LAPORAN PENELITIAN STUDI KASUS KONTROL GAGAL GINJAL KRONIK (Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik- Studi Kasus Kontrol)
Penyusun laporan: dr. Delima, M.Kes dan Tim PGK
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI Jl. Percetakan Negara 29. Jakarta Pusat 10560 Tahun 2014
i
Surat Keputusan Penelitian
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELfTIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN PUSAT TEKN0L0GI TERAPAN KESEHATAN DAN EPIDEMIOLOGI KLINIK No
__________ 19
H Nama
I1 Dr Sumenj 63 Bogor 16125, Tclp.: (0251) 8321763, Fax : (0251) 8326348 Email: pusat_ttkek9litbang.depkcs.go.id I Kedudukan T , UraianTugas Dalamtim
Dr DonaArlmda
PeneWi Pus3l
Bertanggung jawab aalam aspek substans' penyakit
Bertugas . lObulan ,
________________________________________________________________________________________________ risiko dan membanlu pelaksanaan pengumpulan dala ___________________________________________________ 20
dr Widianto Pancaharjono
Pembantu Peneliti
Bertanggung jawab dalam aspek substansi penyakit
Pusat 21 22
' 10 bulan
''5*o dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
dr Danny Fajar Mogsa
Pembantu Peneliti Pusat
Bertanggung jawab dalam aspeiv analisis data dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
10 bulan
dr Armedy Ronny Hasugian
Peneliti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan dan anaksis
10 bulan
M Bioed
dala
23
dr Cicih Opitasan
Peneliti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan dala
10 bulan
24
dr Hem Kismayawali
Peneliti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
10 bulan
25
dr Retna Mustika Indah
Penehti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
10 bulan
26
dr Armaji Kamaludi Syarif
Peneliti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
10 bulan
Anggita Bunga Anggraim.
Peneliti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
10 bulan
27
S Farm. Api 28
Sundari Wirasmi. S Si
Penekti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan dala
10 bulan
29
A/is Yulianto. S &
Peneliti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan dala
lObuJan
30
Agus Dwi Harso. S S«
Peneliti Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan daia
10 bulan
31
dr Sili Nurhasanah
Peneliu Pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
10 bulan
32
Fitriawaly, SE
Pelaksana Administrasi
Membantu menangani tugas administrasi dan keuangan
10 bulan
33
ZiknRamdani
Pelaksana Administrasi
Membanlu menangani lugas administrasi dan keuangan
10 bulan
34
dr Pnnggodigdo Nugroho. SpPD
Peneliti Lokal (RS)
Mengkoordinir bm peneliti di RSCM
3 bulan
35
dr Maruhum Bonar Hasiholan
Peneliti Lokal (RS)
Membanlu perekrutan subyek kasus di uml
3 bulan
Marbun. SpPD-KGH 36
di Vidrtia Umami. SpPD
hemodialrsis Peneliti Lokal (RS)
Momoanlu perekrutan subyek kasus dan kontrol di
_________ ___ ________________________________________________ 37
dr Ni Made Hustnm. SpPD
3 bulan
poWdinifc ___________________ ___________________________________________ _____________________________ PeneMi Lokal (RS)
Membantu perekrutan subyek kasus dan konirol di
3 bulan
______________________________________________________________ _________________ _______________ rawat map _______________________________________ __________________________________ ______ 30
Dr dr Diana Aulia, SpPK(K)
Peneliti Lokal (RS)
Membantu pemeriksaan laboratorium untuk subyek
3 bulan
39
Dekla Filantropi Esa. S Ked
Peneliti Lokal (RS)
Membantu skrining dan merekrut subyek
3 bulan
^0~
Ns Martha Magdalena. S Kep/
Peneliti Lokal (RS) Membantu perekrutan subyek kasus di unit 3 bulan _________ bemodialisis________________________________________________ __________________________________________
41
Sf EmngSupnati AMK
Peneliti Lokal (RS)
Membantj perekrutan subyek kasus di uml
3 bulan
________________________________________________________________________________________________ hemodiatisis___________________________________________________________________________________________ 42 Suwandi. S Kep Peneliti Lokal (RS) Membantu perekrutan subyek kasus dan kontrol di 3 bulan _________________________ ____________________________________________________________ poliklinik ______________________________________________________________________________________________ 1T
Sr Heti Roheti, AMd
Peneliti Lokal (RS)
T_PeneMti Lokal
(RS)
Membantu perekrutan subyek kasus di unit rawat inap
3 bulan
Membantu kelancarankegiatannengumpulan data
3 bulan
Mengkootdmir lim peneliti di RSPAD Gatot Subroto
3 bulan
44
Rostati. AMd
75
dr Djoko Wibisono SpPD-KGH
Peneliti Lokal (RS)
46
dr i Made Astiya. MM
Penehli Lokal (RS)
Membanlu koordinasi penelitian
3 bulan
47
dr Dwi Edi Wahono. SpPD
Peneliti Lokal (RS)
Membanlu perekrutan subyek kasus
3 bulan
48
dr Harry Papilaya
Peneliti Lokal (RS)
Membantu perekiutan subyek di unit nemodiaiisis
3 bulan
49
dr Mirna Nurasn Praptim. SpPD
'Peneliti Lokal (RS)
Membantu perekrutan subyek di poliklmik/ruang rawat
3 bulan
___ _______ ___ __________ L______________ _________________________________________
V
Susunan Tim Peneliti No 1.
2.
3.
4.
Nama dr. Delima, M.Kes
dr. Suhardi, MPH
Keahlian/ Kesaijanaan
Kedudukan dalam Tim dan Uraian tugas
Epidemiologi klinik / Dokter umum
Ketua pelaksana / principal
Kesehatan Masyarakat/ Dokter umum
investigator
Bertanggung jawab atas pelaksanaan penelitian secara keseluruhan
Peneliti pusat
Bertanggung jawab atas pengembangan protokol dan kesesuaian pelaksanaan dengan protokol
Epidemiologi Klinik/ Peneliti pusat Bertanggung jawab dalam aspek Dokter spesialis manajemen penelitian dan kesehatan j iwa pengembangan protokol Peneliti pusat Dra. Lucie Widowati, MSi, Bahan alam/Apoteker Bertanggung jawab dalam aspek Apt Dr. Sri Idaiani, SpKJ
substansi perilaku konsumsi obat dan jamu nefrotoksik dan pengembangan protokol
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Drg. Lelly Andayasari, M.Kes Epidemiologi klinik/ Dokter g'gi
Dr. M. Karyana, M.Kes
Ekonomi kesehatan/ Dokter umum
dr. Lannywati Ghani, MSc. Epidemiologi klinik/ Dokter umum
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek manajemen penelitian dan substansi perilaku
Peneliti pusat
Bertanggung jawab pengembangan protokol substansi perilaku
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek substansi perilaku dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
dr. Lusianawaty Tana, MS, Dokter kesehatan kerja SpOK
Peneliti pusat
dr. Frans Suharyanto H, MS, Dokter kesehatan kerja SpOK
Peneliti pusat
Dr.drg. Indirawati TN, Sp.Perio.
Kesehatan masvarakat/ vii
dalam dan
Bertanggung jawab dalam aspek substansi perilaku dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Bertanggung jawab dalam aspek substansi penyakit risiko dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Dra. Marice Sihombing, MSi.
Dokter gigi
aspek substansi perilaku dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Biokimia
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek substansi perilaku dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Drg. FX . Sintawati, M.Kes Epidemiologi klinik/ Dokter g'g«
Peneliti pusat
Drg. Tince A Jovina, MKM
Biostatistik/ Dokter gigi
Peneliti pusat
Dra. Retno Gitawati, MSi, Apt.
Farmakologi klinik/ Apoteker
Peneliti pusat
dr. Had i Siswoyo, M.Epid
Epidemiologi/ Dokter umum
dr. Eva Sulistiowati, M.Biomed.
Biomedik/ Dokter umum
Peneliti pusat
dr. Aprildah Sapardin
Dokter umum
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek substansi perilaku dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Bertanggung jawab dalam analisis data dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Bertanggung jawab dalam aspek substansi perilaku konsumsi obat dan jamu nefrotoksik dan pengembangan protokol
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek substansi perilaku konsumsi obat dan jamu nefrotoksik dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Bertanggung jawab dalam aspek substansi perilaku dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
Bertanggung jawab dalam aspek substansi penyakit risiko dan membantu pelaksanaan pengumpulan data 18.
dr. Makassari Dewi
Dokter umum
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek substansi penyakit risiko dan membantu pelaksanaan pengumpulan data 19.
dr. Dona Arlinda
Dokter umum
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam viii
aspek substansi penyakit risiko dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
20.
21.
dr. Widianto Pancaharjono
dr. Danny Fajar Mogsa
Dokter umum
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek substansi penyakit risiko dan membantu pelaksanaan pengumpulan data Dokter umum
Peneliti pusat
Bertanggung jawab dalam aspek analisis data dan membantu pelaksanaan pengumpulan data
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
dr. Armedy Ronny Hasugian, M.Biomed
Dokter umum
dr. Cicih Opitasari
Dokter umum
dr. Heni Kismayawati
Dokter umum
dr. Retna Mustika Indah
Dokter umum
dr. Armaji Kamaludi Syarif
Dokter umum
Anggita Bunga, SSi, Apt.
Apoteker
Sundari Wirasmi, SSi
Aris Yulianto, SSi
Agus Dwi Harso, SSi
dr. Siti Nurhasanah
Fitriawaty. SE
Zikri Ramdani
Peneliti pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan dan analisis data
Peneliti pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Kimia
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Kimia
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Kimia
Dokter umum
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Peneliti pusat
Membantu pelaksanaan pengumpulan data
Pelaksana administrasi
Ekonomi
Administrasi
ix
Membantu menangani tugas administrasi dan keuangan
Pelaksana administrasi
34.
35.
Dr. Pringgodigdo Nugroho, Spesialis penyakit SpPD ginjal Spesialis penyakit dr. Maruhum Bonar Hasiholan Marbun, SpPD- ginjal/ Spesialis penyakit dalam KGH
Membantu menangani tugas administrasi dan keuangan
Peneliti lokal (RS)
Mengkoordinir tim peneliti di RSCM
Peneliti lokal (RS)
Membantu perekrutan subyek kasus di unit hemodialisis
Peneliti lokal (RS) Spesialis penyakit dalam/ dokter umum Membantu perekrutan subyek kasus dan kontrol di poliklinik
36.
dr. Vidhia Umami, SpPD
37.
dr. Ni Made Hustrini, SpPD Spesialis penyakit dalam
Peneliti lokal (RS) Membantu
Dr. dr. Diana Aulia, SpPK(K) Spesialis patologi klinik
Peneliti lokal (RS) Membantu
38.
39
40.
41.
Dekta Filantropi Esa, S.Ked Dokter umum
Ns. Martha Magdalena, S.Kep
Perawat
Sr. Ening Supriati, AMK
Perawat
perekrutan subyek kasus dan kontrol di rawat inap
pemeriksaan laboratorium untuk subyek Peneliti lokal (RS) Membantu skrining dan merekrut subyek
Peneliti lokal (RS) Membantu
perekrutan subyek kasus di unit hemodialisis
Peneliti lokal (RS)
42.
Suwandi, S.Kep
Perawat
Membantu perekrutan subyek kasus di unit hemodialisis Peneliti lokal (RS) Membantu perekrutan subyek kasus dan kontrol di poliklinik
43.
Sr. Heti Roheti, AMd
Perawat
Peneliti lokal (RS) Membantu
44.
45.
46.
47.
48.
Rostati, AMd
Administrasi
Dr. Djoko Wibisono, SpPD- Spesialis penyakit KGH ginjal Dr. 1 Made Astiya, MM
perekrutan subyek kasus di unit rawat inap
Peneliti lokal (RS)
Membantu kelancaran kegiatan pengumpulan data
Peneliti lokal (RS)
Mengkoordinir tim peneliti di RSPAD Gatot Subroto
Peneliti lokal (RS)
Dokter
Membantu koordinasi penelitian
Dr. Dwi Edi Wahono, SpPD Spesialis penyakit dalam
Peneliti lokal (RS)
Dr. Harry Papilaya
Peneliti lokal (RS)
Dokter umum
Membantu perekrutan subyek kasus Membantu perekrutan subyek
X
49.
50.
di unit hemodialisis Dr. Mirna Nurasri Praptini, Spesialis Penyakit SpPD Dalam Rita Riyana, AMK
Peneliti lokal (RS) Membantu perekrutan subyek di poliklinik/ruang rawat inap
Peneliti lokal (RS) Membantu
Perawat
skrining dan merekrut subyek 51.
52.
53.
Peneliti lokal (RS) Membantu
Maraden Tambunan. S.Kep Perawat Delila M, AKM
Etik, AMK
skrining dan merekrut subyek
Peneliti lokal (RS)
Perawat
Membantu skrining dan merekrut subyek
Peneliti lokal (RS) Membantu
Perawat
skrining dan merekrut subyek 54.
55.
56.
57.
Dr. Febria Asterina, SpPK
Spesialis Patologi Klinik
Peneliti lokal (RS) Membantu
Dr. J. Sarwono, SpPD
Spesialis penyakit ginjal
Peneliti lokal (RS)
dr. Anggraini, SpPD
Rosma Limbong
pemeriksaan laboratorium untuk subyek Mengkoordinir tim peneliti di RSUP Fatmawati
Spesialis penyakit dalam
Peneliti lokal (RS) Membantu
Perawat
Peneliti lokal (RS) Membantu
perekrutan subyek kasus
perekrutan subyek kasus dan kontrol di poliklinik 58.
dr. Yasmine E W, SpPD
59.
Ns. Heniyati, S.Kep
60.
61.
62.
63.
64.
Ns. Aat Djanatunisah, S.Kep Eko Dirgahayu
Ambar
Hormada R
Sri Wahyuni, SKM, MM
Spesialis penyakit dalam Perawat
Peneliti lokal (RS)
Membantu perekrutan subyek
Peneliti lokal (RS)
Membantu perekrutan subyek kasus di unit hemodialisis
Peneliti lokal (RS)
Perawat
Membantu perekrutan subyek kasus dan kontrol di unit rawat inap
Peneliti lokal (RS)
Laboran
Membantu pemeriksaan darah subyek
Peneliti lokal (RS)
Perawat
Membantu perekrutan subyek kasus di poliklinik
Peneliti lokal (RS)
Perawat
Rekam medik
Membantu perekrutan subyek kasus dan kontrol di unit rawat inap
Peneliti lokal (RS)
Membantu menyediakan xi
dokumen sumber 65.
66.
67.
Dr. Maulana Suryamin, SpPD, KGEH
Spesialis penyakit dalam
Peneliti lokal (RS) Mengkoordinir
Dr. Heidy Agustin, SpP
Spesialis penyakit dalam
Peneliti lokal (RS)
Spesialis penyakit dalam
Peneliti lokal (RS) Membantu Peneliti lokal (RS) Membantu
Dr. Yassir, SpPD
68.
Suminah
Perawat
69.
Jumarti
Perawat
70
perekrutan subyek kasus di unit hemodialisis
Peneliti lokal (RS) Membantu
Spesialis penyakit dalam
71
Aryati, S.Kep
Perawat
72
dr. M. Syafiq Alwi, SpPD
73
Dewi Ariyani
Spesialis penyakit dalam Perawat
74
Dr. Ika Priatni, SpPK
Spesialis patologi klinik
Dewi Mustikawati, SST
Mengkoordinir teknis pengumpulan data di RS Persahabatan
perekrutan subyek
Dr. Hayatun Nufus, SpPD
75
tim peneliti di RS Persahabatan
perekrutan subyek
Peneliti lokal (RS)
Membantu perekrutan subyek kasus dan kontrol di poliklinik
Peneliti lokal (RS)
Rekam medik
Membantu perekrutan subyek Peneliti lokal (RS) Membantu perekrutan subyek
Peneliti lokal (RS) Membantu perekrutan subyek
Peneliti lokal (RS)
Membantu pemeriksaan darah subyek
Peneliti lokal (RS)
Membantu menyediakan dokumen sumber
xii
Persetujuan Etik Penelitian
xiii
Amandemen ke-1
xiv
Amandemen ke-2
XV
Amandemen ke-3
xvi
PERSETUJUAN ATASAN Laporan Penelitian Studi Kasus Kontrol Gagal Ginjal Kronik (Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol)
Jakarta, 31 Desember 2014
Menyetujui, Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Kepala,
xvii
Kata Pengantar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan untuk meneliti mengenai faktor risiko penyakit ginjal kronik (PGK) dan selanjutnya dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat ITK&EK). Judul awal penelitian ini sesuai yang diajukan untuk pembiayaan adalah “Studi Kasus Kontrol Gagal Ginjal Kronik”. Seiring dengan pengembangan protokol oleh tim bersama para konsultan, judul tersebut diubah menjadi seperti yang dicantumkan di dalam laporan ini yaitu Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol. Biaya penelitian bersumber dari DIPA Pusat TTK&EK tahun anggaran 2014. Penelitian dilaksanakan di 4 rumah sakit pemerintah di Provinsi DKI Jakarta yaitu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Soebroto, RSUP Fatmawati, dan RSUP Persahabatan. Pelaksana penelitian terdiri dari tim peneliti Pusat TTK&EK serta tim dari keempat RS lokasi penelitian. Penelitian ini bertujuan melengkapi informasi dan memberikan bukti ilmiah faktor risiko PGK agar upaya pencegahan PGK dapat lebih baik. Kegiatan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang disusun walaupun pada akhirnya tidak berhasil memenuhi besar sampel minimal dari kelompok kontrol komunitas. Tim peneliti mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak yang sudah membantu kelancaran dan kesuksesan penelitian ini yaitu Kepala Badan Litbang Kesehatan saat proposal dan protokol penelitian ini dikembangkan. Dr. dr. Trihono, MSc serta Kepala Badan Litbang Kesehatan saat penelitian mulai dilaksanakan, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&ll, DTCE, Kepala Pusat TTK&EK, Direktur dan staf dari keempat RS. Komisi Ilmiah Badan Litbang Kesehatan, Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan, dan Panitia Pembina Ilmiah Pusat TTK&EK. Terima kasih juga disampaikan kepada para konsultan yang sudah membantu sejak awal pengembangan protokol hingga penyusunan laporan yaitu Dr. Siswanto, MHP, DTM, Prof. dr. Emiliana Tjitra, PhD, Prof. Dr. dr. Suhardjono, SpPD. KGH, K.Ger, Prof. Dr. dr, Sudigdo Sastroasmoro, SpA(K), dan dr. iwan Ariawan, MSPH. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan derajat kesehatan masyarakat. Tim PGK
xviii
RINGKASAN EKSEKUTIF Studi Kasus Kontrol Gagal Ginjal Kronik (Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol) Delima dan Tim PGK Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan mas\arakat yang semakin meningkat.
