Laporan kasus
PENYAKIT KIMURA Gde Ardika Nuaba, Edward Limantara PPDS 1 Bagian / SMF Ilmu Kesehatan THT – KL Fakultas Kedokteran Udayana / RSUP Sanglah Denpasar Bali
ABSTRAK Penyakit Kimura merupakan suatu penyakit keradangan kronis jinak yang jarang terjadi. Penyakit Kimura sering ditemui di daerah Asia dan umumnya terjadi pada orang-orang keturunan Asia. Didapatkan terutama pada muda
dekade
kedua dan
dewasa
ketiga serta lebih banyak terjadi pada laki – laki
dibanding perempuan dengan rasio 3,5 : 7,1.
Gambaran klinisnya umumnya
nodul subkutan terutama pada daerah kepala leher, limfadenopati, kenaikan jumlah serum eosinofil pada pemeriksaan darah tepi dan peningkatan IgE. Diagnosis pasti penyakit Kimura dibuat berdasarkan pemeriksaan histopatologi yang akan tampak sebagai pembuluh darah-pembuluh darah yang berproliferasi dengan infiltrasi eosinofilik. Pilihan terapi penyakit Kimura dengan reseksi tumor, kortikosteroid, siklofosfamid dan radioterapi. Dilaporkan satu kasus pasien lakilaki berusia 28 tahun dengan penyakit Kimura dan dilakukan tindakan reseksi dan pemberian kortikosteroid dan memberikan hasil yang memuaskan.
ABSTRACT Kimura 's disease is a chronic inflammatory disease that is rare benign . Kimura disease is often found in the Asian region and generally occurs in people of Asian descent . Obtained mainly in young adults as well as second and third decades occurs more frequently in males - males than females with a ratio of 3.5 : 7.1 . The clinical picture is generally subcutaneous nodules , especially in the head neck , lymphadenopathy , increases in the serum of eosinophils in peripheral blood examination and an increase in IgE . A definitive diagnosis is made based on Kimura 's disease histopathological examination which will appear as a blood vessel - proliferating blood vessels with eosinophilic infiltration . Kimura 's 1
disease
treatment
options
with
tumor
resection
,
corticosteroids
,
cyclophosphamide and radiotherapy . Reported a case of a male patient aged 28 years with the disease Kimura and action resection and administration of corticosteroids and give satisfactory results.
I.
PENDAHULUAN
tumor,
pemberian
Penyakit Kimura adalah suatu
siklofosfamid,
kortikosteroid,
radioterapi
adalah
penyakit keradangan kronis jinak
beberapa
pilihan
yang
biasanya
dikerjakan.
kebanyakan ditemukan pada laki-laki
Kimura
mempunyai
muda etnis Asia. Etiologi penyakit
kekambuhan yang cukup tinggi. 1-10
jarang
Kimura
terjadi
hingga
di
saat
ini
mana
belum
diketahui secara pasti.1-13 Gambaran
Dilaporkan laki-laki usia
klinis
terapi
Penyakit angka
satu
28
penderita
tahun dengan
penyakit
Penyakit
Kimura pada umumnya berupa nodul
tindakan
subkutan
pemberian kortikosteroid.
terutama
pada
daerah
Kimura
yang
dan
reseksi
dilakukan
tumor
dan
kepala dan leher. Sering disertai dengan
limfadenopati,
jumlah
serum
pemeriksaan
kenaikan
eosinofil
2.1
ANATOMI Kelenjar parotis merupakan
peningkatan serum imunoglobulin E
kelenjar ludah mayor terbesar yang
atau
terletak pada daerah preaurikular
Pada
histopatologi pembuluh
tepi
TINJAUAN PUSTAKA
dan
IgE.
darah
pada
II.
pemeriksaan
nampak
darah–pembuluh
sebagai darah
berbentuk segitiga dengan
batas
superior
batas
adalah
zigoma,
yang berproliferasi dengan infiltrasi
inferior adalah prosesus stiloideus,
eosinofilik.2-5,7-18
arteri karotis interna, vena jugularis,
Diagnosis Penyakit Kimura dibuat
berdasarkan
muskulus
stiloideus
dan
batas
pemeriksaan
posterior adalah kanalis auditorius
histopatologi. Hingga saat ini belum
eksternus. Kelenjar parotis dibagi
didapatkan standar baku pada tata
menjadi dua
laksana
superfisial
penyakit Kimura. Reseksi
lobus
dan
yaitu
lobus
lobus
profunda.
