Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
ISSN: 2088-0308
Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode Resitasi dan Diskusi Siswa Kelas VI SDN Inpres 1 Ntonggu A. Hamid Sekolah Dasar Negeri Inpres 1 Ntonggu ABSTRAK Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Dengan metode diskusi dan resitasi ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui bagaimana implementasi metode diskusi dan resitasi dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, (2) Mengetahui apakah dengan adanya implementasi metode diskusi dan resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan pengumpulan data menggunakan observasi dan catatan lapangan, dan teknik analisis dengan melakukan reduksi data, inferensi, tahap tindak lanjut dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan metode resitasi dan diskusi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap prestasi belajar PKn. Kata Kunci: Metode Resitasi, Metode Diskusi, Prestasi Belajar PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknoligi saat ini, mempercepat laju perkembangan ekonomi dan industri, yang mempunyai implikasi penting terhadap dunia pendidikan. Salah satu dampak pertumbuhan ekonomi yang paling nyata dirasakan yaitu menyangkut lapangan kerja, baik dilihat dari kebutuhan masyarakat maupun kemampuan dalam menyiapkan tenaga kerja. Dalam hubungannya dengan masalah penyiapan tenaga kerja, yang dihadapi di lapangan adalah rendahnya mutu tenaga kerja di negara kita. Banyak variabel yang turut mempengaruhi mutu tenaga kerja, biasanya kondisi fisik, kualitas pendidikan dan etos kerja sangat dominan dalam menentukan produktivitas tenaga kerja. Dimana dalam fenomena di masyarakat saat ini sering disorot bahwa para lulusan yang mencari kerja ternyata tidak memiliki kualifikasi sebagaimana yang disyaratkan dalam praktek kerja. Hal ini yang menjadi penyebab banyaknya sorotan negatif yang ditunjukkan pada kualitas pendidikan nasional saat ini dan diindikasikan banyaknya lulusan dari dunia pendidikan tidak mampu memiliki kualifikasi yang diharapkan. (Usman, 2001)
Dengan demikian kualitas pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa bergantung pada keberadaan pendidikan yang berkualitas yang berlangsung dimasa kini. Pendidikan yang bermutu/berkualitas hanya akan muncul dari sekolah yang bermutu/berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan mutu sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. Dengan kata lain upaya peningkatan mutu sekolah adalah merupakan tindakan yang tidak pernah terhenti, kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun. Dalam upaya peningkatan mutu sekolah, peran tenaga kependidikan yang meliputi: tenaga pendidik, pengelola satuan pendidik, penilik, pengawas, peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana mestinya dan sebagai tenaga kependidikan yang Handal . Tenaga kependidikan/guru yang Handal adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, mampu dan cakap dalam melaksanakan tugasnya. Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam hal belajar.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
157
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang, maupun sesudah pelajaran berlangsung (Combs, 1984: 11-13). Untuk memainkan peranan dan melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan profesional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk membantu siswa bertumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing. Masalah pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks proses kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas yang sama. Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan pelajaran, tetapi teching is primarely and always of leaner (Wetherington, 1986: 131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif (Murshell: 2-4). Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran khusus. Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendajnya bersifat perbaikan (remedial). Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam persiapan itu sudah terkandung tentang: tujuan mengajar, pokok yang diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak 158
ISSN: 2088-0308
dicapai, memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai sumber, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi. Selama mengajar, guru melaksanakan halhal yang bersifat rutin, bertanya kepada kelas, menerangkan pelajaran dengan suara yang baik dan mudah ditangkap serta ia sendiri dapat memahami pertanyaan-pertanyaan atau pendapat muridnya, ia harus pandai berkomunikasi dengan murid-murid. Setiap saat ia siap memberikan bimbingan atas kesulitan yang dihadapi siswa, pekerjaan ini hanya mungkin dilakukan apabila ia berbadan sehat dan memiliki kepribadian yang menarik. Dalam suasana kelas, dimana siswa dengan bermacam-macam latar belakanag minat dan kebutuhannya, maka setiap guru harus sanggup merangsang murid-murid belajar, menjaga disiplin kelas, melakukan supervisi belajar dan memimipin murid-murid belajar sehingga pengajaran berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang memuaskan. Jadi kualitas pengajaran atau pendidikan yang dilakukan di sekolah sangat tergantung pada kemampuan guru melaksanakan pembelajaran. Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan parasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal apalagi tingkat Sekolah Dasar, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia Indonesia seutuhnya. Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar di sekolah, guru senantiasa memperhatikan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran terstruktur dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau siswa untuk masing-masing mata pelajaran yang tentunya memiliki karakteristik yang berbeda. Mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang di dalamnya mencakup pelajaran memahami, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
