Penurunan Transformasi Lorentz dengan Menggunakan Sifat Grup Transformasi dan Postulat Pertama Einstein Kelvin Lois Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia Email :
[email protected] Abstrak Makalah ini membahas penurunan Transformasi Lorentz homogen dengan menggunakan sifat Grup dan postulat pertama Einstein. Pada bagian pertama, penulis meninjau kembali penurunan Transformasi Lorentz yang umum yaitu melibatkan kedua postulat Einstein. Dalam penurunan pada bagian kedua, postulat Einstein petama-tama disampaikan, kemudian bentuk transfomasi akan diambil yang paling umum. Proses penurunan akan dikendalai dengan aturan Grup, dan dengan asumsi dasar homogenitas, sifat isotropic dari ruang-waktu dan hubungan sebab-akibat. Kemudian akan diperlihatkan bahwa hanya hanya Transformasi Lorentz dan Transformasi Galiliean yang merupakan kasus khususnya yang memenuhi kendal ini. Kata Kunci : grup lorentz, teori relativitas khusus, transformasi galiliean, transformasi lorentz
Penurunan I : Tinjauan kembali Transformasi Lorentz dengan Kedua Postulat Einstein. Dalam penurunan ini kita menggunakan dua postulat dalam Teori Relativitas yaitu, 1. Hukum Fisika sama untuk setiap kerangka acuan inersial. 2. Kecepatan cahaya c konstan relative terhadap semua kerangka inersial. Dalam Hukum ke-I Newton, dikatakan bahwa bila tidak ada gaya yang bekerja pada benda (atau bila resultan gaya yang bekerja pada benda adalah nol) maka benda berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan. Sesungguhnya dalam hukum ini tersirat
pernyataan tentang kerangka acuan. Dalam hukum pertama, tersirat bahwa kita dapat memilih keluarga kerangka acuan (yang tak hingga banyaknya) bila resultan gaya yan bekerja pada benda adalah nol. Dalam hal ini, Hukum Newton tidak berubah dibawah transformasi Galilean. Namun dalam pertengahan abad ke delapan belas, implikasi dari persamaan Maxwell menunjukan bahwan persamaan-persamaan listrik dan magnet tidak berkovarian dibawah transformasi Galilean. Fakta bahwa kecepatan perambatan gelombang elektromagnetik dalam ruang hampa yang diprediksi Maxwell adalah konstan : π=
1 βπ0 π0
Dimana π0 dan π0 adalah permitivitas dan permeabilitas dalam ruang hampa. Jelas bahwa c konstan dalam semua kerangka inersia. Jadi hukum penjumlahan kecepatan galileo tidak berlaku pada persamaan Maxwell. Para fisikawan abad ke-19 memiliki dua pilihan mengenai hasil ini. Fakta bahwa kedua formulasi ini tidak cocok satu-sama lain menunjukan bahwa salah satu dari kedua persamaan ini harus diperbaiki entah itu dengan memodifikasi persamaan Maxwell agar cocok dengan Hukum Newton atau memodifikasi Hukum Newton. 1. Karena persamaan Maxwell tidak memenuhi prinsip relativitas Newtonian. Artinya bahwa persamaan Maxwell hanya valid pada kerangka absolut. Jadi, ruang dianggap memiliki eksistensi tersendiri yang merambatkan gelombang EM, disebut eter. Atau, 2. Persamaan Maxwell memenuhi prinsip relativitas (artinya bahwa harusnya persamaan Maxwell berkovarian dibawah transformasi tertentu antar kerangka inersial), namun relasi antar kerangka inersial tersebut tidak seperti transformasi Galilean. Transformasi yang baru yang pertama kali diperkenalkan oleh PoincarΓ©, disebut Transformasi Lorentz. Yang dalam kasus gerak relative antara kedua kerangka inersial hanya dalam satu sumbu diberikan sebagai : π£ π‘ = πΎ (π‘ β 2 π₯) π β²
π₯ β² = πΎ (π₯ β π£π‘) β²
π¦ =π¦ π§β² = π§ Sekarang kita akan mencoba menurunkan Transformasi Lorentz dengan mengasumsikan bahwa kita kita tidak mengetahui sifat linear dari transformasi ini.
