ROMANTISME DALAM NOVEL KERUDUNG MERAH KIRMIZI KARYA REMY SYLADO OLEH INDRA PRATIWI 311409083 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA Anggota Penulis Indra Pratiwi (Koordinator) Dr. Moh Karmin Baruadi, M. Hum (Anggota / Pembimbing I) Dr. Muslimin, M.Pd (Anggota / Pembimbing II) ABSTRAK Romantisme dalam Novel Kerudung Mereh Kirmizi karya Remy Sylado. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan romantisme dalam Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado sedangkan tujuan secara khusus adalah mendeskripsikan struktur Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado dan mendeskripsikan unsur romantisme dalam struktur Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado.Metode yang digunakan untuk menganalisis romantisme yang terdapat dalam novel Kerudung Merah Kirmizi adalah metode deskriptif analisis. Teknik yang digunakan teknik kepustakaan, pengumpulan data dilakukan dengan membaca berulang-ulang, menandai bagian yang penting, menguraikan keterjalinan unsur-unsur, dan menarik kesimpulan. Analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi unsur romantisme, mengklasifikasikan, mendeskripsikan, dan menarik kesimpulan. Data-data dianalisis dengan menggunakan pendekatan Struktural.Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukkan bahwa dalam novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado digambarkan unsur romantisme yang dilihat berdasarkan latar dan tokoh cerita serta ciri-ciri romantisme. Melalui pembahasan ciri-ciri romantisme dapat diketahui bahwa dalam novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado romantisme yang digambarkan bukan hanya romantisme yang mengandung unsur percintaan yang belebihan namun gambaran romantisme yang berkaitan dengan perasaan yang tersakiti dan ketidakberdayaan dalam cinta sehingga alam dan tempattempat terpencil merupakan tempat untuk mencurahkan semua perasaan yang dialami oleh tokoh. Kata Kunci : Romantisme dan Novel Kerudung Merah Kirmizi
1
PENDAHULUAN Dewasa ini
romantisisme mengalami penyempitan makna, romantisme
diartikan sebagai genre sastra yang berisi kisah-kisah asmara yang indah dan penuh oleh kata-kata yang memabukkan perasaan. Sebenarnya sifat-sifat romantisisme sangat bervariasi dan kompleks sehingga sulit untuk dirumuskan begitu saja. Dalam merumuskan unsur romantisme pada novel KMK dilakukan dengan cara membaca dan memahami seluruh teks cerita dalam novel KMK. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural yang difokuskan pada analisis tokoh, latar, dan bahasa. Selain itu juga dilihat dari gaya atau latar belakang pengarang dalam menciptakan novel. Oleh karena itu penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan karena novel pada hakekatnya memiliki makna dan gambaran tentang kehidupan pada zaman novel ini diciptakan, serta menambah pengetahuan tentang romantisme dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Sumarjo (1996:243) romantik merupakan istilah kesusastraan untuk menunjukkan karya perasaan dari pada segi intelektualnya. Karya sastra romantik sering mengandung pemujaan terhadap keagungan baik dalam pelukisan karakter, pelukisan peristiwa, maupun suasana sehingga jauh dari pemahaman realita. Romantisme merupakan aliran yang menggunakan prinsip bahwa karya sastra merupakan cerminan kehidupan realistik yang menggambarkan kehidupan manusia yang berliku-liku dengan menggunakan bahasa yang indah sehingga dapat menyentuh emosi pembaca. Keindahan menjadi fokus utama dalam romantisme (Endaswara, 2003 : 33). Berdasarkan pandapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa romantisme merupakan aliran sastra yang didominasi oleh perasaan dibandingkan logika dalam berfikir. Aliran romantisme lebih mementingkan curahan perasaan yang indah dan menggetarkan jiwa serta gambaran kehidupan yang penuh duka yang diungkapkan dalam estetika diksi dan gaya bahasa yang mendayu-dayu. Aliran ini di cirikan oleh minat pada alam, latar di masa lalu, kemurungan, kesedihan, kegelisahan serta kespontanan dalam pemikiran, tindakan yang jauh dari realita. Noyes menyebutkan bahwa sedikitnya ada enam cirri yang muncul dari karya-karya romantis yaitu