Tetapi dalam kenyataan yang ada di lapangan mata pelajaran pendidikan PKn dewasa ini mutunya masih rentan karena belum mencaai target yang diinginkan secara memadai, hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam mamahami materi yang sukar diterima. Selain itu metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih terpaku pada bukubuku pelajaran. Pada hakekatnya guru sering menggunakan suatu metode dalam pengajaran, yaitu metode ceramah sehigga proses belajar anak hanya sekedar merekam informasi saja, hal demikian mengakibatkan proses belajar anak hanya bersifat harfiah saja. Guru mendiktekan semua informasi dan murid memperhatikaan serta mencatat yang pada akhirnya anak membiasakan diri untuk tidak kreatif dalam mengemukakan ide-ide dan memecahkan masalah yang efeknya akan membawa anak dalam kehidupan di masyarakat. Siswa kurang dapat mengolah informasi menjadi ide-ide baru, tetapi hanya merekam dan mengemukanan informasi yang telah diterimanya. Tujuan pengajaran di sekolah hendaknya bersifat komprehensif artinya bukan hanya mengutamakan pengetahuan, melainkan juga pembentukan strategi belajar mengajar yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep, memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir, percaya kepada diri sendiri dan berani mengemukanan pendapatnya, berlatih bersifat kritis dan positif, serta mampu berinteraksi sosial. Dengan kata lain, diskusi kelompok merupakan slaah satu strategi belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pengajaran komprehensif. Di saat sekarang ini sering kita jumpai para siswa yang tidak punya kesiapan dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar, terutama dalam hal materi pelajaran yang akan disampaikan, sehingga ketika di dalam kelas siswa tidak tahu materi yang akan dibahas, selain itu masalah alokasi waktu yang tidak mencukupi, sehingga menyebabkan interaksi belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien serta tidak sesuai dengan tuntutan yang diharapkan oleh kurikulum. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut diperlukan suatu cara agar pelaksanaan belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif yaitu dengan menerapkan atau menggunakan metode resitasi sebagai variasi dalam penyajian dalam
ISSN: 2088-0308
pembelajaran mata pelajaran PKn baik itu tugas individual atau kelompok, rumah atau sekolah, merupakan salah satu metode dari beberapa metode yang ada sebagai langkah alternatif dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Meningkatkan Prestasi Belajar PKn Melalui Metode Resitasi dan Diskusi Siswa Kelas VI SDN Inpres 1 Ntonggu”. Metode Diskusi Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat terjadi jika semuanya aktif dan tidak ada yang pasif sebagai pendengar. Menurut Nana Sudjana, metode diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Sedangkan menurut Suryosubroto (1997: 179) metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun beberapa alternatif pemecahan suatu masalah. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode diskusi adalah suatu metode yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan saling tukar pendapat atau ide, pengalaman, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Fungsi Metode Diskusi Di dalam buku Matodik Khusus Pengajaran Agama Islam, adapun fungsi diskusi antara lain: a. Untuk merangsang murid-murid berfikir dan mengeluarkan pendapat-pendapatnya sendiri, serta ikut menyumbangkan fikiran-fikiran dalam masalah bersama. b. Untuk mengambil satu jawaban aktual atau suatu rangkaian yang didasarkan atas pertimbangan yang sesama.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
159
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
