ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA: ALTERNATIF PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA Iis Lisnawati ABSTRAK Kesalahan berbahasa merupakan hal yang tidak dapat dihindari yang terjadi dalam diri pembelajar bahasa. Hal tersebut tentu saja harus menjadi perhatian para pengajar bahasa. Salah satu di antaranya adalah dengan menganalisis kesalahan para pembelajar. Hasil analisis dapat dijadikan bahan untuk menentukan solusinya (terapi atau pengajaran remedialnya) sehingga kemampuan berbahasa pembelajar meningkat. A. Pendahuluan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran/mata kuliah yang wajib ditempuh di setiap jenjang pendidikan. Karena itu, keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia akan turut mewarnai keberhasilan program pendidikan. Keberhasilan suatu program pendidikan dapat terlihat dari tercapai atau tidaknya tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan umum pembelajaran/perkuliahan bahasa Indonesia adalah siswa/mahasiswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik dalam berbahasa lisan ataupun berbahasa tulis. Apakah siswa/mahasiswa sudah mencapai kemampuan tersebut? Tentu saja untuk menjawab secara pasti pertanyaan tersebut perlu penelitian yang akurat. Untuk menilai keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia sebenarnya tidak hanya bisa dilakukan setelah pembelajaran berlangsung, tetapi bisa juga dilakukan selama proses belajar mengajar. Fenomena yang sering muncul dalam proses pembelajaran, misalnya dalam kegiatan mengemukakan pendapat terdapat siswa yang belum menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan kata lain, pembelajar melakukan kesalahan berbahasa. Begitu juga ketika pembelajar menulis, terutama menulis karangan ilmiah, kesalahan berbahasa pun tidak terelakkan. Dengan melihat femonena tadi, semua orang yang berkecimpung dalam pendidikan, khususnya guru bahasa, tidak bisa berpangku tangan, kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan pembelajar bahasa harus ditangani secara serius. Menangani masalah tadi tentu saja harus berpijak dari bahasa yang digunakan oleh pembelajar tadi sehingga bisa dicarikan solusi yang tepat. Dengan kata lain, kesalahan berbahasa hendaknya dianalisis sehingga bisa ditentukan jenisnya, penyebabnya, serta cara menanganinya dengan tepat dengan harapan kesalahan-kesalahan berbahasa tidak terjadi lagi. Pada uraian selanjutnya untuk istilah Analisis Kesalahan Berbahasa penulis gunakan singkatan AKB. B. Pembahasan 1. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis Kesalahan (Error Analysis) atau lengkapnya Analisis Kesalahan Berbahasa (Linguistics Error Analysis) adalah suatu cabang linguistik terapan yang muncul pada akhir tahun 60-an atau awal tahun 70-an yang diaplikasikan oleh aliran Linguistik Transformasional dengan Psikologi Mentalismenya sebagai reaksi terhadap Analisis Kontrastif (Contrastive Analysis) yang diaplikasikan oleh aliran Linguistik Struktural dengan Psikologi Behaviorismenya. Menurut Supriadi (1986: 1.7) kesalahan berbahasa adalah bentuk penyimpangan wujud bahasa dari sistem atau kebiasaan umumnya pada suatau bahasa sehingga menghambat kelancaran komunikasi berbahasa.
