Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016 ISSN : 0854-4204
Vol. 25 No. 2 : 115-129
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS BAGI PELAKU PARIWISATA DI DESA SERANGAN I Wayan Budiarta Ni Wayan Kasni Universitas Warmadewa Denpasar
Abstrak Latar belakang pendidikan masyarakat di kelurahan Serangan yang berbeda yang menyebabkan tidak meratanya pula kemampuan berbahasa Inggris mereka. Penguasaan bahasa Inggris oleh masyarakat merupakan unsur yang sangat penting di dalam menunjang industri pariwisata di suatu daerah. Kesiapan sumber daya manusia dalam bidang pariwisata harus ditunjang dengan penguasaan bahasa Inggris yang baik pula. Pentingnya penguasaan bahasa Inggris mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling banyak digunakan di seluruh dunia sebagai bahasa pergaulan antar bangsa dan meruapakan bahasa yang memiliki prospek yang bagus jika telah menguasainya. Dalam kaitannya dengan perkembangan pariwisata, menguasai bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa yang harus dikuasai oleh sumber daya manusia yang bergerak dan bekerja dibidang pariwisata. Sebagai wujud nyata untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dibutuhkan kegiatan belajar dalam penguasaan bahasa asing yang inovatif dan interaktif sehingga dapat mengakomodir peserta belajar(learners) untuk dapat menerapkan kegiatan belajar lebih menarik dan berhasil. Kegiatan belajar yang inovatif tersebut dapat dilaksanakan secara berkelompok (kursus) dengan mengambil bahan materi belajar dari berbagai sumber seperti buku, dan referensi lainnya yang dapat diaplikasikan melalui modrl pembelajaran modelling (pemodelan) and role play (bermain peran). Keberhasilan kegiatan penguasaan bahasa Inggris ini tentunya harus ditopang dengan keseriusan si pelajar (learner) tersebut sehingga sasaran penguasaan bahasa Inggris dapat terpenuhi. Peran serta masyarakat dan pemerintah sangat membantu kemajuan industri pariwisata dengan ditopang oleh SDM yang baik yang memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik dan didukung ketersediaan sarana dan prasarana yang baik akan semakin memajukan industri pariwisata di suatu daerah pariwisata tertentu. Kata kunci: peningkatan kemampuan, bahasa Inggris, masyarakat Serangan
I Pendahuluan Peningkatan kemampuan bahasa Inggris merupakan sebuah proses kegiatan yang mempelajari suatu bahasa Inggris yang berujung pada dikenalinya, diketahuinya dan dikuasainya bahasa tersebut untuk kepentingan komunikasi yang saling menguntungkan. Di era globalisasi ini, hubungan dan kerjasama antar negara di dunia sudah mencakup banyak aspek, antara lain bidang ekonomi, politik, budaya dan pariwisata. Selain itu, pergaulan masyarakat semakin menglobal, arus informasi, dan perkembangan teknologi yang begitu pesta menjadikan jarak bukan masalah
pada saat ini. Hal tersebut yang memacu dan memicu peningkatan kunjungan atau lalu lintas orang atau wisatawan dari satu negara ke negara lain. Pertukaran informasi terjadi begitu pesat. Satu informasi, peristiwa atau kejadian di satu negara dalam hitungan detik sudah dapat diketahui oleh negara-negara lain di seluruh dunia. Di samping era globalisasi, dimulainya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015 merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi kita terkait dengan sumber daya manusia khususnya sumber daya manusia di bidang pariwisata. Pada era ini mau tidak mau kita harus mampu bersaing di tingkat ASEAN dalam hal
115
Budiarta & Kasni
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
penyediaan sumber daya manusia yang bermutu dalam bidang pariwisata. Pada era MEA ini sumber daya manusia atau tenaga kerja asing yang berasal dari Negara anggota ASEAN dapat masuk ke Indonesia dan bersaing secara langsung dengan sumber daya manusia atau tenaga kerja Indonesia khususnya di bidang pariwisata. Jika Sumber daya manusia atau tenaga kerja di bidang pariwisata tidak memiliki kualifikasi atau keahlian sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industry pariwisata, maka peluang tersebut akan dimanfaatkan oleh tenaga kerja asing dari Negara Negara-ASEAN dan belum lagi tenaga kerja asing dari luar Negara ASEAN Industri pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa di bidang non migas dalam bentuk penyediaan jasa yang saat ini semakin digalakkan oleh pemerintah melalui program promosi di dalam maupun luar negeri. Lebih jauh industri pariwisata dengan jasa pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan domestik dan wisatawan asing yang merupakan wisatawan mancanegara yang berkunjung dalam rangka bisnis, kerjasama, penelitian, perjalanan individual ataupun berkelompok untuk keperluan liburan. Untuk menghadapi kinjungan wisatawan mancanegara tersebut dibutuhkan suatu penguasaan bahasa asing yang baik sehingga penyampaian informasi kepariwisataan berhasil dengan baik serta dapat meningkatkan kegiatan kepariwisataan dalam berbagai hal. Untuk itu maka dibutuhkan keahlian serta penguasaan bahasa yang baik bagi para pelaku pariwisata seperti guide, waiter, waitress, receptionist, ticket seller, dan lain - lain dalam industri pariwisata. Di Indonesia umumnya dan di Bali khususnya, bahasa asing khususnya bahasa Inggris merupakan salah satuyang bamyak dipelajari dan menjadi kendala yang dihadapi oleh masyarakat di setiap daerah tujuan wisata untuk telibat di dalamnya dan dalam usaha pengembangan pariwisata. Sebagai