Sedangkan tujuan penggunaan diskusi dalam proses belajar mengajar di kelas, disamping sebagai alat untuk mencapai tujuan instruksional, juga dimaksudkan untuk memperoleh berbagai keuntungan yang lain. Keuntungan-keuntungan itu antara lain: siswa dapat saling urun informasi atau pengalaman dalam menjelajahi gagasan baru atau masalah yang harus dipecahkan oleh mereka, dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan berkomunikasi, serta keterlibatannya dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dapat meningkat (JJ. Hasibuan, 2004: 66). Dari penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fungsi diskusi yaitu untuk memberikan dorongan (stimulus) kepada siswa, sehingga dapat memberi pendapat, ide, pemikiran yang berguna bagi pemecahan masalah. Sedangkan tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk melatih dan membina aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam hal penyampaian pendapat dan pikiran sehingga siswa terbiasa menyelesaikan sendiri permasalahan yang dihadapi baik permasalahan individu maupun kelompok. Metode Resitasi Metode resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, yang mana kegiatan itu dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah ataupun dimana saja asal tugas itu dapat diselesaikan. Menurut Roestiyah dikatakan bahwa resitasi adalah suatu metode dengan cara menyusun laporan sebagai hasil dari apa yang dipelajari. Resitasi (penugasan) dapat berupa perintah kemudian siswa mempelajari bersama teman atau sendiri untuk menyusun laporan atau resume kemudian keesokan harinya hasil laporan didiskusikan dengan seluruh siswa di kelas. Metode resitasi biasanya diberikan atau digunakan oleh guru dengan tujuan agar siswa itu memiliki hasil belajar yang lebih matang, dan untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Resitasi diberikan untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas dan juga dapat memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa di sekolah melalui kegiatan luar sekolah. Dalam percakapan sehari-hari metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah (PR), 160
ISSN: 2088-0308
tetapi sebenarnya metode ini terdiri dari tiga fase, antara lain: 1)Pendidik memberi tugas 2)Anak didik melaksanakan tugas (belajar) 3)Siswa mepertanggungjawabkan apa yang telah dipelajari (resitasi) Penerapan metode resitasi (tugas), diberikan dengan harapan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih matang, karena siswa mengerjakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas tersebut, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Dan dengan metode ini diharapkan siswa dapat belajar bebas tapi bertanggung jawab, dan anak didik akan berpengalaman, dan bisa mengetahui berbagai kesulitan. Dengan metode ini siswa mendapatkan kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil siswa yang lain, menarik anak didik agar belajar lebih baik, punya tanggung jawab dan berdiri sendiri (Roestiyah. NK, 1989). Metode resitasi ini diberikan untuk merangsang anak agar tekun, rajin,dan giat belajar sehingga pada saat kegiatan belajar mengajar mereka sudah siap sebelumnya. Selain itu metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu yang ada terlalu sedikit, dalam artian banyak bahan tapi waktu kurang seimbang. Agar bahan yang diberikan dapat sesuai dengan waktu yang ada metode ini dapat digunakan. Metode resitasi (tugas) dapat berupa anatara lain: 1)Menyusun karya tulis 2)Menyusun laporan mengenai bahan bacaan atau menyusun berita 3)Menjawab pertanyaan yang ada dalam buku 4)Tugas lain yang dapat menunjang keberhasilan siswa Pemberian tugas atau resitasi dapat diberikan di awal pelajaran atau di akhir pelajaran, baik itu secara individu atau secara kelompok, di dalam kelas atau di luar kelas. Dalam pemberian tugas atau resitasi ini agar dapat berhasil dalam pelaksanaannya, maka seorang guru harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1)Tugas itu harus jelas dan tegas 2)Suatu tugas harus disertai dengan penjelasan tentang yang akan dihadapi 3)Tugas harus berhubungan dengan yang anak pelajari
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
4)Tugas harus berhubungan atau disesuaikan dengan minat siswa 5)Tugas harus disesuikan dengan waktu yang dimiliki oleh siswa, dan sebagainya Selain beberapa poin di atas yang harus diperhatikan oleh guru yaitu setiap pemberian tugas diharapkan agar mengecek tugas yang diberikan, sudah dikerjakan atau belum, kemudian dievaluasikan untuk memotivasi siswa dan mengetahui hasil kerja siswa. Dengan demikian siswa dapat bertanggungjawab terhadap tugasnya, selain itu siswa dapat lebih termotivasi untuk mempelajari materi yang akan disampaikan, sehingga ketika menerima pelajaran ia sudah siap dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Prestasi Belajar Prestasi Belajar terdiri dari dua kata yang mempunyai pengertian sendiri-sendiri yakni Prestasi dan Belajar, tetapi dalam pembahasan ini kedua kata sangat berhubungan. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Adapun pengertian prestasi menurut WJS. Poerdaminta adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya) dan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja. Sedangkan menurut Nasrul Harahap, dkk memberi batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dari pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di atas, mempunyai arti yang sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Sedangkan pengertian belajar menurut Howard dalam bukunya Wasty Soemanto belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan belajar di sini dipaparkan pengertian belajar: Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku manusia hasil dari pengalaman, tingkah laku bersifat jasmaniah (kelihatan) dapat juga
ISSN: 2088-0308
