SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA BERBASIS KOMPETENSI DI BIDANG TEKNOLOGI NUKLIR Zainus Salimin, Gunandjar Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN Kawasan Puspiptek-Serpong, Tangerang Banten-Indonesia 15310
Abstrak PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA BERBASIS KOMPETENSI DI BIDANG TEKNOLOGI NUKLIR. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, mampu, handal, dan professional pada kompetensi di bidang teknologi nuklir diperlukan dalam menghadapi kegiatan aplikasi teknik nuklir yang semakin berkembang pada era industri berbasis teknologi nuklir khususnya pembangunan dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Pendidikan tinggi teknik nuklir diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan jumlah, jenis keahlian, dan tingkat kemampuan yang dibutuhkan oleh pengguna pada waktu sekarang dan di masa yang akan datang. Penyiapan SDM berbasis kompetensi di bidang teknologi nuklir tersebut dapat dicapai melalui tahapan yang sistematis dengan implementasi kompetensi teknik kimia, teknik lingkungan, dan keselamatan kerja terhadap bahan nuklir. Bidang teknologi nuklir dapat dibagi menjadi 3 kompetensi yaitu bidang energi, bidang teknologi daur bahan bakar nuklir, dan bidang teknologi lingkungan. Bahan pengajaran mencakup pengetahuan teori dan model, termasuk di dalamnya penggunaan animasi, program perangkat lunak dan visualisasi contoh perangkat keras (mock-up). Penyelenggara pendidikan pada kompetensi bidang teknologi nuklir harus menyiapkan 12 komponen pokok sistem pendidikan, berinteraksi dan menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan dan penelitian, dan atau fasilitas nuklir baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam makalah ini diuraikan langkah strategis penyiapan SDM berbasis kompetensi di bidang teknologi nuklir, khususnya untuk setiap kegiatan dalam pengolahan limbah radioaktif dijabarkan jenis kompetensinya dan mata kuliah terkait. Kata kunci : sumber daya manusia, teknologi nuklir, pengolahan limbah radioaktif. Abstract PREPARATION OF HUMAN RESOURCES BASED ON THE COMPETENCE IN THE FIELD OF NUCLEAR TECHNOLOGY. The qualified, capable, reliable, and professional human resources are needed to face the developed activities of nuclear technique application on the industrial era of nuclear technology specially on the development and operation of Nuclear Power Plant. It is expected that the high technical education can be capable to produce the graduate result conforming the number, the kind of expertise, and the level of capabilities needed by user for the present and the next periode. The preparation of human resources based on the competence of the nuclear technology field can be reached by systematically steps with the implementation of competence for chemical engineering, environmental engineering, and safety of nuclear materials. Nuclear technology field can be devided to become 3 competences namely energy, nuclear fuel cycle technology, and environmental technology. The education raw material covers the theoretical science and model including the utilization of animation, software programs, and real visualization of hardware equipment (mock-up). The management of education for competence of nuclear technology field must prepare of 12 main components of education system, and the interaction and joint mutual understanding with another institution of nuclear research and education, and or nuclear facilities in Indonesia or abroad. The strategic steps of human resources preparation on the nuclear technology field, specially for every activities on the radioactive waste management in connection with the kind of competences and its lecture materials were described. Keywords : human resources, nuclear technology, radioactive waste treatment.
Zainus Salimin, dkk
89
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
PENDAHULUAN Era industri nuklir di Indonesia diharapkan segera dapat terlaksana, diantaranya yang terpenting adalah sebagian kebutuhan listrik dipenuhi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Pemerintah telah menetapkan opsi nuklir sebagai bagian dari sistem energi nasional jangka panjang, diharapkan PLTN pertama dapat beroperasi pada tahun 2025. Banyak kegiatan yang harus dilakukan untuk pencapaian target operasi PLTN pertama tersebut antara lain sosialisasi ( pemasyarakatan), penyempurnaan data tapak, penyiapan peraturan dan dokumen perizinan dan lisensi, pengembangan manajemen kepemilikan (utilitas), penyiapan dokumen keperluan pengguna (user) dan spesifikasi penawaran, tender, negosiasi dan kontrak, desain dan rekayasa, fabrikasi, pengadaan barang