bahasa asing (foreign language), kemampuan berbahasa asing (bahasa Inggris) bagi pelaku pariwisata belum merata dan masih terbatas pada kalangan tertentu atau perorangan yang disebabkan adanya perbedaan latar belakang pendidikan. Maka dari hal itu dibutuhkan suatu usaha untuk penguasaan bahasa asing baik secara individual (otodidak) ataupun secara kelompok (kursus). Bahasa Inggris yang berstatus bahasa asing di Indonesia pada dasarnya telah diajarkan sejak pendidikan dasar. Walaupun bahasa Inggris telah diperkenalkan atau diajarkan sejak seseorang menempuh pendidikan dasar, akan tetapi hasil yang diperoleh belum maksimal sehingga kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris dalam mengaplikasikan bahsa Inggris dalam sebuah ercakapan masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan banyak faktor, Faktor- faktor yang sering menghambat penguasaan bahasa Inggris adalah banyak para pelajar (learners) yang masih terjebak dalam penguasaan gramatikal bahasa, teknik atau metode pengajaran yang masih menggunakan pola lama yang masih menekankan pada aspek gramatika bahasa Inggris. Dalam pengajaran bahasa Inggris diperlukan inovasi dan improvisasi dari pengajarnya sehingga meningkatkan ketertarikan untuk belajar bahasa Inggris. Di samping itu, penggunaan bahasa Inggris belum diaplikasikan dalam percakapan seharihari karena practice makes perfect. Itu artinya bahwa keterampilan bahasa meruapakn keahlian yang harus digunakan dan jika tidak digunakan, maka keahlian tersebut akan berangsur angsur semakin menurun. Baikna jika seseorang memiliki keahlian berbahasa asing, hendaknya keahlian tersebut terus digunakan dalam setiap percakapan sehingga keahlian tersebut menjadi terasah dengan baik Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dibutuhkan suatu upaya pening-
116
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
katan kemampuan berbahasa Inggris, baik melalui jalur formal, seperti sekolah dan jalur informal, kursus atau pelatihan. Pelatihan dalam rangka penguasaan bahasa asing (bahasa Inggris) yang baik dengan cara yang inovatif serta aplikatif dengan proses kegiatan yang bersifat mutual, comprehensive, relax serta berkesinambungan sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan kemampuan berbahasa asing sehingga nantinya menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berbahasa asing (bahasa Inggris) yang baik sehingga mendukung pengembangan pariwisata di satu daerah tertentu mengingat kemampuan berbahasa asing (bahasa Inggris meruapakan salah satu prasyarat bagi seseorang yang hendak menangkap peluang dari dunia pari-wisata. Walaupun seseorang memiliki keahlian di bidang pariwisata tapi yang bersangkutan tidak memiliki kemampuan berbahasa asing khususnya bahasa Inggris, maka peluang itu akan sulit itu di dapat karena pengetahuan di bidang pariwisata dan di bidang bahasa asing tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi sehingga tercipta sumber daya manusia yang handal dalam bidang pariwisata sehingga setiap kesempatan yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat karena telah memiliki kompetensi yang sesuai dengan yang dibutuhkan di dunia pariwisata. Kajian terhadap upaya peningkatan kemampuan berbahasa Inggris masyarakat dalam bentuk pelatihan bahasa inggris merupakan sebuah pembelajaran bahasa Inggris secara informal dengan mengaplikasikan metode yang lebih inovatif, yaitu dengan modelling dan role play. Dipilihnya dua pemodelan metode pembelajaran ini karena dipercaya merupakan metode yang efektif dalam upaya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris masyarakat di kelurahan Serangan dengan latar belakang kemampuan dasar bahasa Inggris yang berbeda antara satu peserta
Vol. 25 No. 2 : 115-129
dengan peserta lainnya. Pelatihan bahasa Inggris mengacu pada konsep penguasaan bahasa dengan materi yang bersumber dari beberapa referensi terkait dengan pengajaran bahsa Inggris sehingga dapat membantu masyarakat (learners) dan juga pengajar bahasa (language teachers) untuk mengadopsi ataupun mengetahui dan mengaplikasikan teknik-teknikpembelajaran bahsa asing yang nantinya dapat dijadikan sebagai bahasa evalusi terhadap proses pembelajaran bahasa selanjutnya.
II Hasil dan Pembahasan 2.1 Penguasaan dan Peningkatan Bahasa Asing Berdasarkan pada tahapan perkembangannya, pembelajaran bahasa sudah berlangsung sejak lama dan terus berkembang yang dimotori oleh oleh para ahli bahasa (linguist). Untuk menemukan inovasi pengajaran dan pembelajaran bahasa sehingga penguasaan bahasa asing dapat dengan mudah dicapai. Di awal abad ke-17 sampai abad ke-19, penguasaan bahasa masih terfokus pada penguasaan tata bahasa (grammar rules), membaca teks, terjemahan, serta diterapkan dalam bentuk tulisan – tulisan dalam bentuk teks ataupun dialog tertulis. Bentuk pembelajaran ini sangat membutuhkan keseriusan yang tinggi serta cukup menguras tenaga dan pikiran. Pada pertengahan abad ke-19 mulai berkembang inovasi-inovasi pembelajaran bahasa yang lainnya ditemukan kembali yaitu bahwa kesempatan untuk berkomunikasi dalam bahasa asing sangat diprioritaskan dan ini yang menjadi suatu reformasi pengajaran dan penguasaan bahasa asing yang modern. Penguasaan bahasa harus ditempatkan pada kerangka dan cakupan yang lebih luas. Artinya bahwa bahas yang dipelajari mengarah kepada aplikasi tindakan aksi yang nyata dalam