bersifat intelektual atau merupakan suatu sikap sehingga tidak dapat dilihat Belajar merupakan suatu proses timbulnya atau berubahnya tingkah laku melalui latihan (pendidikan) yang membedakan dari perubahan oleh faktor-faktor yang tidak dapat digolongkan dalam latihan (pendidikan) Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman Berhasil atau gagalnya tujuan belajar adalah terletak pada dirinya sendiri. Maka dirinya sendirilah yang bertangungjawab untuk melakukan kegiatan belajar agar berhasil. Andai kata mengalami kegagalan maka akibat yang memikulnya adalah dirinya sendiri, tidak mungkin perbuatan-perbuatan belajar dilakukan oleh orang lain, orang tua, guru, teman. Orang lain hanya sebagai petunjuk saja. Yang memberikan dorongan dan bimbingan yang diberikan serta untuk selanjutnya dipelajari sendiri dengan mengolah, menyimpan dan memanifestasikan serta menerapkannya. Oleh karena itu kesuksesan ini terletak pada diri sendiri (pelajar). Sudah barang tentu faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad, cita-cita yang tinggi merupakan unsur-unsur mutlak yang bersifat mendukung usahanya. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Secara umum metodologi penelitian merupakan suatu ilmu atau studi mengenai sistem, ataupun tindakan mengerjakan investigasi sedangkan penelitian merupakan tindakan melakukan investigasi untuk mendapatkan fakta baru, tambahan informasi dan sebagainya yang dapat bersifat mendalam (indepth research), beragam akan tetapi tidak lazim sebagaimana biasanya. Dengan kata lain, metodologi penelitian merupakan ilmu yang berhubungan dengan penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri menunjukkan kegiatan pelaksanaan penelitian. Menurut Sutrisno Hadi, research didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. Sedangkan soeratno dan Lincolin Arsyad menyatakan: Penelitian merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan dengan kata lain penelitian tidak lain berarti mempertanyakan.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
161
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
Sementara itu, rancangan penelitian merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilaksanakan (Margono, 1997: 100). Dengan demikian rancangan penelitian bertujuan untuk memberi pertanggung jawaban terhadap semua langkah yang akan diambil. Jika dilihat dari tujuan penelitian ini, maka penelitian ini dapat digolongkan dalam jenis penelitian eksperimen, dimana peneliti sengaja membangkitkan sesuatu kejadian atau keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. (Arikunto, 1998: 4). Dalam penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) dimana dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti alur: refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi, dan perancangan ulang. Objek Tindakan Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada siswa kelas VI SDN Inpres 1 Ntonggu. Dengan mengadakan latihan-latihan dalam pembelajaran materi pemahaman bacaan dalam pembelajaran mata pelajaran PKn, yang mana hanya dua jam pelajaran dalam satu minggu dengan alokasi waktu 45 menit satu jam pelajaran. Jadi materi PKn harus benar-benar dikuasi oleh peserta didik sehingga anak didik mampu mengamalkan dalam kehidupan seharihari. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN Inpres 1 Ntonggu dan merupakan sekolah yang cukup diminati masyarakat. Dengan jumlah kelas sebanyak 6 kelas, yang terdiri dari kelas untuk kelas 1 sampai dengan kelas 6. Untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas di SDN Inpres 1 Ntonggu. Sekolah menyediakan beberapa fasilitas pendukung akademik, diantaranya ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang kelas yang berjumlah 6 kelas, dan ruang kantor. SDN Inpres 1 Ntonggu juga dilengkapi laboratorium IPA, Pramuka dan UKS, perpustakaan, Mushola, fasilitas olah raga disediakan lapangan voli, dan sepak bola. Rencana Tindakan 1. Perencanaan Tindakan Dalam penelitian tindakan kels ini akan dipakai siklus yang dilakukan secara barulang-ulang dan berkelanjutan, sehingga diharapkan semakin lama semakin menunjang hasil yang akan dicapai. 162
ISSN: 2088-0308
Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: a. Observasi b. Konsultasi dengan guru pamong c. Identifikasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar d. Merumuskan metode strategi yang sesuai dengan pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan pada satu kelas yang dimulai pada bulan Juli tahun 2013 sampai dengan bulan November 2013. 2. Implementasi Tindakan Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan di kelas selama pertemuan sebagai berikut: a. Menyampaikan tujuan pembelajaran b. Mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok c. Menyampaikan metri secara garis besar d. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi e. Memberi arahan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan dibebankan kepada siswa f. Memberi tugas kepada siswa sesuai dengan materi pembelajaran 3. Observasi dan Interpretasi Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti mengadakan pengamatan dengan pengambilan data hasil belajar dan kinerja siswa. Hal tersebut antara lain: a. Kegiatan siwa selama diskusi b. Kretivitas siswa baik individu maupun kelompok dalam diskusi c. Ketepatan siswa dalam mengumpulkan tugas yang diberikan. 4. Analisis dan Refleksi Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan akan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan menggunakan metode diskusi dan resitasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam menganalisis data akan digunakan prosedur dan teknik yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk menemukan pengetahuan-pengatahuan baru dalam meningkatkan prestasi belajar khususnya mata pelajaran PKn. Siklus Penelitian Siklus penelitian tindakan kelas dipersiapkan untuk empat kali pertemuan yang
