Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN TANJUNG PERAK 1
Faruq Hidayat 1 dan Iwan Vanany2 Program Studi Magister Managemen Teknologi, Manajemen Bisnis Maritim, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus MMT-ITS Cokroaminoto 12 A, Telp 031-5613922 email:
[email protected] 2 Program Studi Magister Managemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, email:
[email protected] ABSTRAK
Metode Performance Prism digunakan untuk merancang model dan kerangka sistem pengukuran kinerja operasional di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Hal ini dilakukan guna memperbaiki sistem pengukuran kinerja yang telah ada yaitu pengukuran kinerja individu (SKI) yang masih belum merepresentasikan kinerja organisasi secara komprehensif dan integratif. Pengukuran dengan Performance Prism merupakan pengukuran kinerja yang terintegrasi dengan menggunakan keseimbangan antara indikator-indikator kinerja finansial dan non finansial meliputi seluruh aspek perusahaan (stakeholder) yang menyangkut kepuasan stakeholder serta kontribusi dari stakeholder kepada perusahaan. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga didukung oleh beberapa metode antara lain pembobotan dengan Analytic Hierachy Process (AHP) untuk mengetahui skala nilai prioritas setiap KPI (key performance indicator), Scoring System dengan metode Objectives Matrix (OMAX) dan Traffic Light System untuk mengetahui nilai indeks total perusahaan pada tingat korporasi dan kategori dari indeks tersebut apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau masih perlu dilakukan perbaikan secara berkelanjutan (continuous improvement). Hasil perancangan pengukuran kinerja pada PT Pelindo III dengan Performance Prism berupa 21 KPI meliputi 6 KPI pada perspektif Customer, 4 KPI pada perspektif Supplier, 6 KPI pada perspektif Investor, 3 KPI pada perspektif Emplooye, 2 KPI pada perspektif Regulator. Dari perhitungan pengukuran kinerja dengan menggunakan Objective Matrix diperoleh nilai kinerja perusahaan sebesar 6,62. Kata kunci: Indikator Kinerja, Pengukuran Performance Indicator (KPI).
Kinerja,
Perbaikan
Berkelanjutan,
Key
PENDAHULUAN Selama ini, belum ada model pengukuran kinerja operasional berikut evaluasinya secara komprehensif mengukur indikator-indikator kinerja mana yang perlu diperhatikan agar mendukung kinerja operasional pelabuhan secara keseluruhan. Penilaian kinerja yang ada hanya didasarkan kepada penilaian pencapaian SKI (sasaran kinerja individu), belum dilakukan penilaian kinerja organisasi secara komperehensif yang mempertimbangkan penilaian dari sisi stakeholder, sehingga mengakibatkan adanya kesenjangan yang tinggi antara harapan konsumen dengan penyediaan jasa (PT Pelindo III) sebagaimana studi yang dilakukan Brooks (2011). Oleh karena itu, desain pengukuran kinerja secara komprehensif perlu dirancang untuk mengantisipasi persaingan dengan diberlakukannya undang-undang nomor 17 tahun 2008 ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
dimana PT Pelindo tidak lagi memonopoli usaha penyediaan jasa kepelabuhanan. Pengukuran kinerja ini nantinya diharapkan dapat merekomendasikan proses perbaikan yang dapat digunakan sesuai dengan hasil pengukuran kinerja yang dilakukan. Dari hasil pengukuran kinerja, akan terlihat pada bagian mana kinerja perusahaan yang bermasalah. Dengan adanya rekomendasi perbaikan ini, perusahaan dapat mengetahui permasalahan yang terjadi dan mempertimbangan untuk melakukan langkah korektif. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang maka permasalahan yang akan dikaji dalam studi ini adalah sebagai berikut: (1) bagaimana menentukan model dan kerangka sistem pengukuran kinerja operasional di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, (2) bagaimana mengukur kinerja operasional Pelabuhan Tanjung Perak dengan model pengukuran kinerja operasional secara komprehensif yang tidak hanya menilai dari sisi internal saja, tetapi juga mempertimbangkan dari sisi stakeholder yang dapat menggambarkan penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi perusahaan. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja operasional pada Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang antara lain adalah sebagai berikut: (1) Merancang model dan kerangka sistem pengukuran kinerja operasional di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. (2) Melakukan pengukuran kinerja operasional Pelabuhan Tanjung Perak berdasarkan kerangka sistem pengukuran kinerja yang telah dibuat sebagai evaluasi dari kondisi perusahaan saat ini. (3) Melakukan interpretasi hasil pengukuran untuk mengetahui indikator kinerja yang memberikan kontribusi dan indikator kinerja mana yang perlu mendapatkan prioritas perbaikan. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah dapat dijadikan masukan bagi Manajemen perusahaan untuk mengambil keputusan strategis dalam menghadapi perubahan peraturan dalam industri kepelabuhanan, dapat memberikan kontribusi secara teoritis terhadap ilmu pengetahuan khusunya yang berkaitan dengan masalah pengukuran kinerja perusahaan dan pengelolaan pelabuhan, dapat dijadikan bahan referensi bagi pihak-pihak yang berkeinginan melakukan penelitian lebih lanjut tentang penataan terminal dan pengelolaan pelabuhan. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran penelitian secara keseluruhan sehingga diketahui proses, metode dan hasil yang diperoleh dalam penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Stakeholder Dalam penelitian dengan metode performance prism ini, stakeholder yang ditinjau terdiri dari Investor/pemegang saham, Customer, Supllier, Karyawan dan Komunitas/Instansi Pemerintah. Struktur Hierarki Sistem Pengukuran Kinerja Operasional Pelabuhan Data hasil survey pendahuluan dipilah berdasarkan Faset Performance Prism dan klasifikasi stakeholder diperoleh 84 macam parameter atau kriteria pengukuran kinerja.
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Validasi Awal KPI Langkah selanjutnya adalah menyusun indikator atau parameter kinerja, dan Interview dengan Senior Manager Pemasaran dan Ka. Biro Perencanaan yang mengisi kuesioner variabel kinerja berdasarkan performance prism. Berdasarkan hasil diskusi dan mempertimbangkan segi pengukuran kinerja yang telah dilakukan perusahaan sebelumnya, hasil checklist pemilihan variabel kinerja performance prism yang disarankan dan hasil identifikasi kelima faset performance prism, disusun beberapa item parameter kinerja (Performance Indicator) dan dilakukan pengklasifikasian sesuai dengan kerangka dasar performance prism. Sebagai verifikasi parameter kinerja yang telah disusun, dilakukan diskusi kembali dengan stakeholder untuk memastikan bahwa parameter kinerja (Performance Indicator) yang disusun benar-benar applicable dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Daftar KPI parameter kinerja dapat dilihat pada Tabel 3. Untuk mendapatkan nilai bobot KPI terhadap perusahaan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: KPI 1 = Nilai Bobot stakeholder investor x Nilai bobot KPI 1 dalam stakeholder investor = 0,26 x 0,05 = 0,013. Total nilai bobot dari seluruh KPI adalah 1 (satu). Adapun keseluruhan nilai bobot KPI terhadap perusahaan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 1. Daftar Kode KPI (Key Performance Indeks) Stake Holder
Kode KPI
Inves Tor
I–1 I–2 I–3 I–4 I–5 I-6
Return On Capital Employed (ROCE) Operating Ratio Pertumbuhan Pendapatan Usaha Pertumbuhan laba usaha Penilaian implementasi GCG Penyerapan Investasi
C-1 C–2 C–3
Jumlah penanganan keluhan pelanggan Waiting Time For Berth Rasio Effective Time (ET) terhadap Berthing Time (BT) Produktivitas Bongkar Muat Capaian Petikemas yang ditangani (dalam TEU's) Indeks kepuasan pelanggan
Custom er
C–4 C–5 C–6
Stake holder
KPI
Emplo yees Suppli er
Regula tor
Kode KPI
KPI
E–1 E–2 E–3 S–1 S–2 S–3
Indeks Kepuasan Pegawai Tingkat kesehatan pegawai Persentase kehadiran karyawan Kesiapan alat produksi CC Kesiapan alat produksi RTG Kesiapan kapal tunda
S–4 R–1 R–2
Tingkat ketepatan pembayaran Supplier Pemantauan dan pengelolaan lingkungan ketaatan terhadap persyaratan perijinan (kelengkapan perijinan)
Sumber: Olahan Data Primer, 2013. Tabel 2. Bobot Masing-masing KPI KPI I–1 I–2 I–3 I–4 I–5 I–6
BOBOT 0.01
KPI C–1
BOBOT 0.02
KPI E–1
0.04
C–2
0.18
E–2
0.07
C–3
0.11
E–3
0.11
C–4
0.07
0.01
C–5
0.03
0.02
C–6
0.03
BOBOT 0.10
KPI S–1
KPI R–1
BOBOT
0.02
0.02
S–2
0.01
R–2
0.03
0.04
S–3
0.05
S–4
0.01
Total Nilai Bobot Seluruh KPI
Sumber: Olahan Data Primer, 2013.
