PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Program Kualifikasi S1 Kependidikan Islam dan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh Junaedi NIM. 809018300451
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Junaedi
NIM
: 809018300451
Jurusan
: PGMI
Alamat
: Kebagusan IV Rt. 010 Rw. 04 No. 32 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550.
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama Pembimbing
: Dindin Ridwanudin, M. Pd.
NIP
: NIP: 197711212011011001
Jurusan/Program Studi
: Kependidikan/PGMI
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta,
April 2012
Yang Menyatakan,
Junaedi
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan disusun oleh Junaedi, NIM. 809018300451, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 22 April 2012 Yang mengesahkan,
Dindin Ridwanudin, M. Pd NIP: 197711212011011001
i
ABSTRAK
Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan. Kata Kunci: Pembelajaran Aktif, Pembelajaran PKn, Metode Diskusi. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah: bagaimana peningkatan aktivitas siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui penerapan metode diskusi dalam pelajaran PKn. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul di dalam kelas. PTK dilakukan dalam dua siklus. Satu siklus terdiri atas tiga tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan/alternatif solusi dalam proses diskusi. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui perolehan skor nilai rata-rata yang diperoleh siswa setiap siklus baik dalam observasi maupun angket. Dengan demikian, penerapan metode diskusi dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas siswa. JUNAEDI
ii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kepada Allah SWT atas berbagai nikmat yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat waktu, karena tanpa-Nya upaya apapun mustahil dapat diraih. Menyadari akan kewajiban sebagai seorang mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir studi, maka penulis berusaha sekuat tenaga mencurahkan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh selama mengikuti pendidikan untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan empirik. Oleh karena itu, sebagai seorang guru disalah satu madrasah di bilangan Jakarta Selatan, penulis merasa penting untuk memfokuskan diri dalam penelitian tindakan kelas agar hasilnya kelak lebih bermakna dan menjadi rujukan untuk tugas mengajar selanjutnya. Dengan terselesaikannya skripsi penelitian tindakan kelas ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan berkontribusi terutama: 1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta baik Rektor, Dekan FITK, Kepala Jurusan, Kepala Program Studi, Bagian Administrasi, dan lain-lain yang bekerjasama dengan Kementerian Agama mengakomodir harapan guru Madrasah untuk mengenyam pendidikan tinggi (S1), 2. Bapak Dindin Ridwanudin, M.Pd., dosen pembimbing yang dengan kesabaran membimbing dan mengarahkan, 3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan untuk bekal mengajar di sekolah, 4. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan yang memberi waktu dan prioritas kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan hingga penelitian, 5. Istri dan anak-anak tercinta, dengan segala toleransinya,
iii
6. Seluruh sahabat di kampus yang ikut membantu secara moral dan material. Semoga Allh SWT melimpahkan pahala untuk segala kebaikan yang diberikan. Amin. Sebagai kata akhir, penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah cukup sempurna. Oleh karenanya kritik, saran dan masukan ditampung demi perbaikan di masa-masa mendatang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ............................. LEMBAR PENGESAHAN ...................................................... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........... ABSTRAK ................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................... DAFTAR ISI .............................................................................
i ii iii IV V VII
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .................................................
1
B. Identifikasi Masalah ........................................................
3
C. Pembatasan Masalah .......................................................
4
D. Perumusan Masalah ........................................................
4
E. Tujuan Penelitian ............................................................
4
F. Manfaat Penelitian ..........................................................
4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS .....
6
A. Deskripsi Teori ................................................................
6
B. Kerangka Berpikir ...........................................................
28
C. Hipotesis Penelitian .........................................................
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................
30
A. Pendekatan Penelitian ......................................................
30
B. Subjek Penelitian .............................................................
30
C. Instrumen Penelitian ........................................................
31
D. Prosedur Penelitian ..........................................................
31
E. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
35
F. Prosedur Pengolahan Data ...............................................
36
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN. 40 A. Deskripsi Data ..................................................................
42
B. Analisis Data ..................................................................
45
C. Pembahasan ....................................................................
54
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................
59
A. Kesimpulan .....................................................................
57
B. Saran ...............................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar para siswa/peserta didik diharapkan akan adanya perubahan perilaku. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Oleh karena itu lingkungan pendidikan perlu diatur sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan. Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran
adalah
proses
pelaksanaan
pembelajaran.
Pelaksanaan
pembelajaran yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Pada prinsipnya, pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan dua entitas yang membentuk satu kesatuan, ibarat suatu koin mata uang yang berisi dua sisi berbeda yang tak dapat dipisahkan. Belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan pecapaian tujuan pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran tersebut antara lain tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, evaluasi, guru, dan siswa. Guna mencapai tujuan pembelajaran, biasanya guru memilih salah satu atau beberapa metode pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Pemilihan metode pembelajaran ini merupakan strategi awal untuk menentukan dan merancang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, guru sebagai tenaga pengajar mempunyai kewajiban menyampaikan materi pelajaran secara baik.
1
2
Kegiatan ini secara rutin dikerjakan dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan cara atau metode. Persoalannya sekarang adalah bagaimana menentukan dan memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan belajar siswa secara aktif dan mandiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap metode pembelajaran memiliki implikasi strategis untuk pengembangan potensi siswa. tetapi pada umumnya para guru masih memiliki kelemahan dalam menentukan metode yang terbaik untuk dipilih dan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya di kelas. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang digunakan guru harus benar-benar memperhatikan karakteristik siswa sehingga dengan metode tersebut guru mampu memancing emosi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Metode diskusi merupakan salah satu metode yang dapat menjadikan siswa aktif, mandiri, menyenangkan, dan mampu membentuk kerjasama yang baik antar guru dan siswa, antar siswa dengan siswa yang lain. Dalam hal ini tentu saja metode diskusi memudahkan siswa atau peserta didik menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan cara mendiskusikannya dengan siswa yang lain. Sebab metode diskusi, dengan sendirinya akan melahirkan keaktifan dan kerjasama kelompok yang besar manfaatnya untuk membentuk suasana kebersamaan dalam pembelajaran, khususnya di dalam kelas. Metode diskusi merupakan suatu metode yang dapat melahirkan interaksi yang aktif antara guru dengan siswa atau siswa dengan siswa yang lain dan bertukar pendapat sehingga mampu membentuk suatu gagasan/ideide yang cemerlang dan dapat dijadikan landasan untuk memecahkan suatu masalah. Dengan demikian, metode diskusi merupakan metode yang memiliki kedudukan yang cukup signifikan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan aplikatif dalam kelas agar tercipta suasana kelas yang penuh dengan kebersamaan, keaktifan, dan menyenangkan. Maka pelaksanaan metode pembelajaran inilah yang akan diteliti oleh peneliti di Madrasah
3
Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan, terutama dalam pembelajaran PKn. Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan ini telah banyak menerapkan metode pembelajaran seperti metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode bermain peran, dan metode tanya jawab. Dari berbagai metode yang telah dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan, metode diskusi merupakan metode yang sering dilaksanakan oleh guru-guru Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan khususnya guru PKn. Namun demikian, dalam pelaksanaannya banyak guru yang belum mampu melaksanakan metode diskusi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu menjadikan siswa aktif, bekerjasama, saling menukar pengalaman, informasi, dan mampu memecahkan masalah. Pelaksanaan metode diskusi itulah yang masih menjadi kendala dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Hal inilah yang masih menyebabkan pembelajaran terkesan konvensional dan belum mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Untuk itu, dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode diskusi perlu dilakukan penelitian dan analisa yang mendalam untuk diketahui keberhasilannya dalam membentuk siswa yang aktif, mandiri, dan memiliki kerjasama yang baik dengan guru dan antara siswa dengan siswa yang lain. Uraian di atas merupakan gambaran betapa pentingnya menciptakan belajar siswa yang aktif dan menyenangkan. Penulis merasa tertarik untuk melakuakan penelitian mengenai “Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan efektivitas metode diskusi adalah sebagai berikut: 1.
Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode diskusi belum mampu mejadikan siswa aktif.
4
2.
Guru belum mampu menerapkan metode diskusi dengan tepat dalam proses pembelajaran.
C. PEMBATASAN MASALAH Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka dibuat batasan masalah yaitu: Penerapan metode diskusi untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. D. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalahnya adalah: Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan dalam mata pelajaran PKn?
E. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan
masalah tersebut,
maka penelitian ini
mempunyai tujuan: Untuk mengetahui keaktifan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
F. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis kepada berbagai pihak yaitu: 1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini menjadi sebuah sumbangsih gagasan dan tawaran solusi terhadap persoalan pelaksanaan metode diskusi yang selama ini masih terjadi kontraversi.
5
2. Manfaat praktis kepada pihak-pihak terkait, meliputi: a.
Guru PKn sebagai bahan masukan dan pedoman dalam pelaksanaan metode diskusi.
b.
Siswa sebagai penerima ilmu dapat menjadikan metode diskusi ini untuk mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
c.
Sekolah sebagai umpan balik (feed back) agar terus berupaya meningkatkan dan mengembangkan metode diskusi.
d.
Bagi penulis, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan pembelajaran PKn melalui metode diskusi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Aktif a. Pengertian Pembelajaran Aktif Menurut Melvin L. Silberman dalam bukunya active Learning berpendapat, What I hear, I forget. What I hear see, and ask questions about or discuss with someone else, I begin to understand. What I hear, see discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master. (Apa yang saya dengar, saya lupa), Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit), (apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa kolega/teman, saya mulai paham), (apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan), (Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya).1 Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran yang aktif adalah
pembelajaran
mendengar,
melihat,
yang
di
dalamnya
mendiskusikan,
mengandung
mempraktekkan,
unsur dan
mengajarkannya kepada orang lain. Sedangkan kata aktif berarti setiap orang/individu terlibat dalam interaksi yang membahas sebuah persoalan atau pembelajaran. Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktekkan
keterampilan-keterampilan,
1
mendorong
adanya
Silberman, Melvin L., Active Learning(terjemahan). (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Cet. 6, h. 2
6
7
pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik dapat saling mengajar satu sama lain. Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihar orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan sebagainya. Dalam belajar, seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian. Setiap situasi di manapun dan kapanpun memberikan kesempatan belajar kepada seseorang. Aktivitas-aktivitas belajar itu menurut Syaiful Bahri Djamarah meliputi: mendengarkan, memandang, meraba, membau, mencicipi/mengecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ikhtisar atau rangkuman dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel, digram-diagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, mengingat, berpikir, serta latihan atau praktek.2 Dalam kalimat bijak terungkap “Anda dapat memberitahu para peserta didik tentang apa yang perlu mereka ketahui dengan sangat cepat. Tetapi mereka bahkan akan lebih cepat melupakan apa yang anda beritahu kepada mereka”. Ada banyak hal yang dapat diajarkan, bukan diberitahukan! Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke kepala seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan pelajar itu sendiri. Penjelasan dan peragaan oleh mereka sendiri tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya dan tahan lama. Hanya belajar aktif saja yang akan mengarah kepada pengertian ini.
2
Syaifu Bahri Djamarah., Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000). h. 38.
8
b. Inti dan Kerangka Belajar Aktif Suatu kebutuhan manusia dalam merespon yang lain dan secara bersama-sama terlibat dalam mencapai tujuan disebut reciprocity. Reciprocity merupakan sumber motivasi yang setiap pengajar dapat mengalirkan stimulasi untuk belajar dan keterlibatan yang diperlukan. Reciprocity diperlukan bagi kelompok untuk mencapai tujuan, kemudian terdapat proses yang menyebabkan individu terlibat dalam belajar, mengantarkannya pada kemampuan yang diperlukan dalam menyusun kelompok.3 Pada saat kegiatan belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka menggunakan otak mereka. Mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Seringkali, peserta didik tidak hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras. Metode mengajar dan belajar aktif menciptakan gabungan yang paling bagus untuk peserta didik sekarang. Mereka hidup di dunia di mana hal-hal terjadi secara cepat dan banyak pilihan. Objek-objek, baik yang riil maupun virtual lebih cepat. Kesempatan untuk mengubah sesuatu dari satu keadaan pada keadaan yang lain terjadi dimanapun. Agar efektif, pendidik hendaknya menggunakan hal-hal berikut: diskusi kelompok kecil dan proyek (penelitian), presentasi kelas dan berdebat, latihan pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi dan studi kasus. 2. Pembelajaran PKn a. Pengertian Pembelajaran PKn Ada banyak pengertian yang diberikan oleh ahli Pendidikan dan teori belajar terhadap arti belajar itu sendiri. Hal demikian merupakan suatu yang wajar dalam perkembangan keilmuan, karena masing3
Silberman, Melvin L., Active Learning(terjemahan). (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007), Cet. 6, h. 9.
9
masing dari mereka mempunyai metode, pendekatan, dan latar belakang yang berbeda, serta lingkungan sosio-kultural yang mengitarinya juga berbeda pula. Namun diantara mereka masih terdapat titik singgung atau titik temu mengenai apa belajar itu sendiri dan juga apa hakikat dari belajar. Menurut Muhibbin Syah, “Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.4 Sedangkan Arief S. Sadiman, R. Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito mengartikan kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata dari kata bahasa Inggris instruction yang mempunyai pengertian lebih luas daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid dikelas (ruang) formal, pembelajaran atau instruction mencakup kegiatan belajar mengajar yang dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan adalah proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa kita sebut pembelajaran.5 Dalam beberapa kutipannya, Muhibbin Syah mendefinisikan makna belajar sebagai berikut: Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. … acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya process of acquiring responses as a result of special practice, belajar ialah proses memperoleh responsrespons sebagai akibat adanya latihan khusus. Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that accurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu 4
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru , (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997), cet. 3, h. 92. 5 Arief S. Sadiman dkk., Media Pendidika: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Pustekom. Dikbud. dan PT. RajaGrafindo, 2010), cet. 14 h. 7
10
organisme sebagai hasil pengalaman. The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. 6 Menurut Udin Syaefudin Saud, kini mengajar lebih sering dimaknai sebagai perbuatan yang kompleks, yaitu penggunaan secara integrative sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.7 Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran hampir sama dengan mengajar, namun pada dasarnya berbeda.