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
semuanya dibentuk dalam skenario pembelajaran untuk dua pokok bahasan. Tindakan kelas ini dimulai pada bulan Juli tahun 2013 sampai dengan bulan November 2013. Pembuatan Instrumen Pada penelitian ini, peneliti disini menjadi instrumen utama yang dimaksudkan adalah dimana peneliti menjadi pengumpul data pada penelitian tindakan kelas, peneliti disini merupakan pengumpul data dan yang sangat penting peneliti juga menjadi perencana dan pelaksana tindakan kelas yang nantinya akan banyak terlibat langsung dengan siswa di dalam proses penelitian. Instrumen pendukung lain yang dapat digunakan untuk memperoleh data adalah lembar observasi dan skala penilaian terhadap siswa di dalam keaktifan berdiskusi dan mengerjakan tugas. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama proes penelitian berlangsung diantaranya sebagai berikut: 1. Metode Observasi Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan terhadap obyek (Sutrisno Hadi, 1986: 136) dengan cara ini peneliti akan memperoleh data secara obyektif karena obyek tidak mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti. 2. Pendekatan Partisipatif Pendekatan ini digunakan untuk lebih menjadikan suasana dalam kegiatan belajar mengajar lebih hidup, sehingga peneliti terlibat secara langsung atau berpartisipasi dalam hal pengumpulan yang diinginkan dan terkadang pula mengarahkan tindakan atau arahan yang mengarah kepada data yang diinginkan oleh peneliti. 3. Skala Penelitian Penelitian disini bertujuan untuk mengetahui atau mengukur tingkat keaktifan siswa dalam kelas dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dikaji. Penilaian ini dilakukan pada kompetensi dasar 1 dan kompetensi dasar 2. Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan suatu cara atau petunjuk keterangan dalam melakukan suatu pekerjaan. Adapun hal-hal yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui latar belakang obyek yang akan
ISSN: 2088-0308
diteliti kemudian merumuskan pokok permasalahan yang akan dikaji. Langkah selanjutnya adalah merumuskan hipotesis sebagai jawaban sementara atas permasalahan yang ada di lokasi. Langkah selanjutnya adalah peneliti memaparkan kajian teori yang relevan dengan permasalahan, dilanjutkan dengan metodologi penelitian. Data hasil penelitian di lapangan yang jadi fokus penelitian dan diakhiri dengan penutup. Penelitian dilaksanakan dengan metode diskusi. Siswa diharapkan lebih aktif di dalam proses pembelajaran serta dapat lebih memahami bidang studi tertentu, khususnya dalam materi PKn dalam hal ini indikator yang ditemukan selama peneliti menerapkan metode diskusi ini bahwa sebagian besar siswa berantusias setiap diskusi dilangsungkan, mereka mengikuti dengan sungguh-sungguh karena mereka semua berkeinginan untuk dapat memahami permasalahan yang didiskusikan secara otomatis akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa di dalam kelas. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama a. Perencanaan Untuk mengetahui pemahaman siswa tentang konsep bacaan, peneliti disini melaksanakan ujian pengetahuan konsep bacaan kemudian mengklasifikasikan menjadi sangat menguasai, menguasai, belum menguasai dan tidak menguasai, selanjutnya peneliti menentukan kelompok menjadi 6 kelompok. b. Pelaksanaan Pada siklus ini dilaksanakan pada pertemuan pertama tepatnya pada tanggal 24 Juli 2013, apa yang telah dilaksanakan berjalan sesuai dengan yang direncanakan yaitu mengkaji penguasaan konsep Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dan pengelompokan menjadi 6 kelompok. c. Pengamatan Pada siklus pertama ini peneliti menguji tentang pemahaman siswa tentang konsep nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara yang hasilnya adalah masih banyak siswa yang belum menguasai konsep nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dengan baik dan benar. Pada siklus ini juga telah membentuk kelompok
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
163
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
