PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA
ARTIKEL Oleh : NI NYOMAN GUNIATI 0914041089
JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGRAAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA
Oleh: Ni Nyoman Guniati I Made Yudana I Nyoman Pursika Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan e-mail :
[email protected] ABSTRAK Penelitian tindakan ini bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kontekstual. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi/evaluasi dan tahap refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan yang berjumlah 33 orang siswa. Data tentang aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan pedoman observasi dan data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan dengan tes hasil belajar. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dari kategori kurang aktif (rata-rata 6,20) pada siklus I menjadi berkategori aktif (rata-rata 9,98) pada siklus II, (2) terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kontekstual pada pelajaran PKn dari ratarata 69,24 (kategori cukup) dengan daya serap 69,24% dan ketuntasan klasikal 60,61% pada siklus I, menjadi rata-rata 79,70 (kategori baik) dengan daya serap 79,70% dan ketuntasan klasikal 87,88% pada siklus II. Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan. Kata Kunci: Model pembelajaran kontekstual, aktivitas, hasil belajar. ABSTRACT This study aims to improve 1) students activities and 2) improve the result of learning through contextual teaching and learning. This study was conducted in two cycles; each cycle consists of four stages, such as: planning, action, observation / evaluation and reflection. The subject of this study was the students of class VII D1 SMP Negeri 2 Sawan, involving 33 students. Data about students' learning activities were collected by using observation and students learning result was collected with achievement test. The data in this study is analyzed through quantitative descriptive.
Results of this study showed an increase in students learning activities from the less active categories (average 6.20) in cycles I, become active categories (average 9. 98) in cycles II. The increase in the results of the student learning after implementing contextual teaching and learning of Civics average from 69.24 (enough category) with absorption 69.24% and classical completeness 60.61% in cycles I, become average 79.70 (good category) with absorption 79.70% and classical completeness 87.88% in cycles II. Based on the data analysis and discussion, it can be concluded that the implementation of contextual teaching and learning can improve the activity and result of students learning of Civics in class VII D1 SMP Negeri 2 Sawan. Keywords: Contextual teaching and learning, activity, results of learning. 1. PENDAHULUAN Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan sehingga mampu bersaing di era global. Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan menggerakan seluruh komponen yang menjadi sub sistem dalam suatu sistem mutu pendidikan. Sekolah adalah komponen penting yang dijadikan sebagai jalur formal dalam pelaksanaan pendidikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa mutu pendidikan ditentukan di dalam kelas melalui proses belajar mengajar. Guru adalah faktor utama yang berperan dalam peningkatan mutu pendidikan karena di tangan seorang gurulah hasil pembelajaran yang merupakan salah satu indikator mutu pendidikan lebih banyak ditentukan. Oleh karena itu selain perlu tersedianya guru yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi juga harus tersedia
guru yang
profesional sehingga mampu memenuhi tuntutan tugasnya. Tanpa guru yang profesional pembelajaran yang bermutu sekaligus bermakna tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Ivor
K.
Devais
(dalam
Sanjaya,
2011:24)
menyatakan
hakikat
pembelajaran adalah belajarnya siswa bukan mengajarnya guru. Selain itu dalam KTSP juga ditegaskan bahwa pembelajaran tidak bersifat teacher centered (berpusat pada guru) melainkan bersifat student centered (berpusat pada siswa). Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai pengelola pembelajaran guru mempunyai empat fungsi umum yaitu merencanakan tujuan belajar, mengorganisasikan
berbagai sumber belajar yang akan disajikan kepada siswa, memimpin yang meliputi motivasi, mendorong dan menstimulasi siswa, dan mengawasi segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan (Sanjaya, 2011:24-25). Keempat fungsi itu merupakan satu siklus kegiatan yang berhubungan satu sama lain, walaupun keempatnya merupakan kegiatan yang terpisah. Jika keempat fungsi strategis seorang guru tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan dicapai proses pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil belajar yang bermutu. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sering dianggap sebagai pembelajaran yang bersifat normatif sehingga dianggap tidak menarik dan membosankan. Padahal pelajaran PKn merupakan pelajaran penting dalam membelajarkan
siswa
untuk
menjadi
warga
negara
yang
baik
serta
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral sehingga nantinya dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari. Pada umumnya, proses pembelajaran PKn masih banyak kita jumpai pembelajaran yang bersifat konvensional dimana terjadi pengalihan informasi dari guru ke siswa. Walaupun banyak siswa yang mampu menghapal materi yang diterimanya dengan baik, namun kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan. Berdasarkan observasi awal di lapangan bahwa terjadi permasalahan terkait dengan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya siswa kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan yakni 1) aktivitas belajar siswa masih tergolong rendah dengan rata-rata skor aktivitas siswa sebesar 4,94 berada dalam kategori kurang aktif, 2) KKM (Kriteria ketuntasan Minimal) untuk pelajaran PKn di kelas VII adalah 72 akan tetapi nilai-nilai ulangan harian siswa adalah 58,97. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 72. Oleh karena itu dan perlu adanya perbaikan agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan aktivitas dan hasil belajar siswa masih tergolong rendah yaitu pertama, strategi pembelajaran yang selama ini diterapkan guru dalam pelajaran PKn di SMP Negeri 2 Sawan