Dalam
pembelajaran,
kondisi
atau
situasi
yang
memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih dahulu oleh perancang atau guru. Sementara itu dalam keseharian di sekolah-sekolah istilah pembelajaran atau proses pembelajaran sering dipahami sama dengan proses belajar mengajar, dimana di dalamnya ada interaksi guru dan siswa dan antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa. Jadi pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Pembelajaran juga merupakan suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tercapainya tujuan kurikulum. Setelah memahami definisi dari pembelajaran di atas, selanjutnya akan dipaparkan mengenai pengertian Pendidikan Kewarganegaraan dan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. (UU No 20/2003 pasal 1 ayat 1) menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara 6 7
. h. 55.
Muhibbin Syah, Psikologi... h. 91. Udin Syaefudin Saud., Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2010). Cet. 4
11
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Konsep pendidikan dalam era globalisasi tidak boleh terlepas dari pendidikan nilai (afektif), begitupun dengan aspek pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomor). Pendidikan tidak sekedar terfokus pada alih pengetahuan (transfer of knowledge), namun disertai pula signifikansi alih sikap (transfer of attitude). Hal ini seiring dengan pendapat Adimihardja bahwa fungsi pendidikan yang dibangun dan dikembangkan oleh suatu Negara adalah untuk meningkatkan peradaban civilization anak bangsa, agar memiliki nilainilai budaya yang lebih tinggi. Melalui peningkatan peradaban, diharapkan manusia akan berprilaku lebih arif dalam memelihara keseimbangan hubungan antara sesama manusia, lingkungan di mana mereka hidup, dan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.8 Konsep Dewey dalam Somantri yang dikutip Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim menyebutkan bahwa, perlunya rekonstruksi kewarganegaraan dengan prinsip-prinsip filsafat pendidikan, yaitu: (a) prinsip pendidikan harus mempunyai tujuan (perennialism), (b) prinsip kesinambungan pengalaman kebudayaan (essensialism), (c) prinsip bahwa proses perubahan budaya dimungkinkan oleh tindakan intelligent reflectifve thinking, dan harus merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan proses perubahan social (progressivism), serta (d) reconstrucsionism, proses membangun makna pendidikan.9 Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education) atau Civics yang mengemban misi pendidikan demokrasi dan HAM telah banyak dilakukan Pendidikan
pemerintah
diantaranya
Kemasyarakatan,
adalah:
Pendidikan
pelajaran
Kewargaan
Civics Negara,
Pendidikan Kewarganegaraan, Civics, dan Hukum, Pendidikan Moral Pancasila, di perguruan tinggi, Manipol dan USDEK, Pancasila dan UUD 1945, Pendidikan Kewiraan, dan Filsafat Pancasila. Menurut Muhammad Numan Somantri yang kutip A. Ubaedillah dan Abdul Rozak “bahwa Civic sebagai ilmu kewarganegaraan yang membicarakan hubungan manusia dengan: (a) manusia dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisasi [organisasi social, ekonomi, politik]; (b) individu-individu dengan negara. Dan 8
Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 1. h. 10. 9 Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 14.
12
Edmonson menyatakan bahwa makna Civics selalu didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pemerintahan dan kewarganegaraan yang terkait dengan kewajiban, hak, dan hak-hak istimewa warga Negara”.10 Sedang Azyumardi Azra yang dikutip A. Ubaedillah dan Abdul Rozak mengemukakan bahwa pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal, seperti pemerintahan, konstitusi, lembagalembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga Negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga Negara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan sistem yang terdapat dalam pemerintahan, politik, administrasi public dan sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif dan sebagainya.11 Berdasarkan
pemaparan
di
atas
dapat
dikatakan
bahwa
kewarganegaraan merupakan salah satu pelajaran yang di dalamnya memuat berbagai nilai dan norma sendi-sendi kehidupan universal manusia baik individu, kelompok, bahkan masyarakat secara umum terhadap ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama. Dan konsep pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan nilai, sikapnya, serta keterampilannya. Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Menurut Sikun Pribadi yang dikutip Ine Kusuma Aryani dan Markum Susatim berpendapat, “mendidik yaitu suatu usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan dan lain-lain. Mengajar berarti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia. Melatih merupakan suatu usaha untuk memberi sejumlah keterampilan tertentu, yang dilaksanakan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasaan dalam bertindak”.12 10
A. Ubaedillah & Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). (Jakarta: ICCE UIN Jakarta, 2008). Cet. 3. h. 5. 11 A. Ubaedillah & Abdul Rozak., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 7. 12 Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 39.
13
Lebih dasar dari pengertian PKn secara umum, maka pembelajaran PKn di tingkat sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan kepada nilainilai Pancasila baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat, dan memberikan bekal kemampuan untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Dan jika dilihat dari fungsinya, mata pelajaran PKn memiliki tiga misi
besar.
Pertama,
misi
conservation
education,
yakni,
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur Pancasila. Kedua, social and moral development, yakni, mengembangkan dan membina siswa yang sadar akan hak dan kewajibannya, taat pada peraturan yang berlaku, serta berbudi pekerti luhur. Dan ketiga, fungsi socio-civic development, yakni membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antar sesama anggota keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kewarganegaraan
merupakan materi yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio cultural, usia, dan suku bangsa,untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Materi kewarganegaraan bertujuan mengembangkan kemampuan sebagai berikut: -
-
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
14
-
Berintegrasi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung , dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.13
b. Tujuan Pembelajaran PKn Setiap kegiatan belajar-mengajar, apapun materinya
selalu
memiliki sasaran (target). Sasaran yang juga lazim disebut tujuan itu pada umumnya tertulis. Akan tetapi, ada juga sasaran yang tak tertulis dan dikenal dengan objective in mind. Sasaran yang dituju oleh kegiatan belajar mengajar bersifat bertahap dan meliputi beberapa jenjang yang konkret dan langsung dapat dilihat dan dirasakan sampai yang bersifat nasional dan universal. Ditinjau dari sudut waktu pencapaiannya, sasaran KBM dapat dikategorikan dalam tiga macam. 1. Sasaran-sasaran
jangka
pendek,
seperti
TPK
(Tujuan
Pembelajaran Khusus). 2. Sasaran-sasaran jangka menengah, seperti tujuan pendidikan dasar, yakni untuk mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah. 3. Sasaran jangka panjang, seperti tujuan pendidikan nasional. Tujuan khas yang menjadi tanggung jawab guru sekolah adalah tujuan instruksional dan tujuan kurikuler. Sedangkan tujuan pedidikan secara nasional sebagaimana telah dijabarkan dalam undang-udang dan peraturan menteri sebagai berikut: Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang tujuan pendidikan nasional menyatakan: Pendidikan Nasional berfungsi mengermbangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam 13
Ine Kusuma Aryani & Markum Susatim., Pendidikan Kewarganegaraan... h. 18.
15
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.14 Keputusan tentang tujuan pendidikan diambil pada berbagai tingkatan. Tujuan pendidikan nasional biasanya ditentukan oleh instansi tertinggi dalam pemerintahan yaitu parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat karena bertalian dengan sifat warga negara yang diinginkan untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara.Tujuan kurikulum yang bersifat umum dapat merupakan wewenang kementerian pendidikan dan pengajaran beserta aparatnya. Dalam usaha itu dapat diminta bantuan para ahli dalam bidang pendidikan dan ahli-ahli dalam tiap disiplin ilmu.Tujuan yang spesifik biasanya dipercayakan kepada guru dalam mempersiapkan tiap pelajaran yang akan diberikannya. Ada kemungkinan guru itu juga melibatkan orang tua atau murid-murid walaupun belum merupakan kelaziman di sekolah kita. Tentu saja tujuan pada tingkat rendah tidak boleh bertentangan dengan tujuan yang lebih tinggi, bahkan harus memberikan sumbangan untuk merealisasikannya. Penentuan tujuan kurikulum menurut nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat berrkenaan dengan asas filosofis dalam pengembangan kurikulum.15 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Bab II Pasal 4 Tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan: Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.16 Bagi tingkat dasar, guru sebagai pedidik memiliki wewenang untuk merancang tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pembelajaran. Adapun tujuan pembelajaran tersebut sebenarnya tercermin dalam indikator Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuatnya. Di samping itu, indikator sebagai tujuan yang disusun mengacu pada kurikulum yang menjadi pedomannya.
14
Abd. Rozak., Fauzan., H. Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang & Peraturan Bidang Pendidikan. (Jakarta: FITK Press, 2010), h. 6. 15 S. Nasution., Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990). Cet. 3. h. 48. 16 Abd. Rozak., Fauzan., H. Ali Nurdin. Kompilasi... h. 89.
16
3. Metode Diskusi a. Pengertian Metode Diskusi Muhibbin Syah mendefinisikan metode diskusi sebagai berikut: Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation). Aplikasi metode diskusi biasanya melibatkan seluruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.17 Menurut Masitoh, “Metode mengajar diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama”.18 Sedangkan Abdul Majid berpendapat bahwa “Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya”.19 Heris Hermawan menyatakan bahwa “Metode diskusi yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan
kepada
peserta
didik
untuk
membicarakan
dan
menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah”.20 Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “Diskusi adalah memberikan alternatif jawaban untuk membantu memecahkan berbagai problem
17 18
Muhibbin Syah, Psikologi... h. 205. Masitoh, Strategi Pembelajaran,(Jakarta: Ditjend. Pendidikan Islam Depag. RI., 2009),
h. 118. 19
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, ((Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 7, h. 141. 20 A. Heris Hermawan., Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Ditjen. Pendais. 2009). h. 259.
17
kehidupan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam”.21 Sedangkan menurut H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf, “Metode diskusi ialah suatu metode di dalam mempelajari bahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tigkah laku murid”.22 Oleh karena itu dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi yaitu salah satu cara atau teknik belajar yang di dalamnya mengandung proses interaksi antara dua orang atau lebih yang dilakukan seorang guru dalam menyelesaikan masalah dan mendorong siswa untuk berdialog dan bertukar pendapat dengan tujuan agar siswa dapat terdorong untuk berpartisipasi secara optimal sehingga menuntut siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Menurut Muhibbin Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk: 1) Mendorong siswa berpikir kritis; 2) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas; 3) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama; 4) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan 23 pertimbangan yang seksama. Dan karakteristik dalam metode diskusi menurut Masitoh & Laksmi Dewi adalah: 1) Bahan pelajaran dengan topik permasalahan/persoalan. 2) Adanya pembentukan kelompok. 3) Ada yang mengatur pembicaraan. 4) Aktivitas siswa berpendapat. 21
Syaiful Bahri Djamarah., Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000). h. 198. 22 H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf., Metodik Khusus Pendidikan Agama. (Surabaya: Usaha Nasional, 1983). h. 89. 23 Muhibbin Syah, Psikologi...h.205.
18
5) 6) 7) 8) 9)
Mengarah pada suatu kesimpulan/pendapat bersama. Guru lebih berperan sebagai pembimbing/motivator. Siswa sebagai objek dan subjek dalam pembelajaran. Melatih sistematika dan logika berpikir. Melatih bahasa lisan.24
Di dalam metode diskusi juga mengandung pengalaman belajar bagi siswa, 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Pemahaman terhadap persoalan. Belajar bersama (cooperative learning). Pemahaman pendapat oramg lain. Pembentukan rasa solidaritas. Pemahaman terhadap pengambilan keputusan. Menerapkan cara penyelesaian persoalan. Menerapkan cara menyampaikan pendapat.25
Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf berpendapat metode diskusi dapat dipergunakan: 1) Apabila ada soal-soal (masalah) yang sebaiknya pemecahannya diserahkan kepada murid-murid. 2) Untuk mencari keputusan atau pendapat bersama mengenai sesuatu masalah. 3) Untuk menimbulkan kesanggupan pada anak didik untuk merumuskan pikirannya secara teratur dan dalam bentuk yang dapat diterima oleh orang lain. 4) Untuk membiasakan anak didik suka mendengar pendapat orang lain, sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri; membiasakan sikap terbuka/toleran.26 Dari pemaparan di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa
keterlibatan siswa sebagai objek dan subjek dalam metode diskusi akan menjadikan mereka lebih percaya diri, termotivasi untuk mampu menuangkan
gagasan,
fleksibel
dalam
pergaulan,
dan
dapat
mengendalikan diri, serta berpikir realistis, dan toleran. Menurut Masitoh & Laksmi, kemampuan guru yang harus diperhatikan untuk menunjang keberhasilan diskusi diantarnya adalah:
24
Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. 26 H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf., Metodik Khusus... h. 89. 25
19
1) Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 2) Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan serta menarik kesimpulan. 3) Mampu mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permasalahan dan pengembangan kemampuan siswa. 4) Mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi. 5) Menguasai permasalahan yang didiskusikan.27 Sedangkan kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang pelaksanaan diskusi diantaranya adalah: 1) 2) 3) 4) 5)
Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi. Mampu melaksanakan diskusi. Mampu belajar secara bersama. Mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide. Mampu memahami pedapat orang lain.28
Saran-saran pelaksanaan diskusi sebagai berikut: 1) Hendaknya diusahakan agar supaya setiap murid mendapat giliran berbicara dan menyatakan pendapatnya. 2) Hendaknya setiap murid belajar mendengarkan pendapat orang lain.29 Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa ketika pelaksanaan diskusi akan dijalankan, maka menjadi keharusan bagi guru sebagai pelaksana untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar proses diskusi berjalan dengan dinamis dan antusias yang tinggi. Begitu pula bagi peserta, dalam hal ini para siswa, mereka pun harus mempersiapkan diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya untuk larut dan aktif di dalam perdebatan diskusi yang akan terjadi nantinya. Setiap metode pembelajaran tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, demikian pula dengan metode diskusi. Kelebihan/keunggulan metode diskusi menurut Syaiful Bahri Djamarah adalah:
27
Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. Masitoh, Strategi Pembelajaran... h. 118. 29 H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf., Metodik Khusus... h. 90. 28
20
1) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja). 2) Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik. 3) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan sikap toleran. Adapun kekurangannya adalah: 1) 2) 3) 4)
Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.30
Sedangkan segi positifnya adalah: 1) Suasana kelas lebih hidup, sebab anak-anak mengarahkan perhatian/pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan. Partisipasi anak dalam metode ini lebih baik. 2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti: toleransi, demokratis, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. 3) Kesimpulan hasil diskusi mudah difahami anak, karena anakanak mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan. 4) Anak-anak dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib dalam suatu musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang sebenarnya. Segi negatifnya: 1) Kemungkinan ada anak yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. 2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.31
1) 2) 3) 4) 30 31
Menurut Masitoh & Laksmi, Keunggulan metode diskusi: Siswa bertukar pikiran. Siswa dapat menghayati permasalahan. Merangsang siswa untuk berpendapat. Dapat mengembangkan rasa tanggung jawab/solidaritas.