dan jasa, konstruksi, komisioning dan operasi komersial [1]. Sosialisasi dan pemasyarakatan PLTN merupakan kegiatan penting agar masyarakat dapat menerima kehadiran PLTN, bahan informasi penting yang mengkait dengan pemanfaatan energi nuklir dan tingkat keamanan dan keselamatannya harus dijelaskan kepada masyarakat. Data tapak calon lokasi PLTN harus disempurnakan kelengkapannya untuk penyiapan Laporan Analisis Keselamatan dan Pengajuan Ijin Tapak. Penyiapan peraturan, dokumen perizinan, dan lisensi harus segera dilakukan mengingat target waktu operasi PLN pertama adalah tahun 2025. Padahal terdapat beberapa tahapan izin berturut-turut yaitu untuk tapak, konstruksi, dan operasi. Izin tapak memerlukan evaluasi calon tapak, konsep desain PLTN, dan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL). Izin konstruksi memerlukan Preliminary Safety Analysis Report (PSAR), jadual konstruksi, jaminan kualitas, kendali bahan nuklir, dan lain-lain. Izin operasi memerlukan Final Safety Analysis Report, Sistem Penanggulangan Kedaruratan Nuklir, Proteksi Fisik / Kendali Bahan Nuklir, dan Jaminan Kerugian Nuklir [1]. Pengembangan manajemen kepemilikan (utilitas) merupakan peran dan kesepakatan berbagai pihak terkait langsung dengan pengelolaan PLTN dalam pembentukan organisasi pengelola PLTN seperti vendor, pemerintah (BUMN), investor nasional dan atau internasional. Penyusunan dokumen keperluan user dan spesifikasi penawaran akan melibatkan professional multidisiplin. Aspek hukum dan ekonomi dari kegiatan tender, negosiasi dan kontrak merupakan hal pokok yang harus menjadi perhatian. Desain dan rekayasa harus diikuti secara cermat sesuai STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
spesifikasi peralatan dalam kontrak. Fabrikasi, pengadaan barang dan jasa harus melibatkan profesional yang jujur, penggunaan komponen dalam negeri merupakan prioritas yang harus dilaksanakan. Fase konstruksi dan komisioning merupakan periode penting untuk personil dan konsultan nasional dalam penguasaan operasi PLTN [1]. Pembangunan industri nuklir dapat menciptakan efek berantai karena bisa mendorong terjadinya kegiatan ekonomi lainnya yang terkait seperti transportasi, pembangunan infrastruktur, peningkatan kegiatan asuransi, pembangunan properti (kantor, rumah, hotel, dan restoran), serta peningkatan kegiatan rekayasa dan kontruksi. Selanjutnya masing-masing kegiatan ekonomi tersebut akan saling mempengaruhi satu sama lain secara positif sehingga terdorong pertumbuhan lebih lanjut. Munculnya PLTN tersebut secara otomatis akan memerlukan dukungan kemampuan SDM dalam penyiapan tapak, desain konstruksi, dan komisioning, instrumentasi dan pengendalian proses, keselamatan operasi reaktor, perawatan dan pengujian rutin, keselamatan radiasi, organisasi operasi dan manajemen, jaminan mutu, penanggulangan keadaan darurat, shut-down jangka panjang, dan dekomisioning, pembuatan bahan bakar nuklir, pengelolaan limbah, dan lain-lain. Sektor swasta akan muncul dalam spesialisasi teknologi nuklir yang memberi peran penting bagi industri nuklir pada bidang-bidang suplai bahan dan peralatan, konsultan teknis untuk perencanaan (desain)) dan rekayasa, operasi dan perawatan instalasi, dan lain-lain. Dalam rangka menghadapi era industri berbasis teknologi nuklir tersebut, diperlukan persiapan sumber daya manusia (SDM) yang mampu, handal, dan profesional di bidang teknologi nuklir beserta perangkat penunjangnya. Dalam makalah ini dikaji penyiapan SDM di bidang teknologi nuklir langsung melalui institusi pendidikan formal dan pemanfaatan fasilitas nuklir yang ada di BATAN. Tujuan pengkajian ini adalah untuk memberikan masukan strategi pengembangan SDM yang handal dan profesional dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis kompetensi teknologi nuklir di bidang pengolahan limbah radiooaktif. KUALIFIKASI LULUSAN PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK Pendidikan tinggi diharapkan mampu untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan jumlah, 90
