MODUL PERKULIAHAN
Penulisan Naskah Non Berita Persiapan Membuat Script Dokumenter
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu Komunikasi
Penyiaran
Tatap Muka
04
Kode MK
Disusun Oleh
41710007
A. Asrul Sani Fauzan, S.S., M. Pd
Abstract
Kompetensi
Persiapan yang harus dilakukan pada saat akan membuat Script Dokumenter
Mahasiswa dapat memahami persiapan apa saja yang harus dilakukan untuk membuat Script Dokumenter
Persiapan Membuat Script Dokumenter Film dokumenter yang diproduksi untuk kepentingan televisi hakekatnya berbeda dengan membuat film dokumenter independen. Karena proses riset sangat singkat, waktu penggarapan yang terkesan dikejar tayang atau pendekatan produksi yang sederhana. Sedangkan dokumenter independen lebih leluasa memakan waktu untuk riset dan penggarapannya. Dokumenter di televisi harus memperhitungkan karakter audien-nya yang cenderung pasif tetapi cerdas (dapat menganti-ganti saluran untuk mencari program yang terbaik). Memproduksi dokumenter televisi harus tetap mengikuti prinsip kerja jurnalistik, yang harus memperhatikan keakuratan fakta, kompetensi narasumber, dan prinsip keseimbangan sehingga kridibel (A + B + C = C). Hal inilah yang membedakan bagi para kreator dokumenter televisi agar memiliki karakteristik yang berbeda dengan dokumenter independen. Dengan demikian memproduksi dokumenter distasiun televisi harus memperhitungkan waktu, biaya, sumber daya yang terbatas, dan jadwal deadline yang sangat ketat. Keleluasaan yang sangat bebas menjadi terikat dan terukur bila berkarya di stasiun televisi. Harus dilakukan strategi jitu agar dapat menghasilkan dokumenter yang berkualitas hingga mampu bersaing dengan film dokumenter independen. Dokumenter televisi harus berdasarkan fakta yang ada, dengan menghiasi pemikiran-pemikiran kreator didalamnya. Termasuk pesan yang ingin disampaikan pada pemirsa, sehingga unsur subyektif menjadi dominan dalam film dokumenter. Pada sisi lain industri televisi merupakan bagian yang sarat pada kepentingan komersil (kapitalis) dan suasana kompetisi yang ketat dengan kompetitornya. Maka durasi dokumenter televisi juga menyesuaikan dengan slot program televisi yang baku yaitu 30 menit atau 60 menit (termasuk iklan). Tantangan yang sangat luar biasa bagi para broadcaster untuk menyajikan karya yang tetap mengandung unsur idealis dalam durasi yang singkat, namun tetap menarik bagi pemirsa karena tekanan dari owner agar berbiaya rendah, dan memperhatikan deadline.
I. Mencari Ide Cerita Setiap program televisi dimulai dari ide. Kalau membuat program berita hardnews maka ide cerita terdengar dimana-mana bahkan narasumber menghubungi jurnalis untuk memberikan materi berita. Program features mendapatkan ide sebagian dari hardnews atau bisa sekali jalan sekaligus mendapat dua materi dari perspektif yang berbeda.
Produser program dokumenter tanpa tekun mencari ide maka tidak ada yang bisa diutarakan. Ide cerita bisa datang sekilas, tapi bisa juga sekejab hilang. Inilah persoalan terpenting dalam setiap produksi televisi. Ibaratnya, ia merupakan roh bagi jasmani atau pondasi bagi sebuah bangunan. Ide menjadi dasar pijakan untuk pekerjaan berikutnya. Untuk mempermudah penentuan fokus cerita, agar lebih spesifik dan mengerucut ke suatu masalah, tetapkan premis awal. Disebut premis awal, karena bakal ada perubahan dalam prosesnya
dan
menjadikannya
sebagai
premis
akhir.