2
Kedua lobus ini dipisahkan oleh
ke arah distal. Nervus fasialis keluar
nervus
parotis
dari dasar tengkorak melalui foramen
dibungkus oleh fasia parotis. Fasia
stilomastoideus yang terletak lateral
parotis terbelah oleh kelenjar parotis
terhadap prosesus stiloideus dan
menjadi dua lapis yaitu fasia parotis
medial dari ujung mastoid atau
superfisialis
mastoid
fasialis.
Kelenjar
dan
fasia
parotis
tip.
Kemudian
nervus
profunda. Ruang antara fasia parotis
fasialis berjalan ke lateral dan masuk
superfisialis profunda
dan
fasia
parotis
dalam
disebut
ruang
parotis.
parotis.
bagian Saraf
Ruang parotis berisi kelenjar parotis
bercabang
dan
temporofasial
duktusnya,
eksterna,
arteri
arteri
karotis
temporalis
Kedua
posterior ini
kemudian
menjadi dan
cabang
kelenjar
dua
yaitu
servikofasial.
nervus
fasialis
superfisialis, arteri fasialis, vena
tersebut memberikan lima cabang
retromandibularis,
nervus
utama yaitu temporalis, zigomatikus,
nervus
bukal,
aurikulotemporalis
dan
fasialis. Nervus fasialis menembus
mandibularis
dan
servikalis.1,2,5,6
kelenjar parotis dalam perjalanannya
Gambar 1. Anatomi kelenjar parotis19 Vaskularisasi kelenjar parotis
transversa fasialis ke vena temporalis
berasal dari arteri transversa fasialis,
superfisialis.
Vena
temporalis
cabang arteri temporalis superfisialis.
superfisialis
kemudian
bergabung
Arteri temporalis superfisialis sendiri
dengan
merupakan cabang dari arteri karotis
membentuk vena retromandibularis
eksterna. Sedangkan vena kelenjar
yang kemudian bermuara ke vena
parotis
jugularis interna. Inervasi kelenjar
mengarah
dari
vena
vena
maksilaris
dan
3
parotis
berasal
dari
cabang
Kimura berkaitan dengan stimulasi
mandibularis nervus trigeminus yaitu
imunologik jangka panjang yang
nervus aurikulotemporalis. Nervus
dapat mengubah imunoregulasi sel T
aurikulotemporalis termasuk serabut
atau
saraf
hipersensitifitas
tipe
yang merangsang sekresi kelenjar
dimediasi
Ig
ludah.1,2,5,6
mengakibatkan
parasimpatis
postganglionik
menginduksi
oleh
reaksi 1
E,
yang sehingga
pelepasan
eosinofilotrofik.
Hal
sitokin
ini
yang
KEKERAPAN
membuat penderita penyakit Kimura
Sejak
dipublikasikan
menunjukkan kadar eosinofil dan
penyakit Kimura oleh HT Kimm
konsentrasi IgE meningkat. Tetapi
pada tahun 1948 hingga tahun 2007
pendapat
tercatat kurang lebih 300 kasus
dibuktikan.2,3,4,5
2.2
inipun
belum
dapat
penyakit Kimura. Penyakit Kimura sering
ditemui
di
daerah
Asia
2.4 DIAGNOSIS
terutama di negara Cina, Jepang, negara-negara
Asia
tenggara.