2
kembali ke alam, kemurungan atau melankolis, primitivisme, sentimentalis, individualis, dan eksotisme. Unsur romantisme dalam novel Kerudung Merah Kirmizi dianalisis menggunakan pendekatan struktural. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Secara umum Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan romantisme dalam novel Kerudung Merah Kirmizi Karya Remy Sylado. Secara khusus, (1) mendeskripsikan struktur Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado. (2) mendeskripsikan unsur romantisme dalam struktur Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis merupakan suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala menurut apa adanya pada saat penelitian. Melalui metode ini, peneliti menjelaskan dan menguraikan, secara jelas objek yang diteliti. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data utama yang merupakan kajian peneliti secara sistematis, yaitu Romantisme dalam Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado yang diterbitkan oleh Grafika Mardi Yuana di Bogor, cetakan pertama pada bulan April 2002, cetakan kedua pada bulan Januari 2003. Novel KMK terdiri dari 616 halaman. Data penelitiaanya berupa kuipan kalimat, paragraf yang menunjukkan unsur kajian romantisme dalam Novel KMK. Adapun teknik pengumpulan data yakni (1) membaca novel KMK secara berulangberulang dengan tujuan memperoleh gambaran jelas tentang isi novel tersebut. (2) mengidentifikasi isi novel yang terdapat dalam novel KMK yang dibaca. (3) membaca kutipan yang menggambarkan atau mengandung unsur romantisme yang terdapat dalam novel yang telah ditelaah berdasarkan pendekatan stuktural. (4) menyimpulkan data yang diidentifikasi dan menjelaskan data tersebut pada tahap selanjutnya.
3
Setelah data terkumpul, data tersebut kemudian dianalisis. Adapun teknik analisis data adalah sebagai berikut: (1) Menentukan teks yang dipakai sebagai objek, khususnya novel KMK karya Remy Sylado. (2) Mengarahkan fokus analisis, yang mencakup struktur novel dan unsur romantisme yang terdapat dalam novel KMK karya Remy Sylado (3) Mengumpulkan data-data dari sumber kepustakaan yang berkaitan dengan objek analisis. (4) Menganalisis novel KMK dengan menggunakan pendekatan struktural dengan cara mengidentifikasi struktur dalam novel KMK dam mendeskripsikan unsur romantisme dalam novel KMK karya Remy Sylado. (5) Menginterpretasikan data yang telah dianalisis. (6) Menyimpulkan secara keseluruhan dari unsur romantisme dalam novel KMK karya Remy Sylado. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Struktur dalam Novel Kerudung Merah Kirmizi a.
Tema Novel KMK bertemakan Perjuangan perempuan memperjuangkan cinta
