ABSTRAK Ratu Nurroh, 106013000314. Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan Metode Latihan Individual. Jurusan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Kata dalam mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan suatu gagasan atau ide, pesan dan informasi dengan bahasa tulis. Pengamatan awal peneliti menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi guru diantaranya adalah pemahaman siswa yang rendah terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi di SMA PGRI 56 Ciputat. Untuk kompetensi ini kepala sekolah menetapkan standar KKM yang cukup (65) dengan pertimbangan tingkat kesulitan materi tersebut bagi siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap kemampuan menulis sehingga siswa dapat memahami penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi dengan tepat melalui penerapan metode latihan individual. Teori yang digunakan peneliti adalah teori menulis dan teori latihan secara individu. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas karena peneliti bertujuan memberikan solusi untuk permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 56 Ciputat kelas X-2 dengan jumlah siswa perempuan 18 sedangkan jumlah siswa laki-laki 15, jumlah keseluruhan 33 siswa. Hasil yang diperoleh dalam siklus I dengan penerapan metode latihan individu menunjukkan kenaikan nilai rata-rata. Pada pretest, nilai 63,8. Setelah postest meningkat menjadi 74,9 (> nilai KKM 65). Secara kualitatif, penilaian angket menunjukkan terdapat bahwa hasil tingkat antusiasme siswa bertambah dan siswa mampu membuat karangan argumentasi dalam pembelajaran karena adanya penggunaan konjungsi yang tepat.
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI MELALUI PENERAPAN METODE LATIHAN INDIVIDUAL (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Disusun oleh Ratu Nurroh 106013000314
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M/1432 H
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGGUNAAN KONJUNGSI DALAM KARANGAN ARGUMENTASI MELALUI PENERAPAN METODE LATIHAN INDIVIDUAL (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing,
Makyun Subuki, M.Hum. NIP. 19800305 200901 1 015
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATAULLAH JAKARTA 1431 H / 2011 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
Skripsi berjudul; “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan Metode Latihan Individual” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada hari Jumat, 18 Maret 2011 dihadapan dewan penguji. Oleh karena itu, peneliti berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta, 15 Juni 2011
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal
Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA., M.Pd. NIP. 1964212 199703 2 001
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
(
)
Penguji I Drs. E. Kusnadi NIP. 19460201 196510 1 001 Penguji II Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA., M.Pd. NIP. 1964212 199703 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. NIP. 19571005 198703 1 003
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ratu Nurroh
Tempat/Tanggal Lahir
: Serang, 3 September 1987
NIM
: 106013000314
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Angkatan Tahun
: 2006
Alamat
: Jl. Raya Anyer Kp. Pakojan RT. 004/02 No. 15 Serang-Banten 42466
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi Melalui Penerapan Metode Latihan Individual” adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama : Makyun Subuki, M.Hum NIP
: 19800305 200901 1 015
Dosen : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensinya apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri. Jakarta, 28 Februari 2011 Menyatakan
Ratu Nurroh
iv
ABSTRAK Ratu Nurroh, 106013000314. Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan Metode Latihan Individual. Jurusan: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Kata dalam mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan suatu gagasan atau ide, pesan dan informasi dengan bahasa tulis. Pengamatan awal peneliti menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi guru diantaranya adalah pemahaman siswa yang rendah terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi di SMA PGRI 56 Ciputat. Untuk kompetensi ini kepala sekolah menetapkan standar KKM yang cukup (65) dengan pertimbangan tingkat kesulitan materi tersebut bagi siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap kemampuan menulis sehingga siswa dapat memahami penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi dengan tepat melalui penerapan metode latihan individual. Teori yang digunakan peneliti adalah teori menulis dan teori latihan secara individu. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas karena peneliti bertujuan memberikan solusi untuk permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 56 Ciputat kelas X-2 dengan jumlah siswa perempuan 18 sedangkan jumlah siswa laki-laki 15, jumlah keseluruhan 33 siswa. Hasil yang diperoleh dalam siklus I dengan penerapan metode latihan individu menunjukkan kenaikan nilai rata-rata. Pada pretest, nilai 63,8. Setelah postest meningkat menjadi 74,9 (> nilai KKM 65). Secara kualitatif, penilaian angket menunjukkan terdapat bahwa hasil tingkat antusiasme siswa bertambah dan siswa mampu membuat karangan argumentasi dalam pembelajaran karena adanya penggunaan konjungsi yang tepat.
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum wr.wb Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT penguasa seluruh alam yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, pemberi nikmat tanpa perhitungan, tempatku bersandar, meminta, dan berdoa serta tempatku bersyukur atas segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya yang terlimpah kepada diriku sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, hanya kepada-Nya segala pengabdian dan rasa syukur dikembalikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan seluruh umat manusia yakni nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia. Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat kerja keras dan doa serta kesungguhan hati penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Selain itu keteguhan hati, penulis juga banyak mendapat bantuan dan dorongan motivasi yang tinggi dari luar sehingga penyelesaian skripsi ini dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarrif Hidayatullah Jakarta, dengan keikhlasan, pengertian, dan kesabaran yang tak henti mengingatkan kepada mahasiswa untuk selalu mengerjakan skripsi hingga termotivasi untuk menyelesaikan skripsi hingga selesai. 3. Bapak Drs. E. Kusnadi, sebagai dosen penasehat angkatan 2006, yang telah memberikan ilmu dan waktunya dengan keihklasan, pengertian, dan kesabaran sampai kita selesai kuliah.
vi
4. Bapak Makyun Subuki, M.Hum., sebagai dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran
dan
keikhlasan
selama
membimbing
penulis
hingga
terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Rosida Erowati, M.Hum., sebagai dosen PBSI yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan serta memberikan masukan-masukan dan semangat dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan senantiasa meluangkan waktu serta memberikan arahan dan motivasi. Semoga Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang telah diberikan dengan ikhlas kepada kami semua. 7. Teristimewa untuk (Alm.) Apak dan Umi tercinta yang selalu dan setiap saat mendoakan serta mencurahkan segala kasih sayang dengan tulus. Untuk teteh, aa, dan adikku serta seluruh keluarga besarku tersayang yang selalu memberi penulis motivasi, materi dan doa serta pengertiannya. Semoga Allah SWT membalasnya dengan segala keindahan dan kebaikan berlipat ganda. 8. Sahabat-sahabatku Ifalani, Yeti, Ani, Yanti, Sri, Hastri, Syarif, Fauzi dan sahabat seperjuangan di PBSI yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memotivasi hingga penulisan skripsi ini selesai. Terima kasih atas kebersamaannya semoga persahabatan kita tetap abadi, sampai jumpa dalam kesuksesan. 9. Empo Ana dan Abang yang selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan
curhatan
penulis
dikala
sedih.
Terimakasih
atas
kebersamaannya semoga kalian merasa tidak jenuh mendengarkan curhatan penulis.
vii
Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga bantuan, bimbingan, dukungan serta semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridho dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat. Amin yaa robbal’alamin. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan juga para pembaca serta untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan.
Jakarta,
Februari 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI ABSTRAK
..............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ......................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..............................................................
2
C. Pembatasan Masalah ............................................................
2
D. Perumusan Masalah .............................................................
3
E. Tujuan Masalah ....................................................................
3
F. Manfaat Penelitian ................................................................
3
G. Tinjauan Pustaka ..................................................................
5
LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Konjungsi ...........................................................
6
B. Pengertian Karangan Argumentasi ......................................
9
C. Konjungsi dalam Karangan Argumentasi ............................
14
D. Metode Latihan Individual atau Drill ...................................
15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Khusus Penelitian ....................................................
19
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
19
C. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian .............................
19
D. Subjek Penelitian ..................................................................
25
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ..........................
25
F. Tahapan Intervesi Tindakan .................................................
25
ix
G. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ........................
26
H. Data dan Sumber Data .........................................................
27
I. Instrumen Pengumpulan Data ..............................................
27
J. Teknik Pengumpulan Data ...................................................
29
K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi .........................
29
L. Analisis Data dan Instrumen Hasil Analisis .........................
30
M. Pengembangan Perencanaan Tindakan ................................
31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan Tindakan ..............................
32
1. Gambaran Umum Sekolah ................................................
32
2. Penelitian Pendahuluan .....................................................
37
3. Tindakan Pembelajaran Siklus I ........................................
38
3.1 Pertemuan Pertama ......................................................
38
3.2 Pertemuan Kedua ........................................................
47
B. Pemeriksaan Keabsahan Data ....................................................
55
C. Analisis Data ..............................................................................
56
D. Interpretasi Hasil Analisis ..........................................................
61
E. Pembahasan Temuan Penelitian .................................................
62
BAB V PENUTUP A. Simpulan ....................................................................................
64
B. Saran ...........................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................
24
3.2 Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa ......................................................
31
4.1 Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat .........................................................
33
4.2 Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat ................................
34
4.3 Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat ..............................................
36
4.4 Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat .................................
36
4.5 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Jenis Kelamin ...........
36
4.6 Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya ......
37
4.7 Hasil Rata-Rata Keaktifan Siswa Pertemuan Pertama ...........................
40
4.8 Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Pertemuan Pertama .....
41
4.9 Tanggapan Siswa terhadap Tindakan Pertama ......................................
43
4.10 Nilai Pretest Memahami Karangan Argumentasi ................................
44
4.11 Presentase Tingkat Penguasaan Belajar untuk Akhir Siklus ................
45
4.12 Catatan Lapangan Pertemuan Pertama .................................................
46
4.13 Data Perolehan Siswa Nilai Postest pada Akhir Siklus .......................
48
4.14 Presentase Tingkat Penguasaan Belajar untuk Akhir Siklus ................
50
4.15 Hasil Rata-Rata Keaktifan Siswa Pertemuan Kedua ...........................
50
4.16 Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Pertemuan Kedua .....
52
4.17 Hasil Angket Persepsi Siswa terhadap Metode Latihan Individu ........
54
4.18 Data Perolehan Nilai Tes pada Akhir Siklus ........................................
56
4.19 Hasil Rata-rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I ...........
58
4.20 Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Siklus I .......................
59
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1 Siklus Kegiatan PTK ................................................................................
23
2 Grafik Prestasi Siswa Siklus I ...................................................................
63
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Lembar Wawancara Guru 3. Kutipan Wawancara dengan Guru 4. Catatan Lapangan 5. Hasil Lembar Observasi Guru 6. Hasil Lembar Observasi Siswa 7. Lembar Kerja Siswa (Pretest) 8. Wacana Lembar Kerja Siswa (Pretest) 9. Lembar Kerja Siswa (Postest) 10. Jurnal Siswa 11. Hasil Jurnal Siswa 12. Lembar Angket Siswa 13. Hasil Angket Siswa
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata memiliki peranan yang sangat penting bagi penuturnya sebagai alat komunikasi. Secara ortografis, kata terdiri atas beberapa huruf berjajar yang membentuk suatu makna. Dalam hal ini, kata juga menjadi suatu pembentuk kalimat, seperti dalam karang-mengarang. Kata dalam mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan suatu gagasan atau ide, pesan dan informasi dengan bahasa tulis. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, penulis sebagai medium tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Sebagai salah satu bentuk komunikasi bahasa, mengarang dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medium kepada pembaca.1 Kegiatan mengarang merupakan kegiatan menulis yang mengikuti alur secara bertahap dan berurutan. Dalam hal tersebut kita ketahui kegiatan mengarang itu terbagi tiga tahap, yakni (1) tahap kegiatan prapenulisan (prewriting), (2) tahap kegiatan penulisan (writing), dan (3) tahap kegiatan pascapenulisan (post-writing). Dengan begitu, pada saat akan menuangkan pikiran atau gagasan dalam bentuk tulisan, kita mencari kata yang tepat untuk mewadahi pikiran tersebut, yakni diksi. Diksi yang dimaksud adalah mengacu pada pemakaian konjungsi dalam karangan argumentasi. Diksi di sini mengandung teknis sebagai pemilihan kata dalam mengarang. Tujuan pemilihan kata tersebut agar orang lain dapat memahami pikiran dan perasaan pengarang secara mengena. Oleh karena itu, pemilihan kata merupakan unsur yang sangat penting dalam mengarang. Dalam mengarang itu sendiri tidak terlepas dengan penggunaan kata penghubung atau konjungsi. Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat; kata dengan
1
Sabarti Akhadiah, dkk., Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 1.3.
1
kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.2 Untuk memudahkan penggunaan dan pemilihan kata penghubung atau konjungsi dalam mengarang, maka kita dapat menggunakan metode latihan. Metode latihan disebut metode drill karena metode ini sesuai untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari.3 Dengan menggunakan metode ini memudahkan siswa dalam memilih dan menyesuaikan kata dalam mengarang. Dalam penelitian ini, peneliti mengutamakan diksi yang digunakan dalam mengarang, yakni pemilihan dan penggunaan kata penghubung dalam karangan. Berdasarkan yang telah diuraikan di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul: “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi Melalui Penerapan Metode Latihan Individual pada Siswa Kelas X SMA PGRI 56 Ciputat”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dapat teridentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi? 2. Seberapa besar peningkatan kemampuan siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi?
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Pemahaman yang dimaksud di sini adalah di mana kemampuan siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat dalam menerima dan memahami serta 2
Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana “Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik”, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 155. 3 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 55.
2
menguasai materi pelajaran bahasa Indonesia yang disampaikan. Khususnya mengenani materi penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi. 2. Peningkatan kemampuan siswa di sini adalah siswa lebih banyak belajar sendiri dalam penggunaan konjungsi yang tepat dalam mengarang. Sehingga siswa dapat mengembangkan krativitasnya dalam menggunaakan konjungsi yang tepat sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat?”
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. mengetahui pemahaman siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi. 2. mengetahui peningkatan kemampuan siswa mengenai penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi?
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait secara khusus manfaat penelitian ini. 1. Manfaat Teoretis, Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk: (a) bahan perbandingan bagi guru dalam penggunaan metode latihan individual untuk peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi; (b) bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-
3
pihak sekolah yang bersimpati; dan (c) konsep tentang metode latihan individual dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi.
2. Manfaat Praktis Sesuai dengan manfaat praktis dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu: a. Untuk Pendidik Manfaat bagi pendidik, khususnya guru bahasa Indonesia dapat menjadikan penelitian ini sebagai: (1) acuan dalam interaksi belajar mengajar di sekolah; (2) arahan yang jelas bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dan membimbing kegiatan siswa secara bertahap.
b. Unttuk Siswa Manfaat bagi siswa dalam penelitian ini bermaksud agar siswa dapat: (1) menemukan kebebasan bagi siswa untuk menemukan hal-hal baru bagi dirinya di dalam pembelajaran bahasa Indonesia; (2) menghilangkan rasa jenuh pada saat pembelajaran berlangsung; (3) mempermudah penguasaan konsep, memberikan pengalaman nyata, memberikan dasar-dasar berfikir konkret sehingga mengurangi verbalisme, meningkatkan minat belajar dan meningkatkan hasil belajar.
c. Untuk Sekolah Manfaat bagi sekolah dalam penelitian ini bermaksud agar sekolah dapat: (1) memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah, khususnya
pembelajaran
bahasa
Indonesia
dalam
karangan
argumentasi; dan (2) memberikan masukan dalam mengaktifkan
4
pembinaan
dan
pengelolaan
proses
belajar
mengajar
dalam
pelaksanaan pendidikan.
d. Untuk
Peneliti,
sebagai
pengalaman
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Indonesia dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai diksi, yakni penggunaan konjungsi dalam pembelajaran menulis karangan.