Penyebabnya
berkait
dengan
perkembangan hasil riset dan situasi dilapangan. Diskusi dengan rekan sejawat dapat membantu untuk penajaman topik. Dimulai dengan menulis setiap kilasan ide yang muncul, seorang produser bisa lebih konsentrasi terhadap beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai sumber awal mengali ide, yaitu mencari dari ; 1. Lingkungan Sekitar Setiap orang memiliki segudang cerita tentang kisah hidupnya dari pagi hingga malam, minggu ke minggu, bulan ke bulan bahkan sepanjang umurnya itulah panjang cerita bisa dibuat. Mungkin bisa ada jenis cerita yang sama, tapi aliran dan elemen-elemen yang berbeda dari tiap cerita akan memiliki rasa yang berbeda. Apalagi bila meraciknya dengan trend terbaru, teknologi canggih, perkembangan ilmu pengetahuan maka isinya akan berbeda. Mengali ingatan terhadap kejadian yang pernah dialami secara acak, hingga muncul skala prioritas yang unik, aneh dan kadang menjengkelkan. Pengalaman rekreasi bersama keluarga, perjalanan tugas ke berbagai daerah ditanah air, atau rutinitas kehidupan sehari-hari merupakan hal yang paling dikuasai oleh kita sendiri. Bila jenuh memikirkan pengalaman yang telah dialami sendiri, bisa memperhatikan hal-hal yang berada disekeliling kita. Makluk sosial selalu belajar dari alam disekitarnya, disitulah individu lebih tertarik memperhatikan pengalaman individu lain disekitarnya. Bagaimana pengalaman mereka menjadi motivasi atau ketertarikan untuk diketahui. Setelah mengetahui apa saja yang dikerjakan selama ini, pada bagian apa yang selanjutnya harus dikembangkan maka telusuri dengan menemukan referensi yang memadai agar idenya semakin kaya. Dari renungan tersebut kita akan mengerti, seluruh pengalaman, pengamatan dan analisa terhadap realitas disekitar kita akan memunculkan benang merah baru untuk merangkai setiap IDE. Dokumenter yang membandingkan kebijakan pemda dan budaya displin tentang pengaturan sampah warga Tokyo dengan warga Jakarta, penulis kemas atas dasar pengalaman penulis selama tinggal di Tokyo. Bagaimana masyarakat kota modern ini mengelola dan menghilangkan limbah sampah dari pandangan mata. Dimulai dari kedisiplinan, tanggungjawab
bersama hingga pengolahan sampah dengan teknologi modern dipinggiran kota, yaitu di Tokuruzhawa. Seberapa canggih teknologi dan besarnya anggaran untuk membersihkan sampah, tak kan mampu membuat bersih kota yang kita cintai. Ternyata yang paling penting adalah budaya disiplin dan perasaan memiliki sampah sebagai bagian dari hidup manusia itu sendiri. 2. Cerita Rakyat dan Legenda Cerita rakyat, cerita lama, dan isu-isu menarik bisa menjadi sumber inspirasi. Setiap daerah di Indonesia memiliki cerita-cerita lama yang bisa diadaptasi untuk dikemas menjadi dokumenter yang berkualitas. Dapat berbentuk adaptasi langsung seperti cerita-cerita peninggalan lelulur atau apabila cerita tersebut mengandung unsur-unsur universal yang relevan untuk masa sekarang, kemasannya bisa disesuaikan dengan zaman modern. Isu-isu menarik yang berkembang dimasyarakat dapat diperhatikan sebagai sumber mengembangkan ide membuat dokumenter. Maka seorang produser harus selalu membuka mata lebar-lebar dan telingga memiliki pendengaran hingga menjangkau katulistiwa ibaratnya. Isu-isu yang berkembang bukan hanya dikalangan masyarakat luas tetapi disetiap pelosok desa, satu kompleks pemukiman dan lingkup yang lebih kecil justru memiliki gairah cerita yang berbeda. 3. Berita di Media Massa dan Isu-isu menarik Berita-berita yang ada dimedia massa (koran, majalah, radio, dan televisi) adalah alternatif sumber ide yang relatif murah dan meriah. Media massa saat ini sangat beragam memberikan informasi berita sebagai ladang cerita yang tidak ada habisnya. Setiap hari terbit puluhan koran, beberapa majalah, serta ratusan informasi dari berita radio dan televisi. Setiap koran menyajikan rubik-rubik; internasional, nasional, kota/daerah, ekonomi, olah raga, lifestyle, wisata dan lain sebagainya. Majalah lebih spesifik, maka pilihan jenis majalahnya berarti telah memutuskan untuk mencari ide yang sesuai dengan kehendak jenis majalahnya. Berita di radio dan televisi sangat cepat dan ketat mengalir sepanjang hari. Sebagai sumber informasi yang disajikan sesuai dengan realita sangat cocok untuk mencari ide. Cukup mendengarkan dan melihat berbagai informasi peristiwa yang terjadi akan memperkaya wawasan terhadap berbagai persoalan hidup, penyakit sosial, kewibawaan pemerintah dan lain sebagainya yang sayang dilewatkan begitu saja. 4. Browsing Internet Pada zaman konvergensi media, maka internet merupakan teknologi yang mumpuni sebagai bagian hidup masyarakat disegala bidang. Tak terkecuali para produser yang ingin mencari ide untuk membuat program dokumenter. Kemampuan internet sebagai menjadi kamus cepat saji
