Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo PENYIMPANGAN BOBOT BADAN DUGAAN MENGGUNAKAN RUMUS ARJODARMOKO TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL SAPI PASUNDAN (Kasus di Kecamatan Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi)
DEVIATION OF PRESUMPTION BODY WEIGHT TO ACTUAL BODY WEIGHT OF PASUNDAN CATTLE BASED ON ARJODARMOKO FORMULA (Case at Tegal Buleud District, Sukabumi City) Nahl B. Dirgareindo*, Sri Bandiati Komar**, Deni Andrian** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai “Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Menggunakan Rumus Arjodarmoko Terhadap Bobot Badan Aktual Sapi Pasundan” telah dilaksanakan di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat dimulai sejak tanggal 4 Agustus hingga 11Agustus 2016. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya penyimpangan bobot badan aktual Sapi Pasundan dalam pengukuran menggunakan rumus Arjodarmoko. Penelitian ini menggunakan metode survey; Purposive Sampling digunakan untuk mendapatkan 30 sampel Sapi Pasundan jantan dan 30 sampel Sapi Pasundan betina umur di atas 2 tahun atau telah dewasa. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Deskriptif. Hasil analisis menyebutkan bahwa penyimpangan rumus Arjodarmoko sebesar 18,06 kg pada jantan dan 8,48 kg pada betina dengan persentase 7,14% pada jantan dan 4,46% pada betina dari bobot badan aktual. Kata Kunci:, Sapi Pasundan, penyimpangan, rumus Arjodarmoko, bobot badan aktual
ABSTRACT Research on "Deviation of Presumption Body Weight to Actual Body Weight of Pasundan Cattle Based on Arjodarmoko Formula" has been implemented in the District of Tegal Buleud Sukabumi City, West Java Province started on August 4 until August 11, 2016. The purpose of the research was to determine the magnitude of the deviation of actual body weight Pasundan Cattle in the measurement using the formula Arjodarmoko. This study used survey method; Purposive sampling is used to obtain samples of 30 male and 30 female samples Pasundan Cattle aged over 2 years of age or an adult. The analytical method used is descriptive analysis. The results of the analysis states that the formula Arjodarmoko deviation of 18,06 kg in males and 8,48 kg in females with a percentage of 7,14% in males and 4,46% in females than actual body weight. Keywords: Pasundan Cattle, deviation, Arjodarmoko formula, actual body weight
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 1
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo Pendahuluan Sapi Pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang diresmikan pada tahun 2014 oleh Menteri Pertanian (mentan), sebagai rumpun baru berdasarkan SK Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014. Sapi Pasundan secara historik lebih dikenal dengan sebutan Sapi Kacang atau Sapi Kacangan, Sapi Pekidulan, Sapi Rancah dan nama lokal lainnya. Istilah Sapi Kacang merupakan predikat atas karakter kuantitatif yang relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi potong lain seperti PO, Brahman dan sapi-sapi Bos Taurus hidup dan menyatu dengan petani (Arifin dkk, 2014). Sapi Pasundan memiliki kesamaan karakter dengan Sapi Bos sondaicus atau Banteng Jawa. Pernyataan tersebut dapat diperjelas dari dugaan berdasarkan kesamaan tipe dan tandatanda khas yang terdapat pada Sapi Bali dan banteng liar. Sapi tersebut yaitu mempunyai warna merah bata atau merah sawo matang, pada ternak betina warna tersebut tetap, sedang pada jantan kerena pengaruh hormon androgen berubah menjadi kehitaman. Keempat kakinya mulai dari sendi tarsus dan carpus ke bawah sampai kuku berwarna putih, atau mirip berkaos kaki, bagian belakang pelvis atau daerah gendis putih seperti bulan sabit. Begitu pula bagian bibir bawah, tepi dan bagian dalam daun telinga memiliki bulu putih dan pada sepanjang punggungnya memiliki garis belut (iilstreep). Hasil penelitian Indrijani dkk (2012) bahwa secara arkheologis sapi ini merupakan hasil tekanan inbreeding dari generasi ke generasi persilangan pada program grading