2016/03/27 15:39 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan
PENYULUH PERIKANAN TEMANGGUNG BERDAYAKAN PEMBENIH GURAME SE JAWA TENGAH DENGAN MELATIH BUDIDAYA CACING SUTERA
TEMANGGUNG (26/3/2016) www.pusluh.kkp.go.id Ketersediaan pakan yang salah satunya merupakan pakan alami sangatlah diperlukan pada usaha pembenihan ikan air tawar maupun ikan hias. Penggunaan pakan alami yang masih hidup untuk budidaya ikan memiliki beberapa keuntungan selain harganya yang lebih murah juga tidak mudah busuk sehingga dapat mengurangi pencemaran kualitas air. Selain itu pakan alami lebih mendekati pada kebutuhan biologis ikan karena merupakan jasad hidup dan mempunyai kandungan gizi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan pakan buatan.
Salah satu diantara sekian banyak pakan alami untuk budidaya ikan adalah cacing sutera atau juga dikenal dengan cacing rambut. Cacing sutera ini menjadi makanan favorit bagi semua benih ikan yang biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam air. Cacing ini cukup mudah dijumpai dialam dan relatif mudah untuk dibudidayakan. Kemampuanya beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar sekalipun. Selain itu nutrisi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk mempercepat pertumbuhan benih ikan. Dengan berbagai keunggulan tersebut membuat cacing sutera (Tubifex sp ) menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan khususnya ikan air tawar. Pasokan cacing sutera selama ini lebih banyak mengandalkan tangkapan alam sehingga sangat tergantung musim. Kondisi ini menyebabkan harga jual di pasaran kurang stabil, biasanya harga akan naik jika memasuki waktu musim penghujan tiba. Pada musim penghujan para pencari cacing sutera tidak berani turun ke sungai karena aliran air yang sangat deras. Selain itu biasanya setelah hujan turun koloni cacing sutera akan mudah hilang karena terbawa arus air dan cenderung lebih sulit untuk ditemukan lagi. Pada musim hujan selokan dan parit yang biasanya menjadi tempat hidup cacing sutera sangat sering terjadi banjir dengan alian air yang sangat deras. Sehingga menjadi dilematis bagi para pencari cacing untuk mendapatkan cacing hasil tangkapannya. Padahal harga jualnya tinggi akan tetapi sangat sedikit yang bisa ditangkap. Begitu juga yang terjadi pada para penampung yang biasanya menjual cacing tubifex sp di poultry ataupun di toko-toko lain yang menjual pakan ikan hias. Pelanggan mereka harus kecewa dan gigit jari karena pada musim hujan keberadaan cacing sutera ini menjadi langka. Akibatnya para breeder terkadang mengalami kegagalan pada musim hujan dalam usaha pembenihan mereka akibat kurang tersedianya Cacing Sutera untuk benih ikan yang dipelihara, padahal mereka sudah berhasil memijahkannya. Ketergantungan pasar terhadap komoditas cacing sutera dari tangkapan alam sebenarnya juga kurang menguntungkan bagi pembenih
cenderung dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada benih ikan dan dapat menyebabkan kematian masal. Timbulnya penyakit ini disebabkan cacing sutera membawa bahan pencemar dari habitat asalnya seperti jamur dan bakteri. Meskipun biasanya pembenih ikan akan mencuci dahulu cacing sutera
dan
merendamnya
dengan
kandungan
methyllin
blue
rendah sebelum diberikan pada benih ikan. Akan tetapi belakangan penggunaan bahan kimia seperti methyllin blue disarankan agar tidak dipakai lagi dalam proses budidaya ikan karena melanggar
kaedah
Cara
Berbudidaya
Ikan
yang
Baik
(CBIB).
Serangkaian kondisi yang kurang menguntungkan di atas janganlah membuat kita khawatir dan pasrah dengan keadaan. Tetapi semestinya kita melihat hal ini sebagai sebuah peluang usaha untuk memulai berbudidaya cacing sutera. Selain mudah untuk dibudidayakan bagi yang sudah mengetahui tehnik budidayanya, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha budidaya cacing sutera juga relatif murah. Cacing sutera dari hasil budidaya mempunyai kualitas yang lebih baik jika dibandingkan tangkapan alam. Selain itu tingkat kebersihan, kesehatan, umur panen, ukuran cacing sutera serta kuantitas dan kontinuitas produksinya juga terjamin. Sehingga merupakan suatu keniscayaan bagi para breeder agar proses pembenihan terjamin kualitas, kuantitas dan kontinyuitasnya untuk membudidayakan cacing sutera ini. Termasuk didalamnya bagi para pembenih gurameh, maka ketersediaan cacing sutera sebagai pakan alamih benih gurameh sangat lah dibutuhkan. Sehubungan dengan hal tersebut, Penyuluh Perikanan Kabupaten Temanggung, Mahmud Efendi berkolaborasi dengan Agus Tiyoso, Pembudidaya Cacing Sutera Temanggung, ditunjuk menjadi narasumber
merupakan salah satu bentuk pemberdayaan bagi para Pembenih Gurame perwakilan se Jawa Tengah agar mulai melirik usaha pembudidayaan cacing sutera agar tidak tergantung pada tangkapan alam. Pelaksanaan Program Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Tengah ini dikemas dengan “Kegiatan Pendidikan Kemasyarakatan Tahun 2016” yang salah satu kegiatannya adalah Pelatihan Pembenihan dan Pembesaran Gurame yang diikuti oleh para Pembenih dan pembudidaya ikan Gurame di Kabupaten / Kota di Jawa Tengah. Salah satu materi yang memang perlu disampaikan adalah Budidaya Cacing Sutera, karena Cacing Sutera ini merupakan pakan alami yang memegang
peranan
penting
bagi
pembenihan
ikan
gurameh.
Kegiatan tersebut diadakan pada hari Selasa s/d Kamis tanggal 22 s/d 24 Maret 2016 di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBIAT) Muntilan–Magelang yang beralamat di Jl. Krekoop No. 1. Penyuluh Perikanan Temanggung yang juga merupakan penulis buku “Beternak Cacing Sutera Cara Modern” dan Agus Tiyoso, Inventor Budidaya Cacing Sutera dengan Wadah Nampan Bertingkat, mengisi Materi Budidaya cacing Sutera pada hari Rabu, 23 Maret 2016 lalu. Materi yang disampaikan berupa Wadah Pembudidayaan cacing sutera, habitat cacing sutera, pembuatan media cacing sutera dan pemeliharaan cacing sutera. Penyampaian materi budidaya cacing sutera ini ditutup dengan pelaksanaan Praktek Pembuatan Media Budidaya Cacing Sutera. Semoga pelatihan ini bisa membantu para pelaku perikanan, khususnya pembenih gurameh agar mereka mampu membudidayakan cacing sutera sehingga mereka tidak tergantung dari penangkapan alam. Semoga …
Kontributor : Mahmud Efendi, S.Tr.Pi. Penyuluh Perikanan Bapeluh Temanggung Propinsi Jawa Tengah