Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi Zuraidah* Abstract: The role of university libraries can be interpreted to provide university collections to support its purpose. Collection development activities should include selecting and developing library materials in accordance with the policy defined by the librarian along with the relevant parties. The main objective of the activity is the development of library collections to meet the needs of library users. Keywords: collection development, policy, college library Pendahuluan Pada dasarnya, perpustakaan adalah perpaduan antara manusia, tempat/fasilitas dan informasi. Dikatakan perpaduan di sini karena satu dengan yang lainnya saling ketergantungan. Manusia, yaitu pengelolanya dan pemakainya. Tempat atau fasilitas merupakan sarana yang digunakan manusia untuk melakukan transaksi informasi, sedang informasi bisa berupa buku, jurnal, majalah, koran dan materi yang lainnya adalah bahan-bahan yang harus disajikan di perpustakaan. Sehingga dengan keterpaduan tadi akan jelas misi yang diemban oleh sebuah perpustakaan, yaitu antara lain turut mencerdaskan bangsa dengan menyediakan informasi yang diperlukan, melesatarikan nilai-nilai budaya bangsa dan berkiprah dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Para pustakawan tahu bahwa, tidak semua misi yang diemban oleh perpustakaan akan bisa tercapai. Hal-hal yang mempengaruhi tercapainya misi perpustakaan adalah, antara lain: sistem pelayanan, staff perpustakaan, kondisi perpustakaan, pendanaan untuk perpustakaan, kondisi koleksi, peralatan yang disediakan dalam perpustakaan, perhatian para *
Pustakawan Perpustakaan STAIN Padangsidimpuan.
23
Zuraidah – Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
pimpinan yang lebih tinggi dimana perpustakaan itu bernaung terhadap perpustakaan. Penulis tidaklah membicarakan keseluruhan faktor di atas yang mempengaruhi jalannya kegiatan perpustakaan, akan tetapi terfokus pada bidang pengembangan koleksi perpustakaan Perguruan Tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang terdapat pada perguruan tinggi, badan bawahannya, maupun lembaga yang berafiliasi dengan perguruan tinggi, dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya.1Dari pendapat tersebut maka dapat dikatakan perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang tergabung dalam lingkup lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi maupun perpustakaan lembaga penelitian dalam lingkup perguruan tinggi semua itu mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajarannya. Adapun peranan perpustakaan perguruan tinggi yaitu adequate resources for carrying out the university’s objectives in instruction, research, and extension implement the function of preserving the accumulating source materials necessary for scholarly pursuits.2 Dari pendapat tersebut peranan perpustakaan perguruan tinggi dapat diartikan untuk menyediakan koleksi guna menujang tujuan universitas. Koleksinya harus meliputi permatakuliah yang diselenggarakan dan materi pendamping, untuk mendukung riset baik tingkat fakultas maupun universitas. Dalam hal ini perpustakaan harus menyediakan materi yang berupa: buku, jurnal, majalah/koran, manuscripts, dan film. Sejalan dengan itu, tugas utama perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk menyediakan materi guna menunjang terlaksananya Tri Dharma Perguruan Tinggi dimana perpustakaan itu bernaung, yaitu : pendidikan dan pengajaran riset dan pengembangan ilmu dan teknologi 1
Sulistiyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan, ( Jakarta: Gramedia, 1991), hlm. 51 2 Wilson, Louis Round and Maurice F. Tauber, The University library: the organisation, administration, and fuction of academic library. 2nd ed. (New York : Columbia University Press, 1956). hlm. 19–20
