PENINGKATAN SIKAP TOLERANSI SISWA MELALUI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PKn DI KELAS 1 SD LABORATORIUM PGSD FIP UNJ
Oleh : Dra. Nina Nurhasanah dan Yetty Auliaty
Kata Kunci:, Sikap Toleransi, Pendidikan Multikultural PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) PENDAHULUAN Indonesia yang merupakan salah satu negara yang multikultural terbesar di dunia memiliki bahasa daerah yang beragam, keanekaragaman agama dan kepercayaan, keadaan sosial-ekonomi, serta budaya yang beragam. Dengan situasi kemajemukan tersebut, maka dirasakan perlu dikembangkannya sikap toleransi khususnya pada siswa sekolah dasar yang baru mulai mengenal situasi sosial yang beragam tersebut. Terbentuknya toleransi dapat memunculkan perilaku menghargai perbedaan diantara sesama manusia sehingga terwujudnya ketenangan dan ketenteraman dalam tatanan kehidupan masyarakat. Pada akhirnya tumbuhnya toleransi pada diri siswa dapat menunjang tercapainya kecerdasan moralnya. Di sisi lain dengan globalisasi terdapatnya berbagai peristiwa yang mengkhawatirkan, seperti terjadinya krisis moral dan lunturnya identitas bangsa. Pentingnya pendidikan moral bagi siswa di sekolah dasar dirasakan perlu. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu model pembelajaran moral yang efektif dan bersifat praktis, sehingga tujuannya dapat tercapai.Untuk itu diperlukan sebuah model pembelajaran yang berbasis pendidikan multikultural yang diperlukan bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pendidikan multikultural merupakan proses pendidikan yang membimbing, membentuk dan mengkondisikan siswa agar memiliki mental dan kepribadian yang terbiasa hidup di tengah-tengah perbedaan apapun, baik suku, bahasa, agama dan keyakinan, sosial-ekonomi, ideologi maupun perbedaan gender. Di sisi lain dalam kenyataannya banyak peristiwa dimana sering terjadinya konflik sosial yang melibatkan masalah perbedaan budaya di masyarakat Indonesia yang memang peka terhadap keanekaragaman budaya. Oleh karena itu untuk generasi yang akan datang agar tidak timbulnya konflik karena perbedaan budaya di masyarakat maka perlu kiranya untuk tingkat siswa sekolah dasar dikenalkan dan dibiasakan dengan pendidikan multikultural dalam pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu siswa sekolah dasar perlu dikenalkan dan dibiasakan tentang perbedaan 1
dan hidup saling menghargai satu sama lain. PKn sebagai mata pelajaran yang memang diharapkan mampu mendidik siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu diupayakan berbagai model pembelajaran yang dapat dikembangkan guru. Jadi diperlukan pendidikan berbasis multikultural dalam pembelajaran PKn untuk dapat mengembangkan toleransi.
TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Sikap Toleransi Siswa Menurut Borba toleransi merupakan kebajikan moral berharga yang dapat mengurangi kebencian, kekerasan dan kefanatikan. Dengan toleransi, kita juga memperlakukan orang lain secara baik, hormat dan penuh pengertian. Toleransi tidak melarang kita melakukan penilaian moral, tetapi menuntut kita menghargai perbedaan. Kebajikan keenam ini membantu anak memahami bahwa semua orang berhak mendapatkan kasih sayang, keadilan, dan rasa hormat meskipun bisa saja kita tidak sependapat dengan kayakinan atau perilaku mereka. Kebajikan ini merupakan komponen penting dari kecerdasan moral yang mesti kita tanamkan dalam diri anakanak. Toleransi berarti mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain, membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, kepercayaan, kemampuan dan orientasi seksual, memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang pemusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang berdasarkan karakter mereka. Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan sesama. Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaan dan agama. Namun, konsep toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis kelamin, anak-anak dengan gangguan fisik maupun intelektual dan perbedaan lainnya. Toleransi juga berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan budaya, menolak stereotip yang tidak adil, sehingga tercapai kesamaan sikap. Jadi dapat kita ambil kesimpulan bahwa toleransi adalah Jadi berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa toleransi adalah satu dari kebajikan utama yang perlu dibentuk/dibangun pada diri siswa agar dimilikinya kecerdasan moral yang membawa manfaat bagi kehidupan dirinya, orang lain, dan masyarakatnya. B. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD berbasis Pendidikan Multikultural.