Syaiful Bahri Djamarah., Guru dan... h. 199. H. Zuhairini... h. 90.
21
5) Membina kemampuan berbicara. 6) Siswa belajar memahami pikiran orang lain. 7) Memberikan kesempatan belajar. Kelemahan: 1) Relatif waktu yang banyak. 2) Apabila siswa tidak memahami kosep dasar, diskusi tidak efektif. 3) Terdapat perbedaan kemampuan perbendaharaan bahasa. 4) Apabila guru tidak dapat membimbing diskusi tidak efektif.32 Jika ditarik kesimpulan dari pendapat tersebut bahwa kelebihan dari metode diskusi bagi siswa dapat menumbuhkan sifat bijak, kritis, toleran, memiliki pandangan yang luas terhadap sebuah persoalan, dan bisa menghargai orang lain. Sedangkan disisi lain bila ditinjau dari segi negatifnya siswa yang pendiam akan cenderung kesulitan dalam berinteraksi dan minim informasi yang semestinya didapatkan dari guru.
b. Tujuan Diskusi Menurut Mulyani Sumantri sebagaimana dikutip Abdul Majid, metode diskusi
bertujuan untuk: 1) melatih peserta didik
mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan, dan menyimpulkan bahasan; 2) melatih dan membentuk kestabilan sosio-emosional; 3) megembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif; 4) mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pedapat; 5) mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial; dan 6) melatih peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah.33 Menururt Muhibbin, “Tujuan penggunaan metode diskusi ialah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi 32 33
Masitoh.... h. 118. Abdul Majid... h. 142.
22
(rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflective thinking)”.34 Menurut H. Zuhairini, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf, “Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang murid berpikir dan mengeluarkan pendapat sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran dalam satu masalah bersama yang terkandung banyak kemungkinankemungkinan jawaban”.35 Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa tujuan dari metode diskusi itu adalah cukup potensial untuk menggali potensi yang ada pada diri siswa, membantu siswa berpikir secara kritis dan juga untuk mengembangkan motivasi belajar.
c. Jenis-jenis Diskusi Ditinjau dari
sudut
formalitas
dan jumlah peserta
yang
mengikutinya, Muhibbin Syah menggolongkan diskusi menjadi empat macam: 1) Diskusi Informal. Biasanya hanya kelompok-kelompok kecil yang salah seorang diantaranya tampil sebagai pemimpin tanpa pembantu atau wakil. 2) Diskusi Formal. Dua diantara peserta dipilih atau ditunjuk sebagai pemimpin dan wakilnya. 3) Diskusi Panel. Kata “panel” sendiri berarti kelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara. Tugas utama mereka ini menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peserta. 4) Diskusi Simposium. Agenda masalah dalam simposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya lebih). Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama atau salah satu aspek dari topik yang sama tersebut.36
34
Muhibbin.... h. 205. H. Zuhairini... h. 89. 36 Muhibbin... h. 206. 35
23
Sedangkan ditinjau dari sudut pola pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode diskusi terbagi menjadi dua: 1. Pola diskusi teacher centrality (terpusat pada guru). Peran guru: 1) Indikator, yakni yang menampilkan agenda masalah sebagai topik diskusi. 2) Direktur, yang mengarahkan pembicaraan. 3) Moderator, yang berwenang mengatur lalu lutas pembicaraan. 4) Evaluator, penilai kemajuan dan partisipasi para partisipan. Peran siswa (partisipan): 1) Kontributor, penyumbang saran dan pemikiran 2) Evaluator, penilai taraf keberhasilan upaya pemecahan masalah. 2. Pola diskusi student centrality (terpusat pada siswa). Peran guru: 1) 2) 3) 4)
Indikator; Konsultan (penasehat); Encourager (pendorong semangat); Observer dan Evaluator (peninjau dan penilai partisipan).
Peran siswa (partisipan): 1) 2) 3) 4)
Moderator; Kontributor; Encourager; Evaluator.37
Pelaksanaan diskusi menurut H. Zuhairin, Abdul Ghofir, dan Slamet As. Yusuf dapat dengan: 1. Diskusi kelas (class discussion) langsung dipimpin oleh guru, dengan melontarkan bahan pokok bahasan diskusi kepada semua anak, dan setiap anak diharapkan partisipasinya untuk memecahkannya bersamasama. 2. Diskusi kelompok (small group discussion) Dengan jalan membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan beberapa pokok bahasan diskusi yang berbeda-beda. Tahap pertama pokok bahasan tersebut didiskusikan dalam 37
Muhibbin... h. 207
24
kelompok masing-masing, yang kemudian tahap terakhir dikemukakan dalam diskusi kelas.38 Dari beberapa jenis diskusi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis diskusi pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam jenis formal dan informal. Di mana diskusi formal adalah jenis diskusi yang terkait dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan juga semua anggota kelompok diskusi dapat ikut aktif dengan catatan setelah terlebih dahulu diberi waktu oleh pimpinan diskusi. Sedangkan diskusi dalam jenis informal adalah jenis diskusi yang tidak terlalu terikat dengan peraturan-peraturan yang ada, semua anggota kelompok diskusi juga ikut aktif tanpa harus diberi waktu terlebih dahulu oleh pimpinan diskusi. Jenis apapun diskusi yang digunakan, dalam pelaksanaannya, guru harus mengatur kondisi agar: 1) Siswa memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi. 2) Siswa mampu melaksanakan diskusi. 3) Siswa mampu belajar secara bersama. 4) Siswa mampu mengeluarkan isi pikiran atau pendapat/ide. 5) Siswa mampu memahami pendapat orang lain.39 Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa diskusi merupakan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah dan mendorong siswa untuk dapat meningkatkan cara berpikir ilmiah dan mengembangkan pengetahuannya yang mengutamakan kelompok dibandingkan individual. d. Langkah Langkah Pelaksanaan Diskusi 1. Langkah perencanaan
38 39
H. Zuhairin... h. 92. Masitoh...h. 118.
25
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, diskusi yang baik dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin dan intim. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi: 1) Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Yang harus diperhatikan: (1) minat anak didik; (2) kemampuan anak didik; (3) bermakna. 2) Dapat memastikan bahwa guru dan anak didik telah memiliki latar belakang informasi untuk mendiskusikan topik secara baik. 3) Diskusi dipersiapkan secara baik; nara sumber, pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi. 4) Ditetapkan besarnya kelompok. 5) Pengaturan tempat duduk.40 Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan persiapan diskusi dapat dilakukan dengan langkah mempersiapkan topik masalah, kesiapan siswa, nara sumber, dan pengaturan tempat duduk agar ketika diskusi dilaksanakan dapat berjalan dengan baik, tertib dan tercapai tujuan yang diharapkan. 2. Pelaksanaan diskusi Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah: a) Pemusatan perhatian; b) Mengklasifikasi masalah; c) Menganalisis pandangan anak didik; d) Meningkatkan kontribusi; e) Membagi partisipasi.41 Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan pelaksanaan diskusi yag berhasil dapat dilakukan dengan perhatian yang baik, memberi informasi penjelas, melokalisasi pandangan, dan memberi kesempatan yang sama dalam sumbangan pemikiran/berpendapat.
3. Menutup Diskusi
40 41
Syaiful... h. 160. Syaiful... h. 160.
26
Akhir dari proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi hendaklah dilakukan sebagai berikut: 1) Merangkum hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal yang penting, atau dengan formulasi yang dimiliki siswa, atau dengan menarik kesimpulan. 2) Menyebutkan kerja tidak lanjut. 3) Mengevaluasi hasil atau proses diskusi.42 Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan menutup diskusi dapat
dilakukan
dengan
merangkum
hasil
diskusi,
menarik
kesimpulan, dan mengevaluasi agar hasil diskusi yang dicapai berhasil dengan efektif.
e. Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Menurut Syaiful Bahri Djamarah keterampilan membimbing diskusi yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi. Mengklasifikasi masalah. Menganalisis pandangan siswa. Meningkatkan kontribusi. Membagi partisipasi. Menutup diskusi. Hal-hal yang perlu diperhatikan.43
Dari beberapa komponen keterampilan yang harus dimiliki guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil dapat disimpulkan, pertama memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi hal ini dapat dilakukan dengan merumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi, kemukakan masalah-masalah khusus, catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan, rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi. Kedua mengklasifikasi masalah dapat dilakukan dengan menyusun kembali atau merangkum sumbangan 42 43
Syaiful... h. 160. Syaiful... h. 160.
27
pikiran siswa yang agak membingungkan sehingga menjadi jelas, menggunakan pertanyaan melacak terhadap komentar siswa sehingga membantu kelompok mengklasifikasikan masalah, menguraikan sumbangan pemikiran siswa dengan jalan memberi informasi atau contoh yang sesuai sehinngga memperjelas pemahaman. Ketiga menganalisis pandangan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara guru melokalisasi pendapat yang disetujui maupun yang tidak disetujui, dan mencari alasan mengapa peserta sampai pada pandangan seperti itu, ini berguna untuk mengeksplorasi nilai-nilai yang memberi harapan untuk membuat keputusan atau sampai pada konsensus (kesepakatan). Keempat meningkatkan kontribusi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kunci yang dapat meningkatkan diskusi, menggunakan stimulasi berupa contoh-contoh verbal maupun nonverbal, memancing dengan membuat komentar bertentangan (kontroversi), menunggu dengan tenang, tetapi juga mengharapkan sumbangan
pikiran
pembicaraan
yang
siswa asal
daripada
bicara,
hanya
memberi
mengisi
dukungan
dengan terhadap
sumbangan pikiran siswa dengan mendengarkan penuh perhatian, pemberian komentar positif, dengan gerak badan, dan secara akrab. Kelima membagi partisipasi dengan cara hati-hati meminta pandangan siswa yang kurang berpartisipasi tanpa harus memalukan atau tanpa mengejek, mencegah kegaduhan sehingga pembicaraan seseorang dapat didengar oleh semua anggota, mencegah siswa yang yang cenderung memonopoli diskusi, meminta persetujuan sementara untuk tidak menemui jalan buntu dan memperluas wawasan, meningkatkan pemberian komentar siswa terhadap pendapat siswa lainnya sehingga interaksi dapat ditampilkan.
28
Keenam menutup diskusi. Hal ini menyangkut soal merangkum hasil diskusi secara jelas dan singkat pada hal-hal yang penting, atau dengan formulasi yang dimiliki siswa, atau dengan mearik kesimpulan, memberikan topik diskusi berikutnya, atau menyebutkan kerja tindak lanjut untuk kelompok, guru melibatkan diri dalam mengevaluasi hasil atau proses diskusi kelompok kecil. Dan ketujuh hal-hal yang perlu diperhatikan, hendaknya guru tidak mendominasi diskusi sehingga siswa tidak diberi kesempatan, membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi, membiarkan terjadinya
penyimpangan
pembicaraan
yang
tidak
relevan,
membiarkan siswa yang enggan berpartisipasi, tidak memperjelas atau mendukung kemampuan pikir siswa dan gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
B. Kerangka Berpikir Berdasarkan kajian teori maka peneliti berasumsi bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya pendidik mampu menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi siswa. Dalam proses pembelajaran seorang pendidik dituntut memiliki kemampuan dalam mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran adalah kemampuan guru dalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang akan digunakan saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peneliti memilih salah satu metode yaitu metode diskusi. Metode diskusi merupakan salah satu metode belajar mengajar yang dilakukan oleh guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat dan saling tukar menukar pengalaman serta kerjasama antar siswa sehingga mampu memecahkan suatu masalah. Selain itu dengan metode diskusi siswa diharapkan mampu belajar mandiri, aktif, dan menyenangkan.
29
Tujuan dari metode diskusi adalah agar siswa belajar berpartisipasi dalam memecahkan suatu masalah bersama. Ciri-ciri metode diskusi itu dapat mempertinggi partisipasi siswa secara idividual, memperluas pandangan, mengembangkan kepemimpinan, dan siswa dapat berpikir aktif.