24
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 1, Juni 2013
pengabdian pada masyarakat3 Mahasiswa datang ke perpustakaan pada dasarnya untuk membaca literatur bagi perkuliahannya. Tidak hanya itu, mereka juga ingin mendapatkan informasi yang lebih untuk keperluan riset maupun untuk referensi thesisnya. Disinilah letak tanggung jawab perpustakaan untuk menyediakan informasi yang diperlukannya, sehingga dengan koleksi itu akan nampak efektifitas perpustakaan. Perpustakaan akan gagal dalam membawakan misinya, apabila koleksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Lain halnya dengan staf pengajar, mereka datang ke perpustakaan untuk keperluan mencari informasi yang uptodate bagi perkuliahan yang mereka berikan, ataupun untuk keperluan riset. Membangun sebuah perpustakaan untuk riset sangat mahal, tentunya para pengajar menginginkan jumlah koleksi yang besar, dan jurnal yang harus dilanggan. Pengertian Pengembangan Koleksi. Sebelum menguraikan pengembangan koleksi terlebih dahulu dibahas pengertian dari pengembangan dan koleksi. Pengembangan adalah usaha untuk mengembangkan sesuatu dari bagian tertentu kebagian berikutnya, menuju kearah yang lebih baik, sedangkan koleksi adalah kumpulan rekaman informasi yang beraneka ragam bentuknya baik dalam bentuk tercetak maupun non cetak. Pengembangan Koleksi mencakup kegiatan memilih bahan perpustakaan dan dilanjutkan dengan pengadaan. Memilih bahan perpustakaan memerlukan alat Bantu perpustakaan.4 Alat Bantu yang biasa digunakan untuk memilih bahan perpustakaan ialah: silabus mata kuliah, bibliografi, tinjauan dan resensi, pangkalan data perpustakaan lain, sumber-sumber lain dari internet. Dengan demikian pengembangan koleksi adalah usaha yang semua kegitannya untuk mengembangkan koleksi yang sudah ada melalui aspek pemilihan dan evaluasi. Dalam pengembangan koleksi 3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Pedoman Perpustakaan Perguran Tinggi, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), hlm .9 4
Wijayanti, Luki … [et al.]. Perpustakaan Perguruan Tinggi : buku pedoman. Ed. 3. (Jakarta : Dirjen Dikti-Depdiknas RI, 2004). hlm. 15
25
Zuraidah – Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
harus meliputi kegiatan memilih dan mengembangkan bahan pustaka yang sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pustakawan bersama-sama dengan pihak yang terkait. Kelanjutan dari pemilihan adalah pengadaan yang dilaksanakan dengan cara pembelian, hadiah sumbangan dan tukar-menukar. Pada pelaksanannya pengembangan koleksi tidak terlepas dari pembinaan koleksi perpustakaan perguruan tinggi yang merupakan salah satu kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan yaitu meningkatkan, mendukung memperlancar pelaksanaan program Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bersangkutan sebagai lembaga induknya. Tujuan Pengembagan Koleksi Tujuan dari pengembangan koleksi perpustakaan : 1. menyediakan koleksi yang berkualitas 2. menyediakan koleksi yang berdaya guna bagi pemakai 3. dapat memanfaatkan dana pengadaan secara efektif dan efisien dengan pengadaan koleksi yang berkualitas.5 Dari pendapat tersebut tujuan utama dari kegiatan pengembangan koleksi perpustakaan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan koleksi (informasi) pemakai perpustakaan. Pemakai perpustakaan (civitas akademika/stakeholders) adalah pihak yang paling tahu terhadap kebutuhannya, karena itu maka kegiatan pengadaan bahan pustaka (koleksi) perlu melibatkan stakeholders tersebut. Selain dari tujuan tersebut yang harus diperhatikan bagi pengembangan koleksi adalah usaha yang semua kegiatannya untuk mengembangkan koleksi yang sudah ada melalui aspek pemilihan dan evaluasi.
