perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IMPLEMENTASI UNDANG
UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
Penulisan Hukum (Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: BAGAS PRASETYO UTOMO NIM. E0007259
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
IMPLEMENTASI UNDANG
UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
Oleh: BAGAS PRASETYO UTOMO NIM. E0007259
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 11 Januari 2013 Dosen Pembimbing
Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. NIP. 195602121985031004
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi) IMPLEMENTASI UNDANG UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI Oleh: BAGAS PRASETYO UTOMO NIM. E0007259 Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada : Hari
:
Selasa
Tanggal
:
22 Januari 2013
DEWAN PENGUJI 1.
2.
3.
Waluyo, S.H., M.Si. Ketua
:
...............................................................
Dr. I. Gusti Ayu KRH, S.H., M.M. : Sekretaris
...............................................................
Pius Triwahyudi, S.H., M.Si. Anggota
:
..............................................................
Mengetahui Dekan,
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Nama :
BAGAS PRASETYO UTOMO
NIM :
E0007259
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : IMPLEMENTASI UNDANG TENTANG
UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009
PERLINDUNGAN
DAN
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI adalah benarbenar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 11 Januari 2013 yang membuat pernyataan,
BAGAS PRASETYO UTOMO NIM. E0007259
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Bagas Prasetyo Utomo. E 0007259. 2013. IMPLEMENTASI UNDANG UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM PENGELOLAAN LIMBAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dan untuk mengetahui kesesuaian pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dengan peraturan perundang-undangan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian adalah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri serta data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan berupa peraturan perundang-undangan, buku, literatur dan situs situs internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti penulis. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang baku mutu lingkungan hidup. Adapun pengelolaan limbah yang dilakukan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri antara lain ialah pengelolaan limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah tersebut telah diupayakan secara maksimal agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan hidup serta telah dapat dijalankan dengan baik. Secara umum pengelolaan limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, namun jika ditinjau dari baku mutu lingkungan hidup terdapat beberapa indikator yang belum sepenuhnya memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan.
Kata kunci:
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pengelolaan limbah, RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Bagas Prasetyo Utomo. E 0007259. 2013. IMPLEMENTATION OF ACT NUMBER 32 OF 2009 ON THE PROTECTION AND MANAGEMENT OF THE ENVIRONMENT IN WASTE MANAGEMENT AT DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI REGIONAL GENERAL HOSPITAL. Law faculty of Sebelas Maret University Surakarta. The aims of this research are to determine the waste management procedure at dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri regional general hospital and to know the compliance between waste management at dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri regional general hospital and legislation. This is a descriptive empirical legal research by using the qualitative approach. The research location is at dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri regional general hospital. To get the legal materials, the writer use primary data from interview with dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri general hospital and secondary data from legislation, book, and website that related to the legal research. Based on these results, it can be concluded that waste management of RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri implemented based on the laws and regulations pertaining to the protection and management of environmental and regulatory legislation governing environmental quality standards. As for waste management by RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri include management of solid waste, liquid waste and gas waste. In the implementation of the stretcher has been pursued to the fullest so as not to cause pollution of the environment and has been able to run well. Generally, it can be concluded that waste management in RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri is appropriate with the laws and regulations, but when viewed from environmental quality standards there are several indicators that are not yet fully meet the quality standards that has been specified.
Keywords:
Protection and Management of the Environment, Waste Management, RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
-Quran Surat Ar-Ra'd ayat 11-
-Jendral Sudirman-
-Sri Sultan Hamengku Buwono VIII-
-Jawaharlal Nehru-
-Falsafah Jawa-
- Falsafah Jawa -
-Penulis-
commit viito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Karya kecil ini penulis persembahkan kepada : Allah SWT, Pencipta alam semesta yang senantiasa memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, serta junjungan umat Islam Nabi Muhammad SAW; Ayahanda Widjiyono & Ibunda Sulasmi serta Eyang Kakung Sarmo Hadi Sarjono tercinta, terima kasih atas seluruh pengorbanan, cinta kasih dan sayang, bimbingan, doa serta bekal pengetahuan. Kakak-Kakakku: Ir. Joko Purnomo M.H. - Sunani Dwi Antariningrum S.E. Rudhi Triawan S.Sn. Dr. Uswatun Hasanah S.Pd., M.Pd. Yunianto Adhi Purnomo S.E. Otiana Mayahati S.E. Adikku Rizky Trisna Saputra serta keluargaku yang senantiasa memberikan kasih sayangnya dalam hidupku serta kehidupanku; Adinda Gabriela Ofisinarum, terima kasih atas kasih sayang dan semangat untukku; Sahabatku Dorayaki Music Therapy, Anak Mami Kantin FH UNS, Mahasisa Futsal Club, Tim Disipliner Petitum 2010, Laboratorium Seni Teater Delik, Wisma Galuh Kencana Putra serta teman-teman Angkatan 2007. Seluruh pihak yang telah membantu dan menemani penulis selama menempuh studi di Fakultas Hukum UNS yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Almamaterku Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit viiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) dengan judul
IMPLEMENTASI UNDANG
UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
HIDUP
DALAM
PENGELOLAAN
LIMBAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI . Penulisan hukum (skripsi) ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penulisan hukum (skripsi) ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan, baik materil maupun moril yang diberikan oleh berbagai pihak kepada penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada : 1.
Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.
2.
Bapak Harjono S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan bimbingan dan mendidik penulis untuk lebih giat, kreatif dan kritis selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum UNS.
3.
Bapak Pius Triwahyudi S.H., M.Si. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara dan pembimbing penulisan hukum yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu, saran dan kritik yang begitu berharga kepada penulis.
4.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga kelak dapat penulis jadikan bekal dalam kehidupan dimasa depan nantinya.
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
5.
digilib.uns.ac.id
Segenap Staff Perpustakaan Fakultas Hukum dan Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memudahkan penulis dalam mencari referensi.
6.
Ibu dr. Setyarini M.Kes., Bapak dr. Adhi Dharma M.M., Bapak Ismu Nawoto S.K.M., serta seluruh pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7.
Bapak Gatot Gunawan S.H., M.M., Bapak Drs. Antonius Sriyanto serta seluruh pihak Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
8.
Kedua Orang Tua serta Kakekku yang aku banggakan, Kakak-Kakakku dan Adikku serta keluarga besarku yang berharga dalam hidup serta kehidupanku.
9.
Adinda Gabriela Ofisinarum yang telah sabar dalam memahamiku.
10. Sahabat seperjuangan yang saling menyemangati demi sebuah gelar sarjana (Adhi, Dading, Nonok, Sigit, Joko, Rendra, Agrika, Okik, Hamed, Rere, Yuko). 11. Bapak dan Ibu Hakim serta seluruh pegawai Pengadilan Negeri Sukoharjo yang telah memberikan pengetahuan hukum secara nyata dalam kegiatan magang. 12. Teman-teman Keluarga Besar Fakultas Hukum UNS atas kerjasama dan kebersamaannya baik suka maupun duka selama ini. 13. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan waktu, tenaga dan pemikiran serta semangat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan hukum (skripsi) ini ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikian penulisan hukum (skripsi) ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Surakarta, 11 Januari 2013 Penulis,
BAGAS PRASETYO UTOMO
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
........
i
...
ii
.
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
..
PERNYATAAN
..........
iv
ABSTRAK
.................
v
ABSTRACT
...............
vi
...................
vii
HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN
....
viii
KATA PENGANTAR
...
ix
....
xi
DAFTAR ISI
..
DAFTAR TABEL
........
xv
DAFTAR GAMBAR
....
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
....
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
8
C. Tujuan Penelitian
8
D. Manfaat Penelitian
9
E. Metode Penelitian
10
F. Sistematika Penulisan
BAB II
Hukum
16
TINJAUAN PUSTAKA
18
A. Pengertian Lingkungan Hidup
18
B. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Hidup
20
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 1.
21
Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.
21
Peran Para Pihak dalam Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
D. Tinjauan Umum Tentang Limbah Rumah Sakit
23 ...... ...
26
1.
Pengertian Rumah Sakit
26
2.
Pengertian Limbah Rumah Sakit
27
3.
Karakteristik Limbah Rumah Sakit
28
4.
Jenis Limbah Rumah Sakit
29
5.
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
31
E. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan
BAB III
dan Kesehatan
36
F. Kerangka Pemikiran
37
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39
A. Deskripsi Mengenai Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri 1.
Identitas Pemrakarsa
2.
Sejarah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
.......
39 39
Kabupaten Wonogiri
39
3.
Kedudukan dan Profil
40
4.
Struktur Organisasi
42
5.
Pelayanan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
43
B. Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
commit xiito user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1.
Penanggung Jawab dan Pelaksana Pengelolaan Limbah
45
2.
Sumber Limbah
45
3.
Tahap Pengelolaan Limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
51
C. Pemantauan Lingkungan Hidup
59
1.
Pemantauan Limbah Padat
59
2.
Pemantauan Limbah Cair
60
3.
Pemantauan Limbah Gas
63
D. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup 1.
66
Tujuan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
2.
67
Fungsi Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
3.
...
67
Bentuk Laporan dalam Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH)
68
E. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pengelolaan Limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
70
1.
Hambatan
70
2.
Solusi
...
71
F. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri 1.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2.
72
72
Peraturan Perundang-Undangan tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup
commit xiiito user
74
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
digilib.uns.ac.id
PENUTUP
.
77
A. Simpulan
.
77
...
80
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit xivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1
: Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya
Tabel 2
...
: Kualitas Air Limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri (Outlet IPAL)
Tabel 3
61
: Kualitas Air Limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
Tabel 4
52
62
: Kualitas Udara Ambien RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
commit xvto user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1
: Model Analisis Interaktif
15
Gambar 2
: Kerangka Pemikiran
37
Gambar 3
: Bagan Organisasi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri Sesuai Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Noomor 11 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Peragkat Daerah Kabupaten Wonogiri
Gambar 4
.
: Diagram Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit
commit xvito user
43 .