G. Tinjauan Pustaka Banyak penelitian yang mengangkat tentang menulis khususnya tentang menulis karangan dengan berbagai media. Ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang karangan, misalnya skripsi yanmg berjudul “Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Deskripsi Siswa Kelas VII Semester Genap SMP PGRI Banjaratma Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2009/ 2010,” yang ditulis oleh Adi Abdul Syukur, NPM : 1506500575, dan Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi dengan Media Gambar Berita Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Gemolong Tahun Pelajaran 2008/2009, yang di tulis oleh Winardi, A. 310 050 151. Berdasarkan tinjauan tersebut, tampaknya sangat memungkinkan bagi penulis untuk menulis skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan latihan Individual.”
5
BAB II ACUAN TEORETIS
A. Konjungsi 1. Pengertian Konjungsi Konjungsi yang juga dinamakan kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat; kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.4 Konjungsi pun berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam konstruksi hipotaktis (bersifat), dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam konstruksi. Konjungsi pun menghubungkan bagian-bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran.5 Perhatikan contoh kalimat berikut: (a) Ia pergi karena saya, (b) Ia pergi karena saya mengusirnya. Pada kalimat (a) karena merupakan preposisi karena diikutioleh satuan kata sehingga merupakan konstruksi eksosentris. Sedangkan kalimat (b) karena merupakan konjungsi karena menghubungkan klausa dengan klausa. Konjungsi ada yang hanya dapat digunakan untuk intra kalimat, tetapi ada pula yang dapat digunakan untuk antarkalimat, untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat. Konjungsi yang dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat adalah.6 b. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan akibat atau alasan, yakni sebab itu, karena itu, oleh karena itu, dan itulah sebabnya. c. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan kesimpulan, yakni jadi, maka, kalau begitu, jika demikian, begitulah, dan jika begitu. 4
Yayat Sudaryat, Makna dalam Wacana “Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik”, (Bandung: Yrama Widya, 2008), h. 155. 5 Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 102. 6 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 374 – 375.
6
d. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan waktu, yakni sebelum itu, sesudah itu, dan sementara itu. e. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan menguatkan atau menegaskan, yakni itu pun, lagi pula, apa lagi, selain itu, dan tambahan lagi. f. Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, dengan makna yang menyatakan pertentangan, yakni sebaliknya.
2. Jenis-Jenis Konjungsi Jenis-jenis konjungsi dibagi menjadi empat jenis: (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat, yang berfungsi pada tataran wacana.7 a. Konjungsi Koordinatif Konjungsi koordinataif yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama. Konjungtor koordinatif agak berbeda dengan konjungsi lain karena konjusngsi itu, di samping menghubungkan klausa, juga dapat menghubungkan kata. Meskipun demikian, frasa yang dihasilkan bukanlah frasa preposisional. Perhatikan contoh berikut: (1) Toni dan Ali sedang belajar bahasa Indonesia di kamar, (2) Kamu mau ikut atau tinggal di rumah saja? Mengenai konjungsi dan dan atau, orang kadang-kadang memakai keduanya secara bersamaan. Dalam hal ini cara menulisnya adalah dengan memakai garis miring di antara kedua konjungsi tersebut: dan/atau. Makna konjungsi dan berarti ‘penambahan’. Di samping konjungsi atau bermakna ‘pemilihan’, konjungsi atau juga mempunyai makna ‘penambahan’. Untuk makna penambahan seperti itu, konjungsi atau pada umumnya dipakai bila makna kalimatnya berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan kurang baik.
7
Alwi Hasan, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 297.
7
b. Konjungsi Korelatif Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama.8 Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Misalnya pada entah disetujui entah tidak, dia tetap akan mengusulkan gagasannya.
c. Konjungsi Subordinatif Konjungsi Subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi subordinatif dapat dibagi menjadi tiga belas kelompok sebagai berikut: 1) Konjungsi subordinatif waktu, yaitu sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, selama, serta, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, dan sampai. 2) Konjungsi subordinatif syarat, yaitu jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, dan manakala. 3) Konjungsi subordinatif pengandaian, yaitu andaikan, seandainya, umpanya, dan sekiranya. 4) Konjungsi subordinatif tujuan, yaitu agar, supaya, dan biar. 5) Konjungsi subordinatif konsesif, yaitu konjungsi atau kluasa yang menyatakan keadaan atau kondisi yang berlawanan dengan apa yang dinyatakan di dalam klausa utama.9 Penggunaan konjungsi subordinatif konsesif,
yakni
biarpun,
meski(pun),
walau(pun),
sekalipun,
sungguhpun, dan kendati(pun). 6) Konjungsi subordinatif pembandingan, yaitu seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, dan daripada.
8
Alwi Hasan, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 289. 9 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Ketiga, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 118.
8
7) Konjungsi subordinatif sebab, yakni sebab, karena, oleh karena, dan oleh sebab. 8) Konjungsi subordinatif hasil, yaitu sehingga, sampai, dan maka(nya). 9) Konjungsi subordinatif alat, yaitu dengan dan tanpa. 10) Konjungsi subordinatif cara, yaitu dengan dan tanpa. 11) Konjungsi subordinatif komplementasi, yaitu proses penggabungan proposisi untuk mengisi bagian yang kosong dari proposisi lain.10 Penggunaan konjungsi komplementasi, yakni bahwa. 12) Konjungsi subordinatif atributif, yaitu yang. 13) Konjungsi subordinatif perbandingan, yaitu sama ... dengan, lebih ... dari(pada).
d. Konjungsi Antarkalimat Berbeda
dengan
konjungsi
di
atasa,
konjungsi
antarkalimat
menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Oleh karena itu, konjungsi seperti ini selalu memulai suatu kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Contoh konjungsi antarkalimat: (1) Keadaan memang sudah aman; (2) Kita harus tetap waspada. Pada kalimat (1) dan (2) maka digunakan konjungsi antarkalimat akan tetapi, sehingga menjadi (3) Keadaan memang sudah aman. Akan tetapi, kita harus tetap waspada. Dari contoh tersebut jelas bahwa konjungsi antarkalimat menghubungkan dua kalimat yang utuh karena kedua kalimat itu terpisah, subjek pada kalimat kedua tetap dipertahankan meskipun subjeknya sama dengan kalimat sebelumnya.
B. Karangan Argumentasi Sebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah
dihasilkan
suatu
karangan.
Mengarang
berarti
‘menyusun’
atau
‘merangkai’. Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang 10
Ibid, h. 114.
9
berhubungan dengan benda konkret, seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut dengan istilah merangkai kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang. Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai, tetapi penyusun atau pengarang. Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis untuk orang yang menulis suatu karangan. Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara lisan. Berdasarkan uraian di atas mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan, dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Untuk bahan perbandingan, di sini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti, yaitu bahwa mengarang adalah keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami.11 Adapun pengertian karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.
1.
Pengertian Karangan Argumentasi Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan
dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Argumentasi selalu berisi penjelasan tentang suatu pertalian antara dua pernyataan atau aserasi yang biasa diurutkan. Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu sikap atau tingkah laku tertentu. Syarat 11
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009), Revisi 3, h. 234.
10
utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis. Karangan argumentasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.12 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya. 2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah. 3) Mendiskusikan
suatu
persoalan
tanpa
perlu
mencapai
suatu
penyelesaian. Langkah-langkah penyusunan argumentasi yaitu.13 a. Tentukan dahulu tema atau topik argumentasi b. Susun kerangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang telah ditentukan. c. Kembangkan kerangka karangan argumentasi menjadi karangan argumentasi.
2.
Langkah Membuat Karangan Argumentasi Semua bentuk karangan memiliki persamaan dalam langkah-langkah
penulisannya. Demikian pula halnya dalam menulis karangan argumentasi. Tahapan-tahapannya meliputi: (a) tahap praprenulisan; (b) tahap penulisan; (c) tahap pascapenulisan.14 Tahap prapenulisan yaitu tahap perancangan tulisan dengan melakukan penentuan topik, tujuan, sasaran/pembaca, dan kerangka karangan yang berisi pokok-pokok pikiran yang disusun secara sistematis. Selanjutnya, tahap penulisan dimulai dengan mengembangkan kerangka menjadi tulisan. Pengembangan karangka ini terbagi lagi menjadi tiga bagian yiatu pendahuluan yang berisi latar belakang atau alasan menulis sesuai topik pilihan, dilanjutkan dengan menuliskan tujuan dan manfaat karangan dan informasi umum tentang isi karangan. Selanjutnya isi karangan semua dituangkan pada poin isi 12
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009), Revisi 3, h. 249. 13 Jauharoti Alfin, dkk., Bahasa Indonesia I, (Bandung: LAPIS {Learning Assistence Programs for Islamic Scholls}, 2008), h. 10—11. 14 Muhammad Yunus, dkk., Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), Cetakan Kedua, h. 9.9 – 9.10.
11
karangan sesuai susunan yang ada pada kerangka karangan dan penutup karangan yang berisi kesimpulan dan saran-saran. Tahap pascapenulisan dilakukan dengan memperbaiki tulisan. Sebaiknya penyuntingan dan perbaikan juga dilakukan ketika penyusunan rencana tulisan. Cara ini lebih baik dilakukan agar kesalahan dapat diminimalkan, maka tentukan topik terlebih dahulu yang akan kita tulis. Selain itu, penulis dalam menulis karangan argumentasi sangat menginginkan agar pembaca atau pendengar memahami benar apa yang disampaikan. Oleh karena itu, diperlukan juga langkah-langkah lain dalam menulis yang dapat membantu keinginannya itu. Adapun langkah-langkah yang biasa dikembangkan dalam karangan argumentasi adalah penalaran, penalaran induktif dan deduktif, dan penolakan. a. Penalaran Penalaran (reasoning) atau jalan pikiran adalah suatu proses berfikir yang sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah kesimpulan (pengetahuan, keyakinan, atau opini).15 Penalaran juga bukan saja dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi juga dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Kalimat semacam ini, dalam hubungan dengan proses berpikir tadi disebut preposisi. Preposisi dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya subuah pernyataan atau preposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya. Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang abstrak. Untuk mewujudkannya diperlukan lambang. Lambang yang digunakan dalam penalaran akan tampak berupa argumen. Kesimpulan adalah pernyataan atau konsep yang abstrak dan lambangnya adalah kata. Lambang proposisi adalah kalimat (kalimat
15
E.Kusnadi dan Mahsusi, M.M., Mahir Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 19.
12
berita) dan lambang penalaran adalah argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak ada penalaran tanpa proposisi. Bersamaan dengan terbentuknya pengertian, perluasan akan terbentuk pula proposisi dan proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Dengan kata lain, dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi, sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.
b. Penalaran Induktif dan Deduktif Teknik induktif adalah salah satu teknik pengembangan karangan argumentasi yang memulai penulisannya dengan bukti-bukti kemudian atas nukti tersebut ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.16 Sedangkan penalaran deduktif itu sendiri adalah satu teknik pengembangan karangan argumentasi yang mengawali tulisan dengan menuliskan kesimpulan umum dilanjutkan dengan tulisan berupa hal-hal yang khusus. Meskipun demikian di dalam hal yang khusus itu diperlukan bukti-bukti yang menunjang menunjang. Bukti yang menunjang karangan argumentasi tersebut disebut sebagai premis. Dalam penalaran induksi, untuk menurunkan suatu kesimpulan, penulis harus mengumpulkan bahan-bahan atau fakta-fakta terlebih dahulu. Semakin banyak fakta yang dikumpulkan, dan semakin baik ciri kualitas fakta-faktanya itu, maka akan semakin mantap pula kesimpulan yang diturunkan itu. Sedangkan dalam penalaran yang bersifat deduktif, penulis tidak perlu mengumpulkan faktafakta. Oleh karena itu bila kita membandingkan penalaran dalam induksi dan penalaran dalam deduksi, maka kesimpulan dalam induksi kemungkinan kebenaran. Benar tidaknya proposisi itu tergantung dari kebenaran dan sifat-sifat data yang dipergunakan itu. Sebaliknya konklusi dalam sebuah deduksi dapat dipastikan sebagai konklusi yang benar kalau proposisinya itu mengandung kebenaran. 16
Ibid, h. 9.11.
13
Pada dasarnya kekuatan argumen terletak pada kemampuan penutur atau penulis dalam menentukan tiga prinsip pokok, yaitu apa yang disebut pernyataan (claim), alasan (support/ground), dan pembenaran (warrant). Pernyataan mengacu pada kemampuan menulis dalam menentukan tulisan. Alasan mengacu pada kemampuan penulis untuk mempertahankan pernyataannya dengan memberikan alasan-asalan yang relevan. Sedangkan pembenaran mengacu pada kemampuan penulis dalam menunjukkan hubungan antara pernyataan dan alasan. Jadi, prinsip argumentasi dibangun oleh tiga elemen pokok, yaitu: (1) pernyataan (claim), (2) alasan (Support/ground), dan (3) pembenaran (warrant). Sedangkan elemen pelengkapnya adalah: (1) pendukung, (2) modal (modal qualifers), (3) sanggahan (rebutta).
17
Dengan demikian, dalam sebuah karangan
argumentasi elemen-elemen tersebut disusun menjadi rangkaian kalimat yang jika susunannya baik akan menghasilkan karangan yang baik.
C. Konjungsi dalam Karangan Argumentasi Konjungsi sangat penting dalam berkomunikasi secara lisan ataupun tulisan. Dalam komunikasi lisan, konjungsi sangat besar pengaruhnya dalam menyampaikan bahasa yang membuat orang mengerti dan tidak tersinggung. Dalam bahasa tulis, seperti dunia karang-mengarang, konjungsi juga merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Di dalamnya tersirat sesuatu hal, yaitu konsep atau gagasan yang berkenaan dengan benda, peristiwa, atau perasaan yang memuat pesan yang disampaikan oleh pemakainya. Memilih dan menggunakan konjungsi dalam mengarang ternyata tidak mudah. Tulisan argumentasi dimaksudkan untuk mempengaruhi pikiran, pendapat, atau sikap pembaca sehingga dia mempercayai dan mengikuti apa yang disampaikan oleh penulis. Dalam menulis karangan argumentasi, kita dapat mengemukakan persoalan, tetapi juga menolak pendapat orang lain. Dalam menolak atau menyanggah pendapat orang, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:18 17 18
Ibid, h. 9.6. Sabarti Akhadiah, Menulis I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 8.35.
14
1. memahami dengan baik bagian karangan yang akan kita sanggah; 2. memilih pokok-pokok persoalan penting yang akan kita tolak; dan 3. mengarahkan penolakan hanya kepada pendapat, fakta atau informasi, penalaran atau apa yang dikemukakan orang.
Karangan argumentasi sering dikembangkan dari pemaparan hal-hal yang khusus untuk mencapai suatu generalisasi, dan kadang-kadang juga dibangun mulai dari pemaparan yang general (umum) ke pemaparan hal-hal yang khusus,19 seperti contoh di bawah ini.
“Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27% orang Amerika yang dapat dipilih benar-benar telah terpilih. Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4%. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8%. Dari penyajian data statistik tersebut ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih tidak menggunakan hak pilihnya dengan sungguh-sungguh.“
Berdasarkan contoh di atas, maka kita dapat menyimpulkan argumen kita yaitu, pada kalmiat 1: “Dalam pemilihan presiden tahun 1952, 60,27% orang Amerika yang dapat dipilih benar-benar telah terpilih” (bagian pendahuluan). Kalimat 2: “Dalam pemilihan tahun 1956 persentase adalah 60,4%. Dan dalam tahun 1960 adalah 63,8%” (tubuh argumen). Kalimat 3: “Dari penyajian data statistik tersebut ternyata cukup besar golongan orang Amerika yang berhak memilih
tidak
menggunakan
hak
pilihnya
dengan
sungguh-sungguh”
(kesimpulan).
