Eko, Bu Ning atas bantuannya selama pengambilan data, Pak Prihono atas masukannya dan Pak Machtub selaku KSPH yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di SPH Rembang. 5. Keluarga Pak Yoyo dan Mba Naning Cepu serta keluarga Pak Agus dan Bu Siti, Rembang terima kasih telah mengizinkan penulis untuk tinggal dan menginap serta membantu selama pengumpulan data. 6. Seluruh staf Departemen Manajemen Hutan atas bantuannya. 7. Sahabat-sahabatku yang selalu ada Melda Rianita Aruan, Shinta Dewi Wisnu Wijayanti, Fheny Fuzi Lestari, makasih untuk persahabatan, bantuan dan dukungannya. Buat Ridlwan Ahmad Pamungkas terima kasih untuk semangat, doa dan dukungannya. 8. Teman-temanku Vivi, Edy, Ika, Lita, Aziz, Heru, Achi, Maya, Irwan, Iis, Arfan, Dedi, Okky dan keluarga MNH 40 terima kasih atas persahabatan indahnya. 9. Orang-orang yang selalu mengingatkanku Teh Eva, Mba Ani, Elza, Mayang, Elsya, Isna, Listya terima kasih atas kebersamaan, semangat dan sharingnya. 10. Teman-teman seperjuangan di Blobo Mba Harti, Dian, Inung, Septi, Aci, Mba Dian, Nano, Farida, Rocha, Ida, Ratna dan Mba Desi makasih bantuan olah datanya.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................
i
DAFTAR TABEL .......................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
iv
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang...................................................................................
1
B. Tujuan Penelitian ..............................................................................
2
C. Manfaat Penelitian ............................................................................
2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis) ...............................
3
B. Bonita (Site Index) ...........................................................................
4
C. Kerapatan Bidang Dasar ...................................................................
4
D. Konsep Hutan Normal ......................................................................
5
E. Hutan Seumur (even aged forest)......................................................
6
F. Daur...................................................................................................
7
G. Etat ....................................................................................................
7
H. Metode Burn .....................................................................................
8
I. Pengaturan Hasil ...............................................................................
9
III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pengumpulan Data.............................................
10
B. Alat dan Bahan..................................................................................
10
C. Pengumpulan Data ............................................................................
10
D. Analisis Data .....................................................................................
10
1. Perhitungan Etat .............................................................................
10
2. Faktor Koreksi dan Asumsi............................................................
11
a. Faktor Koreksi Tingkat Kelestarian Hutan (FK.1)..................
11
b. Faktor Koreksi Penambahan Tanaman Jati Kelas Umur I (FK.2) .............................................................
12
c.
Faktor Koreksi Penambahan MR (FK.3) ..............................
13
d. asumsi......................................................................................
13
IV. KEADAAN UMUM LOKASI A. Letak Geografi dan Topografi............................................................
14
B. Keadaan Lapangan .............................................................................
14
C. Jenis Tanah .........................................................................................
14
D. Iklim ...................................................................................................
15
E. Pembagian Wilayah Hutan .................................................................
15
F. Sosial Ekonomi Masyarakat ...............................................................
15
G. Pembagian Wilayah Kerja..................................................................
16
H. Sumber Daya Manusia .......................................................................
17
I. Potensi Hutan.......................................................................................
18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Sumberdaya Hutan ................................................................
19
1. Ikhtisar Luas Kelas Hutan Produktif...............................................
19
2. Etat ..................................................................................................
20
3. Potensi Tebangan A2 ......................................................................
22
B. Faktor Koreksi dan Asumsi ................................................................
23
1. Faktor Koreksi.................................................................................
23
2. Asumsi-Asumsi ...............................................................................
39
C. Prediksi ...............................................................................................
32
1. Prediksi Awal Jangka 2003-2012....................................................
32
2. Prediksi Jangka 2013-2022 .............................................................
33
3. Perbandingan Luas Hutan Produktif Jangka 2013-2022 Menurut SK 143 dengan Hasil Perhitungan menggunakan Faktor Koreksi...
39
D. Trend ..................................................................................................
40
1. Trend Kelas Hutan Produktif ..........................................................
40
2. Trend Etat Tebangan .......................................................................
41
3. Trend Produksi Tebangan A2 .........................................................
42
VI. KESIMPULAN DANSARAN
A. kesimpulan .........................................................................................
43
B. Saran ...................................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Pembagian Wilayah Kerja KPH Cepu ......................................................
17
2. Penyebaran Potensi Hutan KPH Cepu ......................................................
18
3. Luas Hutan Produktif Empat jangka .........................................................
19
4. Potensi Tebangan A2 ................................................................................
23
5. Perubahan Kelas Umur pada empat Jangka ..............................................
25
6. Persen Perubahan Per KU dengan Memperhitungkan Hasil Risalah Jangka Berjalan .........................................................................................
26
7. Perhitungan FK.1 ......................................................................................
27
8. Koreksi Struktur KU Jangka Lalu dengan Angka Kerusakan Masing-Masing KU...................................................................................
28
9. Penambahan Miskin Riap (FK.3)..............................................................
28
10. Rata-Rata Bonita .....................................................................................
29
11. Rata-Rata KBD .......................................................................................
30
12. Struktur Kelas Hutan Produktif Jangka 2003-2012 ................................
32
13. Etat Tebangan jangka 2003-2012............................................................
32
14. Kelas Hutan Awal Jangka 2003-2012.....................................................
33
15. Perhitungan estimasi luas tanaman jati awal jangka (2013-2022) ..........
34
16. Perhitungan estimasi luas Miskin Riap awal jangka 2013-2022 ............
35
17. Estimasi Susunan kelas Hutan Awal Jangka 2013-2022 ........................
36
18. Perhitungan Etat Luas dan Etat Volume Awal Jangka 2013-2022 ........
37
19. Estimasi Tebangan A2 Awal Jangka 2013-2022 ....................................
38
20. Perbandingan Luas Hutan Produktif Jangka 2013-2022 Menurut SK 143 dengan Hasil Perhitungan menggunakan Faktor Koreksi..........
39
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. Konsep Hutan Normal...............................................................................
18
2. Hubungan Luas dengan KU pada Saat Ini ................................................
18
3. Diagram Perbandingan Kelas Hutan Produktif Empat Jangka .................
20
4. Diagram Perbandingan Etat Luas dan Etat Volume Tiga Jangka .............
21
5. Diagram Perbandingan Etat Per Bagian Hutan KPH Cepu ......................
22
6. Grafik Perbandingan Faktor Koreksi ........................................................
27
7. Proyeksi Luas Hutan Produktif Non JPP Dua Jangka ..............................
40
8. Proyeksi Luas Hutan Produktif JPP Dua Jangka ......................................
39
9. Etat Tebangan dua Jangka.........................................................................
40
10. Tren Produksi Tebangan A2 ...................................................................
41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, fungsinya adalah sebagai penyedia hasil hutan baik berupa kayu dan non kayu serta sebagai penyangga sistem kehidupan. Pemanfaatan dan pengelolaannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun pemanfaatannya harus tetap mempertimbangkan kelestariannya, agar menghasilkan hasil hutan yang kontinyu sehingga kebutuhan masyarakat dapat tercukupi. Saat ini pemenuhan kebutuhan akan kayu tidak bisa dibebankan pada hasil kayu dari hutan alam saja oleh karena itu perlu dibangun hutan tanaman yang dikelola untuk memenuhi kebutuhan kayu yang tidak bisa dipenuhi oleh hutan alam. Pengusahaan hutan ini harus berlandaskan prinsip kelestarian untuk menjamin kekontinyuan produk berupa kayu, Salah satu hutan tanaman yang telah dikelola dan diusahakan secara lestari adalah hutan tanaman jati (Tectona grandis Linn. f) di Jawa yang dikelola oleh Perum Perhutani. Jati telah lama dikenal sebagai kayu yang berkualitas, dengan kondisi kelas kuat dan kelas awet yang tinggi serta memiliki nilai artistik yang tinggi pula. Untuk mendapatkan nilai kayu yang tinggi tersebut diperlukan daur yang panjang yaitu antara 40-80 tahun. Namun dalam perkembangannya tegakan jati sangat riskan terhadap gangguan seperti penggembalaan ternak, penyerobotan lahan, kebakaran, serangan hama penyakit, penebangan liar dan penurunan kualitas tempat tumbuh yang dapat berakibat terhadap penurunan potensi tegakan yang bersangkutan. Gangguan-gangguan di atas dapat mengakibatkan terhambatnya riap diameter yang dapat berakibat terjadinya penurunan kerapatan bidang dasar yang mengakibatkan penurunan volume kayu. Namun pada kenyataannya gangguan yang ada kurang diperhitungkan dalam penghitungan jatah tebangan per tahun di Perum Perhutani, karena sampai saat ini penghitungan jatah tebangan atau etat masih mengacu pada SK. Dirjen Kehutanan
No. 143/KPTS/Dj/1974 dan perhitungan etatnya menggunakan metode Burn. Dalam SK tersebut hasil tanaman tiap tahunnya dianggap berhasil, luas tegakan tiap kelas umur dianggap tetap dan tidak memperhitungkan faktor pengganggu, sedangkan gangguan-gangguan tersebut dapat mengganggu kelestarian hasil dan usaha dalam menormalkan hutan tanaman jati. Pengelolaan hutan bertujuan untuk menghasilkan kayu secara lestari sering disebut prinsip kelestarian hasil (Sustained yield Principle) yang merupakan syarat terbentuknya hutan normal. Hutan normal adalah tegakan hutan yang mempunyai sebaran kelas umur normal, riap normal, dan volume normal. Apabila ketiga komponen tersebut tidak dapat terpenuhi maka kelestarian hasil dapat terganggu dan pengelolaan hutan akan mengalami overcutting atau undercutting. Pengelolaan hutan jati di Jawa tidak sesuai dengan konsep hutan normal, hal ini ditunjukkan dengan penurunan luas hutan pada kelas umur tua dengan bentuk grafik huruf J terbalik. Susunan kelas umur ini dikhawatirkan akan mengganggu kesinambungan produksi barang dan jasa dimasa mendatang, dan dengan terganggunya kesinambungan produksi dapat mengganggu kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memprediksi struktur kelas hutan produktif tegakan jati di KPH Cepu jangka berikutnya. 2. Menilai tingkat kelestarian hutan jangka berikutnya. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam hal produksi untuk mewujudkan konsep kelestarian di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Umum Tentang Jati (Tectona grandis Linn. f) 1.Ciri Botani Menurut Sumarna (2003), tanaman jati mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn. f. Secara historis, nama tectona berasal dari bahasa Portugis (tecton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Dalam sistem klasifikasi, tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas : Dycotyledoneae Ordo
: Verbenales
Famili
: Verbenaceae
Genus
: Tectona
Spesies
: Tectona grandis Linn. f
Pohon jati adalah pohon besar yang menggugurkan daun. Pada kondisi baik, tinggi dapat mencapai 30 – 40 m. Pada habitat kering, pertumbuhan menjadi terhambat, cabang lebih banyak, melebar dan membentuk semak. Pada tapak bagus, batang bebas cabang 15-20 m atau lebih, percabangan kurang dan rimbun. Pohon tua sering beralur dan berbanir. Kulit batang tebal, abu-abu atau coklat muda keabuabuan. Daun lebar, panjang 25-50 cm, lebar 15-35 cm. (Rachmawati et al, 2002).