117
Budiarta & Kasni
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
situasi dan aktifitas sehari-hari. Dalam proses penguasaan dan pembelajaran bahasa membutuhkan aksi atau tindakan serta gesture (bahasa tubuh) untuk menyampaikan maksud dari pengucapan. Dari perkembangan ini kecakapan berkomunikasi mulai lebih diutamakan dalam penguasaan bahasa asing dari pada penguasaan tata bahasa, serta pemahaman bacaan (reading comprehension). Sesuai dengan perkembangnya, para ahli bahasa (linguist) berpendapat bahwa cara terbaik untuk menguasai bahasa asing dapat diperoleh dengan mendiskusikan isi dari suatu buku, artikel, pamphlet dan brosur. Henry Sweet (1998) dalam bukunya yang berjudul The Practical Study of Language menegskan terdapat 4 prinsip utama dalam meningkatkan dan menguasai suatu bahasa asing, yaitu: pemilihan materi belajar yang menarik, batasan materi belajar, kemampuan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis dan mengganti bahan belajar yang sederhana menjadi lebih kompleks (sulit) secara bertahap. Untuk mendukung proses penguasaan bahasa dibutuhkan cara cara tertentu yang teratur, terpola, dan kontinyu. Pengalaman terdahulu dalam proses pembelajaran menunjukan bahwa proses pembalajaran bahasa yang telah berjalan lebih terpokus pada penguasaan pada tata bahasa. Cara terbaik dalam penguasaan bahasa adalah aktifitas berbahasa yang aktif daripada terfokus pada kemampuan untuk berbicara daripada mempelajari tata bahasa. Pengutaamn terhadap kemampuan untuk berbicara karena jika seseorang dikatakan mampu berkomunikasi dengan satu bahasa tertentu, maka penilain orang terhadap kemampuan tersebut terletak pada kemampuan berbicaranya daripada kemampuan menulis. Berbicara secara sistematis dan otomatis yang memperhatikan cara pengucapan (pronounciation), perbendaharaan kata, gerak tubuh dan mimik wajah (mime), bermain peran (demonstration / role
play), serta penggunaan gambar (pictures). Dan bentuk ini sebaiknya diterapkan dalam pembelajaran secara berkelanjutan. Pada akhirnya bahwa penguasaan tata bahasa (grammar rules) dapat dilakukan secara induktif (disisipkan) dalam percakapan bahasa. Dalam penguasaan dan peningkatan kemampuan bahasa, kegiatan yang perlu diterapkan dalam belajar yang perlu diketahui dan diterapkan para pelajar (learners) adalah kegiatan memproses materi belajar (processing), pelakon/ bermain peran dalam proses belajar (performer), berinisiatif (initiator), dan memecahkan masalah (problem solver). Menurut Johnson and Paulston (1976) bahwa kegiatan pelajar (learner) adalah: • Merencanakan program belajar sendiri • Mengamati dan mengevaluasi kemajuan dan kemampuan sendiri • Berinteraksi dengan pelajar yang lain • Belajar bersama • Mencari materi belajar tambahan Disamping itu pengajar berperan sebagai katalisator (mengolah kegiatan kelas), konsultan (memberikan bimbingan), tuntunan (guidance), dan sebagai model (contoh). Materi yang dapat difokuskan dalam kegiatan penguasaan bahasa asing adalah mudah difahami, focus pada kemampuan untuk berkomunikasi, menarik untuk dipelajari, dapat diambil dari berbagai sumber sebagai alat bantu yang menyenangkan seperti majalah, gambar, pamphlet, brosur, buku sehingga menarik dan menyenangkan untuk dipelajari. Kegiatan belajar yang dapat diterapkan oleh pelaku pariwisata untuk meningkatkan kemampuan bahasa asing dapat menerapkan hal-hal sebagai berikut: A. Belajar Individual 1. Permainan kata dengan membuat kalimat bahasa asing dari satu
118
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
Vol. 26 No. 25 : 115-129
kosa kata dan dapat divariasikan (berganti) Contoh: (kata morning) - Tom gets up early every morning dapat diganti menjadi: - He gets up early at 7.30 in the morning 2. Menjelaskan/ membuat narasi (cerita) dalam bahasa asing isi dari gambar – gambar, cerita gambar bersambung, seperti gambar kegiatan dalam kantor, hotel, stasiun, restaurant, dan situasi lainnya 3. Membuat karangan dari sebuah gambar dengan mengimprovisasi isi gambar tersebut melalui ideide, seperti: gambar mobil, sepeda, hotel, televisi, dll. 4. Membaca teks dan memahami isi dengan membuat pertanyaan – pertanyaan tentang teks tersebut dalam bahasa asing.
C. Dengan Kelompok 1. Presentasi sebuah masalah dalam bahasa inggris dan melakukan tanya jawab. 2. membuat permainan peran acting (fragment/short drama) berbahasa asing tentang bidang yang diminati 3. dan lain-lain
B. Dengan Partner 1. Membedakan isi gambar, teks bacaan yang berlainan. 2. Mendiskusikan isi gambar tentang situasi/ keadaan dan tempat seperti keramaian, pemandangan, perang, rapat ,dll. 3. Mengunakan audio-visual seperti televisi dan radio-tape dengan mendiskusikan isi material yang ditayangkan/diputarkan. 4. Bermain peran seperti melakonkan kegiatan dan dialog antara tamu dan receptionist, tamu dengan guide, tamu dengan waiter/waiteress, pelanggan dan penjual yang berkaitan dengan pekerjaannya. 5. Bermain pantomime/ gesture (bermain akting bisu) dan menjelaskan dalam bahasa asing. 6. Tanya jawab tentang brosur, pamphlet iklan tempat wisata, hotel, restaurant, dan lain-lain.