Tujuan:
Metode diskusi
Ciri-ciri metode diskusi:
Proses Pembelajaran
Siswa Aktif
Gambar 2.1. kerangka berpikir C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka peneliti berasumsi bahwa diduga metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan terhadap mata pelajaran PKn.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Fokus penelitian ini adalah upaya untuk mengetahui secara mendalam proses bembelajaran siswa kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui metode diskusi pada mata pelajaran PKn. Sasaran yang ingin dicapai adalah sejauhmana keaktifan siswa dalam pembelajaran tersebut. Maka dalam hal ini jenis penelitian yang akan dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang biasa dikenal dengan Classroom Action Reasearch (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.44 Karena Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas, menjadi sangat relevan jika dilakukan peneliti yang juga merupakan guru di sekolah tersebut.
B. Subjek Penelitian Penelitian tentang peningkatan aktifitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn melalui metode diskusi ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan dan subjek penelitiannya adalah siswa kelas VI A sebanyak 36 orang yang terdiri dari 19 putera dan 17 puteri. Sedangkan mengenai waktu pelaksanaan PTK ini adalah bulan Maret 2012.
44
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara., 2009), h. 3.
30
31
C. Instrumen Penelitian Mengacu pada judul yang dikemukakan di atas, maka instrumen yang paling tepat digunakan dalam PTK
ini
adalah observasi dan
penyebaran angket. Pada tahap observasi, peneliti melakukan pengamatan dengan seksama terhadap pelaksanakan metode diskusi di kelas untuk mengetahui sejauhmana efektifitas pembelajaran dilaksanakan dengan metode tersebut hingga pada saat teridentifikasi suatu masalah/kendala dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya. Sedangkan angket yang berisi butir-butir pertanyaan/kuisioner yang disebarkan kepada siswa untuk diisi merupakan bagian/komponen yang dapat menjelaskan, menggambarkan dan atau membanding dari proses observasi yang dilakukan. Oleh karena itu, dengan kedua instrumen tersebut dapat teridentifikasi hal-hal yang akan di PTK kan.
D. Prosedur Penelitian Dalam PTK ini peneliti menggunakan dua siklus, dimana tiap siklus terdiri dari empat tahapan sebagai berikut: 1. Perencanaan (planning) Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan beberapa persiapan awal yaitu: a. Mengajukan proposal sekaligus judul penelitian yang ditujukan kepada kepala program Peningkatan Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Konsultasi kepada dosen pembimbing yang sudah ditentukan secara terstruktur oleh kepala program. c. Menyusun kisi-kisi instumen penelitian. d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). e. Konsultasi kepada dosen pembimbing. f. Membuat surat izin penelitian.
32
g. Konsultasi kepada kepala sekolah. h. Melaksanakan penelitian. i. Konsultasi kepada dosen pembimbing. j. Membuat laporan penelitian (skripsi).
2. Tindakan (action) Tahapan kedua ini merupakan pelaksanaan atau implementasi dari isi rancangan yang telah disusun yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi yang di desain sebagai berikut:
Permasalahan
Alteratif
pelaksanaan
pemecahan
tindakan I
Siklus I
Refleksi I
Belum
analisis data
observasi I
Alternatif pemecahan
pelaksanaan
(rencana tindakan)
tindakan II
S i k l u s II
Refleksi II
analisis data
Gambar 3.1. desain tindakan
observasi II
33
Adapun tindakan yang akan dilakukan dalam kedua siklus tersebut adalah sebagai berikut:
NO. 1.
TAHAPAN Perencanaan Ide
KEGIATAN Peningkatan
aktivitas
pembelajaran
siswa pada mata pelajaran PKn
Temuan awal
Observasi pembelajaran sehari-hari a. Mengamati
kegiatan
belajar
mengajar PKn di kelas
VI A
Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan. b. Kurang aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran PKn.
Aktivitas Diagnosa
siswa
dapat
ditingkatkan
dengan menggunakan metode diskusi
Ssiklus I Perencanaan
1.
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran PKn dengan metode diskusi.
2.
Mengemukakan masalah yang akan didiskusikan
dan
memberikan
pengarahan seperlunya mengenai tata cara diskusi. 3. Membentuk
kelompok
diskusi,
memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor, mengatur tempat duduk, dan lain-lain
34
2.
Tindakan
1. Siswa
berdiskusi
di
dalam
kelompoknya masing-masing, dan guru berkeliling mejaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota
kelompok
berpartisipasi
aktif. 2. Siswa mencatat hasil diskusi. 3. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tersebut. 4. Guru
memberikan
penjelasan
tambahan terhadap laporan-laporan tersebut. 5. Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi
3.
Pengamatan
Memantau atau mengamati jalannya proses
diskusi,
mengisi
lembar
observasi. 4.
Refleksi
a. Mengumpulkan catatan pengamatan dan hasil observasi serta melakukan analisis. b. Menemukan
dan
menyimpulkan
hasil sementara. c. Merencanakan memperbaiki ditemukan
siklus
II
dan
kelemahan pada
siklus
memberi alternatif solusi.
yang I
dan
35
Siklus II dan seterusnya
Penyusunan Laporan Penelitian Tabel 3.2. Intervensi Tindakan 3. Pengamatan (Observing) Pengamatan dilakukan seiring dilaksanakannya tindakan di kelas yang menjadi fokus dari penelitian ini. Di dalam pengamatan ini peneliti selain mengamati jalannya proses pembelajaran dalam tindakan juga melengkapi diri dengan perangkat pendukung pengamatan seperti mengisi lembar observasi, kamera, catatan lapangan, dan lain-lain. 4. Refleksi (Reflecting) Pada tahapan ini, data dan semua dokumen yang diperoleh dari hasil penelitian pada siklus I dianalisis untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II. Sedangkan refleksi yang dilakukan pada siklus II merupakan kesimpulan dari keseluruhan proses penelitian yang dilaksanakan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan penelitian. E. Teknik atau Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pengamatan berperanserta lengkap, pemeranserta sebagai pengamat, pengamat sebagai pemeranserta, dan dokumentasi.
1. Pengamatan Berperanserta (participant observation) Pengamat/peneliti dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati untuk memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkan, termasuk yang paling rahasia.
36
2. Pemeranserta Sebagai Pengamat Pengamat/peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Pengamat sebagai anggota pura-pura jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya.
3. Pengamat Sebagai Pemeranserta Pengamat secara terbuka diketahui oleh peserta dan segala macam informasi mudah diperoleh.
4. Dokumentasi Data dalam PTK ini diperoleh dari proses pelaksanaan metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan melalui observasi, pengamatan langsung, dan penyebaran angket.
F. Prosedur Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah dilaksanakan tindakan yang menjadi fokus PTK dengan dua siklus. Siklus I untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan metode yang
digunakan. Setelah diketahui
hasilnya, maka dilanjutkan pada siklus II yang memberikan alteratif solusi di dalamnya. Di dalam melaksanakan tindakan yang dibagi menjadi dua siklus tersebut, observasi dan penyebaran angket mejadi alat utama yang memiliki fungsi strategis untuk dapat mengidentifikasi masalah. Oleh karenanya dari hasil observasi dan angket yang dikumpulkan maka akan dapat dideskripsikan berhasil atau tidaknya metode yang ditawarkan.
c. Observasi Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
37
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.45 Adapun alasan digunakannya observasi karena pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung sehingga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana
yang terjadi pada
keadaan sebenarnya.
Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data. Pedoman Observasi Praktik Diskusi
No.
Aspek-aspek yang diobservasi
Skala nilai A B C D E
1 Tahap persiapan: a. perhatian terhadap penjelasan guru b. pemahaman terhadap tujuan c. pemahaman terhadap pokok masalah 2 Tahap pelaksanaan: a. mengemukakan pendapat b. mencatat hasil diskusi c. mempresentasikan hasil diskusi d. Kejelasan bahasa 3 Tahap kulminasi: a. membuat rangkuman b. berpendapat sebagai umpan balik c. memberi penilaian
Keterangan: Bobot Nilai A = 5; sangat baik
45
Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Rosda, 2010), cet. 2, h. 153.
%
38
B = 4; baik C = 3; cukup baik D = 2; kurang E = 1; sangat kurang Tabel 3.3. Pedoman Observasi
d. Angket Angket memiliki kesamaan dengan wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Digunakannya angket dalam PTK ini karena 1) responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif lama, sehingga objektivitas dapat terjamin 2) informasi atau data terkumpul lebih mudah karena itemnya homogen 3) dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan sampel.46 Angket Berilah tanda centang (√ ) pada kolom SS, S, TT, TS, dan STS Dari pernyataan di bawah ini yang kamu anggap sesuai! Nama siswa
:
Kelas
: VI A.
No.
Pernyataan
1. Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran PKn.
46
Zaenal Arifin, Evaluasi…., h. 166.
SS S TT TS STS
39
2. Saya menyukai pelajaran PKn. 3. Saya menyukai guru PKn mengajar 4. Saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn 5. Saya suka belajar PKn dengan cara diskusi 6. Diskusi menjadikan wawasan saya bertambah 7. Saya harus mengajukan pendapat pada saat diskusi 8. Saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi 9. Saya selalu siap menjadi ketua diskusi 10. Saya tidak ingin hanya menjadi anggota saja dalam diskusi
Keterangan: SS
: Sangat Setuju
: poin 5
S
: Setuju
: poin 4
TT
: Tidak Setuju
: poin 3
TS
: Tidak Setuju
: poin 2
STS
: Sangat Tidak Setuju
: poin 1
Tabel 3.4. Tabel Angket Penelitian
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek PTK Profil Madrasah Madrasah tempat dilaksanakannya penelitian/PTK oleh penulis adalah Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda uang beralamat di Jalan Kebagusan IV Rt. 010/04 No. 88 Kelurahan Kebagusan Kecamatan Minggu Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta dengan nomor telepon 021-78836348, nomor statistik 111231740059 dan terakreditasi A, bernomor pokok wajib pajak 01.546428.207.000. Kepala madrasah bernama Amir Machmud, S.Ag. Madrasah tersebut berada di bawah Yayasan Yapinda dengan nomor telepon 021-7829401. Madrasah seluas 985 M2 itu berdiri di atas tanah wakaf seluas 1285 M2.
Data Siswa Data terakhir/tahun pelajaran (2011/2012) siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan berjumlah empat ratus empat puluh delapan terdiri atas: - siswa kelas 1 sebanyak 89 dibagi menjadi dua kelas. - siswa kelas 2 sebanyak 85 dibagi menjadi tiga kelas. - siswa kelas 3 sebanyak 52 dibagi menjadi dua kelas. - siswa kelas 4 sebanyak 89 dibagi menjadi tiga kelas. - siswa kelas 5 sebanyak 81 dibagi menjadi tiga kelas. - siswa kelas 6 sebanyak 72 dibagi menjadi tiga kelas.
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan terdiri dari: 6 unit ruang belajar. 1 unit perpustakaan. 1 unit ruang laboratorium IPA. 1 unit ruang pimpinan.
40
41
1 unit ruang guru. 1 unit mushalla. 1 unit ruang UKS. 2 unit jamban/toilet 1 unit gudang. 1 unit lapangan olah raga.
Tenaga Pendidik dan Kependidikan 3 orang guru PNS yang diperbantukan. 19 orang guru tetap yayasan. 1 orang tata usaha
Data Guru Jumlah seluruh guru yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan sebanyak 22 orang dan 1 orang tata usaha, mereka adalah: 1. Amir Machmud, S.Ag. Kepala Madrasah 2. Abdurrahman, S.Ag. wakil Kepala Madrasah 3. Sarimah, S.Pd.I. 4. Adriansyah 5.
Wangnih, S.Pd.
6. Atmawati, S.Ag. 7. H. Rizal Ibrahim, S.Pd. 8. Junaedi 9. Mutiah, S.Ag. 10. Saidah Arpah, S.Ag. 11. Mansuroh, S.Ag. 12. Nurjanah, S.Ag. 13. Charirioh, S.Ag. 14. Anita, S.Ag. 15. Hj. Nasyuroh, S.Ag. 16. Rini Wuryandari, S.Ag.
42
17. Linah, S.Ag. 18. H. Imam Saparuddin, S.Sos.I. 19. Acep, S.Pd. 20. Siti Najah, S.Ag. 21. Ina Nopiana, S.Pd. 22. Nurlaela 23. Elsa Safitri. Tata Usaha.
A. Deskripsi Data 1. Intervensi Tindakan A. Perencanaan a. Pelaksanaan metode diskusi. Diskusi merupakan proses pembelajaran melalui interaksi dalam kelompok. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa
(kelompok-kelompok
siswa)
untuk
mengadakan
perbincangan ilmiah guna menampung pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah. b. Mengemukakan masalah dan memberi penjelasan seperlunya. Dalam hal mengemukakan masalah, setiap kelompok diminta untuk membuka, membaca, dan memahami isi bab empat buku PKn kelas enam yaitu tentang Peran Indonesia di Dunia Internasional. Sedangkan dalam hal memberi pejelasan, peneliti mengemukakan
tata
cara
pelaksanaan
diskusi
yang
akan
dilaksanakan. c. Membentuk kelompok, memilih pemimpin, mengatur tempat duduk. Setelah menjelaskan tata cara diskusi, peneliti membentuk kelompok diskusi dengan pengklasifikasian pembagian anggota berdasarkan tingkat pengetahuan yang sesuai. Artinya, siswa yang dianggap lebih pandai dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian
43
diikuti dengan memasukkan siswa yang dianggap kurang pandai ke dalam bagiannya. Setelah mereka berkumpul di dalam kelompok masing-masing, peneliti meminta untuk memilih ketua, sekretaris, dan pelapor. Usai proses pemilihan pimpinan diskusi oleh anggota kelompok masing-masing, peneliti dibantu siswa mengatur tempat duduk yang diformulasikan saling berhadap-hadapan dengan bentuk persegi empat dengan jumlah anggota masing-masing kelompok 6 orang.