Zainus Salimin, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 jenis keahlian, dan tingkat kemampuan yang dibutuhkan oleh masyarakat pada waktu sekarang dan di masa mendatang. Bicara tentang jangkauan waktu ke depan sampai tahun 2020, pengertian masyarakat tersebut di atas tidaklah sama, yaitu sebagai konsekuensi terbentuknya kawasankawasan perdagangan bebas dalam era globalisasi. Oleh karena itu pengertian masyarakat tidak selalu terbatas pada masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Meraoke, namun secara bertahap dalam waktu relatif singkat harus diartikan masyarakat Asia Tenggara, selanjutnya masyarakat Asia Pasifik dan sebagai puncaknya adalah masyarakat dunia atau global. Kalau lingkungan masyarakat semakin luas dan menyangkut semakin banyak Negara, tingkat kebutuhan terhadap sumber daya manusia secara kuantitaif maupun kualitatif pasti berubah pula [2]. Dengan jangkauan ke depan pula, ilmu dan teknologi kiranya akan terus berkembang dengan pesat. Tingkat kemampuan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu dan teknologi secara institusional maupun individual di lingkungan pendidikan tinggi harus ditingkatkan secara berkelanjutan dan bahkan sangat diperlukan upaya percepatannya bila ingin tidak ketinggalan dengan yang berada di Negara-negara yang lebih maju. Dengan demikian, jenis keahlian dan tingkat kemampuan lulusan pendidikan tinggi yang dibutuhkan masyarakatpun akan berubah pula mengingat perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu cepat dari waktu ke waktu [2]. Penyiapan SDM yang berkualitas disadari merupakan alternatif terpenting dalam meningkatkan daya saing bangsa Indonesia memasuki era pasar bebas. Pendidikan tinggi teknik merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan SDM yang berperan sangat penting dalam pembangunan industri. Oleh karena itu, sangat perlu untuk dapat mengetahui kualifikasi lulusan pendidikan tinggi teknik yang diperlukan dalam rangka menghadapi tantangan era pasar bebas atau tantangan abad ke 21 ini. Dalam menghadapi tantangan era globalisasi, perlu dipelajari kemampuankemampuan lulusan yang direncanakan lembaga pendidikan tinggi teknik di luar negeri. Berikut disampaikan peryaratan lulusan pendidikan tinggi teknik yang disusun oleh Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) di Amerika Serikat, yang dituangkan dalam Kriteria Teknik 2000 (Engineering Criteria 2000) sebagai berikut : Program engineering (keteknikan) harus dapat menghasilkan lulusan yang memenuhi kualifikasi sebagai berikut [3] : 1. Mampu untuk mengaplikasikan kemampuan matematik, sains, dan keteknikan. Zainus Salimin, dkk
2.
Mampu untuk merancang dan melakukan eksperimen, juga analisis dan interpretasi data. 3. Mampu untuk merancang suatu komponen sistem atau proses sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. 4. Mampu untuk berpartisipasi pada tim yang multi-disiplin. 5. Mampu untuk mengidentifikasi, merumuskan, dan menyelesaikan masalah-masalah keteknikan. 6. Memahami tanggung jawab secara professional dan etika. 7. Mampu untuk berkomuniksi secara efektif. 8. Memiliki cakupan pengetahuan cukup luas untuk dapat memahami pengaruh tindakan teknis yang diambilnya terhadap masyarakat dan dunia global. 9. Memiliki kesadaran akan pentingnya belajar seumur hidup dan kemampuan untuk berupaya dalam hidup belajar jangka panjang. 10. Memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan isu-isu terkini. 11. Mampu untuk menggunakan ilmu dan ketrampilannya , serta perangkat keteknikan modern yang diperlukan untuk praktek engineering (keteknikan). PENYIAPAN SDM BERBASIS KOMPETENSI DI BIDANG TEKNOLOGI NUKLIR MELALUI PENDIDIKAN PADA INSTITUSI FORMAL Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat (1) [4] : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berdasar pengertian tersebut maka pendidikan memiliki cirri-ciri sebagai berikut [4] : 1. Pendididikan mengandung tujuan, yaitu kemampuan untuk berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidup. 2. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan melakukan usaha yang terencana dalam memilih isi (materi), strategi, dan teknik penilaian yang sesuai. 3. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (formal dan nonformal). Secara total bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup kompleks, meliputi berbagai komponen yang 91
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 berkaitan satu sama lain. Jika menginginkan pendidikan terlaksana secara teratur, berbagai elemen (komponen) yang terkait dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali terlebih dahulu. Untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan sebagai suatu sistem yang dapat dilihat secara mikro dan makro. Secara mikro, pendidikan dapat dilihat dari hubungan elemen peserta didik, pendidik, dan interaksi keduanya dalam usaha pendidikan. Tinjauan pendidikan secara mikro dapat dilihat
pada Gambar 1 yang menghubungkan elemen pokok dalam usaha pendidikan[5]. Dalam gambar tersebut dikaitkan dengan penyiapan SDM di bidang teknologi nuklir, pengetahuan dan teori model, tujuan, dan bahan menyangkut materi-materi bidang teknologi nuklir. Proses belajar-mengajar dilakukan melalui tatap muka pengajaran teori, diskusi, contoh dan perhitungan penyelesaian soal, dan praktikum.