2.2 Keterampilan Berbicara Keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda (Harmer, 1983). Salah satu keterampilan berbahasa yang dikaji dalam penelitian ini adalah keterampilan berbicara menggunakan bahasa Inggris. Menurut Wassid dan Sunendar (2009: 239), keterampilan berbicara memiliki kaitan yang erat dengan keterampilan menyimak. Seorang pembicara mengasosiasikan makna, mengatur interaksi; siapa harus mengatakan apa, kepada siapa, kapan, dan tentang apa. Dalam konteks komunikasi, pembicara berlaku sebagai pengirim (sender), sedangkan penerima (receiver) adalah penerima warta (message) yang merupakan objek dari komunikasi. Kemudian, balikan
Umumnya kegiatan belajar yang inovatif memiliki banyak cara yang dapat diaplikasi untuk diterapkan yang bergantung dari ide dan kreatifitas inovatif dari seorang tenaga pengajar. Dan untuk mencapai kegiatan belajar yang menarik tersebut tentu sedikit banyak memerlukan alat bantu/alat peraga belajar. Kegiatan pembelajaran bhasa dapat berjalan dengan baik jika dilaksanakan dengan motivasi penuh dan keyakinan bahwa suatu bahasa asing tersebut dapat dikuasai dengan baik, cepat ataupun lambat.
119
Budiarta & Kasni
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
(feedback) akan muncul setelah warta diterima dan merupakan reaksi dari penerima pesan. Keterampilan berbicara merujuk pada prinsip stimulus-respons, yang hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dan keinginan pada orang lain. Berikut adalah beberapa tujuan dari keterampilan berbicara yang mencakup pencapaian sejumlah hal. a. Kemudahan berbicara Peserta didik harus mendapatkan kesempatan yang besar untuk berlatih berbicara sampai mereka mengembangkan keterampilan ini secara wajar, lancar, dan menyenangkan, baik dalam kelompok kecil maupun di hadapan pendengar umum yang lebih besar jumlahnya. b. Kejelasan Dalam hal ini peserta didik berbicara dengan tepat dan jelas, baik artikulasi maupun diksi kalimat-kalimatnya dan gagasan yang diucapkan tersusun dengan baik. c. Bertanggung jawab Latihan berbicara yang bagus menekankan pembicara untuk bertanggung jawab agar berbicara dengan tepat dan dapat dipikirkan dengan sungguh-sungguh mengenai apa yang menjadi topik pembicaraan, tujuan pembicaraan, siapa yang diajak bicara, dan bagaimana situasi pembicaraan serta momentumnya. d. Membentuk pendengaran yang kritis Selain berbicara yang baik, latihan ini sekaligus mengembangkan keterampilan menyimak secara tepat dan kritis. Peserta didik perlu belajar untuk mengevaluasi kata-kata, niat, dan tujuan pembicara. e. Membentuk kebiasaan Kebiasaan berbicara tidak dapat dicapai tanpa kebiasaan berinteraksi dalam bahasa yang dipelajari, bahkan dalam bahasa ibu. Faktor ini demikian penting dalam membentuk kebia-
saan berbicara dalam perilaku seseorang. Di samping itu, seorang pembicara yang baik hendaknya mampu mengekspresikan keinginan atau pemikirannya dengan baik, baik dari segi linguistik atau kebahasaan maupun segi nonkebahasaan. Arsjad dan Mukti (1988: 17) mengemukakan beberapa faktor yang memengaruhi keefektifan berbicara adalah faktor verbal dan faktor nonverbal sebagai berikut. a. Faktor verbal 1) Ketepatan ucapan Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat apabila menyimpang terlalu jauh dari ragam bahasa lisan biasa sehingga tidak terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau pemakainya (pembicara) dianggap aneh. 2) Penempatan tekanan, nada, sendi, dan Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan terkadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan
120
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu berkurang. Penempatan tekanan pada kata atau suku kata yang kurang sesuai akan mengakibatkan kejanggalan. 3) Pilihan kata (diksi) Pilihan kata hendaknya jelas, tepat, dan bervariasi. Dalam setiap pembicaraan, pemilihan kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk. Kata-kata yang belum dikenal memang mengakibatkan rasa ingin tahu, tetapi akan menghambat kelancaran komunikasi. 4) Ketepatan sasaran menyangkut penggunaan kalimat Pembicara yang menggunakan kalimat efektif akan memudahkan pendengar menangkap pembicaraannya. Seorang pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif, kalimat yang mengenai sasaran sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau menimbulkan akibat. b. Faktor nonverbal 1) Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku Pembicaraan yang tidak tenang, lesu, dan kaku tentu akan memberikan kesan pertama yang kurang menarik. Dari sikap yang wajar saja sebenarnya pembicara sudah dapat menunjukkan otoritas dan integritas dirinya. Sikap ini sangat banyak ditentukan oleh situasi, tempat, dan penguasaan materi. Sikap ini memerlukan latihan dan jika sudah terbiasa, rasa gugup saat tampil akan hilang dan timbul rasa tenang dan wajar. 121
Vol. 25 No. 2 : 115-129
2) Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara Pandangan berbicara hendaknya diarahkan kepada semua pendengar. Pandangan yang hanya tertuju pada satu arah akan menyebabkan pendengar merasa kurang diperhatikan. Banyak pembicara ketika berbicara tidak memperhatikan pendengar, tetapi melihat ke atas, ke samping, atau menunduk. Akibatnya, perhatian pendengar berkurang. Hendaknya diusahakan supaya pendengar merasa terlibat dan diperhatikan. 3) Kesediaan menghargai pendapat orang lain Dalam menyampaikan isi pembicaraan, seorang pembicara hendaknya memiliki sikap terbuka, dalam arti dapat menerima pendapat orang lain, bersedia menerima kritik, bersedia mengubah pendapatnya kalau memang keliru. Namun, tidak berarti si pembicara begitu saja mengikuti pendapat orang lain dan mengubah pendapatnya. Ia juga harus mampu mempertahankan pendapatnya dan meyakinkan orang lain. Tentu saja pendapat itu harus mengandung argumentasi yang kuat, yang diyakini kebenarannya. 4) Gerak-gerik dan mimik yang tepat dapat pula menunjang keefektifan berbicara. Hal-hal penting selain mendapatkan tekanan, biasanya juga sering dibantu dengan gerakgerik tangan atau mimik. Hal ini dapat menghidupkan komunikasi, artinya tidak kaku. Akan tetapi, gerak-gerik yang berlebihan akan mengganggu keefektifan berbicara. Mungkin perhatian pendengar akan terarah pada gerak-gerik dan mimik yang berlebihan ini
