PENTINGNYA PENETAPAN BERAT 1000 BUTIR DALAM MENGETAHUI KUALITAS BENIH TANAMAN PERKEBUNAN
Oleh: Diana Kustantini, SP / PBT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya A. Latar Belakang Benih merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Kualitas benih itu sendiri akan dipengaruhi oleh perkembangan dan kemasakan benih, panen, perontokan, pengeringan dan penyimpanan benih (Ajang Maruapey, 2010). Dalam konteks agronomi, benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum sehingga benih dituntut agar memiliki mutu yang tinggi (bermutu baik dan benar). Mutu benih terdiri atas mutu fisiologis, mutu genetik dan mutu secara fisik. Suatu benih dikatakan memiliki kualitas yang baik jika memenuhi ketiga komponen tersebut sesuai standart mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI) seperti SNI 01 – 7155 – 2006 tentang standart mutu benih lada (Piper nigrum L.) dan ISTA Rules. Dalam pengujian mutu benih, salah satu pengujian yang dilakukan adalah mutu fisik benih. Mutu secara fisik benih biasanya dilakukan melalui pengujian tingkat kemurnian benih, namun terkadang kita lupa bahwa untuk menentukan mutu fisik benih juga dilakukan pengukuran berat 1000 butir benih. pengukuran berat 1000 butir benih untuk menentukan berat konstan dari suatu benih yang dapat digunkan sebagai data dasar dari suatu instansi untuk menentukan kebutuhan benih per hektar (Anonim, 2014). Penggunaan ketetapan 1000 butir benih dalam pengukuran berat konstan benih dilakukan untuk memudahkan dalam penghitungan dari 100 butir benih dengan satuan gram (berat per ulangan dalam penetapan berat 1000
butir benih) yang kemudian dikonversikan untuk menentukan kebutuhan benih dalam satuan kilogram (kg) benih per hektar.
B. Pentingnya Penetapan Berat 1000 Butir Benih Pengujian benih menjadi sangat penting untuk menjamin kualitas benih yaitu tingkat kemurnian benih sesuai varieatasnya, tingkat campuran, kotoran dan kerusakan benih yang biasa kita lakukan melalui uji kemurnian fisik. Untuk menilai kualitas benih selain dilakukan uji kemurnian fisik juga dilakukan pengukuran berat 1000 butir benih (Tety Maryenti, 2012). Bobot 1000 atau 100 butir benih sering digunakan untuk menilai mutu benih. Benih yang bernas tentu akan memiliki bobot lebih tinggi daripada benih kurang bernas. Begitupula benih yang telah mengalami kemunduran akan memiliki bobot lebih rendah dibanding benih yang masih bervigor tinggi. Turunnya bobot benih dapat disebabkan oleh lamanya penyimpanan, serangan hama gudang, pengeringan yang berlebihan pada saat prosesing benih dan pertumbuhan tanaman induk yang kurang baik (Tety Maryenti, 2012). Bobot 1000 biji merupakan berat nisbah dari 1000 butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau varietas. Salah satu aplikasi penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu hektar. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan (Imran, 2002). Penentuan berat 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas (Sutopo, 2002). Bobot atau besarnya biji dipengaruhi oleh umur biji, waktu pemanenan, lama biji di lapangan sesudah masak dan juga lingkungan (Kamil, 1979). Disamping hal tersebut besar dan beratnya benih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Benih induk besar atau berat sehingga menghasilkan biji yang berat atau besar pula. 2. Adanya pengaruh faktor genetik dan lingkungan. 3. Kematangan vegetasi, semakin matang vegetasi biji semakin berat. 4. Habitat tanaman, pada habitat yang kering biji yang dihasilkan besar.
5. Panjang hari yang dialami oleh tumbuhan pada waktu pembentukan primordial bunga. (Tety Maryenti, 2011). Menurut Anonim (2012) beberapa faktor mempengaruhi variabilitas benih antara lain: 1. Keadaan cuaca 2. Intensitas sinar matahari 3. Masa kering yang terlalu panjang. 4. Pemupukan. 5. Letak biji pada tanaman.