Kidney Disease Improving Global Outcome
(KDIGO) 2012 mendefinisikan PGK
sebagai suatu abnormalitas pada ginjal secara struktur atau fungsi selama lebih dari 3 bulan dengan implikasi pada kesehatan. Penurunan fungsi ginjal dapat dinilai dengan menghitung estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) atau estimated Glomerular Filtration Rate (eGFR) berdasarkan nilai kreatinin serum. Beberapa faktor risiko yang diketahui sebagai faktor risiko PGK adalah faktor genetik, penyakit diabetes melitus (DM), hipertensi, penyakit autoimun, konsumsi obat-obatan dan jamu yang bersifat nefrotoksik, merokok, dan bahkan muncul isu bahwa minuman berenergi juga merupakan faktor risiko PGK. Saat ini. data prevalensi PGK di Indonesia belum diketahui dengan pasti dan studi mengenai faktor risiko PGK pun belum banyak dilakukan. Survei oleh Pemefri di Jakarta, Bali, dan Yogyakarta pada tahun 2009 mendapatkan prevalensi PGK 12,5% dengan kriteria e-LFG <60ml/menit. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko PGK. Secara khusus, bertujuan menghitung risiko tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, pola konsumsi air putih, konsumsi minuman berenergi, bersoda, berkafein, beralkohol, konsumsi obat dan jamu nefrotoksik. perilaku merokok, penyakit DM, hipertensi, infeksi ginjal, dan batu ginjal terhadap kejadian PGK. Penelitian multisenter ini dilaksanakan di 4 Rumah Sakit (RS) pemerintah di Jakarta yaitu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan, dan RSPAD Gatot Subroto. Desain penelitian adalah kasus kontrol dengan padanan jenis kelamin dan menggunakan perbandingan kasus dan kontrol 1:1, dengan menggunakan 2 kelompok kontrol, yaitu RS dan komunitas. Besar sampel penelitian meliputi 1.098 subyek (429 kasus, 429 kontrol di rumah sakit, dan 240 kontrol di komunitas). Kasus adalah penduduk Indonesia usia >18 tahun yang merupakan pasien baru atau lama di RS yang didiagnosis PGK < 10 tahun yang lalu oleh dokter. Kontrol RS adalah pasien di poliklinik atau ruang rawat inap pada RS yang sama dan belum pernah didiagnosis PGK oleh dokter atau didukung data
XIX
laboratorium dari rekam medik. Kontrol komunitas adalah anggota keluarga atau warga yang tinggal minimal 3 tahun di sekitar kediaman Kasus, belum pernah didiagnosis PGK oleh dokter, dan hasil laboratorium menunjukkan nilai eLFG >60 ml/menit dan urinalisis yang baik. Kasus dan Kontrol RS dipilih secara
purposive.
consecutive
sedangkan kontrol di komunitas dipilih
secara
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dan melakukan abstraksi data dari rekam medik maupun data dari sumber
(source document)
lainnya. Pada kontrol komunitas dilakukan pengukuran tekanan darah, untuk menentukan status hipertensi, dan pemeriksaan HbAlC, untuk menentukan status DM. Pengumpulan data dilaksanakan pada 14 Agustus 2014 hingga 31 Oktober 2014. Analisis data untuk mendapatkan
adjusted odds ralio dilakukan 2 kali yaitu pertama antara 429 subyek kasus
dengan 429 subyek kontrol RS serta analisis kedua 429 subyek kasus dengan 669 subyek kontrol (429 kontrol RS ditambah 240 kontrol komunitas). Hasil analisis menunjukkan konsumsi minuman kopi, teh. coklat, dan minuman beralkohol, serta kualitas air minum yang kurang baik bukan merupakan faktor risiko PGK. Faktor yang merupakan faktor risiko PGK adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal (pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik, atau sindroma nefrotik), minum air putih <1000ml/hari. minum minuman bersoda, minuman berenergi >lx/hari, umur yang semakin meningkat, riwayat PGK pada keluarga sedarah, batu ginjal, hipertensi, diabetes melitus, serta minum jamu pegal linu atau pelangsing dengan kisaran
OR adjusted
1,56 hingga 9,37.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor risiko paling dominan adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal, diikuti kebiasaan minum air putih < 1000 ml/hari, dan kebiasaan konsumsi minuman bersoda > lx/hari. Sebagian besar faktor risiko PGK tersebut dapat dicegah dan dikendalikan. Kementerian Kesehatan perlu meningkatkan kerjasama internal maupun lintas sektoral untuk meningkatkan dan mensukseskan upaya pencegahan dan pengendalian PGK dengan fokus pada faktorfaktor risiko tersebut.
XX
Abstrak Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang semakin meningkat dan sering kali terdiagnosis pada stadium lanjut yang memerlukan biaya besar. Beberapa kondisi dan perilaku diketahui sebagai faktor risiko PGK namun selama ini data epidemiologi tentang hal ini di Indonesia belum banyak. Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2014 melaksanakan penelitian kasus kontrol 1:1 berpadanan jenis kelamin dengan 2 kelompok kontrol di 4 rumah sakit (RS) pemerintah di DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan faktor risiko PGK. Kasus dan kontrol RS dipilih secara konsekutif sedangkan kontrol komunitas yang merupakan keluarga atau tetangga kasus yang tinggal satu lingkungan dengan kasus minimal 3 tahun dipilih secara purposif. Sebanyak 429 kasus PGK dipilih dari pasien RS yang didiagnosis PGK oleh dokter yang merawat, mengikuti kriteria KDIGO 2012, paling lama dalam 10 tahun terakhir. Sebanyak 429 kontrol di RS dan 240 kontrol komunitas memenuhi kriteria tidak PGK menurut penilaian dokter dan atau hasil e-GFR >60ml/menit/l,73m dan urinalisis yang baik. Pengumpulan data faktor risiko dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner terstruktur, pengukuran tekanan darah dengan tensimeter digital, dan pemeriksaan I IbA 1 C. Hasil analisis menunjukkan riwayat pernah didiagnosis gangguan ginjal, minum air putih <1000m l/hari, minum minuman bersoda, minuman berenergi 10/hari, umur yang semakin meningkat, riwayat PGK pada keluarga sedarah, batu ginjal, hipertensi, diabetes melitus, serta minum jamu pegal linu atau pelangsing dengan kisaran
OR adjusted
1,56 hingga 9.37.
Disimpulkan bahwa faktor risiko paling dominan adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal, diikuti kebiasaan minum air putih < 1000 ml/hari, dan konsumsi minuman bersoda > lx/hari. Kata kunci: penyakit ginjal kronik, faktor risiko, kasus kontrol, rumah sakit
xxi
Daftar Isi Hal.
Judul Penelitian ......................................................................................................................... Surat Keputusan Penelitian........................................................................................................ Susunan Tim Peneliti ................................................................................................................. Persetujuan Etik ......................................................................................................................... Persetujuan Atasan .................................................................................................................... Kata Pengantar .......................................................................................................................... Ringkasan Eksekutif .................................................................................................................. Abstrak ...................................................................................................................................... Daftar Isi..................................................................................................................................... Daftar Tabel .............................................................................................................................. Daftar Gambar ........................................................................................................................... Daftar Lampiran ......................................................................................................................... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................................... B. Perumusan Masalah Penelitian ........................................................................... C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 1. Tujuan Umum .................................................................................................. 2. Tujuan Khusus ................................................................................................. D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... II. METODE PENELITIAN ................................................................................................... A. Kerangka Konsep ................................................................................................ B. Tempat dan Waktu .............................................................................................. C. Disain Penelitian .................................................................................................. D. Populasi dan Sampel ........................................................................................... E. Besar Sampel, Cara Pemilihanatau Penarikan Sampel ....................................... F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..................................... .......................................... G. Variabel ................................................................................................................ H. Definisi Operasional ............................................................................................ I. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data ............................................................ J. Bahan dan Prosedur Kerja ................................................................................... K. Managemen dan Analisis Data .............................................................................. L. Uji coba kuesioner dan uji reliabilitas kadar kreatinin serum................................ M. Alur Penelitian ....................................................................................................... N. Ijin atau Rekomendasi Penelitian ........................................................................... O. Persetujuan Etik Penelitian ................................................................................... P. Keterbatasan Penelitian........................................................................................... III. HASIL............................................................................................................................. IV. PEMBAHASAN ............................................................................................................... V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................................. LAMPIRAN....................................................................................................................
xxii
i ii vii xiii xvii xviii xix xxi xxii xxiii xxiv xxv 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 5 6 6 8 10 12 12 14 15 15 15 16 27 30 31 33
Daftar Tabel Tabel 1.
Sebaran subyek menurut rumah sakit lokasi penelitian
Tabel 2.
Karakteristik subyek kasus, kontrol RS, dan kontrol komunitas menurut status sosio-demografi Distribusi frekuensi subyek kasus, kontrol RS, dan kontrol komunitas menurut riwayat PGK pada keluarga sedarah, perilaku konsumsi air, minuman berisiko, obat NSA1D, jamu, merokok, dan riwayat penyakit
1 abel 3.
Tabel 4. Tabel 5
Tabel 7
Risiko PGK menurut 17 faktor yang diteliti pada subyek kontrol RS 22 dibandingkan dengan subyek kasus Faktor risiko PGK hasil analisis antara 429 kasus dengan 429 kontrol RS Risiko PGK menurut 16 faktor yang diteliti pada subyek kontrol Tabel 6.(kontrol RS ditambah kontrol komunitas) dibandingkan dengan subyek kasus Faktor risiko PGK hasil analisis antara 429 kasus dengan 429 kontrol RS dan 240 kontrol komunitas
xxiii
Hal. 17
19 19
23
24 25
Daftar Gambar Hal. Gambar 1.
Kerangka Konsep Penelitian
3
Gambar 2.
Alur Penelitian
Gambar 3.
Skrining dan rekrutmen subyek kasus, kontrol RS. dan kontrol komunitas
14
xxiv
Daftar Lampiran
Lampiran 1.
Hal.
Lampiran 4.
Naskah Penjelasan dan Persetujuan Setelah Penjelasan Penelitian .................................................................................................... Naskah Penjelasan dan Persetujuan Setelah Penjelasan Uji Coba .............. Kuesioner ..................................................................................................... Naskah Penjelasan dan Persetujuan Setelah Penjelasan Uji ....................... Reliabilitas Pemeriksaan kadar kreatinin .................................................... Formulir skrining kasus ................................................................................
Lampiran 5.
Formulir skrining kontrol Rumah Sakit ........................................................
45
Lampiran 6.
Formulir skrining kontrol komunitas ...........................................................
48
Lampiran 7.
Kuesioner ......................................................................................................
50
Lampiran 8.
Ijin/rekomendasi Kemendagri ......................................................................
62
Lampiran 2. Lampiran 3.
33
37 40 43
Lampiran 9.
Ijin
penelitian dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
64
Lampiran 10.
Ijin
penelitian dari RSPAD Gatot Soebroto
65
Lampiran 1 L
Ijin
penelitian dari RSUP Fatmawati
66
Lampiran 12.
Ijin
penelitian dari RSUP Persahabatan
68
XXV
L PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) menurut KDOQI,
Kidney Disease Improving Global Outcome
(KDIGO), merupakan suatu kelainan struktur atau gangguan fungsi ginjal yang sudah berlangsung lebih dari 3 bulan, yang ditandai dengan kelainan patologik atau petanda dari
imaging) dan fungsi ginjal (laju
kerusakan ginjal seperti kelainan darah, urin, atau pencitraan (
filtrasi glomerulus/LFG) kurang dari 60 ml/menit/l,73m atau pasca transplantasi ginjal. Kelainan hasil pemeriksaan urin dapat berupa proteinuria, mikroalbuminuria, hematuria (terutama bila disertai proteinuria), dan adanya silinder terutama yang disertai dengan sel. PGK dibagi menjadi 5 stadium menurut nilai LFG atau
glomerular filtration rate (GFR) nya. Kelainan
fungsi ginjal dengan LFG < 60 ml/menit termasuk stadium 3, 4, dan 5. PGK stadium 5 merupakan PGK terminal atau sering disebut gagal ginjal dan sudah memerlukan hemodilasis atau transplantasi. Di Amerika Serikat 11.6% penduduk dewasa menderita PGK stadium I-4. Diperkirakan, PGK tahap akhir mencakup 0,02-0,03% dari total populasi dunia. Studi epidemiologi PGK di Indonesia belum banyak dilakukan. Pada tahun 2009, Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) melakukan survei di Jakarta. Bali, dan Yogyakarta: didapatkan prevalensi PGK sebesar 12.5%. Faktor pemicu terjadinya PGK sangat luas dan bervariasi, diantaranya diabetes melitus tipe 2, hipertensi, penyakit autoimun, infeksi sistemik, infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, dan toksisitas obat. Faktor risiko yang mendasari dapat berupa usia lanjut dan riwayat penyakit keluarga. Studi kasus kontrol di RS PKU, Yogyakarta pada tahun 2008 menunjukkan bahwa merokok, minum suplemen berenergi, dan hipertensi merupakan faktor risiko PGK dengan OR 3,68 (95%CI: 1,39—9,74), 6,63 (95%CI: 2.53—17.35), dan 23,15 (95%CI: 8.73— 61,41)4. Fungsi ginjal pada 64 % pasien DM baru dengan usia > 60 tahun di Poliklinik Diabetes RSCM di bawah 60% (CG-BSA). Kematian pada pasien PGK stadium awal PGK 5—10 kali lebih sering akibat kejadian kardiovaskuler daripada berkembang menjadi PGK tahap akhir.4 Penentuan penurunan fungsi ginjal melalui pemeriksaan darah dapat dilakukan dengan menilai kadar kreatinin, kadar ureum atau urea, rumus Cockroft-Gault, prediksi e-LFG menurut studi
Modification of Diet in Renal Disease (MDRD), atau kadar Cystatin-C. Selain itu
ada juga prediksi e-LFG menurut studi CKD-EP1. Data
yang diperlukan adalah kadar kreatinin darah, umur, ras, dan jenis kelamin. Rumus e-LFG atau e-GFR menurut CKD-EPI adalah: 141 x min(Scr/K,l)a x max(Scr/K,l)'‘2(,g x 0.993a8C x 1.018 [if female] x 1.159 [if black]5 B.
Perumusan Masalah Penelitian Belum banyak diketahui faktor risiko PGK di Indonesia terutama yang berkaitan dengan
faktor perilaku. Oleh karena itu. timbul pertanyaan mengenai faktor-faktor apa yang merupakan risiko PGK di Indonesia? C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengidentifikasi faktor risiko Penyakit Ginjal Kronik 2. Tujuan khusus a) Menghitung besar risiko status demografi (umur, pendidikan, pekerjaan) terhadap PGK b)
Menghitung besar risiko pola kebiasaan minum terhadap PGK
c) Menghitung besar risiko perilaku konsumsi minuman berenergi dan bersoda terhadap PGK d) Menghitung besar risiko perilaku konsumsi minuman berkafein terhadap PGK e)
Menghitung besar risiko perilaku konsumsi minuman beralkohol terhadap PGK
f)
Menghitung besar risiko perilaku konsumsi obat dan jamu terhadap PGK
g)
Menghitung besar risiko perilaku merokok terhadap PGK
h)
Menghitung besar risiko penyakit perantara (diabetes melitus/DM, hipertensi, infeksi ginjal, batu ginjal) terhadap PGK
D.
Manfaat Penelitian 1. Bagi institusi Meningkatkan pengalaman melakukan penelitian kasus kontrol 2. Bagi pemegang program Memberi informasi tentang faktor risiko PGK untuk dijadikan bahan kebijakan program penanggulangannya. 3. Bagi masyarakat Memberi informasi tentang faktor risiko penyakit ginjal kronik untuk mencegah terjadinya penyakit gagal ginjal
Kerangka Konsep
B.
D. METODE PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu
Gambar I. Kerangka Konsep Penelitian
1. Tempat : di 4 RS di Jakarta (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Subroto, RSUP Fatmawati, RSUP Persahabatan) 2. Waktu : Januari - Desember 2014 C.
Disain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian multisenter (RS) dengan disain observasional, kasus
kontrol dengan padanan jenis kelamin dan 2 kelompok kontrol. Perbandingan 1:1 antara kasus dan masing-masing kontrol. Untuk setiap kasus, dipilih I kontrol di RS dan 1 kontrol di komunitas yang diharapkan dapat menggambarkan perbedaan risiko yang muncul pada masing-masing kelompok kontrol. Untuk mengurangi
recall-hias, pasien PGK dibatasi dengan
waktu terdiagnosis tidak lebih dari 10 tahun
I). Populasi dan Sampel I. Populasi Populasi adalah pasien PGK di RS pemerintah di Jakarta
3
2. Populasi terjangkau Pasien PGK yang sedang berobat di 4 RS pemerintah dengan fasilitas pelayanan hemodialisis 3. Sampel Sampel adalah pasien PGK yang berobat di unit hemodialisis dan poliklinik atau ruang rawat inap di 4 RS pemerintah di Jakarta yang diteliti. E.