2.Penyebaran Areal penyebaran alami jati terdapat di India, Myanmar, Thailand, dan bagian barat Laos. Batas utara pada garis 25o LU di Myanmar, batas selatan pada garis 9o LU di India. Jati tersebar pada garis 70o-100o BT. Hutan jati terpisah oleh pegunungan, tanah-tanah datar, tanah-tanah pertanian dan tipe hutan lainnya. Di Indonesia, jati bukan tanaman asli, tetapi sudah tumbuh sejak beberapa abad lalu di P. Kangean, Muna, Sumbawa, dan Jawa (Rachmawati et al, 2002).
Saat ini tanaman jati telah menyebar diberbagai negara Asia Tenggara (Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Vietnam, Kamboja, Jepang), Di wilayah pasifik (Australia dan Fiji), Di Afrika (Tanzania, Sudan, Somalia, Zimbabwe, Uganda, Kenya, Malawi, Senegal, Guinea, Ivory coast, Ghana, Puerto Rico, Panama, Honduras, Jamaika, Nicaragua dan West Cost dan Cuba) dan wilayah Amerika (Brazil, Suriname, Colombia, Venezuela, Argentina, Costa Rica, Belize, dan El Savador) (Sumarna, 2003).
B.Bonita (Site Index) Bonita suatu lahan menunjukkan kapasitas lahan menghasilkan kayu untuk suatu luasan lahan dan waktu tertentu (Poerwowidodo, 2004). Bonita adalah kemampuan tempat tumbuh bagi suatu jenis kayu dalam memberi hasil, bonita tergantung pada tanah dan iklim dan ditentukan oleh perkembangan jenis kayu bersangkutan yaitu oleh tumbuh meningginya (SK Dirjen Kehutanan No. 143, 1974). Site index didefinisikan sebagai rata-rata tinggi dari pohon dominan dan kodominan pada umur tertentu (Meyer et al, 1961). Bonita adalah kelas-kelas dari indeks tempat tumbuh yang biasanya dinyatakan dengan angka romawi yang menyatakan kapabilitas suatu tempat tumbuh dalam menghasilkan produk tegakan hutan. Indeks tempat tumbuh adalah besaran peninggi tegakan pada umur indeks tertentu (Harbagung, 1991 dalam Patricia, 2006)
C. Kerapatan Bidang Dasar Menurut SK Dirjen Kehutanan No. 143 (1974), kepadatan bidang dasar (KBD) adalah perbandingan antara bidang dasar hasil sampling dengan bidang dasar yang terdapat pada tabel tegakan. Cara perhitungannya adalah sebagai berikut : B= Dimana :
B1 + B 2 + B3 + .....Bp 1 x p pn B
= bidang dasar dalam m2/ha
B1, B2, Bp
= bidang dasar perplot dalam m2
P
= banyaknya plot.
KBD =
Maka :
B Bt
Bt adalah bidang dasar menurut tabel tegakan
D.Konsep Hutan Normal Tegakan hutan normal adalah tegakan hutan yang mempunyai sebaran kelas umur normal, riap normal, dan volume normal (Meyer et al, 1961). Sedangkan menurut Osmaston (1968), hutan normal adalah hutan yang secara praktis dapat mempertahankan derajat kesempurnaan yang dapat dicapai dalam semua bidang, untuk
memenuhi
keputusan
dari
tujuan
manajemen.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi hutan normal adalah: 1.Pertumbuhan dari pohon dalam beradaptasi 2.Fluktuasi iklim 3 Kerusakan hutan Selanjutnya menurut Osmaston (1968), faktor-faktor dasar dari kenormalan suatu hutan memiliki persyaratan : 1.Struktur dan komposisi hutan sesuai dengan lingkungannya atau faktor tempat tumbuh. 2.Tegakan terdiri dari kelas umur dan ukuran yang sedemikian rupa sehingga secara teratur dapat memberikan manfaat yang maksimal baik tangible maupun
intangible. 3.Organisasi yang memadai dan sesuai dengan tujuan manajemen. 4.Pembagian hutan kedalam unit kerja dan administrasi sebaik mungkin. Pada Gambar berikut ini (gambar 1) merupakan gambaran Konsep Hutan Normal, yaitu keadaan dimana masing-masing kelas umur memiliki luasan yang proporsional dan berurutan, sehingga setiap tahunnya menghasilkan hasil yang sama. Gambar 2 merupakan kondisi yang terjadi di Perum Perhutani saat ini yaitu keadaan dimana semakin tua umur tegakan , luas kelas umur cenderung semakin berkurang.
Kenyataan saat ini konsep hutan normal sulit dicapai karena adanya berbagai gangguan pengelolaan yang terjadi baik dari segi ekologi maupun keadaan sosial masyarakat sekitar hutan.
Luas
KU Luas
KU Gambar 1. konsep Hutan Normal
Gambar 2. Kurva Kelas Hutan Saat
ini
E.Hutan Seumur (even aged forest) Ketentuan dasar dari sebuah hutan normal didasarkan pada alasan silvikultur. Tegakan hutan normal adalah tegakan yang sebagian besar pohonnya ditanam pada waktu yang bersamaan, perlindungan dari naungan, dan dikembangkan dibawah
kondisi pencahayaan penuh tanpa kompetisi pembatas pertumbuhan yang signifikan (Davis, 1966). Osmaston (1968), menyatakan untuk menjamin adanya tegakan seumur daur yang akan ditebang habis, maka perlu adanya rangkaian kelas umur pada tegakan tersebut secara kontinyu. Rangkaian kelas umur ini disebut dangan pengaturan normal dan volume total dari seluruh tegakan normal adalah tegakan persediaan normal (Normal Growing Stock). Volume normal untuk tegakan seumur pada dasarnya ditentukan oleh ukuran rata-rata dan kualitas kayu yang dihasilkan, bonita, sistem silvikultur yang yang ditetapkan, dan jenis hasil hutan yang bersangkutan. Landasan utama dalam konsep volume normal adalah menyediakan bahan pembanding baku dengan kondisi tegakan yang sebenarnya yang akan dibandingkan, untuk selanjutnya menentukan kekurangan-kekurangan kondisi tegakan yang sebenarnya dalam rangka pengusahaan kelestarian hutan (Osmaston, 1968).
F.Daur Menurut Osmaston (1968), daur adalah interval waktu dari mulai taman sampai tegakan dianggap masak tebang dan mendapat giliran untuk ditebang habis dalam suatu kelas perusahaan. Menurut Simon (1993) dalam Amelgia (2004), yang dimaksud dengan daur atau rotasi adalah suatu periode dalam tahun yang diperlukan untuk menanam dan memelihara suatu jenis pohon sampai mencapai umur yang dianggap masak untuk keperluan tertentu. Untuk hutan tidak seumur istilah yang digunakan adalah siklus tebangan, sedangkan istilah daur lebih dipergunakan untuk hutan tanaman yang sejenis dan mempunyai kelas umur sama.
G.Etat Menurut Davis (1966) etat adalah besarnya penebangan akhir yang setiap tahunnya harus dilakukan untuk mencapai dan mempertahankan suatu kelas perusahaan dengan prinsip kelestarian hasil (Sustainable Yield Principle). Beberapa cara dalam menentukan etat : 1.Berdasarkan luas 2.Berdasarkan volume 3.Kombinasi luas dan volume 4.Berdasarkan volume dan riap 5.Berdasarkan jumlah pohon Menurut Osmaston (1968), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan etat, yaitu : 1.Besarnya jumlah tebangan yang diinginkan. 2.Alokasi jumlah tebangan tersebut yang terbagi kedalam hasil akhir dan antara. 3.Penyusunan suatu rencana tebangan menurut alokasi tempat dan waktu pada tegakan yang akan ditebang dan dijarangi. Etat tebangan dipakai dalam hutan tanaman sedangkan pada hutan alam disebut
annual allowable cut. Perhitungan etat volume dan etat luas hanya diturunkan dari kelas hutan produktif saja, etat volume berfungsi untuk kontrol kelestarian hasil, sedang etat luas lebih berfungsi untuk kontrol luas tanaman tiap tahunnya. H. Metode Burn Cara ini dikemukakan oleh Burn pada tahun 1951 dengan prosedur pengujian yang disebut Cutting Time Test (pengujian jangka waktu penebangan). Cutting Time
Test merupakan suatu kontrol untuk mengetahui apakah penebangan dari semua kelas umur dari suatu kelas perusahaan dapat dilaksanakan dalam waktu selama daur yang ditetapkan, perhitungan etatnya dihitung pada UTR (Umur Tebang Rata-Rata) dengan rumus: UTR = U + ½ D
U=
ΣXi * Li ΣLi
UTR = umur tebang rata-rata U
= umur rata-rata kelas perusahaan
D
= daur
Xi
= umur tengah kelas perusahaan
Li
= luas areal yang berumur i
Sedangkan penentuan etatnya : EtatLuas =
L D
EtatVolume =
L
= luas areal produktif
V1
= volume kayu tegakan kelas umur pada Utr
V2
= volume kayu miskin riap
D
= daur Cara
ini
sebagaimana
V1 + V 2 D
tercantum dalam SK Dirjen
Kehutanan
No.