sejatinya, di tengah badai cobaan kehidupan menjadi tema utama dalam Novel KMK. Dalam novel KMK ini, diperlihatkannya kekuatan cinta yang mampu menghancurkan semua rintangan yang dihadapi oleh tokoh utama, dan cinta sebagai kekuatan terdasyat untuk mengalahkan segala halangan yang menghadang disetiap perjalanan hidup tokoh utama, yaitu Myrna hingga mendapat akhir yang bahagia dengan pria yang ia dambakan sebagai suaminya. Hal ini tergambar dalam penggalan novel dibawah ini. Tempo hari aku meneyanyi karena aku merasa itu pekerjaan yang sesuai dengan bakat, ditambah dengan kepergian Mas Andriano, aku ibarat layanglayang putus yang terbawa angin ke samudra, hingga membutuhkan semacam pegengan. Kini meskipun aku mempunyai suami yang kudamba. Aku akan berfikir dua kali apakah layak atu tidak aku menyanyi lagi. Semua ini bergantung pada sumiku. Aku masih Myrna yang dulu,yang atas suka sendiri dibungkus oleh leluri-leluri lama tentang kedudukan seorang nyonya yang wajar secara alami: berserah tapi tidak menyerah dan patuh tapi tidak takluk.(KMK, 2000: 608)
4
b. Latar Secara sederhana dapat dikatakan bahwa latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengajuan yang berhubungan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam sebuah karya sastra yang membangun latar cerita (Sudjiman, 1988: 44). Berikut ini adalah latar tempat yang terdapat dalan novel KMK. 1) Latar Tempat Secara garis besar dalam Novel Kerudung Merah Kirmizi ini, tempat yang digunakan untuk menjadi latar dari cerita ini adalah kota Jakarta dan Bali di negara Indonesia, cerita ini diawali dengan latar kota Jakarta dan diakhiri di kota Jakarta pula. Namun secara lebih detail dapat dijelaskan latar-latar yang digunakan oleh pencerita : Rumah Makan Lembur Kuning Luc menggeser duduk silanya di atas tikar lesehan agak menyandar di tiang bambu. Di bawahnya terdengar ikan-ikan emas berebutan makanan. Dari tadi tembang Cianjur mengiring pelan dan sayup. Di rumah makan ini orang dapat merasakan suasana tatar sunda dan melupakan sejenak hiruk-pikuk Jakarta. Myrna diam. Dia menerawang. Apakah dia sedang masuk dalam godaan yang setia atau dusta yang berpengharapan?(KMK, 2000:104) Kamar Kalu bisa pakailah kerudung itu saban minggu,” pinta ibunya. Ini Cuma buat mengingat-ingat saja, bahwa merah kirmizi (merah kotor) adalah warna fiil manusia untuk harus hidup suci. Ayahnya yang ikut masuk ke dalam kamar, menyambung ujaran itu dengan gairah dan harapan. “merah kirmizi itu berubah menjadi seputih salju, itulah makrifat yang menentukan martabat.(KMK, 2000:195) Tanah Kusir Hari belum Minggu tapi Myrna sudah memakai kerudung merah kirmizi itu. Dia memakai kerudung itu di Tanah Kusir. Di sana dia duduk seorang diri di tembok pusara, menerawang, sambil tak sadar menaburkan bunga di atasnya. Diam. Tidak berkata apa-apa.(KMK, 2000:198) 2) Latar Suasana Latar suasana dalam Novel Kerudung Merah Kirmizi tergambar dalam kutipan novel di bawah ini:
5
Aku seperti gila waktu itu, meraung-raung di depan liang lahat, ingin dikuburkan hidup-hidup bersama suamiku. Setelah itu, berbulan bulan lamanya aku dicekam putus asa, bimbang, gamang, lantas bernudup dan meratap. Aku merasa bagai seekor anak menjangan yang terbingung oleh takdir di belantara serba harimau, singa, ular, setan. (KMK, 2000:3) Latar di atas menggambarkan kesedihan yang mendalam bagi Myrna karena kematian suaminya. Kematian suaminya sangat membuatnya terpukul karena orang yang dia cintai kini telah pergi untuk selamanya. Semenjak kematiaan suaminya dia merasa bagai seekor anak menjangan yang ditinggal pergi oleh induknya, dia bagi kehilangan pegangan hidup. Setiap teringat kejadian itu air matanya tak terasa jatuh di pipinya Myrna menangis lagi. Mau tak mau dia semakin tercampak ke belakang, ke masa silam yang memilukan. Ingatan itu bagai adegan gambar hidup yang melangket di selaput jala mata. Sumpah dengan sebuah nama, dia tidak akan lupa adegan itu. Bukan hanya satu adegan, melainkan serangkaian adegan.