Penerapan Quantum Learning .... (Irlaila Kusumawardani) 1.923
PENERAPAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PELAJARAN PKN KELAS VA SDN PUNGKURAN QUANTUM LEARNING TO INCREASE STUDENT’S LEARNING MOTIVATION IN CIVICS
Oleh: Irlaila Kusumawardani, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA di SDN Pungkuran melalui penerapan model quantum learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA sejumlah 22 siswa. Desain penelitian menggunakan model bersiklus yang dikembangkan oleh Stephen dan McTaggart. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi dan lembar angket. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model quantum learning dengan menggunakan strategi TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VA. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yaitu motivasi belajar siswa yang masuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi memiliki persentase sebesar 41% pada pra tindakan meningkat menjadi 68% pada siklus I. Persentase tersebut kembali meningkat pada siklus II menjadi 86%. Kata kunci : quantum learning, motivasi belajar siswa, PKn Abstract This research aims at knowing how to increase student’s learning motivation of grade VA students of SDN Pungkuran in civics by applying quantum learning model. This research was classroom action research. The subjects were 22 students of grade VA. The design was cyclical model that was developed by Stephen and McTaggart. The Instruments of collection of data used observation sheets and questionnaires. Techniques of analysis was quantitative and qualitative descriptive. The results shows that applying quantum learning model with the strategy of TANDUR (Tumbuhkan means to enroll, Alami means to experience, Namai means to label, Demonstrasi means to demonstrate, Ulangi means to review, and Rayakan means to celebrate) is able to increase student’s learning motivation of grade VA students in civics. The results of questionnaires shows that student's learning motivation into high or very high category that has a percentage of 41% on pre-action increase to 68% in cycle I. This percentage increase in cycle II to 86%. Keyword: quantum learning model, student’s learning motivation, civics
PENDAHULUAN
berhubungan satu sama lain. Suatu pembelajaran
Pendidikan di sekolah dilakukan melalui
di kelas dikatakan berhasil apabila antara satu
proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan
faktor dengan yang lain berjalan dengan baik
proses interaksi timbal balik antara guru dan
sesuai dengan fungsinya masing-masing (Wina
siswa. Keberhasilan proses pembelajaran di
Sanjaya, 2011: 57).
sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
SDN Pungkuran merupakan salah satu
tersebut antara lain guru, siswa, sarana dan
lembaga pendidikan dasar yang berada di
prasarana, alat dan media yang tersedia, serta
kecamatan Pleret, kabupaten Bantul, Yogyakarta.
faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut saling
Pada tahun 2015, dari 20 sekolah dasar yang
1.924 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
berada di kecamatan Pleret, SDN Pungkuran
Selain masalah-masalah yang terjadi di
menempati peringkat 10 dalam rata-rata hasil
atas, masalah yang paling kompleks terjadi di
ujian akhir sekolah daerah. Padahal sumber
kelas VA. Di kelas VA, keadaan kelas cukup
belajar, sarana dan prasarana di sekolah tersebut
ramai. Ada sekitar 16 anak tidak menyimak
termasuk lengkap dan mewadai. Selain itu, ada
penjelasan dari guru. Ada anak yang mengobrol
pula media pembelajaran elektronik seperti LCD,
dengan teman satu bangkunya, ada anak yang
proyektor, speaker dll, sehingga sekolah tersebut
bermain dengan bolpointnya, dan ada anak yang
seharusnya memiliki peringkat yang jauh lebih
meletakkan kepalanya di meja. Mata pelajaran
baik.
yang diajarkan adalah bahasa Indonesia. Guru Peneliti melakukan observasi awal pada
memberikan tugas untuk dikerjakan bersama
tanggal 2, 3, dan 6 November 2015 untuk
teman satu kelompoknya, namun hanya beberapa
mengetahui proses pembelajaran di semua kelas.
siswa yang mengerjakan. Siswa yang lainnya
Berdasarkan observasi yang dilakukan, ternyata
berbicara bahkan bermain dengan teman satu
ada beberapa masalah yang terjadi dalam
kelompoknya. Selain itu, ada beberapa anak yang
pembelajaran. Masalah tersebut terjadi di kelas
makan permen saat pembelajaran berlangsung.