Karena transformasi Galilean kita anggap tidak tepat, kita bertanya bagaimana transformasi yang seharusnya ? Transformasi yang benar harus memenuhi dua syarat, yaitu menjaga kecepatan cahaya tetap konstan untuk kedua kerangka inersial, dan transformasi yang baru harus dapat direduksi menjadi transformasi Galilean. Namun sekarang kita tidak tahu bagaimana bentuk transformasinya. Apakah linear ? ataukah mungkin berupa polinom ? Misalnya kita mencoba menebak tarnsformasinya sebagai berikut :
bentuk
Untuk kasus gerak relative antara kedua kerangka O dan Oβ dalam satu dimensi, misalkan Oβ bergerak relative terhadap O dengan kecepatan v,
Y
Yβ
P v
X O
Oβ
Persamaan transformasinya π₯ β π₯ β² , πππ π‘ β π‘β² sebagai π₯ β² = π΄π₯ + π΅π‘ + πΆπ‘ 2 π‘ β² = π·π₯ + πΈπ‘ + πΉπ‘ 2 Kita asumsikan bahwa koefisien A,B,C,D dan E tidak lagi bergantung pada x dan t, tetapi mungkin saja bergantung pada v. Bila kedua persamaan diatas kita ambil diferensialnya, maka kita dapatkan ππ₯ β² = π΄ ππ₯ + π΅ ππ‘ + 2πΆπ‘ ππ‘ ππ‘ β² = π· ππ₯ + πΈ ππ‘ + 2πΉπ‘ ππ‘
Xβ
Bagi dua persamaan, sehingga ruas kiri menjadi kecepatan suatu titik dalam kerangka Oβ lalu manipulasi ruas kanan β²
ππ₯ π΄ ππ₯ + π΅ ππ‘ + 2πΆπ‘ ππ‘ = ππ‘β² π· ππ₯ + πΈ ππ‘ + 2πΉπ‘ ππ‘ ππ₯ π΄ + π΅ + 2πΆπ‘ ππ‘ = ππ₯ π· + πΈ + 2πΉπ‘ ππ‘ Dalam kasus kita, kecepatan relative antara O dan Oβ konstan. Artinya bila O melihat bahwa kerangka Oβ bergerak dengan kecepatan π£π₯β² konstan maka Oβ harus setuju bahwa kerangka O juga bergerak dengan kecepatan π£π₯ konstan. Dengan asumsi ini, maka persamaan diatas menjadi
ππ₯ + π΅ + 2πΆπ‘ ππ₯ ππ‘ = πΎ(ππππ π‘πππ‘) = ππ₯ ππ‘ β² π· + πΈ + 2πΉπ‘ ππ‘
ππ₯ = π + ππ₯, ππ‘
π£π₯ (π₯) β ππππ π‘ππ
Jadi kita simpulkan bahwa persamaan transformasi pasti tidak mengandung suku yang memiliki variable baik x dan t yang berorde lebih dari 1. Artinya, bersifat linear. Jadi, persamaannya adalah π₯ β² = π΄π₯ + π΅π‘ π‘ β² = πΆπ₯ + π·π‘ Persamaan mengandung empat variabel. Sehingga untuk memecahkannya kita butuh empat fakta. 1. Kerangka O melihat Oβ bergerak dengan kecepatan v. Jadi, untuk xβ = 0, x = vt, 0 = π΄(π£π‘) + π΅π‘ ,
