Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
PENGUKURAN KINERJA BISNIS BERBASIS SYARIAH DENGAN MASLAHAH SCORECARD Achmad Firdaus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta E-mail:
[email protected] Ernawan Prianto PT Asuransi Takaful Keluarga E-mail:
[email protected] Abstrak Kinerja bisnis berbasis syariah yang diukur dengan sistem pengukuran kinerja konvensional cenderung memperoleh hasil bias. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja bisnis berbasis syariah dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja berbasis maqasid al-shariah yaitu maslahah scorecard (MaSC). Pengukuran diterapkan melalui dua kegiatan: pengukuran kinerja proses, yaitu dengan membandingkan kinerja bisnis terhadap standar MaSC, dan pengukuran kinerja hasil, yaitu dengan membandingkan pencapaian target setiap orientasi kemaslahatan terhadap target kemaslahatan yang ditetapkan. Rentang kinerja hasil MaSC adalah dari 0,000 (bisnis tidak memberikan kemaslahatan) sampai 1,000 (bisnis memberikan kemaslahatan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja hasil PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) adalah sebesar 0,691 yang berarti PT ATK cukup memberikan kemaslahatan. Nilai didapat dari orientasi ibadah 0,110, orientasi proses internal 0,166, orientasi tenaga kerja 0,083, orientasi pembelajaran 0,166, orientasi pelanggan 0,083, dan orientasi kekayaan 0,083. Rentang kinerja proses MaSC adalah dari 0,000 (bisnis tidak menerapkan MaSC) sampai 1,000 (bisnis menerapkan MaSC secara penuh). Kinerja proses PT. ATK adalah sebesar 0,666 yang berarti PT ATK telah menerapkan MaSC tetapi belum penuh. Nilai didapat dari proses mengidentifikasi fondasi kemaslahatan 0,111, mendapatkan perilaku kemaslahatan 0,111, menentukan sasaran strategis 0,111, menentukan ukuran maslaha h 0,111, menetapkan target 0,000, menentukan inisiatif strategis 0,111, melakukan pengukuran kinerja 0,111, melakukan evaluasi hasil 0,00, dan melakukan perbaikan dan peningkatan 0,000. Kata kunci: maslahah, scorecard, kinerja, maqasid Abstract The maqasid al-shariah based business performance which is measured by conventional performance measurement systems tend to be biased. The study was conducted to measure the maqasid al-shari’ah based business using maqasid al-shariah based performance measurement system that is maslahah scorecard (MaSC). The measurement is applied through two activities: process performance measurement, by comparing the performance of the business against MaSC standard, and result performance measurement, by comparing the achievement of maslahah orientation to target of maslahah orientation. Range of result performance is from 0,000 (business not giving the benefit) to 1.000 (business giving the benefit). Results Performance of PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) is 0.691 meaning PT ATK provides the benefit. Values wereobtained from worship orientation 0.110, internal process orientation 0.166, workforce orientation 0,083, learning orientation 0.166, customer orientation 0,083, wealth orientation 0,083. Range of process performance is from 0.000 (business not apply MaSC) to 1.000 (business implement MaSC fully). Process performance of ATK is 0.666 meaning PT ATK has applied MaSC but not yet fully. Values were obtained from identifying process of maslahah foundation 0.111, obtaining the maslahah behavior 0.111, determining strategic objectives 0.111, determining the measure of maslahah 0.111, setting targets 0,000, determining strategic initiatives 0.111, conducting performance measurement 0.111, doing results evaluation 0.00, and performing continuous improvement 0,000. Keywords: maslahah, scorecard, performance, maqasid
233
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
1. Pendahuluan Penelitian tentang pengukuran kinerja bisnis konvensional berjumlah sangat besar. Terdapat 722 jurnal penelitian tentang pengukuran kinerja bisnis antara tahun 2005 hingga 2007. (Richard, et all, 2009). Di sisi lain, penelitian tentang pengukuran kinerja bisnis yang sejalan dengan tujuan syariah masih terbatas. Hal ini menjadi penyebab kinerja bisnis berbasis syariah belum dapat diukur dengan akurat. Beberapa usaha telah dilakukan untuk mengukur kinerja bisnis berbasis syariah, diantaranya dengan menggunakan indeks maqasid yang dilakukan oleh Mustafa dan Dzuljastri (2008), maqasid shariah based performance oleh Bedoui (2012) dan Maslahah Scorecard (MaSC) oleh Firdaus (2012). Penelitian oleh Mustafa dan Dzuljastri (2008) mengukur kinerja enam bank Islam di Asia. Bank-bank tersebut dievaluasi dan diperingkatkan berdasarkan rasio kinerja (education grant-total income ratio, research expense - total expense ratio, training expense - total expense ratio, publicity expense - total expense ratio, net profit total asset ratio, zakah - net income ratio investment deposit - total deposit ratio). Indikator kinerja dilakukan dengan menghitung rata-rata tertimbang tiga aspek penerapan maslahah yang mengacu pada Abu Zaharah (1997) yaitu tahdhib al-fard (educating the individual), iqamah al-`adl (establishing justice dan jalb al-maslahah (promoting welfare). Ukuran kinerja ketiga yaitu indeks maqasid dilakukan dengan menghitung jumlah keseluruhan dari indikator kinerja. Penelitian dengan metode yang sama dilakukan oleh Shaukat yang mengukur kinerja Meezan Bank (Pakistan), Bank Islam (Malaysia) dan Emirates Bank (UAE). Penelitian oleh Ismail dan Arshad (2010) mengukur kinerja lembaga keuangan mikro Amanah Ikhtiar Malaysia (MFI). Kinerja MFI yang diukur adalah indikator profitabilitas dan sustainabilitas (ROA, ROE, OST, FST, dan PM). Indikator kemaslahatan ditunjukan dengan pengukuran distribusi kekayaan. 234
Penelitian oleh Bedoui (2012) mengukur kinerja bisnis dengan menggunakan basis maqasid shariah. Konsep pengukuran dilakukan baik melalui metode grafik maupun metode numerik. Bentuk grafik yang dipaparkannya adalah grafik sarang laba-laba segilima yang mewakili lima aspek maslahah . Kelebihan penelitian ini adalah adanya titik berat pengukuran kinerja pada keseimbangan seluruh aspek maslahah yaitu agama (aldin), jiwa (al-nafs), keturunan (al-nasl), akal (al-‘aql) dan harta (al-mal). Penelitian oleh Firdaus (2012) menggunakan maslahah scorecard (MaSC). Kemaslahatan bisnis dapat tercapai bila enam orientasi kemaslahatan bisnis terpenuhi yaitu orientasi ibadah, proses internal, tenaga kerja, pembelajaran, pelanggan dan harta kekayaan. Kinerja bisnis diukur baik pada hasil kinerja maslahah (result oriented) maupun usaha dalam mencapai maslahah (process oriented). (Lihat Gambar 1). Prinsip bisnis yang diajarkan oleh Islam adalah bisnis yang diciptakan dalam rangka mengejawantahkan fungsi kekhalifaan manusia di bumi. Oleh karena itu, bisnis harus memberikan kemanfaatan bagi orang banyak maslahah). Inilah yang dimaksud dengan sejalannya tujuan bisnis dengan tujuan syariah (maqasid al-shariah ). Prinsip ini berbeda dengan pandangan ahli bisnis dari Barat bahwa bisnis diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Timbul pertanyaan, sejauh mana pengelolaan bisnis sejalan dengan tujuan syariah? Bisnis seharusnya diperlakukan sebagaimana manusia. Oleh karena itu, bisnis harus dapat menjadi pusat 3W: worship (peribatan), wealth (kesejahteraan), dan welfare (pemberdayaan umat). (Amin, 2007). Adapun tujuan utama yang harus dicapai oleh bisnis adalah keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Hal ini sejalan dengan pendapat Al-Ghazali dalam Ahmad Zidan (1997) bahwa tujuan utama segala aktifitas adalah keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia. Kondisi ini disebut sebagai falah.
