PENGUJIAN REPELENSI DARI EMPAT JENIS TANAMAN TERHADAP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.)
TIKA SRI AMELIA
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Repelensi dari Empat Jenis Tanaman terhadap Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2015 Tika Sri Amelia NIM A34110021
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK TIKA SRI AMELIA. Pengujian Repelensi dari Empat Jenis Tanaman terhadap Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.). Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO.
Tikus rumah merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerugian produk pertanian dan permukiman. Salah satu alternatif pengendalian tikus yaitu dengan menggunakan beberapa bagian dari tanaman tertentu yang dapat digunakan sebagai repelen. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas dari empat jenis tanaman sebagai repelen tikus rumah. Empat jenis tanaman tersebut adalah mengkudu (Morinda citrifolia L.), sirsak (Annona muricata L.), berenuk (Crescentia cujete L.), dan bintaro (Cerbera manghas Gaertn.). Metode penelitian ini terdiri dari tiga percobaan. Uji konsentrasi (b/v) menunjukkan konsentrasi yang efektif adalah 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, daun sirsak dan 75% untuk buah mengkudu. Rata-rata konsumsi semakin menurun dengan peningkatan konsentrasi. Uji efektivitas empat jenis tanaman (multiple choice test) yaitu buah berenuk 30%, buah bintaro 30%, daun sirsak 30%, dan buah mengkudu 75% memiliki tingkat efektivitas yang sama satu sama lain. Uji efektivitas empat jenis tanaman dibandingkan dengan racun akut seng fosfida (bi-choice test) menunjukkan keempat jenis tanaman memiliki tingkat efektivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan racun akut seng fosfida. Tingkat repelensi dari keempat jenis tanaman tersebut lebih dari 64.23%, meskipun demikian masih diperlukan pengujian lanjutan di permukiman dan di tempat penyimpanan. Kata kunci: alternatif pengendalian, konsentrasi, repelen, tanaman, tikus rumah
ABSTRACT TIKA SRI AMELIA. Repelence Trial of Four Plants to Roof Rat (Rattus rattus diardii L.). Supervised by SWASTIKO PRIYAMBODO.
Roof rat is one of the pests causing loss to agricultural product and settlements. One of the alternative control to roof rat is using some parts of certain plants as botanical repellent. The objectives of this research is to understand the effectiveness of four various plant as roof rat repellent. Plants that can be used as repellent are noni fruit (Morinda citrifolia L.), soursop (Annona muricata L.), calabash tree (Crescentia cujete L.), and sea mango (Cerbera manghas Gaertn.). The method consist of three trials. Concentrations test (w/v) showed effective concentration are 30% for calabash tree, sea mango, soursop, and 75% for the noni fruit. The average consumption are decreasing with the increasing of concentration. Effectiveness test on four various plant, soursop 30%, sea mango 30%, calabash tree 30%, and noni fruit 75% showed the same effectivity level. The effectiveness of four various plant is lower than zinc phosphide in bait. Repelence level of four various plant is more than 64.23%, field testing needs to be conducted both in settlement and storage. Keywords: alternative control, concentration, plant, repellent, roof rat
©
Hak Cipta milik IPB, tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGUJIAN REPELENSI DARI EMPAT JENIS TANAMAN TERHADAP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.)
TIKA SRI AMELIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman
DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji syukur penuls panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya, shingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengujian Repelensi dari Empat jenis Tanaman terhadap Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.)”, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ucapan terima kasih diberikan kepada Dr Ir Swastiko Priyambodo, MSi selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran untuk pelaksanaan penelitian. Dr Ir Gede Suastika, MSc selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan penulisan skripsi. Dr Ir Ali Nurmansyah, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi selama menjalankan pendidikan di IPB. Pak Ahmad Soban selaku laboran yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian. Keluarga tercinta ibu, ayah, adik, beserta keluarga yang lainnya untuk kasih sayang, dukungan, serta doa yang selalu diberikan. Teman-teman laboratorium Vertebrata Hama (Fatma, Mutia, Kak Ari) atas bantuan dan motivasi yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian serta temanteman PTN 48 yang telah memberikan semangat dan motivasi. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015 Tika Sri Amelia