Penyimpangan sistem bahasa dalam kesalahan berbahasa bersifat sistematis dan konsisten. Karena itu, Kelompok Studi Bahasa dan Sastra Indonesia (1992: 3) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan-penyimpangan berbahasa yang dilakukan seseorang secara sistematis dan konsisten. Penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pemakai bahasa, khususnya pembelajar bahasa, telah menarik minat yang berkecimpung dalam bidang bahasa untuk mengadakan penelitian sekaligus menyusun teorinya. Teori yang berkaitan dengan kesalahan berbahasa disebut Analisis Kesalahan Berbahasa. Hal ini sejalan dengan pendapat Pranowo (1996: 58) bahwa analisis kesalahan adalah suatu teori yang dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara pembelajar. Dalam pengertian di atas secara tersurat dinyatakan bahwa yang dianalisis dalam Analisis Kesalahan Berbahasa adalah kesalahan berbahasa pembelajar atau orang yang sedang belajar bahasa. Dalam kaitan ini Hastuti (1989: 73) mengemukakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah proses yang didasarkan pada analisis kesalahan berbahasa orang yang sedang belajar bahasa. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Brown (1980: 148) yang menyatakan bahwa “Analysis of the linguistics error that a learner makes, commonly known as error analysis”. Untuk menganalisis kesalahan diperlukan prosedur tertentu yang sistematis. Sebagaimana dikemukakan Brown (1980: 166) bahwa “The fact the learners do makes errors and that these error a can be absorved, analyzed, and classified to reveal something, of the system operating within the learner, led to surge of study learner‟s errors called „error analysis‟”. Secara lengkap Ruru dan Ruru (Crystal dalam Pateda, 1987: 32) mengemukakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengindentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan berbahasa si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik. Kesalahan yang telah diklasifikasikan dan diinterpretasikan selanjutnya ditentukan penyebab kesalahannya serta dievaluasi tingkat kesalahannya. Karena itu, Ellis (Tarigan, 1988: 68) mengemukakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, dan pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan. Berdasarkan pendapat-pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa Analisis Kesalahan Berbahasa adalah studi tentang kesalahan berbahasa pembelajar dengan cara menganalisis, mengklasifikasikan, mencari penyebab kesalahan, menentukan tingkat kesalahan sehingga dapat direncanakan solusinya (terapi atau pengajaran remedilanya). Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kesalahan adalah penyimpangan dari sistem bahasa. Apakah semua penyimpangan bahasa bisa digolongkan ke dalam kesalahan berbahasa? Penyimpangan yang bagaimanakah yang bisa diklasifikasikan kesalahan berbahasa? Secara tradisional semua bentuk yang menyimpang diklasifikasikan sebagai kesalahan. Kesalahan ini dianggap sesuatu yang tidak boleh terjadi atau yang mutlak harus dihindarkan. Dengan berkembangnya studi pemerolehan bahasa kedua, disepakati bahwa tidak semua penyimpangan diklasifikasikan ke dalam kesalahan. Dengan demikian, penyimpangan bahasa pembelajar kedua dianggap sebagai sesuatu yang wajar yang mencerminkan tingkat kemampuan berbahasa si pembelajar. Bahasa pembelajar diakui sebagai bahasa khas pembelajar yang memiliki sistem yang khas pula. Berkaitan dengan hal di atas Pranowo (1996: 50) berpendapat bahwa selama bertahun-tahun pembelajaran
bahasa selalu memandang bahwa penyimpangan bahasa selalu dianggap kesalahan. Anggapan demikian kurang memperhatikan aspek psikologis pembelajar karena setiap orang yang ingin menguasai sesuatu tentau harus melalui proses. Brown (Pranowo, 1966: 30) mengemukakan bahwa belajar bahasa seperti halnya orang-orang berenang. Ia semula terjun ke kolam kemudian mencoba memukul-mukulkan tangannya ke air agar tidak tenggelam, tetapi lama-kelamaan ia mendapatkan keseimbangan badan dan mengetahui cara menjaga tubuhnya agar tidak tenggelam. Latihan-latihan serta usaha-usaha mengatasi sendiri adalah strategi untuk dapat berenang dengan baik. Belajar berenang, mengetik, atau membaca semuanya melibatkan suatu proses menuju keberhasilan dengan jalan mengambil manfaat dari kesalahan-kesalahan. Dengan menggunakan kesalahan itu pembelajar mengadakan usaha baru yang secara berangsur-angsur menuju ketepatan sebagaimana yang diharapkan. Karena penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan pembelajar bahasa tidak boleh dianggap kesalahan, beberapa ahli menyebut penyimpangan ini dengan istilah lain, yaitu 1) Idiosyncratic dialect (dialek idiosinkretik atau dialek transisi), nama yang diberikan oleh Corder (1971) untuk menunjukkan bahwa bahasa pembelajar itu unik karena aturan-aturan yang digunakannya khas bagi pembelajar itu sendiri. 