D. Metode Latihan Individual (Individual Drill Methode) Metode latihan sering disebut metode training. Metode ini sesuai untuk menanamkan
kebiasaan-kebiasaan
tertentu.
Sarana
memperoleh
suatu
ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Drill merupakan suatu 19
Suparno dan Muhammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h. 5.41.
15
cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terdapat apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu keterampilan tertentu. Kata latihan mengandung arti bahwa sesuatu itu selalu diulang-ulang, akan tetapi bagaimanapun juga antara situasi belajar yang pertama dengan situasi belajar itu diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut respon yang berubah, maka keterampilan akan lebih disempurnakan. Adapun menurut Winarno Surachmad menyatakan bahwa metode drill atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap siagakan.20 Pengertian pembelajaran berlangsung bilamana terjadi suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan tingkah laku. Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum dapat dikatakan suatu proses pembelajaran, oleh karena itu perlu dipahami dalam situasi yang bagaimanakah sepantasnya dilakukan latihan siap dan bagaimanakah cara pelaksanaannya. Tujuan dari pembelajaran metode latihan (drill) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajarai anak dengan melakukannya secara praktis, pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu, dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperlukan.21 Selain itu juga ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan metode latihan (drill), sebagai berikut: Pertama, harus disadari bahwa pengertian belajar bukan berarti pengulangan persis dengan apa yang telah dipelajari sebelumnya oleh siswa, akan tetapi terjadinya suatu proses belajar dengan latihan adalah adanya situasi yang berbeda serta pengaruh latihan-latihan. Kedua, situasi belajar itulah yang mula-mula harus diulangi untuk mendapat memperoleh respons dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri 20
Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Jakarta: Jemmars, 1979), h.
21
Il. Pasaribu dan B. Simandjuntak. Didaktik dan Metodik, (Bandung: Tarsito, 1986), h.
76. 112.
16
siswa akan timbul alasan untuk memberi respons, sehingga menyebabkan dia melatih keterampilannya. Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode latihan ini ada dua fase, yaitu: (1) Fase integratif, dimana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan. (2) Fase Penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dapat dikembangkan menuntut praktek yang berulang kali. Jadi, variasi praktek di sini ditujukan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi efesiensi, bukan untuk mendalami arti. Adapun keunggulan dan kelemahan dalam metode latihan (drill), yaitu22 1. Keunggulan metode latihan (drill) ini antara lain: a. siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya; b. dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari; c. guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran.
2. Kelemahan metode latihan (drill) ini antara lain: a. dapat menghambat inisiatif siswa, dimana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya. b. menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. c. membentuk kebiasaan yang kaku, artinya seola-olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis, dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomatis. 22
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 57.
17
d. dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal di mana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaanpertanyaan yang berkenaan dengan hafalan tersebut tanpa suatu proses berpikir secara logis.
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Khusus Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. mengetahui ketepatan penggunaan diksi dalam karangan argumentasi siswa melalui penggunaan metode latihan individual. 2. mengetahui peningkatan kemampuan siswa menggunakan diksi dalam karangan argumentasi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 56 Ciputat yang berlokasi di Jl. Pendidikan No. 30 Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 pada Januari 2011.
C. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (action research classroom), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas tempat ia mengajar dengan penekanan
pada
penyempurnaan
atau
peningkatan
proses
dan
praktis
pembelajaran.23 Dapat dikatakan pula bahwa classroom action research adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif.24 Berdasarkan penelitian ini yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas partisipan. Penelitian tindakan kelas partisipan itu sendiri adalah suatu penelitian di mana peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
23
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
24
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 152.
57.
19
awal sampai pembuatan laporan.25 Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan permasalahan di kelas. Penelitian tindakan kelas berkaitan dengan penelitian kualitatif karena memang dalam pengumpulan datanya menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
tindakan
merupakan
suatu
pencarian
sistematik
yang
dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, konselor), dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian, menyusun rencana dan melakukan kegiatankegiatan penyempurnaan.26 Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa tahap kegiatan yaitu: (1) perencanaan (planning), yaitu rencana tindakan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan itu dilakukan; (2) tindakan (acting) yaitu pelaksanaan sesuai rencana; (3) pengamatan (observing) yaitu pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan tindakan; (4) refleksi (reflection) yaitu kegiatan mengemukakan implementasi rencana tindakan. Pada saat pelaksanaan tindakan peneliti melakukan penyampaian materi, tes perbuatan, dan observasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Tahap berikutnya, berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan jurnal, peneliti merefleksikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tahapan pembelajaran dalam tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus mengandung unsur perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 1. Perencanaan Kegiatan perencanaan diawali dengan merencanakan ide penelitian kemudian ditindaklanjuti dengan observasi pelaksanaan proses. Kegiatan ini merupakan kegiatan pendahuluan yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah ini adalah sebagai berikut:
25
M. Mega N dan Kania Islami Dewi, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV Regina, 2009), h. 15. 26 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2005), Cetakan Pertama, h. 140.
20
a. Permohonan izin penelitian di SMA PGRI 56 Ciputat kepada Kepala Sekolah. Perizinan ini dapat diperoleh dengan mudah karena peneliti merupakan salah satu pengajar di sekolah tersebut. Kepala sekolah beserta dewan guru telah menyatakan kesiapannya untuk memberi dukungan dan partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian ini. b. Observasi, kegiatan ini dilakukan untuk mendapat gambaran awal tentang kegiatan belajar mengajar, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X SMA PGRI 56 Ciputat. c. Melakukan telaah terhadap jadwal mata pelajaran yang ada, yang menjadwalkan mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran dalam penggunaan diksi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual. d. Melakukan telaah pokok bahasan mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas X semester 2 yang akan sesuai dengan jadwal pelajaran yang berlaku. e. Melakukan telaah terhadap kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus disampaikan pada semester 2. Dari hasil telaah terhadap tujuan pembelajaran, isi materi dan buku sumber akan ditentukan strategi pembelajaran yang sesuai, dengan harapan dapat digunakan untuk membantu siswa mempelajari materi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia agar lebih meningkatkan hasil pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan penelitian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengupayakan inovasi dalam proses pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam hal ini Kasihani Kasbulloh mengungkapkan bahwa ”tindakan yang dilaksanakan harus sejalan dengan laju perkembangan pelaksanaan kurikulum dengan kegiatan belajar mengajar di kelas.” Artinya segala aktivitas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak boleh mengganggu kegiatan pembelajaran, dalam arti mengalihkan fokus kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran yang sebenarnya.
21
3. Tahap Pengamatan (Observasi) Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara obyektif tentang perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas dalam bentuk data. Pengambilan Data dapat diperoleh dari lembar observasi, wawancara, dan juga angket.
4. Tahap Refleksi Melalui pedoman pengamatan dan alat pengumpul data yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam kegiatan tindakan penelitian ini, maka diperoleh informasi-informasi yang selanjutnya direfleksikan. Hasil refleksi ini akan memberikan makna pada proses pembelajaran. Berdasarkan analisis tersebut maka dapat ditentukan apakah siklus selanjutnya perlu dilaksanakan atau tidak. Sedangkan penelitian akan diakhiri atau dihentikan apabila hasil tes yang diberikan pada setiap akhir siklus menunjukkan bahwa rata-rata nya sudah mencapai 65 sesuai dengan KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat. Keempat tahapan kegiatan tersebut dipandang sebagai suatu siklus spiral atau siklus berulang terus sampai masalah yang dihadapi dapat dipecahkan. Rangkaian siklus tersebut dapat dilihat pada gambaran berikut: 27
27
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), Cet. Kesembilan, h. 16.
22
Permasalahan tingginya tingkat latihan secara individu
Rencana Siklus I Pelaksanaan Siklus I Refleksi Siklus I
Observasi
Rencana Siklus II
Pelaksanaan Siklus II Observasi
Refleksi Siklus II
Apabila belum terselesaikan maka dilanjutkan ke siklus selanjutnya
Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Suharsimi Arikunto, 2009
Dari gambar di atas dapat dijelaskan dengan menggunakan desain penelitian sebagai berikut: Kegiatan pendahuluan: 1. Membuat surat izin penelitian 2. Mensosialisasikan model pembelajaran dengan metode latihan secara individual dalam kelas yang diteliti 3. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran untuk tiap siklus 4. Membuat kisi-kisi instrumen 5. Membuat format observasi 6. Menyiapkan alat dokumentasi Adapun tahapan pembelajaran pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut:
23
Tabel 3.1 Desain Penelitian Siklus I
Tahap Perencanaan Tahap Pelaksanaan
Merancang Skenario Pelaksanaan Tindakan Pendahuluan Memotivasi siswa dengan menjelaskan metode latihan secara individu Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti Guru menjelaskan materi dengan metode latihan Guru
menjelaskan
pengertian
karangan
argumentasi dengan penggunaan diksi Guru membagikan contoh karangan argumentasi dengan penggunaan diksi Guru memberi tes pada akhir siklus dengan cara siswa membuat karangan argumentasi dengan penggunaan diksi secara individual Penutup Guru
memberikan
refleksi
pada
akhir
pembelajaran Guru memberikan tes pada akhir siklus Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan semua proses yang terjadi dalam tindakan dengan menggunakan format observasi. Fokus pengamatan adalah kegiatan siswa pada saat membuat karangan argumentasi yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
Tahap Refleksi
Melakukan evaluasi dari setiap tindakan yang telah dilakukan pada siklus I. Memperbaiki evaluasi, berikutnya.
24
pelaksanaan
untuk
tindakan
digunakan
pada
sesuai siklus
D. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA PGRI 56 Ciputat. Dalam penelitian ini subjek yang akan dikenai tindakan yakni siswa kelas X-2 SMA PGRI 56 Ciputat tahun pelajaran 2010/2011. Siswa yang berada pada kelas X-2 ini berjumlah 33 siswa yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Pemilihan subjek kelas X didasarkan atas pertimbangan: 1. Berdasarkan observasi penulis dan wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMA PGRI 56 Ciputat sebelum melakukan penelitian, dari 2 kelas yang ada terlihat bahwa kelas X-2 adalah kelas yang pasif dan rata-rata nilai di kelas tersebut masih di bawah 65% jadi karakteristik siswa kelas X-2 dapat memenuhi permasalahan yang ada, dan siswa yang dikenai tindakan diambil secara utuh dalam satu kelas. 2. Siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat tahun ajaran 2010/2011 memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dilihat dari kemampuannya pemahamannya.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Dalam penelitian ini, posisi peneliti yaitu sebagai pengkaji permasalahan, pendiagnosis masalah, perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan.
F. Tahapan Intervensi Tindakan Pada penelitian ini tindakan pembelajaran yang akan dilakukan ke dalam siklus I, yaitu: Tindakan Pembelajaran Siklus I 1. Tindakan Pertama Sebelum
menyajikan
materi,
peneliti
memberikan
motivasi
dengan
menjelaskan manfaat belajar dengan metode latihan secara individu, melakukan apersepsi dan mengomunikasikan tujuan pembelajaran. 2. Tindakan Kedua Siswa dilontarkan satu permasalahan yang telah didesain peneliti dan kemudian diselesaikan dengan teman yang duduknya berdekatan dalam satu baris.
25
3. Tindakan Ketiga Pada tindakan siklus I, siswa lebih diarahkan dan dibimbing agar dapat memahami bacaan yang sudah disajikan. 4. Tindakan Keempat Guru mengarahkan siswa agar dapat mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, misalnya bertanya pada guru pengajar, membaca mandiri, dan lainlain. 5. Tindakan Kelima Setelah
siswa
selesai
melakukan
penyelidikan
dan
menyelesaikan
permasalahan yang diberikan maka siswa dianjurkan membuat karangan argumentasi dengan bahasa sendiri. 6. Tindakan Keenanm Untuk lebih menguatkan konsep yang didapatnya, siswa diberikan latihan dan di akhir siklus diadakan latihan selama satu jam pelajaran.
G. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan Penelitian yang dilakukan ini, mengharapkan suatu perubahan pada siswa dalam memahami konsep menulis. Materi yang mereka pelajari benar-benar dapat dipahami dengan jelas, dalam arti siswa bukan sekedar hafal akan tetapi dapat memahami maknanya. Dari tindakan yang dilakukan diharapkan pula adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Tolak ukur keberhasilan siswa atau kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi karangan argumentasi ini apabila siswa dapat membuat karangan argumentasi sesuai dengan penggunaan konjungsi dengan benar sebesar 65% dari skor total (100). Sehingga diharapkan dengan pemahaman konsep dengan baik, mereka akan dengan mudah untuk memahami materi-materi selanjutnya dan mendapatkan peningkatan terhadap prestasi belajar mereka.
26
H. Data dan Sumber Data Prosedur penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari penelitian tidakan kelas ini adalah: 1. Hasil tes siswa setelah diberikan perlakuan pada setiap siklus. 2. Hasil observasi, hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokemntasi. Adapun sumber datanya diperoleh dari guru, siswa, dan peneliti itu sendiri yang didapat pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung.
I. Instrumen Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan upaya sistematik untuk memperoleh informasi tentang objek penelitian (manusia, objek, dan sebagainya) dan setting terjadinya.28 Untuk memperoleh data yang diperlukan tersebut maka terlebih dahulu dibuat instrumen penelitian yang terdiri dari: 1.
Lembar Observasi Observasi merupakan metode pemgumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap objek penelitian. Pengamatan ini dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung ketika penelitian sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui: (a) seberapa jauh pelaksanaan tindakan (intervensi) berjalan dengan rencana dan persiapan yang telah disusun sebelumnya; (b) seberapa jauh proses yang terjadi dapat diharapkan mencapai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.
Lembar Wawancara Wawancara dilakukan pada awal penelitian dan tiap akhir siklus dalam
penelitian. Wawancara menitikberatkan pada tanggapan dan kesulitan siswa serta saran siswa terhadap pembelajaran berikutnya.
28
B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jayapura: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), h. 47.
27
3.
Catatan Lapangan Catatan
lapangan
untuk
setiap
tindakan
dimaksudkan
untuk
mengungkapkan aktivitas siswa dan guru yang tidak dapat diketahui dengan menggunakan lembar observasi.
4.
Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi yang memberikan kepada responden. Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup, dengan bentuk pilihan ganda, di mana responden diminta untuk memilih salah satu jawaban.
5.
Jurnal Siswa Jurnal dilakukan untuk mengungkapkan segala hal yang dilakukan siswa
setelah proses belajar mengajar berlangsung. Jurnal siswa berisi tentang pembelajaran karangan argumentasi setelah mengikuti pembelajaran keterampilan menulis.
6.
Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur tingkat ketercapaian metode
latihan individual dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu tes hasil belajar digunakan untuk mengukur pemahaman materi serta peningkatan hasil belajar siswa setelah tindakan dilakukan. Tes yang diberikan yaitu membuat karangan argumentasi dengan memperhatikan penggunaan konjungsi dengan baik dan benar. Responden yang mengikuti tes sebanyak 40 siswa. Tes ini digunakan untuk mengumpulkan data pada akhir tindakan.
7.