2
Di sekolah dasar dikenal adanya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dikenal dengan nama PKn yang wajib diberikan dari mulai kelas I sampai dengan kelas VI. Mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku, untuk menjadi Warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Jadi Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang sangat dibutuhkan bagi negara Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk, dan dalam upaya pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik . Dalam kurikulum SD tahun 2006 (KTSP) khususnya untuk terdapat berbagai macam mata pelajaran, salah satunya adalah Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan tujuan PKn tersebut, maka fungsi PKn di sekolah dasar adalah (1). Membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter baik, serta setia pada bangsa dan negara, serta sebagai (2). Pengikat untuk menyatukan visi siswa yang beragam tentang budaya kebersamaan/persatuan. Dengan melihat begitu penting dan strategis fungsinya mata pelajaran PKn maka pembelajaran PKn harus dikemas secara dinamis, sehingga mampu menarik perhatian dan minat siswa agar dapat tercapainya kemampuan untuk pemahaman materi tentang kewarganegaraan, mengembangkan keterampilan intelektual, dan dapat berpartisipasi secara aktif sebagai warga negara yang baik di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. Dengan pembelajaran PKn yang dinamis menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang bersatu, cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan mempertimbangkan atau memanfaatkan sains, lingkungan,
3
teknologi, dan masyarakat. Pembelajaran PKn dilakukan melalui praktek belajar kewarganegaraan yang dirancang untuk membantu siswa memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik, seperti permainan dan simulasi, membuat karangan, menganalisis isu/kasus tertentu, atau metode pemecahan masalah. Hasil akhir dari praktek belajar kewarganegaraan adalah portofolio hasil belajar yang mencerminkan pemahaman, penghayatan serta penerapan hasil belajar dari setiap individu atau kelompok. Pembelajaran PKn berbasis pendidikan multikultural perlu diterapkan di kelas awal sekolah dasar khususnya di kelas 3, mengingat pembelajaran tersebut sangatlah sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang sedang berada pada usia antara 8 sampai 9 tahun dalam melihat sesuatu di lingkungannya sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Selain itu dengan pembelajaran berbasis pendidikan multikultural tujuan mata pelajaran PKn dalam mengembangkan kecerdasan moral dapat tercapai secara lebih optimal. Hal ini dikarenakan siswa lebih banyak kesempatan belajar mengembangkan kecerdasan moralnya melalui kegiatan belajar yang dapat mengembangkan sikap toleransinya. Siswa dapat mengembangkan kecerdasan moralnya khususnya toleransi melalui kegiatan belajar yang berupa kegiatan kerja sama/kelompok, diskusi, bermain peran. Pembelajaran berbasis pendidikan multikultural merupakan strategi pendidikan yang bermanfaat untuk keberagaman latar belakang kebudayaan dari siswa sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap keberagaman. Pendidikan multikultural adalah sebuah proses pembelajaran yang dapat membimbing, membentuk dan mengkondisikan siswa agar memiliki mental dan karakter yang terbiasa hidup dengan berbagai perbedaan yang sangat kompleks. Dengan pendidikan multikultural diharapkan dapat sikap mandiri dlm menyadari dan menyelesaikan segala problem kehidupan. Pendidikan multikultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman kultural, hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka untuk membangun suatu kehidupan yang adil dan maju. Menurut Mughni dalam Mahfud bahwa pendidikan multikultural juga dapat diartikan sebagai strategi untuk mengembangkan kesadaran atas kebanggaan seseorang terhadap bangsanya. Pentingnya pendidikan multikultural dalam kehidupan siswa adalah untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik. Sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahamai dan menghargai keberagaman, serta membantu siswa untuk mengakui pandangan budaya yang beragam. Mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budayanya, dan menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat. Selain itu juga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari
4
berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. Menurut Banks, pendidikan multikultural didefenisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-rinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Sementara menurut Abdullah Aly melalui pendekatan demokratis, guru dpt menggunakan beragam strategi pembelajaran, seperti: dialog, simulasi, bermain peran, observasi, dan penanganan kasus. Melalui dialog dapat mendiskusikan sumbangan aneka budaya dan orang dari suku lain dalam hidup bersama sebagai bangsa, mendiskusikan bahwa semua orang dari budaya apapun ternyata juga menggunakan hasil kerja orang lain dari budaya lain. Melalui observasi dan penangan kasus siswa dan guru difasilitasi untuk tinggal beberapa hari di masyarakat multikultural, serta mengamati proses sosial yang terjadi diantara individu dan kelompok yang ada sekaligus untuk melakukan mediasi bila ada konflik diantara mereka. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dlm mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya. Adapun tujuan pendidikan multikultural menurut Banks adalah: a)Memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam, b)Membantu siswa dalam membangun perilaku yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, dan kelompok keagamaan, c)Mendidik siswa dalam membangun kemampuan untuk mengambil keputusan dan keterampilan sosial, d)Membantu siswa dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif tentang perbedaan kelompok. Pendidikan multicultural biasanya mempunyai cirri-ciri: 1)tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan “masyarakat berbudaya”, 2)materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilainilai kelompok etnis, 3)metodenya demokratis yang mengajarkan aspek-aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis, 4)evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lain. Dengan melihat berbagai pendapat di atas, maka penyelenggaraan pendidikan multikultural dapat dikatakan berhasil bila terbentuk pada diri siswa sikap saling toleran, tidak bermusuhan dan tidak berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, adat istiadat, atau lainnya. Di sisi lain menurut Mahfud, Indonesia sebagai negara majemuk, baik dalam segi agama, suku bangsa, golongan, maupun budaya local, perlu menyusun pendidikan multikultural sehingga menjadi pegangan untuk memperkuat identitas nasional. Mata pelajaran PKn (Pendidikan Kewarganegaraan) yang telah diajarkan di SD sebaiknya disempurnakan dengan 5
memasukkan pendidikan multikultural ke dalamnya. Jadi dengan upaya memasukkan pendidikan multikultural ke dalam proses pembelajaran PKn diharapkan keberhasilannya dapat tercapai dengan terbentuknya berbagai sikap positif dalam mengahadapi kemajemukan yang salah satunya adalah sikap toleransi. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang cukup bagi guru di sekolah tentang bagaimana implementasi pendidikan multicultural di dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran PKn di SD. Implementasi pendidikan multikultural khususnya dalam pembelajaran sebaiknya meliputi proses yang terdiri dari: 1)pengembangan sikap toleransi, empati, dan simpati; 2)membangun saling percaya, dan 3)memelihara rasa saling pengertian, serta 4)menjunjung tinggi sikap saling menghargai. Selain itu di dalam pembelajaran harus didesain secara kreatif dengan tetap memperhatikan aspek kognitif dengan mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan serta terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran. Dengan proses pembelajaran yang menggairahkan, menyenangkan, dan menarik siswa akan dapat termotivasi dan terlibat secara langsung secara penuh. Untuk itu dibutuhkan dukungan metode, srana/media, serta keterampilan guru dalam mengolah dan memprosesnya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu menjadi sikap atau cara pandang guru, yaitu: 1. Terbuka dan berupaya mencari berbagai kemungkinan, baik dari orang lain, buku, intrenet, dan lainnya agar pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. 2. Utuh dan fleksibel dalam mengemas pembelajaran. Metode dan pendekatan serta sarana/media yang digunakan bervariasi, menarik namun tidak lepas dari komponen segi kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. 3. Teribat secara penuh untuk mengamati, menganalis, serta memahami gaya belajar dan kemampuan masing-masing siswa. 4. Memotivasi siswa untuk belajar terus menerus dan member peluang untuk belajar sesuai dengan kemampuannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan multiultural merupakan pendidikan yang dibutuhkan pada masyarakat yang plural/majemuk baik dalam hal kebudayaan, suku, bahasa, adat istiadat agama dan perbedaan lainnya. Untuk itu maka perlu pembelajaran di sekolah terutama di sekolah dasar memasukkan pendidikan multikultural dengan berbagai metode dan pendekatan yang mendukung tercapainya indikator keberhasilan pendidikan multikultural, serta dukungan media pembelajaran yang menarik, bervariatif, serta pelibatan siswa secara langsung untuk aktif dalam pembelajaran.