C. Tehnik Penetapan Berat 1000 Butir Benih Penetapan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih konstan dalam beberapa spesies. Tujuan yang ingin dicapai dengan pengukuran berat 1000 butir benih adalah untuk mengetahui berat setiap kelompok benih per 1000 butir benih dan menentukan efisiensi penentuan berat 1000 butir yang dinyatakan dalam gram. Berat 1000 butir dilakukan untuk setiap ulangan yang berasal dari fraksi benih murni, ditimbang dan ditetapkan beratnya. Bobot 1000 butir dapat ditetapkan dengan menimbang 100 butir beberapa ulangan dan menghitung nilai koofisien keragamannya (KK). Teknik penetapan bobot 1000 butir menurut Anonim, 2014 yaitu: 1. Bahan: Benih yang diuji (dari farksi benih murni), Kantong kertas/kantong plastik. 2. Peralatan: Pinset, timbangan analitik, petridis, mesin penghitung/ hand counter. 3. Prosedur: Sebelum diuji, simpan contoh kerja pada wadah kedap udara dalam jangka waktu pendek. Dari contoh kerja kemurnian diambil acak 8 kali ulangan masing – masing 100 butir fraksi benih murni. Kemudian timbang tiap-tiap ulangan dalam gram dengan ketelitian seperti menimbang contoh kerja dalam analisis kemurnian. Hitung variance (ragam), standar deviasi, dan koefisien variasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a. V=n (x2) - (x)2 n(n-1) Ket: V= variance (ragam)
X= Berat masing-masing ulangan (gram) n= Jumlah ulangan b. S= V Ket: S= Standar deviasi V= variance (ragam) c. Koefisien Variasi= S x 100 ̅x Ket: S= Standar deviasi ̅x= berat rata-rata 100 butir (x dibagi 8 ulangan) Penetapan berat 1000 butir dapat dihitung apabila koefisien variasi < 6 untuk benih rumput-rumputan yang lengket (chaffy grass seed) dan < 4 untuk benih lainnya termasuk tanaman perkebunan khususnya tanaman yang diperbanyak melalui biji seperti wijen, kapas, kenaf, tembakau, kopi, kakao, dll. Apabila koefisien variasi melebihi nilai limit yang ditetapkan maka ditimbang 8 ulangan lagi lalu hitung standar deviasi dari 16 ulangan. Apabila masih melampau limit, buang ulangan yang menyimpang dari berat rata-rata.
D. Kesimpulan Pentingnya Penetapan berat 1000 butir benih untuk mengetahui kualitas benih tanaman perkebunan adalah sebagai berikut: 1. Penetapan bobot 1000 butir merupakan salah satu pengujian yang dilakukan disamping uji kemurnian fisik untuk menjaga kualitas atau mutu benih agar sesuai dengan standart yang ditetapkan. 2. Penetapan bobot 1000 butir merupakan berat nisbah dari 1000 butir benih yang dihasilkan oleh suatu jenis tanaman atau varietas yang digunakan untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu hektar. 3. Penetapan bobot 1000 biji diperoleh dengan mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies. 4. Penentuan berat 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas 5. Bobot atau besarnya biji suatu spesies tanaman dipengaruhi oleh umur biji, waktu pemanenan, lama biji di lapangan sesudah masak dan juga lingkungan.
E. Daftar Pustaka Anonim. 2012. Padi Matang 1000 Butir Benih. http://id.answers.yahoo.com. Akses tanggal 17 Februari 2016. Anonim. 2014. Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. BPMBBTPH Cimanggis. Ditjend. Tanaman Pangan. Imran, S, Syamsudin dan Efendi. 2002. Analisis Vigor Benih Padi (Oryza sativa L) pada lahan alang-alang. Agrista. Kamil. 1979. Teknologi Benih I. Angkasa Raya. Padang.
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya. Malang.
Tety Maryenti. 2011. Penetapan Bobot 1000 atau 100 butir benih. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.