PERJALANAN DALAM PUISI “PERJALANAN TANPA HENTI” KARYA REMY SYLADO
Fitri Merawati Alumni Pascsarjana Ilmu Sastra Universitas Gadjah Mada surel:
[email protected]
ABSTRACT This paper is conducted to describe the concept of journeys which exists in a poem by Remy Sylado entitled “Perjalanan Tanpa Henti”. Theory which bases upon this research is post-colonial which is derived by Sara Upstone. Analysis technique begins from the poem text itself, and then reveals its instabilities in a journey. There are three kinds of journey: nomad journey, excellence journey, and migrant journey. The nomad journey is not bounded toward space and there is no one controlling. The excellence journey is like exile and run away, although it seems stay away, but still remembering its prior space. The migrant journey is a journey that is controlled, because it has a goal indeed. The result of the analysis shows that the poem entitled “Perjalanan Tanpa Henti” by Remy Sylado has the nomad type of journey. This can be seen from the character of woman in the poem. The journey which is carried out by the woman is not bounded by space. Since she was 15 until 29 years old, she kept doing the journey. Along the journey, she found a lot of phenomenon then it created a chaos inside her. But, this situation did not withdraw her spirit to keep the journey carried on. She kept doing resistance toward the obstacles in her journey. She was no more bounded by space and there was no one controls her. She will keep doing the journey. Thus, the poem by Remy Sylado has presented a concept of journey and it is included post-colonial literature work. Keywords: journey, post-colonial, nomad, poem
ABSTRAK Makalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan konsep perjalanan yang terdapat dalam puisi ―Perjalanan Tanpa Henti‖ karya Remy Sylado. Teori yang mendasari adalah teori poskolonial yang dikemukakan oleh Sara Upstone. Teknik analisis dimulai dari teks puisi dan mengungkapkan instabilitas atau ketidakstabilan dalam perjalanan. Tiga jenis perjalanan dalam poskolonial yaitu perjalanan nomad, perjalanan excellence, dan perjalanan migrant. Perjalanan nomad tidak terikat pada ruang dan tidak ada yang mengendalikan. Perjalanan excellence, seperti pengasingan dan melarikan meskipun tampaknya menjauhkan diri namun masih tetap mengingat pada ruangnya terdahulu. Perjalanan migrant adalah perjalanan yang masih terkontrol karena masih memiliki tujuan. Hasil analisis menunjukkan bahwa puisi berjudul ―Perjalanan Tanpa Henti‖ karya Remy Sylado memiliki konsep perjalan jenis nomad. Hal ini dapat dilihat dari tokoh wanita dalam puisi tersebut. Perjalan yang dilakukan oleh Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
35
wanita itu tidak terikat oleh ruang. Sejak usia 15 tahun hingga usia 29 tahun, dia terus melakukan perjalanan. Dalam perjalanan itu dia bertemu banyak peristiwa yang kemudian peritiwa itu memunculkan adanya chaos atau kekacauan dalam dirinya. Namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk terus melakukan perjalanan. Dia terus melakukan resistensi terhadap rintangan-rintangan yang menghalangi perjalanannya. Dia tidak lagi terikat pada ruang dan tidak lagi ada yang mengendalikan. Dia akan terus melakukan perjalanan. Oleh sebab itu, puisi karya Remy Sylado telah menyajikan konsep perjalanan dan termasuk karya sastra poskolonial. Kata kunci: perjalanan, poskolonial, nomade, puisi
maka tentu saja akan ada hal-hal
PENDAHULUAN Perjalanan
manusia
meru-
yang
sering
kali
membuatnya
pakan bukti bahwa manusia adalah
kecewa.
makhluk dinamis. Setiap detik yang
manusia tetap harus menjalaninya.
dilaluinya tidak akan sama dan terus
Tantangan inilah, baik tantangan
membutuhkan
atau
ringan maupun tantangan berat yang
kemampuan untuk bertahan terhadap
akhirnya membuat manusia dapat
segala
mengha-
terus berjalan dan belajar. Perjalanan
harus
mampu
yang dilakukan manusia itu tampak
baik
dengan
bebas, tetapi apakah benar perjalanan
sekelilingnya baik itu dengan alam
yang tampak bebas itu juga benar-
maupun manusia lainnya. Perubahan
benar mampu membebaskan? Pada
akan terus terjadi dan inilah titik
kenyataannya
tumpu
perjalanan itu sendiri dipengaruhi
kekuatan
rintangan
dapinya.