2) Aproximative system (sistem yang mendekati), nama yang diberikan oleh Nemser (1971) karena ia menganggap bahwa bahasa pembelajar sebagai suatu sistem yang sedikit demi sedikit mendekati sistem yang sebenarnya.. 3) Transitional competence (kompetensi transisi), nama yang diberikan Richards (1971). 4) Interlanguage (bahasa antara), nama yang diberikan Selinker (1972) untuk menunjukkan bahwa bahasa pembelajar itu merupakan suatu sistem yang secara struktural berada pada posisi antara menjelang bentuknya yang betul. Jadi, ini sama dengan yang diberikan Nemser. Untuk menengahi paradoks pengklasifikasian penyimpangan sebagai suatu hal yang tidak boleh atau wajar terjadi dibedakanlah pengertian antara error ‘kesalahan’ dengan mistake ‘kekeliruan’. Menurut Corder (1981: 10) The term „error‟ refers the „systematics errors‟ of the learners from wich we are able to recontruct his knowledge of the language to date i.e his transitional competence. Selanjutnya Corder (1981: 10) mengemukakan It will be useful therefore here after to refer to „errors‟ of performance as „mistakes‟. ...These as we have so often remminded recently, are due memory lapses, physical states such as strong emotion. These are adventions are facts of linguistics performance and don‟t relect a defect in our knowledge of our own language. It is „non-systematic error‟. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Brown (1980: 165) yang menyatakan bahwa mistakes refers to performannce error that is either a random guess or a “slip”, in that is a failure to utilize a known system correctly, all a people mistakes, in both native and second language situations. Native speakers are normally capable recognizing and correcting such “lapses" or mistakes, which are not the result of adeficiency in competence but the result of some sort of breakdown or imperpection in the process of producing speech. These hestations, slip of the tongue, random ungramaticalities and other performance lapses in native spekers production also occur in second language speech. Sejalan dengan pendapat di atas, Hamied (1987: 42) menyatakan bahwa error ‘kesalahan’ perlu dibedakan dengan mistakes ‘kekeliruan’ atau lapses/slip of the tongue ‘salah ucap’ walaupun semuanya menunjukkan penyimpangan yang menandakan kegagalan menggunakan bahasa target, sedangkan kekeliruan ataupun salah ucap
merupakan kegagalan menggunakan sistem bahasa yang sesungguhnya sudah dikuasai dengan benar. Karena kesalahan berkaitan dengan kompetensi dan kekeliruan berkaitan dengan performansi, kesalahan bersifat sistematis, sedangkan kekeliruan bersifat nonsistematis. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudiana (1990: 49-50) bahwa kesalahan dikaitkan dengan kegagalan kompetensi dan kekeliruan dikaitkan dengan kegagalan performansi. Kesalahan bersifat sistematis dan mencerminkan tingkat transisional suatau perkembangan kaidah gramatikal maupun tingkat final pengetahuan penutur, sedangkan kekeliruan hanya bersifat sembarangan, dan dikaitkan dengan faktor seperti salah ucap, kelelahan, terbatasnya ingatan, dan semacamnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan kesalahan dan kekeliruan adalah sebagai berikut: 1) Kesalahan berkaitan dengan kompetensi, sedangkan kekeliruan berkaitan dengan performansi. 2) Kesalahan berkaitan dengan kelemahan kompetensi sedangkan kekeliruan berkaitan dengan kondisi fisik (lelah, capai) ataupun psikis (emosional). 3) Kesalahan bersifat sistematis, sedangkan kekeliruan bersifat nonsistematis. 2. Fungsi Analisis Kesalahan Berbahasa Terdapat dua jenis fungsi AKB, yaitu fungsi praktis/paedagogis dan fungsi teoeretis (Sapani, 1984: 42-43). Fungsi praktis AKB adalah sebagai berikut: 1) Memberikan feed back ‘umpan balik’ bagi guru dan pembelajar mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Pengjaran itu berhasil atrau tidak? Apa yang harus dilakukan pada pembelajaran berikutnya? 2) Membantu perencanaan pengajaran remedial. AKB dapat memberikan data mengenai jenis kesalahan, kemungkinan penyebabnya, dan jalan yang tepat untuk mengatasinya (dalam bentuk materi yang akan disajikan dan cara menyajikannya). 