IIA, IIB, III, VA. Di kelas-kelas tersebut, ada
Peneliti juga telah melakukan observasi
beberapa siswa yang tidak menyimak penjelasan
di kelas VA pada mata pelajaran matematika, dan
dari guru. Beberapa siswa berbicara dengan
PKn. Pada pembelajaran matematika, siswa
temannya
materi
menyimak penjelasan dari guru. Ada dua siswa
pembelajaran. Guru telah menegur, kemudian
yang susah memahami materi yang disampaikan
beberapa siswa tersebut kembali menyimak
oleh guru. Guru juga memberikan latihan soal.
penjelasan dari guru.
Siswa fokus dalam mengerjakan soal. Ada
saat
guru
menjelaskan
Masalah lain juga terjadi di kelas IVA.
beberapa siswa mengajari temannya mengerjakan
Di kelas IVA, saat guru memberikan kesempatan
soal latihan.
siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
kelas ramai. Guru meminta siswa mengeluarkan
dipahami tidak ada yang bertanya padahal ada
PR
beberapa siswa yang belum memahami materi
sebelumnya. Sebagian siswa sudah mengerjakan,
yang di ajarkan. Hal ini telihat ketika guru
akan tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak
memberikan latihan soal kepada siswa untuk
mengerjakan PR. Guru kemudian bertanya alasan
mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
siswa tidak mengerjakan PR. Jawaban siswa
dalam memahami materi yang disampaikan. Saat
beragam. Ada siswa yang menjawab PRnya sulit.
guru dan siswa mencocokkan jawaban, ada
Ada siswa yang mengatakan lupa kalau ada PR,
beberapa jawaban siswa yang salah. Guru
bahkan ada pula yang mengatakan tidak tahu
kemudian meminta siswa-siswa tersebut untuk
kalau ada PR. Guru meminta siswa yang tidak
mengerjakan latihan soal di papan tulis.
mengerjakan PR untuk piket membersihkan kelas
yang
Saat pembelajaran PKn, keadaan
telah
diberikan
pada
pertemuan
setelah pembelajaran selesai. Guru menasehati
Penerapan Quantum Learning .... (Irlaila Kusumawardani) 1.925
siswa untuk mengerjakan PR, akan tetapi ada
Motivasi belajar siswa kelas VA yang
siswa yang mengatakan lebih suka melakukan
rendah pada mata pelajaran PKn terjadi karenaka
piket membersihkan kelas daripada mengerjakan
strategi dan metode yang digunakan guru kurang
PR.
bervariatif. Kegiatan yang ada di dalam strategi Berdasarkan pada observasi yang telah
pembelajaran kurang menarik. Guru terlalu sering
dilakukan di semua kelas, ternyata kelas VA
menggunakan metode ceramah dalam pembelaran
merupakan kelas yang memiliki masalah yang
PKn. Metode ceramah yang terlalu sering
harus segera diselesaikan. Masalah tersebut
digunakan membuat siswa bosan dan tidak
terkait motivasi belajar siswa yang rendah. Hal
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PKn.
tersebut karena diantara semua kelas, perilaku
Selain itu, guru juga tidak memberikan dorongan
siswa di kelas VA tidak menunjukkan ciri-ciri
agar
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi.
menyelesaikan tugas. Guru hanya memberikan
Menurut Sardiman (2007: 83) ada beberapa ciri-
hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan
ciri siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
tugas, tetapi tidak memberikan hadiah bagi siswa
yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi
yang mengerjakan tugas.
siswa
lebih
bersemangat
dalam
kesulitan (tidak lekas putus asa), menunjukkan
Motivasi belajar siswa kelas VA yang
minat untuk belajar, dan senang mencari dan
rendah yakni pada mata pelajaran PKn harus
memecahkan masalah.
ditingkatkan. Ada beberapa model yang bisa
Motivasi
yang
rendah
meningkatkankan motivasi belajar siswa. Salah
belajar
siswa.
satu model yang diduga dapat meningkatkan
Berdasarkan pada hasil ulangan harian terakhir
motivasi belajar siswa adalah model quantum
kelas VA, nilai rata-rata siswa pada mata
learning. Model quantum learning merupakan
pelajaran PKn dan IPA berada di bawah KKM.
salah satu model yang membiasakan belajar
Nilai rata-rata tertinggi adalah pada mata
nyaman dan menyenangkan di dalam kelas.
pelajaran bahasa Indonesia, dan yang paling
Manfaat dari quantum learning ini adalah
rendah adalah pada mata pelajaran PKn. Adapun
tumbuhnya sikap positif, motivasi, keterampilan
nilai rata-rata hasil ulangan harian terakhir kelas
belajar seumur hidup, kepercayaan diri, dan
VA dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
sukses pada siswa (Porter & Mike, 2008: 13).