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-3
BOBOT
0.01
1.00
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Validasi Akhir KPI Proses ini merupakan proses validasi akhir untuk memastikan apakah KPI yang telah diidentifikasi sudah cukup mampu merepresentasikan kondisi perusahaan. Penyusunan Performance Measurement Record Sheet (Model dan Kerangka Sistem Pengukuran Kinerja Operasional Pelabuhan) Setelah memperoleh KPI sebagai parameter pengukuran kinerja perusahaan, selanjutnya dilakukan penyusunan Performance Measurement Record Sheet untuk masingmasing KPI. Penyusunan Performance Measurement Record Sheet dilakukan dengan cara interview kepada pihak perusahaan mengenai satuan dan hasil pengukuran berupa persentase dan hasil dari Buku Capaian Key Performance Indicator Tahun 2012 yang setiap tahun dihasilkan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pada Bulan April 2013 untuk masing-masing KPI, capaian hasil KPI Tahun 2012 tersebut didapat dari hasil Self Assessment oleh Tim Penyusunan Laporan dan Self Assessment Capaian Key Performance Indicators (KPI) Korporat Tahun 2012. Capaian KPI Tahun 2012 tersebut disusun berdasarkan realisasi operasional perusahaan terhadap target yang tertuang dalam kontrak manajemen. Hasil dari pendataan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3: Tabel 3. Satuan Data, Target Maksimum dan Minimum serta Kondisi Terburuk untuk Masingmasing KPI SAT
TARG ET MAX
TARGE T MIN
2011
TERB URUK
2012
Return On Capital Employed (ROCE)
%
25%
15.75%
15.75%
10%
19.52%
I-2
Operating Ratio
%
80%
61.98%
61.98%
50%
62.76%
KPI 3
I-3
Pertumbuhan Pendapatan Usaha
%
50.00%
20.28%
20.28%
0.00%
21.22%
KPI 4
I-4
Pertumbuhan laba usaha
%
200%
85%
85%
80%
124%
KPI 5
I-5
Penilaian implementasi GCG
%
100%
83%
83.43%
80%
85.21%
KPI 6
I-6
Penyerapan Investasi (Pencapaian program dan fisik)
%
100%
85%
85.08%
50%
86.70%
KPI 7
C-1
Jumlah penanganan keluhan pelanggan
%
100%
80%
100%
50%
90%
KPI 8
C-2
Waiting Time For Berth
jam
0
0.5
0.5
6
5
KPI 9
C-3
Rasio Effective Time (ET) terhadap Berthing Time (BT)
%
100%
80.00%
70.50%
0%
70.00%
KPI 10
C-4
Produktivitas Bongkar Muat
B/S/H
50
27
27
10
24
KPI 11
C-5
Capaian Petikemas yang ditangani (dalam TEU's)
%
200%
105%
160.75%
100%
110%
KPI 12
C-6
Indeks kepuasan pelanggan
likert
4
3.41
3.41
1
3.49
KPI 13
E-1
Indeks Kepuasan Pegawai
likert
4
3.63
3.63
1
3.85
KPI 14
E-2
Tingkat Kesehatan Pegawai
%
100%
80%
95%
80%
95%
KPI 15
E-3
Persentase Kehadiran Pegawai
%
100%
100%
100%
85%
95%
KPI 16
S-1
Kesiapan alat produksi Container Crane (CC)
%
100%
95.24%
95.24%
80%
94.09%
KPI 17
S-2
Kesiapan alat produksi Rubber Tired Gantry (RTG)
%
100%
94.87%
94.87%
80%
95.16%
KPI 18
S-3
Kesiapan kapal tunda
%
100%
95.30%
95.30%
80%
96.20%
KPI 19
S-4
Tingkat ketepatan pembayaran Supplier
%
100%
55.33%
55.33%
0%
85.03%
KPI 20
R-1
Pelaksanaan pemantauan dan pengelolaan lingkungan
%
100%
80.00%
80.00%
80%
100.00%
KPI 21
R-2
Ketaatan terhadap persyaratan perijinan
%
100%
88.80%
88.80%
0%
70.00%
KPI NO.
