Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
ISSN: 2088-0308
Penerapan Pendekatan SPIKK (Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas VI SDN Inpres Mpuri H. A. Munir Sekolah Dasar Negeri Inpres Mpuri ABSTRAK Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada materi peraturan perundang-undangan dengan menerapkan pendekatan SPIKK (Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif) siswa kelas VI SDN Inpres Mpuri. Subjek penelitian adalah serta siswa Kelas VI SDN Inpres Mpuri yang berjumlah 25 siswa. Jumlah tersebut terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Jenis penelitin ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi dan refleksi. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dengan cara observasi sedangkan data hasil menghitung kemampuan operasi hitung pecahan bentuk aljabar siswa diperoleh dari pemberian tes pada tiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas tes formatif dan persentase tuntas belajar klasikal pada siklus I dan II berturut-turut 71,8; 79,13 dan 76%; 96%. Kategori aktivitas siswa pada siklus I berkategori cukup dan pada siklus II terdapat peningkatan menjadi berkategori aktif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan SPIKK (Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif) telah berhasil terlaksana dalam upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada materi peraturan perundangundangan siswa Kelas VI SDN Inpres Mpuri. Kata kunci: Pendekatan SPIKK, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar PENDAHULUAN Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia di masa depan. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan di samping perluasan kesempatan belajar juga ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk mencapai hal tersebut, berbagai upaya terus di lakukan pada tiap satuan pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menerapakan metode atau pendekatan pembelajaran yang baru. Metode atau pembelajaran tersebut perlu di uji cobakan penerapannya agar dapat digunakan oleh para guru dan dapat di sesuaikan dengan situasi dan kondisi di setiap sekolah (Suharno, 2004). Dunia pendidikan haruslah mampu membentuk tenaga-tenaga terdidik yang dapat mengikuti dan melibatkan diri dalam proses perkembangan dan pembangunan bangsa. Untuk mencapai sasaran di atas, maka peningkatan kualitas pendidikan harus terus diupayakan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah menciptakan sistem pembelajaran yang 178
selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah, perpustakaan dan laboratorium yang memadai sampai pada kurikulum yang memenuhi tuntutan perubahan serta pengadaan tenaga pendidik yang professional (Depdiknas: 2003). Kualitas dan kuantitas pendidikan sampai kini tetap merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Kedua masalah tersebut sulit ditangani secara simultan sebab dalam upaya meningkatkan, kualitas masalah kuantitas terabaikan. Demikian pula sebaliknya, tidak mengherankan apabila masalah pendidikan tidak pernah tuntas dimanapun termasuk di negara yang sudah maju sekalipun. Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Peraturan Perundangundangan, pada siswa kelas VI Semester II di SDN Inpres Mpuri prestasinya rendah. Setelah diadakan ulangan ada 6 orang dari 25 siswa kelas VI yang mencapai tingkat penguasaan materi (mendapat nilai 70 keatas) yang mengalami belajar tuntas. Sedangkan 19
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
siswa mendapat nilai 70 kebawah atau belum mengalami belajar tuntas. Dari data tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran PKn dikatakan belum berhasil karena banyak siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran ini dianggap masih jauh dari harapan. Berdasarkan diskusi dengan teman sejawat dan bimbingan dari supervesor terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pra siklus teridentifikasi beberapa hal yang dapat menyebabkan ketidakberhasilan dalam pembelajaran: a. Rendahnya penguasaan siswa terhadap mata pelajaran PKn b. Minat dan motivasi belajar siswa kurang c. Siswa tidak mau bertanya d. Ssiswa banyak yang pasif Berdasarkan analisis hasil pembelajaran, refleksi dan diskusi dengan teman sejawat dan supervesor diketahui bahwa kurangnya keberhasilan siswa terhadap penguasaan materi