Gambar 1. Tinjauan mikro sistem pendidikan [5]. Pada tinjauan mikro sistem pendidikan sesuai Gambar 1, tujuan pendidikan kompetensi bidang teknologi nuklir adalah pencapaian kemampuan bidang teknologi nuklir yang menyangkut daur bahan bakar nuklir dan aplikasi teknik nuklir, dengan kualitas seperti kualifikasi lulusan pendidikan tinggi teknik seperti yang diuraikan di atas. Daur bahan bakar nuklir adalah kegiatan menyeluruh yang menyangkut uranium dan plutonium, diawali dengan penambangannya, diikuti pengolahan dan pemurniannya, dilanjutkan dengan pengkayaan dan fabrikasi menjadi bahan bakar. Setelah itu bahan bakar digunakan di reaktor sehingga akhirnya menjadi bahan bakar bekas. Daur bahan bakar nuklir terdiri dari bagian ujung depan, operasi reaktor, dan ujung belakang. Bagian ujung depan meliputi kegiatan-kegiatan berturut-turut penambangan, pengolahan, pemurnian, pengkayaan, dan fabrikasi bahan bakar. Bagian ujung belakang untuk daur tertutup terdiri dari kegiatan penyimpanan sementara dan proses ulang bahan bakar bekas untuk memperoleh plutonium dan uranium yang difabrikasi menjadi bahan bakar lagi, STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
dan penyimpanan lestari hasil solidifikasi limbah aktivitas tinggi dan transuranium[6]. Bagian ujung belakang untuk daur terbuka meliputi kegiatan penyimpanan sementara dan penyimpanan akhir bahan bakar bekas. Untuk pencapaian kemampuan kompetensi bidang teknologi nuklir tersebut memerlukan implementasi kompetensi teknik kimia, teknik lingkungan, dan keselamatan kerja terhadap bahan nuklir. Penguasaan teknlogi dan operasi reaktor merupakan bagian pokok untuk menunjang program pembangunan dan pengoperasian PLTN [6]. Pengetahuan teori model dalam kompetensi bidang teknologi nuklir mempunyai sifat spesifik, harus diidentifikasi secara cermat termasuk penggunaan animasi, program perangkat lunak, dan visualisasi contoh perangkat keras dalam bentuk mock-up. Hal tersebut bila disusun dan dipersatukan dapat meghasilkan bahan pengajaran yang dengan proses belajar-mengajar normatis dapat memberikan pemahaman yang mudah bagi mahasiswa peserta didik.
92
Zainus Salimin, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 Berdasarkan tinjauan mikro peserta didik dan pendidik merupakan elemen sentral. Pendidikan untuk kepentingan peserta didik mempunyai tujuan dan untuk mencapai tujuan ini ada berbagai sumber dan kendala. Dengan memperhatikan berbagai sumber dan kendala, ditetapkan bahan pengajaran dan diusahakan berlangsungnya proses untuk mencapai tujuan. Proses ini menampilkan hasil belajar. Hasil belajar perlu dinilai dan berdasarkan hasil penilaian dapat merupakan umpan balik untuk mengkaji kembali berbagai elemen. Keseluruhan elemen ini tidak terlepas dari pengetahuan, teori, maupun model pendidikan yang telah dimiliki, disusun, dan diujicobakan oleh para ahli. Dari berbagai elemen sistem pendidikan perlu dikenali secara mendalam sehingga dapat difungsikan dan dikembangkan. Dalam hal ini penting dikuasai pendekatan sistem untuk mengkaji masalah dan kelemahan yang ada dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Dengan demikian akan tampak peninjauan secara mikro maupun makro berdasarkan pendekatan sistem yang dapat menghasilkan keputusan dan upaya untuk memperbaiki sistem, sebagian atau keseluruhan, bertahap atau sekaligus. Keputusan ini dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal, produktif, efektif dan efisien. Kesulitan yang timbul dalam pencapaian pemahaman materi pelajaran teknik oleh siswa adalah berasal dari visualisasi fenomena mekanisme proses dan peralatan, penyelesaian soal, simulasi operasi, dan terbatasnya fasilitas praktek. Pemahaman proses dapat mudah dicapai melalui aktivitas perhitungan penyelesaian soal di dalam kelas dan sebagai pekerjaan rumah. Tugas penyelesaian soal diberikan kepada individu dan grup mahasiswa. Pada pembentukan setiap grup tersebut harus terdapat mahasiswa yang pandai (menonjol). Pemeriksaan dan pengawasan yang teliti pada hasil pekerjaannya harus dilakukan secara baik, dan pekerjaan tersebut kemudian dikembalikan kepada mahasiswa untuk perbaikan. Komunikasi pada kedua belah pihak (peserta didik dan pendidik) adalah langkah pendekatan pengajaran yang bagus, evaluasi tingkat penguasaan mahasiswa terhadap pelajaran harus dilakukan untuk verifikasi pemahamannya. Mahasiswa pada tingkat pemahaman rendah harus mendapat perhatian utama atau lebih. Mahasiswa yang kualitas pemahamannya tinggi dapat dibebani untuk memberi pengajaran kepada mahasiswa yang mempunyai pemahaman rendah. Peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap mata pelajaran dapat dicapai melalui usaha dua belah pihak, peserta didik dan pendidik. Pada sisi pendidik,
