Linguistika Akademia Vol.2, No.2, 2013, pp. 236~247 ISSN: 2089-3884
PENYIMPANGAN GRAMATIKA DALAM PUISI “TO HEAVEN” KARYA BEN JONSON Merlia Windiana e-mail:
[email protected] ABSTRACT This paper discusses the grammatical deviation in To Heaven poem. The purpose of the study is to understand, analyze, identify, and explain the reason why the pattern of gramatical deviation from Ben Jonson poem is used. The method is used in this research is descriptive analysis. to get complete information and knowledge. The result of this research shows that there are some deviation in level of syntax. Such as some sentences used ungamatical stucture and lack of subject.
ABSTRAK Paper ini mendiskusikan tentang penyimpangan gramatikal yang ada pada puisi “To Heaven”. Dengan tujuan untuk mengetahui, menelaah, mengidentifikasi, serta menjelaskan alasan-alasan mengapa pola penyimpangan gramatikal pada puisi To Heaven karya Ben Jonson ini digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif untuk mendapatkan informasi akurat dan pengetahuan yang diperlukan. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa penyimpangan sintaksis yaitu kalimat-kalimat yang menggunakan struktur yang kurang sempurna dan kalimat-kalimat yang kehilangan subjek padahal terkandung kata kerja di dalamnya. Kata kunci: puisi, penyimpangan gramatika, sintaksis.
A. PENDAHULUAN Puisi merupakan gejala universal disepanjang sejarah peradaban manusia. Puisi terekam dalam bentuk tradisi lisan yang dituturkan secara turun-temurun antar generasi, dan dalam bentuk tulisan yang semakin mengekalkan kelestariaannya. Bagi para penyair puisi merupakan media untuk mengkomunikasikan apa yang dirasakan yang diamati dari lingkungan sekitarnya dan apa yang dikhayalkan (Siswantoro, 2005: 1). Puisi mengandung berbagai unsur di dalamnya seperti unsur bahasa dan unsur estetika yang keduanya memberikan kontribusi penuh untuk terciptanya sebuah puisi dengan kualitas keindahan bahasa. Unsur estetika atau unsur keindahan
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
237
sengaja dihadirkan oleh para penyair karena secara umum penyair beranggapan bahwa keindahan berasal dari Tuhan yang terdiri dari dua unsur yaitu unsur dari dalam dan unsur dari luar ketika keduanya bersatu maka akan melahirkan kekuatan dalam diri seorang penyair untuk menangkap keindahan Tuhan (Ratna, 2007: 32). Untuk menghadirkan unsur estetika pada sebuah karya puisi tak jarang seorang penyair melakukan penyimpangan gramatikal. Hal ini di lakukan untuk membawa para pembaca agar terlibat pada setiap keindahan yang tersaji pada bait-bait puisi tersebut. Penyimpangan itu merupakan licenca poetica, suatu kebebasan penyair. Penyimpangan gramatica mudah dipahami pembaca, karena seorang penyair mengeksploatasikan aspek-aspek bahasa, supaya haru dan instuisi bahasanya bersatu; dan apabila dirasanya ada aspek bahasanya yang menjadi “penghalang”, sudah tentu harunyalah yang berbicara, dengan mengesampingkan aturanaturan bahasa yang dipakainya.(Samsuri,1987: 24-25) Data yang digunakan dalam penelitian ini di ambil dari buku yang berjudul The Norton Antolhology English Literature seventh edition. Buku tersebut berisi tentang sejarah sastra diera inggris kuno, transisi, modern, Elizabeth, era Victoria, dan pada abad ke 20-an. Buku ini juga dilengkapi biografi pengarang di masingmasing era, dan di lengkapi oleh kumpulan puisi berdasarkan pengarang. Masalah pokok yang akan diteliti dalam paper ini adalah (1) bagaimana bentuk penyimpangan gramatikal dalam puisi To Heaven kaya Ben Jonson berdasarkan pada sintaksis, (2) Bagaimana bentuk pola penyimpangan gramatikal pada puisi itu sendiri. Masalah pokok ini meliputi dua aspek yang merupakan ruang lingkupnya, yaitu kelainan-kelainan konstruksi klausa, dan ungramatical sentence yaitu klausa yang didalamnya terdapat subjuect, verb, dan object namun tidak tersusun sesuai dengan posisinya. Dan peumusan pola-pola tersebut dengan tujuan estetika. Selanjutnya, peneliti melakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut (1) analisis, yaitu membaca seluruh puisi karya Ben Jonson dengan teliti untuk menemukan data yang mengandung penyimpangan gramatikal, (2) Grouping, mengelompokkan data dan selanjutnya diidentifikasikan ke dalam penyimpangan penyimpangan Penyimpangan Gramatika Puisi “To Heaven” Karya Ben Jonson (Merlia Windiana)