up Sapi PO dan program grading up Sapi Jawa dengan Sapi Madura dan Sapi Bali. Oleh karena itu Sapi Rancah atau Sapi Pasundan terdapat dua tipe, yakni bergelambir dan tidak gelambir. Tercatat oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat bahwa jumlah Sapi Pasundan tahun 2014 sekitar 52.540 ekor yang tersebar di beberapa kabupaten yakni Ciamis sebanyak 535 ekor, Pangandaran 5.130 ekor, Tasikmalaya 7.231 ekor, Cianjur 10.346 ekor, Sukabumi 12.897 ekor, Garut 1.842 ekor, Purwakarta 2.788 ekor, Kuningan 7.218 ekor, dan Majalengka. Berdasarkan sifat kuantitatif Sapi Pasundan memiliki bobot badan 240,40 ± 34,00 kg dan 220,30 ± 22,00 kg masing-masing untuk sapi jantan dan betina. Sapi Pasundan juga memiliki ketahanan
terhadap
penyakit
malignant
(Keputusan
Menteri
Pertanian
Nomor
1051/Kpts/SR.120/10/2014). Pendugaan bobot badan merupakan cara lain untuk mengetahui Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 2
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo
berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu mahal dan jumlahnya terbatas. Pada ternak potong, bobot badan menjadi salah satu hal yang penting diperhatikan karena produk utama dari sapi potong adalah daging dimana untuk mengetahui pertambahan bobot daging peternak perlu melakukan penimbangan terlebih dahulu. Selain dengan cara penimbangan ada banyak cara yang bisa digunakan salah satunya dengan menduga bobot dengan pita ukur atau dengan menggunakan berbagai rumus yang lazim digunakan seperti rumus Schroll, Winter, Arjodarmoko (turunan dari rumus Winter) dan lain sebagainya. Ukuran-ukuran linier tubuh merupakan suatu ukuran dari bagian tubuh ternak yang pertambahannya satu sama lain saling berhubungan. Kadarsih (2003) menyatakan bahwa ukuran linier tubuh yang dapat dipakai dalam memprediksi produktivitas sapi antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada. Ukuran linier tubuh menurut Minish dan Fox (1979) dapat mengidentifikasi pola atau tingkat kedewasaan fisiologis ternak sehingga dapat dijadikan parameter penduga bobot badan ternak. Atas dasar tersebut belum diketahui penyimpangan bobot badan dugaan dengan menggunakan Rumus Arjodarmoko terhadap bobot badan aktual Sapi Pasundan di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi, sehingga perlu diteliti. Bahan dan Metode 1.
Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sapi Pasundan jantan 30 ekor dan
betina 30 ekor berumur 2 tahun atau telah dewasa pada peternakan rakyat di Kecamatan Tegal Buleud, Kabupaten Sukabumi. 2.
Alat yang Digunakan (1) Pita ukur dalam satuan (cm) dengan ketelitian 0,1 cm digunakan untuk mengukur lingkar dada. (2) Tongkat ukur dalam satuan (cm) dengan ketelitian 0,1 cm digunakan untuk mengukur panjang badan.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 3
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo
(3) Timbangan ternak untuk menimbang bobot badan sapi, berkapasitas 1000 kg dengan ketelitian 500 gram. (4) Alat tulis kerja (ATK) untuk mencatat hasil pengukuran dan mencatat kegiatan yang telah dilakukan. (5) Kamera untuk mengambil foto sapi agar dapat mengetahui bentuk tubuh, warna sapi dan untuk dokumentasi pada saat penelitian. (6) Laptop untuk mengolah data yang didapat dari hasil pengumpulan data. 3.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah survey. Pengambilan data penelitian dengan
menggunakan metode purposive sampling pada peternakan rakyat Sapi Pasundan. 4.
Peubah yang Diamati (1) Panjang Badan (PB) Diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku (humerus) sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii), satuan dalam cm (Santosa, 1995). (2) Lingkar Dada (LD) Diukur melingkar rongga dada di belakang sendi bahu menggunakan pita ukur, satuan dalam cm (Santosa, 1995). (3) Bobot Badan (BB) Pengukuran bobot badan dilakukan langsung terhadap ternak dengan menggunakan timbangan digital, satuan dalam kg. (4) Bobot Badan (BB) Rumus Arjodarmoko Merupakan hasil perhitungan dari rumus pendugaan bobot badan Arjodarmoko.
BB(kg) =
5.