B. Tindakan a. Siswa berdiskusi di kelompoknya masing-masing dengan fokus masalah yang diambil dari sub-sub bab empat buku PKn kelas enam yang ditentukan oleh peneliti. Peneliti berkeliling menjaga ketertiban proses diskusi yang sedang berlangsung dengan cara mengingatkan setiap anggota kelompok tetap fokus pada pokok masalah, memberi bantuan yang diperlukan bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami fokus masalah yang dibahasnya, dan memotivasi setiap anggota kelompok untuk aktif mengikuti jalannya diskusi dengan memberi masukan atau pendapat. b. Siswa mencatat hasil diskusi. Dalam penjelasan umum di awal, peneliti mengungkapkan bahwa semua anggota diskusi harus mencatat hasil yang dicapai pada saat pelaksanaan diskusi, poinpoin apa saja yang penting karena hasil tersebut akan dipresentasikan di depan kelas dan harus siap menjawab pertanyaan dari kelompok lain. c. Melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi. Sebagaimana telah diungkapkan di atas bahwa setiap kelompok harus melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Pada tahap ini semua ketua kelompok yang ditunjuk oleh anggotanya melaporkan dan mempresentasikan hasil diskusi di kelompoknya masing-masing di depan kelas. Dari rangkaian
44
kegiatan diskusi yang dilakukan hal ini merupakan momentum atau peristiwa yang paling menarik, karena hampir seluruh siswa terlibat aktif
mengajukan
pertanyaan
terhadap
kelompok
yang
mempresentasikan hasil diskusinya. d. Guru memberikan penjelasan tambahan terhadap laporan hasil diskusi siswa. Pada tahap ini peneliti menjelaskan pokok masalah yang dibahas oleh setiap kelompok sebagai tambahan dan penguatan sehingga seluruh anggota atau siswa merasa puas terhadap seluruh jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan. e. Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi. Sebagai tahap akhir dari pelaksanaan sebuah diskusi adalah membuat kesimpulan. Dalam hal ini peneliti merangkum seluruh kegiatan diskusi yang dilaksanakan semua kelompok menjadi sebuah kesimpulan yang dapat mewakili segala pendapat, pertanyaan, dan jawaban yang disampaikan siswa dalam proses diskusi yang berlangsung yang pada dasarnya merupakan intisari dari bab empat buku PKn kelas enam yang dipelajari. C. Pengamatan Dalam proses pengamatan, peneliti memantau dan mengamati pelaksanaan diskusi yang dilakukan seluruh kelompok dengan seksama. Tidak hanya mengamati, peneliti juga membekali diri dengan lembar observasi, angket, dan catatan pengamatan yang telah dipersiapkan untuk diisi dan dicatat mengenai segala peristiwa yang terjadi dalam proses diskusi tersebut. Lembar observasi, angket, dan catatan pengamatan dibutuhkan untuk mengungkapkan temuan dan menghindari kealpaan jika hanya mengandalkan kemampuan melihat dan mendengar semata pada saat pendeskripsian dilakukan. Jadi, lembar observasi, angket, dan catatan pengamatan mutlak peneliti butuhkan untuk bahan kajian.
45
D. Refleksi a. Mengumpulkan catatan pengamatan, angket, dan lembar hasil observasi kemudian menganalisisnya. Seluruh catatan pengamatan, angket, dan isian lembar observasi terhadap pristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses diskusi dilaksanakan dikumpulkan. Setelah terkumpul, seluruh komponen yang terkait dengan proses pengamatan pelaksanaan diskusi selanjutnya dianalisis yang bertujuan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya metode diskusi yang diterapkan (lihat analisis data). b. Menemukan
dan
menyimpulkan
hasil
sementara.
Setelah
dikumpulkan catatan penelitian, angket, dan lembar isian observasi kemudian dilakukan analisis, maka ditemukan hasil. Dari hasil yang didapatkan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan langkahlangkah yang harus dilakukan pada kegiatan atau siklus berikutnya. c. Merencanakan siklus II, memperbaiki kelemahan yang ada pada siklus I dan memberi alternatif solusi. Dari hasil sementara yang didapat dari proses analisis data pada siklus I, peneliti mengambil langkah-langkah berikutnya kemudian diformulasikan dalam pelaksanaan siklus II. Adapun langkah yang diambil sebagai alternatif solusi untuk perbaikan pada siklus II adalah menjelaskan lebih rinci lagi, memberikan nilai kepada siswa yang aktif dengan cara terbuka, memotivasi, dan memberikan reward bagi yang dianggap terbaik.
B. Analisis Data Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa data yang diperoleh dari pelaksanaan metode diskusi pada mata pelajaran PKn di kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan terdiri atas tiga sumber yaitu: 1) observasi, 2) angket, dan 3) catatan pengamatan.
46
Dari hasil observasi, angket, dan catatan pengamatan pada siklus I diperoleh data sebagai berikut: 1. Hasil observasi siklus I No.
Aspek-aspek yang diobservasi
1 Tahap persiapan: a. perhatian terhadap penjelasan guru b. pemahaman terhadap tujuan c. pemahaman terhadap pokok masalah 2 Tahap pelaksanaan: a. mengemukakan pendapat b. mencatat hasil diskusi c. mempresentasikan hasil diskusi d. Kejelasan bahasa 3 Tahap kulminasi: a. membuat rangkuman b. berpendapat sebagai umpan balik c. memberi penilaian
A
Skala nilai B C D
%
E
1 1 1
13,9 8,3 8,3
1 1 1 1
8,3 8,3 8,3 8,3
1 1
5,6 5,6 2,8
1
Tabel 4.1. Data hasil observasi Analisis: 1. Tahap Persiapan. a. Perhatian terhadap penjelasan guru. Poin/nilai A/5 (13,9%) diberikan karena seluruh siswa/anggota kelompok
memperhatikan
dengan
seksama
penjelasan
yang
disampaikan. b. Pemahaman terhadap tujuan. Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa/anggota kelompok memahami tujuan dari pelaksanaan diskusi. c. Pemahaman terhadap pokok masalah. Poin/nilai
C/3
(8,3%)
diberikan
karena
hanya
siswa/kelompok memahami pokok masalah yang diberikan.
2. Tahap Pelaksanaan. a. Mengemukakan pendapat.
sebagian
47
Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang mampu mengemukakan pendapat pada saat berlangsungnya proses diskusi. b. Mencatat hasil diskusi. Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang mencatat hasil diskusi yang dilaksanakan. c. Mempresentasikan hasil diskusi. Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya. d. Kejelasan bahasa. Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena hanya sebagian siswa yang menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan runtut. 3. Tahap Kulminasi. a. Membuat rangkuman. Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya senagian kecil siswa yang mampu membuat rangkuman terhadap proses diskusi yang dilaksanakan. b. Berpendapat sebagai umpan balik. Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya sebagian kecil siswa yang memberikan pendapat ketika diminta peneliti sebelum menutup diskusi. c. Memberi penilaian. Poin/nilai E/1 (0,1%) diberikan karena hanya beberapa orang siswa saja yang mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap hasil diskusi kelompok lain. Skor total observasi siklus I adalah 28 poin atau 77,7%
48
2. Hasil angket siklus I
No.
Pernyataan
SS
S
TT
TS
STS
%
%
%
%
%
13,9 69,4
8,3
8,3
-
Saya mempersiapkan diri untuk menerima 1 pelajaran PKn 2
Saya menyukai pelajaran PKn
19,4
16,7
8,3
5,6
3
Saya menyukai guru PKn mengajar
16,7 63,9 13,9
5,6
-
4
Saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn 16,7 33,3 30,6 16,7
5
Saya suka belajar PKn dengan cara diskusi
6
Diskusi menjadikan wawasan saya bertambah 41,7 50.0
3,3
50
50
2,8
8,3
8,3
-
8,3
-
-
Saya harus mengajukan pendapat pada saat 7
13,9 52,8 13,9 13,9
5,6
Diskusi 8
Saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi
8,3
9
Saya selalu siap menjadi ketua diskusi
16,7 16,7 30,6 27,8
Saya tidak inging hanya menjadi anggota
11,1 44,4 16,7 13,9 13,9
10
41,7 33,3 16,7
8,3
saja dalam diskusi
Tabel 4.2. Data hasil angket Analisis: 1. Pernyataan 1, dari 36 siswa sebanyak 13,9% siswa sangat setuju untuk mempersiapkan diri menerima pelajaran PKn, 69,4% memilih setuju, 8,3% tidak tahu, dan 8,3% menjawab tidak setuju. 2. Pernyataan 2, dari 36 siswa sebanyak 19,4% memilih sangat setuju menyukai pelajaran PKn, 50% memilih setuju, 16,7% menjawab tidak tahu, 8,3% menjawab tidak setuju, dan 5,6% menjawab sangat tidak setuju.
49
3. Pernyataan 3, dari 36 siswa 6,17% menyatakan sangat setuju menyukai guru PKn mengajar, 63,9% menyatakan setuju 13,9% tidak tahu, dan 5,6% menyatakan tidak setuju. 4. Pernyataan 4, dari 36 siswa 16,7% menyatakan berperan aktif dalam pembelajaran PKn, 33,3% menyatakan setuju, 30,6% menyatakan tidak tahu, 16,7% tidak setuju, dan 2,8% sangat tidak setuju. 5. Pernyataan 5, dari 36 siswa 3,3% menyatakan sangat setuju belajar PKn dengan cara diskusi, 50% menyatakan setuju, 8,3% menyatakan tidak tahu, dan 8,3% menyatakan tidak setuju, 6. Pernyataan 6, diskusi menjadikan wawasan saya bertambah, 41,7% menyatakan sangat setuju, 50% menyatakan setuju, dan 8,3% menyatakan tidak tahu. 7. Pernyataan 7, saya harus mengajukan pendapat pada saat diskusi, 13,9% menyatakan sangat setuju, 52,8% menyatakan setuju, 13,9% menyatan tidak tahu, 13,9% menyatakan tidak setuju, dan 5,6% menyatakan sangat tidak setuju. 8. Pernyataan 8, saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi, 8,3% siswa menyatakan sangat setuju, 41,7% menyatakan setuju, 33,3% menyatakan tidak tahu, dan 16,7% menyatakan tidak setuju. 9. Pernyataan 9, saya selalu siap menjadi ketua diskusi, 16,7% mejawab sangat setuju, 16,7% menjawab setuju, 30,6% menyatakan tidak tahu, 27,8% menjawab tidak setuju, 8,3% menjawab sangat tidak setuju. 10. Pernyataan 10, dari 36 siswa 11,1% sangat setuju tidak ingin hanya menjadi anggota diskusi, 44,4% setuju, 16,7% menjawab tidak tahu, 13,9% menyatakan tidak setuju, dan 16,7% menyatakan sangat tidak setuju. Jumlah pilihan rata-rata seluruh siswa 1242:36 = 34,5% 3. Catatan penelitian siklus I Dari catatan penelitian yag berhasil dihimpun peneliti pada siklus I dapat disimpulkan,
50
a. Pelaksanaan diskusi berjalan monoton dan kurang menarik. Hal tersebut tergambar dari kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti proses diskusi. b. Minimnya silang pendapat atau tanya jawab yang muncul. c. Adanya siswa yang seolah-olah tak peduli dengan proses diskusi. d. Kurang mampunya
pimpinan diskusi (ketua, sekretaris,
dan
pelapor/notulis) melaksanakan tugas-tugasnya. Adapun hasil observasi, catatan penelitian, dan angket pada siklus II diperoleh data sebagai berikut: A. Hasil observasi siklus II No.
Aspek-aspek yang diobservasi
1 Tahap persiapan: a. perhatian terhadap penjelasan guru b. pemahaman terhadap tujuan c. pemahaman terhadap pokok masalah 2 Tahap pelaksanaan: a. mengemukakan pendapat b. mencatat hasil diskusi c. mempresentasikan hasil diskusi d. Kejelasan bahasa 3 Tahap kulminasi: a. membuat rangkuman b. berpendapat sebagai umpan balik c. memberi penilaian
A
Skala nilai B C D
E
1
% 13,9 11,1 11,1
1 1 1 1
11,1 11,1 8,3 8,3
1 1 1 1 1
8,3 5,6 5,6
Tabel 4.3. Data hasil observasi Analisis: 1. Tahap Persiapan. a. Perhatian terhadap penjelasan guru. Poin/nilai A/5 (13,9%) diberikan karena seluruh siswa/anggota kelompok
memperhatikan
disampaikan. b. Pemahaman terhadap tujuan.
dengan
seksama
penjelasan
yang
51
Poin/nilai B/4 (11,1%) diberikan karena sebagian besar siswa/anggota kelompok memahami tujuan dari pelaksanaan diskusi. c. Pemahaman terhadap pokok masalah. Poin/nilai
B/4
(11,1%)
diberikan
karena
sebagian
besar
siswa/kelompok memahami pokok masalah yang diberikan.
2. Tahap Pelaksanaan. a. Mengemukakan pendapat. Poin/nilai B/4 (11,1%) diberikan karena sebagian besar siswa mampu mengemukakan pendapat pada saat berlangsungnya proses diskusi. b. Mencatat hasil diskusi. Poin/nilai B/4 (11,1%) diberikan karena sebagian besar siswa mencatat hasil diskusi yang dilaksanakan. c. Mempresentasikan hasil diskusi. Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena sebagian besar siswa mampu mempresentasikan hasil diskusinya. d. Kejelasan bahasa. Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena sebagian besar siswa menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar.