berpengaruh
pada
belajar hasil
Tabel 1. Nilai Rata-Rata Hasil Ulangan Harian Terakhir Kelas VA SDN Pungkuran No Mata Pelajaran KKM RataRata 1 Pendidikan 75 69,9 Kewarganegaraan 2 Bahasa Indonesia 75 77,6 3 Matematika 70 70,5 4 IPA 75 73,0 5 IPS 75 75,5 6 SBK 75 77,2
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas. Bentuk pelaksanaan penelitian kolaboratif.
ini
yakni
Penelitian
penelitian tindakan
tindakan kolaboratif
merupakan penelitian yang dilakukan seseorang dan bekerjasama dengan guru kelas dalam
1.926 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
melaksanakan tindakan yang telah disepakati
Instrumen Penelitian
bersama. Pada penelitian ini, tindakan kolaboratif
Instrumen penelitian ini adalah lembar
yang dilakukan yaitu guru sebagai pengajar dan
observasi yang digunakan sebagai pedoman untuk
peneliti sebagai pengamat.
mengamati aktivitas guru dan siswa dalam keterlaksanaan
TANDUR
yang
merupakan penerapan model quantum learning
Desain Penelitian Penelitian penelitian
perencanaan
ini
dengan
menggunakan
model
bersiklus
desain
dalam pembelajaran dan lembar angket yang
yang
digunakan untuk mengukur motivasi belajar
dikembangkan oleh Stephen dan McTaggart.
siswa.
Setiap siklus memiliki 3 tahap antara lain tahap pertama perencanaan, kedua perlakuan dan pengamatan,
ketiga
refleksi.
Masing-masing
siklus terdiri dari dua pertemuan.
Validasi Instrumen Validasi instrumen dalam penelitian ini menggunakan expert judgement, yakni meminta pendapat dari ahli atau dosen ahli. Adapun instrumen yang divalidasi antara lain lembar
Subjek dan Objek Penelitian Subjek
yang
dipilih
oleh
peneliti
observasi guru dan siswa yang divalidasi oleh
merupakan subjek yang memiliki permasalahan
dosen pembimbing skripsi dan angket motivasi
di dalam kelas. Adapun subjek dari penelitian ini
belajar siswa divalidasi oleh Aprilia Tina
adalah siswa kelas VA SDN Pungkuran. Siswa
Lidyasari, M. Pd.
kelas VA berjumlah 22 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Objek
Analisis Data
dari penelitian ini adalah meningkatkan motivasi
Teknik analisis data yang digunakan
belajar siswa pada mata pelajaran PKn melalui
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
penerapan model quantum learning.
untuk lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta deskriptif kuantitatif untuk lembar angket motivasi belajar siswa. Analisis data angket
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini
dilaksanaan di
SDN
motivasi belajar dapat dilakukan yaitu dengan
Pungkuran, Pleret, Pleret, Bantul, Yogyakarta
cara menghitung nilai rerata skor setiap siswa
pada bulan Maret sampai April semester genap
menggunakan rumus:
tahun pelajaran 2015/2016. Keterangan :
Teknik Pengumpulan Data Teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan pada penelitian ini adalah observasi dan angket
: jumlah skor : jumlah butir pernyataan. Selanjutnya yaitu mengkonversikan skor menjadi skala nilai 4:
Penerapan Quantum Learning .... (Irlaila Kusumawardani) 1.927
Tabel 2. Kriteria Penilaian Rentang Skor Rerata Kuantitatif Skor X > 3,4 X> + 1,8 SB <X≤
+ 1,8 SB
– 1,8 SB < X ≤ X<
- 1,8 SB
Kategori
Sangat tinggi 2,5 < X ≤ Tinggi 3,4 1,6 < X ≤ Rendah 2,5 X ≤ 1,6 Sangat Rendah
Keterangan: X = nilai rata-rata = nilai rata-rata ideal =
(skor maksimum ideal + skor minimum
Gambar 1. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan pada Pra Tindakan Berdasarkan data di atas, pada pra
ideal)
tindakan presentase siswa yang belum berhasil
SB = simpangan baku ideal =
(Skor maksimum ideal – skor minimum
mencapai indikator keberhasilan sebanyak 41% dan persentase siswa yang berhasil mencapai
ideal)
indikator keberhasilan sebanyak 59%. Persentase siswa yang berhasil tersebut belum mencapai
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian yang diuraikan adalah data tentang observasi siswa dan guru dalam ketercapain penerapan model quantum learning menggunakan strategi TANDUR serta hasil angket motivasi belajar siswa. Hasil angket motivasi menyatakan bahwa siswa yang masuk kategori tinggi atau sangat tinggi merupakan siswa
yang
berhasil
mencapai
indikator
keberhasilan, sedangkan siswa yang masuk kategori rendah atau sangat rendah merupakan siswa yang belum berhasil mencapai indikator keberhasilan. Siswa dibagikan angket motivasi belajar di akhir pembelajaran. Adapun perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil pada pra tindakan adalah sebagai berikut.