143/KPTS/Dj/1974 menggantikan cara etat menurut instruksi tahun 1938. Sampai saat ini perhitungan etat di Perum Perhutani masih mengacu pada metode ini (SK Dirjen Kehutanan No. 143, 1974).
I.Pengaturan Hasil
Pengaturan hasil bertujuan untuk memperoleh hasil akhir yang berasaskan kelestarian. Ada beberapa alasan penebangan dan pengaturan hasilnya dalam hubungan dengan jumlah, mutu, tempat dan waktu. Osmaston (1968) mengemukakan alasan-alasan tersebut adalah : 1. Penyediaan bagi konsumen Penebangan harus dilaksanakan agar tersedia jenis, ukuran, mutu dan jumlah kayu sesuai dengan permintaan pasar. Dimana pohon-pohon yang ditebang harus
terletak pada tempat-tempat yang terpusat agar usaha penebangan dan pengumpulan lebih efisien. Bila terjadi kekurangan terhadap penyediaan pasar, maka akan berbahaya karena mungkin terjadi penghancuran tegakan dalam usaha mencukupi kebutahan atau permintaan. 2.Pemeliharaan tegakan persediaan untuk mempertahankan dan mengembangkan produksi di dalam bentuk tegakan persediaan agar lebih sesuai dengan tujuan pengelolaan. 3. Penyesuaian jumlah dan bentuk tegakan persediaan agar lebih sesuai dengan tujuan pengelolaan. 4.Tebangan perlindungan, terutama dipergunakan dalam sistem silvikultur untuk melindungi tegakan dari angin, kebakaran hutan dan sebagainya. Beberapa hal yang dibutuhkan dan harus dicakup dalam pengaturan hasil, yaitu: a. Perhitungan jumlah hasil yang diperoleh b.Bagaimana hasil tersebut dapat dibagi dalam hasil akhir dan penjarangan. c. Penyusunan suatu rencana penebangan dimana dibatasi oleh kepadatan tegakan yang akan ditebang.
III. METODOLOGI
A.Tempat dan Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli 2007 di KPH Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. B.Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : kalkulator, dan sebuah personal computer (PC) dengan perangkat lunak (software) pendukung yang digunakan adalah Microsoft word dan Microsoft excel 2003. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain : hasil risalah hutan KPH Cepu jangka 1973-1982, jangka 1983-1992, jangka 1993-2003, data proyeksi JPP.
C.Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari RPKH KPH Cepu selama tiga jangka.
D.Analisis Data 1. Perhitungan Etat
Dihitung dengan rumus sebagai berikut: EtatLuas =
L D
EtatVolume =
V1 + V 2 D
Dimana : L
= luas areal produktif
D
= daur
V1
= volume tegakan kelas umur pada UTR
V2
= volume tegakan miskin riap
Kemudian dilakukan analisis keadaan struktur tegakan hutan sehingga dapat disimpulkan kelas-kelas hutan produktif untuk jangka kedepan.
2. Faktor Koreksi dan Asumsi
Untuk dapat memprediksi struktur kelas hutan produktif dan produksi kayu jati jangka kedepan serta menilai tingkat kelestarian hutannya diperlukan faktor proyeksi. Faktor proyeksi yang digunakan dalam pengujian ini ada tiga macam yaitu : Faktor koreksi tingkat kelestarian (FK.1), faktor koreksi penambahan kelas umur 1 (FK.2) dan faktor koreksi penambahan miskin riap (FK.3). Perhitungan besarnya variabel FK1, FK2, FK3 menggunakan data risalah hutan selama tiga jangka, dengan rumus sebagai berikut:
a.Faktor Koreksi Tingkat Kelestarian Hutan (FK.1)
Perhitungan FK.1 didapatkan melalui 2 tahap yaitu : 1. Perhitungan Persen Perubahan per KU Melakukan perhitungan persen perubahan per KU yang merupakan rata-rata empat jangka dengan menggunakan data pada interval waktu yang konstan (interval 10 tahun) yaitu data awal jangka 1972-1983, 1983-1992, 1993-2002 dan 2003-2012, dengan perhitungan sebagai berikut : % Perubahan A-B =
LuasPerubahanA − B x100% LuasJangkaA
% Perubahan B-C =
LuasPerubahanB − C x100% LuasJangkaB
% Perubahan C-D =
LuasPerubahanC − D x100% LuasJangka
Luas Perubahan A-B= Luas Jangka A-Luas Jangka B Luas Perubahan B-C= Luas Jangka B-Luas Jangka C Luas Perubahan C-D= Luas Jangka C-Luas Jangka D
2.Penetapan Persen Perubahan per KU dengan Memperhitungkan Hasil Risalah Jangka Berjalan Untuk melakukan pendekatan angka koreksi yang mendekati nyata, yaitu dengan memperhitungkan tingkat kerusakan pada masa penjarahan, untuk mendapatkan angka tingkat lelestarian yang didapatkan melalui rumus :
TL = 1 − K K=
a −b+c x100% a
b= B-(b’-b’’)
Dimana : TL
= Tingkat Kelestarian (%)
K
= Angka kerusakan (%)
a
= Jumlah luas hutan produktif pada awal jangka
b
= Jumlah luas produktif terkini
b’
= Luas tanaman dalam jangka lalu atau periode tertentu pada jangka berjalan
b’’
= Luas tebangan A dalam jangka lalu atau periode tertentu dalam jangka berjalan
c
= Tanaman rutin jangka lalu
B
= Jumlah luas hutan produktif hasil risalah baru
b. Faktor Koreksi Penambahan Tanaman Jati Kelas Umur I (FK.2)
FK.2 adalah angka prediksi penambahan KU I untuk jangka yang akan datang dengan mempertimbangkan kerusakan hutan (pencurian, kegagalan tanam dll). FK.2 merupakan presentase perbandingan antara nilai rata-rata realisasi tanaman pembangunan pada suatu jangka terhadap rata-rata luas kerusakan pada jangka sebelumnya.ditambah dengan dengan luas tebangan rutin pada jangka berjalan dan luas tanah tidak produktif (TK dan TJBK) di awal jangka.
c. Faktor Koreksi Penambahan Miskin Riap (FK.3)
FK.3 adalah angka prediksi luas miskin riap (MR) untuk jangka yang akan datang dengan memperhitungkan perbandingan luas MR pada jangka lalu. Pada umumnya timbulnya MR disebabkan oleh kerawanan hutan. Penetapan FK.3 dalam memprediksi penambahan Miskin Riap (MR), dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menjumlahkan KU IV-KU VI pada awal jangka lalu, dengan asumsi bahwa KU efektif yang dapat menjadi MR adalah KU IV-KUVI. 2. Hasil penjumlahan di atas dikalikan dengan FK.3 dan hasil tersebut diasumsikan sebagai luas MR yang akan didapat pada jangka berikut.
d. Asumsi
Asumsi yang digunakan untuk memprediksi struktur tegakan hutan dan tebangan A2 jangka kedepan yaitu rata-rata bonita, rata-rata KBD, asumsi JPP, aturan selama periode proyeksi mengikuti aturan yang berlaku saat ini, tidak ada perubahan kebijakan yang berpengaruh signifikan terhadap etat tebangan dan umur tebang minimum. Dari faktor-faktor koreksi dan asumsi-asumsi tersebut dapat diprediksi kelas-kelas hutan produktif untuk jangka kedepan. Untuk melihat apakah kelestarian hutan dapat terwujud, maka dilakukan pendekatan dengan menggunakan dua indikator yaitu kelestarian sumberdaya hutan dan kelestarian hasil (sustained yield). Dalam hal ini kelestarian hutan dapat terwujud apabila kelestarian sumberdaya hutan dan kelestarian hasil terwujud, kelestarian hutan terwujud apabila ada indikasi bahwa potensi hutan tidak mengalami penurunan.
IV.KEADAAN UMUM LOKASI A.Letak Geografi dan Topografi
Perum Perhutani KPH Cepu mempunyai luas kawasan 33.047,3 ha, berada dalam dua wilayah kabupaten yaitu : 1.Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah
27.098,2 ha
2.Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur
5.949,1 ha
Jumlah
33.047,3 ha
Batas-batas wilayah : - Sebelah Utara
: KPH Kebonharjo, Perum Perhutani Unit I Jateng
- Sebelah Timur
: KPH Parengan, Perum Perhutani Unit II Jatim
- Sebelah Selatan
: Bengawan Solo
- Sebelah Barat
: KPH Randublatung, Perum Perhitani Unit I Jateng
Di bagian Utara, kawasan hutan Cepu terletak pada pegunungan Kendeng, di bagian Barat termasuk ke dalam DAS Lusi, dan di bagian selatan merupakan kawasan penyangga aliran sungai Bengawan Solo.
B. Keadaan Lapangan
Keadaan lapangan sebagian besar berkonfigurasi datar sampai bergelombang dan sebagian kecil berbukit yang di sela-selanya terdapat mata air yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penduduk di sekitarnya.
C.Jenis Tanah
Kawasan hutan KPH Cepu sebagian besar berbatu (kapur) dengan jenis tanah diwilayah hutan pada umumnya terdiri dari empat jenis tanah yaitu : a. Litosol b. Grumusol c. Mediteran d. Aluvial
D.Iklim
Wilayah hutan KPH Cepu dan sekitarnya beriklim tropis, yang ditandai oleh terdapatnya musim hujan dan musim kemarau yang bergantian sepanjang tahun. KPH Cepu terletak pada ketinggian 30-250 m dpl, beriklim tipe C dan D menurut Schmidt & Ferguson, temperatur rata-rata 26 oC dan curah hujan rata-rata 1.636 mm/tahun. E.Pembagian Wilayah Hutan
Guna
kepentingan
kegiatan
manajemen,
wilayah
hutan
KPH
Cepu
dikelompokkan ke dalam 7 (tujuh ) Bagian Hutan yaitu : 1. Bagian Hutan Payaman
:
3.376,3 ha
2. Bagian Hutan Cabak
:
4.506,8 ha
3. Bagian Hutan Nanas
:
4.979,7 ha
4. Bagian Hutan Ledok
:
4.435,3 ha
5. Bagian Hutan Kedewan
:
5.949,1 ha
6. Bagian Hutan Kedinding
:
5.007,2 ha
7. Bagian Hutan Blungun
:
4.792,9 ha
Jumlah
:
33.047,3 ha
F.Sosial Ekonomi Masyarakat
Sosial ekonomi masyarakat di sekitar wilayah kerja KPH Cepu, baik yang masuk daerah Kabupaten Blora maupun Kabupaten Bojonegoro secara umum masih bersifat marginal, dinamikanya relatif lamban dan masih sulit menerima hal-hal yang baru. Ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya masih tinggi, demikian juga interaksi masyarakat dengan kawasan hutan masih sangat tinggi.