KODE
KPI 1
I-1
KPI 2
KPI
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Hasil tabulasi di atas merupakan olahan data yang berbeda cara penilaian terhadap masingmasing indicator, ada yang berupa persentase, skala likert berdasarkan hasil kuisioner, satuan jam dan B/S/H. Hasil capaian tahun sebelumnya, yaitu tahun 2011 ditampilkan pada tabel untuk menentukan target minimum tahun 2012 yang diharapkan capaiannya meningkat melebihi tahun sebelumnya dan didapatkan dari Buku Capaian Key Performance Indicator Tahunan, sedangkan target maksimum dan kondisi terburuk dari masing-masing KPI didapatkan dengan cara Focus Group Discussion dengan para stakeholder yang kompeten di bidang kepelabuhanan. Data capaian kinerja Tahun 2012 didapatkan dari Buku Capaian Key Performance Indicator Tahun 2012. Untuk beberapa KPI yaitu KPI 8 (Waiting Time For Berth), KPI 9 (Rasio Effective Time (ET) terhadap Berthing Time (BT)), KPI 10 (Produktivitas Bongkar Muat), KPI 11 (Capaian Petikemas yang ditangani (dalam TEU's)), KPI 16 (Kesiapan alat produksi Container Crane (CC)) dan KPI 17 (Kesiapan alat produksi Rubber Tired Gantry (RTG)) hasil capaian pada Buku Capaian di atas didapatkan berdasarkan perhitungan rata-rata dari 3 jenis terminal, yaitu Terminal Peti Kemas Surabaya (TPKS), Terminal Peti Kemas Berlian (TPKB) dan Terminal Nilam Tanjung Perak. Nilai Kinerja Operasional Pelabuhan Tanjung Perak Scoring System dengan Model Objective Matrix (OMAX) Langkah selanjutnya, model pengukuran kinerja tersebut dapat dipadukan dengan model scoring system yaitu model OMAX (objectives matrix) sebagaimana fungsinya untuk mengetahui skor masing-masing kriteria, sehingga akan diketahui level dari setiap kriteria. Pengukuran Kinerja Menggunakan Traffic Light System Metode Traffic Light System ditandakan dengan pewarnaan untuk setiap level seperti lampu lalu lintas (merah,kuning dan hijau) sebagai tanda bahwa nilai performa yang didapatkan termasuk dalam batasan. Berdasarkan hasil perhitungan OMAX untuk seluruh stakeholder, dapat diringkas dalam Tabel 4: Tabel 4. Total Penilaian Capaian Kinerja Berdasarkan Level OMAX KPI NO. I–1
0.11
KPI NO. C–1
0.21
KPI NO. E–1
I–2
0.32
C–2
0.18
I–3
0.53
C–3
0.75
I–4
0.88
C–4
0.40
I–5
0.08
C–5
0.23
I–6
0.19
C–6
0.25
NILAI
NILAI
0.93
KPI NO. S–1
E–2
0.16
E–3
0.21
NILAI
INDEKS TOTAL
0.18
KPI NO. R–1
S–2
0.10
R–2
S–3
0.44
S–4
0.05
NILAI
NILAI 0.15 0.27
6.62
Dari Tabel 4, didapatkan nilai indeks total sebesar 6,62 dengan skala 10. Jika menggunakan Traffic Light System, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja Pelindo III Perak Surabaya secara keseluruhan dapat dikatakan belum mencapai performa yang diharapkan. Dari hasil Traffic Light System dapat diketahui bahwa KPI yang masuk dalam kategori hijau sebanyak 15 KPI sedangkan yang masuk kategori kuning sebanyak 5 KPI dan yang masuk kategori merah sebanyak 1 KPI. Aspek kinerja yang masih berada dalam kategori ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