Zainus Salimin, dkk
mereka harus mengajar secara sistematis kepada mahasiswa dengan kualitas standar bahan pengajaran. Pada sisi mahasiswa, mereka harus bersungguh-sungguh mengikuti, mendengarkan, dan memperhatikan penjelasan pendidik. Visualisasi peralatan dan mekanisme proses merupakan cara yang praktis untuk mempermudah pemahaman materi pelajaran. Visualisasi dapat dilakukan melalui animasi atau menunjukkan contoh peralatan dan menunjukkan cara kerjanya. Tinjauan makro sistem pendidikan berhubungan dengan banyak hal. P.H Coombs (1968) menggambarkan sistem pendidikan secara makro melalui dua diagram. Diagram pertama ditunjukkan pada Gambar 2 yang menjelaskan komponen pokok sistem pendidikan, selanjutnya pada diagram kedua yang ditunjukkan pada Gambar 3 dijelaskan lebih mendalam interaksi antara sistem pendidikan dan lingkungan [5]. Penyelenggara pendidikan kompetensi bidang teknologi nuklir harus menyiapkan komponen pokok sistem pendidikan yang terdiri dari item 1 - 12 seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Kualifikasi SDM penyelenggara pendidikan harus berkualitas dan mempunyai kompetensi bidang tugasnya, termasuk di dalamnya SDM yang menangani manajemen, dosen, dan pengawas mutu pendidikan. Fasilitas dan alat bantu belajar harus disediakan agar representasi pengajaran dapat dicapai dengan baik. Topik penelitian dan pengembangan, dan kerja praktek harus representatif terhadap keadaan dan kebutuhan fasilitas nuklir yang ada dan pengembangannya. Penyelenggara pendidikan bidang teknologi nuklir harus berinteraksi dan menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan dan penelitian dan/atau fasilitas nuklir baik di dalam maupun di luar negeri. Kerjasama dan interaksi tersebut bertujuan untuk menyempurnakan kualitas SDM dan menyelaraskan kualifikasi kebutuhan SDM yang diinginkan oleh pengguna hasil lulusan. Implementasi interaksi antara sistem penyelenggara pendidikan kompetensi bidang teknologi nuklir dengan lembaga pendidikan dan penelitian dan/atau fasilitas nuklir akan menjadi masukan pada perbaikan sistem pendidikan, seperti langkah yang ditunjukan pada Gambar 3 Bidang teknologi nuklir dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kompetensi yaitu : a. Kompetensi bidang energi. b. Kompetensi bidang teknologi daur bahan bakar. c. Kompetensi bidang teknologi lingkungan.
93
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176
Gambar 2. Diagram komponen pokok sistem pendidikan [5].
Gambar 3. Interaksi antara sistem pendidikan dan lingkungan [5].
Pemberian pengetahuan pada 3 bidang peminatan tersebut dilakukan di semester-semester akhir. Semester sebelumnya digunakan untuk pencapaian kompetensi dasar teknologi nuklir. Alokasi untuk mata kuliah bidang minat adalah 3 mata kuliah wajib masing-masing 3 SKS, Mata kuliah penelitian dan seminar dengan topik/judul sesuai dengan bidang minat (3 SKS + 1 SKS), dan 1 modul praktikum sesuai dengan bidang minat (2 SKS). Untuk kompetensi bidang minat energi, alternatif 3 mata kuliah wajib tersebut adalah Sistem Pembangkit Daya Nuklir, Teknologi Reaktor Nuklir, Komponen Utama PLTN dan Fungsinya, dan Fungsi Keselamatan dan Teknologi PLTN. Untuk kompetensi bidang minat teknologi daur bahan bakar, alternatif 3 mata kuliah wajib tersebut adalah Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir, STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
Teknologi Proses Bahan Bakar Nuklir, Penambangan dan Pemrosesan Uranium, Konversi dan Pengkayaan Uranium, dan Fabrikasi Bahan Bakar Uranium. Untuk kompetensi bidang minat teknologi lingkungan, alternatif 3 mata kuliah wajib tersebut antara lain Nilai Klirens, Pengendalian dan Pencegahan Pencemaran Lingkungan, Teknologi Produksi Bersih, Ekonomi Lingkungan, Kimia Lingkungan, Pengolahan Limbah, dan Regulasi Pengelolaan Lingkungan. PENYIAPAN SDM BERBASIS KOMPETENSI TEKNOLOGI NUKLIR DI BIDANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Dalam penanganan pengolahan limbah radioaktif, pertama yang harus menjadi perhatian adalah dari 94