indikator dalam keberhasilan ini yaitu motivasi belajar siswa mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa termasuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan yaitu penerapan
model
menggunakan
quantum
strategi
learning
TANDUR
untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil
observasi
pada
siklus
I
menunjukkan guru telah melaksanakan langkahlangkah strategi TANDUR dan siswa merespon aktivitas guru tersebut. Keterlaksanaan strategi TANDUR membuat kualitas proses pembelajaran di
kelas
mengalami
peningkatan.
Hal
ini
berdampak pada meningkatnya hasil angket motivasi belajar siswa pada siklus I. Adapun perbandingan persentase siswa yang berhasil dan belum berhasil dari pra tindakan sampai siklus I adalah sebagai berikut.
1.928 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
mengakibatkan terjadinya peningkatan kualitas pembelajaran pada siklus II sehingga berdampak pula terhadap hasil angket motivasi belajar siswa. Hasil angket motivasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Perbandingan angket dari pra tindakan sampai siklus II sebagai berikut.
Gambar 2. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakan sampai Siklus I Diagram di atas menunjukkan bahwa persentase siswa yang berhasil pada siklus I lebih tinggi dibanding pada pra tindakan, sedangkan persentase siswa yang belum berhasil pada siklus I lebih rendah dibandingkan persentase pada pra tindakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Gambar 3. Diagram Perbandingan Persentase Siswa yang Berhasil dan Belum Berhasil Mencapai Indikator Keberhasilan dari Pra Tindakan sampai Siklus II
mencapai
Diagram tersebut menunjukkan bahwa
indikator keberhasilan mengalami peningkatan
persentase siswa yang berhasil pada siklus II
dan persentase siswa yang belum berhasil
lebih tinggi dibanding pada pra tindakan dan
mengalami penurunan dari pra tindakan sampai
siklus I sedangkan persentase siswa yang belum
siklus I. Persentase siswa yang berhasil mencapai
berhasil pada siklus II lebih rendah dibandingkan
indikator keberhasilan pada pra tindakan sebesar
persentase pada pra tindakan dan siklus I. Hal ini
41% meningkat menjadi 68% pada siklus I.
menunjukkan bahwa persentase siswa yang
Persentase siswa yang belum berhasil mencapai
berhasil
indikator keberhasilan pada pra tindakan sebesar
mengalami peningkatan dan persentase siswa
59% menurun menjadi 32% pada siklus I.
yang belum berhasil mengalami penurunan dari
Persentase siswa yang berhasil yaitu sebesar 68%
pra tindakan sampai siklus II. Persentase siswa
belum mencapai indikator keberhasilan dalam
yang berhasil mencapai indikator keberhasilan
penelitian ini sehingga perlu dilakukan tindakan
pada pra tindakan sebesar 41% meningkat
siklus II.
menjadi 68% pada siklus I. Persentase tersebut
persentase
siswa
yang
berhasil
mencapai
indikator
keberhasilan
II
kembali meningkat menjadi 86% pada siklus II.
menunjukkan guru telah melaksanakan langkah-
Persentase siswa yang belum berhasil mencapai
langkah strategi TANDUR dan siswa merespon
indikator keberhasilan pada pra tindakan sebesar
aktivitas guru tersebut. Guru telah memperbaiki
59% menurun menjadi 32%. Persentase tersebut
kendala yang terjadi pada siklus I. Hal ini
kembali menurun menjadi 14% pada siklus II.