kuning tersebut adalah 5 KPI antara lain Rasio Effective Time (ET) terhadap Berthing Time (BT), Produktivitas Bongkar Muat, Persentase Kehadiran Pegawai, Kesiapan alat produksi Container Crane (CC) dan Ketaatan terhadap persyaratan perijinan (kelengkapan perijinan). Sedangkan aspek kinerja yang berada dalam kategori merah adalah Waiting Time For Berth, untuk itu perlu adanya prioritas perbaikan pada indikator kinerja ini. PEMBAHASAN Dari rekomendasi perbaikan 5 KPI yang masih berada di kategori kuning dan merah, ada beberapa metode yang dapat diterapkan untuk peningkatan kinerja perusahaan yang telah ada ke arah yang lebih baik, rencana-rencana perusahaan untuk pengembangan/pembangunan fasilitas terminal baru di Teluk Lamong serta peremajaan peralatan khususnya peralatan bongkar muat petikemas agar segera terealisasikan untuk mengganti atau menambah kapasitas produksi bongkar muat agar kesiapan alat lebih terjamin. Dengan adanya kesiapan peralatan bongkar muat yang cukup, produktifitas kegiatan B/M dapat terjamin, tidak ada waktu tunggu (idle time) sehingga rasio Effective Time (ET) terhadap Berthing Time (BT) semakin meningkat. Prosentase kahadiran pegawai yang masih belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan terjadi karena sistem penilaian kehadiran yang diterapkan perlu dievaluasi kembali, karena sistem yang ada saat ini hanya melakukan penilaian berdasarkan ketepatan waktu jam masuk dan jam pulang, tanpa adanya suatu batas toleransi tertentu. Jam masuk ditetapkan pukul 8.00 WIB dan jam pulang pukul 17.00 WIB. Kelengkapan perijinan mutlak harus dipenuhi agar proses bisnis yang dijalankan terhindar dari permasalahan hukum, oleh karena itu percepatan proses pengurusan perijinan seperti halnya ijin pengoperasian Reception Facilities (RF) dan persetujuan Masterplan/Rencana Induk Pelabuhan (RIP) perlu dilakukan agar kegiatan yang dilakukan mempunyai dasar hukum yang pasti. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada perusahaan untuk memasukkan hasil pengukuran ke dalam tinjauan manajemen (Management Review) yang dilaksanakan secara periodik oleh perusahaan dan dihadiri oleh middle hingga top management, untuk memperbaiki sistem Management Review yang telah diterapkan sebelumnya oleh perusahaan. Hal ini karena hasil rekayasa sistem pengukuran kinerja perusahaan yang disarankan dengan menggunakan metode performance prism, lebih terintegrasi dan lebih mudah dipahami serta dapat diketahui performa perusahaan secara keseluruhan dimana hal ini sangat diperlukan oleh top management sebagai pembuat kebiijakan perusahaan. Hasil penelitian ini telah disampaikan pada Focus Group Discussion (FGD) dengan pimpinan perusahaan dan telah divalidasi oleh stakeholder tersebut bahwa untuk mendapatkan hasil analisis ini menggunakan metode pengukuran kinerja yang tepat yaitu menggunakan Metode Performance Prism dengan didukung oleh studi literatur terkait. KESIMPULAN Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah nilai kinerja operasional pada Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Dalam model dan kerangka sistem pengukuran kinerja operasional di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya menggunakan metode Performance Prism, terintegrasi 5 stakeholder yaitu Investor dengan 6 KPI, Customer dengan 6 KPI, Employee dengan 3 KPI, Supplier dengan 4 KPI dan Regulator dengan 2 KPI. Total ada 21 buah KPI sebagai indikator kinerja Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