Zainus Salimin, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 kegiatan mana asal limbah radioaktif tersebut [7]. Unsur radioaktif dapat berasal dari hasil reaksi aktivasi bahan non radioaktif dan hasil reaksi fisi. Selain itu unsur radioaktif dapat berasal dari unsur radioaktif alam yang lazim disebut NORM (Naturally Occuring Radioactive Materials) yang selanjutnya bila terkonsentrasi akibat adanya teknologi disebut TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive Materials). Pengetahuan reaksi aktivasi, reaksi fisi, bahan NORM dan TENORM harus dikuasai oleh SDM yang menangani limbah, lebih lanjut lagi penanganan keselamatan kerja terhadap radiasinya. Fasilitas pengolahan limbah radioaktif dilengkapi dengan sistem ventilasi dan pengkondisian udara (VAC) dan gas buang (OFF GAS), yang di dalamnya terdapat proses pengurangan kelembaban udara (dehumidifikasi) dan penyaringan partikel udara (filtrasi). Sistem VAC-OFF GAS dilengkapi dengan fasilitas saluran udara (ducting), kolom absorpsi, cerobong pembuangan gas, sistem pengambilan cuplikan udara pada ducting dan cerobong, dan filter HEPA (High Efficiency Particulate Air). Pada sistem VACOFF GAS, SDM yang ada harus menguasai materi humidifikasi, filtrasi, absorpsi, aliran fluida, peralatan transfer fluida, dan proteksi radiasi dan keselamatan kerja [7]. Limbah radioaktif cair setelah dianalisis kandungan kimia dan radiokimianya ditampung dalam tangki penampung yang dilengkapi dengan alat ukur dan kontrol tinggi permukaan cairannya (Low and High Level Controller). Limbah cair ditransfer ke evaporator melalui pemompaan dengan laju alir tetap dikontrol dengan flow controller, dan fungsi pemompaannya dikontrol oleh tinggi permukaan cairan terendah [7]. Tangki penampung limbah cair dilengkapi dengan sistem perpipaan dan juga dihubungkan dengan sistem OFF GAS, agar sewaktu manhole dibuka, udara dalam tangki penampung tidak lepas keluar untuk menghindari kontaminasi ruangan. Lantai dasar ruangan tangki penampung dan sistem perpipaan dilengkapi dengan sistem drainase yang berupa parit dan bak penampung kebocoran. Pada sistem penampungan limbah cair, SDM yang ada harus menguasai aliran fluida, sistem kontrol dan pengendalian proses, perancangan sistem perpipaan, perhitungan pompa, dan proteksi radiasi dan keselamatan kerja. Limbah cair diproses dengan evaporasi yaitu limbah dipanasi menggunakan steam bertekanan 5 bar sehingga mendidih dan menguap, diperoleh hasil pekatan limbah cair. Evaporator terdiri dari pemanas, kolom penenangan, kolom pemisah, pendingin, dan kondensor [7]. Pemanas dilengkapi dengan temperature controller yaitu suhu limbah Zainus Salimin, dkk
cair hasil pemanasan dikontrol secara otomatis oleh laju alir steam.Tinggi permukaan cairan dalam kolom penenangan dikontrol tetap secara otomatis terhadap laju alir limbah cair ke pemanas. Pada sistem evaporasi SDM yang bertugas harus menguasai materi transfer panas konduksi dan konveksi, pengertian koefisien dan tahanan transfer panas, fouling factor, perancangan alat penukar panas dan evaporator, aliran fluida, sistem kontrol dan pengendalian proses, dan proteksi radiasi dan keselamatan kerja. Limbah padat dapat terkompaksi (compactable waste) ditampung dalam drum 100 L yang selanjutnya dikompaksi dalam drum 200 L menggunakan alat kompaktor. Ada alat kompaktor terdapat jaket, piston, pintu pemasukan lori yang ada drum 200 L, pintu pemasukan drum 100 L yang berisi limbah padat, dan sistem OFF GAS [7]. Pada alat kompaktor terdapat otomatisasi dimana piston tidak dapat diturunkan bila jaket belum pada posisi terbawah, pintu pemasukan drum 100 L tidak dapat dibuka bila jaket belum pada posisi terbawah dan pintu pemasukan lori belum tertutup. Pada sistem kompaksi SDM yang ada haris menguasai materi sistem hidrolik, sistem kontrol dan pengendalian proses, proteksi radiasi dan keselamatan kerja. Limbah padat dapat terbakar (burnable waste) dikemas dalam kotak karton yang selanjutnya dibakar dalam isenerator. Insenerator juga dapat membakar limbah cair solven organik. Insenerator dilengkapi dengan sistem pembakaran minyak solar, temperature controller, filter kantong (bag filter) , filter HEPA, sistem absorpsi gas buang, pendingin udara, dan saluran menuju sistem OFF GAS [7]. Personil yang bertugas di insenerator harus menguasai transfer panas, teori pembakaran, sistem kontrol dan pengendalian proses, filtrasi, absorpsi, alat penukar panas, aliran fluida, dan protreksi radiasi dan keselamatan kerja. Proses pengolahan dengan metode solidifikasi menggunakan matriks semen dilakukan terhadap sumber bekas, limbah padat hasil kompaksi, konsentrat hasil evaporasi, resin penukar ion bekas, dan abu hasil insenerasi. Unit sementasi tersebut dilengkapi dengan tangki penampung konsentrat, tangki penampung resin bekas, dan fasilitas pemadatan [7]. Pada unit sementasi, SDM yang ada harus menguasai materi aliran fluida, sistem kontrol dan pengendalian proses, ilmu bahan komposit, kualifikasi hasil pemadatan, dan proteksi radiasi dan keselamatan kerja. Pakaian kerja radiasi yang dikenakan personil setelah kotor dicuci menggunakan mesin pencuci yang ada di Unit Pencucian dan Binatu Nuklir, selanjutnya dikeringkan dengan mesin pengering. Peralatan proses yang memerlukan perawatan atau perbaikan, terlebih dahulu harus 95
