DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 182
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PELATIHAN DAN BIMBINGAN (LATBIM) DI SDN KETANGI KECAMATAN PAMOTAN Mulyadi*) SD Negeri Ketangi UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang *)
e-mail:
[email protected]
Abstrak Berdasar hasil supervisi yang dilakukan penulis, menunjukkan bahwa guru masih dominan menggunakan pengelolan pembelajaran berdasarkan pola lama dan masih dominan menggunakan pengelolaan pembelajaran yang tidak sesuai karakteristik siswa dan situasi kelas. Bila ditelusuri lebih lanjut, faktor yang menyebabkan guru belum mampu melaksanakan pengelolaan pembelajaran dengan tepat karena kemampuan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran belum optimal, bahkan ada yang tidak membuat. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pelatihan dan Bimbingan (LATBIM) dalam bentuk Workshop tentang pemahaman penyusunan RPP telah menambah wawasan dan ketrampilan bagi guru SDN Ketangi Kecammatan Pamotan Kabupaten Rembang. Kata kunci: Kompetensi Guru, Pelatihan dan bimbingan
1. Pendahuluan Pendidikan adalah proses merubah manusia menjadi lebih baik, lebih mahir dan lebih terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya dibutuhkan strategi yang disebut dengan strategi pembelajaran. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru. Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. “Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya” (Imron, 2000:5).
Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut, perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk belajar dapat berkembang. ”Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan supervisi kepala sekolah” (Pidarta, 1992:3). Pada pelaksanaan KTSP menuntut kemampuan baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayananpelayanan secara efisien kepada pengguna ( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok. Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan ( merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 183 Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat KD, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian. Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya, (4) bekerja dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya. Namun yang terjadi di lapangan, berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain : a. Adanya keberagaman kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan penguasaan pengetahuan dan kemampuan b. Belum adanya alat ukur yang akurat untuk mengetahui kemampuan guru, c. Pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan peningkatan profesional guru. Jika hal tersebut tidak segera diatasi maka akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan. Sehubungan dengan itu, Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional yang berisi perintisan pembentukan Badan Akreditasi dan Sertifikasi mengajar di daerah merupakan bentuk dari upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan secara nasional. Fakta menyatakan kompetensi guru di SD N Ketangi saat ini dalam sub komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Kompetensi menyusun rencana pembelajaran dengan indikator a. Mendeskripsipkan tujuan pembelajaran b. Menentukan materi sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan c. Mengorganisasikan materi berdasarkan urutan dan kelompok d. Mengalokasikan waktu e. Menentukan metode pembelajaran yang sesuai f. Merancang prosedur pembelajaran g. Menentukan media pembelajaran/peralatan praktikum (dan bahan) yang akan digunakan h. Menentukan sumber belajar yang sesuai (berupa buku, modul, program komputer dan sejenisnya)
i. Menentukan teknik penilaian yang sesuai Namun kenyataan yang ada terbalik berdasarkan hasil supervisi terhadap guru masih dominan menggunakan pengelolan pembelajaran berdasarkan pola lama dan masih dominan menggunakan pengelolaan pembelajaran yang tidak sesuai karakteristik siswa dan situasi kelas. Bila ditelusuri lebih lanjut, faktor yang menyebabkan guru belum mampu melaksanakan pengelolaan pembelajaran dengan tepat karena kemampuan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran belum optimal, bahkan ada yang tidak membuat. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sangat penting, karena pengelolaan pembelajaran yang baik sangat berpengaruh terhadap penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai indikator. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diupayakan pembinaan dari kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalahmasalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Guru banyak yang belum paham dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan benar dan lengkap. b. Ada guru yang tidak menggunakan RPP dalam pembelajaran. c. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuatnya dengan berbagai alasan. d. RPP yang dibuat guru komponennya belum lengkap khususnya pada komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. e. Guru banyak yang meng copy paste RPP lama.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi a. Kompetensi Guru Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini Robotham (1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman. Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. McAhsan (1981:45), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengemukakan bahwa kompetensi: “…is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini,
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 184 kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaikbaiknya. Robbins (2001:37) menyebut kompetensi sebagai ability, yaitu kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang di perlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan “Competency is underlying characteristic of an individual that is causally related to criterion-reference effective and/or superior performance in a job or situation”. Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu. Selanjutnya Spencer & Spencer menjelaskan, kompetensi dikatakan underlying characteristic karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja. Dikatakan criterion-referenced, karena kompetensi itu benar-benar memprediksi siapa-siapa saja yang kinerjanya baik atau buruk, berdasarkan kriteria atau standar tertentu. Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Salah satu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru seperti diamanatkan dalam Peraturan pemerintah diatas adalah kompetensi pedagogik. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Seperti uraian diatas, unsur pertama dalam kompetensi pedagogic seorang guru adalah kemampuan merencanakan program belajar mengajar. Menurut
Joni (1984:12), kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: 1) Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, 2) Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, 3) Merencanakan pengelolaan kelas, 4) Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan 5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi: 1) Mampu mendeskripsikan tujuan, 2) Mampu memilih materi, 3) Mampu mengorganisir materi, 4) Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, 5) Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, 6) Mampu menyusun perangkat penilaian, 7) Mampu menentukan teknik penilaian, dan 8) Mampu mengalokasikan waktu. Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan. Perangkat perencanaan pembelajaran yang mengandung unsure-unsur tersebut diatas dan merupakan perangkat pembelajaran paling utama adalah silabus pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Silabus merupakan sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran adalah penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator yang ditetapkan. Philip Combs ( dalam Kurniawati, 2009:66 ) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Perencanaan program pembelajaran adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 185 memperkirakan suatu proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan, “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.” Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah. c. Latihan dan Bimbingan (LATBIM) Frank Parson (1951) menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.”Chiskon (1959) menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri.” Berikutnya Bernard dan Fullmer (1969) menyatakan, ”bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatkan perwujudan diri individu.” Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”bimbingan adalah petunjuk penjelasan cara mengerjakan sesuatu, tuntutan.” Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.
2.2. Metode Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kemampuan para guru di SDN Ketangi dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Lokasi penelitian adalah di SDN Ketangi yang beralamat di desa Ketangi kecamatan Pamotan kabupaten Rembang. Waktu pelaksanaan direncanakan selama satu bulan mulai tanggal 2 Oktober s.d. 30 Nopember 2012.
