PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA LATAR PENDENGARAN MUSIK
Laila Masrura SMP Negeri 21 Tanjung Jabung Timur Abstrak: Penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis kreatif puisi dengan media latar pendengaran musik. Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (kualitatif dan kuantitatif) dengan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Sumber data penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII A SMP Negeri 21 Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media latar pendengaran musik dapat meningkatkan kualitas proses dan kemampuan menulis kreatif puisi pada siswa. Keberhasilan tindakan tersebut terlihat dari peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata kelas pada siklus I dan siklus II. Kata kunci: menulis kreatif puisi, media latar pendengaran music, pembelajaran sastra
Berbahasa pada dasarnya adalah proses interaktif komunikatif yang menekankan pada aspek-aspek bahasa. Kemampuan memahami aspek-aspek tersebut sangat menentukan keberhasilan dalam proses komunikasi. Aspek-aspek bahasa tersebut antara lain keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Secara karakteristik, keempat keterampilan itu berdiri sendiri, namun dalam penggunaan bahasa sebagai proses komunikasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan keterpaduan dari beberapa aspek. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP, keterampilan menulis selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan keterampilan menulis. Salah satu hal yang dipelajari dalam aspek menulis yaitu menulis kreatif puisi. Menulis memang gampang-gampang susah. Gampang kalau kita sudah sering melakukannya dan susah kalau belum terbiasa. Sebab, menulis termasuk
jenis keterampilan. Sebagai keterampilan, sama seperti keterampilan yang lain, untuk memperolehnya harus melalui belajar dan berlatih. Membiasakan diri. Itulah kuncinya. Wiyanto (2004:7) membandingkan belajar menulis itu dengan kegiatan masa kecil kita, yaitu ketika kita belajar mengendarai sepeda. Sering jatuh dan luka-luka itu merupakan hal yang biasa karena belum terampil. Tetapi, kita tentu masih ingat bahwa makin sering berlatih, makin jarang jatuh, dan akhirnya dapat mengendarai sepeda. Mula-mula hanya berani mengendarai sepeda di halaman rumah, kemudian agak jauh, dan akhirnya berani ke manamana. Demikian juga keterampilan menulis puisi, bila langsung menulis hasilnya tentu belum akan baik. Apalagi hasilnya mau mengikuti tulisan orang-orang yang memang sudah lama bergelut di dalam dunia tulis-menulis, jelas masih sulit. Juga bila terlalu banyak teori yang dipelajari dan dihafalkan, bisa bingung menerapkannya.Kenyataan dilapangan, siswa masih mengalami kesulitan saat menulis puisi.
150
Masrura, Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi, 151
Dilihat dari sudut pandang kesukaran dalam pelaksanaan pembelajaran, menulis kreatif puisi merupakan salah satu pembelajaran yang masih dianggap relatif sulit melaksanakannya. Hal ini disebabkan oleh sulitnya siswa dalam mencari kosakata jika akan menulis puisi. Bayangan yang muncul pada siswa saat akan menulis puisi adalah kemacetan ide-ide dalam mengeluarkan kosakata. Kesan ini diperoleh dari pengamatan guru bidang studi bahasa Indonesia di SMP Negeri 21 Tanjung Jabung Timur dan peserta MGMP bahasa Indonesia I. Atas dasar penguasaan kemampuan menulis kreatif puisi dipandang sukar, maka sangatlah tepat kiranya jika kegiatan penelitian ini dilaksanakan. Menurut Suryanto (2006 :45) tujuan seseorang menulis puisi adalah untuk mengekspresikan isi hati dan pikiran. Oleh karena itu, seorang penulis puisi tidak peduli apakah puisinya itu akan dianggap menarik, indah, aneh, atau membingungkan. Yang penting dia telah membebaskan dirinya dari beban batin, kegelisahan jiwa, atau unek-uneknya dengan penulisan puisi. Mereka ingin membuat suatu karya seni yang memiliki nilai estetika. Mereka ingin menjadikan puisi yang ditulisnya dapat memenuhi standar keindahan sehingga pada akhirnya dapat memberikan hiburan, kesenangan, dan kepuasan bagi pembacanya. Sedangkan, menurut Aminudin (2002:146) unsur pembentuk puisi antara lain: (1) bunyi meliputi rima dan irama, (2) kata meliputi lambang, utterance, symbol, pengimajian, pengiasan, diksi, dan gaya bahasa, (3) larik atau baris, (4) bait, dan (5) tipografi yang berperan untuk menampilkan aspek artistik visual juga untuk menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Dalam penilaian penulisan puisi pada siswa, peneliti berpijak pada tingkat kemampuan siswa tingkat SMP, yaitu ha-