3. Tahap Kulminasi. a. Membuat rangkuman. Poin/nilai C/3 (8,3%) diberikan karena sebagian
siswa
mampu
membuat rangkuman terhadap proses diskusi yang dilaksanakan. b.
Berpendapat sebagai umpan balik. Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya sebagian kecil siswa yang memberikan pendapat ketika diminta peneliti sebelum menutup diskusi.
c.
Memberi penilaian.
52
Poin/nilai D/2 (5,6%) diberikan karena hanya sebagian kecil siswa yang mampu memberikan penilaian secara objektif terhadap hasil diskusi kelompok lain. Skor total observasi siklus II adalah 34 poin atau 94,4%
B. Hasil angket siklus II
No.
Pernyataan
SS
S
TT
TS
STS
%
%
%
%
%
8,3
52,8
25
13,9
-
Saya mempersiapkan diri untuk menerima 1 pelajaran PKn 2
Saya menyukai pelajaran PKn
13,9 38,9 33,3 11,1
-
3
Saya menyukai guru PKn mengajar
19,4 52,8 22,2
-
4
Saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn
5,6
5
Saya suka belajar PKn dengan cara diskusi
16,7 38,9 19,4 22,2
6
Diskusi menjadikan wawasan saya bertambah 41,7 36,1 16,7
-
22,2 47,2 16,7
-
2,8 -
Saya harus mengajukan pendapat pada saat 7
19,4 41,7 16,7 16,7
2,8
Diskusi 8
Saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi
13,9 22,2 30,6 19,4
5,6
9
Saya selalu siap menjadi ketua diskusi
13,9 19,4 27,8 27,8
8,3
Saya tidak ingin hanya menjadi anggota
11,1 41,7
11,1
10
8,3
25
saja dalam diskusi
Tabel 4.4. Data hasil angket Analisis: 1. Pernyataan 1, saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran PKn, 8,3% memilih sangat setuju, 52,8% menyatakan setuju, 25% tidak tahu, dan 13,9% tidak setuju.
53
2. Pernyataan 2, saya menyukai pelajaran PKn, 13,9% siswa menyatakan sangat setuju, 38,9% setuju, 33,3% tidak tahu, dan 11,1% menyatakan tidak setuju. 3. Pernyataan 3, saya menyukai guru PKn mengajar, 13,9% siswa menjawab sangat setuju, 38,9% menjawab setuju, 33,3% tidak tahu, dan 11,1% menjawab tidak setuju. 4. Pernyataan 4, saya berperan aktif dalam pembelajaran PKn, 5,6% siswa menyatakan sangat setuju, 22,2% menyatakan setuju, 47,2% tidak tahu, 16,7% tidak setuju, dan 2,8% menyatakan sangat tidak setuju. 5. Pernyataan 5, saya suka belajar PKn dengan cara diskusi, 16,7% menyatakan sangat setuju, 38,9% menyatakan setuju, 19,4% tidak tahu, 22,2% tidak setuju. 6. Pernyataan 6, diskusi menjadikan wawasan saya bertambah, 41,7% menyatakan
sangat
setuju,
36,1%
menjawab
setuju,
16,7%
menyatakan tidak tahu. 7. Pernyataan 7, saya harus mengajukan pendapat pada saat diskusi, 19,4% menjawab sangat setuju, 41,7% menyatakan setuju, 16,7% tidak tahu, 16,7% tidak setuju, dan 2,8% menyatakan sangat tidak setuju. 8. Pernyataan 8, saya selalu aktif bertanya pada saat diskusi, 13,9% menjawab sangat setuju, 22,2% setuju, 19,4% tidak tahu, 27,8% tidak setuju, dan 8,3% menjawab sangat tidak setuju. 9. Pernyataan 9, saya selalu siap menjadi ketua diskusi, 13,9% menjawab sangat setuju, 19,4% setuju, 27,8% tidak tahu, 27,8% tidak setuju, dan 8,3% sangat tidak setuju. 10. Pernyataan 10, saya tidak ingin hanya menjadi anggota dalam diskusi, 11,1% menyatakan sangat setuju, 41,7% setuju, 8,3% tidak tahu, 25% menyatakan tidak setuju, dan 11,1% menyatakan sangat tidak setuju. Jumlah pilihan rata-rata seluruh siswa 1299:36 = 36,1%
54
C. Catatan penelitian siklus II Dari catatan penelitian yag berhasil dihimpun peneliti pada siklus II dapat disimpulkan, e. Pelaksanaan diskusi berjalan lebih menarik. Hal tersebut tergambar dari lebih antusiasnya siswa dalam mengikuti proses diskusi. f. Silang pendapat atau tanya jawab semakin berkembang. g. Siswa yang kurang pandaipun ikut aktif bertanya. h. Pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, dan pelapor/notulis) mulai dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Berikut disajikan diagram batang sebagai gambaran hasil penilaian observasi dan angket pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
100 90 80 70 60 Kondisi Awal
50
Siklus I
40
Siklus II
30 20 10 0 Observasi
Angket
Rata-rata Kenaikan
Diagram batang 4.5. Hasil observasi dan Angket D. Pembahasan Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan peneliti untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn dengan metode diskusi di kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta
55
Selatan dilaksanakan dalam dua siklus. Padahal untuk memperoleh hasil yang maksimal hal tersebut belumlah cukup. Namun demikian, keterbatasan waktu yang ada dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan hasil semaksimal mugkin sehingga didapatkanlah hasil seperti tersebut di atas. Berdasarkan deskripsi dan analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa dari dua siklus yang dilaksanakan terdapat peningkatan aktivitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn dengan metode diskusi di kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan meskipun cukup kecil. Dilihat
dari
proses
observasi
yang
dilakukan
dengan
memperhatikan 3 tahapan yang terdapat 10 aspek penilaian, pada siklus I diperoleh hasil sebagai berikut: Nilai tertinggi A yang memiliki bobot 5 atau 13,9% diperoleh 1 poin, nilai C dengan bobot 3 atau 8,3% diperoleh 6 poin, nilai D dengan bobot 2 atau 5,6% diperoleh 2, dan nilai E yang memiliki bobot 1 atau 2,8% diperoleh 1 poin, dan jumlah nilai observasi pada siklus I dari 10 aspek diperoleh 28 poin atau rata-rata 77,7%. Sedangkan pada observasi siklus II setelah dilakukan alternatif solusi dengan cara penjelasan lebih terperinci, memberikan nilai kepada siswa yang aktif dengan cara terbuka, memotivasi, dan memberikan reward bagi yang dianggap terbaik, maka nilai yang diperoleh A=5=13,9% 1 poin, nilai B=4=11,1% diperoleh 4 poin, C=3=8,3% 3 poin, dan D=2=5,6% 2 poin, sehingga jumlah nilai kumulatif dari 10 aspek diperoleh 34 poin atau rata-rata 94,4%. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penilaian observasi yang dilakukan peneliti terhadap proses diskusi yang dilaksanakan siswa antara siklus I dan siklus II terdapat kenaikan sebesar 6 poin atau rata-rata 16,7%. Jika dilihat dari hasil angket yang disebarkan kepada siswa pada siklus I sebanyak 127 poin atau 3,53% dipilih utuk pernyataan 1, 130 atau 3,61% untuk pernyataan 2, 139 atau 3,86% untuk pernyataan 3, 108 atau 3% untuk pernyataan 4, 126 atau 3,5% untuk pernyataan 5, 149 atau
56
4,14% untuk pernyataan 6, 129 atau 3,58% untuk pernyataan 7, 109 atau 3,03% untuk pernyataan 8, 111 atau 3,08% untuk pernyataan 9, dan 114 atau 3,17% untuk pernyataan 10. Dan bila dijumlahkan seluruh pilihan siswa terhadap 10 pernyataan yang disajikan pada siklus I adalah 1242 atau 34,5%. Sedangkan pada siklus II 140 atau 3,89% dipilih untuk pernyataan 1, 133 atau 3,69% untuk pernyataan 2, 141 atau 3,92% untuk pernyataan 3, 124 atau 3,44% untuk pernyataan 4, 147 atau 4,08% untuk pernyataan 5, 148 atau 4,11% untuk pernyataan 6, 120 atau 3,33% untuk pernyataan 7, 123 atau 3,42% untuk pernyataan 8, 110 atau 3,06% untuk pernyataan 9, dan 113 atau 3,14% untuk pernyataan 10. Sehigga jumlah pilihan siswa terhadap 10 pernyataan yang disajikan pada siklus II adalah 1299 atau 36,1%. Dapat disimpulkan bahwa dari jawaban siswa terhadap angket yang disebarkan pada siklus I dan siklus II terjadi kenaikan 57 poin atau 1,6%. Dengan memperhatikan seluruh rangkaian proses diskusi yang diterapkan pada siklus I dan siklus II berikut hasil yang dicapai maka dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn di kelas VI A MI. Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kegiatan pembelajaran di sekolah akan berjalan dengan baik dan lancar bahkan dapat menyenangkan baik bagi guru sebagai pembimbing ataupun bagi siswa sebagai objek yang dibimbing. Segala sesuatu bisa dikatakan menyenangkan apabila di dalamnya tidak terdapat paksaan, tekanan, rasa takut, rasa was-was sehingga semua yang terlibat merasa nyaman, senang, dan gembira. Demikian halnya dengan pembelajaran yang dilaksanakan di
kelas, bila seluruh
perangkat
pendukung
terkondisikan dengan baik bukan tidak mungkin sebuah pembelajaran akan sangat menyenangkan dan jika itu terjadi maka tujuan yang ingin dicapai akan mudah direalisasikan. Salah satu perangkat pendukung sebuah pembelajaran adalah metode, pendekatan, atau model. Dari berbagai metode, diskusi merupakan bagian yang diprediksi dapat menjadikan sebuah pembelajaran menjadi menyenangkan. Di dalam diskusi, seluruh anggota diskusi bebas menyampaikan pendapat, pandangan, dan pertanyaan seputar pokok masalah/materi yang dibahas atau didiskusikan. Ini artinya siswa merasa leluasa mengekspresikan dan mencurahkan pokok-pokok pikirannya tanpa adanya rasa ragu atau takut salah karena pembicaraan dilakukan diantara mereka sesama teman, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pemantau. Metode diskusi yang peneliti terapkan di kelas VI A MI. Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn ternyata memperlihatkan adanya persentase peningkatan walaupun belum cukup signifikan karena hanya dilakukan dalam dua siklus mengingat keterbatasan waktu,
tetapi peneliti
yakin
jika
dilakukan secara
berkesinambungan dengan siklus-siklus selanjutnya akan diperoleh hasil
57
58
maksimal. Peningkatan hasil yang dicapai tersebut dapat dilihat dalam dua sisi yaitu dari penilaian observasi dan angket. Pada nilai observasi siklus I sebelum diberikan alternatif solusi atau perlakuan diperoleh jumlah nilai 28 poin atau rata-rata 77,7% dan nilai angket siklus I sebesar 1242 poin atau rata-rata 34,5%. Kemudian pada pelaksanaan siklus II dengan memberikan alternatif solusi atau perlakuan diperoleh jumlah nilai observasi sebesar 34 poin atau rata-rata 94,4% dan nilai angket sebesar 1299 poin atau rata-rata 36,1%. Dari dua siklus yang dilaksanakan terdapat peningkatan pada nilai observasi sebesar 6 poin atau rata-rata 16,7% dan nilai angket sebesar 57 poin atau rata-rata 1,6%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi dapat berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn di kelas VI A MI Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan.
B. Saran Dengan terselesaikannya hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk peningkatan aktivitas pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran PKn dengan metode diskusi ini perlu kiranya peneliti mengemukakan saran-saran sebagai pelengkap skripsi ini sebagai berikut: 1. Sadar akan pentingnya hasil pembelajaran bagi siswa untuk bekal pendidikan selanjutnya dan masa depan yang lebih baik, seorang guru dituntut membekali diri dengan berbagai macam pengetahuan positif agar dapat ditularkan kepada siswa-siswanya. Agar dapat memperoleh hasil pembelajaran maksimal, berbagai macam metode yang digunakan hendaknya terus dikembangkan oleh para guru di sekolah. Dan Sebagai bahan pertimbangan, barangkali hasil PTK ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk diterapkan oleh para guru di sekolah masing-masing. 2. Untuk
kepala-kepala
sekolah
kiranya
dapat
mendorong
dan
memotivasi serta memfasilitasi guru-guru di sekolahnya untuk melakukan PTK sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekurangan
59
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran agar dapat dicarikan jalan keluar atau solusi untuk segera diperbaiki kekurangan dan kelemahan tersebut yang pada saatnya menjadikan lembaga yang dipimpinnya mendapat referensi dan tujuan masyarakat untuk menitipkan anakanaknya memperoleh pendidikan yang baik. 3. Pemerintah dalam hal ini kementerian pendidikan nasional dan kementerian agama sebagai pemegang keputusan terhadap pendidikan di Indonesia selain memberikan ruang dan memfasilitasi terhadap pendidikan serta pengetahuan guru dalam pelatihan-pelatihan juga agar segera memperbaiki kondisi kesejahteraan guru terutama guru-guru madrasah, mengingat kesejahteraan merupakan salah satu komponen yang dapat memicu semangat pengabdian mereka untuk mencerdaskan anak-anak bangsa demi negeri tercinta. Akhirnya, mudah-mudahan hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi pribadi peneliti khususnya dan bagi para penggiat pendidikan pada umumnya serta menjadi salah satu sumbangsih dalam dunia pendidikan di negeri tercinta Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Reja Rosdakarya, Cet. I, 2009. Arikunto, Suharsimi., Suhardjono., dan Supardi. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IX, 2009. Aryani, Ine, Kusuma., dan Markum Susatim. Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Nilai.. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Budimansyah, Dasim., dan Karim Suryadi. PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: UPI, Cet. I, 2008. Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2008. ---------, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. I, 2000. Engkoswara. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran.. Jakarta: Bina Aksara, Cet. I, 1984. Fatra, Maifalinda., Abd. Rozak. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2010. Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2009. Hermawan, Heris A. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. Hufad, Achmad. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. Kalidjernih, K, Freddy. Puspa Ragam (Konsep dan Isu Kewarganegaraan. Widya Aksara Press, Ed. II, 2010. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. VII, 2011. Masitoh., dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. Moleong, J, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. XVIII, 2004. Riduwan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta, Cet. III, 2006. Rozak, Abd., Fauzan., dan Ali Nurdin. Kompilasi Undang-Undang dan Peraturan Bidang Pendidikan. Jakarta: FITK Press, 2010.