Subjek penelitian adalah guru kelas I sampai dengan kelas VI SDN Ketangi kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti (guru PAI dan guru Penjaskes). Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: a. Penilaian pre tes dan post tes Yang dimaksud penilaian pre tes dan post tes dalam PTS ini adalah penilaian yang dilakukan kepada peserta pelatihan dengan serangkaian menggunakan pertannyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Adapun bentuk instrumennya adalah pilihan ganda. b. Observasi / Catatan data lapangan Observasi dalam kegiatan PTS ini merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru dalam menyusun RPP dan aktivitas dalam kegiatan pelatihan dan bimbingan berlanngsung. c. Catatan Hasil Refleksi Adapun yang dimaksud dengan catatan hasil refleksi adalh catatan yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. ”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/ pengamatan, dan diskusi yang berupa persentase atau angka-angka. Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini mencakup tahaptahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus,
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 186 artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.” Dalam penelitian ini, rancangan tindakan yang akan dilakukan adalah pelatihan dan bimbingan dalam bentuk workshop yang diikuti oleh 6 guru SDN Ketangi. Secara rinci tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: a. Mengadakan work shop pengembangan Rencana pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur pemahaman guru SDN Ketangi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). b. Membimbing guru untuk membuat RPP. Kegiatan ini untuk meningkatkan pemahaman guru dan ketrampilan guru dalam membuat RPP. c. Mengamati kegiatan guru dalam pembuatan RPP. d. Mengadakan refleksi
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Kegiatan ini bertujuan untuk mengukur pemahaman guru SDN Ketangi tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1) Mengadakan rapat dewan guru untuk membangun komitmen sekaligus membicarakan rencana kegiatan pelatihan dan bimbingan (LATBIM) tentang RPP. 2) Mempersiapkan materi pelatihan b. Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pelatihan (workshop). Kegiatan ini diawali dengan pre tes, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan tentang pengertian RPP, komponen RPP oleh kepala sekolah. Setelah pemaparan materi dilanjuutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Di akhir kegiatan work shop dilakukan post test. c. Pengamatan Kegiatan pengamatan/observasi yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut : 1) Mengobservasi tingkat keseriusan guru dalam mengikuti pelatihan/workshop 2) Mengobservasi keaktifan guru dalam mengikuti workshop 3) Memonitoring kegiatan guru dalam mengerjakan tugas pelatihan Kegiatan ini dilaksanakan dengan bentuk isntrumen penelitian yang berupa lembaran pengamatan. Adapun data yang didapat diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1 Data keaktifan guru dalam mengikuti Workshop siklus I Guru Jumlah No Keseriusan Kerjasama Keaktifan Kelas nilai 1 I 4 4 3 11
2 II 4 3 3 III 3 2 4 IV 4 3 5 V 4 3 6 VI 3 3 Keterangan: 1 : sangat kurang 2 : kurang 3 : cukup 4 : baik 5 : sangat baik Pedoman rentang nilai / skor Jumlah skor 0 – 3 = sangat kurang Jumlah skor 4 – 6 = kurang Jumlah 7 – 9 = cukup Jumlah 10 – 12 = baik Jumlah 13 – 15 = sangat baik
3 3 3 3 3
10 8 10 10 9
Berdasarkan pedoman rentang nilai di atas ada 2 guru yang mempunyai nilai cukup, ada 4 guru yang mendapatkan nilai baik. d. Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis nilai pretes dan post tes serta data hasil observasi. Berdasarkan hasil pretest dan posttes terlihat dari adanya peningkatan tingkat pemahaman guru SDN Ketangi dalam hal ini pemahaman RPP. Hal gtersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Data hasil Pre Tes dan Post Tes No Guru Kelas Pre test 1 I 8 2 II 7 3 III 8 4 IV 7 5 V 6 6 VI 7 Jumlah Nilai 43 Rata-rata 7,16 Persentase 72%
Post Tes 10 9 9 9 8 8 52 8,66 87%
Selisih +1 +2 +1 +2 +2 +1 9
Berdasarkan data di atas nilai rata-rata pretes adalah 71,6 atau sekitar 72% sedangkan rata-rata post test meningkatmenjadi 8,66 atau 87%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pemahaman guru SDN Ketangi kaitannya dengan pennyusunan RPP yakni sekitar 15%. Data ini ditunjang dengan hasil pengamatan (observasi) yang memperlihatkan bahwa seluruh guru SDN Ketangi dalam pemahaman tentang RPP telah tercapai dengan baik. Namun ketercapaian pemahaman ini belum tentu dapat meningkatkan ketrampilan dalam membuat RPP. Dan pada siklus berikutnya akan diadakan praktek pembuatan RPP.