Penyakit Kimura memiliki gambaran klinis berupa satu atau
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa
beberapa
penyakit Kimura umumnya terjadi
membesar secara perlahan di daerah
pada orang-orang keturunan Asia.
kepala dan leher, dapat disertai
Didapatkan terutama pada
dewasa
dengan pembesaran kelenjar getah
muda
ketiga.
bening
dekade
kedua dan
Penyakit Kimura lebih banyak terjadi pada
laki
–
laki
dibanding 1-20
perempuan dengan rasio 3,5 : 7,1.
nodul
di
subkutan
sekitarnya
yang
maupun
pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Nodul biasanya tidak nyeri dan gatal namun kulit diatasnya normal.2-24
2.3
Pada
ETIOLOGI Etiologi dari penyakit Kimura
pemeriksaan
laboratorium darah tepi didapatkan
belum diketahui dengan jelas hingga
peningkatan
saat
ahli
peningkatan konsentrasi serum total
penyakit
IgE. Pemeriksaan radiologi berupa
ini.
memperkirakan
Beberapa bahwa
eosinofil
dan
4
CT scan, MRI maupun PET scan
halus atau FNAC dapat dilakukan
dapat dilakukan. Tetapi pemeriksaan
namun penilaiannya terbatas.2-5,8-10
CT scan tanpa kontras sebaiknya tidak
dikerjakan
karena
tidak
Diagnosis berdasarkan
ditegakkan pemeriksaan
spesifik. Sedangkan pemeriksaan CT
histopatologi dari biopsi atau eksisi
scan dengan kontras berguna untuk
nodul tersebut.1-17 Pada pemeriksaan
melihat perluasan tumor terutama
histopatologi kelenjar getah bening
bila didapatkan keterlibatan dengan
tampak membesar dengan diameter 1
kelenjar di sekitarnya. Pemeriksaan
sampai 4 cm dan sering kali saling
MRI
jenis
melekat satu sama lain, menunjukkan
tumornya apakah suatu penyakit
adanya hiperplasia folikel – folikel
Kimura atau tumor jaringan lunak
yang menyolok dengan sentrum
lainnya. Pada Kimura akan nampak
germinativum
sebagai
homogen
lapisan mantel perifer yang berbatas
sedangkan pada tumor jaringan lunak
jelas. Sebagai bagian dari proses ini
lain
tampak
dapat
membedakan
lesi
nampak
heterogen.
yang
sebagai
Begitu
lesi
pula
yang dengan
yang
eosinofilia
reaktif
yang
dan
difus,
mikroabses eosinofilik dan infiltrasi
pemeriksaan PET scan. Akan tetapi
ke
pemeriksaan radiologi tidak dapat
kadang
digunakan
untuk
folikulosis. Pembuluh darah tampak
diagnosis
penyakit
menegakkan Kimura.
sentrum
germinativum
mengakibatkan
yang
terjadinya
hiperplastik.
Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum
Gambar 2. Infiltrat eosinofilik yang prominen dengan bentukan mikroabses12
5
2.5
DIAGNOSIS BANDING
eosinophilia
Diagnosa banding penyakit
histologi yang mirip dengan stadium
Kimura
secara
Angiolymphoid
klinis
atau
gambaran
adalah
awal
penyakit Kimura, sehingga
with
dapat
menimbulkan
hyperplasia
eosinophilia
memiliki
ALHE,
kebingungan
atau kekeliruan.2-5
limfadenopati reaktif, limfoma dan tumor parotis dengan metastase ke 1-5,7
kelenjar getah bening.
2.6.
Semua
PENATALAKSANAAN Belum
didapatkan
adanya
penyakit tersebut dapat memiliki
suatu kesepakatan penatalaksanaan
gambaran klinis yang sama yaitu
penyakit Kimura. Meski demikian
nodul atau tumor pada regio parotis,
beberapa pendapat mengemukakan
namun
setidaknya
diagnosis
banding
yang
terdapat
pilihan
tata
paling sering disebut dalam literatur
laksana penyakit Kimura yang sering
– literatur adalah ALHE. Walaupun
dilakukan yakni reseksi massa tumor
dahulu merupakan suatu kontroversi
yang
namun
diterima
tumor. Namun reseksi massa tumor
secara luas bahwa penyakit Kimura
saja tidak cukup karena penyakit
dan ALHE adalah terpisah dengan
Kimura memiliki angka kekambuhan
perbedaan
yang cukup tinggi. Kekambuhan
sekarang
sudah
gambaran
histopatologi.
