Bab8 Abnormalitas
Pada bab ini akan dibahas mengenai: A. Pengertian Abnormalitas atau Gangguan Perilaku Penyimpangan Dari Norma Statistik Penyimpangan Dari Norma Sosial Perilaku Maladaptif Kesusahan Pribadi B. Klasifikasi Gangguan C. Gangguan Kecemasan Gangguan Kecemasan Menyeluruh dan Gangguan Panik Phobia Gangguan Obsesif-Kompulasif D. Gangguan Afektif Depresi Episode Manik Gangguan Manik-Depresif E. Gangguan Skizofrenia Ciri-ciri Skizofrenia Kekacauan Pikiran dan Perhatian Kekacauan Persepsi Kekecauan Afektif Penarikan Diri dari Realita Delusi dan Halusinasi F. Gangguan Kepribadian Narsistis Kepribadian Tergantung Kepribadian Antisosial G. Gangguan Penyalahgunaan Obat dan Alkoholisme Adiksi dan Habituasi Penyalahgunaan Obat Penggolongan Obat Bius Alkoholisme LATIHAN SOAL 124
A. PENGERTIANABNORMALITASATAU GANGGUANPERILAKU Kebanyakan dari kita pemah mengalami saat-saat dimana kita merasa eemas, tertekan, marah, gugup, dan sebagainya. Dalam menghadapi hidup yang kian kompleks, manusia terkadang tidak dapat atau sanggup menghadapinya dengan mudah. Adalah suatu hal yang muskiljikalau dalam keseluruhan hidupnya, manusia tidak pemah mengalami saat-saat sulit seperti itu, apalagi di dalam era perubahan sosial dan teknologi yang kini berkembang sedemikian eepat. Akan tetapi kebanyakan orang bisa jadi tidak benar-benar "putus asa", karena mereka dapat mengatasi masalah dan melanjutkan hidup dengan semestinya. Lalu apa definisi dari perilaku abnormal? Perilaku abnormal (abnormal behavior) bagi para ahli psikologi seringkali disebut dengan gangguan perilaku (behavior disorder), atau adajuga yang menyebutnya lagi dengan mental illness (Morgan dkk., 1984). Untuk mendefinisikan abnormalitas tersebut Atkinson dkk. (1992) meneoba membandingkannya antara perilaku abnormal dengan perilaku normal. Oleh karena itu eara mendefinisikannyadapatdilakukandenganbeberapaeara.Beberapaeara untukmendefinisikan perilaku abnormal antara lain adalah: penyimpangan dari norma statistik, penyimpangan dari norma sosial, perilaku maladaptif, dan kesusahan pribadi. Pe.nyimpangan Dari Norma Statistik. Kata abl'lQrmalQf!1li11J?erC!.-rti "g! luar normal". ~befinisi abnormailtas dlcfas.arkanke~ada -penyim.pang.ankurve normal dalam statis!i..k. Pendefinisian ini bar~ngkali !llenladi leniah~1:arena ~a~.i orang yang eerdas ~tau sangat gembira akan dapat digolongkan sebagai abnormal. Oleh karena itu, pen'entuan abnormal dengan eara ini masih perlu ditambah dengan indikator lain. Penyimpangan Dari Norma Sosial. Setiap masyarakat temyata memiliki patokan tertentu: untuk peri laku yang dapat diterima ataupun perilaku yang menyimpang (abnormal). Peri laku menyimpang tersebut di dalam masyarakat umumnya tidak dapat diketahui dari norma statistiknya. Peril~~!!'yang dianggap normal oleh suatu mas~ara!<.atbisajadi dian~a1> abJLQOJlalQ.!eh masyarnkat lain.Wsamya,1!e.ri!al<.JJPolia!ldri bagi kebanyakan ma~yarakat di dunia dianggap sebagai abnormal, sementara bagi masyarakat gurun di Nepal, dimana pria umumnya bekerja berhari-hari meninggalkan istrinya, perilaku poliandri (satu wan ita dengan banyak suami) dianggap normal-normal saja. Jadi, baik perilaku normal maupun abnormal temyata berbedabeda dari kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya. Perilaku Maladaptif. Para ahli dapat memberikan definisi perilaku abnormal berdasarkan hal-hal yang menyimpang;'1ThiTcseear~ ~1aiistik maupun norma sosiaI.Krife"na terpenting adalah bagaimana perilaku terse but berpengaruh pada pribadi seseorang dan/atau kelompok. Oleh karena itu (>erilaku abnormal kemudian disebutperilaku l11aladaptif (tidak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan), yang memiliki dampak yang merugikan dan membahayakan orang lain atau masyarakat.