Hasil
observasi
pada
siklus
Penerapan Quantum Learning .... (Irlaila Kusumawardani) 1.929
Persentase siswa yang berhasil yaitu sebesar 86%
setelah
telah mencapai indikator keberhasilan dalam
pertanyaan terkait kehidupan nyata yang dialami
penelitian ini sehingga penelitian ini berhenti di
siswa. Pada pertemuan kedua, ada 8 siswa yang
siklus II.
minatnya belum tumbuh saat guru memberikan
guru
memberikan
apersepsi
berupa
pertanyaan apersepsi. Guru memberikan nasehat siswa. Minat siswa tumbuh saat guru mengatakan
Pembahasan Peningkatan motivasi belajar siswa pada
ada permainan di akhir pembelajaran. Selain itu,
mata pelajaran PKn melalui penerapan model
pada pertemuan pertama dan kedua siswa
quantum learning dapat diketahui dari hasil
menyimak penjelasan guru tentang tujuan dan
angket motivasi belajar pada pra tindakan, siklus
manfaat siswa mempelajari materi tersebut. Hal
I dan siklus II. Selain itu, observasi pada
tersebut sesuai dengan pendapat Porter, dkk
pembelajaran juga digunakan untuk mengetahui
(2008: 7) tentang salah satu prinsip dasar model
ketercapaian penerapan model quantum learning
quantum learning bahwa segalanya bertujuan.
dalam pembelajaran serta respon siswa saat guru
Proses pembelajaran yang dilakukan memiliki
menggunakan model tersebut.
tujuan yang jelas, begitu pula materi yang
Hasil angket motivasi belajar siswa pada
dipelajari oleh siswa. Guru menjelaskan tujuan
pra tindakan menunjukkan hanya 9 siswa dengan
pembelajaran agar siswa mengetahui tentang
persentase 41% yang masuk dalam kriteria tinggi.
tujuan siswa mempelajari materi tersebut. Hal ini
Sisanya
dengan
dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar
persentase 59% masuk dalam kriteria rendah atau
siswa. Jika siswa mengetahui dengan jelas
sangat
tujuannya maka dapat mendorong siswa untuk
yakni
sejumlah
rendah.
13
Persentase
siswa
tersebut
belum
memenuhi indikator dalam penelitian ini yakni
mengikuti pembelajaran dengan lebih semangat.
75% dari jumlah siswa atau minimal 16
Siswa mendapat pengalaman belajar
siswa masuk dalam kategori tinggi atau sangat
berupa tugas untuk diskusi tentang pengertian
tinggi,
bahwa
keputusan bersama menggunakan media pohon
motivasi belajar siswa masih rendah. Oleh karena
keputusan pada petemuan pertama siklus I. Pada
itu, peneliti dan guru melakukan tindakan untuk
pertemuan kedua siswa mendapatkan pengalaman
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
belajar yaitu diskusi untuk membuat peta konsep.
menerapkan model quantum learning dalam
Awalnya ada beberapa anak yang kurang
pembelajaran.
semangat
sebesar
sehingga
dapat
disimpulkan
mengerjakan
tugas
diskusi
yang
Hasil observasi pada siklus I yaitu siswa
diberikan guru, namun setelah guru akan
menunjukkan respon aktif terhadap aktivitas guru
memberikan bonus nilai bagi kelompok yang
saat
paling
menerapkan
model
quantum
learning
cepat
menyelesaikan
tugas,
siswa
dalam
kemudian bersemangat menyelesaikan tugas yang
pembelajaran. Pada siklus I pertemuan pertama,
diberikan, sama seperti yang dilakukan pada
awalnya beberapa siswa fokus terhadap peneliti
pertemuan pertama. Hal ini selaras dengan
dan pengamat, namun minat belajar siswa tumbuh
pendapat Sardirman (2007: 92) bahwa salah satu
menggunakan
strategi
TANDUR
1.930 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
cara meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
dengan mempresentasikan hasil diskusi di depan
memberikan angka. Guru memberikan angka
kelas. Siswa juga mendemonstrasikan tentang
yaitu bonus nilai kepada siswa. Bonus nilai ini
bagaimana cara berdiskusi dalam menyimpulkan
merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru
pengertian keputusan bersama dari beberapa
untuk mendorong siswa dalam belajar. Guru
pendapat anggota kelompok. Pada pertemuan
memberikan bonus nilai di semua pertemuan
kedua siklus I, siswa menunjukkan pengetahuan
dalam siklus I dan II. Ini dimaksudkan untuk
yang dimilikinya dengan membacakan peta
meningkatkan
dalam
konsep. Siswa juga melakukan permainan kejar
menyelesaikan tugas diskusi yang dibeikan oleh
aku untuk menerjemahkan pengetahuan tentang
guru.