Besar Sampel, Cara Pemilihan atau Penarikan Sampel 1. Besar sampel Menggunakan rumus uji hipotesis untuk
odds ratio (Lwanga dan Lemeshow, 1991 )6
Pi = Proporsi paparan pada kelompok kasus
{anticipated probability of exposure given disease) ?2 = Proporsi paparan pada kelompok kontrol
{anticipated probability of exposure given no disease) OR = anticipated odds ratio OR = {P, /(1P,)}/{P2/(1-P2)} P2 = P,/{OR(l-P,)+P,} Dengan derajat kemaknaan 95% (a=5%), kekuatan 80% ((3=20%), proporsi faktor risiko pada kelompok kontrol (P2) = 5%. dan OR terkecil yang dianggap bermakna=2,0 maka besar sampel untuk kasus (n) = 407. Untuk setiap kasus dipilih 1 kontrol RS dan 1 kontrol komunitas, maka jumlah kontrol RS = 407 dan kontrol komunitas = 407. Jadi total besar sampel adalah 407 kasus+ 814 kontrol = 1.221 orang. Proporsi faktor risiko pada kelompok kontrol (P2) untuk penghitungan besar sampel di atas menggunakan 5%, merupakan estimasi P2 terkecil dari faktor-faktor risiko yang akan diteliti. Menurut hasil Riskesdas 20137, prevalensi DM di Indonesia 6,9%. hipertensi 25.8%, konsumsi berkafein 34.9%, merokok 29,3%, dan rumah tangga yang memanfaatkan ramuan tradisional 49.0%. 2. Cara pemilihan sampel atau penarikan sampel
4
-
Kontrol komunitas: sudah tinggal di sekitar rumah Kasus minimal 3 tahun
4. Kriteria eksklusi kontrol -
Pernah didiagnosis mengalami kelainan ginjal bawaan (polikistik)
- Untuk kontrol RS: Pasien rujukan sementara dari rumah sakit lain dan akan kembali berobat ke rumah sakit asal -
G.
Sulit berkomunikasi
Variabel 1.
PGK (kasus atau kontrol)
2. Status demografi:
a)
Pendidikan b) Pekerjaan
3. Perilaku:
a) Konsumsi air minum (jenis/sumber, lama, jumlah) b) Konsumsi minuman berenergi (komposisi, frekuensi, lama, jumlah) c) Konsumsi minuman bersoda (komposisi, frekuensi, lama, jumlah) d) Konsumsi minuman berkafein (jenis, frekuensi, lama, jumlah) e) Konsumsi obat tertentu (NSAID, obat lain yang berefek nefrotoksik: f) komposisi, frekuensi, lama, jumlah) g) Konsumsi jamu/suplemen berefek nefrotoksik (komposisi, frekuensi, h) lama, jumlah) i) Merokok (aktif, jenis, lama, jumlah) 4.
Penyakit antara: (onset, lama, terkontrol/terkendali)
a) Diabetes melitus tipe 2 b) Hipertensi c) Infeksi ginjal d) Batu ginjal
H. Definisi Operasional Penyakit Ginjal Kronik mencakup juga Ginjal Hipertensi dengan Gagal Ginjal, Diabetes dengan Gagal Ginjal dan akibat lainnya 1. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kelainan fungsi ginjal yang ditandai dengan nilai estimasi LFG < 60 ml/menit dan berlangsung lebih dari 3 bulan.
2. Kasus adalah pasien PGK baru dan lama (< 10 tahun) di unit hemodialisis atau poliklinik penyakit dalam atau bangsal penyakit dalam yang didiagnosis PGK oleh dokter di RS dengan e-LFG < 60 ml/menit. 3. Kontrol di rumah sakit adalah pasien yang berobat jalan ke poliklinik atau ruang rawat inap pada rumah sakit yang sama dan didiagnosis bukan PGK oleh dokter yang merawat dengan e-LFG > 60 ml/menit dan hasil urinalisis normal. 4. Kontrol di komunitas adalah anggota keluarga atau warga yang tinggal di sekitar kediaman Kasus minimal 3 tahun dan tidak pernah didiagnosis PGK oleh dokter (eLFG > 60 ml/menit dan hasil urinalisis normal). 5. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang diselesaikan oleh subyek hingga mendapatkan ijazah. 6. Pekerjaan adalah pekerjaaan utama dengan waktu kerja per hari paling lama dan rutin yang dilakukan oleh subyek sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau saat ini (untuk Kontrol). 7. Pola kebiasaan minum adalah kebiasaan mengonsumsi air minum meliputi jumlah air minum (air putih) yang dikonsumsi dalam 24 jam dan sumber air minum. Jumlah air minum adalah rata-rata volume air minum (air putih) dalam liter yang dikonsumsi selama 24 jam. Sumber air minum adalah asal air minum yang dikonsumsi, apakah air PAM/ledeng, air minum dalam kemasan, air sumur, mata air, air sungai, dll. Perilaku ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau dan sebelum wawancara (untuk Kontrol). 8. Konsumsi minuman berenergi adalah kebiasaan mengonsumsi minuman berenergi termasuk kratingdaeng, extra joss, M150, kuku bima energi Roso. Perilaku ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 9. Konsumsi minuman bersoda adalah kebiasaan mengonsumsi minuman mengandung soda termasuk coca cola, pepsi, sprite, fanta, tebs. Perilaku ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 10. Konsumsi minuman berkafein adalah kebiasaan mengonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh. Perilaku ini ditanyakan untuk
7
jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 1. Konsumsi minuman beralkohol adalah kebiasaan mengonsumsi minuman yang mengandung alkohol seperti wine, bir, arak, sake. Perilaku ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 2. Konsumsi obat nefrotoksik adalah kebiasaan mengonsumsi obat antiinflamasi non steroid (NSAID) yang bersifat racun terhadap ginjal (antara lain: asam mefenamat, natrium diklofenak). Perilaku ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 3. Konsumsi jamu nefrotoksik adalah kebiasaan mengonsumsi jamu yang bersifat racun terhadap ginjal seperti jamu pegal linu dan pelangsing. Perilaku ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 4. Merokok adalah kebiasaan mengisap rokok. Perilaku ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 5. Diabetes melitus adalah kondisi subyek dengan hasil pemeriksaan kadar o
HbAlC > 6,5%. Kondisi ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 6. Hipertensi adalah kondisi subyek dengan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan diastolik > 90 mmHg (sesuai kriteria JNC VII, 2003) Kondisi ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). Untuk kontrol di komunitas dilakukan pengukuran tekanan darah. 7. Infeksi ginjal adalah kondisi subyek pernah didiagnosis mengalami infeksi ginjal atau pernah mengalami berkemih seperti air cucian daging yang berulang-ulang. Kondisi ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol). 8. Batu ginjal adalah kondisi subyek pernah didiagnosis mengalami batu ginjal oleh dokter. Kondisi ini ditanyakan untuk jangka waktu sebelum terdiagnosis PGK (untuk Kasus) atau sampai saat ini (untuk Kontrol).
G. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data
8
Penentuan status bukan PGK didapatkan dari hasil wawancara bahwa subyek tidak pernah didiagnosis mengalami PGK oleh dokter diperkuat dengan hasil laboratorium kreatinin serum dan hasil urinalisis lengkap yang dilakukan pada tahap seleksi/skrining. Data klinis dan riwayat pengobatan/tatalaksana penyakit didapatkan dari hasil wawancara. Data demografi, perilaku, dan riwayat penyakit subyek didapatkan dari hasil wawancara menggunakan kuesioner terstruktur kepada subyek oleh tim peneliti. Status hipertensi dinilai dari hasil pengukuran tekanan darah oleh peneliti. Status diabetes melitus didapatkan dari hasil pemeriksaan HbAIC di laboratorium RS yang sama dengan tempat Kasus berobat.
J. Bahan dan Prosedur Kerja Tahap seleksi/skrining dilakukan untuk mendapatkan subyek yang memenuhi kriteria baik untuk Kasus. Kontrol RS, maupun Kontrol Komunitas dengan menggunakan formulir skrining. Calon subyek diberi penjelasan mengenai penelitian yang akan dilaksanakan. Calon subyek yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan
(informed coment). Calon subyek yang memenuhi kriteria direkrut menjadi
subyek dan diwawancarai menggunakan kuesioner terstruktur oleh tim peneliti. 1. Prosedur kerja untuk subyek kasus Kasus dipilih secara
consecutive sampling
dari pasien di unit hemodialisis dan
poliklinik atau ruang rawat inap di rumah sakit. Pemilihan kasus dilakukan melalui tahap seleksi/skrining dengan memeriksa data rekam medik pasien yang datang di unit hemodialisis maupun poliklinik. Penentuan kasus menurut diagnosis dokter yang merawat. Peneliti memberikan penjelasan tentang penelitian kepada pasien calon subyek. Pasien yang memenuhi kriteria dan bersedia berpartisipasi, diminta menandatangani lembar persetujuan penelitian. Kemudian dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur oleh peneliti. Data lain dari catatan medik dan dokumen sumber lainnya disalin ke kuesioner oleh peneliti. 2. Prosedur kerja untuk subyek kontrol a) Kontrol di R S: Untuk setiap Kasus yang didapatkan, dipilih I Kontrol di RS yang sepadan dalam hal jenis kelamin dengan Kasus. Kontrol RS dipilih secara
consecutive
10
sampling dari pasien di poliklinik atau ruang rawat inap RS yang sama dengan Kasus. Calon subyek kontrol RS diberi penjelasan mengenai penelitian ini oleh peneliti. Calon subyek yang memenuhi kriteria dan bersedia berpartisipasi diminta menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan
(informed consent).
Dengan demikian, direkrut
menjadi subyek kontrol RS dan selanjutnya diwawancarai oleh peneliti. Data lain dari catatan rekam medik dan dokumen sumber lainnya disalin ke kuesioner oleh tim peneliti, b) Kontrol di Komunitas: Untuk setiap Kasus yang didapatkan, dipilih 1 Kontrol di komunitas yang sepadan dalam hal jenis kelamin dengan Kasus. Kontrol di komunitas dipilih secara
purposive dari
pendamping pasien yang tinggal serumah dengan Kasus atau orang serumah lainnya atau warga yang tinggal di sekitar kediaman Kasus minimal 3 tahun dan memenuhi kriteria lainnya. Oleh karena Kontrol di komunitas tidak mempunyai catatan rekam medik seperti Kontrol di RS maka dilakukan proses pemeriksaan. Calon subyek Kontrol yang bersedia berpartisipasi dan setelah menandatangani
informed consent, diambil darah vena
untuk pemeriksaan kadar kreatinin serum, dan HbAlC serta pemeriksaan urinalisis lengkap di laboratorium RS di mana Kasus berobat. Kadar kreatinin serum untuk menentukan e-LFG dengan menggunakan rumus CKD-EPI. Kontrol komunitas diukur tekanan darah menggunakan tensimeter digital sebanyak 2 kali atau 3 kali jika selisih 2 kali pengukuran > 10 mmHg dan diwawancarai oleh peneliti menggunakan kuesioner terstruktur. Subyek kontrol dengan e-LFG < 60 ml/menit atau hasil urinalisis tidak normal
atau menunjukkan ada kemungkinan kelainan pada ginjal dieksklusi. 3. Pemeriksaan laboratorium: Untuk pemeriksaan kadar kreatinin serum, kadar HbAlC, dilakukan pengambilan darah vena dari lengan subyek sebanyak 5 cc oleh tenaga analis di Laboratorium RS setempat. Pemeriksaan urinalisis lengkap dilakukan pada 25 cc urin sewaktu. 4. Pengukuran tekanan darah: Pengukuran tekanan darah dilakukan kepada subyek setelah duduk beristirahat selama 5 menit. Dilakukan pada subyek dalam posisi duduk tenang, kedua kaki menapak di lantai, manset dipasangkan menempel pada kulit atau lengan baju yang tipis di lengan kiri secara pas. Pengukuran dengan tensimeter
11
digital dilakukan minimal 2 kali pengukuran dengan jarak 2 menit antara kedua pengukuran. Dilakukan pengukuran ke-3 pada subyek dengan beda hasil pengukuran ke-1 dan ke-2 yang >10mmHg. Hasil pengukuran adalah rata-rata dari dua pengukuran dengan jarak terdekat baik untuk nilai sistolik maupun diastolik.
K. Managenien dan Analisis Data Data kasus versus kontrol RS dianalisis secara terpisah dari data kasus versus kontrol komunitas. Analisis dilakukan secara bertahap dari univariat, bivariat, hingga multivariat. Untuk mendapatkan
odds ratio
digunakan analisis regresi logistik kondisional dari semua
faktor risiko yang diteliti. Kemudian dilakukan
modelling yang sesuai.
L. Uji coba kuesioner dan uji reliabilitas pemeriksaan kadar kreatinin serum Untuk menyempurnakan instrumen penelitian dan kelancaran penelitian, sebelum dilakukan pengumpulan data sesungguhnya dilakukan uji coba kuesioner dan alur pengumpulan data di RS yang bukan merupakan lokasi penelitian sesungguhnya yaitu RS PGI Cikini. Uji coba dilakukan pada 6 Juni 2014. Hasil uji coba kuesioner dan alur pengumpulan data menunjukkan bahwa ada kendala untuk mendapatkan kontrol komunitas yang sepadan jenis kelamin dengan kasus dan tidak sedarah. Selain itu didapatkan pula kendala dalam menskrining dan merekrut subyek di poliklinik karena keterbatasan waktu calon subyek dan kecilnya kemungkinan mendapatkan kontrol komunitas dari subyek di poliklinik. Data laboratorium yang diperlukan bagi kontrol rumah sakit dari rekam medik banyak yang tidak lengkap. Dalam hal instrumen pengumpulan data, beberapa loncatan pertanyaan di kuesioner masih perlu diperbaiki serta redaksi pertanyaan terutama di bagian H perlu direvisi karena sulit dimengerti oleh subyek. Sebagai tindak lanjut dari uji coba kuesioner dan alur pengumpulan data, maka dilakukan amandemen protokol pertama kepada Komisi Etik Penelitian
Kesehatan
Badan
Litbang
Kesehatan
untuk
beberapa
perubahan
yaitu:
mengeluarkan faktor genetik dari variabel faktor risiko yang diteliti karena kriteria kontrol komunitas tidak lagi dibatasi harus tidak sedarah dengan kasus, penetapan status diabetes mellitus pada kontrol komunitas cukup dengan HbAIC saja tanpa kadar gula darah sewaktu dan bagi calon subyek kontrol yang tidak mempunyai data laboratorium lengkap tentang status fungsi ginjal akan diperiksakan kadar kreatinin dan urinalisisnya.
12
Oleh karena penelitian dilakukan di 4 RS berbeda maka dilakukan uji reliabilitas kadar kreatinin serum di keempat laboratorium RS terkait dan Lab Nasional Badan Litbangkes. Untuk itu diperiksakan 5 serum darah pasien hemodialisis dari RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan 5 serum dari relawan peneliti Badan Litbang Kesehatan. Naskah penjelasan dan PSP terlampir. Uji reliabilitas dilaksanakan pada 4 Juli 2014. Hasil uji reliabilitas menunjukkan korelasi kadar kreatinin pada subyek PGK dari kelima laboratorium cukup baik (rhoc > 0,907). Korelasi kadar kreatinin pada subyek normal dengan baku emas hasil dari laboratorium RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo menunjukkan korelasi yang kecil dengan hasil laboratorium dari RSPAD (rho c = 0,118). Hasil dari RSPAD Gatot Soebroto cenderung lebih tinggi
(average ciijference = 0.196)
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Namun demikian untuk penelitian ini, tujuan pemeriksaan kadar kreatinin pada calon subyek kontrol adalah untuk menyingkirkan diagnosis PGK sehingga perbedaan ini tidak memengaruhi proses perekrutan subyek kontrol (non PGK).
13
M. Alur pengumpulan data
KASUS
Setiap mendapat 1 kasus, dipilih 1 kontrol RS dan 1 kontrol komunitas yang sepadan jenis kelamin *Dilakukan pada subyek yang tidak mempunyai data urinalisis dan kreatinin 3 bulan terakhir Gambar 2. Alur Penelitian
14
N. Ijin atau Rekomendasi Penelitian Ijin penelitian dimintakan kepada Kementerian Dalam Negeri dan rumah sakit lokasi penelitian. Rekomendasi penelitian dengan nomor 440.02/1017.DI tertanggal 28 Mei 2014 diberikan oleh Direktorat Jendral Kesatuan Bangsa dan Politik, Kemendagri (lampiran 8). Ijin penelitian juga diberikan oleh keempat RS lokasi penelitian yaitu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Soebroto DITKESAD. RSUP Fatmawati, dan RSUP Persahatan (lampiran 9-12).
O. Persetujuan Etik Penelitian Persetujuan etik penelitian didapatkan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan dengan nomor: LB.02.01/5.2/KE. 174/2014 tertanggal 29 April 2014. Keempat rumah sakit lokasi penelitian menerima dan mengakui persetujuan etik penelitian yang sudah ada sehingga tidak dimintakan lagi dari komisi etik setempat. Penelitian ini melibatkan manusia sebagai subyek dan telah mengikuti prinsip-prinsip etika dan kualitas sesuai Deklarasi Helsinki.