yang
Manusia
beradaptasi
secara
perjalanan
itu,
yaitu
ketidakstabilan atau instabilitas. Bagi
seorang
yang
dalam
tidak
karena
suka
dan hierarki. Dalam poskolonial dikenal
hidupnya
adanya beberapa jenis perjalanan
adalah sesuatu yang mengasyikkan.
yaitu perjalanan nomad, perjalanan
Tetapi tentu saja lain dengan orang
excellence, dan perjalanan migrant.
yang harus melakukan perjalanan
Perjalanan nomad tidak terikat pada
bukan karena kegemaran atau pilihan
ruang
tetapi karena melakukan perjalanan
mengendalikan. Perjalanan excellen-
adalah suatu kodrat bagi manusia,
ce,
36
baru
demikian,
oleh hal-hal lain seperti teknologi
berpetualang menghadapi tantangantantangan
Meskipun
dan
seperti
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
tidak
ada
pengasingan
yang
dan
melarikan
meskipun
“Rather, it is the nomad,„rootless as the dunes, or rather rooted in the knowledge that the journeying itself … [is] home‟ (94), to whom we must aspire. Thisapproaches what John Erickson, in a recent lecture entitled „Magical Realism and Nomadic Writing in the Maghreb‟, has referred to as the „nomadic thought‟ of the postcolonial novel.
tampaknya
menjauhkan diri namun masih tetap mengingat pada ruangnya terdahulu. Perjalanan migrant adalah perjalanan yang masih terkontrol karena masih memiliki
tujuan.
Hal
ini
menunjukkan bahwaperjalanandankonsepdaritempa tsangat eratterjalin, di mana tempat menyediakanmedia
yang
tetapitidak
berubah
terpisahkan
dariperjalanan,
seperti
kutipan
berikut ini.
Perjalanan
yang
mengilhami para pengarang untuk menciptakan karya sastra baik itu
As Edward S. Casey has elucidated, the journey and the concept of place are intimately entwined, where „places provide the changing but indispensable medium of journeys‟ (274) (Upstone, 2009: 57).
puisi, prosa maupun naskah drama. Cerita-cerita
karena
itu,
perjalanan
menurut
George Quinn (dalam Faruk, 2004: 167)
munculnya
dilatarbelakangi
oleh pertemuan antara kesusastraan tradisional
Oleh
inilah
Jawa
dengan
sastra
perjalanan
modern Barat, khususnya novel,
merupakan sebuah bentuk interaksi
sehingga ia menyebutnya cerita-
manusia dengan sekelilingnya.
cerita perjalanan tersebut sebagai
Perjalanan dalam poskolonial tidak
dibatasi
tetapi
lebih
proto-novel, sebagai fase awal dari prinsip
melembaganya di
lingkungan
penulisan
mengutamakan adanya chaos karena
novel
masyarakat
batasan-batasan yang memberikan
setempat. Perjalanan menjadi ruang
kenyamanan hanyalah sesuatu yang
yang lebih besar daripada nation.
tidak nyata. Tokoh nomad menjadi ciri
khas
dari
karya
sastra
poskolonial. Hal ini seperti kutipan Upstone (2009: 82) berikut ini.