Lahan pertanian
berupa sawah dan tegalan yang ada di sekitar wilayah kerja KPH Cepu luasnya sangat terbatas dibandingkan dengan jumlah penduduk, apalagi jumlah penduduk pada kelompok umur produktif cukup tinggi, dimana lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas, sangat berdampak kepada pola interaksi masyarakat dengan hutannya. Interaksi negatif lebih sering muncul, yang pada akhir-akhir ini sangat dirasakan
dampaknya dan merupakan ancaman terhadap keberadaan kawasan hutan. Untuk mengatasi situasi tersebut salah satu sistem yang dikembangkan dalam pengelolaan hutan adalah sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat melalui pola kemitraan, berbagi peran dan bagi hasil (PHBM).
G. Pembagian Wilayah Kerja
Pengelolaan hutan KPH Cepu terbagi ke dalam 2 Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (SKPH), yaitu SKPH Cepu Utara dan SKPH Cepu Selatan. Masing-masing SKPH terbagi menjadi 6 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Jumlah BKPH dan luas masing-masing adalah sebagai berikut : 1.
2.
Sub KPH Cepu Utara a. BKPH Wonogadung
:
2.421,0 ha.
b. BKPH Cabak
:
2.650,5 ha.
c. BKPH Nglebur
:
2.643,1 ha.
d. BKPH Kedewan
:
2.739,8 ha.
e. BKPH Nanas
:
2.576,9 ha.
f. BKPH Sekaran
:
3.208,5 ha.
Jumlah Sub Cepu Utara
:
16.239,8 ha.
Sub KPH Cepu Selatan a. BKPH Blungun
:
2.360 ha.
b. BKPH Pasarsore
:
2.993,5 ha.
c. BKPH Ledok
:
2.938,2 ha.
d. BKPH Pucung
:
2.681,9 ha.
e. BKPH Kendilan
:
2.922,1 ha.
f. BKPH Nglobo
:
2.911,5 ha.
Jumlah Sub Cepu Selatan
:
16.807,2 ha.
Masing-masing BKPH tersebut mempunyai 3 sampai 5 Resort Polisi Hutan (RPH). Di KPH Cepu terdapat 41 RPH dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 1. Pembagian Wilayah Kerja KPH Cepu Sub KPH Cepu Utara BKPH Wonogadung
Cabak
Nanas
Nglebur
RPH
Ledok
RPH
Ketringan
925,0
Gagakan
686,3
Kedungprahu
719,2
Kejalen
1044,0
Kemuning
791,9
Cabak
945,4
Pengkok
851,5
Talun
542,0
Nanas
767,4
Pasarsore
823,5
Bleboh
633,1
Temengeng
991,7
Janjang
577,4
Nglobo
570,0
Bulak
636,5
Dulang
521,6
Kaliklampok
554,8
Kendilan
Pasarsore
Nglobo
1090,1
Gianti
Luas (ha)
795,5
1153,3
Gerdusapi
773,1
Ngasahan
972,8
Mejurang
1086,1
Ngawengan
1132,8
Sumberjo
725,2
Jomblang
508,9
Beji
800,1
Klopoduwur
598,4
Payaman
802,4
Kedewan Sekaran
BKPH
Nglamping
Nglebur Kedewan
Sub KPH Cepu Selatan Luas (ha)
1024,8
Blungun
Dandangilo
857,6
Ngodo
781,0
Kawengan
931,4
Blungun
723,5
Nglelo
701,7
Galuk
716,7
Sekaran
717,1
Pucung
627,1
Kasiman
798,6
Wadung
713,6
Klompok
607,9
Pucung
Sumber : Perum Perhutani KPH Cepu, 2005
H.Sumber Daya Manusia
Sampai saat ini karyawan Perum Perhutani KPH Cepu yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan
yang meliputi bagian manajemen
(pimpinan), perencanaan, umum (administrasi), keuangan, teknis, dan lain-lain berjumlah 870 orang dengan tingkat pendidikan ; pendidikan tinggi 20 orang, pendidikan menengah 422 orang dan pendidikan rendah 428 orang.
KPH Cepu dipimpin oleh seorang Administratur, dibantu oleh lima Ajun Admimistratur dan masing-masing ajun membawahi bagian yang dikepalai oleh seorang kepala sub seksi dan kepala urusan. Sebagai pelaksana di lapangan, KPH Cepu dibagi menjadi 12 BKPH yang dikepalai oleh seorang Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH/Asper) dan 34 orang Kepala setingkat BKPH/Asper, yaitu 3 orang Kepala TPK, dan Kepala Bangun- Bangunan. Satuan terkecil unit kerja KPH adalah Resort Pemangkuan Hutan (RPH) yang dipimpin oleh seorang Kepala RPH (KRPH).
I.Potensi Hutan
KPH Cepu merupakan wilayah kerja Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang mengelola kelas perusahaan jati. Berikut adalah keadaan kelas hutan berdasarkan Pencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) jangka 2003-2012, baik hutan produktif maupun tidak produktif : Tabel 2. Penyebaran Potensi Hutan KPH Cepu Hutan Produktif Kls Hutan Luas (Ha) KU I 7479.6 KU II 2610.6 KU III 1610.6 KU IV 1344.9 KU V 1744.3 KU VI 773.5 KU VII 898,0 KU VIII 944.1 KU IX 202.4 KU X MR 1037.0 MT 44.2 Jumlah 18689.2 Jumlah Total Sumber : Perum Perhutani KPH Cepu, 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Tidak Produktif/Bukan untuk Produksi Kls Hutan Luas (Ha) TJBK 3306.9 TK 6190.3 LTJL 82.9 TKL 470.4 TJKL 1068.6 LDTI 1260.67 TBPTH 1079.1 HLT 642.3 SA, CA, HW 30 TKTBJ 197.4
Jumlah 33047,30
14358,10
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Potensi Sumberdaya Hutan 1. Ikhtisar Luas Kelas Hutan Produktif
Penelaahan luas hutan produktif selama empat jangka bertujuan untuk memperoleh gambaran perbandingan potensi kelas hutan produktif KPH Cepu, data luas hutan produktif diperoleh dari buku RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan) yang disusun setiap 10 tahun sekali. Perbandingan potensi kelas hutan empat jangka dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Luas Hutan Produktif Empat jangka Kls Jangka Jangka Jangka Jangka Hutan/KU 1973-1982 (ha) 1983-1992 (ha) 1993-2002(ha) 2003-2012 (ha) I 5304,70 4225,40 3584,30 7479,60 II 5971,40 4619,90 3329,30 2610,60 III 2670,10 5699,00 3134,80 1610,60 IV 2962,20 2280,00 4354,25 1344,90 V 2821,80 2199,40 1931,00 1744,30 VI 2297,00 2195,00 1880,40 773,50 VII 1827,90 1900,00 1747,90 898,00 VIII 901,10 1686,30 1689,30 944,10 IX 666,30 335,60 214,30 202,40 X 130,80 276,50 XI 5,60 9,10 MR 4.124,10 1709,40 1211,10 1037,00 MT 93,70 44,20 Jumlah 29.683,00 27135,60 23170,35 18689,20 Sumber: Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1973-1982, 1983-1992, 1993-2002, 2003-2012
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa luas hutan produktif KPH Cepu selama empat jangka mengalami penurunan, dengan adanya penurunan ini maka potensi hutan juga menurun. Penurunan yang terjadi semakin besar dengan bertambahnya jangka pengelolaan, penurunan jangka 2003-2012 bila dibandingkan dengan jangka 1993-2002 adalah 19,1%, bila dibandingkan dengan jangka 1983-1992 adalah 31%, dan bila dibandingkan dengan awal jangka 1973-1982 adalah 37%. Penurunan luas hutan ini disebabkan oleh pembibrikan lahan, penggembalaan, pencurian pohon, kebakaran dan bencana alam, namun gangguan yang paling merugikan adalah
pencurian pohon. Pencurian pohon terjadi dari tahun 1998-2006, pencurian terbesar yaitu pada tahun 1998 yaitu 90.245 pohon dan meningkat pada tahun 1999 dengan kenaikan sebesar 494% (dibandingkan tahun1998) atau setara dengan 536.255 pohon. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan kelas umur muda terutama terlihat pada jangka sekarang yaitu kenaikan luas sebesar 108,67% dan penurunan kelas umur tua. Pada jangka 1993-2002 KU X dan KU XI tidak ditemui lagi.Penurunan kelas hutan produktif empat jangka dapat dilihat pada diagram berikut ini.
35.000,00
I II
30.000,00
III IV
25.000,00
V 20.000,00
VI VII
15.000,00
VIII 10.000,00
IX X
5.000,00
XI MR
0,00 Jangka 1973- Jangka 1983- Jangka 1993- Jangka 20031982 (Ha) 1992 (Ha) 2002(Ha) 2012 (Ha)
MT Jumlah
Gambar 3. Diagram Perbandingan Kelas Hutan Produktif Empat Jangka
2. Etat
Etat adalah batasan luas dan volume tebangan per tahun yang diperkenankan, dihitung berdasarkan pengujian sesuai ketentuan SK Dirjen Kehutanan nomor 143/KPTS/Dj/I/1974. Ditetapkan daur untuk jangka 1983-1992 dan jangka 19932002 adalah 80 tahun, tetapi untuk jangka sekarang yaitu jangka 2003-2012 daur yang ditetapkan adalah 60 tahun. Berikut adalah perbandingan etat luas dan etat volume KPH Cepu selama tiga jangka.
