perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada Discipline Up Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI
SKRIPSI
Oleh : DENNY ADI PRASETYO K6408024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama
: Denny Adi Prasetyo
NIM
: K6408024
Jurusan/Program Studi
: P. IPS/PPKN
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada Discipline Up Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
Februari 2013
Yang membuat pernyataan
Denny Adi Prasetyo
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada Discipline Up Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI
Oleh : DENNY ADI PRASETYO K6408024
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Denny Adi Prasetyo. PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada Discipline Up Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari. 2013. Tujuan Penelitian adalah 1) Untuk mengetahui pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dalam meningkatkan sikap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi; 2) Untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap sikap disiplin pada siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan terdiri atas: informan, lembar observasi serta analisis dokumen. Teknik sampling yang digunakan sampel bertujuan (purposive sampling). Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dokumentasi. Validitas data dengan menggunakan triangulasi data atau sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif (interactive of analysis), yakni terdiri dari empat komponen utama yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilaksanakan melalui tiga program, yaitu: 1) Operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari pada jam 06.00 sampai dengan 07.00 kecuali pada saat ulangan mid semester atau ulangan semester; 2) Razia kelas yang dilakukan antara dua kali sampai dengan empat kali dalam satu bulan; 3) Operasi sebelum upacara bendera yang dilakukan setiap hari Senin. Adapun wujud sikap yang menunjukan bahwa siswa SMA Negeri 2 Ngawi telah tertanam karakter disiplin antara lain: 1)Sebagian besar siswa tidak terlambat datang ke sekolah; 2) Sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam sekolah; 3) Mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos; 4) Selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit; 5) Tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah; 6) Tidak mencoret-coret bangku dan tembok; 7) Menjaga kebersihan di sekolah.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Denny Adi Prasetyo. THE INCREASING OF STUDENT’S DISCIPLINE THROUGH THE CREDIT POINTS SYSTEM BY SDU (SMADA DISCIPLINE UP HOLDER) IN SMA NEGERI 2 NGAWI. Thesis, Surakarta: Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, February 2013. The purpose’s of this research are: 1) to investigate the implementation of the credit points system by the SDU in improving student’s discipline attitude at SMAN 2 Ngawi; 2) to know the impact of the system credit point’s implementation by the SDU about the student’s discipline attitude in SMAN 2 Ngawi. This research used a qualitative approach with descriptive research form. The source of data that be used consist of: informants, observation sheet and document analysis sheet. The sampling technique that be used was aims samples (purposive sampling). The technique of collecting data through interview, observation and documentation. The validity of the data by using a triangulation of data or sources. The data analysis technique that be used was interactive analysis model which consists of four major components, namely data collection, data reduction, data presentation and conclusion. The results indicated that the implementation of the credit points system by SDU was implemented through three programs: 1) keeping the gate operation was carried out every day at 6:00 am to 7:00 am except during mid semester or semester test, 2) class raid is conducted between the two times up to four times a month, 3) operation before the flag ceremony every Monday. There are form of attitude that be showed by the students of SMAN 2 Ngawi had been embedded discipline character include: 1) most of students don’t come late to school, 2) most of students complete the attributes and school uniforms; 3) following the school teaching , did not make some noises during school hours , no ditching, 4) always follow the flag ceremony except during illness; 5) did not carry unnecessary items to school, 6) did not streak benches and walls; 7) keeping the school cleaning.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunahnya). (Q.S An Nisaa’ 4:59) Discipline is the foundation upon which all success is built. Lack of discipline inevitably leads to failure. (Jim Rohn) Disiplin adalah jembatan untuk menyebrang menuju kesuksesan. (Penulis)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada : 1.
Ibu dan Bapak yang telah memberikanku semangat, doa yang tak pernah putus, kasih sayang, nasihat, pengorbanan serta segalagalanya yang tak ternilai harganya
2.
Adikku Agustina Puspitasari Adiningtyas yang selalu mendukungku dan membantuku sejak awal
3.
Marta Aliftania Hendarsono yang telah memberikan bantuan, doa serta semangat
4.
Teman-teman PPKn 2008 FKIP UNS sukses selalu
5.
Almamater
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberikan ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI SISTEM KREDIT POIN OLEH SDU (Smada DisciplineUp Holder) DI SMA NEGERI 2 NGAWI”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa didalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.
2.
Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.
3.
Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.
4.
Dr. Winarno, S.Pd, M.Si, Pembimbing I yang memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Drs. Utomo, M.Pd, Pembimbing II yang memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
M. Ali Mas’ud, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 2 Ngawi, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian.
7.
Ricardous Haryanto, S.Pd selaku Guru Pembina SDU (Smada Discipline Up Holder), yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
8.
digilib.uns.ac.id
Nanda Kharis Perdana selaku Ketua SDU yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.
9.
Para siswa SMA Negeri 2 Ngawi Tahun Ajaran 2011/2012 yang telah bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta,
Februari 2013
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman i HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………
ii
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………………………...
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………...
iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………...
v
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………
vi
HALAMAN MOTTO……………………………………………………….
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….
ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………....
x
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..
xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………...
xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
xvii
BAB I
PENDAHULUHAN A. Latar belakang Masalah ………………………………………...
1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………
5
E. Tujuan Penelitian ……………………………………………….
5
F. Manfaat Penelitian ……………………………………………...
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………. 1.
Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa…………………….
7
2.
Tinjauan Tentang Sistem Kredit Poin oleh SDU ………...
21
3.
Tinjauan Tentang Hubungan Kedisiplinan Siswa dengan Organisasi ………………..................................................
4.
33
Tinjauan Tentang Hubungan Pkn dengan Kedisiplinan Siswa ……………………………………………………..
B. Kerangka Berpikir ……………………………………………... BAB III
7
METODE PENELITIAN
commit to user xii
36 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ………………………………….
42
B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………
43
C. Sumber Data………………………………...............................
44
D. Teknik Sampling ………………………………….....................
46
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….
48
F. Validasi Data ………………………………………………….
51
G.
Teknik Analisis Data …………………………………………..
53
H.
Prosedur Penelitian ……………………………………………
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……………………………………..
57
1.
Letak Geografis SMA Negeri 2 Ngawi ………………….
57
2.
Sejarah Berdirinya SMA Negeri 2 Ngawi ……………….
57
3.
Visi, Misi dan Motto SMA Negeri 2 Ngawi……………..
58
4.
Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana Prasarana SMA Negeri 2 Ngawi ……………………………………
59
Denah SMA Negeri 2 Ngawi ……………………………
61
B. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………….
61
5. 1.
2.
Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi……………………………………………………
62
a. Latar Belakang Adanya SDU ………………………….
62
b. Tujuan Sistem Kredit Poin oleh SDU …………………
66
c. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU ……………
68
Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU bagi Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 2 Ngawi ………………..
78
a. Pengaruh Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU ….
79
b. Wujud Sikap Disiplin Siswa SMA Negeri 2 Ngawi ……
84
C. Temuan Studi …………………………………………………...
93
1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU ………………..
93
2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU bagi Kedisiplinan Siswa SMA Negeri 2 Ngawi ………………. 3. Hubungan Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU
commit to user xiii
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan PKn ………………………………………………
96
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan……………………………………………………...
98
B. Implikasi………………………………………………………...
99
C. Saran…………………………………………………………….
100
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...
103
LAMPIRAN ……………………………………………………………….
106
DAFTAR GAMBAR
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman Gambar 1.
Ciri- ciri Desain Sistem Menurut Robert L.Trewathha…
35
Gambar 2.
Kerangka Berpikir…………………………………........
41
Gambar 3.
Model Analisis Interaktif……………………………….
55
Gambar 4.
Prosedur Kegiatan Penelitian…………………………...
56
Gambar 5.
Struktur Organisasi SDU……………………………….
69
Gambar 6.
Denah SMA Negeri 2 Ngawi……………………………
132
DAFTAR TABEL
commit to user xv
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian …………………………………
43
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 1.
Daftar Nama Informan………………………………............
106
Lampiran 2.
Pedoman Wawancara ……………………………………….
108
Lampiran 3.
Petikan Hasil Wawancara …………………………………..
110
Lampiran 4.
Denah SMA Negeri 2 Ngawi ………………………………
132
Lampiran 5.
Buku Program Kerja SDU …………………………………
133
Lampiran 6.
Foto SMA Negeri 2 Ngawi & kegiatan SDU ……………..
148
Lampiran 7.
Pedoman Observasi ………………………………………..
150
Lampiran 8.
Lembar Observasi ………………... ……………………….
151
Lampiran 9.
Daftar Pelanggaran Siswa ………………………………….
153
Lampiran 10. Tata Tertib SMA Negeri 2 Ngawi …………………………
157
Lampiran 11. Contoh Rekapitulasi Pelanggaran …………………………..
160
Lampiran 12.
Triangulasi Data……….........................................................
161
Lampiran 13.
Triangulasi Metode ………...................................................
164
Lampiran 14.
Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada Dekan FKIP UNS ………………………………………………….
Lampiran 15.
Surat Keputusan Dekan FKIP UNS tentang Ijin Penyusunan Skripsi ……………………………………………………….
Lampiran 16.
173
Surat Keterangan Pemberian Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Ngawi………………..
Lampiran 22.
172
Surat Permohonan Ijin Research kepada Kepala SMA Negeri 2 Ngawi ……………………………………………………..
Lampiran 21.
170
Surat Ijin Research kepada Kepala Bakesbangpol Kabupaten Ngawi ……………………………………………
Lampiran 20.
169
Surat Rekomendasi Survey/Riset dari Bakesbangpol dan Linmas Provinsi Jawa Tengah ………………………………
Lampiran 19.
168
Surat Permohonan Pengantar Ijin Penelitian dari Rektor UNS…………………………………………………………
Lampiran 18.
167
Surat Permohonan Research/Try Out kepada Rektor UNS ………………………………………………………………
Lampiran 17.
166
174
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMA Negeri 2 Ngawi ………………………………………………
commit to user xvii
175
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tentu berakibat pada masuknya pengaruh dari luar terhadap pola pikir serta sikap para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi yang sangat pesat inilah yang menjadi momok bagi generasi muda, hal ini tentu diakibatkan semakin mudahnya budaya dari luar yang masuk ke Indonesia. Tanpa menyaring kebudayaan yang masuk dari luar tersebut tentu akan menyebabkan semakin tidak terwujudnya karakter bangsa yang ditanamkan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan kedisiplinan yang merupakan salah satu bagian dari karakter bangsa. Sebagai generasi muda para siswa seharusnya bersikap disiplin sesuai dengan karakter bangsa. Perkembangan teknologi telah merasuki berbagai hal di berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam hal sikap serta perilaku dari para siswa selaku generasi muda yang bersikap tidak disiplin. Hal ini tentu dapat dilihat dari banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah, misalnya saja adalah menyemir rambut, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah seperti contohnya adalah siswi yang memakai rok diatas lutut, terlambat datang ke sekolah dll. Hal ini tentu erat kaitanya dengan masuknya budaya dari luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa yaitu sikap disiplin. Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya dari artis baik itu dari dalam maupun dari luar negeri tanpa menyaring terlebih dahulu apakah hal itu sesuai dengan karakter bangsa atau tidak. Siswa lebih suka meniru gaya tersebut karena menurut mereka gaya tersebut gaul dan tidak ketinggalan jaman. Sebaliknya kebanyakan siswa memberikan cap kepada mereka yang bersikap disiplin sebagai orang yang kolot dan ketinggalan jaman. Berkenaan dengan kedisiplinan, Menurut Emile Durkheim to user bahwa: alih bahasa Lucas Ginting (1990: commit 176) menyatakan 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
Hanya melalui disiplin sajalah kita dapat mengajar anak untuk mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi segala macam seleranya, menetapkan sasaran-sasaran aktivitasnya. Pembatasan merupakan syarat kebahagiaan dan kesehatan moral. Tentu saja pembatasan yang diperlukan berbeda-beda menurut waktu dan tempat dan berbeda pula untuk setiap tahap dalam kehidupan Disiplin merupakan salah satu bentuk karakter bangsa dan merupakan salah satu bagian dari kajian PKn. Dan tujuan pembelajaran PKn berdasarkan permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah membentuk kedisiplinan warga negara sebagai perwujudan salah satu karakter bangsa (Civic disposition). Seorang siswa yang baik tentu harus bersikap disiplin karena merupakan salah satu bagian dari karakter bangsa. Di dalam pembelajaran di sekolah tentu harus mewujudkan serta mendidik siswa bersikap disiplin sehingga terwujudnya tujuan pendidikan nasional yaitu mewujudkan warga negara yang berkarakter kebangsaan, dimana sikap disiplin merupakan salah satu bagiannya. Maka sudah seharusnya para siswa selaku generasi penerus bangsa bersikap disiplin yaitu dengan mematuhi setiap peraturan yang ada di dalam sekolah. Elisabeth B. Hurlock menyatakan bahwa cara menanamkan kedisiplinan ada tiga yaitu “Cara menanamkan kedisiplinan otoriter, Cara menanamkan kedisiplinan permisif, Cara menanamkan kedisiplinan demokratis” (Med Meitasari, 1999:93). Di sekolah pada umumnya cara yang digunakan untuk menanamkan kedisiplinan adalah dengan cara otoriter yaitu adalah menanamkan perilaku yang diinginkan dengan peraturan keras dalam mengendalikan dengan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman. Pada umumnya masalah kedisiplinan siswa di sekolah ditangani dan juga ditindak langsung oleh guru yaitu guru BP/BK, melalui bimbingan konseling guru BP memberikan penyuluhan terhadap siswa yang mempunyai masalah kedisiplinan. Dengan demikian tentu diharapkan siswa yang mempunyai masalah dengan kedisiplinan dapat kembali bersikap disiplin di sekolah. Penanganan kedisiplinan di sekolah tentu perlu adanya commit to user inovasi, hal ini karena jumlah siswa tentunya tidak sebanding dengan jumlah guru
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
BP/BK. Siswa perlu dilibatkan aktif di dalam penanganan kedisiplinan di sekolah, misalnya saja adalah adanya organisasi yang beranggotakan siswa yang mempunyai tugas untuk menegakkan kedisiplinan di sekolah, sehingga penegakkan disiplin dapat lebih ditingkatkan lagi. Apabila siswa dilibatkan dalam menegakkan kedisiplinan tentu siswa akan lebih merasa mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masalah kedisiplinan di sekolah. Dengan demikian bukan hanya tanggung jawab guru BP/BK saja yang bertanggung jawab terhadap kedisiplinan siswa di sekolah, melainkan juga para siswa. Penegakkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi tidak hanya dilakukan oleh guru BP/BK, namun di sini siswa juga turut berperan aktif di dalam penegakan kedisiplinan. Hal ini ditunjukan dengan adanya suatu organisasi dimana siswa dilibatkan di dalam upaya penegakan kedisiplinan yang selanjutnya diberi nama SDU (Smada Discipline Up Holder). Tujuan dari organisasi SDU sendiri adalah untuk menegakkan kedisiplinan siswa di SMA negeri 2 Ngawi dan dalam pelaksanaan penegakkan kedisiplinan siswa ini terdapat seksi-seksi yang mempunyai tugas dan wewenagnya masing-masing. Dengan adanya SDU ini masalah kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi diharapkan akan lebih dapat ditingkatkan karena siswa disini dilibatkan secara aktif. SDU sendiri beranggotakan siswa dari kelas 10-11 yang dalam perekrutan anggotanya dilakukan seleksi dan selanjutnya dilakukan diklat untuk menggebleng kedisiplinan para anggotanya. Di SMAN 2 Ngawi, dalam upayanya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa yang sesuai dengan karakter bangsa setiap hari sejak pukul 06.00- 07.00 diadakan pemeriksaan terhadap siswa yang datang ke sekolah apakah mereka melanggar peraturan sekolah atau tidak hal ini kaitannya dengan pemeriksaan terhadap seragam serta atribut (dasi, Pin) yang dipakai oleh siswa yang akan memasuki gerbang sekolah. Pemeriksaan ini sendiri dilakukan oleh anggota SDU (Smada Discipline Up Holder) dimana anggota dari SDU ini sendiri juga merupakan siswa dari SMAN 2 Ngawi yang telah menjalani seleksi serta diklat. Apabila ada siswa yang melanggar peraturan sekolah di dalam commit to user pemeriksaan tersebut maka akan dikenakan sanksi yaitu berupa poin. Dan dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
poin ini nanti akan terakumulasi setiap tahunnya yang di dalam sistem kerjanya disebut sistem kredit point, dimana apabila jumlah poin siswa sudah melebihi batas akhir yang ditentukan maka siswa tersebut akan dikeluarkan. Dengan adanya sistem kredit poin oleh SDU ini diharapkan siswa dapat bersikap disiplin dan tujuan sekolah sebagai pembentuk warga negara yang berkarakter bangsa dapat terwujud (Program Kerja SDU SMA Negeri 2 Ngawi). Meskipun siswa sudah dilibatkan aktif dalam upaya penegakkan kedisiplinan siswa di sekolah melalui organisasi SDU, namun dari pengamatan awal peneliti yang melakukan pengamatan di SMA Negeri 2 Ngawi masih banyak siswa yang tidak mematuhi tata tertib sekolah. Dari pengamatan awal tersebut peneliti menemui beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh siswa diantaranya adalah tidak memakai atribut sekolah, terlambat datang ke sekolah. Dari hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan siswa, alasan mereka tidak memakai atribut pin atau juga dasi karena pin atau dasi mereka hilang, dan untuk mendapatkan pin pengganti siswa harus memesan dahulu ke koperasi sekolah karena pihak sekolah tidak menyediakan pin atau juga dasi secara langsung. Sedangkan siswa yang melakukan pelanggaran terlambat beralasan karena jarak rumah dengan sekolah yang jauh dan juga sulitnya dalam hal transportasi menuju ke sekolah. Hal ini terjadi karena banyak siswa dari SMA Negeri 2 Ngawi yang berasal dari luar kecamatan kota Ngawi, sehingga memang jarak rumah dengan sekolah jauh. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dari Upaya peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi. Karena upaya meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah di Kabupaten Ngawi yang melibatkan siswa secara aktif di dalam prakteknya baru dilaksanakan di SMA Negeri 2 Ngawi. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Peningkatan Kedisiplinan Siswa melalui Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut ini: 1. Bagaimana pelaksanaan Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) terhadap upaya penegakan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi? 2. Bagaimana dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, antara lain: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) terhadap upaya penegakan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. 2. Untuk mengetahui dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya baik secara teoritis maupun secara praktis, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang studi yang sesuai dengan penelitian ini. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi siapa saja yang ingin mengkaji lebih dalam lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru atau Sekolah Diharapkan dapat sebagai contoh inovasi dalam upaya untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah b. Bagi penulis Digunakan sebagai penelitian untuk mengembangkan pengetahuan tentang inovasi dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Tentang Kedisiplinan Siswa
a. Pengertian Disiplin Suatu pergaulan di masyarakat tentu dibutuhkan norma-norma serta aturan-aturan untuk menegakkan nilai dalam pergaulan hidup dengan tujuan agar tercapai suatu ketertiban. Dalam norma-norma yang dianut masyarakat tersebut tentu akan menghasilkan beberapa sikap, diantaranya adalah sikap disiplin. Disiplin merupakan istilah yang sudah umum diberbagai instansi, baik pemerintah maupun swasta. Kita mengenal disiplin kerja, disiplin lalu lintas dan disiplin belajar. Disiplin merupakan suatu tindakan yang menuntut adanya suatu kepatuhan, ketertiban serta tepat waktu di dalam melakukan suatu pekerjaan. Seseorang dapat dikatakan memiliki sikap dan perilaku disiplin yang baik apabila perbuatanya selalu mentaati peraturan, kemudian tertib dan teratur di dalam menjalankan pekerjaannya. Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni seseorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Sylvia Rimm (2003:47) menyatakan bahwa : Tujuan disiplin adalah mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri. Diharapkan disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia, berhasil, dan penuh kasih sayang. Berkaitan dengan hal tersebut Tatag utomo (2005:181) menyatakan bahwa “Disiplin artinya mematuhi peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis”. Sedangkan Edi Suardi menyatakan bahwa “Disiplin adalah suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh
semua
pihak
secara
sadar, baik pihak commit to user siswa”(Sardiman A.M, 1990:17). 7
guru
maupun
pihak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
Berkaitan
dengan
hal
tersebut,
Emile
Durkheim
(1990:176)
menyatakan bahwa: Hanya melalui disiplin sajalah kita dapat mengajar anak untuk mengendalikan keinginan-keinginannya, membatasi segala macam seleranya, menetapkan sasaran-sasaran aktivitasnya. Pembatasan merupakan syarat kebahagiaan dan kesehatan moral. Tentu saja pembatasan yang diperlukan berbeda-beda menurut waktu dan tempat dan berbeda pula untuk setiap tahap dalam kehidupan. Soegeng Prijodarminto (1992:23) menyatakan bahwa “Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban“. Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto
(1990:114) “Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan”. Selanjutnya Amir Achsin (1990:96) mengemukakan bahwa “Disiplin dapat diartikan pemantauan secara sadar akan aturan-aturan yang telah ditetapkan secara sadar”. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan suatu tindakan mentaati semua peraturan atau tata tertib yang telah dibuat dan berlaku di dalam suatu organisasi, baik itu peraturan secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku yang taat dan patuh dari seseorang terhadap peraturan yang berlaku yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan karena adanya unsur-unsur paksaan dari berbagai pihak. Disiplin juga merupakan cara belajar sukarela yang tercipta melalui perilaku ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban seseorang.