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I
: Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran II
: Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran III : Surat Keterangan Penelitian Lampiran IV : Denah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri Lampiran V
: IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
Lampiran VI : Hasil Laboratorium
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana upaya pembangunan disegala bidang sedang digalakkan secara besar-besaran. Sebagai negara yang berkembang, Indonesia memiliki tujuan dan cita-cita sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
Setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan kesehatan, artinya bahwa pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat harus sadar bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawabnya. Dalam hal ini kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
(3) dinyatakan
Sebagaimana juga termaktub dalam UndangUndang Nomor 36 tahun
Kesehatan
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UndangKetentuan tersebut menjadi dasar bagi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan yang berupa pencegahan dan pemberantasan penyakit, pencegahan dan penanggulangan pencemaran, pemulihan kesehatan, penerangan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat, yang salah satunya dengan pembentukan rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan. Dalam hal pembangunan nasional dibidang kesehatan agar berjalan sesuai dengan tujuan nasional dapat membawa manfaat yang positif maka harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam dan sosial budaya sebagaimana yang diamanatkan Pasal 38 UndangUndang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
umum adalah suatu kegiatan manusia untuk manusia, sehingga secara umum pula bahwa akibat yang ditimbulkan dari pengembangan pembangunan disebabkan oleh
hidup, tetapi perilakunya akan mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
2005:1). Dalam pelaksanaan pembangunan akan menyebabkan perubahan pada lingkungan dan sumber daya alam, tetapi tanpa pembangunan lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak mungkin dapat diwujudkan. Seolah-olah antara pembangunan dan kehendak untuk melestarikan kesadaran dan kemampuan sumber daya alam serta lingkungan hidup saling bertentangan. Oleh sebab itu, keduanya harus dikelola dan ditangani secara serasi dan seimbang. Indonesia sebagai negara hukum telah menetapkan suatu peraturan hukum sebagai dasar hukum yang mengatur mengenai lingkungan hidup, yaitu Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan hidup dari dampak negatif pembangunan, disamping itu juga dimaksudkan agar dalam suatu proses pembangunan nasional yang baik dan memiliki manfaat juga tidak merugikan aspek-aspek lain seperti pencemaran lingkungan yang lama kelamaan dapat merusak lingkungan hidup. Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan
Pengelolaan
Lingkungan
Hidup
menjelaskan
bahwa,
embangunan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan,
Lingkungan hidup Indonesia merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia, karunia tersebut wajib dilestarikan dan dikembangkan agar tetap menjadi sumber kehidupan bagi bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan hidup dengan sumber-sumber dayanya adalah kekayaan bersama yang dapat digunakan setiap orang, yang harus dijaga untuk kepentingan masyarakat dan untuk generasi-generasi mendatang. Perlindungan lingkungan hidup dan sumber daya alamnya dengan demikian mempunyai tujuan ganda, yaitu melayani kepentingan masyarakat secara keseluruhannya guna mencapai pembangunan dan perkembangan disegala bidang, serta melayani kepentingan individu-individu. Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup terdapat suatu aturan hukum yang dapat dijadikan dasar hukum dalam pegelolaan limbah. Aturan hukum mengenai limbah sangat penting mengingat dengan pesatnya pembangunan maka limbah yang dihasilkannya pasti semakin meningkat. Limbah merupakan salah satu sumber pencemaran manusia yang sangat berbahaya, hal itu disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya ketidakpedulian para industriawan maupun masyarakat dalam penanganan limbah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Akibat pencemaran tersebut tentu saja dapat menurunkan kualitas hidup manusia yang ada di lingkungan hidup yang tercemar tersebut. Undang-undang tersebut juga menjelaskan mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Bahan
Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan
dan Beracun (B3) yang dibuang langsung ke lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya, sehingga limbah tersebut harus dikelola dengan baik sesuai dengan standardisasi dan prosedur -63). Terkait dengan limbah khususnya limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu sektor penghasil limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Tidak hanya itu, proses kegiatan di dalam rumah sakit dapat mempengaruhi lingkungan sosial, budaya serta dalam menyelenggarakan upaya yang dimaksud dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan rumah sakit secara tidak langsung dan lama-kelamaan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan juga mengganggu bahkan merusak lingkungan hidup. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
Mengingat seiring berkembangnya pembangunan dibidang kesehatan dan meningkatnya jumlah rumah sakit yang beroperasi maka potensi pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan dari kegiatan rumah sakit juga semakin meningkat. Oleh sebab itu upaya pengendalian pencemaran lingkungan hidup oleh institusi rumah sakit dengan pengelolaan limbah secara benar dan sesuai prosedur serta peraturan hukum yang berlaku akan sangat bermanfaat bagi terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan nyaman. Unsur-unsur yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit termasuk pengelolaan limbahnya antara lain yaitu: 1.
Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit.
2.
Pengguna jasa pelayanan rumah sakit.
3.
Para ahli, pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran.
4.
Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana dan fasilitas yang diperlukan. Upaya pengelolaan limbah rumah sakit telah dilaksanakan dengan
menyiapkan perangkat lunaknya yang berupa peraturan-peraturan hukum, pedomanpedoman dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolaan limbah rumah sakit, sehingga sampai saat ini sebagian rumah sakit pemerintah telah dilengkapi
dengan
fasilitas
pengelolaan
limbah,
meskipun
perlu
untuk
disempurnakan. Namun harus disadari bahwa pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam pengelolaan limbah rumah sakit harus diterapkan standarisasi baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup merupakan salah satu instrumen dalam pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Definisi mengenai baku mutu lingkungan hidup dalam Undang-Undang Nomor 32
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya
Salah satu instansi yang menjadi objek kajian penulis adalah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, sebagai sebuah rumah sakit milik pemerintah yang cukup besar dan memiliki hasil limbah organik maupun non organik yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan industri lain yang berada di Kabupaten Wonogiri. Sesuai dengan pengertian secara umum, rumah sakit adalah lembaga yang melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih menguntungkan masyarakat dan tidak mengambil keuntungan secara komersial. Karena sifat demikian itu, manajemen rumah sakit dalam mengelola rumah sakit ini bukanlah pekerjaan yang mudah, hal ini mengingat rumah sakit harus tetap hidup, disamping itu fungsi sosial tetap dipertahankan. Mengutip penelitian yang pernah dilakukan oleh Chauhan and Malviya menyebutkan bahwa rumah sakit di kota Indore India tanggung jawab utamanya hanya sebatas menyehatkan pasien tanpa mempedulikan pengelolaan limbahnya. Seperti yang tercantum dalam jurnal Evaluation Of Bio-Medical Waste Management Practices In A Government Medical College And Hospital, Chauhan and Malviya (2002) analyzed solid waste management practices in sixteen hospitals of Indore city and found that hospital authorities think that their basic responsibility is to take care of the health of the patients whereas the waste disposal in an environmentally (Srivastav Shalini, Mahajan Harsh, Mathur B.P., 2012:83). Dengan demikian manajemen rumah sakit harus bekerja secara efektif dan efisien, sebab bila timbul satu yang tidak efisien maka akan memberatkan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan rumah sakit, dan salah satunya adalah masalah pengelolaan limbah itu sendiri, yang kadang kurang diperhatikan oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
manajemen rumah sakit. Jangan sampai terjadi rumah sakit yang tujuan utamanya menyehatkan masyarakat, justru menjadi sumber penyakit baru akibat pengelolaan limbah yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Berdasar penjelasan di atas, penulis ingin mengungkapkan sisi lain dari kehidupan manusia, yaitu tentang bagaimana kondisi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang kaitannya dengan pengelolaan limbah di salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Wonogiri. Hal ini dikaitkan dengan penerapan atau Implikasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penulis merasa selama ini dalam hal pengelolaan limbah rumah sakit kurang begitu diperhatikan oleh masyarakat secara umum, masyarakat setidaknya hanya memperhatikan masalah pengelolaan limbah industri saja. Padahal jika dicermati limbah rumah sakit tidak kalah atau sama bahayanya dengan limbah industri, dan jika dalam pengelolaan limbah rumah sakit tidak sesuai dengan prosedur yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan akan menyebabkan penyakit bahkan kematian, dan tentunya juga akan mencemari serta merusak lingkungan. Berdasarkan hal yang telah di uraikan diatas, penulis tertarik untuk IMPLEMENTASI UNDANG NOMOR
32
PENGELOLAAN
TAHUN
2009
LINGKUNGAN
TENTANG HIDUP
UNDANG
PERLINDUNGAN DALAM
DAN
PENGELOLAAN
LIMBAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri?
2.
Apakah pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan?
C. Tujuan Penelitian Dalam suatu kegiatan penelitian pasti terdapat suatu tujuan yang jelas yang hendak dicapai. Tujuan dari penelitian ini untuk memberi arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis melalui penelitian ini adalah: 1.
Tujuan Obyektif a.
Untuk mengetahui pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
b.
Untuk mengetahui apakah pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2.
Tujuan Subyektif a.
Untuk
menambah,
memperluas,
mengembangkan
pengetahuan
dan
pengalaman penulis di bidang hukum administrasi negara, serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis. b.
Untuk mendalami teori dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
c.
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan penulis dalam penyusunan skripsi sebagai syarat akademis guna memperoleh gelar Strata Satu dalam bidang ilmu hukum pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
d.
Untuk memberikan gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum.
D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang dapat diambil, oleh karena itu penulis berharap bahwa kegiatan penelitian dalam penulisan hukum ini akan bermanfaat bagi penulis maupun orang lain. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain: 1.
Manfaat Teoritis a.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.
b.
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi di bidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.
Manfaat Praktis a.
Hasil
penelitian ini
diharapkan
dapat
memberikan
jawaban
atas
permasalahan yang diteliti dan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada para pihak yang membutuhkan pengetahuan yang terkait langsung dengan penelitian ini. b.
Menjadi wadah bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dapat dijadikan bekal oleh penulis untuk terjun ke dalam masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
E. Metode Penelitian Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang pengertian metodologi penelitian hukum. Dalam penulisan ini penulis mengutip pendapat dari Soerjono Soekanto yang menyatakan bahwa: Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 2008:43). Istilah namun demikian, menurut kebiasaan metode dirumuskan dengan kemungkinankemungkinan sebagai berikut (Soerjono Soekanto, 2008:5): 1.
Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian.
2.
Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.
3.
Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur. Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan masalah
dengan jalan menemukan, mengumpulkan, menyusun data guna mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya dituangkan dalam penulisan ilmiah (skripsi). Adapun metode penelitian dalam penulisan hukum ini meliputi: 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian ini adalah jenis
pada awalnya adalah data sekunder, kemudian dilanjutkan pada data primer di ini mengkaji mengenai pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
2.
Sifat Penelitian Penelitian yang penulis susun termasuk penelitian yang bersifat deskriptif. Yang dimaksudkan dari penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksud utamanya ialah mempertegas hipotesa-hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori teori lama, atau di dalam kerangka penyusun teori baru
(Soerjono Soekanto,
2008:10). Dalam pelaksanaan penelitian deskriptif ini tidak sebatas pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan interpretasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan kesimpulan yang dapat didasakan pada penelitian data.
3.
Pendekatan Penelitian enelitian ini jenis pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan yang digunakan oleh penulis dengan mendasarkan pada data-data yang akan dinyatakan melalui tulisan dan/atau lisan, seta perilaku yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2008:250). Pendekatan kualitatif ini penulis gunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain: a.
Metode ini mampu menyesuaikan secara lebih mudah untuk berhadapan dengan kenyataan.
b.
Metode ini lebih peka dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan banyak penajaman terhadap pola pola nilai yang dihadapi.
4.
Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Mangun Sumarso Wonogiri yang berada di jalan Achmad Yani No. 40 Kabupaten Wonogiri. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri merupakan rumah sakit daerah milik pemerintah yang cukup besar dan memiliki hasil limbah organik maupun non organik yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan industri lain yang berada di Kabupaten Wonogiri.
5.
Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari lapangan yang menjadi objek penelitian atau yang diperoleh langsung dari responden yang berupa keterangan atau fakta-fakta (Soerjono Soekanto, 2008:12).
b.
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang menunjang dan mendukung data primer, yang diperoleh dari studi kepustakaan yaitu membaca dan mempelajari buku buku maupun literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
6.
Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.
Sumber Data Primer Merupakan sumber data yang berasal dari pihak-pihak yang ada hubungannya langsung dengan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dengan menggunakan wawancara mendalam terhadap pihak-pihak yang terkait di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Keberhasilan dalam pengumpulan data terletak pada saat wawancara. b.