(KMK, 2000:19) Suasana sedih masih tergambar di wajah Myrna tatkala mengingat kejadian di masa silam yang membuatnya selalu menitikan air mata saat mengingat kejadian di masa lalu. “apa boleh buat deh. Setiap peristiwa yang baru adalah pengalaman yang pertama. Sekonyong airmata mengucur di pipi Myrna. Kartika dengan Satria melihat dengan iba. Tapi mereka pura-pura tidak tahu.(KMK, 2000:43) Semenjak dia ditinggalkan suaminya Myrna sangat benci mendengar sebutan janda untuk dirinya karena menurutnya banyak yang beranggapan bahwa janda merupakan wanita perebut suami orang atupun berbagai hal negatif disandang oleh seorang janda. Myrna terguncang.” Saya paling benci mendengar istilah itu. Dan Myrna menangis. Airmatanya meleleh di kedua pipi. Dia terisak pula.(KMK, 2000:68) Berseri wajah Luc. Kecerian bertunas di hatinya. Pasti ada perkembangan yang tidak diduganya tiba-tiba melenakkan perasaannya. Berarti bukan kerena lagu itu. Tapi pelaku yang melantunkan lagu itu.(KMK, 2000:60)
6
Suasana di atas menggambarkan bahagianya hati Luc saat itu, dia baru menyadarinya ternyata dia kagum dengan penyanyi di lounge itu yang tidak lain adalah Myrna. Luc menyambut tangan itu, menatap mata Myrna, dan ada semacam aliran mirip listrik disitu, menyebabkan jabatan tangan itu tergenggam cukup lama. (KMK, 2000:63) c. Tokoh dan Penokohan Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau kejadian dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umunya berwujud manusia tetapi dapat berwujud binatang atau benda yang diinsankan, sedangkan penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1988:23). Tokoh dan penokohan yang hadir dalam cerita novel KMK antara lain sebagai berikut: 1) Myrna Monika yang lebih terkenal sebagai Myrna Andriano adalah tokoh utama dalam novel ini. Keterlibatan tokoh Myrna dengan tokoh dan peristiwa dalam cerita memiliki intensitas yang lebih banyak dibandingkan dengan tokoh lain. Tokoh Myrna memiliki sifat yang penyabar. Kesabaran Myrna teruji dengan sangat gamblang, salah satunya pada percakapan Myrna dengan Bu Purwo saat menagih uang sewa bulanan rumahnya. Kutipan 1: “He, bangun ogek! Dasar perempuan malam, jalang, kalong, tikus,
bulbul,” katanya keras-keras. “Jangan pura-pura tidur. Saya sudah kasih waktu tiga hari. Sekarang waktumu sudah habis. Angkat kakimu. Kamu harus keluar dari rumah ini. “Saya sudah bangun kok, Bu”. Dan Myrna keluar dari kamar menemui Bu Purwo yang berdiri di luar dengan angkuhnya. “Selamat pagi, Bu”.(KMK, 2000:38) 2) Prof. Luc Sondak, adalah seorang profesor dan dosen di bidang ekonomi. Luc Sondak tinggal di Bali. Dia memiliki seorang anak perempuan bernama Laksmi. Luc Sondak adalah seorang duda yang jatuh cinta kepada Myrna. Luc Sondak adalah orang yang romantis. Seperti pada kutipan di bawah ini.
7
Kutipan: “Yang ada dalam diri saya adalah cinta seorang musafir yang merindukan: lebih dari sebuah dermaga yang berlabuh, tapi tempat perhentian yang lebih dari pelabuhan. Keputusan untuk mencari tempat perhentian, janganlah terlalu lama. Kalau terlalu lama, bisa jadi cinta sebagai keputusan emosional akan berubah menjadi pertimbangan rasional. Saya ini orang yang paling tidak percaya bahwa rasio merupakan satu-satunya potensi rohani yang final. Saya lebih percaya pada hati. To create a vision harmony, it would be reality,’cause it’s only what’s inside of my heart, Billy Ocean : The Colour of Love.”