yang diajarkan dapat dianalisis sebagai berikut: a. Penjelasan guru kurang dipahami b. Tidak menggunakan alat peraga yang sesuai c. Metode yang digunakan tidak bervariasi d. Kurang pemberian latihan soal Oleh karena itu, pembelajaran PKnmemerlukan suatu cara pembelajaran siswa yang dapat mengatasi semua hambatan tersebut. Cara pembelajaran yang di maksud adalah cara pembelajaran siswa yang menekankan pada gagasan konsep melalui cara berpikir kritis dan kreatif yang harus dilakukan oleh siswa, serta meningkatkan keberanian dan kemampuan siswa bertanya, menjawab, berdiskusi dan bereksperimen. Cara membelajarkan siswa itu dengan sebutan pendekatan SPIKK (Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif) yang di kembangkan oleh Darliana (2000) Pendekatan Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif Pendekatan SPIKK merupakan akronim dari Siswa Berpikir Kritis dan Kreatif. Berpikir kritis adalah berfikir refleksi yang beralasan dan di arahkan untuk menentukan apa yang dapat dipercaya atau diperbuat. Pemikir kritis berusaha untuk menyadari penyimpanganpenyimpangan pemikirannya agar menjadi obyektif dan logis. Berpikir kritis digunakan untuk memperjelas atau mengklarifikasi fakta atau informasi. Keterampilan-keterampilan berpikir seperti menganalisis dan mensintesis
ISSN: 2088-0308
merupakan keterampilan berpikir kritis (Darliana, 2000). Berpikir ktitis adalah berpikir berdasarkan pengetahuan yang sesuai dan dapat dipercaya, atau cara berpikir yang beralasan, dapat digambarkan, bertanggung jawab dan mahir. Dalam pengertian ini seorang dikatakan berpikir kritis bila menanyakan suatu hal dan mencari informasi dengan tepat. Kemudian informasi tersebut digunakan untuk menyelesaikan masalah dan mengelolanya secara logis, efisien, dan kreatif, sehingga dapat membuat kesimpulan yang dapat diterima oleh akal. Selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk memecahkan masalah yang di hadapi dengan tepat berdasarkan analisis informasi dan pengetahuan yang di milikinya. Seseorang yang berpikiran kritis memiliki karakter khusus yang dapat di identifikasi dengan melihat bagaimana seseorang tersebut dalam menyikapi sebuah masalah, informasi atau argumen. Seorang pemikir kritis memiliki karakteristik berikut: 1. Menggunakan bukti ilmiah dengan baik dan berimbang. 2. Mengelola pikiran dan menyampaikan secara konsisten dan jelas. 3. Membedakan sesuatu secara logis dan inferens. 4. Menangguhkan keputusan bila terdapat kurang bukti yang mendukung. 5. Mengerti perbedaan antara memberi alasan dan mencari alasan . 6. Berusaha mengantisipasi kemungkinan konsentrasi alternatif pilihan. 7. Mencari kemiripan dan analogi pada keadaan yang tidak jelas. 8. Mampu belajar secara mandiri dan tidak mudah putus asa dalam mengerjakan sesuatu. 9. Dapat memberi argumen secara lisan bila terdapat ketidak sesuaian. 10. Mengakui kemungkinan pendapatnya sendiri keliru. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk berpikir kritis dengan menggunakan metode keilmuan, memiliki pengetahuan berupa fakta, konsep, hukum, dan teori serta penerapannya, mampu menggunakan sumber alam secara bijaksana, mengetahui fungsi sosial dari sains, mampu mengembangkan pengertian yang dapat memberi sumbangan pada perkembangan fisik dan mental, dan memiliki pengetahuan yang di perlukan untuk pendidikan selanjutnya.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
179
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
Berpikir Kreatif adalah kemampuan untuk membentuk kombinasi gagasan baru untuk memenuhi suatu keperluan atau untuk memperoleh hasil yang asli dan sesuai dengan pokok pertanyaan. Berpikir kreatif digunakan untuk membentuk gagasan baru suatu fakta atau informasi. Keterampilan-keterampilan berpikir seperti menginfer (menduga suatu yang bersembunyi/tidak teramati), memprediksi dan mengolaborasi (seperti membuat contoh atau analogi) merupakan keterampilan kreatif (Darliana, 2000). Berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Secara operasional, kreatifitas dapat di rumuskan dengan kemampuan berpikir atau memberi gagasan secara lancar, lentur dan orisinil, serta mampu mengolaborasi suatu gagasan. Kelancaran dalam berpikir disini adalah kemampuan dalam penyampaian gagasan secara cepat. Sedangkan kelenturan (fleksebilitas) adalah mampu memberikan gagasan