125
Kesusahan Pribadi. Kriteria kee~'!t untukmenil~~?normalitas a.~alahadalah dari sudut p~,!~anID!1! sub1~ktifseseoran~dan buk~l!!}Yaperilakuorapg Iersebut. Umumnya orang yang didiagnosis menderita ".sakitji~a;'men~alamipenderitaan batlI1~g "aKur;~_elaluknawatir, baiinnya menderita, ~elisah, tidak dapat tidur, nafsu makan hilang, mengalami berbagai "!acam ra~a salcit.daD nyeri. Terkadang penderitaan batin hanyalah merupakan gejala abnormalitas, dimana perilaku penderita tampak normal-normal saja bagi orang awam. Dari keempat kriteria di atas, maka tidak diperoleh jawaban yang memuaskan. Dalam banyak halkeempatnyaharusdipertimbangkanbersamauntuk menilaiabnormalitasseseorang. Neurosis dan Psikosis Neur:Q~il'_ataugangguanjiwa adalah gejala:yangumum yang dialami oleh manusia pad~ ~~[Clft~rteJl.1u.~is m~nca),.llp£~lomppok gangguan~Qg..dhandai -.. -"den~~n.mstrl?~s,k~~m.~~~Ih.k~~edihan. atau gangguan malad
-
B. KLASIFIKASIGANGGUAN Beberapa perilaku dapat diklasifikasikan atau digolongkan sebagai perilaku abnormal. Berdasarkan sifatnya, perilaku abnormal dapat digolongkan menjadi empat: (1) yang bersifat akut dan sementara, yang disebabkan oleh peristiwa yang penuh dengan stres; (2) yang bersifat kronis dan selama-Iamanya; (3) yang disebabkan oleh penyakit atau kerusakan pada sistem saraf; (4) yang merupakan akibat dari lingkungan sosial yang tidak menguntungkan dan/atau pengalaman belajar yang keliru. Keempat sifat tersebut dapat saling tumpang tindih dan saling berinteraksi di dalam menghasilkan perilaku abnormal. Individual differences menj(}dikanadanya 1ce.1,11!!kill!Q.?ri ~
..-
individu, sehingga tidak ada dua orang yang l1lengalami kehidupannya se~arcqam,Lper~i§. Namun, terdapat beberapa kesamaan yang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori (Atkinson dkk., 1992). Menurut Atkinson dkk. (1992) terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan dari penggolongan terhadap perilaku abnormal. Keuntungannya antara .lain adalah jika kita ~emukan .l2eJ:bagai-mfteftm-perilakua1>!lQI:mAI~i1Dg meJl1i(~{Ci ~~_babyangberhe.aa;Fe..
-
126
Kerugiannya ~dalah di~.12C!ikanny.a.konsepindividual differences, sehingga ciri-ciri khusus pada pasien diabaikan pula. Klinisi berharap bahwa pasien akan cocokdengan pengclOmpokan (diagnos'is) tertentu. Penilaian terhadap pasien juga cenderung tidak dapat membedakan antara perilaku yang muncul dengan individu-nya.
Teknik Klasifikasi. Klasifikasi gangguan jiwa atau yang kemudian dikenal dengan istilah diagnosis yang digunakan oleh para ahli jiwa di Amerika Serikat adalah Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fourth-Edition atau DSM-IV. Berdasarkan DSM-IV, diagnosis yang ditegakkan mencakup beberapa hal. Menurut American Psychiatric Association (1994), diagnosis menurut DSM-IV disebut sebagai Multitaxial Assessment, diklasifikasikan menjadi 4 aksis, yaitu: Axis
Classification
Number of Classificatiol1
Axis I
Clinical Disorders Other Condition That May Be a Focus of Clinical Attention
16
Axis II
Personality Disorder Mental Retardation
12
Axis III Axis IV
General Medical Condition Psychological and Environmental Problems
16 9
Axis V
Global Assessment of Functioning (GAS)
scales: I - 100
Tabel VIII.t. Multitaxial Assessment Menurut APA Sumber: American Psychiatric
Association
(1994), diolah.
Di Indonesia yang digunakan adalah PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosa Gangguan Jiwa). Diagnosis berdasarkan PPDGJ ini juga ditegakkan berdasarkan Lima Aksis. Kelima aksis tersebut adalah: Aksis I & II : seluruhnya dapat dilihat di dalam klasifikasi PPDGJ; Aksis II gangguan ciri kepribadian tertentu; Aksis III gangguan fisik; Aksis IV taraf stres psikososial; Aksis V taraf tertinggi dari fungsi penyesuaian dalam satu tahun terakhir. 127
C.
GANGGUAN KECEMASAN
Gangguan keeemasan meneakup sekelompok gangguan dimana keeemasan merupakan gejala utamanya, yang be!.ll-Eakecemasan menyeluruh & 8..l!n.E.8uan panik ataupuQ keeemasan yang dialami .li~fh1drvidu ~rii§~~ 'mne~endaTIkanp~rilal
1.
Gangguan Kecemasan Menyeluruh dan Gangguan Panik
S~seQrang.'y'angmen-z~\1amigangguan lceeemasan rn~n.yeluruh(generalized anxiety disorder) setiap hari hidupnya dalam keadaan tegang. Penderita merasa serba salah atau -
.'.
-
,_.