Prinsip–prinsip Pembinaan dan Pengembangan Koleksi Prinsip–prinsip pembinaan dan pengembangan koleksi menurut buku pedoman perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: 1. Relavan. Koleksi hendaknya relevan dengan program pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyrakat perguruan tingginya. Karena itu perpustakaan perlu memperhatikan jenus dan jenjang program yang ada. 2. Berorientasi kepada kebutuhan pengguna. 5
Joko S.Prianto, Buletin Perpustakaan Nomor: 50/Juli 2007 hlm..1
26
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 1, Juni 2013
Pengembangan koleksi harus ditujukan pada pemenuhan kebutuhan pengguna. Pengguna perpustakaan perpustakaan perguruan tinggi adalah, tenaga penliti, tenaga adminstari, mahasiswa dan alumni yang kebutuhannya akan informasi berbeda–beda. 3. Kelengkapan Koleksi hendaknya jangan hanya terdiri dari buku ajar yang langsung dipakai dalam perkuliahan saja, tetapi juga meliputi bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program yang ada secara lengkap. 4. Kemutakhiran Koleksi hendaknya mencerminkan kemutkhiran. Yang berarti perpustakaan harus mengadakan dan memperbaharui bahan pustaka sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. 5. Kerjasama Koleksi hendaknya merupakan hasil kerjasama semua pihak yang berekpentingan dalam pengembagan koleksi yaitu antara pustakawan, tenaga, pengajar dan mahasiswa.6 Ada beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam pengembangan koleksi antara lain: 1. Terbitan baru, memperoleh prioritas di atas terbitan lama. Pustaka lama bisa diadakan sejauh mana dana yang tersedia dan bisa mengisi kekurangan koleksi bidang studi tertentu. 2. Setiap pustaka rujukan misalnya ensiklopedi cukup diadakan satu perangkap jika ada alasan tertentu yang bisa diterima. 3. Pustaka dalam bahasa Indonesia diutamakan di atas pustaka dalam bahasa asing 4. Pustaka dalam bahasa akan diadakan sejauh tidak terdapat di dalam bahasa Indonesia dan bersangkutan erat dengan bidang studi, diminta oleh dosen dan dana yang tersedia. 5. Buku berseri dipertimbangkan kepentingannya 6. Buku ajar diadakan dalam jumlah eksemplar tebatas.
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Pedoman Perpustakaan Perguran Tinggi, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), hlm. 29
27
Zuraidah – Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Jenis Kegiatan dalam Pengembangan Koleksi Dalam pengembangan koleksi harus mencakup kebijaksanaan antara lain: 1. Yang terlibat dalam pembinaan koleksi. Karena perpustakaan selalu berorientasi kepada kebutuhan masyarakat pemakainya, maka dalam pembinaan koleksi harus pula melibatkan mereka. Para pustakawan perlu dilibatkan, karena mereka mengetahui akan kebutuhan masyarakat pemakainya dan memegang data mengenai banyaknya pengunjung yang datang ke perpustakaan, maupun data mengenai koleksi bidang apa yang sering dipakai atau diperlukan. Mereka juga mempunyai data mengenai terbitan terbaru. Hal ini karena perpustakaan sering dipakai sebagai ajang promosi terbitan baru. Staf pengajar dan mahasiswa perlu dilibatkan, karena majoritas merekalah yang akan memanfaat koleksi perpustakaan. 2. Survei kebutuhan pemakai. Survey kebutuhan pemakai dapat dilakukan dengan menyediakan form untuk diisi oleh pemakai sebagai saran yang perlu dikembangkan atau dengan mengirimkan langsung ke staf pengajar untuk diisi dan dikembalikan ke perpustakaan. 3. Prioritas dalam pembinaan koleksi. Dalam pengembangan koleksi, prioritas merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Tim pengembangan koleksi perlu mengambil langkah-langkah untuk menentukan skala prioritas tadi. Menentukan subjek mana yang perlu dikembangkan sejalan dengan sangat terbatasnya dana, misalnya dengan memprioritaskan kebutuhan primer, yaitu referensi per mata kuliah dan kemudian penyediaan materi pendamping. 