yang mudah dikunjungi, sangat membantu kelancaran pengembangan ide yang sedang digarap. Dengan searching diinternet, kita bisa mencari artikel-artikel yang berkaitan dengan tema film dokumenter yang akan dibuat. Ide membuat dokumenter “Keajaiban Anak Suku Bajo” penulis dapatkan dari searching di internet. Karena mendapatkan informasi yang sangat menarik dari lokasi terpencil dan jauh sulit didapat bila tidak melalui internet. Suku Bajo di Pulau Bau-Bau Sulawesi Tenggara memiliki kebiasaan yang sangat unik, karena kondisi keterbelakangan serta kemiskinan, menyebabkan anak-anak suku Bajo hampir tidak ada yang sekolah. Bagi mereka sekolah bukanlah hal yang membanggakan tetapi bisa berenang dan menyelam sudah bekal hidup yang cukup. Rata-rata usia 5 tahun anak-anak Bajo sudah mahir berenang, bahkan diantara mereka ada yang tuli sejak lahir. Hal tersebut justru menjadi kelebihannya, karena anak tersebut mampu menyelam diperairan hingga kedalaman 10 meter lebih untuk mencari ikan. Namun saat ini timbul permasalahan dimana ikan diperairan wilayah tinggal Suku Bajo mulai berkurang karena banyak nelayan yang menggunakan bom untuk mencari ikan. 5. Inspirasi dari film Dokumenter yang pernah dibuat Dari sekian banyak film dokumenter yang diputar televisi, siapapun yang menyaksikannya akan mendapatkan inspirasi dari cerita-cerita yang sudah ada untuk dibuat menjadi cerita yang berbeda. Tentu harus berbeda subyek/objek atau karakter utama dan pengarapan ceritanya. Seperti dokumenter tentang keindahan Pulau Raja Ampat di Papua yang masih alami, penulis terinspirasi dengan lokasi wisata andalan di Vietnam Ha Long Bay yang oleh Unesco ditetapkan sebagai peninggalan warisan dunia yang dilindungi. Pada proses mengeksplorasi ide seperti ini, seorang produser dituntut untuk bisa memberikan nuansa ide agar bisa memodifikasi sebuah karya dokumenter menjadi sebuah cerita dari pandangan yang berbeda. Terinspirasi dari karya orang lain tidak dilarang, artinya tidak ada ide orisinil tapi seluruhnya disebabkan oleh variabel lain yang mempengaruhinya. Semakin banyak program televisi yang dilihat, semakin banyak inspirasi yang muncul. Kemunculan ide dalam ingatan-ingatan tadi segera ditanggapi dengan serius untuk tulis. Pengabungan inspirasi dengan data-data yang dimiliki sendiri, berarti kita telah memodifikasi cerita tanpa harus mengcopy paste cerita orang lain. II. Menuangkan Ide dalam Film Statement dan Treatment Semua ide yang telah diputuskan harus segera ditulis untuk membuat diri kita fokus dan otak kita terkunci menatap kedepan cerita seperti apa yang akan kita buat agar menarik. Ide harus direalisasikan dengan mencapai makna dari isi cerita yang menjadi sasaran tembak. Maka
mulailah menuangkan ide dalam suatu kalimat terdahulu, dilanjutkan dengan beberapa kalimat lagi/satu paragraf yang pengertiannya lebih luas tentang pokok perumusan masalah yang ingin dipecahkan, sebagai rangkaian film dokumenter yang dikenal dengan film statement. ”Bagaimana melestarikan keberadaan Kota Tua dari pengembangan kota
metropolitan
Jakarta” (ide cerita) ”Peninggalan bangunan bersejarah, sarana dan prasarana tradisional dalam lingkungan Kota Tua Jakarta merupakan kekayaan warisan bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Bagaimana menjaga keuntuhannya sebagai saksi bisu kota Batavia dahulu kala? Siapakah yang paling berperan melindungi Kota Tua sebagai aset wisata ditengah-tengah gemerlapnya kota modern? (sudah dituangkan dalam bentuk film statement). Setelah menuliskan film statement harus dilanjutkan dengan membuat treatment/outline yang akan menjabarkan cerita secara detail, scene per scene. Ada dua cara untuk menjabarkan cerita dalam outline. Cara pertama memecah cerita dalam beberapa sekuen lalu tuliskan garis besar setiap scene yang diinginkan. Contoh sebagai berikut;
1. Sekuen Opening.
9 Sejumlah bangunan tua yang kokoh dengan gaya arsitektur Eropa menjadi saksi bisu keramaian pusat kota Batavia dahulu kala.