β π΅ = βπ΄π£
π΄
β²
π
ππ₯ + π + ππ‘ = 0 ππ‘ ππ₯ β ππππ π‘πππ‘ ππ‘
Jadi, tidak sesuai dengan kasus kita. Bila persamaan transformasi mengandung bentuk kuadrat x :
2. Kerangka Oβ melihat O bergerak dengan kecepatan βv. Jadi, untuk x=0, xβ = -vtβ
βπ£π‘β² = π΄. 0 + π΅π‘, π‘ β² = πΆ. 0 + π·π‘ Dari kedua hasil ini, diperoleh π΅ = βπ·π£. Dari hasil di 1. Kita simpulkan A=D Jadi, persamaan kita menjadi
π₯ β² = π΄π₯ + π΅π‘ + πΆπ₯ 2
π₯ β² = π΄π₯ β π΄π£π‘
π‘ β² = π·π₯ + πΈπ‘ + πΉπ₯ 2
π‘ β² = πΆπ₯ + π΄π‘
Ambil diferensialnya, lalu set π£π₯β² = ππππ π‘ππ , maka diperoleh ππ₯ π΄ + π΅ + 2πΆπ₯ ππ₯ β² ππ‘ = πΎ(ππππ π‘πππ‘) = β² ππ₯ ππ‘ π· + πΈ + 2πΉπ₯ ππ‘ π
ππ₯ + π + ππ₯ = 0 ππ‘
3. Pada saat t=tβ=0 dan x=xβ=0, sumber cahaya dihidupkan dan foton-foton merambat ke segala arah. Kita tinjau foton yang telah merambat dalam arah sumbu x dan xβ dalam waktu t dan tβ. Persamaan kita memberikan, ππ‘β² = π΄ππ‘ β π΄π£π‘ π‘ β² = πΆππ‘ + π΄π‘
Kalikan persamaan kedua dengan c lalu jumlahkan, diperoleh
Sehingga , 0 = π΄π£π‘ + πΆπ π‘, β πΆ = βπ΄
1 2
β1 β π£2 π
(β
π£ π₯ + π‘) π2
Bila kita set v=0, maka π₯ β² = Β± π₯ , jadi kita kita pilih akar positif sebagai solusinya. Dengan demikian persamaan transformasi kita adalah
ππ‘β² = π΄ππ‘ β π΄π£π‘ ππ‘ β² = πΆπ 2 π‘ + π΄ππ‘
2
π‘β² = Β±
π‘ β² = πΎ (π‘ β
π£ π2
Sehingga, persamaan menjadi
π₯ β² = πΎ (π₯ β π£π‘) π¦β² = π¦
π₯ β² = π΄π₯ β π΄π£π‘ π£ π‘ = βπ΄ 2 π₯ + π΄π‘ π
π£ π₯) π2
π§β² = π§
β²
Dengan πΎ =
1 2
β1βπ£2
yang
merupakan
π
4. Tinjau foton yang merambat dalam arah sumbu y. Dari kerangka Oβ, foton merambat dalam arah xβ dan yβ sedemikian sehingga kecepatannya adalah c. Jadi, π₯β²2 + π¦β²2 = π 2 π‘β²2, π¦ β² = π¦ = ππ‘, π₯ β² = π΄. 0 β π΄π£π‘, π‘ β² = πΆ. 0 + π΄π‘, Sehingga, diperoleh π΄= Β±
1 2
β1 β π£2 π
Persamaan kita menjadi,
π₯β² = Β±
1 2
β1 β π£2 π
(π₯ β π£π‘)
transformasi Lorentz. Perhatikan bahwa persamaan ini menjaga nilai c dan tereduksi menjadi transformasi Galilean bila v << c.