Dokumentasi Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan gambaran bagaimana
sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan mengambil gambar kegiatan para siswa dan guru dalam pelaksanaan pembelajaran
28
saat penelitian dilaksanakan. Data yang dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.
J. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan tidak hanya satu, tetapi menggunakan multiteknik. Ada tiga kelompok teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Pengalaman, dilakukan dalam bentuk observasi. Observasi ini dilakukan peneliti sebelum PBM dan pada saat pelaksanaan PBM berlangsung serta melalui teman sejawat dalam pelaksanaan PBM. Hasil yang diperoleh pada setiap pengamatan didiskusikan oleh peneliti bersama guru pada saat menganalisis data untuk membuat tindakan pada siklus berikutnya. 2. Pengungkapan, dilakukan melalui wawancara dan pengukuran dengan tes mengenai pemahaman konsep. 3. Pembuktian, dilakukan dengan mencari bukti-bukti dokumenter, seperti dokumen foto dan catatan lapangan.
K. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi Untuk memperoleh data yang valid maka digunakan teknik triangulasi data yang memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis peneliti dengan membandingkan dengan hasil orang lain. Adapun tindakan yang dilakukan adalah: 1. pengambilan data dari berbagai narasumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa ( Source Triangulation). 2. penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul lebih akurat (Instrument Triangulation). Langkah yang ditempuh adalah mengisi lembar observasi, pedoman wawancara dan memeriksa hasil kerja siswa. 3. penggunaan berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan, wawancara, dan pengambilan gambar dalam foto.
29
4. memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapnnya. 5. mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
L. Analisis Data dan Instrumen Hasil Analisis Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi dan mengelompokkan data.29 Dari penelitian yang dilakukan data yang terkumpul terdiri dari hasil aktivitas siswa sebagai indikator keaktifan siswa, hasil observasi aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran model latihan secara individu dan hasil belajar yang berupa nilai tes setiap akhir siklus sebagai indikator pemahaman siswa terhadap konsep yang disampaikan. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang terkumpul dari setiap siklus adalah: 1. menganalisis data hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan setiap siklus dengan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang hanya menggunakan paparan sederhana. 2. menenukan rata-rata dari seluruh siswa yang mengikuti tes. a. penskoran terhadap siswa dalam penggunaan diksi. b. tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam nilai dengan rumus: Nilai Akhir (NA) = jumlah skor yang didapat siswa x 100 skor maksimum selanjutnya dihitung rata-rata, rumus yang digunakan: nilai rata-rata (x) = jumlah skor seluruhnya jumlah seluruh siswa Berdasarkan perolehan nilai, tingkat keberhasilan belajar siswa ditetapkan seperti dalam tabel berkut:30
29
Mahsun M.S, Metode Penelitian Bahasa “Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 253. 30 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 18.
30
Tabel 3.2 Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa Nilai Siswa
Kategori Prestasi Belajar
81 – 100 %
Sangat Baik
61 – 80 %
Baik
41 – 60 %
Cukup
21 – 40 %
Kurang
< 21 %
Sangat Kurang
M. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah penelitian ini berakhir, peneliti menyadari bahwa dari penelitian yang dilakukan ini telah berhasil menguji adanya peningkatan pemahaman konsep bahasa Indonesia pada materi karangan argumentasi dengan model pembelajaran latihan secara individual. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia siswa, serta akan membantu pemahaman faktor-faktor lain yang belum diketahui. Untuk itu masih perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
31
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan 1. Gambaran Umum Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat berlokasi di jalan Pendidikan No. 30 Tangerang Selatan 15411. Tidak jauh dari Pasar Ciputat Tangerang Selatan. Dilihat dari letak keberadaan lokasinya cukup strategis dan mudah dijangkau baik dari Pamulang, Parung, Ciputat, dan Serpong. Sekolah tersebut mempunyai luas tanah kurang lebih 1440 M² yang bergabung dengan SMP PGRI Ciputat. Sekolah tersebut dapat sukses sampai sekarang ini karena ditangani oleh Kepala Sekolah yang bernama Drs. Asep Setiadi, M.Pd. Jumlah tenaga pendidik di sekolah itu sangat berkualitas karena mempunyai jumlah tenaga pendidik yang cukup banyak yaitu 34 tenaga pendidik Tahun 2009/2010 mempunyai data Pendaftaran Siswa Baru (PSB) beserta jumlah siswanya. Maka data dan jumlah siswa tersebut adalah data siswa yang mendaftar 40 siswa laki-laki dan 30 siswa perempuan. Sedangkan siswa yang diterima di SMA PGRI 56 Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 31 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan. Jumlah siswa SMA PGRI 56 Ciputat ada tiga kelas, yaitu jumlah siswa untuk kelas X 59 siswa yang terdiri dari 31 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan. Kelas XI 68 siswa yang terdiri dari 33 siswa laki-laki dan 35 siswa perempuan. Sedangkan kelas XII 92 siswa yang terdiri dari 52 siswa laki-laki dan 40 siswa perempuan. Maka, jumlah seluruh siswa PGRI 56 Ciputat Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 219 siswa baik siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
32
a. VISI DAN MISI SMA PGRI 56 Ciputat: (1) Visi : Menjadikan SMA PGRI 56 Ciputat sebagai pusat pengembangan pendidikan, kebanggaan masyarakat yang menghasilkan kader-kader bangsa berkualitas yang unggul dalam IPTEK dan IMTAQ. (2) Mis : 1. Menyelenggarakan pendidikan umum yang bersifat nasional 2. Menghasilakn tamatan yang kompeten, terampil dan bermutu 3. Menghasilkan tamatan yang berguna bagi dirinya, bangsa dan Negara 4. Menjadikan lembaga pendidikan kebangsaan masyarakat Ciputat dan sekitarnya 5. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi kepada pengembangan potensi siswa dalam membentuk manusia seutuhnya.
b. Kurikulum Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah harus mempunyai pedoman dan pegangan di dalam belajar, khususnya bagi seorang pendidik atau guru. Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan pendidikan nasional yang berlakukan sekarang ini, garis-garis besar pedoman pengajar dan pedoman pelaksanaan di dalam kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum di SMA PGRI 56 Ciputat, yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah disempurnakan atau suplemen dengan perincian sebagai berikut. Tabel 4.1 Kurikulum SMA PGRI 56 Ciputat Jumlah Jam No.
Mata pelajaran
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
1
Pendidikan Agama
2
2
2
2
Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
2
3
Bahasa Indonesia
6
6
6
4
Bahasa Inggris
6
6
6
5
Matematika
6
6
6
6
Fisika
2
1
2
33
7
Biologi
2
1
2
8
Kimia
2
1
2
9
Sejarah
2
2
3
10
Geografi
2
2
3
11
Ekonomi
2
1
2
12
Sosiologi
2
1
2
13
Seni Budaya
2
2
4
14
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
2
2
4
15
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
2
2
4
16
Pengembangan Diri
2
2
4
c. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf TU, dan Penjaga Sekolah Tenaga pengajar di SMA PGRI 56 Ciputat berjumlah 34 tenaga seorang pendidik, yaitu terdiri dari 20 tenaga pendidik laki-laki dan 14 tenaga pendidik perempuan. Untuk staf TU berjumlah 4 tenaga diantaranya Staff TU dan penjaga sekolah berjumlah 3 tenaga.
Tabel 4.2 Keadaan Tenaga Pengajar SMA PGRI 56 Ciputat No.
Nama
1
Drs. Asep Setiadi, M.Pd
2
Novia Roza, M.Pd
3
Jenis Kelamin L
Pendidikan
Bidang Studi
S2
Fisika
P
S2
Bahasa Inggris
Siti Aisyah, M.Pd
P
S2
Ekonomi
4
Dra. Ulfiani Rahmah
P
S1
Biologi
5
Drs.Tatang Gunawan
L
S1
Matematika
6
Junaedi, S.Pd. M.M
L
S1
Ekonomi
7
Dra. Ecin Kuraesin
P
S1
Bahasa Indonesia
8
H. Hasan HB, M.Pd
L
S2
Sosiologi
9
Drs. Sidup Usman
L
S1
Bahasa Indonesia
10
Tatang Setiawan, S.Pd
L
S1
Matematika
34
11
M. Zaenudin, S.E
L
S1
Penjaskes
12
Dra. Tienefia Agus
P
S1
Fisika, Kimia
13
Tatan ZM, S.Ag., M.Pd
L
S2
Agama,PSPJD, Matematika
14
Buyung Tarmizi, S.Pd
L
S1
Sejarah
15
Abdul Rohim, S.Pd
L
S1
Fisika, Al-Qur’an
16
Yunita Nurhidayati, S.Hum
P
S1
Sosiologi
17
Cucu Purnama Alam A, S.Pd
P
S1
Seni Budaya
18
Heru Sutanto, S.Pd
L
S1
Geografi
19
Budiyanto, S.Pd
L
S1
Sejarah/PKN
20
Yusep K. Sukma, S.E
L
S1
Komputer/TIK
21
Drs. Hartono, S.Pd
L
S1
Fisika
22
Evend Afriansyah
L
-
TIK
23
Duduh Durachman
L
-
PSPJ PGRI
24
Titin Kurniani
P
-
-
25
Nia Kurniasih, S.Pd
P
S1
-
26
Kusnandar, A.Md
L
-
-
27
M.H. Tamrin
L
-
-
28
M. Tarigan
L
-
-
29
Eka Rostika Sari, S.Pd
P
S1
Matematika
30
Agus Suhandi, S.Pd. I
L
S1
Agama Islam
31
Rindu Harahap
P
-
Agama Kristen
32
Agus Purwanto
L
-
Piket
33
Tugimin
L
-
Pesuruh
34
Lili
L
-
Pesuruh
Tabel 4.3 Keadaan Staf TU SMA PGRI 56 Ciputat No
Tenaga Tat Usaha
Jumlah Staf TU
1
Tata Usaha Tetap
3 orang
2
Tata Usaha Tidak Tetap
1 orang
Jumlah
4 orang
35
Tabel 4.4 Keadaan Penjaga Sekolah SMA PGRI 56 Ciputat No 1
Tenaga Penjaga
Jumlah
Satpam
3 orang Jumlah
3 orang
d. Jumlah Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Jumlah siswa SMA PGRI 56 Ciputat adalah sebanyak 219 siswa. Yang terdiri dari kelas X sebanyak 59 siswa, kelas XI sebanyak 68 siswa, dan kelas XII sebanyak 92 siswa. Untuk memperjelas pernyataan di atas, maka dilihat tabel di bawah ini: Tabel 4.5 Keadaan Siswa SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Jenis Kelamin
1
Kelas X
Jenis kelamin L P 31 28
2
Kelas XI
33
35
68
3
Kelas XII
52
40
92
Jumlah
116
103
219
No
Kelas
Jumlah 59
e. Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Bangunan atau keadaan sarana dan prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana SMA PGRI 56 Ciputat Menurut Kondisinya No
Jenis Fasilitas
Jumlah
Kondisi
A
Administrasi
1
Ruang Kepala Sekolah
1 Ruang
Baik
2
Ruang Guru
1 Ruang
Baik
3
Ruang Pelayanan Administrasi
1 Ruang
Baik
B
Kegiatan Belajar
1
Ruang Kelas
10 Ruang
Baik
36
2
Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi
1 Ruang
Baik
3
Ruang Lab. Bahasa
1 Ruang
Baik
4
Ruang Praktek Komputer
1 Ruang
Baik
C
Penunjang Pendidikan
1
Ruang Perpustakaan
1 Ruang
Baik
2
Ruang Ibadah
1 Ruang
Baik
D
Penunjang Lainnya
1
Ruang Toilet
4 Ruang
Baik
2
Ruang Gudang
1 Ruang
Baik
2. Penelitian Pendahuluan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti dimulai dengan kegiatan observasi awal di SMA PGRI 56 Ciputat. Kegiatan observasi awal ini meliputi pengamatan tehadap kegiatan pembelajaran yang ada di sekolah dan sarana prasarana yang menunjang kegiatan pembelajaran di SMA PGRI 56 Ciputat. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa karakteristik siswa kelas X-2 sebagai berikut. a. Pembelajaran yang berlangsung di kelas cukup teratur. Siswa umumnya memperhatikan penjelasan guru. Namun beberapa siswa masih terlihat bermain-main dengan alat-alat pembelajaran yang ada di meja atau meja tulis mereka ataupun membaca bacaan lain ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. b. Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa sudah cukup bervariasi, antara lain metode ceramah, tanya-jawab, diskusi, pemberian tugas, dan demonstrasi. c. Pada saat mengerjakan tugas di kelas, masih terdapat beberapa siswa yang bertanya dan menyalin pekerjaan teman-temannya. d. Terhitung beberapa siswa yang sangat aktif menjawab dan bertanya kepada guru mengenai materi yang sedang dijelaskan, namun banyak siswa yang sekedar diam dan hanya mendengarkan.
37
Karakteristik anak kelas X-2 yang sudah dipaparkan di atas, peneliti dapat menyimpulkan mengapa peneliti dapat sekaligus menjadi pengajar di sekolah tersebut. Oleh karena itu peneliti lebih mengenal guru pengajar bahasa Indonesia di sekolah tersebut, dengan demikian lebih memudahkan penelitian melaksanakan penelitian tindakan kelas dan peneliti menjadi guru pengajar. 3. Tindakan Pembelajaran Siklus I 3.1 Pertemuan Pertama a. Tahap Perencanaan Pembelajaran siklus I ini terdiri dari dua pertemuan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pertemuan pertama ini adalah pembuatan RPP, catatan lapangan, dan lembar soal pretest. Materi yang diajarkan pada pertemuan pertama ini mengenai ruang lingkup pengertian dari karangan argumentasi. Untuk menunjang pembelajaran, peneliti juga menyiapkan lembar observasi dan jurnal siswa untuk setiap akhir pertemuan yang diberikan pada siswa. Pada pertemuan pertama ini, stelah guru memberikan soal pretest kepada siswa, guru pun memperkenalkan pengertian dan penggunaan diksi yang tepat dalam membuat karangan argumentasi kepada siswa dengan harapan siswa dapat berlatih secara individu sehingga dapat meningkatkan pembelajaran keterampilan menulis. Penelitian dilaksanakan di kelas X-2 yang berjumlah 33 siswa yang terdiri 15 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Pada pembelajaran karangan argumentasi, peneliti menyampaikan penggunaan diksi dengan menggunakan kata penghubung antarkalimat dengan metode latihan secara individu. Setelah penyampaian materi, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan. Soal yang tidak mengerti harus dikonfirmasi dahulu kepada peneliti sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan tindakan adalah tahap di mana guru akan merealisasikan perencanaan yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pembahasan pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama ini sebagai berikut. 1. Pertemuan Pertama/Selasa, 18 Januari 2011
38
Pada pertemuan pertama ini, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Untuk materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini mencakup materi karangan argumentasi. Sedangkan tugas yang diberikan adalan tugas penyelesaian soal pretest secara individu. Secara keseluruhan, siswa telah hadir di dalam kelas sebelum guru memasuki ruang kelas. Namun beberapa siswa ada yang sudah siap melaksanakan proses pembelajaran dan ada yang belum siap. Ketika ketua kelas menuntun siswa memberi salam dan doa kepada gurunya baru semua siswa hening dan siap mengikuti pelajaran. Guru langsung membuka pelajaran dengan apersepsi, tujuannya agar kondisi di kelas lebih nyaman ketika sudah saling kenal. Namun, ketika guru memberikan soal pretest untuk dikerjakan, hanya sedikit siswa yang sudah paham dengan soal. Beberapa siswa terlihat sibuk membaca saja tapi tidak bisa menjawab soal. Sedangkan siswa yang bisa mengerjakan soal tersebut merupakan siswa yang sudah paham sehingga mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam prestest. Kemudian guru langsung bertindak dengan menjelaskan cara mengerjakan soal tersebut. Akhirnya mereka pun dapat mengerjakan dengan tingkat pemahaman mereka. Ketika guru memberitahukan bahwa waktu penyelesaian tugas yang diberikan sudah habis, sebagian besar siswa mengeluh dan kaget. Walaupun hanya beberapa siswa saja yang tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, sebagian siswa yang mengumpulkan tugas ternyata belum mengisi sebagian soal yang diberikan. Dan ketika guru membahas soal yang diberikan pada tugas tersebut, sebagian kecil siswa tidak memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti, untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada awal observasi, peneliti mengalami kendala mengisi lembar observasi, melalui pengamatan yang diteliti akhirnya peneliti dapat mengisi dengan baik. Hasil pengamatan siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut.