P. Keterbatasan Penelitian Kriteria non PGK ditentukan berdasarkan keadaan tidak ada gangguan fungsi ginjal (tidak ada kelainan darah dan urin yaitu e-LFG > 60 ml/menit dan urinalisis normal) tanpa melakukan pemeriksaan pencitraan//w<3gwg untuk menentukan ada tidaknya kelainan struktur karena keterbatasan anggaran dan mempertimbangkan fisibilitas pelaksanaan.
15
III.
HASIL
Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan setelah dilakukan koordinasi antara tim peneliti dari Badan Litbang Kesehatan dengan tim peneliti dari rumah sakit lokasi penelitian serta penyamaan persepsi mengenai protokol penelitian, prosedur pengumpulan data, dan pemahaman instrumen penelitian. Kegiatan pengumpulan data serentak dimulai pada 14 Agustus 2014 hingga 31 Oktober 2014. Setelah melalui proses skrining subyek, didapatkan 429 subyek kasus, 429 subyek kontrol rumah sakit, dan 240 subyek kontrol komunitas yang memenuhi kriteria. Gambaran jumlah subyek skrining dan subyek yang memenuhi kriteria dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 3. Skrining dan rekrutment subyek kasus, kontrol RS, dan kontrol komunitas Calon subyek kasus yang tereksklusi adalah karena penghitungan e-GFR yang kurang tepat sehingga terekrut subyek kasus dengan e-GFR < 60ml/menit. Sebagian besar calon subyek kontrol RS dan kontrol komunitas yang tereksklusi adalah karena hasil urinalisis yang diperiksakan belum dapat menyingkirkan kemungkinan diagnosis PGK. Sebaran subyek dari ketiga kelompok menurut rumah sakit lokasi penelitian tercantum dalam Tabel 1. Jumlah subyek kasus dan kontrol RS melebihi besar sampel minimal (429 dari target 407 untuk tiap kelompok) dan berpadanan jenis kelamin. Namun demikian, jumlah subyek kontrol komunitas hanya berhasil mencapai 59% besar sampel minimal karena kendala teknis dan waktu.
16
Tabel 1. Sebaran subyek menurut rumah sakit lokasi penelitian Rumah Sakit
Kasus n (%)
Kontrol Rumah Sakit n (%)
Kontrol Komunitas n (%)
RSUPN CM
102 (23,8)
102 (23.8)
51 (21.3)
RSPAD GS
100 (23,3)
100 (23,3)
50 (20.8)
RSUP Fatmawati
125 (29.1)
125 (29.1)
97 (40,4)
RSUP Persahabatan
102 (23,8)
102 (23.8)
42(17,5)
Total
429(100)
429(100)
240(100)
Sebanyak 70,2 % kasus didapatkan dari unit hemodialisis dan 83,2 % kontrol rumah sakit didapatkan di ruang rawat inap. Sebanyak 33 (7,7 %) subyek kasus berada dalam stadium 3 PGK, 34 (7,9 %) dalam stadium 4, dan 362 (84.4 %) dalam stadium 5. Tidak semua subyek kasus dalam stadium 5 menjalani hemodialisis. Ada 329 (90,9 %) subyek kasus stadium 5 yang menjalani hemodialisis. Sebagian besar (73,7 %) subyek melakukan hemodialisis 2 kali per minggu dengan selang waktu antara 3—4 hari. Sebagian besar subyek, 93,5 % kasus, 97,0 % kontrol RS, dan 62,5 % kontrol komunitas, memanfaatkan sumber pembiayaan dari jaminan kesehatan nasional (JKN) saat sakit. JKN mencakup pembiayaan dari asuransi kesehatan dari PT. Askes, jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), dan jaminan kesehatan daerah (jamkesda). Selebihnya menggunakan biaya sendiri, asuransi swasta, atau penggantian oleh perusahaan tempat subyek bekerja. Karakteristik sosio-demografi dari subyek pada ketiga kelompok tercantum pada Tabel 2. Pembagian kelompok umur berdasarkan pembagian kuintil umur dari 1.
098 subyek yang memenuhi kriteria. Kasus lebih banyak pada kelompok usia lebih
tinggi sementara sebaran kontrol RS hampir merata pada kelima kelompok umur, sedangkan kontrol komunitas lebih banyak berusia muda. Subyek kelompok kasus dan kontrol berpadanan jenis kelamin. Jumlah laki-laki dan perempuan cukup berimbang pada masingmasing kelompok. Sebagian besar subyek berpendidikan tamat SMA ke atas, baik pada kelompok kasus, kontrol RS, maupun kontrol komunitas. Jenis pekerjaan subyek lebih banyak yang tidak bekerja (termasuk ibu rumah tangga), diikuti pegawai (baik PNS maupun swasta), dan wiraswasta. Hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai petani, buruh, supir, dan pelajar. Tidak ada subyek yang bekerja sebagai nelayan.
Fabel 2. Karakteristik subyek kasus, kontrol RS, dan kontrol komunitas _____________________ menurut status sosio-demografi ________________ Karakteristik
Kasus (N=429) n (%)
Kontrol Rumah
Kontrol
Komunitas
Sakit (N=429) (N=240) n (%) n (%)
Umur (tahun) 16-30
34 (7,9)
102 (23.8)
98 (40.8)
31-42
62(14,5)
85 (19,8)
73 (30,4)
43-51
94 (21.9)
78(18.2)
40(16,7)
52-60
121 (28.2)
86 (20,0)
19(7,9)
61-86
118(27.5)
78(18,2)
10(4,2)
Laki-laki
218(50.8)
218(50,8)
101 (42,1)
Perempuan
211 (49,2)
211 (49,2)
139 (57,9)
Tamat PT
108 (25,2)
91 (21,2)
72 (30.0)
Tamat SMA
186 (43.4)
180 (42,0)
114(47.5)
Tamat SMP
47(11.0)
69(16,1)
25 (10,4)
Tamat SD
45 (10,5)
44(10,3)
16(6,7)
Tidak tamat SD
31 (7,2)
28 (6,5)
9 (3,8)
Tidak sekolah
12(2,8)
17(4,0)
4(L7)
Tidak bekerja
154 (35,9)
139 (32,4)
70 (29,2)
PNS
78(18.2)
48(11,2)
Pegawai swasta
71 (16,6)
80(18,6)
TNI/POLRI
18(4.2)
21 (4,9)
Petani
2 (0,5)
5(1,2)
0(0)
Buruh
10(2,3)
19(4,4)
7 (2,9)
Supir
9(2,1)
14(3,3)
2 (0,8)
Wiraswasta
39 (9,1)
59(13,8)
Pelajar
8(1.9)
13(3,0)
23 (9,6)
Pensiunan
40 (9,3)
31 (7,2)
2 (0,8)
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan 15(6,3) 73 (30,4) 1 (0,4)
47(19,6)
Analisis faktor risiko penyakit ginjal yang semula direncanakan akan dilakukan dalam 2 kelompok yaitu antara kasus dengan kontrol RS dan antara kasus dengan kontrol komunitas, hanya dapat dilakukan pada analisis kelompok pertama (429 kasus dengan 429 kontrol RS) karena besar sampel minimal untuk kontrol komunitas tidak terpenuhi. Sebagai alternatif, analisis kedua dilakukan antara 429 kasus dengan 429 kontrol RS dan 240 kontrol komunitas. Jadi ada 240 kasus dengan 2 kontrol (kontrol RS dan kontrol komunitas) dan 189 kasus dengan I kontrol saja yaitu kontrol RS.
18
Distribusi frekuensi variabel-variabel yang akan dianalisis sebagai faktor risiko PGK pada setiap kelompok adalah seperti tercantum dalam Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi frekuensi subyek kasus, kontrol RS. dan kontrol komunitas menurut riwayat PGK pada keluarga sedarah, perilaku konsumsi air, minuman berisiko, obat NSAID, jamu, merokok, dan riwayat penyakit Variabel
Kasus (N=429)
1
Riwayat PGK pada keluarga sedarah
2
Volume air minum (ml/hari)
3 4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16
2001-7500 1001-2000 100-1000 Kualitas air yang kurang baik Frekuensi minum kopi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minum teh Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minum coklat Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman berenergi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman bersoda Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman beralkohol Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Minum obat NSAID Minum jamu pegal linu & pelangsing Merokok Gangguan ginjal (PN/GN/SN) Hipertensi Diabetes melitus Batu ginjal
Kontrol Rumah
Kontrol Komunitas
Sakit
(N=240)
n (%) 64(14,9)
(N=429) n (%) 26 (6,1)
n (%) 206 (85,8)
68(15,9) 194 (45,2) 167 (38,9) 15(3,5)
137(31,9) 249 (58,0) 43 (10,0) 7(1,6)
49 (20,4) 151 (62,9) 40(16,7) 2 (0,8)
184 (42,9) 90 (21.0) 155 (36,1)
190 (44,3) 113(26,3) 126 (29,4)
88 (36,7) 84 (35,0) 68 (28,3)
43(10,0) 102 (23,8) 284 (66,2)
49(11,4) 154 (35,9) 226 (52,7)
18(7,5) 115(47,9) 107 (44,6)
333 (77,6) 77(17,9) 19(4,4)
345 (80.4) 75(17,5) 9(2,1)
152 (63,3) 76 (31,7) 12(5,0)
298 (69,5) 87 (20,3) 44(10,3)
342 (79,7) 76(17,7) 11 (2,6)
174 (72,5) 55 (22,9) 11 (4,6)
208 (48,5) 173 (40,3) 48(11,2)
267 (62,2) 150 (35,0) 12(2,8)
108 (45,0) 125 (52,1) 7 (2,9)
375 (87.4) 42 (9,8) 12(2,8) 86 (20,0) 142 (33,1)
389 (90.7) 31 (7,2) 9(2,1) 74(17,2) 91 (21,2)
201 (83.8) 36(15,0) 3(1,3) 43(17.9) 46(19,2)
192 (44,8) 30 (7,0) 206 (48.0) 145 (33,8) 58(13.5)
173 (40,3) 4 (0,9) 89 (20,7) 74(17,2) 12(2.8)
101 (42,1) 2 (0,8) 35(14,6) 11 (4,6) 4(1.7) 19
Riwayat PGK pada keluarga sedarah yang mencerminkan faktor genetik hanya dianalisis pada analisis pertama antara kelompok kasus dengan kontrol RS. Analisis kedua tidak memasukkan faktor tersebut karena sebagian besar kontrol komunitas merupakan keluarga sedarah dari kasus. Kebiasaan kurang minum (<1000 ml/hari) lebih banyak pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebagian besar kualitas air minum subyek termasuk baik, yaitu tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berbusa, dan tidak berasa.
% subyek kasus mengonsumsi air kemasan atau air PAM, 57,8 % pada kelompok kontrol RS dan 64,2 % pada kelompok kontrol komunitas. Selebihnya mengonsumsi air isi Sebanyak 54
ulang atau air tanah/sumur atau kombinasi dari keempat jenis air tersebut. Proporsi subyek pada ketiga kelompok tersebut dalam hal minum kopi hampir sama di 3 kategori yang ada. Kebiasaan minum teh >lx/hari ada pada sekitar 50% dari subyek dari ketiga kelompok. Hanya sedikit subyek yang mempunyai kebiasaan minum minuman coklat, demikian juga dengan minuman berenergi. Namun demikian, porporsi subyek kelompok kasus yang minum >lx/hari lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Sekitar setengah dari subyek pernah minum minuman bersoda dengan frekuensi yang bervariasi. Proporsi subyek kasus yang minum minuman bersoda >lx/hari lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Kebiasaan minum minuman beralkohol hanya sekitar 10
% dari subyek, hampir sama pada
ketiga kelompok subyek. Kebiasaan minum obat NSAID pada subyek saat merasa nyeri/sakit berulang karena sakit kepala atau sakit gigi atau rematik/encok/nyeri sendi berkisar antara 17,2 % hingga 20,0 %, lebih tinggi pada kelompok kasus. Subyek yang pernah minum jamu pegal linu atau jamu pelangsing juga lebih banyak pada kelompok subyek dibandingkan kelompok kontrol. Kebiasaan merokok ada pada sekitar 40 % subyek, baik yang masih aktif merokok maupun yang sudah berhenti merokok. Proporsi penyakit gangguan ginjal, hipertensi, diabetes melitus, dan batu ginjal tampak lebih tinggi pada kelompok kasus dibandingkan dengan kedua kelompok kontrol. Variabel penyakit ginjal berupa pielonefritis kronik, glomerulonefritis kronik, dan sindroma nefrotik tidak dapat dianalisis secara terpisah karena jumlah kasus yang terlalu sedikit. Oleh karena itu dibuat variabel baru yaitu gangguan ginjal dengan definisi operasional:pernah didiagnosis pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik atau sindroma nefrotik oleh dokter sebelum didiagnosis
20
PGK (bagi subyek kasus) atau selama ini (bagi subyek kontrol) dengan koreksi tahun terdiagnosis dibandingkan dengan tahun terdiagnosis PGK (pada kasus). Koreksi tahun terdiagnosis juga dilakukan untuk variabel hipertensi, diabetes melitus, dan batu ginjal. Jika tahun terdiagnosis penyakit sama dengan tahun terdiagnosis PGK maka penyakit tersebut tidak dianggap sebagai mengalami penyakit sebelum sakit PGK.
Analisis pertama: kasus dengan kontrol RS Sesuai rencana analisis, dilakukan analisis faktor risiko dari 429 kasus dengan 429 kontrol RS yang sepadan jenis kelamin. Besar sampel kedua kelompok ini mencukupi besar sampel minimal yang diperlukan. Untuk analisis pertama ini, faktor genetik dari pertanyaan riwayat mengalami PGK pada keluarga sedarah dapat dianalisis sebagai salah satu faktor risiko karena membandingkan subyek kasus dengan kontrol rumah sakit. Subyek kontrol RS yang dipilih dari pasien di RS baik rawat inap maupun rawat jalan, tidak'ada hubungan darah dengan subyek kasus. Hasil analisis bivariat menunjukkan 10 dari 17 faktor yang diteliti berisiko secara bermakna untuk mengalami PGK dengan kisaran OR 1,43 hingga 7,50. Kesepuluh faktor tersebut yaitu bertambahnya umur, ada riwayat PGK pada keluarga sedarah, volume air minum < 2000ml/hari, frekuensi konsumsi minuman berenergi > lx/hari, pernah konsumsi minuman bersoda, pernah minum jamu pegal linu atau jamu pelangsing, pernah didiagnosis gangguan ginjal, hipertensi, diabetes melitus, dan batu ginjal. Faktor dengan OR tertinggi adalah gangguan ginjal, diikuti konsumsi air minum dengan volume <1000 ml/hari, umur lanjut, dan pernah didiagnosis batu ginjal. Risiko PGK meningkat seiring dengan meningkatnya umur. Risiko PGK juga semakin meningkat dengan semakin sering/tingginya frekuensi minum minuman berenergi atau minuman bersoda. Di antara 4 jenis penyakit yang diteliti, risiko PGK lebih tinggi pada subyek yang pernah didiagnosis gangguan ginjal, diikuti batu ginjal, hipertensi, dan diabetes melitus. Tujuh faktor lainnya yaitu kualitas air minum yang kurang baik, minum kopi, minum teh, minum minuman coklat, minum minuman beralkohol, minum obat NSAID, dan kebiasaan merokok tidak bermakna secara statistik sebagai risiko terhadap PGK. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.
21
Tabel 4. Risiko PGK menurut 17 faktor yang diteliti pada subyek kontrol RS dibandingkan dengan subyek kasus
1
2 3
4 5
6
7
8
9
10
11 12 13 14 15 16 17
Variabel
OR (95% Cl)
P
31-42
3,06(1,66-5,67)
0,0001
1,77(1,18-2,64) 7,53 (4.60- 12,33) 2,14 (0.87-5,26) 1
0,005 0,0001 0,096
0,84 (0.60-1,19) 1,26 (0,92-1,73) 1
0,331 0,149
0,72 (0,44-1,18) 1,40 (0,89-2,18) 1
0,193 0,144
1,05 (0,74- 1,49) 2,26 (0,98-5,21) 1
0,778 0,055
1,38(0,96-1,98) 4,68 (2,33-9,39) 1
0,083 0,0001
1,43 (1,07- 1,92) 4,49 (2,37-8,54) 1
0,014 0,0001
1.45 (0,87-2,39) 1.41 (0.59-3,36) 1,21 (0,85-1,73) 1,94(1,40-2,70) 1,39 (0,96-2,00) 7,50 (2,64-21,29) 3,21 (2,36-4,37) 2,45 (1,76-3,41) 5,60 (2,86-10,98)
0,151 0,442 0,282 0.0001 0,080 0,0001 0,0001 0,0001 0,0001
Kelompok umur (tahun) 16-30 43-51 52-60 61-86 Riwayat PGK pada keluarga sedarah Volume air minum (ml/hari) 2001-7500 1001-2000 100-1000 Kualitas air yang kurang baik Frekuensi minum kopi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minum teh Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minum coklat Tidak pernah < 1 x/hari > lx/hari Frekuensi minuman berenergi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman bersoda Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman beralkohol Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Minum obat NSAID Minum jamu pegal linu & pelangsing Merokok Gangguan ginjal (PN/GN/SN) Hipertensi Diabetes melitus Batu ginjal
1
5,29 (2.89-9.70) 6.14(3,38-11,13) 6.75 (3,69- 12,33) 3,11 (1.83-5,30) 1
0.0001 0,0001 0,0001 0,0001
Enam belas dari 17 faktor yang diteliti berpotensi untuk dianalisis lebih lanjut kecuali faktor minum obat NSAID. Hasil analisis multivariat terlihat pada label 5 berikut.