Budiarta & Kasni
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
sehingga pesan kurang dipahami. 5) Kenyaringan suara Tingkat kenyaringan ini tentunya disesuaikan dengan situasi, tempat, dan jumlah pendengar. Yang perlu diperhatikan adalah tidak berteriak, kenyaringan suara diatur supaya dapat didengar dengan jelas. 6) Kelancaran Seorang pembicara yang lancar berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. 7) Setiap gagasan yang disampaikan harus diutarakan secara logis. Gagasan yang berbelit-belit membuat para pendengar menjadi bingung sehingga tidak mengerti tentang isi pembicaraan. 8) Penguasaan topik Pembicaraan formal selalu menuntut persiapan. Tujuannya tidak lain supaya topik yang dipilih betul-betul dikuasai. Penguasaan topik yang baik akan menumbuhkan keberanian dan kelancaran. Penguasaan topik ini sangat penting, bahkan merupakan faktor utama dalam berbicara. Richards (2008: 21) mengklasifikasikan fungsi berbicara menjadi tiga bagian yaitu: (1) berbicara untuk berinteraksi (talk as interaction); (2) berbicara untuk transaksi (talk as transaction); (3) berbicara untuk pertunjukan (talk as performance). Masing-masing aktivitas ketiga tuturan tersebut sedikit berbeda dalam hal bentuk dan fungsi dan memerlukan metode pengajaran yang berbeda. 2.3 Sumber Daya Manusia Spillane (1994:14) mengungkapkan bahwa pembangunan sector kepariwisataan berkaitan dengan aspek sosial budaya, politik dan ekonomi yang
diarahkan untuk meningakatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep pembangunan kepariwisataan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang no. 9 tahun 1990 disebutkan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka kesejahteraan dan kemakmuran rakyat melalui perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan bekerja serta memdorong pembangunan infrastruktur daerah dalam rangka kemudahan untuk memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata. Disamping itu pembangunan kepariwisataan juga dimaksudkan untuk memupuk rasa cinta tanah air dan memparerat persahabatan umat manusia dalam negeri dan antar bangsa Unsur terpenting dalam keberhasilan suatu organisasi adalah sumber daya manusia. Dikatakan Susanto (1997) mengungkapan manusia (sumber daya manusia) merupakan asset organisasi terpenting dan harus diperhatikan oleh menejeman. Hal ini tidak terlepas dari fakta yang menunjukkan bahwa manusia merupakan elemen yang selalu ada dalam setiap organisasi karena manusia sebagai pelaku dalam mencapai tujan organisasi melalui inovasi Manusia merupakan satusatunya sumber daya yang dapat membuat sumber daya organinasi lainnya bekerja dan berdampak langsung terhadap kesejahteraan perusahaan. Pendidikan merupakan salah satu kunci dalam mengembangkan potensi kepariwisataan (kawasan wisata), karena bidang ini memerlukan tenaga kerja terampil yang secara terus menerus harus dikembangkan. Salah satu masalah dalam mengembangkan pariwisata adalah tidak tersedianya sumber daya manusia yang cakap, terampil, memiliki skill tinggi dan pengabdian pada bidangnya (professional) menjadi kebutuhan mutlak dalam bersaing di pasaran global. Produk industri pariwisata adalah “jasa”, oleh karena itu
122
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
penekanannya harus pada segi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. Dalam industry pariwisata, kualitas pelayanan merupakan indikator utamyang menunjukkan tingkat professionalnya. Sumber daya manusia yang handal dengan memiliki kompetensi dibidang pariwisata dan kemampuan berkomunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam upaya pengembangan pariwisata. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa sumber daya manusia yang terlibat dalam kegiatan pariwisata umumnya kita sebut sebagai para pelaku pariwisata yang sangat memerlukan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris karena mereka ini yang terlibat aktif dan berinteraksi langusng dengan wisatawan asing maupun domestik dalam kegiatan industri jasa pariwisata seperti receptionist, waiter, waitress, ticket seller, chef/cook, tour guide, dan bidang pekerjaan lainnya. Secara umum bahasa Inggris sangat dominan jika di bandingkan dengn abahsa asing lainnya. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang dimilikinya para pelaku pariwisata nii sangat terbantu dalam berkomunikasi langsung kepada wisatawan asing Semua orang menyadari b dan mengetahui bahwa pengetahuan berbahasa wajib dikuasai oleh pelaku pariwisata. Namun kenyataanya, masih banyak permasalahan adalah tidak semua pelaku pariwisata tersebut dapat melakukan komunikasi dengan bahasa Inggris yang baik. Penguasaan bahasa Inggris yang baik sangat diperlukan dalam beberapa profesi yang terdapat dalam industri jasa pariwisata. Profesi profesi di bidang kepariwisataan tersebut secara lebih terinci diuraikan di bawah ini. a. Receptionist dan kasir dibagian Kantor Depan di hotel. Pekerjaan seorang receptionist tersebut merupakan pekerjaan administrasi di kantor depan yang