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
37
PEMBAHASAN
atas alasan sendiri
A. Perjalanan dalam Puisi
kerna merasa ingin bebas, katanya
“Perjalanan Tanpa Henti” Karya
sampai umr 23 tahun dia menjanda
Remy Sylado PERJALANAN TANPA HENTI
atas perjalanan sang waktu
atas alasan sendiri
kerna kesulitan ekonomi, katanya
kerna roh kudus, katanya
sampai umur 25 tahun dia melacur
umur lima belas tahun dia dibaptis atas perjalanan sang nasib atas dorongan mami-papi
kerna gangguan kesehatan, katanya
kerna bakat musikal, katanya
sampai umur 27 tahun dia belum
umur 17 tahun dia ikut kor gereja
sembuh sifilis
atas nama cinta kerna asmara ibarat api, katanya
atas kesadaran nurani
umur 19 tahun dia nikah
kerna takut jadi tiang garam, katanya sampai umur 29 tahun dia menyeru-
atas kemauan bersama
nyeru tuhan
kerna tak cocok jodoh, katanya umur 21 tahun dia cerai
tapi nasi
pastor marahi keduanya dominus
bilang
sudah perkawinan
ditunggangi iblis
jadi bubur
reverend berdoa semoga roh kudus bekerja lagi
pastor melihatnya sebagai musush dominus bilang penyakitnya adalah
tapi
kutukan
nasi
reverend tak seperti yesus mau
sudah
ampuni maria magdalena
jadi bubur
38
Bandung, 1979
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
(Sylado, 2004: 94)
menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
Perjalanan yang diungkapkan
dipisahkan
dalam
sebuah
perjalanan. Ketika si wanita berada
oleh Remy Sylado dalam puisinya
pada
yang berjudul ―Perjalanan Tanpa
sekaligus dia berada pada ruang
Henti‖ merupakan sebuah perjalanan
tertentu
yang dilakukan oleh seorang wanita.
dalam puisi ini dimulai sejak dia
Walaupun puisi berbeda dengan
berusia 15 tahun. Usia di mana
prosa dan naskah drama, namun puisi
seseorang
Remy ini menyajikan perjalanan dan
biasanya usia ini merupakan masa-
menghadirkan seorang tokoh, hanya
masa pencarian jati diri. Lingkungan
saja dalam puisi ini tidak ditemukan
pergaulan akan sangat berpengaruh
dialog
yang
karena dari pergaulan ini seseorang
dilakukan antartokoh seperti halnya
bisa melihat kebaikan dan keburukan
yang ada di dalam prosa maupun
kemudian menentukan mana yang
naskah drama. Peristiwa perjalanan
yang akan dipilih untuk diikutinya.
secara
langsung
satu
masa
pula.
tertentu
Perjalanan
beranjak
maka
wanita
remaja
dan
disampaikan dengan sudut pandang
‗atas alasan sendiri/ kerna roh
orang ketiga, ‗dia‘ yang menunjuk
kudus, katanya/ umur lima belas
kepada tokoh ‗si wanita‘. Kata ‗dia‘
tahun dia dibaptis‘, tokoh wanita
menggambarkan bahwa pengarang di
dalam puisi ini pada usianya yang
sini bertindak serba tahu karena
masih remaja ternyata telah mampu
walaupun dia berada di luar teks
mengambil keputusan bagi dirinya
puisi, namun dia mengetahui segala
sendiri. Dia memilih untuk menjadi
hal tentang tokoh dalam teks puisi di
seorang
setiap perjalanannya.
diyakininya dan pada usia itu pula
Perjalanan
yang
dialami
penganut
agama
yang
dia siap untuk dibaptis. Kata ‗baptis‘
wanita itu bukan hanya sekedar
berasal
perjalanan secara fisik namun juga
"βάπτισμα" yang bermakna longgar
perjalanan psikologi atau batin. Hal
"ditenggelamkan seluruhnya" atau
ini dapat dilihat pada tiap baris dari
"direndam" sehingga obyeknya tidak
puisi.
membutuhkan
nampak di atas permukaan. Ini dapat
ruang dan waktu. Ruang dan waktu
diartikan bahwa tokoh dalam puisi
Perjalanan
dari
bahasa
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
Yunani
39
ini memilih untuk menenggelamkan
salah satu wujud aplikasi dari ajarann
dirinya
agamanya,
dalam
dianutnya.
keyakinan
Dia
keputusannya
yakin
untuk
yang bahwa
ajaran
yang
menyerukan kebaikan agar seorang
itu
anak menghormati orang tuanya.
kerana dia dituntun oleh Roh Kudus
Sebagai wujud baktinya, wanita itu
sehingga dia sangat yakin pada
menjalankan apa yang diminta oleh
keputusannya.
permulaan
orang tuanya. Dia mengikuti kor di
perjalanan wanita itu. Selama dua
gereja. Keikutsertaannya bukan serta
tahun setelah dibaptis, wanita itu
merta begitu saja tetapi memang
terus menjalani kehidupannya seperti
karena dia juga memiliki bakat
manusia yang lain. Senang dan
bermusik
bahagia silih berganti menghiasi
bersama di gereja, maka bakat
kehidupan
musiknya
Inilah
pada
dibaptis
yaitu
usai
yang
sehingga
pun
melalui
sekaligus
kor
dapat
sebenarnya masih rentan dan labil.