534,77
600 500 400
414,08 339,2
289,63
367,69 311,5
300 200 100 0 1983-1992
1993-2002
2003-2012
jangka Etat Luas(ha/Tahun)
Etat Volume(m3/Tahun)x100
Gambar 4. Diagram Perbandingan Etat Luas dan Etat Volume Tiga Jangka
Dari diagram di atas menunjukkan terjadinya penurunan etat, baik etat luas maupun etat volume, yang berarti pula terjadi penurunan produksi. Penurunan luas paling besar adalah pada jangka 1993-2002 yang disebabkan adanya gangguan keamanan yang besar antara tahun 1998 dan 1999. Etat luas dan etat volume pada jangka 2003-2012 merupakan rata-rata etat per Bagian Hutan dari tujuh Bagian Hutan yang ada di KPH Cepu. Karena dengan adanya kebijakan baru, saat ini perhitungan etat di KPH Cepu dihitung per bagian hutan, hal ini dikarenakan kerusakan hutan tiap bagian hutan berbeda-beda, apabila perhitungan etat dihitung rata artinya etat yang ada adalah etat KPH maka kelestarian hutan tidak dapat terjamin. Berikut ini adalah diagram etat per bagian hutan dari KPH Cepu.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
83,82 70,56 63,36 54,48 49,61
58,51 51,02 44,67
48,34 29,97 21,71
29,83 27,59
Payaman
45,72
Cabak
Nanas
Etat Luas(ha/tahun)
Kedewan
Ledok
Kedinding
Blungun
Etat Volume(m3/tahun)x100
Gambar 5. Diagram Perbandingan Etat Per Bagian Hutan KPH Cepu
Dari diagram di atas etat volume terbesar adalah bagian hutan Ledok yaitu 8382 m3/tahun dengan etat luas 48,34 ha/tahun bila dihitung produksi per hektarnya , bagian hutan ini menghasilkan produksi 173,4 m3/ha, ini disebabkan kerena bagian hutan ini didominasi oleh KU tua. Etat volume terkecil adalah bagian hutan Kedinding yaitu 2171 m3/tahun dengan etat luas 29,97 ha/tahun. Pada bagian hutan ini juga didominasi oleh KU muda, kelas umur tertua pada bagian hutan ini adalah KU VI, selain itu bagian hutan ini juga tidak memiliki KU III hal ini menyebabkan bagian hutan Kedinding tidak dapat memanen pada jangka ketiga (dari jangka 20032012). Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab antara lain: gangguan keamanan yang berbeda antara dua bagian hutan tersebut atau adanya perbedaan susunan luas kelas hutan produktif diantara dua bagian hutan tersebut.
3. Potensi Tebangan A.2
Tebangan A.2 adalah tebangan habis biasa pada hutan produktif yang dilaksanakan pada jangka berjalan. Potensi tebangan A.2 KPH Cepu dalam beberapa tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Potensi Tebangan A2 No
Tahun
Luas Tebangan (ha)
1 2 3 4 5 6 7 8
1999 220.5 2000 155 2001 199 2002 105.3 2003 272.8 2004 322.6 2005 158.2 2006 352 Jumlah 1785.4 Sumber : Buku RPKH KPH Cepu
Tebangan A2 Rencana (RPKH) Realisasi Lapangan m3 m3 22575 19433 17658 16388 17898 13604 9826 9311 18483 18226 29226 30996 18704 19351 25566 26437 159936 153746
Dari tabel di atas dapat dilihat potensi tebangan A.2 baik rencana maupun realisasinya, realisasi tebangan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam buku RPKH. Penebangan yang dilakukan terkadang kurang dari rencana dan terkadang melebihi rencana. Ketidaktepatan jumlah volume yang ditebang ini antara lain disebabkan oleh adanya gangguan hutan yang menyebabkan berkurangnya jatah tebangan atau bisa juga disebabkan oleh kurang telitinya pengukur saat melakukan risalah yang digunakan untuk menyusun rencana tebangan, penebangan yang tidak sesuai dengan RPKH ini diizinkan asal tidak melebihi total etat dalan suatu jangka. Mulai tahun 2000 ada kebijakan baru yaitu penebangan yang dilakukan harus sesuai dengan RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan) dan Jatah Produksi Tebang, JPT tidak boleh lebih dari RKAP.
B. Faktor Koreksi dan Asumsi
Dalam melakukan prediksi struktur kelas hutan dan produksi tebangan A.2 jati untuk satu jangka ke depan, diperlukan beberapa angka koreksi maupun angka asumsi.
1. Faktor Koreksi
Dalam uji kelestarian ini, proses prediksi kelas hutan dan tebangan A.2 menggunakan tiga macam faktor koreksi yaitu : 1. Faktor koreksi tingkat kelestarian kelas hutan (FK.1)
2. Faktor koreksi penambahan tanaman kelas umur 1 (FK.2) 3. Faktor koreksi penambahan miskin riap (FK.3)
1.1.Faktor Koreksi Tingkat Kelestarian Hutan
Faktor koreksi tingkat kelestarian hutan (FK.1) adalah angka koreksi kelas hutan produktif untuk jangka yang akan datang yang diakibatkan oleh pencurian/penjarahan, kegagalan tanaman, dll untuk digunakan sebagai angka koreksi dalam memprediksi struktur kelas hutan pada jangka berikutnya. Angka ini berfungsi untuk mengoreksi persediaan luas kelas hutan produktif pada jangka berikutnya dengan cara mengalikan FK.1 dengan luas per KU pada bagan tebang jangka kedua. Sehingga diperoleh komposisi kelas hutan jangka berikutnya yang telah memperhitungkan angka kelestarian per KU (setelah dikurangi angka kerusakan per KU). Metode penerapan FK.1 menggunakan tahapan perhitungan sebagai berikut :
a. Perhitungan Persen Perubahan per KU
Melakukan perhitungan persen perubahan per KU yang merupakan rata-rata empat jangka dengan menggunakan data pada interval waktu yang konstan (interval 10 tahun) yaitu data awal jangka 1972-1983, 1983-1992, 1993-2002 dan 2003-2012, Rincian luas kelas hutan empat jangka adalah :
Tabel 5. Perubahan Kelas Umur pada empat Jangka Kls Hutan
Jangka A (19721983)
Jangka B (19831992)
Jangka C (19932002)
Jangka D (20032012)
1
2
3
4
5
Luas Perubahan
% Perubahan
A-B
B-C
C-D
A-B
B-C
C-D
6
7
8
9
10
11
7479,60 3584,30
2610,60
4225,40
3329,30
1610,60
973,70 896,10
1718,70
27,17 21,21
51,62
I
5.304,70
4619,90
3134,80
1344,90
684,80
1485,10
1789,90
12,91
32,15
57,10
II
5.971,40
5699,00
4354,25
1744,30
272,40
1344,75
2609,95
4,56
23,60
59,94
III
2.670,10
2280,00
1931,00
773,50
390,10
349,00
1157,50
14,61
15,31
59,94
IV
2.962,20
2199,40
1880,40
898,00
762,80
319,00
982,40
25,75
14,50
52,24
V
2.821,80
2195,00
1747,90
944,10
626,80
447,10
803,80
22,21
20,37
45,99
VI
2.297,00
1900,00
1689,30
202,40
397,00
210,70
1486,90
17,28
11,09
88,02
VII
1.827,90
1686,30
214,30
141,60
1472,00
214,30
7,75
87,29
100,00
VIII
901,10
335,60
565,50
335,60
0
62,76
100,00
IX
666,30
276,50
389,80
276,50
0
58,50
100,00
X
130,80
9,10
121,70
9,10
0
93,04
100,00
XI
5,60
5,60
0
0
100,00
2.414,70
498,30
174,10
58,55
MR
4.124,10
1709,40
1211,10
1037,00
29,15
14,38
93,70 44,20 0,00 -93,70 49,50 MT Sumber: Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1973-1982, 1983-1992, 1993-2002, 2003-2012 (Data diolah)
52,83
b.Penetapan Persen Perubahan per KU dengan Memperhitungkan Hasil Risalah Jangka Berjalan
Untuk melakukan pendekatan angka koreksi yang mendekati nyata, yaitu dengan memperhitungkan tingkat kerusakan pada masa penjarahan, maka hasil perhitungan (a) dirata-ratakan dengan nilai kerusakan hasil kegiatan risalah tahun 2003 sebesar sebagai berikut :
48,18% (tingkat kelestarian :1-48,18 %=51,82%) dengan rincian
Tabel 6. Persen Perubahan Per KU dengan Memperhitungkan Hasil Risalah Jangka Berjalan Jangka Lalu1993-2002
Jangka Sekarang 2003-2012
Perbedaan Luas
Kls Hutan
Luas (ha)
Kls Hutan
Luas (ha)
Luas (ha)
%
1
2
3
4
5
6
I
3584,30
I
7479,60
-3895,30
-108,68
II
3329,30
II
2610,60
718,70
21,59
III
3134,80
III
1610,60
1524,20
48,62
IV
4354,25
IV
1344,90
3009,35
69,11
V
1931,00
V
1744,30
186,70
9,67
VI
1880,40
VI
773,50
1106,90
58,87
VII
1747,90
VII
898,00
849,90
48,62
VIII
1689,30
VIII
944,10
745,20
44,11
IX
214,30
IX
202,40
11,90
5,55
MR
1211,10
MR
1037,00
174,10
14,38
MT
93,70
MT
44,20
49,50
52,83
23170,35 18689,20 Sumber: Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1993-2002 dan jangka 2003-2012 (Data diolah)
Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh angka kerusakan sebesar 48,18% dan tingkat kelestarian (TL) sebesar 51,82%. Keterangan : Tanaman rutin 1993-2002 = 2497,8 Luas tebangan A2 jangka lalu = 2307,7 ha Luas tanaman jangka lalu = 6493,4 ha
Untuk memperoleh pendekatan yang lebih nyata maka dalam menghitung FK.1 masing-masing dikalikan nilai bobot sesuai waktu masing-masing jangka. Rincian perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Perhitungan FK.1 Kls Hutan
A-B
B-C
1
2 12,91
I-II
% Perubahan
FK.a
FK.b
Jumlah (klm6+klm7)
FK.1
C-D
% kerusakan
3
4
5
6
7
8
9
32,15
57,10
34,05
65,95
51,82
117,77
39,26
II-III
4,56
23,60
59,94
29,37
70,63
51,82
122,45
40,82
III-IV
14,61
15,31
59,94
29,95
70,05
51,82
121,87
40,62
IV-V
25,75
14,50
52,24
30,83
69,17
51,82
120,99
40,33
V-VI
22,21
20,37
45,99
29,52
70,48
51,82
122,30
40,77
VI-VII
17,28
11,09
88,02
38,80
61,20
51,82
113,02
37,67
VII-VIII 7,75 87,29 100,00 65,01 34,99 51,82 86,81 28,94 Sumber: Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1973-1982, 1983-1992, 1993-2002, 2003-2012 (Data diolah)
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dapat dilihat pada grafik perbandingan tingkat kerusakan sebagai dasar perhitungan FK.1 berikut ini 200,00 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 I-II
II-III
III-IV
IV-V
V-VI
VI-VII
VII-VIII
FK.1
39,26
40,82
40,63
40,34
40,77
37,68
28,94
FK.b
51,82
51,82
51,82
51,82
51,82
51,82
51,82
FK.a
65,95
70,63
70,05
69,17
70,48
61,20
34,99
Kelas Hutan
Gambar 6. Grafik Perbandingan Faktor Koreksi
1.2. Faktor Koreksi Penambahan Tanaman Jati Kelas Umur I (FK.2)
Tabel 8. Koreksi Struktur KU Jangka Lalu dengan Angka Kerusakan Masing-Masing KU Jangka (thn)
Luas TK Awal Jangka (ha)
Luas TJBK dlm Jangka (ha)
Krusakn dlm Jangka (ha)
Luas Teb A dlm Jangka (ha)
Luas Tan dlm jangka (ha)
Luas KU I Jangka Berikut (ha)
1
2
3
4
5
6
73-82
266,2
1625,5
3133,9
3416,1
83-92
432,2
3877,2
4841,05
93-02
1711,8
4824,5
9232,15
Perhitungan Rata-Rata Tertimbang
% per Jangka
Rentang Jangka (thn)
(6x9)
(8x10)
FK.2 (11:10)
7
8
9
10
11
12
1891,5
4225,4
84,08
10
50256
4225400
3594,2
4309,4
3584,3
28,94
10
123853
3584300
2307,7
6493,4
7479,6
41,35
10
180904
7479600
35501,3
15289,3
355013
15289300
Jumlah
Sumber: Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1973-1982, 1983-1992, 1993-2002. (Data diolah)
Dari perhitungan FK.2 didapatkan angka koreksi sebesar 43,07% yang berarti bahwa penambahan kelas umur I pada jangka berikutnya sebesar 43,07%.