yang beragam dan bebas. Orisinalitas dalam berpikir adalah kemampuan untuk memberikan gagasan yang secara statistik unik dan langka untuk populasi tertentu dan kemampuan untuk melihat hubungan atau kombinasi-kombinasi baru antara macammacam unsur atau bagian. Sedangkan kemampuan mengolaborasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, merinci dan memperkaya suatu gagasan. Hal yang sering terjadi ketika peserta didik harus mengambil keputusan adalah menggunakan informasi yang ia miliki, untuk meramalkan suatu keadaan mendatang yang belum terjadi kecuali pemikiran atau prediksinya benar. Itu hanya sebatas ada dalam angan-angan dan imajinasi mereka. Hasil akhir dari mendesain harus di asumsikan sebelum cara-cara mencapainya (pemecahan masalah) di peroleh. Pendekatan SPIKK dirancang dan dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir logis dan sistematik, penguasaan konsep-konsep dan materi, serta mempelajari berbagai sumber. Pembentukan dan perancangan pendekatan SPIKK di dasarkan pada hal-hal sebagai berikut: a. Tidak ada seorang guru pun yang dapat membuat siswanya pintar, melainkan siswa itu sendiri yang harus berusaha untuk 180
ISSN: 2088-0308
membuat dirinya pintar. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mendorong siswanya untuk berusaha sendiri. b. Penguasaan materi tidak hanya terletak pada pengetahuan saja, tetapi juga pada cara berpikir dan bekerja, serta sikap dalam mempelajarinya. Sikap yang dimaksud adalah sikap keingintahuan dan keberanian untuk bertanya, menjawab, mencoba dan berdiskusi. c. Dalam pembelajaran selalu ada hal-hal yang dapat di pikirkan siswa dan hal-hal yang tidak dapat di pikirkan siswa. Guru harus mengetahui mana yang harus dipikirkan siswa dan yang mana yang harus dicari siswa. d. Ilmu di peroleh dari berbagai sumber, bukan hanya dari buku saja, tetapi bukan hanya dari percobaan saja. Oleh karena itu, siswa harus belajar dari berbagai sumber dan mempelajari cara belajar dari berbagai sumber tersebut. e. Jika guru menjelaskan, guru tidak akan mengetahui siswa yang paham, kurang paham, tidak paham dan salah paham. Tetapi guru harus bertanya, tugas guru adalah memperbaiki siswa yang kurang paham, tidak paham, dan salah paham. (Darliana, 2000). Aktivitas Belajar Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan untuk belajar. Aktivitas ini mencakup aktivitas mental, intelektual, emosional, sosial, dan motorik (Sudjana, 1991). Menurut Hamalik (2003) aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan siswa untuk memperolehpengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnyaserta mangembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup bermasyarakat. Sementara itu Sardiman (2003) menyatakan bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Jadi aktivitas belajar adalah merupakan suatu kegiatan siswa untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup bermasyarakat. Penggunaanasas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik (2003) antara lain : a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
langsung mengalami sendiri. b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. c. Memupuk kerja sama yang harmonis dikalangan siswa. d. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasanabelajar menjadi demokratis. e. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru. Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru dan sesama siswa. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi aktif, maka ia akan memahami pengetahuan itu dengan baik yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Prestasi Belajar Slameto (2003) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh seseorang setelah mengalami proses belajar. Perubahan itu meliputi perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan. Prestasi belajaradalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalambelajar. Selain itu prestasi belajar juga diartikan sebagai hasil penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar (Djamarah, 1994). Ini berarti prestasi belajar tidak akan bisa diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun kelompok. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasibelajar merupakan hasil belajar yang mengakibatkan perubahan pada diri seseorang yang diperoleh setelah melakukan aktivitas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tidak terlepas dari faktor-