238
sintaksis yang termasuk dalam tidak terstruktur secara sempurna atau termasuk dalam kalimat yang tidak memiliki subject. (3) Perumusan penyimpangan yang terdapat dalam setiap klausa. B. LANDASAN TEORI Pada dasarnya linguistik dan sastra tidak berdiri sendiri, bahkan saling melengkapi. Saat kita mengkaji tetang sebuah karya sastra ada kemungkinan besar akan bersinggungan dengan ilmu linguistik. Dapat disimpulkan bahwa linguistik dan sastra memiliki hubungan yang sangat erat, yang salah satu hubungan tersebut adalah dalam hal struktur atau gammar. Pada penelitian ini menggunakan teori Fungsi Estetika yang dikenalkan pada tahun 1930-an dan awal 1940-an oleh seorang tokoh aliran Praha Jan Mukarovsky. Teori Fungsi Estitika sendiri dituangkan dalam bukunya Aesthetic Function, Norm, annd Value as Social Fact. Fungsi estetik menurut Mukarovsky sendiri adalah penyimpangan unsur-unsur linguistik yang sengaja untuk maksud estetika. Mukarovsky menyebutkan adalah penyimpangan unsur-unsur linguistik yang sengaja untuk maksud estetika. Ia menyebutkan bahwa munculnya telaah estetik tidak lepas dari penelitian formal struktural. Jika telaah struktural hanya menekankan pada telaah makna sehingga aspek-aspek yang mengungkapkan fakta estetik seperti terabaikan, kemudian muncul telaah estetika. Telaahnya ini sangat tepat dikembangkan dalam bidang penerjemahan dan karya sastra, dan dengan teorinya ini ia dianggap sebagai peletak dasar Teori Resepsi Sastra. Karena pada dasarnya seorang penyair menyalakan emosi seni yang dimilikinya terhadap sesuatu akan ia usahakan dengan semerdeka mungkin walau harus menyalahi unsur struktur gramatika yang ada. Agar penyair mampu bersatu dengan medium yang dipakainya untuk menyampaikan haru dan menimbulkan keindahan, karena pada hakekatnya penyair penyair tidak memiliki pengekang, dan apabila dia bisa bebas dari ikatan itu, jiwanya sendiri tak lepas dari berbagai ikatan baik yang bersifat internal ataupun bersifat eksternal (Samsuri,1987: 24). Pada penelitian puisi ini penulis hanya fokus pada penyimpangan gramatika dalam tataran sintaksis saja. Yang terbagi menjadi dua penyimpangan yaitu klausa yang tidak terstruktur secara sempurna dan klausa yang tidak memiliki subject. Yang Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 236 – 247
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
239
nantinya penulis dapat menarik kesimpulan apakah penyimpangan gramatika pada dua pola tersebut mempengaruhi arti dan nilai estetika yang terkandung dalam puisi tersebut atau justru menambah kuat eksistensi nilai estetika yang terkandung di dalam puisi itu sendiri. C. PEMBAHASAN Sebelum melakukan analisis terhadap puisi “To Heaven” karya Ben Jonson, berikut dikutip kembali puisi tersebut. To Heaven By Ben Jonson Good and great God, can I not think of thee But it must straight my melancholy be? Is it interpreted in me disease That, laden with my sins, I seek for ease? Oh be thou witness, that the reins dost know And hearts of all, if I be sad for show, add should And judge me after; if I dare pretend To ought but grace or aim at other end. As thou art allso be thou all to me, First, midst, and last, converted one, and three; My faith, my hope, my love; and in this state My judge, my witness, and my advocate. Where have I been this while exil’d from thee? And whither rap’d, now thou but stoop’st to me? Dwell, dwell here still. O, being everywhere, How can I doubt to find thee ever here? I know my state, both full of shame and scorn, Conceiv’d in sin, and unto labour borne, Standing with fear, and must with horror fall, And destin’d unto judgment, after all. I feel my griefs too, and there scarce is ground Upon my flesh t’ inflict another wound. Yet dare I not complain, or wish for death With holy Paul, lest it be thought the breath Of discontent; or that these prayers be For weariness of life, not love of thee.