Sumber Data Sekunder Merupakan sumber data yang mendukung sumber data primer, yaitu diperoleh dari peraturan perundang-undangan, buku, literatur dan situs situs internet yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti penulis.
7.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam penulisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a.
Interview (Wawancara) Dilakukan dengan cara wawancara dengan bertatap muka dan mengadakan tanya jawab secara langsung guna memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Wawancara ini dilakukan dengan pihakpihak yang terkait, yaitu dari pihak Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
b.
Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data sekunder yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi, hasil penelitian terdahulu dan bahan kepustakaan lain yang digunakan sebagai acuan penulis yang tentunya berkaitan dengan masalah yang diteliti.
8. Teknik Analisis Data knik analisis kualitatif dengan interaktif model, yaitu komponen reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan data, kemudian setelah data terkumpul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
maka tiga komponen tersebut berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang maka p (H.B. Sutopo, 2002:8). Adapun ketiga kompenen tersebut, menurut H.B Sutopo adalah sebagai berikut: a.
Reduksi Data Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi dari data (fieldnote).
b.
Penyajian Data Merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian yang dapat dilakukan. Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang diteliti.
c.
Simpulan dan Verifikasi Dari permulaan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proposi. Kesimpulan akan ditangani dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan telah disediakan, mula-mula belum jelas, meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan pokok. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama ia menulis, atau mungkin dengan seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali (HB. Sutopo, 2002:97). Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai
hal yang ditemui. Dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan dan polapola, pernyataan-pernyataan dan konfigurasi yang mungkin, arahan, sebab akibat, dan berbagai kemungkinan, kesimpulan perlu dipastikan agar cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Untuk lebih jelasnya, analisis data kualitatif model interaktif dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikan kesimpulan atau Verifikasi Gambar 1. Model Analisis Interaktif
(H.B. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif) Maksud model analisis interaktif ini, pada waktu pengumpulan data peneliti selalu membuat reduksi dan sajian data. Reduksi dan sajian data harus disusun pada waktu peneliti sudah memperoleh data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian. Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan pada semua hal yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka peneliti dapat kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (HB. Sutopo, 2002:95 96).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
F. Sistematika Penulisan Hukum Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai sitematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baku dalam penulisan hukum, maka penulis menyiapkan suatu sitematika penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang tiap-tiap bab terbagi dalam subsub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan hukum tersebut adalah sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Hukum.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai hasil kepustakaan yang meliputi dua hal yaitu Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran. Kerangka teori akan diuraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pokok masalah dalam penelitian ini yang meliputi Pengertian Lingkungan Hidup, Pengertian Baku Mutu Ligkungan Hidup, Tinjauan Umum Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Tinjauan Umum Tentang Limbah Rumah Sakit, serta Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan. Sedangkan Kerangka Pemikiran akan disampaikan dalam bentuk bagan dan uraian singkat.
BAB III
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan sebagai jawaban perumusan masalah mengenai bagaimanakah pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dan apakah pengelolaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
limbah tersebut sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan. BAB IV
: PENUTUP Bab ini merupakan bagian akhir dari penulisan hukum ini. Pada bab ini akan disampaikan kesimpulan-kesimpulan yang diambil berdasarkan
hasil
penelitian
dan
disampaikan atas penulisan hukum ini. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
saran-saran
yang
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lingkungan Hidup Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat ungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
p adalah semua benda, daya, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia dan makhluk hidup berada dan dapat
Pengertian dan definisi lingkungan hidup menurut para ahli antara lain sebagai
berikut
(http://carapedia.com/pengertian_definisi_lingkungan_hidup
menurut_para_ahli/info951.html): 1.
Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita.
2.
S.J. Mcnaughton dan Larry L. Wolf Lingkungan hidup adalah semua faktor eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengarui kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme.
3.
Prof. Dr. St. Munadjat Danusaputro, S.H. Lingkungan hidup sebagai semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya, yang terdapat dalam ruang tempat
commit 18to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
manusia berada dan mempengaruhi hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. 4.
Prof. Emil Salim Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
5.
Sri Hayati Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.
6.
Jonny Purba Lingkungan
hidup
adalah
wilayah
yang
merupakan
tempat
berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditegaskan bahwa lingkungan hidup merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang bersifat timbal balik. Terlebih manusia mencari makan dan minum serta memenuhi kebutuhan lainnya dari ketersediaan sumber-sumber yang diberikan oleh lingkungan hidup dan kekayaan alam sebagai sumber utama dan terpenting bagi pemenuhan kebutuhan (N.H.T. Siahaan, 2004:23). Pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia inilah yang membawa konsekuensi logis, bahwa manusia hidup berdampingan dengan lingkungan, dan banyaknya pencemaran terhadap lingkungan sebisa mungkin harus dikurangi dan bahkan dihindari demi kenyamaman hidup setiap makhluk hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
B. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Hidup Definisi mengenai baku mutu lingkungan hidup dalam Undang-Undang ku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu
Baku mutu lingkungan hidup merupakan salah satu instrumen dalam pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Pencemaran lingkungan hidup yang dimaksud adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dan adapun yang dimaksud dengan kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 pada Bab V Paragraf ke 3 (tiga) Pasal 20 mengenai Baku Mutu Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa dalam penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan hidup antara lain meliputi: 1.
Baku mutu air;
2.
Baku mutu air limbah;
3.
Baku mutu air laut;
4.
Baku mutu udara ambien;
5.
Baku mutu emisi;
6.
Baku mutu gangguan;
7.
Baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu juga menyebutkan bahwa setiap orang diperbolehkan untuk
membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan: 1.
Memenuhi baku mutu lingkungan hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
2.
Mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Baku mutu lingkungan hidup diperlukan untuk menetapkan apakah sudah
terjadi kerusakan lingkungan yang artinya apabila suatu lingkungan hidup keadaannya telah berada diatas batas ukuran atau kadar baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka lingkungan hidup tersebut telah mengalami pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
C. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 1.
Pengertian Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Definisi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat (2) ialah dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
Dalam pasal tersebut mengandung pengertian bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang diharapkan Indonesia memiliki cakupan luas yang meliputi berbagai upaya yang bersifat persuasif, preventif, kuratif, dan jika perlu bersifat represif. Dr. Lilin Budiati dalam bukunya Good Governance dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai berikut: Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan usaha pencegahan, penaggulangan kerusakan dan pencemaran serta pemulihan kualitas lingkungan hidup, yang mana telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan dan program serta kegiatan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
didukung oleh sistem pendukung perlindungan dan pengelolaan lingkungan lainnya (Dr. Lilin Budiati, 2012:25). Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia pada umumnya mengandung dua aspek, yaitu formal dan informal. Secara formal tanggung jawab Pemerintah menjadi dominan dan sebagian besar bertumpu pada landasan hukum dan peraturan yang disiapkan untuk mengatur mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pada saat ini landasan hukum yang digunakan sebagai dasar dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang di dalamnya dirumuskan mengenai Pengertian, Asas, Tujuan, Dan Ruang Lingkup, Perencanaan, Pemanfaatan, Pengendalian, Pemeliharaan, Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun Serta Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun, Sistem Informasi, Tugas Dan Wewenang Pemerintah Dan Pemerintah Daerah, Hak, Kewajiban, Dan Larangan, Peran Masyarakat, Pengawasan Dan Sanksi Administratif, Penyelesaian Sengketa Lingkungan, Penyidikan Dan Pembuktian, Ketentuan Pidana, Ketentuan Peralihan, Ketentuan Penutup. Kendala-kendala yang sering terjadi dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup antara lain (Dr. Lilin Budiati, 2012:27): a.
Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM);
b.
Eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA);
c.
Lemahnya implementasi peraturan perundang-undangan;
d.
Lemahnya penegakan hukum lingkungan;
e.
Kurangnya pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup;
f.
Penerapan teknologi yang tidak ramah lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
2.
Peran Para Pihak dalam Pelaksanaan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan dan memiliki kewajiban dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha. a.
Pemerintah Pemerintah pusat merupakan pihak yang paling berperan dan pihak yang paling bertanggung jawab dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemerintah pusat bertanggung jawab untuk merancang,
merumuskan
dan
mengimplementasikan
kebijakan
pembangunan lingkungan yang berkelanjutan. Dalam hal ini telah pemerintah pusat menetapkan suatu kebijakan nasional tentang lingkungan hidup berupa aturan hukum nasional, yaitu dengan dikeluarkannya UndangUndang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Disamping itu pemerintah pusat juga bertanggung jawab sebagai pengawas serta penegak hukum lingkungan. Disamping pemerintah pusat, pemerintah daerah juga memiliki peran
desentralisasi perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup maka dalam pelaksanaannya akan lebih efisien karena merantai pengawasan dan pelaksanaan menjadi lebih pendek serta adanya rasa memiliki (sense of belonging pemerintahan daerah juga harus dibentuk suatu lembaga yang mengurusi lingkungan hidup, baik berupa kantor atau badan agar dalam koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat semakin mudah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
b.
Masyarakat Dalam Pasal 65 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia. Masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Disamping itu masyarakat juga berhak mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup. Anggota masyarakat, baik perorangan maupun kelompok dan lembaga swadaya masyarakat seperti organisasi lingkungan hidup atau korban pencemaran dan perusakan lingkungan hidup juga dapat melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup tersebut kepada kantor lingkungan hidup. Selain itu, sesuai Pasal 67 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
c.
Pelaku usaha Bagi setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan sesuai dengan Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan untuk: (1) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu. (2) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
(3) Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Sesuai Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Setiap
usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup
Dokumen
AMDAL
merupakan
dasar
keputusan
kelayakan
atau
ketidaklayakan lingkungan hidup yang ditetapan berdasarkan penilaian Komisi Penilai AMDAL, Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Selain daripada itu, sesuai Pasal 34 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dalam kriteria wajib AMDAL wajib memiliki UKL (Upaya Pengelolaan
Sedangkan untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL dan UPL wajib membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Disamping itu untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memilik AMDAL atau UKL dan UPL diwajibkan untuk memiliki izin lingkungan sesuai dengan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Izin lingkungan tersebut diterbitkan oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya wajib menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak dilengkapi dengan AMDAL atau UKL dan UPL.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
D. Tinjauan Umum Tentang Limbah Rumah Sakit 1.
Pengertian Rumah Sakit Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, stitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, namun seiring dengan kemajuan hal tersebut membawa dampak negatif, yaitu membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit, khususnya jika dalam suatu rumah sakit pengelolaan limbahnya tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga terkadang menimbulkan kerugian kepada masyarakat sekitar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2.
Pengertian Limbah Rumah Sakit Definisi limbah secara umum adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah) atau juga dapat dihasilkan oleh alam yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis, disamping itu juga dapat mencemari lingkungan serta membahayakan kesehatan dan kelangsungan hidup makhluk. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan non organik. Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
Dalam kegiatan rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan tentunya menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa benda cair, padat dan gas. Adapun yang dimaksud dengan limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa karakteristik dan jenis limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Limbah rumah sakit sangat mungkin mengandung zat yang berbahaya dan beracun yang dapat dikelompokan dalam limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3), karena mengandung zat kimia yang beracun dan juga bakteri pathogen (Heruna Tanty, 2003:87). Adapun yang dimaksud dengan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dijelaskan bahwa: Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah terutama limbah rumah sakit yang dapat dikategorikan sebagai limbah Bahan Beracun Berbahaya (B3) dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Penanganan limbah ini tentunya tidak hanya sekedar mengolahnya atau mendaur ulangnya langsung tanpa memperhatikan karakteristik dan jenis limbah serta cara penangannanya, karena dari setiap limbah yang ada mempunyai ciri berbeda terhadap dampak yang ditimbulkanya.