(KMK, 2000:118) 1.1 Deskripsi Unsur Romantisme dalam Novel Kerudung Merah kirmizi Romantisisme berawal dari sebuah aliran seni yang menempatkan perasaan manusia sebagai unsur yang paling dominan. Karena cinta bersumber dari perasaan manusia sehingga romantisisme diidentikan dengan percintaan. Padahal tidak semua karya romantisisme yang bernaung pada cinta. Menurut Neyos (dalam Hadimadja, 1972) bahwa sedikitnya ada enam ciri romantisme yang muncul dalam karya sastra yakni Kembali ke Alam, kemurungan, primitivisme, sentimentalis, eksotisme. Hal ini dapat di lihat juga pada novel KMK . Berikut ini adalah pemaparannya: a. Kembali ke Alam Kaum romantik berpegang pada semboyan mereka yaitu alam adalah sesuatu yang mendukung dan menentukan perasaan hati manusia. Dengan demikian, perasaan hati manusia itu tergantung dari keadaan alam. Begitu besarnya pengaruh alam bagi pengarang beraliran romantic, membuat keindahan romantic menjadi motif pada zaman tersebut. Alam yang digambarkan adalah kesunyian desa di malam hari, kesejukan alam pedesaan dan sebagaimana. Hal ini tergambar dalam kutipan novel KMK di bawah ini: Apakala ada kesadaran tertentu yang melintas dalam pikirannya yang puntang-cerenang ini, maka hal itu hanyalah janji yang telah dia putuskan secara mendadak, bahwa dia akan pulang ke rumah orang tuanya di Rawangselang, Ciranjang, Cianjur. Sekarang agaknya dia percaya bahwa keputusan yang diimbuni oleh pelbagai perasaan sulit yang berkucak dalam benaknya: takut, malu, khawatir, was-was, gusar, tak berdaya, bimbang, dan
8
penyerahan diri yang sejati terhadap nasib, begitu kuad mengimbau batinnya untuk pulang kerumah orang tuanya di Lembur, di kampung halaman, sejenak berkhianat pada janjinya dulu untuk tegar di Jakarta menghayati pomeo: hadir atau tersingkir(KMK, 2000:429) Kutipan novel di atas menggambarkan tentang ketidakberdayaan Myrna saat mengetahui bahwa Luc mengalami musibah. Dia tidak tahu mau kemana lagi tempat dia mencurahkan segala beban yang ada. Akhirnya Myrna memutuskan untuk kembali kekampung halamannya untuk menenangkan pikirannya yang sedang diliputi rasa yang bercampur aduk. Kemurungan Beberapa penyair menekankan kepada kemurungan yang dalam dan suram dan mereka mendapatkan ketenangan dengan mengunjungi tempat-tempat pemakaman dan merenungkan nasib manusia, kematian (maut), dan kefanaan. Sedang penyair lainnya menyukai kesedihan, ketenangan, serta suka merenung di tempat-tempat terpencil. Tema-tema pada kesusastraan kemurungan (melankolis) dapat dikatakan berkisar seputar kemurungan akibat keterbencian, cinta yang tidak bahagia, penderitaan hidup, dan hal-hal yang menyeramkan. Deskripsi kemurungan dalam novel KMK dapat dilihat pada kutipan novel di bawah ini: Dia memakai kerudung itu di Tanah Kusir. Disana dia duduk seorang diri di tembok pusara, menerawang, sambil tak sadar menaburkan bunga di atasnya. Diam. Tidak berkata apa-apa. Kutipan di atas menggambarkan tentang kegundahan hatinya satu sisi Myrna merasa merindukan mantan suaminya, namun disisi lain ia telah menemukan pengganti Andriano yang telah wafat. Karena rasa kebimbangan dalam hatinya maka Myrna mencurahkan kegundahan hatinya pada kuburan suaminya. Myrna merasa bersalah dengan dirinya yang telah mencintai orang lain. Hal ini dapat dilihat pada kutipan novel di bawah ini Kang Mas Andri, semoga rohmu dapat melihat jisimku. Aku sudah meminta dengan ratap kepada Tuhan, supaya diberi-Nya padaku kekuatan dan akal yang lurus untuk menghadapi langkahku di depan. Maaf, hampura, Kang Mas,
9