tersalurkan. Selain itu dia bisa
Pada kondisi yang masih labil remaja
bersosialisasi dengan remaja yang
sering kali mengambil keputusan
lain. Sosialisasi ini adalah hal yang
dalam menyikapi suatu permasalahan
sangat penting sekaligus dapat juga
masih
pada
membahayakan bagi kehidupannya.
egonya saja belum berdasarkan pada
Seorang manusia memang harus
pertimbangan-pertimbangan
melakukan interaksi dan komunikasi
hanya
berdasarkana
yang
lebih matang.
dengan sesamanya baik yang sejenis
…
maupun
atas dorongan mami-papi
interaksi dibangun dengan cara yang
kerna bakat musikal, katanya
baik
umur 17 tahun dia ikut kor
menghasilkan yang baik sementara
gereja
jika interaksi dibangun dengan cara
…
tidak baik (tidak sehat), maka akan
Perjalanannya pun berlanjut.
menghasilkan hal yang tidak baik.
Pada usia 17 tahun, sebagai seorang
Pada usia remaja seseorang sering
remaja,
ingin
mengalami kebimbangan dengan apa
menunjukkan baktinya kepada orang
yang harus diputuskan karena dia
wanita
itu
lawan
(sehat),
tua. Bakti pada orang tua merupakan
40
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
jenisnya.
maka
Jika
akan
bukan lagi anak-anak namun juga
yang
belum dewasa sepenuhnya.
merupakan hasil dari pergaulannya
Berkenalan dengan banyak
dimiliki
si
wanita
yang
selama ini.
orang membuat wanita itu mengenal
Seiring berjalannya waktu,
karakter satu orang dengan orang
barulah dia menyadari bahwa dalam
yang lain, bahkan dia bisa bertemu
berumah tangga ternyata tidak cukup
seorang lelaki yang menarik hatinya.
hanya
Perasaan cinta sering kali tidak
Pemahamannya tentang cinta dan
terelakkan, terlebih lagi ketika cinta
kehidupan semakin luas. Realitas
itu bersambut. Maka, dalam gelora
kehidupan mengajarkannya banyak
cinta yang membara wanita itu
hal. Jika sebelumnya dia dibutakan
memutuskan
untuk
gelora cinta sehingga hal-hal indah
perjalanannya
selanjutnya
melakukan
berlandaskan
pada
cinta.
dengan
saja yang terbayang, maka tibalah dia
ditemani seorang lelaki. Pada usia 19
pada saat di mana dia menyadari
tahun
untuk
bahwa
seolah
membahagiakan
dia
menikah.
memutuskan
Keputusan
ini
cinta
tidak
hanya
namun
juga
tampak murni dari hatinya sendiri
membutuhkan pengorbanan. Inilah
tanpa dipaksa oleh siapa pun. Dia
yang tidak disadarinya di awal
yakin bahwa pilihannya adalah lelaki
sebelum akhirnya memutuskan untuk
yang
menikah.
tepat.
menemaninya perjalanan
Lelaki pada
yang
akan
perjalanan-
selanjutnya
Pernikahannya
hanya
sebatas dilandaskan pada kobaran api
dalam
cinta tanpa memikirkan hari depan
mengarungi bahtera rumah tangga.
ketika menjalani kehidupan berumah
Ini diungkapkan pada bait kedua,
tangga. Perbedaan pendapat, prinsip,
yaitu ‗atas nama cinta/ kerna asmara
orientasi hidup, bahkan hal yang
ibarat api, katanya/ umur 19 tahun
sepele
dia nikah‘. Keputusan yang tampak
dalam rumah tangga baru disadarinya
murni atas nama cinta ini bisa jadi
ketika dia telah menyandang status
tidak hadir begitu saja namun karena
istri.
ada pengaruh-pengaruh baik dari si
mereka tidak berjodoh, maka mereka
lelaki yang dicintainya itu atau
memutuskan untuk bercerai, yaitu
karena pengetahuan tentang cinta
pada saat wanita itu berusia 21 tahun.