9 Turis dan warga berbaur menikmati jalan-jalan sempit diantara bangunan tempo dulu. 9 Stasiun Beos yang tetap menjalankan fungsinya menjadi pusat transportasi kereta api kota metropolitan Jakarta. 2. Sekuen Introduction Kota Tua Batavia
9 Suasana keramaiannya kini berubah menjadi kota wisata yang mengambarkan ketenangan warganya karena dikelilingi bangunan tua bernilai sejarah dan dipenuhi para seniman dan pengunjung yang ingin berekreasi atau mencari tahu rahasia yang tersembunyi dari setiap sudut kota tua.
9 Bekas gedung Balai Kota tampak berwibawa menjadi pintu gerbang memasuki kota tua dengan pedesterian jalan yang lapang dipercantik hijaunya pepohonan, sehingga menampilkan kombinasi yang kontras dengan corak putih bangunan di Kota Tua. 3. Sekuen Pelabuhan Sunda Kelapa
9 Dahulu kala pintu masuk utama menuju Batavia adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan yang berada tepat diujung sebelah Utara Kota Tua ini merupakan satu kesatuan sebagai pusat bisnis dan perdagangan pada masa keemasannya.
9 Walaupun pelabuhan Tanjung Priok telah mengantikan posisinya sebagai pintu masuk melalui laut saat ini. Pelabuhan Sunda Kelapa tetap eksis sebagai pusat perdagangan para kapal nelayan dan kapal tradisional lainnya. dst Cara kedua yaitu dengan menuliskan treatment/outline sekuen dan scene pada kartu tempel diwhite board. Dengan tersusunnya outline pada kartu akan terlihat alur atau pacing dari cerita. Tuliskan keterangan singkat pada setiap scene dikartu, lalu susunlah berdasarkan urutannya. Setelah itu amati kembali scene yang tersusun tadi, cerita berjalan mulus atau tersendat? Adakah breathing space yang cukup pada cerita tersebut. Apakah rising action pada setiap sekuen tergambarkan? Sistem kartu ditempel ini sangat memudahkan untuk merubah-rubah susunan sekuen dan scene sesuai dengan keinginan kita yang merencanakan untuk membuat treatment yang terbaik. Outline disebut juga skrip dalam bahasa teknisnya. Skrip adalah cerita rekaan tentang film yang akan dibuat. Skrip juga suatu gambar kerja keseluruhan dalam memproduksi dokumenter, jadi pekerjaan akan lebih terarah. Ada beberapa fungsi skrip bagi filmaker dokumenter; Æ Skrip adalah alat struktural dan organizing yang dapat dijadikan referensi dan guide bagi semua orang yang terlibat. Jadi, dengan skrip dapat mengkomunikasikan ide film ke seluruh kru produksi. Æ Skrip penting untuk juru kamera dalam menangkap mood peristiwa ataupun masalah teknis yang berhubungan dengan kerja juru kamera. Æ Skrip juga menjadi dasar kerja bagian produksi, karena dengan membaca skrip dapat diketahui kebutuhan dan yang kita butuhkan untuk memproduksi film. Æ Skrip juga menjadi guide bagi editor karena dengan skrip dapat diperlihatkan struktur film yang telah dibuat. Æ Dengan adanya skrip akan terencana siapa saja yang akan kita wawancarai dan kita butuhkan sebagai narasumber. Ide, film statement dan treatment/outline diatas sebagai panduan awal untuk menentukan langkah selanjutnya mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh produser dalam membuat perencanaan dan struktur cerita dokumenter. Ada empat kriteria film dokumenter yang bisa menjadi acuan untuk membuat perencanaan yang baik, yaitu;
Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi.
Film dokumenter menuturkan realita.
Sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya.
Struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.