b. Unsur–Unsur Kedisiplinan Kedisiplinan mendorong individu untuk bekerjasama dengan individu lainnya. Kedisiplinan itu lahir, tumbuh dan berkembang dari sikap individu di dalam sistem nilai budaya yang telah ada di dalam masyarakat. Menurut commit to user unsur pokok yang membentuk Soegeng Prijodarminto (1992:24) “Terdapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
disiplin, yaitu sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di masyarakat”. Sikap atau atitude merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman atau penuntun bagi kelakuan manusia. Perpaduan antara sikap dan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman untuk mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Berkaitan dengan hal tersebut, Elizabeth B. Hurlock (1999:84-93) menyatakan bahwa “Disiplin yang mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial harus mempunyai empat unsur pokok, yaitu: peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Peraturan Peraturan sebagai pedoman perilaku atau pola yang ditetapkan (mungkin orang tua, guru dan teman bermain) untuk tingkah laku. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi, yaitu: a) Peraturan memiliki nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota kelompok tersebut. b) Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Banyak peraturan yang ada sebagai pedoman perilaku anak bervariasi menurut situasi, usia anak, sikap orang yang mendisiplin, cara teknik menanamkan disiplin dan banyak faktor lainnya. Peraturan bertindak sebagai dasar konsep moral dan konsep moral sebaliknya bertindak sebagai dasar kode moral. Dari konsep moral umum atau nilai moral anak mengembangkan kode moral.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
2) Hukuman Hukuman diberikan kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman memiliki tiga fungsi dalam perkembangan moral anak yaitu: a) Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh masyarakat. b) Hukuman ialah mendidik, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman. c) Hukuman memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. 3) Penghargaan Penghargaan diberikan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau tepukan dipunggung. Penghargaan mempunyai tiga fungsi, yaitu: a) Penghargaan mempunyai nilai mendidik, bila suatu tindakan disetujui anak akan merasa hal itu baik. b) Penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. c) Penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak adanya penghargaan akan melemahkan keinginan untuk mengulang perilaku ini. Jenis penghargaan yang diberikan harus sesuai dengan perkembangan anak. Bentuk penghargaan antara lain dengan penerimaan sosial, hadiah dan perilaku yang istimewa. 4) Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi harus menjadi ciri semua aspek disiplin. Harus ada konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman perilaku, kosistensi dalam pengajaran commit to user dan pemaksaan peraturan, konsistensi dalam hukuman yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
kepada mereka yang tidak menyesuaikan standar dan konsistensi dalam penghargaan bagi mereka yang menyesuaikan. Konsistensi mempunyai tiga fungsi, yaitu: a) Konsistensi memiliki nilai mendidik yang besar, bila peraturannya konsisten
maka
akan
memacu
proses
belajar
karena
nilai
pendorongnya. b) Konsistensi memiliki nilai motivasi yang kuat. c) Konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur–unsur kedisiplinan merupakan segala sesuatu yang membentuk atau terdapat dalam kedisiplinan. Peraturan merupakan pedoman untuk bertingkah laku sesuai dengan norma, agar dapat hidup dengan tenang dan teratur. Hukuman merupakan suatu ikatan bagi individu yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan, hal ini dilakukan agar individu mendapat efek jera atas tindakan yang dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi. Penghargaan merupakan imbalan atas perbuatan yang telah diperbuat, sehingga menimbulkan suatu kebanggaan terhadap diri individu tersebut. Sedangkan konsistensi adalah tingkat stabilitas yang berguna untuk berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Hilangnya salah satu unsur pokok tersebut akan menyebabkan sikap yang tidak menguntungkan pada anak dan perilaku yang tidak akan sesuai dengan standar dan harapan sosial dari masyarakat, maka masing-masing unsur ini berperan dalam perkembangan moral bagi individu. Melalui disiplin individu dapat belajar berperilaku agar diterima masyarakat dan kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
c. Aspek–Aspek Kedisiplinan Disiplin dibentuk oleh beberapa aspek, berkaitan dengan hal tersebut terdapat tiga aspek yang membentuk disiplin, yaitu : 1) Sikap mental, yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan, pengendalian pikiran, dan pengendalian watak 2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma kriteria dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam/kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan, norma, kriteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses) 3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.(Soegeng Prijodarminto, 1992:23). Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kedisiplinan tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek seperti sikap mental, pemahaman terhadap aturan perilaku, norma, kriteria dan standar perilaku serta sikap yang wajar terhadap peraturan yang ada. Ketiga aspek tersebut menyebabkan proses pembentukan kedisiplinan, yang berupaya membantu memberikan pendidikan perilaku bagi anak. Semua individu ingin menerapkan disiplin tetapi tingkat penerapan disiplin tiap individu berbeda. Adanya perbedaan ini terbukti dengan laju perkembangan tiap-tiap individu, tidak semua individu dengan umur yang sama mempunyai kebutuhan disiplin yang sama. Disiplin yang cocok antara individu yang satu belum tentu sama dengan individu yang lainya yang mempunyai umur sama. Jadi dalam aspek kedisiplinan sikap mental, aturan perilaku dan norma sangat penting bagi individu. Aspek kedisiplinan akan memberikan pemahaman dan memberikan pengertian yang mendalam bagi individu untuk dapat bersikap taat terhadap peraturan.
d. Fungsi Kedisiplinan Secara umum fungsi kedisiplinan adalah untuk mengarahkan seseorang agar dapat menyesuaikan diri dengan suasana dan kondisi terhadap norma-norma yang ada di masyarakat, sehingga tercipta suasana yang kondusif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
dengan cara mentaati norma-norma yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Menurut Dawn Lighter (1999:12) “Fungsi utama disiplin adalah mengajarkan tingkah laku yang baik sambil menghilangkan tingkah laku yang tidak baik”. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi disiplin adalah belajar untuk mengendalikan diri dan bertingkah laku yang baik. Dalam mendidik anak diperlukan disiplin yang tegas, dalam hal apa yang harus dilakukan serta apa yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan menurut Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1992: 137), disiplin perlu dalam mendidik anak supaya: 1) Mudah meresapkan pengetahuan dan pengertian sosial antara lain mengenai hak milik orang lain 2) Mengerti dan segera menurut untuk menjalankan kewajiban dan secara langsung mengerti larangan–larangan 3) Mengerti tingkah laku baik dan buruk 4) Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa terasa terancam oleh hukuman 5) Mengorbankan kesenangan sendiri tanpa peringatan dari orang lain Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa disiplin dapat memberikan pengertian kepada anak tentang hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupannya untuk bertingkah laku baik dan meninggalkan tingkah laku yang tidak baik, belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, tidak memetingkan diri sendiri. Elisabeth B. Hurlock (1999:97) menyatakan ada dua fungsi kedisiplinan, yaitu : 1) Fungsi disiplin yang bermanfaat a) Untuk mengajar anak bahwa perilaku tertentu selalu akan diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian b) Untuk mengajar anak suatu tindakan penyesuaian yang wajar, tanpa menuntut konfornitas yang berlebihan c) Untuk membantu anak mengembangkan pengendalian diri dan pengarahan diri sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk membimbing tindakan mereka commit to user 2) Fungsi disiplin yang tidak bermanfaat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
a) Untuk menakut-nakuti anak b) Sebagai pelampiasan agresi orang yang mendisiplin Dari pendapat di atas penulis menarik kesimpulan bahwa fungsi kedisiplinan adalah mendidik anak agar dapat menyesuaikan segala tingkah lakunya seperti yang diharapkan masyarakat, tidak hanya patuh terhadap aturan saja, tetapi lebih dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri sebagai wujud dari kedewasaan.
e. Faktor–Faktor yang Menyebabkan Kedisiplinan Keberhasilan seseorang di dalam suatu kegiatan selalu berhubungan dengan keuletan, tanggung jawab dan kedisiplinan yang tinggi. Kedisiplinan merupakan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib. Seorang siswa dikatakan disiplin jika dia patuh dan taat terhadap peraturan dan tata tertib yang berlaku di tempat dia berada, dalam hal ini adalah sekolah tempat menuntut ilmu. Kedisiplinan merupakan awal untuk mencapai suatu keberhasilan untuk itu perlu ditanamkan sejak dini. Kedisiplinan dapat disebabkan oleh faktor–faktor yang memberikan motivasi, menurut Emile Durkheim
(1990:24–34)
“Terdapat
faktor-faktor
yang
menyebabkan
kedisiplinan, yaitu: tanggung jawab (responsibility), harapan diri dan harapan orang lain”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tanggung jawab (responsibility) Orang
yang memiliki
rasa tanggung jawab
yang besar untuk
menyelesaikan suatu tugas maka orang tersebut akan terdorong dan berusaha mengatur dirinya sendiri dan orang lain agar bertanggung jawab untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. 2) Harapan Diri Seseorang bersikap disiplin terdorong oleh adanya harapan dan keinginan untuk memperoleh atau menghindari sesuatu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
3) Harapan Orang lain Harapan dan kepentingan yang berasal dari orang lain akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku taat atau disiplin. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang menyebabkan kedisiplinan adalah tanggung jawab, harapan diri dan harapan orang lain. Tanggung jawab merupakan suatu usaha yang konsisten dalam mengatur diri sendiri dan orang lain untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Harapan diri yaitu adanya dorongan dari dalam diri sendiri untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan keinginan. Harapan orang lain yaitu adanya kegiatan yang dilakukan berdasarkan motivasi dari orang lain untuk dapat berbuat dan berperilaku baik. Untuk itu faktor yang menyebabkan kedisiplinan harus benar-benar diperhatikan agar kedisiplinan dapat terwujud sesuai dengan yang diinginkan.
f. Cara Menanamkan Kedisiplinan Dalam melakukan suatu kegiatan antara individu satu dengan yang lain akan berbeda-beda hasilnya, hal ini disebabkan karena tingkat kedisiplinan yang dimiliki oleh tiap-tiap individu berbeda-beda juga, maka diperlukan penanaman kedisiplinan sejak dari dini. Kedisiplinan pada individu sudah terbentuk apabila individu tersebut sudah dapat bertingkah laku dengan pola tingkah laku yang baik. Anak dikatakan sudah menerapkan kedisiplian dengan baik apabila anak tersebut tanpa hukuman sudah dapat berperilaku sesuai dengan peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Kedisiplinan diri pada anak sudah terbentuk, apabila anak sudah dapat bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang baik. Anak sudah mengenal kedisiplinan yang baik apabila anak tanpa hukuman sudah dapat bertingkah laku dan memilih perbuatan-perbuatan yang diharapkan oleh lingkungannya. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1999:93-95) “Terdapat tiga cara menanamkan disiplin yaitu cara menanamkan kedisiplinan otoriter, cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
menanamkan
kedisiplinan
permitif,
cara
menanamkan
kedisiplinan
demokratis”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Cara menanamkan kedisiplinan otoriter Menanamkan perilaku yang diinginkan dengan peraturan keras dalam mengendalikan dengan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman terutama hukuman badan atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. 2) Cara menanamkan kedisiplinan permitif Dengan menggunakan sedikit demi sedikit disiplin, biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Dalam hal ini, anak sering tidak diberi batasbatas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan. 3) Cara menanamkan kedisiplinan demokratis Metode penanaman disiplin dengan menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak untuk mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan, sehingga lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Jadi disiplin dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara otoriter, permitif dan demokratis. Akan tetapi disiplin sebaiknya dilakukan dengan cara yang tidak terlalu otoriter, tetapi juga tidak terlalu memperbolehkan semuanya (permitif). Dalam menanamkan disiplin kepada anak orang tua harus menjelaskan secara lengkap apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan, mengapa hal itu boleh atau tidak, apa dampaknya jika dilakukan atau tidak dilakukan dan sebagainya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Dari uraian di atas dijelaskan berbagai cara dalam menanamkan kedisiplinan dan acuan dasar perilaku dalam menjalankan kedisiplinan. Kedisiplinan pada anak dapat juga ditanamkan dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup anak. Tata tertib yang disertai pengawasan dan pemberian pengertian pada setiap pelanggaran, tentunya akan menimbulkan rasa keteraturan dan disiplin diri. Tingkah laku anak yang berarti dan bertujuan, harus dibimbing oleh orang tua, guru, pembimbing atau orang dewasa lainnya. Tingkah laku anak supaya menjadi teratur maka perlu adanya pengertian baik melalui nasehat dan pengarahan sehingga tercapai tingkah laku yang wajar dan serasi. Cara menanamkan kedisiplinan otoriter adalah menanamkan perilaku yang diinginkan dengan peraturan keras dalam mengendalikan dengan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan atau fisik. Disiplin otoriter selalu mengendalikan disiplin melalui hukuman, terutama hukuman badan. Anak kehilangan kesempatan untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri, sehingga tidak dapat bersikap mandiri dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka. Cara menanamkan kedisiplinan permitif adalah dengan menggunakan sedikit disiplin, biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Disiplin permisif merupakan protes terhadap disipin yang kaku dan keras, dalam disiplin permisif anak sering dibiarkan meraba-raba dalam situasi yang sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian. Jadi anak diijinkan untuk mengambil keputusan dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Penanaman kedisiplinan demokratis dengan menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti dan memahami perilaku tertentu sesuai yang diharapkan, sehingga lebih menekankan aspek edukatif atau pendidikan disiplin daripada aspek hukumannya. Disiplin demokratis commit to user menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
pada penghargaan. Hukuman yang diberikan cenderung bersifat tidak keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Disiplin demokratis mempunyai tujuan untuk mengembangkan kendali atas perilaku individu itu sendiri, sehingga mereka akan melakukan perbuatan yang benar walaupun tidak ada ancaman apabila melakukan hal yang tidak benar. Berkaitan dengan hal tersebut, Soegeng Prijodarminto (1992:24) menyatakan bahwa: Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan-keteladanan tertentu, yang harus dimulai sejak ada dalam lingkungan keluarga, mulai pada masa kanak-kanak dan terus tumbuh berkembang dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa menanamkan sikap disiplin dimulai dari masa kanak-kanak yang diajarkan oleh orang tua di dalam lingkungan keluarga. Disiplin akan tumbuh apabila dibina melalui latihan, pendidikan dan penanaman kebiasaan terhadap keteladananketeladanan tertentu.
g. Disiplin Sekolah Philip Robinson menyatakan bahwa “Sekolah sebagai organisasi, yaitu unit sosial yang secara sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu”(H. Mahmud, 2011:167). Sekolah sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, yaitu memudahkan pengajaran sejumlah pengetahuan. Sedangkan C.E Bidwel dan B. Davies menyatakan bahwa “Sekolah sebagai organisasi birokrasi”(H. Mahmud, 2011:168). Lalu H. Mahmud (2011:167) menyatakan bahwa “Sekolah memiliki dua pengertian. Pertama, lingkungan fisik dengan berbagai perlengkapan yang merupakan tempat penyelenggaraan proses pendidikan untuk usia dan kriteria tertentu. Kedua, proses kegiatan belajar mengajar”. Berkaitan dengan hal tersebut, Charles Handy dan Robert Aitken menyatakan bahwa “Sekolah merupakan sebuah organisasi. Di sekolah, siswa harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
diorganisasikan
kedalam
kelas-kelas
sesuai
dengan
yang
diperlukan”(Suharsimi Arikunto, 1990:13). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah adalah suatu lembaga resmi untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar dalam penanaman nilai dan norma agar siswa dapat berperilaku baik. Bentuk pembelajaran yang diberikan di sekolah tidak hanya ilmu pengetahuan dan ketrampilan saja, tetapi juga perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan dan tata tertib, pendidikan agama, budi pekerti. Dengan hal tersebut diharapkan perilaku disiplin siswa akan terbentuk sejak dini. Slameto (1997:67) menyatakan bahwa “Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar”. Dari uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan tentang kedisiplinan sekolah yaitu merupakan suatu perilaku taat pada aturan yang berlaku di sekolah tersebut baik itu peraturan yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Kedisiplinan sekolah juga meliputi kedisiplinan di kelas karena itu merupakan suatu ikatan di dalam lingkup sekolah. Hal ini merupakan suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, keteraturan dan ketertiban untuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil dari kesadaran individu. Berkaitan dengan kedisiplinan sekolah E.D. Nakpodia (2010:145), menyatakan bahwa : School discipline is an essential element in school administration. This is because discipline is a mode of life in accordance with laid down rules of the society to which all members must conform, and the violation of which are questionable and also disciplined. It is seen as a process of training and learning that fosters growth and development. Hal tersebut bermakna disiplin sekolah adalah unsur yang penting dalam adminitrasi sekolah. Hal ini karena disiplin adalah model hidup dengan mentaati aturan sosial dimana semua anggota harus menyesuaikan dan pelanggaran yang dapat dipertanyakan dan juga bersikap disiplin. Ini terlihat commit to user sebagai proses berlatih dan belajar bahwa terbiasa tumbuh dan berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Sedangkan menurut Denis Thaddeus Ofoyuru dan Lawrence TooOkema (2011:234), menyatakan bahwa “Discipline is what teachers do to help students behave acceptably. on the roles of teachers can be appreciated because he looked at discipline only at the class level”. Pernyataan tersebut mempunyai arti disiplin adalah apa yang guru lakukan untuk membantu murid terbiasa menerimanya. Aturan yang diterapkan oleh guru dapat diapresiasi karena dia melihat disiplin hanya pada level kelas. Ada beberapa macam disiplin belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar di sekolah. Slameto (1997:27-32) menyatakan bahwa Perilaku disiplin belajar siswa dalam mengikuti pelajaran disekolah dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu : disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah, disiplin dalam mentaati peraturan sekolah, disiplin administrasi”. Agar lebih jelas berikut akan dijelaskan sedikit uraian mengenai macam-macam disiplin belajar siswa di sekolah, yaitu: 1) Disiplin siswa dalam masuk sekolah Disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan dan ketaatan dalam masuk sekolah, artinya seorang siswa disiplin masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada waktunya, tidak pernah terlambat serta tidak pernah membolos setiap hari. 2) Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam belajar yang dilakukan baik di dalam maupun di luar jam pelajaran sekolah. Tujuan dari pemberian tugas adalah untuk menunjang pemahaman dan penguasaan materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru di sekolah agar siswa berhasil dalam belajarnya. 3) Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah Siswa yang memiliki disiplin belajar dapat dilihat dari keteraturan dan ketekunan belajarnya. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
menuntut adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujuan belajar. 4) Disiplin dalam mentaati peraturan sekolah Dalam hal ini tata tertib sekolah merupakan peraturan yang mengikat para personal yang ada di sekolah agar proses belajar dapat berjalan lancar. Tata tertib juga merupakan pendukung dalam usaha pembentukan disiplin belajar bagi siswa. Setiap siswa wajib mentaati peraturan atau tata tertib sekolah yang telah ditentukan. 5) Disiplin Adminitrasi Disiplin adminitrasi adalah kedisiplinan siswa dalam membayar iuran rutin, yang biasanya diberikan waktu untuk melunasi pembayaran tersebut. Kedisiplinan ini diharapkan benar-benar dilakukan siswa untuk menunjang biaya operasional sekolah, dan siswa diharapkan dapat bertanggung jawab dalam melakukannya. Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin sekolah meliputi disiplin siswa dalam masuk sekolah, disiplin siswa dalam mengerjakan tugas, disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah, disiplin dalam mentaati peraturan sekolah, disiplin administrasi. Disiplin sekolah menuntut adanya ketepatan waktu dalam masuk sekolah, siswa dituntut untuk berangkat ke sekolah sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan sekolah. Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas dapat berupa mengerjakan ujian ulangan yang diberikan oleh guru, mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru. Jadi yang dimaksud disiplin siswa dalam mengerjakan tugas adalah disiplin yang mencakup keteraturan serta tanggung jawab di dalam mengerjakan tugas serta memahami materi yang diajarkan. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah mencakup kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, keaktifan dalam mengikuti pelajaran dengan mencatat hal-hal penting yang diajarkan oleh guru serta menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga siswa yang bersangkutan benar-benar mengerti dan commit to user memahami materi pelajaran. Disiplin dalam mentaati tata tertib sekolah adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
disiplin yang menuntut siswa untuk mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Sedangkan disiplin adminitrasi harus dilakukan oleh setiap siswa hal ini untuk mendukung kegiatan belajar mengajar kaitanya dengan biaya operasional sekolah.