6
METODOLOGI Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang dilanjutkan dengan kajian tindakan kelas melalui beberapa siklus. Penelitian dilaksanakan di SD Laboratorium PGSD FIP UNJ, pada siswa kelas III yang berjumlah 19 orang. Penelitian dilakukan selama 4 bulan (AgustusNovember 2012). Subyek penelitian kajian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III di SD Laboratorium PGSD FIP UNJ dengan pertimbangan bahwa pembelajaran berbasis pendidikan multikultural jarang digunakan dalam pembelajaran PKn, masih ditemukan kelemahan dalam beberapa penyajian materi PKn di siswa kelas III. Hal ini menimbulkan siswa kurang dapat mengembangkan toleransi melalui pembelajaran PKn yang disebabkan lebih seringnya menggunakan metode ceramah saja. Berdasarkan hal ini, jika di kelas III siswa dibiasakan dengan menggunakan pembelajaran berbasis pendidikan multikultural dalam PKn, maka diharapkan di masa yang akan datang siswa akan lebih meningkatkan hasil belajarnya khususnya untuk mengembangkan sikap toleransi siswa sebagai bagian dari kecerdasan moral. Obyek penelitian ini adalah pendidikan multikultural dalam pembelajaran PKn kelas III SD. Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang proses pembelajaran PKn dengan menggunakan pendidikan multikultural. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data dari RPP Pendidikan Kewarganegaraan yang tematik, media yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis pendidikan multikultural. Pengumpulan data dilakukan disetiap siklus sejak perencanaan, pelaksanaan, observasi, hingga refleksi untuk komponen data yang diperlukan. Data tentang rancangan permbelajaran diambil dari RPP PKn yang dibuat oleh guru, dan juga melalui wawancara/diskusi dengan guru. Sedangkan data tentang peningkatan sikap toleransi siswa dijaring melalui angket pada akhir siklus. Untuk analisis data, penelitian ini menggunakan analisis dan refleksi dalam setiap siklusnya berdasarkan hasil observasi yang terekam dalam catatan lapangan dan format-format pengamatan lainnya. Fokus pengamatan tentang kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran di kelas dan perubahan sikap toleransi siswa. Analisis dan refleksi dilakukan secara berkolaborasi antar anggota peneliti, sedangkan pelaku tindakan dilakukan oleh guru kelas III SD Laboratorium PGSD FIP UNJ.
7
Adapun tahap-tahap dalam panelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Persiapan/Perencanaan : a. Peneliti berkolaborasi dengan guru menelaah kurikulum PKn SD tahun 2006. b. Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas 3 SD Laboratorium PGSD FIP UNJ untuk melihat kekuatan dan kelemahan pembelajaran PKn yang selama ini dilaksanakan. c. Peneliti dan guru merencanakan pelaksanaan pembelajaran PKn dengan melalui pembelajaran berbasis pendidikan multikultural yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. 2. Tindakan siklus I a. Persiapan tindakan kelas 1) Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan siswa dan guru kelas 3. 2) Guru mengidentifikasi media yang diperlukan untuk pelaksanan pembelajaran PKn berbasis pendidikan multikultural. 3) Peneliti bersama guru mencari strategi pembelajaran berbasis pendidikan multikultural yang sesuai dengan materi PKn yang akan diajarkan. 4) Guru bersama peneliti merancang penataan ulang dan ragam kegiatan pembelajaran PKn berbasis pendidikan multikultural. 