Derivation II : Transformasi Lorentz dari Sifat Grup dan Postulat Pertama Penurunan dengan cara yang lain juga dapat tanpa mengasumsikan bahwa adanya batas kecepatan universal c. Artinya bahwa postulat kedua tentang besar kecepatan cahaya yang tidak bergantung pada kerangka acuan inersial yang digunakan kita buang dalam usaha untuk menurunkan Transformasi Lorentz kali ini. Justru akan ditunjukan bahwa adanya batas kecepatan universal merupakan konsekuensi dalam perumusan transformasi ini, bukan lagi merupakan postulat yang harus kita masukan dalam perumusan Transformasi Lorentz. Kita tinjau kasus khusus dari gerak relatif dua kerangka inersial yang memiliki kecepatan relatif yang konstan v. Kita batasi gerak relatif ini hanya dalam satu dimensi dalam arah x (Lorentz Boots). Misalkan kita tidak tahu bentuk transformasinya. Karena kita mengasumsikan bahwa transformasi πΏ
ini berlangsung dari (π₯, π‘) β (π₯ β² , π‘ β² ) antara tak hingga banyaknya kerangka inersial yang kontinu, maka secara umum, transformasinya bergantung pada n buah parameter {π1 , π2 , β¦ , ππ } sehingga bentuknya adalah,
β²
π₯ = π (π₯, π‘ , π1 , π2 , β¦ , ππ ) + π
Misalkan transformasi ini memiliki suku berbentuk π΄(π1 , β¦ , ππ ) π₯ π π‘ π ; π, π β β maka π₯ β² = π΅(π₯, π‘ , π1 , π2 , β¦ , ππ ) + π΄(π1 , β¦ , ππ ) π₯ π π‘ π π‘ β² = πΆ(π₯, π‘, π1 , π2 , β¦ , ππ ) + πΉ(π1 , β¦ , ππ ) π₯ π π‘ π Maka dengan mengabil diferensial dari kedua persamaan, diperoleh ππ₯ β² = ππ΅ + π΄ππ₯ πβ1 π‘ π ππ₯ + π΄π π‘ π β1 π₯ π ππ‘ ππ‘ β² = ππΆ + πΉ ππ₯ πβ1 π‘ π ππ₯ + πΉππ‘ πβ1 π₯ π ππ‘ Hubungan kecepatan menurut kerangka x dan xβ adalah ππ΅ ππ₯ + π΄ππ₯ πβ1 + π΄π π‘ π β1 π₯ π ππ₯ β² ππ‘ ππ‘ = ππ‘ β² ππΆ + πΉππ₯ πβ1 π‘π ππ₯ + πΉππ‘πβ1 π₯ π ππ‘ ππ‘ dari persamaan diatas, kita melihat bahwa apabila suatu titik diam terhadap salah satu kerangka, (x,t) misalkan, maka postulat pertama mengatakan bahwa nilai dxβ/dtβ haruslah βv. Tetapi kita akan mendapatkan hasil kecepatan dalam kerangka (xβ,tβ) akan bergantung pada pemilihan koordinat (bergantung pada nilai x dan t). Sehingga trenasformasi ini tidak boleh melibatkan suku yang memiliki pangkat x dan t lebih dari 1 dan juga suku campuran. Kita persempit fungsi f dan g menjadi bentuk berikut
π‘ β² = π (π₯, π‘, π1 , π2 , β¦ , ππ ) + π Tetapi parameter a dan b pada kedua persamaan dapat diabaikan karena parameter tersebut hanya menyatakan traslasi pada koordinat x dan t. Sehingga bentuk diatas menjadi
π₯ β² = πΉ (π1 , π2 , β¦ , ππ )π₯ + πΊ(π1 , π2 , β¦ , ππ )π‘ π‘ β² = π(π1 , π2 , β¦ , ππ )π₯ + π(π1 , π2 , β¦ , ππ )π‘ Sekali lagi ambil diferensial xβ dan tβ ,
π₯ β² = π (π₯, π‘ , π1 , π2 , β¦ , ππ )
ππ₯ β² = πΉ (π1 , π2 , β¦ , ππ )ππ₯ + πΊ(π1 , π2 , β¦ , ππ )ππ‘