3.
Karakteristik Limbah Rumah Sakit Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu karakteristik yang berbeda-beda, termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: a.
Berukuran mikro Karakteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah atau volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak bisa terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai yang di buang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan.
b.
Dinamis Yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara pencemarannya yang tidak dalam waktu singkat dapat menyebar dan mengakibatkan pencemaran. Biasanya limbah dalam menyerbar diperlukan waktu yang cukup lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
c.
Berdampak luas (penyebarannya) Luasnya dampak yang ditimbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Contoh dari besarnya dampak yang ditimbulkan Minamata disease Jepang yang mengakibatkan nelayan-nelayan mengidap paralis (hilangnya kemampuan untuk bergerak karena kerusakan pada saraf).
d.
Berdampak jangka panjang (antar generasi) Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya tidak sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat mengakibatkan turunannya mengalami hal serupa.
4.
Jenis Limbah Rumah Sakit Secara umum limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Yang dimaksud dengan limbah klinis ialah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Selain limbah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan limbah non klinis atau dapat disebut juga dengan limbah non medis. Limbah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain-lain). Pada umumnya limbah rumah sakit berupa limbah infeksius, limbah patologi, limbah farmasi, limbah kimia, limbah genotoksik dan limbah radioaktif sebagaimana yang dituliskan Md. Shahjahan Kaisar Alam Sarkar, Muhammad
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Azizul Haque dan Tanvir Ahmed Khan dalam jurnal Hospital Waste
infectious waste, pathological waste, pharmaceutical waste, chemical waste, (Md. Shahjahan Kaisar Alam Sarkar, Muhammad Azizul Haque and Tanvir Ahmed Khan, 2006:32). Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut (http://www. smallcrab.com/kesehatan/764-jenis-dan-pengaruh-limbah-rumah-sakit terhadaplingkungan-dan-kesehatan): a.
Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, dan pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cidera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
b.
Limbah infeksius Limbah infeksius adalah limbah yang dapat berupa limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif), dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular.
c.
Limbah jaringan tubuh Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh yang biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
d.
Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc.
e.
Limbah farmasi Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obatobat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
f.
Limbah kimia Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
g.
Limbah radioaktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis yang dapat berbentuk padat, cair atau gas.
5.
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari suatu kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. Pengolahan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment). Syarat yang harus dipenuhi dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
pengelolaan limbah rumah sakit pada umumnya ialah tidak mencemari udara, air, atau tanah, dan tidak menimbulkan bau (segi estetis). Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber, harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun, harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melakukan (Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004): a.
Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum membelinya.
b.
Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
c.
Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
d.
Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.
e.
Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
f.
Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
g.
Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa.
h.
Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
i.
Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh distributor.
1) Pengelolaan Limbah padat Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah klinis padat dikategorikan menjadi 5 golongan sebabagi berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
a)
Golongan A: (1) Pembalut bedah (dressing), kain penyeka (swab) dan semua limbah padat yang terkontaminasi dari kamar bedah. (2) Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi. (3) Seluruh jaringan tubuh manusia yang terinfeksi maupun tidak, bangkai/jaringan hewan dari laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pembalut bedah (dressing) dan kain penyeka (swab).
b) Golongan B: Alat suntik bekas (syringe), jarum, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya. c)
Golongan C: Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A.
d) Golongan D: Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu. e)
Golongan E: Pelapis pispot (bedpan disposable), urinoir, incontinencepad, dan stomacher. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah klinis padat, setelah
dilakukan penggolongan atau pemisahan lalu dilakukan penampungan, pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
2) Pengelolaan Limbah Cair Limbah
cair
rumah
sakit
mengandung
bermacam-macam
mikroorganisme, bahan-bahan organik dan non organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
a)
Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System) Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yakni: (1) Pompa air kotor (pump swap); (2) Kolam stabilisasi (stabilization pond) 2 buah; (3) Bak Klorinasi; (4) Ruang kontrol (control room); (5) Inlet; (6) Incenerator antara 2 kolam stabilisasi; (7) Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.
b) Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System) Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian
air
limbah
dialirkan
ke
bak
sedimentasi
untuk
mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari: (1) Pompa air kotor (pump swap); (2) Pompa air kotor (oxidation ditch);
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
(3) Bak pengendapan (sedimentation tank); (4) Bak klorinasi (chlorination tank); (5) Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed), biasanya 1-2 petak; (6) Ruang kontrol (control room).
c)
Pengolahan dengan sistem penyaringan anaerobik (anaerobic filter treatment system). Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami pengolahan awal dengan septictank (inchaff tank). Proses pengolahan dengan sistem penyaringan anaerobik (anaerobic filter treatment) biasanya akan menghasilkan aliran air (effluent) yang mengandung zatzat asam organik dan senyawa anorganik dalam proses oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum aliran air (effluent) dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti. Sistem pengolahan anaerobik (anaerobic treatment) terdiri dari komponen-komponen yang antara lain sebagai berikut: (1) Pompa air kotor (pump swap); (2) Septic tank (inhaff tank); (3) Penyaring anaerobik (anaerobic filter); (4) Bak stabilisasi (stabilization tank); (5) Bak klorinasi (chlorination tank); (6) Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed); (7) Ruang kontrol (control room).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya: (1) Volume septic tank (inhaff tank); (2) Jumlah penyaringan anaerobik (anaerobic filter); (3) Volume bak stabilisasi (stabilization tank); (4) Jumlah bak klorinasi (chlorination tank); (5) Jumlah tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed); (6) Perkiraan luas lahan yang diperlukan.
E. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan
berbagai
masalah,
antara
lain
(http://
www.
smallcrab.com/kesehatan/764-jenis-dan-pengaruh-limbah-rumah-sakit-terhadaplingkungan-dan-kesehatan): 1.
Gangguan kenyamanan dan estetika Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2.
Kerusakan harta benda Dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
3.
Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang Ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
4.
Gangguan terhadap kesehatan manusia Ini dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
5.
Gangguan genetik dan reproduksi Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida dan bahan radioaktif.
F. Kerangka Pemikiran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan Rumah Sakit
Limbah Rumah Sakit (Cair, Padat, Gas)
Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Standar Baku Mutu Lingkungan Hidup
Perlindungan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan: Dalam penelitian ini penulis membahas mengenai implementasi atau pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, rumah sakit dalam melaksanakan kegiatannya menghasilkan limbah berupa cair,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
padat dan gas. Limbah tersebut dikelola oleh pihak rumah sakit berdasarkan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan mempertimbangkan baku mutu lingkungan hidup sebagai bentuk perlindungan dan juga pelestarian lingkungan hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Mengenai Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri 1.
Identitas Pemrakarsa a.
Nama Perusahaan/Instansi
: RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri.
b.
Jenis Usaha
: Badan
Layanan
Umum Daerah
Bidang Kesehatan. c.
Nama Penanggung Jawab
: dr. Setyarini M.Kes. Direktur RSUD
2.
d.
Alamat Perusahaan/Instansi
: Jl. Achmad Yani No. 40 Wonogiri.
e.
Telephone/Fax
: 0273-321042.
Sejarah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri beroperasional sebagai rumah sakit type D sejak tanggal 13 Januari 1956 berdasarkan ijin operasional dari Departemen Kesehatan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13827/G dengan nama Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri. Sejalan dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik, maka pembenahan pelayanan dilakukan oleh Rumah Sakit dengan membawa peningkatan terhadap type rumah sakit menjadi type C pada tanggal 11 Juni 1983. Pada tahun 1993 Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri mendapatkan penghargaan sebagai Rumah Sakit Berpenampilan Terbaik Peringkat III Tingkat Nasional untuk kategori Rumah Sakit Type C. Setahun kemudian Rumah Sakit
commit 39to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Umum Daerah Wonogiri mendapatkan penghargaan dari WHO (World Health Organization) sebagai Rumah Sakit Sayang Bayi. Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri yang semula merupakan rumah sakit type C pada tahun 1996 mengalami peningkatan kelas menjadi rumah sakit Kelas B Non Pendidikan, hal tersebut berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 544/MENKES/SK/TV/1996 tanggal 5 Juni 1996 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri menjadi Kelas B Non Pendidikan. Kinerja pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri terus ditingkatkan sehingga membuahkan hasil dengan pemberian status Akreditasi Penuh pada tahun 1998 dengan dasar Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor TM 02.03.3.5751. Pelayanan di RSUD Wonogiri yang terakreditasi sejumlah 5 (lima) pelayanan, yaitu meliputi Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam Medis. Selanjutnya pada tahun 2002 terbit Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut dari Departemen Kesehatan dengan Nomor YM.00.03.2.2.993 untuk 12 (dua belas) pelayanan yang meliputi Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi Nosokomial dan Peringkat Resiko Tinggi.
3.
Kedudukan dan Profil Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Wonogiri tanggal 18 Desember 2008 menetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Pemberian nama ini untuk menghormati dokter yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
pertama kali bertugas di Kabupaten Wonogiri dan menjadi Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Wonogiri periode tahun 1956-1965. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri merupakan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di bidang kesehatan, hal ini didasarkan pada Surat Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 313 Tahun 2010 tertanggal 2 Oktober 2010 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Rumah
Sakit
Umum
Daerah
dr.
Soediran
Mangun
Sumarso
Kabupaten Wonogiri memiliki visi, misi dan motto sebagai berikut: a.
Visi Visi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri adalah "Rumah Sakit Unggulan yang Diminati Masyarakat".
b.
Misi Sedangkan misi yang menunjang Visi tersebut adalah: 1)
Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi unggulan;
2)
Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai dengan standar mutu pelayanan dan tuntutan kebutuhan masyarakat;
3)
Memberikan pelayanan yang bermutu, efisien, efektif, adil dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat;
4)
Mengelola keuangan secara rasional dan proporsional dalam rangka efektifitas dan efisiensi dengan penerapan sistem akuntabilitas publik yang bisa dipertanggungjawabkan secara profesional.
c.
Motto Motto pelayanan yaitu "Kami Melayani Dengan Hati ".
d.
Nilai Nilai-nilai yang ditanamkan pada karyawan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah MITRA HATI, yang merupakan akronim dari:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
M engelola rumah sakit dengan niat iklas dan bertanggungjawab; I
ngat, pasien datang untuk sembuh;
T
anamkan kepercayaan pasien kepada setiap pelayanan;
R
asakan setiap langkah pelayanan mampu mengatasi beban penderitaan;
A
gar kesembuhan cepat didapat
H
anya satu tekad kita bersarna;
A
ntusias menjadi kunci keberhasilan;
T
eguhkan pendirian, kedepankan pengabdian;
I
badah sebagai dasar pelayanan Nilai dasar MITRA HATI mengandung pengertian bahwa semua niat
(hati) kita abdikan kepada rumah sakit sebagai mitra pengabdian kita sampai akhir hayat untuk melayani semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu tidak ada jarak antara pasien yang dilayani dengan semua karyawan rumah sakit termasuk dokter, perawat dan jajaran manajemen, semuanya bagaikan mitra yang terpaut dalam satu hati untuk sembuh. Dua kata yang tepat untuk meletakkan nilai dasar pelayanan adalah MITRA HATI. Kita sering bersentuhan dengan kutub positif dan kutub negatif, namun kita akan menjadikan dua kutub itu bersinergi sehingga melahirkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Kepuasan akan didapat tanpa mengorbankan harga diri masing-masing. Setiap menjalankan tugas kita harus bermitra dengan hati atau dengan filosofi Jawa tepakno awakmu dhewe .