3.2 Deskripsi Siklus II Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 187 pemahman guru SDN Ketangi dalam pembuatan RPP dan pengembangan RPP. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I bahwa guru SDN Ketangi telah memahami tentang RPP. Namun ketrampilan mereka dalam menyusun RPP belum diketahui pasti. Oleh karena itu yang ingin dicapai pada siklus 2 ini memfokuskan paada peningkatan ketrampilan guru SD N Ketangi dalam penyusunan RPP. a. Perencanaan Sesuai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan perencanaan yang dilaksanakan pada siklus 2 adalah sebagai berikut: 1) Memberikan tugas kepada guru untuk membuat persiapan mengajar atau yang disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang pertama yang akan digunakan pada siklus 2 ini. 2) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana hasil RPP yang telah dibuat. 3) Melakukan diskusi/tanya jawab tentang hasil RPP yang telah dibuat. 4) Memberikan tugas kepada guru untuk membuat RPP yang kedua 5) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana hasil RPP yang telah dibuat. 6) Melakukan diskusi/tanya jawab tentang hasil RPP yang telah dibuat. b. Pelaksanaan tindakan Kegiatan pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus 2 adalah : 1) Mengadakan diskusi dan memberi pendampingan bagi guru untuk membuat persiapan mengajar (RPP). 2) Memonitoring atau mensupervisi komponenkomponen yang ada pada RPP yang pertama 3) Melakukan tanya jawab tentang kekurangankekurangan tugas membuat RPP yang pertama 4) Memberikan tugas kepada guru untuk membuat RPP yang kedua 5) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat bagaimana hasil RPP yang telah dibuat. 6) Melakukan diskusi/tanya jawab tentang hasil RPP kedua yang telah dibuat c. Observasi/Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan terhadap RPP yang telah dibuat untuk memotret seberapa jauh kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan lengkap, hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran. d. Refleksi Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap RPP yang telah disusun agar sesuai dengan rencana
awal yang mungkin saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan. Dari hasil pembuatan RPP ditampilkan pada data berikut ini: Tabel 3 Penilaian RPP I No
Aspek Yang Dinilai
I
Kelengkapan identitas mata 3 pelajaran 2 Kejelasan standar kompetensi 3 Kesesuaian kompetensi dasar 3 3 dengan standart kompetensi Kejelasan indikator pencapaian 4 2 kompetensi Kejelasan tujuan pembelajaran 5 (tidak menimbulkan penafsiran 2 ganda) Kesesuaian dan kejelasan 6 3 materi ajar 7 Kesesuaian alokasi waktu 2 Pemilihan metode 8 2 pembelajaran, Kerincian langkah-langkah 9 2 kegiatan pembelajaran, 10 Kelengkapan sumber belajar 3 penilaiaan hasil belajar ( soal, 11 pedoman penskoran, dan kunci 2 jawaban) Jumlah Nilai 27 1
Guru Kelas II III IV V VI 3
3
3
2
4
3
2
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
2
2
3
3
2
3
2
3
3
2
3
2
3
3
26 27 26 27 32
Keterangan : 1 : sangat kurang 2 : kurang 3 : cukup 4 : baik 5 : sangat baik Pedoman rentang nilai / skor Jumlah skor 0 – 10 = sangat kurang Jumlah skor 11 – 20 = kurang Jumlah 21 – 30 = cukup Jumlah 31 – 40 = baik Jumlah 41 – 50 = sangat baik Pada saat pembuatan RPP pertama indikator pencapaian hasil dari setiap komponen RPP belum sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya komponen RPP yang belum dibuat oleh guru. Sebelas komponen RPP yakni: 1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar, 11) penilaiaan hasil belajar ( soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban). Hasil observasi pada siklus kesatu dapat dideskripsikan berikut ini: 1) Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik dan bentuk instrumen.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 188 2) Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban. 3) Dua orang tidak melengkapinya dengan teknik, pedoman penskoran, dan kunci jawaban. 4) Satu orang tidak melengkapinya dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban. 5) Satu orang tidak melengkapinya dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban. 6) Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya. Dari hasil penilaian RPP yang ppertama ditemukan adanya kekuranngan-kekurangan dalam penyusunan RPP. Pada tabel di atas dapat kita lihat bahwa dari 6 guru hanya 1 guru yang mendapatkan nilai baik yang itu mendapatkan skor 32. Sedangkan yang lainnya mendapatkan skor antara 21 – 30 dengan kategori cukup. Dari hasil ini perlu adanya tugas yang perlu dilakukan lagi. Sehingga mendapatkan nilain yang baik. Dari hasil refleksi pembuatan RPP I, peneliti memutuskan untuk melanjutkan pembuatan RPP 2 karena hasil RPP I masih belum sesuai dengan harapan dan indikator kinerja yang telah dibuat. Setelah melaksanakan pembuatan RPP 2 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4 Penilaian RPP 2 No