1.3. Faktor Koreksi Penambahan Miskin Riap (FK.3)
Tabel 9. Penambahan Miskin Riap (FK.3) Jangka
Kelas Hutan
1973-1982
1983-1992
1993-2002
2003-2012
Jumlah FK.3
1
2
3
4
5
6
IV
2962,20
2280,00
4354,25
1344,90
10941,35
V
2821,80
2199,40
1931,00
1744,30
8696,50
VI
2297,00
21950,00
1880,40
773,50
7145,90
Jumlah
8081,00
6674,40
8165,65
3862,70
26783,75
1709,40
1211,10
1042,30
3962,80
MR
% 21,15 18,15 12,76 14,80 Sumber: Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1973-1982, 1983-1992, 1993-2002, 2003-2012 (Data diolah)
Dari perhitungan FK.3 didapatkan angka koreksi sebesar 14,80% yang berarti bahwa penambahan kelas umur I pada jangka berikutnya sebesar 14,80%.
2. Asumsi-Asumsi
43,07
Dalam proses prediksi, asumsi-asumsi yang digunakan meliputi : 1.Rata-rata bonita 2.Rata-rata KBD 3.Asumsi JPP 4.Aturan selama periode proyeksi mengikuti aturan yang berlaku saat ini. 5.Tidak ada perubahan kebijakan yang berpengaruh signifikan terhadap etat tebangan. 6.Umur tebang minimum (UTM).
1. Rata-Rata Bonita Rata-rata bonita digunakan untuk melakukan perhitungan luas dan volume kayu dalam perhitungan etat pada beberapa jangka kedepan. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 10. Rata-Rata Bonita Jangka 1973Jangka 1983Jangka RataJumlah Bonita 1982 19992 19993-2002 Rata Luas Dtetapkn Bon Luas Bon Luas Bon Luas Bon I 5304,70 3,1 4225,40 3,5 3584,30 3,3 13114,4 3,3 3,5 II 5971,40 3,4 4619,90 3,5 3329,30 3,5 13920,6 3,5 3,5 III 2670,10 3,3 5699,00 3,5 313408 3,5 321777,1 3,4 3,5 IV 2962,20 3,5 2280,00 3,5 4354,25 3,6 9596,45 3,5 3,5 V 2821,80 3,6 2199,40 3,5 1931,00 4,1 6952,2 3,7 4,0 VI 2297,00 3,9 2195,00 3,5 1880,40 3,9 6372,4 3,8 4,0 VII 1827,90 3,0 1900,00 3,5 1747,90 3,8 5475,8 3,4 3,5 VIII 901,10 3,4 1686,30 3,5 1689,30 3,8 4276,7 3,6 3,5 IX 666,30 3,4 335,60 3,5 214,30 3,8 1216,2 3,6 3,5 X 130,80 3,5 276,50 3,5 407,3 3,5 3,5 XI 5,60 3,0 9,10 4,0 14,7 3,5 3,5 MR 4124,10 1709,40 3,5 1211,10 7044,6 3,5 3,5 MT 4094,00 93,7 4187,7 Sumber : Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1973-1982, 1983-1992, 1993-2002, 2003-2012 (Data diolah)
Kls Hutan
2. Rata-Rata KBD
Rata-rata KBD digunakan untuk melakukan perhitungan luas dan volume kayu dalam perhitungan etat pada beberapa jangka kedepan. Perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Rata-Rata KBD Jangka 1973Jangka 1983Jangka 19993RataJumlah 1982 19992 2002 Rata Luas KBD Luas KBD Luas KBD Luas KBD I 5304,7 0,73 4225,4 0,89 3584,3 0,87 13114,4 0,83 II 5971,4 0,75 4619,9 1,04 3329,3 0,94 13920,6 0,91 III 2670,1 0,73 5699,0 0,98 313408,0 0,91 321777,1 0,87 IV 2962,2 0,69 2280,0 0,94 4354,25 0,90 9596,45 0,84 V 2821,8 0,72 2199,4 0,86 1931,0 0,88 6952,2 0,82 VI 2297,0 0,73 2195,0 0,85 1880,4 0,87 6372,4 0,82 VII 1827,9 0,71 1900,0 0,86 1747,9 0,83 5475,8 0,80 VIII 901,1 0,71 1686,3 0,85 1689,3 0,96 4276,7 0,84 IX 666,3 0,73 335,6 0,85 214,3 0,95 1216,2 0,84 X 130,8 0,70 276,5 0,78 407,3 0,74 XI 5,6 0,60 9,1 1,10 14,7 0,85 MR 4124,1 0,52 1709,4 1211,1 7044,6 0,52 MT 4094 93,7 4187,7 Sumber : Buku RPKH KPH Cepu Jangka 1973-1982, 1983-1992, 1993-2002, 2003-2012 (Data diolah) Kls Hutan
3. Asumsi Produksi JPP Dalam memprediksi tebangan A.2 beberapa angka kedepan, potensi tebangan yang berasal dari tanaman JPP akan diperhitungkan berdasarkan : a. Buku Rancang Bangun Tanaman JPP Rancang
Bangun
Tanaman
JPP
KPH
Cepu
yang
telah
disusun
memproyeksikan tanaman selama 20 tahun, yang sebelumnya telah diawali penanaman pada tahun 2002. b. Daur dan Estimasi Produksi JPP Berdasarkan hasil penelitian Pusbang SDH Perum Perhutani Cepu, daur JPP secara ekonomis dapat ditebang pada daur tegakan 20 tahun dengan estimasi produksi 200 m3/ha.
4. Aturan Selama Periode Proyeksi Mengikuti Aturan yang Berlaku Saat ini
Sistem perencanaan Perhutani, perhitungan etat dan rencana direvisi setiap 10 tahun sekali. Etat Volume dihitung berdasarkan potensi pada umur tebang rata-rata (UTR)untuk semua kelas umur dibagi dengan daur, dengan asumsi tingkat kelestarian semua kelas umur yang sama yaitu 100% dan struktr hutan adalah hutan normal yaitu tiap kelas umur mempunyai kelas umur yang sama. Sedangka rencana tebangan A.2 disusun berdasarkan potensi riil tebangan dalam jangka yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa etat tebangan tidak akan pernah dicapai selama kedua asumsi diatas tidak terpenuhi.
5. Tidak ada Perubahan Kebijakan yang Berpengaruh Terhadap Etat Tebangan Selama periode proyeksi diasumsikan tidak ada perubahan kebijakan yang berpengaruh terhadap etat tebangan, misalnya ada perubahan daur. Walaupun pada kenyataannya perubahan daur yang mengakibatkan peningkatan etat tebangan hanya akan berpengaruh terhadap luas tebangan apabila potensi riil tebangan pada suatu jangka melebihi etat tebangan sebelum perubahan. Sedang apabila potensi nyata tebangan suatu jangka jauh dibawah etat tebangan maka perubahan daur atau penambahan etat tidak akan mempengaruhi luas tebangan.
6. Umur Tebang Minimum (UTM) Selama periode proyeksi diasumsikan bahwa UTM adalah 51 tahun sehingga KU VI ke atas pada awal jangka yang dapat dimasukkan sebagai areal tebangan pada jangka yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan terdapat kebijakan dari Perhutani pusat yang telah memasukkan KU VI dalam rencana tebangan pada jangka 20032012 sehingga prediksi selanjutnya lebih realistis maka untuk jangka 2003-2012 digunakan rencana rebangan berdasarkan kebijakan tersebut.