Pada puisi ini terdapat penyimpangan pada tataran sintaksis yang bertujuan untuk menonjolkan unsur literal dan unsur estetika. Penyimpangan gramatikal dalam tataran sintaksis ini Penyimpangan Gramatika Puisi “To Heaven” Karya Ben Jonson (Merlia Windiana)
240
banyak tedapat pada level klausa di mana banyak kalimat yang tidak menggunakan subjek padahal terdapat kata kerja di dalamnya dan beberapa kalimat menggunakan unstucture sentence yang akan kita kelompokkan pada tabel di bawah ini. 1. Kalimat yang tidak terstruktur secara sempurna NO 1
Bahasa puisi Can I not think of thee But it must stright melancholy be? Is it interpreted in me disease If I dare pretend Oh be thou witness Yet dare I not complain
2 3 4 5 6
Bahasa publik I can not think of thee But it must be stright melancholy Is it interpreted in my disease? If I pretend dare Oh thou are a witness Yet I dare not complain
2. Kalimat-kalimat yang tidak bersubjek NO 1 2
Bahasa Puisi so be thou all to me Not love of thee
Bahasa Publik So So everything you have is for me I not l do not love thee
1. Kalimat yang tidak terstruktur secara sempurna a) Pola monotransitive verb Can I not think of thee I can not think of thee Pada kalimat pertama dalam puisi To Heaven telah terjadi ungamatikal stucture demi terlahirnya keindahan dan unsur sastra yang mengajak interpretasi pembaca agar lebih detail dan tajam. Kalimat can I not think of thee adalah sebuah klausa verbal yang terdapat predikat di dalamnya. Pada kalimat ini membentuk pola monotransitive verb yang apabila kita rumuskan menjadi S+P+DO/IO namun Ben Jonson menulis kalimatnya menjadi Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 236 – 247
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
241
P+S+DO yang seharusnya menjadi kalimat tanya pada rumus ini. Seprti contoh bisakah kamu menolongku? Akan ditulis ke dalam bahasa inggris Can you help me? Dengan konstituent can sebagai predikat Auxiliary verb, yang dipisahkan dengan subjek You, hepl sebagai predikat part dua, dan me adalah sebagai DO. Sedangkan kalimat Can I not think of thee adalah bentuk kalimat pernyataan yaitu bentuk kalimat yang memberikan informasi tanpa mengharapkan responsi tertentu (Tarigan: 1986). Kalimat ini berbentuk kalimat pernyataan dimana sebuah kalimat yang tidak membutuhkan resposi linguistik atau non linguistik yang disebut tanda perhatian atau attention – signal (Tarigan,1986: 70) responsi tersebut bukan berbentuk sebuah jawaban. Ben Jonson bermaksud mengatakan aku tidak bisa berfikir tentang kamu yang menghasilakn sebuah tanda perhatian dari lawan penuturnya untuk memahami keadaan sang penutur yang tak bisa berfikair tentang kamu (lawan si penutur) yang apabila ditulis dengan gramatical structure menjadi I can not think of you. Apabila kita petakan dalam tabel menjadi seperti berikut ini: Bahasa Puisi Can I not think of Thee Ppart1 S Ppart2 DO Bahasa Publik I can not think of thee (you) S P DO If I dare pretend If I pretend dare Kalimat ini masih berada pada ranah kasus yang sama yaitu monotransitive verb karena hanya memiliki satu object dan tidak menggunakan keterangan waktu atau keterangan tempat (adverb). Hanya saja kalimat ini menggunakan konjungsi (kata penghubung) yaitu if. If I dare pretend adalah bagian dari kalimat complex compound karena dalam kalimat tersebut terdapat coordinate conjunction (and, if) dan subordinate conjunction (that pada kalimat sebelumnya), yang terdiri dari konstituent konjungsi +S+DO+V