Aspek Yang Dinilai
I
Kelengkapan identitas mata 4 pelajaran 2 Kejelasan standar kompetensi 4 Kesesuaian kompetensi dasar 3 4 dengan standart kompetensi Kejelasan indikator pencapaian 4 3 kompetensi Kejelasan tujuan pembelajaran 5 (tidak menimbulkan penafsiran 3 ganda) Kesesuaian dan kejelasan 6 4 materi ajar 7 Kesesuaian alokasi waktu 3 Pemilihan metode 8 3 pembelajaran, Kerincian langkah-langkah 9 3 kegiatan pembelajaran, 10 Kelengkapan sumber belajar 3 penilaiaan hasil belajar ( soal, 11 pedoman penskoran, dan kunci 3 jawaban) Jumlah Nilai 27 1
Keterangan : 1 : sangat kurang 2 : kurang 3 : cukup 4 : baik 5 : sangat baik Pedoman rentang nilai / skor
Guru Kelas II III IV V VI 3
3
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3
3
3
4
3
3
4
3
3
4
2
3
4
3
4
3
4
3
3
3
2
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
3
3
3
37 37 37 38 39
Jumlah skor 0 – 10 Jumlah skor 11 – 20 Jumlah 21 – 30 Jumlah 31 – 40 Jumlah 41 – 50
= sangat kurang = kurang = cukup = baik = sangat baik
Dari hasil pembuatan RPP kedua yaitu semua menyusun RPP, tapi masih ada guru yang keliru dalam menentukan kegiatan siswa dalam langkahlangkah kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, serta tidak memilah/ menguraikan materi pembelajaran dalam sub-sub materi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Satu orang keliru dalam menentukan teknik dan bentuk instrumennya. 2) Satu orang keliru dalam menentukan bentuk instrumen berdasarkan teknik penilaian yang dipilih. 3) Dua orang kurang jelas dalam menentukan pedoman penskoran. 4) Satu orang tidak menuliskan rumus perolehan nilai siswa.
3.3 Pembahasan Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di SDN Ketangi Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang yang dilaksanakan dalam dua siklus. Keenam guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam pelatihan dan pembingbingan (LATBIM) dalam menyusun RPP dengan lengkap. Pada pembahasan kali ini peneliti akan membahas satu persatu : a. Pembahasan Siklus I Proses analisis/pembahasan data dalam PTS ini dilakukan dengan cara mengadakan refleksi antara peneliti dengan mitra peneliti. Pembahasan dilakukan dengan mengadakan refleksi yakni kegiatan diskusi tentang apa yang telah dilakukan dan membandingkan data hasil lapangan yang diperoleh pada siklus 1 dengan data-data sebelum dilakukan siklus. Berdasarkan hasil refleksi pada tahap ini diperoleh simpulan sebagai berikut: 1) Dilihat dari sisi pretes dan post tes menunjukkan adanya peningkatan kemampuan peningkatan pemahaman guru SDN Ketangi tentang pemahhaman pembuaran dan komponenkomponen RPP. Data menunjukkan bahwa nilai rata-rata pre tes adalah 7,16 atau sekitar 72% sedangkan rata-rata hasil post tes meningkat menjadi 8,66 atau 87%. Dengan demikian ada peningkatan sekitar 15%. 2) Dilihat dari sisi proses, pelaksanaan kegiatan pelatihan RPP telah berjalan dengan baik dan sesuai yang direncanakan. 3) Dilihat dari sisi guru adanya motivasi yang terlihat dalam pelaksanaan pelatihan RPP.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 189 Dari peningkatan hasil pelaksanaan siklus I jika digambarkan dalam bentuk diagram adalah sebagai berikut : Diagram 1 Diagram Peningkatan Hasil Pre Tes dan Post Tes
nilai terendah pada RPP 1 adalah 26 dan pada RPP ke 2 nilai terendah meningkat menjadi 37. Sedangkan nilai tertinggi pada RPP 1 hanya mencapai 32 dan pada RPP 2 meningkat menjadi 40. Dengan demikian ada peningkatan sekitar dalam pembuatan RPP. 2) Dilihat dari sisi pelaksanaan bimbingan tentang RPP telah berjalan dengan baik dan sesuai yang direncanakan. Dilihat dari sisi guru adanya motivasi yang terlihat dalam pelaksanaan pembuatan RPP.