4. Penanganan materi dari hadiah. Koleksi tidak datang cuma-cuma ke perpustakaan untuk menjadi bagian koleksi perpustakaan, sekalipun itu berupa hadiah sumbangan. Karena setiap koleksi yang datang akan diproses seperti halnya materi yang berasal dari pembelian. Dalam pemrosesan inilah tentunya diperukan tenaga, pikiran, waktu. Sehingga apa yang dikeluarkan dalam pemrosesan tadi akan terbuang percuma kalau materi tersebut tidak bisa dimanfaatkan 28
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 1, Juni 2013
oleh para pemakai perpustakaan. Disinilah, bagian seleksi koleksi perpustakaan dengan rekomendasi dari pimpinan perpustakaan akan menentukan apakah materi tersebut perlu disajikan di perpustakaan. Kalaulah dianggap tidak memberi manfaat kepada pemakai dan agar untuk menjaga citra perpustakaan sebagai tumpukan sampah yang tak bisa dimanfaatkan, maka sebaiknya koleksi tersebut perlu dijauhkan. Mungkin bisa ditawarkan ke jurusan atau fakultas yang bisa memanfaatkannya. 5. Weeding. Weeding atau penyiangan yaitu kebijaksanaan pengeluaran, penyortiran koleksi dari satu perpustakaan karena dianggap tidak diminati lagi atau mungkin jumlah eksemplarnya terlalu banyak. Dengan demikian, koleksi ini tidak memempunyai nilai atau arti lagi untuk disimpan. 7Untuk itu harus diadakan penyiangan yang regular, berkelanjutan dalam proses kegiatan perpustakaan. 6. Komplain. Problem utama yang sangat menyita waktu di dalam pembinaan koleksi adalah penanganan komplain/keluhan tentang koleksi. Para pustakawan mungkin akan menjumpai keluhan, sekalipun relatif kecil jumlahnya. Di dalam keluhan tersebut termasuk juga mengapa kebijaksanaan pengembangan koleksi sampai demikian. Untuk menangani hal ini, maka akan dibentuk suatu tim khusus untuk meninjau kembali dokumen kebijaksanaan karena dokumen itu didasarkan atas kebutuhan mahasiswa. 7. Kerjasama antar perpustakaan. Dari waktu ke waktu perpustakaan selalu memperbaiki dan meningkatkan pelayanannya. Layanan perpustakaan boleh dikatakan bagus kalau dilaksanakan dengan cepat, effisien, cermat dan tepat. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam layanan perpustakaan adalah sikap pustakawan terhadap pemakai berpustakaan, misalnya harus berjiwa suka membantu dan ramah. Mejalin kerjasama antar perpustakaan Perguruan Tinggi atau dengan perpustakaan khusus lainnya memecahkan masalah terbatasnya dana. 7
Lasa Hs. Kamus Istilah Perpustakaan, (Yogyakrta : Kanisius, 1990). hlm 82
29
Zuraidah – Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Pentingnya Evaluasi Koleksi Dilakukan Evaluasi koleksi adalah kegiatan menilai koleksi perpustakaan baik dari segi ketersediaan koleksi itu bagi pengguna maupun pemanfaatan koleksi itu oleh pengguna. Tujuan dari evaluasi koleksi pada perpustakaan perguruan tinggi menurut dokumen Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah: 1. mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi 2. menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi 3. mengikuti perubahan, perkembangan sosial budaya, ilmu dan teknologi 4. meningkatkan nilai informasi 5. mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi 6. menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi.8 Ada beberpa kriteria untuk penentuan nilai dari sebuah buku atau keseluruhan koleksi, sebagai contoh: secara ekonomi, moral, keagamaan, estetika, intelektual, pendidikan, politis, dan sosial. Nilai sebuah benda atau koleksi berfluktuasi tergantung pada ukuran mana yang digunakan. Mengkombinasikan beberapa