-
khawatir ~~~:-d5
g~~_n_ ";'ll~g~lJnJ2ang
jelas pe~ebabnya: stimulusatauperistiwaapa~(Atkinsondkk., 1992). 2. Phobia
-
Gangguan Phobia memiliki _.karakter yang berb~a_ cJ~!!.&.a.!1 ~angguan _. - . -'-, . ... -----------
yang tidak
kecemasan
menyeluruh dan gangguan panik, karenaperiyebab muneulnya phobia adalah stimulus atau situasi tertentu yang menurut ~~.~anyak~!1 !angadalahbiasa dan-iidak'berbahaya.Penderita pnobla, Iceiikiimenghadapi stimufiis 'atau peristiwa' tertentu biasanya menyadari bahwa ketakutannya tidak rasional, tetapi dia tetap merasakan bahwa munculnya kecemasan yang hanya dapat diredakan apabila dia dapat menghindarinya (Atkinson dkk., 1992). Sebagian besar dari manusia takut pada ular atau binatang melata lainnya, dokter, ataupun kematian. Beberapa orang mungkin memiliki phobia tertentu, meski masih dapat bersikap normal pada hal-hal lain. Oalam taraf yang berat dan serius, dimana phobia seseorang menjadi kian meluas dan eukup banyak mengganggu aspek kehidupan, maka phobia dapat berkaitan dengan gangguan obsesif atau kompulsif (Atkinson dkk., 1992). Beberapa Macam Phobia. Beberapa maeam phobia antara lain adalah (Atkinson dkk., 1992; Chaplin, 1995): 128
Acrophobia Agoraphobia Clausrtophobia Hemaphobia Nyctophobia Enophobia Zoophobia Phobia Sekolah
ketakutan ketakutan ketakutan ketakutan
pada pada pada pada
ketinggian v temp at terbuka V temp at tertutup v darah ,
ketakutan pada kegelapan ' ketakutan pada orang asing ,..., ketakutan pada binatang tertentu v phobia pada anak kecil yang takut berpisah dengan orangtuanya, karena harus sekolah.,;
3. Gangguan Obsesif-Kompulsif Penderita Gangguan Obsesif.,Kompl!lslf !.l1~rasakan..keterpaksaan berpjkk tentan&.hal, ..-
h<]lyang tidak ingin mere~a £ikirkan atau melaku.kanhal-l1aLyan.g..tidak mereka inginkiln. Obsesi m~ruJ2akangangguan terus-menerusdaripikiran at~ubayangallya"-gtidak diinginkan. Kompulsi adalah desakan yang tidak tertahankan yntu}(me1ak!l~antertentu. Pikiran obsesif dapat dikaitkan dengan tindakan kompulsif. Misalnya pikiranpenderita tentan& kuman penyakit, maka perilaku kompulsinyaa.?alah mencuci alat-alat makan berkali-kali sebelum dipakai atau mencuci koran sebelum dibaca (Atkinson dkk., 1992). Kita seringkali juga mengalami adanya pikiran yang mencekam dalam taraf yang normal, seperti misalnya "Apakah kompor tadi telah saya matikan?" atau "Apakah pintu rumah sudah saya kunci?". Pada penderita Obsesif-Kompulsif, pikiran mencekam dan desakan untuk melakukan sesuatu telah memenuhi benaknya tetapi tidak dapat mengendalikannya dengan baik. Penderita ini bisa menjadi cemas jika mencoba menahan kompulsinya, dan merasa lega begitu tindakannya dilakukan (Atkinson dkk., 1992).
Gambar VIII.t. Kartun Seorang Penderita Kompulsif Sumber: Atkinson dkk. (1993)
129
D. GANGGUAN AFEKTIF Gangguan afektif merupaka~gmm past!la(~k~iJ!w:1osi2 atau ~o9d (~asana hati) seseorang. Penderita gangguan ini dapat mengalami depresi atau manik (kegirangan yang tidak wajar) afiiUdap-atbergiinlHinantaramanik dan depresif (Atkinson dkk., 1992). 1. Depresi Setiap orang hampir_pernahmengalami depresi pada saat-saat tertentu, s~pertimisalnya sedih,~~_n1jpa~a aKfivTtas-apapun -~skl me~enangk_aI)..Situasi ya~ menjadi penyebab utama depresi adalah kegagalan di sekolah di tempat kerja, atau kegagalan dalam hal cinta. Depresi dianggap abnormal ketika depresi tersebut di luar kewajaran dan berlanjut sampai saat dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Atkinson dkk., 1992).
Kehidupan Keluarga; Seorang anakberusia 7 tahun mengalami masalah dengan persepsinya. Gambar yang dibuat menggambarkan situasi keluarga dimana anggota keluarganya bepergian keluar rumah untuk aktivitas hadan, sehingga satu sama lain menjadi terisolasi.
Gambar VIII.2. Gambar Seorang Anak Penderita Depresi Sumber: Meyer & Salmon (1984)
-
--
Depresi gada orang norm&...d.~.atdiartikan keadaan murungikesedihan, patah ... "'--"... sebagai _..,~--hati, danJ2at'!.h.~emangat) yang ditandai dengan perasaan tidik puas, 11]~nurunnya aktiyita~, __ _,.._ 0"- .~._ ",. ' .._
~~sE!e di.dalam men.ghadaQimasa datang. Sedang'ka.n.~.depr~)ii~~<;;~ra abnormal dapat diartikan sebagat ketidakmauan yang ekstrim untuk merespons stiIl1ulusdan disertai menurunnya nilaj qirj, ketidakmampuan, delusi, dan putus asa (Chaplin, 1995). Penderita depresi tidak mampu mengambil keputusan untuk memulai suatu kegiatan atau memusatkan perhatiannya kepada sesuatu yang menarik. Dalam taraf yang ekstrim, penderita dapat disertai adanya kecemasan dan bisajadi mencoba untuk bunuh diri (Atkinson dkk., 1992). 130
2.