musyawarah ke dalam kehidupan siswa. Siswa
semangat
siswa
Kegiatan pemberian nama konsep yaitu
mengikuti permainan
yang melibatkan dua
siswa menuliskan pendapatnya dan hasil diskusi
kelompok besar tersebut dengan semangat dan
tentang pengertian keputusan bersama pada
antusias. Hal tersebut sama seperti pernyataan
pertemuan pertama siklus I. Guru menggunakan
Yatim Riyanto (2012: 106) bahwa pada salah satu
kartu keputusan untuk menuliskan pendapat
karakteristik siswa kelas tinggi adalah gemar
anggota kelompok dan hasil diskusi untuk
membentuk kelompok sebaya. Kelompok sebaya
digantungkan dalam media pohon keputusan.
ini menjadi pertimbangan guru dan peneliti dalam
Media pohon keputusan tersebut membuat siswa
menyusun kegaiatan pembelajaran. Kegiatan
lebih tertarik dalam melakukan diskusi kelompok.
pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini
Siswa juga menuliskan konsep tentang hal-hal
memperhatikan karakterstik siswa. Oleh karena
yang perlu diperhatikan dalam musyawarah
itu dalam kegiatan pembelajaran ini selalu
dengan membuat peta konsep dalam kertas
melibatkan kelompok-kelompok siswa, salah
manila pada pertemuan kedua. Siswa terlihat
satunya kegiatan permainan “kejar aku” yang
antusias saat menghias peta konsep tersebut
dilakukan untuk mendemonstrasikan musyawarah
dengan berbagai gambar yang diwarnai dengan
sederhana pada siklus I pertemuan kedua.
crayon, pensil warna dll. Sesuai dengan pendapat
Langkah ulangi diawali dengan guru
Porter, dkk (2008: 91) salah satu metode yang
yang memberikan kesempatan siswa untuk
dapat digunakan guru dalam kegiatan namai
bertanya tentang materi yang diajarkan pada
adalah dengan susunan gambar, warna, kertas
pertemuan pertama dan kedua, namun tidak ada
tulis dll. Hal ini dilakukan untuk membuat siswa
siswa
lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti
menyimpulkan materi yang dipelajari bersama-
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian
sama.
ini guru memberikan kesempatan kepada siswa
mengulangi
untuk menghias peta konsep.
kegiatan permainan boneka serba tahu, sedangkan
yang
Pada
bertanya.
pertemuan materi
yang
Siswa
dan
pertama, dipelajari
guru
siswa melalui
Pada langkah demonstrasi yaitu siswa
pada pertemuan kedua siklus I kegiatan ini
menunjukkan pengetahuan yang telah dimiliki.
dilakukan dengan membaca peta konsep yang
Penerapan Quantum Learning .... (Irlaila Kusumawardani) 1.931
telah ditempelkan di papan tulis. Kegiatan
tersebut belum maksimal. Hal tersebut karena
rayakan pada pertemuan pertama dan kedua
adanya beberapa kendala yang dihadapi pada
siklus I dilakukan dengan tepuk tangan bersama,
siklus
yakni untuk menghargai setiap usaha yang telah
keberhasilan dalam penelitian ini. Kendala
dilakukan
untuk
tersebut antara lain ada beberapa siswa yang
menghargai usaha, guru juga meminta siswa
masih terlihat kurang antusias dalam mengikuti
untuk melakukan tepuk tangan bersama setelah
pembelajaran, guru lupa melakukan kegiatan
siswa mempresentasikan hasil diskusi pada
rayakan, pengorganisasian guru terhadap waktu
pertemuan pertama dan membaca peta konsepnya
kegiatan pembelajaran kurang baik, dan belum
pada pertemuan kedua di langkah demonstrasi.
adanya bukti terkait motivasi belajar siswa dalam
oleh
siswa.