4.
Struktur Organisasi Struktur organisasi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri secara lengkap berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada gambar 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Gambar 3.
5.
Bagan Organisasi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri Sesuai Dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Wonogiri.
Pelayanan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri Pengoperasian pelayanan medis RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga bisa diharapkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat semakin mudah dan terjangkau, baik dari segi biaya maupun jarak. Adapun jenis pelayanan yang dilakukan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri antara lain: a.
Pelayanan Gawat Darurat
b.
Pelayanan Rawat Jalan: 1) Klinik Anak 2) Kinik Bedah Umum 3) Klinik Kebidanan dan Kandungan 4) Klinik Kulit dan Kelamin 5) Klinik Mata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
6) Klinik Penyakit Dalam 7) Klinik Saraf 8) Klinik THT 9) Klinik Gigi dan Mulut 10) Klinik Umum/General Check Up 11) Klinik Orthopedy 12) Klinik Paru 13) Klinik Fisoterapy 14) Klinik Jiwa 15) Klinik Bedah c.
Pelayanan Rawat Inap: 1) Kelas III 2) Kelas II 3) Kelas I 4) Kelas Utama 5) Paviliun
d.
Pelayanan Khusus: 1) Rawat Intensif (ICU/PICU) 2) Intermediate Care 3) Perinatal Resiko Tinggi 4) Persalinan 5) Isolasi
e.
Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik
f.
Pelayanan Radiologi
g.
Pelayanan Farmasi
h.
Pelayanan Gizi
i.
Pelayanan Rehabilitasi Medik
j.
Pelayanan Pemulasaraan Jenazah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
k.
Pelayanan Pengelolaan Limbah
l.
Pelayanan Laundry
m. Pelayanan Ambulance n.
Pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit.
o.
Memiliki luas area parkir 800 m2, dengan kapasitas yang dapat menampung 60 roda empat dan 150 kendaraan roda dua
B. Pengelolaan Limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri 1.
Penanggung Jawab dan Pelaksana Pengelolaan Limbah Pihak yang berperan dan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso ialah Ibu dr. Setyarini M.Kes. selaku Direktur RSUD. Kaitannya dalam pengelolaan limbah RSUD dilaksanakan oleh Bapak Ismu Nawoto S.K.M selaku kepala unit pengolahan limbah yang dibantu oleh Bayu Waskito C.K. dan Agus Setyawan selaku unit pelaksana pengolahan limbah.
2.
Sumber Limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dalam kegiatan operasionalnya menghasilkan pencemaran lingkungan hidup, antara lain dapat mengakibatkan penurunan kualitas udara, kenaikan volume limbah padat, penurunan kualitas air, serta kenaikan volume limbah gas. Buangan limbah tersebut dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya sehingga mengakibatkan menurunnya kualitas udara, kualitas air serta meningkatnya jumlah sampah. Secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan efek yang pada umumnya bersifat negatif terhadap kehidupan sehari-hari para penduduk yang ada di sekitar lokasi kegiatan. Berikut ini akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
diuraikan mengenai sumber limbah yang disebabkan oleh kegitan operasional rumah sakit: a.
Limbah Padat Limbah padat (sampah) yang dihasilkan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri pada dasarnya bersumber dari: 1) Ruang Tunggu Sampah dihasilkan oleh para pengunjung yang sedang menunggu giliran pelayanan kesehatan yang dihasilkan berupa sisa-sisa makanan, bekas pembungkus makanan dan minuman, abu dan lain-lain. 2) Ruang Poliklinik Sampah yang dihasilkan berupa bekas pembalut, sisa kapas, jarum suntik, spuit, botol bekas obat dan lain-lain, 3) Ruang Bedah / Operasi Sampah yang dihasilkan berupa buangan bekas operasi, sisa potongan tubuh dan lain-lain. 4) Ruang Laboratorium Sampah yang dihasilkan berupa bekas persediaan kapas, spuit dan lainlain. 5) Ruang Perawatan Sampah yang dihasilkan berupa sisa kapas, jarum suntik, botol bekas obat, sisa makanan, bekas pembungkus makanan/minuman dan lainlain. 6) Ruang Administrasi / Perkantoran Sampah yang dihasilkan berupa kertas bekas. 7) Ruang Gizi / Dapur Rumah Sakit Sampah yang dihasilkan berupa sisa-sisa makan, sisa sayuran, potongan-potongan sayuran dan lain-lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
8) Halaman Parkir dan Taman Sampah yang dihasilkan berupa sobekan kertas parkir, daun-daun kering, ranting pohon dan lain-lain.
Per hari jumlah limbah yang dihasilkan diperkirakan 0,5-0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit. Adapun karakteristik dan jenis dari limbah padat (sampah) RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri antara lain: 1) Sampah Non Medis Sampah non medis adalah sampah yang berasal dari kegiatan operasional rumah sakit secara keseluruhan. Sampah non medis terbagi menjadi dua yaitu: a) Sampah basah (garbage) Berupa sisa-sisa makanan, daun-daunan, potongan sayur dan lainlain. b) Sampah kering (rubish) Berupa kertas, daun-daun kering, plastik, karton dan lain- lain. 2) Sampah Medis Sampah medis adalah sampah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan medis, baik untuk diagnosa maupun terapi. Sampah medis dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu: a) Kelompok A Pembalut bekas pakai, sisa lap/tissu, sisa potongan tubuh manusia dan lain-lain. b) Kelompok B Spuit bekas, jarum suntik bekas, pecahan kaca. c) Kelompok C Bahan atau sisa obat-obatan dan bahan kimia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
d) Kelompok D Perlak, tempat penampungan urine, tempat penampungan muntah, bantal dan lain-lain yang dibuang. 3) Limbah B3 Limbah rumah sakit dan limbah klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium terkontammasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari proses insinerasi. Dalam pengelolaan limbah padatnya, rumah
sakit
diwajibkan
melakukan
pemilahan
limbah
dan
menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda-beda berdasarkan karakteristik limbahnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Keputusan Bapedal No.l tahun 1995. Pengelolaan limbah infeksius dengan
menggunakan
incenerator
harus
memenuhi
beberapa
persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No. 3 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incenerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incenerator yang diperbolehkan untuk dipergunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran/penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.
b. Limbah Cair Limbah cair rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berasal dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah cair domestik yang berupa buangan kamar mandi, dapur, air bekas pencucian pakaian serta limbah cair klinis yang berupa air limbah yang berasal dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
kegiatan klinis rumah sakit. Secara umum sumber limbah cair dapat digolongkan menjadi: 1)
Kelompok Bidang Pelayanan dan Perawatan: a) Ruang Rawat Jalan (poliklinik) b) Ruang Rawat Inap c) Ruang Operasi, Ruang IPI (ICU, PICU, hamodialisa) d) Ruang Kamar bersalin e) Ruang Rawat Umum f)
2)
Ruang Instalasi Gawat Darurat
Kelompok Bidang Penunjang: a) Ruang Laboratorium Klinik. b) Ruang Radiologi c) Ruang pencucian linen/Laundry d) Ruang Farmasi e) Ruang Sterilisasi/CSSD f)
Ruang Instalasi Gizi/dapur pengolahan makanan
3) Kelompok Umum: a) Ruang Perkantoran/perpustakaan b) Fasilitas sosial (kafetaria, masjid) c) Pencucian kendaraan
Menurut jenisnya maka limbah cair di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut: 1) Golongan Ekskresi Manusia: a) Sputum/dahak b) Air seni c) Tinja d) Darah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
2)
Golongan Tindakan Pelayanan: a) Limbah cair sisa kumur dari poll Gigi dan Mulut b) Limbah cair pembersih luka/infeksi c) Limbah cair pembersih alat medis d) Limbah cair sisa Personal Hygine e) Limbah cair pasca Umum
3) Golongan Penunjang Pelayanan: a) Limbah cair dari Laboratorium Klinik b) Limbah cair dari Instalasi Farmasi c) Limbah cair dari Instalasi Radiologi d) Limbah cair dari Instalasi Gizi e) Limbah cair dari Instalasi Laundry CSSD f)
Limbah cair dari kegiatan Pemeliharaan Sarana
g) Limbah cair dari kamar jenazah h) Limbah cair dari kendaraan (oli, solar, bensin) i)
Limbah cair dari pembersihan lantai, wastafel, km/wc. Sedangkan debit limbah cair rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: 1) Jumlah atau kapasitas tempat tidur 2) Rata-rata hunian pasien (Bed Occupancy Rate atau BOK) 3) Jumlah karyawan 4) Peralatan penunjang yang dipergunakan (mesin cuci, steam boiler, mesin cuci darah, dll) 5) Penggunaan air bersih setiap harinya 6) Fasilitas sosial yang ada (masjid dan kafetaria) Secara umum biasanya debit limbah cair dapat diperkirakan mencapai 80-90% dari jumlah air bersih yang digunakan setiap harinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
c.
Limbah Gas Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit menjelaskan bahwa limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti incenerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik. Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan incenerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
3.
Tahap Pengelolaan Limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri Pada bagian ini penulis akan menjelaskan mengenai pengelolaan limbah yang dilakukan oleh RSUD Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. a.