π‘ β² = π (π₯, π‘, π1 , π2 , β¦ , ππ )
ππ‘ β² = π(π1 , π2 , β¦ , ππ )ππ₯ + π(π1 , π2 , β¦ , ππ )ππ‘
π₯ β² = πΎ(π£)(π₯ β π£π‘) . . . . . . . . . . (1)
Bagi dxβ dengan dtβ,
π‘ β² = πΎ(π£)[π(π£)π₯ β π(π£)π‘] . . . . (2)
ππ₯ ππ₯ β² πΉ ππ‘ + πΊ = ππ‘ β² π ππ₯ + π ππ‘ ππ₯
Ambil dxβ/dtβ= 0, diperoleh πΊ = βπΉ ππ‘ = βπΉπ£. ππ₯β²
Dan bila dx/dt= 0 diperoleh πΊ = π ππ‘β² = π(βπ£) = βπ£π. Dari hasil ini kita lihat bahwa salah satu parameter yang ada adalah v. Sehingga persamaan transformasi menjadi bentuk
Selanjutnya, kita asumsikan bahwa ruang tidak directional, atau ruang-waktu isotropik. Jadi arah sumbu x dan xβ harusnya tidak berpengaruh terhadap bentuk transformasi. Misalkan sekarang kita balik arah x dan xβ. Koordinat yang kita gunakan sekarang adalah (-x,t) dan (-xβ,tβ). Transformasinya sekarang bergantung pada suatu parameter u dan memiliki bentuk βπ₯ β² = πΎ(π’)(βπ₯ β π’π‘)
π₯ β² = πΉ (π£, π2 , β¦ , ππ )π₯ β π£πΉ(π£, π2 , β¦ , ππ )π‘
π‘ β² = πΎ(π’)[βπ(π’)π₯ β π(π’)π‘]
π‘ β² = π(π£, π2 , β¦ , ππ )π₯ + πΉ(π£, π2 , β¦ , ππ )π‘
Dengan membandingkan dengan persamaan (1) dan (2) kita peroleh
Dan diferensialnya adalah ππ₯ ππ₯ β² πΉ(π£, β¦ , ππ ) ( ππ‘ β π£) = ππ₯ ππ‘ β² π +πΉ ππ‘ Dari persamaan ini bila kita ambil sembarang nilai dx/dt, dengan pemilihan parameter π2 , β¦ , ππ tertentu, nilai F bernilai nol. Faktanya bahwa dengan pemilihan π2 = β― = ππ = 0 maka F=0. Artinya bahwa kecepatan sebuah titik terhadap kerangka (x,t) yang tidak nol, kita dapat memilih parameter sedemikian sehingga kecepatan terhadap kerangka yang lain harus nol. Karena hal ini tidak benar (karena kita menginginkan ruang-waktu yang homogen) dengan demikian, jelas bahwa parameter yang digunakan hanyalah v saja . Sehingga bentuk transformasi kita dipersempit menjadi π₯ β² = πΉ(π£)π₯ β π£πΉ(π£)π‘ π‘ β² = π(π£)π₯ + πΉ(π£)π‘ Atau dapat ditulis juga
πΎ(π’) = πΎ(π£) π’ πΎ(π’) = β π£ πΎ(π£) βπΎ(π’)π(π’) = πΎ(π£)π(π£) βπΎ(π’)π(π’) = βπΎ(π£)π(π£) Dari persamaan diatas π’ = β π£ seperti yang diharapkan. Dan πΎ(βπ£) = πΎ(π£) βπ(βπ£) = π(π£) π(βπ£) = π(π£)
Hasil yang sama juga dapat diperoleh bila kita membalik arah sumbu waktu.
π‘ = πΎ(π€)[π(π€)π₯β² β π(π€)π‘β²] . .(4)
Using Group Transformation
Property
of
The
Transformasi adalah pemetaan π βΆ π β π dari suatu set ke dirinya sendiri yang bijektif. Artinya T harus memiliki invers. Kumpulan transformasi ini membentuk Group β yang memiliki sifat : 1. (Closure) β π, π β β , produk ππ = ππ β β 2. (Identitas) β π β β sehingga β π β β , ππ(π₯) = ππ(π₯) = π(π₯) ; β π₯ β π 3. (Invers) β π β β , β π β1 β β sehingga ππ β1 = π β1 π = π Kita akan memanfaatkan sifat transformasi ini untuk membantu menurunkan transformasi Lorentz.
