DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 209
PENERAPAN METODE DISKUSI DAN DEMONSTRASI DALAM PEMBELAJARAN PKn MATERI ASEAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 1 KALIOMBO Kadari *) Guru SDN 1 Kaliombo UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah
Abstrak Pembelajaran dengan Penerapan Metode Diskusi dan Metode Demonstrasi merupakan salah satu kegiatan belajar mengajar dipusatkan pada kegiatan siswa. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SD Negeri 1 Kaliombo Sulang, dapat diketahui bahwa pengajaran oleh guru biasanya dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab. Cara pengajaran ini belum memberikan hasil belajar yang memuaskan pada siswa. Oleh karena itu, peneliti menerapkan Metode Diskusi dan Demonstrasi pada materi ASEAN untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang.Setelah diadakan tindakan pada siklus 1 nilai rata-rata yang dicapai menjadi 7,17 dengan ketuntasan 54,17 % yang sebelumnya pada pra siklus nilai rata-rata 5,21 dengan ketuntasan 12,5 %. jadi dapat dijelaskan pada siklus 1 siswa yang mendapat nilai 7,5 keatas sebanyak 13 siswa yang lain mendapat nilai dibawah 7,5. sedangkan pada siklus 2 nilai rata-rata kelas 8,75 dengan ketuntasan 87,5 %dari 24 siswa 21 siswa tuntas. Berdasarkan analisis data dapat diketahui bahwa siswa menyatakan cukup senang atas Penerapan Metode Diskusi dan Demonstrasi dalam pembelajaran PKn tentang Materi ASEAN ,alasannya antara lain : siswa dapat secara bebas mengungkapkan pendapatnya, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya serta dapat melatih keberanian dalam berkomunikasi, dan dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, maka dapat dikatakan bahwa Penerapan Metode Diskudi dan dan Metode Demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu, dalam proses belajar mengajar siswa menjadi lebih tertarik karena adanya variasi tindakan pembelajaran oleh guru sehingga siswa tidak lagi merasa jenuh dan bosan. Simpulan adalahhasil penelitihan melalui penerapan metode diskusi dan metode demonstrasi telah mencapai indicator keberhasilan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Kata Kunci: Metode Diskusi, Demonstrasi, Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
1. Pendahuluan Peningkatan mutu pendidikan merupakan prioritas yang utama dalam rangka upaya memenuhi tuntutan dari berbagai pihak terhadap hasil pendidikan dewasa ini. Guru merupakan komponen pendidikan yang paling banyak ambil bagian dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan pengelolaan kegiatan belajar mengajar guru dituntut berbagai bentuk kemampuan, yang meliputi kemampuan merencanakan, melaksanakan dan menilai proses dan hasil belajar. Dengan perencanaan yang matang akan memperlancar dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan yang tepat dan memperoleh hasil penilaian yang mantap dan akurat. Dari hasil penilaian, guru masih harus dituntut lagi untuk menindaklanjuti hasil penilaian. Baik siswa yang memperoleh nilai tinggi, maupun yang rendah, semuanya haruslah ditindaklanjuti agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih optimal. Siswa-siswa yang memperoleh nilai tinggi, jelas bahwa mereka telah memperoleh kemudahan dalam belajar, dalam arti mereka dalam belajar mengalami laju belajar yang cepat. Sedangkan yang
nilainya rendah, jelas bahwa mereka mengalami kesulitan belajar. Dalam daya upaya yang dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka dalam proses belajar mengajar, guru harus mampu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi hasil belajar siswa. Menurut Abin Syamsudin (1997:18) membedakan peranan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik (educator) dengan mengajar (teacher). Guru berperan sebagai pendidik dan pengajar. Guru berperan sebagai perencana, pelaksana, penilai (evaluasi). Dari peran dan tugas serta tanggung jawabnya, guru melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan cara merefleksi diri. Refleksi adalah mengingat-ingat kembali segala tindakan yang dilakukan oleh guru dalam KBM, dan selanjutnya memperbaiki kelemahan dan meningkatkan kebaikan, diharapkan hasil belajar lebih baik. Disini penulis mengadakan Penelitian Tindakan Kelas, pada mata pelajaran PKn kelas VI tentang Materi ASEAN. Sebagian besar kelas VI masih banyak
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 210
mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal ulangan PKn tentang kerjasama negara negara Asia Tenggara yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang dapat menjawab benar prosentasinya sangat rendah. Pengalaman penulis dalam pembelajaran PKn kompetensi “Materi kerjasama Negara Negara Asia Tenggara” di Kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi pelajaran masih rendah. Dari 24 siswa yang mendapatkan nilai 7,5 ke atas yang telah tuntas 3 siswa (12,5 %), sementara 21 siswa (87,5 %) mendapat nilai di bawah 7,5 atau belum tuntas. Nilai rata-rata kelas 5,21. Melihat kenyataan perolehan nilai tes akhir diatas ,guru memutuskan untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . Selain itu memperbaiki pencapaian tingkat ketuntasan penguasaan materi. Dalam suatu proses pembelajaran, hasil belajar yang dicapai siswa merupakan penentu, apakah pembelajaran yang kita lakukan mengalami keberhasilan atau sebaliknya. Adanya hambatan dan masalah belajar yang datangnya dari guru maupun siswa dalam pembelajaran turut mempengaruhi tingkat keberhasilan prestasi belajar siswa. Untuk itu guru dapat mengatasinya dengan mengidentifikasi masalah yang terjadi di kelas, antara lain: a. Prestasi siswa kurang memuaskan dari 24 siswa, baru 3 siswa (12,5%) yang mendapatkan nilai memenuhi KKM : 75 (yang tuntas) dan 21 siswa ( 87,5 %) lainnya belum tuntas dengan nilai rata-rata 5,21 b. Siswa kurang antusias dan kurang aktif dalam pembelajaran c. Siswa belum memahami Kerjasama negara-negara Asia Tenggara d. Rendahnya motivasi siswa. e. Belum sepenuhnya menggunakan alat peraga. Berdasarkan faktor-faktor penyebab masalah yang muncul dapat disimpulkan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn disebabkan oleh guru belum memanfaatkan alat peraga yang sesuai dan kurangnya latihan soal yang diberikan guru. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: a. Apakah Penerapan Metode Diskusi dan Demonstrasi pada mata pelajaran PKn materi ASEAN dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang? b. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi ASEAN dengan Metode diskusi dan Demonstrasi pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang?
2. Materi dan Metode 2.1. Materi Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimulai sejak dari kelas I s/d kelas VI. Di kelas I sampai dengan kelas VI adalah tahapan mengenal gambar. Di kelas IV adalah tahapan menganalisis konsep. Suwalni Sukirno (1985) menyatakan : “Diskusi ialah suatu proses dialog yang melibatkan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka, mengenai tujuan antara sasaran yang sudah tertentu, melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat atau memecahkan masalah”. Dari uraian diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa diskusi merupakan suatu proses dialog yang melibatkan sejumlah individu dan saling berhadap-hadapan untuk mencapai suatu tujuan dengan cara bertukar informasi dan saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan suatu masalah. Depdikbud (1994) menyatakan : “Metode diskusi adalah suatu cara mengajar atau menyajikan materi melalui pengajuan masalah yang pemecahannya sangat terbuka” (h.13). Sementara itu, Suwalni Sukirno (1985) menjelaskan: “Metode diskusi diartikan suatu cara penyajian bahan pelajaran, dengan memberi kesempatan kepada siswa (kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna pengumpulan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan suatu masalah” (h.76). Dengan memperhatikan uraian diatas, dapat dinyatakan bahwa metode diskusi ialah suatu cara penguasaan suatu bahan pengajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah, memperjelas sesuatu bahan pelajaran dan mencapai kesepakatan. Demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya maupun tiruan , yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Kata lain dari metode demonstrasi adalah memberikan variasi dalam cara-cara guru mengajar dengan mewujudkan bahan yang diajarkan secara nyata baik dalam bentuk benda asli maupun tiruan sehingga murid-murid dapat mengamati dengan jelas dan pelajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan (Sudirman, 1991 : 133) Johar Permana dan Mulyana Sumantri (1999 : 54) mendefinisikan metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran yang mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan, yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber pembelajar lain yang memahami atau ahli dalam topik bahasan yang harus didemonstrasikan. Sedangkan
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 211
menurut Rochtisiyah NK (2001 : 83) mendefinisikan metode demonstrasi adalah cara mengajar guru instruktur atau guru menunjukkan atau memperlihatkan suatu proses. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 787). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (Depdikbud, 1995 : 14). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditujukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penelitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran PKn dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya.
