PENJILIDAN BUKU PERPUSTAKAAN (LIBRARY BINDING): SEJARAH DAN SENI MENJILID KOLEKSI BERNILAI TINGGI. Indah Purwani

PENJILIDAN BUKU PERPUSTAKAAN (LIBRARY BINDING): SEJARAH DAN SENI MENJILID KOLEKSI BERNILAI TINGGI Indah Purwani E-mail : [email protected] Abstrak Kondisi koleksi bahan perpustakaan yang ada di perpustakaan merupakan cermin dari bentuk kepedulian suatu lembaga perpustakaan dan sejauh mana mampu mengelola dan memelihara kondisi koleksi sehingga tetap dalam keadaan baik, bersih, dan layak untuk dibaca. Di sisi lain, ada aspek penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan koleksi perpustakaan, yaitu aspek pelestarian yang ikut berperan menumbuhkan dan mengembangkan minat baca melalui buku yang menarik dari segi cover dan kualitas jili dan juga isi buku itu sendiri. Penjilidan di perpustakaan (library binding) perlu dilakukan apabila kondisinya sudah mulai berubah dari aslinya akibat dari berulang kali pemakaian dan perlakuan dari para pemustaka sehingga akan menghasilkan koleksi dengan kondisi baru yang lebih kuat, ekonomis, keadaan utuh, dan terhindar dari kerusakan fisik serta menunjang fungsi perpustakaan dalam melaksanakan layanan perpustakaan. Pengetahuan penjilidan buku perpustakaan (library binding) yang bagus dan indah apabila dikaji secara luas sangat rumit dan perlu pendalaman seni khususnya dalam mengembalikan disain asli jilidan. Pustakawan atau petugas konservasi yang bertugas di bagian penjilidan perpustakaan perlu senantiasa meningkatkan wawasan dan ketrampilan agar mampu mengantisipasi kerusakan jilidan koleksi secara dini dan mampu menjilid buku perpustakaan yang kaya akan seni dan bernilai tinggi. Kata kunci: koleksi perpustakaan, penjilidan dan pelestarian, seni menjilid buku

Abstract Condition of the collections in our library as the reflection of culture the institution or library, how to manage and care of the collections in good condition so far the survive, clean and ready to use in reading. Another aspect in the important of the collections to preserve must be attentions of us. Library binding must to do if the condition of the book has changed from originally forms as the impacted of the circulation serviced and it will be good condition, strength, economist, and care of them from physic damage in supporting library functions in the library service. Knowledge about beautiful binding is too complex and fine binding come in all shapes and size, from ancient to modern, from all over the world. The librarian or conservator of library must be have to increase their scope and their ability so that can be prepare bindery rush in early time, they can be make book binding with full art and high skill by work of art in book binding. Key words: library collections, preservation and library binding, art of book binding 1. Pendahuluan Ketika seseorang memasuki sebuah perpustakaan dan mendapati koleksinya banyak VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

yang rusak tidak terpelihara dengan baik, acak-acakan, dan banyak yang tidak utuh lagi jilidannya. Hal itu mengakibatkan seseorang memasuki sebuah perpustakaan akan malas sekali 129

membuka dan membacanya. Inilah salah satu aspek penghalang dari proses pengembangan perpustakaan sekaligus cermin perpustakaan yang kurang memperhatikan masalah peningkatan minat baca. Sebagaimana diungkapkan Ketua IKAPI DKI Jakarta, Afrizal Sirano (2013) pada Hari Buku Nasional di Jakarta, selama ini minat membaca buku hanya terpusat di kota-kota besar saja karena tidak ada fasilitas dari pemerintah hingga level terdekat dengan masyarakat di daerah (Berita Perpustakaan, 2013). Kondisi perpustakaan khususnya kondisi koleksi punya pengaruh besar di dalam meningkatkan minat baca. Hal itu berbeda apabila koleksi yang disajikan sangat menarik, indah, dan dalam keadaan yang layak. Koleksi perpustakaan tidak harus diisi dengan yang serba baru, tetapi yang lebih penting adalah utuh dari segi fisik dan terlindungi nilai informasi yang terkandung di dalamnya. Salah satu bagian tugas layanan di perpustakaan adalah mensirkulasikan bahan perpustakaan agar bisa didayagunakan secara terus-menerus. Salah satu fungsi utama di perpustakaan adalah bagaimana memberdayakan koleksi agar mampu menunjang layanan perpustakaan secara maksimal. Akibat layanan sirkulasi pustakawan, setiap saat senantiasa ditemukan koleksi yang rusak. Jika demikian keadaanya, ada beberapa kebijakan yang harus diambil untuk menangani koleksi yang mengalami kerusakan apabila koleksi dipandang penting dan perlu dipertahankan keberadaannya . Proses kerusakan yang terjadi dan koleksi perpustakaan yang memburuk banyak jenisnya seperti lepas jahitan, hilangnya sampul, halaman lepas, dsb. Semua jenis kerusakan harus segera ditangani sesuai dengan tingkat kerusakannya. Kalau tidak cepat diatasi, akan membawa dampak pada kehancuran koleksi. Hal ini berkaitan erat dengan upaya peningkatan budaya baca masyarakat yang notabene sangat menyukai koleksi yang dibaca dalam keadaan utuh bersih dan menarik dari segi isi dan cover