𝐿𝐷2(𝑐𝑚) 𝑥 𝑃𝐵 (𝑐𝑚) 104
Analisi Data Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan :
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 4
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo •
Nilai Minimum Data yang mempunyai nilai paling kecil.
•
Nilai Maksimum Data yang mempunyai nilai paling besar.
•
Rata-rata untuk data kuantitatif yang dihitung dengan jalan membagi jumlah data oleh banyaknya data.
𝜇=
•
Keterangan : µ = Rata-rata ∑𝑋𝑖 = Jumlah data x ke-i N = Banyaknya data populasi
∑𝑋𝑖 𝑁
Simpangan Baku (σ) menurut Warwick, Maria Atuti dan Hardjosubroto. (1995):
𝑺=�
𝟐 ∑𝑵 𝒊=𝟏(𝑿𝒊 − 𝝁) 𝑵
Keterangan : Xi = Peubah ke –i µ = Rata-rata populasi N = Banyak data populasi i •
= 1,2,3,……n
Koefisien Variasi (KV) menurut Sudjana (2001):
𝜎
KV= µ 𝑥 100% Keterangan : σ = Simpangan baku µ = Rata-rata populasi
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 5
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo •
Simpangan Untuk mengetahui besarnya simpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Arjodarmoko terhadap bobot badan aktual
simpangan =
Keterangan: Simpangan 𝑌 𝑌�
� −𝑌) (𝑌 x 100 % 𝑌
= Persentase simpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Arjodarmoko terhadap bobot badan aktual. = Rata-rata bobot badan aktual. = Rata-rata bobot badan dugaan berdasarkan rumus Arjodarmoko.
Hasil dan Pembahasan Lingkar Dada Hasil penelitian mengenai lingkar dada yang dilakukan terhadap Sapi Pasundan dengan jumlah sampel sebanyak 30 ekor jantan dan 30 ekor betina dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Lingkar Dada Sapi Pasundan Jantan dan Betina No.
Nilai
1. 2. 3.
Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%)
Lingkar Dada Jantan 150,13 2,87 1,91
Lingkar Dada Betina 136,73 5,24 3,84
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa rata-rata lingkar dada Sapi Pasundan jantan sebesar 150,13 ± 2,87 cm dan betina sebesar 136,73 ± 5,24 cm. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun Sapi Pasundan bahwa lingkar dada Sapi Pasundan jantan memiliki kisaran sebesar 150,22 ± 11,76 cm dan betina sebesar 138,22 ± 11,85 cm. Koefisien variasi sebesar 1,91% dan 3,84% menunjukkan bahwa data yang diamati memiliki lingkar dada yang hampir seragam, sesuai dengan pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 6
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo
Lingkar dada diketahui memiliki hubungan yang positif terhadap bobot badan. Semakin besar ukuran lingkar dada maka akan semakin besar pula bobot badan seekor ternak. Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobotbadan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru.Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan tumbuh mengalami pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Panjang Badan Hasil penelitian mengenai panjang badan yang dilakukan terhadap Sapi Pasundan dengan jumlah sampel sebanyak 30 ekor jantan dan 30 ekor betina dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Panjang Badan Sapi Pasundan Jantan dan Betina No.
Nilai
1. 2. 3.
Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%)
Panjang Badan Jantan 120,20 2,17 1,81
Panjang Badan Betina 105,96 5,84 5,51
Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa rata-rata panjang badan Sapi Pasundan jantan sebesar 120,20 ± 2,17 cm dan betina sebesar 105,96 ± 5,84 cm. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun Sapi Pasundan bahwa panjang badan Sapi Pasundan jantan memiliki kisaran sebesar 120,09 ± 9,80 cm dan betina sebesar 110,09 ± 9,68 cm. Koefisien variasi sebesar 1,81% dan 5,51% menunjukkan bahwa data yang diamati memiliki panjang badan yang hampir seragam, sesuai dengan pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam. Bertambahnya panjang badan diduga menyebabkan otot-otot yang menimbun tulang ke arah panjang semakin meluas yang akhirnya menambah bobot badan (Manggung, 1979). Panjang badan dapat menunjukkan kapasitas badan yang besar, sehingga kemampuan mengkonsumsi pakan juga banyak yang mengakibatkan pertambahan bobot badan. Bobot Badan Aktual Hasil penelitian mengenai bobot badan hasil penimbangan padaSapi Pasundan dengan jumlah sampel sebanyak 30 ekor jantan dan 30 ekor betina dapat dilihat pada Tabel 3. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 7
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo
Tabel 3. Data Bobot Badan Aktual Sapi Pasundan Jantan dan Betina No.