klinis
dan
1-10
Berbeda
bertujuan
eradikasi
massa
pada kasus yang hanya diterapi dengan
penyakit
dengan pembedahan adalah sebesar
Kimura yang sering diderita oleh
25%1,6,8,10
etnis Asia dan terletak pada lokasi
sebagai
yang dalam di jaringan subkutan,
laksana penyakit Kimura dengan
ALHE terjadi pada etnis Kaukasia,
tujuan untuk mengecilkan massa
melibatkan
dan
tumor hanya saja radioterapi tidak
berbentuk papul. Yang lebih penting
dianjurkan pada penderita usia muda.
lagi adalah adanya limfadenopati
Pilihan
pada penyakit Kimura yang tidak
kortikosteroid sistemik dan agen
didapatkan
pada
ALHE.
imunosupresif seperti siklosporin,
Angiolymphoid
hyperplasia
with
siklofosfamid. Pada beberapa kasus
kulit
superfisial
Radioterapi salah
lain
satu
adalah
digunakan
pilihan
tata
penggunaan
6
dilaporkan
penggunaan
2.7
PROGNOSIS
kortikosteroid pada massa tumor
Penyakit Kimura merupakan
efektif untuk mengecilkan massa
penyakit yang bersifat jinak dengan
tumor hanya saja bila penggunaan
prognosa
yang
kortikosteroid
sebaiknya
kontrol
untuk
mengetahui
tumor
akan
dihentikan, cenderung
massa kembali
baik.
Penderita
secara
adanya
membesar.
kekambuhan,
Pengangkatan nodul secara komplit
penggunaan kortikosteroid.1-17
sukar
dikerjakan
oleh
teratur
efek samping dari
karena
batasnya yang sulit ditentukan saat operasi.6
Pilihan terapi yang lain
meliputi
radiasi,
III.
LAPORAN KASUS Penderita NR, laki – laki,
kortikosteroid
umur 28 tahun datang ke poliklinik
sistemik,
agen
sitotoksik,
THT – KL RSUP Sanglah Denpasar
siklosporin,
dan
pentoksifilin.
pada tanggal 13 April 2014 dengan
Keseluruhan terapi tersebut sudah
keluhan
timbul
benjolan
pada
pernah dicoba dan memiliki respon
belakang telinga hingga pipi kanan
bervariasi.8
Penanganan
sejak 1 tahun sebelumnya. Diawali
penyakit
Kimura
melibatkan
dengan benjolan kecil yang perlahan
pemakaian
kortikosteroid. Steroid
semakin membesar, tidak dirasakan
sistemik dapat diindikasikan pada
nyeri hanya terkadang terasa gatal.
kasus
Penderita pernah berobat tetapi tidak
yang
yang
sering
mengalami
kekambuhan
atau
kasus
komplikasi
sindroma
dengan
ada perbaikan.
nefrotik.
Pada pemeriksaan didapatkan
Steroid harus dimulai dengan dosis
keadaan umum baik, tekanan darah
yang
selanjutnya
120/80 mmHg, nadi 84 kali per
perlahan-lahan.
menit, pernapasan 20 kali per menit,
tinggi,
dan
diturunkan Penghentian
pemakaian
sering kekambuhan.7,8,13
steroid
menimbulkan
suhu
tubuh
36,5
°C.
Pada
pemeriksaan telinga, hidung dan tenggorok tidak didapatkan kelainan. Pada regio retroaurikula
kanan
tampak nodul soliter, ukuran 7 cm x
7
3 cm x 2 cm, solid, batas tidak tegas,
limfoma Hodgkin, disarankan oleh
tidak nyeri. Diagnosis kerja saat itu
sejawat Patologi Anatomi untuk
adalah
observasi
retroaurikuler parotis
tumor
regio
dilakukan biopsi guna konfirmasi
dan
tumor
diagnosis histopatologi. Tanggal 17
Penderita
April 2014 dilakukan biopsi insisi
dilakukan
terbuka
kanan kanan.
direncanakan
untuk
di
poliklinik
THT-KL
pemeriksaan sitologi aspirasi jarum
dengan temuan massa padat, kenyal.
halus atau FNAC dan CT scan
Hasil pemeriksan histopatologi pada
kepala dengan kontras.
biopsi insisi terbuka adalah jaringan
Pada tanggal 15 April 2014
ikat dengan hiperplasia limfoid dan
didapat hasil FNAC dengan kesan
eosinofilia sesuai untuk gambaran
suatu hiperplasia limfoid atipikal
penyakit Kimura
curiga limfadenopati Kimura dd:/
. Gambar 3. Observasi tumor regio retroaurikula kanan.