Penyimpangan Gramatika Puisi “To Heaven” Karya Ben Jonson (Merlia Windiana)
242
sedangkan rumus strukturalnya adalah S+P+DO bila kita petakan dalam tabel seperti di bawah ini: If I dare pretend Conj S DO If I pretend dare Conj S P
P
DO
Oh be thou witness Oh you are a witness Pada kalimat selanjutnya dalam pola monotransitive verb terjadi penyimpangan gramatikal yang terdapat dalam betuk kalusa yaitu tidak terposisikannya words pada fungsinya masing-masing. Dengan rumus yang ada pada pola monotransitive kalimat oh be thou witness secara tersirat memiliki komponen dalam mono transitive dengan oh sebagai interjection, be sebagai verb, thou sebagai subject, dan witness sebagai object. Namun structural dalam kalimat ini kurang tepat kalimat oh be thou witness harusnya ditulis menjadi oh you are a witness, karena menurut penulis kalimat oh be thou witness adalah, oh kamu adalah seorang saksi (oh you are a witness) yang apabila kita terjemahkan secara harfiah dari bahasa puisi adalah oh menjadi kamu saksi. Bila kita petakan dalam tabel seperti di bawah ini:
Bahasa puisi Oh be thou witness Interjc P S
DO
Bahasa Publik Oh you are a witness Interjc S P DO
Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 236 – 247
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
243
Is it interpreted in me disease is it interpreted in my disease Klausa ini terdapat dua kesalahan yang pertama adalah pada pengunaan pronoun “me” yaitu personal pronoun, karena disease adalah kata benda yang menjelaskan bahwa disease adalah milik pronoun, maka pronoun yang harus digunakan dalam kalimat ini adalah possessive pronoun yaitu my jika di tuliskan menjadi my sisease. Is it interpreted in me disease menjadi is it intrepreted in my disease? dan yang kedua adalah dalam bahasa puisi tertulis sebagai kalimat introgative yang seharusnya ditulis dengan menggunakan tanda tanya, karena dalam kalimat ini tersusun dengan auxiliary verb yang terletak di awal kalimat, dan dapat di artikan dengan Apakah ini bentuk dari kesedihanku? Bahasa puisi Is it interpreted in P S P
me disease prep
DO
Bahasa Publik Is it interpreted in P S P
my disease prep
DO
b) Pola copula verb But it must stright melancholy be? But it must be stright melancholy Maksud Ben Jonson dalam klausa ini adalah, ‘tetapi ini pasti menjadi kesedihan yang berat’. Namun Ben Jonson menambahkan tanda tanya di akhir kalimat. Ia menuliskan dengan But it must stright melancholy be? Bila kita lihat sekilas tampak sebuah kalimat tanya yang membutuhkan sebuah responsi, namun sebenarnya kalimat ini adalah kalimat pernyataan bahwasanya kalimat ini tidak membutuhkan responsi. Kalimat ini hanya menyatakan bahwa Penyimpangan Gramatika Puisi “To Heaven” Karya Ben Jonson (Merlia Windiana)
244
kesedihan itu akan terasa berat. Bila kita analisa secara gramatika akan kita temukan kesalahan gramatika yang mana peletakan auxiliary verb dalam pembentukan kalimat introgative adalah di awal kalimat. Misal dalam kalimat ini kata must harusnya terletak di awal kalimat, namun bila kalimat tetap dikategorikan ke dalam kalimat tanya maka akan terjadi ketidak singkronan makna dengan coordinator but, karena memang pada dasarnya kalimat ini bukan kalimat tanya melainkan kalimat pernyataan. Tetapi kesedihan itu pasti akan terasa berat yang apabila dituliskan ke dalam bahasa formal menjadi but it must be melancholy stright. Bahasa Puisi But it must stright melancholy be? Cnj S P SA