2.2. Metode Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yaitu bentuk penelitian praktis yang mengacu pada apa yang dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya (Arikunto,2006). Dan research adalah suatu usaha untuk mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan metode ilmiah (Hadi,1991). Metode analisis data dalam penelitian ini tidak menggunakan uji statistik tetapi peneliti menggunakan analisis diskriptif yaitu: a. Hasil belajar dianalisis dengan analisis diskriptif komperatif yaitu membandingkan nilai test antar siklus maupun dengan indikator kinerja. b. Peneliti melakukan observasi maupun wawancara dengan analisis diskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi tindakan antar siklus. Analisis data dalam suatu penelitian adalah cara yang digunakan dalam rangka menguji kebenaran hipotesis (Ismail,1998). Analisa data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan di interprestasikan. Metode analisis data deskriptif kualitatif dengan menganalisis data hasil pemberian tugas kepada siswa menggunakan rumus sebagai berikut : P=
f x 100 % n
P = Angka Prosentase f = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya n = Number of cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu) (Wardani,2003) Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dievaluasikan dengan penerapan Metode Diskusi dan Demonstrasi pada mata pelajaran PKn materi ASEAN sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo, Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang tahun pelajaran 2014/2015.
Siswa merupakan objek penelitian yang dinilai dalam pencapaian pemahaman siswa dengan penerapan metode diskusi dan demonstrasi. Perubahan penguasaan materi pembelajaran oleh siswa selama menerima pembelajaran ASEAN. Jadi kesimpulannya indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa adalah ketuntasan siswa dalam mempelajari materi. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah jika jumlah siswa yang menguasai materi pembelajaran PKn tentang materi ASEAN mencapai diatas 75% (sangat tinggi) sesuai dengan prestasi berikut ini : 75 % < P ≤ 100 % = sangat tinggi 60 % < P ≤ 75% = tinggi 40 % < P ≤ 60 % = cukup 20 % < P ≤ 40 % = rendah 0 % < P ≤ 20 % = sangat rendah (Arikunto,2006) Penelitian ini diawali dengan observasi awal untuk mendapatkan masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru. Agar penelitian dapat berhasil dengan baik, dilaksanakan menurut suatu rangkaian langkah-langkah (a spiral of steps) yaitu langkah dalam penelitian yang dikemukakan oleh Lurt Lewin (Mc. Nifft, 1992;212). Aktivitas tersebut diikuti dengan perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, serta revisi perencanaan. Kegiatan ini diulang sampai terpenuhinya target yang telah diterapkan dalam indikator kinerja. Prosedur penelitian tindakan kelas berikut ini diadopsi dari Arikunto (2006) yang bermula dari persiapan observasi awal, rencana tindakan, penerapan tindakan dan refleksi dilakukan setelah tuntas tindakan pada siklus I dan dirasa perlu untuk mengadakan siklus II karena hasil penelitian belum sesuai dengan target yang diinginkan sebagaimana tertera dalam indikator kinerja. Model penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus, menggunakan model spiral kemmis dan Mc. Taggart (Kasbulah, 1999:70). Guna mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan dan kegiatan penelitian ini dapat terarah dengan baik. Tahap Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri atas (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (action); (3) pengamatan/observasi (observation); (4) refleksi (reflection). Model spiral ini merupakan model siklus berulang berkelanjutan, dengan harapan pada setiap pelaksanaan menunjukkan peningkatan sesuai perubahan perbaikan yang ingin dicapai. Prosedur Rencana Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan sebagai berikut: Rencana Pembelajaran Siklus I a. Perencanaan ( Planning ) Hasil refleksi guru dan pengamat (Kolaborator) mengenai pembelajaran awal menunjukkan bahwa
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 212