60
61
Sadiman, S, Arief. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekom Dikbud dan RajaGrafindo Persada, Cet. XIV, 2010. Silberman, Mel. Active Learning (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Insan Mandiri, Cet. VI, 2009. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, Ed. Revisi (III) 1997. Ubaedillah, A., dan Abd. Rozak. Pendidikan Kewarganegaraan {Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani}. Jakarta: Prenada Media Group, Cet. IX, 2001. Witherington, H.C. Psikologi Pendidikan (terjemahan). Jakarta: Aksara Baru, 1984.
62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2. pedoman Observasi, 3. Kisi-kisi Angket, 4. Daftar Nama Siswa Objek PTK, 5. Foto Kegiatan Diskusi, 6. Profil Sekolah, 7. Surat Izin Penelitian, 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian, 9. Biodata Penulis.
Untuk memenuhi validasi skripsi yang berjudul Peningkatan Aktifitas Pembelajaran Siswa Terhadap Mata Pelajaran PKn Melalui Metode Diskusi Pada Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan, maka perlu pengujian daftar referensi untuk mengetahui sumber data yang doperoleh.
Jakarta, 21 April 2012 Dosen Pembimbing Skripsi
Dindin Ridwanudin, M. Pd NIP: 197711212011011001
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran PKn melalui Penerapan Metode Diskusi di Kelas VI A Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan” yang disusun oleh Junaedi, NIM 809018300451, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Jurusan Kependidikan Islam Fakultasa Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggaL 21 April 2012
Jakarta, 21 April 2012 Dosen Pembimbing Skripsi
Dindin Ridwanudin, M. Pd NIP: 197711212011011001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
NAMA SEKOLAH
: MI. Nurul Huda Kebagusan
MATA PELAJARAN
: Pendidikan Kewarganegaraan
KELAS/SEMESTER
: VI/II
PERTEMUAN KE
:I
ALOKASI WAKTU
: 2 X 35 menit
STANDAR KOMPETENSI : Memahami Peran Indonesia di Dunia Internasional I
KOMPETENSI DASAR Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi
II
INDIKATOR 1. Menjelaskan pengertian Politik Bebas Aktif, 2. Memahami peran Indonesia dalam beberapa organisasi Internasional, 3. Mengenal organisasi-organisasi internasional, 4. Menjelaskan peran Indonesia di era global.
III
Nilai Karakter
Cinta tanah air. Menghargai jasa Para pahlawan.
TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian politik Bebas Aktif. 2. Siswa dapat memahami peran Indonesia dalam beberapa Berwawasan global organisasi internasional. 3. Siswa dapat menyebutkan organisasi-organisasi internasional. 4. Siswa dapat menjelaskan peran Indonesia di era global.
IV
MATERI PEMBELAJARAN A. Materi Pokok Peran Indonesia di Dunia Internasional B. Sub Materi Politik Bebas Aktif C. Uraian Materi
Peran Indonesia di Dunia Internasional Indonesia menerapkan Politik Bebas Aktif dalam mengadakan hubungan dengan luar negeri. Bebas artinya tidak terpengaruh pihak asing. Aktif artinya berperan terus- menerus tanpa harus dimintai bantuan. Peran Indonesia di dunia internasional terlihat antara lain: menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA), ikut menjadi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), dan menggagas didirikannya Gerakan Nn Blok (GNB). Konferensi Asia Afrika digagas oleh lima negara negara Asia yaitu, Indonesia, India, Burma (Myanmar), Pakistan, dan Sri Lanka. Konferensi Asia Afrika dilangsungkan di Bandung, Indonesia tanggal 14-24 April 1955. Konferensi ini diikuti oleh 23 negara Asia dan 6 negara Afrika. KAA menjadi sarana bagi negara-negara di Asia dan Afrika untuk memperjuangkan kemerdekaan. Hasil paling penting Konferensi Asia Afrika (KAA) adalah lahirnya Dasasila Bandung atau Bandung Declaration. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) resmi berdiri pada 24 Oktober 1945. PBB didirikan untuk menciptakan dan menjaga perdamaian dunia. Indonesia menjadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 27 September 1950. Gerakan Non Blok (GNB) didirikan pada tanggal 1 September 1961 di Beograd, Yugoslavia. Gerakan Non Blok (GNB) diprakarsai oleh lima negara yaitu, Indonesia, India, Mesir, Ghana, dan Yugoslavia. GNB bersikap netral terhadap keberadaan dua blok kekuatan dunia. Adapun dua blok yang dimaksud adalah Blok Barat dan Blok Timur. Salah satu peran penting Indonesia dalam GNB adalah saat Indonesia memimpin GNB tahun 1991. Saat itu yang menjadi ketua GNB adalah presiden Soeharto.
V
PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN Pendekatan cooperative Learning Diskusi kelompok
VI
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN A. Pendahuluan (10 menit) Kegiatan Guru Mengucap salam. Mengajak siswa berdo’a Apersepsi
Kegiatan Siswa Menjawab salam Membaca do’a Menjawab dan bertanya seputar apersepsi
Nilai Karakter Membiasakan diri berdo’a dalam memulai pekerjaan. Mempertajam daya ingat.
B. Kegiatan Inti (50 menit) B.1. Eksplorasi (20 menit) Kegiatan Guru Memusatkan Perhatian. Mengajak siswa belajar dengan metode diskusi. Membentuk kelompok. Meminta siswa memilih ketua, sekretaris, notulis.
Kegiatan Siswa Memperhatikan. Membentuk kelompok sesuai arahana guru. Memilih ketua, sekretaris, dan notulis.
Nilai Karakter Penuh perhatian. Kreatif. Komunikatif.
B.2. Elaborasi (15 menit) Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Membuat simulasi. Memulai diskusi. Mengarahkan agar siswa Mengajukan pendapat. bebas berpendapat. Mempresentasikan hasil Meminta siswa untuk diskusi. mempresentasikan hasil diskusi.
Nilai Karakter Aktif. Menghargai pendapat orang lain. Terampil berbicara. Percaya diri.
B.3. Konfirmasi Kegiatan Guru Mengapresiasi hasil kerja siswa. Merangkum hasil diskusi. Mengulang pelajaran yang sudah didiskusikan. Memberi penilaian. Memberikan reward untuk hasil diskusi paling baik.
Kegiatan Siswa Mendengarkan. Mencatat rangkuman. Memperhatikan. Menerima reward.
Nilai Karakter Kepuasan bathin. Merasa diperhatikan. Rasa bersaing dalam belajar.
Kegiatan Siswa Mendengarkan. Membaca do’a. Menjawab salam.
Nilai Karakter Penuh perhatian. Khusyu’. Menghargai orang lain.
C. Penutup (10 menit) Kegiatan Guru Menyimpulkan. Mengucapkan terima kasih. Mengajak membaca do’a. Mengucapkan salam.
VII
SUMBER/BAHAN BELAJAR 1. Buku paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas VI, terbitan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2008, Karangan Setiati Widihastuti & Fajar Rahayuningsih), h. 1-17. 2. Orang tua. 3. Teman. 4. Lingkungan.
VIII
PENILAIAN
No. Indikator Teknik 1. Menyebutkan tokoh yang ber- Unjuk kerja peran dalam perencanaan Konferensi Asia Afrika.
Bentuk Tugas kelompok diskusi
2.
Menyebutkan tempat pelaksanaan KAA.
Unjuk kerja
Tugas kelompok diskusi
3.
Menyebutkan negara-negara Unjuk kerja penggagas PBB.
Tugas kelompok
Instrument 1. Siapa saja tokoh yang berperan dalam perencanaan Konferensi Asia Afrika? Sebutkan nama beserta asal negaranya. Kunci jawaban: 1. Indonesia: Ali Sastro amidjoyo. 2. India: Pandit Jawaharlal Nehru. 3. Sri Lanka: Sir John Kotelawala. 4. Pakistan: Moh. Ali Jinnah. 5. Burma/Myanmar: U Nu. Skor: 4 2. Dimana dan kapan Konferensi Asia Afrika diselenggarakan? Kunci jawaban: Bandung, Indonesia 1824 April 1955. Skor: 4 3. Sebutkan negara-negara yangmenggagas berdirinya PBB! Kunci jawaban: 1. Amerika Serikat. 2. Inggris. 3. Cina. 4. Uni Sovyet (Rusia) Skor: 4
4.
Menyebutkan tokoh penggagas GNB.
Unjuk kerja
Tugas kelompok diskusi
5.
Menyebutkan kapan dan alas Unjuk kerja an Indonesia pernah keluar dari PBB.
Tugas kelompok diskusi
4. Sebutkan para tokoh yang menggagas berdirinya Gerakan Non Blok! Kunci jawaban: 1. Soekarno (pres. Indonesia) 2. Pandit Jawaharlal Nehru (perd. India) 3. Gamal Abdel Naser (pres. Mesir) 4. Josep Broz Tito (pes. Yugoslavia) 5. Kwarne Nkrumah (pres. Ghana) Skor: 4 5. Kapan dan mengapa Indonesia kaluar dari PBB? Kunci jawaban: 1 Januari 1965, karena PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan. Skor: 4
Jakarta,
Maret 2012
Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru mata Pelajaran PKn
………………..
Junaedi
Kisi-kisi Instrumen
NO TAHAPAN
KEGIATAN
1 Perencanaan Peingkatan aktifitas pembelajaran siswa pada mata pelajaran PKn ide awal Temuan awal a. Mengamati kegiatan pembelajaran PKn di kelas VI A MI. Nurul Huda Kebagusan Jakarta Selatan. b. Rendahnya aktifitas siswa dalam pembelajaran PKn. Diagnosa Aktifitas siswa dapat ditingkatkan dengan metode diskusi SIKLUS I Perencanaan Persiapan diskusi a. Memusatkan perhatian - guru merumuskan tujuan - guru merumuskan masalah b. Siswa menelaah pokok masalah - mendengarkan penjelasan guru - mencatat pokok masalah yang akan didiskusikan c. Menyampaikan pokok masalah - guru merangkum - guru memberi pemahaman - guru menguraikan secara rinci pokok masalah 2 Tindakan 1. Pelaksanaan diskusi a. Menganalisis pandangan siswa - guru menandai setuju/tidak - guru meneliti alasannya b. Meningkatkan kemampuan siswa - menimbulkan pertanyaan - guru memberikan contoh - guru memberi dukungan kepada siswa c. Memberi kesempatan berpartisipasi - guru meneliti pandangan siswa - guru mengendalikan pembicaraan siswa - guru menghentikan monopoli
d. Siswa siswa berdiskusi - siswa mampu mengemukakan pendapat - siswa mencatat hasil diskusi - siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi 2. Menutup diskusi a. Me-review jalannya diskusi - guru merangkum/membuat kesimpulan hasil diskusi. - guru meminta siswa berpendapat sebagai umpan balik. - guru mengulang kembali pelajaran yang sudah didiskusikan - guru mampu memberikan penilaian hasil diskusi 3 Pengamatan Mengumpulkan data dan mengisi lembar observasi 4 Refleksi 1. Mengumpulkan semua data dan menganalisanya 2. Merencanakan siklus II dan memperbaiki kekurangan yang belum bisa dicapai pada siklus I SIKLUS II DAN SETERUSNYA PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN
A. Kriteria Keberhasilan Metode Diskusi Berdasarkan standar persyaratan pelaksanaan metode diskusi, maka dapat disusun kriteria keberhasilan metode diskusi sebagai berikut:
No
1.
Indikator
Bila semua indikator atau kriteria yang telah
Penilaian
Baik
ditentukan, dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
2.
Bila sebagian besar indikator atau kriteria
Cukup baik
yang telah ditentukan, dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
3.
Bila sebagian kecil indikator atau kriteria
Kurang baik
yang telah dilakukan, dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
4.
Bila semua indikator atau kriteria yang telah ditentukan, tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.
Tidak baik
PEDOMAN OBSERVASI PRAKTIK DISKUSI No.
Aspek-aspek yang diobservasi
A
Skala nilai B C D
1 Tahap persiapan: a. perhatian terhadap penjelasan guru b. pemahaman terhadap tujuan c. pemahaman terhadap pokok masalah 2 Tahap pelaksanaan: a. mengemukakan pendapat b. mencatat hasil diskusi c. mempresentasikan hasil diskusi d. Kejelasan bahasa 3 Tahap kulminasi: a. membuat rangkuman b. berpendapat sebagai umpan balik c. memberi penilaian
observer
............