ISSN: 2088-0308
faktor yang mempengaruhi belajar siswa itu sendiri. Menurut Syah (1999) secara umum faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang terdiri atas faktor fisiologis yaitu keadaan fisik siswa dan faktor psikologis, seperti intelegensi, motivasi, minat, bakat dan sikap. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar siswa yang meliputi kondisi lingkungan, guru, teman sebaya, sarana dan prasarana yang tersedia, keluarga dan faktor pendekatan belajar. Salah satu faktor eksternal yangmempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor guru. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN Inpres Mpuri pada tanggal 12 dan 14 Mei 2014. Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap pertemuan adalah sebagai berikut : 1)Tanggal 12 Mei 2014 perbaikan pembelajaran siklus I, waktu 2 × 35 menit. 2) Tanggal 14 Mei 2014 perbaikan pembelajaran siklus II, waktu 2 x 35 menit. Mata Pelajaran yang Diteliti Mata pelajaran yang dilakukan perbaikannya pada penelitian ini adalah PKn di kelas VI Semester II. untuk mata pelajaran PKn, mengangkat materi Peraturan Perundangundangan. Karakteristik Kelas dan Siswa yang Diteliti Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah Kelas VI, salah satu rombongan belajar di SDN Inpres Mpuri. Kelas ini menampung 25 siswa, yang terdiri atas 18 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Secara umum, proses pembelajaran di kelas ini hampir selalu berlangsung dengan lancar dan kondusif. Lokasi sekolah yang berada di lingkungan pedesaan membuat proses belajar sehari-hari lebih nyaman, tidak terganggu oleh kebisingan. Namun tetap saja, perlu diadakan tindakan lebih lanjut guna terus meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas ini. Bila dilihat dari sudut prestasi akademik, siswa di kelas ini dapat dibagi ke dalam tiga karakter, yaitu 3 siswa berprestasi, 12 siswa sedang, dan 10 siswa kurang berprestasi. Salah
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
181
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
satu tujuan penelitian ini adalah guna mengurangi jumlah siswa yang kurang berprestasi. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian direncanakan dalam tiga siklus. Dimana pada setiap siklus terdiri dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi di akhir tindakan Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SPIKK diawali dengan memberikan motivasi serta menentukan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh siswa dengan tujuan agar siswa menjadi bergairah serta disiplin dalam mengikuti pelajaran. Jika siswa sudah termotivasi, maka pembelajaran dapat dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Langkah-langkah selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah membimbing siswa untuk menggunakan langkah-langkah sistematika berpikir untuk memahami bahan pelajarannya. Siswa dapat dibimbing mulai dari memikirkan komponen, atribut dan aturan membandingkan antara atribut dengan komponennya, pola peristiwa dan karakteristik atau aturannya. Dalam penyusuanan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SPIKK, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan, yaitu: a. Pola pembelajaran Pola pembelajaran pada pembelajaran dengan pendekatan SPIKK terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1)Pola Pembentukan Konsep a) Pembentukan Konsep yang Tidak Memerlukan Pegujian Pada pembentukan konsep ini hanya digunakan jika hal-hal yang tersembunyi dibalik fakta dan masalah dapat diinfer (berpendapat dengan dugaan yang dapat diterima). b)Pembentukan Konsep yang Memerlukan Pengujian Pola pembentukan konsep seperti ini digunakan apabila hal-hal yang tersembunyi dibalik fakta dan masalah tidak dapat di infer. 2)Pola Pengembangan Masalah Pola pengembangan masalah digunakan untuk mengerjakan konsep-konsep relasi. 3)Pola Pemecahan Masalah Pola pemecahan masalah pada pendekatan SPIKK pada dasarnya hampir 182
ISSN: 2088-0308