Episode Manik
Manik dapat diartikan §eg~~i tingl<.~lJ.ll!k1Lb~ra!!&.keras...Qej1m.k~~~~, tidak terkontrol, yang disertai dengan tidakan motorikyangberlebihan dan IJeril~u impul~Jf(Chaplin, 1995). Dalrrni beberapa Iiii perilaku manik berlawanan dengan depresl. Gangguan ini dapat dikategorikan lagi menjadi episode manik ringan (hipomania) dan episode parah (mania) (Atkinson dkk., 1992). Pada episode ringan, penderita penuh dengan energi, antusias, dan percaya diri. Dia berbicara tems-menems, berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa memikirkan istirahat yang cukup. Ia juga membuat rencana-rencana besar tanpa diimbangi dengan pelaksanaannya. Perilaku manik dibandingkan dengan orang normal seringkali lebih mengekspresikan kebencian daripada kegembiraan. Pada episode parah (mania), penderita amat bersemangat dan hams selalu aktif. Mereka dapat melangkah bolak-balik, menyanyi, berteriak, atau memukul-mukul dinding selama berjam-jam. Jika orang lain akan mengganggu aktivitasnya, maka ia akan marah dan menjadi ganas. Impuls (termasuk seksual) segera hams diekspresikan dalam bentuk tindakan atau kata-kata. Penderita ini selain mengalami disorientasi, juga sering mengalami delusi. 3.
Gangguan Manik-Depresif Beberapa individu dapat mengalami manik saja, tetapi kebanyakan individu yang mengalami episode manik juga mengalami saat-saat depresi. Siklus episodenya dapat berganti-ganti antara episode manik dengan episode depresif, serta sering menunjukkan perilaku norma di antara kedua episode tersebut. Gangguan Manik-Depresif seringkali disebut dengan istilah gangguan bipolar, karena penderita beralih dari satu kutub perasaan ke kutub perasaan lainnya (Atkinson dkk., 1992). E.
GANGGUAN SKIZOFRENIA
Dalam suatu pertengkaran, Vicent van Gogh pernah melemparkan sebuah gelas absinta kepada temannya Paul Gaugiun, seorang pelukis asal Perancis. Kemudian Gauguin membawa pulang seniman gila itu dan menidurkannya. Pada malam berikutnya, van Gogh mendatangi Gauguin dengan membawa pisau silet. Akan tetapi tiba-tiba ia kembali ke kamarnya. Dan di situ ia memotong sebagian telinganya (tepatnya pada bagian atas) karena luapan rasa bersalah. Potongan telinga tadi diberikannya kepada seorang pelacur yang bernama Rachel. "Jaga baik-baik benda ini, " katanya dalam surat terakhir van Gogh kepada saudaranya yang ditemukan pada saat van Gogh meninggal dunia. fa menulis, "Nah, karyaku, aku meresikokan kehidupanku untuknya, pikiranku setengah tenggelamkarenanya" (Prabowo, 1995). Fenomena yang dial ami oleh pelukis terkenal dari Belanda, Vincent van Gogh di atas mempakan fenomena klasikpenderita gangguan skizofrenia. Peristiwa "memotong telinganya sendiri" sampai sekarang masih menjadi perdebatan sejumlah ahli hingga kini. Lalu apa yang dimaksud dengan gangguan skizofrenia?
131
1. Pengertian Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Atkinson dkk., 1992), perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, wahamldelusi, dan gangguan persepsi (PPDGJ, 1983). Gangguan Skizofreniaini terdapat pada semuakebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modem sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stres (Atkinson dkk., 1992). Berdasarkan hasil penelitian di Eropa dan Asia, maka prevalensi penderita skizofrenia adalah 0,2% sampai 1%. Semen tara di Indonesia berdasarkan survei di beberapa rumah sakit adalah 0,05% sampai 0,15% (PPDGJ, 1983).
2.