2. Dengan metode Performance Prism, pengukuran kinerja operasional Pelabuhan Tanjung Perak didapatkan indeks total dari perhitungan menggunakan metode Objectives matrix (OMAX) dan Traffic Light System sebesar 6,62. Dari 21 KPI yang ada, sebanyak 15 KPI yang masuk dalam kategori hijau yang dapat memberikan kontribusi yang baik dan 5 KPI yang masih berada dalam kategori kuning. Dan 1 KPI yang masuk dalam kategori merah. 5 KPI yang masih berada dalam kategori kuning antara lain Rasio Effective Time (ET) terhadap Berthing Time (BT), Produktivitas Bongkar Muat, Persentase Kehadiran Pegawai, Kesiapan alat produksi Container Crane (CC) dan Ketaatan terhadap persyaratan perijinan (kelengkapan perijinan). Sedangkan aspek kinerja yang berada dalam kategori merah adalah waiting time for berth untuk itu perlu adanya prioritas perbaikan pada indikator kinerja ini. Saran Disarankan kepada Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Performance Prism agar pengukuran kinerja tingkat korporasi dapat dilakukan. Metode Performance Prism ini tidak hanya dapat dilakukan pada tingkat korporasi saja tetapi pada setiap bagian kerja yang ada di perusahaan sampai dengan level terkecil. Perlu dilakukan pula penambahan KPI sebagai indikator kerja yang mengacu pada identifikasi 5 (lima) faset Performance Prism yang telah dilakukan pada seluruh stakeholder. Sistem pengukuran kinerja dengan mengunakan metode Performance Prism ini harus ditinjau secara periodik, agar variabel kinerja dan target KPI yang ada dapat disesuaikan dengan perkembangan terbaru, baik menyangkut perubahan lingkungan, persaingan usaha, regulasi pemerintah, tuntutan masyarakat, perkembangan kebutuhan pelanggan, perkembangan teknologi terbaru maupun perkembangan standar pencapaian kinerja dengan metode terbaru DAFTAR PUSTAKA Brooks, M. R., Schellinck, T. and Pallis, A. A. (2011). “A systematic approach for evaluating port effectiveness”. Maritime Policy and Management, vol. 38, no. 3, pp. 315-334. Cook, Thomas J. Vantsant J, Stewart L, Adrian J, (1995), “Performance Measurement: Lessons Learned for Development Management” World Development 23 (8) : 1303-15. Kaselimi, V., Notteboom, T., De Borger, R. (2010). “Game theoretical approach to competition between multi-user terminals: the impact of dedicated terminals” Modde Roberto and Santheimer Leigh Ellen. (1996),” Performance Monitoring Indicator Handbook” World Bank Technical paper no. 334. Neely, A. D., and Kennerly, M., 2000. Performance Measurement Frameworks -A Review, Centre for Business Performance, Cranfield School of Management, UK. Pareto, Vilfredo. (2003) Mind and Society. Vol. 4. Kessinger Publishing. Perhubungan. (2011) Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan, Direktur Jenderal Perhubungan Laut. UNCTAD, (1985) Port Development second edition, A handbook for planners in developing countries. Presiden Republik Indonesia (2008) Undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013
Saaty, T. L. (1980), The analytic hierarchy process, McGraw-Hill, New York. Saaty, T. L. (1993), Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, PT. Bustaman Binaman Presindo, Jakarta. Wibisono, Dermawan. (2006) Manajemen Kinerja: Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Erlangga
Konsep,
Desain dan Teknik
Woo, S. H., Pettit, S. J. and Beresford, A. K. C. (2011) Port evolution and performance in changing logistics environments. Vanany, Iwan. (2009), Performance Measurement: Model dan Aplikasi.
ISBN : 978-602-97491-8-2 A-20-8