masih banyak kekurangan yang dilakukan guru dalam pembelajaran, terbukti dengan rendahnya prestasi belajar yang diperoleh siswa. Faktor inilah yang memacu guru untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dari hasil analisis yang dicapai siswa menunjukkan bahwa dari 24 siswa yang mengikuti tes formatif, terdapat 21 siswa (87,5%) belum tuntas. Selain itu, siswa yang belum mencapai KKM ternyata kurang mampu dalam menjawab soal tes lisan dan uraian yang diberikan guru, maka dari itu perencanaan perbaikan pembelajaran difokuskan pada: 1) Ketrampilan guru dalam menerapkan metode Diskusi dan metode Demonstrasi pada materi ASEAN 2) Perubahan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn pada materi ASEAN 3) Perubahan nilai prestasi belajar siswa pada materi ASEAN setelah menerima perbaikan pembelajaran sebelum pelaksanaan PTK, guru terlebih dahulu mempersiapkan : a) Rencana Perbaikan Pembelajaran ( RPP ) siklus I b) Instrumen Penilaian terdiri atas : (1) Lembar pengamatan guru dan siswa (2) Lembar pengamatan perilaku siswa dalam KBM c) Analisis Nilai Formatif untuk siklus I b. Pelaksanaan Tindakan (Action ) Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dengan waktu 70 menit di Kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo Kecamatan Sulang dengan skenario pembelajaran sebagai berikut : 1) Guru melakukan appersepsi dengan mengadakan tanya jawab 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Guru menjelaskan materi awal tentang ASEAN dengan alat peraga tiruan bendera ASEAN. 4) Guru memusatkan perhatian siswa dengan alat peraga melalui demonstrasi dari guru, siswa mengamati peraga tiruan bendera ASEAN dan mencoba mencari pemahaman negara negara Asia Tenggara. 5) Guru melibatkan siswa untuk ikut aktif melakukan diskusi dan demonstrasi. 6) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang ASEAN 7) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok 8) Guru membagi lembar kerja kepada masingmasing kelompok dan siswa melakukan diskusi pemahaman negara negara Asia Tenggara. 9) Guru mengamati dan membimbing siswa dalam melakukan diskusi tentang pemahaman negaranegara Asia Tenggara.
10) Guru bersama siswa membahas LKS dan menyimpulkan materi 11) Guru memberi evaluasi berupa tes formatif 12) Guru bersama siswa menganalisa hasil evaluasi 13) Guru memberi tugas perbaikan untuk siswa yang nilainya kurang dari 75 dan tugas pengayaan bagi siswa yang nilainya 75 ke atas c. Pengamatan /Observasi (observation) Dalam poses pengamatan, teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat secara langsung mengamati jalannya proses KBM. Pengamatan dilakukan secara mendetail dari awal sampai akhir pembelajaran. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, dilakukan pengumpulan data yang diperoleh dari Tes Formatif Hasil tes tertulis ini digunakan sebagai dasar untuk mengukur hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn pada materi ASEAN. tes formatif terdiri atas soal-soal yang berbentuk pilihan ganda, isian dan uraian dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Nilai yang > 75 dinyatakan telah berhasil mencapai standar ketuntasan belajar dan nilai yang < 75 dinyatakan belum mencapai standar ketuntasan belajar d. Refleksi (reflection). Hasil refleksi guru pada siklus I menemukan hal-hal berikut ini : 1) Siswa masih kurang aktif dalam pembelajaran, terbukti masih ada beberapa siswa yang berbuat gaduh ketika pembelajaran berlangsung 2) Prestasi belajar siswa mengalami perubahan menjadi lebih meningkat. Dari 24 siswa, ada 13 siswa (54,17 %) yang tuntas dan siswa yang belum tuntas ada 11 siswa (45,83%) dengan ratarata nilai 7,17. Hal ini menunjukkan usaha guru untuk melakukan perbaikan pembelajaran mendapatkan perubahan hasil yang positif, walaupun kenaikannya belum optimal. 3) Siswa masih kesulitan pada pengerjaan soal tes formatif yang berbentuk uraian.Terlihat bahwa hanya 13 siswa yang telah mampu mengerjakan soal ulangan tersebut dengan baik. Rencana Pembelajaran Siklus I a. Perencanaan (Planning) Perbaikan pembelajaran dilanjutka pada siklus II. Data yang telah diperoleh menunjukkan angka ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 45,83 %, dengan ratarata 7,17, membuat guru merasa belum puas terhadap hasil evaluasi belajar siswa. Berdasarkan hal tersebut guru membuat perencanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan memfokuskan pada : 1) Ketrampilan guru dalam penerapan pendekatan konsep dan metode demonstrasi pada materi ASEAN
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 213
2) Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn pada materi ASEAN. 3) Peningkatan hasil belajar siswa pada materi ASEAN setelah menerima perbaikan pembelajaran. b. Pelaksanaan Tindakan (Action) Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada saat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) berlangsung dengan waktu 70 menit di Kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo Kecamatan Sulang. Dalam pelaksanaannya, guru dibantu oleh teman sejawat (Kolaborator) yang bertindak sebagai pengamat dalam proses KBM dengan menggunakan instrumen penelitian. Pada materi ASEAN ini, penulis mencoba menerapkan metode diskusi dan demonstrasi dengan skenario pembelajaran sebagai berikut : 1) Guru melakukan appersepsi dengan mengadakan tanya jawab 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Guru menjelaskan materi awal tentang ASEAN dan alat peraga tiruan bendera ASEAN dan Peta negara negara ASEAN. 4) Guru memusatkan perhatian siswa dengan alat peraga . 5) Melalui demonstrasi dari guru, siswa mengamati alat peraga tentang pemahaman negara negara Asia Tenggara 6) Guru melibatkan siswa untuk ikut aktif melakukan demonstrasi 7) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang negara negara Asia Tenggara. 8) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok 9) Guru membagi lembar kerja kepada masing – masing kelompok dan siswa melakukan diskusi tentang pemahaman negara negara ASEAN 10) Guru mengamati dan membimbing siswa dalam melakukan diskusi tentang pemahaman negara negara ASEAN 11) Guru bersama siswa membahas LKS dan menyimpulkan materi 12) Guru memberi evaluasi berupa tes formatif 13) Guru bersama siswa menganalisa hasil evaluasi 14) Guru memberi tugas perbaikan untuk siswa yang nilainya kurang dari 75 dan tugas pengayaan bagi siswa yang nilainya 75 ke atas Secara lengkap RPP Siklus II, instrumen penilaian dan analisis nilai formatif dapat dilihat pada lampiran. c. Pengamatan /Observasi (Observation) Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan oleh guru dan teman sejawat (Kolaborator) dengan menggunakan instrumen penelitian. Pengamatan dilakukan secara terperinci dari awal sampai akhir pembelajaran. Proses pengumpulan data dapat diperoleh dari: Tes Formatif
Hasil tes tertulis ini digunakan sebagai dasar untuk mengukur hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn pada materi ASEAN. tes formatif terdiri atas soal-soal yang berbentuk pilihan ganda, isian dan uraian dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 75. Nilai yang > 75 dinyatakan telah berhasil mencapai standar ketuntasan belajar dan nilai yang < 75 di nyatakan belum mencapai standar ketuntasan d. Refleksi (reflection) Hasil refleksi guru pada siklus II menemukan hal-hal berikut ini : 1) Keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah jauh lebih baik, terlihat dengan antusiasnya siswa dalam diskusi kelompok dan tanya jawab 2) Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, walaupun persentasenya tidak mencapai 100 %. Jumlah siswa yang telah tuntas ada 21 siswa (87,5%) dan 3 siswa (12,5 %) dinyatakan belum tuntas. Dengan nilai rata-rata 8,75. 3) Hampir seluruh siswa dapat mengerjakan soal tes formatif dengan benar, tetapi ada 3 siswa yang masih kesulitan dalam pengerjan tes formatif. Berdasarkan hasil refleksi dari guru yang menunjukkan hasil ketuntasan belajar yang cukup memuaskan, meskipun ada 3 siswa yang belum mencapai KKM, maka perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan kelas (PTK) sudah tidak dilanjutkan lagi. Peneliti menganggap bahwa 3 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar mempunyai tingkat kecerdasan akademis rendah. Hal ini dapat dilihat dari buku laporan hasil belajar siswa (raport) pada kelas-kelas sebelumnya.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Kondisi Awal Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran oleh peserta didik. Tingkat penguasaan materi tersebut biasanya berwujud nilai yang dituangkan dalam daftar penilaian perkembangan anak didik. Sebelum pelaksanaan penelitian siswa Kelas VI SD Negeri 1 Kaliombo di observasi pada hari Selasa, 20 Januari 2015 dan hasil yang diperoleh dalam observasi tersebut di masukkan dalam daftar penilaian anak didik. Secara klasikal guru menjelaskan materi pelajaran tentang ASEAN di kelas VI, guru merasa kecewa setelah mengetahui hasil tes akhir. Dari hasil analisis diketahui bahwa dari 24 siswa ada 21 siswa (87,5%) yang nilainya di bawah (7,5). Berdasarkan hal tersebut maka peneliti meminta bantuan pada teman sejawat (kolaborator) untuk mengidentifikasikan kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan, dari hasil diskusi dan pengamatan terungkap beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Masalah yang paling menonjol dan jelas mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kurangnya minat anak untuk
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 214
menjawab pertanyaan guru, penyampaian guru terlalu cepat dan bahan atau materi yang disampaikan terlalu banyak.