39
Tabel 4.7 Hasil Rata-Rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Pertemuan Pertama No
Proses KBM
1
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
2
Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan guru.
3
Siswa mengerjakan tugas dengan baik sesuai waktu yang
Pertemuan Ke-1 4 3 3
disediakan. 4
Siswa mengemukakan pendapat.
2
5
Siswa dapat menerima materi dengan baik.
4
6
Siswa terlibat langsung dalam beragam kegiatan kelas selama pembelajaran.
4
7
Siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran.
4
8
Siswa menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.
3
Jumlah rata-rata keseluruhan
Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah pertemuan = 27 2 = 13,5 Keterangan: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik
Skala penilaian jumlah rata-rata: 6 – 10 = Berprestasi rendah 11 – 15 = Berprestasi sedang
40
27
16 – 20 = Berprestasi tinggi
Tabel 4.8 Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Pertemuan Pertama No
Proses KBM
1
Guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik.
2
Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang sebelumnya.
Rata-rata Pertemuan Ke-1 104 101
3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
110
4
Guru memberi motivasi yang positif terhadap siswa
101
selama KBM berlangsung. 5
Guru memberi tugas kepada siswa dengan baik.
6
Guru bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap proses KBM.
106 106
7
Guru memberi pertanyaan atau menanggapi siswa.
101
8
Guru memberi kesimpulan dari pelajaran saat itu.
100
Jumlah rata-rata keseluruhan
Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Siswa Jumlah Siswa = 829 33 = 25,12
Keterangan: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik
41
829
Skala penilaian jumlah rata-rata: 7 – 16 = Berprestasi rendah 17 – 26 = Berprestasi sedang 27 – 36 = Berprestasi tinggi
Pada tabel 4.7 terlihat bahwa dari delapan aspek atau aktivitas yang diobservasi mulai lembar observasi guru pada pertemuan pertama didapatkan ratarata 13,5 dengan kategori keaktifan berprestasi siswa pada tingkat sedang. Sedangkan pada tabel 4.8 bahwa penilaian siswa terhadap guru, pada pertemuan pertama nilai rata-ratanya 25,12 dengan kategori guru yang berprestasi sedang. Selain lembar observasi guru dan juga lembar observasi siswat terhadap guru, peneliti menggunakan jurnal harian siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan pertama ini dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Tanggapan Siswa terhadap Tindakan Pertama Apakah yang kamu peroleh dari pembelajaran hari ini? Tentang argumentasi, bahwa argumentasi adalah karangan dengan memperhatikan diksi, dijelaskan contoh-contoh argumentasi, dan dapat mengarangnya cukup memuaskan.
Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran hari ini? Cukup mudah dimengerti, mungkin agak sulit mengerjakannya karena membingungkan. Memberi penjelasan dengan baik dan dapat ditangkap dengan cepat. Tabel tiga hanya menerangkan secara keseluruhan hasil jurnal siswa pada pertemuan pertama, yang mana dari 100% jawaban siswa, rata-rata 90% menjawab seperti yang sudah dipaparkan pada tabel tiga di atas. Selain jurnal siswa ada juga catatan lapangan yang dilakukan guru sekaligus peneliti.
42
Pada pertemuan pertama peneliti juga menyebarkan pretest terhadap siswa, di mana peneliti hanya ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap bacaan sebelum materi disampaikan. Hasil tes tersebut disajikan dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10 Nilai Pretest Memahami Karangan Argumentasi No.
Responden
Aspek Penilaian 1
2
3
Skor
Kategori Perolehan Skor
1
Chaidir Ali
60
50
50
53
Cukup
2
Darmain Maulana
73
75
65
71
Baik
3
Derta Mahilda
75
75
75
75
Baik
4
Desi Delvia Putri
70
73
70
71
Baik
5
Diki Chanaviar
60
60
60
60
Cukup
6
Dita Puspa Sari
60
60
60
60
Cukup
7
Dwi Ayu Seviani
74
70
65
70
Baik
8
Firgiawan Listanto
60
50
55
55
Cukup
9
Indah P.
65
61
66
64
Baik
10
Iqbal Chanaviar
60
60
60
60
Cukup
11
Kevin Johannes
65
60
65
60
Cukup
12
Mahendra Sadewo
60
60
60
60
Cukup
13
Marselina Ayu V.
73
75
70
73
Baik
14
Mega Andriani
60
65
60
62
Baik
15
Muhammad Aulia Inka N.
60
60
60
60
Cukup
16
Muhammad Sulaeman
60
60
60
60
Cukup
17
Nenengsi
65
60
65
63
Baik
18
Rafina Fitriyani
74
75
65
71
Baik
19
Ratnasari
70
74
65
70
Baik
20
Ratu Balkhis
65
66
60
64
Baik
21
Rista Nurhayati
60
60
70
63
Baik
22
Rizky Agustian
65
66
60
62
Baik
43
23
Santika
60
50
55
55
Cukup
24
Shalehah Putry
75
75
77
76
Baik
25
Vicky Mirhad Akbar
60
60
60
60
Cukup
26
Vidi Melinda
70
65
71
67
Baik
27
Wita Hartini
75
65
70
70
Baik
28
Yudi Ariyanto
65
60
65
63
Baik
29
M. Fadillah
64
65
55
61
Baik
30
Nur Indah Asry A.
64
50
55
56
Cukup
31
Devilia A.
70
70
52
64
Baik
32
Hamdani
65
75
50
63
Baik
33
Rini Juriah
65
60
55
60
Cukup
Total Skor = Jumlah Skor yang didapat siswa Jumlah siswa = 2107 33 = 63,8
Berdasarkan
tabel
diperoleh
tingkat
penguasaan
tertinggi,
tingkat
penguasaan rendah, rata-rata penguasaan yang dirangkum dalam tabel 4.11. Tabel 4.11 Presentase Tingkat Penguasaan Belajar untuk Akhir Siklus Tingkat Penguasaan
Sikus I
Nilai Tertinggi Siswa
76
Nilai Terendah Siswa
53
Rata-rata nilai siswa
63,8
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai pretest siswa masih < dari nilai KKM (65), yaitu nilai rata-rata 63,8. Dalam hal ini maka harus ada tindak lanjut pada pertemuan kedua.
44
d. Tahap Refleksi Setelah melihat hasil peniaian pretest, lembar observasi guru maupun lembar observasi siswa, hasil jurnal, dan catatan lapangan, masih banyak yang perludiperbaiki dalam kegiatan pertemuan pertama ini. Persiapan guru pada pertemuan selanjutnya harus ditingkatkan. Prestest yang dapat dilihat pada tabel 4.10 hasil rata-ratanya kurang mencukupi dari nilai KKM (65) dan hasilnya 63,8. Dari 33 siswa yang mendapat nilai terendah yiatu 53, di mana penggunaan konjungsinya kurang tepat sehingga mendapat penilaian terendah seluruh siswa. Pada hasil lembar observasi guru terhadap keaktifan siswa, dapat dilihat pada poin keempat yang mendapat skor 2 (kurang), hal ini menyatakan keaktifan siswa masih kurang baik. Selanjutnya dapat dilihat pada jurnal siswa yang mana pernyataan siswa dalam pembelajaran hari ini merasa kesulitan dalam memahami karangan argumentasi, namun ketika memperhatikan penjelasan guru sedikit demi sedikit memahami juga walau tidak secara keseluruhan. Selain itu dalam catatan lapangan ini terdapat beberapa catatan sebagaimana tampil pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Catatan Lapangan Pertemuan Pertama No. 1
Kendala/Kesulitan Guru
Solusi/Saran Perbaikan
Guru kurang memotivasi siswa Guru memberikan motivasi awal pada pada awal pembelajaran
2
setiap pertemuan
Waktu untuk mengerjakan pretest Guru membagi waktu untuk mengerjakan sangat lama karena siswa terlalu tugas harus lebih tepat, agar jelang akhir sering
bertanya
mengenai
soal pertemuan dapat dijadikan sesi tanya
tersebut sehingga siswa merasa jawab pada siswa sehingga siswa dapat untuk bertanya mengenai pelajaran bertanya tentang pelajaran yang kurang kepada guru terlalu sedikit.
dimengerti hari ini.
Perencanaan selanjutnya untuk pertemuan kedua untuk memperbaiki pertemuan pertama adalah dengan menerapkan metode latihan secara individu dalam proses menulis karangan argumentasi dengan penggunaan konjungsi dengan baik dan benar. 45
3.2 Pertemuan Kedua a. Tahap Perencanaan Pada
tahap
perencanaan
dalam
pertemuan
kedua
ini,
peneliti
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pertemuan kedua melanjutkan dari pertemuan pertam, lembar observasi siswa dan guru, jurnal siswa, catatan lapangan, dan yang terakhir lembar soal postest di mana lembar ini menyatakan pada akhir siklus I ini. Materi yang diajarkan pada siklus I ini mengenai ruang lingkup metode latihan secara individu, pengertian konjungsi, macam-macam konjungsi, penggunaan konjungsi, dan pengertian karangan argumentasi. Untuk menunjang pembelajaran, peneliti juga telah menyiapkan lembar angket untuk akhir sikus I yang diberikan pada siswa. b. Tahap Pelaksanaan 1. Pertemuan Kedua/Kamis, 20 Januari 2011 Untuk pertemuan kedua ini akan dilaksanakan proses pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan memperhatikan penggunaan konjungsi dengan baik dan benar. Pada pertemuan ini, terdapat satu siswa yang belum hadir ketika guru telah memasuki kelas dengan alasan masih di kantin. Dalam mencatat materi yang diberikan, siswa terlihat antusias. Namun kenyataannya ketika siswa mencatat materi yang ada di papan tulis, guru sedikit bertanya tentang karangan argumentasi tersebut, ada beberapa siswa yang belum mengerti karena mereka terlihat mengobrol dengan teman sebangkunya ketika guru memberikan penjelasan materi. Guru kemudian bersikap tegas melarang mereka mengobrol lagi pada saat guru sedang menjelaskan materi. Para siswa terlihat serius ketika mengerjakan soal postest, dan mereka mencoba mengikuti langkah-langkah pembuatan karangan argumentasi. Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya kemampuan memahami penggunaan konjungsi dalam belajar bahasa Indonesia, maka penelitian ini dapat dihentikan pada siklus I dan dianggap penerapan metode latihan secara individu dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hasil belajar melalui tes akhir siklus I sudah
46
menunjukkan hasil yang meningkat dengan rata-rata tes siswa mengalami peningkatan. Hasil skor akhir siswa (postest) dapat dilihat pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Data Perolehan Siswa Nilai Postest pada Akhir Siklus No.
Responden
Aspek Penilaian 1
2
3
Skor
Kategori Perolehan Skor
1
Chaidir Ali
75
75
65
72
Baik
2
Darmain Maulana
76
75
65
72
Baik
3
Derta Mahilda
80
80
80
80
Baik
4
Desi Delvia Putri
75
75
75
75
Baik
5
Diki Chanaviar
75
65
65
68
Cukup
6
Dita Puspa Sari
75
75
75
75
Baik
7
Dwi Ayu Seviani
75
77
73
75
Baik
8
Firgiawan Listanto
75
76
75
75
Baik
9
Indah P.
80
75
76
77
Baik
10
Iqbal Chanaviar
70
65
65
67
Cukup
11
Kevin Johannes
70
70
70
70
Baik
12
Mahendra Sadewo
70
69
65
78
Baik
13
Marselina Ayu V.
78
80
77
78
Baik
14
Mega Andriani
80
84
81
82
Sangat Baik
15
Muhammad Aulia Inka N.
80
75
75
77
Baik
16
Muhammad Sulaeman
75
75
75
75
Baik
17
Nenengsi
78
75
78
77
Baik
18
Rafina Fitriyani
80
78
85
81
Sangat Baik
19
Ratnasari
81
75
77
78
Baik
20
Ratu Balkhis
78
75
75
76
Baik
21
Rista Nurhayati
79
74
79
77
Baik
22
Rizky Agustian
75
75
65
72
Baik
23
Santika
75
75
65
72
Baik
24
Shalehah Putry
88
85
85
86
Sangat Baik
47
25
Vicky Mirhad Akbar
80
77
75
77
Baik
26
Vidi Melinda
75
75
74
75
Baik
27
Wita Hartini
75
73
77
75
Baik
28
Yudi Ariyanto
75
75
75
75
Baik
29
M. Fadillah
75
75
70
73
Baik
30
Nur Indah Asry A.
75
74
70
73
Baik
31
Devilia A.
70
73
75
73
Baik
32
Hamdani
74
75
74
74
Baik
33
Rini Juriah
65
66
60
64
Cukup
Total Skor = Jumlah Skor yang didapat siswa Jumlah siswa = 2474 33 = 74,9 Berdasarkan tabel diperoleh tingkat penguasaan tertinggi, tingkat penguasaan rendah, rata-rata tingkat penguasaan yang dirangkum dalam tabel 4.14. Tabel 4.14 Presentase Tingkat Penguasaan Belajar untuk Akhir Siklus Tingkat Penguasaan
Sikus I
Nilai Tertinggi Siswa
86
Nilai Terendah Siswa
64
Rata-rata nilai siswa
74,9
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai pretest siswa masih > dari nilai KKM (65), yaitu nilai rata-rata 75,1. Ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai terbaik dengan poin 81, 82, dan 86. Peningkatan kemampuan menulis karangan argumentasi di mana dapat diurutkan dengan baik dengan penggunaan konjungsi antarkalimat yang digunakan tepat. Hal ini terjadi karena siswa tersebut termasuk siswa yang sering berlatih menulis. Namun ada siswa yang masih
48
mendapat nilai di bawah nilai KKM yaitu 64. Hal ini terjadi karena siswa tersebut masih belum memahami benar mengenai karangan argumentasi dengan penggunaan konjungsi antarkalimat secara tepat. Setelah postest selesai guru menyebarkan lembar observasi guru dan siswa. c. Tahap Observasi Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hasil pengamatan aktivitas siswa lembar observasi siswa dan lembar observasi guru tersebut dapat dilihat padatabel 4.15 dan tabel 4.16. Tabel 4.15 Hasil Rata-Rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Pertemuan Kedua No
Proses KBM
1
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
2
Siswa dapat memberikan jawaban pertanyaan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru.
3
Siswa mengerjakan tugas dengan baik sesuai waktu yang
Pertemuan Ke-2 4 4 4
disediakan. 4
Siswa mengemukakan pendapat.