E
Ket
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS I
NO
NAMA SISWA SS 1
S
1 TT
TS
STS
SS
S 1
2 TT
TS
STS
SS
S
1
Abdul Kodir Jaelani
2
Agung Setiawan
1
3
Ahmad Haidar Muzaki
1
4
Ahmad Rifai
5
Annisa Magda
6
Arestian Ichwanul Hakim
1
1
7
Ariyansyah
1
1
8
Axsal Hambali
1
1
9
Bima Haria Firmansyah
1
1
10 Daffahul Jannah 11 Desa Yusvia Nanda
1
1
1
1
1
12 Dheahul Jannah 13 Fadhilah Saputri
1
1
1
1
1
14 Faiza Umami 15 Fatimah Rahmasari
1
1
1
1
1
1 1 1 1 1 1
1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
20 Maulana Erix 21 Mieke Kusherawati
1 1
1
18 Intan Wulandari 19 Itsna Zulva Badawi
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
24 Muhamad Dafa 25 Muhamad Rifaldi
1
26 Muhammad Fachrul Razi 27 Muhammad Fahry Syahlansyah
1
1
1
1
1
1
28 Muhammad Maulana Zidan 29 Nabillah Hurriyah
1
1
1
30 Nadya Widyaningsih 31 Rafif Saputra
1 1
1
1
32 Rantinah 33 Setiya Mawarni
1
1
1
1
PERSENTASE
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 5
1
1
1
34 Soffi Sundari Syahrizal 35 Umair Abdul Azis 36 Yuanita Oktafyani JUMLAH
1
1
1 1 1
1 25
3
13.9 69.4 8.3
3 8.3
0
7
TS
1
1
1
16 Hilda Kencana Dewi 17 Hilmy Maulana Ikhsan
22 Mochamad Fariz Lutfian 23 Mohamad Luthfi
1
3 TT 1
18
1 6
3
0.0 19.4 50.0 16.7 8.3
2
6
23
5
2
5.6 16.7 63.9 13.9 5.6
NO. ANGKET
3 STS
SS
S
4 TT 1
TS
STS
SS
1
S
5 TT 1
SS 1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
12
1 1
1
1 1
1 1
1
1
1 6
1 1
1 11
1
1
1
1
1
1 1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1
1
1
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
18
3
0.0 16.7 33.3 30.6 16.7 2.8 33.3 50.0 8.3
3 8.3
0
15
STS
1
1
1
1
TS
1
1
1
S
1
1
1
SS
7 TT 1
1
1
1
STS
1
1
1
TS
1 1
1
S 1
1 1
6
STS
1
1
0
TS
6 TT
1
1
1
1
1
18
3
0.0 41.7 50.0 8.3
0 0.0
0
5
19
5
5
2
0.0 13.9 52.8 13.9 13.9 5.6
SS
S
8 TT 1
TS
STS
1
SS
S
9 TT 1
TS
RATA2
10
0.67
10
0.67
1
10
0.67
1
10
0.67
10
0.67
10
0.67
SS
1 1
1
S
TS
STS
1
1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
0.67
1
1
1
10
0.67
1
10
0.67
1
10
0.67
10
0.67
10
0.67
10
0.67
10
0.67
1
10
0.67
1
10
0.67
1
10
0.67
10
0.67
10
0.67
1
10
0.67
1
10
0.67
10
0.67
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
10
0.67
1
1
1
10
0.67
10
0.67
10
0.67
10
0.67
10
0.67
10
0.67
10
0.67
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1 1 1
1
1
10
0.67
1
1
10
0.67
10
0.67
1
10
0.67
1
1
10
0.67
1
1
10
0.67
1 1 1 15
12
1
1 1
3
STS
JUMLAH
10 TT 1
6
0
6
6
11
10
3
4
16
6
5
5
8.3 41.7 33.3 16.7 0.0 16.7 16.7 30.6 27.8 8.3 11.1 44.4 16.7 13.9 13.9
360 1000.0
720 2000.00
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS II
NO
NAMA SISWA SS
1 TT
S
TS
STS
SS
2 TT
S
1
Abdul Kodir Jaelani
1
2
Agung Setiawan
3
Ahmad Haidar Muzaki
4
Ahmad Rifai
1
5
Annisa Magda
1
6
Arestian Ichwanul Hakim
7
Ariyansyah
8
Axsal Hambali
9
Bima Haria Firmansyah
1
1
10
Daffahul Jannah
1
1
11
Desa Yusvia Nanda
1
1
12
Dheahul Jannah
13
Fadhilah Saputri
14
Faiza Umami
15
Fatimah Rahmasari
16
Hilda Kencana Dewi
17
Hilmy Maulana Ikhsan
18
Intan Wulandari
1
19
Itsna Zulva Badawi
1
20
Maulana Erix
1
21
Mieke Kusherawati
22
Mochamad Fariz Lutfian
23
Mohamad Luthfi
24
Muhamad Dafa
1
25
Muhamad Rifaldi
1
26
Muhammad Fachrul Razi
27
Muhammad Fahry Syahlansyah
28
Muhammad Maulana Zidan
29
Nabillah Hurriyah
30
Nadya Widyaningsih
31
Rafif Saputra
32
Rantinah
1
33
Setiya Mawarni
1
34
Soffi Sundari Syahrizal
35
Umair Abdul Azis
36
Yuanita Oktafyani Jumlah Rata-rata
TS
1 1
1
1
1 1 1 1
1
1
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1 1 1 1
1
1 1
1
1
1 1
1
1 1
1
1
1 1
1
1
1 1
1 1 1
1
1 1
3 8.3
1 19 52.8
1 9 25.0
5 13.9
0.0
5 13.9
1 14 38.9
12 33.3
4 11.1
NO. ANGK STS
SS
3 TT
S
TS
STS
SS
4 TT
S
1
TS
STS
SS
5 TT
S
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1 1 1
1
1
1
1
1
1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
7 19.4
1
1
1
0.0
19 52.8
TS
1
1
1
1
1
1
1
1 8 22.2
0.0
0.0
2 5.6
8 22.2
17 47.2
1 1 6 16.7
1 2.8
6 16.7
14 38.9
7 19.4
8 22.2
NO. ANGKET STS
SS
6 TT
S
TS
STS
SS
7 TT
S
TS
1
STS
SS
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1 1
1
1
1 1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1 1 15 41.7
TS
1
1 1
0.0
8 TT
S
13 36.1
6 16.7
0.0
0.0
7 19.4
15 41.7
6 16.7
1
1
1
1 6 16.7
1 2.8
5 13.9
8 22.2
11 30.6
7 19.4
STS
SS
9 TT
S
TS
STS
SS
10 TT
S
TS
1
1
1
1
1
1 1
1
RATA2
10
0.67
10
0.67
9
0.60
10
0.67
1
1
10
0.67
1
1
10
0.67
10
0.67
1
10
0.67
1
9
0.60
10
0.67
10
0.67
1
10
0.67
1
10
0.67
10
0.67
1
10
0.67
1
10
0.67
1 1
JUMLAH STS
1
1 1 1
1 1
1
1 1 1
1
1 1 1
1
1
1
1
10 0.66667
1 1
10 0.66667
1
1
9
1
0.6
10 0.66667
1
1
1
10 0.66667
10 0.66667
1
1
10 0.66667 1 0.06667
1
1
1
1 1
0.6
10 0.66667
1
10 0.66667
1
1
10 0.66667
1
1
9
1
1
0.6
10 0.66667
1
1
10 0.66667
1
1
10 0.66667
1
5 13.9
9
1
1
2 5.6
10 0.66667
7 19.4
1
10 27.8
10 0.66667
1
1
10 0.66667
1
1
10 0.66667
10 27.8
3 8.3
4 11.1
15 41.7
3 8.3
9 25.0
4 11.1
346 961.1
23.07 64.1
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS I NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
NAMA SISWA Abdul Kodir Jaelani Agung Setiawan Ahmad Haidar Muzaki Ahmad Rifai Annisa Magda Arestian Ichwanul Hakim Ariyansyah Axsal Hambali Bima Haria Firmansyah Daffahul Jannah Desa Yusvia Nanda Dheahul Jannah Fadhilah Saputri Faiza Umami Fatimah Rahmasari Hilda Kencana Dewi Hilmy Maulana Ikhsan Intan Wulandari Itsna Zulva Badawi Maulana Erix Mieke Kusherawati Mochamad Fariz Lutfian Mohamad Luthfi Muhamad Dafa Muhamad Rifaldi Muhammad Fachrul Razi Muhammad Fahry Syahlansyah Muhammad Maulana Zidan Nabillah Hurriyah Nadya Widyaningsih Rafif Saputra Rantinah Setiya Mawarni Soffi Sundari Syahrizal Umair Abdul Azis Yuanita Oktafyani Jumlah
Rata2
1 4 3 4 4 4 2 5 3 4 4 4 3 4 2 3 2 3 4 4 4 3 2 3 5 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4
2 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 3 4 5 3 3 3 2 3 4 3 4 2 4 3 4 3 2 5 5 4
3 4 4 4 3 5 3 4 4 3 5 5 4 4 3 4 4 3 4 4 5 5 4 3 4 5 3 4 4 0 4 5 4 3 4 4 4
127 130 139 3.528 3.611 3.861
4 3 4 0 2 3 2 3 3 3 4 4 3 5 2 2 1 3 3 4 4 2 3 1 4 5 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 108 3
Nomor Angket 5 6 3 5 5 5 3 3 4 4 4 5 4 4 4 5 2 3 3 5 3 4 2 4 4 5 3 5 2 3 4 4 4 3 2 3 4 4 5 4 3 5 5 5 2 5 4 4 5 5 4 0 4 4 4 4 5 5 4 4 2 5 5 5 2 4 2 5 4 3 3 4 3 4 126 3.5
7 2 5 2 5 4 4 4 4 3 5 4 4 5 2 4 5 3 2 5 4 5 4 1 4 3 2 4 4 4 2 4 3 4 3 3 3
8 3 5 5 2 4 3 4 1 0 3 4 4 4 2 4 2 2 5 4 0 2 2 1 5 5 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3
9 2 3 4 2 2 2 2 3 4 4 2 2 3 2 3 4 1 3 5 2 3 4 2 5 5 3 4 3 3 1 5 5 4 3 3 3
10 2 5 3 5 2 2 5 4 4 5 1 4 4 2 4 4 1 2 4 4 4 2 1 1 2 4 4 4 4 2 4 4 2 3 3 3
149 129 109 111 114 4.139 3.583 3.028 3.083 3.167
Jumlah Rata2 32 44 33 36 37 30 39 30 33 41 34 36 41 22 36 32 24 35 44 34 37 31 22 41 37 31 38 36 33 28 44 35 32 35 35 34 1242 34.5
3.2 4.4 3.3 3.6 3.7 3 3.9 3 3.3 4.1 3.4 3.6 4.1 2.2 3.6 3.2 2.4 3.5 4.4 3.4 3.7 3.1 2.2 4.1 3.7 3.1 3.8 3.6 3.3 2.8 4.4 3.5 3.2 3.5 3.5 3.4 124.2 3.45
REKAPITULASI ANGKET PENELITIAN SIKLUS II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
NAMA SISWA Abdul Kodir Jaelani Agung Setiawan Ahmad Haidar Muzaki Ahmad Rifai Annisa Magda Arestian Ichwanul Hakim Ariyansyah Axsal Hambali Bima Haria Firmansyah Daffahul Jannah Desa Yusvia Nanda Dheahul Jannah Fadhilah Saputri Faiza Umami Fatimah Rahmasari Hilda Kencana Dewi Hilmy Maulana Ikhsan Intan Wulandari Itsna Zulva Badawi Maulana Erix Mieke Kusherawati Mochamad Fariz Lutfian Mohamad Luthfi Muhamad Dafa Muhamad Rifaldi Muhammad Fachrul Razi Muhammad Fahry Syahlansyah Muhammad Maulana Zidan Nabillah Hurriyah Nadya Widyaningsih Rafif Saputra Rantinah Setiya Mawarni Soffi Sundari Syahrizal Umair Abdul Azis Yuanita Oktafyani Jumlah
Rata2
1 5 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 5 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 5 4 4 5
2 4 4 5 5 1 4 4 4 3 3 4 4 4 2 1 2 5 3 4 4 3 5 5 2 3 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4
3 3 4 4 5 2 4 5 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 2 4 5 4
4 3 4 5 4 2 3 2 4 2 2 4 4 2 3 1 4 5 5 4 4 3 5 3 3 4 4 3 4 2 3 5 3 5 3 3 4
Nomor Angket 5 6 3 5 4 4 5 5 4 4 2 4 4 3 2 4 4 5 4 3 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 4 4 3 5 4 4 5 4 4 2 5 4 4 5 5 3 0 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 0 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4
7 3 4 5 5 1 3 4 4 4 1 4 2 2 4 5 2 5 3 4 4 3 5 2 4 4 0 4 0 4 4 2 4 4 3 4 4
8 3 4 3 3 2 3 4 4 2 2 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 4 5 3 2 4
9 3 5 3 5 3 3 2 2 3 2 5 4 1 3 1 2 4 3 4 4 3 3 5 5 3 4 3 1 2 4 2 2 2 5 2 2
10 3 0 5 5 1 3 1 1 4 4 4 2 1 5 4 4 4 3 4 2 2 4 3 3 2 3 4 2 4 5 4 4 1 4 4 4
Jumlah
Rata2
35 37 44 45 21 34 32 36 33 33 43 37 30 37 33 32 45 38 40 34 33 45 31 37 36 35 38 31 33 43 31 37 37 39 35 39
3.5 3.7 4.4 4.5 2.1 3.4 3.2 3.6 3.3 3.3 4.3 3.7 3 3.7 3.3 3.2 4.5 3.8 4 3.4 3.3 4.5 3.1 3.7 3.6 3.5 3.8 3.1 3.3 4.3 3.1 3.7 3.7 3.9 3.5 3.9 129.9
140 133 141 124 147 148 120 123 110 113 1299 3.889 3.694 3.917 3.444 4.083 4.111 3.333 3.417 3.056 3.139 36.08333 3.608333