Nilai
1. 2. 3.
Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%)
Bobot Badan Jantan 253 10,03 3,96
Bobot Badan Betina 189,97 14,81 7,80
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa rata-rata bobot badan aktual Sapi Pasundan jantan sebesar 253 ± 10,03 kg dan betina sebesar 189,97 ± 14,81 kg. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1051/kpts/SR.120/10/2014 tentang penetapan rumpun Sapi Pasundan bahwa bobot badan Sapi Pasundan jantan memiliki kisaran sebesar 240,40 ± 34,00 kg dan betina sebesar 220,30 ± 22,00 kg. Koefisien variasi sebesar 3,96% dan 7,80% menunjukkan bahwa data yang diamati memiliki bobot badan aktual yang hampir seragam, sesuai dengan pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam. Bobot badan sapi berbeda-beda tergantung umur dan bangsanya. Faktor lingkungan dan manajemen pemeliharaan akan sangat mempengaruhi besarnya bobot badan sapi sesuai dengan pendapat Tomaszewska dkk (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, genetik,dan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah sistem manajemen atau pengelolaan yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Bobot badan merupakan hal penting yang sebaiknya diketahui oleh peternak karena bobot badan memegang peranan penting dalam pola pemeliharaan yang baik, selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan, jumlah dosis obat, bobot badan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai jual ternak tersebut (Ni’am dkk, 2012). Bobot Badan Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus Arjodarmoko Hasil penelitian mengenai bobot badan menggunakan rumus Arjodarmoko padaSapi Pasundan dengan jumlah sampel sebanyak 30 ekor jantan dan 30 ekor betina dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Bobot Badan Menggunakan Rumus Arjodarmoko Sapi Pasundan Jantan dan Betina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 8
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo No.
Nilai
1. 2. 3.
Rata-rata (cm) Simpangan Baku (cm) Koefisien Variasi (%)
Bobot Badan Jantan 271,06 12,54 4,62
Bobot Badan Betina 198,45 19,13 9,64
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rata-rata bobot badan perhitungan dengan rumus Arjodarmoko pada Sapi Pasundan jantan sebesar 271,06 ± 12,54 kg dan betina sebesar 198,45 ± 19,13 kg. Koefisien variasi sebesar 4,62% dan 9,64% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam, sesuai dengan pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam. Terdapat sedikit perbedaan antara bobot badan aktual dengan bobot badan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Arjodarmoko. Bobot badan aktual pada Sapi Pasundan jantan sebesar 253 ± 10,03 kg dan betina sebesar 189,97 ± 14,81 kg sehingga terdapat perbedaan dengan bobot badan hasil perhitungan rumus Arjodarmoko sebesar 18,06 kg pada jantan dan 8,48 kg pada betina. Namun penggunaan pendugaan bobot badan dengan menggunakan rumus Arjodarmoko akan memudahkan pentaksiran bobot badan Sapi Pasundan tanpa harus menggunakan alat timbang. Penyimpangan Bobot Badan Berdasarkan Rumus Arjodarmoko Terhadap Bobot Badan Aktual pada Sapi Pasundan Hasil perhitungan mengenai bobot badan menggunakan rumus Arjodarmoko pada Sapi Pasundan dengan jumlah sampel sebanyak 30 ekor jantan dan 30 ekor betina dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasarkan Rumus Arjodarmoko Terhadap Bobot Badan Aktual pada Sapi Pasundan No.
Nilai
Jantan
Betina
1.
Rata-rata (kg)
18,06
8,48
2.