5) Guru bersama peneliti menata ulang, menambah media atau melaksanakan pembelajaran PKn berbasis pendidikan multikultural yang lebih menarik yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. b. Tindakan Kelas 1) Guru dan peneliti mempersiapkan kegiatan pembelajaran PKn dengan menerapkan pembelajaran berbasis pendidikan multikultural. 2) Guru kelas 3 melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan, kemudian peneliti mengamati kegiatan guru dan siswa. c. Observasi 1) Peneliti mengamati kegiatan pembelajaran dari sisi siswa dan guru, serta mencatat dalam catatan lapangan. Juga merekam menggunakan audio visual kamera tentang pembelajaran siklus I d. Evaluasi dan Refleksi I 1) Guru bersama peneliti mencari data tentang perubahan hasil belajar PKn berupa kecerdasan moral yakni perubahan sikap toleransi siswa setelah tindakan I 2) Guru kelas 3 bersama peneliti mendiskusikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berbasis pendidikan multikultural dalam PKn, dilanjutkan dengan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan 3. Tindakan siklus II
8
a. Guru melakukan tindakan pembelajaran baru sesuai dengan hasil refleksi dan evaluasi dari siklus I, dilanjutkan diskusi untuk mencari alternatif tindakan lain yang cocok dengan hasil dari tindakan siklus I. Tindakan ini dapat mengurangi, menambah atau memodifikasi dari tindakan siklus I b. Peneliti melakukan observasi, dilakukan pencatatan dengan catatan lapangan, dan isntrumen observasi yang telah direvisi sesuai tindakan baru yang disepakati. c. Refleksi II 1) Guru bersama peneliti mencari data tentang perubahan sikap toleransi siswa setelah tindakan II. 2) Peneliti dibantu guru meninjau ulang dampak dari tindakan siklus II tersebut sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. 4. Tindakan siklus III (bila diperlukan). Untuk menguji keabsahan dan keterpercayaan data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan sumber data, yaitu membandingkan apa yang dirasakan guru pada saat pembelajaran dengan pendapat observer/peneliti yang mengacu pada penelitian tentang pembelajaran PKn pada materi pelajaran ”Diri Sendiri dan Lingkungan” yang berbasis pendidikan multikultural. Analisis data pemantau tindakan dilakukan dengan melihat keterlibatan siswa kelas III pada saat pembelajaran PKn yang sedang berlangsung, sikap guru dalam pelaksanaan pembelajaran, dan kualitas pembelajaran yang meningkat melalui hasil belajar yang dicapai siswa. Berdasarkan data aktivitas siswa setiap siklus, jika setelah dianalisis ternyata semakin sedikit jumlah siswa yang melakukan kegiatan menyimpang saat mengikuti pembelajaran PKn, dan semakin banyak jumlah siswa yang melakukan aktivitas yang sesuai dengan pembelajaran, maka aktivitas siswa dikatakan semakin meningkat. Untuk hasil belajar siswa, dianalisis dengan menggunakan penilaian melalui target atau tolok ukur keberhasilan sebesar 85 % . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Analisis Data Data yang dianalisis merupakan data yang diperoleh dari hasil angket dan observasi dengan menggunakan instrumen yang telah dipersiapkan, yang meliputi data tentang sikap toleransi siswa, data proses belajar PKn melalui pembelajaran tematik, dan data aktivitas guru selama proses pembelajaran.
