PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN SAINS DENGAN MEDIA APOTEK HIDUP PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN Hotlia Hutabarat, Fadillah, Desni Yuniarni Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FKIP UNTAN Email: Hotlia
[email protected] Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya kemampuan kognitif anak khususnya dalam mengenal sains. Dalam pembelajaran sebagian besar anak cenderung bosan dengan materi yang disampaikan guru mengenai pengenalan sains. Proses pembelajaran kurang mampu mengarahkan anak untuk berpikir kreatif karena guru kurang memanfaatkan media yang ada. Oleh karena itu dibutuhkan media yang dianggap dapat menarik perhatian anak, sebagai berikut : a) Bagaimana perencanaan pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif b) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif c) Bagaimana respon anak dalam pembelajaran pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kognitif? Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus dan pada tiap siklus tiga kali pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan melalui hasil yang diperoleh setelah diadakan analisis data secara umum dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada siklus ke 1 kemampuan kognitif anak belum meningkat dengan persentase 13 % sampai 19% baru pada siklus ke 2 kemampuan kognitif anak sudah meningkat menjadi 87,5 % sampai 100 %. Kata Kunci : Kemampuan Kognitif, Media Apotek Hidup Abstract: This research is motivated low cognitive abilities of children especially in recognizing science. In learning most children tend to get bored with the material presented on the introduction of science teachers. It is therefore considered necessary to attract media attention to the child, as follows: a) How does the introduction of science with media planning pharmacies live to improve cognitive abilities b) How does the introduction of science teaching practices with live pharmacy media to improve cognitive abilities c) How the child's response learning science with the introduction of live media to improve cognitive pharmacy? This type of research is a classroom action research, while the method used is descriptive method. The process of action research is planned to take place in two cycles. Based on the research that has been done and through the results obtained after the analysis of the data held in general can be drawn a conclusion that the cycle to 1 child cognitive ability has not increased with the percentage of 13% to 19% in cycle 2 new children's cognitive abilities has been increased to 87 , 5% to 100%. Keywords: Cognitive Ability, Media Life Pharmacy 1
2
D
i penghujung tahun 2008 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mengalami peningkatan tajam, baik dalam bentuk institusinya maupun segi wacana. Tentu hal ini pertanda baik bagi dunia pendidikan kita,artinya pemerintah dan masyarakat telah sadar betapa pentingnya memberikan pendidikan bagi anak usia dini. Selanjutnya dalam undang-undang PAUD nomor: 20 tahun 2003 dan Permendiknas nomor: 58 menyatakan bahwa aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan salah satunya adalah kognitif anak usia 5-6 tahun yang meliputi: anak mengklarifikasi benda berdasarkan fungsinya, anak menunjukkan aktifitas yang bersifat eksplorasi dan menyelidik, anak menyusun perencanaan kegiatan apa yang dilakukan, anak mengenal sebab akibat tentang lingkungannya, anak menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan, anak memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari, menurut Sumaji (1998:35), “adalah agar anak mampu memahami dan menguasai konsep-konsep sains serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Perkembangan kognitif meliputi cara anak berpikir, cara anak melihat dunianya, dan tentang cara anak menggunakan alat dan bahan main untuk belajar.” Suyadi (2009:17) mengatakan, “belajarnya anak sebagian besar melalui permainan yang mereka lakukan sehingga jika keduanya (bermain dan belajar) dipisahkan, sama artinya dengan memisahkan anak-anak dari dunianya sendiri.” . Diana (2008:25) menerangkan bahwa: Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir supaya anak dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan dan anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan guru pada awal pembelajaran, maka masalah tersebut secara garis besar dapat diidentifikasikan antara lain: 1) kemampuan kognitif anak sebagian besar belum berkembang; 2) anak belum mengenal macam-macam tanaman apotik hidup; 3)anak belum bisa menyebutkan ciri-ciri tanaman apotik hidup; 4) anak belum bisa membedakan tanaman dengan cara mencium umbi tanaman; 5) anak kurang senang menanam dan memelihara tanaman ; 6) guru belum memanfaatkan media yang ada (tanaman apotek hidup). Adapun yang menjadi fokus masalah penelitian ini adalah peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran sains dengan media apotek hidup. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah umum penelitian ini adalah “Bagaimana Peningkatan Kemampuan Kognitif Pada Pembelajaran Sains Dengan Media Apotek Hidup?” Masalah Khusus: Untuk membatasi masalah yang luas tersebut, maka peneliti membatasinya dengan beberapa sub masalah sebagai berikut: a.Bagaimana perencanaan pembelajaran pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif, b. Bagaimana respon anak dalam pembelajaran pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif? Umum, Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kognitif pada pembelajaran sains dengan media apotek hidup . Khusus,Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: a. Perencanaan pembelajaran sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan
3
kemampuan kognitif, b. Pelaksanaan pembelajaran sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif , c. Respon anak dalam pembelajaran sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Menurut Rahman (2009:6), “istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam pemerolehan, organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan.” Menurut Syaodi (2010:3) mengartikan bahwa, “kognitif adalah tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.” Hadis (2009:23) menerangkan bahwa: Kognitif juga dipandang sebagai suatu konsep yang luas dan inklusif yang mengacu kepada kegiatan mental yang terlibat didalam perolehan, pengolahan, organisasi dan penggunaan pengetahuan. Proses utama yang yang digolongkan dibawah istilah kognisi mencakup: mendeteksi, menafsirkan, mengelompokkan dan mengingat informasi; mengevaluasi gagasan, menyimpulkan prinsip dan kaidah, mengkhayal kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. Hurlock (dalam Dariyo, 2007: 16) menerangkan, “faktor kognitif memiliki pemahaman bahwa ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili obyek-obyek yang dihadapi dan dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.” Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Menurut Piaget (dalam Yulianti, 2010;15), membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat fase utama yang berkorelasi dan semakin canggih seiring pertambahan usia, yaitu: a. Fase Sensorimotor (usia 0 - 2 tahun) Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, dan mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus, b. Fase Praoperasional (usia 2 - 7 tahun), c. Pada fase praoperasional, fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik, d. Fase Operasi Konkret (usia 7- 12 tahun), e, Pada fase operasi konkret, kemampuan anak untuk berpikir secara logis sudah berkembang, dengan syarat, obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut hadir secara konkret, f. Fase Operasi Formal (12 tahun, sampai usia dewasa), g. Fase operasi formal ditandai oleh perpindahan dari cara berpikir konkret ke cara berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak dapat dilihat dari kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, dan melakukan proses berpikir ilmiah, yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis. (dalam Chariri, 2009: 49- 91). Perkembangan kognitif anak usia taman kanak-kanak (PAUD) menurut Djamarah, (2011:44) menerangkan fase praoperasional yang mencakup tiga aspek, yaitu: 1. Berpikir Simbolis Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan
4
untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak, 2. Berpikir Egosentris Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain, 3. Berpikir Intuitif. Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya. Vygotsky (dalam Yuliani, 2006:43) mengatakan bahwa, “fungsi alat berpikir (tool of the mind) pada setiap individu yang tentunya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.” Pengertian Sains Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Gambaran sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkapnya. Kebenaran sains akan diakui jika penelusurannya berdasar pada kegiatan pengamatan, hipotesis (dugaan) dan percobaan-percobaan yang ketat dan obyektif, meskipun kadang bersebrangan dengan nilai yang ada. Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori (Carin dan Sund, 1989:Sinardi,1998). Fakta adalah sesuatu yang telah atau sedang terjadi yaitu berupa keadaan, sifat atau peristiwa, sedangkan konsep adalah ide yang merupakan genarilisasi dari berbagai peristiwa atau pengalaman khusus. Konsep mengacu pada benda-benda (obyek) peristiwa, keadaan, sifat, kondisi, ciri dan atribut yang melekat. Sedangkan teori adalah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah proposisi (pernyataan berarti) yang dianggap memiliki keterhubungan secara sistimatis, dan kebenarannya sudah teruji secara empirik dan berlaku secara universal. Sedangkan teori secara sederhana adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) sehingga menjadi asas atau hukum umum suatu ilmu pengetahuan, misalnya teori atom: teori yang menyatakan bahwa materi disusun oleh partikel-partikel kecil yaitu atom. Ketiga, sains sebagai suatu sikap keilmuan maksudnya adalah sebagai keyakinan, opini, nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sund and Corring (1993:35), “defines science as systematic knowledge or arrenged on a regular basis, generally, and a collection of observations and experimental data. Activities in science is always associated with experiments that require the skills and crafts.” Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund and Corring (1993: 37) merumuskan bahwa, “sains merupakan kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu.” Tujuan Pembelajaran Sains Menurut Yusep (2011:10) bahwa, “pembelajaran sains sejak dini sangatlah baik untuk proses kematangan berpikir anak.” Dengan pembelajaran sains seorang anak akan memiliki pola berpikir ilmiah pada otak kirinya sebab didalamnya anak akan diajak untuk berpikir analitis, mengaitkan hubungan antara sebab dan akibat, kemudian menarik sebuah kesimpulan dari hubungan tersebut. Secara lebih rinci
5
tujuan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini menurut Depdikbud (1993/1994:98-99): a. Membantu pemahaman anak mengenai konsep sains serta keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari, b. membantu melekatkan aspekaspek yang berhubungan dengan keterampilan proses sains, sehingga pengetahuan serta gagasan tentang alam sekitar dalam diri anak menjadi berkembang, c. membantu menumbuhkan minat anak untuk mengenal dan mempelajari bendabenda serta kejadian di lingkungannya, d memfasilitasi serta mengembangkan sikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, serta bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri dalam kehidupannya, e. membantu anak agar mampu menerapkan berbagai konsep sains untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari, f. membantu anak agar dapat menggunakan teknologi sederhana yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, g. membantu anak untuk dapat mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Hakekat Pembelajaran Sains Sarkim (1998:18) menjelaskan, “hakikat pembelajaran sains dapat dikategorikan kedalam tiga dimensi yaitu: dimensi produk, dimensi proses, dan dimensi sikap.” Sarin & Sund (1989: 4) mengajukan tiga kriteria bagi suatu produk sains yang benar, ketiga kriteria tersebut adalah: 1. Mampu menjelaskan fenomena yang telah diamati atau telah terjadi, 2. Mampu memprediksi peristiwa yang akan terjadi; 3. Mampu diuji dengan eksperimen sejenis.” Dimensi proses, yaitu metode memperoleh pengetahuan, yang disebut dengan metode ilmiah. Media Apotek Hidup Menurut Moeslichatoen (2004:157), “media adalah suatu benda yang dapat dilihat atau dipegang dan bermanfaat sebagai alat bantu untuk merangsang komunikasi antara anak dengan guru dalam pembelajaran.” Dijekaskan Piaget (1983), “child is not yet able to form abstact conceptions, must have hand-on experiences and visual representations in order to from basic conclusions. Typically, experiences must occur repeatedly before the child graps the cause and effect connection.” Menurut Cheppy (2007:28), “merupakan tumbuhan yang dipakai sebagai obat untuk mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu. Bahkan dapat digunakan untuk mempercantik diri, serta menjaga kondisi badan agar tetap sehat dan bugar.” Menurut Widi (2007:4), “kegiatan menanam tumbuhan apotek hidup dapat dijadikan sebagai hobi yang menyenangkan di rumah”. METODE Menurut Nazir (2009:54) mengatakan, “metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Bentuk penelitian yang digunakan adalah bentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Sanjaya (2009:26) mengatakan bahwa, “PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi yang nyata serta menganalisis
6
setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.” Kemmis (Wiraatmaja, 2005:12) menjelaskan bahwa: Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari 1) kegiatan praktek sosial atau pendidikan 2)pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini dan 3) situasi yang memungkinkan terlaksananya pendidikan ini. Kemmis dan McTaggart (dalam Iskandar, 2011:68) mengatakan bahwa: Penelitian tindakan adalah suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).” Penelitian tindakan diawali dengan perencanaan sampai perbaikan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan) sebagaimana gambar berikut. Perencanaan
Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi
Siklus II
Pengamatan
? Gambar 1 Skema Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto,dkk (2009:16)
Pelaksanaan
7
Pelaksanaan Tindakan apa yang dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan merupakan proses kegiatan pembelajaran kelas sebagai realisasi dari teori dan strategi belajar mengajar yang telah disiapkan serta mengacu pada kurikulum yang berlaku,dan hasil yang diperoleh diharapkan dapat meningkatkan kerjasama peneliti dengan subjek penelitian sehingga dapat memberikan refleksi dan evaluasi terhadap apa yang terjadi di kelas. Pengamatan atau Observasi Mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak.Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK.Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung. Teknik dan Alat Pengumpul Data Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai, dipergunakan teknik observasi langsung, teknik komunikasi langsung, dan teknik dokumenter. Teknik Observasi Langsung Teknik observasi langsung dengan alat berupa pedoman observasi. Margono (2004:220) mengemukakan bahwa, “observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Adapun bentuk observasi guru dan anak dapat dilihat pada lampiran.” Teknik Komunikasi Langsung Teknik komunikasi langsung dengan menggunakan alat pedoman wawancara. Wiraatmadja (2002:117) menjelaskan bahwa, “wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.” Teknik Dokumenter Teknik dokumenter dengan alat berupa teks tertulis, catatan surat pribadi dan sebagainya. Sedangkan secara khusus adalah dalam arti kata dokumen foto, tape recorder dan sebagainya, (Rasyid, 2000: 58). Menurut Nawawi (2000: 133) mengemukakan bahwa, “dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui penggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil (hukum) dan lain sebagainya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis Data Data yang dianalisis dengan menggunakan rumus (Masnur Muslich, 2012: 54) sebagai berikut: Prosentase = Jumlah anak yang mendapat kategori 100 % Jumlah anak dalam satu kelas
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Profil sekolah; dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Data tenaga Kerja TK Sekar Melati No 1
Nama/NIP
5
Kusmiarsih 196107061983032013 Naya 196612311987022012 Sri Sugiarti 196406071987022005 Hotlia Hutabarat 196706072000032003 Lis Wulandari
6
Veronika Marselina
7
Sapariah
8
Krisiswati
2 3 4
Tamatan
Pangkat/Jabatan
Status Guru
SPG
Kepala Sekolah
PNS
SPG
Guru
PNS
SPG
Guru
PNS
SPG
Guru
PNS
D2
Guru
D2 PG TK
Guru
SMA
Guru
SPG
Guru
Honorer Honorer Honorer Honorer
Dari tabel di atas, dapat peneliti jelaskan bahwa guru di TK Sekar Melati belum ada yang berpendidikan sarjana tetapi masih dalam proses perkuliahan yaitu sebanyak 6 orang. Tabel 2 Hasil Penilaian Kemampuan Kognitif Anak Siklus 1 Dapat Dapat Dapat Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Tanaman Jahe, Ciri-ciri Macam-macam kunyit, lengkuas, Tanaman Jahe, Kriteria Tanaman Kencur dengan Kunyit, No Kemampuan Apotek Hidup Cara Mencium Lengkuas, Anak Umbinya Kencur Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Jumlah Jumlah Jumlah % % % Anak Anak Anak 1 BSB 3 18,75 1 6,25 2 12,50 BSH 3 18,75 3 18,75 2 12,50 MB 3 18,75 5 31,25 3 18,75 BB 7 43,75 7 43,75 9 56,25 Jumlah 16 100 16 100 16 100 Berdasarkan tabel 2, maka peneliti menyajikan hasil kemampuan kognitif anak pada gambar 2 dalam bentuk grafik batang.
9
60%
56,25%
50% 43,75%
43,75%
40% BSB
31,25% 30%
20%
18,75% 18,75% 18,75%
BSH 18,75%
18,75% 12,50%
MB BB
12,50% 10%
6,25%
0% Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Gambar 2
No
1
Tabel 3 Hasil Penilaian Kemampuan Kognitif Anak Siklus 2 Dapat Dapat Menyebutkan Dapat Menyebutkan Tanaman Jahe, Menyebutkan Ciri-ciri kunyit, Macam-macam Tanaman Jahe, lengkuas, Kriteria Tanaman Kunyit, Kencur dengan Kemampuan Apotek Hidup Lengkuas, Cara Mencium Anak Kencur Umbinya Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Jumlah Jumlah Jumlah % % % Anak Anak A Anak BSB 16 100 14 87,50 14 87,50 BSH 1 6,25 1 6,25 MB 1 6,25 1 6,25 BB Jumlah 16 100 16 100 16 100
Berdasarkan tabel 3, 3 maka peneliti menyajikan hasil kemam kemampuan kognitif anak pada gambar 3 dalam bentuk grafik batang.