Limbah Padat Adapun beberapa upaya pengelolaan limbah padat yang dilakukan yaitu: 1) Menyediakan tempat penampungan sampah Tempat sampah yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Bahan terbuat dari bahan tahan karat. b) Kedap air terutama untuk sampah basah (garbage) c) Tertutup d) Mudah dibersihkan e) Ringan agar mudah dipindah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label sesuai dengan kategorinya seperti tabel dibawah ini: Tabel 1. Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya No
Kategori
1. Radioaktif
Warna Kontainer/ Kantong Plasik
Lambang
Merah
Keterangan Kantong boks
timbal
dengan simbol radioaktif 2. Sangat
Kuning
Kantong
Infeksius
plastik
kuat,
anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan Otoklaf
3. Limbah
Kuning
Kantong plastik kuat dan
Infektius,
anti bocor, atau kontainer
patologi dan anatomi 4. Sitoksis
Ungu
Kontainer plastik kuat dan anti bocor
5. Limbah kimia
Coklat
-
dan farmasi Sumber:
Keputusan
Kantong
plastik
atau kontainer Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor: 1204/
MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
2) Penempatan tempat sampah Menempatkan tempat sampah minimal satu buah untuk setiap kamar/ruangan, atau setiap radius 10 meter serta setiap jarak 20 meter untuk ruang tunggu terbuka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
3) Melakukan pengambilan dan pengangkutan sampah a)
Sampah umum Pengambilan dan pengangkutan sampah umum: (1) Dikerjakan oleh unit pelaksana pengolahan limbah (2) Dilakukan pada pukul 05.00 - 09.00 WIB (3) Khusus
untuk
ruang
rawat
inap
pengambilan
dan
pengangkutan dilakukan empat kali dalam 24 jam yaitu: (a) Pukul 05.00-09.00 WIB (b) Pukul 11.00-12.00 WIB (c) Pukul 14.00-17.00 WIB (d) Pukul 18.00-20.00 WIB (4) Untuk pengangkutan digunakan digunakan gerobak/trolly yang didalamnya terdapat satu buah drum (container). (5) Pengambilan dilakukan dengan cara mengambil dan memindah sampah dari tempat sampah sementara ke dalam container yang terdapat dalam gerobak/trolly. (6) Sampah tersebut selanjutnya dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) bekerjasama dengan DPU setiap pagi hari. b) Sampah sisa makanan (1) Sampah sisa makanan dari unit penimbun sampah, khususnya di instalasi gizi dikumpulkan oleh petugas instalasi gizi. (2) Sampah yang telah terkumpul dimasukkan dalam ember besar warna biru dan ditutup. (3) Sampah tersebut selanjutnya dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) bekerjasama dengan DPU setiap pagi hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
c) Sampah medis (1) Sampah medis yang berada di ember merah dari tiap-tiap unit penimbun dikumpulkan oleh unit pelaksana pengolahan limbah dengan memakai alat pelindung diri (topi, masker, sarung tangan dan sepatu boot). (2) Pengambilan dan pengangkutan dilakukan minimal satu kali 24 jam dengan cara mengambil dan melapisi kembali kantong plastik warna kuning pada tempat sampah. (3) Pengambilan dan pengangkutan dilakukan dua kali pada pukul 06.00 pagi dan 12.00 siang dengan trolly. Khusus IGD pengambilan dilakukan pada malam hari. (4) Tempat sampah yang kotor dicuci. (5) Sampah medis yang telah berada di kontainer selanjutnya dibawa ke lokasi pemusnahan. (6) Setelah berada di lokasi pemusnahan kemudian sampah medis yang sukar dimusnahkan seperti botol bekas obat dan jarum suntik dihancurkan terlebih dahulu menggunakan kraser (Cracheur) atau mesin penghancur. (7) Sampah medis kemudian dihancurkan menggunakan mesin incenerator yang telah memiliki ijin. (8) Hasil
akhir
dari
pemusnahan
limbah
medis
dengan
menggunakan mesin incenerator berupa asap. Penggunaan incenerator yang memiliki ijin di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dari dalam rumah sakit berasal dari unit pelayanan yang menghasilkan sampah infeksius dengan volume sampah rata 20 kg perhari dengan jenis spuit, vial, flacon, ampul, botol infus/botol infus, hand schon dan kasa. Sedangkan penggunaan insinerator dari luar RSUD dr.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri berdasarkan MOU antara RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dengan sarana kesehatan lainnya, antara lain Klinik Medika Husada, Klinik dr Sarwoko, Puskesmas Wonogiri II, UTD PMI Cab. Wonogiri, RSU PKU muhamadiyah, RSA Astrini, RB Esti Sena, Puskesmas Wuryantoro dengan rata rata volume sampah 15 Kg per bulan dengan jenis spuit, vial, flacon, ampul, botol infus/botol infus, hand schon dan kasa.
d) Sampah umum dari taman dan halaman (1) Pengumpulan dikerjakan oleh unit pelaksana pengolahan limbah (2) Dilakukan pukul 06.00-09.00 WIB (3) Sampah yamg telah terkumpul dimasukkan dalam container dan dibawa ke TPS dan dikirim ke TPA bekerjasama dengan DPU stiap pagi hari.
4) Penyediaan tempat pembuangan sampah sementara untuk sampah yang mengandung B3, untuk selanjutnya bekerja sama dengan instansi tertentu yang telah memiliki izin dalam pengelolaannya.
b. Limbah Cair Pengelolaan limbah cair merapakan salah satu pengelolaan yang perlu perhatian khusus karena dapat menurunkan kualitas air pada badan air di sekitar lokasi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Dalam usaha mencegah atau meminimalisasi terjadinya penurunan kualitas air di sekitar lokasi kegiatan rumah sakit, maka dilakukan beberapa kegiatan sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
1) Membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang menggunakan sistem SBR (Sequenching Bath Reactor). 2) Membuat sumur resapan sebagai penampung air hujan dan saluran pembuangan air limpasan. 3) Pengelolaan air buangan dari toilet pegawai dan pengunjung, disalurkan ke dalam sepiteng (septictank) dan peresapan. 4) Melakukan pembatasan (penghematan) terhadap penggunaan air pada kegiatan-kegiatan tertentu. Limbah cair yang berasal dari semua unit pelayanan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri masuk ke instalasi pengolahan air limbah yang menggunakan sistem SBR (Sequenching Bath Reactor), kecuali 1 kamar mandi di ruang Radiologi yang ditampung di sepiteng (septictank). SBR (Sequenching Bath Reactor) ini merupakan bantuan dari Austria. Limbah cair rumah sakit pada umumnya mengandung senyawa polutan organik yang cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis, sedangkan untuk air limbah rumah sakit yang berasal dari laboratorium biasanya banyak mengandung logam berat yang bilamana air limbah tersebut dialirkan ke dalam proses pengolahan secara biologis
maka
logam
berat
tersebut
dapat
mengganggu
proses
pengolahannya. Oleh karena itu untuk pengelolaan air limbah rumah sakit maka air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung, kemudian diolah secara kimia maupun fisika terlebih dahulu, kemudian air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain yang diolah secara biologis menggunakan sistem Sequencing Batch Reactor (SBR). Sequencing Batch Reactor (SBR) merupakan modifikasi dari proses pengolahan lumpur aktif konvensional. Di dalam proses SBR semua langkah pengolahan biologis dan pemisahan cairan/lumpur dilakukan di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
dalam reaksi tunggal di dalam tanki SBR selama waktu siklus proses yang ditentukan. Sistem ini bekerja tidak kontinyu, hal ini dikarenakan jumlah air buangan yang diolah bersambung, dan tiap sambungannya tersebut mempunyai volume berbeda. Oleh karena itu di buffer tank dibutuhkan waktu untuk mengisi beberapa kubik air limbah selama periode pengisisan. Di dalam tanki SBR mempunyai seluruh perlengkapan yang dibutuhkan untuk pengolahan biologis, seperti misalnya untuk aerasi, dan fasilitas mixing. Di dalam tanki juga dilengkapi perlengkapan tambahan untuk mengeluarkan air buangan terolah.
Proses Sequencing Batch Reactor (SBR) secara umum ialah: 1) Tahap Pengisian (Filling) Selama proses pengisian (filling) air limbah dipompa dari buffer tank ke tanki SBR untuk proses. Level dalam tanki tidak selalu konstan tetapi bervariasi, tergantung dengan jumlah air buangan yang akan diolah. 2) Tahap Percampuran (Mixing) Setelah atau selama tahap pengisian, lumpur aktif yang telah mengendap dan air buangan yang akan diolah harus diaduk seluruhnya supaya menyatu. 3) Tahap Aerasi Oksigen dibutuhkan untuk pengolahan biologis ini disediakan selama tahap aerasi. Pengertian dari aerasi itu sendiri ialah pemberian udara ke dalam air untuk penambahan oksigen. 4) Tahap Sedimentasi Setelah waktu/tahap aerasi lumpur aktif akan mengendap selama waktu yang ditentukan. Lama waktu pada tahap ini tergantung karakteristik penebalan (thickening) dan pengendapan lumpur aktif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
5) Tahap Penuangan (Decanting) Setelah sedimentasi, air buangan yang telah terolah dikeluarkan dari tanki SBR dengan menggunakan sistem penuangan (decanting). Selama tahap ini level muka air akan turun sampai dengan level minimum yang telah ditentukan. 6) Tahap Waiting Secara prinsip siklus berikutnya dapat dimulai setelah tahap
LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT
penuangan (decanting) selesai.
DOMESTIK BAK PENAMPUNG SBR
KLINIS
PROSES PENGOLAHAN BIOLOGIS
LAIN-LAIN DISINFEKSI
LABORATORIUM
DIBUANG KE SALURAN UMUM
PENGOLAHAN FISIKA-KIMIA Gambar 4. Diagram Pengelolaan Air Limbah Rumah Sakit
c.
Limbah Gas Pengelolaan limbah gas merupakan salah satu pengelolaan yang perlu perhatian khusus karena dapat menimbulkan dampak negatif. Dalam hal ini usaha yang dilakukan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Kabupaten Wonogiri untuk mencegah dan meminimalisasi terjadinya dampak negatif yang ditimbulkan antara lain: 1) Melakukan monitoring terhadap limbah gas NO2, SO2, logam berat dan dioksin. 2) Untuk pemusnahan bakteri patogen, virus dan dioksin menggunakan suhu pembakaran minimum 1.0000C serta mengurangi jelaga. 3) Memperhatikan arah mata angin dominan untuk mengarahkan cerobong pada mesin incenerator. 4) Pembakaran dengan menggunakan mesin incenerator dilakukan pada saat arah mata angin tidak ke pemukiman penduduk. 5) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu di sekitar rumah sakit.
C. Pemantauan Lingkungan Hidup Upaya pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk menjaga pelaksanaan kegiatan operasional RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri agar tetap berwawasan lingkungan dan mengetahui efektivitas dan keberhasilan upaya pengelolaan lingkungan. Seberapa besar efisiensi dan keberhasilan dalam upaya pengelolaan lingkungan dapat dilihat dari hasil pemantauan lingkungan yang dilakukan. Upaya pemantauan lingkungan hidup dilakukan agar setiap dampak dari kegiatan yang telah diidentifikasi serta dirumuskan konsep pemecahannya diperhatikan dari waktu ke waktu. 1.
Pemantauan Limbah Padat Limbah padat yang dihasilkan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri menimbulkan penurunan nilai estetika, walaupun sifatnya sementara. Adapun sumber dampaknya yaitu berasal dari kegiatan pengelolaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
limbah padat pada tahap kegiatan operasional. Pemantauan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas dan hasil program pengelolaan lingkungan dalam meminimalkan dampak negatif terhadap komponen penurunan nilai estetika akibat pengelolaan limbah padat pada aktivitas kegiatan-kegiatan ditahap operasional dengan tolok ukur pemantauan Keputusan Kesehatan Republik
Indonesia
Menteri
Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Adapun jangka waktu dan frekuensi
pemantauan lingkungan dilakukan selama tahap operasional
berlangsung dengan parameter lingkungan yang dipantau, yaitu: a.
Adanya pemisahan sampah menurut jenisnya yaitu sampah medis dan non medis, serta sampah kertas, plastik dan kaca.
b.
Pengangkutan dan pembuangan sampah (manjemen pengangkutan dan peralatannya).
2.
c.
Tempat penyimpanan sampah.
d.
Tingkat kebersihan dalam rumah sakit.
e.
Tingkat penurunan nilai estetika di sekitar lokasi kegiatan.