nya menggunakan empat aspek yaitu bunyi, kata, larik atau baris, dan bait. Unsur tipografi tidak peneliti masukkan dalam aspek penilaian puisi dikarenakan pada kompetensi yang diharapkan pada siswa SMP hanyalah pada kemampuan untuk menuangkan ide-ide ke dalam katakata sehingga menjadi sebuah puisi. Dipilihnya kelas VIII A sebagai subjek penelitian yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 21 Tanjung Timuri dengan Media Latar Pendengaran Musik ini dengan mempertimbangkan siswa telah mempelajari tentang memahami pembacaaan puisi (KD 13) dikelas VII, sedangkan materi mengenai menulis kreatif puisi baru dilaksanakan di kelas VIII,selain itu, penggunaan media dan teknik yang berbeda belum pernah dilakukan oleh guru. Melihat kenyataan itulah, dalam penelitian ini dipaparkan alternatif pembelajaran yang mengguanakan media yang berbeda dari media yang digunakan selama ini. Dalam penelitian ini disajikan salah satu alternatif yang dapat diupayakan dalam meningkatkan proses pembelajaran menulis puisi yaitu dengan media latar pendengaran musik. Menulis puisi dengan media latar pendengaran musik ini memiliki keunggulan karena musik dapat menyenangkan siswa dalam menulis puisi. Selain itu juga, siswa akan lebih terinspirasi oleh suasana yang ditimbulkan oleh musik tersebut. Menulis puisi dengan media latar pendengaran musik ini adalah salah satu metode menulis puisi yang ditawarkan dalam modul pegangan peserta diklat membaca, menulis, dan apresiasi sastra (MMAS) pada bagian proyek peningkatan perpustakaan sekolah dan pelajaran sastra di Jakarta, 2004 yang ditulis oleh Taufiq Ismail. Metode penulisan puisi dengan media latar pendengaran musik ini telah
152, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
diterapkan langsung pada peserta diklat dan pelaksanaannya berhasil. Peneliti merasakan secara langsung efek yang ditimbulkan dari musik yang diperdengarkan saat menulis puisi. Emosi tergugah saat musik diperdengarkan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menggunakan media latar pendengaran musik pada siswa kelas VIII A SMP 21 Tanjung Timur saat menulis puisi. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis kreatif puisi dengan media latar pendengaran musik. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kualitatif dengan desain PTK. Pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan kualitas pembelajaran, sedangkan pendekatan kuantitatif untuk mendeskripsikan kualitas hasil pembelajaran menulis kreatif puisi dengan media latar pendengaran musik. Sumber data penelitian ini adalah proses dan hasil pembelajaran menulis kreatif puisi. Data proses pembelajaran berupa aktivitas-aktivitas siswa, guru, dan siswa-guru dalam kegiatan pembelajaran. Data proses itu tampak pada semangat, motivasi, dan kesungguhan siswa dalam belajar menulis puisi. Sementara itu, data hasil belajar berupa skor hasil belajar yang menggambarkan kemampuan siswa menulis puisi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah panduan observasi, pedoman wawancara, dan catatan lapangan untuk pengumpulan data kualitas proses. Sementara itu, untuk pengumpulan data hasil digunakan perintah dan petunjuk menulis kreatif puisi serta rubrik penyekorannya. Tindakan pembelajaran berupa media latar pendengaran musik. Pemilihan media latar pendengaran musik berdasar-
kan pada keunggulan media latar pendengaran musik. Banyak tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi. Ismail (2004:9) menawarkan salah satu media dalam menulis puisi yaitu dengan media latar pendengaran musik. Penulis lebih memilih penggunaan media latar pendengaran musik dalam menulis puisi dikarenakan penggunaan media musik belum pernah digunakan sebagai media pembelajaran menulis puisi di kelas VIII A SMP Negeri 21 Tanjab Timur. Dengan media latar pendengaran musik ini lebih memungkinkan siswa belajar lebih rileks namun hasilnya maksimal karena siswa lebih terinspirasi dalam menuangkan pikirannya ke dalam puisi. Saat mendengar musik, perasaan-perasaan dalam diri siswa juga akan tergugah sehingga emosinya akan bangkit dan muncul kata-kata dari emosi yang timbul dalam dirinya. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan tahapan PTK, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Tindakan yang laksanaka,n penulis dalam penelitian ini adalah menulis puisi dengan media latar pendengaran musik yang dikemukakan oleh Ismail (2004: 9). Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut. Pertama, siapkan pita rekaman atau CD untuk diperdengarkan di kelas. Pilih karya musik instrumental (tanpa penyanyi) klasik, pop, dangdut, keroncong, rock, jazz, flamenco, gendang afrika, kicau burung, deru kereta api, ombak, dan sebagainya. Kedua, perdengarkan 30” dan minta siswa memusatkan pikiran, mendengarkan dengan mata tertutup. Sesudah itu tanya pada siswa citra-citra apa saja yang mereka lihat dalam konsentrasi itu. Perasaan macam apa yang menyusup ke dalam renungan mereka. Peristiwa bagaimana? Emosi bagaimana? Semua itu dituangkan dalam
Masrura, Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi, 153
bentuk kata-kata sebagai bahan untuk dituliskan jadi puisi. Ketiga, perdengarkan musik yang lain, 60”, minta siswa menulis puisi dari kata-kata yang muncul tadi; Keempat, setelah 15” puisi dikumpulkan, kemudian dibacakan di depan kelas. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam dua siklus. Pada siklus pertama, pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan mengajak anak mendengarkan musik instrument sambil memusatkan perhatian untuk menangkap citra-citra yang muncul di fikirannya. Siswa menuangkannya dalam bentuk kata-kata yang masih acak kemudian menuliskannya menjadi sebuah
puisi dengan media latar pendengaran musik. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil di kelas VIII A SMP Negeri 21 Tanjung Jabung Timur, kec. Muara Sabak Barat, tahun pelajaran 2013/2014, jumlah siswa 38 orang siswa dengan perincian laki-laki 18 orang dan 20 orang perempuan. Siswa dikatakan tuntas dalam belajar, apabila mencapai KKM menulis puisi yaitu 65. Dengan melihat aspek yang ada dalam pembuatan puisi, maka digunakan teknik penilaian produk cara analitik (Tim Pustaka Yustisia, 2008:401). Pemberian bobot tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Aspek Penilaian Menulis Puisi
No 1. 2. 3. 4. 5.
Aspek Penilaian Keaslian gagasan (orisinalitas ide) Pilihan kata Kalimat puitis Keharmonisan bunyi (rima) Larik dan bait Total skor
Skor (1-20) 20 20 20 20 20 100 Nurhadi, Dawud Pratiwi (2007:126)
Pada siklus kedua, peneliti memberikan suasana yang berbeda dengan siklus pertama, pembelajaran diawali dengan mendengarkan lagu Iwan Fals ”Ibuku Sayang”, kemudian siswa diajak bersamsama menyanyikan lagu Melly Guslow “Bunda” untuk merangsang kosakata anak dalam menulis puisi. Guru dan siswa diajak berdiskusi tentang isi lagu dikaitkan dengan pilihan kata, majas dalam puisi, dan penyusunan rima dalam puisi. Kemudian, guru memutar musik instrument Kitaro , saat siswa mendengarkan lagu tersebut, siswa membayangkan sosok dan pribadi ibunya. Setelah itu, siswa menuangkan pikiran tentang ibunya tersebut dalam bentuk kata-kata lalu dijadikan sebuah puisi yang dibuat secara klasikal terlebih dahulu. Selanjutnya, siswa menuliskan kata-kata kunci yang
didapat dari renungaannya kemudian membuat sebuah puisi secara bersama dengan bimbingan guru. Setelah selesai, barulah siswa menulis puisi secara individu tentang bundanya dengan media latar pendengaran musik. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum hasil penelitian tindakan kelas ini baik proses maupun hasil pembelajaran menunjukkan hasil yang positif dan menunjukkan suatu peningkatan pada hasil pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil tindakan yang telah dilakukan, baik pada siklus I maupun siklus II.Pada siklus I, dimulai dengan tindakan awal pembelajaran guru mengajak siswa untuk memdengarkan musik instrument kurang lebih 10”. Saat mendengarkan musik, siswa diminta untuk
154, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
memusatkan pikiran, mendengarkan dengan mata tertutup. Sambil mendengar musik itu, siswa diminta menuliskan katakata kunci yang muncul dalam pikirannya. Sesudah itu, guru menanyakan citra-citra apa saja yang mereka lihat atau rasakan dalam konsentrasi itu. Perasaan apa, pengalaman apa, dan emosi bagaimana. Guru membantu siswa dengan cara menceritakan pikirannya saat mendengarkan musik tersebut lalu guru membuat sebuah puisi berdasarkan ceritanya tersebut. Langkah selanjutnya, guru memutarkan musik yang lain, siswa diminta untuk menulis puisi berdasarkan citra-citra yang tergambar dalam pikirannya dan kata-kata kunci yang telah ditulisnya.
Dari tindakan yang dilakukan yaitu menulis puisi dengan latar pendengaran musik ternyata sangat berpengaruh terhadap pemunculan emosi siswa terhadap peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Dengan musik yang diperdengarkan, anak mendapatkan suatu kata-kata yang muncul dari perasaan-perasaannya saat mendengarkan musik, misalnya perasaan sedih, haru, menyesal dan lain sebagainya. Pada siklus ini 1 orang siswa tidak hadir. Dari 37 siswa yang hadir (97,4 %), siswa yang mendapatkan nilai sangat baik hanya 7 siswa atau 18,9 % dan yang mendapat nilai baik sebanyak 11 siswa atau 29,7 %, sisanya mendapat nilai cukup bahkan ada yang kurang. Secara rinci, hasil tes siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Nilai Tes Siklus I
No 1. 2. 3. 4. 5.
Nilai 81 – 100 61 – 80,99 41 – 60,99 21 – 40,99 00 – 20,99 Jumlah
Jumlah Siswa 7 11 14 5 37
Pada siklus II, setelah diadakan perbaikan pada tindakan yang dilaksanakan, tampak adanya peningkatan pada proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa. Pada siklus II saat anak mendengarkan musik, mereka lebih menghayati lagi musik yang mereka dengarkan karena kesadaran akan musik yang diperdengarkan itulah yang akan memunculkan perasaan-perasaan yang
Persentase (%) 18,9 29,7 37,8 13,5 100
Predikat Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang -
dapat memunculkan kata-kata dalam benaknya. Pada siklus ini 2 orang siswa tidak hadir. Dari 36 siswa yang hadir (94,7 %), siswa yang mendapat nilai sangat baik 13 siswa atau 36,11 % dan yang mendapatkan nilai baik 20 siswa atau 55,55 % dan sisanya 3 siswa atau 8,33 % mendapat nilai cukup. Tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai kurang. Secara rinci dapat kita lihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Nilai Tes Siklus II
No 1. 2. 3. 4. 5.
Nilai 81 – 100 61 – 80,99 41 – 60,99 21 – 40,99 00 – 20,99 Jumlah
Jumlah Siswa 13 20 3 36
Persentase (%) 36,11 55,55 8,33 100
Predikat Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang -
Masrura, Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi, 155
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa dari tindakan yang diambil ternyata hasilnya sangat positif terhadap kemajuan siswa dalam menulis puisi. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran yang terlihat lebih bermakna bagi siswa dan dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa (KKM) dan rata-rata kelas mengalami peningkatan di siklus II. Pada siklus I persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yaitu 40,54 % sedangkan pada siklus II yaitu 86,11 %. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 63,83 dan pada siklus II meningkat menjadi 75,91 %. Keberhasilan proses dan hasil pembelajaran dalam penelitian ini tentunya
dipengaruhi oleh tindakan yang diberikan. Tindakan yang pertama, tidak adanya kegiatan di mana anak menyusun barisbaris puisi secara bersama, sedangkan pada tindakan yang kedua siswa terlebih dahulu menyusun kata-kata kunci yang dibuat secara bersama-sama. Ternyata, pada tindakan siklus kedua, setelah diberikan perbaikan dengan pendekatan natural dan tindakan rekayasa siswa lebih paham mengenai cara-cara menyusun baris-baris puisi dengan latar pendengaran musik. Hasil secara rinci dapat dilihat melalui rekapitulasi hasil pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II
No 1. 2. 3. 4.
Deskripsi Siswa yang tuntas belajar Siswa yang belum tuntas belajar Ketuntasan belajar secara klasikal Nilai rata-rata
PENUTUP Berdasarkan analisis terhadap data hasil pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media latar musik instrumen dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi kelas VIII SMP Negeri 21 Tanjung Jabung Timur. Pembelajaran menulis puisi dengan latar pendengaran musik memberikan suasana lebih menyenangkan pada siswa karena pada dasarnya siswa mayoritas menyukai musik. Dengan musik yang diperdengarkan, siswa lebih mudah memunculkan kata-kata untuk di-
Siklus I (37 siswa) 15 22 40,54% 63,83
Siklus II (36 siswa) 31 5 86,11 % 75,91
jadikan sebuah puisi karena kata-kata itu muncul dari perasaan yang muncul saat mendengarkan musik instrumen. Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan agar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada semua aspek kebahasaan, sebaiknya guru lebih kreatif dalam memilih media yang tepat dan menarik, sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM). Selain itu, media pembelajaran yang tepat juga dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
156, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Ismail, T. 2004. Penulisan Puisi. Modul Pegangan Peserta Diklat Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra (MMAS). Jakarta.
Nurhadi, Dawud, dan Pratiwi, Y. 2007. Bahasa Indonesia untuk Kelas VII SMP. Jakarta: Erlangga. Suryanto, A., dkk. 2006. Bahasa Indonesia SMP Kelas VII. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.