dapat
Dengan
memicu
pertikaian
anggapan
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
bahwa
41
Kembali keyakinan wanita itu diuji,
Kudus bekerja lagi sebagai penolong,
seperti pada kutipan bait ketiga puisi
pemimpin, penghibur, dan teman
ini, yaitu ‗atas kemauan bersama/
yang setia sehingga mereka dapat
kerna tak cocok jodoh, katanya/
dituntun kembali kepada jalan yang
umur 21 tahun dia cerai‘.
benar sesuai keyakinannya. Seperti
Perjalanan akhirnya sampai
kutipan baris puisi ini, ‗pastor marahi
pada babak baru yaitu perceraian.
keduanya/
dominus
bilang
Perceraian adalah sebuah tindakan
perkawinan
ditunggangi
yang memalukan dan dibenci Tuhan
reverend berdoa semoga roh kudus
karena ini berarti mereka telah
bekerja lagi‘.
iblis/
mengingkari janji suci yang mereka
Apa yang terjadi memang
ikrarkan di hadapan Tuhan. Oleh
tidak dapat ditarik kembali. Inilah
karena
mantan
perjalanan yang selalu mengalami
melakukan
perubahan. Setiap detik memiliki
pengakuan dosa di hadapan pastor,
makna tersendiri sehingga tidak ada
seorang pembimbing atau pengasuh
peristiwa yang dapat diulang. Jika
umat
sejak awal tahu bahwa mereka tidak
itu,
suaminya
wanita itu
dengan
dan
pun
harapan
akan
mendapatkan ampunan dosa dan
jodoh,
ketenangan.
memilih untuk tidak bertemu dan
ternyata
tidak
Harapan
mereka
sesuai
kenyataan
mungkin
tidak
mereka
berkenalan
akan
sehingga
karena pastor justru memarahinya.
mengakibatkan jatuh cinta. ‗tapi/
Dia mengatakan bahwa ‗dominus‘
nasi/ sudah/ jadi/ bubur/‘ itulah
atau Tuhan menganggap pernikahan
ungkapan
mereka ditunggangi iblis. Mungkin
waktu. Yang terjadi sudah terjadi.
saja karena mereka hanya sebatas
Bubur tidak bisa diubah menjadi nasi
mengedepankan
tetapi bisa dijadikan sajian yang lain.
ego
dalam
diri.
yang
tepat
sementara
Cinta mereka bukanlah cinta suci
Misalnya
saja,
bubur
itu
yang tulus namun karena cinta yang
ditambah
dan
dihias
sehingga
penuh nafsu sehingga tidak dapat
menjadi bubur ayam sehingga tidak
mempertahankan pernikahan. Maka
menjadi sia-sia karena masih dapat
‗reverend‘ atau pendeta pun hanya
dimakan. Penyikapan yang bijak
bisa mendoakan mereka supaya Roh
terhadap sebuah permasalah inilah
42
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
bisa
yang sering kali sulit dilakukan oleh
rakyat yang tidak memiliki modal
manusia. Ego yang terlalu tinggi
apa-apa atau sebut saja rakyat miskin
justru sering membuatnya bertindak
semakin tertindas. Kondisi ekonomi
tanpa
tidak
mereka semakin terpuruk. Inilah
mendengarkan hati nurani karena
yang dirasakan oleh wanita itu.
yang
Himpitan
rasional
dilakukan
dan
sebatas
untuk
memenuhi nafsu.
ekonomi
membuatnya
harus berusaha melakukan berbagai
Perceraian membuat mereka
cara demi menghidupi dirinya. Dia
harus kembali hidup masing-masing
harus terus melakukan perjalanan
dan melanjutka perjalanan hidup
hidupnya dengan cara apa pun agar
mereka dengan suasan yang baru.
dia dapat bertahan. Inilah situasi
Wanita itu pun memutuskan untuk
yang sangat sulit. Perubahan situasi
menjanda selama dua tahun. Dia
kembali dialaminya. ‗atas perjalanan
ingin menikmati hari-harinya sendiri.
sang
Dia ingin mereguk kebebasan yang
ekonomi, katanya/ sampai umur 25
sempat
tahun dia melacur‘, wanita itu pun
hilang
dari
dirinya.