Ciri-ciri Skizofrenia
Penderita Skizofrenia menderita penyakitnya secara cepat atau lambat, dengan gejalagejala yang bermacam-macam. Beberapa ciri utama penderita Skizofrenia yang tidak selalu muncul pada setiap penderitanya antara lain adalah (Atkinson dkk., 1992): a. Kekacauan Pikiran dan Perhatian b. Kekacauan Persepsi c. Kekacauan Afektif d. Penarikan Diri dari Realita e. Delusi dan Halusinasi Kekacauan Pikiran dan Perhatian Menurut Atkinson dkk. (1992) kekecauan pikiran di sini merupakan kesulitan umum untuk menyaring stimulus yang relevan.Padakebanyakan orang normal pemusatan perhatian dapat dilakukan secara efektif.Dariberagamnyainformasiyang masuk, kita dapat menyeleksi stimulusmanayangrelevan.Sementarapadapenderitaskizofreniakemampuaninimenghilang, karenajika ia menghadapi banyak stimulus pada waktu yang bersamaan, maka ia sulit untuk mengambil makna dan menyeleksi masukan-masukan yang beragam terse but. Ketidakmampuan menyaring stimulus ini ditandai dengan pembicaraan yang tidak berujung pangkal. Kekacauan
Persepsi
Pada penderita skizofrenia akut seringkali mengalami bahwa dunia tampak berbeda baginya. Suara terdengar lebih keras, wama terlihat lebih mencolok, dan tubuhnya terlihat tidak sarna (misalnya tangan tampak lebih panjang atau lebih pendek, kaki sangat panjang, dan mata tampak keluar dari wajah). Beberapa penderita sudah tidak dapat mengenali dirinya sendiri di dalam cermin atau melihat bayangannya sendiri seperti bayangan rangkap tiga (Atkinson dkk., 1992). 132
Kekacauan Afektif Penderita skizofrenia umumnya tidak dapat memberikan respons emosional yang normal dan wajar. Mereka seringkali pasif dan tidak responsif terhadap situasi-situasi yang seharusnya membuat mereka sedih atau gembira. Kadang-kadang mereka mengungkapkan perasaan yang tidak sesuai dengan situasi atau pikiran yang diungkapkan (Atkinson dkk., 1992).
Gambar VIII.3. Fragmentasi Persepsi Gambar ini dibuat oleh seorang wan ita penderita skizofrenia yang mengalami kesu/itan dalam menghayati wajah sebagai satu keseluruhan Sumber: Atkinson dkk. (1993)
Penarikan Diri dari Realita Selama mengalami penderitaan skizofrenia seseorang cenderung menarik diri dari dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Keasyikan dengan diri sendiri tersebut seringkali disebut dengan autisme. Keasyikan terhadap diri sndiri dapat menjadi amat intens, sehingga penderita mengalami disorientasi waktu (tidak tahu hari, tanggal, dan bulan) dan disorientasi tempat (tidak tahu dimana dia berada). Penarikan diri dari realita ini pada penderita yag akut dapat bersifat sementara. Sedangkan pada penderita kronis, penarikan diri dapat bertahan dan berkembang sedemikian rupa, sehingga penderita menjadi tidak responsif pada peristiwaperistiwa ekstemal, tetap diam dan tidak bergerak selama berhari-hari, serta harus dirawat seperti bayi (Atkinson dkk., 1992). 133 ---
--
-
-
-
Gambar VIllA. Gambar Seorang Anak Penderita Autisme Sumber: Meyer & Salmon (1984)
Delusi dan Halusinasi Delusi adalah suatu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, yang tidak dapat diubah lewat penalaran atau dengan disajikannya fakta-fakta. Delusi yang sifatnya menetap dan sistematis akan berakibat menjadi abnormal (Chaplin, 1995). Delusi pada penderita skizofrenia berupa keyakinan bahwa kekuatan eksternal mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya.Delusitersebutjuga meliputikeyakinanbahwapikirannyadapat dipancarkan pada dunia sekelilingnya, sehingga merasa bahwa pikiran-pikirannya dapat diketahui oleh sekelilingnya (Atkinson dkk., 1992). Beberapajenis delusi pada penderita skizofrenia antara lain adalah delusi paranoid dan waham kebesaran. Delusiparanoid atau delusi persekusi adalah adanya keyakinan penderita bahwa ada orang atau kelompok tertentu mengancam atau secara diam-diam merencanakan akan melawan penderita. Sementara waham kebesaran adalah keyakinan bahwa dirinyalah yang kuat atau yang terpenting (Atkinson dkk., 1992). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan yang keliru atau palsu, dimana penderita menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata. Halusinasi adakalanya dialami juga oleh orang normal (Chaplin, 1995). Pada penderita skizofrenia, delusi bisa berdiri sendiri maupun berkaitan dengan halusinasi. Halusinasi pada penderita skizofrenia bisa secara auditoris, visual, maupun sensoris. Halusinasi auditoris biasanya merupakan suara-suara yang mengatakan kepada penderita tentang sesuatu yang harus dilakukannya. 134
Halusinasi visual adalah keyakinan melihat suatu objek tertentu yang tidak biasa, misalnya melihat makhluk aneh atau malaikat. Sementara halusinasi sensoris tidak banyak terjadi, misalnya keyakinan bahwa terdapatbau busukyang terpancar dari tubuh penderita (Atkinson dkk., 1992). 3.