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 didekontaminasi. Dekontaminasi peralatan tersebut dapat dilakukan melalui metode mekanik dengan sand blasting, kimia dengan bak perendaman, elektrokimia, dan ultrasonik. Personil dalam kegiatan pencucian pakaian kerja dan dekontaminasi peralatan harus menguasai materi prinsip pengukuran radiasi dan kontaminasi permukaan, nilai klirens, proteksi radiasi dan keselamatan kerja, aliran fluida, kimia oksidasi dan reduksi, dan elektrolisis. Limbah cair kimia radioaktif yang mempunyai sifat korosif diolah dengan proses koagulasi-flokulasi di Unit Pengolahan Kimia (Chemical Treatment Unit). Unit pengolahan kimia terdiri dari reaktor pengadukan dan beberapa tangki penampung untuk limbah cair, koagulan, beningan dan lumpur hasil proses. Personil yang bertugas di unit tersebut harus menguasai materi proses
pengendapan kimia, aliran fluida, sistem kontrol dan pengendalian proses, proteksi radiasi dan keselamatan kerja. Hasil proses pengolahan yang berupa destilat dari evaporasi limbah cair, beningan dari proses koagulasi-flokulasi limbah cair korosif, air mandi personil kerja, dan gas buang dari sistem OFF GAS peralatan proses yang telah memenuhi nilai klirens dilepas ke lingkungan sebagai efluen melewati bak kontrol. Personil yang menangani kegiatan ini harus menguasai materi nilai klirens, pengendalian dan pencegahan pencemaran lingkungan, ekonomi lingkungan, kimia lingkungan, dan proteksi radiasi dan keselamatan kerja. Berdasar jenis kegiatan yang telah diuraian di atas dapat dijabarkan jenis kompetensi SDM dan materi mata kuliah terkait dalam bidang pengolahan limbah radioaktif yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis kompetensi SDM dan mata kuliah terkait dalam bidang pengolahan limbah radioaktif. No 1
Jenis Kegiatan Analisis Limbah Radioaktif Sebelum Pengolahan.
Jenis kompetensi SDM a. Reaksi Aktivasi dan Fisi. b. NORM dan TENORM. c. Analisis Kimia. d. Analisis Radiometri. e. Proteksi radiasi dan Keselamatan Kerja.
2
VAC-OFF GAS.
3
Penampungan Limbah Cair
4
Reduksi Volume Limbah Cair Melalui Proses Evaporasi.
a. b. c. d. e. f.
a. b. c. d. e. f. g.
Humidifikasi. Filtrasi. Absorpsi. Aliran Fluida. Kondensor. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja. a. Aliran Fluida. b. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses.
a. b. c. d. e. f.
c. Pnematik Pengendalian Proses. d. Perancangan Sistem Perpipaan. e. Perhitungan Pompa.
d.
a. b. c. d. e. f.
a. b. c. d. e. f.
Transfer Panas. Tahanan Transfer Panas. Fouling factor. Koefisien Transfer Panas. Perancangan Evaporator. Kontrol danPengendalian Proses. g. Pnematik Pengendalian Proses. h. Diagram Logik. i. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja.
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
96
a. b. c.
Mata Kuliah Terkait Radiokimia. Material Nuklir. Kimia Analitik. Kimia Analitik Instrumental. Radiokimia. Praktikum Kimia nuklir. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja. Operasi Teknik Kimia (OTK). OTK-I. OTK-II. OTK-I. Transfer Panas. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja. OTK-I. Kontrol dan Pengendalian Proses. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. OTK-I.
e. OTK-I. f. OTK-I. Transfer Panas. Transfer Panas. Transfer Panas. Transfer panas. OTK-III. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. g. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. h. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. i. Proteksi radiasi dan Kesl Kerja .
Zainus Salimin, dkk
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 Tabel 1 lanjutan No 5
Jenis Kegiatan Reduksi Volume Limbah Padat Dengan Kompaksi.
Jenis kompetensi SDM a. Sistem Hidrolik. b. Kontrol dan Pengendalian Proses. c. Pnematik Pengendalian Proses. d. Diagram Logik. e. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja.
Mata Kuliah Terkait a. Sistem Hidrolik. b. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. c. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. d. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. e. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja.