9
1.Data tentang Sikap Toleransi Siswa dan Tindakan Guru-Siswa Data yang diperoleh melalui data penelitian dan data pengamatan. Data penelitian berupa sikap toleransi siswa yang diperoleh dari pengisisan angket setiap akhir siklus. Data peningkatan toleransi siswa dari siklus I sampai II terdapat pada lampiran. Data dalam penelitian ini diperoleh dari 19 siswa kelas III SD Laboratorium PGSD FIF UNJ Setiabudi Jakarta Selatan dalam dua siklus penelitian. Data yang diperoleh ada dua yaitu data tentang sikap toleransi dan data pemantauan tindakan guru dan siswa dengan pembelajaran PKn yang berbasis pendidikan multikultural. Data tentang sikap toleransi diperoleh dari hasil skor pada lembar angket yang diisi siswa dengan bantuan guru. Sedangkan untuk data pemantau tindakan kelas dengan menerapkan pembelajaran PKn dengan berbasis pendidikan multikultural, diperoleh dari pengamatan peneliti/observer pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran. Data pemantau tindakan diperoleh dari hasil pengamatan kegiatan siswa dan guru oleh observer setiap pertemuan. Data yang diperoleh dari sikap toleransi siswa pada siklus I sebesar 81,22 % dan meningkat pada siklus II menjadi sebesar 89,11 %. Sedangkan untuk data pemantau tindakan guru pada siklus I sebesar 53,62, dan meningkat pada siklus II menjadi sebesar 86,20 %. Berdasarkan analisis data pada siklus II, ternyata sikap toleransi siswa mengalami peningkatan sebesar 89,11%. B.Interpretasi Hasil Analisis Interpretasi hasil analisis dilakukan oleh observer setelah melakukan analisis data. Dari pelaksanaan tindakan siklus II telah menunjukkan hasil yang diharapkan. Peningkatan keefektifan dan pelaksanaan pembelajaran PKn berbasis pendidikan multikultural maupun peningkatan toleransi siswa terlihat dalam tabel dan grafik berikut: Tabel 4.11 Pemantau Tindakan Guru dan Siswa Siklus II Pertemuan Skor Prosentase Ke-1 19 65,52% Ke-2 25 86,20% Rata-rata 22 75,86%
Tabel 4.12 Data Hasil Peningkatan Sikap Toleransi Siswa Siklus No. Nama Siswa I II 1. ASP 88,33% 98,33% 2. AA 96,66% 73,33% 3. BAZ 96,66% 96,66% 10
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
DRS FZA FEP FA FHH GSG MFG MS NSB NO ON RFY SF SCM TSB UMS Rata-rata
96,66% 73,33% 76,66% 91,66% 86,,66% 90 56,66% 83,33% 86,66% 86,66% 96,66% 93,33% 65% 91,66% 86,66% 86,66% 81,22%
100% 91,66% 83,33% 71,66% 90% 85 93,33% 96,66% 0% 96.66% 76,66% 88,33% 91,66% 91,66% 90% 0% 89,11%
89,11% 90 80
81,22%
70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I
Siklus II
Grafik 1. Peningkatan Sikap Toleransi Siswa
11
86,20% 90 80
65,52%
70 60 50 40 30 20 10 0
Siklus I
Siklus II
Grafik 2. Peningkatan Tindakan Guru dan Siswa
PENUTUP 1.Kesimpulan Dengan menerapkan pembelajaran berbasis pendidikan multiluktural dalam PKn di kelas 3 SD, siswa lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Hal ini dikarena pembelajaran berbasis pendidikan multikultural menyajikan pembelajaran PKn dengan melalui dialog, bekerja sama/berkelompok, sosiodrama, pelibatan siswa perempuan dan laki-laki secara adil, dan lain-lain. Apalagi bila didukung dengan penggunaan media yang menarik seperti media audiovisual. Siswa lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran, mengembangkan sikap toleransi, sopan dan santun sesama siswa, serta dapat menampilkan sikap menghargai perbedaan yang ada sesama siswa. Kecerdasan moral berupa sikap toleransi dapat meningkat jika dalam proses pembelajaran berbasis pendidikan multikultural berjalan dengan baik dan lancar. Penerapan pembelajaran PKn yang berbasis pendidikan multikultural yang menarik akan sangat bermakna bagi siswa ditambah dengan memaksimalkan media sehingga akhirnya mendukung kegiatan siswa dalam belajar. Dengan penerapan pembelajaran PKn berbasis pendidikan multicultural yang sesuai dengan karakteristik siswa mampu meningkatkan kecerdasan moral khususnya sikap toleransi siswa kelas 3 SD Laboratorium PGSD FIP UNJ. Siswa melakukan kegiatan yang berbeda dengan biasanya.Setelah diadakan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran berbasis
12