Tipologi Skizofrenia
Menurut Baron (1989) Skizofrenia dapat dikategorikan lagi menjadi empat yaitu: Disorganized Schizofrenia, Paranoid Schizofrenia, Catatonic Schizofrenia, & Undifferentiated Schizofrenia. Masing-masing tipe Skozofrenia tersebut akan dijabarkan berikut ini: Disorganized Schizofrenia Disorganized Schizofrenia seringkali disebut dengan istilah Skizofrenia Hebefrenik (kacau), dimana ciri yang menonjol adalah ketololan dan inkoherensi. Para penderita seringkali tertawa atau menangis keras-keras untuk sebab yang tidak jelas dan berceloteh tanpa makna dalam beberapajam. Beberapa di antaranya kadang-kadang mengalami delusi dan halusinasi, meski kabur dan tidak jelas (Baron, 1989). Paranoid Schizofrenia Pada tipe ini, penderita mengalami delusi persekusi, yaitu adanya keyakinan melihat orang-orang berkomplotan untuk merusak atau menyerang penderita dimana saja berada. Mereka juga mengalami waham kebesaran. Dari kedua delusi tersebut, delusi penderita makin terinci dan sistematis, sehingga pada suatu titik tertentu penderitaannya tersebut seperti suatu alur dalam novel (Baron, 1989). Catatonic Schizofrenia Penderita skizofrenia katatonik banyak mengalami kejadian-kejadian aneh dan ganjil (bizzare) secara menyeluruh. Penderita ini menunjukkan salah satu perilaku dari "dingin" (beku total) atau justru mudah sekali terangsang. Seringkali mereka berada di antara kedua sifat tersebut. Misalnya duduk seperti orang lumpuh untuk beberapa waktu yang lama, kemudian secara tiba-tiba diinterupsi dengan suatu tindakan tertentu.Tipe ini merupakan tipe skizofrenia yang jarang terjadi (Baron, 1989). Undifferentiated Schizofrenia Skizofreniajenis iniadalahbagipenderitayang tidakdapat dikategorikanpada skizofrenia tipe yang lain, termasuk di dalamnya skizofrenia yang menunjukkan adanya gangguan pada pikiran, persepsi, emosi, meski tidak terlihat aneh pada tipe yang lainnya (Baron, 1989). F.
GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan Kepribadian adalah pola-pola perilaku maladaptif yang sifatnya kronis, dan sepenuhnya tidak merasakan bahwa dirinya mengalami gangguan (Meyer dan Salmon, 1984). Beberapa ciri lain penderita gangguan kepribadian antara lain adalah: kepribadian rnenjadi tidak fleksibel, tidak wajar atau tidak dewasa dalarn menghadapi stres atau di dalam 135 -
-
memecahkan masalah. Mereka umumnya tidak kehilangan kontak dengan realitas dan tidak menunjukkan kekacauan perilaku yang mencolok seperti pada penderita skizofrenia. Penderita ini biasanya dialami oleh para remaja dan dapat berlangsung sepan jang hidup (Atkinson dkk., 1992). Beberapa bentuk gangguan kepribadian antara lain adalah Narsistis, Kepribadian Tergantung, dan Kepribadian Antisosial.
Narsistis Narsistik atau cinta pada diri sendiri digambarkan sebagai orang yang memiliki rasa kepentingan diri yang melambung dan dipenuhi dengan khayalan-khayalan sukses, selalu mencari puj ian dan perhatian, serta tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, malahan justru seringkali mengeksploitasinya (Atkinson dkk., 1992). Kepribadian Tergantung Kepribadian tergantung atau dependent personality disorder ditandai dengan adanya orientasi hidup yang j2asif, tidak mampu mengambil keputusan atau menerima tanggung jawab, cenderung/men~kan diri sendiri, dan selalu berharap memperoleh dukungan orang lain (AtkiJ}sondkk., 1992). Kepribadian Antisosial Daribeberapajenis gangguankepribadian,kepribadianantisosial ataupsikopath agaknya yang paling sering dikaji dan diagnosisnya paling handal. Para penderita umumnya hanya sedikit sekali memiliki tanggungjawab, moralitas, dan perhatian kepada orang lain. Perilaku mereka hampir seluruhnya ditentukan oleh kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak terbiasa menggunakan hati nuraninya. Jika pada orang yang normal menyadari bahwa suatu "kesenangan" pada usia muda terkadang harus bisa ditunda untuk kepentingan orang lain, maka tidak demikian halnya dengan penderita psikopath, yang cenderung hanya memperhatikan kemauannya sendiri.Perilakunya impulsif,segeramemuaskan keinginannya, dan tidak dapat menahan frustrasi (Atkinson dkk., 1992). Kepribadian Antisosial sebenamya merupakan istilah yang tidak tepat, karena ciri-ciri penderitanya tidak menggambarkan perilaku atau tindakan antisosial. Perilaku antisosial disebabkan oleh beberapa hal, termasuk di dalamnya menjadi anggota gang atau tindakan kriminal, kebutuhan akan status dan perhatian, hilangnya kotak dengan realita, dan ketidakmampuan mengendalikan impuls. Kebanyakan kenakalan remaja yang disertai dengan kriminalitas berkaitan dengan kepentingan keluarga (ekonomi) atau kepentingan kelompok (gang). Sementara pada kepribadian antisosial hampir tidak berperasaan dan agaknya tidak merasa bersalah dan mau menyesalinya, meski tindakan yang mereka lakukan menyakitkan orang lain (Atkinson dkk., 1992). Dua ciri yang paling umum penderita kepribadian antisosial adalah tidak dimilikinya rasa cinta (empati kurang, tidak setia) dan perasaan bersalah atau guilty feeling (Atkinson dkk., 1992).