130

bahan perpustakaan. Adapun salah satu metode penanganan koleksi yang mengalami kerusakan selain di konservasi adalah dengan menjilid ulang (rebinding) bahan perpustakaan tersebut agar kembali pada bentuk yang utuh dan layak untuk dibaca. Masalah penjilidan buku di perpustakaan berbeda dengan penjilidan seperti perusahaan sebuah percetakan. Perbedaannya terletak pada produksi percetakan secara massal yang sangat berbeda dengan penjilidan di perpustakaan yang memproduksi dalam jumlah terbatas. Teknik dan metodenya juga berbeda karena kalau percetakan lebih banyak menggunakan peralatan mesin yang bergerak cepat dan bersifat missal. Penjilidan di perpustakaan lebih ditekankan pada pengerjaan dengan menggunakan tangan secara manual dengan mengedepankan unsur seni, baik dalam teknik maupun metodenya. Semua yang dilakukan harus senantiasa mengingat aspek pelestarian. Penjilidan secara umum dapat dikatakan merupakan beberapa kegiatan yang dimulai dengan melipat lembaran kertas menjadi kuras (katern), mengomplit, menggabungkan menjadi satu dengan bahan tertentu, dan membuatkan ban atau menyortir sehingga hasil jilidan betul-betul tersusun dengan rapi dan baik (Pusgrafin, 2002) seperti pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1: Proses Penjilidan Buku secara Umum (Pusgrafin, 2002)

VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

Selanjutnya, penjilidan adalah merupakan metode di mana dari hasil cetakan lembaran kemudian disatukan menjadi sebuah buku. Untuk menjilid buku lembaran harus dipotong, dilipat, di lem, atau dijahit. Dalam Art of Book Binding dijelaskan bahwa ”Binding the method by which printed sheets are put together to form books, magazines, catalogs, folders, directories, or product packaging. To bind a book, the sheets must be cut, folded, gathered, glued, stapled, stitched, sewn, and wrapped. Bindery workers are responsible for setting up, operating, and maintaining the equipment used in the binding process (ttp.//www. Art of Book Binding, 2012). Oleh karena itu, seorang penjilid harus punya kemampuan dalam merespon, menyeting peralatan, dan mampu menggunakan peralatan dalam proses penjilidan. 2. Penjilidan Buku Binding)

Perpustakaan (Library

Penjilidan buku perpustakaan adalah penjilidan yang kebanyakan dilakukan dengan menggunakan sampul tebal untuk bahan pepustakaan jenis serial ataupun sampul tipis yang semuanya dilakukan demi kepentingan pemustaka. Perpustakaan yang telah membeli buku sampul tipis seharusnya menjilid kembali dengan sampul tebal sehingga menghasilkan buku yang bisa lebih tahan lama. Penjilidan buku perpustakaan harus dilakukan secara konvensional dan taat pada aturan yang ada tujuannya agar tidak merusak kondisi asli atau bentuk fisik asli dari koleksi yang mengalami kerusakan. Seorang penjilid buku perpustakaan harus mempunyai keahlian yang tinggi dalam pekerjaannya dan punya kreatifitas seni dalam mendesain dan merancang pola kerja dan perhitungan skala pemotonganan bahan penjilidan buku edisi terbatas seperti pekerjaan menjilid kembali bukubuku tua dan langka. Di sini yang dituntut adalah seorang penjilid yang mengerti tentang bahanbahan yang digunakan untuk menjilid seperti berbagai macam jenis kertas, benang, pita, dan

VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

sebagainya serta peralatan yang dipakai atau mesin potong yang digunakan dalam proses pengerjaan menjilid serta karakteristik bahan yang digunakan dalam penjilidan bahan perpustakaan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa “These employees are highly skilled workers and must create original or special bindings for limited editions, work to restore and rebind rare and old books. This kind of work involves a lot of creativity, understanding of binding materials, and good foundation based in the history of binding. As one might imagine, hand bookbinding involves the greatest array of different types of bindery jobs and tasks” (http.//www. About Book Binding). Mengapa penjilidan di perpustakaan diperlukan karena dengan menjilid bahan perpustakaan yang mengalami kerusakan bisa dicegah sedini mungkin dan tidak akan bertambah parah kerusakaannya karena bahan yang biasa dijilid adalah jenis bahan perpustakaan jenis buku yang terbuat dari bahan kertas. Ditinjau dari konsep pelestarian semua bahan yang terbuat dari kertas akan mengalami kerusakan dan kerapuhan. Untuk itu, sebelum melaksanakan penjilidan bahan perpustakaan dari kelompok jenis buku, yang perlu diperhatikan adalah sejauh mana kekuatan kertas yang akan dijilid. Apakah kondisinya masih kuat atau sudah rapuh? Hal ini menentukan bagaimana cara menangani buku tersebut. Jenis buku dibedakan menjadi bentuk buku/monograf, majalah, dan surat kabar. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa buku merupakan bentuk bahan perpustakaan yang sebagian besar masih mendominasi koleksi perpustakaan di Indonesia. Berkaitan dengan masalah penjilidan, buku dibedakan menjadi murah atau mahal. Itu tentu tergantung juga dari kualitas jilidannya. Semakin mahal, semakin bagus jilidan yang dihasilkan. Sebaliknya, mutu jilidan yang rendah biasanya

131

terdapat pada buku–uku yang murah harganya. Buku yang murah dan jilidan kurang bagus akan menimbulkan masalah baru bagi pengelola perpustakaan atau pemilik buku karena pasti akan rusak bila digunakan secara terus-menerus. Perlu untuk diketahui bahwa kondisi buku atau bahan perpustakaan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni (i) bahan perpustakaan yang masih baik, artinya bahan perpustakaan buku dalam keadaan utuh, bersih, belum berubah warna, dan tidak berpenyakit; (ii) bahan perpustakaan buku berpenyakit, yaitu buku yang telah berasam, timbul noda hitam, coklat, dan dimakan serangga; dan (iii) bahan perpustakaan rusak, yaitu apabila bahan perpustakaan buku memerlukan tindakan perbaikan/restorasi yang sesuai dengan tingkat kerusakannya, seperti kerusakan pada lembar pelindung, lepas jahitan/jilidan rusak, sampul atau punggung buku lepas, dsb. Untuk bahan perpustakaan yang berpenyakit langkah yang harus dilakukan adalah melakukan perawatan atau treatment konservasi terlebih dahulu sebelum dilakukan penjilidan ulang. Kegiatan pekerjaan menjilid bisa diajarkan dengan demonstrasi dan dikomentari pada setiap operasionalnya. Akan tetapi, setiap penanganan praktik demonstrator kadang sangatlah membingungkan bagi pemula untuk mengimplementasikan apa yang dimaksud. Hal inilah yang mengakibatkan mengapa metode mengajar secara manual dibutuhkan dengan harapan para pemula akan mampu mengerjakan secara mandiri sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Penjilidan secara manual yang dilakukan di perpustakaan bertujuan agar perbaikan buku dapat dilakukan secara dini oleh penjilid ataupun petugas perpustakaan. Karakteristik seorang penjilid buku perpustakaan (book binder) adalah “Those bookbinders employed by small shops likely will do a variety of binding duties, while those employed by bigger companies will specialize in one or two tasks, like operating sophisticated manual or electronic guillotine paper cutters or folding machines.

132

Other workers may concentrate their efforts in the preparation and adjustment of machines, as well as repairing devices as required”. Jadi, apabila seseorang ingin menekuni bidang penjilidan di perpustakaan, harus benar-benar mau terjun secara totalitas agar hasil pekerjaannya benarbenar maksimal. Pelaksanaan penjilidan itu sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu persiapan awal (forwarding), yakni proses pembuatan cover yang dilakukan untuk melengkapi penjilidan yang memuat judul dan dekoratif bahan perpustakaan. Penyelesaian (finishing) merupakan hal penting dan agak sulit pengerjaannya dalam penjilidan karena membutuhakan keahlian, kejelian, dan kemampuan seni artistik di mana judul dan dekoratif sebuah bahan perpustakaan sangatlah memberi kegunaan sebagai identitas apakah bahan perpustakaan menyenangkan/menarik untuk dilihat dan dipegang selanjutnya dibaca. Dalam menanamkan minat baca di kalangan usia dini, faktor artistik sangat berpengaruh besar terhadap daya tarik sebuah buku bacaan. Pada dasarnya penjilidan kembali dilakukan apabila ada kepentingan dalam pendayagunaan koleksi atau kerusakan buku yang tidak terlalu parah dan kertas yang akan dijilid belum mengalami kerapuhan karena faktor usia bahan kertas yang digunakan. Tujuan menjilid ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu tujuan dari buku itu diterbitkan, frekuensi pemakaian buku (misalnya sering atau jarang dipakai, di dalam rumah atau di luar rumah), harga yang diperuntukkan bagi buku tersebut, dan faktor kerapihan dan artistik yang juga menunjang keberhasilan suatu produk penjilidan. Tujuan utama penjilidan di perpustakaan (library binding) adalah untuk menghasilkan buku yang kuat dan ekonomis dan juga untuk melestarikan bahan perpustakaan agar tetap dalam keadaan utuh dan terhindar dari kerusakan fisik dan menunjang fungsi perpustakaan dalam melaksanakan layanan perpustakaan dengan menyediakan koleksi yang layak dan siap pakai. Apabila kondisi koleksi di perpustakaan banyak

VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

yang rusak dan tidak tertangani dengan benar, itu akan mengganggu pemustaka dalam membaca serta layanan perpustakaan itu sendiri. Salah satu contoh buku yang memerlukan penanganan seorang penjilid (book binder) adalah seperti pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2: Buku yang Perlu Dijilid Kembali oleh Seorang Book Binder

3. Penjilidan dalam Kaitan Konservasi Kegiatan penjilidan dalam Ilmu Pelestarian atau Preservasi termasuk dalam kegiatan konservasi yang meliputi perbaikan bahan perpustakaan yang rusak dengan penjilidan kembali agar kondisinya bisa seperti aslinya. Untuk itu, diperlukan pengetahuan teknis cara menjilid agar mutu jilidan sesuai dengan maksud dan tujuannya serta bentuk jilidannya bisa diwujudkan secara maksimal. Kebijakan untuk menjilid bahan perpustakaan secara ideal harus dengan melalui prosedur dan tata cara sebagaimana alur kerja yang seharusnya dilakukan antara pihak perpustakaan dan penjilid (book binder) agar dicapai hasil yang maksimal. Seperti telah diketahui bahwa konsevasi dan restorasi adalah kegiatan yang lebih fokus untuk memperbaiki buku yang rusak. Tujuan konservasi adalah memperlambat kerusakan buku dan mengembalikan kondisinya agar bisa digunakan seperti semula sambil berusaha memperkecil kemungkinan mengubah bentuk phisik asli.

Standar aturan modern untuk konservasi dan restorasi untuk perbaikan penjilidan seharusnya ada teknik yang lebih baik yang bisa dikembangkan di masa yang akan datang. Untuk pengerjaan setiap buku, seorang konservator harus memilih cara belajar penanganan yang membawa pada pengertian nilai sebuah bahan perpusustakaan. Meskipun demikian, kesadaran akan pentingnya nilai informasi sebuah buku akan datang sendirinya saat proses menjilid sedang berlangsung, misalnya dari teks asal mula naskah ditemukan atau gabungan dari ketiganya. Para konservator profesional ahli buku kertas di Amerika yang menjadi anggota the American Institute for Conservation of Historic and Artistic Works (AIC) secara umum menetapkan suatu kode etik pendekatan terhadap penanganan buku langka atau bahan perpustakaan yang bernilai tinggi. Dalam penanganan restorasinya, dilakukan penjilidan secara manual yang harus menggunakan tangan, halaman dan cover buku yang kadang sudah berusia ratusan tahun akan ditangani dengan pengawasan dan perawatan oleh tangantangan yang benar-benar professional. Berbagai jenis teknis pekerjaan untuk memperbaiki jenisjenis halaman yang rusak telah terjadi selama kelangsungan hidup buku tersebut. Sebagai contoh di sini buku “Geneva Bible, tahun 1603 telah dijilid ulang oleh seorang penjilid dengan sistem model jaman Ratu Elizabeth I. Penjilidan model tersebut bisa dikatakan sebagai dasar dari hasil karya seni yang indah dengan menggunakan kertas dan kulit. Kemudian, dijahid dengan tangan sesuai dengan model bentuk buku pada jaman itu. Langkah berikutnya adalah berkreasi dengan kulit dan cover buku yang diwarnai dengan warna alami tanaman yang kecoklatan dengan marbel paper. Pada akhirnya, ditambahkan dengan lembar kertas emas yang bisa ditempelkan pada cover. Desain bisa ditulis dengan huruf, simbol, atau desain gambar bunga tergantung dari jenis partikelnya seperti pada Gambar 3 berikut.

Tujuan restorasi adalah mengembalikan buku ke bentuk awal seperti bayangan aslinya. VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

133

ada yang rusak dan jahitan pada buku lepas maka diperlukan penjilidan ulang dengan cara membongkar kembali semua susunan bahan perpustakaan tersebut untuk kemudian dilakukan penjilidan kembali (rebinding) sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan; dan c. kerusakan ringan yang lain adalah hilang atau robek bagian sampul (cover) buku maka penanganannya adalah dengan membuat sampul baru yang didesain sedemikian rupa agar kembali seperti bentuk aslinya.