4
5
Siswa dapat menerima materi dengan baik.
4
6
Siswa terlibat langsung dalam beragam kegiatan kelas selama pembelajaran.
4
7
Siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran.
4
8
Siswa menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.
4
Jumlah rata-rata keseluruhan
Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Guru Jumlah pertemuan = 32 2 = 16
49
32
Keterangan: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik
Skala penilaian jumlah rata-rata: 6 – 10 = Berprestasi rendah 11 – 15 = Berprestasi sedang 16 – 20 = Berprestasi tinggi
Tabel 4.16 Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Pertemuan Kedua No
Proses KBM
1
Guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik.
2
Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang sebelumnya.
Rata-rata Pertemuan Ke-2 118 114
3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
120
4
Guru memberi motivasi yang positif terhadap siswa
113
selama KBM berlangsung. 5
Guru memberi tugas kepada siswa dengan baik.
6
Guru bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap proses KBM.
118 121
7
Guru memberi pertanyaan atau menanggapi siswa.
118
8
Guru memberi kesimpulan dari pelajaran saat itu.
120
Jumlah rata-rata keseluruhan
50
942
Total Skor = Jumlah Skor yang didapat Siswa Jumlah Siswa = 924 33 = 28,5
Keterangan: Skala penilaian rata-rata tiap aspek: 2 = Kurang 3 = Cukup 4 = Baik
Skala penilaian jumlah rata-rata: 7 – 16 = Berprestasi rendah 17 – 26 = Berprestasi sedang 27 – 36 = Berprestasi tinggi
Pada tabel 4.15 terlihat bahwa dari delapan aspek atau aktivitas yang diobservasi mulai lembar observasi guru pada pertemuan pertama hingga pertemuan kedua mengalami peningkatan, didapatkan rata-rata 16 dengan kategori keaktifan berprestasi siswa pada tingkat tinggi. Sedangkan pada tabel 4.16 bahwa penilaian siswa terhadap guru, pada pertemuan pertemuan pertama sedang dan pada pertemuan kedua meningkat mendapat nilai rata-ratanya 28,5 dengan kategori guru yang berpretasi tingkat tinggi. Selain lembar observasi guru dan siswa, peneliti juga menyebarkan jurnal siswa pada pertemuan kedua ini. Hasil jurnal siswa pada pertemuan kedua ini adalah di mana anak-anak merasa senang karena pembelajaran hari ini dapat memotivasi untuk ujian minggu depan, selain itu siswa menjadi rajin lagi dalam belajar. d. Tahap Refleksi Dalam proses pembelajaran, metode latihan individu telah berhasil membuat siswa lebih semangat dalam belajar. Perasaan senang dalam belajar. Peningkatan 51
rata-rata kemampuan pemahaman siswa dalam karangan argumentasi terjadi karena dalam proses pembelajaran siswa terlibat aktif. Hal tersebut dapat dilihat pada lembar observasi keaktifan siswa pada poin empat yang mana pada pertemuan pertama mendapat nilai dua. Namun pada pertemuan kedua meningkat mendapat nilai empat. Penerapan metode latihan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia, khususnya mempelajari karangan argumentasi. Selain itu peneliti menyebarkan angket persepsi siswa terhadap penggunaan metode latihan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penyebaran angket tersebut dilakukan setelah pelaksanaan siklus I selesai. Hasil angket tersebut disajikan sebagai berikut. Tabel 4.17 Hasil Angket Persepsi Siswa terhadap Metode Latihan Individu No 1 2
3
4
Apakah kamu suka menulis? Pernahkah kamu menulis karangan argumentasi? Apakah kamu tahu metode latihan sebelumnya? Apakah
kamu
tahu
penggunaan
konjungsi sebelumnya? Apakah
5
Ya
Pertanyaan
kamu
karangan
pernah
argumentasi
Tidak
Jumlah
(%)
Jumlah
(%)
19
57,58 %
14
42,42%
20
60,60%
13
39,40%
11
33,33%
22
66,67%
16
48,48%
17
51,52%
24
72,73%
9
27,27%
25
75,76%
8
24,24%
14
42,42%
19
57,58%
menulis dengan
memperhatikan penggunaan konjungsi dengan tepat? Apakah belajar menulis karangan
6
argumentasi
menggunakan
metode
latihan menyenangkan? 7
Apakah kamu mengalami kesulitan dalam KBM hari ini?
52
Apakah 8
kamu
berkesan
terhadap
pembelajaran karangan argumentasi
26
78,79%
7
21,21%
10
30,30%
23
69,70%
29
87,88%
4
12,12%
dengan menggunakan metode latihan? Apakah kamu merasa jenuh ketika 9
pelajaran
bahasa
Indonesia
akan
dimulai? Apakah
kamu
yakin
akan
lebih
bertambah pemahaman kamu terhadap 10
menulis karangan argumentasi ketika dengan
metode
latihan
secara
individual?
Dari tabel di atas bisa dikatakan bahwa terdapat peningkatan belajar bahasa Indonesia siswa dan indikator keberhasilan pun sudah tercapai maka penelitian dihentikan di siklus I sesuai dengan target yang direncanakan.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, salah satu instrumen yang digunakan adalah angket pemahaman siswa terhadap menulis karangan argumentasi dengan penggunaan konjungsi. Instrumen disebar pertama kali pada 18 Januari 2011. Selain menggunakan angket, pada penelitian ini juga digunakan lembar observasi, jurnal siswa, dan catatan lapangan yang diajukan kepada siswa pada setiap akhir pertemuan. Untuk mengetahui data valid dan memiliki tingkat keterpercayaan yang tinggi, dilakukan member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber, memeriksa apakah informasi tersebut tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keasliannya, dan memastikan kebenaran data. Seperti menggunakan angket dan lembar observasi, dalam hal ini seluruh siswa mengisi instrumen tersebut dengan baik sesuai pendapat mereka masing-masing. Keseluruhan instrumen observasi pada pertemuan kedua ini diisi oleh siswa 53
dengan poin empat karena dalam pertemuan kali ini guru mengajar dengan baik. Begitupun dengan jurnal siswa, siswa dengan antusias mengisi instrumen yang sudah disediakan walau ada beberapa pesan yang tidak mereka tulis. Selain angket, lembar observasi, dan jurnal siswa, guru juga membuat catatan lapangan untuk mengetahui aktivitas siswa pada setiap pertemuan pada siklus I namun hasil catatan lapangan pada pertemuan kedua ini tidak ada kendala karena guru melakukan perbaikan dari catatan lapangan pertemuan pertama. Selain itu untuk mengetahui pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan dilakukan dengan memeriksa hasil tes akhir siswa. Soal tes dibuat sesuai dengan kurikulum sekolah mengenai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang ingin dicapai. Tes akhir siklus digunakan untuk melengkapi data pengamatan peningkatan
pemahaman
siswa
terhadap
karangan
argumentasi
dengan
penggunaan konjungsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
C. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber baik tes maupun nontes. Diantaranya sebagai berikut. 1. Data Hasil Tes Siklus Tabel 4.18 Data Perolehan Nilai Tes pada Akhir Siklus No
Responden
Skor Pretest
Skor Postest
1
Chaidir Ali
53
72
2
Darmain Maulana
71
72
3
Derta Mahilda
75
80
4
Desi Delvia Putri
71
75
5
Diki Chanaviar
60
68
6
Dita Puspa Sari
60
75
7
Dwi Ayu Seviani
70
75
8
Firgiawan Listanto
55
75
9
Indah P.
64
77
54
10
Iqbal Chanaviar
60
67
11
Kevin Johannes
60
70
12
Mahendra Sadewo
60
78
13
Marselina Ayu V.
73
78
14
Mega Andriani
62
82
15
Muhammad Aulia Inka N.
60
77
16
Muhammad Sulaeman
60
75
17
Nenengsi
63
77
18
Rafina Fitriyani
71
81
19
Ratnasari
70
78
20
Ratu Balkhis
64
76
21
Rista Nurhayati
63
77
22
Rizky Agustian
62
72
23
Santika
55
72
24
Shalehah Putry
76
86
25
Vicky Mirhad Akbar
60
77
26
Vidi Melinda
67
75
27
Wita Hartini
70
75
28
Yudi Ariyanto
63
75
29
M. Fadillah
61
73
30
Nur Indah Asry A.
56
73
31
Devilia A.
64
73
32
Hamdani
63
74
33
Rini Juriah
60
64
63,8
74,9
Jumlah rata-rata keseluruhan
Indikator ketuntasan belajar siswa mendapatkan nilai > 65 pada pertemuan kedua. Ini berarti siswa telah tuntas belajar dalam materi ini, dan dilihat dari presentase, tingkat penguasaan belajar untuk akhir siklus mengalami peningkatan.
55
Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata pretest dengan skor 63,8 dan mengalami peningkatan pada postest dengan skor 74,9.
2. Lembar Observasi Setiap melaksanakan tindakan pembelajaran, lembar observasi juga digunakan untuk menganalisis dan merefleksikan setiap siklus tindakan pembelajaran. Hasil observasi itu dapat dilihat pada tabel 4.19. Tabel 4.19 Hasil Rata-rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Siklus I No
Proses KBM
1
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
2
Siswa dapat memberikan jawaban pertanyaan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan guru.
3
Siswa mengerjakan tugas dengan baik sesuai
Pertemuan Ke-1
Pertemuan Ke-2
4
4
3
4
3
4
waktu yang disediakan. 4
Siswa mengemukakan pendapat.
2
4
5
Siswa dapat menerima materi dengan baik.
4
4
6
Siswa terlibat langsung dalam beragam
4
4
4
4
3
4
13,5
16
kegiatan kelas selama pembelajaran. 7
Siswa tampak antusias selama mengikuti pembelajaran.
8
Siswa menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Jumlah rata-rata keseluruhan
Berdasarkan tabel di atas, pada tindakan pembelajaran pertama rata-rata keseluruhan skor keatifan siswa masih dikategorikan berprestasi seedang karena dalam pertemuan pertama, siswa mengalami kesulitan bagaimana cara penggunaan konjungsi antarkalimat dalam karangan argumentasi. Dalam pertemuan kedua keaktifan siswa meningkat menjadi kategori tinggi, di mana
56
siswa sudah mengetahui bagaimana penggunaan konjungsi karena guru telah menggunakan metode latihan secara individu. Tabel 4.20 Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru Siklus I No
Proses KBM
1
Guru membuka dan menutup pelajaran dengan baik.
2
Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan yang sebelumnya.
3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4
Guru memberi motivasi yang positif terhadap siswa selama KBM berlangsung.
5
Guru memberi tugas kepada siswa dengan baik.
6
Guru bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap proses KBM.
7
Guru memberi pertanyaan atau menanggapi siswa.
8
Guru memberi kesimpulan dari pelajaran saat itu. Jumlah rata-rata keseluruhan
Rata-rata
Rata-rata
Pertemuan Ke-1
Pertemuan Ke-2
104
118
101
114
110
120
101
113
106
118
106
121
101
118
100
120
25,1
28,5
Berdasarkan tabel di atas, pada tindakan pembelajaran pertama rata-rata keseluruhan skor penilaian siswa terhadap guru masih dikategorikan pada prestasi sedang. Sedangkan pada tindakan pertemua kedua penilaian siswa meningkat menjadi kategori prestasi tinggi. Untuk rata-rata skor seluruhnya meningkat dan sudah mencapai kategori berprestasi tingkat tinggi. Siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, hampir semua siswa senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
57
metode latihan individu, hampir semua siswa pun dapat memahami isi bacaan dengan baik.
3. Angket Angket persepsi siswa terhadap metode latihan individu dalam pembelajaran menulis digunakan untuk mengukur skor prestasi peningkatan kemampuan penggunaan karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individu. Angket diberikan setelah akhir siklus. Angket tersebut memuat sepuluh pertanyaan dengan dua pilihan jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Setiap jawaban terdapat skor 5 untuk (ya) dan 4 untuk (tidak). Perolehan angket motivasi berprestasi belajar penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi telah disajikan dalam tabel 4.17. Berdasarkan tabel 4.17, bahwa terlihat setelah pelaksanaan pembelajaran skor menunjukkan bahwa setelah pelaksanaan keseluruhan tindakan siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Sekitar 57,58% siswa yang suka menulis dan 42,42% yang tidak suka menulis. Sekitar 60,60% siswa pernah menulis karangan argumentasi sebelumnya dan 39,40% yang belum pernah sama sekali. Sekitar 33,33% siswa yang mengetahui metode latihan sebelumnya dan 66,67% yang belum pernah mengetahui. Sekitar 48,48% siswa mengetahui penggunaan konjungsi dan 51,52% siswa yang tidak mengetahui. Siswa mampu menulis karangan argumentasi dengan memerhatikan penggunaan konjungsi dengan tepat dengan skor nilai sekitar 72,73% sedangkan yang tidak mampu sekitar 27,27%. Sekitar 75,76% siswa merasa senang belajar karangan argumentasi menggunakan metode latihan dan 24,24% menjawab tidak. Siswa mengalami kesulitan sekitar 42,42% sedangkan yang tidak mengalami kesulitan sekitar 57,58%. Sekitar 78,79% siswa berkesan dengan pembelajaran karangan argumentasi sedangkan 21,21% tidak berkesan. Sekitar 30,30% siswa yang jenuh dan 69,70% tidak jenuh. Sedangkan yang terakhir sekitar 87,88% siswa merasa yakin lebih bertambah pemahaman terhadap menulis karangan argumentasi ketika dengan metode latihan secara individu dan yang tidak yakin 12,12%.
58
4. Jurnal Siswa Tanggapan atau pendapat siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan sangat penting untuk dijadikan sebuah pertimbangan ataupun perbaikan bagi penyusun rencana pembelajaran. Hasil tanggapan siswa tentang tindakan pembelajaran siklus I yang diperoleh dari jurnal siswa ditunjukkan dalam bentuk deskripsi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa sebagian besar siswa menyenangi pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode latihan individu khususnya dalam pembelajaran menulis. Dalam hal ini siswa menjawab dengan persentase tanggapan positif, ini menunjukkan bahwa persepsi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia meningkat.
D. Interpretasi Hasil Analisis Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa menyenangi proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode latihan individu. Antusiasme dan semangat siswa utuk meningkatkan kemampuan menulis karangan argumentasi. Sikap interaksi tatap muka dapat dilihat pada lembar observasi guru terhadap siswa. Pada pertemuan pertama prestasi siswa dikategorikan sedang, yaitu 13,5, sedangkan penilaian siswa terhadap guru yaitu 25,1. Pada pertemuan kedua jumlah rata-rata keaktifan siswa dikategorikan tingkat tinggi dengan skor 16, sedangkan penilaian siswa terhadap guru dikategorikan tingkat tinggi dengan skor 28,5. Hal ini membuktikan terjadinya peningkatan dalam keaktifan siswa dan penilaian siswa terhadap guru dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I sudah mencapai kriteria ketuntasan materi tersebut sehingga peelitian dapat dihentikan. Peningkatan jumlah rata-rata ini terjadi karena selama pembelajaran siswa terlibat aktif. Hal ini didukung juga dengan data dan dari hasil angket yang diberikan kepada siswa sebanyak satu kali, yaitu di akhir siklus I. Angket terdiri sepuluh pertanyaan dengan dua pilihan jawaban, yaitu ya dan tidak. Hasil angket persepsi siswa terhadap metode latihan individu dalam pembelajaran penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi mengalami peningkatan.