22
l abel 5. Faktor risiko PGK hasil analisis antara 429 kasus dengan 429 kontrol RS
I
Variabel
OR adjusted (95% Cl) 1 2,44(1,12-5,33)
0,025
43-51 52-60 61-86 Riwayat PGK pada keluarga sedarah
3,54(1,56-7,99) 3,97(1,75-9,00) 5.13(2,19-12,00) 2,58(1,25 -5,35) 1 1.68 (1,00-2,80)
0,002 0,001 0,0001 0,010 0,049
6,86 (3,74-12,58) 1 1,39 (0,82-2.34)
0,0001 0.224
4,30(1,57-11,73) 1 1,68 (1,08-2,62)
0,004 0,022
5,36 (2,32-12.39) 1,35 (0,83 -2,20) 1,48 (0,84-2,59)
0,0001 0,230 0,173
9,37 (2,21 -39,70) 2,05 (1,35-3,11) 1,97(1,23-3,14) 3.45 (1,34-8.86)
0,002 0,001 0,005 0,010
Kelompok umur (tahun) 16-30 31-42
2 3
Volume air minum (ml/hari) 20017500 1001-2000 • 100-1000
4
Frekuensi minuman berenergi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari
5
Frekuensi minuman bersoda Tidak pemah < lx/hari > lx/hari Minum jamu pegal linu & pelangsing Merokok Gangguan ginjal (PN/GN/SN) Hipertensi Diabetes melitus Batu ginjal
6 7 8 9 10 11
Hasil multivariat menunjukkan konsumsi minuman kopi, teh, coklat, dan minuman beralkohol serta kualitas air yang kurang baik tidak terbukti secara statistik sebagai faktor risiko terjadinya PGK. Ada 9 faktor yang berisiko secara bermakna terhadap PGK yaitu bertambahnya umur, ada riwayat PGK pada keluarga sedarah, minum air < 2000 ml/hari, konsumsi minuman berenergi > lx/hari, pernah konsumsi minuman bersoda, pemah didiagnosis gangguan ginjal, hipertensi, diabetes melitus, dan batu ginjal dengan kisaran
adjusted
OR 1,97 hingga 9,37. Faktor yang paling dominan adalah pernah didiagnosis
gangguan ginjal diikuti kebiasaan minum air putih < 1000 ml/hari, dan kebiasaan konsumsi minuman bersoda > lx/hari. Faktor minum jamu pegal linu dan pelangsing serta perilaku merokok tidak dapat dikeluarkan dari model walaupun tidak bermakna secara statistik sebagai faktor risiko PGK.
Analisis kedua: kasus dengan kontrol (kontrol RS dan kontrol komunitas) Dilakukan analisis faktor risiko dari 429 kasus dengan 669 kontrol (429 kontrol RS dan 240 kontrol komunitas) yang sepadan jenis kelamin. Untuk analisis kedua.
faktor genetik tidak dapat diikutkan karena ada kelompok kontrol komunitas yang sebagian besar adalah keluarga sedarah dari kasus. Hasil analisis bivariat dari 16 variabel bebas terhadap PGK adalah seperti tampak pada Tabel 6. Tabel 6. Risiko PGK menurut 16 faktor yang diteliti pada subyek kontrol (kontrol RS ditambah kontrol komunitas) dibandingkan dengan subyek kasus OR (95% Cl)
Kelompok umur (tahun) 16-30 31-42
1 2,42(1.47-4,00)
P
43-51 52-60 61-86
4,36 (2,70 - 7,03) 5,90 (3,66-9,49) 8.29 (4,98-13,79) 1 1,45 (1,01 -2,07)
0.0001 0,0001 0,0001 0,043
5,92 (3.87-9,04) 2,32 (1,01-5,37) 1 0.71 (0.52-0,98)
0,0001 0,049 0,036
1,16(0,87- 1.56) 1 0,61 (0,39-0,98)
0,324 0,041
1,42 (0,74-2,75) 1 0,77 (0,56- 1,05)
0,113 0,103
1,42 (0,98-5,21) 1 1,22 (0,88-1,68)
0,292 0,240
3,33 (1,92-5,76) 1 1,17 (0.89-1,53)
0,0001 0,265
Frekuensi minuman beralkohol Tidak pernah < lx/hari
4.27 (2,47-7,38) 1 1.03 (0.65-1.61)
0,0001 0,912
10 11
> lx/hari Minum obat NSAID Minum jamu pegal linu & pelangsing
1,65 (0,73-3,73) 1,29 (0,94-1.79) 2,08 (1,54-2,80)
0,231 0,119 0,0001
14 15 16
Hipertensi Diabetes melitus Batu ginjal
3,56 (2,69-4,71) 3.49(2.53-4.82) 6.36(3.46-11,69)
0.0001 0.0001 0,0001
1
2
3 4
5
6
7
8
9
12 13
Variabel
Volume air minum (ml/hari) 2001-7500 1001-2000 100-1000 Kualitas air yang kurang baik Frekuensi minum kopi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minum teh Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minum coklat Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman berenergi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman bersoda Tidak pernah < lx/hari > lx/hari
Merokok Gangguan ginjal (PN/GN/SN)
1,18 (0.85 -1.66) 7,22 (2,98- 17,47)
0.001
0.321 0.0001
24
Hasil analisis menunjukkan 10 dari 16 faktor yaitu bertambahnya umur, volume air minum < 2000ml/hari. kualitas air yang kurang baik, frekuensi konsumsi minuman berenergi > lx/hari, frekuensi konsumsi minuman bersoda > lx/hari, pernah minum jamu pegal linu atau pelangsing, pernah didiagnosis gangguan ginjal, hipertensi, diabetes melitus, dan batu ginjal, berisiko secara bermakna untuk mengalami PGK dengan kisaran OR 1,45 hingga 8,29. Dua faktor yaitu minum kopi dan minum teh < 1 x/hari merupakan faktor protektif terhadap PGK dibandingkan dengan tidak pernah minum kopi atau teh. Empat faktor lain yaitu konsumsi minuman coklat, minuman beralkohol, konsumsi obat NSA1D, dan perilaku merokok tidak bermakna sebagai faktor risiko PGK. Lima belas dari 16 faktor yang diteliti berpotensi untuk dianalisis lebih lanjut kecuali faktor merokok. Hasil analisis multivariat terlihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Faktor risiko PGK hasil analisis antara 429 kasus dengan 429 kontrol RS dan 240 kontrol komunitas
1
2
3
4
5
6
7 8 9 10
Variabel Kelompok umur (tahun) 16-30 31-42 43-51 52-60 61-86
adjusted
OR (95 % CI) p 1 2,15(1,18-3,91)
0,012
2,73 (1,49-5,01) 3,62 (1,95 -6,69) 5,60 (2,79- 11,36) 1 1,54 (0,96-2,45)
0,001 0,0001 0,0001 0,072
6,05 (3,47 - 10,56) 1 0,61 (0,33-1,12)
0,0001 0,108
0,89 (0,50- 1,59) 1 1.40 (0.88-2,22)
0,693 0,156
Frekuensi minuman bersoda Tidak pernah < lx/hari
3,74(1,71-8.18) 1 1,58 (1,06-2,37)
0,001 0,026
> lx/hari Minum jamu pegal linu & pelangsing
6,45 (3.07- 13,56) 1,56 (1,02-2,38)
0,0001 0.042
Volume air minum (ml/hari) 2001-7500 1001-2000 100-1000 Frekuensi minuman teh Tidak pernah < lx/hari > lx/hari Frekuensi minuman berenergi Tidak pernah < lx/hari > lx/hari
Gangguan ginjal (PN/GN/SN) Hipertensi Diabetes melitus Batu ginjal
8,17(2,50-26,71) 2,14(1.47-3,12) 2,65(1.71 -4,13) 3,03 (1.38-6.66)
0.001 0,0001 0,0001 0,006
25
Hasil multivariat menunjukkan konsumsi minuman kopi, coklat, beralkohol, konsumsi obat NSAID. dan kualitas air yang kurang baik tidak terbukti secara statistik sebagai faktor risiko terjadinya PGK. Ada 9 faktor yang berisiko secara bermakna terhadap PGK yaitu bertambahnya umur, minum air < 1000 ml/hari, konsumsi minuman berenergi > lx/hari, pernah konsumsi minuman bersoda, pernah minum jamu pegal linu dan pelangsing, pernah didiagnosis gangguan ginjal, hipertensi, diabetes melitus, dan batu ginjal dengan kisaran
adjusted OR 1,56
hingga 8,17. Faktor paling dominan adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal, diikuti kebiasaan konsumsi minuman bersoda > lx/hari, dan kebiasaan minum air putih < 1000 ml/hari.
26
IV.
PEMBAHASAN
Hasil analisis pertama dan kedua menunjukkan subyek yang pernah didiagnosis gangguan ginjal berisiko paling tinggi untuk terjadi PGK dibandingkan dengan yang tidak pernah. Gangguan ginjal berupa pieolonefritis kronik atau glomerulonephritis kronik, atau sindroma nefrotik merupakan gangguan pada ginjal yang dapat sembuh namun jika terjadi berulang dan kronis akan menurunkan fungsi ginjal. Di beberapa negara Asia Pasifik seperti Jepang. Australia, dan India, glomerulonefritis kronik sudah bukan merupakan penyebab utama dari penyakit ginjal kronik stadium akhir (gagal ginjal) namun masih predominan di negara China, Malaysia, dan juga Indonesia.
10,11
Penyakit pada glomerulus maupun tubulointersisial
ginjal akibat infeksi maupun paparan terhadap obat atau bahan toksik terhadap ginjal masih merupakan penyebab yang umum di negara berkembang.1“ Kebiasaan minum air putih tidak lebih dari 1000 ml per hari juga meningkatkan risiko terjadi PGK dibandingkan dengan yang minum lebih dari 2000 ml. Keadaan dehidrasi memperberat kerja ginjal. Kurang minum akan memperberat dehidrasi apalagi pada orang yang minum obat anti hipertensi yang bersifat diuretik. Dalam kondisi tubuh yang tidak sehat atau sakit akut, konsumsi obat ACE inhibitor atau ARB atau diuretik atau NSA1D juga dapat memperburuk fungsi ginjal.
13
Minum air yang cukup akan mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu ginjal yang dapat menambah risiko terjadi PGK. Minum minuman bersoda >lx/hari meningkatkan risiko PGK dibandingkan dengan yang tidak pernah minum. Hasil analisis 3 kohor pada 194.095 partisipan menunjukkan bahwa konsumsi minuman cola dengan pemanis gula dan minuman non cola dengan pemanis gula berisiko 23% dan 33% lebih tinggi menyebabkan batu ginjal dibandingkan dengan yang konsumsi
minuman tersebut. Fruktose meningkatkan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat dalam urin, yang dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Hasil analisis 3 kohor tersebut juga menunjukkan bahwa minum kopi baik dengan kafein maupun dekafein serta teh mempunyai risiko yang lebih rendah untuk mengalami batu ginjal. Penelitian lain menunjukkan
odds ratio
PGK meningkat 2,59 kali pada subyek yang minum soda >1 porsi per hari dan kadar asam urat serum >0,9mg/dL. Konsumsi soda berpemanis gula yang banyak (>1 porsi sehari) berhubungan dengan prevalensi hiperurisemia dan PGK tapi tidak dengan insiden hiperurisemia dan PGK.
1x16
27
Minum minuman berenergi juga berisiko untuk terjadi PGK. Frekuensi minum >lx/hari berisiko 4,30 (1,57—11,73) kali dibandingkan dengan yang tidak pernah minum. Penelitian Hidayati, dkk1' di Yogyakarta menunjukkan konsumsi minuman suplemen berenergi berisiko 6,63 (95%CI 2,53—17,53) terhadap PGK. Setiap kemasan minuman berenergi rata-rata mengandung sekitar 50 mg kafein, 1000 mg taurine, 400 mg glueuronolaetone, 25 g glukosa/sukrosa, dan beberapa tambahan vitamin terutama vitamin B.
European Food Safety
Authority (EFSA) melakukan kajian terhadap taurine dan glueuronolaetone yang merupakan salah satu zat yang terkandung dalam minuman berenergi. Hasil kajian menunjukkan bahwa paparan hingga 1400 mg taurine/hari (23,3 mg/kg bb/hari untuk orang dengan BB 60 kg) dan 840 mg D-glucurono-y-lactone/hari (14 mg/kg bb/hari untuk orang dengan BB 60 kg) bukan merupakan masalah dalam hal keamanan. Panel penilai juga mengkonfirmasi NOAEL
(no observable adverse effect level)
taurine 1000 mg /kg BB/hari untuk terjadi perubahan
patologis dan 1500 mg/kg BB/hari untuk menimbulkan efek perilaku. Juga disampaikan bahwa tidak ada interaksi antara taurin dengan kafein dalam merek aluretik Kafein menstimulasi mental dan fisik. Kafein memblok adenosine (suatu zat di otak yang memicu tidur) dan mengeluarkan adrenalin. Taurin atau 2- aminoethanesulfonic acid, suatu asam amino alami yang dapat dihasilkan oleh tubuh manusia, terdapat di usus kecil dan empedu, namun ada pula bentuk sintetisnya. Taurine adalah antioksidan yang membantu menyalurkan mineral ke sistem dan memicu rangsangan pada saraf. Glueuronolaetone adalah zat kimia alami jenis karbohidrat pada jaringan ikat yang bersifat stimulan dengan efek anti depresan ringan untuk membantu meningkatkan memori dan konsentrasi. Minum jamu pegal linu atau jamu pelangsing juga meningkatkan risiko terjadi PGK sebesar 1,56 (1.02—2,38) kali dibandingkan dengan yang tidak minum. Pemanfaatan obat tradisional termasuk jamu semakin meningkat terutama di negara berkembang sebagai alternatif dan komplementer pengobatan. Moda pengobatan tradisional ini terutama dilakukan secara turun temurun dari ramuan nenek moyang walaupun saat ini penelitian-penelitian untuk mendapatkan bukti ilmiah keamanan dan kemanfaatannya sudah mulai banyak dilakukan termasuk di negara maju. Hasil survei nasional, Riskesdas 2013, menunjukkan 30,4 % rumah tangga di Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional dan 49% di antaranya memanfaatkan ramuan.19 Salah satu bahan aktif dalam tanaman obat yang diketahui
28
bersifat toksik terhadap ginjal adalah
aristolochic acid (AA) yang dapat menyebabkan nefritis
intersisial. A A pernah diteliti terkandung dalam herbal pelangsing. Beberapa zat dalam tanaman obat dilaporkan berefek negatif terhadap ginjal namun sebagian besar merupakan laporan kasus.2" Bukti ilmiah hubungan obat tradisional dengan PGK masih perlu diteliti lebih lanjut dengan metode yang lebih baik. Semakin bertambah umur, semakin meningkat pula risiko terjadi PGK. Umur 61-86 tahun berisiko 5,13 (2,19—12,0) kali dibandingkan dengan umur 16-30 tahun. Secara alamiah, semua fungsi organ tubuh termasuk ginjal akan menurun dengan bertambahnya umur. Riwayat PGK pada keluarga sedarah juga meningkatkan risiko PGK sebesar 2,58 (1,25—5,35) kali. Faktor umur dan riwayat keluarga dengan PGK dikatakan sebagai faktor suseptibilitas PGK, faktor yang meningkatkan kerentanan untuk mengalami PGK. Penyakit antara seperti batu ginjal, hipertensi, dan diabetes melitus juga meningkatkan risiko PGK. Sekitar seperempat pasien diabetes melitus tipe I dan 10 % penderita diabetes mellitus tipe 2 akan mengalami gangguan ginjal selain komplikasi pada organ lainnya. Ginjal tidak dapat bertahan terhadap tekanan darah tinggi dan kadar gula darah tinggi yang tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama. Kondisi diabetes, hipertensi, glomerulonefritis, dan sindroma nefrotik dapat menyebabkan stress oksidatif pada sel dan memacu respons peradangan di ginjal. Diabetes memperberat kerja ginjal melalui kerja sistem hormonal reninangiotensin- aldosteron (RAA) yang menyebabkan proses peradangan dan jaringan parut serta fibrosis di ginjal.1" Di Amerika Serikat dan Jepang, diabetes melitus dan hipertensi sudah menjadi penyebab utama PGK.
1310
Prevalensi PGK stadium 3—5 di Provinsi Golestan. Iran sebesar 4,6 %. Didapatkan bahwa hipertensi berhubungan dengan meningkatnya risiko PGK dengan OR 2,85 (95% Cl 1.77—4,59) setelah dikontrol oleh BMI dan riwayat diabetes. Risiko PGK juga meningkat dengan setiap bertambahnya umur."
1
Penyakit diabetes, hipertensi, batu ginjal, gangguan ginjal, dan toksisitas obat merupakan faktor inisiasi PGK yaitu faktor yang dapat secara langsung menginisiasi kerusakan ginjal. Faktor inisiasi ini jika tidak terkontrol akan memperburuk dan mempercepat kerusakan ginjal sehingga disebut juga sebagai faktor progresi.
29
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
Faktor risiko PGK adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal (pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik, atau sindroma nefrotik), minum air putih <1000ml/hari, minum minuman bersoda, minum minuman berenergi >Ix/hari, umur yang semakin meningkat, riwayat PGK pada keluarga sedarah, batu ginjal, hipertensi, diabetes melitus, serta minum jamu pegal linu atau pelangsing dengan kisaran
OR adjusted 1,56 hingga 9,37. Faktor risiko paling
dominan adalah pernah didiagnosis gangguan ginjal, diikuti minum air putih
lx/hari. * Sebagian besar faktor risiko PGK tersebut dapat dicegah dan dikendalikan. Kemcnterian Kesehatan perlu meningkatkan kerjasama internal maupun lintas sektoral untuk meningkatkan dan mensukseskan upaya pencegahan dan pengendalian PGK dengan fokus pada faktor-faktor risiko tersebut. Penelitian lebih lanjut untuk memperkuat bukti ilmiah faktor risiko PGK perlu dilakukan dengan fokus faktor risiko dominan.