waktu/
kerna
Kebebasan untuk melakukan apa pun
memutuskan
sesuka hatinya, ‗atas alasan sendiri/
dirinya. Dia menganggap itulah satu-
kerna merasa ingin bebas, katanya/
satunya jalan agar dia dapat terus
sampai umr 23 tahun dia menjanda‘.
bertahan hidup. Semua keyakinan
Pikirannya
melacurkan
salah.
dalam dirinya terhadap Roh Kudus
diri
hilang. Kebanggaan orang tuanya
ternyata tidak mudah. Dia harus
ketika dia masih remaja pun telah
berjuang untuk tetap bertahan hidup.
dihancurkannya sendiri. Dia menjadi
Apalagi situasi semakin hari semakin
sosok yang tidak dikenal bahkan
kacau. Kapitalisme merebak dan
mungkin dia pun tidak mengenali
berpihak pada kaum yang bermodal.
dirinya sendiri meskipun dia sendiri
Para pemilik modal bisa dengan
juga tidak pernah berharap bahwa
bebas melakukan apa pun untuk
perjalanannya akan sampai pada
meraup
lembah kelam pelacuran.
Hidup
menjanda
ternyata
untuk
kesulitan
seorang
keuntungan
sebesar-
besarnya. Segalanya dinilai dengan uang dan semakin hari kehidupan
Pelacur
adalah
pekerjaan
yang hina di mata masyarakat karena
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
43
para
pelacur
dipandang
tidak
meminta
ampunan.
Seperti
bermoral dan tidak beradab. Wanita
sebelumnya, ‗tapi/ nasi/ sudah/ jadi/
penggoda yang siap melayani siapa
bubur‘. Semua telah terlanjur terjadi.
saja. Wanita yang tidak punya harga
Perjalanannya memang harus melalui
diri yang setiap hari tubuhnya bisa
masa
dinikmati oleh para lelaki bahkan
kesakitan, kekecewaan, ketakuatn,
yang
dan
tidak
penyakit
dikenal.
rawan
Berbagai
menyerangnya
di
mana
dia
keterasingan.
ketiak
dia
Terlebih
hendak
lagi
melakukan
terutama penyakit kelamin, seperti
pertobatan,
sifilis. Dalam kondisi seperti inilah
seperti musuh oleh pastor. Bahkan
seorang pelacur baru sadar betapa
dominus juga justru menganggap
berharganya tubuhnya dan tidak
penyakit itu sebagai kutukan atas
seharusnya
dibeli
perbuatannya selama ini. Wanita itu
dengan uang oleh para lelaki hidung
tidak merasakan adanya kasih di
belang. Pada akhirnya, betapa mahal
antara mereka. dia hanya dianggap
bayaran yang harus dia tebus demi
seperti sampah yang akan mengotori
uang-uang itu. Seperti kutipan puisi
jika
berikut, ‗atas perjalanan sang nasib/
pegangan.
kerna gangguan kesehatan, katanya/
ternyata tidak seperti Yesus yang
sampai umur 27 tahun dia belum
mau mengampuni Maria Magdalena,
sembuh sifilis‘.
seperti halnya kutipan bait terakhir
mudah
Sakitnya
untuk
tidak
kunjung
dia
merasakan
justru
disentuh.
Dia
Seorang
dianggap
kehilangan pendeta
pun
puisi ini, yaitu ‗pastor melihatnya
sembuh. Itu seperti siksaan yang
sebagai
diberikan Tuhan karena dia telah
penyakitnya
meninggalkan
reverend tak seperti yesus mau
ajarannya.