2. Tinjauan Tentang Sistem Kredit Poin oleh SDU ( Smada Disipline Up Holder )
a. Pengertian Organisasi Pergaulan di masyarakat sering dijumpai adanya sekelompok orang yang bekerja, baik itu bekerja di kantor, perusahaan, lembaga pendidikan, berdagang di pasar atau tempat kerja lainya. Kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang tersebut pasti mempunyai tujuan. Proses kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan disebut sebagai proses adminitrasi. Adminitrasi terdapat delapan unsur di dalamnya yang salah satunya adalah organisasi. Mengenai pengertian organisasi yang juga disebut formal organization, biasanya dipakai sekurang-kurangnya tiga arti yaitu: 1) Sistem kerjasama 2) Sekelompok orang yang bekerjasama 3) Proses pembagian kerja John R. Schermerhorn menyatakan bahwa “An organization is a collection of people working together in division of labot to achieve a common purpose” (Moekijat, 1990:45). Artinya organisasi adalah suatu gabungan daripada orang-orang yang bekerjasama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Gibson (2000:5) “An organizations is a coordinated unit consisting of at least two people how function to achieve common goal on set of goal”. Artinya organisasi adalah suatu unit terkoordinasi yang terdiri sekurangnya dua atau lebih yang fungsinya commit to user untuk mencapai tujuan bersama atau menentukan beberapa tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Sedangkan menurut Hebert G. Hicks menyajikan rumusan berikut tentang sebuah organisasi “… An organization is structured process in which persons interact for objectives” (J. Winardi, 2003:15).
Adapun definisi
tersebut berlandaskan sejumlah fakta yang merupakan ciri umum semua organisasi. 1) sejumlah organisasi senantiasa mencakup sejumlah orang, 2) orang-orang tersebut terlibat satu sama lain dengan satu atau dengan lain cara, maksudnya mereka semua berinteraksi, 3) Interaksi tersebut selalu dapat diatur atau diterangkan dengan jenis struktur tertentu, 4) Masing-masing orang di dalam sesuatu organisasi memiliki sasaran-sasaran pribadi. Sedangkan J. Winardi (2003:15) menyatakan bahwa : … Sebuah organisasi merupakan sebuah sistem yang terdiri dari aneka macam elemen atau subsistem, diantara mana subsistem manusia mungkin merupakan subsistem terpenting, dan dimana terlihat bahwa masing-masing subsistem saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan-tujuan organisasi yang bersangkutan. Inti dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi adalah suatu wadah bersama yang merupakan sistem kerjasama dari sekelompok orang yang masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan apabila dipelajari secara seksama akan diperoleh kesimpulan pokok tentang organisasi, yaitu : 1) Adanya kumpulan orang-orang Artinya dalam suatu organisasi itu harus ada orang-orang sebagai pendukung organisasi atau sebagai anggota. 2) Adanya kerjasama antar anggota Artinya dituntut adanya kerjasama antar anggota dalam organisasi disegala bidang untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan bersama. 3) Adanya tujuan yang ingin dicapai Artinya organisasi dapat berjalan kalau didukung adanya tujuan yang telah disepakati bersama oleh para pendukungnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
b. Kajian Organisasi Formal Dalam setiap aktifitas manusia pasti ada suatu kegiatan yang bersifat formal maupun non formal. Begitu juga dengan organisasi, organisasi ada yang bersifat formal dan non formal. Organisasi formal tidak lepas dari tiga unit kajian, seperti yang dikemukakan oleh Alo Liliweri (1997:8-12) “Organisasi formal terdiri dari 3 kajian yaitu : individu, hubungan antar pribadi dalam kelompok, dan organisasi besar”. Maka akan dijelaskan seperti berikut ini : 1) Kajian Terhadap Individu Individu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam organisasi, ini merupakan unsur manajemen dan SDM yang melaksanakan semua kegiatan organisasi. 2) Kajian Terhadap Hubungan Antar Pribadi dalam Kelompok Kerja Dalam hubungan antar pribadi dengan kelompok kerja merupakan hubungan yang saling terjalin saling melengkapi, seperti hubungan antar kerja kelompok kecil dalam industri atau bisnis. Untuk itu hubungan ini diharapkan saling memberikan dukungan dan motivasi. 3) Kajian Terhadap Organisasi Besar Dalam organisasi besar selalu terdapat susunan yang sistematis dan terkoordinasi dengan baik. Ini dilakukan agar setiap kegiatan organisasi terencana dengan baik sehingga tepat pada sasaran dan tujuan yang diinginkan, seperti adanya komitmen terhadap organisasi ini harus benarbenar diterapkan kepada anggota-anggotanya, efektifitas organisasi, sasaran organisasi dan kemampuan organisasi untuk beradaptasi.
c. Prinsip–Prinsip Organisasi Prinsip-prinsip organisasi sering juga disebut sebagai azas-azas organisasi. Prinsip atau azas merupakan pondasi, dasar atau sesuatu kebenaran yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir. Menurut W. Warren Haynes dan Joseph L. Massei, prinsip-prinsip organisasi ada empat macam, yaitu: commit to user 1) Prinsip kesatuan perintah (Unity Of Command)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
2) Prinsip rentangan kendali atau rentangan pengawasan (Span Of Control) 3) Prinsip Pengecualian (The Exception Princeple) 4) Prinsip Hirarki (The Scalar Principle). (Ig. Wursanto, 2002:218). Berkaitan dengan hal tersebut, Prajudi Atmosudirjo mengemukakan bahwa : Terdapat dua belas prinsip organisasi, yaitu : prinsip tujuan, prinsip pembagian kerja, prinsip perimbangan tugas, prinsip pelimpahan kekuasaan, kesatuan komando, komunikasi, prinsip pengecekan, prinsip kontinunitas, prinsip saling asuh, prinsip koordinasi, prinsip kehayatan dan prinsip tahu diri. (Ig. Wursanto, 2002:218) Hal Tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Prinsip Tujuan, yang berarti bahwa organisasi harus mempunyai tujuan. 2) Prinsip Pembagian Kerja, bahwa di dalam organisasi harus ada pembagian kerja dan penugasan kerja yang homogen. 3) Prinsip perimbangan antara tugas, tanggung jawab dan wewenang. 4) Prinsip pelimpahan kekuasaan harus jelas batas-batasnya. 5) Kesatuan Komando, bahwa azas ini menghendaki satu orang satu atasan (the one man one chief principle). 6) Komunikasi, untuk mengadakan pertukaran informasi antar instansi yang ada dalam organisasi. 7) Prinsip Pengecekan, yang berarti bahwa setiap pimpinan berkewajiban untuk melakukan pengecekan terhadap pelaksanaan kegiatan. 8) Prinsip Kontinunitas, yang artinya kegiatan dalam organisasi harus bersifat terus-menerus,
tidak
boleh
berhenti
dalam
keadaan
atau
situasi
bagaimanapun. 9) Prinsip Saling Asuh, yang berarti antara unit (lini dengan staff) saling bekerjasama dan menyadari akan kepentingan setiap unit yang ada dalam organisasi. 10) Prinsip Koordinasi, untuk mencegah timbulnya bahaya disintegrasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
11) Prinsip Kehayatan, yang mencerminkan bahwa organisasi itu hidup atau berhayat. 12) Prinsip Tahu Diri, yang berarti bahwa setiap anggota organisasi harus sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta mengetahui posisi masingmasing dalam organisasi. Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk membangun dan menggerakkan organisasi yang kompleks (organisasi modern) diperlukan prinsip-prinsip organisasi sebagai dasar atau fondamen sehingga organisasi dapat berjalan dengan baik, serta struktur organisasinya efektif dan efisien. Dengan demikian tercapai atau tidaknya tujuan organisasi secara tergantung pada kemampuan pimpinan organisasi dalam melaksanakan prinsip-prinsip organisasi.
d. Karakteristik Organisasi Organisasi selain mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karakteristik yang umum, diantaranya karakteristik tersebut adalah bersifat dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan dan struktur. Seperti yang diungkapkan oleh Arni Muhammad (2002:29-34) “Tiap organisasi disamping mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karakteristik yang umum, dinamis, memerlukan informasi, mempunyai tujuan, terstruktur”. Dari penjelasan di atas maka dapat diuraikan mengenai karakteristik tersebut. 1) Dinamis Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus-menerus mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungannya dan perlu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang selalu berubah tersebut. Maksudnya di sini adalah suatu organisasi harus bersifat peka terhadap lingkungan di sekitarnya dalam memenuhi keinginan anggota-anggotanya. 2) Memerlukan Informasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Semua organisasi memerlukan informasi untuk hidup. Tanpa informasi organisasi tidak akan bisa berjalan. Untuk mendapatkan informasi adalah melalui proses komunikasi. Oleh karena itu komunikasi memegang peranan penting dalam organisasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan bagi organisasi. Informasi yang dibutuhkan ini baik dari dalam organisasi maupun dari luar organisasi. 3) Mempunyai Tujuan Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Organisasi yang satu dengan yang lain sangatlah berbeda, sehingga tujuan organisasi sangat bervariasi. 4) Terstruktur Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya biasanya membuat aturanaturan, undang-undang dan hirarki hubungan dalam organisasi. Tiap organisasi mempunyai satu struktur. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa karakteristik organisasi itu harus ada dan jelas, hal ini untuk menentukan arah suatu organisasi itu berjalan. Dengan demikian karakteristik organisasi dapat disusun dan disetujui oleh anggota-anggotanya agar organisasi dapat berjalan dan bertahan sesuai dengan tujuannya.
e. Teori Organisasi Setiap organisasi tentu akan mengalami masalah di dalam proses untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Yang dimaksud dengan masalah organisasi adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingan organisasi yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan. Masalah yang dihadapi setiap organisasi sangat kompleks dan setiap masalah memerlukan pemecahannya tersendiri. Dari usaha untuk memecahkan masalah organisasi itu kemudian berkembanglah berbagai macam teori commit to user organisasi. Ig. Wurtanto (2002:259-274) manyatakan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
Terdapat sembilan teori organisasi, yaitu : teori organisasi klasik, teori organisasi birokrasi, teori organisasi human relations, teori organisasi perilaku, teori proses, teori organisasi kepemimpinan, teori organisasi fungsi, teori organisasi pembuatan keputusan dan teori organisasi Kontingensi. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan masing-masing teori sebagai berikut : 1) Teori Organisasi Klasik Teori klasik muncul sebagai akibat dari usaha yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi dengan menentukan prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi para manager untuk melaksanakan tugas. Berkaitan dengan prinsip-prinsip organisasi tersebut ada sepuluh prisip yaitu prinsip penetapan tujuan yang jelas, prinsip kesatuan perintah, prinsip keseimbangan, prinsip pendistribusian pekerjaan, prinsip rentangan pengawasan, prinsip pelimpahan wewenang, prinsip departementasi, prinsip penempatan pegawai yang tepat, prinsip koordinasi, serta prinsip pemberian balas jasa yang memuaskan. Prinsipprinsip ini memberikan pedoman kepada manajer untuk menyusun suatu tugas dan wewenang. Fayol menyatakan bahwa “prinsip-prinsip ini sangat bermanfaat tetapi bersifat sementara” (Ig. Wursanto, 2002:261). Hal ini karena seni manajemen terdiri dari cara memilih prinsip yang cocok untuk situasi tertentu, oleh karena itu prinsip-prinsip tersebut belum tentu dapat diterapkan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. 2) Teori Birokrasi Pada dasarnya teori organisasi birokrasi menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan, organisasi harus menjalankan strategi sebagai berikut: a) Pembagian dan penugasan pekerjaan secara khusus sehingga para pemegang kekuasaan dapat menjadi ahli dalam pekerjaan masingmasing. Strategi ini dikenal dengan prinsip spesialisasi. b) Setiap anggota hanya bertanggung jawab secara langsung kepada commit to user seorang atasan. Wewenang dilimpahkan melalui saluran hirarki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
sehingga menciptakan sesuatu rantai komando. Strategi ini dikenal dengan prinsip rantai komando atau prinsip hirarki. c) Promosi didasarkan pada masa kerja dan prestasi kerja, dan dilindungi dari pemberhentian sewenang-wenang. Dengan demikian jabatan dalam organisasi merupakan karier seumur hidup, sehingga akan menciptakan loyalitas yang tinggi pada para anggota. Strategi yang demikian dinamakan prinsip loyalitas. d) Setiap pekerjaan dilaksanakan secara Zakelijk, dalam arti tidak memandang bulu, tidak membeda-bedakan status sosial, tidak pilih kasih. Setiap orang mendapat pelayanan menurut aturan, prosedur dijalankan secara konsekuen dan formal. Strategi ini dinamakan prinsip impersonal. e) Tiap-tiap tugas dan pekerjaan dalam organisasi dilaksanakan menurut suatu sistem tertentu berdasarkan kepada data peraturan yang abstrak. Berdasarkan tata aturan yang abstrak ini akan diperoleh keseragaman atau uniformitas. Strategi yang demikian ini dinamakan prinsip uniformitas. 3) Teori Organisasi Human Relations Teori ini beranggapan bahwa organisasi dapat diurus dengan baik dan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan apabila di dalam organisasi tersebut terdapat hubungan antar pribadi yang serasi. Hubungan itu dapat terjalin antara pimpinan dengan pimpinan yang setingkat, antara pimpinan dengan bawahan, antara bawahan dengan bawahan. 4) Teori Organisasi Perilaku Teori organisasi perilaku atau The Behaviour Theory Of Organization adalah suatu teori yang memandang organisasi dari segi perilaku anggota organisasi. Setiap anggota mempunyai watak, tempramen, cita-cita, keinginan yang berbeda-beda, yang mengakibatkan perilaku dari setiap anggota organisasi berbeda-beda. Oleh karena itu teori ini berpendapat commit to user bahwa baik tidaknya organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan adalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
tergantung dari perilaku atau sikap kelakuan (Behaviour) dari setiap anggotanya. 5) Teori Organisasi Proses Teori organisasi proses atau The Process Theory of Organization adalah suatu teori yang memandang organisasi sebagai proses kerjasama antara sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kelompok formal. Oleh karena itu teori ini memandang organisasi dalam arti dinamis, selalu bergerak dan di dalamnya terdapat pembagian tugas dan prinsip-prinsip yang bersifat umum, universal. 6) Teori Organisasi Kepemimpinan Teori ini beranggapan bahwa berhasil tidaknya organisasi mencapai tujuan tergantung dari sampai seberapa jauh seorang pemimpin mampu mempengaruhi para bawahan, sehingga mereka mau bekerja dengan semangat yang tinggi dan tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien dan efektif. Untuk mempengaruhi bawahannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari tipe yang melekat dari pemimpin tersebut. Selanjutnya teori organisasi kepemimpinan dapat dibedakan menjadi: teori otokratis, teori demokratis, teori kebebasan, teori paternalism, teori personal dan teori non-personal. 7) Teori Organisasi Fungsi Teori ini dilandaskan suatu pemikiran bahwa segala aktifitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancar dan berhasil mencapai tujuan seperti yang ditetapkan apabila pimpinan organisasi mampu menjalankan sekelompok kegiatan yang telah menjadi fungsi dari seorang manajer yang terdiri dari: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemberian
motivasi
(motivating),
pengawasan
(controling),
dan
pengambilan keputusan (decision making). 8) Teori Pengambilan Keputusan Teori ini berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa berhasil tidaknya suatu commit to user organisasi mencapai tujuan yang telah ditetapkan tergantung dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
keputusan yang dibuat oleh para pejabat disetiap tingkatan, baik keputusan di tingkat puncak (keputusan administratif), keputusan di tingkat menengah (keputusan eksekutif). Maupun keputusan di tingkat bawah (keputusan operatif). 9) Teori Kontingensi Teori Kontingensi (contingency theory) berlandaskan pada suatu pemikiran bahwa pengelolaan organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila pemimpin organisasi mampu memperhatikan dan memecahkan situasi tertentu yang sedang dihadapi.
f. Pengertian Sistem Kredit Poin Menurut Suharsimi Arikunto (1990:112) “Peraturan dan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada siswa. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi siswa”. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan Peraturan dan tata tertib adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur perilaku siswa, sehingga perilaku siswa tidak melenceng dari norma yang berlaku dan berperilaku baik. Wikipedia berbahasa indonesia menyatakan bahwa: Pengertian Sistem dalam pengertian yang paling umum adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka. Kata sistem sendiri berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. (www. wikipedia.co.id /search /permalink /pengertian-sistem.php) Sedangkan menurut para ahli, pengertian Sistem diartikan sebagai berikut: Menurut Ludwig Von Bartalanfy “Sistem merupakan seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara unsur-unsur tersebut dengan lingkungan”. Menurut Anatol Raporot “Sistem adalah suatu kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain”. commit to user Menurut L. Ackof “Sistem adalah setiap kesatuan secara konseptual
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya”. (http://www.idafazz.com/pengertiansistem.php) Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau utang dari satu pihak (kreditor/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak. Sedangkan definisi lain tentang kredit menurut beberapa ahli perbankan adalah sebagai berikut, Menurut Raymond P. Kent
didefinisikan sebagai
berikut ”Credit may be defined as the right to receive payment or the obligation to make payment on demand or at some future time on account of an immediate transfer of goods” (http:// tutorialkuliah. blogspot.com /2009/ 12/definisi-kredit.html). Maksudnya dari pernyataan tersebut adalah kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barangbarang sekarang. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kredit adalah Suatu pembayaran ataupun pembayaran atas suatu tagihan yang dilakukan secara mencicil atau pembelian secara tidak kas sesuai dengan jangka waktu yang telah menjadi kesepakatan sebelumnya. Maka dapat disimpulkan bahwa Sistem Kredit Poin adalah suatu unsur/elemen yang ada dalam suatu peraturan dimana cara kerjanya adalah dengan menggabungkan jumlah pelanggaran yang dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu (kredit). Dimana dalam setiap perlanggaran itu diberikan suatu skor pelanggarannya dengan poin, yang mana setiap pelanggaran yang satu dengan yang lain berbeda-beda jumlah poinnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
3. Tinjauan Tentang Hubungan Kedisiplinan Siswa dengan Organisasi
a. Organisasi sebagai sebuah Sistem Setiap organisasi pada dasarnya merupakan sebuah sistem kontrol. Di sana terdapat sejumlah sasaran-sasaran yang harus dicapai, pengambilan keputusan yang diterapkan guna mencapai tujuan-tujuan yang diidealisasi, dan implementasi
dari
keputusan-keputusan
penyusunan
kebijakan,
yang
menerjemahkan sasaran-sasaran dari wilayah potensial menjadi hal yang aktual. Hal mana secara keseluruhan berlangsung di dalam sebuah sistem umpan balik yang berinterelasi, yang bersifat kompleks dan berkelanjutan. William B. Eddy menyatakan bahwa : “Organisasi paling umum dalam sejarah umat manusia dapat dilukiskan berupa sebuah limas atau piramida” (J. Winardi, 2003:39). Pada puncak paramida tersebut, terdapat : pengambilan keputusan, kekuasaan,sumber informasi. Melalui tindakan pendelegasian wewenang, dan penugasan, lapisan berikutnya, manajer tingkat lebih rendah, mengupayakan segala sesuatu berlangsung apa adanya. Sedangkan menurut tokoh lainya Max Weber, menyatakan bahwa: Pernah berupaya untuk merasionalisasi organisasi-organisasi, dan membebaskanya dari kecenderungan-kecenderungan pribadi, dan mengendalikanya berdasarkan hukum dan preseden-preseden, tetapi tetap berpedoman pada struktur piramida” (J. Winardi, 2003:41). Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa di dalam suatu organisasi pasti mempunyai satuan-satuan kerja yang tergabung untuk membentuk sebuah sistem yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan awal dari suatu organisasi tersebut. Sebagai contoh adalah apabila organisasi tersebut mempunyai tujuan untuk menegakkan suatu kedisiplinan di lingkungan tertentu maka akan terdapat pendelegasian atau pembagian tugas dan wewenang di dalam organisasi tersebut, ini dapat dibuktikan dengan adanya seksi-seksi yang ada di dalam suatu organisasi yang tentunya selalu harus to user ketua tersebut bertindak sesuai tunduk dan patuh terhadap commit ketua selama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
dengan prosedur atau aturan yang berlaku agar tujuan organisasi untuk menegakkan kedisiplinan di dalam lingkungannya dapat benar-benar tercapai. “... sebuah sistem merupakan suatu keseluruhan, yang terdiri dari aneka macam komponen (subsistem) yang saling berinteraksi satu sama lain dalam rangka upaya mengusahakan pencapaian sasaran-sasaran sistem yang bersangkutan” (J. Winardi, 2003: 44). Dalam setiap sistem akan kita jumpai adanya unsur-unsur berikut: masukan (input), proses (process), keluaran (output), umpan balik (feedback), umpan ke depan (feedfoward). Gambar berikut menyajikan ciri-ciri dari desain sistem (Trewatha dalam J. Winardi, 2003: 45).