30
DAFTAR KEPUSTAKAAN 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8. 9.
10.
11. 12. 13.
14.
15.
16.
Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease. 2013: 3: 1— 150. Prodjosudjadi W. Suhardjono. Suwitra K, Pranawa, Widiana IGR Loekman JS, et al. Detection and prevention of chronic kidney disease in Indonesia: Initial community screening. \ 2009; 14, 669—674. Hidayati T. Kushadiwijaya H. Suhardi. Hubungan antara hipertensi merokok, dan minuman suplemen energi dan kejadian penyakit ginjal kronik. Vol 24 (2): Jun 2008. Hal 90-102. Foley RN, Murray AM, Li S, Herzog CA. McBean AM, Eggers PW. Collins AJ. Chronic kidney disease and the risk for cardiovascular disease, renal replacement, and death in the United States Medicare population, 2005: 16:489-95 1998 to 1999. Levey AS, Stevens LA, Schmid CH, Zhang YL, Castro AF 3rd, Feldman HI, Kusek JW, Eggers P, Van Lente F, Greene T, Coresh J. A New Equation to Estimate Glomerular Filtration Rate. 2009: 150:604-612. Lwanga SK and Lemeshow S. Sample size determination in health studies. A Practical manual. Geneva, WHO. Sofware version by KC Lun and Peter Chiam. National University of Singapore. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Litbangkes Kemenkes RI: 2013. Report of WHO. Definition and diagnosis of diabetes melitus and intermediate hyperglycaemia. Geneva: WHO; 2006. P.9—43. National Heart. Lung, and Blood Institute. National Institute of Health, US. 2004. The seventh report of the Joint Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH Publication No. 045230, August 2004. (cited 2007 Nov 2). Available from: http://\vwv\ .nhlbi.nih.gov/guidelines/hvpertension/inc7rul I.pdf. Tsukamoto Y, Jha V, Becker G, Chen HC, Perkovic V. Prodjosudjadi W, et.al. A challenge to chronic kidney disease in Asia: The report of the second Asian Forum of 2010; 15:248—252. Chronic Kidney Disease Initiative. Prodjosudjadi W. Incidence, prevalence, treatment and cost of end-stage renal disease in Indonesia. 2006; 16: S2-SI4. 2012: 379: 165-180. Levey AS, Coresh J. Chronic kidney disease. Synder R. What You Must Know About Kidney Disease. A Practical Guide to Using Conventional and Complementary Treatments. Square One Publishers. New York. 2010. Ferraro PM. Taylor EN, Gambaro G, Curhan GC. Soda and Other Beverages and the Risk of Kidney Stone. 2013; 8: 1—7. Bomback AS. Derebail VK. Shoham DA, Anderson CA, Steffen LM, Rosamond WD, Kshirsagar AV. Sugar-sweetened soda consumption, hyperuricemia, and kidney disease. 2010: 77(7): 609—6161. Shoham DA, Durazo-Arvivu R. Kramer II. Luke A, Vupputuri S. Kshirsagar A, Cooper RS. Sugary Soda Consumption and Albuminuria:
Kidney inter., Suppl.
Nephrology
Berita
Kedokterun Masyarakat.
JAm Soc Nephrol
Ann Intern Med.
Nephrology.
Ethn. Dis.
Lancet.
Clin J Am Soc Nephrol.
Kidney Int.
31
17.
18.
Results from the National Health and Nutrition Examination Survey, 19992004. Plos One 2008; 3( 10) (e3431 ): 1—9. www.plosone.org Hidayati T, Kushadivvijaya H, Suhardi. Hubungan antara hipertensi, merokok, dan minuman suplemen energy dan kejadian penyakit ginjal kronik. 2008; 24(2): 90—102. Scientific Opinion of the Panel on Food Additives and Nutrient Sources added to Food on a request from the Commission on the use of taurine and D-giucurono-y-lactonc as constituents of the so-called ‘energy* drinks. (2009) 935, 1— 31. Laporan Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta 2010; 15: 10—17. Jha V. Herbal medicines and chronic kidney disease. Najafi I. Attari F, Islami F, Shakeri R, Malekzadeh F, Salahi R, et.al. Renal function and risk factors of moderate to severe chronic kidney disease in Golestan Province. Northeast of Iran. Plos One 2010; 5(12) (e 14216): 1—6.
Berita Kedokteran
Masyarakat.
The EFSA Journal
19. 20. 21.
Nephrology.
32
LAMPIRAN
Lampiran 1.
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol
NASKAH PENJELASAN Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan penyakit dengan kelainan bentuk atau fungsi dari ginjal yang dialami lebih dari 3 bulan. Saat ini kasus PGK semakin meningkat dan merupakan masalah kesehatan. PGK tahap akhir memerlukan tindakan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal. Kedua tindakan ini memerlukan biaya yang besar. Penelitian ini bertujuan mencari faktor risiko PGK sehingga dapat memberi masukan kepada pemegang kebijakan untuk menyusun pedoman pencegahan dan penanganan PGK. Penelitian ini dilakukan di 4 Rumah Sakit (RS) pemerintah di Jakarta kepada 1.221 orang usia > 18 tahun yang terdiri dari 407 pasien PGK, 407 pasien penyakit lain yang tidak mengalami PGK di poliklinik atau bangsal RS, dan 407 anggota keluarga atau warga yang tinggal sekitar kediaman pasien PGK dan tidak mengalami PGK. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang terpilih sebagai subyek akan diberi penjelasan mengenai penelitian ini seperti tercantum dalam lembar penjelasan ini dan dapat bertanya bila belum jelas. Jika bersedia ikut serta dalam penelitian ini, Bapak/lbu/Sdr/Sdri diminta untuk menandatangani Lembar Persetujuan setelah penjelasan. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang memenuhi kriteria akan diwawancarai oleh tim peneliti mengenai beberapa hal, antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, perilaku konsumsi, dan penyakit yang dialami selama ini. Wawancara ini akan berlangsung kira-kira setengah jam. Beberapa data kesehatan terkait PGK akan disalin dari catatan rekam medik di RS bagi Bapak/lbu/Sdr/Sdri yang mempunyai catatan rekam medik. Dengan ikut serta di dalam penelitian ini Bapak/lbu/Sdr/Sdri dapat mengetahui kondisi kesehatan dan fungsi ginjal. Sebagian dari Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang merupakan anggota keluarga atau warga yang tinggal di sekitar kediaman pasien PGK dan belum pernah dikatakan mengalami PGK akan diambil darah dan air kemihnya di Laboratorium RS untuk
33
memastikan apakah Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mengalami PGK atau kencing manis. Darah akan diambil dari siku bagian dalam sebanyak sekitar satu sendok teh. Ketika diambil darahnya, akan terasa sedikit sakit saat jarum ditusukkan ke lengan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri. Efek samping yang mungkin timbul walaupun jarang terjadi adalah kebiruan di sekitar kulit yang ditusuk jarum. Kebiruan ini akan menghilang dalam waktu 2-3 hari dan tidak berbahaya. Air kemih yang dikumpulkan sebanyak setengah pot plastik yang disediakan oleh Laboratorium atau sekitar 3 sendok makan. Bapak/l bu/Sdr/Sdri tidak perlu membayar biaya pemeriksaan laboratorium. Hasil laboratorium akan dibuat 2 rangkap: satu untuk Bapak/l bu/Sdr/Sdri dan satu lagi akan disimpan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian. Bapak/lbu/Sdr/Sdri juga akan diwawancarai selama kira-kira setengah jam oleh tim peneliti dan diukur tekanan darah. Jika Bapak/lbu/Sdr/Sdri mengalami PGK atau kencing manis atau tekanan darah tinggi, akan disarankan untuk berobat ke RS. Selain itu Bapak/lbu/Sdr/Sdri akan diberikan kompensasi biaya pengganti waktu yang hilang selama diwawancara (biaya kontak) sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah). Bagi Bapak/lbu/Sdr/Sdri yang dilakukan pemeriksaan darah akan diberikan biaya kontak pemeriksaan darah sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah). Informasi keikutsertaan Bapak/lbu/Sdr/Sdri di dalam studi ini akan dijaga kerahasiaannya. Nama Bapak/lbu/Sdr/Sdri tidak akan tercantum di dalam laporan maupun publikasi. Data hanya akan digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan penyusunan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan. Keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/I bu/Sdr/Sdri dapat memilih untuk tidak ikut serta atau dapat mengundurkan sendiri setiap saat. Identitas Bapak/lbu/Sdr/Sdri tidak akan disebarluaskan melainkan akan disimpan secara aman di Balitbangkes. Jika Bapak/lbu/Sdr/Sdri mempunyai pertanyaan tentang penelitian ini, silakan menghubungi ketua pelaksana penelitian ini, dr. Delima, M.Kes di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jl. Percetakan Negara 29, Jakarta, pada nomor telepon 021-4244375 ext 102 atau 0818901292, dan e-mail: delima a litbsnu.depkes.go.id
34
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik Studi Kasus Kontrol
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP )/Informed Consent No. Skrining Subyek : _________________No. Identitas Subyek :_________________- _____________ Saya telah membaca Naskah Penjelasan dan menerima penjelasan tentang penelitian ini. Saya telah diberi kesempatan dan waktu untuk bertanya segala sesuatu tentang penelitian ini, mendapatkan jawaban yang memuaskan, dan sudah mengerti. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya bersifat sukarela dan saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa memberikan alasan. Saya juga bersedia diambil darah dan urin serta mengizinkan penggunaan data rekam medik untuk penelitian ini bila diperlukan. Saya akan mendapatkan salinan naskah penjelasan dan lembar persetujuan ini. Saya setuju dengan hal-hal yang dijelaskan di dalam naskah penjelasan dan bersedia ikut serta di dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan ini.
(Lembar untuk subyek)
35
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP )/Informed Consenl No. Skrining Subyek : _________________ - _ No. Identitas Subyek : ________________ - _ Saya telah membaca Naskah Penjelasan dan menerima penjelasan tentang penelitian ini. Saya telah diberi kesempatan dan waktu untuk bertanya segala sesuatu tentang penelitian ini, mendapatkan jawaban yang memuaskan, dan sudah mengerti. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya bersifat sukarela dan saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa memberikan alasan. Saya juga bersedia diambil darah dan urin serta mengizinkan penggunaan data rekam medik untuk penelitian ini bila diperlukan. Saya akan mendapatkan salinan naskah penjelasan dan lembar persetujuan ini. Saya setuju dengan hal-hal yang dijelaskan di dalam naskah penjelasan dan bersedia ikut serta di dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan ini.
(Lembar antuk tim peneliti)
36
Lampiran 2. Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol Naskah
penjelasan untuk uji coba
kuesioner Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan penyakit dengan kelainan bentuk atau fungsi dari ginjal yang dialami lebih dari 3 bulan. Saat ini kasus PGK semakin meningkat dan merupakan masalah kesehatan. PGK tahap akhir memerlukan tindakan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal. Kedua tindakan ini memerlukan biaya yang besar. Penelitian ini bertujuan mencari faktor risiko PGK sehingga dapat memberi masukan kepada pemegang kebijakan untuk menyusun pedoman pencegahan dan penanganan PGK. Penelitian ini dilakukan di 4 Rumah Sakit (RS) pemerintah di Jakarta kepada 1.221 orang usia > 18 tahun yang terdiri dari 407 pasien PGK, 407 pasien penyakit lain yang tidak mengalami PGK di poliklinik atau bangsal RS, dan 407 anggota keluarga atau warga yang tinggal sekitar kediaman pasien PGK dan tidak mengalami PGK. Sebelum pelaksanaan pengumpulan data akan dilakukan uji coba kuesioner untuk mempelajari pemahaman subyek terhadap butirbutir pertanyaan dan alur pengumpulan data. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang terpilih sebagai subyek uji coba kuesioner akan diberi penjelasan mengenai penelitian ini seperti tercantum dalam lembar penjelasan ini dan dapat bertanya bila belum jelas. Jika bersedia ikut serta dalam penelitian ini, Bapak/I bu/Sdr/Sdri diminta untuk menandatangani Lembar Persetujuan setelah penjelasan. Bapak/l bu/Sdr/Sdri yang memenuhi kriteria akan diwawancarai oleh tim peneliti mengenai beberapa hal, antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, perilaku konsumsi, dan penyakit yang dialami selama ini. Wawancara ini akan berlangsung kira-kira setengah jam. Beberapa data kesehatan terkait PGK akan disalin dari catatan rekam medik di RS bagi Bapak/l bu/Sdr/Sdri yang mempunyai catatan rekam medik. Data uji coba tidak akan dianalisis namun akan digunakan untuk memperbaiki kuesioner penelitian. Dengan ikut serta di dalam uji coba kuesioner ini Bapak/I bu/Sdr/Sdri secara tidak langsung membantu upaya pencegahan dan penanganan PGK. Sebagian dari Bapak/lbu/Sdr/Sdri yang merupakan anggota keluarga atau warga yang tinggal di sekitar kediaman pasien PGK juga akan diwawancarai selama kira-kira setengah jam oleh tim peneliti dan diukur tekanan darah.
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri akan diberikan kompensasi biaya pengganti waktu yang hilang selama diwawancara (biaya kontak) sebesar Rp50.000,- (lima puluh ribu rupiah). Informasi keikutsertaan Bapak/I bu/Sdr/Sdri di dalam studi ini akan dijaga kerahasiaannya. Nama Bapak/Ibu/Sdr/Sdri tidak akan tercantum di dalam laporan maupun publikasi. Data hanya akan digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan penyusunan kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan. Keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dapat memilih untuk tidak ikut serta atau dapat mengundurkan sendiri setiap saat. Identitas Bapak/Ibu/Sdr/Sdri tidak akan disebarluaskan melainkan akan disimpan secara aman di Badan Litbang Kesehatan. Jika Bapak/Ibu/Sdr/Sdri mempunyai pertanyaan tentang penelitian ini, silakan menghubungi ketua pelaksana penelitian ini, dr. Delima, M.Kes di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jl. Percetakan Negara 29, Jakarta, pada nomor telepon 021-4244375 ext 102 atau 0818901292, dan e-mail: dei.iTii: u iitCyiii-JepAcs.uO.iJ
38
Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP )Unformed Consent No. Identitas Subyek :__________ Saya telah membaca Naskah Penjelasan dan menerima penjelasan teniang uji coba kuesioner penelitian ini. Saya telah diberi kesempatan dan waktu untuk bertanya segala sesuatu tentang penelitian ini. mendapatkan jawaban yang memuaskan, dan sudah mengerti. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya bersifat sukarela dan saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa memberikan alasan. Saya juga mengizinkan penggunaan data rekam medik untuk penelitian ini bila diperlukan. Saya akan mendapatkan salinan naskah penjelasan dan lembar persetujuan ini. Saya setuju dengan hal-hal yang dijelaskan di dalam naskah penjelasan dan bersedia ikut serta di dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan ini.
39
Lampiran 3. Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol Naskah
penjelasan untuk uji
reliabilitas pemeriksaan kadar kreatinin Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan penyakit dengan kelainan bentuk atau fungsi dari ginjal yang dialami lebih dari 3 bulan. Saat ini kasus PGK semakin meningkat dan merupakan masalah kesehatan. PGK tahap akhir memerlukan tindakan cuci darah (hemodialisis) atau cangkok ginjal. Kedua tindakan ini memerlukan biaya yang besar. Penelitian ini bertujuan mencari faktor risiko PGK sehingga dapat memberi masukan kepada pemegang kebijakan untuk menyusun pedoman pencegahan dan penanganan PGK. Penelitian ini dilakukan di 4 Rumah Sakit (RS) pemerintah di Jakarta kepada 1.221 orang usia > 18 tahun yang terdiri dari 407 pasien PGK. 407 pasien penyakit lain yang tidak mengalami PGK di poliklinik atau bangsal RS, dan 407 anggota keluarga atau warga yang tinggal sekitar kediaman pasien PGK dan tidak mengalami PGK. Oleh karena penelitian ini dilakukan di 4 RS yang berbeda, akan dilakukan uji kesamaan hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah sebelum penelitian dilaksanakan. Sebanyak 10 sampel darah akan dikumpulkan untuk diperiksa di 4 laboratorium RS dan 1 laboratorium nasional Badan Litbang Kesehatan. Bapak/Ibu/Sdr/Sdri yang terpilih untuk diperiksakan kadar kreatinin darahnya akan diberi penjelasan mengenai penelitian ini seperti tercantum dalam lembar penjelasan ini dan dapat bertanya bila belum jelas. Jika bersedia, Bapak/Ibu/Sdr/Sdri diminta untuk menandatangani Lembar Persetujuan setelah penjelasan. Darah akan diambil dari siku bagian dalam sebanyak sekitar satu sendok teh. Ketika diambil darahnya, akan terasa sedikit sakit saat jarum ditusukkan ke lengan Bapak/I bu/Sdr/Sdri. Efek samping yang mungkin timbul walaupun jarang terjadi adalah kebiruan di sekitar kulit yang ditusuk jarum. Kebiruan ini akan menghilang dalam waktu 2-3 hari dan tidak berbahaya.Dengan ikut serta di dalam uji reliabilitas ini Bapak/I bu/Sdr/Sdri dapat mengetahui kadar kreatinin darah Bapak/I bu/Sdr/Sdri. Informasi keikutsertaan Bapak/I bu/Sdr/Sdri di dalam uji ini akan dijaga kerahasiaannya. Nama Bapak/Ibu/Sdr/Sdri tidak akan tercantum di dalam laporan maupun publikasi. Data hanya akan digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan. Keikutsertaan dalam uji ini bersifat sukarela.