Hatinya
terus berkecamuk, sedih, menyesal,
musuh/
dominus
adalah
bilang kutukan/
ampuni maria magdalena‘.
dan takut. Dia kembali mengingat
Wanita dalam puisi yang
Tuhannya. ‗atas kesadaran nurani/
berjudul ―Perjalanan Tanpa Henti‖
kerna
ini
takut
jadi
tiang
garam,
melakukan
perjalanan
yang
katanya/ sampai umur 29 tahun dia
berliku dan juga tanpa henti dalam
menyeru-nyeru tuhan‘. Dia mencoba
hidupnya. Hidupnya terus berubah
kembali mendekat kepada Tuhan dan
seiring perjalannanya. Bermula dari
44
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
remaja yang manis sampai menjadi
dalam himpitan ekonomi. Situasi ini
wanita pesakitan sifilis. Perjalanan
ternyata tidak menyurutkan wanita
ini dikisahkan oleh penulis dalam
itu untuk melanjutkan hidupnya.
puisinya
Demi
yang sekaligus
berlaku
mencukupi
kebutuhan
sebagai narator dalam puisi ini.
ekonomi, dia bahkan rela melacurkan
Sebagai narator, pengarang berada
dirinya. Di satu sisi ini adalah bentuk
pada posisi penjajah maupun yang
pertahanan dirinya walaupun sifatnya
dijajah
semu, di sisi lain ini adalah dosa
tetapi
dari
kisah
yang
disampaikan melalui puisinya itu
besar
dapat
memang bukanlah keputusan yang
dilihat bahwa
menduduki
posisi
wanita itu
sebagai
walaupun
keputusan
ini
yang
tepat karena pada akhirnya dari
terjajah. Dia terjajah oleh nafsu yang
keputusan itu juga dia mengalami
akhirnya membawanya pada situasi
masalah yang semakin berat, yaitu
yang
dia mengidap penyakit sifilis dan itu
sangat
sulit
yang
menggocangkan psikologisnya. Masa
menimbulkan rasa penyesalan.
sulit pertamannya adalah dimulai
Puisi
ini
mengisahkan
dari ketika dia memutuskan oleh
perjalanan yang ditandai dengan
seorang lelaki karena cintanya yang
usia-usia. Usia-usia tersebut menjadi
begitu
semacam batasan dari perjalanan
menggelora,
dilanjutkan
dengan
kemudian ketika
dia
yang dilakukan wanita itu dan
memutuskan bercerai dan akhirnya
sekaligus
harus menjanda. Pada masa ini
mengantarkannnya pada pelayaran
terjadi cheos dalam diri wanita itu.
selanjutnya ke pulau seberang. Pulau
Di satu sisi dia merasa bebas karena
yang belum
terbebas dari masalah pelik antara
kondisinya sehingga si pelaut harus
dia dengan suaminya ketika berumah
selalu siaga. Ini sama seperti yang
tangga,
telah
dilakukan wanita itu. Dia tidak
melakukan hal yang dibenci oleh
pernah tahu apa yang akan terjadi
Tuhan karena mengingkari janji
selanjutnya dalam hidupnya. Dia
sucinya ketika menikah dan ternyata
bahkan tidak tahu hidupnya akan di
dengan menjanda dia harus berjuang
bawa
srorang diri untuk bertahan hidup
perjalanannya
di
sisi
lain
dia
ke
seperti
dermaga
diketahui
mana
yang
bagaiman
karena
menjadi
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
setiap sebuah
45
pertanyaan bukan kepastiaan. Dari
tuntunan ketika seseorang hendak
perjalanan wanita itu, maka dapat
bertobat.
dilihat bahwa dia adalah seorang
bahwa mereka hanyalah manusia
nomad. Dia tidak lagi terikat pada
biasa sama seperti yang lainnya,
ruang dan tidak lagi ada yang
bahkan
mengendalikan.
sepertinya. Mereka mungkin bisa
Dia
akan
teus
melakukan perjalanan. Oleh
Wanita
mungkin
melakukan
karena
itu,
puisi
itu
menyadari
juga
kesalahan
sama
walaupun
mereka dianggap sebagai orang-
berjudul ―Perjalan Tanpa Henti‖
orang
karya Remy Sylado memang ‗tanpa
pertobatannya tidak diterima oleh
henti‘
berhenti.
mereka, wanita itu tetap yakin bahwa
Perjalanan wanita itu akan terus
Tuhan masih bersamanya. Walaupun
berlangsung. Apa pun situasi dan
dia melangkah tanpa tujuan , namun
kondisi yang dihadapinya, wanita itu
dia tetap melanjutkan perjalanannya
akan tetap menempuh perjalanannya
dengan keyakinan itu.
atau
tidak
ada
suci.