59
Pada siklus I hasil rata-rata dari pretest dan postest mengalami peningkatan dengan skor 63,8 menjadi 74,9. Ini berarti hasilnya sudah mencapai nilai KKM, yaitu 65. Berdasarkan hasil pengamatan, angket, dan hasil tes terlihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode latihan individu dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa sehingga siswa dapat memahami penggunaan konjungsi antarkalimat dalam karangan argumentasi tersebut.
E. Pembahasan Temuan Penelitian Pembahasan temuan penelitian ini lebih memacu pada perumusan masalah, di mana perumusan masalah terdapatdua pertanyaan, dan pertanyaan tersebut sebagai berikut. 1. Penerapan metode latihan individu dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi. Penerapan
metode
latihan
individu
dalam
pembelajaran
dapat
meningkatkan kemampuan siswa terhadap pembelajaran menulis. Kegiatan yang sebelumnya menjelaskan materi diberitahukan terlebih dahulu kepada siswa membuat siswa semakin memperhatikan penjelasan guru. Siswa akan berusaha memahami materi yang sedang dijelaskan guru dengan sungguh-sungguh agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik nantinya. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan dengan melihat pada hasil lembar observasi, jurnal, dan angket hasil persepsi siswa terhadap pembelajaran dengan metode latihan individu terlihat
adanya
peningkatan
kemampuan
siswa
dibandingkan
sebelum
dilaksanakannya tindakan. Dari keseluruhan data di atas dapat disimpulkan dengan grafik dibawah ini, di mana terlihat peningkatan yang baik terhadap pembelajaran kemampuan menulis dengan metode latihan individu. Pretest : 53, 55, 55, 56, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 61, 62, 63, 63, 63, 63, 63, 64, 64, 64, 64, 67, 70, 70, 70, 71, 71, 71, 73, 75, 76. Postest : 64, 67, 68, 70, 72, 72, 72, 72, 73, 73, 73, 74, 75, 75, 75, 75, 75, 75, 75, 76, 77, 77, 77, 77, 77, 78, 78, 78, 78, 80, 81, 82, 86.
60
61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan setelah dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Setelah diterapkan, metode latihan individu dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi. Hal ini terlihat dari rata-rata skor yang sesuai dengan skala penilaian yang ditetapkan menunjukkan peningkatan, yaitu pada pertemuan pertama jumlah rata-rata dikategorikan prestasi tingkat sedang. Namun adanya peningkatan pada pertemuan kedua mencapai kategori prestasi tingkat tinggi, yaitu berarti siswa merasa berkesan dengan pembelajaran menulis khususnya terhadap penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi dan guru juga mengamati respon positif. 2. Metode latihan individu sangat baik digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menulis karangan argumentasi karena dengan demikian siswa dapat mudah memahami penggunaan konjungsi dengan tepat. Hal ini terlihat ketika seluruh siswa mengerjakan pretest pada awal pertemuan, hanya mencapai skor rata-rata 63,8 dan nilai tersebut belum mencapai KKM (65). Namun pada pertemuan kedua terlihat adanya peningkatan karena siswa dapat memahami penggunaan konjungsi dengan tepat sehingga rata-rata skor postest yang didapat siswa melewati nilai KKM, yaitu 74,9 Hal ini menunjukkan adanya peningkatan.
B. Saran 1. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan ini, setidaknya seorang guru dapat menerapkan metode latihan individu, sehingga siswa tidak lagi merasa jenuh dalam mempelajari pelajaran bahasa Indonesia. Dengan metode latihan, pemahaman siswa terhadap kemampuan menulis dapat dikembangkan dengan baik. Akhirnya mereka mampu membuat karangan 62
argumentasi dengan penggunaan konjungsi dengan tepat. Dengan demikian pemahaman siswa terhadap penggunaan konjungsi semakin meningkat. 2. Agar siswa lebih serius dalam mendengarkan dan memahami penjelasan guru, sebaiknya dilakukan metode-metode khusus dalam pembelajaran atau mempraktekkan setelah penjelasan materi dengan memberitahukan nya terlebih dahulu di awal kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, para siswa akan menyimak materi dengan optimal untuk menghindari kesulitan pada kegiatan penyelesaian soal yang diberikan. Selain itu, keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab akan semakin meningkat.
63
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, dkk. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001. Alfin, Jauharoti, dkk. Bahasa Indonesia I. Bandung: LAPIS (Leraning Assistence Programs for Islamic Scholls). 2008. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia Revisi 3. Jakarta: Diksi Insan Mulia. 2009. Hasan, Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2003. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1993. . Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. Kusnadi, E., dan Mahsusi, M.M. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa “Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. N, M. Mega dan Kania Islami Dewi. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Regina. 2009. Pasaribu, Il dan B. Simandjuntak. Didaktik dan Metodik. Bandung: Tarsito. 1986. Sandjaja, B dan Albertus Heriyanto. Panduan Penelitian. Jayapura: Prestasi Pustaka Publisher. 2006.
64
Sudaryat, Yayat. Makna dalam Wacana “Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik”. Bandung: Yrama Widya. 2008. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2005. Suparmo dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2006. Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars. 1979. Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002. Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007. Yunus, Muhammad, dkk. Menulis I. Jakarta: Universtitas Terbuka. 2009.
65
UJI REFERENSI Nama
: Ratu Nurroh
NIM
: 106013000314
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Judul Skripsi : “Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Karangan Argumentasi Melalui Penerapan Metode Latihan Individual.”
No. 1
2
3
4
5
6
7
Referensi Akhadiah, Sabarti, dkk. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka. 2001. Alfin, Jauharoti, dkk. Bahasa Indonesia I. Bandung: LAPIS (Leraning Assistence Programs for Islamic Scholls). 2008. Arifin, Zaenal dan S. Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo. 2004. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007. Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia Revisi 3. Jakarta: Diksi Insan Mulia. 2009. Hasan, Alwi, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia
8
9
Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2003. Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia, 1982.
66
Paraf
10
11
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa Cetakan Kesembilan Belas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2009. Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1993. Kridalaksana,
12
Harimurti.
Kelas
Kata
dalam
Bahasa
Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008.
13
Kusnadi, E., dan Mahsusi, M.M. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa “Tahapan Strategi,
14
Metode, dan Tekniknya”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2005.
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Marwoto, dkk. Komposisi Praktis Cetakan Pertama. Yogyakarta: PT Hanindita Offset. 1985. Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. N, M. Mega dan Kania Islami Dewi. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV Regina. 2009. Pasaribu, Il dan B. Simandjuntak. Didaktik dan Metodik. Bandung: Tarsito. 1986. Rahayo, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo. 2007. Sandjaja, B dan Albertus Heriyanto. Panduan Penelitian. Jayapura: Prestasi Pustaka Publisher. 2006. Sudaryat, Yayat. Makna dalam Wacana “Prinsip-prinsip Semantik dan Pragmatik”. Bandung: Yrama Widya. 2008. Sukmadinata,
Nana
Syaodih.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. 2005. Suparmo dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2006.
67
24
25
26
27
Surachmad, Winarno. Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars. 1979. Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers. 2002. Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007. Yunus, Muhammad, dkk. Menulis I. Jakarta: Universtitas Terbuka. 2009. ZA, Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani.
28
Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2007.
Pembimbing,
Makyun Subuki, M.Hum. NIP. NIP. 19800305 200901 1 015
68
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: : : :
FITK-FR-AKD-066 5 Januari 2009 00 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/Ft./KM.01.3/......../2010 Lamp. : Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 8 November 2010
Kepada Yth. Makyun Subuki, M.Hum Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaan saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama : Ratu Nurroh NIM : 106013000314 Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester : IX (sembilan) Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Penggunaan Konjungsi dalam Karangan Argumentasi melalui Penerapan Metode Latihan Individual” Judul tersebut telah disetujui oleh jurusan yang bersangkutan pada tanggal 5 Oktober 2010, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb. a.n. Dekan Kajur Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. NIP. 19640212 199703 2 001 Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
69
DEPARTEMEN AGAMA UIN JAKARTA FITK
FORM (FR)
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia
No. Dokumen Tgl. Terbit No. Revisi: Hal
: : : :
FITK-FR-AKD-066 5 Januari 2009 00 1/1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nomor : Un.01/Ft./KM.01.3/......../2010 Lamp. : Hal : Bimbingan Skripsi
Jakarta, 8 November 2010
Kepada Yth. Makyun Subuki, M.Hum Pembimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Assalamu’alaikum wr.wb. Dengan ini diharapkan kesediaan saudara untuk menjadi pembimbing I/II (materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama : Rosadian Sundari NIM : 106013000316 Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Semester : IX (sembilan) Judul Skripsi : “Optimalisasi Penguasaan Hubungan Makna dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok” Judul tersebut telah disetujui oleh jurusan yang bersangkutan pada tanggal 5 Oktober 2010, abstraksi/outline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebut. Apabila perubahan substansial dianggap perlu, mohon pembimbing menghubungi jurusan terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr.wb.
a.n. Dekan Kajur Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia
Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. NIP. 19640212 199703 2 001 Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
70
71
72
73
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah
: SMA PGRI 56 Ciputat
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas / Semester
: X / II
Jenis Teks
: Teks Argumen
Tema
: Karangan Argumentasi
Aspek
: Menulis
Alokasi Waktu
: 4 Jam Pelajaran X 40 menit (2 xpertemuan)
A. Standar Kompetensi 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. B. Kompetensi Dasar 12.1. Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif C. Indikator a. Siswa mampu mendata topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentatif b. Siswa mampu menyusun kerangka paragraf argumentatif c. Siswa mampu mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi paragraf argumentatif d. Siswa mampu menggunakan kata penghubung antarkalimat dalam paragraf argumentatif D. Tujuan Pembelajaran Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa mampu :
74
1. Membaca paragraf argumentatif 2. Mengindentifikasikan karakteristik paragraf argumentatif 3. Menulis paragraf argumentatif 4. Menggunakan
kata
penghubung
antarkalimat
dalam
paragraf
argumentatif
E. Materi Ajar Menulis Karangan Argumentatif F. Materi Pembelajaran Karangan argumentasi adalah karangan yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Karangan ini ditulis dengan maksud untuk memberikan alasan, memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan. Argumentasi selalu berisi penjelasan tentang suatu pertalian antara dua pernyataan atau aserasi yang biasa diurutkan. Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu sikap atau tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis. Karangan argumentasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya. 2) Mengusahakan pemecahan suatu masalah. 3) Mendiskusikan
suatu
persoalan
tanpa
perlu
mencapai
suatu
penyelesaian. Langkah-langkah penyusunan argumentasi yaitu d. Tentukan dahulu tema atau topik argumentasi e.
Susun kerangka karangan berdasarkan topik dan tujuan yang telah ditentukan.
f.
Kembangkan kerangka karangan argumentasi menjadi karangan argumentasi. 75
G. Langkah-langkah Kegiatan Kegiatan Pendahuluan
Langkah-langkah
Waktu
1. Salam dan tegur sapa menanyakan keadaan siswa dan
2 Menit
guru. 1. Tanya jawab secara lisan tentang hal-hal yang berkaitan dengan karangan argumentasi 2. Memperhatikan contoh karangan argumentasi yang
Kegiatan Inti
dipersiapkan oleh guru
75 Menit
3. Membedakan macam-macam karangan 4. Membuat karangan argumentasi 5. Menyunting karangan argumentasi hasil karya teman 1. Memberikan penguatan materi yang baru dipelajarkan. Penutup
2. Menyimpulkan cara menulis karangan argumentasi
3 Menit
3. Salam dan tepuk tangan. H. Metode Pembelajaran 1. Contoh 2. Tanya jawab 3. Latihan 4. Penugasan I. Sumber Belajar 1. Buku Paket Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X 2. Buku yang terkait dengan tata bahasa J. Penilaian Akhir Indikator Pencapaian Menulis Karangan Argumentasi
Teknik
Bentuk
Penilaian
Instrumen
Instrumen
Tugas Individu dan Tes Praktek
76
Teks Uraian
Karangan Argumentasi
Rubrik Penilaian Untuk Tes Praktek Mnulis Slogan dan Poster -------------------------------------------------------------------------------------------No 1.
Aspek
Skor
Keterangan
Tulislah Karangan Argumentasi a. Topik atau Tema
4
Ringkas, Jelas, tepat sasaran, dan menarik
3
Cukup ringkas, jelas, tepat sasaran, dan menarik
2
Kurang ringkas, jelas, tepat sasaran, dan menarik
1
Tidak ringkas, jelas, tepat sasaran, dan menarik
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------b. Kalimat
4
Ringkas, Jelas, tepat sasaran, dan menarik
3
Cukup ringkas, jelas, tepat sasaran, dan menarik
2
Kurang ringkas, jelas, tepat sasaran, dan menarik
1
Tidak ringkas, jelas, tepat sasaran, dan menarik
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------c. Konjungsi
4
Sesuai dan tepat penggunaan konjungsi
3
Cukup sesuai dan tepat penggunaan konjungsi
2
Kurang sesuai dan tepat penggunaan konjungsi
1
Tidak sesuai dan tepat penggunaan konjungsi
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Pedoman Penilaian Menulis Tek Berita : 1. Jumlah skor maksimal = 12 Nilai =(Jumlah skor yang di dapat : Jumlah skor maksimal) X 100 Jakarta, 18 Januari 2011 Mengetahui, Guru Mata Pelajaran,
Observer,
Dra. Ecin Kuraesin
Ratu Nurroh
NIP.
NIM. 106013000314
77
Lampiran 2 LEMBAR WAWANCARA GURU Wawancara pada kegiatan observasi Untuk guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas X SMA PGRI 56 Ciputat
1. Apakah pembagian kelan X ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa? 2. Bagaimana tingkat kemampuan siswa kelas X ini terhadap pelajaran bahasa Indonesia? 3. Bagaimana motivasi belajar bahasa Indonesia siswa selama ini? 4. Bagaimana penguatan diri siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia selama ini? 5. Kendala/kesulitan apa saja yang ibu hadapi selama proses KBM berlangsung terutama bahasa Indonesia? 6. Menurut ibu kelas mana yang cocok untuk dijadikan sampel penelitian dan materi apa yang terlihat mempunyai kesulitan besar dalam memahaminya bagi siswa? 7. Bagaimana pendapat ibu mengenai pembelajaran dengan menggunakan model latihan secara individu? 8. Menurut ibu apakah pembelajaran dengan metode latihan secara individu ini dapat diterapkan dalam setiap pembahasan materi bahasa Indonesia di SMA?
78
Lampiran 3 KUTIPAN WAWANCARA DENGAN GURU
Peneliti : Assalamualaikum Wr., Wb. Guru
: Waalaikumsalam Wr., Wb.
Peneiti : Maaf bu, saya ganggu aktivitas ibu, kalau ibu berkenan hari ini saya ingin mewawancarai ibu tentang siswa yang ibu ajar terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Guru
: Oh ... silakan Anda tidak mengganggu saya, kebetulan saya juga lagi tidak ada kesibukan.
Peneliti : Terimakasih bu! Saya mulai ya bu, apakah pembagian kelas di sekolah ini berdasarkan tingkat kemampuan siswa khususnya kelas X yang ibu ajar? Guru
: Untuk pembagian kelas X tidak berdasarkan kemampuan siswa, tetapi berdasarkan pendaftaran dari awal pendaftaran.