3) Membantu penyusunan materi pelajaran dan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pembelajar: jenis, jumlah, maupun urutannya. Lebih dari itu AKB dapat membantu guru untuk mengetahui materi yang perlu mendapat perhatian lebih atau perhatian sepintas. 4) Membantu penafsiran hasil tes keterampilan berbahasa yang dikenal juga dengan tes komunikasi bahasa. Fungsi teoretis AKB adalah sebagai berikut: 1) Memberi gambaran mengenai proses belajar bahasa atau pemerolehan bahasa. 2) Memberi gambaran mengenai strategi belajar bahasa yang dilalui oleh pembelajar 3. Cakupan Analisis Kesalahan Berbahasa Pengertian AKB sebenarnya sudah menggambarkan cakupan AKB, tetapi untuk lebih jelasnya penulis mengutip pendapat tentang cakupan AKB. Menurut Nickel yang dikutip Hammberg (Sudiana, 1990: 48) studi kesalahan (kekhilapan menurut Sudiana) mengandung 3 aspek, yaitu (1) description (pendeskripsian), (2) grading (tingkat kesalahan), dan therapy (terapi). Roosipal dikutip Hammberg (Sapani, 1980: 35) mengemukakan bahwa error analysis includes investigation of 1) Type of errors (tipe-tipe kesalahan) 2) Frequency of errors (frekuensi kesalahan) 3) Points of difficulty in the target language (letak kesulitan dalam bahasa target) 4) Cause of errors (penyebab kesalahan)
5) Degree of disturbance cause by errors (tingkat gangguan yang ditimbulkan dari sudut pandang komunikasi dan kaidah bahasa) 6) Theraphy (terapi) 4. Langkah-langkah Analisis Kesalahan Berbahasa Corder (1981: 21-24) mengemukakan tiga tahap AKB, yaitu (1) recognition of idiosyncracy, (2) accounting for a learner‟s idiosycretic dialect, (3) explanation, yaitu usaha menelusuri penyebab terjadinya kesalahan. Sejalan dengan pendapat di atas Brown (1980: 167-172) mengemukakan tiga tahap AKB, yaitu (1) identifiying error, (2) describing, dan (3) sources of error. Sapanai (1984: 69-73) mengemukakan bahwa tahap AKB meliputi (1) identifikasi kesalahan, (2) mendeskripsikan kesalahan (jenis kesalahan, frekuensi kesalahan), (3) memperkirakan sumber penyebab kesalahan, dan (4) menyusun langkah-langkah tindak lanjut. Berdasarkan pendapat-pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah AKB meliputi (1) mengidentifikasi kesalahan, (2) mendeskripsikan keslahan, (3) menentukan penyebab kesalahan, dan (4) merencanakan pembelajaran remedial. C. Penutup AKB adalah studi tentang kesalahan berbahasa pembelajar dengan cara menganalisis, mengklasifikasikan, mencari penyebab kesalahan, menentukan tingkat kesalahan sehingga dapat direncanakan solusinya (terapi atau pengajaran remedilanya). Cakupan AKB meliputi meliputi tipe atau jenis kesalahan, frekuensi kesalahan, penyebab kesalahan, tingkat kesalahan, dan terapinya. Yang menjadi objek AKB adalah kesalahan berbahasa bukan kekeliruan berbahasa. AKB memiliki fungsi praktis dan fungsi teoretis. Fungsi praktis AKB adalah memberikan feed back ‘umpan balik’ bagi guru dan pembelajar, membantu perencanaan pengajaran remedial, membantu penyusunan materi pelajaran dan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pembelajar: jenis, jumlah, maupun urutannya dan membantu penafsiran hasil tes keterampilan berbahasa yang dikenal juga dengan tes komunikasi bahasa. Fungsi teoretis AKB adalah memberikan gambaran mengenai proses belajar bahasa atau pemerolehan bahasa dan memberi gambaran mengenai strategi belajar bahasa yang dilalui pembelajar. Langka-langkah AKB meliputi (1) identifikasi kesalahan, (2) deskripsi kesalahan, (3) penentuan penyebab kesalahan, (4) perencanaan remedial. Daftar Pustaka Brown, H.D. Principles Languagae Learning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall Inc. Corder, S.P. 1981. Error Analysis and Interlanguage. New York: Oxford University Press. Hastuti, S. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Kelompok Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. 1992. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Problematik Bahasa Indonesia. Malang: YA3. Pateda, M. 1989. Analisis Kesalahan. Ende Flores: Nusa Indah. Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: University Press. Richards, J.C. (Ed.). 1984. Error Analysis Perspectives on Second Language Acquisition. England: Longman Group Limited. Sapani, S. 1984. Analisis Kesalahan Bahasa dalam Karangan Siswa Kelas II SMA Negeri Kodya bandung Tahun Ajaran 1983/1984: Studi Kasus di SMA Negeri I (Sebuah Sumbangan bagi Pengajaran Remedial Bahasa Indonesia). Tesis. IKIP Bandung. Tarigan, H.G. dan Djago Tarigan. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Riwayat Penulis Hj. Iis Lisnawati, M.Pd. adalah staf pengajar di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Siliwangi Tasikmlaya.