ukuran adalah efektif sepanjang ada kesepakatan menyangkut bobot relatifnya. Banyak faktor-faktor subjektif berlaku dalam proses evaluasi yang harus dilalui sebelum mulai melaksanakan proses tersebut. Satu keuntungan bila sudah ditentukan tujuan dan kriteria nilai-nilai sebelumnya, sehingga interpretasi hasil bisa dilakukan dengan lebih mudah. Hal itu juga akan membantu memperkecil perbedaan dalam pemikiran tentang hasil-hasil. Perpustakaan melakukan evaluasi untuk beberapa alasan, seperti: 1. Untuk mengembangkan program pengadaan yang cerdas dan realistis berdasarkan pada data koleksi yang sudah ada 2. Untuk menjadi bahan pertimbangan pengajuan anggaran untuk pengadaan koleksi berikutnya 3. Untuk menambah pengetahuan staf pengembangan koleksi terhadap keadaan koleksi
8
Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. ed. ke 3. (Jakrta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI, 2005), hlm. 10
30
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 1, Juni 2013
Metode Evaluasi Menurut George Bonn dalam Evans ada memberikan lima pendekatan umum terhadap evaluasi, yaitu: 1. Pengumpulan data statistik semua koleksi yang dimiliki 2. Pengecekan pada daftar standar seperti katalog dan bibliografi 3. Pengumpulan pendapat dari pengguna yang biasa datang ke perpustakaan 4. Pemeriksaan koleksi langsung 5. Penerapan standar, pembuatan daftar kemampuan perpustakaan dalam penyampaian dokumen, dan pencatatan manfaat relatif dari kelompok khusus.9 Kebanyakan metode yang dikembangkan akhir-akhir ini mengambil teknik-teknik statistik. Beberapa standar dan pedoman dari asosiasi profesional dan badan-badan akreditasi menggunakan pendekatan dan formula-formula statistik yang memberikan kepada pelaksana evaluasi beberapa indikator kuantitatif dalam melakukan penilaian. Berbagai standar, daftar pencocokan (checklist), katalog, dan bibliografi adalah beberapa sarana lain bagi pelaksana evaluasi. Pedoman untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan yang dikeluarkan oleh American Library Association (ALA's Guide to the Evaluation of Library Collections) membagi metode kedalam ukuranukuran terpusat pada koleksi dan ukuran-ukuran terpusat pada penggunaan. Dalam setiap kategori ada sejumlah metode evaluasi khusus. Pedoman itu meringkas sebagian besar teknik-teknik yang digunakan sekarang ini untuk mengevaluasi koleksi. Metode tersebut difokuskan untuk sumber daya tercetak, tetapi ada unsur-unsur yang dapat digunakan dalam evaluasi sumber daya elektronik. Adapun metode itu adalah: a. Metode Terpusat Pada Koleksi Metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu: 1. Pencocokan terhadap daftar tertentu, bibliografi, atau catalog. Metode dengan menggunakan daftar pencocokan 9
Evans, G. Edward and Zarnosky, Margaret , Developing Library and Information Center Collections,( Englewood, Colorado : Libraries Unlimited, 2000). hlm. 5
31
Zuraidah – Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
(checklist) merupakan cara lama yang telah digunakan oleh para pelaku evaluasi. Metode ini dapat digunakan dengan berbagai tujuan, baik dengan satu metode ini saja maupun dikombinasikan dengan teknik yang lain, biasanya menghasilkan data numerik. Beberapa kelemahan dalam teknik pencocokan pada daftar untuk evaluasi koleksi, yaitu: a. Pemilihan judul untuk penggunaan yang khusus, tidak berlaku umum. b. Hampir semua daftar selektif dan bisa saja mengabaikan banyak judul-judul publikasi yang bermutu c. Banyak judul yang tidak sesuai untuk sebuah komunitas perpustakaan yang khusus d. Daftar-daftar itu mungkin saja sudah kedaluwarsa. Sebuah perpustakaan mungkin saja mempunyai banyak judul yang tidak tercantum pada daftar