Vol. 25 No. 2 : 115-129
bertugas menyambut tamu atau klien yang berurusan dengan pihak hotel baik domestik maupun mancanegara. Dapat dipastikan bahwa klien atau tamu yang berasal dari mancanegara mengunnakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar untuk menyampaikan kebutuhannya walaupun mereka ditemani pemandu (tour guide). Tugas seorang receptionist tersebut adalah menjelaskan kebutuhan tamu, seperti produk dan jasa layanan apa saja yang akan diberikan, menjawab telepon yang masuk, mengatur pertemuan, dan lain – lain. Jelas sekali diketahui ternyata seorang receptionist di front office tersebut harus mampu, cerdas, dan energik didukung dengan kemampuan berbahasa Inggris untuk menyelesaikan semua tugas-tugasnya. Perlu diketahui bahwa kemampuan berbahasa inggris sesuai TOEIC yang dibutuhkan untuk menempati posisi sebagai seorang receptionist dan kasir harus memiliki skor minimum 550 yaitu pengguna bahasa yang cukup. Artinya bahwa pengguna bahasa bahasa tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti secara umum karena posisi ini paling sering bertemu langsung dan berkomunikasi dengan tamu khususnya tamu asing. Dapat berkomunikasi dengan hal-hal yang berhubungan dengan bidang yang mereka kerjakan, percakapan sehari-hari, mengidentifikasi pesan, dam presentasi – presentasi. b. Pemandu Wisata Penguasaan bahasa Inggris ini harus lebih baik lagi oleh karena sebagaimana diketahui bahwa seorang pemandu (tour guide) banyak bekerja sebagai informer atau pemberi informasi yang banyak dan luas cakupannya. Pada prinsipnya seorang tour guide adalah orang yang bekerja sebagai pemimpin turis/ pelancong yang melakukan perjalanan mengelilingi suatu tempat seperti desa, kota, museum, atau tempat wisata lainnya. Selain itu seorang tour guide juga pemimpin turist dalam perjalanan wisata
123
Budiarta & Kasni
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
yang terprogram dengan lama waktu yang ditetapkan baik daerah maupun luar daerah dan internasional. Jika mereka pemandu wisata di suatu musium maka mereka disebut sebagai docent yaitu pemandu yang menjelaskan keberadaan seisi museum serta sejarah benda museum tersebut dengan segala penjelasannya. Selain itu tour guide juga banyak bergerak dibagian paket – paket liburan. Sebagai seorang tour guide harus mampu mengetahui dan menjelaskan kebudayaan, cerita cerita (folk story) dan sejarah daerah setempat. Untuk keberhasilan kegiatan tour ini, seorang tour guide harus bersifat sabar dan memiliki kemampuan bahasa inggris yang baik, serta dapat terlibat dalam komunikasi umum (public speaking), social, akademis dan hal – hal yang bersifat tertentu. Tentu seorang tour guide harus terus konsisten meningkatkan pengetahuannya serta kemampuan berbahasa inggrisnya secara terus menerus. Kemampuan bahasa Inggris sesuai TOEIC yang disarankan minimum adalah 750 sebagai pengguna bahasa yang berani. c. Pramusaji Pelaku wisata yang juga harus mampu berkomunikasi dengan baik dalam bahasa inggris adalah pramusaji (waiter/ waitress). Pramusaji umumnya dijumpai di hotel atau di restaurant yang bertugas menyiapkan meja makan dengan segala keperluannya, menyediakan kebutuhan tamu dengan menyajikan makanan dan minuman. Kadang-kadang seorang waiter/waitress juga dapat bernyanyi dan berdansa untuk menghibur tamu yang sedang makan dan minum. Kegiatan yang dilakukan tamu tersebut adalah kegiatan interaksi langsung dan ini jelas membutuhkan kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Bila seorang tamu ingin mengetahui banyak tentang menu yang akan disantapnya maka waiter/waitress tersebut harus dapat menjelaskan dengan baik kepada tamu tersebut. Dalam
hal ini kemampuan bahasa Inggris sangat dibutuhkan oleh waiter/waitress bila berhadapan dengan tamu tamu asing untuk mempermudah menjalankan tugasnya. Kemampuan bahasa Inggris sesuai TOEIC yang disarankan minimum adalah 550 yaitu pengguna bahasa yang cukup. Artinya bahwa pengguna bahasa bahasa tersebut dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti secara umum. Dapat berkomunikasi dengan halhal yang berhubungan dengan bidang yang mereka kerjakan, percakapan sehari-hari, mengidentifikasi pesan, dan presentasi – presentasi. Dan percakapan yang terjadi biasanya seputar menu makanan yang dipesan serta percakapan yang terjadi adalah percakapan suingkat. d. Juru Masak Tidak jauh berbeda dengan pramusaji dengan kemampuan bahasa asing yang harus mereka kuasai menurut skor TOEIC minimum adalah 220 - 470 (level D) penguna bahasa pada level terendah pada komunikasi sehari – hari dan hanya dapat berkomunikasi yang terbatas pada pekerjaannya. Sebagai seorang juru masak, memnag intensitas untuk berkomunikasi secara langsung dengan tamnu asing lebih sedikit disbanding profesi lainnya. Namun demikian pada situasi tertentu ketika melakukan demo memasak, keahlian mereka dibutuhkan sehingga dapat menjelaskan proses memasak makanan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang resep dan bumbu masakan sangat dibutuhkan oleh juru masak tersebut. e. Ticket seller, Merchandiser dan Driver juga sangat membutuhkan kemampuan bahasa Inggris dalam melayani konsumennya serta pada saat melakukan transaksi. Menjelaskan hal – hal yang berkaitan dengan produk dan jasa yang dipasarkannya. Score TOEIC yang minimal dibutuhkan mereka adalah 220 - 470 (level D) penguna bahasa pada level
124
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
terendah pada komunikasi sehari – hari dan hanya dapat berkomunikasi yang terbatas pada pekerjaannya. f.