Setelah mendapatkan ide/bahan cerita yang akan digarap menjadi suatu film dokumenter. Alangkah baiknya seorang produser memahami secara jernih delapan elemen pembuatan dokumenter, agar dalam proses pembuatan nanti lancar mengeksekusinya, lengkap materi yang dibutuhkan dan efisien dari segi waktu, tenaga serta pikiran. Kedelapan elemen pembuatan dokumenter tersebut yang harus dijawab seorang produser adalah; 1. Apakah anda sudah memahami serta menguasai tema dan subyek secara mantap? 2. Apakah anda memiliki ikatan emosi yang kuat dengan subyek-meskipun sebenarnya ada subyek lain yg secara praktis lebih mudah digarap? 3. Apakah antara ide, tema, dan subyek memiliki kecocokan? 4. Apakah ada motivikasi kuat untuk lebih mendalami subyek yang telah anda amati? 5. Apakah subyek tersebut memiliki arti penting yang mendasari pokok pemikiran ide anda? 6. Hal-hal apakah yg luar biasa menariknya dari tema & subyek tersebut? 7. Bagaimana pendalaman serta pembatasan yg dapat difokuskan agar film menjadi menarik dan berkesan? 8. Apa yg akan dan dapat dipresentasikan dari dokumenter ini-melaui bentuk, gaya dan pendekatan yg segar dan baru? III. Riset Program Dokumenter Televisi Setelah mengetahui bagaimana mendapatkan ide cerita yang sangat beragam dari yang paling mudah hingga yang perlu merenung, ngutak-atik dokumen atau segaja mengeksplorasi lebih mendalam. Ide yang didapat artinya cerita mulai terbentuk, untuk mengembangkannya lakukan riset terkait ide yang dipilih. Selanjutnya ide tersebut harus dirumuskan dengan strategi yang tepat dengan melakukan penelitian. Riset untuk memproduksi program dokumenter harus fokus pada beberapa berikut ini; z Aspek-aspek visual harus selalu dipikirkan dan diperhatikan. z Kerjasama & komunikasi dengan penulis/produser, sutradara dan juru kamera. z Riset pendahuluan dengan melakukan analisis visi visual. (gambaran untuk pengembangan ide). Riset akan menolong kita untuk mengetahui unsur nyata dari sebuah cerita. Inilah perlunya melakukan penelitian terhadap karakter dan suatu peristiwa dengan cermat dan teliti. Semakin banyak referensi yang dibaca, kita akan semakin luas membelah sebuah peristiwa. Kita akan mudah menempatkan induk-induk cerita dengan bagian-bagian kecil yang menjadi pilar didalam
alur cerita. Semakin dalam kita mengenal karakter utama dan pendamping dari cerita yang menarik, akan semakin gamblang kita menyusun cerita ke cerita sehingga karya dokumenter ini akan mengalir secara wajar. Adapun pembagian dari jenis data yang akan digunakan dalam penelitian proses produksi dokumenter adalah sebagai berikut:
9 Riset Text berupa data tulisan; buku, majalah, koran, surat, selebaran, artikel, email dan lain-lain. Fokus perhatian; premis, pengemasan, struktur, gaya bahasa, tata bahasa, kosa kata.
9 Riset Act berupa data audio/visual; film/video, drama, tarian, foto, lukisan, poster, dan lain sebagainya. Æ Fokus perhatian video; Angle kamera, framing/komposisi gambar, pencahayaan/ artistik, sekuen/scene, pemaknaan unsur gambar pada content cerita. Æ Fokus perhatian audio; teknik penulisan naskah, pemilihan dan pengaturan sound-up dan sound-bite, pemilihan dan pengaturan ilustrasi musik serta sound effect, pemaknaan unsur suara pada content cerita.
9 Riset Art Sulpture berupa data fisik; patung, ukiran, dan sebagainya. Fokus perhatian; premis, struktur, pemaknaan unsur seni pahat.
9 Riset Art Music berupa data suara; bunyi-bunyian, musik, lagu. Fokus perhatian; pemaknaan unsur suara pada birama.
9 Riset Talk berupa data mengenai subyek, narasumber; wawancara, obrolan, diskusi, dan lain-lain. Fokus perhatian; premis, dialek, gaya bahasa, tata bahasa, kosa kata. Riset Artefak berupa data lokasi tempat kejadian/peristiwa; bangunan, landskap, puing dan sebagainya. Fokus perhatian; situasi makro, ornament lingkungan, gaya arsitektur.
Daftar Pustaka 1. Atkins Jr, Jim & Willette, Leo. 1965. Filming TV News and Documentaries. New York: Amphoto. 2. Ayawaila, Gerzon. 2009. Dokumenter: Dari Ide Sampai Produksi. Jakarta: FFTV IKJ Press. 3. Fachrudin, Andi. 2012. Dasar Dasar Produksi Televisi. Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana. 4. Nugroho, Fajar. 2007. Cara Pintar Bikin Dokumenter. Yogyakarta: Penerbit Indonesia Cerdas.