3.2 Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1 Deskripsi Siklus I
Tabel 1 Nilai Tes Formatif Pembelajaran PKn Pra Siklus
x 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 JUMLAH RATA-RATA Keterangan : x f fx
f 0 1 2 2 3 8 5 2 1 0 24 -
fx 0 9 16 14 18 40 20 6 2 0 125 5,21
= Nilai = Frekuensi, Jumlah siswa yang mendapatkan nilai tertentu = Jumlah nilai x frekuensi
Tabel. 2 Persentase Ketuntasan Hasil Tes Formatif
Tuntas Banyak % siswa 3 12,5
12,5% dan yang belum tuntas 21 atau 87,5%. Nilai terendah 2 dan nilai tertinggi 9, Nilai rata-ratanya 5,21
Belum tuntas Jml RataBanyak % Nilai rata siswa 21 87,5 125 5,21
Taraf serap 5,21
Grafik 1 Grafik Pra Siklus
8
Pada waktu melakukan kegiatan pembelajaran PKn pada Kompetensi Dasar, Menjelaskan pengertian kerjasama Negara Negara Asia Tenggara, Penulis memiliki masalah yaitu hasil tes formatif siswa rendah. Dari 24 siswa yang tuntas dengan memperoleh nilai 7,5 ke atas hanya 3 siswa. Sedangkan yang 21 siswa memperoleh nilai di bawah 7,5. a. Hasil Pengolahan data Sesuai dengan tujuan pembelajaran, pada siklus I penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas sebagai berikut : 1. Secara klasikal, guru menjelaskan pengertian kerjasama negara negara Asia Tenggara kepada siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang materi ASEAN dan mengaitkan materi dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dengan Penerapan Metode Diskusi dan Demonstrasi pada mata pelajaran PKn di kelas VI materi ASEAN , secara berkelompok, siswa berdiskusi untuk menyelesaikan soal-soal latihan, kemudian kelompok menyampaikan hasilnya dalam pembahasan yang disimpulkan peneliti.. Sedangkan untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran penulis melakukan tes formatif. Kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran PKn Siklus I dicantumkan dalam tabel 3 dan 4 sebagai berikut: Hasil belajar siswa dalam perbaikan pembelajaran PKn kelas VI semester II, SD Negeri 1 Kaliombo dengan kompetensi Menjelaskan pengertian kerjasama negara negara Asia Tenggara Sekolah Dasar Negeri 1 Kaliombo Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang siklus I dicantumkan dalam tabel 3.
6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dari diagram gambar pra siklus terlihat hasil dari 24 siswa yang mendapat nilai 1 tidak ada, nilai 2 sebanyak 1 siswa, nilai 3 sebanyak 2 siswa, nilai 4 sebanyak 5 siswa, nilai 5 sebanyak 8 siswa, nilai 6 sebanyak 3, nilai 7 sebanyak 2 siswa, nilai 8 sebanyak 2 siswa, nilai 9 sebanyak 1 siswa dan nilai 10 tidak ada. Dari data tersebut jumlah siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau
Tabel 3 Nilai Tes Formatif Perbaikan Pembelajaran PKn Siklus I x f fx 10 2 20 9 346 8 7 56 7 2 14 6 4 24 5 2 10 4 3 12 3 0 0 2 0 0 1 0 0 Jumlah 24 172 Nilai rata-rata 7,17
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 215
Keterangan : X = Nilai F = Frekuensi, Jumlah siswa yang mendapatkan nilai tertentu FX = Jumlah nilai X frekuensi Tabel 4 Persentase Ketuntasan Hasil Tes Formatif Tuntas Belum tuntas Jml RataNilai rata Banyak % Banyak % siswa siswa 13 54,17 11 45,83 172 7,17
Taraf serap 7,17
Apabila hasil tes formatif perbaikan pembelajaran PKn siklus I disajikan dalam bentuk diagram batang, maka akan terlihat seperti gambar :
8 6 4 2 0 1
b.