Sasaran-sasaran organisasi yang bersangkutan
Manajemen
Input
Processes (Sistem Transformasi)
Output
Gambar 1. Ciri-ciri desain sistem menurut Robert L. Trewathha Dari uraian serta skema desain sistem menurut Robert L. Trewathha tersebut, maka apabila dilihat dalam organisasi yang bertujuan untuk menegakkan kedisiplinan dapat dijelaskan sebagai berikut, sasaran atau tujuan dari organisasi organisasi tersebut adalah menegakkan kedisiplinan di dalam lingkungan kerjanya, melalui manajemen atau juga seksi-seksi yang ada di dalamnya dengan tugas dan wewenangnya masing-masing. Pelaksanaan dari penegakkan terhadap kedisiplinan siswa yang dilakukan melalui program commit to user kerja yang telah ditetapkan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
masing-masing seksi yang ada dalam organisasi tersebut adalah bagian dari proses, sedangkan input dari pelaksanaan penegakkan disiplin adalah seluruh anggota dari lingkungan organisasi tersebut, misalnya saja kalau lingkungan kerjanya adalah sebuah sekolah maka yang menjadi input adalah seluruh anggota dari sekolah tersebut. Setelah upaya penegakkan disiplin yang dilakukan oleh organisasi tersebut dilaksanakan melalui program kerja yang telah ditetapkan dan melalui pendelegasian atau pembagian wewenang yang ada maka akan ada suatu output atau hasil keluaran, yaitu meningkatnya kedisiplinan di dalam lingkungan kerja organisasi tersebut.
4. Tinjauan Tentang Hubungan Pkn dengan Kedisiplinan Siswa Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Untuk
mengemban
fungsi
tersebut
pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, Pkn merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk membentuk karakter positif dari para siswa. Hal ini tentu berkaitan dengan tujuan dari pendidikan yang tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa saja akan tetapi juga sebagai sarana membentuk watak dari siswa. Berdasarkan isi dari Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, yaitu : Pendidikan Kewarganegaraan atau Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan commit to user kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Adapun tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut: memiliki kemampuan berpikir secara rasional, kritis dan kreatif, sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan, memiliki ketrampilan intelektual dan ketrampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab, memiliki watak dan kepribadian yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyrakat dan bernegara. Rumusan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang hendak dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Aspek-aspek tersebut mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau karakter
kewarganegaraan
(civic
dispositions).
Watak
atau
karakter
kewarganegaraan sesungguhnya merupakan merupakan materi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Dimensi ini dapat dipandang sebagai muara dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Karakter berasal dari kata Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan perilaku jelek lainya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut berkarakter mulia. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445) “Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain; tabiat; watak”. Sedangkan Tadkirotaun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
Musfiroh mengemukakan bahwa “Karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes),
perilaku
(behaviors),
motivasi
(motivations),
dan
ketrampilan (skills)” (Zainal Ajib, 2011:2). Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaan). T. Ramli mengemukakan bahwa “Pendidikan karakter mempunyai esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak” (Zainal Aqib, 2011:3). Selanjutnya Zainal Aqib (2011:3) menyatakan bahwa “Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut”. Berdasarkan pendapat dari kedua tokoh tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai karakter mulia atau karakter positif di sekolah yang dilakukan guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara dalam menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainya. Ratna Megawangi mengungkapkan bahwa terdapat Sembilan karakter mulia yang selayaknya diajarkan kepada anak, yaitu: 1. Cinta Tuhan dan kebenaran (love Allah, trust, reverence, loyality) 2. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness) 3. Amanah (trustworthiness, realibility, honesty) 4. Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience) 5. Kasih saying, kepedulian dan kerjasama (love, compassion, caring empathy, generousity, moderation, cooperation) 6. Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulnee, courage, determination, commit to user and enthusiasm)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
7. Keadilan dan Kepemimpinan (justice, fainess, mercy, leadership) 8. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty) 9. Toleransi dan cinta damai (tolerance, flexibility, peacefulness, unity). (Triana Rejekiningsih, Munawir Yusuf & Tuti Hardjajani, 2010:9) Sedangkan sesuai dengan kurikulum pembelajaran yang berlaku dalam Permendiknas
Nomor
22
tahun
2006,
Pembelajaran
pendidikan
kewarganegaraan harus mengandung dan menanamkan kepada siswa delapan belas sikap karakter bangsa yaitu: 1. Religius. Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan selalu hidup rukun terhadap pemeluk agama lain. 2. Jujur. Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya seagai orang yang dapat dipercaya dalm perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi. Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin. Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja keras. Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri. Sikap atau perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam meyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis. Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa ingin tahu. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
10. Semangat kebangsaaan. Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kehidupan bangsa dan negra di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya. 11. Cinta tanah air. Cara berpikir, bersikap, dan brbuat yang menunjukkan rasa kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai prestasi. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/komunikatif. Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sam dengan orang lain. 14. Cinta damai. Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabka orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu brupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli sosial. Sikap dan tindakan yang selau ingin memeri bantuan pada orang lain dan masyarakat yag membutuhkan. 18. Tanggung jawab. Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan , terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan yang Maha Esa. Dari uraian penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk membentuk karakter atau watak dari siswa, dan salah satu karakter yang harus dimiliki oleh para siswa adalah disiplin. Jadi tujuan pembelajaran PKn adalah membentuk kedisiplinan warga negara sebagai perwujudan salah satu karakter commit to user bangsa (Civic disposition).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
B. Kerangka Berpikir Kedisiplinan siswa di dalam lingkungan sekolah mutlak harus ada sebagai pembentuk dari salah satu karakter bangsa. Hal ini berkaitan dengan tujuan dari sekolah sendiri yang tidak hanya menjadi pembentuk intelektual Warga Negara saja melainkan juga sebagai pembentuk moral dari siswa. Dalam upaya untuk menegakkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani Klitik Kabupaten Ngawi terdapat sebuah inovasi untuk menegakkan kedisiplinan siswa yaitu dengan dibentuknya sebuah organisasi untuk menegakkan siswa yang beranggotakan siswa. SDU merupakan organisasi yang mempunyai tujuan untuk menegakkan kedisiplinan siswa. SDU merupakan suatu sistem yang terdapat subsistemsubsistem yaitu seksi-seksi di dalamnya yang mempunyai tugas dan wewenangnya masing-masing. Implementasi dari program kerja SDU diantaranya adalah operasi seragam setiap pagi hari, razia terhadap barangbarang yang dilakukan setiap bulan dan operasi sebelum upacara dll. Pelaksanaan dari peraturan sekolah yang dilakukan oleh SDU yang mana di dalam peraturan sekolah tersebut setiap jenis pelanggaran mempunyai bobot poin yang berbeda-beda dan akan terakumulasi selama satu tahun, apabila poin tersebut mencapai batas akhir maka siswa akan dikeluarkan dari sekolah. Sistem akumulasi poin dari pelanggaran siswa tersebut dinamakan Sistem Kredit Poin. Dengan adanya sistem kredit poin oleh SDU maka akan berdampak meningkatnya kedisiplinan siswa, sehingga tujuan adanya SDU yaitu menegakkan kedisiplinan siswa dapat terlaksana. Dengan pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU ini diharapkan menghasilkan suatu output atau keluaran yang sesuai dengan tujuan adanya SDU sendiri yaitu meningkatnya kedisiplinan siswa di lingkungan kerjanya. Alur atau skema dari kerangka berpikir yang telah dijelaskan dalam commit to user uraian diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Sistem Kredit Point oleh SDU
SDU sebagai sistem penegak disiplin
Pelaksanaan Sistem Kredit Point oleh SDU
Gambar 2. Kerangka Berpikir
commit to user
Dampaknya Kedisiplinan Siswa Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian, dalam hal ini peneliti memilih lokasi penelitian di SMA Negeri 2 Ngawi yang beralamat di Jalan Ahmad Yani Klitik, Ngawi. Peneliti mengambil tempat penelitian pada sekolah tersebut dengan alasan : a. SMA Negeri 2 Ngawi merupakan satu-satunya sekolah di kabupaten Ngawi
yang
memiliki
satuan
penegak
kedisiplinan
yang
beranggotakan dari siswa dalam hal ini adalah SDU (Smada Disiplin Up Holder). b. Meskipun sudah ada SDU di SMA Negeri 2 Ngawi, namun masih
terjadi pelanggaran terhadap tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 2 Ngawi. c. SMA Negeri 2 Ngawi merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) sehingga kualitas dari siswanya kompeten untuk dijadikan objek penelitian. 2. Waktu Penelitian Suatu penelitian agar dapat berjalan dengan baik harus dilakukan dengan perencanaan, hal ini berkaitan dengan pembagian waktu pada saat melakukan penelitian. Waktu penelitian dilaksanakan setelah mendapat perijinan dari pihak yang berwenang. Penelitian ini direncanakan selama kurang lebih 10 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Desember 2012. Berikut ini gambar alokasi waktu kegiatan penelitian:
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian No 1.
Kegiatan
2012 Mar
Apr
Mei Juni Juli
Agst
Sep Okt Nov Des
Pengajuan Judul
2.
Penyusunan Proposal
3.
Ijin Penelitian
4.
Pengumpulan Data
5.
Analisis Data
6.
Penyusunan Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Dalam penelitian ini bentuk penelitian yang akan digunakan adalah bentuk penulisan kualitatif, adapun yang dimaksud dengan bentuk penelitian kualitatif adalah : Metode Kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. (Sugiyono, 2010 : 9) Dengan menggunakan metode ini, penulis mengharap hasil penelitian ini, nantinya bisa mengungkap rasa keingintahuan yang penulis rasa serta dapat dengan mudah dimengerti oleh pembaca karena tidak terdiri dari angkaangka melainkan berisi informasi deskriptif yang terdiri dari kata-kata serta gambar-gambar yang membantu memperjelas, sehingga bisa bermanfaat bagi commit to user orang banyak.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
2. Strategi Penelitian Strategi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah strategi penelitian tunggal terpancang. Mengenai model ini H.B. Sutopo (2002:112) menjelaskan bahwa “Dalam penelitian kualitatif ditemui adanya bentuk penelitian terpancang (embeded research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan dan minat penelitinya sebelum peneliti ke lapangan studinya”. Peneliti menentukan terlebih dahulu fokus dari variabel utama yaitu kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Akan tetapi dalam hal ini peneliti tetap tidak melepaskan variabel fokusnya (pilihannya) dari sifatnya yang holistik sehingga bagian–bagian yang diteliti tetap diusahakan pada posisi yang saling berkaitan dengan bagian–bagian dari konteks secara keseluruhan guna menemukan makna yang lengkap.
C. Sumber Data Menurut H.B. Sutopo (2002:50-54) menyatakan bahwa “Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen atau arsip”. Pendapat lain tentang sumber data dalam penelitian kualitatif seperti diungkapkan oleh Lafland menjelaskan bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata–kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain–lain”. (Lexy J. Moleong, 2004:157) Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menggunakan sumber data yang berupa informan, tempat, dan peristiwa serta arsip dan dokumen. Sesuai dengan data yang akan dikumpulkan, maka sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
1. Informan Informasi dalam penelitian kualitatif sering disebut responden yaitu yang memberikan informasi dalam penelitian yang digunakan sebagai sumber data, dengan sumber data ini maka akan diperoleh informasi, pernyataan ataupun kata–kata yang diperoleh dari informan yang disebut data primer yaitu orang yang tahu dan dapat dipercaya serta mengetahui secara mendalam data–data yang diperlukan. Informan yang sekiranya dapat memberikan data antara lain: a. Bapak Ricardous Haryanto selaku guru pembina SDU (Smada Discipline Up Holder) b. pengurus SDU (Smada Discipline Up Holder) c. Siswa SMA Negeri 2 Ngawi Selanjutnya nama-nama informan dapat dilihat pada lampiran 1 2. Tempat dan Peristiwa Tempat dimana obyek penelitian merupakan sumber data yang tidak dapat ditinggalkan, maka tempat penelitian yang akan dilakukan adalah di SMA Negeri 2 Ngawi. Sedangkan yang dimaksud dengan peristiwa adalah proses penegakan kedisiplinan melalui program sistem kredit point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) 3. Arsip dan Dokumen Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berupa peristiwa atau aktivitas tertentu. Dalam mengkaji dokumen hendaknya tidak hanya mencatat apa yang tertulis, tetapi juga harus menggali dan menangkap maknanya yang tersirat di dalam dokumen tersebut. Adapun dokumen dan arsip yang digunakan peneliti sebagai sumber data antara lain : a. Program kerja SDU (Smada Disipline Up Holder) b. Buku pelanggaran siswa SMA Negeri 2 Ngawi c. Rekapitulasi pelanggaran siswa commit to user d. Foto-foto kegiatan SDU
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
D. Teknik Sampling ( Cuplikan ) Dalam penelitian kualitatif, sampel akan ditujukan oleh peneliti dengan mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat dipercaya dan datanya bersifat objektif. Kemudian teknik cuplikan yang biasa digunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan pribadi peneliti. Oleh karena itu cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010:123), Teknik pengambilan sampel ada beberapa cara, yaitu: 1. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 2. Sampling Purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. 3. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mulamula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Menurut Goetz dan Le Compte menyatakan bahwa “Purposive Sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data” (H.B Sutopo, 2002:185). Jadi dalam metode ini beberapa objek penelitian dipilih, kemudian dari yang terpilih tersebut dijadikan sebagai sumber data yang dapat membantu dalam mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan kata lain metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik informan kunci (key informan) yaitu peneliti mengambil orang–orang kunci untuk dijadikan sebagai sumber data. Sampel memiliki fungsi yaitu “Untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber bangunan dan menggali informasi yang akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
menjadi dasar dari rancangan dan teori yang akan muncul”. (Lexy J. Moleong, 2004:224) Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Rancangan sampel yang muncul Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. 2. Pemilihan sampel secara berurutan Tujuan memperoleh variasi sebanyak-banyaknya hanya dapat dicapai apabila pemilihan satuan sampel dilakukan, jika satuan sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis. Setiap satuan berikutnya dapat dipilih untuk memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat dipertentangkan atau diisi kesenjangan informasi yang ditemui. 3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel Pada mulanya setiap sampel sama kegunaanya, namun sesudah semakin banyak informasi yang masuk dan semakin mengembangkan hipotesis kerja, ternyata bahwa sampel semakin dipilih atas dasar fokus penelitianya. 4. Pemilihan berakhir jika telah terjadi pengulangan Pada sampel bertujuan seperti ini jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi yang diperlukan. Jadi, kuncinya disini ialah jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel harus dihentikan. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini cenderung memilih informasi dari orang-orang yamg dijadikan informasi kunci (key informan) yang dapat dipercaya. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah a. Bapak Ricardous Haryanto selaku guru pembimbing SDU (Smada Disipline Up Holder) Dalam kaitannya dengan peningkatan kedisiplinan siswa, guru commit to user Pembina SDU merupakan pihak yang memiliki tugas dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU. b. Perwakilan pengurus SDU Dari seluruh pengurus SDU diambil beberapa pengurus saja sebagai
sampel
dengan
pertimbangan
pengurus
tersebut
mempunyai kriteria dalam memberikan informasi, sehingga dapat mewakili dari semua pengurus SDU. c. Perwakilan siswa siswi SMA Negeri 2 Ngawi Dari seluruh siswa SMA Negeri 2 Ngawi diambil beberapa siswa saja sebagai sampel dengan pertimbangan siswa yang diambil bisa mewakili seluruh populasi siswa yang diteliti dalam memberikan informasi.
E. Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa dan tempat, benda serta dokumen atau arsip. Beragam sumber data tersebut menuntut dilakukannya cara atau teknik pengumpulan data tertentu sesuai
guna
mendapatkan
data
yang
diperlukan
untuk
menjawab
permasalahannya. Menurut Nasution (2005:9) menyatakan: Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen peneliti utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti, masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner commit to user (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
Goetz dan Le Compte menyatakan bahwa “Data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua cara yaitu : metode interaktif dan non interaktif” (Bambang Sumarjoko, 2004:21). Data interaktif meliputi wawancara yang mendalam dan observasi langsung sedangkan metode non interaktif meliputi observasi, kuisioner (angket) dan mencatat dokumen maupun arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan data berdasarkan jawaban responden yang diajukan peneliti secara lisan. Adapun maksud dari wawancara ini seperti yang dikatakan Lincoln dan Guba antara lain sebagai berikut : Mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain–lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan–kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (trianggulasi); dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota. (Lexy J. Moleong, 2004:186) Menurut
Sugiyono
(2010:319),
macam-macam
wawancara
di
antaranya yaitu: ”wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan wawancara tidak struktur”. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Wawancara terstruktur (Structured interview) Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. b. Wawancara semistruktur (Semistrukture Interview) Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
c. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview) Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam
sebuah
wawancara,
diperlukan
langkah-langkah
yang
digunakan agar tujuan dari penelitian dapat tercapai. Lincoln dan Guba menjelaskan bahwa terdapat tujuh langkah dalam penelitian kualitatif yaitu: a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. c. Mengawasi atau membuka alur wawancara d. Melangsungkan alur wawancara e. Mengkonfirmasikan ihtisar hasil wawancara dan mengakhirinya f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh (Sugiyono, 2010:322) Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menggunakan jenis wawancara semistruktur, karena dalam melakukan wawancara penulis membuat kerangka pokok-pokok pertanyaan terlebih dahulu sebagai panduan wawancara. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar pokok-pokok yang telah direncanakan dapat tercakup seluruhnya dan hasil wawancara dapat mencapai sasaran. Jenis wawancara ini merupakan in-depth interview, di mana peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam, kemudian yang menjadi subjek responden wawancara adalah Pembina dan pengurus SDU (Smada Disipline Up Holder), Siswa SMA Negeri 2 Ngawi. Adapun pedoman pertanyaan wawancara dapat dilihat di lampiran 2, serta petikan hasil wawancara dapat dilihat di lampiran 3. 2. Observasi Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala–gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2004:158). Teknik ini merupakan teknik yang paling diandalkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
oleh penulis karena beberapa alasan seperti yang dikemukakan Lexy J. Moleong (2004:174) sebagai berikut : .... pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya; pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subyek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subyek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subyek pada keadaan waktu itu; pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subyek. Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti secara langsung yang bertujuan untuk mengumpulkan data. Adapun yang menjadi tempat tujuan observasi peneliti yaitu di SMA Negeri 2 Ngawi. Observasi ini dilakukan dengan mengamati program kerja dari SDU, diantaranya adalah operasi seragam dan atribut sekolah pada pagi hari, razia barang bawaan siswa serta operasi sebelum upacara dll. 3. Analisis Dokumen Menurut Sugiyono (2010:329) “Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang”. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yang digunakan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan kejadian yang akan datang. Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah Program kerja SDU (Smada Disipline Up Holder), Buku pelanggaran siswa SMA Negeri 2 Ngawi, Arsip-arsip lainya
F. Validitas Data Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
1. Trianggulasi Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong (2004:330) bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data itu”. Terdapat 4 (empat) macam trianggulasi yaitu “Trianggulasi Data, Trianggulasi Metode, Trianggulasi Peneliti, Trianggulasi Teori” (H.B Sutopo, 2002:78-82). penjelasan dari masing–masing trianggulasi adalah sebagai berikut : a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini dilakukan oleh seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti. d. Trianggulasi Teori, dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini menggunakan trianggulasi data. Sebab cara ini mengarahkan peneliti agar dalam pengumpulan data harus menggunakan beragam data yang tersedia, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Jika peneliti memperoleh data dari salah satu informan mengenai peningkatan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, maka peneliti mencocokkan dengan data yang diperoleh dari informan lain yaitu dari pihak Pembina dan Pengurus SDU (Smada Disiplin Up Holder) serta para siswa. Jika data yang diperoleh sama maka proses trianggulasi tercapai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
2. Informan Review Dari laporan yang direview oleh informan khususnya hal–hal dalam kegiatan informan untuk mengetahui apakah yang diteliti merupakan sesuatu yang disetujui mereka atau tidak.