aku harus bicarajujur padamu. Sekarang aku gelisah, sebab masih ada cinta dan harapan yang tersisa lantas berkembang dalam hatiku terhadap orang lain. Semoga rohmu bisa mengerti, bahwa bukan sebab cintaku padamu sudah berkurang dan luntur, sehingga hatiku berkembang terhadap orang yang kusebut ini, tapi semata-mata sebab cintaku yang kukuh padamu melalui anakanak kita: anakmu dan anakku maka aku sudah membiarkan cinta yang lain ini termekar dalam ketakberdayaanku.(KMK, 2000:199) Primitivisme Primitivisme merupakan unsur romantisme yang ditandai oleh kerinduan masa lalu dan kejayaan dimasa yang akan datang, hal ini dapat digambarkan dalam kutipan novel dibawah ini: Kutipan “Maunya kita tinggal di rumah yang pakai dua tangga seperti rumah kita yang dulu itu,” kata satria. Myrna menangis lagi. Mau tak mau dia semakin tercampak ke belakang, ke masa silam yang memilukan. Ingatan itu bagai sebuah adegan tergambar hidup yang melengket di selaput jala mata. Sumpah dengan sebuah nama dia tidak akan lupa adegan itu. Bukan hanya satu adegan melainkan banyak adegan.(KMK 2000:19) Lama dia menerawang di pusara itu. Gambaran demi gambaran masa silam melintas satu-satu dalam ingatanya. Begitu rinci, begitu nyata,sementara langit di atas menghitam dan sebentar lagi akan hujan. Aneh, gambaran-gambaran masa silam itu maih terus terbawa sampai malam. Dan apabila gambaran-gambaran itu mengucak pikirannyadi tengah malam, perasaanya perasaanya terpengaruh.(KMK, 2000:199) Kutipan novel KMK menjelaskan bahwa kerinduan akan masa lalu yang dirampas kebahagiannya oleh orang yang tak dikenalnaya, sehingga sangat membekas diingatan Myrna tentang kejadian yang sangat memilukan ketika kebahagiaannya dirampas degan tidak wajar. Kenangan indah itu yang membuatnya mampu bertahan di tengah godaan hidup sampi ia menemukan cinta yang sejati. sentimentalis Sentimentalis merupakan deskripsi tentang ungkapan emosi secara berlebihan berupa kesukaan akan kelembutan, birahi, kegandrungan akan sifat alamiah yang
10
semuanya lebih bersifat patetis dari pada etis. Dalam novel KMK gambaran sentimentalis dapat dilihat pada kutipan novel di bawah ini: “Tidak semua penyanyi dapat menginterpretasiakan dengan baik seperti yang Anda lakukan Interpretasi yang tepat dengan sendirinya menghasilkan peragaan seni yang memuaskan.(KMK, 2000:60) Kutipan novel di atas merupakan ungkapan yang diucapkan Luc saat pertama berkenalan dengan Myrna, kemudian Luc mengatakan kata-kata yang memuji Myrna dengan pujian yang standar namun dapat meluluhlantahkan hati Myrna “Saya tidak bicara soal terkenal”, kata Luc, lugu, namun yakin.” Saya bilang, Zus mampu, dan itu yang membuat saya sudah berkata jujur. Zus menyanyikan lagu-lagu standar yang mengagumkan.(KMK, 2000:62) Kemudian Luc berkata lagi dengan pujian yang romantis untuk menggugah hati Myrna yang setegar batu karang. “Ya. Jadi, hanya dalam beberapa menit, seorang wanita, wanita yang sekarang duduk di depan saya, telah membuat saya haleluyah alhamdulilah mengaguminya lebih dari yang saya sadari. (KMK, 2000:66) Individualisme dan Eksotisme Romantisme tidak hanya cenderung melarikan diri ke dalam perasaan serta dunia mimpi mereka sendiri tetapi juga mencari pengalaman emosional dalam dunia eksternal berupa hal-hal yang jauh, baik dalam hal waktu maupun tempat. Biasanya tokoh merasakan kegaiban jarak, tenggelam dalam keinginan-keinginan, emosi sangat dipengaruhi oleh imbauan sugesti dan misteri. Hal-hal yang supernatural, yang aneh dan sangat indah tertarik pada misteri yang ada dalam keindahan. Eksotisme merupakan perlakuan tokoh yang mengandung keunikan serta rasa asing yang mengandung daya tarik khas. Dalam novel KMK eksotisme tergambar dalam kutipan di bawah ini: Mimpi Ibu itu bukan cerita biasa. Ada empat peristiwa bergiliran yang akan ibu alami. Ibu harus percaya, peristiwa-peristiwa itu adalah im-yang, seperti gambar tikar yang kita duduki saat ini. Gambar im-yang dalam filsafat Cina adalah manifestasi prinsip-prinsif alam antara yang aktif dan fasif, dunia nyata
11