Pemantauan Limbah Cair Sumber dampak dari jenis dampak penurunan kualitas air yang berasal dari kegiatan pengelolaan limbah cair pada tahap kegiatan operasional RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dengan parameter lingkungan yang dipantau adalah volume air limbah yang dihasilkan, kualitas limbah cair baik di Inlet maupun Outlet IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan kondisi lumpur pada IPAL serta tingkat penurunan kualitas air di sekitar lokasi kegiatan. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan hasil program pengelolaan lingkungan dalam meminimalkan dampak negatif terhadap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
komponen kualitas air akibat aktivitas kegiatan-kegiatan pada tahap operasional RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Hasil analisis kualitas air limbah yang dihasilkan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini: Tabel 2. Kualitas Air Limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri (Outlet IPAL)
No.
Parameter
Satuan
1. Temperatur (Temperature)
0
C
Hasil
Baku
Analisis
Mutu*)
27**)
30
Metode
SNI 06-6989. 23-2005
2. TSS
(Total
Suspended mg/L
45
30
Solids) 3. pH
SNI 06-6989. 3-2004
-
7,10**)
6,5-9
SNI 06-6989. 11 -2004
4. NH3-N (Ammonia)
mg/L
20,42
0,1
SNI 06-6989. 30-2005
5, PO4-P (Phosphate)
mg/L
0,164
2
APHA 2005: 4500-P D
6. COD (Chemical Oxygen mg/L
21,04
80
Demand)
SNI 6989. 2-2009
7. BOD (Biochemical Oxygen mg/L
8,08
30
Demand)
2.14/IK4.1/2008
Sumber : Hasil Analisis Lab. Pusat MIPA UNS. Juni 2011
Keterangan : *)
: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
**) : Analisis dilakukan di laboratorium bukan di lapangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Sedangkan menurut hasil pemeriksaan/pemantauan secara berkala oleh pemrakarsa yang dilakukan terakhir pada bulan April 2011 menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 3. Kualitas Air Limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
No.
Parameter yang Diperiksa
Hasil
Kadar Maksimal
Pemeriksaan
yang
Inlet
Outlet
diperolehkan
Satuan Keterangan
A.
FISIKA
1.
Suhu
25,9
25,9
30
°C
2.
TSS
-
-
30
mg/1
Tidak diperiksa
B.
KIMIA
1.
pH
7,2
7,8
6,5-9,0
-
2.
BOD 5 hari
53,86
35,06
30
mg/1
3.
COD
150
80
80
mg/1
4.
PO4-P
7,1
2,79
2
mg/1
Sumber: Hasil Analisis Lab. Dinas Kesehatan Kab. Wonogiri. April 2011
Rujukan Baku Mutu:
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah (Rumah Sakit)
Dari hasil analisis yang dilakukan oleh Laboratorium Pusat Fakultas MIPA UNS pada bulan Juni 2011 yang mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik menunjukkan bahwa kualitas air limbah yang dihasilkan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri pada outlet IPAL terjadi perbaikan kinerja IPAL yang dimiliki oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
temperatur/suhu (temperature), pH, PO4-P (Phosphate), COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand) tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Namun dari hasil analisis yang dilakukan terdapat dua parameter yang melebihi baku mutu yaitu untuk TSS (Total Suspended Solids) dan NH3-N (Ammonia). Sedangkan dari hasil analisis oleh Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada bulan April 2011 yang mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah menunjukkan bahwa untuk inlet maupun outlet pada temperatur/suhu dan pH, serta pada outlet COD (Chemical Oxygen Demand) tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, namun untuk inlet maupun outlet BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan PO4-P (Phosphate) serta pada inlet COD (Chemical Oxygen Demand) melebihi baku mutu. Pada analisis yang dilakukan oleh Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada bulan April 2011 tidak melakukan analisis untuk TSS (Total Suspended Solids) dan NH3-N (Ammonia).
3.
Pemantauan Limbah Gas Sumber dampak dari jenis dampak limbah gas berasal dari kegiatan pengelolaan limbah gas incenerator dengan parameter yang diukur adalah banyaknya jenis dan volume buangan gas dari incenerator serta kualitas udara di sekitar rumah sakit. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui efektifitas dan hasil program pengelolaan lingkungan dalam meminimalkan dampak negatif akibat peningkatan jumlah limbah yang dibakar pada insinerator dengan jangka waktu dan frekuensi pemantauan lingkungan dilakukan selama tahap operasional minimal 3 (tiga) bulan sekali. Hasil analisis kualitas udara ambien yang dihasilkan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri sesuai analisis yang dilakukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
oleh Laboratorium Pusat Fakultas MIPA UNS pada bulan Agustus 2011 dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini: Tabel 4: Kualitas Udara Ambien RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
No
Parameter
Satuan
Hasil Analisis I
Baku Mutu*)
II
I. Data Waktu Sampling 1.
Tanggal
-
18 Agustus 2011
2.
Waktu
WIB
10.30
12.15
1. Suhu Udara
°C
30
36
-
2. Kelembaban Udara
%
42
40
-
mmHg
746
740
-
-
Cerah
Cerah
-
5. Kecepatan Angin
Km/jam
-
4,6-6,9
-
6. Arah Angin Dari
-
-
Selatan
-
1. SO2 (Sulfur dioksida)
µg/Nm 3
< 0,177
0,203
632
2
µg/Nm 3
11,93
10,81
316
µg/Nm 3
< 0,572
1,823
200
II. Data Fisik
3. Tekanan Udara 4. Cuaca
III. Data Kimia
NO2 (Nitrogen dioksida)
3. O3 (Oksigen) 4. H2S
ppm
5. NH3
ppm
< 0,003 < 0,003
0,02
0,005
0,033
2,0
3
41,72
53,70
230**)
µg/Nm 3
0,210
< 0,005
2***)
dB A
49,09
48,28
55**)
6. TSP (Total Suspended µg/Nm Particle) / Debu 7. Pb (Timbal Hitam) 8. Kebisingan
Sumber: Data Primer Kualitas Udara Ambien tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Keterangan: I
: Area dalam lokasi lorong bangsal dahlia RSUD dr Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri
II
: Area ruang incenerator RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
*)
: Baku mutu udara ambien berdasarkan Keputusan Gubernur Jateng Nomor 8 tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Propinsi Jawa Tengah dan Baku mutu kebauan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan
**)
: Baku mutu kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Lampiran I tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan Untuk Lingkungan Kegiatan Rumah Sakit Atau Sejenisnya (untuk pengambilan dilakukan waktu 1 jam)
***)
: Baku mutu parameter Pb dan TSP untuk 24 jam pengambilan, untuk hasil analisis dilakukan pengambilan selama 1 jam
Dari analisis udara ambien di lokasi RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri yang dilakukan oleh Laboratorium Pusat Fakultas MIPA UNS pada bulan Agustus 2011 menunjukkan bahwa hasil analisis kualitas udara untuk semua parameter berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan dan dapat disimpulkan kualitas udara di sekitar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri terjaga dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
D. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dilakukan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri untuk turut ambil bagian dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan khususnya dalam bidang kesehatan, mengidentifikasi dan menginformasikan pengelolaan lingkungan yang akan dan yang telah dilaksanakan terhadap kemungkinan adanya dampak lingkungan sebagai akibat dari kegiatan pelayanan rumah sakit, serta melaksanakan peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pemrakarsa mempunyai komitmen untuk mentaati segala peraturan dan ketentuan dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Oleh karena dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan selalu melibatkan pihak instansi pengawas maupun instansi terkait, maka pemrakarsa berkewajiban memberikan laporan tentang hasil-hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. Pelaporan ini dimaksudkan agar instansi pengawas maupun instansi terkait dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup pada kegiatan operasional RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, sehingga dari hasil evaluasi tersebut dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan lebih lanjut. Apabila terjadi keadaan darurat, maka hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan dapat dipakai sebagai acuan untuk mencari sebab-sebab terjadinya keadaan darurat. Dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan, maka bagian unit pengelolaan limbah RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri berperan sebagai pelaksana harian dari kegiatan tersebut. Unit tersebut selalu memperhatikan program-program pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang telah disusun sesuai dengan ketentuan/pernyataan dalam Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH). Penyusunan DPLH mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 14 tahun 2010 tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Kegiatan Yang Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup. Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) merupakan pengganti dari dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) yang diwajibkan dimiliki bagi setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup sesuai yang diatur dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 1.
Tujuan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Tujuan dibuatnya Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri secara ringkas adalah sebagai berikut: a.
Mengusahakan agar perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup.
b.
Memelihara dan atau memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerah sekitar dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
c.
Meningkatkan dan mengembangkan dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif yang timbul dari kegiatan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
d.
Melaksanakan peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
e.
2.
Melaksanakan pembangunan kesehatan yang berwawasan lingkungan.
Fungsi Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Fungsi atau kegunaan dari Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) yang telah dibuat oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri antara lain:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
a.
Bagi Pemrakarsa/Kegiatan Usaha 1) Memberikan kejelasan teknis mengenai tata cara pengelolaan dampak yang mungkin timbul dari kegiatan dan pemantauannya. 2) Menghindari kemungkinan adanya tuntutan dari masyarakat akibat dampak negatif yang berasal dari kegiatan operasional RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
b.
Bagi Pemerintah/Instansi Terkait 1) Memberikan kejelasan sistem koordinasi dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. 2) Memberikan kepastian mengenai batas dan wewenang instansi terkait. 3) Sebagai dasar pemberian ijin usaha.
c.
Bagi Masyarakat 1) Memberikan jaminan bahwa dampak negatif yang mungkin timbul akan dikelola dengan baik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku oleh pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. 2) Memberikan informasi akan adanya perubahan lingkungan karena kegiatan proyek yang dilakukan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri,
sehingga
masyarakat
dapat mengantisipasi
sebelumnya.
3.
Bentuk Laporan dalam Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) Dalam Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH) yang disusun oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri terdapat laporan mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Adapun bentuk laporan yang disusun dapat meliputi:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
a.
Pelaporan Terjadinya Pencemaran Sebagai upaya tanggap darurat pelaporan terjadinya pencemaran skala besar wajib dilaporkan 1 x 24 jam ke Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Wonogiri.
b.
Laporan Tahunan Pelaksanaan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Laporan tahunan mencakup berbagai laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup selama satu tahun. Laporan tersebut antara lain: 1) Kesiagaan peralatan dan petugas dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. 2) Ketepatan waktu dalam pelaksanaan pemantauan, artinya kegiatan pemantauan sedapat mungkin tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah disusun. 3) Kedisiplinan kerja dalam menjaga kebersihan lingkungan (sanitasi) dan pencemaran lingkungan. 4) Laporan hasil pemantauan secara lengkap dan kendala-kendala yang mungkin timbul selama melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Dari hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang telah dilaporkan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri kepada instansi pengawas maupun instansi terkait tentunya akan bermanfaat untuk menyusun kebijaksanaan dan pengambilan keputusan dalam upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimasa mendatang yang tidak terbatas dalam area RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri setelah dianalisis kemudian dilaporkan kepada instansi terkait yang bertanggung jawab, yaitu kepada Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Wonogiri dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri.
E. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pengelolaan Limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri 1.
Hambatan Pelaksanaan pengelolaan limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri secara umum telah diupayakan secara maksimal agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan hidup serta telah dapat dijalankan dengan baik, namun demikian ada beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaannya, diantaranya ialah: a.
Limbah Padat Asap pembakaran dari mesin pemusnah limbah padat (incenerator) terlalu banyak sehingga menimbulkan bau yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, oleh sebab itu masyarakat sering mengeluh kepada pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.
b.