Sifat Identitas
Bila kita mencari invers (x,t) secara langsung dari (1) dan (2) diperoleh 1 π(π£) π₯= π£) (1 β πΎ(π£) π(π£) 1 π(π£) π‘ = π£) (1 β πΎ(π£) π(π£) β²
β1
(π₯ β² β
β1
(
π£ π‘β²) π(π£)
π(π£) β² π‘β² π₯ β ) π(π£) π(π£)
Samakan koefisien xβ dan tβ dengan persamaan (3) dan (4) diperoleh, 1 πΎ(π£)
(1 β
β1 π(π£) π£) π(π£)
π£ = π(π£) π€
= πΎ(π€) . . . (5)
. . . . . . . . . . . . . . .(6)
1 = π(π£)π(π€) . . . . . . . . . . . . . . (7) π(π£) = π(π€) π(π£) . . . . . . . . . . . .(8) Dari persamaan (6) dan (7) kita dapatkan
πΏ(π£)
(π₯, π‘) β
(π₯ β² , π‘ β² )
1 π£ = π( ) π(π£) π(π£)
ππππππ π₯ β² = π₯ πππ π‘ β² = π‘, β (π₯, π‘) β
dari (1) dan (2) memberikan π₯ β² = π₯ = πΎ(π£)(π₯ β π£π‘) π‘ β² = π‘ = πΎ(π£)[π(π£)π₯ β π(π£)π‘] Sehingga dapat disimpulkan πΏ(π£) = πΏ(0). πΎ(0) = 1 π(0) = 0 π(0) = β1
Sifat Invers πΏ(π€)
(π₯β², π‘β²) β
(π₯, π‘)
β
1 π£ = π( ) π(π£) π(π£)
1 π£ = π(π(π£)) ; π(π£) = π(π£) π(π£) β β β
π(π£) = π£ π(π(π£)) π(π£) π(π(π£))
=π£
π(π(π£)) = π£
dapay kita lihat bahwa fungsi Z memenuhi π(π£) = π β1 (π£) . Bila kita memiliki titik (π£, π(π£)) , maka π(π£)πππ π β1 (π£) akan memetakannya ke (π(π£), π£) . Sehingga kurva Z(v) harus simetrik terhadap garis Z(v) = v.
Dari (1) dan (2) diperoleh π₯ = πΎ(π€)(π₯β² β π€π‘β²) . . . . . . . . (3)
Misalkan pada kurva Z(v) yang simetrik terhadap garis Z = v , kita memilki dua titik
yaitu (π(π£1 ), π£1 ) dan (π(π£2 ), π£2 ) . Garis yang menghubungkan kedua titik ini tegak lurus terhadap garis Z = v. Persamaan garis tersebut adalah π β² (π£) = βπ£ + π£1 + π£2 . Bila kita ambil garis yang lain yang juga tegak lurus dengan Z = v, kita juga memperoleh dua titik yang memenuhi Z(v). Diketahui bahwa Z(0) = 0. dan π β² (π£) =
π(π£) β π£ π β² (π£) β π β² (0) = β1 π(π£)2
Sketsa Z(v) diperlihatkan pada gambar dibawah
Sifat Komposisi πΏ(π£1 )
(π₯, π‘) β
πΏ(π£2 )
(π₯1 , π‘1 ) β
(π₯2 , π‘2 )
Dari (1) dan (2) diperoleh transformasi secara berurutan sebagai berikut, π₯1 = πΎ(π£1 )(π₯ β π£1 π‘) π‘1 = πΎ(π£1 )[π(π£1 )π₯ + π‘] π₯2 = πΎ(π£2 )(π₯1 β π£2 π‘1 ) π‘2 = πΎ(π£2 )[π(π£2 )π₯1 + π‘1 ]
menghasilkan π₯2 = πΎ(π£2 )πΎ(π£1 )[1 β π£2 π(π£1 )] (π₯ β
π£1 + π£2 π‘) 1 β π£2 π(π£1 )
π(π£1 ) + π(π£2 )
π‘2 = πΎ(π£2 )πΎ(π£1 )[1 β π£1 π(π£2 )] ( Tetapi transformasi transformasi
ini
πΏ(π)