2
3
4
5
6
7
8
9 10
Dari diagram gambar diatas terlihat hasil evaluasi pada siklus I ternyata dari 24 siswa yang mendapat nilai 1 tidak ada, nilai 2 tidak ada, nilai 3 tidak ada, nilai 4 sebanyak 3 siswa, nilai 5 sebanyak 2 siswa, nilai 6 sebanyak 4, nilai 7 sebanyak 2 siswa, nilai 8 sebanyak 7 siswa, nilai 9 sebanyak 4 siswa dan nilai 10 sebanyak 2 siswa. Dan siswa yang tuntas 54,17% (13 siswa), dan yang belum tuntas 45,83% (11 siswa), nilai terendah 4 dan nilai tertinggi 10, nilai rata-rata 7,17 Deskripsi temuan Aktifitas perbaikan pembelajaran yang menjadi pusat perhatian dalam observasi dapat didiskripsikan sebagai berikut : 1) Pemberian apersepsi yang menarik Guru berusaha memancing respon siswa dengan mengajukan pertanyaan Sebutkan anggota Negara Negara Asia Tenggara? Ada berapa Negara anggota ASEAN? 2) Melibatkan siswa dalam diskusi Guru membagi siswa beberapa kelompok,dan memberi beberapa tugas dengan masalah yang sama, untuk setiap kelompok. 3) Pengaktifan siswa dalam tanya jawab Guru melakukan tanya jawab untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok dengan materi yang sama
4) Pengaktifan siswa dalam latihan Guru memerintahkan siswa mempresentasikan secara bergantian hasil diskusi masing-masing kelompok. 5) Pemanfaatan peraga Dengan peraga tiruan bendera negara negara ASEAN ,yang merupakan media belajar. Sehingga siswa keluar dari pembelajaran yang abstrak menuju pembelajaran yang konkrit. Seolah olah siswa menyelesaikan masalah negara negara ASEAN dalam kehidupan sehari-hari.
3.2.2. Deskripsi Siklus II a. Hasil pengolahan data Sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran, pada siklus II penulis melakukan perbaikan pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas sebagai berikut: 1. Secara klasikal, siswa dan guru mendemonstrasikan materi ASEAN. 2. Secara kelompok, siswa dan guru mengadakan tanya jawab tentang penyelesaian contoh soal. Siswa bergantian mengerjakan soal materi ASEAN, bersama guru menyimpulkan hasilnya. 3. Guru menunjuk siswa secara bergantian, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kemudian menyampaikan hasilnya dalam pembahasan. Sedangkan untuk melihat hasil perbaikan pembelajaran, pada akhir pembelajaran penulis melakukan tes formatif. Kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran PKn siklus II dicantumkan dalam tabel 5 dan 6 sebagai berikut : Tabel 5 Nilai Tes Formatif Perbaiakan Pembelajaran PKn Siklus II
x 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah Rata-Rata
f 6 10 5 2 1 0 0 0 0 0 24 -
fx 60 90 40 14 6 0 0 0 0 0 210 8,75
Keterangan : X = Nilai F = Frekuensi, Jumlah siswa mendapatkan nilai tertentu Fx = Jumlah nilai x frekuensi
yang
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 216
Tabel 6 Persentase Ketuntasan Hasil Tes Formatif
Tuntas Banyak % siswa 21 87,5
Belum tuntas Banyak % siswa 3 12,5
Jml Nilai
Rata- Taraf rata serap
210
8,75
8,75
Apabila hasil tes formatif perbaikan pembelajaran PKn siklus II disajikan dalam bentuk diagram batang, maka akan terlihat seperti gambar :
10 8 6
4. Pemanfaatan peraga Siswa mengamati gambar-gambar dan alat peraga macam-macam bendera Negara Negara Asia Tenggara yang merupakan media belajar langsung. Sehingga siswa keluar dari pembelajaran yang abstrak menuju pembelajaran yang konkrit. Seolah siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3.3 Pembahasan Dari data kualitas pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan hasil tes formatif siswa yang ditemukan dalam penelitian di kelas VI Semester 1I SD Negeri 1Kaliombo Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran meningkat dan karena itu prestasi siswa juga meningkat. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran berjalan dengan cukup baik, dengan nilai rata-rata kelas 7,17 ada peningkatan dari nilai rata-rata 5,21 pada pra siklus.