136
G. GANGGUAN PENYALAHGUNAAN OBA T DAN ALKOHOLISME Sebelummembahasmengenaigangguanpenyalahgunaanobatdangangguanalkoholisme, ada baiknya kita bahas terlebih dahulu adiksi dan habituasi yang akan banyak terjadi pada penderita penyalahgunaan obat dan alkoholisme. Adiksi dan Habituasi Adiksi atau kecanduan/ketagihan adalah keadaan bergantung secara fisik pada suatujenis obat bius. Pada umumnya kecanduan tersebut akan menambah toleransi terhadap obat bius, ketergantungan fisik, dan ketergantungan psikologis (Chaplin, 1995). Ketergantungan psikologis itulah yang kemudian disebut sebagai habituasi. Keadaan adiksi biasanya ditandai dengan adanya toleransi, penambahan dosis secara terus-menerus untuk mendapatkan dampak yang sarna, dan withdrawal atau penarikan diri dari masyarakat apabila pemberian obat bius tersebut dihentikan (Atkinson dkk., 1992; Chaplin, 1995). Habituasi (ketergantungan psikologis) mengacu kepada kebutuhan yang berkembang melalui belajar. Orang yang terbiasa menggunakan obat untuk meredakan kecemasannya dapat menjadi kecanduan pada obat tertentu, meski tidak terdapat adanya kebutuhan secara fisiko Misalnya para pemain sepakbola yang menggunakan obat-obatan tertentu untuk mengurangi rasa sakit akibat cedera kaki, akan ketagihan dalam pemakaian obat-obat tersebut meski ia tidak mengalami cedera lagi. Baik adiksi maupun habituasi tersebut dapat terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi alkohol, obat bius, dan narkotika (Atkinson dkk., 1992). 1.
Penyalahgunaan
Obat (Drug Abuse)
Menurut Chaplin (1995) penyalahgunaan obat (dalam hal ini adalah obat bius) adalah penggunaan obat bius sampai derajat sedemikian rupa, sehingga mengakibatkan rusaknya kemampuan penyesuaian diri secara sosial, kesehatan secara fisik dan mental. Semen tara kecanduan obat bius (drug addiction) adalah penggunaan obat bius sebagai kebiasaan yang disertai dengan ketergantungan psikologis dan fisiologis.
2.
Penggolongan Obat Bius
Obat bius biasanya digolongkan dalam beberapa bagian: Obat Penawar, Opiate Narcotics, Stimulans, Obat Penenang, dan Halusinogen. Penggolongan obat bius yang disertai dengan pengaruh yang ditimbulkan bagi penggunanya akan dibahas berikut ini (Chaplin, 1995). Obat Penawar Obat penawar mencakup alkohol, barbiturate/obat bius tidur (phenobarbital, nembutal, seconal), hidrat khloral, dan bromidal. Secara medis obat penawar ini digunakan untuk merangsangistirahat,relaksasi,tidur,mengurangi/menghilangkankecemasan,dan meredakan kejang-kejang atau ketegangan. Ketergantungan penderita dapat secara fisiologis maupun psikologis disertai konsumsi yang makin parah, sehingga menyebabkan toleransi dan ketergantungan silang dengan obat-obat lain yang sejenis, serta adanya dampak potensial 137
(potential effect), yang ditandai dengan satu jenis obat bius justru akan menonjolkan pengaruh pada obat bius lainnya yang sejenis. Opiate Narcotics Opiate Narcotics mencakup obat bius seperti candu/opium, morfin, kodein, serta obat sintetis seperti demeroldan methadon.Obat biusjenis ini dapat menimbulkankeadaan euforia (perasaan senang dan keenakan), rasa muak, rasa kantuk, apati, dan letargi (kelesuan). Secara medis obat jenis morfin, kodein, dan demerol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Ketergantungan psikologis pada pecandu obat-obatanjenis ini akan menjadi amat kuat dan sukar untuk disembuhkan. Sementara ketergantungan secara fisiologis paling kuat pengaruhnya adalah dari jenis heroin, yang berdampak terhadap masalah sosial yang serius (pengasingan diri). Stimulans Stimulans (obat perangsang) yang paling umum digunakan adalah nikotin, kafein, amphetamine (benzedrine,dexedrine, dan mathadrine), dan kokain. Nikotin (pada tembakau) dan kafein (pada kopi dan teh) dipakai secara umum dan luas oleh masyarakat. Beberapa ahli berpendapat bahwa tingkat ketergantungan pada nikotin dan kafein terdapat pada para pecandu obat-obatan lain jenis ini. Amphetamine banyak digunakan untuk mengobati narkolepsi, depresi, obesitas, dan anak hiperaktif. Obat ini memiliki efek menenangkan, menekan atau menghilangkan rasa lapar (bagi kegemukan), bertambahnya kesiagaan, insomnia, dan euforia. Penggunaan secara kronis akan memberikan efek lekas tersinggung dan marah, berkurangnya bobot badan, agitasi (mudah gelisah, bingung, bergejolak, dan terhasut) reaksi paranoid, dan