Penderita
kemudian
didiagnosa
eosinofil, pemeriksaan fungsi ginjal
dengan penyakit Kimura. Tanggal 20
dalam
April 2014 penderita membawa hasil
pemeriksaan
CT scan kepala dengan kontras:
lainnya
tampak soft tissue swelling pada
Kemudian penderita direncanakan
regio retroaurikula dekstra hingga
untuk operasi eksisi tumor dengan
parotis dekstra.
anestesi
Pada pemeriksaan
batas
normal. laboratorium
dalam
umum.
batas
Hasil yang normal.
Sebelumnya
darah tepi didapatkan peningkatan
dilakukan
pemeriksaan
eosinofil 19,4%, terjadi peningkatan
fasialis dengan hasil tidak didapatkan
hampir 4 kali dari kadar normal
lesi
nervus
nervus
fasialis.
8
Gambar 4. CT Scan kepala potongan aksial dan koronal : tampak soft tissue swelling pada regio retroaurikula dekstra hingga parotis dekstra
Pada tanggal 27 April 2014 dilakukan dengan
operasi
eksisi
pendekatan
parotidektomi
dengan
tumor
superfisial
umum.
Jaringan
massa
tumor
kemudian dikirim ke laboratorium patologi anatomi.
anestesi
A
C
B
Gambar 5. A. Insisi dari Blair. B. Eksisi tumor. C. Jaringan eksisi tumor
Paska operasi penderita diberikan
kemudian
penderita
kontrol
ke
terapi cefotaksim 2x1 gram iv,
poliklinik THT – KL RSUP Sanglah
ketorolak 3x30 mg iv, deksametason
dan membawa hasil pemeriksaan
3x5 mg iv dan ranitidin 2 x 50 mg iv.
histopatologi
dengan
diagnosis
Tanggal 1 Mei 2014 drain dicabut
hiperplasia
limfoid
dengan
dan penderita dipulangkan dengan
eosinofilia sesuai untuk penyakit
obat oral berupa cefadroksil 2 x 500
Kimura. Dilakukan perawatan pada
mg, parasetamol 3 x 500 mg dan
luka operasi dan diberikan terapi
metil prednisolon 2x8 mg. Lima hari
cefadroksil 2 x 500 mg dan metil
9
prednisolon 2x8 mg. Tiga hari
metil
kemudian penderita kontrol kembali
menjadi 2x4 mg selama 3 hari.
dengan keadaan luka operasi telah
Penderita disarankan untuk kontrol 7
kering tanpa adanya tanda – tanda
hari kemudian untuk mengevaluasi
infeksi dan dilakukan aff hecting.
adanya kekambuhan. Saat kontrol
Dilakukan
nervus
tidak didapatkan keluhan. Setelah 9
tidak
bulan paska operasi tidak didapatkan
fasialis
keluhan dan tidak didapatkan tanda-
fasialis didapatkan
pemeriksaan paska lesi
operasi, nervus
kemudian terapi dilanjutkan, dosis
prednisolon
diturunkan
tanda kekambuhan.
Gambar 6. A. Gambaran mikroskopis dari nodul KGB yang terdiri dari hiperplasia folikel limfoid dengan ukuran yang bervariasi. Tampak sentrum germinativum yang prominen (tanda panah) dan zona mantel perifer. B. Gambaran kelenjar liur (parotis) terdiri dari kelenjar tipe serus yang bersebelahan dengan nodul KGB.
A
B
Gambar 7. A. Tampak mikroabses eosinofilik. B. Infiltrat eosinofil yang padat.
Gambar 8. Sembilan bulan paska operasi.
10
IV.