Peneliti : Kalau tingkat kemampuan siswa secara umum di sekolah bagaimana ibu? Guru
: Emm ... mungkin mereka juga baru adaptasi, seharusnya tidak terlalu kaget tapi ternyata dengan suasana baru dari SMP ke SMA ada juga pengaruhnya, kalau kemampuan tidak terlalu rendah.
Peneliti : Lalu, bagaimana motivasi belajar siswa selama ini khususnya bahasa Indonesia? Guru
: Motivasi selama ini secara umum normal ya, mereka terhadap membaca ada rasa nasionalisme, mungkin satu hal yang terasa saat ini dalam materi sastra hanya beberapa siswa yang minat.
Peneliti : Bagaimana penguatan diri siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia selama ini? Guru
: Penguatannya ya yang ibu lihat bahasa kan tidak asing ya karena materi dari SMP mungkin nanti bedanya hanya dalam pokok pembahasan
79
Peneliti : Kemudian kendala/kesulitan apa saja yang ibu hadapi selama proses KBM berlangsung? Guru
: untuk kendala selama proses KBM memang terasa kurang atau anakanak terasa jenuh atau bisa juga kurang mengerti tentang diskusi
Peneliti : Menurut ibu kelas mana yang cocok dijadikan kelas penelitian? Guru
: Untuk peneilitian tidak dilihat ini pintar semua atau tidak pintar,
Peneliti : Lalu, menurut ibu mengenai pembelajaran dengan menggunakan model latihan dalam pelajaran bahasa Indonesia? Guru
: Menurut ibu sangat bagus, mudah-mudahan dengan model belajar seperti ini siswa itu menjadi lebih bersemangat dalam belajar bahasa Indonesia terutama belajar menulis seperti karangan argumentasi yang adik ajarkan ke siswa.
Peneliti : Menurut ibu, apakah pembelajaran dengan metode latihan dapat diterapkan dalam setiap pembahasan materi bahasa Indonesia di SMA? Guru
: Kalau memang dengan model latihan ini siswa dapat bersemangat belajar dan hasil belajar pun meningkat, ibu fikir layak untuk dipakai pada semua materi.
Peneliti : Oh gitu ya ibu, terimakasaih banayak ya ibu atas informasinya. Assalamualaikum Wr., Wb. Guru
: Iya sama-sama. Mudahan-mudahan penelitian ini dapat berjalan dengan lancar ya dan jika perlu bantuan, ibu akan bantu sebisa ibu.
Waalaikumsalam Wr., Wb. Jakarta, 14 Januari 2011 Mengetahui, Guru Bahasa Indonesia,
Peneliti,
(Dra. Ecin Suraesih)
(Ratu Nurroh)
80
Lampiran 4
CATATAN LAPANGAN Adapun Hasil Catatan Lapangan yang Ditemukan Selama Proses belajar Mengajar Berlangsung
Tindakan (siklus)
: Siklus I (Pretest)
Hari/Tanggal
: Selasa, 18 Januari 2011
Pertemuan Ke-
: 1 (Satu)
No. 1
Kendala/Kesulitan Guru
Solusi/Saran Perbaikan
Guru kurang memotivasi siswa Guru memberikan motivasi awal pada pada awal pembelajaran
2
setiap pertemuan
Waktu untuk mengerjakan pretest Guru membagi waktu untuk mengerjakan sangat lama karena siswa terlalu tugas harus lebih tepat, agar jelang akhir sering
bertanya
mengenai
soal pertemuan dapat dijadikan sesi tanya
tersebut sehingga siswa merasa jawab pada siswa sehingga siswa dapat untuk bertanya mengenai pelajaran bertanya tentang pelajaran yang kurang kepada guru terlalu sedikit.
dimengerti hari ini.
81
Lampiran 5
CATATAN LAPANGAN Adapun Hasil Catatan Lapangan yang Ditemukan Selama Proses belajar Mengajar Berlangsung
Tindakan (siklus)
: Siklus I (Postest)
Hari/Tanggal
: Kamis, 20 Januari 2011
Pertemuan Ke-
: 2 (Kedua)
No.
Kendala/Kesulitan Guru
Solusi/Saran Perbaikan
1 2
1. Siswa pada pertemuan terakhir ini bersemangat untuk membuat karangan argumentasi. (merasakan kebahagiaan siswa yang rata-rata pertama kali belajar menulis karangan argumentasi dengan 2x pertemuan telah mampu menguasai pembahasan menulis argumentasi dan mengerjakan tugasnya dengan baik serta hasil yang memuaskan) 2. Siswa terlihat bergembira dengan hasil postest yang dicapai, sehingga membuat mereka lebih percaya diri, bahkan ada salah seorang siswa yang mengungkapkan ingin menulis lagi. (melihat gairah siswa yang bangkit dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi, membuat penulis yang juga guru mata pelajaran bahasa indonesia bagi mereka ingin menggigih potensi mereka di bidang menulis, tidak hanya menulis.
82
Lampiran 6
LEMBAR OBSERVASI GURU Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang telah disediakan. No.
Kriteria
Proses KBM Kurang
1
Siswa memperhatikan penjelasan guru.
2
Siswa dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-
Cukup
pertanyaan guru. 3
Siswa mengerjakan tugas dengan baik sesuai waktu yang disediakan.
4
Siswa mengemukakan pendapat.
5
Siswa dapat menerima materi dengan baik.
6
Siswa terlibat langsung dalam beragam kegiatan kelas selama pembelajaran.
7
Siswa
tampak
antusias
selama
mengikuti
pembelajaran. 8
Siswa menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu.
Jakarta, 18 Januari 2011 Observer
.................
83
Baik
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASI SISWA Penilaian Siswa terhadap Guru Pengajar
Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang telah disediakan No.
Kriteria
Proses KBM Kurang
1
Guru membuka pelajaran dengan baik.
2
Guru mengaitkan pembelajaran sekarang dengan
Cukup
yang sebelumnya. 3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4
Guru memberi motivasi yang positif terhadap siswa selama KBM berlangsung.
5
Guru memberi tugas kepada siswa dengan baik.
6
Guru bekerjasama dan bertanggung jawab terhadap proses KBM.
7
Guru memberi pertanyaan atau menanggapi siswa.
8
Guru memberi kesimpulan dari pelajaran saat itu.
Jakarta, 18 Januari 2011 Observer
.................
84
Baik
Lampiran 8
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Pertama
Mari Menulis Karangan!!! (PRETEST) Petunjuk!!! 1. Bacalah contoh karangan argumentasi dengan seksama! 2. Jawaban ditulis pada lembar yang telah disediakan! 3. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
Soal!!! 1. Bacalah contoh karangan argumentasi yang berjudul “Berkah Allah yang Disia-siakan di NTT”! 2. Carilah topik yang terdapat dalam karangan argumentasi tersebut! 3. Tuliskan kalimat yang menyatakan sebab-akibat di dalam karangan argumentasi tersebut!
Kriteria Penilaian Penulisan
1. Kesesuaian Topik a) Sesuai dan tepat dengan skor 85 – 100 b) Cukup sesuai dan tepat dengan skor 75 – 84 c) Kurang sesuai dan tepat dengan skor 60 –74 d) Tidak sesuai dan tepat dengan skor 0 – 59
2. Ketepatan Penggunaan Kalimat a) Ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 85 – 100 b) Cukup ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 75 – 84
85
c) Kurang ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 60 – 74 d) Tidak ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 0 – 59
3. Kesesuaian Penggunaan Konjungsi a) Sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 85 – 100 b) Cukup sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 75 – 84 c) Kurang sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 60 – 74 d) Tidak sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 0 – 59
To tal Skor = Jumlah Skor yang Didapat Siswa Jumlah Aspek Penilaian
86
Lampiran 9
Berkah Allah yang Disia-siakan di NTT Warga lembaga NTT sebenarnya tak perlu mengalami kelaparan jika saja potensi alamnya digali dan dimanfaatkan. Kabupaten Lembaga terletak di Pulau Lomblen, satu deretan dengan Pulau Solor, Adonara, Antar, dan Alor. Lima pulau ini berderet di sebelah timur flores, di utara Timor Barat. Provinsi NTT terdiri atas Pulau Flores, Sumba, Sawu, Rote, dan Timor Barat. Selain lima pulau tadi, masih banyak pulau kecil, termasuk Pulau Komodo yang terletak di sebelah barat Flores. Untuk ukuran Indonesia, NTT memang beriklim ekstrem kering, kecuali di Kabupaten Manggarai (Flores) dan Timor Tengah Selatan (TTS, Timor Barat) yang banyak air. Rata-rata hujan hanya selama tiga bulan, paling lama lima bulan. Tujuh bulan selebihnya, NTT bermusim kering kerontang. Sebenarnya, iklim ekstrem kering ini juga dialami NTB, terutama di Sumbawa. Itulah sebabnya di pulau ini budidaya padi dilakukan dengan sistem gogo rancah. Sistem ini menurut tanah diolah ketika kemarau panjang. Begitu hujan mulai turun, benih ditabur sambil dibuat pematang. Setelah hujan cukup banyak, lahan digenangi air hingga menjadi sawah biasa. Dengan cara ini, kemungkinan untuk gagal panen bisa diperkecil. Akan tetapi, pertengahan tahun 1980-an, pola ini sudak dikritik penulis. NTB, terlebih NTT, memang tidak cocok untuk tanaman semusim, baik jagung, kedelai, kacang tanah, singkong, dan terutama padi. Komoditas NTT yang sudah dikenal sejak zaman Mesir Kunoadalah cendana. Selain itu ada asam jawa, kemiri, dan mete. Kultur masyarakat NTT sendiri juga tidak cocok dengan tanaman semusim. Oleh karena itu, orang Flores banyak yang menjadi TKI di Malaysia. Di sana, mereka bekerja di kebun kelapa sawit, karet, dan kakao. Bukan di pertanian tanaman semusim seperti di Jawa, misalnya. Kultur masyarakat NTT seperti inilah yang kadang menimbulkan salah paham hingga mereka dicap sebagai pemalas. NTT sebenarnya bisa menjadi provinsi kaya di Indonesia. Bukan miskin seperti sekarang ini, lebih-lebih kelaparan, sebab Allah telah menurunkan berkah-Nya berupa sinar matahari paling optimal di provinsi ini. Sinar terbuka yang tidak mungkin direkayasa. Faktor pertanian yang mahal di NTT adalah air. Akan tetapi, mahal bukan berarti tidak bisa dibeli. Lembah Hebron di Israel bisa menjadi areal pertanian sayuran dan buah-
87
buahan untuk memasok kawasan Timur Tengah karena airnya diadakan. Padang Arafah di Arab Saudi sekarang hijau dengan tanaman dari Indonesia karena airnya diupayakan. Untuk ukuran Indonesia, NTT memang ekstrem kering. Akan tetapi, pasti tidak seektrem Israel dan Arab Saudi. Meskipun hanya tiga bulan, hujan di NTT selalu rutin turun. Di Thailand dan Australia, air hujan ditampung dalam embung (billabong) atau bak-bak raksasa untuk mengairi tanaman dan padang rumput pada musim kemarau. Selain menampung air hujan, pertanian modern juga memanfaatkan air tanah dengan sumur bor (deep well). Cekungan air ini bisa dicari dengan alat sederhana bernama geolistrik. Pencarian air secara tradisional dengan ranting kayu atau bandul bisa membantu, tetapi tetap memerlukan geolistrik untuk akurasinya. Jikalau debit air di atas lima liter/detik, satu titik sumur bisa untuk mengairi lahan tanaman keras seluas 10 hektar. Membangun tampungan air hujan atau membuat sumur dalam berikut instalasi irigasinya, paling sedikit akan memakan biaya Rp 200.000.000,00. Oleh karena itu, yang ditanam dan diairi dengan biaya mahal ini haruslah komoditas yang nilainya juga tinggi, misalnya zaitun, anggur, apel, makadamia, dan kurma. Saat ini, Timor Tengah Selatan masih menghasilkan jeruk keprok kualitas terbaik se-Indonesia. Akan tetapi, tanaman ini juga tidak diurus dengan serius. Ketika ada pihak yang berniat membantu membenahi, pemerintah justru mengharapkannya untuk investasi dengan dana miliaran rupiah.
(Dikutip dari Kompas, 2 April 2005, dengan pengubahan)
88
Lampiran 10
LEMBAR KERJA SISWA Pertemuan Kedua
Mari Menulis Karangan!!! (POSTEST) Petunjuk!!! 1. Perhatikan contoh karangan argumentasi dengan seksama! 2. Jawaban ditulis pada lembar yang telah disediakan! 3. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar!
Soal!!! 1. Buatlah karangan argumentasi dengan memperhatikan: a. Kesesuaian topik atau tema b. Ketepatan penggunaan kalimat c. Kesesuaian penggunaan konjungsi
Kriteria Penilaian Penulisan
1. Kesesuaian Topik a) Sesuai dan tepat dengan skor 85 – 100 b) Cukup sesuai dan tepat dengan skor 75 – 84 c) Kurang sesuai dan tepat dengan skor 60 –74 d) Tidak sesuai dan tepat dengan skor 0 – 59
2. Ketepatan Penggunaan Kalimat a) Ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 85 – 100 b) Cukup ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 75 – 84 c) Kurang ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 60 – 74 d) Tidak ringkas, jelas, tepat, dan menarik dengan skor 0 – 59
89
3. Kesesuaian Penggunaan Konjungsi a) Sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 85 – 100 b) Cukup sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 75 – 84 c) Kurang sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 60 – 74 d) Tidak sesuai dan tepat penggunaan konjungsi dengan skor 0 – 59
To tal Skor = Jumlah Skor yang Didapat Siswa Jumlah Aspek Penilaian
90
91
Lampiran 11
JURNAL SISWA Nama : Hari/Tanggal : Apakah yang kamu peroleh dari pembelajaran hari ini? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................. Bagaimana pendapat kamu tentang pembelajaran hari ini? ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. .............................................
92
Lampiran 12
ANGKET Penjelasan Angket ini diberikan dengan tujuan untuk menilai dan mengetahui pemahaman siswa dalam belajar Bahasa Indonesia Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan apa yang anda rasakan ketika belajar Bahasa Indonesia Sebelum mengisi angket ini, diminta untuk mengisi identitas terlebih dahulu Identitas Kamu Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
Hari/Tanggal
:
Petunjuk Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang kamu rasakan dengan memberikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang kamu pilih. Untuk pertanyaan 10 jawaban diserahkan kepada kamu secara terbuka sesuai dengan yang kamu rasakan!
1. Apakah kamu suka menulis? a. Ya
b. Tidak
2. Pernahkah kamu menulis karangan argumentasi sebelumnya? a. Ya
b. Tidak
3. Apakah kamu tahu metode latihan sebelumnya? a. Ya
b. Tidak
93
4. Apakah kamu tahu pengunaan diksi sebelumnya? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah kamu pernah menulis karangan argumentasi dengan memerhatikan penggunaan diksi dengan tepat? a. Ya
b. Tidak
6. Bagaimana menurutmu, apakah belajar menulis karangan argumentasi menggunakan metode latihan menyenangkan? a. Ya
b. Tidak
7. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam KBM hari ini? a. Ya
b. Tidak
8. Apakah kamu berkesan terhadap pembelajaran karangan argumentasi dengan menggunakan metode latihan? a. Ya
b. Tidak
9. Apakah kamu merasa jenuh ketika pelajaran Bahasa Indonesia akan dimulai? a. Ya
b. Tidak
10. Apakah kamu yakin akan lebih bertambah pemahaman kamu terhadap menulis karangan argumentasi ketika dengan metode latihan secara individual?
a. Ya
b. Tidak
94