pencocokan, namun publikasi itu karna baiknya dengan yang ada di daftar. e. Daftar pencocokan tidak memasukkan materi yang khusus yang sangat penting bagi sebuah perpustakaan tertentu 2. Penilaian dari pakar. Metode ini tergantung pada keahlian seseorang untuk melakukan penilaian dan penguasaan terhadap subjek yang dinilai. Dalam metode ini pemeriksaan terhadap koleksi dalam hubungannya dengan kebijakan dan tujuan perpustakaan, dan seberapa baiknya koleksi itu memenuhi tujuan perpustakaan. Prosesnya bisa memerlukan peninjauan terhadap keseluruhan koleksi menggunakan daftar pengrakan (shelflist), bisa terbatas hanya pada satu subjek, itu yang sering terjadi, tetapi bisa juga mencakup berbagai subjek tergantung pada penguasaan pakar tersebut terhadap subjek yang akan dievaluasi. Biasanya metode ini berfokus pada penilaian terhadap kualitas seperti kedalaman koleksi 3. Perbandingan pada berbagai standar koleksi. Tersedia berbagai standar yang diterbitkan untuk hampir setiap jenis perpustakaan. Standar itu memuat semua aspek dari perpustakaan, termasuk mengenai koleksi. 32
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 1, Juni 2013
b. Metode Terpusat Pada Penggunaan Metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu: 1. Melakukan kajian sirkulasi. Pengkajian pola penggunaan koleksi sebagai sarana untuk mengevaluasi koleksi semakin populer. 2. Meminta pendapat pengguna. Survei untuk mendapatkan data persepsi pengguna tentang kecukupan koleksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu data yang sangat berguna dalam program evaluasi koleksi. Hanya perlu diperhatikan keobjektifan dari pengguna dalam menilai kecukupan koleksi dalam memenuhi kebutuhannya. Jangan sampai ketidaktahuan pengguna dalam mencari informasi di perpustakaan mengakibatkan penilaian kurangnya koleksi untuk memenuhi kebutuhan akan informasinya. 3. Menganalisis statistik pinjam antar perpustakaan. Bila pengguna sebuah perpustakaan banyak menggunakan perpustakaan lain bisa jadi ada masalah dengan koleksi perpustakaan itu. Namun bisa juga ada hal lain yang menyebabkan penggunanya lebih suka menggunakan perpustakaan lain seperti petugas di perpustakaan lain lebih ramah, pelayanannya lebih baik, keadaan perpustakaannya lebih nyaman, lebih mudah dan cepat menemukan buku di rak, lebih dekat dengan rumah atau kantornya, jam bukanya lebih sesuai dengan waktu yang dimiliki, tempat parkir mobilnya lebih mudah dan aman, dan berbagai alasan lainnya yang tidak ada hubungannya dengan kecukupan koleksi. 4. Melakukan kajian sitiran. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi koleksi perpustakaan perguruan tinggi dan khusus dengan menggunakan sejumlah contoh dari publikasi penelitian yang sesuai dengan tujuan perpustakaan. Sebagai contoh di perpustakaan perguruan tinggi yang mempunyai program doktor dapat menggunakan disertasi sebagai bahan untuk kajian sitiran. Disertasi merupakan dokumen yang mempunyai nilai paling tinggi dalam perjalanan pendidikan seseorang, dengan demikian bahan pustaka yang dirujuk dalam disertasi dianggap sangat bernilai bagi penulisan 33
Zuraidah – Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