Tourist Information Service Staff juga memerlukan kemampuan bahasa Inggris yang baik pula. Kemampuan bahasa Inggris sesuai TOEIC yang disarankan minimum adalah 750 sebagai pengguna bahasa yang berani. Pegawai tersebut dituntut untuk sabar dan mampu menjelaskan banyak hal yang berhu-
Vol. 25 No. 2 : 115-129
bungan dengan tempat - tempat wisata, transportasi, akomodasi, dan informasi penting lainnya. Posisi ini membutuhkan kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni karena merupakan garda terdepan dalam pengembangan dan promosi pariwisata. Berikut disajikan deskripsi terkait nilai TOEIC yang berlaku di EROPA dan Jepang yang dapat dipakai mewakili masyarakat internasional untuk kebutuhan standarisasi skor TOEIC secara global.
A. TOEIC scores and Common European Framework level descriptors
125
Budiarta & Kasni
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
B. TOEIC Score Level (Matsumoto, p. 9-11) This is an estimated chart, using TOEIC scores and company recommendations from various sources in the Tokyo area.
2.4 Industri Pariwisata Industri pariwisata pada prinsipnya merupakan mata rantai yang saling berkaitan antara lain biro perjalanan, hotel, restaurant, usaha transportasi, perdagangan cendera mata serta bandara udara. Bila wisatawan menikmati perjalanan dan produk wisata maka masing – masing komponen ini menjalin kerjasama yang serasi. Dalam melaksanakan kegiatan pariwisata tersebut tentu motor penggerak yang menjalankan adalah para pelaku pariwisata yang berkualitas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam industri pariwisata adalah SDM yang berkualitas didukung oleh kemampuan bahasa Inggris yang baik serta unsur sarana dan prasarana yang baik dan memadai sebagai modal dalam pengembangan pariwisata seperti transportasi
jalan,telekomunikasi, akomodasi, dan lain lain. Semua unsur tersebut adalah tanggung jawab para pelaku pariwisata, pihak pengusaha swasta, pemerintah termasuk masyarakat didalamnya. Semua pihak ini akan sangat membantu dalam mendukung peningkatan pariwisata. Usaha perhotelan akan selalu berkembang oleh karena potensi bisnis wisata yang cukup potensial disetiap daerah atau kota – kota. Tingkat kunjungan yang selalu meningkat membutuhkan pengadaan akomodasi yang meningkat pula. Indikator bahwa disuatu daerah atau kota mempunyai banyak usaha perhotelan secara pragmatis menunjukkan bahwa tingkat hunian dan tingkat kunjungan naik secara signifikan. Demikian pula restaurant yang
126
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
bervariasi dengan jenis masakan yang berasal dari berbagai daerah dan Negara seperti restaurant Italia, Korea, Jepang, Cina, Amerika, India, masakan local, dan lain – lain, menunjukkan variable dan keaneka ragaman bangsa pengunjung sebagai indicator bahwa daerah tujuan wisata tersebut sebagai tempat yang menarik dan diminati untuk dikunjungi oleh masyarakat daerah dan internasional. Biro perjalanan dan transportasi juga sangat banyak berperan untuk mengadakan perjalanan wisata inbound dan outbound. Kemampuan menciptakan kegiatankegiatan yang menarik dan aman serta penjelasan yang baik tentang suatu daerah tersebut membuat wisatawan merasakan kepuasaan dan rasa tertarik untuk kembali tetap datang berkunjung kembali. Didukung pula dengan kelengkapan sarana transport yang aman dan nyaman baik darat, laut maupun udara. Cenderamata sebagai buah tangan yang berkesan akan berpindah tangan dari seorang mechant kepada pembeli/ turis jika merchant tersebut dapat menggunakan bahasa yang baik dalam memasarkan produk yang mereka jual. 2.5 Peluang dan Tantangan Pariwisata Perngembangan industri pariwisata terbukti menciptakan peluang usaha yang cukup besar sehingga roda perekonomian berputar lebih cepat menuju kearah kesejahteraan dan kemapanan industri pariwisata. Sejalan dengan jumlah wisatawan yang meningkat maka transaksi dan kegiatan yang berkaitan secara langsung ataupun tidak langsung akan semakin mengambil peran baik industri jasa maupun non jasa. Dapat dikatakan bahwa peluang – peluang yang muncul adalah bisnis hiburan, kesehatan, perkantoran, pendidikan pariwisata, dagang, dan lain – lain. Dalam menciptakan peluang – peluang ini dibutuhkan SDM yang berkualitas serta
Vol. 25 No. 2 : 115-129
mempunyai kemampuan bahasa yang baik pula. Peluang ini memberikan kesempatan kerja yang terbuka lebar diberbagai bidang. Inilah mata rantai yang saling berkaitan dan berputar secara otomatis untuk kesejahteraan para pelaku pariwisata serta masyarakat luas. Usaha yang berkelanjutan dibutuhkan dalam rangka memajukan dan mendukung industri kepariwisataan tersebut diatas dibutuhkan persaingan yang ketat dengan kualitas SDM, sarana dan prasarana yang memadai dan baik pula. Untuk menuju kearah keberhasilan industri tersebut, terbuka lebar tantangan dan peluang masa depan sesuai mega trend pada abad 21 ini yaitu industri jasa, pendidikan dan pariwisata akan bergerak semakin maju. Peluang dan tantangan tersebut adalah: 1. Meningkatnya pendapatan perkapita dunia, meningkat pula tuntutan untuk berlibur serta meningkat pula mobilitas manusia dalam konteks era globalisasi yang menyebabkan jumlah wisatawan dunia yang terus meningkat. 2. Kemajuan teknologi transportasi dan teknologi informasi lebih mendorong mobilitas manusia melakukan perjalanan jarak jauh yang memberikan dampak positif terhadap pengembangan pariwisata. 3. Tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat yang semakin baik serta penyebaran informasi, membangkitkan hasrat dan keinginan mengenal tata kehidupan dan budaya di Negara – Negara lain. 4. Industri jasa pariwisata Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk dapat menarik wisatawan dikawasan Asia Pasifik dan Australia. 5. Stabilitas Politik dan Keamanan yang kondusif dan mantap serta memberikan jaminan rasa aman, yang bebas dari tindakan dan ancaman
127
Budiarta & Kasni
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan
teroris serta bebas dari kegiatan demonstrasi anarkis yang menganggu ketertiban umum, akan semakin meningkatkan kunjungan wisatawan ke Indonesia. Segala usaha yang dilakukan oleh swasta dan pemerintah bila tidak didukung dengan stabilitas politik dan keamanan yang baik akan menyebabkan kesia – siaan atau bahkan kemunduran. 6. Isu - isu lingkungan hidup yang banyak menimbulkan kerusakan parah dan menyebabkan masalah besar seperti banjir bandang, tanah longsor, peningkatan suhu panas, perubahan iklim yang membahayakan kelangsungan hidup manusia serta mengganggu perkembangan pariwista dalam kaitannya dengan ecotourism.