Penyimpangan (%)
7,14
4,46
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata penyimpangan bobot badan berdasarkan rumus Arjodarmoko pada Sapi Pasundan jantan yaitu sebesar 18,06 kg dan pada betina sebesar 8,48 kg. Nilai penyimpangan bobot badan jika dalam persen yaitu sebesar 7,14 pada jantan dan 4,46 pada betina. Dari data tersebut penyimpangan bobot badan pada Sapi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 9
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo
Pasundan betina memiliki penyimpangan
yang lebih kecil dibandingkan dengan
penyimpangan bobot badan Sapi Pasundan jantan. Namun baik Sapi Pasundan jantan maupun betina sama-sama memiliki penyimpangan yang relatif kecil. Sehingga penerapan rumus Arjodarmoko cocok untuk pendugaan bobot badan pada Sapi Pasundan baik jantan maupun betina, sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1978) bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya. Adanya perbedaan penyimpangan bobot badan dugaan pada Sapi Pasundan jantan dan betina bisa disebabkan oleh adanya perbedaan sistem pemeiharaan. Seluruh sampel betina diambil dari peternakan Sapi Pasundan yang bersifat semi intensif, sedangkan seluruh sampel jantan diambil dari peternakan rakyat Sapi Pasundan yang bersifat ekstensif. Dari perbedaan sistem pemeliharaan akan menghasilkan pertumbuhan ternak yang berbeda. Sistem pemeliharaan semi intensif kebutuhan nutrisinya lebih terperhatikan dibandingkan dengan sistem pemeliharaan ekstensif yang kecukupan pakannya kurang diperhatikan. Sapi yang dipelihara dengan sistem semi intensif akan lebih jarang bergerak dibandingkan dengan sapi yang dipelihara dengan sistem ekstensif, maka akan berpengaruh pada bobot badan sapi tersebut. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa penyimpangan bobot badan aktual dengan menggunakan rumus Arjodarmoko pada Sapi Pasundan di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi pada jantan sebesar 7,14%, sedangkan pada betina penyimpangannya lebih kecil yaitu sebesar 4,46%. Sehingga penerapan rumus Arjodarmoko cocok untuk pendugaan bobot badan pada Sapi Pasundan baik jantan maupun betina, sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1978) bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya. Saran Penggunaan Rumus Arjodarmoko dapat dipakai sebagai penduga bobot badan Sapi Pasundan yang terdapat di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi dan perlu adanya Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 10
Penyimpangan Bobot Badan Dugaan…………………………………Nahl B. Dirgareindo
penelitian sejenis yang diterapkan pada daerah lain di Jawa Barat yang terdapat sebaran Sapi Pasundan, agar dapat diketahui apakah penyimpangannya akan seragam dengan Sapi Pasundan yang terdapat di Kecamatan Tegal Buleud Kabupaten Sukabumi Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Bandiati Komar dan Bapak Deni Andrian, S.Pt., M.P. yang telah memberikan bimbingan selama penulisan jurnal ini serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penelitian Daftar Pustaka Arifin ,J., Dudung Mulliadi. 2014. Potensi Sapi Rancah di Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung Indrijani, A. Johar ,Dudi, Wendry SP, Romi Z, Hilmia. 2012. Kajian Identifikasi Sapi Lokal Jawa Barat Dalam Mendukung Swasembada dagingsapi. Laporan Penelitian. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat. Bandung. Kadarsih, S. 2003. Peranan Ukuran Tubuh Terhadap Bobot Badan Sapi Bali di Provinsi Bengkulu. Jurnal Penelitian UNIB 9 (1) : 45-48 Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 1051/Kpts/SR.120/10/2014. 2014. Penetapan Rumpun Sapi Pasundan. Jakarta Manggung, R.I.R. 1979. Pendugaan Bobot Hidup dan Bobot Karkas Sapi Bali Berdasarkan Pengukuran Morfologi. Thesis. Fakultas pasca sarjana. Institut Pertanian Bogor. Minish GL, Fox DG. 1979. Beef production and management. Reston Publishing Co., Inc. A Prentice-Hall Co., Reston, Virginia Nasoetion, A. H. 1992. Panduan Berpikir dan Meneliti Secara Ilmiah Bagi Remaja. Gramedia. Jakarta. Santosa, U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Potong. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Sudjana, 2001, Metode Statistika, Edisi Revisi, Cetakan Keenam, Bandung, Tarsito. Warwick, E.J. dan J. E. Legalates. 1995. Pemuliaan Ternak. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Tomaszewska, M. W., J. M. Mastika, A. Djaja Negara, S. Gardiner, dan T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Surabaya: Sebelas Maret University Press. Williamson, G. dan W.J.A. Payne, 1978. An Introduction to Animal Husbandry in The Tropics, Second Edition, ELBS and Longman Group Limited, London.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 11