PEMBAHASAN Penyakit
total IgE oleh karena fasilitas belum
Kimura
tersering
tersedia. Gangguan fungsi ginjal
ditemukan pada laki – laki Asia
dapat
muda dekade kedua dan ketiga.
keterlibatan ginjal namun pada kasus
Etiologinya belum diketahui sampai
ini tidak ditemukan kelainan fungsi
sekarang.1-17 Pada kasus ini terjadi
ginjal. CT Scan mengesankan massa
pada laki – laki berumur 28 tahun.
solid pada kelenjar parotis kanan dan
Penyebab pasti pada kasus ini tidak
pemeriksaan FNAC mengesankan
diketahui.
suatu hiperplasia limfoid atipikal.
Pada
menyebutkan
kepustakaan
gambaran
klinis
Pada
menunjukkan
adanya
kepustakaan
disebutkan
penyakit ini berupa nodul soliter atau
pemeriksaan radiologi termasuk CT
multipel di subkutan terutama pada
Scan
daerah kepala dan leher.1-20 Pada
menggambarkan
kasus ini ditemukan massa pada
penyakit namun tidak dapat untuk
regio retroaurikula kanan dan parotis
mendiagnosis penyakit ini secara
kanan.
akurat Gambaran
klinis
dari
dan
MRI
berguna
untuk
perluasan
dari
demikian
juga
pemeriksaan FNAC.5,7,10
penyakit Kimura yang disebutkan
Belum
ada
konsensus
pada kepustakaan sesuai dengan
mengenai
kasus ini yaitu nodul subkutan yang
optimal untuk penyakit
membesar
Penanganan
secara
perlahan
dan
dengan
penatalaksanaan
sebaiknya
yang
Kimura. ditujukan
disertai dengan pembesaran kelenjar
untuk perbaikan secara kosmetik dan
di sekitarnya. Kulit permukaan yang
fungsi serta mencegah kekambuhan
menutupi
dan
perubahan.
nodul
tidak
ada
1-20
pemeriksaan
didapatkan
jangka
panjang.
Tindakan operasi eksisi merupakan
Pada kepustakaan disebutkan pada
sekuele
darah
eosinofilia
pilihan, baik untuk menegakkan
tepi
diagnosis maupun terapi.1 Pada kasus
dan
ini dilakukan operasi eksisi tumor.
peningkatan serum total IgE.1-20 Pada
Hasil
kasus ini terjadi eosinofilia namun
histopatologi
tidak dilakukan pemeriksaan serum
didapatkan jaringan kelenjar getah
pemeriksaan dari
eksisi
tumor
11
menunjukkan
limfoid hiperplastik dengan ukuran
kekambuhan. Namun follow – up
bervariasi,
perifer
pada penderita ini harus dilakukan
sentrum
untuk memantau kekambuhan dan
zona
tampak
mantel
jelas
germinativum
dan yang
prominen.
tanda
–
bening yang mengandung folikel
tanda
tanda – tanda keterlibatan ginjal.
Interfolikel tampak infiltrat sel – sel eosinofil
yang
difus
hingga
V.
KESIMPULAN
menginfiltrasi ke dalam sentrum
Telah dilaporkan satu kasus
germinativum, sebagian membentuk
penyakit Kimura pada seorang laki –
mikroabses eosinofilik. Di sekitar
laki umur 28 tahun dengan tumor
struktur
kelenjar
getah
bening
pada regio retroaurikula kanan. Pada
tersebut
tampak
pula
jaringan
pemeriksaan histopatologi terhadap
kelenjar liur tipe serus dan jaringan
jaringan nodul didapatkan hasil yang
ikat
juga
sesuai untuk penyakit Kimura. Hasil
mengandung folikel limfoid dengan
pemeriksaan darah tepi ditemukan
morfologi seperti dalam kelenjar
eosinofilia
getah bening. Hal ini sesuai dengan
kelainan
gambaran histopatologi dari penyakit
Tindakan operasi eksisi dilakukan
Kimura.
sebagai
dan
lemak
yang
dan pada
langkah
tidak
ditemukan
fungsi
terapi
ginjal.
untuk
Pada kepustakaan dikatakan
penyakit Kimura ini. Follow – up
bahwa kekambuhan pada kasus yang
secara berkala harus dilakukan untuk
hanya diterapi dengan pembedahan
memantau kekambuhan dan tanda –
adalah sebesar 25%,1-6,8,10 pada kasus
tanda keterlibatan ginjal.