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
Falah dapat dicapai dengan memperjuangkan maslahah . Pencapaian maslahah sejalan dengan tujuan syariah (As-Syatibi) yaitu menjaga dan memelihara:
al-din (agama/religion), al-nafs (jiwa/life), al-‘aql (akal/intellect), al-nasl (keturunan/progency), dan al-mal (harta/wealth).
ORIENTASI HARTA KEKAYAAN PEMENUHAN HARTA KEKAYAAN
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, usaha apa yang harus dilakukan dalam mendapatkan dan membelanjakan harta kekayaan?
ORIENTASI PELANGGAN
ORIENTASI PROSES INTERNAL
PEMENUHAN PELANGGAN
PEMENUHAN PROSES INTERNAL
LINGKUNGAN
PEMENUHAN PEMBELAJARAN
PEMENUHAN AKHLAK
STAKEHOLDER
ORIENTASI PEMBELAJARAN
ORIENTASI IBADAH PEMENUHAN AQIDAH - SHARIAH
ALLAH
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana bisnis menerapkan agama dikehidupan sehari-hari kepada Allah?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan bagi pelanggan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana bisnis menerapkan agama dikehidupan sehari-hari kepada lingkungan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana bisnis menerapkan agama dikehidupan sehari-hari kepada stakeholder?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan pembelajaran apa yang harus dilakukan?
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana mengelola proses internal? ORIENTASI TENAGA KERJA PEMENUHAN TENAGA KERJA
Agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan kepada tenaga kerja?
Gambar 1 Enam Orientasi Maslahah untuk Bisnis Dalam konteks bisnis, tercapainya maslahah bergantung pada terpenuhinya enam orientasi kemaslahatan bisnis, yaitu: orientasi ibadah untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya penerapan agama (al-din) di dalam bisnis, orientasi proses internal untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya jiwa bisnis (al-nafs) , orientasi tenaga kerja untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya keturunan (al-nasl), orientasi pembelajaran untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya
akal (al-‘aql), orientasi pelanggan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya hubungan dengan pelanggan, dan orientasi harta kekayaan untuk menjelaskan terjaga dan terpeliharanya harta (al-mal). (Firdaus, 2012). Orientasi ibadah adalah jawaban atas pertanyaan ”agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana bisnis menerapkan agama di kehidupan sehari-hari kepada 235
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
Allah, stake holder dan lingkungan?” Orientasi proses internal adalah jawaban atas pertanyaan ”agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, bagaimana mengelola proses internal?” Orientasi tenaga kerja adalah jawaban atas pertanyaan ”agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan kepada tenaga kerja?” Orientasi pembelajaran adalah jawaban atas pertanyaan ”agar keselamatan hidup di dunia dan kesuksesan hidup di akhirat dapat berkelanjutan, kegiatan pembelajaran apa yang harus dilakukan?” Orientasi pelanggan adalah jawaban atas pertanyaan ”agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, kegiatan apa yang harus dilakukan bagi pelanggan?” Orientasi harta kekayaan adalah jawaban atas pertanyaan ”agar keselamatan hidup di akhirat dan kesuksesan hidup di dunia dapat berkelanjutan, usaha apa yang harus dilakukan dalam mendapatkan harta kekayaan dan membelanjakan harta kekayaan?” Kemaslahatan bisnis bermakna adanya keberlanjutan nilai yang diciptakan oleh bisnis. Artinya kemaslahatan bisnis tidak dibatasi oleh usia bisnis atau usia pengelola bisnis. Kemanfaatan bisnis terus menerus mengalir bahkan ketika bisnis ataupun pengelola bisnis sudah meninggal dunia. Hal ini demikian sebagaimana dinyatakan dalam hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a.: "Rasulullah s.a.w. bersabda: ”Apabila anak Adam -yakni manusia- meninggal dunia, maka putuslah amalannya -yakni tidak dapat menambah pahalanya lagi-, melainkan dari tiga macam perkara, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang dapat diambil kemanfaatannya atau anak yang shalih yang suka mendoakan untuknya.” (Riwayat Muslim). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur kinerja maslahah PT Asuransi Takaful Keluarga (ATK) dengan pendekatan MaSC yaitu pengukuran kinerja bisnis melalui pemenuhan enam orientasi kemaslahatan bisnis. 236
2. Metodologi Pengukuran kinerja proses (process oriented) MaSC dilakukan dengan membandingkan antara standar sembilan langkah MaSC dengan penerapan setiap langkah kinerja MaSC di PT. ATK. Pengukuran kinerja proses dihitung dengan: �=9
� � = ∑ �ᵢ � ᵢ �=1
Di mana: �ᵢ = bobot langkah ke-i MaSC i = langkah ke-i MaSC ᵢ ={
, ,
��� �ℎ �� � �� ��� �� ��� �ℎ �� � � �� ��� ��
Bobot setiap langkah MaSC (�ᵢ) adalah sebesar 0,111 yang diperoleh dari 100 persen dibagi sembilan langkah MaSC. Oleh karena itu, rentang kinerja proses MaSC � � terletak di antara 0,000 (tidak menerapkan keseluruhan langkah MaSC) sampai dengan 1,000 (menerapkan keseluruhan langkah MaSC) . Pengukuran kinerja hasil (result oriented) dilakukan dengan membandingkan antara pencapaian kinerja hasil setiap orientasi kemaslahatan terhadap target yang sudah ditetapkan oleh PT ATK. Pengukuran kinerja hasil dihitung dengan: �=6
� � = ∑ �ᵢ � � =1
�ᵢ ᵢ
Di mana: i = orientasi ke-i MaSC �ᵢ = Jumlah target yang tercapai pada orientasi ke-i MaSC ᵢ = Jumlah target yang ditetapkan pada orientasi ke-i MaSC �ᵢ = bobot orientasi ke-i MaSC
Bobot setiap orientasi MaSC (�ᵢ) adalah sebesar 0,166 yang diperoleh dari 100 persen dibagi enam orientasi kemaslahatan bisnis. Oleh karena itu, rentang kinerja hasil
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
MaSC � � terletak di antara 0,000 (seluruh target kemaslahatan tidak tercapai) sampai
dengan 1,000 (seluruh target kemaslahatan tercapai). Sistem pengukuran kinerja maslahah scorecard dapat dilihat dalam Gambar 2.