G. Teknik Analisis Data Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan kedalam pola, tema atau kategori. Menurut Lexy J. Moleong (2004: 280) menyatakan bahwa “Analisis data adalah proses mengorganisasikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan tempat dirumuskan hipotesis kerja seperti disarankan oleh data”. Melakukan analisis adalah pekerjaan sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual tinggi. Terdapat empat cara dalam melakukan analisis data, yaitu : 1. Pengumpulan Data Kegiatan ini digunakan untuk memperoleh informasi yang berupa kalimat–kalimat yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumen. Data yang diperoleh masih berupa data yang mentah yang tidak teratur, sehingga diperlukan analisis agar data menjadi teratur. 2. Reduksi Data Data yang diperoleh dilapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak semulanya. Laporan–laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal–hal yang pokok, difokuskan pada hal–hal yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi data yang diterima oleh peneliti di lapangan sebagai bahan mentah disingkat, direduksi, disusun lebih sistematis, agar lebih mudah dikenali dan memberikan gambaran yang jelas tentang peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit point oleh SDU (Smada Disipline UP Holder). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
3. Sajian Data Data yang bertumpuk–tumpuk, laporan lapangan yang tebal, sulit ditangani, sulit pula melihat gambaran keseluruhannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Oleh karena itu agar dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian–bagian tertentu dari penelitian itu membuat matrik, network, dan chart. Dengan demikian peneliti dalam mengolah data mampu menguasai data dan mampu secara jelas melihat gambaran peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit point oleh SDU (Smada Disipline Up Holder). 4. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi Sejak semula peneliti berusaha untuk memberi makna data yang dikumpulkan. Untuk itu peneliti mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal–hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Jadi dari data yang diperoleh peneliti di lapangan, dari semula peneliti mencoba mengambil kesimpulan, namun kesimpulan itu masih kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih grounded. Jadi kesimpulan harus senantiasa diverifikasi. Verifikasi dapat singkat dengan mencari data baru, bila penelitian dilakukan oleh suatu team untuk mencapai inter-subjective consensus, yakni persetujuan bersama agar lebih menjamin validitas atau confirmability. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti dalam setiap kesimpulan yang diambil tentang kedisiplinan siswa melalui sistem kredit point oleh SDU (Smada Discipline Up Holder). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam bagan berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
1 Pengumpulan Data
2 Reduksi Data
3 Sajian Data
4 Verifikasi/pengambilan kesimpulan Gambar 3. Model Analisis Interaktif ( H. B. Sutopo, 2002:96)
H. Prosedur Penelitian Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu “Persiapan, Pengumpulan data, Analisis data dan Penyusunan laporan penelitian” (H.B. Sutopo,2002:187-190). Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut 1. Tahap Prapenelitian a. Mengurus perijinan penelitian. b. Menyusun protokol penelitian, pengembangan pedoman pengumpulan data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian. 2. Tahap Penelitian Lapangan a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi, wawancara mendalam dan mencatat serta merekam dokumen. b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul. c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
3. Tahap Analisis Data a. Menentukan teknik analisa data yang tepat sesuai proposal penelitian. b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian melakukan cross check dengan temuan di lapangan. c. Setelah mendapatkan data yang sesuai dengan intensitas kebutuhan maka dilakukan proses verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang dianggap lebih ahli. d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian 4. Tahap Penulisan Laporan a. Penyusunan laporan awal b. Review laporan : pertemuan diadakan dengan mengundang kurang lebih 2 orang yang cukup memahami penelitian untuk mendiskusikan laporan yang telah disusun sementara. c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi d. Penyusunan laporan akhir. Berikut ini gambaran prosedur penelitian yang peneliti lakukan :
Tahap Prapenelitian
Tahap Penelitian Lapangan
Gambar 4. Prosedur Kegiatan Penelitian
commit to user
Tahap Analisis Data
Tahap Penulisan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi lokasi penelitian adalah tahapan dimana data yang diperoleh peneliti di lapangan yaitu di SMA Negeri 2 Ngawi dikumpulkan, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis sehingga dapat disajikan secara sistematis. Aspek-aspek yang diteliti dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Letak geografis SMA Negeri 2 Ngawi, 2. Sejarah singkat berdirinya SMA Negeri 2 Ngawi, 3. Visi, misi dan motto SMA Negeri 2 Ngawi, 4. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana di SMA Negeri 2 Ngawi, 5.Denah SMA Negeri 2 Ngawi. Aspek-aspek tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Letak Geografis SMA Negeri 2 Ngawi SMA Negeri 2 Ngawi berlokasi di Jalan Jendral Ahmad Yani Klitik, tepatnya berada di Desa Klitik Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi. Secara geografis terletak di pinggir kota atau berada di sebelah selatan pusat kota Ngawi dan berada di jalan yang menghubungkan Ngawi dengan Madiun. SMA Negeri 2 Ngawi menempati areal lahan seluas 31.890 m2, sedangkan luas bangunannya 6.877 m2. Lokasi SMA Negeri 2 Ngawi berbatasan dengan: a. Sebelah Timur
: Sawah
b. Sebelah Barat
: Jalan Ahmad Yani Klitik
c. Sebelah Utara
: SMA PGRI 1 Ngawi
d. Sebelah Selatan
: STKIP PGRI Ngawi
2. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 2 Ngawi Pada awal berdiri SMA Negeri 2 Ngawi bernama Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan (SMPP), telah merebut hati dan simpati masyarakat Ngawi pada dekade 1975-1980-an. Sesuai dengan namanya sekolah yang commititu to menjelma user dirancang khusus oleh pemerintah menjadi magnet kuat bagi 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
para orang tua untuk menyekolahkan putra dan putrinya ke sekolah ini. Maka persaingan ketat terjadi untuk memasuki sekolah ini. Nama itu melahirkan legenda baru, SMU Negeri 2 Ngawi. Dengan memanfaatkan warisan emas leluhurnya, SMU Negeri 2 Ngawi terus bergeliat, berbenah diri berpacu untuk memujudkan kepercayaan menjadi sebuah kebanggaan. Dan image itupun terbentuk. Semua mengakui bahwa sekolah inilah yang terbaik di Kabupaten Ngawi. Bahkan yang menjadi andalan dan harapan masyarakat kota kripik tempe ini, di bawah kepemimpinan Bapak Warsun Warsono, M.M SMU Negeri 2 Ngawi telah mampu mensejajarkan diri dengan SMU-SMU terbaik di Jawa Timur. Ternyata sekolah ini menyimpan sejarah yang cukup panjang dan berkali-kali mengalami perubahan, sekolah yang berdiri tanggal 1 Agustus 1963 ini dahulunya berlokasi di pendopo Rajiman Widyadiningrat mulai tahun 1963- 1967. Mulai tahun 1967 sekolah ini pindah ke lokasi dekat Stadion Ketonggo, tepatnya di lokasi yang sekarang ditempati SMA Negeri 1 Ngawi tahun 1967-1976. Setelah tahun 1967 sekolah ini menjadi SMPP dan menempati lokasi baru yang ditempati sampai sekarang. Sedang nama SMPP pun dihapus tahun 1986 kemudian berganti menjadi SMA Negeri 3 Ngawi (SMAGA). Tahun 1989 kembali menjadi SMA Negeri 2 Ngawi dan tahun 1994 berganti nama menjadi SMU Negeri 2 Ngawi. Tahun 2004 kembali menjadi SMA Negeri 2 Ngawi sampai sekarang dengan mendapat sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional.
3. Visi, Misi, dan Moto SMA Negeri 2 Ngawi a. Visi “Berbudaya dan berkepribadian yang terbentuk melalui pendewasaan IMTAK dan IPTEK yang kompetitif, berwawasan global berperilaku Indonesia ” b. Misi 1) Menciptakan suasana kondusif penuh kekeluargaan yang bernuansa commit to user religius, etik dan moral.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
2) Mewujudkan warga sekolah yang sadar akan aturan tata tertib serta kedisiplinan yang tinggi. 3) Mewujudkan KBM yang efektif, kreatif dan inovatif dengan mengembangkan kompetensi secara optimal. 4) Mengoptimalkan
pelaksanaan
bimbingan
dalam
mengantar
perkembangan siswa, menemukan jati dirinya secara utuh. 5) Mengembangkan pelayanan unggul dalam pembinaan siswa. 6) Mengembangkan potensi sesuai bakat, minat siswa dalam bidang akademik dan non akademik. 7) Mengoptimalkan perkembangan daya pikir, akal budi untuk setinggitingginya prestasi, baik keberhasilan di PTN maupun kepribadian yang terpuji. c. Motto Think Globally Act Locally.
4. Keadaan Guru, Karyawan, Siswa dan Sarana Prasarana di SMA Negeri 2 Ngawi Setiap Instansi pendidikan resmi pasti mempunyai sarana pendukung, baik itu sarana berupa tenaga manusia atau juga sarana berupa bangunan dan yang lainya sebagai pendukung di dalam proses belajar mengajar. Keadaan sarana pendukung di SMA Negeri 2 Ngawi adalah sebagai berikut: a) Guru dan Karyawan Jumlah Guru dan Karyawan yang berada di SMA Negeri 2 Ngawi seluruhnya berjumlah 107 orang, dengan rincian sebagai berikut: 1) Guru berjumlah 78 2) Karyawan berjumlah 29 b) Siswa Jumlah Siswa di SMA Negeri 2 Ngawi seluruhnya berjumlah 833 siswa, dengan rincian sebagai berikut: commit to user 1) Kelas X berjumlah 283 Siswa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
2) Kelas XI berjumlah 279 Siswa 3) Kelas XII berjumlah 271 Siswa c) Sarana dan Prasana Sarana dan Prasana yang ada di SMA Negeri 2 Ngawi adalah sebagai berikut: 1) Ruang Kelas berjumlah 27 ruang 2) Ruang Multi Media 1 ruang 3) Ruang Laboratorium fisika 1 ruang 4) Ruang Laboratorium Kimia 1 ruang 5) Ruang Laboratorium Biologi 1 ruang 6) Laboratorium Bahasa 1 ruang 7) Laboratorium Kompuer 2 ruang 8) Lapangan Sepak Bola 9) Lapangan Basket 10) Lapangan Futsal 11) Lapangan Tenis 12) Wall Climbing 13) Ruang OSIS 14) Ruang Pramuka 15) Ruang Pecinta Alam 16) Ruang PMR 17) Ruang Jurnalistik 18) Ruang SDU 19) Ruang Pameran Kesenian 20) Aula 21) Masjid 22) Kantin 23) Lapangan Upacara 24) Perpustakaan 25) Ruang BP
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Setiap Kelas dan Laboratorium disediakan LCD Proyektor, DVD Player, TV, Komputer, Perpustakaan kelas dan locker
5. Denah SMA Negeri 2 Ngawi Denah SMA Negeri 2 Ngawi dapat dilihat pada lampiran 4
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi yang terletak di Jalan Jendral Ahmad Yani Klitik, tepatnya berada di Desa Klitik Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi. Kedisiplinan merupakan suatu yang dikendaki dalam proses pembelajaran di Sekolah. Hal ini tentu berdasarkan tujuan dari sekolah itu sendiri yaitu selain membentuk sikap intelektual seorang siswa juga untuk membentuk sikap serta moral dari siswa yang sesuai dengan karakter bangsa. Tujuan adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah sebagai suatu wadah atau suatu kontrol untuk menegakkan disiplin terhadap siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Hal ini merupakan salah satu inovasi dimana siswa ikut dilibatkan dalam menegakkan kedisiplinan, sehingga dengan hal tersebut maka siswa lebih dapat meningkatkan kedisiplinannya di sekolah. Diharapkan dengan adanya hal tersebut muncul konsistensi sikap disiplin pada anak bukan karena takut pada hukuman tetapi karena suatu kewajiban. Dalam peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh SDU berkaitan erat dengan (1) pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU, (2) dampak dari implementasi pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU. Untuk mempermudah pengkajian permasalahan maka penulis memilih data yang benar-benar dapat dipakai dalam memecahkan permasalahan, sehingga datadata tersebut dapat menjawab rumusan masalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
1.
Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline UP Holder) Di SMA Negeri 2 Ngawi
Pelaksanaan sistem kredit poin di SMA Negeri 2 Ngawi sebagai suatu sistem tata tertib yang diterapkan di SMA 2 Ngawi dilakukan oleh suatu organisasi yang beranggotakan dari para siswa yang disebut SDU, dalam kegiatan pelaksanaan kredit poin ini dilakukan sesuai dengan tugas serta wewenang masing-masing divisi sesuai yang ada di dalam program kerja SDU. Setiap divisi mempunyai wewenang yang berbeda-beda dan tidak boleh saling bertabrakan di dalam pelaksanaanya dengan tujuan agar peningkatan kedisiplinan siswa benar-benar tercapai. Setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan tujuan dari organisasi tersebut maka disusun suatu program kerja yang selanjutnya
dilakukan pembagiaan kekuasaan
melalui
struktur
organisasi. Dalam pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan sesuai dengan program kerja yang telah ditetapkan. Program kerja tersebut digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan awal dari adanya SDU yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi. Jadi program kerja tersebut dapat dijadikan gambaran bagaimana pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU. Adapun pelaksanaan sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU adalah sebagai berikut:
a. Pengertian, Struktur Organisasi dan Wewenang SDU ( Smada Discipline Up Holder ) Di dalam upaya menegakkan kedisiplinan di sekolah tentu diperlukan sebuah inovasi atau sebuah model penerapan yang baru dan melibatkan para siswa dalam peran menegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah. Sebelumnya di SMA Negeri 2 Ngawi petugas penegak kedisiplinan adalah anggota OSIS dari seksi kedisiplinan. Seiring dengan berkembangnya waktu tugas OSIS semakin banyak dan tidak bisa fokus dalam upaya menegakkan commit to user kedisiplinan, maka atas dasar rapat dewan guru dibentuklah KPD (komisi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Penegak Disiplin). Pemilihan anggota organisasi tersebut dilakukan dengan cara diklat yang dikoordinasi oleh OSIS, pelantikan anggotanya juga dilakukan oleh OSIS. Setelah berlangsung kurang lebih 3 tahun, pada angkatan ke 3 KPD berubah nama menjadi SDU (Smada Discipline Up Holder) dan menjadi organisasi yang independen menjalankan tugas dan wewenangnya sendiri tanpa berada di bawah bayang-bayang organisasi lain, dimana pada saat masih bernama KPD masih berada dan tergabung di dalam salah satu seksi bagian kedisiplinan di OSIS. Salah satu tugas dari SDU adalah menjaga gerbang, razia, rekapitulasi, makrab, pelantikan, diklat, perekrutan dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa SDU adalah suatu organisasi atau suatu satuan kerja yang berdiri secara independen yang beranggotakan siswa-siswi SMA Negeri 2 Ngawi yang mempunyai tugas dan wewenang untuk menegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah baik itu menegakkan peraturan dengan razia, menjaga gerbang ataupun tugas yang lainya. Setiap organisasi tentu memiliki struktur organisasi, hal ini tentu untuk memperjelas semua unsur ataupun posisi yang ada dalam sebuah organisasi tersebut. Struktur organisasi ini juga berfungsi untuk mempertegas tingkatan posisi dan pembagian tugas. Di dalam SDU (Smada Disipline Up Holder ) juga terdapat suatu struktur organisasi sebagai pedoman di dalam menjalankan suatu organisasi, Berdasarkan hasil analisis dokumen yang dilakukan, berikut merupakan struktur organisasi SDU.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
Gambar 5. Struktur Organisasi SDU Masa Bakti 2011/2012 (Sumber: Buku Program Kerja SDU) Pelindung
: Drs. Suratman, S.Pd
Pembina
: R. Haryanto, S. Pd Bani Kurniawan, S.Pd Eni Kurniati, S.Pd Sudarmi, S.Pd
Ketua
: Nanda Kharis Perdana
Ketua I
: Nova Mega M
Ketua II
: Yonathan Herfian P
Sekretaris I
: Muhammida Fahriana S
Sekretaris II
: Laila Nur Fatimah
Bendahara I
: Prisky Apriliani P
Bendahara II
: Sella Hayu K
Divisi : 1) Divisi Razia to user Anggota : Bambang Dwi W commit ( Koordinator)
Dewi Kencono J
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Ardy Prabowo
Rendy Khoirul Ilham
Desiana Jihad F
Andri Sukmanawati
Okta Sintia
Riska Dyah Febriyanti
Putri Suryaningsih
Ricardh Gilang W
2) Divisi Personalia Anggota : Luthfi Awwalia ( Koordinator )
Irvan Taufiq P.P
Faruq Ardi
Irfan Purwito N
Anindita Ratna Candra D
Hoki Miftahul Hadi
Intan Rahmawati
Yophinadiyyul F.A
Achsanatya Ubudina 3) Divisi Kedisiplinan Anggota : Afrizal Novan F ( Koordinator )
Sukma Fajar
Rangga Adi P
Windy Fajar A.
Anzhela R . F
Arlita Dian P
Muhammad Idham A
Mellinda Purnawa T
Putri Ayu R
Denika L.N.W
4) Divisi Sarana & Prasarana Anggota : M. Rivaldi Muqqorobin ( Koordinator ) Erlangga Galih
Yudhi P.N
Nenti Diah K.P
Yolandha Lintang
Agusta Yosan R
Ulfia S
Alfat Fernanda
Sista R
Sumber: Buku Program Kerja SDU Berdasarkan hasil analisis dokumen terhadap buku program kerja SDU maka dapat disimpulkan bahwa SDU terdiri dari empat divisi, yaitu divisi razia, divisi personalia, divisi kedisiplinan dan divisi sarana dan prasarana. Jumlah seluruh pengurus SDU adalah berjumlah 44 orang yang berasal dari para siswa SMA Negeri 2 Ngawi dari kelas X dan juga kelas XI. Masingmasing divisi mempunyai koordinator atau ketua yang bertanggung jawab atas commit to user kegiatan masing-masing divisi. Sementara itu juga terdapat guru pembina
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
SDU yang berperan untuk memberikan pembekalan kaitannya dengan kesiapan mental menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah. Peran guru pembina hanya sebatas memberi pembekalan dan evaluasi sementara pada saat penyusunan dan pelaksanaan program kerja guru pembina tidak terlibat. Berdasarkan analisis dokunen terhadap buku program kerja SDU, maka dapat diketahui tugas serta wewenang dari masing-masing divisi, adapun wewenang masing-masing divisi tersebut antara lain adalah: 1) Divisi Razia a) Razia Hari Senin b) Razia Kelas c) Rekapitulasi poin pelanggaran siswa d) Simulasi Razia e) Evaluasi Razia 2) Divisi Personalia a) Evaluasi akhir semester b) Penerimaan dan pelantikan anggota baru c) Malam keakraban dan Materi d) Perpisahan anggota SDU e) Pendidikan dan pelatihan anggota baru 3) Divisi Kedisiplinan a) Piket jaga gerbang b) Absensi jaga gerbang c) Evaluasi kedisiplinan anggota SDU d) Materi Tata Tertib 4) Divisi Sarana dan Prasarana a) SDU Cleaning Day b) Pengadaan rompi c) Renovasi Base camp commit to user d) Penambahan dan pengecekan inventaris
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
b. Latar Belakang Adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) Di era globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya berakibat pada masuknya pengaruh dari luar terhadap pola pikir serta sikap para siswa dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi yang sangat pesat inilah yang menjadi momok bagi generasi muda, hal ini tentu diakibatkan semakin mudahnya budaya dari luar yang masuk ke Indonesia. Tanpa menyaring kebudayaan yang masuk dari luar tersebut tentu akan menyebabkan semakin tidak terwujudnya karakter bangsa yang ditanamkan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini tentu sangat erat kaitannya dengan kedisiplinan yang merupakan salah satu bagian dari karakter bangsa. Sebagai generasi muda para siswa seharusnya bersikap disiplin sesuai dengan karakter bangsa. Perkembangan teknologi telah merasuki berbagai hal diberbagai bidang kehidupan, termasuk dalam hal sikap serta perilaku dari para siswa selaku generasi muda yang bersikap tidak disiplin. Hal ini tentu dapat dilihat dari banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah, misalnya saja adalah menyemir rambut, memakai seragam sekolah yang tidak sesuai dengan aturan sekolah seperti contohnya adalah siswi yang memakai rok diatas lutut, terlambat datang ke sekolah. Hal ini tentu berkaitan dengan masuknya budaya dari luar yang tidak sesuai dengan karakter bangsa yaitu sikap disiplin. Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya dari artis baik itu dari dalam maupun dari luar negeri tanpa menyaring terlebih dahulu apakah hal itu sesuai dengan karakter bangsa atau tidak. Siswa lebih suka meniru gaya tersebut karena menurut mereka gaya tersebut gaul dan tidak ketinggalan jaman. Sebaliknya kebanyakan siswa memberikan cap kepada mereka yang bersikap disiplin sebagai orang yang kolot dan ketinggalan jaman Berikut ini hasil wawancara tentang latar belakang adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dengan Bapak Ricardous selaku Pembina dari SDU, yang menyatakan bahwa : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Pada dasarnya hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah untuk membantu guru BK (bimbingan Konseling) dalam menertibkan siswa utamanya berkaitan dengan masalah kedisiplinan siswa di Sekolah, hal ini disebabkan karena terbatasnya guru BK di SMA Ngeri 2 Ngawi, sehingga dengan adanya SDU diharapkan pengawasan terhadap masalah kedisiplinan siswa di sekolah dapat berjalan dengan maksimal. Hal Ini dimaksudkan agar siswa selalu bersikap disiplin di sekolah dan selalu mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di Sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012) Sementara itu Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU (Smada Discipline Up Holder) mengatakan bahwa : Adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dikarenakan tingkat kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi masih kurang, sebagai contoh adalah siswa tidak memakai atribut seragam sekolah yang lengkap, masih adanya siswa yang terlambat datang ke Sekolah. Maka dari itu dibentuklah organisasi SDU untuk membantu tugas dari guru BK (bimbingan konseling) dalam hal pengawasan terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. (Wawancara: 5 Mei 2012) Hal serupa juga disampaikan oleh Bambang Dwi selaku koordinator divisi razia SDU bahwa “Masih banyak siswa yang melanggar peraturan sekolah, terutama adalah masih banyaknya siswa yang terlambat datang ke sekolah”. (Wawancara: 7 Mei 2012). Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah masih adanya pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah sehingga dibentuklah SDU untuk membantu tugas dari guru BK dalam hal pengawasan terhadap kedisiplinan siswa di sekolah. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, kebanyakan menganggap bahwa adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dikarenakan masih kurangnya commit to user kedisiplinan siswa di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Salah satunya adalah Galuh Teya Sakti siswa kelas Xi yang menyatakan bahwa “Masih adanya siswa yang melanggar peraturan di Sekolah, sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat menertibkan hal tersebut”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan Pregas siswa kelas Xg yang menyatakan bahwa “Kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi masih kurang”. (Wawancara: 8 Mei 2012) Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara dengan Yunita Ratih siswa kelas Xa, Haris Hassan siswa kelas Xc, Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi, Irfan Marzuki siswa kelas Xa, Sara Ayu Tifani siswa kelas Xe dan Beny Setiawan kelas Xc. Yumita Ratih menyatakan bahwa, “Karena masih adanya siswa yang melanggar peraturan sekolah sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat mendisiplinkan siswa SMA Negeri 2 Ngawi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Kemudian menurut Haris Hassan siswa kelas Xc, “Untuk menjaga ketertiban dan menertibkan siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar tata tertib sekolah”. Selanjutnya menurut Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi menyatakan bahwa, “Tata tertib masih dilanggar oleh siswa sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat menjaga kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Irfan Marzuki siswa kelas Xa mengatakan “Adanya SDU untuk mendisiplinkan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, karena masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sedangkan menurut Sara Ayu Tifani siswa kelas Xe menyatakan bahwa, “Masih banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah sehingga dengan adanya SDU dapat menjaga kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi selama berada di sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu Beny Setiawan siswa kelas Xc menyatakan bahwa, “Terbatasnya jumlah guru BK di SMA Negeri 2 Ngawi, sehingga diperlukan adanya SDU untuk membantu menegakkan kedisiplinan siswa”. (Wawancara: commit to user 10 Mei 2012)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa di atas dapat disimpulkan bahwa yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dikarenakan para siswa masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib dan peraturan sekolah yang berlaku sehingga dengan adanya SDU diharapkan dapat menertibkan siswa yang melanggar tata tertib sehingga kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi dapat terlaksana dengan baik.