P
Bahasa Publik But it must be melancholy stright Cnj S P SA
Yet dare I not complain Yet I dare not to complain. Kalimat yet dare I not complain juga termasuk jenis klausa verbal karena mengandung predikat di dalamnya membentuk pola copula verb karena tidak terdapat direct object (objek langsung) ataupun indirect object (objek tak langsung). Bila pola ini dirumuskan menjadi S+P+SA/A. Kalimat ini memiliki komponen adverb di awal kalimat, walaupun dalam rumus pola copula verb berada di akhir kalimat, namun sejatinya adverb adalah bersifat moveable yang berarti berpindah-pindah penempatannya. Posisi adverb itu sendiri boleh di depan, di tengah ataupun di akhir kalimat. Kalimat ini memiliki dua predikat yang pertama berbentuk negatif dan yang kedua berbentuk to infinitive. Maksud dari kalimat ini adalah sekalipun begitu aku tidak berani untuk mengeluh. Namun kalimat ini tertulis if dare I not complain kalimat ini menyalahi dua kaidah gramatikal. Yang pertama adalah predikat dare not adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan karena predikat tersebut Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 236 – 247
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
245
berbentuk negatif dengan tanda not yang mengikuti predikat. Yang kedua adalah predikat complain. Apabila dalam satu kalimat terdapat dua predikat yang beruntun atau berurutan (berjejer), maka salah satu dari keduanya harus menggunakan to infinitive. Yang apa bila ditulis dalam bahasa formal menjadi Yet I dare not to complain bukan Yet dare I not complain. Yet dare I not Adv P S
complain P
Yet I dare not to complain Adv S P P (to infinitive)
2.
Kalimat-kalimat yang tidak bersubjek so be thou all to me So everything you have is for me.
So be thou all to me adalah klausa verbal dengan identifikasi predikat be. Yang apapila diterjemahkan memiliki arti jadi menjadi kamu semua untukku. Menurut penulis Maksud sebenarnya dari kalimat ini adalah segala sesuatu yang kamu miliki adalah untukku. Namun subjek dalam kalimat ini tidak ditulis secara sempurna yaitu thou all. Kata thou all tidak bisa menjadi subjek sempurna karena kombinasi kedua kata tersebut tidaklah tepat. Kata thou adalah personal pronoun sedangkan kata all adalah determiner, maka penyimpangan gramatikal dalam kalimat ini adalah penggunaan subjek yang tidak sempurna. Pola kalimat ini adalah monotransitive verb karena memiliki objek tunggal indirect object (objek tak langsung) yaitu to me. Perumusan kalimat ini adalah S+P+DO/IO. namun kalimat ini memiliki komponen P+S+IO, dengan subjek yang tidak sempurna. Sebuah kalimat yang memiliki subjek kurang sempurna akan mempengaruhi kualitas makna dalam sudut pandang gramatikal. Oleh karena itu kalimat so be thou all to me harusnya ditulis dengan diikuti subjek sempurna mengikuti kata be yang menduduki posisi predikat, maka dalam kalimat formal ditulis menjadi so everything you have is for me. Bahasa puisi Penyimpangan Gramatika Puisi “To Heaven” Karya Ben Jonson (Merlia Windiana)
246
so be thou all cnj P S (tidak sempurna)
to me IO