Mengidentifikasi item yang diperlukan oleh tiap-tiap orientasi bisnis untuk mencapai kemaslahatan Melakukan perbaikan dan peningkatan
9
Melakukan evaluasi hasil pengukuran kinerja
Menentukan perilaku yang dibutuhkan oleh tiap-tiap orientasi bisnis untuk mencapai kemaslahatan
1 2
8
3
7 Melakukan pengukuran kinerja
6 4 Menentukan inisiatif strategis yang akan dilakukan untuk mencapai target
5
Menentukan sasaran strategis tiap-tiap orientasi bisnis
Menentukan ukuran (measures) dan Formula untuk mengukur kinerja tiap-tiap orientasi bisnis
Menetapkan target tiap-tiap ukuran (Measures) yang ingin dicapai
Gambar 2 Siklus PDCA Sistem Pengukuran Kinerja Maslahah Scorecard (MaSC)
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Orientasi Ibadah Tiga aspek dasar agama yaitu aqidah, syariah, dan akhlak telah diterapkan secara holistik oleh PT. ATK. Fondasi kemaslahatan bisnis ditetapkan dan dijalankan pada segala aktifitas bisnisnya. Budaya perilaku sabar kepada peserta, rekan kerja, atasan, bawahan, mitra, vendor, pemegang saham maupun masyarakat diajarkan oleh manajemen kepada tenaga kerja. Rasa peduli ditunjukan dengan terlibatnya Yayasan Amanah Takaful (YAT)
dalam berbagai aktifitas sosial seperti santunan anak yatim dan dhuafa, pengadaan wakaf al-Quran, dan hadir di tengah masyarakat yang terkena musibah dan bencana. Tenaga kerja dituntut untuk bekerja dengan cermat. Hal ini terlihat dari konsistensi pelaksanaan Kebijakan Mutu ISO 9001: 2008. Perilaku adil dan jujur diterapkan oleh PT. ATK melalui pengembangan produk dan akad-akad yang menjunjung tinggi kesesuaian terhadap syariah. Draft produk dibahas bersama antara Bagian Shariah 237
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
Complience dan Bagian Aktuaria. Selanjutnya draft produk diajukan kepada Dewan Pengawas Shariah (DPS) untuk mendapatkan pengesahan. Perilaku terbuka dilakukan oleh PT. ATK dengan membuka call center pelayanan peserta di 0807 100 3456 dan email
[email protected]. Sementara telepon dan fax PABX selama jam kerja adalah Tel. (021) 799 1234 dan (021) 799 2345, fax. (021) 790 1435 dan (021) 790 1944. Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan dilakukan oleh PT. ATK dengan mempublikasikan Laporan Keuangan Tahunan di Koran harian. Kepatuhan dan konsistensi dibuktikan dengan keberadaan Bagian Internal Audit, Bagian Shari'ah Complience dan Bagian Legal Complience. Kegiatan audit mutu
internal dilakukan oleh Tim Audit Mutu Internal ISO 9001: 2008. Sementara audit pihak eksternal dilakukan oleh lembaga sertifikasi ISO 9001: 2008 DNV sekali dalam setahun. Problem solver, pembelajar, goal achievement, percaya diri, optimis, berpikir positip ditunjukan oleh PT.ATK dengan berbagai program improvement dan inovasi. Berbagai strategi seperti rekayasa bisnis proses sistem keagenan juga dilakukan. Sistem keagenan penuh, diterapkan oleh PT. ATK sejak tahun 2012. Agen takaful didorong untuk memiliki entrepreneurship yang tinggi. Mereka diberikan kesempatan untuk memiliki hak pengelolaan bisnis. (Lihat Gambar 3).
Agama
Aqidah
Shariah
Syahadat Shalat Zakat Puasa Haji
Allah Malaikat Rasul Kitab Hari Kiamat Takdir
Akhlak
Quran Hadist Fiqih
Allah Malaikat Rasul Kitab Hari Kiamat Takdir
Regulasi
Lingkungan Kompetitor Masyarakat Alam
Fondasi Kemasla hatan
Sabar
Meningkatkan fungsi sosial
Sasaran strategis
Peduli
Perilaku yang harus dimiliki
Cermat
Menciptakan entitas bisnis yang senantiasa siap sedia menghadapi perubahan
Shareholder Pelanggan Karyawan Mitra Vendor Pemerintah
Adil
Jujur
Terbuka (Open Mind)
Konisten
Mewujudkan entitas bisnis yang patuh secara konsisten
Patuh
Problem Solver
Pembelajar
Goal Achievement
Percaya diri
Optimis
Berfikir Positif
Mewujudkan pengelola bisnis yang memegang teguh amanah
Stake Holder
Orientasi Ibadah
Gambar 3 Perencanaan Orientasi Ibadah PT ATK Scorecard orientasi ibadah dilakukan dengan menyusun empat variable utama MaSC yaitu sasaran strategis, ukuran, target dan inisiatif strategis juga hasil pengukuran 238
kinerja MaSC tahun 2012 sampai dengan Bulan September 2012. Orientasi ibadah diterapkan melalui inisiatif strategis berupa empat Program Utama Peningkatan
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
Keimanan yaitu membaca al-Quran dengan target dua lembar per hari bagi setiap karyawan mulai dari tingkat paling bawah hingga tingkat yang paling tinggi. Program ini dikontrol melalui laporan yang dibuat oleh karyawan kepada atasannya masingmasing setiap minggu dan bulan. Program ini ditunjang pula dengan kegiatan mengkhatamkan al-Quran yang dibagi per divisi. Penerapan program berbakti kepada orang tua diserahkan sepenuhnya kepada karyawan, baik jenis kegiatan, jumlah kegiatan, durasi kegiatan, target kegiatan dll. Program bersedekah setiap hari bagi seluruh tingkat karyawan, dikendalikan oleh Divisi Human Resources dimana setiap hari, penanggung jawab dari masing-masing unit kerja melaporkan jumlah sedekah yang terkumpul. Target pengumpulan sedekah berbeda untuk setiap level karyawan. Secara tekhnis kegiatan ini dapat dilakukan melalui pemotongan gaji karyawan setiap bulan, namun hal ini tidak dilakukan dengan maksud agar nilai pembelajaran bersedekah benar-benar terasa oleh setiap karyawan. Shalat tahajud dilakukan oleh masingmasing karyawan di rumah dengan target sekurang-kurangnya satu kali per minggu yang berlaku untuk seluruh karyawan. Perusahaan setiap hari mengirimkan sms remainder waktu shalat tahajud yg dikirimkan ke no HP seluruh karyawan. Dua program tambahan dilakukan untuk mendukung program utama yaitu memberlakukan puasa sunah setiap Senin dan Kamis bagi seluruh karyawan kecuali yang sedang berhalangan juga bagi para tamu. Kegiatan didukung dengan diadakannya pembacaan hadist-hadist pilihan yang dilakukan setiap selesai shalat dhuhur berjamaah. Ukuran kinerja untuk sasaran strategis ‘mewujudkan pengelola bisnis yang memegang teguh amanah’ terdiri atas dua ukuran. Pertama, keterlibatan Bagian Shari'ah Complience dalam pengembangan produk. Target untuk ukuran kinerja ini adalah 100 persen Bagian Shari'ah Complience dengan menghadiri rapat