ini1 bulan paska operasi belum
12
DAFTAR PUSTAKA 1. Yuen HW, Goh YH, Low WK, Lim-Tan SK. Kimura’s disease : a diagnostic and therapeutic challenge. Singapore Med J 2005; 46(6) : 179. 2. Sia Joo K, Kong Ling CK, Tan Yong, Tang Ping. Kimura’s disease: diagnostic challenge and treatment modalities. Malaysia Medical Journal 2014;69:281-83. 3. Yu Gong, Gu Jun-Ying, ShiYu-Ling. Kimura disease accompanied with nephrotic syndrome in a 45-year-old male. Diagnostic Pathology Journal 2015;10:43-6. 4. Kafa Mrowka, Pilarz B, Steplewska. What do we know about Kimura disease?. Annales Academiae Mediacae Silsiensis 2013;67:47-51. 5. Stong BC, Johns ME, Johns MM. Anatomy and physiology of the salivary glands. In : Bailey KJ, Johnson JT, editors. Head and neck surgeryotolaryngology. 4th ed. Vol.2. Philadelphia : Lippincott Wiliam & Wilkins; 2006. p.517-25. 6. Langdon JD. Surgical anatomy, embryology, and physiology of the salivary glands. In : Carlson ER, Ord RA. Textbook and color atlas of salivary gland pathology. Diagnosis and management. USA: Wileyblackwell; 2008.p.8. 7. Patel C Shilpa, Dave R Vishal. Kimura’s disease: a case report. International Journal of Dental Clinics 2011;3:115-6. 8. Larroche C, Blétry O. Kimura’s disease. Orphanet encyclopedia, February 2005. 9. Kumar S, Iyengar KR, Gopalakrishnan S, Ratnakar C. Kimura’s disease : Rare cause of head & neck swelling. Indian J. otolaryngol and Head and Neck Surg, 2004; Vol. 56,No. 4 10. Yang TS, Jang TC, Jou LS, Jang KH. Kimura’s disease : Report of a case and literature review. J med Sci 1992; 13(3); 213-18. 11. Ranka SR, Rajput A, Kantharia CV. Kimura’s disease. Indian J. otolaryngol and Head and Neck Surg 2004; Vol.56, No.1.
13
12. Wong RWS, Kung ITM, Dai LK. Kimura’s disease – a case report and review of the literature. J. Hong Kong Med. Ass. 1987; Vol.39, No.2. 13. Shetty AV, Beaty MW, McGuirt WF, Woods CR, Givner LB. Kimura’s disease : A diagnostic challenge. Pediatrics 2002; 110; e39. 14. Ioachim HL, Ratech H. Kimura lymphadenopathy. In : Ioachim’s lymphnode pathology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins, 2002. p.209-11. 15. Prasad BK, Deviprasad R. Kimura’s disease : an unsual case of neck mass. Indian J. otolaryngol and Head and Neck Surg 2008; 60: 353-5. 16. Chen H, Thompson LDR, Aguilera NSI, Abbondanzo SL. Kimura disease. A clinicopathologic study of 21 cases. Am J Surg Pathol 2004; Vol 28, No. 4. 17. Jani A, Coulson M. Alert, notice, and case reports. Kimura’s disease, a typical case of a rare disorder. WJM 1997; Vol.166, No.2. 18. Kohli A, Singh G. Kimura’s disease. JK Science 2008; Vol.10, No.3. 19. Henry K. Angiolymphoid hyperplasia with eosinofilia. Haematolymphoid tumours. In : Barnes L, Eveson JW, Reichart P, Sidransky D, editors. WHO classification of tumours. Pathology & genetics head and neck tumours. Lyon; IARCPress; 2005. p.277-80. 20. Chen
Yi-Ming,
Chen
Chien-Hsing,
Chen
Hsin-Hua.
Clinical
manifestations, therapeutic response and disease outcome of Kimura’s disease in Taiwan. Formosan Journal of Rheumatology 2009;23:33-9.
14