pengasingan diri. Obat Penenang (Tranquilizers) Obat penenang mencakup perantara anti psikotik (chloromazine, reserpine, dan garam lithium) dan obat anti kecemasan (valium, miltown, dan equanil). Obat jenis ini berfungsi untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan, menekan delusi dan halusinasi, dan menyembuhkan gejala-gejala psikosis. Obat jenis ini banyak digunakan di RSJ, dan dalam taraf yang ringan digunakan juga di masyarakat luas dengan resep dokter bagi penderita gejala psikosis yang masih ringan. Halusinogen (Psychedelics) Halusinogen mencakup LSD (lysergicacid diethymide), mescaline (dari kaktus peyote), psilocybin (dari jamur Mexico), hashish (dari rami-rami Indian), dan marijuana (dari Canabis sativa). Obat halusinogen dapat menimbulkan atau mempertinggi gambarangambaran visual, meningkatkankesadaransensorisdankecemasan, terganggunyakoordinasi, dalam beberapa kasus menimbulkan perasaan yang tergantung. Secara medis penggunaan obat ini hanya untuk penelitian eksperimen belaka. Sementara pada masyarakat luas, karena
138
kemudahan diperolehnya menyebabkan penggunaannya tidak dapat dikendalikan, terutama dari jenis marujiana, yang dapat menimbulkan reaksi mirip psikosis berupa halusinasi. 3. Alkoholisme Alkoholisme dapat diartikan sebagai kekacauan dan kerusakan kepribadian yang disebabkan karena nafsu untuk minum yang bersifat kompulsif, sehingga penderita akan rninum rninuman beralkohol secara berlebihan dan dijadikan kebiasaan (Chaplin, 1995). Pengertian alkoholisrne tersebut juga mencakup tidak dapat dikendalikannya kernampuan berpantang atau adanya perasaan tidak dapat hidup tanpa minurn (Atkinson dkk., 1992). 4.
Tahapan dalam Alkoholisme Penderita Alkoholisme umumnya melewati empat tahap yang meliputi: Pra Alkoholik, Prodormal, Gawat, Kronis (Atkinson dkk., 1992). a.
Pra Alkoholik
b.
Patahap ini individu minum-rninum bersarna-sama ternan sebayanya dan terkadang minum agak banyak untuk meredakan ketegangan dan rnelupakan masalah yang dialaminya. Minum dalam jurnlah yang banyak makin sering, dan pada saat rnencapai kemelut, individutersebut menarnbahjumlah minumannyauntuk mendapatkan pengaruh alkohol yang dianggapnya rnembantu. Prodormal
c.
Pada tahap ini individu minum secara sembunyi-sembunyi. Ia masih tetap sadar dan relatif koheren tetapi kemudian tidak lagi dapat mengingat kejadian-kejadian yang pernah dialaminya. Ia merasa asyik dengan minuman keras dan menyesalkan hal itu, tetapi selalu gelisah kapan dan dimana ia akan memperoleh minuman berikutnya. Gawat
d.
Pada tahap ini, semuakendali hilang. Penderita akan minum dan rnelanjutkannya sampai pingsan atau sakit. Pergaulan sosial rnenjadi makin buruk dan ia terang-terangan melakukannya di hadapan keluarga, teman-teman atau di kantor. Penderita pada tahap ini mulai minum pada pagi hari, lalu minum terus-rnenerus sampai berhari-hari tanpa mengindahkan aturan makannya. SeWaktu-waktuia dapat "berpuasa minurn" (selama berminggu-minggu sarnpai berbulan-bulan), akan tetapi begitu ia minum, maka pola keseluruhannya akan dimulainya lagi. Sebutan "gawat" diberikan karena jika ia tidak mendapat pertolongan, maka ia akan beranjak menjadi pecandu alkohol yang kronis. Kronis Pada tahap ini hidup penderita hanya untuk minum, minum terus-menerus tanpa berhenti. Kondisi tubuhnya sudah terbiasa dengan alkohol, sehingga ia mengalami gejala-gejala penarikan diri tanpa alkohol dan gejala-gejala gangguan fisiologis. Orang ini sudah tidak memperhatikan penampilan diri dan hubungan sosialnya, sehingga hidupnya berkeliaran di jalan-jalan. 139 --
--
LATIHAN SOAL 1. lndikator-indikatorapayang dapat dijadikan ukuran untuk membedakan orang yang berperilaku normal dan orang yang berperilaku abnormal? 2. Apa perbedaan antara psikosis dengan neurosis? 3. Gejala-gejala apa yang menandai berkembangnya kecemasan menyeluruh menjadi serangan panik? 4. Terdapat beberapa jenis phobia, sebutkan tiga di antaranya! 5. Ciri-ciri apa yang menandainya berkembangnya gangguan dan obsesifmenjadi obsesifkompulsif! 6. Sebutkan dan jelaskan secara singkat beberapa gangguan afeksi! 7. Sebutkan beberapa ciri utama dari Skizofrenia! 8. Apa bedanya delusi dengan halusinasi! 9. Apa yang dimaksud dengan: a. SkizofreniatipeParanoid b. Skizofrenia tipe Katatonik. 10. Sebutkan dan jelaskan secara singkat beberapa gangguan kepribadian!
140