pembahasan tentang pengembangan produk. Hasil kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa Bagian Shari'ah Complince 100 persen menghadiri rapat pembahasan tentang pengembangan produk. Kedua, pembuatan laporan keuangan perusahaan. Target untuk kinerja ini adalah 100 persen catatan akuntan publik ‘Wajar Tanpa Pengecualian’. Oleh karena laporan keuangan tahun 2012 belum dilakukan maka kinerja belum dapat diukur tetapi laporan tahunan sebelumnya menunjukan bahwa catatan akuntan publik ‘Wajar Tanpa Pengecualian’. Ukuran kinerja untuk sasaran strategis ‘mewujudkan entitas bisnis yang patuh secara konsisten’ adalah temuan internal audit. Target untuk ukuran kinerja adalah 100 persen temuan audit ditindaklanjuti. Hasil kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa seluruh bagian telah menindaklanjuti temuan audit dan memiliki status ‘closed’. Ukuran kinerja untuk sasaran strategis ‘menciptakan entitas bisnis yang senantiasa siap sedia menghadapi perubahan’ terdiri atas dua hal. Pertama, rapat manajemen, target untuk ukuran kinerja ini adalah 100 persen hasil rapat manajemen ditindaklanjuti. Hasil kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa 100 persen rapat manajemen dilaksanakan setiap hari Selasa. Memang ditemukan ada beberapa hasil rapat manajemen yang belum selesai dikerjakan. Hal ini karena masih dalam proses penyelesaian (in progress) dan membutuhkan koordinasi dengan pihak lainnya. Kedua, rapat tinjauan manajemen ISO 9001: 2008. Taregt ukuran kinerja ini adalah 100 persen hasil rapat tinjauan manajemen ditindaklanjuti. Kinerja tahun 2012 belum dapat diukur karena rapat tinjauan manajemen ISO 9001: 2008 belum dilaksanakan. Hal ini karena Internal Audit ISO 9001: 2008 untuk tahun 2012 baru saja dilaksanakan pada Bulan September 2012 dan belum ada agenda yang ditetapkan berkaitan dengan rapat tinjauan manajemen ISO 9001: 2008. Ukuran kinerja untuk sasaran strategis ‘meningkatkan fungsi sosial’ adalah jumlah kegiatan sosial YAT. Target ukuran kinerja ini adalah satu kali per bulan. Kinerja tahun 239
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
2012 menunjukan 108 persen. YAT sampai dengan September 2012 telah melaksanakan kegiatan sebanyak 13 kali. 3.2 Orientasi Proses Internal Orientasi Proses Internal dilakukan sebagaimana Gambar 4. Fondasi kemaslahatan bisnis teridentifikasi di PT. ATK. Proses input, penciptaan nilai dan proses output sejalan dengan maqasid alshariah. Dewan Pengawas Syariah (DPS) secara rutin mengadakan rapat pembahasan tentang pelaksanaan syariah di perusahaan. Persyaratan stakeholder diperoleh melalui
survei kepuasan pelanggan meskipun belum secara rutin dilakukan oleh PT. ATK. Informasi persyaratan stakeholder juga diperoleh melalui media call center, e-mail layanan peserta maupun agen takaful. Persyaratan tenaga kerja diperoleh melalui komunikasi yang baik antara pihak serikat pekerja (SP) dengan pihak perusahaan. Persyaratan stakeholder diperoleh dari berbagai kegiatan sosial seperti: pengajian, kesehatan gratis, olah raga, klub motor karyawan, juga sosialisasi kepada masyarakat tentang asuransi syariah.
Proses Internal Bisnis
Fisik Bersifat Materi Tangible
Non Fisik Bersifat Non Materi Itangible
Out Put
Shariah & Legal Complience
Pengelolaan Risk Management
Pengelolaan Bencana & Tanggap Darurat
Proses Keberkangsungan
Proses Peningkatan
Proses Inti
Proses Pendukung
Input
Maqosid di Input – Proses - Output
Keadilan
Kepatuhan
Kepedulian
Pengendalian Risiko
Menghindari Maysir, Gharar, Riba dan Dhalim
Peningkatan / Inovasi
Produktifitas
Pengendalian Bencana & Keadaan Darurat
Keberlanjutan
Meningkatkan Fungsi Ekonomi
Mewujudkan keadilan
Fondasi Kemasla hatan
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Orientasi Proses Internal
Gambar 4 Perencanaan Orientasi Proses Internal PT ATK Proses penciptaan nilai dilakukan oleh proses marketing, proses aktuaria, proses underwriting, proses health, proses services dan proses klaim. Proses peningkatan dilaksanakan melalui penerapan Sistem 240
Manajemen Mutu ISO 9001: 2008. Sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 diterapkan PT. ATK sejak tahun 2003. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi Det Norske Veritas (DNV) Norwegia. Proses
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
CSR dilakukan oleh Yayasan Amanah Takaful (YAT). Proses kepatuhan syariah dilakukan oleh proses shariah complience. Proses kepatuhan regulasi bisnis dikelola oleh proses legal. Proses internal audit dikontrol oleh Bagian Internal Audit. Proses keberlanjutan dilaksanakan oleh Bagian Corporate Strategic. Perlindungan data peserta untuk mengantisipasi keadaaan darurat dan bencana dilakukan oleh Bagian IT. Pengelolaan risiko dilakukan oleh Bagian Risk Management. Kelengkapan proses di atas menjamin terjaga dan terpeliharanya keadilan bisnis
INPUT
M A Q O S I D S H A R I A H
P E R S Y A R A T A N S T A K E H O L D E R
bagi stakeholder, kepatuhan pada syariah dan regulasi, sensitifitas bisnis berupa kepedulian bisnis terhadap kehidupan masyarakat, pengendalian terhadap risiko bisnis, tercegahnya bisnis dari maysir, gharar, riba dan dzalim, peningkatan produktifitas bisnis, minimisasi risiko terhadap bencana dan keadaan darurat. Dengan demikian, keberlanjutan bisnis dapat terjaga. Keseluruhan proses dijelaskan pada disain sistem kerja PT. ATK. (Lihat Gambar 5).
Internal Audit
Shariah Complience
Legal Complience
IT Disaster and Emergency System
Risk Management
YAT OUTPUT
Proses Inti (Utama)
M A R K E T I N G
U N D E R W R I T I N G
A K T U A R I A
Finance Accounting
H E A L T H
S E R V I C E S
INVESTASI
K L A I M
HR
Proses Pendukung
ISO 9001: 2008
K E P U A S A N
S T A K E H O L D E R
M A Q O S I D S H A R I A H
Corporate Strategic
Gambar 5 Disain Sistem Kerja PT ATK Scorecard orientasi proses internal strategis diterapkan dengan mengubah sistem dilakukan dengan menyusun empat variabel keagenan secara penuh. Sebelumnya, sistem utama MaSC yaitu sasaran strategis, ukuran, keagenan takaful dilakukan dengan sistem target, dan inisiatif strategis. Inisiatif yang tidak penuh dimana agen takaful 241
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