dan khayal, dunia jantan dan betina, dunia kudus dan laknat, pendeknya suatu kiasan dunia dari kategori primordial atas segala sesuatu yang ada-dalamada. Singkatnya mimpi Ibu itu mengandung banyak pasase kewaktuan menurut lingkaran im-yang. Yang pertama, berjalan di sawah itu artinya Ibu akan di fitnah orang. Bisa akan di fitnah, bisa juga sedang difitnah. Tapi fitnah itu tidak berarti apa-apa. Sebab, yang penting, setelah itu Ibu berenang di telaga dan berhasil mencapai tanah tepi. Ini artinya Ibu akan mendapat kebahagiaan.(KMK, 2000: 204) kutipan di atas adalah bagian dari induvidualisme yang menjelaskan bahwa perasaan Myrna yang terbawa ke dalam dunia mimpi sehingga membuatnya merasakan mimpinya memiliki arti tersandikan bukannya hanya sekedar bunga tidur. untuk memastikanya ia pergi ke paranormal untuk menefsirkann mimpi yang dia anggap memiliki arti yang terselubung. Hal yang sama sering terjdi pada Myrna di selalu mengalami mimpi yang membuatnya penasaran denga mimpi yang di alaminya. Bukan hanya sekali melainkan terjadi beberapa kali dan itu membuatnya tidak merasa tenang dengan mimpi yang dialaminya. Sebuah home stay sanggup membangun kepuasan dan kenangan. Di tempat untuk tidur itu’ malam akan menyala didalam hati yang beku.(KMK, 2000:34) Kutipan novel di atas eksotisme tergambar dalam ungkapan yang memiliki keunikan karena ungkapan itu merupakan penggalan puisi dari penyair Arab yang sering diungkapkan tokoh Dela dalam setiap dialognya. Meskipun terkadang orang yang mendengaranya
seakan
kebingungan
namun
ungkapannya
membuaat
yang
mendengarkannya merasa tersanjung dan tersentuh. Tersanjung karena hal-hal yang mengesankan sedangkan tersentuh karena hal yang kurang baik. Hal yang sama terdapat pada kutipan novel di bawah ini: Lagu yang berkesan itu mengantar orang hidup dua kali. Pertama, rangsangan pada masa lalu yang sudah pergi, dan kedua, rangsangan masa depan yang belum datang. Di situ dia menemukan ‘tempat perhentian disepanjang perjalanan’.
12
Pembahasan Dalam novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado memiliki gambaran tentang romantisme yang dilihat berdasarkan ciri-ciri romantisme.. Romantisme kembali ke alam yang terdapat dalam novel dilihat berdasarkan dari besarnya pengaruh alam terhadap tokoh utama, alam merupakan tempat dalam meluapkan emosi, serta alam adalah sesuatu yang mendukung perasaan atau suasana hati manusia yang diakibatkan oleh luapan perasaan yang berlebihan sehingga alam merupakan tempat untuk pelarian dalam menyalurkan segala sesuatu yang menyesakkan hati. Dalam hal ini, alam merupakan segala sesuatu yang dianggap indah dalam mendukung suasana hati. Romantisme yang nampak dalam kemurungan atau melankolis lebih kepada bagaimana cara mendapatkan ketenangan hidup agar terhindar dari berbagai hal yang menyeramkan, dengan pergi ke tempat terpencil atau pemakaman mereka akan leluasa dalam meluapkan emosi yang dirasakan. Sebaliknya pada ciri romantisme yang lain lebih menekankan pada sifat yang alamiah atau natural yakni lebih merindukan masa lalu yang memiliki keindahan atau masa lalu
yang memberikan kenangan pahit yang kemudian akan mengalami
goncangan sehingga membuat suatu trauma akan masa lalu. Namun dengan adaya sifat alamiah atau natural, itu yang akan membuat kita bangkit dengan sebuah ambisi bahwa di masa yang akan datang rasa traumatik itu dengan sendirinya akan hilang, kemudian akan berganti dengan sebuah perasaan yang baru yang memiliki keinginan akan keindahan di masa yang akan datang. Keindahan di masa yang akan datang ditandai dengan kembalinya fitrah seorang manusia yang merasakan kindahan dalam menjalani sebuah hubungan percintaan. Dalam hal ini percintaan yang dialami lebih sentimentalis ataupun pengungkapan emosi yang dilakukan secara berlebihan sehingga tidak disesuaikan pada tempatnya. Namun dalam novel Kerudung Merah Kirmizi unsur sentimentalis digambarkan masih dalam tarap kewajaran meskipun dalam pengungkapan perasaan masih terlalu berlebihan. Namun ciri romantisme seperti ini yang lebih banyak