40
Bapak/Ibu/Sdr/Sdri dapat memilih untuk tidak ikut serta atau dapat mengundurkan sendiri setiap saat. Identitas Bapak/I bu/Sdr/Sdri tidak akan disebarluaskan melainkan akan disimpan secara aman di Badan Litbang Kesehatan. Jika Bapak/I bu/Sdr/Sdri mempunyai pertanyaan tentang uji ini, silakan menghubungi ketua pelaksana penelitian ini, dr. Delima, M.Kes di Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, JI. Percetakan Negara 29, Jakarta, pada nomor telepon 021-4244375 ext 102 atau 0818901292, dan e-mail: boehmi.L\ilmicpko. co.id
41
Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik - Studi Kasus Kontrol
Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP )/Informed Consent No. Identitas Subyek : _________________________ Saya telah membaca Naskah Penjelasan dan menerima penjelasan tentang uji reliabilitas pemeriksaan kadar kreatinin darah ini. Saya telah diberi kesempatan dan waktu untuk bertanya segala sesuatu tentang penelitian ini, mendapatkan jawaban yang memuaskan, dan sudah mengerti. Saya menyadari bahwa keikutsertaan saya bersifat sukarela dan saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa memberikan alasan. Saya akan mendapatkan salinan naskah penjelasan dan lembar persetujuan ini. Saya setuju dengan hal-hal yang dijelaskan di dalam naskah penjelasan dan bersedia ikut serta di dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan ini.
42
Lampiran 4. No. Skrining : ___ 1 - ________
No. Subyek: __ 1 - ____
Nama Peneliti RS:_____________________ Tgl: ____ / _ /2014 No. Matching: ___ - ________ FORMULIR SKRINING KASUS (K)
Pertanyaan-pertanyaan A, B, dan C diisi oleh paruntedik di RS
Tuliskan jawaban dengan jelas atau beri tanda V (centang) pada jawaban yang sesuai Kategori subyek: | V | 1. Kasus D 2. Kontrol RS CZ13. Kontrol Komunitas Nomor CM :
A. Identitas Lokasi 1.
2.
□ l.RSCM
□ 2.RSPAD GS
□ 3.RSUP Fatmawati
O I. Unit hemodialisis □ 2.Poliklinik ...................................
B. Identitas Subyek (Harus terisi lengkap) 1.
Nama pasien :
3. Tanggal lahir: / / 5.
Alamat lengkap (Harus
n
4.RSUP Persahabatan
UI 3.Rawat Inap............... LD 4. Komunitas
2. Jenis kelamin: I—J1.L 1—12. P 4. Umur : ____________ tahun
terisi lengkap)
Jalan: RT: RW: __ Kel: Kec: Kota/Kab:
6.
No. telepon rumah : No. Hp 1 : (nama kontak: ) No. H p 2 : (nama kontak: )
C. Kriteria inklusi dan eksklusi 1.
Didiagnosis PGK/CKD < 10 TAHUN yang lalu oleh dokter yang merawat
2.
Penduduk Indonesia
3.
Usia >18 tahun
4.
Tidak pernah didiagnosis kelainan ginjal bawaan
5.
Belum pernah menjalani transplantasi ginjal
Ya
43
Tidak
6.
Bukan pasien rujukan RS lain yang hanya sekali-sekali saja berobat ke RS ini
7.
Mudah diajak berkomunikasi
8.
Ada anggota keluarga atau tetangga umur >18 tahun, berjenis kelamin sama, dan sudah tinggal serumah atau satu lingkungan dengan Kasus minimal 3 tahun
Dilanjutkan oleh peneliti Halithangkes. Jika salah satu jawaban C.1-C.8 ''Tidak STOP. Jika jawaban C. 1-C.8 semua "Ya ” lanjut ke D dan E Hasil laboratorium (data pendukung untuk Kasus PGK non HD)
2. hasil lab <3 bulan y 11 dicatat nmlai dari yang terbaru, ylt) No
Tanggal
Kreatinin
e-GFR
Tanggal
d)
(mg/dL)
(CKD-
(4)
(2)
EPI) (3)
(No 1. dan I\o.3. hasil lab >3 bulan
Albuminuria
Hematuria
(5)
(6)
1 = Pos (+)
Silinder urin (7)
2= Neg (-) 9= Tak ada data
1 2
3 4. Kesimpulan: Hasil Lab mendukung diagnosis PGKfT
1. Ya □ 2. Tidak
5. Catatan: PGK stadium 3/4/5 ditegakkan berdasarkan: .....................................................................................
E. Rekrutmen Subyek Memenuhi kriteria untuk menjadi _____________ __ , ,—. 3. Tgl ttd informed 1. CUl.Ya O 2.Tidak subyek: consent: Sudah menandatangani informed __________ __ , / /2014 2. □ 1. Ya □ 2. Tidak consent :
44
Lampiran 5. No. Skrining : ______ 2
No. Subyek: _____2 -
Nama Peneliti RS:
Tgl: ____/ __ /2014
N
Matching-.
o.
FORMULIR SKRINING KONTROL RUMAH SAKIT (KR)
Pertanyaan A, B, dan C diisi oleh para medik di R S.
Tuliskan jawaban dengan jelas atau beri tanda V (centang) pada jawaban yang sesuai V Kategori subyek:
O 1. Kasus | V 12. Kontrol RS D 3. Kontrol Komunitas
Nomor CM :
A. Identitas
Lokasi
1. □ l.RSCM
□ 2.RSPAD GS
D 3.RSUP Fatmawati
=1
4.RSUP Persahabatan
2. □ l.Unit hemodialisis
O 2.Poliklinik ..................
ZU3.Rawat Inap .
4. Komunit as
B. Identitas Subyek (Harus terisi lengkap) 1.
Nama pasien :
3.
Tanggal lahir:
5.
Alamat lengkap Jalan:
2. Jenis kelamin: /
/
4. Umur:
{Harus terisi lengkap)
Kel:
Kec:
•L
□ 2. P
tahun
RT:
RW:
Kota/Kab:
No. telepon rumah :
6.
No. Hp 1 :
(nama kontak:
)
No. Hp 2 :
(nama kontak:
)
C. Kriteria
1. 2.
inklusi dan eksklusi Didiagnosis BUKAN PGK/CKD oleh dokter yang merawat
Ya
Tidak
Penduduk Indonesia
45
3. Usia >18 tahun 4. Jenis kelamin sama dengan Kasus 5. Tidak pernah didiagnosis kelainan ginjal bawaan
6.
Bukan pasien rujukan RS lain yang hanya sekali-sekali saja berobat ke RS ini
7. Mudah diajak berkomunikasi
Dilanjutkan oleh peneliti Balitbangkes. Jika salah satu jawaban C. 1-C. 7 “Tidak ” STOP. Jika jawaban C. 1-C. 7 semua “ Ya ” lanjut ke D dan E D. Hasil laboratorium (data pendukung untuk menegakkan non PGK)
(No.l, 2, dan 3 adalah hasil laboratorium 3 bulan terakhir, dicatat mulai dari yang
terbaru) No Tanggal
(D
Kreatinin (mg/dL)
(2)
e-GFR(CKD- EPI)
Tanggal
(3)
(4)
Albuminuria
Hematuria
(5)
(6)
Silinder urin
(7) l=Pos(+) 2
= Neg (-) 9= Tak ada data
1 2 3 Jika tidak ada data kreatinin dan urinalisis dalam 3 bulan terakhir, calon subyek diperiksakan Lab tsb.
Adakah data diagnosis DM pada calon subyek? Jika tidak, lakukan pemeriksaan Hb AIC (catat di kuesioner) 4. Kesimpulan: Hasil Lab mendukung diagnosis non PGK I. Ya d2. Tidak -> skrining baru
yang >60 ml/menit, urinalisis normal)
(e-GFR ada
E. Rekrutmen Subyek 1.
Memenuhi kriteria untuk menjadi subyek :
□l.Ya [=12. Tidak
3. Tgl ltd
consent:
informed 46
2.
Sudah menandatangani
informed
ai. Ya [=12. Tidak
__ / ___ /2014
consent : Nama Peneliti Balitbangkes: ________________________ Tanggal: ______________/ ______ /2014
47
Lampiran 6.
FORMULIR SKRINING KONTROL KOMUNITAS (KK)
Formulir ini (A-E) diisi oleh peneliti Badan Litbangkes.
Tulis jawaban dengan jelas atau beri tanda V (centang) pada jawaban yang sesuai Kategori subyek: □!. Kasus □ 2. Kontrol RS Kontrol Komunitas
A. Identitas
Lokasi
1. □ l.RSCM
□ 2.RSPAD GS
2. □ l.Unit
□ 3.RSUP Fatmawati
□ 2.Poliklinik ......................
=1
H13.Rawat Inap ...
4.RSUP Persahabatan
□ 4. Komunitas
hemodialisis
B. Identitas Subyek (Harus terisi lengkap) 1.
Nama pasien :
2. Jenis kelamin: □ l.L □ 2. P
3.
Tanggal lahir: / /
4. Umur: _____________ tahun
5.
Alamat lengkap Jalan: RT: RW:
{Harus terisi lengkap)
Kel: Kec: Kota/Kab:
6.
No. telepon rumah : No. Hp 1 : (nama kontak: ) No. Hp 2: (nama kontak: )
C. Kriteria 1.
inklusi dan eksklusi Belum pernah didiagnosis PGK/CKD oleh dokter
2.
Penduduk Indonesia
3.
Usia >18 tahun
4.
Jenis kelamin sama dengan Kasus
Ya
Tidak
48
5. 6.
Tidak pernah didiagnosis kelainan ginjal bawaan
Tinggal serumah atau satu lingkungan dengan ‘“KASUS” minimal 3 tahun
7.
Mudah diajak berkomunikasi
Jika salah satu jawaban C. 1-C. 7 “Tidak " STOP Jika jawaban C. 1-C. 7 semua 'Ya ” Calon subyek akan diantar ke Laboratorium Klinik untuk diperiksa D. Hasil Laboratorium Tanggal periksa :
/
/2014
Darah 1.Kreatinin
(mg/dl)
Urin 3. HbAlC
2. e-GFR (CKD-EPI) (ml/menit)
.
9
5. Hematuria
Albuminuria
(%)
9
4.
l=Pos(+) 2= Neg (-) 9=1 data
.
—
6. Silinder ak ada
—
—
7. Kesimpulan: Hasil Lab mendukung diagnosis Non PGK : □ 1. Ya □ 2. Tidak -> skrining baru
GFR ada yang >60 ml/menit, urinalisis normal) E. Rekrutmen Subyek Memenuhi kriteria untuk menjadi ,___________ , 3. Tgl ttd 1. D l . Y a □ 2. Tidak subyek:
informed consenV. Sudah menandatangani informed , ___________ , / /2014 2. O l . Y a □ 2. Tidak consent:
49
(e-
Lampiran 7.
FAKTOR RISIKO PENYAKIT GINJAL KRONIK STUDI KASUS KONTROL
KUISIONER Versi 06 01 September 2014
Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Kemenkes RI Jakarta
50
Tuliskan dengan jelas jawaban yang sesuai atau beri tanda V (centang) pada jawaban yang sesuai A.
IDENTITAS SUBYEK
Al
No. Subyek: - 2
A2
No. Matching: _____ - _
Tingkat pendidikan formal tertinggi:
A3
Status pekerjaan:
(Kasus: sebelum sakit; Kontrol: saat ini) A4
Sumber pembiayaan
Kategori subyek:
A6
1 1 2.Tidak tamat SD
| | 4.Tamat SMP
1 I 5. Tamat SMA
I—j 1. Tidak bekerja
□ 2. PNS
□ 4. TNI/POLRI
1—| 5. Petani
1 I 6. Nelayan
1—| 7. Buruh
1—| 8. Supir
9. ^ Wiraswasta
D 10. Pelajar
1 1 11. Lainnya ...
O 1. Biaya sendiri
□ 2. BPJS
□
1 .Kasus
I | 6. Tamat PT 3. Pegawai ^ Swasta
3.Asuransi swasta 1—| 5.Lainnya,
□ 2.Kontrol RS^C
□
->B
Hubungan dengan “Kasus”: (Khusus
untuk kontrol komunitas) Lalu lanjut ke pertanyaan C
1—1 3. Tamat SD
□ 4. Penggantian biaya oleh perusahaan
kesehatan: A5
1—| 1. Tidak sekolah
3.Kontrol Komunitas
1—| 1. Orang tua
1—| 2. Anak kandung
I—| 3. Saudara kandung
1—| 4. Kakek/Nenek
□ 5. Paman/Bibi
□ 6.Suami/Istri
I—| 7. Mertua
□ 8. Tetangga
9.Lainnya: ............................................
B. BI.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (Hanya ditanyakan kepada KASUS) Tgl / /
Kapan Bapak/lbu/Sdr pertama kali didiagnosis mengalami penyakit ginjal kronik (PGK)?
B2.
Stadium PGK saat pertama kali terdiagnosis: □ 1 .Tiga □ 2.Fmpat □ 3. L i mal 1 4. Tidak tahu
B3.
Stadium PGK saat ini: 1 1 I.Tiga~>C □ 2. Empat ->C □ 3. Lima->B4
B4.
Apakah Bapak/lbu/Sdr menjalani hemodialisis?
B5.
Kapan Bapak/lbu/Sdr pertama kali menjalani hemodialisis?
B6.
Berapa frekuensi hemodialisis yang dijalani saat ini/terakhir?
□
1. Ya
□
2. Tidak->keC
Tahun _________
51
111. lx/minggu □ 2. 2x/minggu □3.3x/minggu [Z]4. Sesuai kebutuhan, .... C. CL
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA SUBYEK {ditanyakan kepada semua subyek) Apakah ada keluarga sedarah Bapak/Ibu/Sdr pernah didiagnosis mengalami Penyakit Ginjal Kronik (PGK) oleh dokter?
C2.
D.
□ LYa
^ 2. Tidak->ke D
Jenis hubungan keluarga sedarah yang mengalami PGK: a. Orang tua
Ya, sejak tahun
------------------
□
2. Tidak
b. Anak kandung
Ya, sejak tahun
------------------
□
2. Tidak
c. Saudara kandung
Ya, sejak tahun _
------------------
□
2. Tidak
d. Kakek/Nenek
Ya, sejak tahun
------------------
□
2. Tidak
e. Paman/Bibi
Ya, sejak tahun _
------------------
□
2. Tidak
f. Sepupu
Ya, sejak tahun
------------------
□
2. Tidak
g. Keponakan
Ya, sejak tahun
-------------------
□
2. Tidak
h. Lainnya
Ya, sejak tahun _
-------------------
□
2. Tidak
POLA KEBIASAAN MINUM
(Untuk KASUS: 10 TAHUN sebelum sakit, Untuk KONTROL: 5 TAHUN terakhir) DI.
: ml
Berapa banyak biasanya Bapak/Ibu/Sdr minum air putih setiap hari?
peneliti mengkonversi dalam ml)
gelas / mug / botol / ( D2.
Sumber air minum yang paling sering dikonsumsi? (pilih salah satu)
1 i 1. Air dalam kemasan □ 2. Air PAM □ 3. Air isi ulang ^ 4. Air tanah/sumur D3.
d 5. Lainnya, ....................
Bagaimana menurut Bapak/Ibu/Sdr kualitas air minum yang biasa Bapak/Ibu/Sdr minum?
('jawaban bisa lebih dari satu, tanda V = Ya (J), tidak dicentang = Tidak (2)) □ a. Keruh j | b. Berwarna 1 Ic. Berbau 1 Id. Berbusa D4. D5.
Apakah air minum direbus dahulu sebelum diminum? Apakah Bapak/Ibu/Sdr pernah minum air yang ada
1 1 e. Berasa □ L Ya
□ 2. Tidak ->E
□ L Ya
□ 2. Tidak
endapannya setelah direbus?
E.
MINUMAN BERISIKO (Untuk KASUS: 10 tahun sebelum sakit, Untuk KONTROL: 5 tahun terakhir) Apakah Bapak/Ibu/Sdr mempunyai kebiasaan mengonsumsi minuman berikut:
52
Jenis minuman
Frekuensi 1. > lx/hari 2. lx/hari 3. 3-6x / minggu 4. l-2x /minggu 5.
Jenis/Nama minuman yang paling banyak dikonsumsi
Takaran
Umur
(Botol, pertama sachet. kali Kaleng, konsumsi gelas, kotak, (tahun) dll)
<3x
/bulan 6. tidak pernah ->
ke baris berikut)
(3) (2)
(D
El.
(4)
Apakah dalam 12 bulan terakhir masih mengons umsi 1. Ya ->ke
Umur terakhir/ berhenti konsumsi (tahun)
baris berikut 2. Tidak
(5)
(6)
Berkafein a. Kopi b.Teh
c. Coklat E2.
Berenergi
E3.
Bersoda
E4.
Beralkohol
E5.
Lainnya
F.
OBAT, JAMU/TANAMAN OBAT (Untuk KASUS: 10 TAHUN sebelum sakit, Untuk KONTROL: 5 TAHUN terakhir)
Fl.
F2.
Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah merasakan nyeri/rasa sakit kepala atau sakit gigi berulang? □ 1. Ya □ 2. Tidak ->F5 Seberapa sering Bapak/lbu/Sdr merasakan nyeri/rasa sakit kepala atau sakit gigi berulang? D 1. Sering (setiap bulan) [ 2. Kadang-kadang (4-5x/th) 3. Jarang (<4x/th) 53
F3.
Apakah Bapak/lbu/Sdr PERNAH minum obat-obat yang DIBELI BEBAS untuk mengatasi nyeri/rasa sakit kepala atau sakit gigi tsb? □ 1. Ya □ 2. Tidak ^5
F4.