sama dengan pola pembentukan konsep, yang berbeda hanya pada bagian akhirnya saja. Pada pembentukan konsep, konsep yang terbentuk bersifat tetap sedangkan pada pemecahan masalah konsep yang terbentuk bersifat sementara dan hanya berlaku untuk memecahkan masalah itu saja. b. Analisis bahan Pelajaran Sebelum menerapkan Pendekatan SPIKK, terlebih dahulu guru harus menganalisis konsep secara lengkap agar semua informasi yang dikembangkan dalam analisis tersebut dapat di komunikasikan dengan baik kepada siswa. Dengan menganalisis konsep, akan membantu guru untuk mengetahui apa yang harus diajarkan dan masalah apa yang mungkin akan muncul. Suatu konsep di analisis dengan cara menentukan atribut dan aturan yang merupakan sistematika berpikir khusus yang terkandung di dalam konsep tersebut. c. Pemilihan Alat Bantu Mengajar Alat bantu mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SPIKK dapat berupa model, gambar, diagram, lingkungan, charta atau bacaan-bacaan/artikel. d. Penyusunan LPP (Lembar pertanyaan Pokok) LPP (Lembar pertanyaan pokok) merupakan lembar catatan guru yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah di rancang untuk membantu siswa membentuk pengetahuannya. Penyusunan LPP harus mengukuti pola pembelajaran yang digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskrpkni Per Siklus Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan subyek penelitiannya adalah siswa kelas VI SDN Inpres Mpuri, yang berjumlah 25 orang dengan menerapkan pendekatan siswa berpikir kritis, dan kreatif (SPIKK) dalam pembelajaran PKn. Pada penelitian ini, data tentang hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes evaluasi yang dilaksanakan tiap akhir siklus, sedangkan data tentang proses belajar mengajar di kelas dengan menggunakan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Mata Pelajaran PKn (Non-Eksak) Kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II dilaksanakan masing-masing dalam 2 kali pertemuan. Satu kali pertemuan
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
dilaksanakan untuk proses belajar mengajar yang dilakukan selama 2 x 35 menit. Materi yang dibahas yaituPeraturan Perundangundangan. Adapun evaluasi tiap siklus dmasing-masing dilaksanakan pada pertemuan kedua dengan waktu selama 2 x 35 menit. Evaluasi diberikan dalam Essay. Kegiatan pada siklus I dan siklus II masing-masing terdiri dari 4 tahap yaitu: perencanaan (lampiran), pelaksanaan tindakan, observasidan evaluasi serta refleksi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data-data seperti berikut ini: a. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung dapat diketahui dari lembar observasi aktivitas siswa (lampiran) yang dilakukan oleh pengamat atau teman sejawat. Pada setiap siklus, penulis mengadakan suatu observasi sederhana untuk melihat tingkat motivasi dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran. Dari data yang diperoleh, menunjukkan adanya peningkatan nilai motivasi dan keaktifan siswa sejak sebelum perbaikan, siklus pertama, hingga siklus kedua. b. Hasil Belajar Siswa Peningkatan nilai motivasi dan keaktifitan siswa relevan dengan keadaan nilai hasil belajar siswa yang didapat pada setiap akhir pembelajaran. Dari hasil yang diperoleh, dapat dilihat bahwa nilai ketuntasan klasikal pada siklus I hanya sebesar 76%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus ini belum mencapai harapan (tujuan) yang ditetapkan yaitu pada indikator keberhasilan, dimana prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila nilai ketuntasan klasikal mencapai 85% dengan tiap siswa memperoleh nilai ≥ 65. Indikator kerja yang berupa peningkatan aktivitas belajar siswa telah terlihat pada siklus I tetapi indikator yang berupa hasil belajar siswa belum dapat terlihat pada siklus I, sehingga penelitian dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II dapat dilihat bahwa nilai nilai ketuntasan kelas telah melebihi standar ketuntasan klasikal sesuai dengan indikator keberhasilan, yaitu prestasi siswa dikatakan telah tercapai apabila ketuntasan klasikal sebesar 85% dengan tiap siswa memperoleh nilai ≥ 65. Adapun nilai ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 96%. Pada siklus II
ISSN: 2088-0308