adalah metode tradisional yaitu ceramah dan tanya jawab, kedua, pembelajaran masih berorientasi pada penguasaan materi. Strategi belajar seperti ini dianggap gagal menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif. Siswa berhasil “mengingat” jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali peserta didik dalam memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Ketiga, konsep pembelajaran yang disajikan guru jarang sekali dikaitkan dengan contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari, dalam pembelajaran guru hanya berpatokan pada buku demikian juga pada saat guru memberikan pertanyaan siswa menjawab dengan hanya berpatokan pada konsep yang ada di buku. Berdasarkan hasil temuan dan data di atas peneliti mencoba untuk melakukan penelitian untuk mendapat perbaikan dari suatu proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran PKn yaitu dengan penerapan model pembelajaran kontekstual. Pendekatan pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi dan Senduk, 2004:13). Dengan pendekatan tersebut hasil pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Proses belajar mengajar berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja, mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Hal ini sejalan dengan pandangan Trianto
(2012:108)
bahwa
pemanfaatan
pembelajaran
kontekstual akan
menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta yang aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Pengembangan model-model pembelajaran PKn berbasis kontekstual merupakan salah satu alternatif yang diharapkan mampu mensinergikan mata pelajaran PKn dengan kompetensi-kompetensi yang diperlukan seseorang sebagai bekal hidup mereka sehingga menjadi warga negara yang baik. Dengan demikian pendidikan PKn akan benar-benar bermanfaat bagi siswa itu sendiri dan bagi masyarakat luas.
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah
penerapan
model
pembelajaran
kontekstual
dapat
meningkatkan aktivitas belajar PKn siswa Kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan? 2. Apakah
penerapan
model
pembelajaran
kontekstual
dapat
meningkatkan hasil belajar PKn siswa Kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan? 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang bermuara pada peningkatan kualitas kinerja guru. Dikatakan penelitian tindakan kelas karena penelitian yang dilakukan berbasis kelas yang sekaligus dilaksanakan di dalam kelas. PTK adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran (Arikunto Suharsimi, 2008:58). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersifat reflektif dan bersiklus artinya dalam pelaksanaannya penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian tindakan yang dilakukan dalam siklus berulang. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam bentuk siklus sampai tujuan penelitian tercapai. Tiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi yang dilakukan berulang. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII D1 yang berjumlah 33. Penentuan kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan sebagai subjek penelitian didasarkan pada hasil wawancara dan observasi awal antara peneliti dan guru mata pelajaran PKn di SMP Negeri 2 Sawan. Sedangkan objek dari penelitian tindakan kelas ini adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, dan tes. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan lembar observasi. Data mengenai hasil belajar siswa setelah tindakan masingmasing siklus dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kuantitatif
yang
merupakan suatu teknik yang menggunakan paparan sederhana yang berkaitan dengan angka. Kriteria keberhasilan pelaksanaan tindakan ini berpedoman pada kriteria sebagai berikut. 1) aktivitas siswa dalam pembelajaran berada pada kategori aktif, 2) hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila rata-rata kelas sesuai dengan kriteria ketutasan minimal (KKM) yaitu mencapai 72 keatas dengan kategori baik, 3) daya serap minimal 72%, 4) ketuntasan klasikal mencapai 85%. Apabila hal ini dicapai, penelitian dapat dikatakan tuntas dan penelitian dapat dihentikan. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kontekstual sebagai setting pembelajaran. Dari analisis aktivitas dan hasil belajar siswa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I aktivitas belajar siswa masih tergolong kurang aktif dengan ratarata skor 6,20. Sementara itu rata-rata hasil belajar siswa sebesar 69,24 berada dalam kategori cukup dengan daya serap 69,24% dan ketuntasan belajar sebesar 60,61%. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga dilaksanakan siklus lanjutan. Adapun beberapa kendala yang terjadi selama pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut. Dalam pengaturan tempat duduk dan meja suasana kelas menjadi ribut dan menyita waktu karena kelas yang semula ditata secara konvensional sekarang harus ditata secara berkelompok, 2) Sebagian besar siswa masih merasa asing dan belum mengerti dengan model pembelajaran kontekstual yang digunakan sebagai setting pembelajaran, 3)Interaksi antar siswa dalam kelompok masih belum maksimal sehingga belum kelihatan terjadinya interaksi yang multi arah, 4) Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan diskusi kelompok lebih lama dari waktu yang
telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa melakukan
diskusi kelompok, 5) Siswa kurang antusias dalam menyelesaikan tugas bersama anggota kelompoknya karena sebelumnya siswa terbiasa dengan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Tindakan perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang ditemui pada siklus I adalah 1) Guru menyuruh siswa mengatur meja dan tempat duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing
sebelum pembelajaran dimulai sehingga keributan kelas dapat diminimalkan dan pelaksanaan pembelajaran bisa dimulai lebih cepat serta menyuruh siswa untuk lebih mempersiapkan diri di rumah, 2) Lebih mensosialisasikan model pembelajaran kontekstual sebelum siswa memulai kegiatan dalam kelompoknya, termasuk peran guru dalam pembelajaran hanya berperan sebagai mediator dan fasilitator, 3) Tidak mengadakan perubahan pada formasi kelompok untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengenal temannya lebih dekat. Sehingga interaksi antar siswa lebih meningkat, 4) Memotivasi siswa dalam kelompok agar lebih aktif selama pembelajaran berlangsung terutama dalam menyampaikan pendapat dalam diskusi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta serta menyuruh siswa mengkritisi materi yang disajikan temannya, sehingga terjadi pertukaran pendapat antarsiswa dalam kelompok, 5) Lebih intensif membimbing siswa dalam kerja kelompok sehingga mereka lebih antusias dalam mengerjakan tugas kelompoknya. Setelah perbaikan tindakan siklus I dilaksanakan pada siklus II, terlihat peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus II. Rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus II sebesar 9,98 dengan kategori aktif. Dari hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa sebesar 79,70 berada dalam kategori baik dengan daya serap 79,70% dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 87,88%. Berdasarkan data aktivitas dan hasil belajar siswa dalam penelitian ini, penerapan pembelajaran kontekstual memberikan pengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja, mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa Keberhasilan penelitian ini sesuai dengan teori-teori yang mendukung proses pembelajaran yaitu : Hamalik (2012:36) mengemukakan bahwa : Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or streng-thening of behavior through experiencing)
Menurut pengertian ini belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan. Hal ini sejalan dengan pandangan
Sanjaya
(2011:272) bahwa pembelajaran
kontekstual (CTL)
merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. Sementara itu menurut Trianto (2012:108) bahwa pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta yang aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Selain itu, keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian relevan antara lain penelitian yang dilakukan Yuniari (2009), dengan judul penerapan pembelajaran kontekstual melalui strategi inkuiri untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar PKn siswa, dan penelitian yang dilakukan oleh Redana (2010) dengan judul penerapan pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Kertha Mandala. Jadi dengan penerapan model pembelajaran kontekstual akan tercipta pembelajaran bermakna dan bermanfaat bagi siswa. 4. SIMPULAN Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dan hasil dari analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal berikut. 1)Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan pada semester II tahun ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa yang meningkat dari kategori kurang aktif (rata-rata 6,20) pada siklus I, menjadi berkategori aktif (ratarata 9,98) pada siklus II. 2) Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PKn dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII D1 SMP Negeri 2 Sawan pada semester II tahun ajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa, daya serap dan ketuntasan belajar. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 69,24 dengan kategori cukup mengalami peningkatan sebesar 10,46 menjadi 79,70 dengan kategori baik pada siklus II. Sedangkan daya serap sebesar 69,24% mengalami peningkatan sebesar 10,46%
menjadi 79,70% pada siklus II. Dan ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan sebesar 27,27% yaitu dari 60,61% pada siklus I menjadi 87,88% pada siklus II. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu 1) khususnya bagi guru PKn yang mengalami permasalahan yang sejenis hendaknya dalam mengelola pembelajaran penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk membantu guru dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa, 2) bagi peneliti, pelaksanaan penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa
(calon
guru)
untuk
mengetahui
dan
mengimplementasikan
pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaan proses pembelajaran, 3) bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kemajuan sekolah, karena pengalaman yang diperoleh oleh guru di lapangan secara tidak langsung akan memberikan imbas pada penampilan guru dalam mengajar, sehingga kualitas lulusan menjadi lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara Hamalik, O. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Nurhadi dan Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang. Redana, Nengah. 2010. Penerapan pembelajaran kontekstual berbantuan pertanyaan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Kertha Mandala. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Trianto. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Yuniari Eka Putra, Made. 2009. Penerapan model pembelajaran kontekstual melalui strategi inkuiri untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas VIIIA SMPK Santo Paulus Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.