c. Tujuan Sistem Kredit Poin Oleh SDU Selain hal yang melatar belakangi adanya SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi, tentu saja ada tujuan yang hendak dicapai atau diinginkan oleh pihak sekolah. Berdasarkan kegiatan wawancara yang telah dilakukan dengan guru Pembina SDU dan juga ketua SDU menyatakan bahwa tujuan sistem kredit poin oleh SDU adalah untuk meningkatkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi. Dalam kaitannya tujuan adanya Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi Bapak Ricardous selaku guru Pembina SDU menyatakan bahwa, “Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, Sistem kredit poin digunakan untuk menjumlah poin pelanggaran yang dilakukan, rekapitulasi pelanggaran tersebut dilakukan SDU sedangkan pembinaan dilakukan oleh BK dan dilaporkan kepada orang tua”. (Wawancara: 5 Mei 2012) Selanjutnya menurut Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU menyatakan bahwa, “Untuk mengetahui dan mengukur pelanggaran siswa sebagai laporan kepada orang tua sehingga diharapkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkat”. (Wawancara: 5 Mei 2012) Sementara itu menurut Bambang Setyo selaku koordinator divisi razia SDU mengemukakan bahwa, “Tujuan utamanya adalah meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, melalui laporan jumlah poin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
kepada orang tua diharapkan agar siswa jera dan tidak akan mengulanginya lagi”. (Wawancara: 7 Mei 2012) Berdasarkan pendapat para pengurus SDU (Smada Discipline Up Holder) di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan adanya Sistem Kredit Poin oleh SDU adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri Ngawi, Sistem Kredit Poin digunakan untuk melakukan pencatatan jumlah pelanggaran
siswa
yang
selanjutnya
dilakukan
rekapitulasi
(contoh
rekapitulasi dapat dilihat pada lampiran 11) dan akan ada laporan kepada orang tua sehingga para siswa diharapkan tidak melanggar peraturan sekolah lagi. Demikian juga dengan hasil kegiatan wawancara dengan siswa dalam kaitannya dengan tujuan adanya sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi kebanyakan menyatakan bahwa tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Benny Setiawan yang merupakan siswa kelas Xc menyatakan bahwa, “Untuk mengetahui yang melanggar peraturan sekolah, sehingga selanjutnya dapat diberikan sangsi yang akan membuat para siswa tidak mengulanginya lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Demikian pula yang dikatakan oleh Haris Hassan siswa kelas Xc “Agar siswa takut untuk melanggar tata tertib sekolah, sehingga kedisiplinan para siswa dapat meningkat”.(Wawancara: 10 Mei 2012) . Berkaitan dengan hal tersebut, Irsyad Taufan Saputra siswa kelas Xi menyatakan bahwa, “Untuk memberikan sanksi tegas agar siswa takut untuk melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Kemudian menurut Yunita Ratih siswa Kelas Xa mengatakan “Agar pelaku pelanggaran jera dan tidak akan melakukan pelanggaran lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012) Pendapat lain yang serupa dengan hal tersebut adalah hasil wawancara dengan Sara Ayu Tifani siswa kelas Xe, Irfan Marzuki siswa kelas Xa, Galuh commit to user Teya Sakti siswa kelas Xi dan juga Pregas siswa kelas Xg.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Sara Ayu Tifani mengatakan “Agar para siswa yang melanggar peraturan jera dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama sehingga kedisiplinan para siswa dapat ditegakkan”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Irfan Marzuki Menyatakan bahwa, “Agar membuat jera para pelaku pelanggaran dan meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah” (Wawancara: 10 Mei 2012). Pendapat
yang
sama
juga
dikemukakan
oleh
Galuh
Teya
Sakti
mengemukakan “Agar para siswa selalu bersikap disiplin dan mematuhi peraturan
sekolah,
serta
membuat
takut
para
pelaku
pelanggaran”
(Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Pregas mengatakan “Untuk lebih menjaga kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi” (Wawancara: 8 Mei 2012). Berdasarkan pendapat para siswa yang diWawancarai di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi adalah Untuk membuat takut para siswa agar tidak melanggar peraturan sekolah dan membuat jera para pelaku pelanggaran sehingga kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dapat ditegakkan.
d. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan berdasarkan program kerja yang telah ditetapkan oleh para anggota SDU pada awal tahun pembelajaran melalui proses rapat internal yang diikuti oleh para anggota SDU. Adapun dalam program kerja tersebut berisi tentang beberapa hal antara lain adalah, struktur organisasi SDU, Nama divisi serta tugasnya, serta agenda program kerja yang dilakukan oleh masing-masing divisi. Pelasanaan sstem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan melalui beberapa program kerja yang dimiliki oleh masing-masing divisi yang ada di dalam SDU. Terutama adalah commit to user yang dilakukan oleh divisi kedisiplinan melalui program kerjanya yaitu jaga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
gerbang setiap pagi hari sebelum masuk sekolah antara jam 06.00 sampai dengan jam 07.00. Bapak Ricardous Haryanto selaku guru Pembina SDU mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui razia sebelum masuk sekolah yaitu antara jam 06.00 sampai dengan jam 07.00 yang dilakukan setiap hari kecuali pada saat ada ulangan tengah semester atau ulangan semester. Selain itu juga pemeriksaan kelengkapan seragam pada hari senin sebelum upacara bendera dimulai dan juga razia kelas yang dilakukan setiap satu bulan sekali untuk melakukan pengecekan terhadap barang-barang yang dibawa siswa ke sekolah”. (Wawancara: 5 Mei 2012). Sedangkan menurut Nanda Kharis Perdana siswa kelas XI IPA 4 selaku ketua SDU menyatakan sebagai berikut: Pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU antara lain dilakukan melalui operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap pagi hari kecuali pada saat ada ulangan semester atau juga mid semester yang dilakukan pada jam 06.00-07.00, razia kelas yang dilakukan minimal dua kali sebulan dan maksimal empat kali sebulan, dan pada saat upacara jaga di belakang untuk memeriksa perlengkapan siswa. (Wawancara: 5 Mei 2012). Menurut Bambang Setyo selaku koordinator divisi razia SDU mengemukakan bahwa, “Jaga gerbang setiap pagi hari sebelum masuk, operasi razia kelas setiap bulan antara dua sampai empat kali, memeriksa kelengkapan siswa pada saat upacara”. (Wawancara: & Mei 2012). Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dilakukan setiap pagi hari sebelum masuk sekolah pada jam 06.00 sampai jam 07.00 kecuali pada saat ulangan mid semester dan juga ulangan semester yaitu melalui program jaga gerbang, operasi kelas yang dilakukan setiap bulan yang dilakukan antara dua kali sampai dengan empat kali sebulan, serta operasi kelengkapan seragam siswa pada saat upacara bendera.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Demikian pula dengan hasil wawancara dengan siswa berkaitan dengan pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi, menurut Galuh Teya Sakti siswa kelas Xi mengatakan “Razia jaga gerbang setiap pagi jam 06.00 sampai jam masuk sekolah, Razia kelas”, selain itu juga menyatakan “Pelaksanaanya pada awal semester
jarang,
namun
pada
pertengahan
sampai
sekarang
sering”.(Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Beny Setiawan siswa kelas Xc menyatakan “Razia jaga gerbang pada saat jam 06.00 sampai dengan bel masuk pagi kecuali kalau ada ulangan, Razia kelas, memeriksa atribut dan seragam siswa pada saat upacara”. Selain itu juga mengatakan “Pelaksanaanya sudah rutin dilakukan terutama jaga gerbang pada saat pagi hari” (Wawancara: 10 Mei 2012). Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan pelaksanaan sistem kredit poin (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan melalui beberapa program kerja diantaranya adalah jaga gerbang setiap pagi hari dari jam 06.00 sampai jam masuk sekolah, razia kelas untuk memeriksa barang bawaan para siswa dan juga memeriksa kelengkapan seragam siswa pada saat upacara senin hari, pelaksanaanya sendiri sudah rutin terutama pada pertengahan semester sampai saat ini. Berdasarkan analisis dokumen yang didapat oleh peneliti berupa buku progam kerja SDU, terdapat tugas-tugas dari masing-masing divisi serta program kerja selama setahun, yaitu sebagai berikut: a) Divisi Razia 1. Nama Kegiatan
: Razia Hari Senin
Penanggung Jawab
: Nanda Kharis P
Waktu
: Setiap Hari Senin
Tempat
: SMA N 2 NGAWI
Anggaran
: Kas SDU
2. Nama Kegiatan Penanggung Jawab
: Razia Kelas commit to user : Bambang Dwi W
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Waktu
: Setiap Bulan
Tempat
: SMA N 2 NGAWI
Anggaran
: Kas SDU
3. Nama Kegiatan
: Rekapitulasi
Penanggung Jawab
: Putri S
Waktu
: Setiap Minggu
Tempat
: Basecamp SDU
Anggaran
: Kas SDU
4. Nama Kegiatan
: Simulasi Razia
Penanggung Jawab
: Rendy Khoirul I
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: SMA 2 NGAWI
Anggaran
: Kas SDU
5. Nama Kegiatan
: Evaluasi Razia
Penanggung Jawab
: Ardy Prabowo
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: SMA 2 NGAWI
Anggaran
: Kas SDU
b) Divisi Personalia 1. Nama Kegiatan
: Evaluasi Akhir Semester
Penanggung Jawab
: Nova Mega M
Waktu
: Setiap Akhir Semester
Tempat
: SMA N 2 NGAWI
Anggaran
: Iuran Peserta dan Kas Kesiswaan
2. Nama Kegiatan
: Penerimaan Anggota Baru
Penanggung Jawab
: Irvan Taufiq P.P
Waktu
: Juli 2012
Tempat
: SMA N 2 NGAWI
Anggaran 3. Nama Kegiatan
: Iuran Peserta dan Kas Kesiswaan commit to user : Malam Keakraban dan Materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Penanggung Jawab
: Andri
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: Menyesuaikan
Anggaran
: Kas SDU
4. Nama Kegiatan
: Pelantikan Anggota Baru
Penanggung Jawab
: Sukma Fajar
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: SMA N 2 NGAWI
Anggaran
: Iuran Peserta dan Kas SDU
5. Nama Kegiatan
: Pendidikan dan Pelatihan Anggota
Penanggung Jawab
: Luthfi Awwalia
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: Menyesuaikan
Anggaran
: Kas SDU dan Iuran Peserta
6. Nama Kegiatan
: Re-Organisasi
Penanggung Jawab
: Muhammida F.S
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: SMA 2 NGAWI
Anggaran
: Kas SDU dan Iuran Peserta
c) Divisi Kedisiplinan 1. Nama Kegiatan
: Piket Jaga Gerbang
Penanggung Jawab
: Winsdy A.P
Waktu
: Setiap Hari ( Kecuali Hari Libur )
Tempat
: SMA N 2 NGAWI
Anggaran
: Kas SDU
2. Nama Kegiatan
: Evaluasi Kedisiplinan anggota
Penanggung Jawab
: Afrizal Novan F
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat Anggaran
: SMA 2 NGAWI commit to user : Kas SDU
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
3. Nama Kegiatan
: Materi Tata tertib
Penanggung Jawab
: Arlita Dian P.
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: SMA 2 NGAWI
Anggaran
: Kas SDU
d) Divisi Sarana & Prasarana 1. Nama Kegiatan
: SDU Cleaning Day
Penanggung Jawab
: Nenti Diah K.P
Waktu
: Setiap Hari Sabtu
Tempat
: Basecamp SDU
Anggaran
: Menyesuaikan
2. Nama Kegiatan
: Pengadaan Rompi
Penanggung Jawab
: M. Rivaldi
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: Menyesuaikan
Anggaran
: Iuran Peserta
3. Nama Kegiatan
: Renovasi Basecamp
Penanggung Jawab
: Erlangga G
Waktu
: Menyesuaikan
Tempat
: Basecamp SDU
Anggaran
: Iuran Anggota kas SDU
Sumber: Buku Program Kerja SDU Buku progam kerja SDU dapat dilihat pada lampiran 5 Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen terhadap buku program kerja SDU maka dapat disimpulkan bahwa SDU terdiri dari empat divisi, yaitu divisi razia, divisi personalia, divisi kedisiplinan dan divisi sarana dan prasarana. Masing-masing divisi mempunyai tugas berbeda-beda sesuai dengan yang diatur dalam rapat SDU yang keputusan dari rapat tersebut kemudian dituangkan ke dalam buku program kerja SDU yang berlaku selama commit to user satu tahun masa jabatan para pengurus SDU. Kegiatan SDU bukan hanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
sebatas menegakkan disiplin saja tetapi juga memberikan pengenalan dan juga penjelasan kepada para siswa baru pada saat masa orientasi siswa terhadap lingkungan di SMA Negeri 2 Ngawi kaitannya dengan pengenalan materi tata tertib dan juga tempat atau gedung yang ada di SMA Negeri 2 Ngawi, Selain itu juga menjadi panitia dalam kegiatan pondok ramadhan.
2.
Dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU
(Smada Discipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi Sesuai dengan amanah Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003, yaitu pendidikan tidak hanya membentuk insan siswa yang cerdas, namun juga berkepribadian dan berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Untuk mewujudkan hal tersebut maka siswa sebagai penerus bangsa harus berperilaku baik dan berdasarkan pada nilai-nilai kebangsaan. Disiplin merupakan suatu tindakan mentaati semua peraturan atau tata tertib yang telah dibuat dan berlaku di dalam suatu organisasi, baik itu peraturan secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku yang taat dan patuh dari seseorang terhadap peraturan yang berlaku yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan karena adanya unsur-unsur paksaan dari berbagai pihak. Disiplin juga merupakan cara belajar sukarela yang tercipta melalui perilaku ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban seseorang, sehingga apabila siswa telah memiliki sikap disiplin sejak awal maka siswa akan beranggapan bahwa belajar bukan hanya untuk mencari kecerdasan intelektual saja melainkan juga untuk membentuk kepribadian siswa kaitannya dengan sikap disiplin. Setiap sekolah pasti ingin memiliki dan menghasilkan siswa yang commit to user cerdas, berkepribadian baik dan memiliki sikap disiplin. Begitu juga dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
SMA Negeri 2 Ngawi yang merupakan rintisan sekolah bertaraf internasional, bukan berarti segala sesuatu yang diberikan kepada siswanya harus serba internasional tetapi juga harus sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa, ini dapat dilihat dari motto SMA Negeri 2 Ngawi yaitu “Think globally act locally”. Sehingga dengan begitu siswa diharapkan mempunyai kompetensi internasional dan berkepribadiaan sesuai dengan karakter bangsa, salah satunya adalah bersikap disiplin. Melihat kondisi siswa yang semakin menipis sikap disiplinnya, pihak sekolah merasa prihatin dan berkeinginan untuk meningkatkan sikap disiplin siswa di sekolah. Adapun strategi yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam meningkatkan sikap disiplin siswa di sekolah adalah dengan pelaksanaan sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU (Smada Discipline Up Holder).