Sebutkan jenis obat penghilang nyeri yang paling sering diminum:
Jika ingat, tuliskan dosis miligram (mg ) per sediaan Petunjuk wawancara : Tanyakan merk obat kepada subyek, peneliti dapat mengkon versinya demikian
Jenis obat
Dosis (1)
Frekuensi (2)
1. 0,5 tab/kap 1. 1 kali/hari 2.1 tab/kap 2. 2—3 kali/hari 3.2 tab/kap 4.> 2 3. > 3 kali/hari tab/kap 1. Lainnya 4. Lainnya ,
F5.
F6.
Lama (3)
1. 1—3 hari 2. < Iminggu 3. 1—2 minggu 4. 2—4 minggu 5. >4 minggu
a. 1 ! Asam mefenamat
D ............ (mg)
□
□
b. D Natrium/Kalium diklofenak
n ........... (mg)
□
□
c. U Ibuprofen
□ .............(mg)
□
□
d. 0 Piroksikam
D ............ (mg)
□
□
e. Ll Parasetamol
I 1 ........... (mg)
□1
□
f. Ll Antalgin
L 1 ..........(mg)
□
□
g. 1 I Asetosal
i 1 ...........(mg)
□
□
h. H Lainnya
1
J .......... (mg)
□
□
Apakah Bapak/lbu/Sdr pemah merasakan rematik/nyeri sendi/ gout (asam urat)/encok? □ L Ya □ 2. Tidak -> F9 Seberapa sering Bapak/lbu/Sdr merasakan rematik/nyeri sendi/ gout (asam urat)/encok? □ 1. Sering (setiap bulan) □ 2. Kadang-kadang (4-5x/th) □ 3. Jarang (<4x/th)
F7.
Apakah Bapak/lbu/Sdr PERNAH minum obat-obat untuk mengatasi rematik/nyeri sendi/ gout (asam urat)/encok? n i . Y a □ 2. Tidak ->FI 1
F8.
Sebutkan jenis obat penghilang nyeri yang paling sering diminum:
(mg ) per sediaan
Jika ingat, tuliskan dosis miligram 54
Petunjuk wawancara : Tanyakan merk obat kepada subyek, peneliti dapat mengkonversinya demikian Jenis obat
Dosis (1)
1. 0,5 tab/kap 1. 2.1 tab/kap 2. 3.2 tab/kap 3. 4. > 2 tab/kap 4. 5. Lainnya
F9.
Frekuensi (2)
1 kali/hari
2—3 kali/hari
> 3 kali/hari Lainnya
Lama (3) 1.1—3 hari
2. < 1 minggu 3. 1—2 minggu 4. 2—4 minggu 5. >4 minggu
a. i 1 Asam mefenamat
D .............(mg)
□
□
b. D Natrium/Kalium diklofenak
T 1 ..........(mg)
□
□
c. fl Ibuprofen
n ............. (mg)
□
□
d. IJ Piroksikam
Ü .............(mg)
□
□
e. H Parasetainol
Q .............(mg)
□
□
f. D Antalgin
D .............(mg)
□
□
g. fl Asetosal
□ .............(mg)
□
□
h. L! Lainnya
□ .............(mg)
□
□
Apakah Bapak/Ibu/ Saudara membeli obat-obat penghilang nyeri tersebut menurut resep dokter? □ 1. Ya, selalu □ 2. Ya tapi kadang tanpa resep □ 3. Ya tapi lebih sering tanpa resep □ 4. Selalu tanpa resep
F10
Dimana PALING SERING Bapak/Ibu/ Saudara membeli obat-obat penghilang nyeri tersebut? O 1. Apotek I—^ 2. Toko obat ' 3. Warung/kios 4
Lainnya
Fll
F12
Apakah Bapak/lbu/Sdr PERNAH minum jamu pegal-linu dan pelangsing? □ 1. Ya □ 2. Tidak -> Kasus ke F14, Kontrol ke G
Sebutkan jamu pegal-linu dan pelangsing yang pernah diminum:
Bentuk sediaan (1)
Frekuensi (2)
Lama (3)
1.Serbuk 2. Kapsul 3.Rebus/godogan 4.Lainnya
1.Setiap hari 2.Kadangkadang 3.Lainnya
1.1—3 hari
2.< 1 minggu
3.1—2 minggu 4.2—4 minggu
55
5. >4 minggu a. b. c. d. e. F13
Dimana PALING SERING Bapak/Ibu/ Saudara membeli jamu? □ L Apotek/toko obat □ 2. Warung/kios jamu □ 3. Jamu keliling □ 4. Lainnya
FI4
Khusus untuk KASllS (subyek dengan PGK). Subyek KK dan KR, lanjut ke G Dalam kondisi sakit ginjal apakah Bapak/Ibu/Sdr menggunakan jamu/tanaman obat? □ L Ya □ 2. Tidakke G
FI5
Sebutkan jamu / tanaman obat yang pernah diminum:
Indikasi
Bentuk sediaan (D
Frekuensi (2)
Lama (3)
1. Serbuk 1. Setiap hari 2. Kapsul 2. Kadang3. Rebus/god kadang ogan 3. Lainnya 4. La innya
1—3 hari
2. < 1 minggu
3. 1—2 minggu 4. 2—4 minggu 5. >4 minggu
a. b. c. d. e.Penggunaan term BAKAU DAN KEIni GPf (U. KASUS: sebelum sakit, Untuk KG
tIASAAN MEROK OK
INTROL: hingga sa at ini) dr pernah menghisap inya (misal rokok lii rokok atau menggu n akan :angklong, itingan, rokok pipa.
G1.
Apakah Bapak/Ibu/S produk tembakau laii cerutu)?
1. Ya 2. Tidak ke H
□
56
G2.
Berapa umur Bapak/lbu/Sdr saat pertama kali mulai merokok, walaupun cuma satu hisapan? ISIKAN DENGAN “98” JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT
Umur: tahun
G3. Apakah saat ini Bapak/lbu/Sdr merokok ienis produk 1. Ya, setiap hari G4 tembakau apapun, seperti rokok pabrik, lintingan, 2. Ya, kadang-kadang (tidak setiap hari)cerutu atau pipa? >G5B 3. Sekarang tidak, dulu kadang- kadang >G5B 4. Sekarang tidak, dulu pemah tiap hari >ke G4 G4 Berapa umur Bapak/lbu/Sdr saat mulai merokok setiap hari? tahun -> ISIKAN DENGAN “98” JIKA RESPONDEN MENJAWAB TIDAK INGAT
G5
Jenis dan Jumlah Batang Rokok yang dihisap (JIKA G3 = “1” atau “4” HANYA MENGISI KOLOM A) G5A. Jenis Rokok yang dihisap (1)
G6
G5A
a. Rokok kretek
□ 1 .Ya
Jml batang rokok yg dihisap/ hari (2)
----
G5B. Jenis Rokok yang dihisap (1) Jml batang rokok yg dihisap/ minggu (2) a. Rokok kretek
2.Tidak“^G 5Ab b.Rokok putih
□ l.Ya
5Ac □ l.Ya
lintingan
□2.Tidak-»G
----
b.Rokok putih
□ l.Ya
c.Rokok
---------
lintingan
d.Cerutu
---------
□2.Tidak-G 5Ae e.Lainnya
RESPONDEN ON SEKARANG 5 merokok? UNTUK UNTUK DEN YANC
ISIKAN DENGJ
\N “98” JIKA F
□ l.Ya
—
G5Bc □ l.Ya
—
□2.Tidak-> G5Bd □ l.Ya
----------
□2.Tidak^ e.Lainnya
□ l.Ya [ J2.Tidak YANG MASIH 3
RESP >a Anda berhent Pada umur beraf
G5Bb
□2.Tidak^
5Ad d.Cerutu
—
□2.Tidak^
□2.Tidak-^G c.Rokok
□ l.Ya
IESPONDEN M
G5Be □ l.Ya □2.Tidak
36 hun
MEROKOK E JUDAH UGIAN H TIDAK IV
1EROKOK l Jmur : _ ____ ta
E N J A W A B TID/ ^K INGAT
57
H.
RIWAYAT PENYAKIT SUBYEK (Untuk KASUS: sebelum sakit, Untuk KONTROL: saat ini) PENYAKIT / GEJALA
1= Ya^ kolom 2
2= Tidak -» baris berikut 3= Tidak tahu-> baris berikut (D
H1
a. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah didiagnosis mengalami penyakit infeksi ginjal (Pielonefritis) oleh dokter?
Tahun pertama terdiagnosis (2)
Apakah Apakah = berulang? (1 Y berobat a, 2= Tidak) (3) teratur? (1= Ya, Tidak) (4)
----------------------
b. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah mengalami gejala air kencing seperti cucian daging berwarna merah, keruh, dengan bau menyengat? H2.
H3.
a. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah didiagnosis mengalami penyakit ginjal Glomerulonefritis Kronik oleh dokter? b. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah mengalami gejala air kencing berwarna gelap kecoklatan seperti karat dan berbusa?
----------------------
c. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah mengalami penyakit ginjal dengan gejala bengkak pada muka, sekeliling mata, tungkai/kaki, atau daerah perut?
----------------------
a. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah didiagnosis mengalami penyakit ginjal Sindroma Nefrotik oleh dokter?
----------------------
b. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah mengalami penyakit ginjal dengan gejala bengkak di wajah, sekeliling mata, kedua tungkai bawah trutama pada kaki, dan daerah perut?
----------------------
58
2=
H4.
H5. H6.
Apakah Bapak/lbu/Sdr didiagnosis mengalami
pernah ----
----------
tekanan darah tinggi/hipertensi oleh nakes? (Jika tidak atau tidak tahu, lanjut ke H H)
Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah minum obat hipertensi? □ l . Y a □ 2. Tidak ->H8 Dosis (1) Frekuensi (2) Sebutkan jenis obat hipertensi yang
Jika ingat tuliskan dosis miligram (mg ) per sediaan] pemah dikonsumsi /
1. 2. 3. 4.
0,5 tab/kap 1 tab/kap 2 tab/kap Lainnya....
1. 2. 3. 4.
1 kali/hari 2—3 kali/hari > 3 kali/hari Lainnya ....
1. 2. 3. 4. 5.
Jangka Waktu (3) < 7 hari 8—14 hari 15—30 hari 1—3 bulan > 3 bulan
Petunjuk wawancara : Tanyakan merk obat kepada subyek, peneliti dapat mengkonversinya demikian 1.1 1 ACE-I ícaptopril ..................... ) 2. □ CCB (Nifedipin, Amlodipin
Ö .............(mg) )
3.0 Diuretik (HCT, furosemide)
Ö .............(mg) □ .............(mg)
4.1—1 ARB (Valsarían ................. )
□ .............(mg)
5. □ Beta blocker (propranolol,
Ö .............(mg)
.
0=
B
6.1 1 Lainnya....
□
....)
H7.
Apakah obat hipertensi tsb diminum secara teratur?
□ 1. Ya □ 2. Tidak
H8.
a. Apakah Bapak/lbu/Sdr melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur?
1 1 l . Y a □ 2. Tidak->H9
b. Berapa rata-rata tekanan darah anda saat dilakukan pengukuran? ..................................... /....mmHg H9.
a. Apakah Bapak/lbu/Sdr pemah didiagnosis mengalami (DM)oleh □ dokter? □
penyakit kencing manis/diabetes melitus
b. Apakah Bapak/lbu/Sdr berobat kencing manis/DM secara teratur? HIO Hl 1
Apakah Bapak/lbu/Sdr minum obat kencing manis/DM?
2. Tidak ->HI3
□ 3. Tidak tahu->l 113 □ l . Y a □ 2. Tidak □ l . Y a □ 2. Tidak->H 13
Sebutkan jenis obat kencing manis yang Dosis (1) 1.0,5 pernah dikonsumsi tab 2.1 tab 3.40 1. ) unit (insulin) 4.100 2. 3. unit 4.
Jika ingat tuliskan dalam dosis miligram (mg per sediaan
Tahun
1. Ya
Frekuensi (2) 1 kali/hari 2 kali/hari 3 kali/hari Lainnya
Jangka Waktu (3) l.< 1 bulan 2.1 bulan 3.6 bulan 4.1 tahun 5.2 tahun
59
6. Lainnya
(insulin)
......
5. Lainnya.
1.1 1 Glibenklamid
□ ........... (mg)
2.1 1 Metformin
LJ........... (mg)
3.1 1 Insulin
EH.......... (mg)
4.D Lainnya ..............................
l_l ......... (mg)
H12
Apakah Bapak/lbu/Sdr meminum obat kencing manis/diabetes melitus tsb dengan teratur?
H13
a. Seberapa sering Bapak/lbu/Sdr melakukan pemeriksaan kadar gula darah?
1=1
1. Ya □ 2. Tidak
1 1 1. 1 bulan lebih dari sekali EH 2. 1 bulan sekali □
3. 3 bulan sekali
□
4. 6 bulan sekali
□
5. Setahun sekali
□ 6. Lebih dari 1 tahun sekali b. Berapa rata-rata kadar gula darah Bapak/lbu/Sdr saat diperiksa? mg/dl H14
a. Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah didiagnosis mengalami oleh dokter?
penyakit batu ginjal
□
b. Apakah Bapak/lbu/Sdr berobat secara teratur? Apakah Bapak/lbu/Sdr pernah minum obat untuk batu ginjal?
II16
Sebutkan jenis obat untuk batu ginjal yang pernah dikonsumsi
1 .......................... 2
HI7
..........
0,5 tab/kap 1 tab/kap 2 tab/kap Lainnya
[
]
......... (mg
3. Tidak tahu-> ke I □ l . Y a □ 2. Tidak □ 1. Ya □ 2. Tidak-> ke I
Dosis (1) 1. 2. 3. 4.
Tahun
EH 2. Tidak -> ke 1 □
H15
1. Ya
Frekuensi (2) 1. 2. 3. 4.
lx/hari 2—3x/hari > 3 x/hari Lainnya
Jangka Waktu (3) 1. 1—3 hari 2. < 1 minggu 3. 1—2 minggu 4. > 2 minggu 5. Lainnya...
)
□ ............. (mg)
3......................................
□ ............... (mg)
4 Lainnya...
□ ............. (mg)
Apakah Bapak/lbu/Sdr meminum obat untuk batu ginjal
□ l . Y a □ 2. Tidak 60
dengan teratur?
1. Data rekam medik (menurut catatan di rekam medik) khusus untuk K & KR Tgl mendata: ________ / ______ /2014 Didiagnosis hipertensi
1.
□ l . Y a , sejak
//
□ 2. Tidak
□ 3. Tidak ada data
2.
Didiagnosis diabetes melitus
□l . Y a , sejak / /
□2. Tidak □3. Tidak ada data
J. Hasil Pengukuran tekanan darah (mmHg) Tanggal pengukuran: / /2014 Sistolik 1
Diastolik 1
(0
(2)
Sistolik 2
(3)
Diastolik 2
Sistolik 3
Diastolik 3
(4)
(5)
(6)
Sedang minum obat hipertensi
(7)
□l . Y a □2. Tidak K. Kadar HbAlC
(khusus untuk KR yang tidak ada data diagnosis diabetes mellitus di rekam medik) Kadar HbA 1 C: ______ ,
_ (%) Tanggal pemeriksaan: _ / ______________________________________ /2014
61
Lampiran 8. 1 jin/Rekomendasi dari Kemendagri
62
Lampiran
Nomor
:
Tanggal
:
Penanggung jawab
: dr. Siswanto, MHP, DTM
Ketua Pelaksana
: dr. Delima, M.Kes
Anggota tim
: dr. Suhardi, MPH;
No. 1.
,
M0.02/1917.DI 28 Mei 2014
Judul Penelitian
Studi Kasus Kontrol Gagal Ginjal Kronik (Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik Studi Kasus Kontrol)
Dr.
dr. Sri idaiani, Sp.KJ; Dra. Lucie Widowati, Apt., M.Si; dkk
Provinsi DKI Jakarta
Tim Peneliti
1.
dr. Delima, M.Kes
2.
dr. Suhard^, MPH
3.
Dr. dr. Sri Idaiani, Sp.KJ
4.
Dra. Lucie Widowati, ApL, M.Si
5.
drg. Lelly Andayasari, M.Kes
6.
dr. M. Karyana, M.Kes
7.
dr. Lannywati Ghani, M.Sc
8.
dr. Lusianawaty Tana, MS, Sp.OK
9.
dr. Frans Suharyanto H., MS, Sp.OK
10. Dr. drg. Indirawati TN., Sp.Perio 11. Dra. Marice Slhombing, M.Si 12. drg. FX. Sintawati, M.Kes 13. drg. Tince A. Jovina, MKM 14. Dra. Retno Gitawati, Apt., M.Si 15. dr. Hadi Siswoyo, M.Epid 16. dr. Eva Sulistiowati, M.Biomed 17. dr. Aprildah Sapardin 18. dr. Mckassari Dewi 19. dr. Dona Arlinda 20. dr. Widianto Pancaharjono 21. dr. Danny Fajar Mogsa 22. dr. Cicih Opitasari 23. dr. Heni Kismayawati 24. dr. Retna Mustika Indah 25. dr. Armaji Kamaludi Syarif 26. dr. Armedy Ronny Hasugian, M.Biomed 27. Anggita Bunga A., Apt 28. Sundari Wirasmi, S.Si 29. Aris Yulianto, S.Si 30. Agus Dwi Harso, S.Si 31. dr. Siti Nurhasanah 32. Fitriawaty, SE 34. dr. Nugroho, Sp.PD 35.Direktorat Jenderal Bangsa dan Politik
63
Lampiran 9. Surat ¡jin penelitian dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
64
Lampiran 10. Surat ijin penelitian dari RSPAD DITKESAD Gatot Soebroto
65
Lampiran 11.
Surat ijin penelitian dari RSUP Fatmawati
66
67
Lampiran 12.
Surat ijin penelitian dari
RSUP Persahabatan
Catatan: Atas persetujuan Direktur RSUP Persahabatan, biaya penelitian disesuaikan menjadi Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
68