Bahasa Publik So everything you have is for me Cnj S P IO
Not love of thee I do not love you Pada kalimat terakhir dalam puisi To Heaven adalah not love of thee penyimpangan yang terjadi pada kalimat ini adalah tidak adanya subjek dan kata not yang di ikuti auxialiary. Maksud dari kalimat ini adalah aku tidak mencintaimu yang dituangkan oleh Ben Jonson dalam puisinya menjadi Not love of thee. Namun tidak ditemukan personal pronoun I dalam kalimat ini yang dalam bahasa formal ditulis dengan I do not love you. Perbedaan pada bahasa puisi dan bahasa publik adalah dalam bahasa puisi kata not berfungsi sebagai adverb (kata keterangan) lalu di ikuti dengan kata kerja love, lalu kata prepposisi yaitu of dan yang terakhir adalah personal pronoun thee (you) yang berfungsi sebagai direct object, dan tidak kita temukan subjek dalam kalimat ini. Sedangkan dalam bahasa publik mungsunakan subjek personal pronoun yaitu I lalu diikuti auxiliary verb yaitu do yang di dampingi kata not karena menunjukkan bentuk negatif, love sebagai kata kerja dan personal pronoun you sebagai direct object. Kata not menjadi penyimpangan kedua pada klausa ini karena not immediately follows an auxiliary verb or be (Schampfer,1999: A18). D. KESIMPULAN Pada analisis puisi “To Heaven” karya Ben Jonson, penulis menemukan penyimpangan gramatikal yang sering terjadi dalam tataran sintaksis telah ditemukan dua penyimpangan gramatika yang pertama adalah tidak terstrukturnya sebuah klausa secara sempurna. Penyimpangan gramatikal dalam bentuk ini dapat disimpulkan bahwa terdapat dua pola kalimat yang sering terjadi penyimpangan gramatikal di mana tidak terposisikannya words pada fungsinya masing-masing, atau kata benda yang berfungsi sebagai Linguistika Akademia Vol. 2, No. 2, 2013 : 236 – 247
Linguistika Akademia
ISSN: 2089-3884
247
direct object lebih dahulu mendahului kata kerja utama, yaitu klausa pada pola monotransitive verb dan copula verb. Yang kedua kalimatkalimat yang tidak memiliki subjek. Penyimpangan ini termasuk dalam tidak lengkapnya aplikasi kaidah-kaidah bahasa dan kegagalan untuk mempelajari kondisi di bawah aturan yang diterapkan. Analisis di atas menunjukkan penyimpangan gramatika yang dilakukan oleh Ben Jonson adalah unsur kesengajaan untuk menghadirkan nilai estetika, haru, dan empati para pembaca dengan pilihan-pilihan kata yang padat, penuh dan berisi, dan dengan kreativitasnya mengintervensi kata-kata puisinya di setiap kalimat justru mengketatkan makna yang di sampaikan dalam puisi “To Heaven”. E. DAFTAR PUSTAKA Brown, Douglas H. 1987. Principle of Language Learning and Teaching. Regenes Englewood Cliffs: Prentice Hall. Carol T. Crist 2000. The Norton Anthology English Literature The Victorian Age. London. Norton and Company Kutha Nyoman Ratna 2007. Estetika sastra dan budaya. Cirebon timur: Pustaka pelajar Samsuri. 1987. Analisis Bahasa.Jakarta: Erlangga Schrampfer Betty Azhar. 1999. English Grammar.United Stated of America: Pearson Education Siswantoro. 2005. Apresiasi Puisi-Puisi Saatra Inggris. Surakarta: Muhammadiyah University Press Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Penerbit Angkasa. Verspoor Marjolijn. 2000. Amsterdam/Philadelphia: Company
English Sentence John Benjamins
Analysis. Publishing
Penyimpangan Gramatika Puisi “To Heaven” Karya Ben Jonson (Merlia Windiana)