10
120% 100%
100% 87,50%
87,50%
80% BSB 60%
BSH MB
40%
BB 6,25%
20%
6,25%
6,25% 6,25%
0% Pertemuan I
Pertemuan II
Pertemuan III
Gambar 3 Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Siklus ke 2 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara khusus usus dapat peneliti simpulkan sebagai berikut: Perencanaan pembelajaran pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif, kognitif antara lain menentukan materi tema dan sub ub tema, menyetting lingkungan, lingkungan, merancang pedoman observasi dan penilaian kemampuan kognitif anak. Pelaksanaan pembelajaran pengenalan sains dengan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif, meliputi: sebelum memulai pelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan m tujuan pembelajaran, guru uru membawa anakanak ke kebun apotek hidup, hidup guru memperkenalkan nama-nama nama tanama tanaman apotek hidup dup satu persatu hingga selesai. Anak-anak anak menyentuh dan mencium bau daun tanaman dan mengamati bentuk batangnya, batangnya Guru memasukkan potongan umbi jahe, kunyit, lengkuas, as, kencur,, ke dalam wadah yang tertutup rapat. Anak-anak mencium bau umbi dan menebak umbi apa yang dicium. Guru menyuruh anak anakanak menyebutkan ciri-ciri ciri tanaman jahe, kunyit, lengkuas, kencur. Respon anak dalam pembelajaran pengenalan sains dengan menggunakan media apotek hidup untuk meningkatkan kemampuan kognitif, kognitif yaitu sangat antusias dan aktif dalam mengenal berbagai macam tanaman apotek hidup hidup. Inilah dilihat dari banyaknya anak yang bertanya, bertanya sifat ifat senang menanam menanam, menyayangi tanaman dan anak semakin senang mengadakan percobaanpercobaan percobaan sederhana. Saran Untuk melaksanakan pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan kognitif pada anak an terhadap pengenalan sains sederhana, hendaknya
11
Guru dapat merencanakan pembelajaran dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan yang sering dialami dalam setiap pelaksanaan pembelajaran sains contohnya : dalam melakukan percobaan-percobaan sederhana. Guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan bentuk aplikasi melalui media apotek hidup,sehingga pembelajaran pengenalan tanaman apotek hidup anak dapat mengenal macam-macam tanaman apotek hidup secara konkrit. Guru dapat mengupayakan tindakan bantuan pada anak yang masih belum dapat melakukan kegiatan pembelajaran pengenalan sains sederhana dengan berbagai kegiatan yaitu dengan percobaan-percobaan sains sederhana. Guru dapat mengadakan pendekatan kepada anak secara individu agar kemampuan kognitif anak semakin meningkat. DAFTAR PUSTAKA Chariri, Anis. (2009), Landasan Filsafat Metode Penelitian Kualitatif, Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Diana, (2008). Metode Pengembangan Kognitif dan Kreativitas (Bahan Ajar). Malang: Universitas Negeri Malang. Hadis, Hawadi. (2009). Mendidik dan Membesarkan Anak Usia Pra-Sekolah. Jakarta; Prestasi Pustaka Publisher Muslich, Masnur. (2012). Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Nasir, Moh. (2009), Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Nawawi, Hadari. (2000). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Piaget, J. (1983). Piaget's theory. In P. Mussen (ed). Handbook of Child Psychology. 4th edition. Vol. 1. New York: Wiley. Rahman dan Syah, Muhibbin. (2009). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sarin & Sund. (1989). Teaching Childeren Sains. PT. Java Pustaka: Surabaya. Sarkim. T. (1998). Humaniora dalam Pendidikan Sains. Bandung PT. Grafika Aditama. Seefeldt, Caraol. (1980). Teaching Young Children. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Sumaji. (1998). Karakteristik Pembelajaran IPA SD. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
12
Sund and Corring. (1993). Teaching Science Through Discovery (Sixth Edition). Columbus: Merryl Pub. Company. Suyadi. (2009). Permainan Edukatif yang Mencerdaskan. Yogyakarta: Banguntapan. Syaodi. (2003). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Univeristas Terbuka. Widi, Asiant. (2007). Mari Menanam Apotek Hidup. Pontianak: CV. Wanda Putra Persada Wiraatmadja, Rochiati. (2002). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Yuliani, Dewanti. (2006). Melatih Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Melalui Bermain Sambil Belajar Sains. Jakarta: PT Indeks. Yulianti, Dwi. (2010). Bermain Sambil Belajar Sains di Taman KanakKanak. Jakarta: PT Indeks. Http://paudbook.blogspot.com/2012/01/tugas-tugas-perkembangan-anakusia-dini.html. Carolyn Triyon dan J. W. Lilienthal (1986)
13