Selain
itu,
I
dan
belum
tercapainya
indikator
Angket motivasi yang diberikan siswa di
mengerjakan tugas di rumah. Selain itu, angket
akhir siklus I menunjukkan bahwa ada 15 siswa
motivasi belajar siswa juga belum mencapai
dengan persentase 68% yang masuk dalam
indikator dalam penelitian ini yaitu motivasi
kategori tinggi atau sangat tinggi. Sisanya
belajar siswa mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa
sebanyak 7 siswa dengan persentase 32% masuk
termasuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi.
dalam kategori rendah. Persentase siswa yang
Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan siklus II
masuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
tersebut mengalami peningkatan dari persentase
dengan berbagai rencana tindakan yang akan
pra tindakan yakni sebesar 41% menjadi 68%
dilakukan.
pada siklus I. Persentase siswa yang masuk dalam
Pada siklus II pertemuan pertama dan
kategori rendah mengalami penurunan dari
kedua, proses pembelajaran masih menggunakan
persentase pada pra tindakan yakni sebesar 59%
langkah-langkah
menjadi 32% pada siklus I. Adanya peningkatan
Perbedaan antara siklus I dan II adalah adanya
persentase motivasi belajar siswa pada kategori
media video, lagu, simulasi voting, kuis, dan
tinggi atau sangat tinggi dan penurunan pada
pemberian hadiah. Hal ini dilakukan untuk
kategori rendah tersebut menunjukkan bahwa
memperbaiki kendala yang terjadi di siklus I.
motivasi belajar siswa meningkat, namun masih
Video yang digunakan pada siklus I pertemuan
belum memenuhi indikator keberhasilan dalam
pertama membuat minat siswa tumbuh. Semua
penelitian ini yaitu motivasi belajar siswa
siswa menyimak video tersebut sehingga kondisi
mencapai ≥ 75% dari jumlah siswa termasuk
kelas sangat tenang. Lagu yang dinyanyikan
dalam kategori tinggi atau sangat tinggi.
membuat minat belajar siswa juga tumbuh. Pada
dalam
strategi
TANDUR.
Berdasarkan hasil observasi di atas,
awalnya lagu ini digunakan pada langkah alami,
menunjukkan bahwa secara kualitas proses
namun karena adanya kendala teknis lagu ini juga
pembelajaran
digunakan untuk emnumbuhkan minat belajar
mengalami
peningkatan.
Keterlaksanaan model quantum learning dalam
siswa.
pembelajaran juga cukup baik, namun setelah
Simulasi voting dan kuis merupakan
dilakukan refleksi pada siklus I peningkatan
kegiatan pembelajaran pada langkah alami.
1.932 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 20 Tahun ke-5 2016
Siswa
mendapatkan
dengan
melakukan
pengalaman
belajarnya
tangan, tetapi pada siklus II ini cara menghargai
pada
usaha siswa yaitu dengan memberikan hadiah.
pertemuan pertama dan kuis pada pertemuan
Pemberian hadiah ini akan lebih mendorong
kedua. Siswa sangat antusias saat melakukan
siswa
simulasi voting siswa terajin di kelas. Hal ini
pembelajaran.
simulasi
voting
sesuai dengan pernyataan Gage dan Berliner
untuk
Usaha
bersemangat
guru
dalam
dan
mengikuti
peneliti
dalam
(Slameto, 2003: 179) bahwa salah satu cara
memperbaiki tindakan pada siklus I dapat
meningkatkan
dikatakan berhasil. Keberhasilan itu tampak pada
dengan
motivasi
belajar
menggunakan
siswa
simulasi
yaitu dalam
meningkatknya
kualitas
pembelajaran
yang
pembelajaran. Simulasi ini merupakan salah satu
dilihat dari hasil observasi dan hasil angket
metode yang dapat dilakukan guru dalam langkah
motivasi. Hasil angket motivasi yang diberikan
alami. Simulasi merupakan salah satu kegiatan
siswa di akhir siklus II menunjukkan bahwa ada
menarik dalam pembelajaran yang dilakukan
19 siswa dengan persentase 86% yang masuk
pada siklus II untuk mengatasi permasalahan
dalam kategori tinggi atau sangat tinggi. Sisanya
pada siklus I yatu terkait siswa yang masih
sebanyak 3 siswa dengan persentase 14% masuk
terlihat
mengikuti
dalam kategori rendah. Persentase siswa yang
pembelajaran, begitu pula dengan kuis yang
masuk dalam kategori tinggi atau sangat tinggi
dilakukan pada pertemuan kedua. Siswa sangat
mengalami peningkatan dari persentase siklus I
antusias dan semangat mengikuti kuis.
yakni sebesar 68% menjadi 86%. Persentase
kurang
antusias
dalam
Hadiah diberikan di akhir siklus II.
siswa yang masuk dalam kategori rendah
Hadiah ini diberikan pada kelompok yang paling
mengalami penurunan dari persentase pada pra
tinggi mendapatkan skor kuis dan siswa yang
tindakan yakni sebesar 32% menjadi 14%.
mendapatkan bintang di papan prestasi dan
Persentase siswa yang masuk dalam kategori
kelompok mendapatkan hadiah pada pertemuan
tinggi atau sangat tinggi yakni sebesar 86% telah
kedua. Hadiah yang diberikan membuat siswa
mencapai
lebih semangat dan aktif dalam mengikuti
sehingga peneliti dan guru merasa tidak perlu
pembelajaran. Hal ini selaras dengan pernyataan
untuk melakukan tindakan pada siklus III.