Gambar 3: Penjilidan Buku Geneva Bible (1603)

4. Metode dan Teknik Penjilidan Buku Ada bermacam-macam teknik gaya penjilidan yang disesuaikan dengan usia buku dan nilai kegunaan atau kandungan informasi yang ada di dalamya. Setiap bahan perpustakaan yang akan ditangani pasti mengalami masalah yang berbeda-beda dan juga dalam metode pengerjaannya. Dalam menanamkan minat baca di kalangan usia dini, faktor artistik sangat berpengaruh besar terhadap daya tarik sebuah buku bacaan. Untuk menjilid sebuah buku, lembaran-lembaran itu harus melalui proses pemotongan, pelipatan, pengeleman, penjahitan, dan pengcoveran. Seorang penjilid harus tangkas dalam hal mendesain, operasional, dan mampu menggunakan alat-alat dalam proses penjilidan. Apabila ada kerusakan dengan tingkat ringan dari koleksi perpustakan, yang perlu diperhatikan adalah: a. apabila buku/majalah/surat kabar mengalami robek pada sisi dalam, perlu ditangani dengan menyambung bagian yang robek dengan kertas minyak atau tissue jepang;

Proses penghimpunan, penjilidan cetakan, atau kuras (katern) dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari macam bahan perpustakaan yang akan dijilid. Penggabungan lembar demi lembar dan penyampulan dapat dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan mesin. Penjilidan dapat dilakukan pada bahan perpustakaan yang terdiri dari jenis buku, majalah, dan surat kabar dan terdiri dari pengerjaan bagian-bagian (i) isi buku (blok buku) dan (ii) sampul buku /cover, yaitu kulit buku yang berupa sampul lunak atau keras untuk melindungi isi buku/blok buku. Penjilidan dapat dilakukan pada bahan perpustakaan yang terdiri atas buku, majalah, dan surat kabar. Berbagai pengerjaan bagian-bagian mencakup isi buku (blok buku), yaitu bagian buku dan sampul buku/cover yaitu kulit buku yang berupa sampul lunak atau keras untuk melindungi isi buku/blok buku. Metode dan teknik penjilidan yang dikenal selama ini ada bermacam-macam. Pada umumnya kebutuhan perpustakaan yang bisa dilakukan adalah metode dan teknik jilid dengan lem, jilid dengan jahit tangan, dan jilid spiral. Proses pengerjaannya dapat dilakukan dengan berlatih secara rutin dan mengikuti pelatihan pada instansi yang mempunyai unit pelaksana bagian penjilidan. Pada umumnya teknik penjilidan yang diterapkan pada bahan perpustakaan dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

b. koleksi yang bagian punngung atau sampul

134

VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

a. Menjilid dengan benang (thread binding) Beberapa jenis model jahitan yang masih eksis ,dari model dasar yang sederhana sampai yang kompleks dengan banyak ragam jahitan. Sementara itu, umumnya buku dari negara barat banyak jahitan melubangi sepanjang lipatan kertas. Beberapa penjilidan di asia seperti Retchoso atau sistim jilid bentuk kupu terbang dari Jepang yang menggunakan sedikit celah sebagai pengganti lubang. b. Menjilid dengan lem (perfect binding) Penjilidan dengan lem dikenal dengan perfect binding merupakan bagian model penjilidan. Perfect binding menggunakan cairan lem untuk menyatukan halaman yang dijahit kemudian digabungkan bersama sampul lunak (soft cover) yang menutupi blok buku. Cover bisa dicetak untuk hasil akhir dari sistem jilid ini .Sementara penjilidan dengan lem (perfect binding) yang menggunakan sampul keras (hard cover) adalah halaman yang ditata dan direkatkan bersama menggunakan lem menjadi bentuk blok buku yang kemudian ditambahkan cover atau penutup sampul yang terbuat dari bord dan kertas, kain, vinyl, atau kulit. Yang termasuk di dalam kelompok penjilidan dengan lem juga adalah penjilidan yang menggunakan lem panas (hot glue) dan biasa disebut dengan thermal binding. Proses pengerjaannya adalah dengan memberikan cairan lem panas sepanjang punggung buku dan merata pada seluruh halaman. Sitem thermo binding hanya bisa mengelem dengan kapasitas maximum 30 mm. (3cm). c. Menjilid dengan Kawat (Wire Binding) Penjilidan dengan kawat sangat banyak digunakan dan punya ciri gaya tersendiri dengan kemampuan membuka secara mendatar dan membuka lebar sampai bisa berputar. Penjilidan dengan kawat sangat ideal buat kalender atau blok notes. Penjilidan kawat lebih dikenal dengan

VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

sebutan wiro dan sedikit mengarah pada tipe jilid spiro dan tampak sebagai fungsi spiral. Sebagai tambahan penjilidan kawat dibuat dengan desain sendiri dalam sistem penjilidan dan bisa dilakukan dengan menggunakan nomor pengepasan dengan desain simetrik sepanjang jilidannya. d. Bahan dan Peralatan Penjilidan Kertas merupakan bahan dasar pekerjaan penjilidan. Kertas berasal dari serat selulosa yang dipress menjadi lembaran dan kadang ditambahkan zat kimia sebagai bahan pemutih selama berlangsung pembuatannya dengan beda kualitas, kekuatan, tekstur, warna, dan ketahanannya. Kualitas kertas tergantung kualitas bahan dasar yang dipakai pada saat proses pembuatan kertas. Hunter dalam Feather dalam Preservation and Management of Library Collections menyebutkan bahwa “The quality of paper ultimately depend upon the quality of vegetable matter from which it is made, and the manner in which it is processed when first used to make the paper and when reused”. Untuk proses menjilid dibutuhkan beberapa jenis bahan utama, yaitu kertas/karton, lem, dan benang serta beberapa bahan penunjang lainnya. Disamping itu, dalam proses penjilidan tidak akan lepas dari pekerjaan menempel dengan zat perekat. Kertas yang dipakai untuk menjilid seharusnya mempunyai kandungan pH 5,5. Untuk bahan lem perekat dianjurkan mengandung pH 6 atau 7. Kertas yang dibutuhkan untuk penjilidan mempunyai berbagai ukuran standar, misalnya kertas qonqueror (61,5 x 86 ). Bahan kertas ini mengandung sedikit kandungan zat asam atau pHnya kecil sehingga sering digunakan untuk bahan pelapis atau pelindung kertas yang nilai informasinya agak tinggi seperti pada koleksi buku langka; surat kabar; gambar, dan photo langka. Sementara itu, ada kertas keassing Samson ( 90x120), yaitu sejenis bahan kertas pembungkus semen yang mempunyai pH agak tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk melapisi koleksi yang

135

nilai informasinya tinggi tetapi kalau seperti surat kabar atau majalah masih diperbolehkan. Untuk pembuatan cover atau sampul buku dapat menggunakan karton Bord ( 65x75 ) dan (70x10). Bahan yang diproduksi pada awal abad ke-20 ini telah masuk dalam pabrik dan perdagangan bahan-bahan yang untuk ukurannya sudah ada, yaitu ukuran standart industri seperti bord No.20, 30, 40, atau 60. Bord ini baik digunakan dan dipersiapkan untuk penjilidan dengan kualitas yang baik dan tidak ada masalah penggunaan dan pengeleman. Sebagai pelapis bord digunakan kertas buckram dan linen yang terbuat dari campuran bahan kain dan palastik sehingga agak ulet, lentur, dan kuat teksturnya. Biasanya, dipakai bahan cover/penutup sampul buku/majalah dan kotak dan warnanya bermacam-macam. Beda bukcram dan linen hanya terletak pada kekuatan teksturnya. Bukram sebagai produk import lebih kuat dan mahal daripada linen buatan dalam negeri/lokal. Peralatan yang dibutuhkan untuk proses penjilidan secara ideal banyak sekali macam dan fungsinya. Peralatan yang digunakan bisa yang modern atau konvensional. Untuk belajar cara menjilid sangatlah esensial bila seorang penjilid pemula memahami beberapa proses dan cara penggunaan peralatan penjilidan agar tidak mengalami kesulitan dan menghasilkan karya jilid yang baik dan benar. Beberapa peralatan yang diperlukan di antaranya adalah pemotong karton/ bord, press buku/koran, dan beberapa peralatan penunjang penjilidan yang berukuran kecil seperti pisau potong dan cutter; gunting, tulang pelipat, jarum jahit, kuas, pusut, dan lain-lain. Penjilidan dengan tangan menggunakan banyak macam alat penjilidan seperti tulang pelipat (bonefolder) yang digunakan untuk melipat dan menekan garis lipatan kertas. Tambahan alat penjilidan dengan tangan ini adalah berbagai macam pisau, palu, dan alat brass selama proses penyelesaian (finishing). Buku-buku tersebut bisa dijilid dengan berbagai macam variasi bahan

136

material yang berbeda. Banyak di antaranya yang menggunakan kulit, kertas bercorak, dan bahan lain seperti buckram untuk cover. Penjilidan dengan bahan tersebut dibuat perkecualian dan dengan teknik yang tinggi dengan bahan yang berkualitas tinggi pula khususnya untuk bahan kulit. Ini dikenal dengan sebutan ekstra atau edisi luks sehingga untuk melaksanakan penjilidan ada berbagai cara dan metode atau teknik yang dilakukan, yaitu sesuai dengan kebutuhan dan kondisi bahan perpustakaan yang akan dijilid. 5. Sejarah dan Seni Penjilidan Buku Setiap negara mempunyai bentuk dan ciri model penjilidan yang berbeda-beda. Negara Jepang, Inggris, Belanda, dan Jerman adalah negara yang mempunyai ketentuan model jilid dan cover. Teknik pengerjaa menjahit sangat bervariasi antara yang satu dengan lainnya. Biasanya, Jepang banyak mengadopsi teknik menjahit dari sisi samping dan lebih suka dengan model kontemporer yang banyak warna bahan dan benang. Sementara itu, Inggris lebih condong menggunakan teknik menjahit dengan sistem multikuras yang banyak ditemukan dalam bukubuku kuno atau antik dengan warna-warna klasik dengan dekorasi warna emas dan perak. Seorang desainer penjilidan buku senantiasa memilih dekorasi hiasan yang terdiri dari bahan berkualitas dan sangat artistik gambar dan desainnya. Beberapa contoh di sini di antaranya sangat spektakuler seperti buku terbitan edisi tahun 1976 dengan judul The Song of Songs. Itu merupakan buku dengan edisi terbatas karena hanya ada 206 copi yang dicetak dengan tangan dan diproduksi oleh Whitington Press di Gloucestershire. Kemudian, ada satu copi khusus dari enam buku hasil jilidan tangan oleh Arthur W. Johnson, seorang pengarang Themes and Hudson Manual of Book Binding (1978). Buku ini sangat spektakuler dengan warna merah terang (burgundary) penuh ciri khas Marocco, dengan latar belakang gambar matahari dan empat

VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

lingkaran emas di depan dan satu di belakang. Artistiknya berlanjut dengan halaman depan yang terbuat dari kertas scrap bercorak bunga dan daun yang menempel di atasnya. Seni pencetakan memberikan kehidupan baru dalam perdagangan buku. Sepanjang abad ke-15 penjilidan buku mengalami perkembangan hebat dalam hal fasilitas dan dengan begitu murah dalam setiap hasil produk yang dihasilkan. Percetakan kemudian dipunyai oleh setiap penjilid dan ini meningkatkan dalam urutan nomor yang merupakan bagian dari seni perdagangan itu sendiri. Hal ini adalah merupakan langkah yang memberi arah yang baik dengan seni yang sangat mengimprofisasi pada abad ke-16 di mana terdapat beberapa contoh buku terbaiknya. 6. Peran Penting Cover Buku Sebelum awal abad ke-19, buku yang dijilid dengan tangan dan cover atau sampul secara mewah untuk sebuah manuskrip menggunakan bahan-bahan yang penuh dengan lapisan emas, perak, dan hiasan ornament tertentu. Selama ratusan tahun penjilidan buku berfungsi sebagai pelindung bagian cetakan yang mahal atau buatan tangan dan merupakan atribut dari masing-masing kebudayaannya. Sampul atau cover buku merupakan bagian yang sangat menentukan kekuatan dan kualitas buku. Selain itu, sampul/cover buku juga sangat menentukan nilai jual buku yang akan di diterbitkan apakah dalam bentuk biasa atau edisi mewah. Sampul selain berfungsi sebagai pelindung isi buku juga dapat digunakan sebagai alat promosi. Kondisi fisik sampul (cover) dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu jenis hard cover dan soft cover. Dalam proses pembuatan cover, hal yang diperlukan adalah mendisain cover atau cover lama (bila masih dapat dipertahankan) dan dapat lebih menarik dan mempuanyai daya tahan yang kuat. Cover yang didesain secara cermat dan artistik memerlukan ketekunan dan ketramprilan khusus serta penempatan harus sesuai dengan isi buku.

VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015

Kadang-kadang pada sampul diberi garis– garis, tetapi jangan salah justru ini merupakan aspek sangat penting juga dalam sebuah desain buku ketika buku diletakkan berdiri dalam rak atau ditempatkan pada tempatnya sendiri. Di era penjulan melalui internet seperti jaman sekarang, arti cover sangat penting dan sedang berlangsung peraturan dalam dua dimensi bentuk digital. Hal ini sangat membantu untuk mengidentifikasi dan mempromosikan atau memamerkan buku. Teknik yang dipinjam dari abad ke-19 telah menyusupi industri buku secara besar-besaran, seperti yang dilakukan oleh para professional praktisi desain graphis. Cover buku yang ada tidak sebatas hanya sebagai pelindung buku dari halaman per halaman, tetapi telah bertambah fungsinya sebagai advertsing dan komunikasi informasi tentang isi di dalamnya. Punggung juga merupakan aspek yang sangat penting dalam mendesain sebuah buku, khususnya dalam mendesain cover ketika buku diletakkan berdiri atau dishelving akan memberi informasi tentang buku tersebut sehingga apa yang terinci dalam punggung adalah inisial untuk menarik perhatian. Ragam judul punggung buku pada sejarah awalnya tidak mempunyai judul pada bagian punggungnya. Pajangan buku dalam keadaan mendatar dengan posisi punggung di samping. Buku-buku modern mendisplai judul-judul buku di bagian punggungnya. Bahasa yang paling banyak berpengaruh adalah tulisan dengan sistim bahasa Cina. Judul dituliskan pada atas dan bawah seperti tulisan pada umumnya. Sementara itu, judul buku- buku Belanda biasanya ditulis dari atas ke bawah di atas punggung. Ini berarti ketika menempatkan buku di atas meja dengan cover depan menghadap ke atas. Judul yang betul mengarah dari kiri ke kanan di atas punggung. Praktik ini sesuai dengan standar industry ANSI/ NISO. Z39.41 ] dan ISO 6357. Di sebagian besar Eropah dan Amerika Latin, judul yang konvensional tercetak dari bawah ke atas di atas punggung ketika buku diletakkan berdiri pada waktu shelving dan judul akan dibaca dengan arah ke kiri. 137

“Book Binding” Dalam https://en.wikipedia. org/w/index.php?oldid=556392635, diunduh tanggal 24 Mei 2013. Clement, David.1985. Preservation of Library Collection. Paris: UNESCO. Cockrell, Douglas. 2005. “Book Binding and The Care of Books”. Dalam http://www.about book binding.com, diunduh tanggal 5 Juni 2008. Gambar 4: Contoh Penulisan Judul pada Punggung Buku

7. Penutup Penjilidan merupakan bagian kegiatan pelestarian yang mempunyai tujuan melestarikan kandungan informasi dan bentuk fisik asli bahan perpustakaan. Dari uraian penjilidan bahan perpustakaan dengan segala aspek-aspeknya, para petugas perpustakaan yang masih belum punya pengetahuan tentang cara menjilid bisa mendapatkan tambahan pengetahuan dengan cara mengikuti diklat atau melalui bimbingan teknis yang ada di lembaga perpustakaan atau pusat grafika sehingga bermanfaat dalam menunjang kerja pada tempat masing-masing, khususnya guna menunjang fungsi layanan perpustakaan dengan senantiasa menyediakan koleksi yang siap pakai dan layak untuk dibaca oleh pemustaka. Dari perjalanan sejarah penjilidan itu sendiri telah berkembang sejak zaman kuno dan setiap negara mempunyai ciri khas tersendiri untuk menghasilkan jilidan buku. Jepang dan Inggris akan berbeda corak dan teknis penjilidan yang dihasilkan. Perpustakan yang menyimpan koleksi dengan kondisi yang bagus dan menarik secara tidak langsung ikut menunjang program meningkatkan minat baca masyarakat melalui buku yang banyak dibaca oleh pemustaka di lingkungan wilayah perpustakaan itu berada. Daftar Pustaka “Art of book Binding” Dalam http.//www. Art of Book Binding, Diunduh Tahun 2012. 138

Conservation and preservation at the National Library of Indonesia: A report by the International Revew Team for Conservation and Preservation. 1989. Jakarta. Perpustakaan Nasional RI. Feather, John.1991. Preservation and Management of Library Collections. London:The library Associacion Gardjito (et.al). 1997. Pedoman Teknis Penjilidan. Penyunting Ediyami Bondan Andoko. Jakarta: Perpustakaan Nasional R.I. Greenfield, Jane. 1984. Books : Their Care snd Repair. London: Library of Conggress. Johnson, Arthur W. 1981. Manual of Binding. London: Thames and Hudson. Marchant, Sylvia. 2009. ”Spellbound by Work of Art in Book Form“. Dalam National Library Magazine. Vol 1 Number 1; March. 2009. Canberra: National Library of Australia. Pusat Grafika Indonesia. 1983. Pengetahuan Kejuruan Dasar Penjilidan Buku. Jakarta: Pusat Grafika Indonesia. Pusat Grafika Indonesia. 2002. “Penyelesaian Grafika”. Makalah dalam Diklat Pusat Garafika Indonesia). Jakarta: Pusat Grafika Indonesia. “Profesional Archive, Book Binding, Conservation, and Restoration Supplies” Dalam http;// www.talas online.com, diunduh tanggal 5 Juni 2008. VISI PUSTAKA Vol. 17 No. 2 Agustus 2015