merupakan tenaga free lance atau tenaga PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu). Mereka di bawah pengendalian langsung tenaga pemasaran takaful. Keagenan secara penuh memberikan peluang seluas-luasnya kepada agen takaful untuk berkembang sesuai dengan yang diharapkannya. Mereka didorong untuk memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) dengan membentuk struktur tenaga pemasaran sendiri. Tenaga pemasaran memiliki kesempatan membuka kantor perwakilan dengan tanggung jawab penuh olehnya. Dengan demikian, agen takaful yang memiliki jiwa bisnis dan memiliki harapan tinggi terhadap bisnis syariah akan mampu mewujudkan mimpinya. Konsekuensi pembukaan kantor perwakilan takaful yang dikelola oleh agen takaful adalah alih fungsi kantor pemasaran takaful. Sebelumnya, kantor pemasaran bertindak sebagai kantor pemasaran dan kantor pelayanan menjadi hanya kantor pelayanan. Hal ini, meningkatkan fungsi ekonomi, tidak hanya bagi agen takaful tetapi juga PT. ATK. Efisiensi lain yang diperoleh PT. ATK adalah beberapa kantor perwakilan dapat dilayani oleh satu kantor pelayanan. Inisiatif strategis lain adalah kerjasama dengan PT POS untuk pembayaran iuran peserta (premi) dan pembayaran klaim peserta non risk. Salah satu produk non risk adalah produk tahapan siswa. Klaim produk tahapan peserta dapat diajukan melalui PT POS terdekat. Bila dokumen persyaratan klaim lengkap maka pembayaran premi dapat dilakukan pada hari yang sama atau selambat-lambatnya dua hari kerja. Ukuran kinerja untuk sasaran strategis ‘meningkatkan fungsi ekonomi’ adalah jumlah kantor perwakilan. Target kantor perwakilan adalah sebanyak 40 kantor. Kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa kantor perwakilan yang telah diresmikan adalah sebanyak 30 kantor, itu berarti telah tercapai kinerja sebesar 75 persen atau selisih 10 kantor. Ukuran kinerja untuk sasaran strategis ‘mewujudkan keadilan’ adalah proses 242
pembayaran klaim. Target waktu pembayaran klaim risiko rendah (low risk) adalah sembilan hari. Waktu tersebut dihitung dari aplikasi klaim yang dilampiri dengan seluruh dokumen persyaratan, diterima oleh Bagian Pelayanan sampai dengan waktu pembayaran klaim. Kinerja tahun 2012 menunjukan bahwa 100 persen pengajuan klaim risiko rendah dibayarkan dengan waktu rata-rata selama 7,5 hari. Hal ini berarti target 100 persen pembayaran klaim berisiko rendah selama 9 hari tercapai. 3.3 Orientasi Tenaga Kerja Orientasi tenaga kerja dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi seluruh tenaga kerja. Suasana kekeluargaan dan kekerabatan diciptakan melalui keteladanan dan kepemimpinan. Motivasi kerja juga diciptakan dengan memenuhi kebutuhan dasar tenaga kerja. Kebutuhan kesehatan jasmani tenaga kerja terpenuhi dengan diberlakukannya aturan reimbursement untuk pengobatan ala nabi (tibun nabawi) seperti bekam, acupressure, habatussauda, madu, dan medical check up. Pemenuhan terhadap terjaganya kesehatan jasmani juga dilakukan dengan dibentuknya kelompok-kelompok olahraga seperti bulutangkis, futsal, fitness, klub sepeda, dan klub motor. Pemenuhan kebutuhan rohani tenaga kerja dilakukan dengan diberikannya cuti i’tikaf bagi tenaga kerja setiap 10 hari terakhir bulan Ramadhon1 . Tersedia juga, fasilitas pembelajaran al-Quran bagi tenaga kerja yang masih belum mahir membaca alQuran. Rotasi tenaga kerja secara rutin dilakukan oleh perusahaan untuk pengembangan organisasi dan pengembangan diri. Hal ini dimaksudkan agar setiap tenaga kerja berada dalam kondisi siap dan mampu mengerjakan berbagai tugas. Tentu saja dalam melaksanakan kebijakan ini, perusahaan memenuhi segala sesuatu yang menjadi hak Pengajuan cuti i’tikaf diatur dengan mekanisme tertentu sehingga tidak mengganggu pelayanan dan kinerja unit kerja. 1
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
tenaga kerja seperti tunjangan akomodasi, tunjangan pulang kampung dsbnya. Perencanaan tenaga kerja dilakukan oleh Bagian Human Resources (HR) pada saat penyusunan Rencana Kerja Anggaran dan Pendapatan (RKAP). Sementara kebutuhan terhadap peningkatan kompetensi dilakukan melalui sistem rekruitmen dan seleksi yang terencana. Kualifikasi tentang pendidikan, pengalaman, keterampilan, pengetahuan, wawasan, akhlak, syariah, dan akidah ditentukan sesuai dengan jabatan maupun posisi yang dibutuhkan. Kebijakan HR menggarisbawahi bahwa mendapatkan calon tenaga kerja yang benar-benar sesuai dengan kualifikasi bukanlah perkara mudah. Oleh karena itu, bagi calon tenaga kerja yang belum memiliki pemahaman terhadap syariah sesuai kualifikasi masih diberikan kesempatan untuk diterima menjadi tenaga kerja pada PT. ATK, tetapi bagian HR selanjutnya akan memberikan pendidikan tambahan kepada yang bersangkutan. Berkaitan dengan sistem pendidikan dan pelatihan, kegiatan didukung dengan anggaran yang telah disepakati pada saat penyusunan RKAP. Beberapa kekurangan yang masih terlihat pada pemenuhan orientasi tenaga kerja ini adalah survei tentang kepuasan tenaga kerja terhadap perusahaan tidak secara rutin dilakukan. Survei kepuasan tenaga kerja pernah dilakukan pada tahun 2006 dan tahun 2008, tetapi setelah itu survei kepuasan tenaga kerja belum lagi dilakukan. Hal lain adalah belum adanya sistem career development yang terintegrasi dengan sistem HRD menyebabkan talent pool belum dikelola dengan baik. Keterlibatan tenaga kerja dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk memberikan masukan kepada perusahaan. Pertemuan harian antara
atasan dan bawahan dilakukan sebelum memulai pekerjaan di setiap unit kerja. Pertemuan diawali dengan bersama-sama membaca al-Quran dan diakhiri dengan doa bersama. Demikian pula, pada sore hari menjelang pulang bekerja, do’a dibacakan oleh seluruh tenaga kerja secara bersamaan. Pertemuan manajemen secara rutin dilakukan seminggu sekali. Pada pertemuan inipun manajemen memberikan peluang seluas-luasnya kepada tenaga kerja untuk menyampaikan berbagai masukan. Setelah melalui pengkajian yang lebih mendalam, masukan dari tenaga kerja ditindaklanjuti untuk diterapkan. Pengembangan dan pemberdayaan tenaga kerja dilakukan melalui sistem pendidikan dan pelatihan, rotasi jabatan, promosi jabatan maupun melalui penugasan. Pelatihan in house maupun eksternal dikelola oleh Bagian HR dengan anggaran yang telah disusun di dalam RKAP. Keseluruhan proses di atas dapat dilihat secara rinci pada Gambar 6. Ukuran kinerja sasaran strategis ‘menciptakan produktifitas yang tinggi’ adalah perbandingan antara premi bruto terhadap biaya operasi. Target yang akan dicapai sebesar 10. Tahun 2012 tercapai rasio premi bruto terhadap biaya operasi sebesar 15,66, yang berarti tercapai kinerja sebesar 157 persen. Sementara rasio rata-rata premi bruto terhadap biaya operasi selama periode tahun 2001 s.d 2011 adalah sebesar 9,50. Grafik rasio premi bruto terhadap biaya operasi seperti dapat dilihat dalam Gambar 7 mengindikasikan trend yang menanjak. Berarti produktifitas PT. ATK selama tahun 2001 sd 2011 tercatat baik. Ukuran kinerja sasaran strategis ‘meningkatkan kepuasan tenaga kerja’ adalah indeks kepuasan tenaga kerja. Target kinerja ini adalah 90 persen tenaga kerja merasa puas.
243
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
Ketenagakerjaan
Tenaga Kerja
Organisasi
Lingkungan yang Kondusif
Pengalaman
Pendidikan
Keterampilan
Pengetahuan
Wawasan
Akhlak
Shariah
Aqidah
Orientasi Ibadah
Fondasi Kemaslah atan
Kompetensi
Keterlibatan Tenaga Kerja
Pengembangan & Pemberdayaan
Perilaku yang harus dimiliki
Menciptakan produktifitas yang tinggi
Meningkatkan kepuasan tenaga kerja.