Tetapi,
walaupun
dan dia bebas menentukan ke arah mana dia akan berjalan, apakah ke
SIMPULAN Puisi
barat atau ke timur. Kebebasan ini
berjudul
―Perjalanan
sekaligus juga menjadi tantangan
Tanpa Henti‖ karya Remy Sylado,
baginya karena situasi tidak pernah
walaupun berbentuk puisi, namun
bisa ditebak. Perjalanan adalah di
puisi tersebut memiliki tokoh yaitu
mana
seorang
seseorang
siap
menerima
wanita.
Puisi
resistensi karena di dalam perjalanan
menceritakan
sangat mungkin terjadi penolakan-
wanita sejak dia remaja usia 15 tahun
penolakan. Termasuk dalam puisi ini,
sampai dengan usia 29 tahun. Dalam
yaitu bagaimana ketika wanita itu
rentan waktu sekitar 14 tahun itulah
hendak mengakui dosa namun justru
wanita ini harus menjalani kehidupan
dimarahi dan dianggap mendapatkan
yang penuh dengan tantangan, mulai
kutukan. Lebih terasa tragis karena
dari memutuskan untuk dibaptis, ikut
yang memarahi dan mengatakan itu
kor
adalah orang-orang yang dipercaya
melakukan
di agamanya untuk memberikan
menjanda, melacurkan diri hingga
46
gereja,
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
perjalanan
ini
menikah, pengakuan
seorang
bercerai, dosa,
terkena
sifilis,
dia
dia menemukan betapa kehidupan ini
ketika
begitu beragam dan banyak terdapat
hendak melakukan penobatan. Hal
kekacauan sehingga menuntut setiap
ini tidak menyurutkan dirinya untuk
orang untuk bersikap untuk dapat
menjalankan hidupnya. Ini adalah
bertahan dalam kehidupannya.
mendapatkan
sampai
penolakan
pembuktian bahwa perjalanan telah membawa wanita itu pada dunia
DAFTAR PUSTAKA
yang lebih luas sekaligus dunia yang
Barry, Peter. 2012. Beginning Theory. Yogyakarta: Jalasutra.
penuh
kekacauan.
Dunia
yang
memperkenalkannya dengan segala hal yang menyenangkan, menyedihkan, mengecewakan, bahkan yang membuatnya
geram.
Perjalanan
mengantarkannya pada situasi-situasi yang
tidak
dapat
ditebak
sebelumnya. Namun dia harus tetap melakukan resistensi untuk dapat bertahan. Resistensi terhadap segala hal
yang
Wanita
membuatnya itu
tetap
terpuruk. melangkah
walaupun di dalam hierarki sosial dia akan terus dipandang sebagai wanita yang hina, wanita yang kotor, bahkan
Esten, Mursal. 1995. Memahami Puisi. Bandung: Angkasa. Faruk. 2007. Belenggu PascaKolonial: Hegemoni dan Resistensi dalam Sastra Indonesia. Yogayakarta: Pustaka Pelajar. Jamari, R. (2013). Humor Otak Indonesia Jarang Dipakai. [Online]. Tersedia di: http://misterrakib.blogspot.com /2013/05/humor-otakindonesia-jarangdipakai.html. [Diakses 17 Juni 2014]. Lubis, M. (2012). Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Monica. A. (2014).
dianggap tidak layak mendapatkan ampunan dosa. Tetapi dia yakin pada tuhannya,
maka
dia
terus
melanjutkan perjalanannya walaupun tanpa tujuan. Perjalanan inilah yang akan
Ryan, Michael. 2011. Teori Sastra: Sebuah Pengantar Praktis. Yogyakarta: Jalasutra. Soedjarwo, dkk.. 2001. Puisi Mbeling Kitsch dan Sastra Sepintas. Magelang: Indonesiatera.
mengantarkannya pada satu tempat ke tempat yang lain dan dari satu situasi ke situasi yang lain sehingga
Sylado, R. (1974). Ketakutan akan Inflasi Penyair Kakerlak. Bandung: Aktuil, No. 164. Damono, S. D. (1979).
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014
47
Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Depdikbud.
Upstone, Sara. 2009. Spatial Politic in the Poscolonial Novel. Surrey: Ashgate Publishing.
. 2004. Kerygma dan Martyria. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
48
Jurnal Bahastra ,Vol XXXII, Nomor 1, Oktober 2014