menjadi 6 kelompok yang mana setiap kelompoknya ada seorang yang menguasai konsep nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara. d. Refleksi Dari hasil pengamatan peneliti disini ternyata penguasaan siswa tentang konsep nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dapat dikatakan relatif rendah yang dimaksud disini masih banyak sekali siswa yang belum paham makna bacaan sehingga langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi adalah membuat beberapa kelompok dan dibuat tutor sebaya. Siklus Kedua a. Perencanaan Melanjutkan siklus pertama, disini akan melakukan diskusi untuk mempresentasikan tugas tentang pemahaman nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara yang ditentukan. b. Pelaksanaan Pada siklus ini dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 2013 apa yang telah direncanakan pada hari itu berjalan dengan lancar. c. Pengamatan Untuk siklus ini peneliti dapat melakukan diskusi hanya 3 kelompok, dalam diskusi ini para siswa masih kurang aktif dalam diskusi yang telah berlangsung. d. Refleksi Dari hasil pengamatan peneliti ternyata siswa kurang aktif dalam diskusi maka langkah yang bisa diambil guru merangsang siswa untuk bertanya. Siklus Ketiga a. Perencanaan Pada siklus ini akan melanjutkan diskusi yang belum selesai pada konsep Nila-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara sekaligus melanjutkan materi pemahaman isi dan pemilihan kata dan ulangan harian untuk konsep bacaan, pada pertemuan selanjutnya melakukan ulangan harian. b. Pelaksanaan Pada siklus ini dilaksanakan dua kali pertemuan, pertemuan pertama pada 8 Agustus 2013, dan pertemuan kedua pada tanggal 15 Agustus 2013. c. Pengamatan
164
ISSN: 2088-0308
Pada siklus ini peneliti telah menggunakan metode diskusi melanjutkan konsep Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara dan melaksanakan materi sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada siklus ini dapat dikatakan bahwa sudah mulai aktif atau ikut serta dalam diskusi yang sedang berlangsung. d. Reflkesi Dari hasil pengamatan peneliti ternyata siswa aktif dalam diskusi dan sudah bisa memahami konsep sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Disini dapat dilihat dari ulangan harian yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, tidak mustahil guru memberi nilai tambahan pada siswa yang aktif. Pembahasan Mata pelajaran PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang di dalamnya mencakup pelajaran memahami, menghayati, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi dalam kenyataan yang ada di lapangan mata peljaran PKn dewasa ini mutunya masih rentan karena belum mencapai target yang diinginkan secara memadai. Hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam memahami materi yang sukar diterima. Selain itu metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih terpaku pada buku-buku pelajaran. Peneliti melakukan penelitian dikhususkan pada materi pelajaran PKn. Keadaan dalam kelas ini pada awalnya kurang dapat memahami materi PKn dengan baik. Dari fenomena itu guru berinisiatif untuk mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok untuk berdiskusi, hal ini diharapkan siswa dapat bekerja sama dengan yang lain, dengan demikian akan lebih mudah untuk memahami materi pelajaran PKn. Selain itu dengan berdiskusi suasana kelas lebih hidup sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang akan didiskusikan. Dapat memunculkan kreativitas, ide, prestasi kepribadian individu seperti toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa karena mereka mengikuti proses berfikir sebelum sampai pada suatu kesimpulan.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
KESIMPULAN Setelah peneliti mengadakan pengamatan terhadap penerapan metode diskusi dan resitasi dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn, maka disini dapat ditarik kesimpulan bahwa metode resitasi dan diskusi adalah salah satu metode yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn. DAFTAR PUSTAKA Abdul Ghafur. 1980. Desain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai. Ardana, Wayan. 1980. Beberapa Metode Statistik untuk Keperlian Penelitian Pendidikan. Malang: Swadaya. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta. Bahri Syaiful Djamara. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: UN. Combs, Arthur W.1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc, Boston. Darajat Zakiyah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kurikulum SLTP 1994, Landasan Program Pengajaran Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif. Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru: Bandung. Hasibuan JJ dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remandja Karya. Hasibuan JJ dan Sulthoni. 2004. Kemampuan Dasar Mengajar. Departemen PendidikanUniversitas Negeri Malang Fakultas Ilmu Pendidikan. Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Mursell, James L. Successful Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars. Roestiyah N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
ISSN: 2088-0308
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto. 1988. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka. Soeratno dan Arsyat, Lincolin. 1988. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Sudjana, Nana. 1984. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensido. Sunaryo. 1999. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP. Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syaiful, Bachri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Berinteraksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wasty Soemanto. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Wetherington H.C and W.H Walt Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
165