Sasaran strategis
Orientasi Tenaga Kerja
Gambar 6 Perencanaan Orientasi Tenaga Kerja PT. ATK
Rasio Premi Bruto thd Opex 15,64
16,00
15,66
14,19 12,00
11,48 9,93
8,00
7,76
2002
2003
5,78
5,27
5,24
4,58
4,00
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 7 Grafik Perkembangan Rasio Premi Bruto terhadap Biaya Operasi PT. ATK
244
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
3.4 Orientasi Pembelajaran Fondasi kemaslahatan yang teridentifikasi pada PT ATK adalah berasal dari modal manusia dan modal organisasi. Modal manusia yang dikembangkan dan diberdayakan adalah akal dan hati. Modal manusia terdiri dari pengalaman, pendidikan, keterampilan, pengetahuan, wawasan, aqidah, syariah, dan akhlak dapat terpenuhi melalui sistem rekruitmen dan seleksi yang sangat selektif. Tenaga kerja berkompetensi dalam tekhnis pengelolaan takaful juga berkompetensi dalam menerapkan agama di kehidupan sehari-hari. Modal organisasi dikembangkan melalui disain sistem kerja dan proses kerja sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 5. Komitmen terhadap pembelajaran direalisasikan dengan pengalokasian anggaran pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Anggaran diatur dan dikontrol
sedemikian rupa sehingga memenuhi azas keadilan bagi seluruh tingkat jabatan karyawan. Kemutahiran tekhnologi juga dimanfaatkan oleh PT ATK dalam membudayakan individu dan organisasi pembelajar. Jaringan intranet dan internet adalah sarana bagi PT ATK untuk berkomunikasi tidak hanya bagi karyawan tetapi juga bagi seluruh stakeholder perusahaan. Berbagai informasi tentang takaful, produk, kegiatan sosial, dan informasi lainnya disampaikan pada website http://www.takaful.co.id. Jejaring media sosial juga dimaksimalkan oleh PT ATK untuk menjadi media pembelajaran. Akun http://www.facebook.com/takafulkeluarga.as uransisyariah adalah sarana memberikan pencerahan tentang takaful. Keseluruhan proses di atas dapat dilihat secara rinci pada Gambar 8.
Pembelajaran
Human Capital
Akal
Organizationl Capital
Hati
Proses Kerja
Komitmen Manajemen
Pemanfaaatan Tekhnologi
Kompetensi
Orientasi Ibadah
Sistem Kerja
Pengalaman
Pendidikan
Keterampilan
Pengetahuan
Wawasan
Akhlak
Shariah
Aqidah
Terbangunnya budaya kerja pembelajar
Terbangunnya Sistem Reward berbasis pembelajar
Fondasi Kemaslah atan
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Orientasi Pembelajarn
Gambar 8 Perencanaan Orientasi Pembelajaran PT ATK
245
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
Orientasi pembelajaran diciptakan dengan mengalokasikan dana khusus untuk pelatihan. Anggaran ditentukan pada saat penyusunan RKAP. Prasyarat terhadap terpenuhinya orientasi ibadah dilakukan pula melalui kegiatan malam bina ketaqwaan (Mabit). Kegiatan perenungan atas jatidiri khalifah Allah di bumi, diikuti oleh seluruh tenaga kerja. Kegiatan sudah secara rutin dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Motivasi kerja tenaga kerja juga dirangsang melalui sistem peghargaan (reward) yang berupa hadiah umroh bagi tenaga kerja yaitu karyawan dan para agen yang berprestasi. PT ATK memfasilitasi para agen takaful untuk bersosialisasi dengan komunitas asuransi lainnya baik yang syariah maupun konvensional. Agen takaful secara rutin menghadiri ajang million dollar round table (MDRT). Perusahaan juga secara rutin
menyelenggrakan pengajian dhuha setiap hari jumat mulai dari jam 8.00-9.30. Ukuran kinerja sasaran strategis ‘terbangunnya budaya kerja pembelajar’ adalah ‘man hours training’. Target yang dicapai adalah 20 jam pelatihan per karyawan per tahun. Tahun 2012 tercapai 35 jam pelatihan per tahun. Itu berarti, tercapai kinerja sebesar 175 persen. Namun demikian, tercatat anggaran pendidikan dan pelatihan belum secara maksimal diberdayakan. Periode tahun 2001 - 2011, biaya pendidikan pelatihan tidak seluruhnya terpakai bahkan persentase reailisasi biaya pendidikan dan pelatihan terhadap alokasi biaya pendidikan dan pelatihan semakin tahun semakin rendah, -29,58 persen (2001) menjadi -91.29 persen (2011). (Lihat Gambar 9).
Biaya (Milyard)
Realisasi Biaya Diklat, Alokasi dan Biaya SDM 60 Biaya SDM,
40 20
Alokasi
0 2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Realisasi Diklat 2010 2011
Gambar 9 Grafik Realisasi Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Alokasi dan Biaya SDM Ukuran kinerja sasaran strategis ‘terbangunnya sistem reward berbasis pembelajar’ adalah hadiah ibadah umroh bagi karyawan dan agen takaful. Terdapat dua target yang dicapai yaitu: pertama, jumlah agen yang mendapat hadiah umroh (tergantung pada pencapaian target marketing dari masing-masing level agen). Sedangkan target hadiah untuk karyawan adalah satu orang karyawan. Tahun 2012 tercapai 24 orang agen mendapatkan hadiah umroh sedangkan karyawan 2 orang. Itu berarti untuk hadiah umroh bagi karyawan tercapai sebesar 200 persen. 246
3.5 Orientasi Pelanggan Pelanggan adalah perantara atas rizki yang diberikan oleh Allah kepada bisnis. Jumlah pelanggan berbanding lurus dengan rizki yang diterima oleh bisnis. Semakin dekat dengan pelanggan akan memperbesar peluang untuk mendapatkan rizki. Namun demikian, Allahlah Yang Maha Pemberi Rizki. Allah penentu besar kecilnya rizki yang diterima oleh bisnis. Bila rizki disampaikan oleh Allah melalui pelanggan, bukanlah berarti bahwa Allah tidak dapat memberikan rizki secara langsung.