13
diketahui oleh masyarakat, bahwa romantisme merupakan perlakuan yang dilakukan secara spontanitas dan penuh dengan luapan perasaan yang menggebu-gebu. Ciri romantisme yang lain merupakan gambaran tentang perasaan yang di pengaruhi oleh emosi yang berlebihan yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan yang bersifat keindahan. Sehingga perasaan yang tidak terpenuhi akan terbawa ke dalam dunia mimpi yang memiliki sebuah misteri yang indah sehingga tertarik untuk mencari solusi dalam pemecahan misteri tersebut dengan cara pergi ke tempat-tempat paranormal untuk memecahkan sebuah misteri yang terselubung dalam sebuah mimpi. Pada ciri romantisme individualis ini perasaan seseorang lebih didominasi dengan adanya kenangan-kenagan atau perasaan takut yang tidak dapat dikuasi oleh pikiran sehingga akan terbawa ke dalam dunia khayalan dan mimpi Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado merupakan novel yang mengandung unsur romantisme hal itu digambarkan pada latar cerita serta tokoh dalam novel tersebut. Dalam novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado tidak hanya menggambarkan kisahkisah romantisme yang indah dan mendayu-dayu namun adapula gambaran perasaan yang tersakiti karena cinta, kenangan masa lalu serta ketidakberdayaan dalam menghadapi sebuah kehidupan. PENUTUP Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel Kerudung Merah Kirmizi merupakan novel yang mengandung unsur romantisme hal ini dilihat berdasarkan: 1) Dalam novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado digambarkan unsur romantisme yang dilihat berdasarkan latar dan tokoh cerita. 2) Terdapat unsur romantisme dalam novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado. Romantisme kembali ke alam digambarkan melalui parasaan tokoh yang bergantung pada alam. Alam merupakan tempat dalam mencurahkan segala perasaan yang dialami oleh tokoh, dengan demikian perasaan tokoh dengan sendirinya akan menyatu dengan alam. Romantisme kemurungan atau melankolis
14
digambarkan melalui perasaan hati manusia yang mengalami kemurungan akibat dari keterbencian, cinta yang tak bahagia sehingga tokoh akan mencari tempattempat terpencil dalam merenungi nasib. Romantisme primitivisme digambarkan melalui perasaan yang merindukan masa lalu yang memiliki sebuah kenangan yang indah dan kenangan yang memilukan. Namun dengan adanya sifat alamiah manusia yang akan membuat kita bangkit dan mengharapkan keindahan di masa yang akan datang. Romantisme sentimentalis digambarkan melalui luapan emosi dalam percintaan baik itu luapan rasa sedih, maupun luapan perasaan emosi dan birahi. Romantisme individualis digambarkan melalui perasaan seseorang yang lebih didominasi dengan kenang-kenangan atau perasaan takut yang tidak dapat dikuasai oleh pikiran sehingga terbawa ke dalam dunia mimpi. Daftar Rujukan Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra, Epistemology, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Hadimadja Aoh K. 1972. Aliran-aliran klasik, Romantik dan Realisme dalam kesusastraan: dasar-dasar perkembangan. Jakarta : Pustaka Jaya. Htm, di (unduh 28 Maret 2013) Sudjiman, panuti. 2006. Kamus Istila Sastra. Jakarta: UI Press. 1998. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta:Pustaka Jaya Sumardjo, Jakob dan Saini. 1997. Apresiasi kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
15