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 BAHAN DAN METODE 3 Waktu dan Tempat Penelitian 3 Bahan dan Alat 3 Metode Penelitian 3 Persiapan Hewan Uji 3 Persiapan Bahan Repelen 3 Persiapan Arena 4 Perlakuan 4 Peubah yang Diamati 5 Analisis Data 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pengujian Repelensi Empat Jenis Tanaman pada Konsentrasi yang Berbeda 6 Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan 7 Tingkat Repelensi dari Empat Jenis Tanaman 7 Pengujian Multiple Choice pada Empat Jenis Tanaman 8 Pengujian Bi-choice Empat Jenis Tanaman dengan Racun Seng Fosfida 9 Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan pada Pengujian Empat Jenis Tanaman dengan Seng Fosfida 9 Pengaruh Konsumsi terhadap Bobot Tikus Sebelum dan Setelah Perlakuan 10 SIMPULAN 12 Simpulan 12 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 13 LAMPIRAN 14 RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Konsumsi tikus rumah pada pengujian empat jenis tanaman dengan konsentrasi yang berbeda Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan Tingkat repelensi (TR) dari empat jenis tanaman pada pengujian pertama Konsumsi dan Peluang tikus masuk nampan pada pengujian empat jenis tanaman dengan konsentrasi paling efektif Konsumsi tikus pada pengujian empat jenis tanaman dengan seng fosfida Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan pada pengujian dengan seng fosfida
6 7 8 8 9 10
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Tikus rumah (R. rattus diardii) Bahan repelen yang digunakan pada pengujian (a) buah berenuk (b) buah bintaro (c) buah mengkudu (d) daun sirsak Kandang tikus sebagai arena pengujian Pengaruh konsumsi gabah pada empat perlakuan repelen terhadap bobot tikus sebelum ( ) dan setelah ( ) perlakuan pada tahap pertama Pengaruh konsumsi gabah pada pengujian tahap kedua dan ketiga terhadap bobot tikus sebelum ( ) dan setelah ( ) perlakuan
3 4 4 10 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah berenuk Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah bintaro Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah mengkudu Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi daun sirsak Hasil analisis ragam pengujian multiple choice Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah berenuk dengan seng fosfida Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah bintaro dengan seng fosfida Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah mengkudu dengan seng fosfida Hasil analisis ragam pengujian bi-choice daun sirsak dengan seng fosfida
14 14 14 14 14 14 15 15 15
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Hama permukiman adalah semua organisme pengganggu yang berada dalam lingkungan manusia. Kerusakan yang ditimbulkan dapat merugikan pada bidang kesehatan, ekonomi, dan pertanian. Hama permukiman berasal dari golongan arthropoda seperti nyamuk, tungau, lalat, lipas, semut, pinjal, rayap, kutu, kutu busuk, caplak, dan dari golongan mamalia yaitu tikus (Sigit et al 2006). Tikus merupakan hewan liar termasuk Ordo Rodentia (hewan pengerat), Kelas Mamalia (hewan menyusui) yang dikenal sebagai hewan pengganggu dalam kehidupan manusia. Hewan ini bersifat omnivora dan menjadi hama karena sering menimbulkan kerusakan dan kerugian dalam kehidupan manusia (Meehan 1984). Tikus yang sering ditemui pada habitat permukiman, pekarangan, dan gudang adalah Rattus rattus, R. norvegicus dan Mus musculus. Ketiga spesies tikus disebut sebagai rodens komensal (commensal rodents) yaitu hewan liar yang sudah beradaptasi dengan baik terhadap aktivitas manusia, serta menggantungkan hidupnya (pakan dan tempat tinggal) pada kehidupan manusia (Priyambodo 2003). Menurut Priyambodo (2006) kerugian yang ditimbulkan oleh keberadaan tikus rumah di permukiman adalah kerusakan pada bangunan rumah, kantor, gudang, dan pabrik, serta berkurangnya simpanan bahan makanan di rumah dan gudang makanan. Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus jauh lebih besar daripada yang dikonsumsinya, karena cara makan tikus yang sedikit demi sedikit pada beberapa bagian makanan. Kontaminasi pada bahan makanan oleh rambut, feses, urin menjadi vektor berbagai patogen penyebab penyakit yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi dalam kehidupan manusia. Pengendalian tikus rumah dapat dilakukan dengan cara sanitasi, pemasangan penghalang, pemasangan perangkap, pengusiran dengan gelombang elektromagnetik, pengumpanan beracun, dan fumigasi (Priyambodo 2006). Menurut Natawigena et al (2003) penggunaan bahan kimia secara terus menerus untuk mengendalikan berbagai hama dan penyakit telah menimbulkan berbagai masalah baru, terutama bagi lingkungan. Penggunaan racun tikus di tempattempat penyimpanan atau di rumah memiliki resiko yang lebih besar, karena substansi racun memiliki kemungkinan yang besar kontak dengan manusia, hewan peliharaan, dan ternak baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat ini, pengendalian tikus rumah masih banyak menggunakan bahan kimia, oleh sebab itu perlu dilakukan pengendalian alternatif. Indera penciuman tikus yang tajam dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menarik atau mengusir tikus dari suatu tempat. Penggunaan repelen nabati merupakan salah satu pengendalian alternatif dengan memanfaatkan indera penciuman tikus. Menurut Purwanto (2009), tiga jenis tanaman rempah yang dapat digunakan sebagai repelen terhadap tiku rumah. Namun masih banyak jenis tanaman lain yang memiliki kemungkinan dapat dijadikan bahan repelen, seperti buah berenuk (Crescentia cujete L.), buah bintaro (Cerbera manghas Gaertn.), buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), dan daun sirsak (Annona muricata L.). Berenuk merupakan tanaman pelindung dari Famili Bignoniaceae, Genus Crescentia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati seperti buah