4 2 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dari diagram gambar 2 terlihat hasil evaluasi pada siklus II ternyata dari 24 siswa yang mendapat nilai 1 tidak ada, nilai 2 tidak ada, nilai 3 tidak ada, nilai 4 tidak ada, nilai 5 tidak ada, nilai 6 sebanyak 1 siswa, nilai 7 sebanyak 2 siswa, nilai 8 sebanyak 5 siswa, nilai 9 sebanyak 10 siswa, nilai 10 sebanyak 6 siswa. Dari data tersebut jumlah siswa yang tuntas 21 siswa 87,5% dan yang belum tuntas 3 siswa 12,5 %, dengan nilai terendah 6 dan nilai tertinggi 10, nilai rata-rata 8,75. Hasil belajar siswa dari pra siklus ketuntasan 12,5% dengan nilai rata-rata 5,21, siklus I ketuntasan 54,17% dengan nilai rata-rata 7,17, siklus II ketuntasan 87,5% dengan nilai rata-rata 8,75. b. Deskripsi temuan Pelaksanaan tiap-tiap aktivitas perbaikan pembelajaran yang menjadi pusat perhatian dalam observasi dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1. Pemberian apersepsi yang menarik Guru berusaha memancing respon siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang Materi ASEAN . “Sebutkan kepanjangan ASEAN! Sebutkan Negara Negara yang termasuk anggota ASEAN! 2. Melibatkan siswa dalam demonstrasi dan diskusi Guru mengajak siswa untuk mempelajari pengertian kerjasama negara negara Asia Tenggara. Disamping demonstrasi secara klasikal, siswa melakukan demonstrasi secara kelompok. 3. Dengan bimbingan guru, siswa menyimpulkan jawaban soal.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II ini mengalami perubahan. Peningkatan pembelajaran sangat terasa dengan nilai rata-rata 8,75, ada peningkatan dari nilai rata-rata pada siklus I 7,17.
4. Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan , selama dua siklus, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : a. Guru selalu memberi dukungan moral dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa takut untuk bertanya, suka berlatih dan membaca, maka hasilnya daya ingat dan pemahaman siswa semakin tinggi. Prestasi belajar siswa meningkat dari dari sangat kurang (nilai rata-rata 5,21) sebelum perbaikan pembelajaran, pada perbaikan siklus I menjadi baik (nilai rata-rata 7,17) pada siklus II menjadi lebih baik lagi (nilai rata-rata 8,75). b. Penerapan metode diskusi dan metode demonstrasi pada materi ASEAN sangat tepat untuk diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. c. Kemampuan dan ketrampilan guru dalam menerapkan metode diskusi dan metode demonstrasi pada mata pelajaran PKn merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran.
Referensi Abri Syamsudin, Nanang Budiman (2005), Profesi Keguruan 2, Penerbit Universitas Terbuka. Bestari Yoga, Pendidikan Kewarganegaraan Menjadi Warga Negara yang baik untuk SD/MI Kelas VI,BSE Depdiknas : PKn Kelas VI, Pendidikan kewarganegaraan Depdiknas 1994, Kurikulum Pendidikan dasar, Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar, Ditjen Dikdasmen Dit.Pendidikan Dasar, Jakarta. Heriyanto Nar 2008, Statistika Dasar (Universitas Terbuka).
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 217
Hj Gino 1990, Perencanaan Program Pengajaran dan Sumber Belajar, Universitas Sebelas Maret Surakarta. I.G.A.K Wardani, Kuswaya Wihardani, Nochi Nasoetion, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Universitas Terbuka 2004. Muhammad Ali 1986, Guru dan Proses Belajar Mengajar, Rosdakarya Bandung Ressi Kartika Dewi dkk, Pendidikan Kewarganegaraan SD/MI Kelas VI, BSE
Sugiyanto 1987, Metodologi Penelitian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Suharno 1989, Interaksi Belajar Mengajar, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Suharsimi Arikunto 1986, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara Jakarta. Suratno HP dkk, Mudah Belajar PKn, Penerbit Yudistira. WS. Winkel 1991, Psikologi Pengajaran,