Tetapi kita lihat bahwa Z(v) tidak satu-satu. Atau Z(v) tidak unik. Apabila Z(v) tidak unik, Ξ·(v) juga tidak unik. Sehingga transformasi kita tidak satu-satu. Tetapi π(π(βπ£)) = βπ£. Artinya bahwa Z dapat juga simetrik terhadap βv. Bila kita gunakan syarat batas sebelumnya bahwa Z(0) = 0, dan Zβ(0) = -1, maka kita peroleh bahwa kurva yang mungkin adalah π(π£) = βπ£ . Sehingga dapat disimpulkan π(π£) = β1
(π₯, π‘) β
1 β π£ 1 π( π£ 2 )
ekivalen
Yang mana berbentuk π₯2 = πΎ(π)(π₯ β ππ‘) π‘2 = πΎ(π)[π(π)π₯ + π‘]
Bandingkan diperoleh
kedua
transformasi
π£2 π(π£1 ) = π£1 π(π£2 ) βΉ π(π£1 ) = π£1
π(π£2 ) π£2
Karena π£2 dapat dipilih sembarang, maka π(π£1 ) = π£1 πΌ Sehingga (9) menjadi
πΎ
dengan
(π₯2 , π‘2 )
Sehingga (5) dan (6) memberikan 2 (π£)
β1
= (1 + π(π£)π£)
. . . . (9)
π₯ + π‘)
πΎ 2 (π£) = (1 + πΌ π£ 2 )β1
ini
Juga dengan mengambil diferensial transformasi πΏ(π)
(π₯, π‘) β
(π₯2 , π‘2 )
memberikan hukum penjumlahan kecepatan dengan menganggap benda yang bergerak adalah kerangka (π₯2 , π‘2 ) ππ₯ π£1 + π£2 ( β ) ππ₯2 ππ‘ 1 β π£2 π(π£1 ) = =0 π(π£ ) + π(π£2 ) ππ₯ ππ‘2 ( 1 + 1) 1 β π£1 π(π£2 ) ππ‘ Sehingga βΊ
π‘β² = πΎ(π)[β
ππ₯ π£1 + π£2 = ππ‘ 1 β πΌ π£2 π£1
(Kasus 1. Ξ± = 0) Transformasinya menjadi Galilean π₯ β² = π₯ β ππ‘ π‘β² = π‘ π = π£1 + π£2
πΎ(π£) =
π£ π₯ + π‘] π
2 1
2 β1 β π£ 2 π
Penentuan nilai π
diperoleh dari hasil eksperimental sebagai batas kecepatan universal c. Kita melihat bahwa disini kecepatan c bukan lagi merupakan postulat tetapi merupakan konsekuensi dari penurunan transformasi Lorentz.
Referensi : [1] A.R.Lee and T.M.Kalotas, 'Lorentz Transformation from the First Postulate", Am. J.Phys. 43 434-437 (1975) [2] LΓ©vy-Leblond, Jean-Marc. "One more
derivation of the Lorentz transformation." Am. J. Phys 44.3 (1976): 271-277. [3] A.Beiser and K.W.Cheah. Concept of Modern Physics. New York : McGraw-Hill
(Kasus 2. Ξ± Λ 0) Pada kasus ini penjumlahan dua kecepatan yang positif dapat memiliki nilai negative atau bahkan tak hingga. Misalkan kita 1
mengambil nilai πΌ = π
2 , π£2 = π
2 /π£1 , maka ππ₯ ββ ππ‘ Sehingga pastilah Ξ± harus negative (Kasus 3. Ξ± Λ 0) 1
Misalkan πΌ = π
2 , maka ππ₯ π£1 + π£2 = ππ‘ 1 β πΌ π£2 π£1 π₯β² = πΎ(π)(π₯ β ππ‘)
[4] D.Morin, Introduction to Classical Mechanics with problems and Solutions, Cambridge : Cambridge University Press.