6
Reduksi Volume Limbah Padat Dengan Insenerasi.
a. b. c. d.
Transfer Panas. Filtrasi. Absorpsi. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. e. Pnematik Pengendalian Proses. f. Diagram Logik.
a. b. c. d.
7
Pencucian Dan Binatu Nuklir.
a. Alat Ukur Radiasi dan Kontaminasi. b. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja.
a. Sistem Pengukuran Radiometri. b. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja.
8
Dekontaminasi Peralatan Proses.
a. Alat Ukur Radiasi dan Kontaminasi. b. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja. c. Kimia Oksidasi dan Reduksi. d. Elektrolisa. e. Niliai Klirens.
a. Sistem Pengukuran Radiometri.
f. Aliran Fluida. 9
Pelepasan Efluen cair dan Gas.
a. Niliai Klirens. b. Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan. c. Ekonomi Lingkungan. d. Kimia Lingkungan. e. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja.
KESIMPULAN SDM yang mampu, handal, dan professional pada kompetensi di bidang teknologi nuklir diperlukan dalam menghadapi kegiatan aplikasi teknik nuklir yang semakin berkembang dan era industri berbasis teknologi nuklir khususnya pembangunan dan pengoperasian PLTN yang akan datang. Pendidikan tinggi teknik nuklir diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan jumlah, jenis, keahlian, dan tingkat kemampuan yang dibutuhkan oleh pengguna pada waktu sekarang dan Zainus Salimin, dkk
Transfer Panas. OTK-I. OTK-II. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. e. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses. f. Sistem Kontrol dan Pengendalian Proses.
b. Proteksi Radiasi dan Keselamatan Kerja . c. Kimia. d. Elektrokimia. e. Proteksi radiasi dan Keselamatan Kerja. f. Aliran Fluida. a. Proteksi radiasi dan Keselamatan Kerja. b. Bidang Minat Lingkungan.
di masa mendatang. Penyiapan SDM berbasis kompetensi di bidang teknologi nuklir tersebut dapat dicapai melalui tahapan yang sistematis dengan implementasi kompetensi teknik kimia, teknik lingkungan, dan keselamatan kerja terhadap bahan nuklir. Penguasaan teknologi dan operasi reaktor merupakan bagian pokok untuk menunjang program pembangunan PLTN. Bahan pengajaran untuk pencapaian tujuan mencakup pengetahuan teori dan model dalam kompetensi bidang teknologi nuklir, termasuk di dalamnya penggunaan animasi, program perangkat lunak, dan visualisasi contoh 97
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
SEMINAR NASIONAL VI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 18 NOVEMBER 2010 ISSN 1978-0176 perangkat keras. Penyelenggara pendidikan kompetensi bidang teknologi nuklir harus menyiapkan 12 komponen pokok sistem pendidikan. Penyelenggara pendidikan tersebut harus berinteraksi dan menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan dan penelitian, dan/atau fasilitas nuklir, baik di dalam maupun di luar negeri. Interaksi dan kerjasama tersebut untuk menyempurnakan kualitas SDM dan menyelaraskan kualitas SDM yang diinginkan sesuai kebutuhan. Jenis kompetensi teknologi nuklir di bidang pengolahan limbah dengan materi kuliah terkait ditetapkan berdasarkan jenis kegiatan dalam pengolahan limbah radioaktif tersebut.
DAFTAR PUSTAKA 1. NATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, “Comprehensive Nuclear Power Program in Indonesia”, Presented Paper at the Seminar on Policy Issues for Decision Maker, JakartaIndonesia, August 19-20, 1997. 2. BOMA WIKAN TYOSO, “Pendidikan Tinggi Teknik Kimia dan Perannya Dalam Menghadapi Era Pasar Bebas, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik 1999, ITS-Surabaya, 24-25 November 1999. 3. ACCREDITATION BOARD FOR ENGINEERING AND TECHNOLOGY, “Engineering Criteria 2000, ABET, USA, 2000. 4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 5. ETI ROCHAETY, PONTJORINI RAHAYUNINGSIH, DAN PRIMA GUSTI YANTI, “Sistem Informasi Manajemen Pendidikan”, Cetakan Pertama, Bumi Aksara, Jakarta, 2005. 6. ZAINUS SALIMIN, “Pengantar daur Bahan Bakar Nuklir”, Diktat Basic Profesional Training Cource n Nuclear safety, PusdiklatBATAN, Jakarta, 5-16 Mei 2008. 7. ZAINUS SALIMIN, “Peran dan Perkembangan Operasi Teknik Kimia Pengelolahan Limbah radioaktif Untuk Mendukung Aplikasi Iptek Nuklir di Indonesia”, Orasi Pengukuhan Profesor riset Bidang Teknologi Evaporasi, , ISBN 978-9798500-37-4, Serpong 27 Desember 2007.
STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA
98
Zainus Salimin, dkk