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
Pelanggan menjadi media rizki, dengan tujuan agar bisnis dapat berinteraksi atau berakhlak baik terhadap stakeholdernya. Berarti, interaksi antara entitas bisnis dengan pelanggan tidak semata-mata hubungan ekonomis transaksional antara pihak yang membutuhkan produk atau jasa dengan pihak yang memberikan produk atau jasa. Interaksi keduanya sebagai hubungan sosial dalam rangka merealisasikan kewajiban manusia sebagai khalifah Allah. Pelanggan yang diidentifikasi oleh PT ATK yaitu calon pelanggan dan pelanggan lama. Pelayanan terhadap kedua jenis pelanggan dilakukan oleh Divisi Sercives yaitu pada Bagian Customer Relation Management (CRM) dan Policy Owner Services (POS). Segmentasi pelanggan lama dilakukan melalui dua jenis pelayanan pelanggan yaitu pelanggan regular dan pelanggan prime. Informasi persyaratan pelanggan diperoleh melalui umpan balik pelanggan, keluhan pelanggan, informasi pelanggan, ketentuan syariah, fatwa-fatwa ulama, masukan DPS, kompetensi inti (core competence), analisis kekuatan dan kelemahan bisnis, kesempatan dan tantangan dari lingkungan industri, persyaratan regulasi, input dari vendor dan mitra, survei kepuasan pelanggan, kinerja bisnis sebelumnya, opportunity for improvement (OFI) ISO 9001: 2008, temuan audit operasional, temuan audit mutu ISO 9001: 2008 juga rapat tinjauan manajemen (ISO 9001: 2008). Persyaratan pelanggan yang teridentifiksai selanjutnya ditetapkan secara tertulis oleh PT ATK pada: kebijakan mutu, manual mutu, prosedur mutu (SOP) dan instruksi kerja. Ketetapan selanjutnya disosialisasikan oleh manajemen kepada seluruh karyawan untuk dilaksanakan, sehingga tercipta budaya kepuasan pelanggan. Media yang digunakan untuk mensosialisasikan penetapan persyaratan pelanggan adalah website, e-mail, fax, telepon, buletin, rapat, pelatihan, dan pendampingan. Proses mendengarkan pelanggan dan melibatkan pelanggan dilakukan dengan
dibukanya fasilitas call center yang dapat melayani pelanggan selama 24 jam penuh. Keluhan, informasi, umpan balik dari para pelanggan dilayani melalui call center, email, fax, dan telepon. Seluruh media di atas dimanfaatkan dengan baik oleh para pelanggan. Keterlibatan pelanggan membuat PT ATK mendapatkan informasi penting yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai inovasi dan perbaikan layanan kepada peserta takaful. Akses e-mail, fax, telepon dan staff CS dikelola oleh Bagian CRM. Sementara pelayanan kepada pelanggan lama diefektifkan kepada Bagian POS yang melayani segala bentuk mutasi pelanggan maupun layanan lainnya. Kerjasama dengan PT POS dimaksudkan agar pelayanan terhadap pembayaran klaim non risk dapat langsung dilakukan di seluruh jaringan PT POS. Jaringan PT POS di tiap Kabupaten ataupun Kotamadya akan mempermudah proses pembayaran klaim non risk. Klaim peserta dilengkapi dengan seluruh dokumen sesuai persyaratan diajukan peserta kepada PT ATK melalui PT POS. Bila dokumen sudah lengkap maka pembayaran klaim dibayarkan oleh PT POS pada saat itu juga. Keseluruhan proses dapat dilihat secara rinci pada Gambar 10. Sasaran strategis orientasi pelanggan yang teridentifikasi adalah meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan jumlah pelanggan. Ukuran sasaran strategis meningkatkan kepuasan pelanggan adalah indeks kepuasan pelanggan. Ukuran sasaran strategis meningkatkan jumlah pelanggan adalah pangsa pasar (market share). Pangsa pasar menunjukan jumlah kontribusi bruto (premi) PT ATK dibandingkan dengan jumlah kontribusi bruto industri. Data pencapaian pangsa pasar dapat dilihat pada Gambar 11. Hasil analisa regresi linear Y = β X + c yang dioperasikan untuk pangsa pasar PT ATK: Tahun = β Kontribusi Bruto PT. ATK + c menghasilkan β sebesar 33,79 atau persamaan regresi Y = 33.79 X – 67602 (R Square 0.905788863). Sedangkan untuk kontribusi bruto industri menghasilkan β = 8742.07 atau persamaan regresi Y = 8742.07 247
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
X - 17499527.4 (R Square 0.950061786). Terlihat bahwa β industri jauh lebih besar dibandingkan dengan β PT ATK. Hal ini menunjukan bahwa industri asuransi sangat
lebih agresif dibandingkan dengan PT ATK. PT ATK membutuhkan kerja yang sangat keras untuk meningkatkan pangsa pasar asuransi.
Pelanggan
Pelanggan Lama
Fondasi Kemaslah atan
Calon Pelanggan
Penetapan Persyaratn Pelanggan
Persyaratan Pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Mendengarkan Pelanggan
Melibatkan Pelanggan
Meningkatkan Kepuasan Pelanggan
Meningkatkan Jumlah Pelanggan
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Orientasi Pelanggan
Gambar 10 Perencanaan Orientasi Pelanggan PT. ATK
0,65%
0,55% 0,45% 0,35%
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 11 Grafik Market Share PT ATK
3.6 Orientasi Harta Kekayaan Berdoa kepada Allah Yang Maha Memiliki Harta untuk mendapatkan harta senantiasa diajarkan oleh manajemen PT ATK kepada 248
para tenaga kerjanya. Selesai berdoa seluruh tenaga kerja bekerja sesuai dengan amanah yang telah diberikan kepadanya. Berdoa dan berusaha dengan akhlak sesuai tuntunan
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
syariah dan tututan aqidah harus tetap ditegakkan dalam rangka mendapatkan harta yang telah dijanjikan oleh Allah. Cara membelanjakan harta kekayaan juga harus sesuai dengan tuntutan aqidah dan tuntunan syariah. PT ATK adalah pengelola dana kebajikan yang dikumpulkan dari para peserta takaful. Dana kebajikan adalah dana titipan yang akan dikeluarkan sebagai derma kepada peserta takaful lain yang sedang menerima risiko. Oleh karena itu, proses membelanjakan harta yang dilakukan melalui alokasi asset pada orientasi harta kekayaan, orientasi pelanggan, orientasi pembelajaran, orientasi tenaga kerja, orientasi proses internal dan orientasi ibadah harus dilakukan dengan penuh amanah. Kepercayaan yang diberikan oleh peserta takaful kepada PT ATK sebagai pengelola dana dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Alokasi harta kekayaan untuk pemenuhan kebutuhan orientasi harta kekayaan bertujuan untuk menghasilkan kembali harta kekayaan. Investasi melalui berbagai instrument syariah dilakukan dengan penuh hati-hati dan cermat. Pemenuhan kebutuhan orientasi pelanggan dilakukan dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar. Pemenuhan kebutuhan orientasi pembelajaran dilakukan untuk kegiatan pelatihan, sosialisasi, pendampingan, dan pengembangan karyawan. Pemenuhan terhadap kebutuhan orientasi tenaga kerja dilakukan untuk biaya rutin gaji, biaya cuti, bonus, asuransi tenaga kerja dan keluarga, car allowance, home allowance, biaya kesehatan, medical chaeck up. PT ATK bahkan sudah memberlakukan biaya penggantian pengobatan yang
menggunakan pengobatan alternatif ala nabi (tibun nabawi) seperti bekam, herbal, pembayaran tunjangan hari raya (THR) dibayarkan pada dua minggu sebelum bulan Ramadhon. Pemenuhan kebutuhan orientasi proses internal dilakukan untuk biaya pelayanan, biaya reasuransi untuk mengantisipasi risiko, biaya infrastruktur RO. Pemenuhan kebutuhan orientasi ibadah berkaitan dengan ibadah kepada Allah dilakukan melalui zakat, infaq, shadaqoh, wakaf, haji (karyawan dan agen takaful), dan qurban. YAT senantiasa hadir di berbagai kegiatan sosial seperti khitanan masal, pengobatan gratis, donor darah, santunan yatim dhuafa, santunan korban musibah dan bencana. PT ATK senantiasa menjaga lingkungan dengan memenuhi ketentuan pemerintah daerah maupun regulasi lainnya. Keseluruhan proses di atas dapat dilihat pada Gambar 12. Sasaran strategi mewujudkan ‘T’ gross contribution dimaksudkan untuk memasuki satuan trilyun pada perolehan premi bruto. Hal ini dilakukan dalam rangka mencapai lompatan besar PT ATK karena mulai dari kelahiran PT ATK hingga tahun 2011, perolehan premi masih dalam satuan milyar. Pada tahun 2011 premi bruto baru tercapai sebesar 360,37 milyar (Lihat Gambar 13). Sasaran strategis mewujudkan kebersihan harta dilakukan dengan pengelolaan pembayaran zakat perusahaan, zakat peserta dan zakat karyawan. (Lihat Gambar 14). Kinerja hasil kemaslahatan PT ATK adalah sebesar 0,691. Nilai ini diperoleh dari: �=6
� � = ∑ �ᵢ � � =1
�ᵢ ᵢ
� � = � orientasi ibadah + � orientasi proses internal + � orientasi tenaga kerja + � orientasi pembelajaran + � orientasi pelanggan + � harta kekayaan = [� x � / ] + [� x � / ] + [� x � / ] + [� x � / ] + [� x � / ] + [� x � / ] = [0,166 x 4/6] + [0,166 x 2/2] + [0,166 x 1/2] + [0,166 x 3/3] + [0,166 x 1/2] + [0,166 x 1/2] = 0,691.