Limbah Cair Saat musim hujan air hujan masuk ke dalam bak penampungan SBR dan bercampur dengan limbah cair, sehingga volume air melebihi batas (overload).
c.
Kerusakan mesin di bagian komponen sistem komputer SBR.
d.
Unit pelaksana pengolahan limbah kurang disiplin dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) seperti penggunaan topi, masker, sarung tangan dan sepatu boot tidak sesuai dengan SOP (Standart Operational Proceudre).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
e.
Tenaga medis di masing-masing ruang instalasi masih kurang disiplin dalam memisahkan sampah medis dengan sampah non medis, sehingga unit pelaksana pengelolaan limbah sering memisahkan ulang antara sampah medis dengan sampah non medis sebelum dihancurkan ke mesin incenerator.
(Sumber: Data Primer melalui interview dengan Bapak Ismu Nawoto, SKM selaku Kepala Unit Pengolahan Limbah pada tanggal 27 Juni 2012).
2.
Solusi Sebagai bentuk usaha yang dilakukan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan limbah antara lain: a.
Limbah Padat Untuk mengurangi asap pembakaran limbah padat yang ditimbulkan dari mesin pemusnah limbah padat (incenerator) maka dilakukan pembakaran limbah padat dengan jumlah yang sedikit demi sedikit atau bertahap, sehingga asap pembakaran dari mesin pemusnah limbah padat (incenerator) juga sedikit dan tidak menimbulkan bau bagi masyarakat sekitar.
b.
Limbah Cair Memberikan penutup tambahan pada bak penampungan SBR, sehingga ketika musim hujan air hujan tidak dapat masuk ke dalam bak penampungan SBR dan tidak menimbulkan meluapnya volume air pada bak penampungan SBR .
c.
Melakukan perawatan yang lebih intensif secara berkala pada mesin SBR, sehingga kerusakan pada mesin tersebut dapat lebih diminimalisir.
d.
Kepala unit pengolahan limbah memberikan teguran secara lisan kepada unit pelaksana pengolahan limbah yang kurang disiplin dalam penggunaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
APD (Alat Pelindung Diri) agar dalam pelaksanaan pengolahan limbah dapat sesuai dengan SOP (Standart Operational Proceudre). e.
Kepala unit pengolahan limbah melaporkan kepada wakil direktur pelayanan penunjang medik untuk memberikan teguran kepada bidang perawatan, bidang pelayanan medik dan bidang penunjang medik agar tenaga medis di masing-masing ruang instalasi lebih disiplin dalam memisahkan sampah medis dengan sampah non medis.
(Sumber: Data Primer melalui interview dengan Bapak Ismu Nawoto, SKM selaku Kepala Unit Pengolahan Limbah pada tanggal 27 Juni 2012).
F. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri mengacu pada dua pokok peraturan perundang-undangan yang dijadikan pedoman dan dasar hukum dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, yaitu peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang baku mutu lingkungan hidup. Adapun peraturan perundang-undangan tersebut antara lain adalah: 1.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang ini memuat mengenai aturan hukum untuk mendukung pembangunan nasional dengan memberikan kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini dapat dilihat dalam penjelasan umum UndangUndang Nomor 32 tahun 2009 yang
embangunan adalah
upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi
Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan juga harus menjaga serta memperhatikan keadaan lingkungan dengan melakukan upaya sistematis dan terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Peraturan perundang-undangan tersebut dijadikan acuan atau landasan RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri dalam melakukan pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bentuk upaya untuk memberikan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri telah memenuhi kewajibannya sebagai pelaku usaha/pelaku kegiatan sebagaimana kewajiban tersebut diatur dalam Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, adapun kewajiban yang dimaksud dalam Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 ialah: a.
Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu.
b.
Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
c.
Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
2.
Peraturan Perundang-Undangan tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup Peraturan perundang-undangan tentang baku mutu lingkungan hidup merupakan aturan hukum yang mengatur mengenai salah satu instrumen dalam pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Baku mutu
lingkungan hidup diperlukan untuk menetapkan apakah sudah terjadi kerusakan lingkungan yang artinya apabila suatu lingkungan hidup keadaannya telah berada diatas batas ukuran atau kadar baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka lingkungan hidup tersebut telah mengalami pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Dalam hal ini pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri telah melakukan pengelolaan limbah rumah sakit dengan mengacu pada beberapa peraturan hukum yang mengatur mengenai baku mutu lingkungan hidup untuk menentukan batas pencemaran lingkungan hidup. Adapun peraturan perundang-undangan yang dimaksud antara lain adalah: a.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik Peraturan hukum ini dijadikan dasar analisis untuk menentukan baku mutu lingkungan hidup yang dilakukan oleh Laboratorium Pusat Fakultas MIPA UNS pada bulan Juni 2011. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kualitas air limbah yang dihasilkan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri pada outlet IPAL terjadi perbaikan kinerja IPAL yang dimiliki oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri, hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis untuk temperatur/suhu (temperature), pH, PO4-P (Phosphate), COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biochemical Oxygen Demand) tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan. Namun dari hasil analisis yang dilakukan terdapat dua parameter yang melebihi baku mutu yaitu untuk TSS (Total Suspended Solids) dan NH3-N (Ammonia).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
b.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah Peraturan hukum ini dijadikan dasar analisis untuk menentukan baku mutu lingkungan hidup yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada bulan April 2011. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa untuk inlet maupun outlet pada temperatur/suhu dan pH, serta pada outlet COD (Chemical Oxygen Demand) tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, namun untuk inlet maupun outlet BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan PO4-P (Phosphate) serta pada inlet COD (Chemical Oxygen Demand) melebihi baku mutu. Pada analisis yang dilakukan oleh Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada bulan April 2011 tidak melakukan analisis untuk TSS (Total Suspended Solids) dan NH3-N (Ammonia).
c.
Keputusan Gubernur Jateng Nomor 8 tahun 2001 tentang Baku Mutu Udara Ambien di Propinsi Jawa Tengah dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebauan Peraturan hukum ini dijadikan dasar analisis oleh Laboratorium Pusat Fakultas MIPA UNS untuk menentukan kualitas udara ambien yang dihasilkan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Dari hasil analisis yang dilakukan pada tangal 18 Agustus 2011 tersebut menunjukkan bahwa untuk semua parameter tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
d.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Lampiran I tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan untuk Lingkungan Kegiatan Rumah Sakit atau Sejenisnya Peraturan hukum ini dijadikan dasar analisis oleh Laboratorium Pusat Fakultas MIPA UNS untuk menentukan kualitas udara ambien
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
khususnya untuk mengukur TSP (Total Suspended Particle) / debu dan kebisingan yang dihasilkan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Dari hasil analisis yang dilakukan pada 18 Agustus 2011 tersebut menunjukkan bahwa untuk parameter TSP (Total Suspended Particle) / debu dan kebisingan tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan dan dapat disimpulkan kualitas udara di sekitar RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri terjaga dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dilaksanakan oleh unit pengolahan limbah dan unit pelaksana pengolahan limbah dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang baku mutu lingkungan hidup. Adapun pengelolaan limbah yang dilakukan oleh RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri antara lain ialah: a.
Pengelolaan Limbah Padat 1) Sampah umum Unit pelaksana pengolahan limbah mengambil dan mengangkut sampah dari tiap-tiap tempat sampah sementara dengan menggunakan kontainer/trolly, kemudian sampah tersebut dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara) dan dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) bekerjasama dengan DPU setiap pagi hari. 2) Sampah medis Sampah medis yang berada di ember merah dari tiap-tiap unit penimbun dikumpulkan dan diangkut ke lokasi pemusnahan. Setelah berada di lokasi pemusnahan, untuk sampah medis yang sukar dimusnahkan dihancurkan terlebih dahulu menggunakan kraser
commit 77to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
(Cracheur) atau mesin penghancur. Selanjutnya sampah medis kemudian dihancurkan menggunakan mesin incenerator. 3) Sampah B3 Untuk sampah yang mengandung B3 telah disediakan tempat pembuangan sampah sementara, yang selanjutnya bekerjasama dengan instansi tertentu yang telah memiliki izin dalam pengelolaannya.
b.
Pengelolaan Limbah Cair Limbah cair yang berasal dari semua unit pelayanan masuk ke instalasi pengolahan
air
limbah
yang menggunakan
sistem SBR
(Sequenching Bath Reactor), kecuali 1 kamar mandi di ruang Radiologi yang ditampung di sepiteng. Sedangkan untuk air limbah yang berasal dari laboratorium dipisahkan dan ditampung terlebih dahulu untuk diolah secara kimia maupun fisika, kemudian air olahannya dialirkan bersama-sama dengan air limbah yang lain yang diolah secara biologis menggunakan sistem Sequencing Batch Reactor (SBR).
c.
Pengelolaan Limbah Gas RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso melakukan monitoring terhadap limbah gas, logam berat dan dioksin. Dalam pemusnahan bakteri patogen, virus dan dioksin menggunakan suhu pembakaran minimum 1.0000C. Agar asap hasil dari pembakaran tidak ke pemukiman penduduk, proses pembakarannya memperhatikan arah mata angin dominan untuk mengarahkan cerobong mesin incenerator.
Pelaksanaan pengelolaan limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri tersebut telah diupayakan secara maksimal agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan hidup serta telah dapat dijalankan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
2.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengelolaan limbah di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri telah dilaksanakan dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan. Hal ini dapat dilihat dengan telah dipenuhinya beberapa kewajiban RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebagai pelaku usaha/pelaku kegiatan sebagaimana kewajiban tersebut diatur dalam Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Namun jika ditinjau dari kewajiban penaatan baku mutu lingkungan hidup seperti yang diatur dalam Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 dan beberapa peraturan perundang-undangan tentang baku mutu lingkungan hidup, terdapat beberapa indikator yang belum sepenuhnya memenuhi standar baku mutu yang telah ditentukan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis baku mutu yang dilakukan oleh Laboratorium Pusat Fakultas MIPA UNS pada bulan Juni 2011 yang mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112
Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
menunjukkan bahwa terdapat dua parameter yang melebihi baku mutu, yaitu untuk TSS (Total Suspended Solids) dan NH3-N (Ammonia). Disamping itu berdasarkan hasil analisis baku mutu yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri pada bulan April 2011 yang mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah menunjukkan bahwa untuk parameter inlet maupun outlet BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan PO4-P (Phosphate) serta pada inlet COD (Chemical Oxygen Demand) melebihi baku mutu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
B. Saran Setelah melakukan penelitian, penulis ingin memberikan masukan yang berupa saran-saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dengan harapan untuk menyumbang sedikit pemikiran yang mungkin berguna untuk kemajuan bidang pengelolaan limbah rumah sakit. Adapun masukan yang berupa saran-saran diantaranya ialah: 1.
Kepada pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri sebaiknya tetap mempertahankan upaya pengelolaan limbah yang sistematis dan terpadu seperti yang selama ini telah dilakukan sebagai bentuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
2.
Agar pengelolaan limbah rumah sakit dapat dilakukan dengan benar dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebaiknya pihak RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri dalam melakukan pengelolaan limbah tetap memperhatikan standar baku mutu lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai baku mutu lingkungan hidup, karena untuk menentukan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
commit to user