C. Prediksi
Prediksi struktur kelas hutan dan tebangan A.2 satu jangka kedepan, menggunakan awalan (starting point) RPKH jangka berjalan jangka 2003-2012, oleh karena itu prediksi selanjutnya adalah kelipatan 10 tahun dari tahun 2003. 1.Awal Jangka 2003-2012
1.Struktur kelas hutan produksi Pada tabel di bawah ini dijelaskan struktur kelas hutan produktif berdasarkan RPKH 2003-2012. Tabel 12. Struktur Kelas Hutan Produktif Jangka 2003-2012 Kls Hutan 1
Luas (ha) Non JPP 2 1037,00 44,20 202,40 944,10 898,00 773,50 1744,30 1344,90 1610,60 2610,60 6740,90
JPP 3
MR MT KU IX KU VIII KU VII KU VI KU V KU IV KU III KU II KU I 738,7 Jumlah Sumber : Buku RPKH KPH Cepu, jangka 2003-2012
Jumlah 4 1037,00 44,20 202,40 944,10 898,00 773,50 1744,30 1344,90 1610,60 2610,60 7479,60 18689,20
2.Etat Tebangan Tabel 13. Etat Tebangan Jangka 2003-2012 Bagian Hutan
Etat Luas (ha/tahun)
Payaman 29,83 Cabak 49,61 Nanas 63,36 Kedewan 44,67 Ledok 48,34 Kedinding 29,97 Blungun 45,72 Jumlah 311,5 Sumber : Buku RPKH KPH Cepu, jangka 2003-2012
Etat Volume (m3/tahun) 2759 5448 7056 5102 8382 2171 5851 36769
Berdasarkan perhitungan di atas dapat ditentukan etat tebangan yaitu :
UTR
= 82 tahun
Etat Luas
= 311,5 ha/tahun
Etat Volume
= 36769 m3/tahun
Komposisi kelas hutan untuk lapangan yang baik untuk tebang habis adalah sebagai berikut : Tabel 14. Kelas Hutan Awal Jangka 2003-2012 Kelas Hutan MR MT KU IX KU VIII KU VII KU VI KU V KU IV KU III KU II KU I Jumlah TK/TJBK Lainnya Total
Luas 1037,00 44,20 202,40 944,10 898,00 773,50 1744,30 1344,90 1610,60 2610,60 7479,60 18689,20 9497,20 1068,60 10565,80
Awal Jangka (ha) Non JPP 1037,00
JPP
44,20 202,40 944,10 898,00 773,50 1744,30 1344,90 1610,60 2610,60 6740,90 17950,5
738,70 738,70
2.Prediksi Jangka 2013-2022
1. Perhitungan estimasi luas tanaman jati awal jangka (2013-2022) Perhitungan estimasi luas tanaman jati awal jangka berasal dari luas awal jangka lalu dengan memperhitungkan luas tebangan A yang didapat dari bagan tebang habis selama daur dan digunakan untuk memprediksi luas tanaman awal jangka setelah memperhitungkan FK.1, FK.2, dan FK.3. Perhitungan estimasi luas tanaman jati awal jangka disajikan pada tabel berikut :
Tabel 15. Perhitungan estimasi luas tanaman jati awal jangka (2013-2022)
Tan Awal Jangka Sblm FK.2
Tanaman Awal Jangka FK.2.0,4307
8
9
Luas Awal Jangka Lalu (ha)
Teb A Jangka Lalu (ha)
Sisa Kls Hutan Produktif Jangka Lalu (ha)
AKRFK.1 (100FK.1)
AKRFK.3 (AKR14,8)
2
3
4
5
6
MR
1037,00
921,30
115,70
921,30
396,80
MT
44,20
14,10
30,10
14,10
6,07
KU IX
202,40
202,40
202,40
87,17
KU VIII
944,10
670,50
373,60
670,50
288,78
KU VII
898,00
324,20
573,80
71,06
661,48
284,90
KU VI
773,50
70,90
702,60
62,32
35,48
687,14
687,14
295,95
KU V
1744,30
76,40
1667,90
59,23
32,39
1528,13
1528,13
658,17
KU IV
1344,90
1344,90
59,66
32,83
1243,90
1243,9
535,75
KU III
1610,60
1610,60
59,37
956,21
956,21
411,84
KU II
2610,60
2610,60
59,18
1544,95
1544,95
665,41
KU I
7479,60
7479,60
60,74
4543,11
4543,11
1956,72
11164,92
12973,22
5587,57
9497,20
9497,20
4090,44
Kls Hutan
1
2279,8
16509,40
44,22
Tan Pemb Awal Jangka Sblm FK.2 7
661,48
Jumlah1
18689,20
TK/TJBK
9497,20
Lainnya
1068,60
Jumlah2 Jumlah 1+2
10565,80
9497,20
9497,20
4090,44
29255,00
20662,12
22470,42
9678,01
Non JPP
3645,1
JPP
4021
Tak Produktif Awal Jangka
2.Perhitungan estimasi luas Miskin Riap awal jangka (2013-2022)
13067,4
Estimasi luas kelas hutan miskin riap awal jangka 2014-2023 dihitung berdasarkan luas KU IV-KU VIII pada awal jangka sebelumnya dengan memperhitungkan angka empiris perubahan KU menjadi MR pada beberapa jangka yang lalu (FK.3), dengan asumsi bahwa pada KU IV-VI merupakan KU yang potensial berubah menjadi kelas hutan miskin riap (MR).
Tabel 16. Perhitungan estimasi luas Miskin Riap awal jangka 2013-2022
MR MT KU IX
2 1037,00 44,20 202,40
Tebangan A jangka Lalu (ha) 3 921,30 14,10 202,40
Kelas Hutan produktif di Luar Tebangan A 4 115,70 30,10
KU VIII
944,10
670,50
373,60
0,1486
55,52
KU VII
898,00
324,20
573,80
0,1486
85,27
KU VI
773,50
70,90
702,60
0,1486
104,41
KU V
1744,30
76,40
1667,90
0,1486
247,85
KU IV
1344,90
1344,90
0,1486
199,85
KU III
1610,60
1610,60
KU II
2610,60
2610,60
KU I
7479,60
7479,60
Awal Jangka Kelas 1
Jumlah
Luas
18689,20
2279,80
FK.3 14,80%
Prediksi MR Awal Jangka (ha)
5
6
16509,40
3.Estimasi Susunan Kelas Hutan Awal Jangka 2013-2022
692,89
Tabel 17. Estimasi Susunan kelas Hutan Awal Jangka 2013-2022
Luas (ha)
Non JPP (ha)
JPP (ha)
Teb A jangka Lalu
Sisa Kelas Hutan Produktif Jangka Lalu
2
3
4
5
6
MR
1037,00
1037,00
921,30
115,70
808,59
808,59
MT
44,20
44,20
14,10
30,10
30,10
30,10
202,40
202,40
202,40
373,60
373,60
235,14
235,14
Awal Jangka lalu Kelas Hutan
1
Awal Jangka
FK.1
Luas (ha)
Non JPP (ha)
JPP (ha)
7
8
9
10
KU IX KU VIII KU VII
944,10
944,10
670,50
373,60
898,00
898,00
324,20
573,80
40,98
349,33
349,33
KU VI
773,50
773,50
70,90
702,60
49,72
880,82
880,82
KU V
1744,30
1744,30
76,40
1667,90
52,81
704,32
704,32
KU IV
1344,90
1344,90
1344,90
52,37
848,30
848,30
KU III
1610,60
1610,60
1610,60
52,67
1379,96
1379,96
KU II
2610,60
2610,60
2610,60
52,86
3837,03
3458,08
378,95
KU I
7479,60
6740,90
7479,60
51,30
9678,01
6102,41
3575,60
18689,20
17950,50
19125,22
15170,65
3954,55
738,70 2279,80
16509,40
4.Perhitungan Etat Luas dan Etat Volume Awal Jangka 2013-2022
Tabel 18. Perhitungan Etat Luas dan Etat Volume Awal Jangka 2013-2022 Luas (ha)
Rata-Rata
Kls Hutan
Non JPP
JPP
Jumlah
Bonita
KBD
1
2
3
4
5
6
MR
808,59
808,59
3,5
MT
30,10
30,10
3,5
KU IX
373,60
373,60
3,5
0,84
KU VIII
235,14
235,14
3,5
KU VII
349,33
349,33
KU VI
880,82
KU V
Umur Teb Ratarata 7
Vol total (m3)
8
9
67,75
54781,97
166,30
5005,63
85
140,72
52572,99
0,84
75
129,95
30556,44
3,5
0,80
65
112,49
39296,13
880,82
4,0
0,82
55
124,47
109635,67
704,32
704,32
4,0
0,82
45
108,74
76587,76
KU IV
848,30
848,30
3,5
0,84
35
78,47
66566,10
KU III
1379,96
1379,96
3,5
0,87
25
65,77
90759,97
KU II
3458,08
378,95
3873,03
3,5
0,91
15
50,24
194581,03
6102,41
3575,60
9678,01
3,5
0,83
5
16,7
161622,77
15170,65
3954,55
19161,2
1061,6
881966,46
KU I
0,52
Vol/ha(m3)
Umur Rata-Rata Tanaman
= 21 tahun
UTR
= 51 tahun
Etat Luas
= 319,35 ha/tahun
Etat Volume
= 14699,44 m3/tahun
5.Estimasi Tebangan A2 Awal Jangka 2013-2022
Dengan memperhatikan Umur Tebang Minimum 51 tahun untuk tebangan A2, maka dapat diketahui rencana tebangan A2 untuk jangka 2013-2022 sebagai berikut : Tabel 19. Estimasi Tebangan A2 Awal Jangka 2013-2022 Luas (ha)
Kelas Hutan
Non JPP
JPP
Jumlah
Vol/ha (m3/ha)
Vol Total (m3)
1
2
3
4
5
6
MR
808,590
808,590
67,75
54781,97
MT
30,100
30,100
166,30
5005,63
KU IX
373,600
373,600
140,72
52572,99
KU VIII
235,140
235,140
129,95
30556,44
KU VII
349,330
349,330
112,49
39296,13
773,50
773,50
124,47
96277,55
KU VI Teb A2/Jangka Teb A/tahun
2570,26
278490,71 27849,07
Dari perhitungan didapatkan bahwa tebangan A2 per tahun adalah sebesar 27849 m3/tahun. Namun besarnya tebangan per tahun tidak boleh melebihi etat yang telah ditentukan yaitu 14699 m3/tahun, sedangkan hasil prediksi tebangan A2 sangat besar yaitu 89,46% lebih besar dari etat volume yang ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh kebijakan penurunan daur yang dilakukan oleh Perum Perhutani yaitu daur untuk KPH Cepu dari daur 80 tahun menjadi 60 tahun, oleh karena itu diasumsikan UTM yang digunakan adalah 51 tahun. Sedangkan di KPH Cepu sendiri masih terdapat tegakan-tegakan kelas umur tua yaitu KU VII, KU VIII dan KU IX, selain itu untuk tebangan A2 pada daur pertama masih terdapat kelas hutan MR dan MT yang belum ditebang, dengan demikian prediksi yang dihasilkan besar dan over estimate.