mengalami peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan dari siklus I. Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi menunjukkan bahwa indikator kerja sudah tercapai. Hal ini terlihat dari aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru pada siklus II berkategori baik dan ketuntasan kelas telah melebihi standar yang ditetapkan yaitu ketuntasan klasikal sebesar 85% dengan nilai tiap siswa ≥ 65. Dengan demikian penelitian ini dikatakan telah berhasil mencapai indikator kerja yang dilakukan selama II siklus. Pembahasan Siswa memiliki masalah dalam hal minat dan perhatian dalam belajar PKn karena sistem pembelajaran yang konvensional dan kurang maksimalnya dalam pemilihian metode yang sesuai dan menarik. Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan upaya perbaikan dengan menggunakan metode diskusi. Upaya ini dilakukan dalam dua siklus bersama teman sejawat yang berperan sebagai observer. Pendekatan yang dilakukan ialah pada materi Peraturan Perundang-undangan, yang dalam pelaksanaannya penulis berusaha menerapkan pendekatan (SPIKK atau siswa berpikir kritis dan kreatif) guna meningkatkan minat dan keaktifan siswa, hingga dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal. Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran terus meningkat secara signifikan sejak sebelum proses perbaikan hingga akhir siklus kedua. Ini tergambarkan dengan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar yang dicapai 64,4 dimana presentasi ketuntasan klasikal 67% pada siklus pertama dan 79,13 dimana presentasi ketuntasan klasikal 96% pada siklus kedua siswa berhasil mencapai hasil belajar yang cukup memuaskan. Artinya, ketuntasan belajar telah tercapai. KESIMPULAN Dari keseluruhan hasil perbaikan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kegiatan perbaikan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat tercapai karena usaha guru selalu memperbaiki pembelajaran. Langkah yang ditempuh antara lain memilih model pembelajaran yang tepat dan menggunakannya secara optimal.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima
183
Jurnal Pendidikan IPS, Vol. 6. No. 2, Jul–Des 2016
2. Penerapkan pendekatan (SPIKK atau siswa berpikir kritis dan kreatif) dapat meningkatkan aktivitas, dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn materi pembelajaran Peraturan Perundang-undangan kelas VI Semester II SDN Inpres Mpuri. 3. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai ratarata kelas tes formatif dan persentase tuntas belajar klasikal pada siklus I dan II berturutturut 71,8; 79,13 dan 76%; 96%. Kategori aktivitas siswa pada siklus I berkategori cukup dan pada siklus II terdapat peningkatan menjadi berkategori aktif DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Dalyono,Drs.M.. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Darliana, Drs. 2000. Pendekatan SPIKK Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Djamarah, S.B. 1994. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasioanal. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta Hamalik, Oemar. 2003. Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Gunawan, Adi W. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta. Gramedia Pustaka. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Bumi Aksara. Hamalik, Oemar.2001.Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung : Sinar Baru. Karhami, S. Karim A. 1998.Panduan Pembelajaran Fisika SLTP. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Notoatmodjo, Soedikdjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Raynolds, David. 2008. Effective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sagala, Saiful. 2005. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
184
ISSN: 2088-0308
Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Suderadjat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: CV Cipta Cekas Grafika. Sari, Bheta, N. 2004, 9 Oktober. Sistem Pembelajaran KBK terhadap Motivasi belajar Para peserta Didik Pada Bidang Studi Fisika. Artikel.us.art.05-57.html. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono, dkk. Petunjuk Guru Fisika SLTP. Bandung: Transito. Suharno, 2004. Buletin: pendidikan fisika dalam menyongsong pasar bebas. Bandung: Pusat Pengembangan penataran guru tertulis Bandung. Sudjana, Nana. 2001. Statistik Pendidikan. Bandung: Tarsito. Sumaji. 1998. Pendidikan Sains Yang Humanisik. Yogyakarta: Kanisisus Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. Winataputra, Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Tilaar, 2002. Membenahi pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Usman. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Jurnal Pendidikan IPS, LPPM STKIP Taman Siswa Bima