a. Pengaruh Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU Dalam upaya untuk meningkatkan sikap disiplin siswa, SDU sesuai dengan program kerjanya melakukan razia terhadap para siswa berkaitan dengan kelengkapan seragam setiap pagi hari sebelum jam belajar mengajar dimulai. Hal ini diharapkan mampu memberikan suatu tekanan agar siswa bersikap disiplin dan mematuhi semua tata tertib sekolah, sehingga selanjutnya setelah terbiasa diharapkan siswa dapat bersikap disiplin dengan sendirinya tanpa paksaan. Berikut ini merupakan hasil wawancara pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dengan bapak Ricardous Haryanto yang menyatakan bahwa : Adapun pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap peningkatan kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi pengaruhnya kepada siswa adalah dengan adanya rekapitulasi jumlah poin pelanggaran oleh siswa yang dilakukan oleh SDU, apabila jumlah poin itu pada jumlah tertentu maka orang tua siswa akan dipanggil ke sekolah, sehingga siswa menjadi takut dan bersikap disiplin. Selain itu apabila siswa masih tetap melanggar commit to user peraturan sekolah maka akan dilakukan hukuman skorsing terhadap siswa sehingga membuat efek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
jera kepada siswa untuk tidak melanggar peraturan sekolah. Dengan hal tersebut dapat dikatakan kedisiplinan siswa di SMA Negeri meningkat setelah adanya SDU. (Wawancara : 5 Mei 2012) Sementara itu Nanda Kharis Perdana selaku ketua SDU menyatakan bahwa: Pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap kedisiplinan siswa cukup besar. Dengan adanya sistem kredit poin siswa menjadi takut untuk melanggar peraturan sekolah, sehingga cenderung bersikap disiplin selama berada di sekolah. Ini dikarenakan adanya rekapitulasi yang dilakukan SDU terhadap jumlah pelanggaran siswa sehingga siswa takut apabila orang tuanya dipanggil ke sekolah. (Wawancara : 5 Mei 2012). Sedangkan Bambang Setyo menyatakan bahwa “Selama dilaksanakan sistem kredit poin oleh SDU, semakin jarang siswa yang melanggar peraturan sekolah, meskipun masih ada siswa yang melanggar”. (Wawancara: 7 Mei 2012). Berkaitan dengan keyakinan bahwa dengan adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkatkan sikap disiplin pada siswa. Bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa “Saya yakin, dengan hal tersebut dapat mengurangi pelanggaran siswa sehingga siswa terbiasa bersikap disiplin di sekolah”. (Wawancara: 5 Mei 2012). Demikian pula menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa “Cukup yakin, karena dengan sistem kredit poin siswa takut dan harus mendisiplinkan dirinya sendiri”. (Wawancara: 5 Mei 2012). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah mempunyai keyakinan bahwa dengan pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dapat meningkatkan sikap disiplin siswa SMA Negeri 2 Ngawi, karena siswa menjadi takut untuk melanggar peraturan sekolah, hal ini berkaitan dengan rekapitulasi jumlah poin pelanggaran yang dilakukan oleh SDU yang apabila mencapai batas tertentu akan dilakukan panggilan orang tua siswa ke sekolah dan terancam hukuman skorsing dari sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Sementara itu hasil wawancara dengan siswa tentang pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap peningkatan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dengan kebanyakan siswa menjawab kedisiplinan siswa menjadi cukup baik, namun tetap saja masih ada siswasiswi SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan sekolah dan bahkan masih banyak yang mengulanginya. Haris Hassan menyatakan bahwa “Siswa menjadi takut dan lebih disiplin, namun tetap ada siswa yang melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Demikian pula yang dikemukakan oleh Sarah Ayu Tifani menyatakan bahwa “Ada pengaruh, apabila siswa melanggar maka dia akan mendapat banyak poin, sehingga di rapornya akan ada catatan untuk orang tua, namun meskipun demikian masih tetap saja ada siswa yang melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Galuh Teya Sakti yang menyatakan bahwa “Ada pengaruh, namun tetap saja tidak bisa mencegah langkah anak-anak SMA Negeri 2 Ngawi untuk melanggar peraturan sekolah dan mengulanginya”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Sedangkan menurut Irfan Marzuki menyatakan bahwa “Sebagian dari siswa-siswi masih saja melakukan pelanggaran meskipun sudah ada SDU”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Beny Setiawan menyatakan bahwa “Meskipun sudah ada sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU tetap saja masih melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang ada di sekolah, misalnya saja adalah tidak membawa pin, memakai seragam yang tidak sesuai”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Yunita Ratih yang menyatakan “Sangat berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa, karena siswasiswi di SMA Negeri 2 Ngawi dapat menjaga kedisiplinanya dengan adanya sistem kredit poin oleh SDU”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Pregas yang menyatakan bahwa “Sangat berpengaruh, karena mau tidak mau siswa harus bersikap disiplin agar tidak commit to user dikeluarkan dan selama ini menurut saya kedisiplinan di SMA Negeri 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
Ngawi sudah cukup baik meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang melanggar peraturan sekolah”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Dengan demikian dari hasil wawancara dengan siswa tentang pengaruh pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU adalah cukup berpengaruh, namun masih tetap saja ada siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan sekolah dan mengulanginya lagi. Namun ada juga sebagian siswa yang menyatakan bahwa pengaruh adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU berpengaruh besar terhadap kedisiplinan siswa di SMA Negeri Ngawi karena semakin jarang siswa yang melakukan pelanggaran. Sementara itu dari observasi yang dilakukan di SMA Negeri 2 Ngawi dengan mengamati pelaksanaan razia di gerbang sekolah pada pagi hari sebelum jam belajar mengajar, masih ditemukan siswa SMA Negeri 2 Ngawi yang melanggar peraturan sekolah, meskipun siswa yang melanggar sedikit. Sebanyak empat siswa tidak membawa pin dan dua orang siswa tidak memakai dasi serta sepatu sesuai dengan ketentuan sekolah. (observasi: 15 Mei 2012). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan di SMA Negeri Ngawi sudah cukup baik meskipun ada sebagian kecil siswa yang melanggar peraturan sekolah. Foto kegiatan SDU dapat dilihat pada lampiran 6 Berdasarkan wawancara dengan siswa ada beberapa hal yang membuat siswa yakin bahwa dengan adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU terhadap kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi. Galuh Teya Sakti menyatakan bahwa “Saya yakin bisa, selama sanksinya bersifat tegas, karena dari penglihatan saya hanya siswa-siswa yang itu-itu saja yang melanggar dan mengulanginya lagi”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Demikian pula demgan Yunita ratih menyatakan bahwa “Saya yakin, karena dengan adanya sanksi yang tegas siswa akan takut untuk melanggar peraturan sekolah dan dengan sendirinya nanti pasti siswa akan bersikap disiplin karena sudah terbiasa dan ditanamkan sejak masuk menjadi siswa di SMA Negeri 2 Ngawi”. commit to user (Wawancara: 10 Mei 2012).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Sementara itu menurut Irfan Marzuki menyatakan bahwa: Saya yakin, memang pertama pada saat dilakukan pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU saya merasa dipaksa untuk selalu bersikap disiplin dan mematuhi peraturan sekolah, namun setelah lama kelamaan saya menjadi terbiasa untuk disiplin dan selalu mematuhi peraturan sekolah dan merasa disiplin itu wajib dan sekarang tanpa paksaan pun saya akan tetap bersikap disiplin dan selalu mematuhi peraturan sekolah karena itu merupakan salah satu kewajiban saya sebagai siswa selain kewajiban untuk belajar. (Wawancara: 10 Mei 2012). Demikian pula dengan wawancara yang dilakukan dengan Beny Setiawan yang menyatakan “Saya yakin, selama sanksi dilakukan secara tegas maka siswa akan merasa takut untuk melanggar peraturan sekolah dan selalu bersikap disiplin selama di sekolah”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu Haris Hassan menyatakan bahwa “saya yakin, namun untuk beberapa siswa yang selalu melakukan pelanggaran dan mengulanginya lagi saya tidak terlalu yakin”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa siswa yakin bahwa dengan pelaksanaan sistem kredit poin yang dilakukan oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah selama ditegakkan dengan tegas sehingga para siswa takut apabila melanggar peraturan sekolah dan bersikap tidak disiplin, namun ada sebagian siswa yang menyatakan tidak yakin karena mereka masih melihat siswa yang melanggar peraturan sekolah dan mengulanginya lagi meskipun jumlahnya tidak banyak dan hanya sebagian kecil saja.
b. Wujud Sikap Disiplin Siswa SMA Negeri 2 Ngawi Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan peserta didik yang melaksanakan aktivitas belajar, proses merupakan kegiatan dari belajar mengajar sedangkan output merupakan hasil dari prosescommit yang dilaksanakan. Dari pelaksanaan proses to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
pendidikan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing yang tinggi serta memiliki kepribadian atau watak yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, SMA Negeri 2 Ngawi merupakan lembaga pendidikan yang memiliki input bagus sejak awal. Hal ini dikarenakan SMA Negeri 2 Ngawi adalah sekolah negeri favorit yang menerapkan ujian masuk yang sangat ketat. Sehingga semua siswa yang terpilih menjadi peserta didik di SMA Negeri 2 Ngawi merupakan siswa yang memiliki kemampuan lebih dikarenakan merupakan siswa dari hasil seleksi yang sangat ketat dan selektif. Dengan bermodalkan input yang dari awal sudah berkompeten, setidaknya SMA Negeri 2 Ngawi telah memiliki modal awal yang dapat dijadikan dasar untuk menjadikan siswa yang sudah berkompeten tersebut menjadi lebih berkompeten dan berkemampuan yang mumpuni di bidang akademik maupun bidang non akademik. Untuk itu diperlukan proses pengajaran yang berkualitas dan sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik. Dalam proses pengajaran, SMA Negeri 2 Ngawi tidak sepenuhnya hanya untuk bertujuan prestasi akademik saja tetapi juga non akademik. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya variasi ekstrakurikuler yang ada di SMA Negeri 2 Ngawi, sehingga siswa memiliki kebebasan memilih sesuai dengan minat serta bakat yang mereka miliki. Ekstrakurikuler tersebut antara lain: Pramuka, PMR, PASKIBRAKA, Mayapada, karawitan, pencak silat, futsal dan lain lain. SMA Negeri 2 Ngawi dalam proses pengajarannya juga berupaya menanamkan karakter kebangsaan dalam diri siswanya. Salah satunya adalah sikap disiplin dimana di SMA Negeri 2 Ngawi masalah kedisiplinan siswa dilakukan pengawasan oleh SDU melalui program kerja yang akan dilaksanakan selama satu tahun diantaranya yang rutin adalah razia jaga commit to user gerbang pada pagi hari, razia kelas setiap bulan serta razia pada saat upacara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
bendera. Ini merupakan salah satu wujud penanaman sikap disiplin sejak dini di SMA Negeri 2 Ngawi. Proses peningkatan sifat disiplin di SMA Negeri 2 Ngawi tersebut telah berjalan secara sistematis dan terus menerus. Sehingga yang perlu dilakukan adalah melihat output dari proses penanaman sifat disiplin tersebut. Wujud dari output tentu saja adalah sikap disiplin yang telah dilakukan oleh siswa sehari-hari di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SDU di dapatkan beberapa wujud sikap disiplin siswa yang merupakan output dari proses penanaman sikap disiplin terutama dengan adanya pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU. Berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa: Wujudnya secara sederhana adalah melengkapi atribut dan seragam sekolah, tidak terlambat datang ke sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, selalu mengikuti upacara bendera, tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret-coret bangku dan tembok, menjaga kebersihan di sekolah, dan juga mematuhi semua tata tertib dan peraturan sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012). Sementara itu menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa: Wujudnya antara lain adalah seragam serta atribut siswa sudah lengkap, sudah jarang yang terlambat, menjaga kebersihan di lingkungan sekolah, tidak membolos, tidak memalsukan surat dan tanda tangan orang tua, tidak membawa barang yang tidak diperlukan ke sekolah, mengikuti ekstrakurikuler wajib serta mematuhi tata tertib serta peraturan yang ada di sekolah. (Wawancara: 5 Mei 2012). Wujud sikap lain yang memperlihatkan bahwa siswa SMA Negeri 2 Ngawi telah memiliki sikap disiplin menurut Bambang Dwi “Datang tidak terlambat ke sekolah karena jam masuk di SMA Negeri 2 Ngawi adalah pukul 06.45, sehingga siswa dituntut lebihtopagi commit userdatang ke sekolah, sudah jarang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
siswa yang melakukan pelanggaran meskipun ada jumlahnya sedikit” (Wawancara: 7 Mei 2012). Berdasarkan pendapat pengurus SDU tersebut dapat disimpulkan bahwa wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi antara lain melengkapi atribut dan seragam sekolah, tidak terlambat datang ke sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, selalu mengikuti upacara bendera, tidak membawa barangbarang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoret-coret bangku dan tembok, menjaga kebersihan di sekolah, dan juga mematuhi semua tata tertib dan peraturan sekolah, tidak memalsukan surat dan tanda tangan orang tua. Sementara itu hasil wawancara dengan siswa tentang wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara dengan para pengurus SDU diatas. Berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, menurut Haris Hassan “Saya tidak pernah datang terlambat ke sekolah, saya selalu mengikuti upacara bendera, selalu menjaga kebersihan dengan tidak mencoret-coret bangku dan tembok, tidak pernah membolos dan masih banyak yang lain lagi”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Selanjutnya mengenai pelanggaran yang pernah dilakukan dan alasan melanggarnya Harris Hasan menyatakan “Saya juga pernah melakukan pelanggaran yaitu tidak memakai pin dan memakai kaos kaki pendek, alasanya adalah karena ingin mencari sensasi dan di Kopsis tidak ada pin”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Irsyad Taufan Saputra menyatakan bahwa: Saya tidak pernah terlambat datang ke sekolah, selalu melengkapi atribut dan seragam sekolah, mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, saya selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit, saya juga tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, tidak mencoretcoret bangku dan tembok, menjaga kebersihan di sekolah, dan saya juga selalu mematuhi semua tata tertib dan peraturan sekolah. commit to user (Wawancara: 10 Mei 2012).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Sementara itu berkaitan dengan pelanggaran yang pernah dilakukan dan alasannya Irsyad Taufan Saputra menyatakan Saya hampir tidak pernah melanggar peraturan sekolah, mungkin pelanggaran yang saya lakukan adalah sesekali meninggalkan kelas pada saat jam kosong lalu ke kantin, alasannya adalah karena lapar dari rumah belum sarapan karena rumah saya jauh sehingga terburu-buru, mengingat jam masuk sekolah di SMADA adalah jam 06.45. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sara Ayu Tiffani menyatakan bahwa “Selama pergi ke sekolah saya selalu memakai seragam sesuai dengan ketentuan, saya juga tidak pernah membawa barang-barang yang dilarang sesuai dengan yang terdapat dalam tata tertib sekolah” (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu mengenai pelanggaran yang pernah dilakukan di sekolah Sara Ayu Tiffani menyatakan “Selama ini saya tidak pernah melakukan pelanggaran, bisa dilihat di buku poin, namun saya kadang-kadang melihat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh siswa lain, diantaranya adalah tidak membawa pin, memakai sepatu tidak sesuai dengan ketentuan”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu dari hasil observasi yang dilakukan oleh peniliti dengan mengamati jalannya razia di gerbang sekolah pada saat pagi hari sebelum masuk sekolah yang dilakukan oleh SDU dengan jumlah personil 8 orang dan dilakukan antara jam 06.00 sampai dengan jam 07.00 peneliti masih melihat beberapa pelanggaran, masih ada siswa yang melakukan pelanggaran, pada observasi pertama yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2012 terdapat satu orang siswa kelas Xh yang tidak memakai pin dan juga dua orang siswa kelas XI IPS 1 yang datang terlambat ke sekolah. Selanjutnya pada observasi yang kedua yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2012 tidak ditemukan pelanggaran sama sekali. Sementara itu pada observasi ketiga yang dilakukan pada tanggal 17 Mei terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh dua orang siswa masingmasing kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 yang tidak memakai pin dan juga siswa kelas XI IPS 2 yang memakai kaos kaki pendek. Namun demikian bisa commit to user dikatakan bahwa sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi sudah cukup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
baik, hal ini karena hanya sebagian kecil siswa saja yang melakukan pelanggaran, dan peneliti juga dapat melihat wujud sikap disiplin siswa antara lain adalah memakai seragam sesuai dengan ketentuan dan juga tidak ada yang terlambat datang ke sekolah. Lampiran lembar observasi dapat dilihat pada lampiran 7 Sementara itu berdasarkan hasil observasi pada tanggal 21 Mei 2012 saat sebelum upacara bendera dengan memeriksa seragam yang dipakai oleh siswa yang dilakukan oleh sepuluh personil SDU tidak ada siswa yang memakai seragam tidak sesuai dengan ketentuan dan semua siswa memakai atribut yang telah ditentukan sesuai dengan peraturan di sekolah. Sedangkan berdasarkan pengamatan hasil observasi pada tanggal 23 terhadap razia kelas yang dilakukan oleh SDU masih ditemukan siswa yang melanggar peraturan sekolah, antara lain pelanggaran tersebut adalah sebanyak dua orang siswa kelas XI IPS 1 membawa barang yang tidak diperlukan yaitu bedak dan alat-alat kosmetik, selain itu juga ditemukan siswa yang membawa charger handphone yaitu siswa kelas Xg, sementara itu pelanggaran yang ditemukan pada kelas XI IPA 2 ada dua orang siswa yang memakai sepatu tidak sesuai dengan peraturan sekolah dan yang terakhir adalah pelanggaran yang dilakukan siswa kelas XI IPS 3 dimana terdapat satu orang siswa yang tidak memakai pin dan satu orang siswa yang tidak memakai dasi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu observasi terhadap razia di depan gerbang, razia kelas, dan razia sebelum upacara bendera maka dapat diambil kesimpulan bahwa masih ada siswa yang melanggar peraturan sekolah, meskipun hanya sebagian kecil saja yang melakukan pelanggaran tersebut. Jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut: 1) Tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan sekolah, 2) Tidak memakai atribut sekolah lengkap, 3) Membawa barang yang tidak diperlukan (contohnya: kosmetik, commit to user charger handphone).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Sementara itu dari hasil analisis dokumen yang berupa buku pelanggaran siswa, terdapat siswa SMA Negeri 2 Ngawi pada tanggal 12 April 2012 sampai dengan tanggal 8 Mei 2012 masih ada siswa yang melakukan pelanggaran, antara lain adalah tidak memakai seragam sesuai dengan ketentuan dan terlambat. Diantaranya pada tanggal 13 April 2012 terdapat sembilan orang siswa yang terlambat datang ke sekolah. Sementara itu pada tanggal 14 April 2012 terdapat 10 siswa. Pada tanggal 24 April 2012 terdapat 10 siswa yang terlambat datang ke sekolah. Sedangkan pada tanggal 26 April 2012 terdapat enam orang siswa yang terlambat datang ke sekolah. Dari analisis dokumen dapat dilihat bahwa pada tanggal 13, 15-23,25 April 2012 tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Selain ditemukan siswa yang melakukan pelanggaran sekolah juga ditemukan siswa yang dispensasi karena ada keperluan. Diantaranya adalah karena sakit, latihan ekstrakurikuler tari, persiapan perlombaan PSHT SMADA CUP, dan rapat koordinasi. Buku pelanggaran siswa dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan hasil analisis dokumen terhadap buku pelanggaran siswa SMA Negeri 2 Ngawi maka dapat disimpulkan bahwa pelanggaran yang paling banyak dilakukan oleh siswa adalah terlambat datang ke sekolah, selain itu terdapat juga siswa yang meminta dispensasi karena alasan sakit, persiapan lomba dan rapat koordinasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus SDU mengenai alasan serta latar belakang yang membuat siswa masih melakukan pelanggaran meskipun sudah ada SDU, bapak Ricardous Haryanto menyatakan bahwa: Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi antara lain adalah karena rumah siswa yang jauh, karena siswa di SMA Negeri 2 Ngawi berasal dari seluruh kecamatan di Ngawi tidak hanya dari Ngawi kota saja, selain itu juga transportasi yang sulit serta kebiasaan dari siswa yang bangun siang itu untuk alasan mengenai pelanggaran terlambat, sedangkan alasan untuk pelanggaran siswa yang tidak memakai atribut sekolah adalah karena pin yang hilang, ini juga commit to user apabila pin hilang di Kopsis tidak menyediakan dan harus pesan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
dahulu baru seminggu ada. Namun sekarang Kopsis sudah menyediakan pin sehingga tidak ada alasan lagi apabila siswa membawa pin. (Wawancara: 5 Mei 2012) Sementara itu menurut Nanda Kharis Perdana menyatakan bahwa: Pelanggaran yang paling banyak ditemui terhadap siswa itu adalah terlambat dan tidak memakai pin, alasan siswa terlambat adalah bangun kesiangan, ban bocor, sulit mencari bis karena selalu penuh, letak geografis rumah siswa yang jauh dan juga karena ada operasi polisi. Sedangkan alasan mengenai tidak memakai pin adalah hilang dan pihak sekolah tidak menyediakanya di Kopsis. (Wawancara: 5 Mei 2012) Berdasarkan hasil wawancara mengenai alasan yang melatar belakangi siswa masih melakukan pelanggaran walaupun sudah ada SDU maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Terlambat, alasannya adalah rumah siswa yang jauh, ban bocor, operasi polisi, sulit mencari transportasi ke sekolah, bangun kesiangan. 2) Tidak memakai atribut sekolah (pin), alasannya adalah karena pin hilang dan pihak sekolah tidak menyediakannya di Kopsis, namun sekarang di Kopsis sudah menjual pin apabila pin siswa benar-benar hilang. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara mengenai alasan yang melatar belakangi mereka masih melanggar peraturan sekolah meskipun sudah ada SDU, Harris Hassan menyatakan “Karena ingin mencari sensasi sehingga terlihat keren apabila dilihat teman-teman dan karena di Kopsis tidak menyediakan pin”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Yunita Ratih yang menyatakan “Karena tidak ada yang menjual pin, di KOPSIS kalau ingin membeli pin harus pesan dahulu baru seminggu ada pinnya”. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sedangkan menurut Beny Setiawan menyatakan “Karena rumah saya jauh, kadang-kadang untuk mendapatkan bus itu susah dan sering penuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
dulu sebelum sampai tempat saya terutama hari senin karena yang kos kembali” (Wawancara:10 Mei 2012) Kemudian menurut Irsyad Taufan Saputra menyatakan bahwa: Kebanyakan siswa yang datang terlambat, termasuk saya dikarenakan jarak rumah saya dengan sekolah cukup jauh, rumah saya ke sekolah itu kira-kira sekitar 26km belum lagi ditambah jam masuk sekolah di SMADA adalah jam 06.45, terlalu pagi buat yang rumahnya seperti saya, jadi karena itulah alasan saya terlambat. (Wawancara: 10 Mei 2012). Sementara itu pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Galuh Teya Sakti yang menyatakan “Karena di sekolah tidak ada yang jualan pin, kalaupun ada itu juga harus pesan ke Kopsis jadi bebelit-belit, seharusnya pihak sekolah juga harus menyediakan perlengkapan sekolah agar siswa juga tidak melanggar peraturan”. (Wawancara: 8 Mei 2012). Berdasarkan hasil wawancara dengan para siswa tentang alasan masih melakukan pelanggaran walaupun sudah ada SDU adalah karena 1) Pelanggaran terlambat karena letak atau jarak rumah siswa jauh dari sekolah dan juga karena jam masuk sekolah di SMA Negeri 2 Ngawi yaitu pukul 06.45, serta kendala transportasi yang sulit bagi beberapa siswa 2) Pelanggaran tidak membawa pin karena pihak sekolah tidak menyediakan pin di KOPSIS dan harus memesan terlebih dahulu untuk mendapatkan pin, hal ini yang membuat siswa malas karena dinilai terlalu ribet 3) Karena agar terlihat keren apabila melakukan pelanggaran, hal ini dikemukakan oleh siswa ini memang bisa dipengaruhi oleh para siswa yang masih berumur muda sehingga masih labil, dan juga mungkin untuk mencari sensasi kepada para teman-temanya agar mereka disegani di dalam pergaulan di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa, analisis dokumen, serta hasil observasi di atas berkaitan dengan wujud sikap disiplin siswa di SMA Negeri 2 Ngawi, maka dapat diambil kesimpulan wujud commit to user sikap disiplin siswa adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
1) Sebagian besar siswa tidak terlambat datang ke sekolah Berdasarkan hasil observasi serta analisis dokumen maka dapat dilihat bahwa hampir 95%-98%, Sedangkan siswa yang masih terlambat adalah sekitar 2%-5%, Adapun alasan siswa yang masih terlambat berdasarkan hasil wawancara adalah karena jarak rumah dengan sekolah yang jauh serta sarana transportasi yang sulit. 2) Sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam sekolah Siswa SMA Negeri 2 Ngawi sebagian besar sudah melengkapi atribut dan seragam sekolah sesuai dengan ketentuan sekolah, Adapun alasan siswa yang tidak melengkapi atribut berdasarkan hasil wawancara adalah karena pin hilang 3) Mengikuti pelajaran di kelas dan tidak membolos Siswa SMA Negeri 2 Ngawi selalu mengikuti pelajaran di kelas dengan sungguh-sungguh, serta bersikap disiplin pada saat jam kosong yaitu dengan tetap berada di kelas dan tidak ke kantin. 4) Selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit Siswa SMA Negeri 2 Ngawi selalu mengikuti upacara bendera baik pada hari senin, maupun upacara untuk memperingati hari besar nasional, Adapun siswa yang tidak mengikuti upacara bendera adalah karena sakit atau ada halangan yang benar-benar tidak dapat mengikuti upacara bendera. 5) Tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah Wujud sikap disiplin siswa SMA Negeri 2 Ngawi salah satunya adalah dengan tidak membawa barang-barang yang tidak diperlukan seperti yang ada dalam peraturan sekolah, Contohnya adalah make up, charger handphone 6) Tidak mencoret-coret bangku dan tembok Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 2 Ngawi tidak terlihat adanya coretan baik itu di bangku siswa ataupun juga commit to user di tembok kelas.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
7) Menjaga kebersihan di sekolah Siswa selalu membuang sampah pada tempatnya sehingga lingkungan terlihat bersih, di setiap kelas terdapat tempat sampah sehingga memudahkan siswa.