pendidikan multikultural dalam PKn maka siswa lebih tertarik dalam belajar PKn. Siswa menerapkan sendiri sikap-sikap atau nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran PKn dengan menerapkan proses belajar secara kerja sama/ berkelompok, berdialog, sosiodrama. Siswa merasa senang dalam belajar dan tidak merasa sedang belajar menghargai perbedaan yang ada pada setiap siswa, sehingga dapat mengembangkan sikap toleransi diantara mereka. Siswa melakukan kegiatan yang bervariasi setiap pertemuannya, baik mencontohkan sikap toleransi, hidup rukun maupun tata tertib khususnya dalam Tema “Diri Sendiri”, dan “Lingkungan”. Selain itu siswa mempraktekkan sosiodrama untuk materi tertentu, berdiskusi, berdialog, bekerja sama/ bekerja secara kelompok. Melalui langkah-langkah pembelajaran tersebut yang merupakan implementasi pendidikan berbasis pendidikan multikultural ternyata dapat meningkatkan kecerdasan moral khususnya sikap toleransi siswa. Terlihat dari hasil peningkatan sikap toleransi siswa khususnya dimulai dari siklus I sampai siklus II. Hasil dari siklus I adalah 81,22 %, dan pada siklus II adalah 89,11 % . Jadi setiap siklus kecerdasan moral siswa khususnya pada sikap toleransinya mengalami peningkatan. 2. Saran 1. Untuk meningkatkan kecerdasan moral khusunya sikap toleransi siswa dalam mata pelajaran PKn khususnya pada materi tertentu sudah seharusnya guru menerapkan pembelajaran berbasis pendidikan multicultural yang menarik dengan menggunakan media yang mendukung sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal bagi siswa. 2. Bagi guru yang belum menerapkan pembelajaran berbasis pendidikan multikultural dalam PKn sebaiknya membiasakan diri untuk menggunakannya terutama di kelas rendah (1,2,3) karena dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama, mengembangkan sikap saling menghargai dengan perbedaan pendapat, perbedaan kemampuan, perbedaan jenis kelamin, dan juga pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Banks, James A., and Cherry A. Mc Gee Banks (Ed). 1993. Multikultural Education: Issues and Perspectives, 2nd Ed. Boston: Allyn and Bacon. Borba, Michele.2008. Membangun Kecerdasan Moral. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
13
Bredekamp, Sue. 1992. Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving Children From Birth Trough Age 8. New York: NAEYC. Darji Darmodiharjo, et.al. 1986. Nilai, Norma dan Moral . Jakarta: Aries Lima,. Depdiknas. 2005. Pedoman Pembelajaran Kelas Awal Sekolah Dasar.. Jakarta: Depdiknas-Dikdasmen.. E.B Hurlock. 1992. Perkembangan Anak Jilid 1 dan 2. Jakarta: Erlangga. E.Doyle Stevick and Bradley A.U Levinson. 2007. Reimagining Civic Education. New York: Rowman dan Littlefield Publisher, Inc. Good and Broophy, 1990. Educational Psychology a Realistic Approach .London: Longman Group, Ltd.,. http://www incsteps.or.id/kuliah/Book Reading/Moral Intelligence.
Lawrence E. Shapiro. 2001. Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak. Terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,. Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional . Bandung: PT. Remadja Rosdakarya. Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi. 2010. Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Poerwodarminta, 2008. Evaluasi Pembelajaran . Yogyakarta: Multi Pressindo. PUSKUR-Balitbang Depdiknas. 2001. Mata Pelajaran Kewarganegaraan (Citizenship) Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. -----------------------------------------. 2002. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kewarganegaraan SD dan MI. Jakarta: Depdiknas. R, Semiawan, 2007. Conny. Landasan Pembelajaran dalam Perkembangan Manusia. 14
Jakarta: CHCD. Sudjana, 2008. Evaluasi Pembelajaran . Yogyakarta: Multi Pressindo,. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosdakarya. Tim Pengembang PGSD. 1997. Pembelajaran Terpadu D II PGSD. Jakarta: Depdikbud,. Theresia Kristianty Brahim, “Paradigma Baru Pendidikan Ke-SD-an di Indonesia Abad 21: Sebuah Pencarian dan Perwujudnyataan”, Orasi Ilmiah, 13 Juni 2009. UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara, 2006.
15
16