Sardiman (2007: 92) juga Gage dan Berliner
Meskipun kriteria dalam penelitain ini sudah
(Slameto, 2003: 177-179) bahwa salah satu
berhasil, namun masih ada 3 siswa yang memiliki
meningkatkan motivasi belajar siswa adalah
motivasi belajar rendah dan belum berhasil
dengan
ini
mencapai indikator keberhasilan. Berdasarkan
merupakan salah satu usaha untuk menghargai
observasi yang dilakukan peneliti, dari 3 siswa
usaha siswa dalam pembelajaran di siklus II. Pada
tersebut ada satu siswa yang tidak membaca
siklus II ini terjadi peningkatan dalam hal
pernyataan motivasi. Selain itu ketiga siswa juga
menghargai
I
cenderung pasif dalam melaksanakan kegiatan
menghargai usaha siswa dilakukan dengan tepuk
pembelajaran. Hal ini karena konsentrasi dan
memberikan
usaha
hadiah.
siswa.
Hadiah
Pada
siklus
indikator
dalam
keberhasilan
ini
Penerapan Quantum Learning .... (Irlaila Kusumawardani) 1.933
karakteristik siswa berbeda-berbeda. Selain itu,
sebesar 41% meningkat menjadi 15 siswa dengan
tidak semua siswa dapat menerima secara cepat
persentase 68% pada siklus I. Jumlah siswa yang
kegiatan pembelajaran menggunakan strategi
masuk kategori tinggi, sangat tinggi atau berhasil
TANDUR sehingga berdampak pada motivasi
pada siklus II meningkat lagi menjadi 19 siswa
belajar siswa yang masih rendah.
dengan persentase 86%.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ternyata memang ketika guru
Saran
menerapkan model quantum learning dengan
Berdasarkan pada simpulan di atas,
melakukan langkah demi langkah dalam strategi
dapat dikemukakan saran bagi guru yaitu dalam
TANDUR dapat meningkatkan motivasi belajar
menerapkan model quantum learning, guru dapat
siswa kelas VA pada mata pelajaran PKn di SDN
merubah
Pungkuran. Strategi TANDUR ini didalamnya
dilakukan pembelajan. Hal ini dilakukan agar
terdapat kegiatan pembelajaran yang menarik dan
terciptanya suasana lingkungan yang efektif
menyenangkan
siswa
dalam pembelajaran sesuai dengan prinsip model
dalam
quantum learning sehingga siswa merasa nyaman
merespon
sehingga
aktif
aktivitas
membuat guru
menggunakan strategi TANDUR sehingga terjadi
suasana
tempat
duduk
sebelum
dan motivasi belajar siswa meningkat.
peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran inilah yang mengakibatkan
DAFTAR PUSTAKA
peningkatan hasil angket motivasi belajar dari pra Porter, Bobbi De & Hernacki, Mike. (2008). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. (Alih Bahasa: Alwiyah Abdurrahman). Bandung: Kaifa.
tindakan sampai siklus II.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
quantum
pembelajaran TANDUR
learning
dengan
melalui
proses
menggunkaan
strategi
(Tumbuhkan,
Alami,
Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada mata
pelajaran
PKn.
Peningkatan
Porter, Bobbi De. et. al. (2008). Quantum Teaching: Mempratekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. (Alih Bahasa: Ary Nilandari). Bandung: Kaifa. Sardiman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.
kualitas
hasil angket motivasi belajar siswa dari pra
Wina Sanjaya. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
tindakan sampai siklus II. Hasil angket motivasi
Yatim
pembelajaran ini mengakibatkan peningkatan
belajar yaitu jumlah siswa yang masuk dalam kategori tinggi, sangat tinggi atau berhasil pada pra tindakan sebanyak 9 siswa dengan persentase
Riyanto. (2012). Paradigma baru Pembeajaran: Sebagai referensi bagi Guru/Pendidik dalam Implementasi Peelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana.