perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI MELALUI METODE SPIDER CONCEPT MAP (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2011/2012)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh Asih Riyanti S841008006
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
-
Sebuah prestasi tidak semata-mata dinilai dari hasil yang sesuai, tetapi perjuangan mencapai hasil itulah yang bernilai (Mahama Gandhi).
-
Jangan biarkan orang lain menghalangimu untuk mengejar impianmu. Tetap berjuang, dan percayalah, semua akan indah pada waktunya.
-
Kegagalan bukanlah disaat kamu terjatuh, tapi disaat kamu menyerah dan berhenti berusaha setelah terjatuh.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, karya ini kupersembahkan sebagai ungkapan rasa syukur, sayang, dan terima kasihku kepada: Bapak Rasidal dan Mama Suratmi tercinta sebagai salah satu wujud tanggung jawabku dan baktiku atas curahan kasih sayang, doa, bimbingan, serta segala terbaik yang selalu tercurah untukku. Kakaku (Mas Zuswanto dan Mbak Apri Nuryanti) dan keponakanku (Chanatasya Nafi‟atul Faizah) terima kasih atas dukungan dan cinta kalian menambah semangat hidupku. Dr. Maman Suryaman, Siti Nurbaya, M. Si., Siti Maslakhah, M. Hum dan pamanku Tri Heriyanto, M.Pd. terima kasih atas arahan, bimbingan dan segala kebaikannya selama ini. Penjaga hatiku yang kelak akan menjadi pendamping hidupku. Terima kasih atas perhatian, pengertian, semangat, kesetiaan dan kesabarannya. Keluarga besarku yang menantikan kelulusanku. Sahabat yang selalu setia memberiku semangat dalam perjalanan hidupku.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan benar-benar bahwa: 1. Tesis yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2011/2012)” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan serta daftar pustaka. Apabila ternyata dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, maka saya bersedia Tesis beserta gelar MAGISTER saya dibatalkan serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seizin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (6 bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, 10 januari 2012 Mahasiswa,
Asih Riyanti commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat-Nya, sehingga penulis dapat merencanakan, melaksanakan, dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningakatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metide Spider Concept Map (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2011/2012)” ini. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis alami dalam penyusunan tesis ini. Namun, hambatan dan rintangan itu dapat diatasi berkat bimbingan, semangat, motivasi, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih secara tulus kepada: 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D., Direktur PPs UNS yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 2. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS, yang telah memberikan banyak ilmu dan motivasi untuk menyelesaikan tesis ini. 3. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd., sebagai dosen pembimbing I, yang sangat teliti memberikan bimbingan dan senantiasa memberi masukan kepada penulis sehingga tesis ini dapat tersusun dengan baik. 4. Dr. Andayani, M.Pd., sebagai dosen pembimbing II, yang dengan sangat sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan memberikan masukan-masukan sehingga tesis ini dapat terselesaikan. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Kepala SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul, Kamidi, S. Pd.,M.M. yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan izin kepada penulis untuk menggunakan sarana dan prasarana yang menunjang penelitian ini. 6. Guru bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul, Drs. Supri Atmaja, yang telah berkenan menjadi kolaborator dalam melaksanakan penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini dari awal hingga akhir. 7. Bapak Rasidal dan Mama Suratmi tercinta, selaku orang tua, terima kasih atas curahan kasih sayang, bimbingan dan doanya selama ini. 8. Teman-teman seperjuangan agkatan 2010, khususnya Ade Asih Susiari Tantri, Arni, Rizqi Rahmawati, Marijke Louise, Syamsul Ma‟arif dan Purwoto yang telah memberikan semangat, bantuan, dukungan moral kepada penulis selama studi di PPs UNS. Penulis sangat mengharapkan kritik dan sumbang saran dari semua pihak demi kesempurnaan tesis ini. Semoga penelitian ini berrmanfaat bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Surakarta, 10 Januari 2012 Penulis
A.R
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL ..................................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................................. iii\ MOTTO .................................................................................................................. iv PERSEMBAHAN ................................................................................................... v PERNYATAAN ORISINIL DAN PUBLIKASI ILMIAH ................................. vi KATA PENGANTAR............................................................................................ vii DAFTAR ISI ............................ ............................................................................. vii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii ABSTRAK ............................................................................................................. xiv ABSTRACT ........................................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................. 9 C. Tujuan Peneltian ................................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, HIPOTESIS TINDAKAN DAN KERANGKA BERRPIKIR .................................... 13 A. Kajian Teori ........................................................................................ 13 1. Hakikat Kemampuan Menulis.......................................................... 13 a. Pengertian Kemampuan............................................................... 13 b. Pengertian Kemampuan Menulis ................................................ 14 c. Tujuan Menulis ............................................................................ 20 d. Asas Menulis ............................................................................... 23 e. Jenis Tulisan ................................................................................ 28 f. Ciri-ciri Tulisan yang Baikto .......................................................... 42 commit user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Langkah/Tahapan Menulis .......................................................... 43 2. Hakikat Cerpen ................................................................................. 51 a. Unsur Pembangun Cerpen ............................................................ 56 1) Unsur Instrinsik ....................................................................... 56 (a) Tema.................................................................................. 57 (b)Tokoh dan Penokohan ....................................................... 59 (c) Alur (Plot) ......................................................................... 63 (d) Sudut Pandang (Point of View) ........................................ 65 (e) Gaya Bahasa ....................................................................... 67 (f) Latar (Setting) ................................................................... 69 (g)Amanat ............................................................................... 71 2) Unsur Ekstrinsik ...................................................................... 72 b. Ciri-Ciri Cerpen............................................................................ 73 c. Menulis Cerpen ............................................................................ 75 d. Langkah-Langkah Menulis Cerpen yang Baik............................. 80 e. Pembelajaran Menulis Cerpen di Sekolah Menengah Pertama (SMP) ............................................................................. 81 f. Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi ..................... 82 f. Cara Mengukur Kemampuan Menulis Cerpen ............................. 85 3. Metode Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-Laba) ................. 91 a. Hakikat Metode Pembelajaran .................................................... 91 b. Hakikat Concept Map (Peta Konsep ) ......................................... 93 c. Jenis Metode Concept Map (Peta Konsep) ................................ 97 d. Tujuan Pembelajaran dengan Concept Map (Peta Konsep) ....... 98 e. Kelebihan Metode Concept Map (Peta Konsep) ........................ 100 f. Manfaat Concep Map (Peta Konsep) dalam Pembelajaran ........ 100 g. Metode Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-laba) ............. 101 (1) Langkah-langkah Metode Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-laba) ..................................................... 104 (2) Penerapan Metode Spider Concept Map commit to dalam user Pembelajaran Menulis (Peta Konsep Laba-laba)
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi .............................. 106 B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 108 C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 111 D. Hipotesis Tindakan .......................................................................... 114 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 115 A. Tempat dan Waktu Peneltian .......................................................... 114 B. Jenis Penelitian ................................................................................ 116 C. Subjek dan Objek Penelitian ........................................................... 120 D. Data dan Sumber Data Penelitian.................................................... 120 E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 121 F. Uji Validitas Data ............................................................................ 124 G. Teknik Analisis Data ....................................................................... 125 H. Indikator Keberhasilan Penelitian ................................................... 126 I. Posedur Penelitian ............................................................................ 127 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 131 A. Hasil Penelitian ............................................................................... 131 1. Deskripsi Pratindakan ................................................................ 131 a. Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan Cerpen Siswa Pratindakan ............................................................................ 131 b. Kualitas Kemampuan Menulis Siswa Pratindakan ................ 136 2. Deskripsi Siklus I ....................................................................... 137 a. Perencanaan Suklus I ........................................................... 137 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I............................................. 143 c. Observasi .............................................................................. 150 1) Pengamatan terhadap kinerja Guru ................................. 150 2) Pengamatan Terhadap Kinerja Siswa ............................. 152 d. Analisis dan Refleksi............................................................ 155 1) Analisis........................................................................... 155 (a) Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan user Menuliscommit Siswa to pada Siklus I.................................... 155
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(b) Kualitas Hasil Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa Siklus I ... 157 2) Refleksi .......................................................................... 159 3. Deskripsi Siklus II ...................................................................... 162 a. Perencanaan Siklus II ........................................................... 162 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ........................................... 167 c. Observasi .............................................................................. 177 1) Pengamatan terhadap Kinerrja Guru .............................. 177 2) Pengamatan terhadap Kinerja Siswa .............................. 180 d. Analisis dan Refleksi............................................................ 182 1) Analisis........................................................................... 182 (a) Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa Pada Siklus II ........................................................... 182 (b) Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen Siklus II ..... 183 2) Refleksi ........................................................................... 185 4. Deskripsi Siklus III ..................................................................... 187 a. Perencanaan Siklus III.......................................................... 187 b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III .......................................... 192 c. Observasi .............................................................................. 194 1) Pengamatan terhadap Kinerja Guru ............................... 195 2) Pengamatan terhadap Kinerja Siswa .............................. 197 d. Analisis dan Refleksi............................................................ 199 1) Analisis........................................................................... 199 (a) Kualita Proses Pembelajaran Kemampuan Mneulis Cerpen Siswa pada Siklus III ................................... 199 (b) Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ........ 201 Siklus III ................................................................... 199 2) Refleksi .......................................................................... 202 B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 204 1. Keadaan Awal (Prtaindakan) Siswa terhadap Pembelajaran commit to user Kemampuan Menulis Cerpen Kelas IX E SMP Negeri 1
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pandak, Kabupaten Batul .......................................................... 204 2. Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Menerapkan Metode Spider Concept Map .................... 206 3. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi .................... 208 4. Peningkatan Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi .................................................................... 213 B. Keterbatasan Peneliti................................................................... 217 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .................................. 219 A. Kesimpulan ........................................................................................ 219 B. Implikasi ........................................................................................... 221 C. Saran .................................................................................................. 221 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 226 LAMPIRAN ...................................................................................................... 231
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Kriteria Penilaian Menulis Cerpen ................................................................. 89 2. Skala Penilaian Kemampuan Menulis Cerpan ............................................... 89 3. Langkah-langkah dalam Membuat Spider Concept Map .............................. 105 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................................... 116 5. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Kemampuan Menulis Cerpen ........ 127 6. Hasil Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak , Kabupaten Bantul pada Kondisi Awal (Pratindakan) .......................................................................... 136 7. Hasil Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul pada Siklus I........................................................................................................... 157 8. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Pratindakan ............................. dengan Siklus I ............................................................................................. 158 9. Hasil Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Metode Spider Concept Map pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul pada Siklus II................................................................... 184 10. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Siklus I dengan Silkus II ... 184 11. Perbandingan Persentae Ketuntasan Klasikal Siklus II dengan Siklus III .. 201 12. Perbandingan Nilai Rata-rata Kinerja Guru Pratindakan, Sklus I, Siklus II, dan Siklus III ............................................................................................... 208 Perbandingan Nilai Rata-rata Kinerja Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III...................................................................................................... 210 14. Skor Kinerja Siswa dan Guru Sebelum dan Sesudah Menerpakan Metode Spider Concept Map ................................................................................... 211 15. Hasil Kemampuan Menulis Cerpen pada Siklus I, Silkus II, dan Siklus III...................................................................................................... 215 commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1. Spider Concept Map ...................................................................................... 102 2. Kerangka Berpikir Penerapan Metode Spider Concept Map untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis ............................................................. 113 3. Siklus Penelitian Tindakan ............................................................................ 118 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas .................................................................... 128 5. Suasana Gaduh Saat Siswa Menjawab pertanyaan dari Guru ....................... 133 6. Siswa Memperhatikan Penjelasan Guru Mengenai Metode Spider Concept Map ................................................................................................. 145 7. Guru Tidak membimbing dalam Kegiatan Dskusi pada Siklus I .......................................................................................................... 151 8. Siswa Menerima Reaward dari Guru Sebagai Penulis Cerpen Terbaik pada Siklus I........................................................................................................... 170 9. Siswa Mempresentasikan Hasil Karyanya Berupa Bpider Concept map pada Pertemuan Pertama Siklus II ....................................................... 176 10. Guru sedang Memantau, dan Membimbing Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus II........................................................................ 179 11. Pemberian Reaward dari Guru untuk Siswa sebagai Penulis Cerpen Terbaik pada Peringkat kedua Siklus II. ......................................... 196 12. Siswa Bertepuk Tangan dan Tampak Gembira Usai Mereka Menulis Cerpen dan Temannya Presentasi .................................................. 198 13. Gedung SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul .................................... 231 14. Peneliti Berwawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul .......................................................................... 411 15. Peneliti Berwawancara dengan Guru Bahasa Indonesia ........................... 411 16. Peneliti Berwawancara dengan Guru Bahasa Indonesia Pratindakan ........ 412 17. Peneliti Berwawancara dengan Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Pascatindakan ................................................... 412 18. Peneliti Berwawancara dengan Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 commit to user Pandak, Kabupaten Bantul Pascatindakan .................................................. 413
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran .....
Halaman
01. Keadaaan Fisik SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul ............................. 231 02. Daftar Tenaga Pengajar SMP Negerri 1 Pandak Kabupaten Bantul ............... 232 03. Silabus
...................................................................................................... 234
04. Kriteria Ketuntasa Miinimal ............................................................................ 236 05. Daftar Hadir Antarsiklus.................................................................................. 237 06. Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP) Pratindakan ............................... 240 07. Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP)Siklus I Pertemuan Pertama ...... 243 08. Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan Kedua ....... 257 09. Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Peretemuan Pertama .. 264 10. Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP) siklus II Pertemuan Kedua ....... 273 11. Rencana Pelakssanaan Pembelajaran (RPP) siklus III ................................... 284 12. Lembar Kerja Kelompok ................................................................................ 288 13. Rubrik Penilaian .............................................................................................. 291 14. Lembar Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi ......................................................................................... 294 15. Rekapitulasi Lembar Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Hasil Pretes ............................................... 296 16. Hasil Pretes Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul Pada Pratindakan .................................... 298 17. Hasil Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul pada Siklus I ........................................... 300 18. Hasil Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul pada Siklus II ......................................... 302 commit to user Pengalaman 19. Hasil Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul pada Siklus III ........................................ 304 20. Rekapitulasi Hasil Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul ............................................. 306 21. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa ................................. 307 22. Rekapitulasi Presentase Hasil Pengamatan Kegiatan Belajar Siswa ............... 308 23. Rekapitulasi Hasil Pengamatam Proses Mengajar Guru Pratindakan ............. 312 24. Rekapitulasi Hasil Pengamatam Proses Mengajar Siklus I ............................. 314 25. Rekapitulasi Hasil Pengamatam Proses Mengajar Siklus II ............................ 318 26. Rekapitulasi Hasil Pengamatam Proses Mengajar Guru Siklus III ................ 321 27. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul ................................................................ 324 28. Pedoman Wawancara dengan Guru (Pratindakan) .......................................... 331 29. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru (Pratindakan)................... 332 30. Pedoman Wawancara dengan Siswa (Pratindakan) ......................................... 338 31. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (Pratindakan) ................. 337 32. Catatan Lapangan Hasil Observasi Pratindakan ............................................. 343 33. Transkip Hsil Diskusi dengan Guru (Perencanaan Siklus I) ........................... 351 34. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus ....................................................... 357 35. Pedoman Wawancara dengan Siswa (Siklus I)............................................... 362 36. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (Siklus I) ........................ 363 37. Pedoman Wawancara dengan Guru Pasacatindakan (Siklus I) ....................... 367 38. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru (Siklus I) ......................... 368 39. Transkip Hasil Diskusi dengan Guru (Perencanaan Siklus II) ........................ 371 40. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus II ................................................... 378 41. Pedoman Wawancara dengan Siswa (siklus II) .............................................. 384 42. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa (siklus II) ....................... 385 43. Pedoman Wawancara dengan Guru (Siklus I) ................................................. 389 44. Catatan Lapangan Hasil Hasil Wawancara dengan Guru (Siklus II) .............. 390 commit to user 45. Transikp Hasil Diskusi dengan Guru (Perencanaan Siklus III) ....................... 393
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46. Catatan Lapangan Hasil Observasi Siklus III ................................................. 397 47. Pedoman Wawancara dengan Siswa Pascatindakan ........................................ 400 48. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Siswa PascaTindakan ............... 401 49. Pedoman Wawancara dengan Guru Pascatindakan ......................................... 405 50. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru (Siklus III) ....................... 406 51. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ......................................................................... 412 52. Cerpen Karya Siswa Kelas IX E ...................................................................... 415 53. Surat Izin Penelitian ......................................................................................... 420
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Asih Riyanti. S8410080006. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri Pandak 1, Kabupaten Bantul. Tesis. Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011. Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi bagi siswa kelas IX ESMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dengan menerapkan metode spider concept map, dan (2) meningkatkan kemampuan siswa kelas IX E SMP Negeri Pandak 1, Kabupaten Bantul dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map. Subyek penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas IX E SMP Negeri Pandak 1, Kabupaten Bantul. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak tigas siklus. Setiap siklus meliputi empat tahap, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1) observasi, 2) wawancara, 3) tes, 4) kajian dokumen, dan 5) dokumentasi. Validitas data dilakukan dengan cara triangulasi sumber, triangulasi metode, dan review informan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis dengan mendeskripsikan temuan data dan membandingkannya dengan indikator kinerja yang sudah ditentukan. Hasil penelitian tindakan kelas ini disimpulkan sebagai berikut. (1) Kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul mengalami peningkatan setelah diterapkan metode spider concep map. Pada kondisi awal kinerja guru masih tergolong kurang dengan nilai rata-rata 57,84, meningkat pada siklus I menjadi 61,76 dengan kategori cukup. Pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 73,53 dengan kategori baik, dan pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 98,00 dengan kategori baik sekali. Nilai rata-rata kegiatan siswa dari pratindakan sampai siklus III juga mengalami peningkatan. Pada pratindakan nilai rata-rata siswa 70,70 dengan kategori rendah. Meningkat pada siklus I menjadi 73, 96 dengan kategori cukup. Pada siklus II meningkat menjadi 77,03 dengan kategori tinggi, dan pada siklus III juga mengalami peningkatan menjadi 80,63 dengan kategori tinggi seklai. Palaksanaan pembelajaran kemampuan menulis cerpen di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul setelah diterapkan metode spider concept map menjadi lebih hidup dan menyenangkan dans siswa pun menjadi fokus menulis cerpen. (2) penerapan metode spider concept map dapat meningkatkan kualitas kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi siswa. Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata kelas. Ketuntasan klasikal pada pratindakan sebanyak 13,33%, siklus I sebanyak 43,33 %, siklus II 70,70%, pada siklus III 100%. Kata Kunci : Kemampuan Menulis Cerpen dan Metode Spider Concept Map commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Asih Riyanti. S8410080006. Upgrades Short Story Writing Method Based on Personal Experience Through Spider Concept Map on a Class IX student Pandak E Junior High School 1, Bantul regency. Theses. Graduate School of Education Studies Program Bahasa Indonesian (S2) March Eleven University of Surakarta. 2011. This study aims to describe the quality process and quality of learning outcomes through the ability to write short stories spider concept map method in class IX student Pandak E Junior High School 1, Bantul regency. The subjects of this study is a class IX student Pandak E Junior High School 1, Bantul regency. The study was conducted as a class action tigas cycle. Each cycle includes four stages, namely 1) planning, 2) implementation, 3) observation, and 4) reflection. Data collection techniques in the study were: 1) observation, 2) interviews, 3) test, 4) review of documents, and 5) documentation. validity study was conducted by source triangulation and triangulation methods. Data analysis techniques used in this study was a comparative descriptive analysis techniques and techniques of critical analysis by describing the findings of the data and compare it with predefined performance indicators The results of this class action be summarized as follows. (1) The quality of the learning process the ability to write short stories in class IX student Pandak E Junior High School 1, Bantul regency has increased after the applied method of spiders concept map. At the initial conditions of teacher performance is still relatively less with the average value of 57.84, an increase in cycle I to 61.76 with enough categories. In cycle II has increased again to 73.53 in both categories, and the third cycle increased to 98.00 with very good category. The average value of the student activities before action to cycle III also increased. In prior to action average value 70.70 students with low category. Increase in cycle I to 73, 96 with the pretty category. In cycle II, rising to 77.03 in the high category, and the cycle III also increased to 80.63 with a excellent category. Implementation learning the ability to write short stories in class IX student Pandak E Junior High School 1, Bantul regency after the applied method of spider concept map becomes more lively and fun dans students became the focus of writing short stories. (2) application of spider concept map method can improve the quality of the ability to write short stories based on personal experiences of students. This is evident from the increasing exhaustiveness classical and the class average. Exhaustiveness in prior to implementation as much as classical, 33%, classical completeness of the cycle I as much as 43.33%, 70.7% second cycle, and cycle III 100%. Keywords: Capabilities and Methods Writing Short Story Spider Concept Map
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat strategis di dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia, yaitu manusia yang mampu menghadapi berbagai perubahan dan kemajuan serta berbagai dampak negatifnya. Lembaga pendidikan formal diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas output (keluaran) dan mampu memberi bekal kepada anak didik untuk menghadapi perubahan dan kemajuan tersebut. Dalam hal ini, guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Kurikukum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP) merupakan acuan dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah formal. Tujuan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah penguasaan kompetensi komunikatif siswa, yaitu agar peserta didik dapat saling berkomunikasi, berbagai pengalaman belajar dari yang lain untuk meningkatkan kemampuan intelektualnya (Diknas, 2003: 6). Guna mencapai tujuan tersebut siswa diupayakan untuk menguasai empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis bagi siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sekarang ditetapkan sebagai Kurikulum 2006 telah diberlakukan di sekolah-sekolah mulai tahun 2006. commitdalam to userpembelajaran Bahasa dan Sastra Kurikulum 2006 ini juga diterapkan
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Indonesia. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditegaskan bahwa tugas sebagai guru adalah membelajarkan siswa, bukan mengajar. Siswalah yang harus didorong agar secara aktif berlatih menggunakan bahasa khususnya pada keterampilan menulis. Tugas guru adalah menciptakan situasi dan kondisi agar siswa belajar secara optimal untuk berlatih menggunakan bahasa agar kompetensi yang diharapkan dapat tercapai. Keterampilan menulis (writing skill) merupakan keterampilan berbahasa yang sangat sukar dan komplek, bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain seperti, menyimak (listening skill), berbicara (speaking skill), dan membaca (readings skill). Keterampilan menulis ini merupakan suatu bentuk manifestasi keterampilan yang paling akhir dikuasai oleh siswa. Namun sampai saat ini, pengajaran bahasa khususnya keterampilan menulis sastra maupun nonsatra dipelajari hasilnya belum begitu menggembirakan. Terbukti dengan masih banyaknya siswa yang belum mampu menuangkan gagasan atau pikirannya dalam bahasa tulis secara tepat. Mereka kurang mampu dalam mengorganisasikan gagasan, mengembangkan paragraf dengan baik, tulisan berbelit-belit, ataupun kesalahan dalam tata tulis. Menulis tidaklah mudah. Orang tidak dapat menggunakan bahasa atau gerak tubuh, intonasi, nada, kontak mata, dan semua ciri lain yang dapat membantu orang menangkap makna seperti dalam hal menulis. Dalam kutipan ini Scott dan Yteberg (1990: 68), antara lain menyatakan, “You can‟t make some use of body language, intonation, tone, eye contact and all the other features which help you to covery meaning when you talk.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur dan sistematis yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Melalui menulis, siswa dapat mengungkapkan atau mengekspresikan ide, gagasan, atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreatifitas siswa dalam menulis. Hal ini diperkuat oleh Mandal (2009: 2) yang menyatakan “Writing is a creative process because it is a process of reaching out for one‟s thought and discovering them. Writing, as such is a process of meaning making”. Patut disadari bahwa penguasaan keterampilan menulis tidaklah datang dengan sendirinya, tetapi kemahirannya ditempuh melalui proses pembelajaran yang serius. Proses pembelajaran menulis inilah sebagian besar menjadi tugas dan tanggung jawab guru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, baik di berbagai jenjang maupun jenis sekolah, keterampilan menulis perlu diperhatikan pembinaannya. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu tujuan Standar Kompetensi kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP) tertulis tentang mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerpen. Cerita pendek yang disingkat menjadi akronim cerpen, menurut Dedi Pramono (2008: 1) merupakan cerita fiksi bentuk prosa yang singkat, padat, yang unsur ceritanya terpusat pada satu peristiwa pokok, sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita memberikan kesan tunggal. Dengan demikian, cerpen itu cerita yang ringkas. Unsur-unsur intrisik seperti setting, penokohan, peristiwa dalam cerita diungkapkan secara singkat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Cerpen adalah tulisan imajinatif yang merupakan tulisan kreatif yang tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada tulisan imajinatif yang lain. Begitu pun untuk membacanya, sehingga cerpen sering disebut bacaan yang dapat dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerpen pun menggunakan bahasa yang sederhana dan mempunyai arti yang kompleks, serta berupa pemadatan kata yang di dalamnya menceritakan gagasan, ide atau pun perasaan penulisnya. Selain itu, seseorang dapat pula menulis cerpen berangkat dari pengalaman pribadinya karena pada hakikatnya sastra tidak akan lahir dari kekosongan atau kevakuman dalam masyarakat. Dalam hal ini menulis cerpen perlu ada perpaduan antara kemampuan merangkai kata-kata dan daya khayal seseorang. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis cerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang. Hal ini termasuk tulisan kreatif sastra yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Ceritanya sangat kompak, tidak ada bagiannya yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saham yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana. Tidak ada bagian yang ompong, tidak ada bagian yang berlebihan (Muhammad Diponegoro, 1994: 6). Pembelajaran sastra di sekolah diharapkan dapat membimbing siswa agar memiliki wawasan tentang sastra, mampu mengapresiasi sastra, bersikap positif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
terhadap sastra, dapat mengembangkan kemampuan, wawasan, serta sikap positif bagi kepentingan pendidikan. Upaya untuk mengembangkan kemampuan, wawasan, kreativitas, serta sikap positif itu dapat diwujudkan dengan menciptakan karya sastra. Salah satu pengajaran sastra di sekolah yang berkaitan dengan penciptaan karya sastra adalah menulis cerpen. Namun demikian, pada kenyataannya pembelajaran sastra di sekolah terutama keterampilan menulis cerpen kurang mendapat perhatian, dirasa tidak menarik dan kurang diminati sehingga siswa tidak mampu dalam menulis dan mengembangkan ide cerpen. Kemampuan menulis dalam pengajaran sastra merupakan kemampuan yang tidak mudah. Kemampun ini menuntut kemampuan seseorang untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan perasaan untuk menjadi buah karya sehingga orang lain dapat memahami karya tersebut. Melalui menulis cerpen, siswa dituntut untuk mengerahkan kemampuannya dalam bidang sastra. Siswa dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dengan membuat sebuah ide yang akan dijadikan topik dari cerpennya tersebut. Ide itu bisa berasal dari daya imajinasi siswa atau juga dari pengalaman-pengalaman yang berkesan yang terjadi pada dirinya atau yang ada di sekitarnya. Siswa juga dituntut untuk dapat mengembangkan idenya tersebut menjadi sebuah karangan yang runtut dan padu serta logis. Masalah menulis seperti di atas juga terjadi di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul, tahun ajaran 2010/2011. Kenyataannya, hasil menulis cerpen sesuai dengan SK dan KD menulis cerpen bertolak peristiwa yang pernah dialami belum sesuai dengan harapan. ......... Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru bahasa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Indonesia di kelas IX E diperoleh bukti dan faktor-faktor penyebab masalah di atas. Bukti-bukti tersebut sebagai berikut: (1) nilai rata-rata menulis siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul yang diperoleh dari kondisi awal masih tergolong rendah atau dibawah KKM yang ditetapkan yakni 76, (2) Aktivitas siswa dalam kegiatan menulis masih rendah. Hal ini dibuktikan hahwa siswa memerlukan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan tugas menyelesaikan cerpen. Bahkan dalam satu jam pelajaran ada beberapa anak yang belum bisa menyelesaikan tugasnya. Sesekalis terlihat beberapa siswa bermainmain dengan teman sebangkunya, dan hanya mencoret-coret bukunya, (3) kurangnya kesempatan dari guru untuk mengapresiasi cerpen, (4) kurangnya kepekaan siswa terhadap pengalaman hidup untuk dituangkan menjadi cerpen, (5) kurangnya interaksi antara siswa dan siswa serta siswa dan guru. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis bisa dikatakan kurang bervariasi. Metode yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis adalah metode ceramah dan penugasan. Keadaaan seperti itu berlangsung terus menerus, khusunya saat pelajaran menulis. Guru tidak melakukan pembimbingan kepada siswanya. Bukan hanya itu, tetapi disebabkan pula guru tidak menerapkan metode yang bervariatif. Hal ini mempengaruhi keaktifan siswa. Kecenderungan pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan kurang kreatif, sehingga pembelajaran menjadi sesuatu yang membosankan. Hal tersebut mengakibatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
ketidakberhasilan pembelajaran ket menulis yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis siswa. Hal itu tampak bahwa proses pembelajaran masih dilakukan secara konvensional. Secara terinci, pembelajaran menulis cerpen tersebut dilakukan guru dengan langkah–langkah sebagai berikut: (1) guru menugaskan siswa untuk membaca cerpen yang ada dalam buku teks; (2) guru menjelaskan unsur–unsur intrinsik cerpen, siswa diharuskan mencatat; (3) guru menanyakan unsur intrinsik cerpen yang terdapat dalam cerpen yang telah dibaca; (4) guru menugaskan siswa untuk menulis cerpen dengan satu tema yang telah ditentukan guru; (5) guru mengumpulkan cerpen yang telah ditulis siswa, seadanya; (6) guru menilai cerpen siswa. Akibatnya, siswa kurang memiliki kreativitas menciptakan cara baru dalam memandang sesuatu, mengekspresikan diri, dan mendekati permasalahan. Guna mengatasi hal tersebut perlu dilakukan suatu upaya yaitu dengan mengimplementasikan
suatu
pembelajaran
inovatif
yang
memungkinkan
terjadinya kegiatan belajar mengajar sebagai pusat perhatian dan guru hanyalah sebagai fasilitator dalam mengupayakan situasi untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar siswa diperoleh melalui keterlibatan siswa secara langsung dalam serangkaian kegiatan untuk berhubungan dengan lingkungan dan interaksi dengan materi pembelajaran, teman, dan sumber belajar lainnya. Selanjutnya, siswa mengontruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Pemilihan metode pembelajaran sangat penting, mengingat pembelajaran berbahasa terutama kemampuan menulis adalah hal yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
tidak mudah, dan sebagai wahana untuk melatih sikap untuk mampu menuangkan ide, gagasan, berpikir logis, kreatif, cermat serta objektif atau mampu mengorganisasikan tulisan sehingga dapat meningkatkan kemampuan ketajaman penalaran siswa.
.
Berdasarkan kondisi tesebut, guru perlu menggunakan sebuah metode pembelajaran untuk meningkatkan meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Alternatif metode pembelajaran yang dipilih adalah metode spider concept map (peta konsep labalaba) yaitu penggunaan pengorganisasian awal (advance organizer) yang merupakan suatu alat pengajaran yang direkomendasikan oleh David Ausubel (dalam Trianto, 2009: 156). Metode spider concept map bermanfaat untuk mengaitkan bahan-bahan pelajaran baru dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Pengetahuan awal menurut Ausubel, adalah menggarisbawahi ideide utama dalam suatu situasi pembelajaran yang baru dan mengaitkan ide-ide baru tersebut dengan pengetahuan yang telah ada pada pelajar (Nur dalam Trianto, 2009: 157). Spider concept map mempunyai beberapa keunggulan yang dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi baik dalam bidang pemahaman, kreativitas, maupun igatan. Spider concept map mempunyai banyak keunggulan dua diantaranya, yaitu: (1) unik, sehingga mampu memperkuat daya ingat, dan (2) spider concept map membuat siswa lebih mampu berkonsentrasi pada permasalahan yang sering dihadapi. Metode spider concept map (peta konsep laba-laba) bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
antara konsep-konsep itu. Faktor tunggal yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang pelajar sudah tahu (Ausubel, 1968). Sebuah proses utama dalam belajar adalah subsumption di mana materi baru terkait dengan gagasangagasan yang relevan dalam struktur kognitif yang ada. Dia menekankan bahwa penggunaan ini berbeda dari ikhtisar dan ringkasan, tetapi hanya menekankan ideide kunci dan rincian secara singkat. Penggunaan bertindak sebagai "jembatan subsuming" antara bahan pembelajaran baru dan ide-ide terkait yang ada. Berpijak dari uraian yang telah diungkapkan tersebut, maka penelitian tentang peningkatan kualiats proses pembelajaran dan peningkatan kualitas kemampuan menulis cerpen melalui metode spider concept map ini perlu segera dilaksanakan,
sehingga
pembelajaran
menulis
menjadi
menarik
dan
menyenangkan yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia. Dipilihnya metode spider concept map sebagai metode dalam pembelajaran menulis cerpen, diharapkan siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam mencari ide untuk penulisan cerpen dan dapat lebih mudah mengembangkannya menjadi sebuah cerpen yang menarik. Metode spider concept map diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemmapuan menulis cerpen siswa IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
1. Apakah penerapan metode pembelajaran spider concept map dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi bagi siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul? 2. Apakah penerapan metode pembelajaran spider concept map dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini. 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi bagi siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul, dengan menerapkan metode pembelajaran spider concept map. 2. Meningkatkan kemampuan siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode pembelajaran spider concept map.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapakan bermanfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan/informasi untuk memperdalam pemahaman dan wawasan teori tentang metode pembelajaran spider concept map dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP, khususnya menulis cerpen. Dengan penggunaan metode pembelajaran spider concept map diharapkan hambatan atau kelemahankelemahan penggunaan metode pembelajaran spider concept map tersebut ditemukan pada penelitian ini dapat diantisipasi. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak khususnya yang terkait dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut. a. Manfaat bagi siswa. 1. Melalui penggunaan metode pembelajaran spider concept map mendorong siswa agar selalu aktif, semangat, dan kreatif untuk membuat sesuatu yang baru dan membuat sesuatu yang pernah dialami menjadi sebuah karya. Temuan siswa berupa kreativitas menciptakan cara baru dalam memandang sesuatu, mengekspresikan diri, dan mendekati permasalahan untuk dijadikan input sebagai kekayaan perbendaharaan kreativitas siswa. 2. Hasil pembelajaran lebih efektif bagi siswa karena siswa diberikan kesempatan lebih banyak kreatif untuk membuat sesuatu yang baru yang berasal dari ide pada pengalaman pribadi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
b. Manfaat bagi guru 1. Guru dapat mengefektifkan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan bersastra siswa, khususnya kegiatan menulis cerpen dengan menerapkan metode pembelajaran spider concept map. 2. Kemampuan guru memilih dan menerapkan metode pembelajaran inovatif meningkat. 3. Guru mendapatkan pengetahuan lebih konkret mengenai penerapan metode spider concept map dalam meningkatkan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. 4. Kemampuan guru menyusun RPP meningkat. c. Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi sekolah, yaitu sebagai berikut. 1. Prestasi akademik siswa, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkat. 2. Menumbuhkan suasana pembelajaran, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, HIPOTESIS TINDAKAN DAN KERANGKA BERRPIKIR Pada bab II ini akan dibahas mengenai variabel-variabel penelitian meliputi: 1) hakikat kemampuan menulis, 2) hakikat cerpen, 3) hakikat kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi, dan 4) metode spider concept map. A. Kajian Teori 1. Hakikat Kemampuan Menulis a. Pengertian Kemampuan ......Kemampuan merupakan pengetahuan tentang bahasa yang bersifat abstrak dan bersifat tidak sadar (Harimurti Kridalaksana, 2008: 117). Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat diketahui oleh orang lain setelah seseorang tersebut mengimplementasikan
dalam
aktivitas
sehari-hari.
Baik
aktivitas
yang
direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Tugas yang menggunakan kemampuan yang tinggi dibandingkan tugas yang berada di tingkat bawahnya. Selaras dengan itu, Warren (1974: 1) mengartikan kemampuan sebagai kekuatan untuk menunjukkan tindakan responsif, termasuk gerakan-gerakan terkoordinasi kompleks dan pemecahan problem mental. ..........Caplin (2000: 1) mengemukakan bahwa kemampuan diartikan sebagai kecakapan, ketangkasan, kesanggupan, tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik. Di lain commit to user
13
pihak,
Rabbin
(2008)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
mengungkapkan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor yaitu: (1) kemampuan intelektual (intellectual ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara mental, dan 2) kemampuan fisik (physical ability) merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. ..........Bertolak dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disintesiskan bahwa kemampuan adalah kesanggupan intelektual dan kesanggupan fisik. Di mana kesanggupan tersebut merupakan bawaan sejak lahir atau hasil latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan
b. Pengertian Kemampuan Menulis Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, yakni tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Kemampuan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Berkaitan dengan pengertian menulis, Subarti Akadiah (1997: 13) menyatakan
bahwa
kemampuan
menulis
merupakan
suatu
kecakapan
menyampaikan pesan dengan menggunakan tulisan sebagai medium. Kecakapan menulis mencakup berbagai aktivitas. Kemampuan menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan yang logis dengan menggunakan kosa kata dan tatabahasa tertentu atau kaidah bahasa yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau dapat menyajikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah untuk menulis diperlukan latihan dan praktek yang terus-menerus dan teratur. Selaras dengan itu, Hernita (dalam Hayatul Masna, 2006: 89), menyatakan bahwa menulis adalah suatu kemampuan seseorang dalam meramu dan menghadirkan pemikiran dalam bentuk ide baru secara spontan untuk mengembangkan daya imajinasi, kreasi dan keindahan berdasarkan kombinasi pengetahuan dan pengalaman
yang telah ada dengan
pengalaman yang baru secara terstruktur dan bersistem Menulis merupakan suatu kegiatan yang penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakatinya. Dengan demikian komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang terlibat yakni penulis sebagai penyampai pesan (penulis), pesan atau isi tulisan, saluran atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan (Soeparno dan Yunus (2007: 1.3). Pada buku yang sama “Kemampuan menulis” dikatakan oleh Suparno dan Yunus (2007: 1.29), bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Diungkapkan pula bahwa menulis adalah sebuah proses, yakni penuangan ide, gagasan atau pemikiran ke dalam kata-kata dalam bentuk tulisan. Hal ini diperkuat oleh Arikan “Writing is not a skill that can be learned or developed in isolation (Rivers, 1981), commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
but it should be taught and developed in cooperation with other skills and aspects of the language studied” (2006: 5). ..........Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang kompleks dan bersifat produktif, karena kemampuan menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat dan menjadi sustu gagasan alenia. Seperti halnya dikatakan oleh Conelly, et al.,(2006: 176) “Writing is a complex skill involving a number of linguistic and nonlinguistic processes.” ..........Kegiatan kepenulisan di atas sangat terkait dengan penalaran. Penalaran (reasoning) adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan (Moeliono, dalam St.Y. Slamet, 2009: 97). Lebih lanjut, diungkapkan oleh Sri Hastuti (dalam St.Y. Slamet, 2009: 98), bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sangat kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan berbagi persyaratan yang berkaitan dnegan teknik penulisan, antara lain: (1) adanya kesatuan gagasan, (2) penggunaan kalimat, (3) paragraf disusun dengan baik, (4) penerapan kaidah ejaan yang benar, dan (5) penguasaan kosakata yang memadai. Kemampuan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehinga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut pertauran tertentu, melainkan kemampuan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. ...........Kemampuan menulis menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan ini. Kemampuan menulis ini mencakup berbagai kemampuan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata serta yang lainnya (St.Y.Slamet, 2009: 107). Lebih lanjut, Henry Guntur Tarigan (2008: 22) menjelasakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik itu, sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Seperti halnya, Clara (1999: 57) mengemukakan bahwa “wtrting is essentailly a social act: you ussualy write to comunicate with an audience which has expatitions a bout typr (orgende) you produce. Selanjutnya, Lado dalam Agus Suriamiharja, dkk (1996: 1) mengatakan bahwa: “To write is to put down the graphic symbols that represent a language one understands, so that other can read these graphic representation”. Pada hakikatnya, kemampuan menulis lebih banyak menekankan pada penuangan ide dan gagasan dalam bentuk kata-kata, susunan kalimat dan menjadi suatu gagasan alenia. Sebab itulah, menulis dikatakan sebagai kemampuan berbahasa yang paling kompleks, yang menuntut kemampuan menggunakan polapola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan mengorganisasikan wacana dalam bentuk karangan, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, kemampuan memilih kata, dan sebagainya. Seperti pendapat Heato (dalam Ai Sri Rahayu, 2006: 1) menyebutkan bahwa “the writing skills are compleks and sometimes difficult to teach, requiring mastery not only of gramatical devices but also of conceptual and judgemental elements.” Mary S. Lawrence (dalam St.Y.Slamet, 2008: 97), mengemukakan bahwa menulis adalah mengomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis. Berkaitan dengan pengertian menulis, lebih lanjut, oleh St. Y. Slamet mengungkapkan bahwa: “pada dasarnya, menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis. Oleh karena itu, menulis bukanlah merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak perlu dipelajari, tetapi justru dikuasai.” Sependapat dengan uraian di atas, Iim Rahmina (1997: 3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan, perasaan, atau emosi secara tertulis. Sementara, menulis menurut Roekhan dan Martutik (1991: 49) dapat diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran, atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis. Diungkapkan pula oleh Atar Semi (1990: 8), bahwa menulis adalah pemindahan pikiran atau perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bahasa. Dengan kata lain, menulis adalah melahirkan pikiran dan perasaan lewat tulisan (Hernowo, 2002: 116).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
.........Berbeda dengan pendapat mengenai pengertian menulis, The Liang Gie (2002:
3)
menyamakan
pengertian
menulis
sama
dengan
mengarang.
Diungkapkannya bahwa menulis arti pertamanya ialah membuat huruf, angka, nama, sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Dalam pengertiannya yang luas, menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti sama dengan mengarang. Mengarang adalah segenap
rangkaian
kegiatan
seseorang
mengungkapkan
gagasan
dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Menulis
adalah
keseluruhan
rangkaian
kegiatan
seseorang
dalam
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami secara tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang (A. Widyamartaya, 1990: 9). Dengan demikian, bahasa yang teratur merupakan cerminan pikiran yang teratur pula, hal ini karen bahasa yang dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atau pikiran penulis, sehingga melalui bahasa tulis seseorang dapat menuangkan isi hati dan pikirannya. Sebuah tulisan mencerminkan jiwa penulisnya. Oleh karenanya, kegiatan menulis sama dengan mengarang, yakni suatu proses kegiatan pikiran manusia yang hendak mengungkapkan kandungan jiwanya kepada orang lain atau kepada diri sendiri dalam tulisan (A. Widyamartaya, 1990: 9). Sebuah tulisan dapat dikatakan berhasil apabila tulisan tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Segala ide dan pesan yang disampaikan dipahami secara baik oleh pembacanya, tafsiran pembaca sama dengan maksud penulis. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
Syarat-syarat untuk memiliki kemampuan dalam menulis menurut Sri Hastuti (dalam Jago Tarigan, 1997: 17) adalah: (1) kesatuan gagasan yang harus dimiliki dulu oleh calon penulis, (2) kemampuan menulis kalimat atau lebih tepatnya menyusun kalimat yang jelas dan efektif, (3) kemampuan menyusun paragraf atau alinea, (4) menguasai teknik penulisan seperti tanda baca (pungtuasi), (5) memiliki sejumlah kata yang diperlukan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis adalah kecakapan seseorang dalam kegiatan menuangkan ide, gagasan, pikiran, dan pengalaman serta perasaan dalam bentuk lambanglambang grafik atau tulisan yang diorganisasikan secara sistematik dan menggunakan kalimat yang logis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kemampuan menulis dapat ditandai dengan kemampuan menerapkan ejaan, menerapkan tata bahasa, mengungkapkan gagasan, menata organisasi karangan, dan memilih kata.
c. Tujuan Menulis Setiap orang dalam melakukan kegiatannya pasti memiliki tujuan, begitu juga ketika seseorang menulis. Tujuan menulis harus ditentukan sebelum seseorang melakukan kegiatan menulis. Ketika memulai menulis seorang penulis sudah harus mengetahui kondisi dan situasi yang terjadi saat membuat tulisan, dan itu berkaitan langsung dengan tujuan kita menulis sehingga tulisan yang dibuat sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Tujuan menulis menurut Gorys Keraf (2001: 38) adalah untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran yang jelas dan efektif kepada para pembaca. Sedangkan Dietch (2003: 4) mengungkapkan: “purpose refer‟s to a writers motive, or reasion for writing, wich can bestates or implied.Purpose has two aspects:general adn specific. The general purpose. Writing has four general purpose: to inform to perrsuade, to express, and to entertaind. The Specific purpose. To be clear, writing should have a specific a purpose. In the intruction to watch your language.” Pada dasarnya sebuah penulisan ada kalanya tidak hanya mencakup satu tujuan, karena sering terlihat tujuan-tujuan seperti yang telah disebut di atas bertumpang tindih dalam satu tulisan. Bahkan seorang penulis bisa membuahkan tulisan dengan tujuan-tujuan selain yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, dalam satu tulisan pasti ada satu tujuan yang dominan. Tujuan yang dominan itulah yang memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut. M. Atar Semi (2007: 14-19) mengungkapkan bahwa tujuan orang menulis secara umum adalah sebagai berikut. (1) Untuk Menceritakan Sesuatu .....Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain .....atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu .....apa yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan begitu, .....terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. (2) Untuk Memberikan Petunjuk atau Pengarahan. Tujun menulis yang kedua ialah memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar. Berarti dia sedang memberi petunjuk atau pengarahan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita jumpai tulisan yang tujuannya memberi petunjuk atau pengarahan tentang sesuatu, misalnya cara belajar yang baik, petunjuk cara membuat kue, cara membuat alat rumah tangga, dan lainlain. (3) Untuk Menjelaskan Sesuatu. Apabila suatu kali menulis tentang commitmanfaat to user bela diri, maka tulisan itu dapat digolongkan ke dalam tulisan yang bertujuan menjelaskan sesuatu. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
tulisan tersebut, pembaca menjadi paham, pengetahuan bertambah, dan dapat bertindak dengan lebih baik pada masa yang akan datang. Dengan membaca produk yang ditawarkan. Mereka akan lebih berhati-hati dalam bertindak. (4)Untuk Meyakinkan Ada kalanya orang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya? Karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. (5)Untuk Merangkum. Ada kalanya orang menulis untuk merangkum sesuatu. Tujuan menulis semacam ini, umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah, maupun para mahasiswa yang berada di perguruan tinggi. Mereka merangkum bacaan yang panjang. Dengan menuliskan rangkumanm, berarti mereka akan sangat tertolong dan sangat mudah paham mempelajari isi buku yang panjang dan tebal. Bertolak dari uraian di atas Henry Guntur Tarigan (2008: 24-25) membatasi tujuan menulis adalah sebagai berikut. 1) Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). 2) Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). 3) Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer (wacana kesastraan atau literary discourse). 4) Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (expressive discourse). Pada dasarnya sebuah penulisan ada kalanya tidak hanya mencakup satu tujuan, karena sering terlihat tujuan-tujuan seperti yang telah disebut di atas bertumpang tindih dalam satu tulisan. Bahkan seorang penulis bisa membuahkan tulisan dengan tujuan-tujuan selain yang telah disebutkan di atas. Akan tetapi, dalam satu tulisan pasti ada satu tujuan yang dominan. Tujuan yang dominan itulah yang memberi nama atas keseluruhan tujuan tersebut. Berbagai tujuan menulis yang telah dijelaskan di atas pada intinya memberikan informasi dengan cara berbeda-beda, sesuai dengan tujuan penulisan yang hendak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
disampaikan oleh penulis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari menulis adalah sebagai alat komunikasi nonverbal, secara tidak langsung. Oleh karena itu, lambang-lambang grafik atau grafologi yang dipergunakan oleh penulis harus benar-benar oleh keduanya, baik penulis ataupun pembaca. d. Asas-asas Menulis Pada saat melakukan kegiatan menulis, pastilah diperlukan hal-hal yang dijadikan pedoman atau asas menulis. Nurudin (2007: 39) dan The Liang Gie (2002: 36), mengemukakan bahwa terdapat enam asas menulis seperti berikut. 1) Kejelasan (clarity) Pengertian kejelasan di sini adalah tulisan harus dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Ini juga termasuk bahwa yang dimaksud penulis tidak disalahartikan atau salah tafsir oleh pembaca gara-gara kalimatkalimatnya tidak jelas. Dengan kata lain kalimat bisa dikatakan jelas kalau apa yang dipahami oleh pembaca sama persis dengan apa yang dimaksud penulisnya (Nurudin, 2007: 40). Berdasarkan asas ini, setiap karangan haruslah jelas benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Di samping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca. Guna memenuhi asas ini, H. W. Flower sebagaimana dikutip oleh The Liang Gie (2002: 34), mengungkapkan bahwa asas kejelasan dalam commit to user kata-kata dapat dilaksanakan kegiatan menulis sepanjang menyangkut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
dengan memilih: (a) kata yang umum dikenal ketimbang yang harus dicaricari artinya; (b) kata yang konkret ketimbang kata yang abstrak; (c) kata tunggal ketimbang keterangan yang panjang lebar; (d) kata yang pendek ketimbang kata yang panjang; (e) kata dalam bahasa sendiri ketimbang kata asing. Asas menulis yang pertama ini berlaku untuk tulisan nonfiksi ilmiah, tetapi tidak berlaku untuk tulisan fiksi. Dalam tulisan fiksi seperti cerpen, novel, drama maupun puisi, asas-asas tersebut sengaja dilanggar untuk memperoleh efek keindahan. 2) Keringkasan (conciseness) Keringkasan dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan tidak boleh ada penghamburan kata, tidak terdapat butir ide yang dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam kalimat yang terlalu panjang. Sama halnya dengan asas pertama, asas kedua ini tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan dengan kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai gagasan. Lain halnya dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata berlebihan untuk memperoleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta memperjelas seting. Keringkasan yang dimaksud dalam asas menulis ini bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Harry Shaw (dalam The Liang Gie, 2002: 36) mengungkapkan bahwa penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya, ide yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
miskin dan kata yang boros. Sementara itu, Nurudin mengungkapkan bahwa yang dimaksud keringkasan di sini adalah bahwa kalimat yang disusun tidak saja pendekpendek tetapi jangan menggunakan ungkapan-ungkapan yang berlebihan. Itu juga berarti jangan terlalu menghambur-hamburkan kata seenaknya, tak berputar-putar atau mengulang-ulang dalam menyampaikan gagasan. Namun demikian, pendek-pendek juga bukan berarti tanpa masalah (2007: 41). 3) Ketepatan (correctness). Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa suatu penulisan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya (The Liang Gie, 2002: 36). Guna menepati asas ini, penulis harus memperhatikan berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman. Asas ini juga tidak berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bisa mempunyai banyak penafsiran. Pemahaman pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, tetapi tingkat apresiasi yang dimilikiya. Suatu penulisan harus dapat menyampaikan gagasan kepada pembaca dengan kecocokan seperti yang dimaksud penulisnya. Ini berarti apa yang diinginkan oleh penulis bisa dipahami sama persis oleh pembacanya. Itu pulalah yang sering dianjurkan bahwa penulis yang baik adalah penulis yang mampu memahami siapa pembaca tulisannya (Nurudin, 2007: 42). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
4) Kesatupaduan (unity) Kesatupaduan pada sebuah tulisan berarti bahwa sebuah paragraf mesti menunjukkan secara jelas suatu maksud atau gagasan tertentu, dan lazimnya dinyatakan dalam sebuah kalimat pokok atau kalimat topik. Paragraf dianggap mempunyai kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf tidak terlepas dari topiknya atau selalu relevan dengan topik. Semua kalimat terfokus pada topik dan mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan.
......
Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Fungsi paragraf adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak
berhubungan
dengan
topik
atau
gagasan
pokok
tersebut.
Penyimpangan pengembangan akan menyulitkan pembaca. Jadi, satu paragraf hanya boleh mengandung satu gagasan pokok atau satu topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membicarakan gagasan pokok tertentu. .........Sedangkan menurut Nurudin (2007: 41) yang dimaksud dengan kesatupaduan adalah ada satu gagasan dalam alenia. Kasus demikian sering dialami oleh penulis pemula yang belum terbiasa membuat alenia dengan hanya ada satu pokok pikiran. Satu alenia sebisa mungkin hanya memiliki satu pokok pikiran dengan beberapa pokok pikiran penjeas. 5) Pertautan (coherence) Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan haus memuat satu gagasan pokok, maka berdasar pada asas pertautan ini tiap alinea dalam satu tulisan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi mupun nonfik. ..........Pertautan (Coherence), maksudnya adalah antar bagian bertautan satu sama lain (antar alenia atau kalimat). Ketiadaaan pertautan sangat sering terjadi bila seorang penulis menulis dengan tergesa-gesa hanya kompilasi menggabungkan berbagai sumber tanpa ada kata atau kalimat perangkai atau hanya tumpukan pendapat banyak orang yang disusun sendiri) dari berbagai sumber. 6) Penegasan (emphasis) Asas ini menegaskan bahwa dalam tulisan perlu ada penekanan atas penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu untuk diterapkan pada
tulisan-tulisan
fiksi
meskipun
tulisan
nonfiksi
juga
perlu
memperhatikan asas ini. Penegasan pada beberapa bagian fiksi menjadikan tulisan lebih menarik.
.........
Adanya derajat perbedaan antar bagian ini sangat tergantung pada keahlian penulis. Seorang penulis yang mahir akan bisa menyebar penekanan pada setiap bagian, tetapi, bukan berarti penulis pemula tidak bisa melakukannya. Penulis pemula bisa melakukannya dengan cara memuat sub bahasan dari sebuah tulisan (Nurudin, 2007: 46). Berpijak dari pendapat pakar di atas disimpulkan bahwa asas menulis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
meliputi kejelasan (clarity), kelengkapan (consistensses), ketepatan (corresctness), kesatupaduan (unity), dan Penegasan (emphasis).
e. Jenis Tulisan .......Hasil tulisan mengandung dua hal, yaitu isi dan cara mengungkapkannya, keduanya saling mempengaruhi. Substansi sebuah tulisan dan tujuan penulisan akan menentukan cara pengungkapannya atau penyajiannya. Ada banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan gagasannya dalam sebuah tulisan. Cara yang dipilih serta tujuan penulisan menghasilkan berbagai bentuk tulisan. Gagasan sebagai substansi dalam karangan dapat disampaikan dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yang nanti dapat menjadi penentu jenis sebuah tulisan. .........Menurut M. Atar Semi (2007: 53), terdapat empat bentuk atau jenis tulisan, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi. Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh dan St. Y. Slamet (2009: 103-104). Selain tersebut di atas E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai (2008: 131-132), Lamuddin Finoza (2008: 198), dan Nuruddin (2007: 58-86) juga mendefinisikan tulisan dapat disajikan dalam lima bentuk yaitu: (1) narasi, (2) eksposisi, (3) argumentasi, (4) persuasi, dan (5) deskripsi. Pendapat yang senada juga diungkapkan oleh Widyamartaya (2000: 910) dan J. D. Parera (1993: 5). Selain tersebut di atas, Sabarti Akhadiah (1997: 14) juga mendefinisikan bahwa tulisan dapat disajikan dalam lima bentuk yaitu; (1) narasi, (2) eksposisi, (3) argumentasi, (4) persuasi, dan (5) deskripsi. Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, dapat diuraikan penjelasan jenis-jenis karangan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
1) Narasi (penceritaan atau pengisahan) Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau serangkaian terjadinya sesuatu hal. Karangan narasi (berasal dari narration: bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, marangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Lamuddin Finoza, 2008: 244). Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peistiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasanya kepada pembaca mengenai, urutan, langakah, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal (St.Y.Slamet, 2009: 103), Berkenaan dengan tulisan narasi, M. Atar Semi (2007: 53), menyatakan bahwa narasi ialah tulisan yang tujuannya menceritakan kronologis peristiwa kehidupan manusia. Adapun yang menjadi ciri tulisan narasi adalah sebagai berikut. (a) Tulisan itu berisi kehidupan manusia, (b) Peristiwa kehidupan manusia yang diceritakan itu boleh merupakan kehidupan nayta, imajinasi, dan boleh ga-bungan [gabungan] keduanya. (c) Cerita itu memiliki nilai keindahan, baik keindahan isinya maupun penyajiannya. (d) Di dalam peristiwa ada konflik, yaitu pertentangan kepentingan, kemelut, atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tanpa konflik, cerita tidak menarik. (e) Di dalamnya seringkali terdapat dialog untuk menghidupkan cerita. (f) Tulisan disajikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
dengan menggunakan cara kronologis. Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam satu kesatuan waktu. Karangan yang tergolong ke dalam jenis narasi adalah cerpen, novel, roman, dan semua karya prosa imajinatif.
Nursisto
(1999: 39) menambahkan bahwa ciri-ciri narasi adalah: (a) bersumber dari fakta atau sekedar fiksi; (b) berupa rangkaian peristiwa; dan (c) bersifat menceritakan.
......
.
...Karya narasi dapat dibagi atas dua jenis, yaitu narasi artistik dan narasi ekspositorik. Narasi artistik yaitu narasi yang berbentuk karya sastra yang enak dibaca, seperti novel atau cerpen. Narasi ekspositorik ialah narasi yang menceritakan tentang kehidupan seseorang yang penuh dengan suka dan duka. Misalnya, berupan cerita peristiwa kecelakaan. Narasi ekspositorik ini dapat kita jumpai di dalam majalah atau surat kabar. Narasi ekspositorik ini bukan tulisan berita yang mementingkan penyampaian fakta tentang kejadian yang baru terjadi. Narasi eksositorik memang bertolak dari kisah nyata,api kejadiannya sudah lama sehingga dijadikan dalam bentuk cerita (M. Atar Semi, 2007: 54).. Berbeda dengan pendapat di atas, Nurudin (2007: 72-77) membagi tulisan narasi menjadi dua yakni narasi ekspositoris dan narasi sugestis (a) Narasi ekspositoris Narasi ekspositoris bertujuan memberikan informasi pada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, artinya narasi ini berusaha menggugah agar mengetahui apa yang dikisahkan. Ia menyampakann informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Narasi ini mempersoalkan tahap-tahap kejadian dan rangkaian-rangkaian perbuatan kepada pembaca. Contoh narasi ekspositoris antara lain kisah perjalanan, commitdan to user autobiografi, kisah perampokan, cerita tentang pembunuhan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Narasi ekspositoris dibagi menjadi dua yakni bersifat generalisasi dan khusus. Narasi ekspositoris yang bersigfat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses umum dan dapat dilakukan oleh saja dana dapat dilakukan berulang-ulang. Kemahiran menjadi tujuan utama narasi sifat ini. Misalnya tahap pembuatan pisang goreng sampai menjadi pisang goreng siap makan. Sementara itu, narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali saja. Peristiwa tersebut tentu saja tidak bisa diulang-ulang. Misalnya, pengalaman seseorang yang baru saja pergi ke luar negeri, pengalaman nikah, pengalaman mempunyai anak pertama kali yang tidak mungkin diulang karena dikisahkan dalam sebuah narasi yang bersifat khusus. Masuk dalam kelompok ini adalah autobiografi dan biografi, anekdot dan insiden, sketsa, dan profil. (b)Narasi Sugestif .........Narasi
ini
berkaitan
dengan
tindakan
atau
perbuatan
yang
dirangkaiakan dalam suatu kejadian. Seluruh rangkaian peristiwanya berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Peristiwanya berlangsung dalam suatu kejadian waktu. Tujuannya bukan untuk memperluas pengetahuan pembaca tetapi usaha memberi makna atas kejadian yang disampaiakan. Maka narasi sugestif bertujuan untuk menimbulkan daya khayal atau mampu menyampaikan makna kepada pembaca melalui daya khayalnya. Pembaca diharapkan mampu menarik suatu makana baru di luar apa yang diungkapkan secara eksplisit (sesuatu yang tersurat mengenai objek atau subyek yang bergerak dan bertindak), sementara itu makna baru adalah sesuatu yang tersirat. Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi Adik Simba:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
(What) Apa yang akan diceritakan; (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya; (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung; (Who) Siapa pelaku ceritanya; (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi; dan (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan. Bertolak dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi adalah satu bentuk karangan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis dari suatu peristiwa, tokoh, kejadian, dan masalah dan segala sesuatu diusahakan agar menjadi peristiwa jelas dan menarik serta menunjukkan kebenaran kepada pembaca. Sementara tulisan narasi ada dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. 2) Deskripsi (pemerian) Ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisanya disebut wacana deskripsi. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya. Deskripsi berasal dari bahasa Inggris yakni description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa). Paragraf deskripsi berisi sesuatu yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan dari penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal). Pembaca sehingga seolah-olah melihat, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya (Lamuddin Finoza, 2008: 239). Zainal Arifin dan Amran Tasai (2008: 130) berpendapat bahwa deskripsi disebut juga paragraf lukisan (melukiskan). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak, kiri ke kanan. Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan, pengamatan dan ketelitian. Hasil pengamatan ini kemudian dituangkan oleh penulis dengan menggunakan kata-kata yang kaya nuansa dan bentuk. Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai dengan gambaran objek yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri, sifat, atau hakikat dari objek yang dideskripsikan itu. mengenai objek tertentu sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tadi. Deskripsi (pemerian) adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan diri, adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga di aseolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya (St.Y. Slamet, 2009: 103) Menurut Nursisto (1999: 40), pengertian deskripsi (perian) adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan (keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai dengan penulisnya. Adapun ciri-ciri deskripsi adalah sebagai berikut. 1) Gambaran apa adanya dan dilukiskan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
dengan sehidup-hidupnya, dan 2) tidak ada pertimbangan atau pendapat. Sementara itu, diungkapkan oleh M. Atar Semi bahwa deskripsi ialah tulisan yang tujuannya untuk memberikan rincian atau detil tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca bagaikan melihat, mendengar, atau merasakan langsung apa yang disampaikan penulis (2007: 66). Karya tulis deskripsi dibagi atas dua jenis sesuai dengan pendapat M. Atar Semi (2007: 67), yaitu 1) deskripsi artistik, dan 2) deskripsi ekspositorik. Kedua jenis karya deskripsi ini,dijelaskan sebagai berikut. a) Deskripsi artistik merupakan deskripsi yang memiliki nilai artistik atau nilai keindahan karena cara penyajiannyua dengan menggunakan gaya bahasa sastra. Deskrispi artistik ini biasanya dijumpai di dalam karya sastra seperti nocel dan cerpen. Adanya deskripsi di dalam karya narasi dimaksudkan agar cerita menjadi lebih menarik dan mengasyikkan. Biasanya, deskripsi digunakan untuk menjelaskan suasana, perilaku tokoh, cerita, latar tempat peristiwa berlangsung, atau tentang adegan tertentu yang perlu dijelaskan dengan rinci. Semua itu bertujuan mencipatakan imajianasi dan mempengaruhi emosi pembaca agar mereka secara emosioanl ke dalam cerita. b) Deskripsi Ekspositorik Deskripsi ekspisitorik ialah yang mendekati bentuk eksposisi, baik mengenai isi, yang cenderung berupa fakta, maupun gaya penyajiannya yang lugas. Disajiakan dengan menekankan pada detail dan rincian yang menyebabkan tuilisan semacam ini dinamakan deskripsi, yaitu deskripsi ekspositorik. Tulisan deskripsi bisa dibagi menjadi dua sesuai dengan pernyataan Nurudin, yakni pendekatan realistis dan impresionis. a) Pendekatan Realistis .........Pada penulisan dengan memakai pendekatan realistis ini, penulis dituntut untuk memotret hal atau benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadaaan yang dilihatnya. Ia bersikap seperti kamera yang mampu membuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
detail-detail, rincian-rincian secara orisinil, tidak dibuat-buat, dan harus dirasakan oleh pembaca sebagai suatu yang wajar (2007: 62). b) Pendekatan Impresionis .........Tulisan dengan memakai pendekatan ini berusaha menggambarkan sesuatu secara subyektif. Maksudnya, agar setip penulis bebas dalam memberi pandangan atau interpretasi trehadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan sikap seorang seniman atau sastrawan yang dengan kepekaannya mampu mengekspresikan peristiwa yang dijumpainya. Tulisan deskripsi impresionis ini biasa digunakan dalam bentul tulisan narasi yang menggambarkan sebuah keadaan dengan objekobjek di sekitarnya. Tujuannya, agar pembaca bisa ikut merasakan apa yang dirasakan penulisnya. (2007: 65). Melalui tulisan deskripsi, seorang penulis berusaha memindahkan kesan-kesan, hasil pengamatan dan perasaannya kepada pemabca dengan membeberkan sifat dan semua perincian yang ada pada sebuah objek. Objek diskripsi tidak hanya terbatas pada apa yang dilihat, didengar, dicium, dirasa, dan diraba, tetapi juga dapat ditangkap dari perasaan hati. Penulis tidak memapaarkan jalannya suatu peristiwa, tetapi melukiskan keadaaan suatu objek yang dapat berupa bentuk dan wujud, sifat maupun kondisi. Fokus yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah bagaimana keadaan objek yang ditulis, bukan bagaimana peristiwa objek terjadi. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disintesiskan bahwa hakikatnya deskripsi adalah bentuk karangan yang memberikan gambaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
tentang sesuatu (peristiwa, kegiatan, masalah, atau objek) berdasarkan kesankesan dari pengalaman, perasaan, dan pengamatan penulisnya. 3) Eksposisi (paparan) Eksposisi ini yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan suatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan
dan
pandangan
pembacanya.
Sasarannya
adalah
menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang disampaikannya. Kata eksposisi berasal dari kata exposition dari bahsa Latin yang berarti membuka atau memulai (Lamuddin Finoza, 2008: 246).
-.
.........Paragraf eksposisi ini menampakkan suatu objek, sesuai pendapat St.Y.Slamet (2009: 103), yang mengatakan bahwa eksposisi merupakan peninjauan pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunkan perkembangan analisis kronologia atau keruangan. Dalam karangan eksposisi, maslaah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Hasil karangan eksposisi yang berupa informasi dapat dibaca sehari-hari di dalam media massa. Melalui media massa berita di-expose atau dipaparkan dengan tujuan memperluas pandangan dan pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setiap pembaca sekedar diberitahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Mengingat paragraf ini bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut paragraf paparan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
.........Tulisan dapat pula mengandung maksud memaparkan sesuatu sehingga pembaca dapat mengetahui apa yang akan disampaikan oleh si penulis. Nursisto (1999: 41), mengemukakan bahwa eksposisi (paparan) adalah karangan yang menerangkan atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas wawasan atau pengetahuan pembaca. Adapaun M. Atar Semi (1990: 36) menjelaskan bahwa eksposisi merupakan tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberi informasi tentang sesuatu. Dalam tulisan ini dipaparkan suatu kejadian atau masalah secara analitis dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi tersebut. ........Tulisan yang bertujuan memberikan informasi, menjelaskan, dan menjawab pertanyaan apa, mengapa,kapan dan bagaimana. Sependapat dengan paparan di atas, Suparno dan Yunus (2007: 1.12) mendefinisikan bahwa
eksposisi
adalah
ragam
wacana
yang
dimaksudkan
untuk
menerangkan, menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya
adalah
menginformasikan
sesuatu
tanpa
ada
maksud
mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperrjelas apa yang disampaikannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sternglass (1983: 22) yaitu: “Ekspository writing conveys information from a writer to a reader. The information is often organized into a system and accompanied by proofs of its validity. The information pressented needs pressented are comprehensive enought to warrant generalization.” Lebih dari itu, St.Y. Slamet berpendapat bahwa eksposisi (paparan) adalah
ragam
user wacana commit yang todimaksudkan
untuk
menerangkan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembacanya (2009: 103). Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar memperjelas apa yang akan disampaikan. Berpijak dari uraian mengenai tulisan eksposisi, disimpulkan bahwa eksposisi merupakan karangan atau tulisan yang bertujuan memaparkan, menyusun menguaraikan ataupun memberikan informasi suatu pokok pikiran seseorang kepada pembaca mengenai wawasan atau pengetahuan. Melalui informasi atau objek yang dipaparkan dengan jelas, sehingga dapat memperluas pandangan pembaca. 4) Argumentasi Tulisan argumentasi ini yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Kaarena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka peanulis akan meyakinkan secara logis, kristis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikan sehingga dapat menghapus konflik atau keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Tujuan utama karangan argumentasi ini adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingklah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis paragraf argumentasi adalah penlisannya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang bagus. Argumentasi (pembahasan atau pembuktian) adalah ragam wacana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
yang dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena tujuannya meyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan menyajikan secara logis, kritis, dan sistematif bukti-bukti yang dapat memperkuat keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya sehingga dapat menghapus konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis. Corak seperti ini adalah hasil penilaian, pembelaan, dan timbangan buku (St. Y. Slamet, 2009: 104). Senada dengan pendapat di atas, Nursisto (1999: 43) mendefinisikan bahwa argumentasi (bahasan) adalah karangan yang berusaha memberikan alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan. Argumentasi bertujuan mengubah atau mempengaruhi pikiran pembaca, serta mengubah sekap dan pandangan pembaca sehingga mereka menyukai pendapat dan keyakinan kita. Tidak jauh berbeda seperti pendapat Sternglass (1983: 22), yang menyatakan: “Argumentatif writing stesses the reader. The writer is trying to convince the reader to do something or believe something. Crucial element are ho rasionable the evidence appears to the readee and how plousible the chioices offered appear to be.” Lebih jauh, M. Atar Semi (1990: 3) memaparkan bahwa argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat penulis. Karya tulis argumentasi ini pada dasarnya merupakan bagian dari karya eksposisi. sifat-sifat kaya eksposisi ada pada argumentasi. Sifat khusus yang dimilikinya, untuk meyakinkan atau membujuk pembaca agar menerima pandangan penulis, maka karya eksposisi semacam ini dinamakan argumentasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Berdasarkan uraian
tersebut
dapat
disimpulkan bahwa tulisan
argumentasi adalah karangan atau tulisan yang bertujuan meyakinkan pendapat (ide) atau pikiran pembaca kepada penulis yang disertai dengan bukti-bukti yang kuat dan logis. Semakin kuat dasar-dasar pemikiran yang dijadikan
landasan,
maka
semakin
baik
wujud
argumentasi
yang
dikemukakan. 5) Persuasi .........Dalam bahasa Inggris kata to persuade berati „membujuk‟ atau „meyakinkan‟. Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia: perusasi. Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya. St.Y. Slamet (2009: 105) menjelaskan bahwa persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perbedaan pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya atau kemauan penulis. Menurut Nursisto (2007: 45), persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan mengandung alasan-alasan dan bukti atau fakta, juga mengandung ajakan atau himbauan agar pembaca mau menerima dan mengakhiri pendapat atau imbauan agar pembaca menerima dan mengikuti pendapat atau kemauan penulis. Tujuan persuasi mempengaruhi dan mengubah sikap, atau mengimbau pembaca agar dengan sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penulis
disertai
kesadaran dan dilandasi commit to user
oleh
pengertian.
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
mempengaruhi sikap seorang (pembaca), diperlukan alasan dan bukti nyata sehingga pembaca mempercayai penulis. Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan
untuk
mencapai
suatu
suatu
kebebasan,
persuasi
lebih
menggunakan pebdekatan emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti dan fakta. Hanya saja, dalam persuasi bikti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca bahwa apa yang disampaikan si penulis itu benar. Contohnya pada iklan, selebaran, kampanye dan sebagainya. Berpijak dari uraian di atas,dapat diambil simpulan bahwa persuasi yang bertujuan
mempengaruhi dan mengubah sikap, atau menghimbau
pembaca agar dengan sukarela melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penulis disertai dengan kesadaran dan dilandasi oleh pengertian. Untuk mempengaruhi seseorang (pembaca), diperlukan alasan dan bukti nyata sehingga pembaca mempercayai penulis. Bertolak dari uraian tersebut mengenai jenis tulisan, di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan bentuk dan isinya ada lima ragam tulisan diklasifikasikan menjadi (1) eksposisi, (2) deskripsi, (3) narasi, (4) argumentasi, dan (4) persuasi.
f. Ciri-ciri Tulisan yang Baik Agar maksud dan tujuan penulis tercapai, yaitu agar pembaca memberikan responsi yang diinginkan oleh penulis terhadapa tulisannya, mau tidak mau di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
aharus menyajikan tulisan yang baik. Adapun ciri-ciri tulisan yang baik itu menurut Henry Guntur Tarigan (2008: 6), antara lain: 1) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menggunakan nada yang serasi; 2) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi satu keseluruhan yang utuh; 3) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar: memanfaatkan struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, para pembaca tidak susah payah bergumul memahami makna yang tersurat dan tersirat; 4) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal dan cermat-teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan pengulangan frase-frase yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang pengertian yang serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis; 5) tulisan yang baik mencerminkan kemampuan menulis untuk mengritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan yang tepat-guna atau penulisan efektif; 6) tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan tanda-baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal-hal seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terkadap karyanya. Berbeda dengan pendapat di atas, M. Atar Semi (1990:16) mengutarakan tentang ciri-ciri tulisan yang baik, adalah tulisan itu akurat, singkat, dan jelas. Demikian halnya dengan Atar Semi, MC. Mahan & Day (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 7), mengungkapkan bahwa tulisan yang baik adalah (1) jujur: tidak memalsukan ide, (2) jelas: tidak membingungkan pembaca, (3) singkat: tidak memboroskan waktu para pembaca, (4) keanekaragaman: panjang kalimat yang beraneka ragam, berkarya dengan penuh kegembiraan. Berpijak dari uraian di atas, disimpulkan ciri tulisan yang baik, diantaranya jelas, singkat dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
ekonomis, kesatuan organisasinya baik, dan penyusunan bahan atau pemakaian bahasa yang dapat diterima. g. Langkah-langkah/ Tahapan Menulis .........Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan yang di dalamnya terdapat beberapa tahaan yang harus ditempuh dalam menulis. Dalam menulis, sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib, dan logis. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar tulisan yang dihasilkan runtut, sistematis, dan logis. Berkaitan dengan hal itu, Langan (2005: 13) menyatakan: “in addition to believe as a natural gift, many people falsely believe the writing should flow in a simple, straight line from the writer's head onto the writen page. But writing is seldom an easy, one-step journey in wich a finished paper comes out in a first draft. the truth writing is a process of discovery involving a series of step, and those steps are very often a zigzag journey.” Kegiatan menulis, sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib, dan logis. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh agar tulisan yang dihasilkan runtut, sistematis, dan logis. St.Y.Slamet (2009: 97) mendefinisikan bahwa sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). Meskipun demikian, masing-masing fase dari ketiga fase penulisan di atas tidaklah dipandang secara kaku, selalu berurut, dan terpisah-pisah. Ketiganya harus dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui
oleh seorang penulsi dalam proses tulis-menulis. Dalam tahap
pramenulis dan penulisan, misalnya kita dapat melakukan sekaligus telaah dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
revisi. Atau, ketika kerangka karangan yang kita buat terlalu sempit, terlalu luas, atau kurang sistematis, sehingga kita pun kembali memperbaiki kerangka karangan tersebut.
Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins
(1994) dalam Sukino (2010: 20) menyajikan lima tahap menulis, sebagai berikut. (1) Tahap pramenulis
(prewriting). (2) Tahap penulisan draf (drafting), (3)
Tahap revisi (revising), (4) Tahap pengeditan (editing), dan
(5)
Tahap
publikasi (publishing). Adapun tahap dalam kegiatan menulis yang harus dilalaui oleh seorang penulis meliputi. 1) Tahap Prapenulisan ........Pada
tahap
ini
pengembangan
kerangka
dimulai.
Dalam
mengembangkan gagasan menjadi suatu bentuk tulisan yang utuh diperlukan bahasa. Seseorang yang ingin mulai menulis harus menguasai kata-kata dan mampu memilih kata-kata yang mengandung gagasan yang diungkapkan.
....
..
Tahap penulisan merupakan tahap yang paling penting karena pada tahap ini semua persiapan yang telah dilakukan pada tahap pratulis dituangkan ke dalam kertas. Pada tahap ini, diperlukan adanya konsentrasi penuh penulis terhadap apa yang sedang dituliskan. Tanpa konsentrasi penuh, tulisan yang berbobot sulit dihasilkan. Tahap prapenulisan (prewriting) merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini merupakan langkah awal dalam menulis yang mencakup kegiatan (1) menentukan dan membatasi topik tullisan, (2) merumuskan tujuan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
menentukan bentuk tulisan, dan menentukan pembaca yang akan ditujunya, (3) memilih bahan, serta (4) menentukan generalisasi dan cara-cara mengorganisasi ide dan tulisannya. Tahap ini merupakan tahap yang amat penting dalam kegiatan menulis. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis kadang diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang merupakan ide atau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas: menyimak warta berita, pidato, khotbah, diskusi, dan seminar; karya wisata dan rekreasi; dan sebagainya. Bertolak dari pendapat di atas, tahap pramenulis, pembelajar melakukan kegiatan sebagai berikut. (1) Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri. (2) Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis. (3) Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis. (4) Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis. (5) Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan. 2) Penulisan Draf (Drafting) Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk memilih kata, gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan teknik penulisan untuk menyusun paragraf dengan dengan penyusunan secara utuh. Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajar pada tahap ini adalah sebagai berikut: (a) membuat draf kasar, dan (b) lebih menekankan isi daripada tata tulis. Fungsinya hanya sebagai sebuah tulisan sementara, guru tidak selayaknya memberi nilai, baik pada aspek isi maupun kebahasaannya, untuk menentukan tingkat kemampuan menulis siswa. Akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
tetapi, jika guru bermaksud melihat tulisan itu, hendaknya ditujukan pada organisasi isinya.
,,,
Apabila pada tahap pramenulis belum ditentukan judul karangan, maka pada akhir tahap ini, penulis dapat menentukan judul karangan. Beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan pada saat menentukan judul, antara lain (1) singkat, (2) singkat, (3) relevan dengan isi. Disamping itu, yang pelu diingat bahwa judul sebaiknya disusun dalam bentuk frase bukan kalimat (St.Y.Slamet, 2009: 113). 3) Tahap Revisi (Revising) Pada tahap revisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya. Sementraa itu aspek kebahasaan meliputi pilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan tanda baca. Pada tahap revisi masih dimungkinkan mengubah judul karangan apabila judul yang telah ditentukan dirsakan kurang tepat (St. Y. Slamet, 2009: 114). Jika draf seluruh tulisan sudah selsai, tulisan tersebut perlu dibaca kembali. Mungkin draf itu perlu ditambah, diperbaiki, dikurangi, dan kalau perlu diperluas. Sebenarnya revisi ini sudah dilakukan juga pada saat tahap penulisan berlangsung. Hal ini diperkuat oleh pendapat St.Y. Slamet bahwa revisi dapat dialakukan sendiri, dengan guru ataupun bersama teman. Pengertian revisi tidak sekedar memperbaiki rancangan tulisan, tetapi mencakup memenuhi kebutuhan pembaca sehingga tidak jarang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
bagian-bagian dalam sebuah rancangan tulisan perlu ditambah, dipiondah, dihilangkan, dan disusun kembali (2009: 114). 4) Tahap Pengeditan/ Penyuntingan (Editing) Pada tahap pengeditan atau menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar yaitu: a) membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka sendiri, b) membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka sekelas atau sekelompok, dan c) mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka sendiri. Hasil tulisan/karangan perlu dilakukan pengeditan (penyuntingan). Pelaksanaannya adalah dengan membaca kata per kata atau bagian per bagian
sehingga
dapat
ditemukan
kesalahan-kesalahannya
untuk
dibetulkan. Kegiatan penyuntingan ini, sekurang-kurangnya ada dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, penyuntingan tulisan untuk kejelasan penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasarannya. Penyuntingan tahap pertama akan berkaitan dengan masalah komunikasi. Tulisan diolah agar isinya dapat dengan jelas diterima oleh pembaca. Pada tahap ini, sering kali penyunting harus mereorganisasi tulisan karena penyajiannya dianggap kurang efektif. Ada kalanya, penyunting terpaksa membuang beberapa paragraf atau sebaliknya, harus menambahkan beberapa kalimat, bahkan beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan. Dalam melakukan penyuntingan pada tahap ini, penyunting sebaiknya berkonsultasi dan berkomunikasi dengan penulis. Pada tahap ini, penyunting harus luwes dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
pandai-pandai menjelaskan perubahan yang disarankannya kepada penulis karena hal ini sangat peka. Hal-hal yang berkaitan dengan penyuntingan tahap ini adalah kerangka tulisan, pengembangan tulisan, penyusunan paragraf, dan kalimat. Penyuntingan berperan sebagai jembatan yang menghubungkan penulis dan pembaca. Tugas seorang penyunting sangat berat. Penyunting harus menguasai bidang ilmu yang disuntingnya, menguasai proses komunikasi, mampu mengelola pengelolaan naskah dan memahami apa yang diinginkan pembaca. Penyuntingan dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu penyuntingan isi dan penyuntingan bahasa (Sabarti Akhadiah et al., 1996/1997: 21). Penyuntingan isi berkenaan dengan substansi naskah. Penyuntingan ini berkaiatan dengan masalah komunikasi agar keseluruhan isi naskah dapat denganmudah dan jelas diterima pembaca. Dalam hal ini mungkin ada bgaian-bagian yang dibuang atau ditambah sehingga penyajiannya baik efektif. Luas cakup perbaikan ini akan menentukan apakah perubahan ini akan dilaksanakan oleh penyunting atau penulis naskah.
......
........Penyuntingan bahasa mencakup ketepatan penyajian. Penyuntingan ini berkaitan dengan perbaikan kecil tetapi mendasar, misalnya kessalahan yang berkaiatan dengan tata bahasa, ejaan, kesalahan penulis kata, kesalahan urutan kata atau kalimat, dan sebagianya. Hal ini langsung dilaksanakan penyuntingan tanpa persetujuan penulis nsakah. 5) Tahap Publikasi (publishing/ Sharing) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Publikasi mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, publikasi berarti menyampaikan karangan kepada publik dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian
noncetakan
dapat
dilakukan
dengan
pementasan,
penceritaan, peragaan, ataud apat juga disampaikan secara lisan (St. Y. Slamet, 2009: 115). Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Oleh karena itu seorang penulis harus menyadari bahwa bahasa yuang ditulisnya berlainan dengan bahasa dalam ujaran. Tulisannya dapat dibaca-baca orang, dikaji dan dinilai dengan lebih mudah. Sudah selayaknya bila penulis harus berhati-hati sehingga senantiasa berusaha agar kalimat-kalimatnya disusun secara lengkap, namun lebih ringkas dan sistematis jika dibandingkan dengan kalimat-kalimat dengan bahasa ujaran. Berbagai pendapat mengenai tahap menulis seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan menulis atau mengarang merupakan suatu proses, sehingga dalam kegiatan tersebut terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan untuk penulis. Tahaptahap tersebut yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap-tahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draf awalnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap itu dapat dirinci lagi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Syarat-syarat penerapan rambu-rambu penyusunan tulisan ada beberapa aspek menurut St. Y. Slamet (2009: 117), yang meliputi (1) ejaan, (2) diksi, (3) struktur kalimat, dan (4) struktur paragraf. Hal-hal tersebut dijelaskan sebagai berikut. (1) Ejaan. Ejaan ialah perlambangan fonem dengan huruf (Baduddu, 1994). Selanjatnya dikatakan bahwa, dalam termasuk juga (1) ketetapan tentang bagaimana satuan-satuan morfologi seperti kata dasar, kata ulang, kata majemuk, dan kata berimbuhan serta partikel-partikel dituliskan; (2) ketetapan tentang bagaimana menuliskan kalimat dan bagian-bagian kalimat dengan pemakaian tanda-tanda baca seperti titik, koma, titik koma, titik dua, tanda kutip, tanda tanya, dan tanda seru. (2) Diksi Atau Pilihan Kata. Menurut Gorys Keraf (1984) dalam St.Y.Slamet (2009: 118), mengemukakan bahwa kemampuan memilih kata adalah kemampuan membedakan secar atepat nuansa-nuansa kata sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki oleh kelompok masyarakat. (3) Struktur kalimat. Penggunaan kalimat-kalimat efektif merupakan slaah satu faktor yang turut mendukung keberhasilan seseorang penulis. Hal ini disebabkan pembaca akan lebih menangkap maksud tulisan yang dibacanya secara tepat jika penulis menuangkan gagasannya ke dalam kalimat-kalimat yang memenuhi kriteria-kriteria sebagai kalimat efektif. Oleh karena itu, seorang penulis yang baik akan selalu menuangkan pikiran dan perasaannya ke susunan kalimat-kalimat yang memenuhi susunan kalimat yang baik dan teratur sehingga terasa segar, hidup, dan mudah dipahami pembaca. (4) Struktur Paragraf. Dalam pengungkapan pikiran atau perasaan yang dilakukan secara lisan akan tampak hubungan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain. Hubungan itu berupa hubngan yang berurutan, hubungan yang menyatakan satu kesatuan, hubungan yang menyatakan adanya kaitan struktur bahasa dan logis berbahasa, serta hubungan yang menunjukkan cara berpikir. Semua hubungan ini mendukung dan mengarah pada satu tujuan, yaitu membantu mengembangkan dan mengisi pokok pikiran atau gagasan utama. Akan tetapi, jika pengungkapannya dilakukan secara tertulis, hubungan-hubungan tersebut harus diwujudkan dalam bentuk alenia atau paragraf. Komponen-komponen yang mengacu pada kemampuan menulis tersebut commit to useryang dikembangkan, keeksplesitan meliputi: (1) isi, yang meliputi relevansi, tesisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
analisis, dan ketepatan simpulan; (2) organisasi isi, yang meliputi kebutuhan, perpautan, pengembangan gagasan atau pokok pikiran paragraf, dan organisasi keseluruhan karangan; (3) gramatika atau tata bahasa, yang meliputi ketepatan bentukan kata dan keefektifan kalimat; (4) gagasan yang dikemukakan, kesesuaian penggunaan kata dengan konteks, dan kebakuan kata; dan (5) ejaan, yang meliputi penulisan huruf, kata, dan tanda baca (St.Y. Slamet, 2009: 120). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik suatu simpulan bahwa menulis adalah suatu proses yang dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan terbagi atas (1) tahap pramenulis, (2) tahap penulisan, (3) tahap revisi, (4) tahap pengeditan atau menyunting, dan (5) tahap publikasi. Dalam proses penulisan dikembangkan gagasan-gagasan menjadi karangan utuh dengan menggunakan wahana bahasa yang meliputi kosakata, tata bahasa, ejaan, dan tanda baca.
2. Hakikat Cerpen ........ .Cerpen atau cerpen merupakan salah satu bentuk dari karya fiksi. Sesuai dengan namanya, cerpen merupakan cerita yang pendek, tetapi panjang pendek ukuran fisiknya tidak menjadi ukuran yang mutlak. Tidak ditentukan cerpen harus sekian halaman atau sekian kata, walaupun cerpen mempunyai kecenderungan untuk berukuran pendek dan pekat. Cerpen bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau banyak sedikitnya tokoh yang terdapat di dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Pembahasan tentang pengertian cerpen banyak dilakukan oleh para ilmuwan commit(2009: to user16) mendefinisikan cerpen adalah sastra, seperti Nugraheni Eko Wardani
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
cerita tentang sebagian kecil kehidupan seseorang tanpa disertai perubahan jalan nasib. Cerpen isinya ringkas, padat, dan pada mulanya mumcul diberbagai majalah atau surat kabar. Lebih lanjut, Stanton (dalam Nugraheni Eko Wardani, 2009: 16) mendefinisikan bahwa cerpen berdasarkan jumlah kata atau jumlah halaman maksimum uterdiri dari 15.000.000 kata atau 50 halaman. Berbeda dengan pendapat Edgar Allan Poe, yang mengatakan bahwa cerpen adalah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam-hal yang tidak dapat dilakukan untuk novel (Nugraheni Eko Wardani, 2009: 16). Hal itu diperkuat oleh Smith (2007) yang menyatakan: “So what is a short story? Short stories can be anything from 500 to 6000 words. Anything under 500 words tends to be labelled „flash fiction‟ or „micro fiction‟ (although some would argue it‟s still a short story) and anything over 6000 is moving into novelette or novella territory. I would argue that a short story is something that can be read comfortably in one sitting and doesn‟t leave you starving or bloated.” Berkenaan dengan pengertian cerpen, Jakob Sumardjo dan Saini K.M (1994: 37) berpendapat yang senada, bahwa “cerpen” adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek”. Kata pendek dalam batasan ini tidak jelas ukurannya. Ukuran pendek di sini diartikan sebagai dapat dibaca sekali duduk waktu kurang dari satu jam. Lain halnya yang dikatakan Sukino (2010: 142, bahwa cerpen adalah kisahan yang memberikan kesan tunggal dan dominan tentang satu tokoh dalam commit to user adalah karakter yang dijabarkan satu latar dan satu situasi yang dramatik. Cerpen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
lewat rentetan kejadian-kejadian. Adapun Burhan Nurgiyantoro (2005: 9) yang mengutip pendapat Abrams, bahwa cerpen (short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi seperi dikemukaan di atas, juga berlaku untuk novel. Sebutan novel dalam bahasa Inggris-dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia-berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti‟sebuah barang baru yang kecil‟ dan kemudian diartikan sebagai cerpen dalam bentuk prosa. Beberapa pendapat mengenai cerpen juga diungkapkan oleh beberapa pakar yang dikutp oleh Korrie Layun Rampan (1995:10) sebagai berikut: Doktor H.B Jassin mengatakan bahwa yang disebut cerpen harus memiliki bagian perkenalan, pertikaian, dan penyelesaian. Sedangkan menurut The Liang Gie & A. Widyamartaya dalam Kamus Seni Mengarang (Akademi Kepengarangan, 1983) mengatakan bahwa cerpen adalah cerita khayali berbentuk prosa pendek, biasanya di bawah 10.000 kata, bertujuan menghasilkan kesan kuat dan mengandung unsur-unsur drama; oleh sebab itu alurnya pun disebut konflik dramatik. Menurut Mochtar Lubis yang disebut cerpen itu dapat dirinci seperti berikut ini. Pertama, ia harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedua, ia harus menimbulkan suatu hempasan dalam pikiran pembaca. Ketiga, ia harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa pembaca harus merasa bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
pembaca merasa terharu oleh jalan cerita; cerpen pertama-tama menarik perasaan haru kemudian menarik pikiran. Keempat, ia harus mengandung perincian dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan perrtanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca (Korrie Layun Rampan, 1995: 10). Di lain pihak, Yudiono Ks (dalam Korrie Layun Rampan, 1995: 10) mengungkapkan bahwa yang disebut cerpen itu adalah cerita yang bersumber pada suatu persoalan kehidupan, suatu nilai kehidupan, yang menjadi tema cerita. Lebih jauh juga dipaparkan Sage (1987) yang dikutip oleh Hişmanoğlu (2005: 61) bahwa: “Short fiction is a supreme resource for observing not only language but life itself. In short fiction, characters act out all the real and symbolic acts people carry out in daily lives,and do so in a variety of registers and tones. The world of short fiction both mirrors and illuminates human lives” Menurut Menrath (Burhan Nurgiyantoro, 2005:10), bahwa cerpen dapat dibaca dalam sekali duduk. Di mana cerita itu akan memberikan pengaruh sesuai yang diinginkan pembaca. Panjang sebuah cerpen bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada yang panjangnya cukupan (middle short strory), dan ada yang panjang (long short story), yang terdiri dari puluhan ribu kata. Menrath (2006) mendefinisikan cerpen adalah: “a short story is a piece of prose fiction which can be read at a single sitting. It ought to combine objective matter-of-fact description with poeticatmosphere. It ought to present a unified impression of tone, colour and effect "unity of effect" (Poe) It mostly shows a decisive user blow). There is often little moment of life (which can commit entail atofatal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
action, hardly any character development, but we get a snapshot of life (slice-of-life story). Its plot is not very complex (in contrast to the novel), but it creates a unified impression and leaves us with a vivid sensation rather than a number of remembered facts. There is a close connection between the short story and the poem as there is in both a unique union of idea and structure. There is a limited set of characters, one single action and a simple plot (often: exposition, complication, crisis, sad / happy ending). A short story very often has an open / abrupt beginning and an open or surprise ending. A short story is restricted to one setting only (fixed place and time, social surroundings.” Sebagai bahan perenungan, kriteria cerpen yang baik menurut Helvy Tiana Rosa dalam Buku Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggungah karya Hernowo yang dikutip Sukino (2010: 145) adalah: (1) ada ide/gagasana baru tidak klise, (2) tema universal yang dekat dengan kehidupan, (3) ada eksploitasi bahasa, (4) karakter tokoh yang tidak biasa punya karakter sendiri, dan dia benar,benar hidup), (5) kejelasan bangunan konflik, (5) setting yang mendukung,(6) alur yang tak mudah diterka, (7) judul yang unik dan menarik. Berpijak dari berbagai pendapat mengenai pengertian cerpen di atas, maka disimpulkan bahwa cerpen adalah jenis tulisan fiksi yang relatif pendek, dibangun oleh unsur-unsur tertentu, memiliki satu kesatuan yang utuh dengan kompleksitas yang rendah karena hanya terpusat pada tokoh, dan satu kejadian pada suatu ketika yang merupakan pengalaman hidup pengarang yang mengandung nilainilai edukatif dan bertujuan menghibur pembacanya. a. Unsur Pembangun Cerpen Cerita pendek atau cerpen merupakan sebuah totalitas yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas, cerpen mempunyai bagian-bagian, unsur-unsur, yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Cerpen juga merupakan to user rekontruksi dunia yang dilihat commit dari sudut pandang tertentu, memiliki unsur
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
pembangun, yaitu unsur instrinsik dan ekstrinsik. Tomkins dan Hoskinson (dalam Sukino, 2010: 145), berpendapat bahwa unsur-unsur sebuah cerpen terdiri atas: 1) permulaan/pengantar, tengah/isi, dan akhir cerita, 2) pengulangan atau reptisi, 3) konflik, 4) alur/plot, 5) latar/ seting, 6) penokohan, 7) tema, dan 8) sudut pandang penceritaan. Adapun pendapat Suroto yang dikutip Sukino (2010: 156), cerpen pada dasarnya dibangun atas dasar unsur-unsur tema, amanat, perwatakan, latar, tokoh, dialog, dan pusat pengisahan. Cerita yang baik memiliki keseluruhan unsur-unsur yang membangun jalan cerita yang memiliki unsur-unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur instrinsik meliputi tema, penokohan, alur/plot, latar/seting, gaya bahasa, dan sudut pandang penceritaan. Kedua unsur tersebut harus dipahami dalam mengkaji cerpen. Berpijak dari uraian tentang unsur-unsur pembangun cerpen di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pembangun cerpen terdiri dari tema, tokoh/perwatakan, seting, alur atau sudut pandang, dan gaya bagasa yang semua unsur tersebut berjalinan membangun makna baru. 1) Unsur intrinsik Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Dengan demikian, unsur intrinsik sebuah cerpen adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Keterpaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah cerpen berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pandang kita sebagai pembaca, unsur-unsur cerita inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah cerpen. Unsurcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
unsur intrinsik yang dimaksud adalah tema, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, bahasa, latar, gaya bahasa, serta amanat. (a) Tema Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan menyangkut persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan. ....... Tema (theme), menurut Stanton dan Kenney, adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 67). Dengan demikian tema sebagai pangkal tolak pencerita dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Dengan pernyataan ini, tema merupakan sesuatu yang menjadi ide pikiran atau persoalan yang dinyatakan dalam sebuah cipta rasa. Sebab itulah penyikapan tema yang diberikan pengarang dengan pembaca cenderung terbalik. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema bila mereka telah selesai memahami unsur-unsur signifikan yang menjadi media pemapar tema tersebut. Sedangkan Burhan Nurgiyantoro (2005: 70), memberi terminologi tema adalah dasar cerita, gagasan dasar umum cerita. Dasar (utama) cerita sekaligus berarti tujuan (utama) cerita. Jika dilihat dari sudut pengarang, dasar cerita dipakai sebagai panutan pengembangan cerita, dilihat dari sudut pembaca ia akan bersifat sebaliknya. Berdasarkan cerita yang dibeberkan itulah pembaca berusaha menafsikan apa dasar utama cerita itu, dan hal itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
akan dilakukan berdasarkan detail-detail unsur yang terdapat dalam karya yang bersangkutan. Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan. Demikian juga, Herman J. Waluyo (2003: 17) menyatakan bahwa tema adalah gagasan pokok (subject–matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema bersifat khusus (diacu dari penyair), objektif (semua pembaca harus menafsirkan sama), dan lugas (bukan makna kias yang diambil dari konotasinya). Tema dalam cerpen bisa disamakan dengan fundamental sebuah bangunan. Tentu saja tidak mungkin mendirikan sebuah banguanan tanpa fundamental. Dengan kata lain, tema ialah pokok sebuah cerpen; pesan atau amanat. Dasar tolak untuk membuat rangkaian cerita; dasar tolak untuk bercerita (Korrie Layun Rmpan, 1995: 36). .........Pengarang cerpen yang baik biasanya memasukkan temanya secara tersamar dalam seluruh elemen ceritanya. Mungkin juga lewat jalan pikirannya, perasaan, setting, atau kejadian untuk lebih memperrtegas penyajian tema. Biasanya sebuah cerpen yang baik selalu menyatu, berbagai unsurnya tidak pecah-pecah tetapi secara serempak mengurus ke suatu tujuan karena digiring oleh tema. Cerita yang baik selalu mempunyai tema, yaitu pokok maslah yang mendominasi masalah lainnya dalam cerita itu. Menurut Sareb Putra (2010: 97) dalam bukunya The Art of Narrative writing, dituliskan bahwa tema ialah: (1) gagasan tentang hidup yang datang dari cerita; (2) dapat dinyatkan secara sejelas-tegas atau tersurat; 3) bukan merupakan ringkasan alur cerita atau gagasan utama cerita; (4) gagasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
umum ihwal kehidupan yang berasal dari cerita yang spesifik. .........Cara menafsirkan tema cerita adalah sebagai berikut: (1) jangan sampai bertentangan dengan setiap rincian cerita; (2) harus dapat dibuktikan secara langsung dalam teks; (3) penafsiran tema tidak hanya berdasarkan pikiran; dan (4) berkaitan dengan rincian cerita yang ditonjolkan (mungkin disebutkan sebagai bagian dari judul). Tema adakalanya dinyatakan secara jelas (eksplisit), tetapi tidak mudah dalam menentukan tema sebuah karya sastra karena tema itu lebih sering bersifat implisit. Dengan demikian untuk menemukan tema sebuah cerita rekaan haruslah dipahami dari keseluruhan unsur cerita itu. Oleh karena itu, tema akan ditemukan dengan cara membaca intens dan menemukan unsur-unsur pembangun lainnya. Tema dalam cerita rekaan biasanya diangkat dari khasanah kehidupan sehari-hari, yang merupakan masalah hakiki manusia seperti cinta kasih, kebahagiaan, perjuangan hidup, petualangan, dan sebagainya (Herman J. Waluyo, 2003: 142). Jadi tema karya sastra itu selalu berkaitan dengan makna kehidupan. Uraian tentang tema di atas dapat ditarik simpulan, bahwa tema merupakan gagasan utama, gagasan pokok yang menjadi dasar cerita. (b)Tokoh dan penokohan Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin Sebuah cerita yang disebut dengan tokoh. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Sedangkan cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan. Semua karangan memiliki tokoh, terutama novel atau cerpen. Tokoh merupakan pelaku yang digambarkan dalam peristiwa sebuah cerita, sedangkan tokoh atau para pelaku cerita menggambarkan, melukiskan tokoh atau para pelaku cerita. Atar Semi (2000: 37) mendefinisikan bahwa ada dua macam cara memperkenalkan tokoh dan perwatakan tokoh dalam fiksi, yaitu: (1) Secara analitik, yaitu pengarang langsung memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang dan sebagainya. (2) Secara dramatik, yaitu penggambar perwatakan yang tidak diceritakan langsung, tetapi hal itu disampaikan melalui pemilihan nama tokoh, melalui pengambaran fisik atau postur tubuh, cara berpakaian dan melalui dialog baik dialog tokoh yang bersangkutan dalam interaksinya dengan orang lain. Penokohan dalam suatu fiksi biasanya mengacu pada perbaruan minat, keinginan, emosi, dan moral yang membentuk individu yang bermain dalam suatu cerita. Tokoh dapat diwujudkan sebagai manusia, binatang, atau benda. Sifat kepribadian atau watak tokoh bermacammacam corak. Penokohan erat hubungannya dengan alur, karena masingmasing tokoh berperilaku menghubungkan peristiwa yang satu dengan yang lainnya dalam cerpen. Tokoh-tokoh memiliki watak yang menyebabkan terjadinya konflik dan konflik itulah yang kemudian menghasilkan cerita. Tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah commit cerita to usersebagai tokoh yang mendatangkan tokoh yang mendukung jalannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
simpati atau tokoh baik. Tokoh antagonis merupakan kebalikan tokoh protagonis adalah tokoh yang menentang arus atau yang menimbulkan perasaan antipati atau benci pada diri pembaca. Kedua jenis tokoh ini mendominasi cerita maka disebut juga tokoh sentral yang berarti tokoh yang dipentingkan.dan menjadi pusat penceritaan. Yang menjadi kebalikan tokoh sentral adalah tokoh bawahan atau tokoh sampingan. Tokoh lain adalah tokoh wirawan yaitu tokoh penting termasuk sentral tetapi bukan tokoh protagonios dan antagonis. Sedangkan tokoh bawahan yang dapat diandalkan disebut tokoh andalan, dan tokoh tambahan adalah tokoh yang dijadikan latar belakang saja dan tidak dipandang penting. Pembahasan yang mendalam tentang istilah penokohan, sesui pendapat Burhan Nurgiyantoro (1995: 166) bahwa “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh”. Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat dikategorikan sebagai tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh protagonis dan tokoh antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh berkembang, serta tokoh tripikal dan tokoh netral. (1) Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya fiksi. Tokoh tambahan adalah tokoh yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
pemunculannya lebih sedikit. Perbedaan tersebut berdasarkan fungsi penampilan tokoh. Sementara, tokoh protagonis dan tokoh antagonis. (2) Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi atau yang biasa disebut hero. Tokoh antagonis adalah tokoh yang sering menjadi penyebab konflik. Perbedaan tersebut berdasarkan fungsi penampilan tokoh. (3) Tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu watak tertentu, dan tidak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap sebagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya. (4) Tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan watak dalam plot yang dikisahkan. Perbedaan tersebut berdasarkan perkembangannya atau terjadinya perwatakan. (5) Tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya atau sesuatu yang lebih bersifat mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Perbedaan tersebut berdasarkan kemungkinan pencerminan tokoh cerita terhadap sekelompok manusia di kehidupan nyata. Jadi, tokoh dan penokohan merupakan cara pengarang dalam menampilkan tokoh-tokohnya. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
berfungsi
untuk
memainkan
cerita,
tetapi
juga
berperan
untuk
menyampaikan ide, amanat, plot, dan tema. (c) Alur atau Plot Alur atau plot adalah hal penting dalam sebuah cerpen. Burhan Nurgiyantoro (1995: 113) menyatakan bahwa alur diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana,
karena
pengarang
menyusun
peristiwa-peristiwa
itu
berdasarkan kaitan sebab-akibat. Boulton (dalam Herman J. Waluyo, 2002: 145) mendefinisikan bahwa alur berarti seleksi peristiwa yang disusun dalam urutan waktu yang menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang akan datang. Jenis alut atau plot menurut Nugraheni Eko Wardani (2009: 39), yaitu: (1) plot garis lurus atau progresif; (2) plot sorot balik atau flash back. dan (3) plot gabungan. Teknik progresif atau kronologis, artinya cerita berurutan dari awal hingga akhir. Teknik umpan balik atau flash back artinya bahwa cerita yang seharusnya ada pada bagian akhir diletakkan di depan. Teknik compound plot atau alur majemuk, artinya di samping mengandung alur utama juga terdapat alur bawahan, yakni ceritacerita tambahan yang dikisahkan pengarang untuk memberikan latar belakang dan keseimbangan cerita. ..Plot merupakan unsur yang sangat penting untuk memahami fiksi. Hukum plot menurut Keney meliputi adanya plausibility, surprise, suspense, dan unity. Palusibility artinya kebolehjadian, bahwa secara logis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
cerita itu harus mampu meyakinkan pembaca, realistis dan masuk akal. Surprise artinya cerita harus memberikan kejutan kepada pembaca. Hal ini berkaitan dengan suspense, yang berarti kejutan itu memberikan rasa ingin tahu pembaca (atau pendengar) karena ceritanya
tidak terduga-duga
sebelumnya. Unity atau kesatuan cerita yang padu, tidak berupa bagianbagian terpisah seperrti fragmen-fragmen, namun ada benang merah yang menyatukan dari awal hingga akhir (Nugraheni Eko Wardani, 2009: 39). Selain alur atau plot, di dalam cerpen terdapat pula apa yang dinamakan suspense. Korrie Layun Rampan (1995: 48-50) memaparkan pengertian suspense, adalah salah satu unsur cerpen yang berupa ketegangan cerita. Ketegangan ini biasanya dibangun dari suasana yang berrnagkat dari watak atau peristiwa. Ketegangan dan suasana yang berangkat dari watak atau peristiwa. Ketegangan yang dibangun baik oleh pengarang merupakan daya pikat yang hebat dan mengikat, sehingga pembaca seakan-akan tidak sabar mengikuti cerita, ingin cepat-cepat mengetahui akhir ceritanya. Suspense memang suatu teknik. Pengarang dapat memanfaatkan suspense ini semaksimum mungkin, meskipun ia tidak berrtumpu pada suspense itu sendiri. Cerita yang baik bukan karena ia selalu tegang tetapi pengarannya memlihara ketegangan di sepanjang cerita. Selanjutnya, Mari Sareb Putra (2010: 94) mengemukakan, bahwa suspense (ketegangan) yaitu rasa tegang (sense of worry) yang dimunculkan pengarang dengan apa yang akan terjadi dan siapa melakukannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Biasanya, suspense ini muncul ketika cerita semakin meninggi. Berdasarkan keterangan di atas, alur dapat diartikan sebagai unsur intrinsik yang ada dalam cerita rekaan yang mengatur bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain dalam satu rentetan peristiwa. (d) Sudut Pandang (Point of view) Pemilihan sudut pandang dalam suatu cerita akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Burhan Nurgiyantoro (2005: 248) menyatakan bahwa sudut pandang pada hakikatnya adalah strategi, teknik, siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu dikemukakan dalam karya fiksi merupakan pandangan hidup pengarang dari kehidupannya. Point of view atau sudut pandang adalah titik tolak pengarang sebagai pencerita „akuan‟ yang berada dalam cerita atau pencerita „diaan‟ yang berada di luar cerita, pusat kisahan. Berdasarkan pengertian tersebut maka ada tiga jenis sudut pandang, yaitu: (1) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai “aku”, teknik ini disebut teknik akuan, (2) pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai “dia”, teknik ini disebut teknik diaan, (3) teknik yang disebut omniscient narratif atau pengarang serba tahu yang menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran secara bebas, pengarang tidak memfokuskan kepada satu tokoh cerita di dalam berceritanya, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Sejalan dengan pendapat di atas, Burhan Nurgiantoro (2005: 256266) menjelaskan bahwa sudut pandang ada tiga macam yaitu sudut pandang persona ketiga, gaya “dia‟. Sudut pandang ini ada dua macam yaitu sudut pandang “dia” mahatahu, dan “dia” terbatas atau “dia” sebagai pengamat. Sudut pandang “dia” mahatahu dalam literatur bahasa Inggris dikenal dengan istilah-istilah the omniscient point of view, third-person omniscient, the omniscient narrator. Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut “dia”, namun pengarang dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh “dia”. Narator mengetahui segalanya. Sudut pandang “dia” terbatas pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja. Sedangkan sudut pandang persona pertama disebut juga first-person point of view, “aku” ada dua macam yaitu “aku” tokoh utama dan “aku” tokoh tambahan. “Aku” tokoh utama, aku menjadi tokoh utama cerita praktis menjadi tokoh protagonis. „Aku” sebagai tokoh tambahan aku muncul bukan sebagai tokoh utama melainkan sebagai tokoh tambahan, first-person peripheral. Tokoh aku hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Sudut pandang campuran yaitu pengarang berganti-ganti dalam tekni penceritaan dari teknik satu ke teknik yang lain. Penggunaan sudut pandang yang bersifat campuran ini, campuran antara sudut pandang orang pertama dan orang ketiga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
.........Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penentuan sudut pandang dalam cerita rekaan merupakan sesuatu yang sangat penting. Hal itu akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. sudut pandang difungsikan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam cerita rekaan kepada pembaca. (e) Gaya Bahasa Bahasa adalah sesuatu yang sangat penting, karena segala sesuatu hanya dapat diungkapkan dengan menggunakan bahasa. Begitu juga dengan sastra. Apa yang ada dalam pikiran sastrawan atau pun kreativitas sastrawan dapat menjadi sebuah karya sastra yang baik dan bernilai seni tinggi hanya jika diungkapkan dengan bahasa. Oleh karena itu, bahasa dalam sastra berfungsi sebagi sarana komunikasi. Untuk memperoleh efektivitas pengungkapan dan nilai keindahan, bahasa dalam sastra dibuat sedemikian rupa sehingga berbeda dengan bahasa nonsastra. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 273) yang menyatakan bahwa pada umumnya bahasa yang ada dalam karya sastra berbeda dengan bahasa nonsastra. Bahasa yang digunakan mengandung unsur emotif dan bersifat konotatif. Sebagai kebalikan dari bahasa nonsastra, khususnya bahasa ilmiah yang rasional dan denotatif. Ciri adanya unsur pikiran bukan hanya memonopoli bahasa nonsastra, tetapi bahasa sastra pun memilikinya, sebaliknya ciri unsur emotif pun bukan hanya monopoli bahasa sastra. Unsur pikiran dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
perasaan akan sama-sama terlibat dalam berbagai ragam penguasaaan bahasa. Sementara itu Masri Sareb Putra menyatakan, mendefinisikan gaya ialah identitas verbal dari penulis, kerap didasarkan pada siksi penulis (pilihan kata) dan sintaksis (susunan kata-kata dalam sebuah kalimat). Penulis menggunakan gaya (tone), tau sikap terhadapa pokok persoalan. Gaya ini ditemukan ketika membaca, bukan ketika menulis (2010: 97). Dalam sebuah penulisan karya sastra selalu ada gaya bahasa yang khas yang dituliskan oleh pengarang atau penulis. Inilah menjadi kekayaan si pengarang atau penilis. Kekayaan sebuah karya atau tulisan kreatif terletak pada unsur-unsur bahasa dan bentuk yang menimbulkan keragaman dan kompleksitas, serta interaksi yang baik antara unsur-unsur tersebut dengan sesamanya serta dengan dunia nyata yang berada di lingkungan karya itu sendiri Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya merupakan pemakaian bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Dengan kata lain gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Gaya adalah cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan. Dengan cara yang khas itu kalimatkalimat yang dihasilkannya menjadi hidup. Karena itu, gaya bahasa dapat menimbulkan perasaan tertentu, dapat menimbulkan reaksi tertentu, dan dapat menimbulkan tanggapan pikiran pembaca. Semua itu menyebabkan karya sastra menjadi indah dan bernilai seni. Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
seseorang pengarang memilih dan menyusun kata-kata, tema, persoalan, meninjau persoalan dan menceritakannya. Gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Berbagai pendapat-pendapat di atas kita dapat disimpulkan bahwa pengarang mengungkapkan unsur-unsur pembangun cerita rekaan dengan gaya bahasanya yang khas. Jadi bahasa adalah sarana penghubung antara pengarang dengan pembaca dalam menyampaikan maksud dari isi karyanya. (f) Latar (Setting) Segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita disebut setting/ latar. Pada dasarnya, latar mutlak dibutuhkan untuk menggarap tema dan plot cerita, karena latar harus bersatu dengan tema dan plot untuk menghasilkan cerpen yang baik, padat, dan berkualitas. Jika saja settingnya dapat dipindahkan kemana saja, berarti setting/latar itu tidak integral dengan tema dan plot. Latar atau setting adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita berkaitan dengan aspek fisik, aspek sosiologis, dan aspek psikis. Namun setting juga dikaitkan dengan tempat dan waktu. Korrie Layun Rampan (1995: 42) berpendapat bahwa latar atau setting betumpu pada tempat dan waktu. Tempat merujuk pada suatu kawasan secara geografik, konkret dan setting waktu merujuk pada suatu waktu tertentu. Akan tetapi latar dalam cerpen sastra tidak hanya menjadi latar belakang akan tetapi ia harus mendukung cerita secara keseluruhan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Cerpen sangat memperhatikan dan mengutmakan latar atau setting ini karena amat berkaitan dengan watak tokoh, dan watak tokoh ini juga ditentukan dengan cara hidup mereka, yang berkaitan dengan budaya setempat. Pengertian latar menurut Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216) disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Setting tidak hanya menampilkan tempat dan waktu. Adat istiadat dan kebiasaan hidup dapat tampil sebagai setting. Memunculkan adat istiadat dan kebiasaan hidup sebagai setting tentu tidak mudah. Untuk menampilkannya, tentu saja pengarang harus sudah akrab atau bergaul secara dekat dengan hal tersebut. Dalam hal ini posisi pengarang dapat saja sebagai bagian dari masyarakatnya atau pengarang melakukan observasi dengan terjun langsung demi mendapat gambaran yang nyata tentang masyarakat yang akan dituju. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa latar tidak hanya mengacu pada tempat dan waktu saja, atau dengan kata lain latar tidak hanya mengacu pada satu macam. Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan unsur latar ke dalam tiga bagian pokok, yaitu sebagai berikut. a. Latar Tempat Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan commit to user latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
minimal tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Masing-masing tempat memiliki karakteristik yang membedakan dengan tempat lain. b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah waktu terjadinya peristiwa dalam cerita fiksi. Masalah waktu terjadinya tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca mengenai waktu tersebut digunakan untuk masuk ke dalam suasana cerita. c. Latar Sosial Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain (h) Amanat Sebuah karya sastra diciptakan tidak hanya sebagai sesuatu yang dapat memberi hiburan atau pun memberi keindahan terhadap penikmatnya, tetapi juga dapat menjadi sesuatu yang berguna oleh penikmatnya, begitu juga dengan cerpen. Apa yang diungkapkan dan diceritakan dalam cerpen dapat menjadi suatu pelajaran, pengalaman, ataupun
nasihat
bagi
pembaca.
Hal-hal
tersebut
sebenarnya
merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat dapat juga diartikan sebagai pesan, berupa ide, gagasan, ajaran moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan atau dikemukakan pengarang lewat cerita. Amanat dalam sebuah cerita bisa disampaikan secara implisit maupun eksplisit. Secara implisit misalnya disiratkan dalam tingkah laku tokoh-tokoh cerita. Secara eksplisit
misalnya
di tengah atau commit to user
akhir
cerita,
pengarang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
menyampaikan pesan-pesan, saran, nasihat, dan pemikiran. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, baik secara implisit maupun eksplisit. 2) Unsur Ekstrinsik Unsur ekstrinsik adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Unsur ekstrinsik tersebut berpengaruh terhadap totalitas sebuah karya sastra. ..Empat faktor yang saling berkaitan dalam karya sastra (Wellek dan Warren dalam Herman J.Waluyo, 2003: 61) yaitu: (a) Biografi pengarang Karya seseorang tidak akan lepas dari pengarangnya. Jika seseorang menulis beberapa karya dalam hidupnya, maka karya-karya tersebut dapat ditelusuri melalui biografinya. (b) Psikologis (proses kreatif) Yang dimaksud faktor psikologis adalah aktivitas psikologis pengarang ketika menciptakan karya sastra tersebut. Dalam proses penciptaan sastra ada proses psikologis yaitu kreativitas dan inspirasi pengarang. Faktor psikologis yang terpenting bagi seorang penulis cerita rekaan adalah dalam menciptakan tokoh dan wataknya. Tokohtokoh dan wataknya harus sedemikian hidup sehingga meyakinkan pembaca akan kebenaran cerita. Cerita yang tidak didasari oleh aspek psikologis yang hidup akan terasa dibuat-buat (c) Sosiologis Faktor sosiologis dalam cerita rekaan diuraikan berdasarkan asumsi bahwa cerita rekaan adalah potret atau cermin kehidupan masyarakat. Yang dimaksud dengan kehidupan sosial adalah profesi atau institusi, problem hubungan sosial, adat istiadat antar hubungan manusia dengan lainnya, dan sebagainya. Faktor sosiologis dalam karya sastra ini juga menekankan bahwa ada hubungan antara sastra dan faktor sosial, bahkan karya sastra dikatakan sebagai dokumen sosial. commit to user (d) Filosofis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Faktor filosofis dalam karya sastra adalah bahwa pengarang menganut aliran filsafat tertentu dalam berkarya seni. Dengan memahami aliran filsafat yang dianut oleh pengarang saat pengarang itu berkarya, pembaca akan lebih mudah menangkap makna karya sastra tersebut. Faktor-faktor ekstrinsik (biografi, psikologis, sosiologis, dan filosofis) tidak dapat dianalisis secara terpisah dalam karya sastra karena aspek-aspek tersebut begitu komplek dan padu. Bertolak pengertian-pengertian kemampuan menulis dan cerpen yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen adalah kecakapan seseorang untuk menuangkan gagasan, ide, buah pikiran, pengalaman kepada orang lain dalam bentuk karya sastra berbentuk prosa yang pendek, baik cerita maupun jumlah halamannya dan cerita di dalamnya merupakan pengalaman hidup pengarang yang mengandung nilainilai edukatif dan bertujuan menghibur pembacanya. b. Ciri-Ciri Cerpen .........Masih banyak orang belum mengetahui ciri-ciri sebuah cerpen. Mengenai hal tersebut, di bawah ini penulis kemukakan ciri-ciri cerpen menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997 : 36), bahwa ceritanya pendek bersifat rekaan (fiction), bersifat naratif, dan memiliki kesan tunggal. Adapun ciri-ciri cerpen menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 177), adalah sebagai berikut. 1) Ciri utama cerpen adalah: singkat, padu, intensif. (brevity, unity, intensity). 2) Unsur-unsur utama adalah: adegan, tokoh, dan gerak (scene, character, and action). 3) Cerpen harus mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. 4) Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca, bahwa jalan ceritalah yang pertama-tama menarik perasaan, dan baru kemudian menarik pikiran. 5) Cerpen mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca. 6) Cerpen harus mempunyai seorang pelaku yang utama. commit toefek user 7) Cerpen memberikan suatu kebulatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Lain halnya dengan Burhan Nurgiyantoro, yang menyebutnya bahwa cerpen memiliki ciri-ciri antara lain adalah: 1) singkat, padu, dan ringkas; 2) memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerakan; 3) bahasanya tajam, sugestif, dan menarik perhatian; 4) mengandung impresi pengarang tentang konsepsi kehidupan; 5) memberi efek tunggal dalam pikiran pembaca; 6) mengandung detail dan inseden yang betul-betul terpilih; 7) ada pelaku utama yang benar-benar menonjol dalam cerita, dan 8) menyajikan kebulatan efek dan kesatuan emosi (2005: 9-10). Bertolak dari pendapat tersebut, mengenai ciri-ciri cerpen dapatlah disimpulkan bahwa ciri-ciri utama cerpen adalah: 1) singkat, padu, ringkas, 2) adanya tokoh utama dan penokohan, 3) mengandung detaildetail dan insiden-insiden, 4) mengandung impresi pengarang tentang konsepsi kehidupan, 5) memberi efek tunggal dalam pikiran pembaca.
c. Menulis Cerpen Aktivitas
bersastra
terutama
menulis
cerpen
merupakan
aktivitas
mengangkat ajaran moral ke dalam bentuk karya sastra. Selain nilai moral juga sebagai penyedia tempat ekreatif. Nilai moral dan kreatif diperolah pembaca cerpen. Jiwa pembaca dapat berekreasi ke puncak penghayatan hidup ataupun solusi problema hidup yang tepat. Menurut Horace dalam Burhan Nurgiyantoro (2005: 220) sastra adalah mengembangkan fungsi dulce et utile, memberikan kenikmatan dan kemanfaatan. commit to sastra user berfungsi untuk sarana rekreatif Melalui pernyataan tersebut, tampak bahwa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
ataupun memberikan ajaran moral kepada manusia. Selain itu dengan terlibanya manusia ke dalam karya sastra dapat mewujudkan manusi memiliki nilai dan norma. Herman J. Waluyo (2007: 98) mnegemukakan nilai moral berkaitan dengan tanggung jawab dari hati nurani. Nilai bersifat wajib dan formal. Nilai merupakan fenomena psikis manusia yang menganggap sesuatu hal yang bermanfaat dan berharga dalam kehidupannya sehingga dengan suka rela terlibat fisik dan mental ke dalam fenomena tersebut. Norma adalah yang dipakai untuk tolak ukur menialai suatu cerpen. Cerpen adalah bagian dari karya sastra. Dengan nilai dan norma, manusia senantiasa mencari nilai-nilai kebenaran. Agar dapat menulis cerpen dengan baik, berkualitas, dan mengandung nilai moral maka perlu hal-hal sebagai berikut. 1) Bahan menulis cerpen Bahan menulis cerpen adalah tema. Tema dalah ide yang mendasari sebuah cerita. Secara umum terbagi tiga (3) yaitu sebagai berrikut. (a) Estetis, yaitu tema yang berisikan tentang keindahan, baik secara fisik maupun psikis, misalnya tema percintaan. Tema estetis ini cenderung mengarah pada pornografi dan kebanyakan melanggar normal. (b) Etis artinya yang berkaitan dengan idealisasi yang ada di suatu masyarakat, misalnya kepahlawanan. (c) Religius yaitu tema yang berkaitan dengan ketuhanan. 2) Bahasa dalam cerpen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Bahasa yang digunakan dalam karya sastra berupa cerpen, menggunakan bahasa yang cenderung konotatif dan ambigu (brmakna lebih dari satu). Penggunaan bahasa yang ambigu menjadikan cerpen menjadi cerpen menjadi hidup, tidak kering, dan bersemi. 3) Psikologi, Sosiologi, dan Religi Guna menghasilkan ketajaman dalam menulis cerpen, sebaiknya membaca kekhasanah ilmu yang berkaitan dengan psikoloogi, supaya perwatakan tokoh-tokoh yang akan diciptakan dalam cerpen tersebut menjadi benar-benar hidup. Begitu juga dari segi sosial dan religi, upaya penggambaran sosial dan religi yang terdapat di dalam cerpen menjadi layak dan banyak diminati. 4) Beberapa cara menulis cerpen Ada berbagai cara menulis cerpen dari mulai cara menulis pembuka, tokoh, alur, latar, dan penyelesaian. (a) Cara menulis pembuka cerpen Menulis
pembukaan
dalam
cerpen,
merrupakan
seni
tersendiri.
Pengetahuannya iuntuk menggaet kesadaran pembaca untuk masuk ke dunia imajinasi ditentukan oleh pembuka cerpen yang menarik. Cara menulis pembuka cerpen bisa melalui deskripsi seseorang, tempat ataupun suasana. (b) Cara menulis tokoh yang hidup Menulis tokoh atau penokohan pada cerpen harus dilakukan dengan hatihati. Selain itu, dapat juga menentukan tokoh dengan karakter masingcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
masing. Sebagai seorang penulis cerpen, tokoh-tokoh yang dimunculkan harus sesuai dengan kenyataan, yakni antara lain dengan memunculkan gairah hidup tokoh yang ebrhubungan dengan banyak hhal di sekitarnya. (c) Cara menulis alur yang hidup Alur adalah rangkian peristiwa yang terdapat dalam karaya sastra. Alur dapat dibuat melaui jalinan waktu, maupun hubungan sebab akibat. Alur secara garis besar terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian awal (perkenalan), tengah (konflik), dan akhir (penyelesaian). Ketiga hal tersebut adalah pilar utama yang selalu dihayati dalam setiap membuat cerpen. (d) Cara menulis latar Latar adalah yang utama karena dari latarlah kemudian muncul tokoh, dan dari tokoh kemudian muncul konflik hingga terciptalah alur (cerita). Oleh karena itu, pengetahuan latar melalui nilai-nilai informatif (informasi mengenai
banyak
tempat),
emotif
(menghayati),
dan
ekspresif
(mengungkapkan kembali demi kepentingan cerita) sangatlah penting. Penulis cerita tak akan dapat menulis jika di dalam imajinasinya tak ada gambaran latar cerita. Baik itu yang bersifat geografis, budaya, atau yang sangat abstrak sekalipun. (e) Cara menulis penyelesaian Cerpen-cerpen sekarang ini kebanyakan menggunakan penyelesaian yang menggantung. Sebenarnya, secara garis besar, penyelesaian itu ada tiga jenis yaitu senang, sedih, dan menggantung. Permainan emosi dalam akhir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
cerpen tergantung pada kehendak penulis, atau tekanan teks yang sudah menggejala kuat selama proses menulisnya. Menulis cerpen hendaknya dimulai dengan motivasi yang kuat dan disertai penjiwaan yang maksimal. Dengan penjiwaan hati yang maksimal dapat terwujud ke tulisan. Terdapat tiga unsur dalam penulisan kreatif sastra menurut Roekhan (1991: 1) yakni: (1) kreatifitas; (2) bekal kemampuan bahasa; dan (3) bekal kemampuan menulis sastra. Kreativitas sangat penting untuk memacu munculnya ide-ide baru, menangkap dan mematangkan ide, mendayagunakan bahasa secara optimal, dan mendayagunakan bekal sastra untuk dapat menghasilkan karya-karya sastra yang berwarna baru. Sedangkan untuk proses penulisan cerpen dimulai dari: (1) munculnya ide dalam benak penulis; (2) menangkap dan merenungkan ide tersebut; (3) mematangkan ide agar menjadi jelas dan utuh; 4) membahasakan ide tersebut dan menatanya masih dalam benak penulis, dan diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Tujuan kreatif yakni tujuan tulisan untuk mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Terdapat
dua tujuan yang dapat
dicapai
melalui
pengembangan penulisan kreatif, yakni yang bersifat apresiasif dan ekspresif. Sama halnya seperti menulis pada umumnya yang merupakan sebuah proses, menulis cerpen pun demikian halnya yang harus melewati beberapa tahap. Adapun empat tahap proses kreatif menulis cerpen yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap saat inspirasi, (4) tahap penulisan, (5) tahap revisi. Pada tahap persiapan, penulis telah menyadari apa yang akan ia tulis dan bagaimana menuliskannya. Proses kreatif setiap pengarang bermacam-macam. Namun, ada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
benang merah yang sama yang bisa kita tarik. Umumnya, proses kreatif terdiri atas lima tahap. 1) Tahap persiapan, adalah tahap mencari bahan/ide cerita. 2) Tahap inkubasi, adalah tahap dimana gagasan sudah ditentukan, tujuan ditetapkan, dan cerita mulai direncanakan (tahap merencanakan cerita). 3) Tahap inspirasi, merupakan tahap ketika seluruh gagasan sudah demikian matang, segala yang direncanakan pada tahap inkubasi menemukan bentuknya yang ideal, saat ini adalah saat “mereka”, saat gagasan yang sudah matang itu mendesak-desak ingin dilahirkan. Sebaiknya, segeralah tuliskan. Jika tahap ini dibiarkan lewat, gairah menulis akan mengendur. 4) Tahap penulisan, adalah tahap menulis cerita dan menyusun cerita. 5) Tahap revisi, adalah tahap memperbaiki dan menyunting karya, dalam hal bahasa dan isi. Berpijak dari uraian di atas dapat diambil suatu simpulan bahwa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi sebagai salah satu kemampuan menulis kreatif yang melatih penulis untuk berpikir kreatif berdasarkan pengalamannya serta mengembangkan imajinasinya setinggi dan seluas-luasnya. Dalam menulis cerpen, penulis dituntut untuk mengkreasikan karangannya dengan tetap memperhatikan struktur cerpen, kemenarikan, dan keunikan dari sebuah cerpen. d. Langkah-langkah Menulis Cerpen yang Baik Agar hasil penulisan cerpen menjadi baik, maka perlu terlebih dahulu mengetahui dan memperhatikan ciri-ciri menulis cerpen yang baik dan menarik, sehingga pembaca tertarik dan mudah memahaminya. Menurut Didik Komaidi (2011: 142) cerita akan menarik jika bahasanya mudah dipahami dan enak dibaca, ada alur cerita yang mudah diikuti, konflik yang menegangkan, dan setelah membacanya memberi kesan yang tak terrlupakan. Itulah yang disebut penulis cerpen yang baik dan berhasil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Lalu bagaimana langkah-langkah menulis cerpen yang baik? Didik Komaidi (2011: 145-146) mengemukakan adanya langkah-langkah menulis cerpen yang baik sebagai berikut. (1) Mencari ide atau membuatnya. Berbagai ide cerita yang dapat diperoleh untuk bahan penulisan cerpen. Misalnya kehidupan sehari-hari, keluarga, tetangga, kampung, pasar, atu apa yang dilihat. Namun tidak semua ide dapat ditulisakan,. Untuk mengabadikan ide-ide tersebut, perlu dicatat dalam buki kecil, agar tidak lupa. Selanjutnya ide-ide tersebut fikemudian hari dapat dijadikan cerita menarik. (2) Membuat kerangka karangan. Kerangka berrisi garis besar cerita atau point-point penting cerita pada wal, tengah, dan akhir.Seperti setting, tokoh, alur cerita, masalah atau konflik, solusi atau pemecahan (ending cerita). Mellaui kernagka terrsebut akan sangat membantu untuk menyusun cerita secara detail dan mau di bawa ke mana cerpennya. (3) Menulis cerita. Kiat awal adalah selesaiakn dahulu ceritayang ditulisnya apapun bentuknya, bagaiman jeleknya, jangan berhenti di jalan. Sebab, banyak yang menulis ceritra tapi tidak selesai, lalu ditinggalkan. Menulis atau karya apaun hendaknya ditulis sampai selesai. Dengan Selesainya cerita, selanjutnya dapat dibaca dan menemukan kelebihan dan kekurangannya lalu memperbaikinya. (4) Mengoreksi. Setelah tulisan selesai ditulis dari awal hingga akhir cobalah endapkan dahulu bebrapa saat, lalu coba baca kembali dan koreksi, nanti akan kelihatan sendirinya apa yang kurang sehingga diperbaiki. Guna megukur kualitas cerita, cobalah diberikan kepada orang lain untuk mengomentari, bagaimana kritik dan sarannya, apa kelebihan dan kelemahannya, lalu coba perbaiki lagi. (5) Mengirim tulisan ke media massa. Sebagus apaun cerpen, jika hanya disimpantidak akan bermanfaat. Tetapi dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
mengirim ke media massa, dapat diuji kualitas cerpen tersebut, lebih dari itu barangkali cerpen dapat memberi manfaat bagi orang lain, setidaknya menghibur, memberi inspirassi, pelajaran baik bagi orang lain. Atau cerpen dapat menghasilkan honorarium.
e. Pembelajaran Menulis Cerpen di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus diajarkan kepada siswa. Menulis adalah komunikasi untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Standar kompetensi dari kemampuan menulis kelas IX SMP adalah mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerpen. Sedangkan, kompetensi dasar adalah menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Di sini peristiwa yang dialami atau pengalaman pribadi siswa merupakan rangsang untuk bahan menulis cerpen yang dilakukan siswa. Pembelajaran menulis di sekolah diakui masih sangat minim dan kurang atraktif. Pembelajaran menulis dianggap tidak penting, menghabiskan waktu, dan tidak dapat mendongkrak nilai ujian nasional. Sebab, soal-soal yang terkait dengan materi mengarang maupun menulis dalam ujian nasional dirasa sangat sedikit. Menulis adalah kegiatan yang memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Karena ide, pemikiran, hal baru, sejarah, ataupun cerita dapat disampaikan kepada orang lain secara lebih luas melalui media tulisan. Kesempatan besar untuk menyebarkan ide dan pemikiran perlu didukung dengan kemampuan menuliskan dan menyampaikan dalam bentuk tulisan secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
baik. Artinya, ide yang tertulis diharap dapat ditangkap, dan dimengerti oleh audiens yang dikehendaki atau dituju. Ide dan pemikiran yang dicurahkan dalam tulisan perlu ditetapkan tujuannya, baik tujuan menulis, dan kepada siapa tulisan ini ditujukan. Pembelajaran mengandung makna kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Sehingga dalam pembelajaran menulis ini berarti kegiatan yang dilakukan mencakup memilih, menetapkan, dan mengembangkan sebuah karangan baik karangan kebahasaan maupun karangan sastra seperti cerpen. f. Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Kemampuan menulis tidak datang secara otomatis, sebab harus melalui latihan dan praktek yang gradual (berangsur-angsur), tekun, rajin, dan teratur. Menulis adalah suatu kemampuan yang menuangkan gambaran lambang-lambang yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Salah satu bentuk tulisan yang dapat dilatih kepada siswa adalah menulis karya sastra dalam bentuk menulis sebuah cerpen. Setiap pengalaman yang dialami seseorang pasti berbeda satu sama lain. Adapun kemungkinan kesamaan pengalaman secara persis sifatnya jarang terjadi. Berbagai pengalaman tersebut akan lebih bermakna apabila dapat dikomunikasikan dengan orang lain. Pengalaman berarti yang pernah dialami. Berbagai jenis pengalaman pribadi,
misalnya
mendebarkan,
pengalaman
pengalaman
lucu,
pengalaman
mengharukan,
aneh,
pengalaman
pengalaman
memalukan,
dan
user pengalaman yang menyakitkan. commit Menulisto pengalaman pada hakikatnya adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
upaya apa yang dilihat, dialami, dan diekspresikan dalam bahasa tulis. Siswa menulis pengalaman dilatih untuk mengingat kembali hal apa yang telah dialami dalam kehidupannya dan diungkapkan kembali oleh siswa melalui proses menulis. Orang lain pun dapat merasakan atau ikut terbawa dalam suasana yang diceritakan. Dalam konteks ini, komunikasi dilakukan melalui bahasa tulisan. Namun demikian sebenarnya pengalaman pribadi dapat pula dikomunikasikan secara lisan dengan orang lain. Menulis pengalaman pribadi merupakan suatu bentuk karangan narasi fiksi yang dapat dituliskan dalam bentuk cerpen. Cerpen merupakan tulisan yang berusaha menyajikan suatu peristiwa, baik kenyataan atau rekaan secara menarik berdasarkan urutan waktu atau kronologis, sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan atau memahami mengapa peristiwa itu terjadi. Menulis pengalaman pribadi mempunyai manfaat, yakni penulis dapat menyusun pikiran melalui penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hendaknya memiliki kreativitas dalam mengorganisasikan gagasan pengalamannya secara sistematis. Berdasarkan uraian di atas, menulis pengalaman pribadi bermanfaat untuk menggali potensi diri, melatih mengembangkan berbagai gagasan, menyerap dan merefleksikan fenomena kehidupan yang dialami secara nyata, sehingga penulis secara psikologis akan lebih bijak memandang setiap persoalan yang dialaminya. Selain aspek kognitif dan psikomotorik yang meningkat, aspek afektif pun semakin baik. Guna menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi haruslah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
sesuai dengan urutan kejadian-kejadian yang ada dan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen. Menulis pengalaman pribadi dapat berupa cerpen yang dibuat menarik. Menulis cerpen sama artinya dengan menulis kreatif. Roekhan (1991: 1) menjelaskan bahwa menulis kreatif sastra pada dasarnya merupakan proses penciptaan karya sastra. Proses itu dimulai dari munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut (bisaanya dengan cara dicatat), mematangkan ide agar jelas dan utuh, membahasakan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak penulis), dan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra. Jadi menulis kreatif sastra adalah suatu proses yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan baik puisi maupun prosa. Melalui karya sastra sesorang dapat mengembangkan kreativitasnya yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan, kesan, imajinasi, dan bahasa yang dikuasai seseorang dan pikiran seseorang dalam bentuk karangan yang runtut dan logis dengan mentaati aturan penulisan serta unsur-unsur pembangun cerpen. Seperti pendapat Wain (2003: p.157-174, Hal. 2) bahwa “that the short story has its own logic and its own laws, and it is not trying to be something else and failing. Berpijak dari uraian diatas disimpulkan bahwa pengalaman pribadi adalah suatu peristiwa atau suatu kejadian yang telah dialaminya dimasa lalu dalam kehidupannya. Sejalan dengan hal di atas disimpulkan bahwa menulis pengalaman
pribadi
memiliki kebermanfaatan, yaitu
penulis
dapat
mengungkapkan pesan dan perasaannya terhadap pembaca ihwal pengalaman commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
pribadinya sesuai dengan apa yang dialami oleh penulis tersebut dengan berbagai topik yang menarik. g. Cara Mengukur Kemampuan Menulis Cerpen Penilaian pembelajaran menulis cerpen bertolak dari pengalaman pribadi dipusatkan pada menulis karangan yang gagasan awalnya dari pengalaman pribadi siswa. Jenis tulisan yang ditulis siswa ditentukan guru yaitu tulisan jenis fiksi berwujud cerpen. Siswa diberi kebebasan guru untuk menentukan tema. Siswa disuruh menulis karangan dengan beberapa judul yang dipilihnya sesuai dengan pengalamannya. Minat siswa untuk menceritakan pengalaman siswa yang satu dengan yang lain kemungkinan besar berbeda judul. Siswa diberi kebebasan menentukan judul sepanjang mencerminkan tema yang dimaksud. Penyediaan tema yang bebas memberi kesempatan siswa untuk memilih tema yang menarik dan sekiranya dikuasi siswa. Tema dikembangkan menjadi cerpen yang menarik. Hal
itu
akan
menimbulkan kesulitan tersendiri dalam menentukan
kriteria penilaian. Hasil penilaianpun terlalu subjektif. Untuk mengatasi hal tersebut, guru dapat menciptakan alat evaluasi..yang tepat. Dalam pelaksanaan eva luasi pembelajaran, guru dapat melihat seberapa jauh tingkat keberhasilan pengajaran serta kemampuan perkembangan anak didiknya. .....
.
Kegiatan menulis sebagai kegiatan berbahasa aktif produktif sangat
berpotensi untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik. Implikasinya, tes menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk memilih dan menghasilkan bahasa saja melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan, pikiran maupun perasaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
dengan menggunakan bahasa tulis secara tepat. Ketepatan dalam penulisan cerpen berarti pengungkapan gagasan dalam bentuk tulisan fiktif naratif dengan memperhatikan unsur-unsurnya. Dengan demikian, gagasan dan bahasa merupakan dua masalah pokok yang harus diperhatikan dalam menulis cerpen. Kegiatan penilaian, khususnya penilaian hasil belajar siswa, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aktivitas pengajaran secara keseluruhan. Begitu pula dalam pembelajaran kemampuan menulis cerpen, penilaian juga menjadi bagian dari proses pengajaran tersebut. Penilaian dalam pembelajaran menulis hendaknya bersifat menyeluruh baik unsur linguistik maupun ekstralinguistik. Selain hal di atas, penilaian kemampuan menulis cerpen dapat dilihat dari beberapa unsur yaitu: kualitas isi, organisasi iasi, diksi atau pilihan kata, dan ejaan. Bobot skor masing-masing unsur tidak bersifat mutlak. Setiap guru dapat menentukan bobot yang paling sesuai untuk masing-masing unsur dengan perrtimbangan skor akhir maksimum keseluruhan berjumlah seratus. Seperti halnya tes kemampuan berbahasa yang lain, lebih lanjut, Burhan Nurgiyantoro (2001: 282) mengemukakan enam tingkatan tes kemampuan menulis, yaitu: 1) Tes kamampuan menulis cerpen tingkat ingatan. Tes kemampuan tingkat ingatan ini lebih bersifat teoretis. Tes yang diberikan lebih berhubungan dengan teori menulis cerpen serta pengetahuan seputar menulis cerpen. Tes ini dimaksudkan untuk mengungkap ingatan siswa. berikut adalah contoh tes kemampuan menulis cerpen tingkat ingatan: “Sebutkan unsur-unsur yang harus ada dalam penulisan cerpen! 2) Tes kemampuan menulis cerpen tingkat pemahaman. Tes menulis tingkat yang kedua ini masih bersifat teoretis tetapi lebih dari sekedar mengingat teori. Tes ini menuntut pemahaman siswa terhadap seperangkat teori. Berikut adalah contoh tes kemampuan menulis tingkat pemahaman: “Jelaskan apa yang dimaksud dengan konflik dalam penulisan cerpen!” 3) Tes kemampuan menulis cerpen tingkat penerapan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tes kemampuan menulis ini telah menuntut siswa untuk benar-benar produktif dalam artian menghasilkan atau menulis cerpen. Berikut adalah contoh tes kemampuan menulis cerpen tingkat penerapan tersebut: “Tulislah sebuah cerpen berdasarkan salah satu tema berikut ini! 4) Tes kemampuan menulis cerpen tingkat analisis, sistesis, dan evaluasi. Tes kemampuan menulis ini juga menghendaki siswa untuk menghasilkan tulisan berupa cerpen dengan penekanan yang berbeda. Hasil karangan yang mencerminkan proses berpikir dan berkadar ilmiah berisi ketiga tingkatan kognitif tersebut. Tes jenis ini dapat diberikan pada siswa misalnya dengan memberikan tugas pada siswa untuk membaca suatu wacana kemudian dengan tema yang sama seperti pada wacana tersebut, siswa diminta untuk menulis cerpen. Setelah itu, siswa diminta untuk menyunting cerpen yang telah ditulisnya berdasarkan gagasan serta bahasa yang digunakan kemudian menuliskan kembali cerpen tersebut. Penilaian terhadap kemampuan menulis cerpen sebagaimana penilaian terhadap karangan bebas yang dikemukakan Burhan Nurgiyantoro (2001: 279) memiliki kelamahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Bagaimanapun juga, unsur subjektivitas penilaian mempengaruhi penilaian yang dilakukan. Terlebih jika penilaian dilakukan secara holistis, impresif, dan selintas. Penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh secara selintas. Oleh karena itu, agar penilaian dapat dilakukan secara objektif untuk keperluan pembelajaran di sekolah, penilaian kemampuan menulis cerpen perlu dilakukan secara analitis. Penilaian dengan pendekatan ini merinci karangan ke dalam aspek-aspek atau kategori tertentu. Model penilaian pada sebuah sastra, khususnya cerpen memang sangat sulit karena sastra pada umumnya bersifat relatif. Nurgiyantoro (2001: 304) menyatakan bahwa penilaian terhadap karangan bebas dan karangan sastra, seperti cerpen mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya kadar objektivitas. Untuk menghindari ada unsur-unsur subjektif dalam menilai sebuah cerpen, perlu commit penilaian to user yang telah ditetapkan dapat ditetapkan kriteria penilaian. Kriteria
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
menekan adanya unsur-unsur subjektif dalam penilaian. Penilaian yang digunakan untuk menilai cerpen yang ditulis oleh siswa adalah penilaian hasil kerja (produk). Penilaian hasil kerja (produk) merupakan penilaian dalam mengontrol proses dan memanfaatkan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja praktik atau kualitas estetis sesuatu yang mereka produksi, seperti menulis cerpen, puisi, dan menulis naskah drama. Berikut adalah salah satu model penilaian menulis cerpen dan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penilaian cerpen yang diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro (Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia dan teori menulis cerpen Jakob Sumardjo), seperti tampak pada tabel berikut. Tabel 1. Kriteria Penilaian Menulis Cerpen Siswa No
Unsur yang dinilai
Skor maksimum
Skor siswa
1
Kualitas isi
40
….
2
Organisasi isi
30
….
4
Diksi/pilihan kata
20
….
5
Ejaan dan tanda baca
10
….
Jumlah
100
….
Sementara itu, dalam buku Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Teori Menulis Cerpen Jacob Sumardjo, dijelaskan bahwa skala penilaian kemampuan menulis cerpen dalam melakukan penyekoran,dapat dilihat pada tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Tabel 2. Skala Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen No.
Dimensi
Skala
1.
Kualitas Isi
37-40
33-36
29-32
25-28
Organisa si Isi
27-30
23-26
19-22
Kriteria
Penjelasan Skor Ide cerita memberikan gambaran sesuatu yang tajam, Sangat-Baik menunjukkan kesatuan /Sempurna bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, cerita hidup Ide cerita memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan kesatuan Baik bentuk yang utuh, alur mengalir, latar rinci, tetapi cerita kurang hidup Ide cerita memberikan gambaran sesuatu yang tajam, menunjukkan kesatuan Cukup bentuk yang utuh, alur mengalir, latar kurang rinci, cerita kurang hidup. Ide cerita memberikan gambaran sesuatu hal, tetapi tidak tajam, tidak Kurang menunjukkan kesatuan bentuk yang utuh, alur tidak mengalir, latar kurang rinci, dan cerita kurang hidup Tulisan cerpen mengandung kerangka alur yang lengkap, Sangat yaitu tahap pengenalan, Baiktimbulnya konflik, klimaks, Sempuran dan tahap akhir cerita, memiliki kohesi dan koherensi yang baik. Tulisan cerpen memiliki kerangka alur kurnag lengkap, hanya ada tahap Baik pengenalan dan konflik, tetapi tetap memiliki kohesi dan koherensi yang baik. Tulisan cerpen langsung memunculkan konflik, tetapi, Cukup masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
3.
Diksi/ Pilihan Kata
17-20
13-16
9-12
5-8
4.
Ejaan
8-10
Tulisan menggunakan diksi dengan tepat, variatif, mampu membuat cerita menjadi hidup, gamblang, dan menarik. Tulisan menggunakan diksi dengan tepat, variatif, tetapi Baik membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik. Tulisan menggunakan diksi yang kurang tepat, variatif, Cukup membuat cerita kurang hidup, kurang gamblang, dan kurang menarik. Tulisan menggunakan diksi yang tidak tepat, cerita tidak Kurang hidup, tidak gamblang, dan tidak menarik. Penggunaan ejaan dalam tulisan sesuai dengan aturan Sangat Baik yang telah ditentukan. Sangat BaikSempurna
5-7
Baik
2-4
Cukup
Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Jumlah Total
....
Adapun, penghitungan penilaian /skor kemampuan menulis cerpen dapat dilihat sebagai berikut.
Nilai
skor bobot
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
3. Metode Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-Laba) a. Hakikat Metode Pembelajaran .........Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam pendidikan adalah interaksi belajar mengajar di kelas. Menurut Roestiyah (2001: 35) interaksi belajar mengajar didefinisikan sebagai “interaksi yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan“. Interaksi dalam proses belajar mengajar berlangsung secara edukatif, artinya interaksi tersebut berlangsung dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yaitu membantu siswa untuk mengembangkan potensi sesuai dengan cita-citanya serta bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan negara. Apakah yang dimaksud dengan metode? Secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan pengajaran materi pelajaran kepada siswa. Metode adalah bagaiaman mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah ada disusun tercapai dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, inilah yang dimaksud denagn metode menurut Wina Sanjaya (2008: 126). Definisi lain tentang metode yang diungkapkan oleh Sumiati dan Asra (2007: xiii) menjelaskan bahwa cara mengajarnya itu sendiri saat terjadi proses pembelajaran. Metode pembelajaran merujuk kepada apa yang terjadi di sekolah sehubungan dengan proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Proses pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
menuntut kemampuan guru mengembangkan atau merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Metode mempunyai tiga kedudukan yaitu motivasi ekstrinsik sebagai alat pembangkit motivasi belajar, strategi pengajaran dalam menyiasati perbedaan individual anak didik, dan metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode dapat meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan. Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Iskandarwassid dan Dadang Sunendar (2009: 56) mendefinisikan, metode adalah cara yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode lebih bersifat prosedural dan sistematik karena tujuannya untuk mempermudah pengerjaan suatu pekerjaan. Berpijak dari uraian di atas dapat disintesiskan bahwa metode adalah cara melakukan kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. b. Hakikat Concept Map (Peta Konsep ) Konsep dapat didefinisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah definisi yang dikemukakan Arends (dalam Trianto, 2009: 158) bahwa konsep merupakan atribut-atribut kritis (penentu) dan atribut-atribut nonkritis yang ada di setiap contoh konsep yang dimaksud dan membedakannya dengan semua konsep-konsep lainnya. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Tidak ada satu pun definisi yang dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
mengungkapkan arti yang kaya dari konsep atau berbagai macam konsep-konsep yang diperoleh para siswa. Menurut Gul dan Boman. (2006) bahwa: “Concept maps are considered a powerful metacognitive tool that can facilitate the acquisition of knowledge through meaningful learning. Hence concept mapping can be used to promote and evaluate critical thinking.” Peta Konsep pada dasarnya merupakan perangkuman materi dalam bentuk penggambaran konsep-konsep beserta keterkaitanya antar konsep. Peta konsep mempunyai fungsi sama dengan frame yakni untuk menyajikan sebuah gambaran besar dari beberapa kompetensi dasar yang dipetakan ke konsep-konsep. Perbedaan antara Frame dengan peta konsep terletak pada, kalau frame adalah materi dari kompetensi dasar yang disusun dalam bentuk matrik-matrik dengan sel-selnya, sedangkan kalau peta konsep materi yang diambil dari kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran yang akan diajarkan disusun dan dibentuk fokus pada konsep- konsep beserta saling keterkaitannya antar konsep. Mary (2010) menerangkan tentang konsep, sebagai berikut: “A concept is a perceived regularity in events or objects, or records of events or objects, designated by a label. Concept maps are graphical tools for organising and representing knowledge in networks of concepts and linking statements about a problem or subject (Novak & Canas). Concept maps include concepts, usually enclosed in circles or boxes of some type and relationships between concepts or propositions, indicated by a connecting line and linking words between concepts.” Sesuai dengan cara kerja otak manusia konsep dipergunakan untuk mempermudah menyimpan informasi. Kenyataannya otak manusia tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan dalam sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas seperti cabang pohon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Konsep dapat didefinisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah definisi yang dikemukakan Carvol yang dikutip Kardi melalui Trianto (2009: 158) yang mendefinisikan bahwa konsep merupakan suatu akstraksi dari serangkaian pengalaman yang merupakan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain. Oleh karena itu, konsep-konsep tersebut merupakan penyajian internal dari sekelompok stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat diamati, dan harus disimpulkan dari perilaku. Dahar menyatakan bahwa konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar aturan-aturan dan akhirnya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian konsep itu sangat penting bagi manusia dalam berpikir dan belajar. Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep (Trianto, 2009: 158). Sejalan
dengan
itu,
Dahar
(dalam
Nono
Sutarno,
2006:
8.6),
mengungkapkan bahwa konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas obyek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang memiliki atribut yang sama. Sedangkan peta konsep merupakan cara yang dinamik untuk menangkap butirbutir pokok informasi dalam bentuk proposisi-proposisi melalui proses belajar alamiah dan berpikir. Peta konsep adalah diagram yang dibentuk atau disusun untuk menunjukkan pemahaman seseorang tentang suatu konsep atau gagasan yang mempunyai struktur berjenjang dari yang bersifat umum menuju yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
bersifat khusus dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang sesuai. Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajarai hal-hal yang lebih kompleks. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsepkonsep dalam bentuk konsep yang dihubungkan oleh kata-kata suatu unit semantik.
.
Martin (dalam Trianto 2009: 157) mendefiniskan bahwa pemetaan konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkrit untuk membantu pengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Dijelaskan pula bahwa peta konsep adalah ilustrasi grafis konkrit yang mengidentifikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsepkonsep lain pada kategori yang sama. Senada dengan hal di atas diungkapkan pula oleh Tsai, Lin & Yuan (2001: 73): “A concept map is based on the principle that meaningful learning occurs when learners construct their knowledge hierarchically and explore the possible linkages between concepts (Novak & Gowin, 1984). Concept maps present the hierarchical structure of students‟ ideas with an emphasis on the relations between concepts.” Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan
juga
menghubungkan
antara
konsep-konsep
itu.
Dalam
menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif. Pemetaan konsep merupakan suatu alternatif selain outlining dan dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining dalam mempelajarai hal-hal yang lebih kompleks. Peta konsep commit toyang user bermakna antara konsep-konsep digunakan untuk menyatakan hubungan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
dalam bentuk konsep yang dihubungkan oleh kata-kata suatu unit semantik (Novak dalam Dahar, 1998: 150). George Posner dan Alan Rudnitsy yang dikutip Nur (melalui Trianto, 2009: 159) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antara tempat. Peta
konsep
bukan
hanya
menggambarkan
konsep-konsep
itu.
Dalam
menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integeratif. Diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami,sedangkan penyesuaian intergratif adalah suatu prinsip pengintegrasian informasi baru dengan informasi lama yang telah dipelajari sebelumnya. Oleh karena itu, belajar bermakna lebih dikaitkan dengan konsep yang inklusif. Nofak dan Gowin (dalam Lin & Yuan, 2001: 73) mengungkapkan: “Concept mapping is not only a learning or metacognitive tool but can be also used as an evaluation tool.” ........Membuat peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan ide-ide tersebut dalam pola logis. Kadang-kadang peta konsep itu menfokus pada hubungan sebab-akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (dalam Trianto, 2010: 158) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut: 1) Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan komposisi suatu bidang studi.dengan membuat sendiri peta konsep siswa „melihat‟ bidang studi lebih kelas dan mempelajari bidang studi itu bermakna. 2) Suatu peta konsep merrupakan suartu gambar dua dimensi dari suatu bidang commit atau suatu bagian dari bidang studi. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
3) Cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep, tidak sama konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep lain. 4) Hirarki. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep yang lebih konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hierarki pada peta konsep tesebut. Concept map (peta konsep) dapat menunjukkan secara visual berbagai jalan yang dapat ditempuh dalam menghubungkan pengertian konsep didalam permasalahannya. Peta konsep yang dibuat murid dapat membantu guru untuk mengetahui misalnya konsepsi yang dimiliki siswa dan dapat memperkuat pemahaman konseptual guru sendiri dan disiplin ilmunya. Selain itu peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informsi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi. Menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007 : 174) pembelajaran peta konsep meminta siswa membuat suatu gambar atau diagram tentang konsep-konsep utama yang saling berhubungan, yang ditandai atau dihubungkan dengan garis panah, dan disetiap garis panah ditulis level yang membunyikan bentuk hubungan antar konsep-konsep utama itu Berdasar pendapat di atas, diketahui bahwa concept map (peta konsep) merupakan bentuk konkrit pengelompokan atau perangkaian suatu topik dengan ide-ide utama apa yang akan dimasukkan dalam pengajaran. Peta konsep membantu guru dan siswa memahami macam-macam konsep yang ditanamkan dalam topik yang lebih besar yang diajarkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
c. Jenis Metode Concept Map (Peta Konsep) Ada berbagai metode spider concept map, seperti halnya dikatakan Nur (dalam Trianto, 2007: 161-164) yang menyebutkan bahwa ada beberapa jenis peta konsep, antara lain: 1. Pohon jaringan (network tree) Peta konsep ini memerihhalkan seseuatu urutan kejadian, langkahlangkah.dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Pertama pohon jaringan (network tree), yaitu ide pokok dibuat dalam persegi empat,.sedangkan kata-kata yang lian dituliskan dalam garis-garis penghubung. Periksalah daftar dari umum kehusus. Ide-ide atau konsepkonsep dalam suatu susunan dari umum kekhusus. 2. Rantai Kejadian (event chain) Kedua, peta kejadiaan dapat digunakan untuk memberiksa suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam proses. Rantai kejadian cocok digunakan untuk memerikan tahap-tahap suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur linier dan an urutan suatu kejadian. 3. Peta Konsep Siklus (cycle concept map) Dalam peta konsep siklus, rangkaian kejadian tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Peta konsep siklus sesuai diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkaian kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok rantaian. Contohnya hubungan siratan makanan. 4. Peta Konsep Laba-laba (Spider Concept Map) Peta konsep laba-laba digunakan untuk menggambarkan pendapat yang banyak dan berbagai. Dalam peta konsep ini, terdiri dari utama untuk menyambungkan ide-ide sampingan yang lain. Trianto (2009: 163) menjelaskan, peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak dari ide-ide ini berkaitan dengan ide sentral itu, namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal berikut: (a) tidak menurut hierarki, (b) kategori yang tidak pararel, dan (c) hasil curah pendapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
d. Tujuan Pembelajaran dengan Concept Map (Peta Konsep) Setiap metode dirancang selalu ada tujuan untuk setiap pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007: 175), bahwa metode peta konsep ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan kemampuan menggambarkan kesimpulan-kesimpulan yang masuk akal; (2) mengembangkan kemampuan mensintesis dan mengintegrasikan informasi atau ide menjadi satu; (2) mengembangkan kemampuan berpikir secara holistik untuk melihat keseluruhan dan bagian-bagian; (3) mengembangkan kecakapana, strategi dan kebiasaan belajar; (4) belajar konsep-konsep dan teoriteori mata pelajaran/kuliah; (5) belajar memahami perspektif dan nilai tentang mata pelajaran/kuliah; (6) mengembangkan satu keterbukaan terhadap ide baru; (7) mengembangkan kepastian untuk memikirkan kemandirian. e. Kelebihan Metode Concept Map (Peta Konsep) .........Concept Map (peta kosep) memberikan sejumlah keuntungan menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Aekar Ayu Aryani (2007: 21) antara lain, (1) peta konsep, sesuai dengan gambarnya, memberikan visualisasi konsep utama dan pendukung yang telah terstruktur dan dalam otak siswa ke dalam kertas yang dilihat secara empiris.. (2) gambar konsep-konsep menunjukkan bentuk hubungan antara satu dengan yang lain, dan (3) peta konsep memberikan bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep lain, baik utama maupun pendukung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
f. Manfaat Concep Map (Peta Konsep) dalam Pembelajaran Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat, yaitu dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan/informasi & ldquo; baru & rdquo; dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa. Selain itu concept map (peta konsep) juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman konseptual seseorang. ........Dengan mengacu pada peta konsep maka guru dapat membuat suatu program pengajaran yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan daya serap siswa berdasarkan menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat membuat siswa akan lebih kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.
g. Metode Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-laba) ........Metode spider concept map (peta konsep laba-laba) merupakan metode merupakan suatu metode pembelajaran yang direkomendasikan oleh
David
Ausubel. David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel, bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna adalah suatu proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
pembelajaran di mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. .........Pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu, subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap olehnya. Dengan demikian, faktor intelektualemosional siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Spider concept map berbentuk lebih sederhana, ide atau topik sentral diletakkan di pusat atu ditengah ide-ide tersebut akan menunjang topik sentral jika dirangkaikan. Ide penunjang topik sentral itu dapat berupa ciri-ciri, struktur, warna, unsur, dan suasana yang merupakan bagian dari topik utama. Semua hal ditulis dengan detail, singkat, dan jelas dengan pemerian kata-kata yang mengandung unsur pembangun cerpen. Berikut gambar metode spider concept map.
commit to user Gambar 1. Spider Concept Map (Trianto, 2010: 164)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa penggunaan metode spider concept map dalam pembelajaran dan mengorganisasikan pikirannya tentang suatu tema sentral, mencari dan menghubungkan dengan ide-ide atau unsur-unsur yang mendukung dan mencari dari tiap ide tersebut sebelum dirangkai menjadi sebuah cerpen yang baik. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat pelajar. Menurut Ausubel, seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam sekema yang telah ia punya. Dalam proses itu seseorang dapat memperkembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Dalam proses belajar ini siswa mengonstruksi apa yang ia pelajari sendiri. Teori Belajar bermakna Ausuble ini sangat dekat dengan Konstruktivisme. Keduanya menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai siswa. Keduanya mengandaikan bahwa dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
proses belajar itu siswa aktif. Manfaat metode spider concept map bahwa peta konsep ini dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahuai konseptual seseorang. Sedangkan dalam pembelajaran menulis, yakni dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi berrmakna karena pengetahuan/informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa (Hudjono et. al dalam Trianto, 2010: 164). Oleh karena itu, pada peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman kponseptual siswa. Mengacu pada peta konsep ini, maka guru dapat membuat suatu program pengajaran menulis cerpen yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan daya serap siswa berdasarkan menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat membuat siswa lebih kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah mengidentifikasikan konsep-konsep yang telah dialmainya atau dipelajarinya. Bertolak dari uraian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode spider concept map terjadi apabila siswa boleh menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. dengan metode spider concept map ini sesuai dengan prinsip belajar yakni bahwa otak manusia sering mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, bentuk, dan perasaan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
dari menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menggunakan metode peta konsep. Siswa diminta
untuk menemukan suatu tema dengan
mengingat kembali pengalaman pribadinya. Siswa dituntut untuk aktif mengungkapkan semua unsur berdasarkan pengalamannya. Setelah itu barulah membuat spider concept map dan mengembangkan konsep tersebut menjadi sebuah cerpen yang baik dan sesuai dengan pengalamannya.
1) Langkah-langkah Metode Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-laba) Metode spider concept map (peta konsep laba-laba) merupakan pembelajaran yang diimplementasikan dengan menggunakan pengetahuan awal serta berorientasi pada tujuan pembelajaran menulis sebuah karangan fiksi yakni menulis cerpen. Untuk membuat Spider concept map, siswa dilatih menyusun ide-ide atau unsur-unsur cerpen yang terjadi pada pengalaman pribadi mereka kemudian dibuat dalam suatu pola logis sesuai dengan pengalamannya. Trianto (2009: 159) berpendapat bahwa pembuatan peta konsep sama dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ideide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Seperti pendapat George Posner dan Alan Rudnitsky, melalui Nur (2000) yang dikutip oleh Trianto (2009: 159) mengungkapkan “bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat”. ..........Guna
membuat
........ suatu peta konsep, commit to user
siswa
dilatih
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
mengidentifikasikan ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Arend (melalui Trianto 2009: 160), memberikan langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut. Tabel 3. Langkah-langkah dalam Membuat Spider Concept Map Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Langkah 4
Mengidentifikasi kan ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama. Tempatkan ide-ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut. Kelompokan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Lebih lanjut Hisyam Zaini, Bermawi Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007: 174) menjabarkan langkah-langkah metode spider concept map sebagai berikut. (a) Pilih salah satu topik atau teks sebagai bahan evaluasi atau assesmen. (b) Meminta siswa untuk melakukan brainstorming (curah gagasan). (c) Meminta siswa membuat spider concept map, yakni satu gambar yang saling berhubungan antar konsep. (d) Siswa diminta untuk menuliskan konsep-konsep utama secara terpisah. (e) Pastikan siswa membuat garis-garis penghubung antar konsep. (f) Siswa menuliskan menentukan konsep-konsep yang relevan. (g) Sebelum mengakhiri tugas, siswa diminta menulis satu kata atau level di atas garis penghubung. (h) Mengurutkan konsep yang inklusif ke yang kurang inklusif, yakni mengurutkan sesuai dengan kejadian yang telah dialami, dilihat, atau didengar. (i) Setelah siswa mengerjakan tugas, guru mengumpulkan dan siap melakukan koreksi atau evaluasi dengan kriteria yang sudah dibuat. (j) Setelah dikoreksi, guru mengembalikannya kepada siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
2) Penerapan Metode Spider Concept Map (Peta Konsep Laba-laba) dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan dasar yang menunjang keberhasilan seseorang disemua jenjang pendidikan. Dalam menulis yang baik, dituntut beberapa hal yang menyangkut isi tulisan, aspekaspek kebahasaan, dan pemahaman seseorang dalam menuliskan lambang atau grafik yang menggambarkan suatu bahasa. Selain itu, dalam menulis diperlukan kemampuan menggunakan ejaan, diksi atau pilihan kata, dan kemampuan merangkai kalimat secara tepat sehingga menjadi sebuah tulisan yang baik.
...
Cerpen memuat penceritaan yang memusat kepada satu peristiwa pokok. Kemampuan menulis cerpen, merupakan salah satu sarana pengembangan yang digunakan dalam kemampuan menulis siswa sekaligus sebagai pengisi waktu luang yang bermanfaat. Selain itu, kegiatan ini juga dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan ide atau gagasannya, sehingga siswa memiliki kemampuan menulis cerpen dengan baik. Oleh karen itu digunakan metode pembelajaran yang akan membuat mahasiswa aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. metode pembelajaran yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran spider concept map (peta konsep laba-laba). Pembelajaran dikondisikan untuk memberi ruang gerak, kebebasan, kepada siswa untuk lebih banyak bereksperimen dengan pemikiran mereka serta mengeksplorasikannya dalam bentuk pengalaman-pengalaman yang dapat dikemukakannya dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
bentuk menulis cerpen.
..
Metode spider concept map menempatkan siswa di dalam konteks. Metode spider concept map adalah cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya (Agus Suprijono, 2010: 106)..Langkah penerapan pengguanan spider concept map (peta konsep laba-laba) sesuai dengan yang diperkenalkan oleh Hisyam Zaini, Bermawi Munthe, dan Sekar Ayu Aryani (2007: 174), dalam kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi adalah sebagai berikut.
(a) Pilih salah satu topik atau teks sebagai bahan evaluasi atau assesmen (berupa contoh cerpen). (b)Meminta siswa untuk melakukan brainstorming (curah gagasan) tentang contoh cerpen tersebut. (c) Meminta siswa membuat spider concept map, yakni satu gambar yang saling berhubungan antar unsur –unsur cerpen. (d)Siswa diminta untuk menuliskan konsep-konsep utama (unsur-unsur cerpen) secara terpisah. (e) Pastikan siswa membuat garis-garis penghubung antar konsep (f) Selanjutnya, siswa menulis satu kata atau level di atas garis penghubung. (g)Siswa menuliskan/ menentukan konsep-konsep yang relevan, berupa unsur-unsur pembangun cerpen. (h)Mengurutkan konsep yang inklusif ke yang kurang inklusif, yakni mengurutkan sesuai dengan kejadian mengenai pengalaman pribadinya. (i) Setelah siswa mengerjakan tugas, guru mengumpulkan dan siap melakukan koreksi atau evaluasi dengan kriteria yang sudah dibuat. Setelah dikoreksi, guru mengembalikannya kepada siswa. Melalui metode spider concept map di atas, diharapkan siswa mampu menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan runtut dan mudah dalam menuangkan gagasan, ide, dan pengalaman-pengalaman pribadinya melalui spider concept map sehingga tercipta sebuah kreativitas dalam bentuk cerpen yang menarik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
B. Penelitian yang Relevan Penelitian ini berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concept Map pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul. Penelitian ini tidak terlepas dari adanya penelitian sebelumnya. Penelitian yang dipandang mempunyai relevansi dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh Farikoh (2003), dan Kusworosari (2007). Farikoh (2003) melakukan penelitian tentang peningkatan menulis cerpen dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen dengan Metode Karya Wisata pada siswa Kelas I3 MA Mahadut Thalabah Babakan Lebaksiu Tegal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan dengan metode karya wisata. Peningkatan ini dapat terlihat pada daya serap siswa sebelum ada tindakan yaitu 58,66% kemudian meningkat 10,22% setelah ada siklus I menjadi 69,38%, pada siklus II meningkat 7,25% menjadi 76,63%. Kusworosari (2007) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Menulis cerpen dengan Pengalaman Pribadi sebagai Basis Melalui pendekatan Kemampuan Proses pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang mengalami peningkatan. Hasil analisis dari data siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes pada siklus I diperoleh hasil rata-rata kelas sebesar 62,37. to user Pada siklus II diperoleh hasil commit rata-rata kelas 73,65. Hal ini menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
peningkatan dari siklus I dan siklus II. Perilaku siswa kelas X-1 SMA Negeri 5 Semarang dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen mengalami perubahan dari perilaku negatif menjadi perilaku positif. Singwer dan Donlan (1982) dalam penelitiannya yang berjudul “Sctive Comprehension: Problem Schema with Question Generation for Comprehension of Complex Short Stories” menyampaikan sebuah skema pemecahan masalah unutk memahami cerita pendek dimunculkan dengan pembuatan pertanyaan skema umum untuk setiap elemen cerita. Dengan menggunakan tes kriteriareferensi yang diujikan pada semua kelompok, menghasilkan bukti yang mneytakan: !)instruksi dapat membantu perkembangan siswa dalam proses membaca dari tesks, dan 2) struktur tata bahasa cerita diprioritasskan untuk memperoleh kembali informassi dari cerita pendek yang kompleks. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Murat Hişmanoğlu yang berjudul “Teaching English Through Literature”yang menekankan menekankan penggunaan sastra sebagai suatu teknik populer untuk mengajar baik dasar keterampilan bahasa (yaitu membaca, menulis, mendengar dan berbicara) dan daerah bahasa (yaitu kosakata, tata bahasa dan pengucapan). Alasan untuk menggunakan teks-teks sastra di kelas dan kriteria utama untuk memilih teks-teks sastra yang sesuai dalam kelas siswa sehingga membuat siswa
akrab dengan
sastra dan pe,mbelajaran sastra di kelas tidak menjemukan. Berdasarkan penelitian di atas, diketahui bahwa penelitian tentang menulis cerpen sudah mulai banyak dilakukan meski masih terbatas, dari penelitian tentang menulis cerpen di atas menunjukkan adanya peningkatan. masing-masing commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
penelitian menggunakan metode yang berbeda-beda menghasilkan peningkatan yang berbeda-beda pula. Perbedaan keempat penelitian di atas dengan penelitian ini adalah bahwasanya penelitian ini dilakukan terhadap peningkatan menulis cerpen melalui metode spider concept map, sedangkan dalam peneltian Farikhoh menggunakan meode karya wisata, dan peneltian Kuwosari menggunakan pendekatan Kemampuan Proses. Sementra itu, Singer dan Donlan menggunakan problem solving guna mengaktifkan siswa dalam pemahaman karya satra yakni cerpen. Di lain pihak, penelitian Murat Hişmanoğlu tentang cerpen adalah menekankan penggunaan sastra sebagai suatu teknik populer untuk mengajar. Khusunya menulis cerpen. Tetapi upaya peningkatan menulis cerpen masih perlu di kembangkan dan dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara peningkatan kemampuan menulis yang dipilih oleh penulis adalah peningkatan kemampuan menulis cerpen melalui penggunaan metode spider concept map‟
C. Kerangka Berpikir Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna dan pemahaman terhadap suatu obyek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan belajar mengajar merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi, dan tanggung jawab pada sisiwa untuk selalau menerapkan seluruh potensi diri dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat. Salah satunya adalah melalui pembelajaran menulis. Pada dasarnya, pembelajaran menulis mempunyai tujuan supaya siswa memiliki kemampuan, pengalaman, dan memanfaatkan kemampuan menulis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
dalam berbagai keperluan. Kemampuan menulis cerpen bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Kenyataan yang ada dalam pembelajaran menulis cerpen belum memenuhi tujuan yang akan dicapai. Pada umumnya siswa belum mampu menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan perasaannya dengan baik dalam sebuah karya sastra khususnya cerpen. Di sisi lain guru harus dapat mengantarkan siswa menguasai berbagai kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. Dalam penelitian ini kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa kompetensi khusunya menulis mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerpen. Namun demikian sebagian besar siswa menyatakan bahwa menulis cerpen merupakan suatu jenis kemampuan dalam bersastra yang cukup sulit untuk dipelajari dan dipahami. Hal ini berkaitan dengan sulitnya siswa dalam menciptakan ide atau gagasan dalam penulisan sebuah cerpen untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita....Dipengaruhi
juga
oleh
kurangnya
kemampuan
siswa
dalam
mengembangkan ide menjadi sebuah cerpen yang menarik. Selain itu juga dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi tentang menulis cerpen yang sering dianggap membosankan oleh siswa. Hal-hal tersebut di atas menyebabkan rendahnya kualitas proses pembelajaran menulis cerpen sehingga mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa menulis cerpen. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, peneliti berusaha mencari metode alternatif yang dapat digunakan untuk mengajarkan menulis cerpen di sekolah agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Metode spider concept map merupakan suatu cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Hal ini berkaitan dengan sulitnya siswa dalam menciptakan ide atau gagasan dalam penulisan sebuah cerpen untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita. Dipengaruhi juga oleh kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan ide menjadi sebuah cerpen yang menarik. Selain itu juga dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi tentang menulis cerpen yang sering dianggap membosankan oleh siswa. Berbagai hal tersebut di atas menyebabkan rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis, sehingga mempengaruhi rendahnya kemampuan siswa menulis cerpen. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, peneliti berusaha mencari metode alternatif yang dapat digunakan untuk mengajarkan menulis cerpen di sekolah agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Metode spider concept map merupakan suatu cara yang dipilih untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Berikut adalah gambaran singkat kerangka berpikir penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Kondisi awal pembelajaran menulis cerpen di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul
Kualitas proses pembelajaraan menulis cerpen rendah
Kemampuan menulis cerpen rendah
Penerapan metode Spider Concept Map
Siklus I
siklus I, II, dan seterusnya
Siklus II \ Siklus III
Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran dalam menulis cerpen
Kondisi akhir setelah tindakan terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penerapan Metode Spider Concept Map untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat di rumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Penerapan metode spider concept map diduga dapat meningkatkan kualitas poses pembelajaran siswa kelas IX E SMP Negeri I Pandak, Kabupaten Bantul. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
2. Penerapan metode spider concept map diduga dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IX E SMP Negeri I Pandak, Kabupaten Bantul dalam menulis cerpen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri I Pandak yang beralamat di dusun jalan Raya Srandakan 1 Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul, Provinsi Yogyakarta. Sekolah ini dipimpim oleh Kamidi,S.Pd.,M.M. Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas IX E. Alasan utama pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah karena pertama, alasan memilih SMP tersebut didasarkan pada pertimbangan 1) kurangnya penguasaan siswa pada keterampilan menulis cerpen, sehingga hasil out put kurang memuaskan yakni di bawah KKM, 2) peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah tersebut. Ketiga, karena sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah yang dengan terbuka mau menerima berbagai bentuk penelitian, karena dianggap dapat meningkatkan kualitas sekolah tersebut. 3) Komitmen kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut salah satunya dengan penelitian tindakan kelas memberikan keleluasaan bagi
peneliti
untuk
melaksanakan penelitian. Sementara itu, dipilihnya Kelas IX E sebagai objek penelitian karena di kelas tersebut terdapat permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis cerpen.
2. Waktu Penelitian
commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Penelitian ini berlangsung selama enam bulan, dimulai dari bulan Juni 2011 2011 sampai dengan November 2011. Berikut ini adalah rincian waktu dan jenis kegiatan dalam penelitian ini. Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No
1.
3.
6. 7. 8
waktu kegiatan Jun. Jul. Agu. Persiapn x x x survei awal sampai penyusunan proposal a.seminar x proposal penelitian b.perevisian x proposal penelitian c.penyiapan x x x instrumen dan alat, d.Pengurusan x izin penelitian Pelaksanaan tindakan Pengumpulan data Siklus I Siklus II Siklus III Analisis data Penyusunan draf laporan Revisi draf laporan
Bulan Sep.
Okt.
Nov.
x x x x x x x x x x X x x x X x x
B. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian yang bersifat reflektif. Kegiatan penelitian berangkat commit to user dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar-mengajar,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur (Sarwiji Suwandi dan Madyo Ekosusilo, 2007: 6). Penelitian tindakan (action search) merupakan penelitian yang berisi tindakan-tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas suatu system dan praktik-praktik yang terdapat dalam sistem tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa sebagaimana yang dikutip oleh Burn (1999: 30), menjelaskan bahwa penelitian tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data secara sistematik tentang praktik keseharian dan menganalisisnya untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang. Penelitian tindakan kelas ini bersifat kolaboratif, melibatkan mahasiswa sebagai peneliti dan guru sebagai kolaborator. Peran guru dan peneliti sejajar, artinya guru juga berperan sebagai peneliti selama penelitian itu berlangsung. Sementara itu, menurut Kemmis dan Mc Tanggart dalam Sarwiji Suwandi (2008: 14), penelitian tindakan adalah studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, tetapi dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. Reason & Bradbury (dalam Suwarsih Madya 2006:11) menyebutkan bahwa penelitian tindakan adalah proses partisipatori, demokratis yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan praktis untuk mencapai tujuan-tujuan mulia manusia, berlandaskan pandangan dunia partisipatori yang muncul pada momentum historis sekarang ini. Ia berusaha memadukan tindakan dengan refleksi, teori dengan praktik, dengan menyertakan pihak-pihak lain, untuk menemukan solusi praktis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
terhadap persoalan-persoalan yang menyesatkan, dan lebih umum lagi demi pengembangan individu-individu bersama komunitasnya. Berdasarkan definisi dan tujuan, penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pandak Bantul dengan memberikan tindakan-tindakan melalui metode spider concept map. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research yang biasa disingkat CAR atau lebih dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran secara bersiklus. Dalam setiap siklus memiliki empat langkah yang membentuk spiral yaitu: (1) tahap perncanaan (planning), (2) tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap observasi (Observing), dan (4) tahap refleksi (reflecting). Kempat langkah tersebut dapat divisualkan sebagai berikut: planning
acting
reflecting
observing
Gb 3. Siklus Penelitian Tindakan (Mc Niff dalam Sarwiji Suwandi dan Madyo Ekosusilo, 2007: 14)
Keterangan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
1. Planning (perencanaan): sebelum melakukan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh sebagai berikut. a. Membuat skenario pembelajaran b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas c. Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan d. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan. 2. Acting (tindakan): jika semua tindakan persiapan telah selesai, skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan ini merupakan tindakan pokok dalam penelitian ini. 3. Observing (pengamatan): segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. 4. Reflecting (refleksi): pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Keempat langkah tersebut membentuk siklus yang dilakukan berulangulang sesuai dengan tingkat kebutuhan dalam penelitian. Siklus akan berakhir jika penelitian telah berhasil memecahkan masalah penelitian sesuai dengan tujuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapaun dalam penelitian ini dilaksanakan melalui tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali tindakan, dan setiap tindakan 2 X 40 menit atau 2 jam pelajaran.
C. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX E SMP Negeri I Pandak, Kabupaten Bantul tahun 2011/2012. Jumlah siswa kelas tersebut adalah 30 siswa, 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan, serta guru mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah Drs. Supri Atmaja. Penelitian ini mengambil objek pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi.
D. Data dan Sumber Data Penelitian Ada beberapa sumber data yang dijadikan sebagai sasaran penggalian dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut meliputi: 1. Tempat dan Peristiwa Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Data yang dikumpulkan yaitu data tentang pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi sebelum dan sesudah menggunakan metode spider concept map di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul, baik sebelum tindakan (survei awal) maupun saat dikenai tindakan pada setiap siklusnya.
2.
Informan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
a. Guru pengampu mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Drs. Supri Atmaja. Data yang dikumpulkan yaitu data tentang pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan oleh guru di kelas IX E SMP Negeri I Pandak, Kabupaten Bantul, hambatan-hambatan yang dihadapi serta usaha-usaha yang ditempuh guru untuk mengatasi hambatanhambatan tersebut. b. Siswa kelas IX E SMP Negeri I Pandak, Kabupaten Bantul Data yang dikumpulkan yaitu, data mengenai proses pembelajaran menulis cerpen serta kesulitan yang ditemui siswa saat menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. 3. Dokumen Data yang dikumpulkan antara lain: rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, buku pelajaran, foto kegiatan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi, serta hasil tes berupa cerpen.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1. Teknik Nontes Burhan Nurgiantoro (2001 : 54) menyatakan teknik nontes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan si tester (testi, tercoba, Inggris; testee) tanpa dengan alat tes. Teknik nontes dipergunakan untuk mendapatkan data yang tidak secara tidak langsung, berkaitan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
dengan tingkah laku kognitif. Alat penilaian yang berupa teknik nontes dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu : pengamatan, wawancara, dan dokumen. a. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui peningkatan pembelajaran yang dicapai oleh guru maupun siswa. Teknik ini dilakukan sejak sebelum tindakan diberikan, saat tindakan diberikan hingga akhir tindakan. Dalam observasi ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi pembelajaran yang sedang berlangsung. Peneliti hanya mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru maupun siswa serta mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti mengambil pada siklus berikutnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, dalam observasi ini peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas secara leluasa. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas serta kemampuan untuk memancing keaktifan siswa dalam pembelajaran. Adapun observasi terhadap siswa difokuskan pada keaktifan serta minat siswa selama proses pembelajaran berlangsung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan yang ada. Hasil diskusi yang berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut kemudian dilaksanakan dalam siklus berikutnya. Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam mengelola kelas, memancing minat siswa dalam pembelajaran yang berlangsung serta kemampuannya untuk memanfaatkan media catatan harian. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan pada kemampuan menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi. b. Teknik in-dept interview (wawancara mendalam) Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen di dalam kelas, berbagai informasi mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis cerpen, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui metode mengajar menulis cerpen yang digunakan oleh guru dan untuk mengetahui bagaimana tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut, serta untuk mengetahui tingkat kemampuan menulis cerpen siswa.
c. Analisis Dokumen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Analisis dokumen dilakukan untuk mengetahui hasil tulisan siswa berupa cerpen. Hasil analisis dokumen tiap siklus dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tindakan yang efektif.. 2. Teknik Tes Burhan Nurgiantoro (2001: 58-59) menyatakan tes adalah suatu cara untuk melakukan penilaian yang berbentuk tugas yang harus dikerjakan siswa untuk mendapatkan data tentang nilai prestasi siswa yang dapat dibandingkan dengan yang dicapai kawan-kawannya atau nilai standar yang ditetapkan. Jadi tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Adapun tes dalam penelitian ini berupa tes individu, di mana siswa diberi tugas yang dikerjakan oleh masing-masing siswa yaitu menulis cerpen berrdasarkan pengalaman pribadi dengan metode spider concept map, dan pekerjaan masing-masing siswa dikoreksi oleh guru.
F. Uji Validitas Data Guna mendapatkan data-data yang valid, data yang diperoleh perlu diuji dengan menggunakan beberapa teknik sebagi berikut: 1. Triangulasi Sumber Data Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berbeda. Data yang bersumber pada peristiwa proses pembelajaran menulis cerpen diuji keabsahannya dengan dokumen-dokumen pendukung serta pernyataan-pernyataan informan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Dalam kaitannya dengan triangulasi sumber data, peneliti mengutamakan pengecekan informasi dari informan. Informasi yang diperoleh dari informan dicek silang dengan informan lain. Penerapan triangulasi ini misalnya untuk mengetahui kesulitan-kesulitan dalam menulis cerpen, siswa mengerjakan tes menulis cerpen, dan mengadakan pengamatan saat pembelajaran berlangsung. Peneliti mewawancari guru mengenai proses kegiatan belajar mengajar seharihari dan pandangan mereka terhadap strategi pembelajaran pendekatan kontekstual. 2. Triangulasi Metode Data yang diperoleh dari kegiatan observasi dicek kebenarannya melalui kegiatan wawancara. Trianggualsi metode dapat dikatakan sebagai teknik untuk menguji kebenaran dengan membandingkan data yang diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara. 3. Review informan. Review informan digunakan untuk mengetahui kevaliditasan hasil wawancara.
G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kritis dan komparatif. Teknik analisis kritis ini berkaitan dengan data kualiatatif. Sedangkan analisis komparatif berkaitan dengan data kuantitatif. Teknik Analisis kritis adalah analisis kritis yang berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkapkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dalam proses belajar mengajar berdasarakan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teori. Dalam hal ini menganalisa kemampuan siswa dalam menulis cerpen mencakup kemampuan siswa untuk menentukan ide atau gagasan yang dijadikan topik dalam penulisan cerpen, kemampuan siswa dalam mengembangkan ide, mengorganisasikan kalimat dan paragraf, memanfaatkan potensi kata, serta kemampuan siswa dalam menulis ejaan serta tanda baca yang tepat. Teknik statistik deskriptif komparatif
digunakan untuk data kuantitatif,
yakni membandingkan hasil antarsiklus. Hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Rerat nilai kemmapuan menulis cerpen berrdasarkan pengalaamn pribadi pada kondisi sebelum tindakan, setelah suklus I, setelah siklus II, dan setelah siklus III. Data yang berupa tes antarsiklus tersebut dibandingkan sehingga dapat mencapai batas ketercapaian yang telah ditetapkan dala indikator /keberhasilan.
H. Indikator Keberhasilan Penelitian Secara garis besar, indikator kinerja yang ingin dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yaitu paling sedikit 85% siswa memperoleh nilai 76 atau lebih sebagai batas tuntas mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya kemampuan mendeskripsikan suatu tempat sesuai dengan denah secara tertulis.
Tabel 5. Indikator Keberhasilan Tindakan untuk Kemampuan Menulis Cerpen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Aspek yang Diukur
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Presentase Target Capaian Siklus III
Indikator Keberhasilan
Ketuntasan Belajar (Hasil Pembelajaran menulis Cerpen)
Nilai Siswa Mencapai Standar Ketuntasan Minimal Rendah Tinggi ≥85% Untuk Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, Yaitu 76 Didasarkan Atas Aspek Penilaian Yang Meliputi: 1. Kualitas isi 2. Organisasi Isi. 3. diksi /pilihan kata 4. Ejaan (Nana Sudjana. ”Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, 2006: 62 )
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Prosedur penelitian ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan tindakan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Banyaknya siklus yang dilaksanakan adalah tiga, mengingat dalam penelitian tindakan, penerapan siklus minimal dua. Di samping itu, malihat situasi dan kondisi penerapan tiga siklus penelitian dipandang sudah cukup untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Berikut adalah bagan prosedur Penelitian Tindakan Kelas.
Permasalahan
Perencanaan Tindakan I commit to user
Pelaksanaan Tindakan I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
Permasalahan baru hasil refleksi
Refleksi I
Pengamatan/ Pengumpulan Data I
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Apabila permasalahan belum terselesaikan
Pengamatan/ Pengumpulan Data II
Dilanjutkan ke siklus berikutnya (Siklus III)
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2007: 74) Secara garis besar, penjelasan langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan (planning) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
Berdasar pada hasil identifikasi serta penetapan masalah dari kegiatan observasi survei awal serta wawancara, peneliti mengajukan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan penggunaan metode spider concept map siswa dalam pembelajaran menulis cerpen Pada tahap ini, guru menyusun skenario pembelajaran yang menerapkan penggunaan metode spider concept map. Peneliti menyiapkan perangkat yang diperlukan selama pembelajaran berlangsung, seperti kertas folio dan bolpen, serta perangkat yang diperlukan untuk observasi seperti lembar observasi dan dokumentasi. b. Pelaksanaan (acting) Tindakan yang telah direncanakan dan disepakati oleh guru dan peneliti diimplementasikan oleh guru dalam bentuk pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menggunakan metode spider concept map. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dengan tahaptahap pembelajaran yang sistematis. Sebelum siswa menulis cerpen guru menggali pengetahuan siswa tentang cerpen dan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen dengan cara menganalisis sebuah cerpen sederhana kemudian mendiskusikannya. Setelah itu, siswa diberi tugas untuk menentukan ide untuk menulis cerpen dengan mengambil sebuah peristiwa berkesan yang pernah dialaminya. Berdasarkan ide yang didapat dari peristiwa berkesan yang telah mereka alami itulah siswa menulis cerpen. Selanjutnya, guru menilai cerpen siswa serta memberi masukan untuk perbaikan cerpen siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
c. Observasi dan Interpretasi Observasi dilakukan peneliti saat pembelajaran menulis cerpen berlangsung. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran. Data yang diperoleh dari kegiatan observasi kemudian diinterpretasikan guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan. d. Analisis dan Refleksi Pada tahap ini peneliti menganalisis data yang telah terkumpul dari hasil observasi dan kemudian menyajikannya pada guru pengampu. Dari hasil analisis berupa kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran, peneliti dan guru berdiskusi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Berdasarkan tahapan ini pula diketahui berhasil tidaknya tindakan yang telah diberikan. 2. Siklus II dan Siklus III Pada siklus kedua, tahap-tahap yang dilakukan sama seperti siklus I, tetapi sebelumnya dilakukan perencanaan ulang berdasarkan hasil refleksi pada siklus I sehingga kelemahan yang ada pada siklus I tidak terulang pada siklus II. Demikian halnya proses pelaksanaan pada siklus III.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN KETERBATASAN PENELITI
A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan uraikan mengenai hasil penelitian, dan selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. Berturut-turut akan dipaparkan tentang: (1) kondisi awal (pratindakan), (2) pelaksanaan tindakan siklus I sampai dengan siklus III yang terdiri dari empat tahap dalam tiap siklusnya, meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi, 3) pembahasan hasil penelitian, dan (4) keterbatasan peneliti. 1. Deskripsi Pratindakan a. Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen Siswa …..Pratindakan ………Kegiatan tahap awal (pratindakan) pembelajaran menulis di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 14 September 2011, pukul 09.55-11.15 WIB. Kegiatan tahap awal (pratindakan) materi pembelajaran menulis dikemas oleh guru dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Ketika bel berbunyi guru memasuki ruang kelas dan ketua kelas memimpin teman-temannya untuk menghaturkan “selamat siang” dan salam. Guru kemudian membalas salam tersebut. Saat guru mempresensi siswa, siswa ribut dan tidak menghiraukan apa yang dibicarakan oleh gurunya. Saat guru mulai menjelaskan siswa mulai sedikit tenang. Guru menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran kali commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
ini adalah menulis cerpen. Guru hanya menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, tanpa menyampaikan Standar Kmpetensi, Kompetensi Dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi terkait dengan menulis cerpen. Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa siapa yang pernah menulis cerpen. Tidak ada siswa yang mengangkat tangan, tetapi semua siswa menjawab dengan jawaban masing-masing sehingga kelas sangat gaduh. Guru kembali menenangkan siswa, dan menunjuk salah satu siswa untuk memberikan jawaban. Siswa tersebut menjawab cerpen yang pernah dibacanya adalah cerpen “Senyum Karyamin”. Kemudian guru, menanyakan kembali apakah ada siswa yang pernah menulis cerpen. Siswa kembali tidak ada yang mengangkat tangan, tetapi menjawab secara bersamaan. Kelas kembali gaduh. Guru mengulang kembali pertanyaan tersebut dan menunjuk salah satu siswa yang duduk dibelakang untuk memberikan jawaban. Siswa tersebut menjawab membaca cerpen saja belum pernah apalagi menulis cerpen. Guru kemudian menjelaskan kepada siswa, bahwa membaca cerpen banyak manfaatnya. Suasana gaduh saat guru mengajukan pertanyaan dapat dilihat dalam gambar berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Gambar 5. Suasana gaduh saat siswa menjawab pertanyaan guru Setelah selesai memberikan apersepsi, guru hanya menjelaskan sedikit tentang materi tentang pengetahuan cerpen serta cara penulisannya. Melalui metode ceramah, materi pembelajaran menulis cerpen dijelaskan secara lisan. Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa siswa tampak bercanda, beberapa terlihat bosan dan mengantuk, bahkan ada siswa yang sebentar-sebentar membenarkan jilbabnya dan sibuk dengan memain-mainkan pensilnya, walaupun ada juga beberapa yang memperhatikan keterangan guru. Dari hasil pantauan peneliti, diketahui bahwa siswa yang aktif dalam pembelajaran (diindikatori dengan kemauan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru) hanya 3 siswa atau sekitar 10% dari jumlah siswa di kelas tersebut. Sementara itu, siswa yang terlihat memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru sebanyak 11 orang atau sekitar 37% dari keseluruhan siswa di kelas tersebut. Pada akhir penyampaian materi pembelajaran yang dijelaskan, guru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. sehubungan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan. Namun, kesempatan itu tidak banyak dimanfaatkan oleh siswa. Siswa terkesan pasif seakan-akan hanya duduk, diam, mencatat, dan menerima begitu saja materi yang dijelaskan oleh guru dan tidak banyak memberikan tanggapan atau komentar. Selanjutnya guru langsung menugaskan siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah daalami siswa tanpa adanya panduan yang jelas dan tepat. Mendengar tugas yang diberikan, sebagian besar siswa merasa keberatan. Banyak siswa yang terlihat enggan, ada siswa yang meminta agar tugas tersebut dijadikan pekerjaan rumah (PR), beberapa siswa menanyakan tema dan waktu pengumpulan. Hingga suasana menjadi gaduh. Meskipun demikian, dengan tegas guru menugaskan siswa untuk menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Saat siswa diminta guru menulis cerpen, siswa tampak bingung menentukan tema cerpen yang akan ditulis. Beberapa siswa saling bertanya sehingga suasana menjadi tidak tenang. Setelah guru memberi peringatan agar tenang, barulah suasana kelas kembali tenang. Siswa diberi waktu satu jam untuk menulis cerpen, kemudian dikumpulkan kepada guru. Proses pembelajaran tersebut masih konvensional, masih berpusat pada guru meskipun siswa diberi kesempatan untuk bersiswa enggan untuk memberikan pertanyaan, meski hanya ada sekitar tiga siswa yang aktif bertanya. Melihat kenyataan tersebut, tidak mengherankan jika siswa pasif selama proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang konvensional, ketiadaan sumber commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
pembelajaran yang bervariatif, serta keterbatasan waktu pembelajaran membuat siswa jenuh dan enggan mengikuti pembelajaran menulis cerpen. Sehubungan dengan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran, diakui oleh guru bahwa guru belum menemukan metode yang tepat dan mudah untuk mengajarkan materi menulis cerpen. Selain itu, dalam hal menulis, kurangnya kosakata yang dimiliki siswa. Terlihat siswa juga kesulitan dalam memahami atau mengungkapkan apa yang sebenarnya akan mereka tuangkan dalam sebuah tulisan. Kesulitan siswa juga terjadi dalam hal mengungkapkan sebuah cerita secara runtut. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam membuat sebuah tulisan yang padu padan sangat rendah. Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan materi menulis cerpen masih belum bisa membuat siswa mampu menulis cerpen dengan baik. Guru menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi, kemudian guru memberi tugas pada siswa untuk membuat cerpen. Hal ini terlihat sangat monoton. Selain menyebabkan kejenuhan, metode tersebut tidak memudahkan siswa untuk memahami materi cerpen meskipun materi tersebut diajarkan berulang-ulang oleh guru. Tugas menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi oleh siswa dilaksanakan hingga waktu yang dialokasikan berakhir tidak banyak menuntut mereka aktif bekerja dengan sesama teman dalam bentuk diskusi. Seluruh pekerjaan atau tugas diselesaikan mandiri oleh siswa. Guru menyuruh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
mengumpulkan hasil pekerjaan atau tugas siswa setelah jam yang ditentukan untuk menulis cerpen selesai, meskipun banyak di antara siswa yang belum selesai mengerjakan. Pembelajaran diakhiri tanpa diberikan penguatan atau umpan balik mengenai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen pada pratindakan diketahui pula melalui catatan lapangan hasil pengamatan dan penilaian kinerja guru (lampiran 23 halaman 312) dengan menggunakan instrumen rubrik penilaian kinerja guru. b. Kualitas Kemampuan Menulis Siswa Pratindakan Kualitas hasil kemampuan menulis siswa pratindakan diperoleh dari data hasil tes siswa, yaitu tes menulis cerpen. Tes ini diberikan untuk mengukur seberapa jauh pemahaman siswa terhadap karya sastra dan teknik penulisan cerpen. Nilai hasil pembelajaran kemampuan menulis cerpen siswa pada pratindakan dapat dilihat pada tabel nilai pratindakan siswa kelas IX E berikut. Tabel 6. Hasil Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul pada Pratindakan No. 1. 2. 3. 4.
Uraian Pencapaian Hasil Siswa yang memperoleh nilai di bawah 76 Siswa yang memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 76 Nilai Rata-rata Ketuntasan klasikal
commit to user
Jumlah/ Nilai 26 4 70,70 13,33 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
Hasil siswa yang disajikan pada tabel 5 di atas menunjukkan sebanyak 26 siswa memperoleh nilai di bawah 76. Sebanyak 4 siswa memperoleh nilai di atas atau sama dengan 76. Nilai rerata 70,70 dengan tingkat ketuntasan secara klasikal sebesar 13,30% (lihat lampiran 16 halaman 298). Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen, khususnya menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan, yaitu 85% dari jumlah siswa yang ada harus memperoleh nilai 76 (baca indikator kinerja pada Bab III, halaman 130). Dengan demikian, pada kondisi awal ini pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan.
2. Deskripsi Siklus I Kegiatan penelitian tindakan pada siklus I dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Perencanaan Siklus I Berdasarkan pada survai awal yang dilakukan dari kegiatan pratindakan, diketahui bahwa ada dua permasalahan utama yang menyebabkan siswa tidak mencapai batas minimal ketuntasan belajar. Permasalahan pertama adalah proses pembelajaran yang konvensional. Pembelajaran ini menyebabkan siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Permasalahan kedua adalah
kemampuan
menulis cerpen yang rendah. Bertolak dari hasil survai itulah, dapat disimpulkan bahwa sebuah tindakan perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Tahap commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
pertama dari siklus I adalah perencanaan tindakan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 30 September 2011, pukul 06.30-07.00 WIB di ruang guru SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul. Pada tahap perencanaan ini, secara kolaboratif dengan guru didiskusikan antara lain: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Dalam rangka implementasi tindakan perbaikan, pembelajaran menulis cerpen siswa dalam satu siklus dirancang dengan dua kali pertemuan. Perancangan RPP meliputi penentuan: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, kegiatan pembelajaran, skenario pembelajaran, sumber/alat/media, dan penilaian (lihat Lampiran 06 halaman 243). Langkah-langkah atau skenario pembelajaran pada siklus I mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) Pertemuan Pertama Siklus I (1) Tahap Pendahuluan Guru memasuki kelas, memberi salam, mempresensi, dan mengondisikan siswa agar dengan segera siap menerima materi pelajaran. Guru juga mengucapkan apersepsi, kemudian menggiring siswa untuk pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi siswa. selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pelajaran dan bertanya pada siswa untuk mengantarkan ke materi inti. Guru mengaitkan pengalaman siswa dengan materi pembelajaran dalam hal-hal yang berkaitan dengan cerpen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen. Dilanjutkan memotivasi siswa agar membiasakan
diri
menulis
cerpen
sebagai
upaya
untuk
menumbuhkebangkan bakat dan minat siswa. Alokasi waktu untuk tahap pendahuluan adalah 10 menit. (2) Tahap Inti Guru
menjelaskan
materi
mengenai
cerpen.
Guru
menyampaikan pengalaman pribadi. contoh pengalaman dari majalah, novel atau koran yang menarik. Untuk siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan segala hal berkaitan dengan pengertian cerpen. Guru memperkenalkan dan menjelaskan mengenai metode spider concept map. Guru meminta siswa secara berkelompok 4-5, dan masing-masing kelompok diberi contoh sepenggal cerpen berjudul “Sama-sama Berjuang” karya Widya Suwarna. Secara kelompok siswa mengidentifikasi unsur cerpen yang ada pada contoh cerpen tersebut yang ditulis pada buku masing-masing. Guru dan siswa melakukan curah pendapat (barinstorming) mengidentifikasi unsur-cerpen “Sama-sama Berjuang” sebagai latihan awal dengan menerapkan metode spider concept map. Guru bersama siswa curah pendapat dan bersama-sama memperbaharui mengenai identifikasi unsur-unsur cerpen. Langkah selanjutnya, guru menugasi masing-masing siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
dalam tiap kelompok mendata pengalaman pribadinya yang dianggap paling mengesankan pada Lembar Kerja Siswa (berupa kertas folio dan A4) yang telah dibagikan guru. Setiap kelompok memilih satu pengalaman pribadi yang paling menarik. Kemudian bersama-sama saling curah pendapat membuat atau menyusun cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map. Melalui metode spider concept map, siswa terlebih dahulu siswa membuat gambar spider concept map, kemudian secara berkelompok menuliskan konsep-konsep berupa unsur cerpen, mengembangkannya dan menceritakan atau menulis pengalaman yang paling menarik menjadi cerpen sesuai dengan konsep-konsep yang ada dalam spider concept map tersebut. Jika sudah selesai, salah satu kelompok mempresentasikan hasil karya kelompoknya. Siswa
yang lain
memperhatikan
dan
memberi
komentar.
Kemudian, cerpen yang telah dibuatnya dikumpulkan kepada guru. Waktu yang dialokasikan untuk tahap inti adalah 60 menit. (3) Tahap Penutup Guru
bersama
siswa
menyimpulkan
dan
merefleksi
pembelajaran serta memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan siswa. Waktu yang dialokasikan untuk tahap inti adalah 10 menit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
b) Pertemuan Kedua Siklus I (1) Pendahuluan Pada tahap pendahuluan, guru masuk kelass IX E mengucap salam, mempresensi, apersepsi, menyampaikan tujuan pelajaran, memberi motivasi siswa untuk berlatih menulis cerpen dan menjadi penulis terrkenal. Guru kembali menjelaskan mengenai pengetahuan cerpen, rambu-rambu penilaian penulisan cerpen dan metode spider concept map. Setelah selesai menjelaskan, guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai pengetahuan cerpen jika ada hal yang kurang jelas. Guru juga menyampaikan penilaian penulisan cerpen. (2) Tahap inti Siswa membentuk kelompok seperti pada siklus I dan memberi contoh cerpen berjudul “Sama-sama Berjuang”, untuk diidentifikasi unsur-unsur cerpennya dengan menerapkan metode spider concept map. Setelah selesai, salah satu siswa dalam tiap kelompok mewakili untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Selanjutnya, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi secara perseorangan melalui metode spider concept penulisan
map
dengan
cerpen.
Guru
memperhatikan memantau
rambu-rambu (mengontrol)
penilaian
pelaksanaan
pembelajaran menulis cerpen siswa. Salah satu perwakilan kelompok mempresntasikan hasil karya mereka. Siswa yang lain menyimak serta memberi komentar. Alokasi waktu yang digunakan adalah 60 menit. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
(3)Tahap Penutup Siswa mengumpulkan pekerjaan atau tugas dari guru. Siswa dan guru menyimpulkan dengan memberi kesempatan lagi untuk bertanya jika hal yang belum diketahuai atau belum paham mengenai penulisan cerpen maupun unsur-unsur cerpen. Selanjutnya guru merefleksi pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua. Guru menutup pelajaran dengan salam. Waktu dialokasikan untuk tahap penutup adalah 10 menit. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran yaitu ruang kelas dan media pembelajaran. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan setiap hari. Kelas tidak didesain secara khusus. Khusus untuk pelaksanaan diskusi, kursi diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan diskusi dengan baik sesuai kelompoknya. Adapun media pembelajaran adalah kaitannya dengan cerpen yang disiapkan oleh peneliti. Adapun media tersebut adalah contoh cerpen berjudul “Sama-sama Berjuang” karya Widya Suwarna dan “Zoom Out” karya Andrea Hirata dan Lembar Kerja Siswa. (lihat lampiran 08 halaman 262). 3) Menyiapkan Lembar Observasi/ Pengamatan Lembar observasi digunakan untuk mengamati segala aktivitas atau kegiatan guru dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan siswa yang diamati meliput: (a) kinerja siswa ketika menjawab mengenai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
pengetahuan cerpen, (b) kinerja siswa ketika menuliskan pengalaman pribadi dan membuat spider concept map, (c) kinerja siswa dalam mengidentifikasi dan menuliskan unsur pembangun cerpen pada spider concept map, (d) kinerja siswa ketika menyusun cerpen berdasarkan pengalaman pribadi sesuai dengan spider concept map yang telah dibuatnya, (e) kinerja siswa ketika mengungkapkan secara lisan hasil penulisan cerpen yang ditugaskan oleh guru pada forum diskusi kelompok. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Sebagaimana telah diuraikan pada RPP, kegiatan pembelajaran pada siklus I dirancang dalam dua kali pertemuan dengan masing-masing waktu pertemuan adalah 2 x 40 menit. Adapun deskripsi pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Siklus I Pelaksanaan tindakan pada pertemuan pertama siklus I dilaksanakan hari Rabu, 5 Oktober 2011, pukul 09.55-11.15 WIB
diawali guru
mengucapkan salam, mempresensi, mengondisikan siswa untuk siap mengikuti pembelajaran. Dilanjutkan bertanya jawab kepada siswa untuk mengantarkan ke materi inti. Guru menanyakan beberapa hal misalanya: ( 1) kemana saja selama liburan, (2) dengan siapa pergi, 3) naik apa siswa pergi, (4) bagaimana perasaannya setelah sampai di sana, (5) apa kesan menarik setelah liburan. Seluruh siswa gaduh, dan menjawab dengan sesuka hati mereka. Tanpa ada yang mau tunjuk jari mengemukakan jawabannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
Bahkan ada empat siswa yang duduk dibelakang tampak diam dan dua siswa berbisik-bisik dengan teman sebangkunya. Langkah selanjutnya, siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang pengertian cerpen dan karakteristik hal-hal yang berkaitan dengan cerpen. Misalnya unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen, hanya sekitar 3 siswa yang menjawabnya. Siswa lain diam saja, terlihat pasif. Guru memotivasi siswa
agar
membiasakan
menulis
cerpen
sebagai
upaya
menumbuhkembangkan bakat dan minat siswa. Alokasi untuk penjelasan ini menggunakan waktu selama 15 menit. Pada tahap inti guru memperkenalkan dan menjelaskan metode spider concept map dan langkah-langkahnya yang akan digunakan sebagai metode penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi siswa. Siswa tampak senang dan ceria setelah guru menggambarnya di papan tulis. Guru juga menjelasakan materi tentang cerpen termasuk unsur pembangunnya serta pengalaman pribadi sebagai bahan penulisan cerpen. Peristiwa
dalam
kehidupan
sehari-hari
yang
menyenangkan,
mengharukan, menyedihkan dan sebagainya berprinsip mengesankan atau menarik siswa diminta guru untuk disampaikan siswa. Langkah berikutnya, siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang peristiwa yang dialami tersebut dapat digunakan sebagai tema cerpen. Siswa memperhatikan penjelasan guru, dan mereka tampak baru tahu bahwa menulis cerpen dapat bersumber dari pengalaman pribadi seseorang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
Sementara guru memperkenalkan dan menjelaskan langkah metode spider concept map, beberapa siswa mencatat penjelasan guru. Berikut gambar siswa memperhatikan guru yang sedang memperkenalkan dan menjelaskan metode spider concept map pada penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi.
Gambar 6. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai metode Spider Concept Map
Selanjutnya, guru meminta siswa berkelompok 4-5 orang untuk mengidentifikasai contoh cerpen “Sama-sama Berjuang” yang telah dibagikan pada tiap kelompok. Pelaksanaan pembelajaran ini dikondisikan ada 6 kelompok belajar. Guru memberikan nama masing masing kelompok yaitu, kelompok pertama bernama “aku”, kelompok kedua bernama “belajar”, kelompok ketiga “menulis”, kelompok keempat bernama “cerpen”, kelompok kelima bernama “pengalaman”, dan kelompok enam commit to senang user dengan nama-nama kelompok bernama “pribadi”. Mereka tampak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
yang diberikan dari guru, karena bisanya jika membuat kelompok, siswa memilih sendiri teman mereka dan hanya teman yang sama saja. Mereka saling bekerja sama dalam mengerjakan tugas dari guru. Setelah semuanya selesai, guru dan siswa bersama-sama curah pendapat mengenai identifikasi unsur cerpen yang terdapat pada cerpen “Sama-sama Berjuang” tersebut. Namun hanya beberapa siswa yang menjawab. Tampak beberapa kelompok masih bingung menggambar spider concept map dan mengidentifikasi cerpen. Sembari siswa mengerjakan tugas, guru tetap memberikan kesempatan bertanya kepada siswa jika ada hal yang kurang paham mengenai pembelajaran cerpen selama proses pembelajaran berlangsung. Kemudian,
masing-masing
siswa
dalam
tiap
kelompok
diskusi
mengidentifikasi cerpen tersebut. Selanjutnya, guru dan siswa curah pendapat mengenai identifikasi unsur-unsur cerpen “lupa”. Siswa saling bersahut-sahutan menjawabnya, namun terlihat beberapa anak dalam kelompok yang diam saja. Setelah selesai curah pendapat, Guru menugaskan kembali kepada tiap siswa untuk menuliskan pengalaman pribadi yang dianggap mengesankan pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diberikan guru. Seluruh anggota memilih satu pengalaman dari anggotanya yang dianggap paling menarik di antara pengalaman teman yang lainnya untuk dijadikan sebuah cerpen. Melalui metode spider concept map, siswa menentukan konflik, alur dan unsur cerpen yang lainnya. Siswa membuat spider concept map commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
terlebih dahulu, lalu meletakkan konsep-konsep (unsur cerpen) pada cabang spider concept map dan selanjutnya tinggal mengembangkannya menjadi cerpen yang menarik. Seluruh anggota diskusi saling membantu dan kerja sama dalam menyelesaikan cerpen tersebut. Namun, beberapa siswa masih terlihat bingung, bahkan ada bebrapa siswa yang tidak lekaslekas mengerjakan apa yang diperintah guru. Mereka baru mengerjakan dengan
tergesa-gesa
ketika
waktu
selesai
dan
guru
meminta
mengumpulkannya. Melalui salah satu siswa yang ditunjuk mewakili kelompok mengungkapkan secara lisan hasil penulisan cerpen malalui metode spider concept map yang ditugaskan oleh guru di depan kelas. Kelompok lain harus
memberikan
komentar
tehadap
hasil
kelompok
berupaya
memperbaiki hasil kerjanya berdasarkan tanggapan dari kelompok lain. Siswa
yang
tergabung
dalam
masing-masing
kelompok
diminta
mengomentari kesesuaian spider concept map dan cerpen yang telah ditulisnya. Serta unsur-unsur cerpen dan penulisan cerpen. Alokasi waktu yang digunakan untuk kegiatan ini adalah 10 menit. Siswa mengumpulkan cerpennya yang telah ditulisnya. Untuk kegiatan penutup siswa dan guru menyimpulkan kegiatan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map oleh siswa. 2) Pertemuan Kedua Siklus I commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
Pada pertemuan kedua dilaksanakan hari Jumat, 7 Oktober 2011 pukul 09.55-11.15 WIB, diawali dengan guru mengucapkan salam, dlalu siswa serempak menjawab salam guru dan mengondisikan siswa, kemudian mempresensi siswa yakni dengan menanyakan apakah seluruh siswa hadir. Ternyata semua siswa pada hari itu seluruhnya hadir. Dilanjutkan guru menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, serta indikator. Guru mengulas pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama. Guru memotivasi siswa bahwa dengan berlatih menulis cerpen siswa dapat menjadi penulis terkenal seperti Andrea Hirata penulis berjudul ”Laskar pelangi”,
Abidah
El
Khalieqy
dan
sebagianya.
Seluruh
siswa
memperhatikan guru. Selanjutnya guru juga melakukan tanya jawab mengenai pengertian cerpen, dan unsur pembangunnya. Namun, hanya ada empat siswa yang bertanya dan mampu menjawab pertanyaan guru. Langkah berikutnya guru menjelaskan kembali metode spider concept map dan pengetahuan mengenai cerpen. Siswa diminta untuk berkelompok sesuai dengan kelompok pada pertemuan pertama siklus I, berikutnya guru memberi contoh cerpen berjudul “Temanku si Penjual Kue” sebagai latihan mengidentifikasi unsur cerpen. Hal ini dilanjutkan curah pendapat dengan guru mengenai identifikasi unsur cerpen, dengan menerapkan metode spider concept map. Siswa tampak senang dan melontarkan jawaban-jawaban menurut kelompok mereka masing-masing. Namun sempat ada keributan dengan antar kelompok karena perbedaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
jawaban mereka atas identifikasi cerpen. Namun hal itu dapat diselesaikan dengan guru. Langkah selanjutnya guru menugasi siswa untuk menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menerapkan metode spider concept map. Tugas ini dilakukan secara mandiri. Semua siswa harus melakukan penulisan cerpen dengan baik. Siswa tampak serius mengerjakan tugas dari guru. Namun ada beberapa yang masih bingung membuat spider concept map dan menuliskan konsep-konsep pada spider concept map. Tampak pula siswa yang bergurau dengan temannya. Sementara siswa mengerjakan tugas, guru sambil duduk mengamati jalannya proses diskusi. Guru tidak berkeliling kelas untuk memantau dan membimbing atau mengarahkan siswa dalam belajar. Sambil duduk, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang paham. Dalam batas waktu yang ditentukan seluruh siswa mengumpulkan hasil karyanya kepada guru. Seraya siswa mengumpulkan tugas, guru menutup pembelajaran dengan memberi kesempatan lagi jika ada hal-hal yang belum diketahui siswa mengenai penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dan metode spider concept map. Pada akhir pembelajaran, dengan waktu 10 menit guru menyimpulkan pelajaran dan menyampaikan pembelajaran pada berikutnya dan diakhiri dengan salam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
c. Observasi Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan siklus I baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua diperoleh gambaran sebagai berikut ini. 1) Pengamatan terhadap Kinerja Guru Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada pertemuan pertama silkus I guru sudah memberikan apersepsi terkait dengan pelajaran yang akan dilakukan. Namun, guru juga tidak menyampiakan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan tujuan yang harus dicapai oleh siswa. Guru jua belum menyampaikan penilaian yang akan dilakukan. Materi tentang penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi telah disampaikan dengan baik. Dalam menjelaskan tentang metode spider concept map dan menggambarnya di papan tulis sudah baik. Guru telah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti, baik itu setelah guru selesai menjelaskan materi, saat proses diskusi berlangsung, dan saat mengerjakan tugas. Namun guru belum mampu mengontrol siswa dengan maksimal pada saat siswa mengerjakan tugas menulis cerpen dan membuat spider concept map. Guru belum maksimal memberikan penjelasan kepada siswa yang belum mengerti. Guru lebih banyak duduk di kursi dari pada berkeliling melihat memantau pekerjaan siswa. Gambar di bawah ini menujukkan guru belum maksimal memantau kegiatan siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
Gambar 7. Terlihat Guru Tidak Memantau Siswa dalam Kegiatan Diskusi Pada gambar di atas terlihat guru hanya duduk di depan, tanpa berkeliling mengontrol pelaksanaan pembelajaran. Guru hanya memandangi siswa, dan sebentar-sebentar melepaskan kacamata kemudian memakainya lagi. Pada kegiatan penutup, guru hanya menyimpulkan pembelajaran dan belum menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Kegiatan refleksi dan tindak lanjut belum dilakukan. Pada pertemuan kedua, guru sudah memberikan apersepsi mengenai pengalaman pribadi sebagai bahan penulisan cerpen. Guru
menceritakan
pengalamannya pada saat masih SMP, dan memotivasi siswa untuk berlatih menulis cerpen. Guru juga telah menyampaikan SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran, tetapi guru belum menjelaskan penilaian apa saja yang akan dilakukan. Guru kembali mengingatkan metode spider concept map yang digunakan, namun guru tidak menunjukkan commit to user kepada siswa contoh-contoh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
sipder concept map yang paling bagus yang telah dibuat siswa pada pertemuan sebelumnya. Guru juga tidak memberikan penguatan kepada siswa yang telah mampu mengidentifikasi unsur pembangun cerpen dengan benar dan membuat spider concept map dengan baik. Pada kegiatan penutup guru bersama-sama siswa melalui proses tanya jawab menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, tetapi guru sebelumnya tidak melakukan kegiatan refleksi. 2) Pengamatan Terhadap Kinerja Siswa ..........Pembelajaran berlangsung di ruang kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul. Saat memasuki kelas siswa terlihat gaduh, dan kurang tertib walaupun guru telah memerintahkan mereka untuk tertib dan tidak ribut. Mereka tidak menghiraukan perintah guru. Ketua kelas memberi memimpin temannya untuk memberikan penghormatan. Setelah salam dibalas oleh guru, guru mulai menjelaskan metode spider concept map yang digunakan, siswa mulai terlihat tidak ribut, memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama penjelasan dari guru. Saat pembentukan kelompok diskusi siswa tampak agak gaduh karena pembentukan kelompok bukan siswa yang memilih teman, tidak seperti biasanya yang mana memilih teman semaunya. Namun kali ini pembentukan kelompok, berhitung sesuai urutan tempat duduk. Saat siswa ditugaskan untuk mengidentifikasi unsur pembangun cerpen, siswa tidak melakukannya dengan baik, mereka tidak segera mempersiapkan diri dengan baik. Misalnya menyiapkan alat-alat tulis untuk mencatat dan membuat spider concept map. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
Saat membuat spider concept map siswa telihat sangat bersemangat dan penuh keceriaan. Namun, sebagain besar siswa masih terlihat bingung saat membuat spider concept map. Mereka tidak menggunakan waktu yang diberikan untuk membuat spider concept map dengan baik sehingga saat ditugasi mengumpulkan, mereka baru tergesa-gesa menyelesaikan spider concept map. .........Pada waktu pembuatan kelompok diskusi, mereka tidak segera melaksanakan, apalagi tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok diskusi untuk menganalisis unsur pembangun cerpen, hal ini terjadi karena siswa tidak memikirkan betapa terbatasnya alokasi waktu yang tersedia sehingga mereka kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Mereka masih terlihat kurang siap. Masih banyak di antara siswa yang terlihat masih kurang bersemangat untuk melakukan kegiatan yang diperintahkan guru. Ada kesan bahwa mereka seakan-akan tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan, siswa belum benar-benar tahu akan unsur-unsur cerpen dan pengalaman pribadi untuk digunakan sebagai ide penulisan cerpen. Siswa belum maksimal melakukan kinerja menuliskan pengalaman pribadi dan membuat spider concept map. Siswa juga belum maksimal tanya jawab tentang pengetahuan cerpen dan penulisan cerpen. Telihat guru memberikan siswa untuk bertanya, tetapi hanya sekitar tiga orang yang aktif bertanya. Siswa yang bereaksi dan aktif menjawab hanya siswa itu-itu saja, belum menyeluruh ke semua siswa. Pada pertemuan kedua, siswa sudah berada di ruang kelas IX E. Siswa memnyimak apersepsi guru dengan seksama dan menjawab pertanyaancommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
pertanyaan yang diajukan oleh guru, tetapi hanya sekitar empat siswa. Beberapa orang siswa yang duduk di belakang mengobrol dengan temannya. Saat guru menjelaskan materi tentang unsur-unsur cerpen, siswa sesekali mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Namun, saat diberikan pertanyaan, siswa tetap saja belum mampu menjawab dengan baik. Kegiatan diskusi dilakukan oleh siswa dalam kelompok sambil membuat spider concept map. Siswa membuat spider concept map dengan penuh semangat, Selanjutnya, guru dan siswa sudah melakukan broinstorming terhadap contoh cerpen ”Temanku si Penjual Kue” sudah baik, tetapi ada beberapa siswa yang masih fokus membuat cabang yang banyak tanpa membuat kata kunci sehingga saat diperintahkan untuk mengumpulkan spider concept map siswa tersebut bingung harus membuat kata kunci apa. ..........Pada saat melaksanakan tugas menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menerapkan metode spider concept map, secara perseorangan, masih terlihat beberapa siswa bingung menuliskan pengalaman pribadinya, mereka bingung membuat spider concept map dengan konsep-konsep yang ada. Mereka malu jika cerpen pengalaman pribadi yang akan dituli dibaca temannya. Mereka tampak semangat dengan pembelajaran kali ini, namun ada beberapa siswa yang masih fokus membuat cabang yang banyak tanpa membuat kata kunci sehingga saat diperintahkan untuk mengumpulkan spider concept map siswa tersebut bigung harus membuat kata kunci apa. Saat mempresentasikan hasil karya penulisan cerpen siswa masih tampak malu-malu dan takut. Siswa yang satu dengan yang lain masih tampak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
canggung. Setiap diminta guru untuk mempresentasikan para siswa menjawab “tidak mau”. d. Analisis dan Refleksi 1) Analisis (a) Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen ...Siswa pada Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian kinerja guru serta penilaian kegiatan siswa, kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen sudah mengalami peningkatan walaupun belum memuaskan. Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas proses
pembelajaran
kemampuan
menulis
cerpen
berdasarkan
pengalaman pribadi pada pembelajaran siklus I, setelah diterapkan metode spider concept map pada pembelajaran menulis dibandingkan dengan kualitas proses pembelajaran menulis pada pratindakan Kualitas proses pembelajaran pada pratindakan masih tergolong rendah. Siswa cenderung pasif dan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Siswa hanya diam, dengar, dan catat. Kegiatan menulis cerpen pun berjalan tidak maksimal. Penjelasan materi yang disampaikan oleh guru tidak didengar oleh siswa yang duduk di belakang. Ada kalanya volume suara guru saat menyampaiakn materi besar dan adakalanya pula kecil. Hal ini lah yang mengakibatkan beberapa tampak bingung dan tidak paham saat kegiatan menulis cerpen berlangsung. Siswa terlihat kurang tertarik dengan pembelajaran dan terlihat tidak serius. Konsetrasi siswa saat menulis cerpen pun kurang karena ada beberapa siswa yang masih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
bermain-main dan bercanda saat kegiatan menulis cerpen berlangsung sehingga mengganggu konsetrasi teman yang duduk disebelahnya. Setelah diberikan tindakan, yaitu penerapan metode spider concept map dan kualitas proses pembelajaran menulis di kelas IX E sudah mengalami peningkatan. Pembelajaran tidak lagi didominasi oleh guru. Siswa lebih aktif dibandingakan pada pratindakan. Interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa telah terjalin. Hal ini terbukti saat guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Selain itu, interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa terlihat saat siswa berdiskusi dan mengidentifikais unsur cerpen dan membuat spider concept map. Namun guru belum mengontrol siswa saat pembelajaran menulis dan membuat spider concept map, memberikan arahan dan memberi penjelasan kepada siswa. Siswa saat membuat spider concept map secara berkelompok saling memberi masukan dan membantu temannya yang kurang mengerti. Penerapan
metode
spider
concept
masp
ini
juga
lebih
membangkitkan gairah siswa dan menarik perhatian siswa mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti saat menuliskan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi siswa begitu senang dan terlihat begitu fokus menuliskan pengalaman pribadi dalam bentuk cerpen. Akan tetapi, masih ada juga beberapa siswa yang terlihat bermain-main dan menganggu konsentrasi temannya. Ada siswa yang mengajak berbincang-bincang dengan teman sebangkunya, memain-mainkan pena, mencoret-coret buku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
tulis, dan justru melihat pekerjaan temannya. Selain
dari
hasil
pengamatan,
peningkatan
kualitas
proses
pembelajaran menulis dapat dilihat dari penilaian kinerja guru (terlampir halaman 311) dan penilaian kinerja siswa (terlampir halaman 304). Pada pratindakan kinerja guru masih tergolong kurang dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 57,84. Pada siklus I, kinerja guru semakin meningkat. Nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 58,82 dengan kategori cukup. (b) Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa Siklus I Menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul telah mengalami peningkatan pada siklus I. Peningkatan ini terbukti dari hasil tes menulis cerpen siswa. Proses penilaian lain juga ditujukan kepada hasil kerja siswa yang dilihat dari empat aspek, yakni kualitas isi, organisasi isi, diksi/pilihan kata, dan ejaan. Hasil menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map ini dapat digambarkan melalui tabel di bawah ini. Tabel 7. Hasil Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul pada Siklus I No. Uraian Pencapaian Hasil Jumlah/ Nilai 1. Siswa yang memperoleh nilai di bawah 13 76 2. Siswa yang memperoleh nilai sama 17 dengan atau lebih dari 76 3. Nilai Rata-rata 73,96 commit to user 4. Ketuntasan klasikal 43,34 %
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
Hasil tes yang disajikan pada tabel 9. diatas, menunjukkan 17 siswa mendapat nilai kurang dari 76. Sebanyak 13 siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan dari nilai 76. Nilai rata-rata kelas 73,96. Ketuntasan secara klasikal sebesar 43,34% (lihat lampiran 17 halaman 300). Berdasarkan
hasil
tersebut,
dapat
diketahui
bahwa
proses
pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui spider concept map belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan yaitu 76 (baca indikator kerja pada bab III halaman 130). Dengan demikian, pada kondisi siklus I ini pembelajaran menulis cerpen dapat dikatakan belum mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut tabel perbandingan ketuntasan klasikan pratindakan dengan siklus I. Tabel 8. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Prasiklus ////////////////dengan Siklus I No. Siklus
1. 2.
Pra Siklus Siklus I
Jumlah Siswa Tuntas Tidak Tuntas 4 26 13 17
Persentase Ketuntasan Klasikal 13,3 % 43,34%
Tabel di atas diperoleh gambaran bahwa persentase ketuntasan pada siklus I meningkat dibandingkan sebelum diberikan tindakan. Pada pratindakan siswa yang tuntas hanya 4 orang sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 26 orang. Setelah diberikan tindakan, yaitu pada siklus I siswa yang tuntas bertambah menjadi 17 siswa dan yang tidak tuntas menjadi 13 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
siswa. Ketuntasan klasikalnya pun meningkat dari 13,30% pada pratindakan menjadi 43,33% pada siklus I. 2) Refleksi . Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru pada siklus I dapat dikatakan bahwa penerapan metode spider concept map ini belumlah maksimal. Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan dengan beberapa perencanaan. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh simpulan, bagian mana dari sebuah pembelajaran yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target. Saat praktik menulis cerpen, siswa membuat spider concept map dan mengidentifikasi unsur cerpen yang berawal dari pengalamannya. Akan tetapi guru tidak memantau kemajuan siswa saat menulis., tetapi justru duduk di kursi saja. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila pencapaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target. Peningkatan menulis cerpen meningkat dari survei awal yaitu 70,70 dan setelah dilakukan pembelajaran dengan metode spider concept map meningkat dengan mencapai nilai tertinggi yaitu 79 dan rata-rata nilai siswa 73,96. Hasil yang dicapai masih jauh dari indikator yang diharapkan yaitu nilai rata-rata 76. Namun, sebuah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
pembelajaran yang berlangsung pasti ada beberapa kelemahan. Adapun kelemahan pada siklus I sebagai berikut. (a) Materi yang disampaikan guru masih kurang. (b) Guru banyak berada di depan kelas, saat memberikan penjelasan kepada siswa. (c) Guru kurang bisa menguasai kelas, sehingga masih banyak siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. (d) Guru harus lebih aktif memberi bimbingan agar siswa antusias bekerja mengikuti proses pembelajaran. Setelah pembelajaran selesai dilangsungkan wawancara, ada siswa yang mengaku lebih senang dengan pembelajaran yang baru dialaminya, yaitu dengan metode spider concept map. Tetapi masih ada siswa yang merasa bingung karena mereka terbiasa mengarang duduk dibangku masingmasing dan bekerja dengan pikiran masing-masing. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuaraikan dapat diambil beberapa hal yang perlu dijadikan refleksi untuk memperbaiki di siklus berikutnya. Beberapa hal tersebut sebagai berikut. (a) Guru harus lebih aktif saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru harus sering memantau masing-masing kelompok dengan memberikan bimbingan dan pengarahan secara menyeluruh. Di sisi lain, sebaiknya guru tidak hanya memposisikan diri di depan kelas ketika menyampaikan materi maupun menunjuk siswa. Pandangan guru harus menyeluruh saat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
memperhatikan siswa yang duduk di belakang sehingga mereka juga merasa diperhatikan. (b) Pembimbingan terhadap beberapa siswa yang kurang bersosialisasi dengan sesama teman dalam kelompok. (c) Pengaturan waktu dengan baik, sehingga saat pembelajaran skenario pembelajaran yang direncanakan sebelumnya dapat berjalan dengan lebih baik. (d) Guru seharusnya memberi peringatan kepada siswa yang tidak memperhatikan pelajaran sehingga siswa tidak akan mengulangi kekurangannya lagi. Maka dari itu, perlu dikaji ulang rancangan pembelajaran yang dibuat oleh guru sesuai dengan permasalahan pada siklus I. Selain mengkaji ulang RPP, guru terlebih dahulu menyampaikan apersepsi berupa pernyataanpernyataan dan juga pertanyaan singkat terkait dengan pembelajaran yang dilakukan. Selain pemberian apersepsi, saat menjelaskan materi pembelajaran guru harus memberikan banyak ilustrasi dan contoh agar siswa semakin paham terhadap materi yang dijelaskan tersebut. Pada kegiatan inti, guru harus menjelaskan kembali metode spider concept map kepada siswa dengan contoh-contoh yang dapat diambil dari hasil spider concept map siswa yang paling bagus. Berdasarkan contoh itu kemudian guru menjelaskan kepada siswa halhal apa saja yang harus terlebih dahulu dibuat siswa sehingga waktu yang diberikan untuk membuat spider concept map dapat dilakukan secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
maksimal. Penguatan berupa pujian sangat penting diberikan kepada siswa yang membuat spider concept map dengan benar. Guru juga harus mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi sebelum membuat spider concept map. Sedangkan pada akhir pembelajaran, guru selalu melakukan refleksi dan menyimpulkan materi sebagai penguatan dan motivasi siswa. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi dan semangat untuk belajar. 3. Deskripsi Siklus II Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, disepakati bahwa siklus II perlu dilakukan. Persiapan dan perencanaan tindakan dilakukan pada hari Senin, 10 Oktober 2011 di ruang guru SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan kembali hasil observasi dan refleksi terhadap pembelajaran menulis cerpen yang dilakukan pada siklus I. Peneliti menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran menulis cerpen yang telah dilakukan. Berdasarkan pertimbangan dalam refleksi pada siklus I, Perencanaan dan pelaksanaan dirancang sebagai berikut. a. Perencanaan Siklus II Perencanaan tindakan siklus II ini tidak berebeda jauh dengan siklus sebelumnya. Setelah sebelumnya melakukan refleksi bersama tentang kekurangan pada siklus I. Pada pertemuan itu disepakati bahwa pelaksanaaan siklus II akan dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Oktober 2011 dan hari Jumat, 14 Oktober 2011. Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus II meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut. 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
Pada tahap ini, berkolaborasi dengan guru didiskusikan penyusunan RPP. Disepakati bahwa pembelajaran menulis cerpen dalam satu siklus dirancang untuk dua kali pertemuan. Hasil RPP yang telah disusun dan disepakati tersebut mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, skenario pembelajaran, metode pembelajaran, media/sumber pembelajaran, dan penilaian (lihat lampiran 09 halaman 264). Penyusunan RPP pada siklus II ini tidak jauh berbeda dengan RPP pada siklus I, pada RPP siklus II ini lebih ditekankan untuk mengarahkan siswa agar lebih aktif dan kreatif dalam aktivitas pembelajaran siswa agar menulis cerpen ditingkatkan. Hal ini penting karena dapat digunakan sebagai acuan terrwujudnya hasil karya siswa berupa cerpen yang baik. a) Pertemuan Pertama Siklus II (1) Tahap Pendahuluan Guru memasuki kelas, memberikan salam, melakukan presensi, dan mengondisikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran menulis cerpen dengan metode spider concept map. Selanjutnya, guru berdialog dengan siswa mengenai materi pengetahuan cerpen, unsur cerpen, dan penulisan cerpen. Menyampaikan SK, KD, indikator, dan tujuan pemebelajaran, serta penilaian dalam pembelajaran penulsian cerpen. Mengulas pembelajaran pada siklus I serta mengadakan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan pengetahuan cerpen. Guru menjanjikan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
membagikan reaward untuk penulis cerpen terbaik pada siklus I dan II. Bersamaan dengan hal itu, guru membagikan hasil karya cerpen siswa pada siklus I, dan memberikan reaward bagi siswa penulis cerpen terbaik. Guru memberikan motivasi kepada siswa. Alokasi waktu adalah 10 menit (2) Tahap Inti Guru menjelaskan materi tentang cerpen, metode spider concept map dan rambu-rambu penulisan dengan lebih jelas. Bahwa dalam menulis cerpen harus diperhatikan dari beberapa aspek seperti (kualitas isi, organisasi isi, diksi, dan ejaan). Kemudian menugasi siswa membentuk kelompok 4-5 siswa. Guru memberikan contoh cerpen kepada siswa dan guru menugaskan siswa untuk mengidentifikasi unsur-uncer cerpen pada contoh cerpen “Lupa” (lihat lampiran 09 halaman 267) dengan menerapkan metode spider concept map sebagai latihan. Siswa saling curah pendapat dan mengembangkannya dalam karangan dan mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing. Guru mengontrol dan membantu siswa dalam berdiskusi. Setelah
semua
kelompok
menyelesaikan
cerpen,
secara
perwakilan tiap kelompok menyampaikan hasilnya di depan kelas. Teman yang lain memberikan apresiasi mengenai pembacaan cerpen tesebut. Alokasi waktu yang digunakan 60 menit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
(3)Tahap Penutup Guru mengumpulkan hasil kerja kelompok dan sedikit memberikan
pendapat
disampaikan.
mengenai
Selanjutnya
pembelajaran
menyimpulkan
dan
yang
telah
merefleksi
pembelajaran pada pertemuan tersebut. Alokasi untuk tahap ini adalah 10 menit. b) Pertemuan Kedua Siklus II (1) Tahap Pendahuluan Guru memasuki kelas, memberikan salam,
melakukan
presensi, dan mengondisikan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran,
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
menyampaikan penilaian menulis cerpen, dilanjutkan mereview materi yang telah banyak disampaikan pada siklus II pertemuan pertama mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen beserta penjelasannya. Guru juga mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai pengetahuan cerpen. Guru memberi motivasi siswa agar terbiasa membaca cerpen dan menulis cerpen dari pengalaman pribadinya. Alokasi waktu yang digunakan adalah 15 menit. (2) Tahap Inti ...........Diawali dengan pembahasan materi yang berkaitan dengan penulisan cerpen (kualitas isi, oraganisasi isi, diksi,dan ejaan). Guru memberi penguatan langkah-langkah membuat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
cerpen dan pemilihan ide cerita dari pengalaman pribadi melalui metode spider concept map. Guru menugaskan siswa untuk membentuk kelompok 4-5 orang, dan mendiskusikan unsurunsur cerpen “Sahabat Sejati” (lihat lampiran 10 halaman 279). Guru bersama siswa saling curah pendapat dan mengidentifikasi mengenai unsur cerpen dari konflik cerpen sampai pada alur. Kegiatan selanjutnya yakni guru menugasi siswa untuk membuat cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menerapkan metode spider concept map secara perseorangan. Guru memantau dan membimbing kinerja siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Setelah selesai, pekerjaan siswa dikumpulkan. Guru mengoreksi, menilai, dan memberi komentar setiap pekerjaan siswa. Kemudian, guru menyimpulkan hasil dan memberi saran kepada siswa. Siswa mengumpulkan hasil karyanya. Alokasi waktu yang digunakan 55 menit (3) Tahap Penutup Guru bersama siswa mengadakan simpulan dan refleksi terhadap proses dan hasil belajar, juga memberikan tindak lanjut mengenai penulisan cerpen. Waktu yang dialokasikan untuk tahap penutup adalah 10 menit. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi pada siklus II adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
ruang kelas dan media pembelajaran. Ruang kelas yang digunakan adalah kelas yang biasa digunakan setiap
hari. Kelas tidak didesain secara
khusus. Khusus untuk pelaksanaan diskusi, kursi diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan diskusi dengan baik sesuai kelompoknya. Sementara media pembelajaran, yakni yang kaitannya dengan cerpen disiapkan oleh guru. Adapun media tersebut adalah contoh cerpen “lupa” karya peneliti dan “Sahabat Sejati” Karya Wulan Retnasari yang dikutip dalam Kedaulatan Rakyat Edisi Minggu, 30 Juli 2011, buku EYD dan buku “Kamus istilah Populer” sebagai hadiah bagi cerpen terbaik pada siklus I dan siklus II. 3) Menyiapkan Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengamati segala kinerja guru dan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan atau aktivitas siswa yang diamati meliputi: (a) kinerja siswa ketika menjawab mengenai pengetahuan cerpen, (b) kinerja siswa ketika menuliskan pengalaman pribadi dan membuat gambar spider concept map, (c) kinerja siswa ketika mengidentifikasi unsur pembangun cerpen melalui metode spider concept map, (d) kinerja siswa dalam membuat (menyusun) cerpen berdasarkan pengalaman pribadi sesuai spider concept map, dan (e) kinerja siswa dalam mengungkapkan secara lisan hasil penulisan cerpen berrdasarkan pengalaman pribadi yang ditugaskan oleh guru pada forum diskusi kelompok (lihat lampiran 21 halaman 308). b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu masing-masing pertemuan berlangsung selama 2 X 40 menit. Adapun deskripsi Pelaksanaan Tindakana Kelas pada siklus II sebagai berikut. 1) Pertemuan Pertama Siklus II Penelitian tindakan kelas pada siklus II pertemuan pertama dilaksanakan hari Rabu, 12 Oktober 2011 pukul 09.55 – 11.15 WIB, dengan diawali guru mengucap salam, apersepsi, mempresensi kehadiran siswa. Pada pertemuan pertama siklus II semua siswa hadir. Selanjutnya guru berdialog dengan siswa yang mengarah kepada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Beberapa siswa merespon dialog guru, namun ada beberapa siswa yang duduk di belakang berbisik-bisik dengan teman sebangkunya, mereka menghiraukan begitu saja. Guru menegurnya lalu dengan gugup kedua siswa tadi diam, dan memperhatikan guru. Kemudian, guru mengulas pembelajaran siklus I dan menjelaskan sedikit mengenai materi pengetahuan cerpen dan penulisannya, serta penialain dalam pembelajaran. Guru memberi motivasi pentingnya kegiatan menulis. Siswa memperhatikan arahan dari guru. Ketika guru memberi penjelasan pada siswa dengan memaparkan aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menulis cerpen seperti (unsur pembangunnya: kualitas isi, organisasi isi, diksi atau pilihan kata dan ejaan). Siswa tampak memperhatikan penjelasan guru, namun tampak beberapa siswa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
sedikit bingung dan tidak paham. Terlihat, siswa yang duduk di pojok depan bertanya pada teman sebelahnya, namun keduanya tampak samasam tidak paham. Guru tidak menegurnya, dan bertanya apakah belum jelas. Tetapi kegiatan ini justru digunakan guru untuk bertanya jawab dengan siswa. Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam membuat spider concept map dan menuliskan konsep-konsep berupa unsur cerpen pada spider concept map sampai pada menulis cerpen. Tampak ada beberapa siswa yang sudah aktif dalam kegiatan tanya jawab dengan guru. Tampak bebrpaa siswa tunjuk jari menjawab pertanyaanpertanyaan guru. Mereka tampak senang dengan kegiatan tersebut. Seakan-akan merreka bebas berpendapat dan diberi kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya. Kegiatan selanjutnya adalah terdengat dari guru bahwa guru menjanjikan reaward kepada penulis cerpen terbaik pada siklus I dan II. Siswa tampak bergembira mendengarnya. Tiba-tiba siswa bertepuk tangan dan agak gaduh, ada beberapa siswa yang bertanya pada guru, “ hadiahnya apa dan syaratnya apa saja, Pak?. Hal itu dapat diatasi oleh guru. Guru menjawab bahwa yang terpenting siswa mampu menulis cerpen
berdasarkan
pengalaman
pribadi
yang
menarik
dengan
menerapkan metode spider concept map dengan baik, dan dalam penulisan
cerpen
memperhatikan
unsur-unsur
cerpen
serta
memperhatikan rambu-rambu penilaian cerpen. Siswa sekaan mengerrti denagn jawaban guru. Mereka semakin antusias. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
Bersamaan dengan
itu, guru memberi reward, kemudian
mengumumkan penulis cerpen terbaik pada siklus I. Kepadanya akan diberi hadiah (reward) berupa buku “Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Tampak dari mimik muka para siswa, ingin sekali yang menjadi penulis terbaik adlaah dirinya. Seluruh siswa hening, mereka menanti kata-kata guru mengumumkannya. Setelah guru mengumumkan penulis cerpen terbaik dan pembuat spider concept map dengan baik dan benar, seluruh siswa serentak tepuk tangan sambil menoleh ke arah teman yang disebutkan guru. Guru memanggil siswa yang telah disebut namanya untuk ke depan kelas menerima hadiah berupa buku “EYD”. Siswa yang lain tepuk tangan. Berikut gambar siswa menerima reward dari guru.
Gambar 8. Siswa Menerima Reward dari Guru sebagai Penulis Cerpen Terbaik Siklus I commitpada to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
Bersamaan dengan ini, guru membagikan hasil penulisan cerpen pada siklus I. Melalui pembagian hasil pekerjaan siswa berupa cerpen diharapkan siswa mampu memperbaiki kesalahan dalam hal kualitas isi organisasi isi, diksi atau pilihan kata dan ejaan serta tanda baca. Pada tahap inti, guru menugasi siswa membentuk kelompok 4-5 siswa, dan kembali guru memberikan nama kelompok. Kelompok kali ini berbeda dengan kelompok pada siklus I. Hal ini diharapkan agar siswa dapat bersosialisasi dan bekerja sama dengan seluruh teman. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan contoh cerpen berjudul “lupa”. Siswa ditugasi mengidentifikasi unsur cerpen yang ada pada cerpen tersebut, kemudian mengembangkannya menjadi cerpen yang urut. Para siswa sangat antusias dan bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dari guru. Selanjutnya salah satau perwakilan dari tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Awalnya para siswa malu dan takut untuk presentasi di depan, tapi atas dorongan guru, akhirnya beberapa siswa maju ke depan kelas untuk presentasi mewakili kelompoknya. Melalui pemberian contoh cerpen, hal ini sebagai rangsangan siswa untuk merespon. Guru membuka respons-respons dari siswa. Bahkan standar kereativitas dan khayalan dibimbing oleh guru. Guru meminta salah satu siswa untuk membaca. Teman yang lain membaca contoh sepenggal cerpen tersebut sambil menulis cerpen. Ternyata siswa sangat to user reaward bagi siswa yang antusias. Tidak lupa, commit guru memberi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
mengemukakan responsmya terhadap identifikasi unsur pembangun cerpen pada contoh cerpen yang telah dibagikan. Misalnya, akan memberi pena dan buku tulis. Setelah semua kelompok menyelesaikan tugas, secara perwakilan tiap kelompok menyampaikan hasilnya di depan kelas dan teman yang lain harus memberikan apresiasi. Tampak ada beberapa siswa malu dan takut jika diminta untuk presentasi. Mereka malu cerpennya dibaca temanya. Namun, ada beberapa siswa yang berani maju di depan kelas untuk presentasi mewakili kelompoknya. Rasa percaya diri yang mulai muncul karena dukungan dan motivasi dari guru. Lalu, guru mengumpulkan hasil kerja kelompok dan sedikit memberikan pendapat/tanggapan mengenai pembelajaran yang telah disampaikan secara tertulis/lisan sampai waktu jam pelajaran habis. Alokasi waktu yang diguankan 60 menit. Begitu selesai presentasi guru mengumpulkan hasil kerja kelompok dan sedikit memberikan pendapat mengenai pembelajaran yang telah disampaikan. Menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran pada pertemuan tersebut. Alokasi untuk tahap ini adalah 10 menit. 2) Pertemuan Kedua Siklus II Pembelajaran pada siklus II, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat pertemuan ke-5 dan 6 yaitu pukul 09.55-11.15 WIB. Pada pertemuan ini, guru melanjutkan kegiatan pembelajaran sebelumnya, yakni membuat
cerpen
berdasarkan
pengalaman
pribadi
dengan
lebih
memperhatikan aspek apa saja yang penting dalam penulisan cerpen. pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
awal
pertemuan
ini,
guru memasuki kelas IX E. Dilanjutkan guru
mengucapkan salam, menyapa kabar siswa, mempresensi kehadiran siswa dan mengondisikan siswa agar siap dalam pembelajaran. Keadaan siswa sudah tidak gaduh seperti pada pertemuan sebelumnya. Bahkan ada seorang siswa yang duduk di kursi depan sebelah kanan, sedang membaca cerpen “Senyum Karyamin”. Lalu guru menegurnya, dan siswa tersebut diminta untuk menceritakan secara lisan mengenai cerpen yang baru saja dibacanya. Teman yang lain menyimak. Kemudian, guru dan siswa bersama-sama mengidentifikasi unsur-unsur cerpen yang ada dalam cerpen “Senyum Karyamin” dengan menerapkan spider concept map. Terlebih dahulu guru menggambar spider concept map di papan tulis. Guru juga mereview materi yang telah disampaikan pada silkus II pertemuan pertama. Hari itu semua siswa hadir. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan penuh semangat.
..
Pertemuan kedua kali ini merupakan pelatihan ulang pada pertemuan kedua dengan materi menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Diawali dengan pembahasan materi yang berkaitan dengan penulisan cerpen (kualitas isi, oraganisasi isi, diksi/ pilihan kata, dan ejaan). Guru memberi penguatan langkah-langkah membuat cerpen dan pemilihan ide cerita dari pengalaman pribadi melalui metode spider concept map. Seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru. Bahkan di akhir pembahasan ada lima siswa yang tunjuk jari menanyakan tentang pengetahuan cerpen. Hal-hal yang ditanyakan para siswa adalah 1) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
bagaimana jika saya menggunakan alur mundur dalam penulisan cerpen?; 2) bagimana jika cerpen yang akan saya tulis tokohnya banyak, 3) bolehkan menggunakan alur maju dan mundur; 4) bolehkan siswa membuka buku EYD jika nanti saya lupa dengan ejaan atau tanda baca untuk penulisan cerpen, dan kriteria penulisan cerpen yang baik, yang seperti apa?. Teman yang lain memperhatikan temannya yang bertanya. Namun, Pertanyaan-pertanyaan itu tidak langsung dijawab oleh guru, melainkan ditampung dahulu lalu melemparkan jawabannya kepada teman yang lain. Kelas tampak sedikit gaduh, karena tiap siswa ingin menjawab pertanyaan tersebut. Lalu, guru memberikan perintah untuk tidak gaduh, dan meminta siswa yang ingin menjawab pertanyaan tunjuk jari. Beberapa siswa tunjuk jari secara bersamaan, ingin menjawab pertanyaanpertanyaan itu. Kemudian guru meminta salah satu siswa untuk memberikan jawab. Diakhir siswa menjawab, teman yang lain tepuk tangan. Susana semakin seru dan menyenangkan. Berbagai jawaban yang diutarakan siswa, disimpulkan oleh guru dengan menjelaskan kepada siswa. Para siswa memperhatikan sambil sesekali mencatat penjelasan dari guru. Setelah semua paham guru meminta siswa membentuk kelompok seperti yang telah terbentuk pada pertemuan pertama siklus II. Siswa bergabung dalam kelompok masing-masing, lalu guru memberikan contoh cerpen kepada tiap kelompok untuk diidentifikasi unsur-unsur cerpennya. Setelah semua mendapatkan Lembar Kerja Siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
(LKS) dan contoh cerpen, seluruh siswa bergegas mengerjakannya, mereka tampak senang dan semangat dalam mengerjakannya. Tiap kelompok mengerjakannya dalam LKS. mereka aktif dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas dari guru. Guru
memantau,
membimbing,
dan
mengontrol
pelaksanaan
pembelajaran. Guru berkeliling kelas, dan tetap memberikan kesempatan siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang kurang paham. Ternyata, tugas dari guru tersebut tidak menggunakan waktu lama, 20 menit saja seluruh kelompok sudah selesai mngerjakannya. Kemudian, guru bersama siswa melakukan curah pendapat mengenai cerpen “Sahabat Sejati”. Semua siswa tampak antusias menjawab. Langkah berikutnya guru menugasi siswa membuat cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menerapkan spider concept map secara perseorangan, Namun begitu, siswa boleh bertanya dan dikusi dengan teman-temanya mengenai penulisan cerpen. Siswa tampak berlomba-lomba dalam menyelesaiakn cerpen. Terlebih dahulu mereka menuliskan pengalaman pribadi mereka, lalau membuat spider concept map dan selanjutnya menerapkan konsep-konsep (unsur-unsur cerpen dari pengalaman pribadinya itu pada cabang spider concept map. Siswa tampak antusias menggambar spider concept map. Sebagian besar siswa terlihat telah selesai mengerjakan penulisan cerpen. Guru mengatakan siapapun yang ingin mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas akan mendapat reward. Ada beberapa siswa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
tunjuk jari ingin dirinya diberi kesempatan untuk presentasi. Lalu, guru meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan. Salah satu siswa mewakili kelompoknya untuk membacakan hasil karyanya. Teman yang lain memperhatikan dan memberi komentar demi kebaikan cerpennya. Kemudian hasil karyanya dikumpulkan kepada guru dan memberikan reaward berupa buku tulis kepada siswa yang berani presentasi. Berikut gambar siswa sedang peresentasi.
Gam
Gambar 9. Siswa Mempresentasikan Hasil Karyanya berupa Spider Concept Map pada Pertemuan Pertama Siklus II
Gambar di atas tampak siswa sedang presentasi dengan rasa percaya diri yang mulai muncul karena dukungan dan motivasi dari guru, siswa tampil mempresentasikan hasil kerjanya. Teman yang lain memperhatikan. Setelah siswa tersebut selesai presentasi, commit to usersiswa yang lain bertepuk tangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
Dilanjutkan guru melakukan refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Guru mengakhiri pembelajaran dengan menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran pada pertemuan kedua ini dan menutup pembelajaran dengan salam. ........Sebagaimana pada siklus I, di siklus II ini peneliti juga hanya berperan sebagai partisipan pasif. Peneliti hanya mengamati jalannya proses pembelajaran dan peneliti mengambil tempat dibelakang agar tidak menggnaggu jalannya pembelajaran. Seperti pada siklus II ini tampak lebih tenang dan
teratur. Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran dengan
menggunakan metode spider concept map. c. Observasi Berikut ini merupakan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan siklus I, baik pertemuan pertama maupun pertemuan kedua. 1) Pengamatan terhadap Kinerja Guru Guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang disusun untuk pelaksanaan siklus II. Baik pertemuan pertama dan pertemuan kedua guru telah memberikan apersepsi terkait dengan penjelasan cerpen yang akan dibagikan kepada siswa dan cerpen yang akan dikembangkan oleh siswa berdasarkan pengalaman pribadinya. Saat menjelaskan kembali metode spider concept map, guru juga telah menggunakan contoh spider concept map paling bagus yang dibuat oleh siswa pada pertemuan terdahulu. Guru pun telah memberikan pujian kepada siswa yang mampu membuat cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
spider concept map dengan baik, dan kepada siswa yang mampu memberikan respon-respon. Guru menjanjikan reward untuk penulis terbaik pada siklus I sudah dilaksankan, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih bersemangat dalam belaajar dan berusaha menjadi yang terbaik. Saat menjelaskan atau mengingatkan kembali materi yang telah dijelaskan pada pertemuan terdahulu, guru telah memberikan contoh-contoh dan ilustrasi, yakni mengaitkan hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pribadi dan menulis cerpen. Guru telah menyampaikan penilaian apa saja yang akan diambil pada pertemuan ini. Yakni berupa rambu-rambu penilaian penulisan cerpen seperti kualitas isi, organisasi isi, diksi/pilihan kata, dan ejaan. Setelah menyimak penjelasan dari guru, kemudian mengarahkan siswa untuk mendiskusikan unsur-unsur cerpen pada contoh cerpen yang telah dibagikan, yang berjudul “Sahabat Sejati”. Pada saat guru menugasi siswa untuk membuat spider concept map. Siswa pun bergegas memabaca cerpen tersebut terlebih dahulu, kemudian mengidentifikasi unsur-unsur cerpen dengan menuliskan pada Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru mengelilingi
tipa kelompok
dan
mengamati serta mengontrol siswa saat membuat spider concept map. Guru juga memberikan penjelasan dan arahan kepada siswa yang membuat spider concept map tidak tepat. Berikut gambar saat guru mengontrol siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan membuat spider concept map.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
Gambar 10. Guru sedang Memantau, dan Membimbing Siswa pada Pertemuan Pertama Siklus II
Pada kegiatan akhir, guru telah melakukan kegiatan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan minggu depan juga telah disampaikan oleh guru sudah baik. Pertemuan kedua, guru memberikan apersepsi terkait dengan penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Materi yang telah dijelaskan pada pertemuan terdahulu diingatkan kembali kepada siswa dengan cara tanya jawab. Begitu juga dengan metode spider concept map yang digunakan, dijelaskan kembali dengan meunjukkan contoh spider concept map yang dibuat oleh temannya pada pertemuan terdahulu. Kemudian siswa diminta mempresentasikan hasil karyanya. Guru memberikan pujian kepada siswa yang dapat membuat spider concept map dengan bagus dan terus memberikan motivasi agar hasil penulsian cerpen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
yang dibuat lebih baik lagi. Saat kegiatan diskusi dan saat membuat spider concept map, guru selalu memantau siswa dan memberikan penjelasan kepada siswa yang diamati melakukan kesalahan. Pada kegiatan penutup guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Kegiatan penyimpulan dilakukan dengan cara tanya jawab. Setelah kegiatan penyimpulan, guru melakukan kegiatan refleksi pelaksanaan
pembelajaran
pada
pertemuan
kedua
tersebut.
Guru
juga
menyampaikan kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Guru juga memberikan tugas rumah kepada siswa untuk membaca cerpen lain dan mencari unsur-unsur pembangunnya. 2) Pengamatan terhadap Kinerja Siswa Siswa menjawab salam dari guru. Pada kegiatan pendahuluan, Pada pertemuan pertama, siswa bergabung kelompok dengan tertib. Siswa menulis apersepsi guru dengan baik. Saat diberikan kesempatan untuk bertanya ada beberapa siswa mengangkat tangan dan menanyakan pengetahuan tentang cerpen, yakni apakah cerita dalam cerpen boleh tidak sampai pada penyelesaian dan sebagainya. Setelah guru memberikan jawaban. Salah satu siswa mengangkat tangan lagi dan menyatakan bahwa dia pernah membaca cerpen tapi tidak ada tau akhir ceritanya. Jadi menggantung ceritanya. Setelah kegiatan apersepsi selesai, siswa mendengarkan dengan baik saat guru menjelaskan kembali dengan metode spider concept map yang digunakan dan mencatat hal-hal penting yang dijelaskan. Saat memberikan pujian kepada siswa yang dapat membuat cerpen dan membuat spider concept map dengan baik pada pertemuan terdahulu, siswa lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
memberikan tepukan tangan. Pada kegiatan diskusi sudah dilakukan dengan cukup baik oleh siswa, namun masih ada siswa yang terlihat bekerja sendiri. Saat mengerjakan spider concept map, sebagian siswa telah fokus pada satu cabang yang dibuat dan dengan segera menyelesaikan spider concept mapnya. Siswa mengerjakan spider concept map dengan sangat bersemangat. Saat mengerjakan tugas dari guru mengidentifikasi unsur-unsur cerpen, siswa bekerja sama dengan baik. Kegiatan menyimpulkan dilakukan dengan tanya jawab. Secara serempak, siswa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh guru. Terakhir, siswa meninggalkan ruangan dengan tertib. Pada pertemuan kedua, siswa di kelas sangat tertib dan tidak gaduh. Pada saat diminta untuk mengidentifikasi contoh cerpen dan membuat cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya melalui metode spider concept map secara perseorangan, siswa segera mengerjakannya, menggambar spider concept map, menempatkan unsur-unsur pembangun cerpen pada spider concept map, dan menulisya dalam bentuk cerpen. Siswa sangat semangat dan senang mengerjakan tugas dari guru. Mereka yang telah selesai membuat cerpen dengan spider concept map. Kemudian mempresentasikan hasil karyanya. Siswa sudah tidak tampak lagi malu-malu. Siswa lebih berani mengemukakan hasil karyanya di depan temantemannya. Siswa yang lain memberi komentar. Siswa dengan penuh semangat ikut menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa meninggalakan kelas dengan tertib. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
d. Analisis dan Refleksi 1) Analisis (a) Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Cerpen Siswa pada Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian kinerja guru serta penilaian kinerja siswa, kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen sudah mengalami peningkatan. Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen pada pembelajaran siklus II dibandingkan dengan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen pada siklus I. Pada siklus I siswa sudah semakin aktif, interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa telah terjalin, dan gairah serta semangat siswa mengikuti pembelajaran sudah terlihat. Namun, pada siklus I terlihat beberapa siswa yang bermain
dan
mengobrol saat
menyaksikan pembuatan spider cocnept map teman disebelahnya. Saat membuat spider concept map siswa juga terlihat sangat bersemangat dan terlihat sangat begitu ceria, walaupun masih ada beberapa siswa yang terlihat bingung dan sangat lambat saat membuat spider concept map. Pada siklus II ini, siswa cenderung lebih fokus saat menulis cerpen dengan spider concept map. Siswa pun telah mampu membuat spider concept map dengan cepat dan tahu apa yang seharusnya dibuat terlebih dahulu. Kegiatan diskusi pun telah dilakukan dengan baik. Keberanian siswa bertanya pun sudah mulai terlihat pada siklus II ini. Selain dari hasil pengamatan, peningkatan kualitas proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
pembelajaran menulis cerpen dapat dilihat dari penilaian kinerja guru dan penilaian kinerja siswa. Pada siklus I kinerja guru sudah dapat dikatakan cukup dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 58,82 Pada siklus II, kinerja guru semakin meningkat. Nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 73,52 dengan kategori baik. (Lihat lampiran 25 halaman 316). Saat pembelajaran kemampuan menulis cerpen, pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. Peningkatan tersebut dilihat dari nilai rata-rata kinerja siswa saat mengikuti pembelajaran kemampuan menulis. Nilai rata-rata kinerja siswa berkategori kurang sebesar 5,33%, berkategori cukup sebesar 29,26%, dan berkategori baik 69,99% kinerja siswa ketika menuliskan pengalaman pribadi yang menarik dan membuat spider concept map berkategori kurang pada siklus I sebesar 13,26%, berkategori cukup sebesar 49,99%, berkategori baik sebesar 45,33%. Pada suklus II, kinerja siswa berrkatekori kurang menurun menjadi 5,33%, berkategi cukup 29,26, dan berkategori baik meningkat dari berkategori sebesar 69,99%. (b) Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Siklus II Hasil kemampuan menulis cerpen. siswa telah mengalami peningkatan pada siklus II. Hasil pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map pada siklus II dapat disajikan dalam tabel berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
Tabel 9. Hasil Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi ..............dengan Metode Spider Concept Map pada Siswa Kelas IX E ..............SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul pada Siklus II No 1. 2. 3. 4.
Uraian Pencapaian Hasil Jumlah Siswa yang memperoleh nilai di bawah 76 9 Siswa yang memperoleh nilai di atas atau sama 21 dengan 76 Nilai rata 77,03 Ketuntasan klasikal 70,00%
Hasil nilai pada tabel 7 diatas, menunjukkan 9 siswa mendapat nilai kurang dari (di bawah) 76, Sebanyak 21 siswa mendapat nilai lebih atau sama dengan nilai 76. Nilai rata-rata kelas 77,03. Ketuntasan secara klasikal sebesar 70,00% (lihat lampiran 18 halaman 302). Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa nilai rerata yang dicapai sudah memenuhi indikator kinerja. Namun, secara klasikal belum mencapai batas tuntas. Adapun peningkatan persentase ketuntasan klasikal dibandingkan pada siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Siklus I ........dengan Siklus II No
1 2
Siklus
Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa Tuntas Tidak Tuntas 13 17 21 9
Persentase Ketuntasan Klasikal 43,34% 70,0%
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa persentase ketuntasan pada siklus II meningkat dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus I siswa yang tuntas hanya 13 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 13 orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
sedangkan pada siklus II siswa tuntas menjadi 21 orang dan yang tidak tuntas hanya 9 orang. Ketuntasan klasikalnya pun meningkat dari 70,0% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II.
2) Refleksi ......Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru pada siklus II, dapat dikatakan bahwa penerapan metode spider concept map ini sudah ada peningkatan dari siswa yang sudah mencapai KKM yang ditetapkan. Walaupun sudah sesuai dengan harapan, namun masih ada beberapa siswa yang masih mendapat nilai di bawah KKM, serta kinerja siswa yang masih berkategori kurang.
Kekurangan yang diamati pada
siklus II sehingga perlu disempurnakan lagi pada siklus III. Berikut ini merupakan hasil refleksi antara peneliti dan guru yang dilakukan untuk mengatahui kelebihan dan kekurangan tindakan yang telah dilakukan pada siklus II. (a) Siswa sudah tampak antusias dalam bertanya jawab mengani pengetahuan cerpen. (b) Siswa dalam menuliskan pengalaman pribadi sudah ada peningkatan, yakni mereka tidak malu lagi menulisnya. (c) Hasil kemampuan menulis cerpen siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Namun, perlu disempurnakan lagi supaya siswa yang mendapat lebih atau sama dengan 76 sebanyak 85 %. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 186
(d) Hasil penulisan cerpen berdasarkan pengalaan pribadi yang ditulis melalui metode spider concept map yang dibuat oleh siswa pun sudah mengalami kemajuan yang cukup baik. Siswa sudah paham apa yang seharusnya dan lebih dulu dikerjakan. Misalnya dalam penulisan cerpen seperti kualitas isi, organisasi isi, diksi atau pilihan kata, dan ejaan. Namun, dari hasil pengamatan masih ada beberapa siswa yang membuat spider concept map dengan sangat lambat sehingga beberapa siswa ini tertinggal dari teman-temannya. (e) Kegiatan diskusi telah dilakukan dengan cukup baik. Sebelum siswa mengidentifikasi unsur-unsur cerpen, mereka terlebih dahulu membuat spider concept map, kemudian siswa mendiskusikan hal-hal penting yang ada pada cerpen. Namun, ada saja beberapa siswa yang terlihat tidak serius saat kegiatan diskusi. Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, maka masih dirasakan perlu menyempurnakan proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen siswa, sehingga siswa yang mendapat hasil mencapai KKM sebanyak 85%. Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini perlu dilanjutkan pada siklus ke III, dengan satu kali pertemuan. Materi yang diberikan pada siklus III ini adalah materi tentang penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map secara individu. Materi ini perlu diberikan lagi dengan tujuan siswa lebih paham tentang unsur-unsur cerpen dan penulisan cerpen. Berdasarkan hasil pembuatan to user spider concept map siswa, terlihatcommit beberapa siswa lambat dalam membuat spider
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 187
concept map. Oleh karena itu, pada siklus ini lebih diarahkan lagi agar siswa tersebut dapat menggunakan waktu dengan baik dan hasil penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan spider concept mapnya bagus. Siswa yang tidak serius, bercanda, dan ribut saat proses menulis dan diskusi diberikan teguran atau peringatan sehingga siswa yang lainnya tidak merasa terganggu. 4. Deskripsi Siklus III Pembelajaran menulis cerpen untuk siklus III ditujukan pada penekanan dari guru yakni mengarahkan siswa agar lebih aktif dalam melakukan kegiatan. Lebih rapi dan teratur dalam melakukan kegiatan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi secara runtut. Hal ini penting karena dapat digunakan sebagai acuan ketika nanti siswa diminta mengungkapkan secara lisan di depan kelompoknya atau kelompok lain pada waktu presentasi. Selain itu, ditujukan pula kepada kegiatan mengidentifikasi unsur-unsur cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih paham lagi mengenai unsur cerpen seperti tokoh, watak, latar, sampai dengan konflik, alur dan amanat serta tata cara penuliusan cerpen dengan memperhatikan rambu-rambu penulisan cerpen. Penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi yang dianggap mengesankan, dengan menggunakan metode spider concept map. Berdasarkan pertimbangan dalam refleksi pada siklus II, perencanaan dan pelaksanaan dirancang sebagai berikut. a. Perencanaan Siklus III Kegiatan perencanaan siklus III dilaksanakan pada hari Senin, 17 Oktober 2011, pukul 06.40-.07.00 WIB di ruang guru SMP Negeri 1 Pandak, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 188
Kabupaten Bantul. Peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mendiskusikan proses pembelajaran selanjutnya dengan pertimbangan hasil deskripsi pada siklus II bahwa menulis cerpen siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul yang masih perlu adanya sedikit perbaikan. Perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus III meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut. 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Disepakati
bahwa
pembelajaran
menulis
cerpen
berdasarkan
pengalaman pribadi dalam satu siklus dirancang untuk satu kali pertemuan. Dalam RPP yang telah disusun dan disepakati tersebut mencakup standar kompetensi,
kompetensi
dasar,
indikator,
materi
pokok,
sekenario
pembelajaran, sumber pembelajaran, dan penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada siklus III, dirancang sebagai berikut: siswa menentukan dan memilih pengalaman pribadi yang menarik, membuat spider concept map, dengan mengidentifikasi unsur-unsur cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya pada spider concept map, menyusun dan mengembangkan cerpen, serta mengungkapkan secara lisan hasil penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan kalimat yang runtut (lihat lampiran 11
halaman
283). Adapun langkah-langkah atau
skenario pembelajaran pada siklus III mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut. (a) Tahap Pendahuluan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
Guru memasuki kelas, mempresensi, dan mengondisikan siswa agar dengan segera siap mengikuti proses pembelajaran, menyampaikan SK, KD, tujuan pembelajaran, dan penilaian. Dilanjutkan guru melaksanakan apersespi dengan cara berdialog dengan siswa yang mengarah kepada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, serta mengadakan tanya jawab mengenai cerpen. Guru memotivasi siswa dengan cara memberi reaward kepada siswa sebagai penulis cerpen terbaik di kelas saat siklus II. Sembari membagikan hasil penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi pada siklus II. Guru memberikan reaward bagi penulis cerpen terbaik pada siklus II. Alokasi waktu yang digunakan dalam tahap ini adalah 10 menit. (b) Tahap Inti. Guru menjelaskan kembali mengenai penulisan cerpen dan metode spider concept map dialnjutkan tanya jawab dengan siswa mengenai penulisan cerpen. Kemudian guur menugasi siswa untuk membentuk diskusi kelompok sebangku yakni terdiri dari dua siswa. Dari tiap kelompok dibagikan contoh sepenggal cerpen “Sahabat Sejati” untuk diidentifikasi unsur-unsur cerpen. Langkah selanjutnya siswa dilaksanakan curah pendapat bersama dengan guru mengenai unsur-unsur yang ada dalam contoh cerpen tersebut. Selanjutnya, guru memberi tugas menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode pembelajaran spider concept map secara perseorangan dengan memperhatikan cara penulisan dengan baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 190
Pada saat pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen, guru memantau dan
membimbing
siswa.
Setelaj
selesai,
selanjutnya,
siswa
mempresentasikan hasil karyanya, dan mengumpulkan hasil penulisan cerpen tersebut kepada guru. Waktu yang dialokasikan untuk tahap ini adalah 60 menit. (c) Tahap Penutup. Guru merefleksi terhadap kegiatan sejak awal pembelajaran menulis cerpen, siswa menjawab tentang teori cerpen, menulis cerpen, membuat dan menemukan ide dari pengalaman pribadi, tugas menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi, menyusun unsur-unsur cerpen dalam spider concept map, dan menyusun cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map. Siswa dan guru juga merefleksi langkah-langkah dan hasil pekerjaan atau tugas menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui
metode
spider
concept
map
siswa.
Selanjutnya,
guru
menyimpulkan pembelajaran menulis cerpen tersebut, dan menindaklanjuti pembelajaran agar siswa di rumah berlatih menulis cerpen yang dapat dimulai dari pengalaman-pengalaman yang perrnah dialaminya. Waktu yang dialokasikan untuk tahap penutup adalah 10 menit. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map pada siklus III adalah ruang kelas yaitu ruang kelas IX E SMP commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 191
Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul. Setiap siswa menempati kursi satu dan meja satu. Kursi dan meja diatur sedemikian rupa sehingga siswa duduk secara berurutan dari depan hingga belakang. Siswa yang duduk di baris depan membelakangi siswa di baris kedua. Siswa yang duduk di baris ke dua membelakangi yang duduk di baris ke tiga. Dengan posisi duduk demikian tidak menimbulkan permasalahan. Sementara media pembelajaran adalah kaitannya dengan cerpen di siapkan oleh guru. Adapun media tersebut adalah contoh cerpen “Sahabat Sejati”, tulisan-tulisan teori cerpen, teori menulis cerpen, dan gambar spider concept map untuk merangsang kreativitas siswa menjawab tentang unsurunsur cerpen. 3) Mempersiapkan Lembar Pengamatan (Observasi) Lembar observasi digunakan untuk mengamati segala aktivitas atau kegiatan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Kegiatan atau aktivitas siswa yang diamati meliput: tingkat kinerja siswa selama mengikuti pembelajaran berdasarkan hasil observasi pada siklus II dapat diketahui dari hasil observasi sebagai berikut: (a) kinerja siswa dalam menjawab mengenai pengertian cerpen, (b) kinerja siswa ketika menuliskan pengalaman pribadi yang menarik dan membuat spider concept map, (c) kinerja siswa dalam mengidentifikasikan dan menuliskan unsur- unsur cerpen dengan metode spider concept map, (d) kinerja siswa ketika menyusun cerpen berdassarkan pengalaman pribadi sesuai dengan gambar spider concept map, (e) kinerja siswa dalam mengungkapkan secara lisan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 192
hasil penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi yang dibuat pada forum diskusi kelompok. b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Tindakan perbaikan pada siklus III dilakukan pada hari Rabu, 18 Oktober 2011 dimuali pukul 11.30-13.15 WIB. Pada saat guru memasuki ruang kelas IX E, siswa tidak gaduh, tampak senang dan ceria. Siswa juga sudah terbiasa dengan kedatangan peneliti. Mereka memberikan senyum dan salam.Peneliti memilih duduk di belakang agar dapat dengan mudah memantau kinerja siswa dan guru pada saat proses pembelajaran serta tidak mengganggu jalannya pembelajaran. Pada awal pembelajaran, guru mengucapkan salam, yang kemudian dijawab oleh siswa dengan penuh semangat. Selanjutnya, guru mempresensi kehadiran siswa, pada saat nama siswa dipanggil, tiap siswa menjawab dengan lantangnya. Mereka tampak senang dengan kedatangan guru bahasa Indonesia. Hari itu semua siswa hadir. Selanjutnya guru mengondisikan siswa segera siap mengikuti proses belajar mengajar, menyampaikan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran, serta penilaian proses pembelajaran. Terlihat beberapa siswa mengeluarkan Tindakan perbaikan diawali dengan dialog antara guru dengan siswa yang mengarah kepada ulasan mengenai pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa sebagai apersepsi yang mengarah kepada pembelajaran siklus III. Siswa diarahkan untuk aktif mengemukakan tanya jawab mengenai ide, tema, pengetahuan cerpen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 193
ataupun penulisan cerpen. Dilanjutkan Guru menjelaskan kembali mengenai pengetahuan cerpen dan penulisan cerpen serta metode spider concept map. Guru mengulas mengenai pentingnya menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map dan tujuan pembelajaran. Motivasi untuk siswa dilakukan guru dengan cara mengumumkan peraih penulis cerpen terbaik di kelas ini pada siklus II dan memberikan reward bagi penulis terbaik pada siklus II. Siswa tampak senang dan antusias. Alokasi waktu yang digunakan 10 menit. Pada langkah berikutnya, siswa pun sangat aktif dan antusias dalam mengemukakan ide ataupun bertanya jawab dengan guru. Pertanyaanpertanyaan guru tentang pengetahuan cerpen, teori menulis cerpen dilanjutkan siswa menjawab atau menemukan tema dan unsur-unsur cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Siswa berlomba-lomba tunjuk jari untuk menjawab sesuai pola pikir kreatif siswa. Mereka tampak senang, antusias, dan tak ada yang mengantuk. Tugas untuk siswa yaitu menulis pengalaman pribadi yang menarik dan mengesankan berdiskusi dengan teman sebangkunya. Siswa semangat untuk menulis satu pengalaman pribadi di Lembar Kerja Siswa (LKS). Terlebih dahulu siswa membuat spider concept map, lalu menuliskan unsurunsur cerpen yang terdapat pada pengalaman pribadinya, kemudian menyusunnya menjadi cerpen yang utuh, runtut, dan menarik. Siswa sangat bersemangat, dan segera mengerjakan tugas dari guru. Guru memantau kemajuan siswa dengan cara berkeliling, melihat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 194
tulisan siswa dan membimbingnya. Guru mengoreksi, menilai, dan memberi komentar, serta tetap memberikan kesempatan siswa jika ada yang ingin bertanya tentang hal-hal yang belum paham mengenai materi pelajaran. Siswa terlihat asyik menyusun spider concept map, dan meletakkan unsurunsur cerpen dengan benar. Ternyata konsep yang disusun siswa saat siklus III lebih terinci dan lebih kreatif dibandingkan konsep yang disusun siswa saat siklus I dan siklus II. Siswa tampak lebih antusias dan berlomba-lomba menjadi penulis cerpen yang terbaik di antara teman-temannya. Siswa mengumpulkan tugas pada guru. Guru memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berprtisipasi aktif. Alokasi waktu yang digunakan adalah 60 menit. Pembelajaran pada siklus III diakhiri dengan penyimpulan dan refleksi. Siswa dan guru menyimpulkan merefleksi terhadap kegiatan mulai tanya jawab, kesempatan siswa untuk mengemukakan respon-respon telah dibuka oleh guru, demikian juga kreativitas siswa yaitu kinerja siswa berupa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi melalui metode spider concept map. Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran secara global. Kemudian, guru memberikan tindak lanjut yaitu siswa menerima tugas untuk membaca-baca cerpen sebagai perbendaharaan pengalaman siswa. Adapun alokasi waktu yang diperlukan untuk refleksi adalah 10 menit. c. Observasi Di bawah ini adalah hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan siklus III.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 195
1) Pengamatan terhadap Kinerja Guru Guru telah berusaha melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana yang disusun untuk pelaksanaan siklus III. Guru telah memberikan apersepsi dengan bertanya jawab terkait dengan penjelasan mengenai cerpen, pengalaman pribadi, dan penulisan cerpen. Penjelaskan mengenai metode spider concept map yang akan digunakan dalam penulisan cerpen telah dijelasskan kembali. Hasil karya siswa yakni berupa penulisan cerpen pada siklus II dibagikan kepada siswa, sehingga siswa akan mengetahui sisi mana yang kurang sempurna atau harus diperbaiki. Setelah hasil karya siswa dibagikan oleh guru, dan sudah berada ditangan masing-masing, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan cerpen masing-masing dan mengoreksinya. Siswa tampak senang karena karya mereka lebih baik dari pada karya-karya sebelumnya. Tiba-tiba guru mengumumkan bahwa akan penulis terbaik mendapat reward berupa kamus istilah dan penulis terbaik kedua diberi reward buku “EYD”. Sejenak seisi ruangan tenang, lengang, dan yang tampak hanya mimik muka para siswa menantikan kata-kata guru mengucapkan penulis terbaik. Mereka seakanakan berrharap dirinya yang paling baik karyanya. Tidak lama kemudian, guru memanggil dua siswa untuk ke depan kelas, yakni siswa yang memiliki nomor absen 04 dan 14. Seraya guru meminta keddua siswa tersebut maju, terdengar tepuk tangan dari para siswa. Siswa tampak bergembira dan semngat pada siang itu. Melalui pemberian reaward ternyata hal tersebut menjadikan siswa termotivasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 196
dalam kegiatan menulis cerpen. Guru memberikan pujian kepada siswa yang mampu mersepon pertanyaan guru dan membuat spider concept map dengan baik serta memberikan motivasi kepada siswa agar dapat menulis cerpen lebih baik lagi. Berikut gambar guru pada saat memberikan reaward bagi penulis cerpen terbaik pada siklus II.
Gambar 11. Pemberian Reaward dari Guru untuk Siswa sebagai Penulis ....................Cerpen Terbaik dan Peringkat Kedua pada Siklus II Setelah pemberian reaward, guru menjelaskan langkah penulisan cerpen, dan metode spider concept map. Siswa diminta untuk bergabung dengan teman sebangkunya untuk berkelompok dalam kegiatan pembelajaran menulis cerpen. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan kemmapuan siswa dalam menulis cerpen serta agar siswa idak tergantung dengan banyak anggota dalam kelompok. Guur memberikan contoh cerpen “Sahabat Sejati”. Bersama teman sebangkunya siswa mengidentifikasi unsur cerpen tersbeut. Tugas selanjutnya adalah siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan metode spider concept map secara mandiri. Siswa yang tidak tertib saat menulis dan to user berdiskusi langsung diberikan commit peringatan atau teguran. Jika kelas sudah mulai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 197
terdengar ribut dan gaduh, guru akan menyebutkan kata “Hallo” dan secara otomatis siswa akan menjawab “Hai”. Sapaan ini telah disepakati oleh guru dan murid untuk menertibkan dan menenangkan siswa. Saat membuat spider concept map guru memberikan penjelasan dan arahan kepada siswa yang terlihat lambat atau jauh ketinggalan oleh temannya. Pada saat salah satu siswa mewakili kelompoknya untuk presentasi, mereka sudah tampak sangat berani mengemukakan apa yang ditulisnya. Tidak malu lagi jika tulisannya dibaca oleh temannya. Justru mereka bangga jika temanya ingin membaca cerpen yang telah ia tulis. Sebagian besar siswa sudah berani mengemukakan komentar terrhadap cerpen temannya. Pada kegiatan akhir guru telah melakukan kegiatan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan baik. Kegiatan yang akan dilakukan pada pertemuan minggu depan juga telah disampaikan oleh guru. 2) Pengamatan terhadap Kinerja Siswa Pada siklus III ini, siswa bergabung bersama kelompok dengan tertib. Siswa menjawab salam dari guru. Pada kegiatan pendahuluan, siswa menulis cerpen apersepsi guru dengan baik. Siswa mendengarkan dengan penuh konsentrasi saat guru mengajak dialog mengenai pengetahuan cerpen dan penulisannya. Serta menjelaskan kembali mengenai cerpen dan spider concept map. Guru membagikan cerpen hasil karya siswa pada siklus II. Siswa yang dapat menulis cerpen terbaik, diberi pujian dan akan diberikan reaward oleh guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 198
..Pada kegiatan inti, siswa bergabung dengan teman sebangkunya untuk curah pendapat menganai penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menerapkan metode spider concept map. Siswa tampak ceria dan semangat. Jika ada yang belum paham, mereka saling bertanya dengan teman sebangkunya. Mereka sangat antusias dan berlomba-lomba ingin menjadi penulis cerpen terbaik. Pada saat presentasi, guru meminta perwakilan dari tiap kelompok. Mereka lebih berani dalam mengemukakan hasil tulsiannya pada forum diskusi. Siswa yang lain pun tampak senang mendengar cerpen yang dibacakan temannya, mereka memberi komentar dan bertepuk tangan setelah selesai temannya presentasi, sepeti terlihat pada gambar berikut.
Gambar 12. Siswa Bertepuk Tangan dan Tampak Gembira Usai Mereka Menulis Cerpen dan Temannya Presentasi Siswa terlihat penuh semangat dan ceria. Siswa yang telah selesai membuat cerpen, kemudian mengumpulkannya kepada guru. Pada saat pengumpulan cerpen commit to user kepada guru, siswa saling berebut untuk segera mengumpulkan cerpen kepada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 199
guru. Siswa yang telah mengumpulkan karyanya, lalu duduk di kursi masingmasing, dans setiap ada teman yang sedang mengumpulkan karyanya, teman yang sudah mengumpulkan tadi bertepuk tangan memberikan penghargaanan motivasi kepada teman tersebut. Selesai pengumpulan, Guru dan siswa berrsama-sama menyimpulkan
kegiatan
pembelajaran
yang
telah
dilakukan.
Siswa
meninggalakan kelas dengan tertib dan penuh keceriaan. d. Analisis dan Refleksi 1) Analisis (a) Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen Siswa pada Siklus III Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian kinerja guru serta penilaian kinerja siswa, kualitas proses pembelajaran menulis cerpen sudah mengalami peningkatan. Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan kualitas proses pembelajaran pembelajaran
siklus
III
dibandingkan
menulis cerpen pada dengan
kualitas
proses
pembelajaran menulis pada siklus II. ..........Berdasarkan
hasil
pengamatan
pada
siklus
III,
proses
pembelajaran berjalan sesuai dengan harapan. Siswa terlihat sangat aktif selama pembelajaran. Keseriusan saat menulis cerpen penjelasan guru dan saat menulsi cerpen pun semakin terlihat. Siswa menulis pengalaman pribadi dan membuat spider concept map dengan baik. Hal-hal yang berkaitan dengan penulsian cerpen. Jika belum paham didiskusikan dengan baik dalam kelompok. Keceriaan pun telihat saat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 200
ada temannya menjadi penulis cerpen dan mendapat reward. Mereka semakin bersemangat dan berlomba-lomba
dalam melaksanakan
kegiatan menulis cerpen yang diperintah guru. Saat membuat spider concept map siswa pun sangat semangat dan sebagian besar siswa telah mengerti cara membuat spider concept map dan menempatkan unsur pembangun cerpen pada spider concept map sehingga dari hasil pengamatan tidak ada lagi siswa yang telihat kebingungan saat membuat spider concept map dan menempatkan unsur pembangun cerpen. Siswa juga sudah dapat melakukan kegiatan menulis cerpen dengan menerapkan rambu-rampu penilaian menulis cerpen dengan baik seperti memperhatikan kualitas isi, organisasi isi, diksi/ pilihan kata, dan ejaan. Selain dari hasil pengamatan, peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen di kelas IX E dapat dilihat dari hasil penilaian kinerja guru dan penilaian kinerja siswa. Untuk lebih jelasnya hasil penilaian kinerja guru pada siklus III, dapat dilihat pada lampiran 26 halaman 321) Dalam hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru yang dilakukan selama pembelajaran menulis cerpen siklus III mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II. Adapun nilai kinerja guru pada siklus II sebanyak 73,5, meningkat menjadi 98,00 pada siklus III. Sementara itu, kinerja siswa saat pembelajaran menulis cerpen pada siklus III dapat menunjukkan kegiatan yang dilakukan saat pembelajaran kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 201
menulis cerpen pada siklus III tergolong sangat tinggi dengan rata-rata skor yang diperoleh siswa sebanyak 80,63. Jadi, kegiatan siswa yang diamati saat pembelajaran menulis cerpen pada siklus III mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus II. Peningkatan tersebut dilihat dari nilai rata-rata kegiatan siswa saat mengikuti pembelajaran kemampuan menulis cerpen. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus II sebesar 77,03 dengan kategori baik meningkat menjadi 80,63 dengan kategori sangat baik pada siklus III. (b) Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Siklus III Hasil kemampuan menulis cerpen siswa telah mengalami peningkatan pada siklus III. Peningkatan ini terbukti dari hasil tes menulis cerpen siswa (data nilai siswa terlampir pada halaman 304). Peningkatan persentase ketuntasan klasikal dibandingkan pada siklus III dapat dilihat pada tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Siklus II dengan Siklus III No Siklus
1 2
Siklus II Siklus III
Jumlah Siswa Tuntas Tidak Tuntas 21 9 30 0
Persentase Ketuntasan Klasikal 70,00% 100,00%
Tabel di atas menggambarkan bahwa persentase ketuntasan klasikal siswa semakin meningkat. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 21 user 9 orang. Pada siklus III terjadi orang dan yang tidak commit tuntas to hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 202
peningkatan, yaitu siswa yang dari 30 siswa adalah tuntas. Ketuntasan klasikalnya pun meningkat dari 70% pada siklus II menjadi 100% pada siklus III. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus III juga sudah mengalami peningkatan, yaitu 80,63 dibandingkan nilai rata-rata kelas pada siklus II, yaitu 77,03. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu 80,0 % pada siklus II menjadi 86,6 % pada siklus III. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai kemampuan menulis cerpen siswa dengan menerapkan metode spider concept map telah mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. 2) Refleksi Penerapan
metode
spider
concept
map
dalam
pembelajaran
kemampuan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi pada siklus III ini sudah dapat dikatakan sesuai dengan harapan dan berjalan lebih optimal, dibandingkan tindakan pada siklus I dan siklus II. Siswa terlihat bergitu semangat saat menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Melalui penggunaan metode spider concept map ini pemahaman siswa terhadap apa yang akan ditulisnya menjadi sebauh cerpen lebih mudah dibandingkan dengan menulis cerpen secara langsung. Selain
itu, siswa juga sudah
mampu menulis cerpen dengan berpedoman pada rambu-rambu penilain tulisan cerpen, seperti kualitas isi, organisasi isi, diksi/pilihan kata, dan ejaan. Sebagian siswa juga mampu mengungkapkan hasil karyanya berupa cerpen dalam forum diskusi dengan baik. Mereka lebih berani lagi dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 203
mengungkan hasil karyanya. .........Pengelolaan kelas oleh guru cukup berlangsung semakin kondusif dan menyenangkan. Hal ini terbukti begitu tiba giliran siswa menuliskan pengalaman pribadi dan membuat spider concept map, siswa terlihat bergitu bersemangat dan ceria. Para siswa sudah dapat mengembangkan daya ingatannya pada pengalaman pribadinya, imaginasinya dan kreativitasnya melalui pembuatan spider concept map. Siswa tidak hanya mengaktifkan otak kirinya saat menulis cerpen, otak kanan siswa juga berfungsi saat membuat menulisakn unsur cerpen pada spider spider concept map. Siswa terlihat sangat suka menuangkan unsur-unsur pembangun cerpen dengan gambar spider concept map. Tidak hanya proses pembelajaran yang semakin meningkat kualitasnya, tetapi juga kinerja siswa saat bertanya jawab mengenai pengetahuan cerpen
sudah meningkat. Hasil tes yang
diberikan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi juga semakin meningkat. Hal ini terbukti dari 29 siswa yang mengikuti tes menulis cerpen pada siklus III, sebanyak 96,6%. Berdasarkan hasil refleksi pada Siklus III ini, maka indikator kinerja dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini sudah tercapai sesuai dengan harapan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 204
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Keadaan Awal (Pratindakan) Siswa terhadap Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Berdasarkan hasil observasi dan tes awal diperoleh gambaran bahwa menulis cerpen siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul masih tergolong rendah atau belum mencapai KKM yang ditetapkan. Dari hasil pengamatan, siswa terlihat kurang tertarik dengan pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung interaksi antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa masih kurang. Siswa juga cenderung pasif. Hal ini juga tentunya dipengaruhi metode dan media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Telah diketahui bahwa, guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk menciptakan suasana yang menyenangkan tersebut. Penggunaan metode dapat memperjelas dan mempermudah materi yang diajarkan sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa. Penggunaan media juga dapat menarik perhatian siswa, sehingga jika siswa sudah merasa tertarik, maka diharapakan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, metode yang digunakan oleh guru masih tergolong konvensional, yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Media yang digunakan pun hanya berupa buku paket untuk kelas IX. Pada keadaan awal ini, saat proses pembelajaran menulis cerpen dengan standar kompetensi mengungkapkan kembali dalam bentuk cerpen peristiwa yang pernah dialami. Guru hanya memberikan apersepsi terkait dengan penjelasan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Materi tidak dijelaskan secara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 205
mendalam oleh guru sehingga siswa tidak tahu bagaimana cara menentukan pokok-pokok
penting
dari
informasi
yang
disimak.
Guru
juga
tidak
menyampaikan SK, KD, indikator, dan penilaian yang akan dilakukan. Padahal, ini cukup penting diiformasikan sebagai gambaran awal agar siswa tahu apa yang seharusnya dilakukan dan dikerjakan. Informasi tentang pengetahuan cerpen dibacakan langsung oleh guru. Volume suara, lafal, intonasi, dan jeda guru saat membacakan informasi tergolong cukup. Namun, informasi yang disimak oleh siswa tidak bisa dikatakan berjalan maksimal karena waktu itu kelas di sebelah kelas IX E sangat gaduh. Selain itu, saat proses menulis berlangsung terlihat ada beberapa siswa yang mengganggu teman di sebelahnya, tampak bingung mau menulis apa. Konsetrasi menulis siswa menjadi buyar, ketika ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini terjadi karena siswa tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Kegiatan
bertanya
jawab
mengenai
pengetahuan
cerpen
belum
dilaksanakan dengan baik. siswa yang bertanya hanya sekitar tiga siswa, dan hanya siswa yang itu-itu saja. Untuk kelompok diskusi, terlihat siswa dalam kelompok bercanda dan tidak serius. Hasil diskusi yang dilakukan oleh kelompok tidak dibahas oleh guru, tetapi ditulis dalam kertas dan langsung dikumpulkan. Pada akhir pembelajran, siswa tidak diajak untuk menyimpulkan pembelajaran yang dilakukan. Guru juga tidak melakukan refleksi sehingga siswa tidak mengatahui kesalahan atau kekurangan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan hasil tes pada kondisi awal dapat diketahui sejumlah 26 orang atau 86,6 % mendapat nilai kurang dari 76,00. Sedangkan 4 atau 13,3% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 206
siswa mendapat nilai lebih atau sama dengan 76,00. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebanyak 70,70 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 13,33%.
2. Pembelajaran Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Menerapkan Metode Spider Concept Map Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat kompleks dan sangat dibutuhkan siswa bukan hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia, tetapi pada semua mata pelajaran yang dipelajari siswa. Maka dari itu, pembelajaran menulis haruslah mendapat perhatian penuh di semuan jenjang pendidikan. Keberhasilan pencapain SK dan KD tersebut sangat dipengaruhi oleh pemilihan metode pembelajaran. Maka dari itu, guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa sehingga mampu meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. Tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kemampuan menulis cerpen dengan menerapkan metode spider concept map. Tindakan ini dipilih sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis siswa. Peningkatan tersebut meliputi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil yang dicapai setelah pembelajaran. Penggunaan metode spider concept map dalam pembelajaran kemampuan menulis dapat meningkatkan konsentrasi dan daya ingat siswa. Telah diketahui bahwa menulis membutuhkan konsentrasi pikiran, pemahaman, dan ingatan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 207
Penggunaan spider concept map ini juga sangat sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh guru untuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pembelajaran menulis kelas IX. Salah satu indikator itu, yaitu (1) mampu mendata peristiwa-peristiwa yang pernah dialami, dan (2) mampu menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Jadi, pokok-pokok penting (unsur-unsur cerpen) yang telah ada dalam pengalaman priabdi siswa yang telah diidentifikasi dapat dibuat dalam bentuk spider concept map. Pokok-pokok penting dalam pengalaman pribadi siswa tentunya lebih diingat lagi apabila dibuat dalam bentuk spider concept map. Karena apa yang dialami siswa tidak berlalu begitu saja, tetapi telah terekam atau tersimpan dalam spider concept map. Kreativitas siswa juga dapat diasah dalam pembuatan spider concept map ini. Spider concept map dapat melatih kreativitas siswa. Siswa bebas mengimajinasikan pengalaman pribadi mereka dengan garis-garis dalam gambar spider concept map, sehingga pembelajaran menulis tidak lagi membosankan, tetapi menjadi lebih menarik dan mengasyikkan. Siswa pun dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi lebih aktif. Sembari membuat spider concept map, siswa juga dapat melakukan diskusi dengan temannya. Kreativitas siswa dalam membuat spider concept map berupa cabang, dan gambar dapat mengaktifkan otak kanan siswa. Saat menulis otak kiri siswa saja yang aktif sedangkan otak kanan menganggur, tetapi hal-hal penting yang telah diingat siswa yang dituangkan dalam bentuk spider concept map dapat juga mengaktifkan tugas otak kanan siswa. Jadi, dalam pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi dengan menerapkan metode spider concept map dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 208
menyeimbangkan fungsi kerja dua otak siswa sekaligus. Selain penerapan metode spider concept map dalam pengajaran menulis cerpen dapat mengaktifkan dua indra siswa sekaligus, yaitu menngingat peristiwa yang pernah dialami dan menulisnya dalam bentuk cerpen. Hal ini tentu mampu membuat kemampuan menulis siswa lebih bagus karena selain mengingat siswa juga menulis apa yang dialaminya. Bahan untuk penulisan cerpen siswa pun menjadi lebih mudah dibuat dan waktu yang digunakan juga menjadi lebih efektif. Berdasarkan hasil observasi dari siklus I sampai siklus III kemampuan menulis cerpen siswa dengan menerapkan metode spider concept map mengalami peningkatan yang cukup pesat. Peningkatan meliputi proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis siswa. Kelas pun menjadi lebih hidup dan tidak ada lagi siswa yang pasif. 3. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Kemampuan Menulis Cerpen Kualitas proses pembelajaran kemampuan menulis cerpen di kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul mengalami peningkatan setelah diterapkan metode spider concept map. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis tersebut dapat diketahui dari hasil pengamatan dan penilaian kinerja guru serta penilaian aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran menulis. .Sebelum diberikan tindakan, kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada guru dan siswa cenderung pasif. Siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan penjelasan dari guru. Kegiatan tanya jawab dan diskusi pun tidak dilakukan secara maksimal. Kerjasama antar kelompok kurang. Konsentrasi siswa saat menulis masih kurang. Saat proses menulis berlangsung beberapa siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 209
terlihat tidak serius, bercanda, dan mengganggu temannya, bahkan ada yang bingung memilih bahan (ide) pengalaman pribadi untuk penulisan cerpen. Konsentrasi menjadi buyar, ketika saat proses menulis berlangsung ada beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan dan meminta guru menjelaskan lagi. Hal ini disebabkan karena volume suara guru saat membacakan informasi tidak stabil, dalam artian ada kalanya volumenya besar, adakalanya volume suaranya kecil. Siswa pun kurang bersemangat mengikuti pembelajaran, hal ini terbukti dengan terlihatnya beberapa siswa yang menguap saat informasi dibacakan. Setelah diterapkannya metode spider concept map kelas menjadi lebih hidup. Penerapan metode spider concept map dapat meningkatkan konsentrasi siswa karena sebelum menulis guru telah menjelaskan hal-hal yang harus diperrhatikan dan nantinya dibuat ke dalam spider concept map. Siswa pun menjadi lebih fokus saat menulis. Siswa menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran, hal ini terbukti saat tiba giliran membuat spider concept map siswa terlihat begitu senang dan bersemangat. Dalam mengidentifikasi cerpen dan membuat spider concept map kerjasama siswa juga meningkat. Siswa yang sudah paham dan bisa dengan baik membuat spider concept map dapat memberi tahu siswa yang kurang. Saat membuat spider concept map, siswa juga terlihat berdiskusi dan saling bertukar pendapat. Rasa saling berbagi pun tumbuh. Siswa yang tidak membawa penghapus dan pensil terlihat meminjam di kelompok atau pada kelompok lain. Saat meminjam pun mereka terlihat tertib dan tidak ribut. Penggunaan pengalaman pribadi sebagai bekal (ide) penulisan cerpen dapat meningkatkan minat siswa belajar. Melalui Pengalaman pribadi, siswa lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 210
mudah dan dapat menarik perhatian siswa dibandingkan langsung menulis cerpen tanpa diarahkan bahwa dapat digunakan pengalaman siswa sebagai idenya. Siswa terlihat sangat senang dan sibuk menulis cerpen. Konsentrasi siswa saat menulis cerpen pun meningkat dan tidak ada lagi siswa yang bertanya atau dijelaskan ulang informasi mengenai cerpen. Selain dari hasil pengamatan, kinerja guru dari pratindakan sampai pelaksanaan tindakan siklus III mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.. Tabel 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata Kinerja Guru Pratindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III No Siklus Nilai Rata-rata Kategori 1 Pra Siklus 57,84 Kurang 2 Siklus I 61,76 Cukup 3 Siklus II 73,52 Baik 4 Siklus III 98,00 Baik Sekali Tabel di atas menunjukkan bahwa kinerja guru selama pembelajaran menulis dari sebelum diberikan tindakan atau pratindakan sampai siklus III mengalami peningkatan. Pada pratindakan kinerja guru masih tergolong kurang dengan nilai rata-rata yang diperoleh sebanyak 57,84. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, nilai rata-rata kinerja guru mengalami peningkatan menjadi 61,76 dengan kategori cukup. Nilai rata-rata kinerja guru pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 73,52 dengan kategori baik dan pada siklus III mengalami peningkatan menjadi 98,00 dengan kategori baik sekali
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 211
Tabel 13. Perbandingan Nilai Rata-rata Kinerja Siswa Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No 1.
2.
3.
4.
5.
Aspek yang Diamati Kinerja siswa ketika tanya jawab tentang pengetahuan cerpen. Kinerja siswa ketika menulis pengalaman pribadi dan menggambar spider concept map. Kinerja siswa ketika mengidentivikasi dan menuliskan unsur pembangun cerpen. Kinerja siswa ketika menyusun cerpen berdasarkan penaglaman pribadi sesuai dengan gambar spider concept map. Kinerja siswa ketika menungkapkan secara lisan hasil penulisan cerpen berrdasarkan penaglaman pribadi yang dibuat pada forum.
Rerata
K
I (%) C
B
43,00
56,66
40,00
6,66
50,00
43,33
6,66
50,00
46,66
10,00
46,66
6,66
13,26
Siklus II (%) K C -
B
30,00
70,00
26,66
73,33
-
26,66
70,00
50,00
26,66
26,66
73,33
46,66
46,66
-
36,33
63,33
49,99
45,33
29,26
69,99
-
K -
III (%) C B 10,00
90,00
6,66
93,33
10,00
90,00
10,00
90,00
13,33
86,66
9,99
89,99
-
-
6,66
-
5,33
commit to user
1,32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 212
Hasil observasi disajikan pada tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran pada tabel di atas, dapat dideskripsikan bahwa aktivitas siswa dapat dilihat berdasarkan hasil observasi yang meliputi kegiatan-kegiatan: (1) kinerja siswa ketika tanya jawab mengenai pengetahuan cerpen, (2) kinerja siswa ketika menuliskan pengalaman pribadi dan menggambar spider concept map, (3) kinerja siswa dalam membuat kerrangka dengan metode spider concept map, (4) kinerja siswa ketika menyusun cerpen berdasarkan pengalaman pribadi sesuai dengan gambar spider concept map, (5) kinerrjas siswa ketika mengungkapkan secara lisan hasil penulisan berdasarkan pengalaman pribadi yang dibaca pada forum. Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus I kategori kurang sebesar 13,26% kategori cukup sebesar 49,99%, dan kategori baik 45,33%. Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus II kategori kurang sebesar 5,33%, kategori cukup sebesar 29,26%, dan kategori baik 69,66%. Rerata hasil observasi dari segi aktivitas siswa pada siklus III kategori kurang sebesar 1,32%, kategori cukup sebesar 9,99 %, dan kategori baik 89,99%. (lampiran 17 halaman 300). Nilai rata-rata kinerja siswa dari pratindakan sampai siklus III juga mengalami peningkatan. Pada pratindakan siswa cenderung pasif. Nilai rata-rata kinerja siswa pada pratindakan sebanyak 36 dengan kategori rendah. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, siswa nampak lebih aktif dan nilai rata-rata kinerja siswa juga meningkat menjadi 62,5 dengan kategori cukup. Pada siklus II nilai rata-rata kinerja siswa juga meningkat menjadi 78,8 dengan kategori tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 213
dan pada siklus III juga mengalami peningkatan menjadi 85 dengan kategori tinggi sekali. Berikut disajikan kualitas proses pembelajaran berdasarkan kinerja guru dan siswa sesudah dan sebelum menerapkan metode spider concept map. Tabel 14. Skor Kinerja Siswa dan Guru Sebelum dan Sesudah Menerapkan Metode Pembelajaran Spider Concept Map Kinerja Siswa
Guru
Sebelum
Sesudah
Sebelum Sesudah
K
C
B
K
C
B
21,78%
77,42%
-
0%
0,08%
99,92%
57,84%
98,00%
Berdasarkan tabel di atas, rerata kinerja siwa sebelum menggunakan metode pembelajaran spider moncept map adalah 21,78% berkategori kurang, 77,42% berkategori cukup. Sesudah mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran spider concept map, rerata kinerja siswa meningkat menjadi kategori baik yaitu 99,92% dan 0,08% berkategori cukup. Berdasarkan hasil tersebut, berarti terdapat peningkatan
kinenrrja
siswa
setelah
mengikuti
pembelajaran
dengan
menggunakan metode pembelajaran spider concept map.
4. Peningkatan Kualitas Kemampuan Menulis Cerpen Siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis cerpen masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) metode yang digunakan oleh guru kurang mampu membangkitkan motivasi dan semangat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 214
siswa untuk mengikuti pembelajaran, 2) kurangnya ide sebagai bahan menulis cerpen, 3) siswa tidak dapat berkonsetrasi saat menulis, 4) daya ingat siswa terhadap informasi yang disimak kurang, 5) Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) masih didominasi oleh guru, dan 6) siswa cenderung pasif saat proses pembelajaran. Beberapa hal inilah yang mengakibatkan siswa belum mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 76,00. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji coba sebelum tindakan dilaksanakan yakni jumlah siswa yang tuntas berjumlah 4 siswa atau 13,33%., dengan nilai rata-rata baru mencapai 70,70. Berdasarkan pada permasalahan tersebut peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dengan menerapkan metode spider concept map. Tujuannya, agar siswa memiliki kemampuan menulis cerpen yang baik, senang dengan pembelajaran sastra, dan dapat mencapai batas KKM yang telah ditetapkan dalam kurikulum yakni 76,00 dan sesuai dengan idikator pencapaian yang ingin diraih pada penelitian ini, yaitu siswa yang mendapatkan nilai lebih atau sama dengan 76,00 sebanyak 85%. Hasil yang diperoleh siswa setelah diberikan tindakan, yaitu pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan. Namun, pada siklus I ini, tindakan yang diberikan dikatakan belum maskimal karena indikator yang ditetapkan pada siklus I belum tercapai. Berikut tabel yang memperlihatkan hasil kemampuan menulis cerpen kelass IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 215
No.
1. 2.
3.
4.
Tabel 15. Hasil Kemampuan Menulis Cerpen pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Aspek Siklus Pencapain Pratindakan I II III Hasil belajar Rerata kelas 70,70 73,97 77,03 80,63 Jumlah siswa 26 17 9 0 yang mendapat nilai < dari 76 Rerata siswa 4 13 21 30 yang emndapat nilai ≥ 76 Ketuntasan 13,33% 43,34% 70.00% 100% klasikal
Dari tabel di atsa dapat dideskripsikan bahwa pada siklus I ini,dari 30 siswa kelas IX E yang mendapatkan yang mendapatkan nilai kurang dari 76 sebanyak 26 orang atau 86,60% dan siswa yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 76 sebanyak 4 siswa atau 13,33% dari 30 siswa. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus 1 sudah mengalami peningkatan, yaitu 73,96 dibandingkan nilai rata-rata kelas sebelum diberikan tindakan, yaitu 70,70. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu 13,33% sebelum diberikan tindakan menjadi 43,34% setelah diberikan tindakan. Pada siklus II siswa diberikan pembelajaran kemampuan menulis cerpen dengan penerapan metode yang sama yakni metode spider concept map dengan melakukan perbaikan. Misalnya guru harus menjelaskan kembali metode spider concept map kepada siswa dengan contoh-contoh yang dapat diambil dari contoh cerpen dan hasil spider concept map siswa yang paling bagus dan guru juga harus mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi sebelum membuat cerpen commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 216
berdasarkan pengalaman pribadi spider concept map yakni mengidentifikasi unsur-unsur cerpen yang ada terdapat pada contoh cerpen. Pada siklus II pembelajaran berlangsung dengan lebih baik dan nilai kemampuan menulis cerpen siswa lebih bagus dibandingakan pada siklus I. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus 2 sudah mengalami peningkatan, yaitu 77,03 dibandingkan nilai rata-rata kelas pada siklus 1, yaitu 73,96. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu 43,34 % pada siklus I, menjadi 70,00 % pada siklus II. Pada siklus II ini, dapat dikatakan bahwa nilai kemampuan menulis siswa dengan menerapkan metode spider concept map telah mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Walapun, nilai pada siklus II ini sudah sesuai dengan harapan, namun untuk menyempurnakan proses dan hasil pembelajaran kemampuan menulis siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul, pada siklus III ini diharapakan siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 76 sebanyak 85%. Pada siklus III ini pembelajaran menulis cerpen difokuskan kepada kinerja siswa dalam penulisan cerpen bertanya jawab, menulis cerpen berdasar pengalaman pribadi. Keaktivan siwa dalam berdiskusi dan mengungkapkan hasil karya dalam forum diskusi. Rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus III sudah mengalami peningkatan, yaitu 80,63. dibandingkan nilai rata-rata kelas pada siklus II, yaitu 77,03. Nilai ketuntasan klasikalnya pun sudah mengalami peningkatakan, yaitu pada siklus I sebesar 13,33 %, siklus II menjadi 43,34 % pada siklus II, dan pada siklsu III sebesar 100%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai kemampuan menulis siswa dengan menerapkan metode commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 217
spider concept map mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di atas, dapat dibuktikan secara teorites maupun empiris bahwa tindakan yang diberikan, yaitu berupa penerapan metode spider concept map cukup bermanfaat dalam peningkatan kemampuan kemampuan menulis siswa. Secara teorites tindakan-tindakan yang dilakukan didukung oleh teori-teori yang relevan dengan masalah-masalah yang dihadapi di kelas. Secara empiris tindakan-tindakan yang dilakukan memiliki dampak yang bermanfaat bagi peningkatan-peningkatan kemampuan menulis. Apabila sebelum penelitian ini dilaksanakan, kemampuan menulis siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak Kabupaten Bantul masih tergolong rendah atau tidak sesuai dengan harapan. Maka setelah diberikan tindakan berupa penerapan metode spider concept map dan peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa secara memadai dari siklus I hingga siklus III. Peningkatan tersebut secara berangsurangsur dari siklus I, II, dan III meningkat C. Keterbatasan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapakan metode spider concept map guna meningkatkan kemampuan menuliscerpen siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantiul ini sudah dilakukan dengan cukup baik, namun peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Ketaksempurnaan dan kekurangan tersebut dilandasi dengan memperhatikan beberapa alasan yang bersifat teknik di lapangan, peneliti menyadari memiliki keterbatasan yang tidak dapat dihindari, antara lain sebagai berikut. 1) Penelitian tindakan kelas idealnya dilakukan dalam kurun waktu yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 218
relatif lama. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan menulis cerpen siswa dapat dilatih dengan baik dan benar-benar dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari penerapan metode spider concept map ini. Namun, karena alasan yang menyangkut finansial dan keterbatasan waktu pihak institusi tempat penelitian, maka penelitian ini hanya dilakukan dalam waktu kurang lebih tiga bulan. Dalam waktu tersebut dapat diketahui perkembangan dan peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dengan menerapkan metode spider concept map. 2) Dalam melakukan observasi, peneliti menyadari masih belum akurat dan sempurna. Hal tersebut dikarenakan perhatian peneliti terhadap jalannya pembelajaran terbagi. Perhatian peneliti terbagi untuk mengamati kegiatan guru, siswa, dan jalannya proses pembelajaran. Namun, observasi tetap dilakukan sebaik mungkin guna memperoleh data yang diinginkan. 3) Peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa dengan penerapan metode spider concept map sudah dapat tuntas 100%, namun ada satu siswa yang mendapat nilai 76 yakni batas KKM. Di samping itu, penelitian ini diharapkan tidak mengganggu pencapaian Kompetensi Dasar (KD) yang lainnya sehingga penelitian ini dicukupkan pada satu kali pertemuan untuk siklus III. 4) Keterbatasan sarana yakni untuk pembentukan kelompok diskusi kurang baik karena keadaan kelas yang kurang luas. Tetapi, keterbatasan ini dapat meningkatkan rasa saling berbagi siswa dengan sesama teman dan melatih kesabaran siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat disimpulkan : 1. Penerapan metode pembelajaran spider concept map dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi bagi siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul. Kualitas proses pembelajran ditinjau dari sudut pandang. Sudut pandang pertama adalah siswa. Sebelum guru menggunakan metode pembelajaran spider concept map siswa pasif, tidak pernah mengutarakan ideide, tidak bersemangat, hanya menyimak penjelasan guru diselingi mencatat penjelasan guru. Berdasar hasil pengamatan, kinerja siswa sebelum menggunakan metode pembelajaran metode spider concept map sebesar 5,99% berkategori kurang dan 94,01% berkategori cukup kemudian mengalami peningkatan menuju perbaikan setelah guru menggunakan metode pembelajaran spider concept map yaitu tidak ditemukan siswa berkategori kurang. Kinerja siswa berkategori cukup adalah 0,08% sedangkan kinerja siswa berkategori baik adalah 99,92%. Dengan kondisi demikian dapat dinyatakan bahwa metode pembelajaran spider concept map dapat meningkatkan aktivitas siswa. Sebelum guru menggunakan metode pembelajaran spider concept map, commit to user
219
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 220
guru menggunakan metode pembelajaran ceramah. Metode pembelajaran ceramah menimbulkan beberapa kekurangan diantaranya adalah guru tidak menggunakan media pembelajaran, guru lelah, siswa mengantuk, dan ide-ide siswa tersumbat sebab guru tidak memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan respon-respon. Dengan penggunaan metode pembelajaran spider concept map kinerja guru lebih bermakna bagi siswa. Selain itu, terjadi peningkatan aktivitas guru. Sebelum menggunakan metode pembelajaran spider concept map, kinerja guru berskor rendah yaitu 57,84 tetapi setelah menggunakan metode pembelajaran spider concept map aktivitas guru meningkat yaitu berskor 98,03. 2. Penerapan model pembelajaran spider concept map, dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Peningkatan kemampuan menulis cerpen dapat diketahui dari hasil tes berupa hasil karya siswa berwujud cerpen. Sebelum menggunakan metode pembelajaran spider concept map, hasil karya siswa berupa cerpen tercatat rerata 70,40 jumlah siswa mendapat nilai < 76 berjumlah 26 siswa, siswa mendapat nilai ≥ 76 berjumlah 4 siswa, ketuntasan klasikal tercatat 13,30%. Setelah menggunakan metode pembelajaran spider concept map yaitu siklus III, hasil karya siswa berupa cerpen mencapai rerata 80,63. Tak ada siswa yang mendapat nilai <76. siswa mendapat nilai ≥ berjumlah 30 siswa. Adapun ketuntasan klasikal adalah 100%. Berdasar skor tersebut maka dapat ditarik simpulan bahwa metode pembelajaran spider concept map dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 221
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen berdasarkan penglaman pribadi melalui metode spider concept map.
B. Implikasi Penelitian tindakan kelas berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Metode Spider Concep Map pada Siswa Kelas IX E SMP Negeri 1 Pandak, Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2011/2012” yang dilakukan sebanyak tiga siklus dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Kualitas proses pembelajaran tercipta karena beberapa upaya siswa dan guru. Kualitas proses pembelajaran bukanlah sesuatu yang dapat tercipta begitu saja, melainkan perlu dibangkitkan dan diupayakan bagaimana terciptanya kualitas proses pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas baik dapat diciptakan dengan memberikan kesempatan siswa dan guru untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan ide-ide, pola pikir yang kreatif, bahkan membuka khayalan-khayalan sangatlah membantu munculnya pola pikir siswa yang kreatif. Proses pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa yang kreatif. Oleh karena itu, proses pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat giat menggali ide dan berpikir secara kreatif sebagai solusi suatu permasalahan. Pembelajaran yang digambarkan di atas tidak serta merta muncul dengan sendirinya bahkan tidaklah mudah untuk diciptakan dan dilaksanakan. Setidakcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 222
tidaknya guru harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa demi kepentingan aktivitas siswa. Hal yang dapat diremehkan bagi peningkatan akvitas siswa adalah apakah pada diri guru tersebut terlihat adanya sikap yang mengarah peningkatan aktivitas guru. Hal ini dapat terjadi jika guru kompromi dengan keaktivan siswa. Contoh guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-ide baru atau tema dan guru mengarahkan respon-respon tersebut tetap di area materi pembelajaran. Sebaliknya, guru yang tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide, kreativitas, dan respon-respon siswa maka akan sukar tercipta aktivitas siswa dan guru secara aktif. Pembelajaran dengan metode pembelajaran spider concept map yang diterapkan guru untuk meningkatkan kemampuan menulis yang tercermin melalui aktivitas siswa dan guru adalah pembelajaran yang mengutamakan terjadinya tanya jawab antara siswa dan guru. Materi tanya jawab tergantung pada materi pembelajaran. Materi pembelajaran penelitian ini adalah kemampuan menulis maka materi tanya jawab adalah berkisar teori cerpen dan menulis cerpen. Mengingat metode pembelajaran yang digunakan adalah spider concept map maka aktivitas tanya jawab berupa pengetahuan cerpen, unsur pembangun cerpen, ide serta tema. Tanya jawab tentang tema dan ide untuk penulisan cerpen berdasarkan pengalaman pribadi berkenaan dengan teori cerpen dan teori menulis cerpen. Hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 223
a. Memberi kesempatan siswa untuk mengikuti pembelajaran secara kreatif. Pembelajaran
secara
kreatif
tersebut
dapat
melibatkan
penggunaan
penaglaman pribadi untuk mengembangkan ide-ide asli dan mengombinasikan ide-ide baru. b. Memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan respon-respon dengan catatan respon siswa tersebut masih dalam area materi pembelajaran. Responrespon merupakan salah satu bentuk pemberdayaan potensi pikir siswa. Potensi siswa jika tidak diberdayakan maka tidak berkembang. c. Memilih materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa dan dunia siswa. Meskipun metode pembelajaran spider concept map terbuka untuk kreativitas siswa tetapi harus mengingat tingkat perkembangan jiwa dan dunia siswa.
C. Saran 1. Saran untuk penelitian lanjut Penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh sebab itu, kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian lanjut sejenis disarankan. a. Mencari referensi tentang metode pembelajaran spider concept map secara mendalam dan lengkap agar benar-benar jelas diterapkan dalam pembelajaran. b. Menyusun perencanaan dan perancangan yang matang agar dapat dijadikan pedoman pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 224
2. Saran untuk Penerapan Hasil Penelitian a. Saran untuk Guru 1) Para guru, khususnya guru bidang studi mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP kelas IX dapat menggunakan metode pembelajaran spider concept map dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. 2) Para guru, khususnya guru bidang studi mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP kelas IX perlu lebih meningkatkan pemahaman dan wawasannya tentang berbagai media pembelajaran yang kiranya mampu untuk meningkatkan kompetensi dasar tertentu dalam pembelajaran. Sehingga dapat diguankan sebagai acuan meningkatkan mutu proses pembelajaran. b. Saran untuk Kepala Sekolah 1) Kepala
Sekolah
perlu
lebih
mengupayakan
peningkatan
profesionalisme guru melalui pelatihan yang berkaitan dengan metode pembelajaran, khususnya mengenai implementasi penggunaan metode pembelajran dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menusli cerpen. 2) Kepala Sekolah perlu mengupayakan tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat menopang terselenggaranya kegiatan pembelajaran, seperti penyediaan berbagai alat peraga atau media secara memadai. c. Saran untuk Dinas Pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 225
Dinas Pendidikan perlu memfasilitasi terselenggaranya pelatihanpelatihan bagi pengembangan profesionalisme guru, khususnya yang berkaitan dengan teknik-teknik dan metode pembelajaran inovatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Adegbile Joseph & Alabi Oulole Folaranmi. 2007. „Effects Of Verbal Ability On Second Language Writers‟ Achievement In Essay Writing In English Language‟. International Journal of African & African American Studies. Vol. VI, No. 1, Hal.1. Agus Suprijono. 2010. Cooperative Learning.: Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Agus Surimaharja et al,.1996/1997. Petunjuk Praktis Menulis. Depdikbud. Anwar Balfas. 2008. „Mengembangkan Kemampuan Literasi Dan Berfikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Sastra Berbasis Konteks‟. Linguistika. Vol.15, No.29. Arikan, Arda. 2006.,The Value in Writing Courses in ELT Preservice Teacher Education Program.‟ ASEAN EFL Journal. Vol. 16, Hal.5. Ai Sri Rahayu. 2006. Model Konstriktivisme dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi. Jurnal Pendidikan. A. Widyamartaya. 1990. Seni Menuangkan Gagasan. Surakarta: UNS Press.
B.Gul, Raisa dan Jeanette A. Boman. 2006. Concept mapping: A strategy for teaching and evaluation in nursing education. http://www.sciencedirect. com/ science/ article/pii/S1471595306000102. diunduh 12 Juli 2011.Pukul 05:41.
Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. ----------, 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. C.C. Tsai, S.S.J. Lin & S.M. Yuan. 2001. „Students‟ use of web-based concept map testing and strategies for learning‟. Journal of Computer Assisted Learning (2001) 17, 72-84. Taiwan: National Chiao Tung University. Hal. commit to user 72.
226
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 227
Connely, Vincent et al,.2006. Contribution of Lower Order Skills to the Written Composition of College Students With and Without Dyslexia. 29(1), 175176. England: Oxford Brooks University. Dedi Pramono. 2008. Menghayati Karya Sastra dan Menggali Nilai-Nilai yang Bermanfaat bagi Kehidupan. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Dietcsh, Betty Mattix. 2003. Reasoning & Writing Well. USA: McGraw-Hill. Didik Komaidi. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda Media. Djago Tarigan. 1997. Buku Materi Pokok Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Ernawati Waridah. 2009. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka. E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademi Pressindo. Furneux, Clara. 1999. „Recent Materials on The Teahing Writing‟. (ELT Journal. Vol 53/1 Januari 1999) Oxford: Oxford University Press. Gorys Keraf. 2001. Eksposisi Komposisi Lanjutan II. Jakarta: Gramedia Widiapustaka. Hayatul Masna. 2006. „Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa Kelas V dan VI Melalui Kegiatan Menulis Fungsional Pada SD 11 Ekor Lubuk Kota Padang Panjang‟. Jurnal Guru. No. 1, Vol. 3. Herman J. Waluyo. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta: PT Gramedia. ----------.2007. Pengantar Filsafat Ilmu. Salatiga: Widya Sari. ----------. 2002. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University Press. ----------. 2002. Apresiasi dan Pengkajian Prosa Fiksi. Salatiga: Widyasari. commit to user Henry Guntur Tarigan. 1986. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 228
----------.2008. Menulis “Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa”. Bandung: Angkasa. Hismonoglu, Murat. 2005.‟Teaching English Through Literature‟. Journal of Language and Linguistic Studies. Vol.1, No.1, hal.61. Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2009. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.
Iim Rahmina. 1997. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jakob Sumardjo & Sariani K.M,. 1994. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Korrie Layun Rampan. 1995. Dasar-Dasar Penulisan Cerpen. Flores: Nusa Indah. Langan, John. 2005. College Writing Skill with Readings. New York: MCGrawHill. Lamuddin Finoza. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi. Mandal, Rita Rani. 2009. „Cooperative Learning Strategies to Enhance Writing Skill‟. The modern journal of applied linguistics. Vol 1: 2, Hal 96. Masri Sareb Putra. 2010. Principles of Creative Writing. Jakarta: PT Indeks. M. Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. ----------. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. M. Chabeli, Mary. 2010.„Concept-mapping as a teaching method to facilitate critical thinking in nursing education: A review of the literature‟. Jurnal of International Healt Science. Vol 15, No 1. Menrath, John. 2003. Definition of the Short Story. (http://www.menrathonline.de/documents/shortst2.pdf). Diakses 13 Juli 2011.pukul 13:46 Nono Sutarno, 2006, Materi dan Pembelajaran IPA di SD , Jakarta, Universitas Terbuka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 229
Nugraheni Eko Wardani. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakrta: UNS Press. Nurhadi, Dawud, dam Yuni Pratiwi. 2007. Bahasa Indonesia untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga Nuruddin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM. Nursisto. 1999. Penuntun Mengarang. Yogyakarta: ADICITA KARYA NUSA. Rokhan. 1991. Menulis Kreatif ”Dasar-dasar dan petunjuk Penerapannya”. Malang: YA3. Roestiyah N.K.2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar, Teknik Penyajian). Jakarta : Rineka Cipta. Sabarti Akhadiah et al.,. 1996/1997. Menulis. Dedikbud. Sarwiji Suwandi dan Madyo Ekosusilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Singer, Harry and Dan Donlan. 1982. Active Comprehension: Problem-Solving Schema with Question Generation for Comprehension of Complex Short Stories.© 1982 International Reding Association. Scott, Wendy A and I Isheth H. Yteberg. 1990. Teaching English to Children. New York: Longman. St. Y. Slamet. 2009 Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press. ----------.2008. Keterampilan Menulis Mahasiswa Ditinjau Dari Pengaruh Pendekatan
Pebelajaran
dan
Penguasaan
Struktur
Bahasa.
http://slamethadisubroto.blogspot.com/. Jurnal Penelitian. Diakses 13 Juli 2011.Pukul 21:46. Sternglass, Marlyn S. 1983. Reading, Writing, and Reasoning. New York: Macmillin Publishing Company, Inc Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Sukino. 2010. Menulis Itu Mudah “Panduan Praktis menjasi Penulis Handal”. Yogyakarta: Pustaka LkiS. commit to userBandung: Wacana Prima. Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 230
Suparno dan Mohamad Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan Kelas (Action Research). Bandung: Angkasa. Veitch, Fiona Smith. 2011. How to write a Short Story. http://creative-writingcourse.thecraftywriter.com/how-to-write-a-short-story/. Diunduh 23 Juli 2011. Pukul 21:04. The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Trianto. 2010. Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Wain, John. 2003. „Remarks on the short story‟. Journal of the Short Story in English.p. 157-174. Hal.2. Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
commit to user