4. Simpulan
b. Pembahasan Siklus 2 Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RPP, terjadi peningkatan dari pembuatan RPP pertama sampai dengan RPP kedua. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penilian pada tabel di atas. Berdasarkan hasil dari pelaksanaan siklus II diperoleh hasil pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5 Peningkatan RPP Pertama dan RPP kedua Nilai No Guru RPP I RPP 2 1 Guru Kelas I 27 37 2 Guru Kelas II 26 37 3 Guru Kelas III 27 37 4 Guru Kelas IV 26 38 5 Guru Kelas V 27 39 6 Guru Kelas VI 32 40
Dari hasil tabel di atas jika digambarkan pada diagram sebagai berikut: Diagram 2 Diagram Peningkatan RPP
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian tindakan sekolah (PTS) mengenai penyusunan RPP yang berlangsung selama 2 siklus dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pelatihan dan Bimbingan (LATBIM) dalam bentuk Workshop tentang pemahaman penyusunan RPP telah menambah wawasan dan ketrampilan bagi guru SDN Ketangi Kecammatan Pamotan Kabupaten Rembang tahun pelajaran 2012/2013. b. Hasil pelaksanaan workshop menunjukkan dengan adanya pretes dan post tes mengalami adanya peningkatan. Dari hasil pre tes nilai rata-rata hanya mendapat 7,16 atau 72% dan meningkat setelah adanya workshop yang ditandai dari hasil posttes yang mencapai 8,66 atau 87%. c. Hasil dari bimbingan pembuatan RPP mengalami peningkatan yang baik. Pada pembuatan RPP 1 nilai tertinggi hanya mencapai 32 dan setelah adanya diskusi dan bimbingan dari kepala sekolah pada RPP 2 nilai tertinggi mencapai 40. Dengan demikian hipotesis tindakan dalam PTS ini yang menyatakan ”Dengan kegiatan pelatihan dan bimbingan (LATBIM) yang dilakukan kepala sekolah dapat meningkatkan ketrampilan guru dalam menyusun RPP (rencana Pelaksanaan Pembelajaran) di SDN Ketangi Kecamatan Pamotan Kabupaten Rembang Tahun pelajaran 2012/2013” dapat diterima.
Referensi
Dilihat dari tabel 5 di atas dan pelaksanaan siklus II maka dapat kita peroleh simpulan sebagai berikut : 1) Dilihat dari sisi RPP 1 dan RPP 2 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penyusunan RPP guru SDN Ketangi . Data menunjukkan bahwa
Ibrahim, M. 2001. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut JE Kemp dan Tiagharajan. Surabaya. Unesa Kurikulum 2004, Tentang Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sain, Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Jasmani, Kerajinan Tangan dan Kesenian Jakarta: Depdiknas Nur, Muhamad. 2005. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya, Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA Prayitno, Edi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta. PPPPTK Matematika.
DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 190 Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta. Depdiknas. Sujana, Nana (1984;4) tentang Dasar-dasar Proses belajar mengajar, Bandung Sinar Baru Algensindo Sutikno, S. 2008. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa. Makalah yang ditulis dalam Website (http://www.bruderfic.or.id/)
Wardhani, Igak dan Wihardit, Kuswaya (2008), Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Modul Universitas Terbuka. Winataputra, dkk. 1992. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.