C. Temuan Studi Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumuasan masalah dan selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini ditemukan beberapa temuan studi, sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline UP Holder) Di SMA Negeri 2 Ngawi Cara menanamkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi adalah dengan cara menanamkan kedisiplinan demokratis. Hal ini dapat dilihat dari terlibatnya siswa di SMA Negeri 2 Ngawi dalam penegakkan disiplin melalui organisasi SDU yang beranggotakan siswa. Para anggota SDU melakukan penegakkan disiplin melalui program kerja yang telah ditetapkan dengan cara razia jaga gerbang, razia kelas dan razia pada saat sebelum dilakukan upacara bendera. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hal ini juga sesuai dengan yang terjadi dimana hukuman terhadap siswa yang melakukan pelanggaran tidak menggunakan hukuman fisik, melainkan dengan kredit poin yang jumlah poinnya akan diakumulasikan setiap akhir tahun ajaran dan apabila mencapai batas tertentu akan ada hukumanya. Selain hukuman, perhargaan juga diberikan terhadap para siswa di SMA Negeri 2 Ngawi yaitu diberikan kepada siswa yang berprestasi baik di tingkat internasional, commitdan to user nasional, propinsi atau kabupaten juga tingkat sekolah. Selain kepada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
siswa berprestasi perhargaan juga diberikan kepada para pengurus kelas. Perhargaan ini juga berupa poin namun poin ini bersifat positif dan menjadi pertimbangan dalam penentuan waktu hukuman skorsing siswa, apabila siswa tersebut mendapatkan hukuman skorsing. Pelaksanaan sistem kredit poin di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan oleh para pengurus SDU (Smada Discipline Up Holder) dilaksanakan setiap pagi hari sebelum masuk sekolah pada jam 06.00 sampai jam 07.00 kecuali pada saat ulangan mid semester dan juga ulangan semester yaitu melalui program razia jaga gerbang, operasi kelas yang dilakukan setiap bulannya dan dilakukan antara dua kali sampai dengan empat kali sebulan, serta operasi kelengkapan seragam siswa pada saat sebelum dilakukan upacara bendera. Hal tersebut relevan dengan teori cara menanamkan kedisiplinan menurut Elizabeth B. Hurlock (2005: 93), “Cara menanamkan disiplin yaitu cara menanamkan kedisiplinan otoriter, cara menanamkan kedisiplinan permitif, cara menanamkan kedisiplinan demokratis”. 2. Dampak dari implementasi Sistem Kredit Point oleh SDU (Smada Disipline Up Holder) bagi kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi Sikap disiplin siswa di sekolah bisa muncul karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal yang berasal dari diri siswa itu sendiri ataupun juga faktor eksternal. Yang berasal dari harapan serta kepentingan dari orang lain. Kedisiplinan siswa yang terjadi di SMA Negeri 2 Ngawi salah satunya disebabkan karena adanya organisasi yang bertugas untuk mengawasi dan melakukan tindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yaitu SDU. SDU terdiri dari beberapa divisi-divisi yang pembagian tugasnya sesuai dengan program kerja. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan awal dari berdirinya SDU yaitu untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Hal ini diwujudkan melalui operasi serta razia yang ada dalam buku program kerja SDU. Hal tersebut sesuai dengan teori faktor yang menyebabkan kedisiplinan commit to user menurut Emile Durkheim (1990:24–34) “Terdapat faktor-faktor yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
menyebabkan kedisiplinan, yaitu: tanggung jawab (responsibility), harapan diri, harapan orang lain” Faktor penyebab kedisiplinan siswa yang terjadi di SMA Negeri 2 Ngawi adalah berasal dari faktor eksternal yaitu berasal dari harapan dan kepentingan yang dimiliki oleh orang lain. Hal ini karena harapan dan kepentingan dari SDU yang ingin mewujudkan tujuan mereka yaitu meneggakkan kedisiplinan yang diwujudkan melalui razia-razia yang dilakukan terhadap siswa. Hal ini tentu berdampak terhadap sikap kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Adapun dampak dari pelaksanaan sistem kredit poin melalui SDU dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) sebagian besar siswa tidak terlambat datang ke sekolah, 2) sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam sekolah, 3) mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, 4) selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit, 5) tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, 6) tidak mencoret-coret bangku dan tembok, 7) menjaga kebersihan di sekolah. 3. Hubungan Pelaksanaan Sistem Kredit Poin oleh SDU dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU di SMA Negeri 2 Ngawi mampu meningkatkan kedisiplinan siswa untuk lebih mematuhi peraturan sekolah yang berlaku. Pengertian kedisiplinan, merupakan suatu tindakan mentaati semua peraturan atau tata tertib yang telah dibuat dan berlaku di dalam suatu organisasi, baik itu peraturan secara tertulis maupun peraturan yang tidak tertulis. Perilaku disiplin yang diharapkan adalah perilaku yang taat dan patuh dari seseorang terhadap peraturan yang berlaku yang tumbuh atas dasar kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan karena adanya unsur-unsur paksaan dari berbagai pihak. Disiplin juga merupakan cara belajar sukarela yang tercipta melalui perilaku ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan commit to user ketertiban seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan merupakan salah satu karakter positif yang harus dimiliki oleh semua siswa, sehingga perlu ditanamkan dan dibentuk dengan cara-cara tertentu yang salah satunya adalah melalui pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU yang dilakukan di SMA Negeri 2 Ngawi. Hal tersebut relevan dengan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu membentuk karakter positif (civic dispositions) yang berguna bagi siswa. Kedisiplinan merupakan karakter positif yang berguna bagi bangsa dan Negara, sehingga penanamanya menjadi tujuan yang harus dicapai oleh Pendidikan Kewarganegaraan baik terintegrasi ke dalam mata pelajaran atau di luar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selain membentuk sikap disiplin, hal lain yang ditanamkan dalam pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU adalah sikap demokrasi. Sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui cara demokratis, hal ini dapat dilihat dari terlibatnya siswa dalam penegakkan kedisiplinan siswa di sekolah. Indikator lain adalah mengenai adanya hukuman dan penghargaan, namun hukuman yang ada di sini adalah hukuman yang mendidik dan bukan hukuman badan atau fisik. Hal tersebut relevan dengan salah satu tujuan dari pendidikan kewarganegaraan, yaitu menanamkan sikap serta mengajarkan demokrasi kepada siswa. Dalam kaitanya dengan tujuan pendidikan kewarganegaraan yang dikhususkan di Indonesia sendiri, kedisiplinan merupakan salah satu nilai positif yang harus ditanamkan pada peserta didik, hal ini di dasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang tercantum dalam BAB II kerangka dasar dan struktur kurikulum yang berbunyi: Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai commit to user manusia. Kesadaran dan wawasan yang dimaksud adalah termasuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela Negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketataatan membayar pajak, dan sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Berdasarkan pendapat di atas salah satu tujuan umum Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk peserta didik yang baik, salah satu karakternya adalah mentaati hukum. Hal ini relevan dengan disiplin menurut Tatag Utomo yang mengemukakan “Disiplin artinya mematuhi peraturan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis”(Tatag Utomo, 2005:181).
Dimana
ketaatan pada hukum kaitannya di sekolah adalah mentatati peraturan sekolah. Pembentukan karakter disiplin dapat berasal dari dalam diri siswa itu sendiri ataupun juga dari pengaruh lingkungan luar. Dengan demikian, pelaksanaan sistem kredit poin oleh SDU dapat dikatakan sebagai pembentuk karakter disiplin siswa yang berasal dari lingkungan luar siswa tersebut. SDU didirikan dengan tujuan agar dapat menegakkan kedisiplinan siswa di SMA Negeri 2 Ngawi. Hal ini berkaitan dengan penanaman karakter disiplin siswa sesuai dengan tujuan dari pembelajaran
Pendidikan
Kewarganegaraan
yang
terintegrasi
diluar
pembelajaran melaui razia-razia yang dilakukan oleh SDU. Selain itu adanya sistem kredit poin oleh SDU ini juga mengajarkan kepada para siswa tentang sikap demokrasi. Hal ini karena siswa ikut terlibat di dalam penegakkan kedisiplinan di lingkungan sekolah. Dengan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa penegakkan kedisiplinan di SMA Negeri 2 Ngawi adalah dengan cara demokratis karena dilakukan oleh siswa, dari siswa dan untuk siswa. Hal tersebut relevan dengan salah satu tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yaitu menanamkan sikap demokrasi kepada para siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan di lapangan dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan guna menjawab rumusan masalah. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Sistem Kredit Poin Oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) Pelaksanaan Sistem Kredit Poin di SMA Negeri 2 Ngawi dilakukan oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) berdasarkan buku program kerja. Pelaksanaan Sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui operasi dan razia, Diantaranya adalah operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari kecuali pada saat ulangan tengah semester atau ulangan semester dilaksanakan pada jam 06.00 sampai dengan 07.00 WIB sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan. Operasi ini sendiri dilakukan oleh divisi kedisiplinan dengan melibatkan enam sampai dengan delapan personel di gerbang depan sekolah. Yang kedua adalah melalui razia kelas yang dilakukan antara dua sampai tiga kali tiap bulannya. Para pengurus SDU memasuki semua kelas untuk melakukan razia kelas yang bertujuan untuk mengantisipasi atau mencegah siswa membawa barang yang dilarang ke sekolah. Razia kelas dilakukan dengan menggeledah barang bawaan siswa, diantarannya dengan menggeledah tas serta loker masing-masing siswa yang berada di belakang kelas. Selain menggeledah barang bawaan siswa para pengurus SDU juga meneliti bangku siswa dari coretan-coretan. Dan yang terakhir adalah melalui operasi pada saat sebelum upacara bendera. Para pengurus SDU memeriksa setiap kelengkapan seragam siswa pada saat sebelum dilakukan upacara bendera dan berjaga di belakang barisan para siswa pada saat dilakukan upacara bendera. commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) bagi Kedisiplinan Siswa Pelaksanaan Sistem Kredit oleh SDU yang dilakukan melalui operasi dan razia sesuai dengan program keja SDU secara rutin menyebabkan siswa bersikap disiplin dan mematuhi tata tertib dan peraturan sekolah. Hal tersebut membuat siswa terbiasa bersikap disiplin dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Adapun dampak dari pelaksanaan sistem kredit poin melalui SDU dapat dijelaskan sebagai berikut: 1)Sebagian besar siswa tidak terlambat datang ke sekolah, 2)Sebagian besar siswa melengkapi atribut dan seragam sekolah, 3) Mengikuti pelajaran di kelas, tidak berbuat gaduh pada saat jam pelajaran, tidak membolos, 4)Selalu mengikuti upacara bendera kecuali pada saat sakit, 5)Tidak membawa barang-barang yang tidak perlu ke sekolah, 6)Tidak mencoret-coret bangku dan tembok, 7)Menjaga kebersihan di sekolah, 8) Sikap demokrasi mulai tertanam dalam diri siswa
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas, ditambah dengan berbagai fenomena yang dibahas dalam penelitian ini tentang peningkatan kedisiplinan siswa melalui sistem kredit poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) di SMA Negeri 1 Ngawi. Maka Implikasi yang ditimbulkan adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui operasi dan razia, Diantaranya adalah operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari kecuali pada saat ulangan tengah semester atau ulangan semester dilaksanakan pada jam 06.00 sampai dengan 07.00 WIB sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan. Operasi ini sendiri dilakukan oleh divisi kedisiplinan dengan melibatkan enam sampai dengan delapan personel di gerbang depan sekolah. Proses pelaksanaan operasi ini kurang begitu commit to user efektif karena jumlah personel yang melakukan pengawasan minim
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
sehingga banyak siswa yang luput dari pemeriksaan. Yang kedua adalah melalui razia kelas yang dilakukan antara dua sampai tiga kali tiap bulannya. Para pengurus SDU memasuki semua kelas untuk melakukan razia kelas yang bertujuan untuk mengantisipasi atau mencegah siswa membawa barang yang dilarang ke sekolah. Razia kelas dilakukan dengan menggeledah barang bawaan siswa, Diataranya dengan menggeledah tas serta loker masing-masing siswa yang berada di belakang kelas. Selain menggeledah barang bawaan siswa para pengurus SDU juga meneliti bangku siswa dari coretan-coretan. Kelemahan disini adalah karena operasi ini tidak memeriksa bagasi kendaraan bermotor siswa, karena kemungkinan ada barang yang dilarang disembunyikan siswa di bagasi. 2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) bagi Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 2 Ngawi adalah perubahan sikap dan perilaku siswa yang mulai menunjukkan sikap kedisiplinan siswa SMA Negeri 2 Ngawi mulai muncul. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan sistem kredit oleh SDU yang dilakukan melalui operasi dan razia sesuai dengan program keja SDU secara rutin menyebabkan siswa bersikap disiplin dan mematuhi tata tertib dan peraturan sekolah. Hal tersebut membuat siswa terbiasa bersikap disiplin dan selalu mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah. Akan tetapi kesadaran beberapa siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat masih adanya siswa yang melanggar peraturan sekolah meskipun jumlahnya sedikit.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, adapun saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Sistem kredit poin oleh SDU dilakukan melalui operasi dan razia, Diantaranya adalah operasi jaga gerbang yang dilakukan setiap hari commit to user kecuali pada saat ulangan tengah semester atau ulangan semester
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
dilaksanakan pada jam 06.00 sampai dengan 07.00 WIB sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan. Proses pelaksanaan operasi ini kurang begitu efektif karena jumlah personel yang melakukan pengawasan minim sehingga banyak siswa yang luput dari pemeriksaan. Maka dari itu perlu ada tambahan personel untuk operasi ini agar tidak ada siswa yang luput dari pemeriksaan. Selanjutnya adalah razia kelas yang dilakukan antara dua sampai tiga kali tiap bulannya. Kelemahan di sini adalah karena operasi disini tidak memeriksa bagasi kendaraan bermotor siswa, karena kemungkinan ada barang yang dilarang disembunyikan siswa di bagasi, Sehingga disarankan dilakukan pemeriksaan terhadap bagasi kendaraan bermotor siswa. 2. Dampak Implementasi Sistem Kredit Poin oleh SDU (Smada Discipline Up Holder) bagi Kedisiplinan Siswa di SMA Negeri 2 yang telah dirasa menunjukkan adanya kesadaran pada diri siswa untuk bersikap disiplin selama berada di sekolah. Akan tetapi tentu saja ada beberapa siswa yang belum sepenuhnya dapat bersikap disiplin di sekolah. Oleh karena itu peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: a) Bagi Siswa SMA Negeri 2 Ngawi Hendaknya siswa menjadikan disiplin sebagai salah satu kebiasaan atau juga suatu kebutuhan, sehingga apabila siswa tidap bersikap disiplin selama di sekolah maka siswa akan merasa ada suatu hal yang kurang. Selain itu keterlibatan siswa di dalam penegakkan disiplin di sekolah juga harus ditingkatkan lagi sehingga disiplin dapat lebih ditingkatkan lagi. Misalnya saja adalah mengingatkan teman untuk selalu bersikap disiplin dan mematuhi peraturan dan juga melaporkan teman yang melanggar peraturan sekolah bukan malah melindungi ataupun juga menyembunyikan teman yang melanggar peraturan sekolah. b) Bagi Guru SMA Negeri 2 Ngawi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
Dalam menanamkan sikap disiplin pada siswa, guru merupakan salah satu komponen yang penting. Semua guru, khususnya guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan hendaknya bersikap disiplin sehingga dapat menjadi panutan bagi siswa. Selain itu guru juga dapat memberikan tambahan nilai terhadap siswa yang bersifat disiplin dan juga memberi pengurangan nilai terhadap siswa yang tidak disiplin karena penilaian pembelajaran bukan hanya secara pengetahuan saja namun juga sikap juga. Dengan hal tersebut maka diharapkan siswa menjadi lebih termotivasi untuk bersikap disiplin. c) Bagi Pihak Sekolah 1) Sekolah hendaknya menambah jumlah personil SDU, karena pada saat dilakukan razia gerbang personil SDU yang ada kewalahan di dalam melakukan pengawasan terhadap siswa yang datang ke sekolah terutama pada saat jam-jam akhir yaitu 15 menit sebelum bel masuk sekolah berbunyi banyak sekali siswa yang datang secara bersama-sama sehingga dengan adanya tambahan personil maka tugas dari SDU dapat dilakukan lebih efektif lagi . 2) Sekolah hendaknya membuat kegiatan tentang pengembangan dan penanaman sikap disiplin siswa, misalnya saja adalah dengan program kerja bakti yang dilakukan tiap minggu atau lomba kebersihan antar kelas. 3) Sekolah hendaknya juga melakukan langkah-langkah preventif, karena selama ini yang digunakan adalah upaya represif saja, misalnya adalah dengan melakukan penyuluhan yang dilakukan seminggu sekali oleh guru BP/BK kepada tiap kelas dengan memberikan materi tentang manfaat disiplin, sehingga dengan hal tersebut diharapkan disiplin yang muncul dari siswa adalah disiplin yang benar-benar dilandasi karena kesadaran diri. commit to user