249
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
Hal ini menunjukan bahwa PT. ATK telah memberikan kemaslahatan kepada seluruh stakeholder. Rentang kinerja hasil maslahah adalah antara 0,000 – 1,000. Nilai 0,00 berarti bahwa bisnis tidak memberikan maslahah bagi stakeholder. Nilai 1.000
berarti bahwa bisnis memberikan maslahah secara penuh kepada stakeholder. Kinerja proses kemaslahatan PT. ATK adalah sebesar 0,666. Nilai ini diperoleh dari: � � = ∑�=9 �=1 �ᵢ � ᵢ
� � = � langkah 1 + � langkah 2 + � langkah 3 + � langkah 4 + � langkah 5 + � langkah 6 + � langkah 7 + � langkah 8 + � langkah 9 = [� x ] + [� x ] + [� x ] + [� x ] + [� x ] + [� x ] + [� x ] + [� x ] + [� x ] = [0,111 x 1] + [0.111 x 1] + [0,111 x 1] + [0.111 x 1] + [0,111 x 0] + [0,111 x 1] + [0,111 x 1] + [0,111 x 0] + [0,111 x 0] = 0,666 Hal ini menunjukan bahwa PT ATK telah menerapkan sistem kinerja maslahah, meskipun belum secara penuh melakukannya. Rentang kinerja prose maslahah adalah antara 0,00 – 1,00. Nilai
0,00 berarti bahwa bisnis tidak menerapkan MaSC. Nilai 1,00 berarti bahwa bisnis telah menerapkan sistem kinerja maslahah secara penuh.
Harta Kekayaan
Cara Mendapatkan
Cara Membelanjakan
Fondasi Kemaslah atan
Berkah
Orientasi Pelanggan
Orientasi Pembelajaran
Orientasi Tenaga Kerja
Orientasi Proses Internal
Orientasi Ibadah
Mewujudkan ‘T’ Gross Kontribution
Mewujudkan kebersihan harta
Perilaku yang harus dimiliki
Sasaran strategis
Orientasi Harta Kekayaan
Gambar 12 Perencanaan Orientasi Harta Kekayaan PT ATK 250
Achmad Firdaus, Ernawan Prianto
400
200 0 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Kontribusi Bruto
Gambar 13 Kontribusi Bruto (Premi - Juta) PT ATK
Pembayaran Zakat PT. ATK (Juta) 1000 500
0 2004
2005
2006
2007
Perusahaan, Peserta & Karyawan
2008
2009
2010
Perusahaan
Gambar 14 Pembayaran Zakat PT ATK. 4. Simpulan Berapa hal dapat disimpulkan dari penelitian ini sebagai berikut. 1) Untuk mencapai kemaslahatan, kinerja bisnis berbasis syariah seharusnya diukur dengan sistem pengukuran kinerja berbasis maqasid al-shari'ah. 2) Hasil pengukuran kinerja bisnis berbasis shari'ah yang diukur dengan sistem pengukuran kinerja konvensional cenderung bias. 3) Maslahah scorecard (MaSC) diterapkan melalui dua pengukuran, yaitu pengukuran kinerja proses yang membandingkan kinerja bisnis terhadap standar MaSC dan pengukuran kinerja hasil yang membandingkan pencapaian target setiap orientasi kemaslahatan terhadap target kemaslahatan yang ditetapkan. 4) Kinerja hasil maslahah PT ATK adalah sebesar 0,691 yang berarti bahwa PT ATK memberikan kemaslahatan bagi stakeholder. 5) Kinerja proses maslahah PT ATK adalah sebesar 0,666 yang berarti bahwa PT
ATK belum secara penuh menerapkan sistem pengukuran kinerja MaSC. 6) Idealnya bisnis memiliki nilai kinerja proses � � = 1,000 agar menghasilkan kinerja hasil � � = 1,000. Pada saat itu, bisnis menciptakan kemaslahatan yang berkelanjutan bagi stakeholder.
Daftar Pustaka Abu Zaharah, Muhammad. 1997. Usul alFiqh. Cairo: Dar al-Fikr al-Arabi. al-Maliki, Al-Shātibi Abu Ishāq Ibrohim bin musa al-Lakhmi al-Gharnati. N.d. AlMuwafaqatu fi Usul al-Shariah. Bairut, Libanon: Darul Kitab al-‘ al-‘Ilmiyah. Amin, A. R. 2007. The Celestial Management. Jakarta: Embun Publishing. Bedoui, M. H. E, 2012. “Shari‘a-based ethical performance measurement framework,” Chair for ethics and Financial Norms. Universite Paris. Working Paper in Islamic Economics and Finance, No. 1020. 251
Review of Islamic Economics, Finance, and Banking _Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013
Chapra, M.U. 2007. The Islamic Vision of Development in the Light of Maqāsid Al-Sharī‘ah. Firdaus, Achmad. 2012. “Maslahah Scorecard, Sistem Pengukuran Kinerja Bisnis Berbasis Maqosid Shariah.” Call for Paper Islamic Banking & Finance Conference 2012, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 15 September 2012 Ismail, A.G dan Arshad, N.C. 2010. “Financial Ratio and Maqasid Shariah in Evaluating the Performance of Microfinance Institutions,” The 2nd International Workshop in Islamic Economics Theory: Islamic Microfinance Towards Global Poverty Alleviation and Sustainable Development. Bangi. Mohammed, M.O., Dzuljastri, A.R. 2008. “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework.” the IIUM International Accounting Conference (INTAC IV). Putra Jaya. Pierre J. Richard, T.M. 2009. “Measuring Organizational Performance: Towards
252
Methodological Best Practice,” Journal of Management, 35 (3). Porter, E. M. 1998. Competitive Advantage, Creating and Sustaining Superior Performance. New York: The Free Press. Richard, P.J, Timothy M. Devinney, George S. Yip dan Gerryn Johnson. 2009. “Measuring Organizational Performance: Towards Methodological Best Practice.” Journal of Management. (35), 3. Sani, M. D. n.d. A Conceptual Model of Measuring Performance Efficiency of Islamic Banks: Objectives of Islamic Law (Maqasid al-shariah) Approach, dari http://ssrn.com/abstract=2070397, diunduh 5 Agustus 2012. Shaukat, M. n.d. “Tha Recent Financial Growth of Islamic Banks and Their Fulfillments of Maqāsid Al-Sharī‘ah, Gap Analysis.” Zidan, A.A. 1997. Al-Ghazali’s Ihya’ Ulum al-Din, revitalization of The Sciences of Religion, (l). Cairo Egyp: Islami Inc. for Publishing and Distribution.