3. Perbandingan Luas Kelas Hutan Produktif Jangka 2013-2022 Menurut SK 143 dengan Hasil Perhitungan Menggunakan Faktor Koreksi.
Tabel 20. Perbandingan Luas Hutan Produktif SK 143 dengan Perhitungan Menggunakan Faktor Koreksi. Kelas Hutan KU I KU II KU III KU IV KU V KU VI KU VII KU VIII KU IX MT MR Jumlah
Luas (ha) SK 143 Faktor Koreksi 11747,00 9678,01 7479,60 3873,03 2610,60 1379,96 1610,60 848,30 1344,90 704,32 1667,90 880,82 702,60 349,33 573,80 235,14 373,60 373,60 30,10 30,1 115,70 808,59 28256,40 19161,20
Dari tabel di atas terlihat bahwa luas hutan produktif
jangka berikutnya
menurut SK 143/KPTS/DJ/1974 adalah seluas 28256,40 ha, sangat luas jika dibandingkan dengan luas hutan produktif hasil prediksi menggunakan faktor koreksi yang hanya seluas 19161,20 ha, perbedaannya adalah 9095,2 ha. Namun melihat kondisi yang terjadi saat ini prediksi SK 143/KPTS/Dj/1974 kurang tepat dengan kondisi sebenarnya, karena pada kenyataannya tegakan jati sangat riskan terhadap gangguan mulai dari KU I sekalipun, seperti kebakaran, pencurian bibit, kegagalan tanam, dll. Dapat dilihat, menurut SK 143/KPTS/Dj/1974 keberhasilan tanaman KU I sebesar 11747.00 ha dan angka ini adalah total dari penanaman pada awal jangka tanpa adanya gangguan, sedangkan keberhasilan tanaman sebesar 100% sangat sulit dicapai pada keadaan seperti sekarang ini. Apabila perhitungan etat masih menggunakan luas menurut SK 143/KPTS/Dj/1974
tanpa adanya faktor koreksi
sedikitpun maka dikhawatirkan kesinambungan produksi kayu dapat terganggu.
D. Trend 1.Trend Kelas Hutan Produktif
Dengan memperhitungkan asumsi-asumsi tingkat kelestarian atau kerusakan hutan, penambahan tanaman baru (KU I) dan penambahan miskin riap (MR) maka dapat diprediksi trend luas kelas hutan produktif untuk jangka berikutnya. Trend kelas hutan produktif disajikan dalam diagram berikut :
7000,00
MR
6000,00
MT KU IX
5000,00
KU VIII
4000,00
KU VII 3000,00
KU VI
2000,00
KU V
1000,00
KU IV
0,00
KU III 2003-2012
2013-2022 Jangka
KU II KU I
Gambar 7. Proyeksi Luas Hutan Produktif Non JPP Dua Jangka
4000,00 3500,00 3000,00 2500,00 2000,00
KU I
1500,00
KU II
1000,00 500,00 0,00 2003-2012
2013-2022 Jangka
Gambar 8. Proyeksi Luas Hutan Produktif JPP Dua Jangka
Pada diagram di atas susunan kelas hutan cenderung menurun untuk KU I non JPP dan KU tua yaitu KU V, KU VII, dan KU VIII. Penurunan KU I non JPP terjadi akibat pembangunan KU muda lebih ditujukan pada pembangunan tanaman JPP.
2. Trend Etat Tebangan
Atas dasar hasil prediksi kelas hutan, maka selanjutnya dilakukan perhitungan etat sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu SK 143/1974.Trend etat disajikan dalam diagram sebagai berikut :
400 300 200 100 0 2003-2012
2013-2022
Etat Luas (ha/tahun)
311,5
319,35
Etat Volume (m3/tahun)x100
367,69
146,99 Jangka
Gambar 9. Etat Tebangan dua Jangka Dari diagram di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan etat volume yang cukup besar, yaitu sebesar 60%. Penurunan terjadi karena adanya penurunan potensi hutan dan adanya gangguan-gangguan hutan, seperti penurunan tingkat daya dukung lahan (bonita), penurunan ini disebabkan karena terhambatnya siklus hara tanah, selain itu luasnya hutan produktif yang berubah menjadi hutan non produktif menyebabkan
banyaknya
KU
muda,
sedangkan
penghitungan
etatnya
mengasumsikan bahwa seluruh penanaman KU I berhasil mencapai daur, maka apabila perhitungan etat masih tetap mengacu pada SK 143 tanpa adanya faktor koreksi, dikhawatirkan kelestarian produksi tidak dapat terjamin akibat terus terjadi perhitungan etat yang over estimate dan terjadi over cutting.
3. Trend Produksi Tebangan A2
Dengan perhitungan UTM 51 tahun yang telah ditetapkan maka, tebangan A2 per tahun dua jangka adalah: 300 250 200 150 100 50 0 2003-2012
2013-2022
T ebangan/tahun(ha)
224,98
257,02
Volume(m3x100)
277,13
146,99 Jangka
Gambar 10. Produksi Tebangan A2 dua Jangka
Berbeda dengan etat, tebangan A2 disusun berdasarkan potensi riil pada masing-masing jangka. Terjadi penurunan volume tebangan A2 pada jangka yang akan datang sebesar 46,96% dari volume tebangan jangka sebelumnya. Dapat dilihat bahwa luasan yang ditebang tidak berbeda jauh, namun potensi yang dihasilkan mengalami penurunan yang cukup signifikan, selain disebabkan karena adanya gangguan hutan , penurunan potensi dapat juga disebabkan karena menurunnya daya dukung lingkungan terhadap hutan sehingga pohon tidak dapat mencapai diameter maksimal. Apabila kondisi ini terus berlanjut tannpa adanya pembenahan dan kerjasama yang baik dengan masyarakat sekitar hutan maka kondisi seperti ini akan sangat membahayakan kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1.Proyeksi luas hutan produktif berdasarkan SK 143/KPTS/Dj/1974 dibandingkan hasil perhitungan menggunakan faktor koreksi terdapat perbedaan luas yang cukup signifikan, luas menurut SK 143/KPTS/Dj/1974 adalah 28256,40 ha sedangkan menurut hasil proyeksi menggunakan faktor koreksi sebesar 19161,20 ha, perbedaannya adalah seluas 9095,2 ha. Bila luas menurut SK143/KPTS/Dj/1974 yang digunakan dalam penentuan etat maka akan terjadi over estimate dan over cutting. 2.Berdasarkan asumsi tingkat kelestarian (FK.1), penambahan KU I (FK.2) dan penambahan miskin riap (FK.3) maka struktur kelas hutan produktif untuk satu jangka kedepan, didominasi KU muda yang berasal dari tanaman JPP, sedangkan luas KU tua mengalami penurunan. 3.Berdasarkan luas hutan produktif dan etat beberapa jangka maka kelestarian produksi di KPH Cepu tidak tercapai.
B. Saran
1.Perlu adanya faktor koreksi baru yang dapat memprediksi kondisi hutan dengan lebih akurat, antara lain perhitungan etat dengan memperhitungkan casualty per cent. 2.Pengamanan dan kerjasama yang baik dengan masyarakat harus dijaga agar azas kelestarian benar-benar dapat tercapai, baik kelestarian produksi, ekologi maupun sosial.
DAFTAR PUSTAKA Amelgia, R. 2004. Pembentukan Hutan Normal Pada Kelas Perusahaan Jati di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. [skripsi]. Fakultas Kehutanan IPB : Bogor Davis, K.P. 1966. Forest Management : Regulation and Valuation. Mc Graw-Hill Book Company : New York Direktorat Jendral Kehutanan. 1974. Surat Keputusan Direktorat Jendral Kehutanan No. 143/Kpts/DJ/I/1974. Tentang Peraturan Inventarisasi Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Khusus kelas Perusahaan Tebang Habis jati. Jakarta Meyer, H.A, Recknagel, A.B, Stevenson, D.D, Bartoo, R.A.1961. Forest Management. The Ronald Press Company : New York Osmaston, F. C. 1968. The Management Of Forest. George Allen and Unwin Ltd :London Patricia, V. 2006. Kurva Bonita Tegakan Hutan Tanaman Akasia (Acacia crassicarpa A. Cunn. Ex. Benth) Studi Kasus di Areal Rawa Gambut Hutan Tanaman PT. Wira Karya Sakti Jambi. [skripsi].Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor PERUM PERHUTANI. 1982. RPKH. Kelas Perusahaan Jati Dari Kesatuan Pemangkuan Hutan Cepu Buku B-1 PERUM
PERHUTANI.1993.
RPKH.Kelas
Perusahaan
Jati
Dari
Kesatuan
Pemangkuan Hutan Cepu Buku B-1 PERUM PERHUTANI. 2002. RPKH. Kelas Perusahaan Jati Dari Kesatuan Pemangkuan Hutan Cepu Buku B-1 Poerwowidodo, 2004. Panduan Praktikum Ilmu Tanah Hutan Mengenal Tanah. Fakultas Kehutanan IPB : Bogor Rachmawati, H. 2002. Informasi Singkat Benih (Tectona grandis. Linn.f).
[email protected]. [September 2006] Sumarna, Y. 2003. Budi Daya Jati. Penebar Swadaya : Jakarta.