disertasi itu, sehingga sangat beralasan untuk dijadikan sarana mengevaluasi koleksi. Kajian sitiran dilakukan dengan mencatat semua bahan pustaka yang dijadikan daftar pustaka pada sejumlah disertasi yang terpilih sebagai contoh. Data itu kemudian dicocokkan dengan data katalog, maka akan diketahui berapa persen dari bahan pustaka yang dirujuk disertasi ada di koleksi perpustakaan. Bila persentase itu kecil berarti koleksi perpustakaan tidak cukup untuk mendukung program doktor yang ada di perguruan tinggi itu. Dapat dikatakan bahwa para mahasiswa program doktor itu lebih banyak menggunakan perpustakaan di luar perpustakaan perguruan tinggi tersebut. 5. Melakukan kajian penggunaan di tempat (ruang baca). Melengkapi data yang diperoleh pada kajian sirkulasi, kajian terhadap buku dan jurnal yang dibaca di tempat/rnang baca perlu dilakukan. Kajian dapat dilakukan dengan menghitung buku dan jurnal yang ada di meja baca setelah selesai dibaca pengguna pada kurun waktu tertentu. Idealnya buku dan jurnal yang telah selesai dibaca itu dihitung seluruhnya sepanjang tahun. Untuk mengevaluasi jurnal yang dibaca di tempat diperlukan data judul jurnal yang dibaca oleh pengguna, tidak cukup hanya jumlah nomor jurnal yang dibaca. Bisa terjadi juga jurnal yang banyak dibutuhkan pengguna bahkan tidak dimiliki perpustakaan. Data dari survei kebutuhan pengguna sangat dibutuhkan untuk mengetahui kebutuhan jurnal oleh pengguna perpustakaan. 6. Memeriksa ketersediaan koleksi di rak.10 Pustakawan perlu melakukan pengumpulan data mengenai ketersediaan koleksi di rak pada kurun waktu tertentu. Maksud dari pengumpulan data ini untuk mengetahui seberapa tinggi bahan pustaka yang dicari pengguna tersedia di rak koleksi. Bila persentase penemuan tinggi, bisa berarti bahwa koleksi sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna. 10
Widodo H. Wijoyo, Sekilas Tentang Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2008 <,http://www.widodo.staff.uns.ac.id/.../sekilas-tentangpengembangan-koleksi-perpust (23/01/2014)...
34
Al-Kuttab, Vol. 1, No. 1, Juni 2013
Penutup Pengembangan koleksi perpustakaan harus dilakukan dengan baik agar mempunyai daya guna yang optimal. Kebijakan pengembangan koleksi merupakan kegiatan yang penting dalam menentukan kualitas koleksi perpustakaan. Koleksi yang relevan dan berkualitas sesuai dengan kebutuhan pemakai akan selalu paralel dengan tingginya tingkat keterpakaian koleksi dan tingkat kunjungan perpustakaan. Hal tersebut akan meningkatkan eksistensi dan kredibilitas perpustakaan dimata stakeholdersnya. Sehingga slogan “Perpustakaan sebagai jantungnya perguruan tinggi” benar-benar akan tercipta, dan hal tersebut dapat menciptakan dukungan moril, spiritual, dan financial dari berbagai pihak stakeholdersnya untuk kedepan.
Daftar Pustaka Aa Kosasih. Mengoptimumkan Pengembangan Koleksi, 2009
(23/01/2014)...
Buletin Perpustakaan. Nomor: 50/ Juli 2007 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Pedoman Perpustakaan Perguran Tinggi, Jakarta ; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994 Evans, G. Edward and Zarnosky, Margaret. Developing Library and Information Center Collections. Englewood, Colorado: Libraries Unlimited, 2000 Lasa Hs. Kamus Istilah Perpustakaan, Yogyakrta: Kanisius, 1990 Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. ed. ke 3. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional RI, 2005 Sujana, Janti G. dan Yulia, Yuyu. Modul Pengembangan Koleksi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2006 Sulistiyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia, 1991. Widodo H. Wijoyo. Sekilas Tentang Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi, 2008 35
Zuraidah – Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi
<,http://www.widodo.staff.uns.ac.id/.../sekilas-tentangpengembangan-koleksi-perpust> (23/01/2014)... Wijayanti, Luki … [et al.]. Perpustakaan Perguruan Tinggi : buku pedoman. Ed. 3. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdiknas RI, 2004 Wilson, Louis Round and Maurice F. Tauber. The University library: the organisation, administration, and fuction of academic library. 2nd ed. New York : Columbia University Press, 1956.
36