III Simpulan Mengacu pada pelaksanaan kegiatan dalam bentuk pelatihan bahasa Inggris terhadap pelaku pariwisata di kelurahan Serangan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk menguasai suatu bahasa Inggris sehingga dapat diaplikasikan dalam bentuk percakapan seorang pembelajar tidak memfokuskan diri pada peguasaan tata bahasa (grammar). Pembelajar tersebut dapat menguasai bahasa asing melalui kegiatan interaktif dengan pelajar yang lain. Sehingga bahasa asing yang akan dikuasai dapat dengan mudah diaplikasikan langsung. Di samping itu sumber belajar yang disarankan dapat diambil dari buku, majalah, pamphlet, brosur yang sifatnya menarik dengan membuat kegiatan tanya jawab dengan bermain peran (role play), membuat dan menjawab pertanyaan sendiri, penguasaan perbendaharaan kata, permainan dan lain-lain. Upaya peningkatan kemampuan berbahasa Inggris melalui pelatihan ini dalam pelaksanaanya menemui kendala,
yaitu masih rendahnya keinginan mereka untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka padahal pada kenyataannya mereka memang telah memiliki kemampuan berbahasa Inggris, walaupun masih terbatas. Rendahnya keinginan untuk \meningkatkan kemampiuan berbahasa Inggris berdasarkan hasil wawancara dengan peserta disebabkan karena pembelajar sudah merasa nyaman dengan kemampuan yang mereka miliki saat ini dan mereka menyatakan sejauh ini mereka dapat berkomunikasi walau kadangkala masih terjadi mis komunikai, Namun demikian, motivasi terus diberikan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris sehingga mampu menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar yang nantinya secara langusng juga berpengruh terhadap peningkatan karir atau posisi di mana mereka beekerja Hal yang pasti dalam proses penguasaan bahasa asing ini bahwa pelajar harus lebih aktif sehingga target penguasaan dan peningkatan kemampuan berbahasa asing dapat tercapai. Jika pelaku pariwisata melaksanakan kegiatan tersebut secara tetap dan konsisten maka penguasaan bahasa asing dapat tercapai dengan baik. Di samping kemampuan berbahasa asing tersebut perlu juga diketahui bahwa industri pariwisata semakin maju dan berkembang oleh karena SDM, sarana dan prasarana yang baik didukung oleh partisipasi semua pihak yang terkait didalam kegiatan pariwisata tersebut mendukung perkembangan pariwisata di Indonesia tanpa mengabaikan peluang dan tantangan di masa depan. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa asing, peran serta para pelaku pariwisata baik oleh swasta maupun pemerintah ditopang oleh SDM dengan kemampuan bahasa inggris yang baik, sarana dan prasarana yang baik serta sebagai mata rantai yang saling
128
Wicaksana, Jurnal Lingkungan & Pembangunan, September 2016
Vol. 25 No. 2 : 115-129
terkait tanpa melupakan peluang di masa depan ini akan semakin meningkatkan kemajuan dalam mendukung industri dan jasa pariwisata. Semakin banyak turis yang merasa senang dan nyaman dalam melakukan kunjungannya di suatu Negara, maka secara otomatis turis tersebut akan mempromosikan Negara yang dikunjunginya secara lisan (words to mouth) kepada teman-temannya.
Gilfert, S. and Kim, V. (1996). TOEIC Strategies, Tokyo: Macmillan Japan K.K.
UCAPAN TERIMA KASIH
Richards, Jack C. 1986. Approaches and methods in language teaching, New York: Cambridge University Press.
Terima kasih disampaikan kepada Rektor Universitas Warmadewa melalui Kepala Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Warmadewa untuk pendanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2016 dalam bentuk kegiatan Pelatihan Peningkatan kemampuan Berbahasa Inggris Masyarakat untuk Menunjang Desa tujuan Wisata Serangan
DAFTAR PUSTAKA Byrne, Donn, 1976, Teaching Oral English, Longman Gilfert, S. and Kim, V. (1990). TOEFL Strategies. Nagoya, Japan: Kawai Juku Press.
Heaton, J.B. (1990). Classroom Testing. London: Longman Group UK. Johnson, Francis Charles & Paulson, Christina, Bratt. (1976). Individualizing the Language Classroom: Learning and Teaching in a Communicative Context, Virginia: Jacaranda Press
Richards, Jack. C. 1974, Error Analysis, England: Longman Group limited Spillane, James,J.S.J. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa Kebudayaan.Yogyakarta, Kanisius. Swan, M. 1980. Practical English Grammar. Oxford: Oxford University Press. Sweet, H. 1899. The Practical Study of Languages. London: Oxford University Press. Syamsuridjal, 1996, Peluang Di Bidang Pariwisata, Jakarta Pusat: Mutiara Sumber Widya Underwood, Mary, 1987, Effective Class Management, New York: Longman
129