2 berenuk yang dapat dijadikan insektisida. Selain itu buah berenuk yang memiliki bau menyengat dapat dimanfaatkan sebagai repelen terhadap tikus (Yani 2011). Menurut Utami, Syaufina, Haneda (2010), bintaro (C. manghas) merupakan tanaman berbentuk pohon dengan tinggi dapat mencapai 20 m. Tanaman ini banyak tumbuh di pantai, khususnya di tanah berlumpur atau berpasir. Tanaman ini dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Buah bintaro, terutama bijinya, mengandung carberin yang bersifat racun terhadap hewan dan manusia. Menurut Hariana (2007), buah mengkudu (M. Citrifolia) memiliki manfaat seperti menghilangkan hawa lembab pada tubuh, meningkatkan kekuatan tulang, membersihkan darah, dan dapat digunakan sebagai obat penyakit lain. Selain itu buah mengkudu juga dapat digunakan sebagai repelen untuk mengusir tikus. Sirsak (A. muricata L.) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Selatan. Rasa buah sirsak manis agak asam sehingga sering dipakai sebagai bahan jus buah. Daging buah kaya serat, dan daun dapat digunakan sebagai pengusir rayap (Hermawan dan Laksono 2013). Seng fosfida adalah rodentisida akut yang sangat ampuh dan pertama kali terdaftar pada tahun 1947 (Williams 2011). Menurut Priyambodo (2006), Bahan yang berbentuk tepung, berwarna abu-abu hingga kehitam-hitaman, dan berbau bawang putih menarik bagi tikus dan mencit, tetapi tidak bagi manusia dan hewan peliharaan. Tikus atau mencit yang memakan bahan ini akan mati dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam. Konsumsi dosis sub letal dapat menyebabkan tikus jera umpan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi yang efektif dari empat jenis tanaman yaitu buah berenuk (Crescentia cujete L.), buah bintaro (Cerbera manghas Gaertn.), buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), dan daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai bahan repelen terhadap tikus rumah. Selain itu, untuk mengetahui tanaman yang paling efektif dari konsentrasi yang efektif pada pengujian sebelumnya, serta mengetahui keefektifan empat jenis tanaman dibandingkan dengan umpan beracun seng fosfida. Manfaat Penelitian Bahan tanaman dengan konsentrasi yang paling efektif dapat dijadikan penolak (repelen) tikus sebagai alternatif pengendalian tikus rumah yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat secara sederhana.
3
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai Desember 2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah tikus rumah, buah berenuk, buah bintaro, buah mengkudu, daun sirsak, gabah, rodentisida seng fosfida, minyak nabati, dan air. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang tikus, blender, timbangan elektronik, mangkok kecil, nampan plastik, gelas ukur, kuas, masker, sarung tangan plastik, dan label. Metode Penelitian Penelitian ini meliputi tujuh kegiatan, yaitu (1) persiapan hewan uji, (2) persiapan bahan repelen, (3) persiapan arena, (4) perlakuan, yaitu pengujian empat jenis tanaman pada tingkat konsentrasi yang berbeda-beda, (5) pengujian empat jenis tanaman dengan konsentrasi yang paling efektif, (6) pengujian repelen dengan konsentrasi yang paling efektif dibandingkan dengan racun seng fosfida, dan (7) analisis data. Persiapan Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus rumah yang didapatkan dari hasil tangkapan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tikus yang digunakan berjenis kelamin jantan dan betina, dewasa, sehat, dan tidak bunting. Bobot tubuh tikus dengan kisaran 70 sampai 150 g. Tikus uji yang berhasil ditangkap diadaptasikan terlebih dahulu dalam kurungan di Laboratorium Vertebrata Hama dan diberi pakan gabah serta air minum.
Gambar 1 Tikus rumah (R. rattus diardii) Persiapan Bahan Repelen Bahan uji yang digunakan sebagai repelen adalah buah berenuk, buah bintaro, buah mengkudu yang didapat dari Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Banten, serta daun sirsak yang didapat dari Kabupaten Bogor. Bahan repelen dibuat dengan cara menghaluskan bahan-bahan yang digunakan dengan blender. Pada setiap perlakuan, bahan uji dan air dicampur sesuai dengan
4 konsentrasi pada perlakuan, yaitu untuk buah mengkudu digunakan konsentrasi 0, 25, 50, 75%. Konsentrasi yang digunakan untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak adalah 0, 10, 20, 30%. Hasil penghancuran dituang ke dalam mangkuk kecil sebanyak 20 g untuk masing-masing perlakuan serta dioleskan pada bagian dalam nampan plastik untuk setiap perlakuan sesuai dengan konsentrasi.
a
b
c
d
Gambar 2 Bahan repelen yang digunakan pada pengujian (a) buah berenuk (b) buah bintaro (c) buah mengkudu (d) daun sirsak Persiapan Arena Arena yang digunakan dalam pengujian yaitu kandang tikus yang terbuat dari ram kawat dan kayu berukuran 100 x 100 x 100 cm. Kandang berisi mangkuk kecil berisi perlakuan dan pakan, nampan kurungan, dan bumbung bambu untuk tempat bersembunyi tikus.
Gambar 3 Kandang tikus sebagai arena pengujian Perlakuan Percobaan tahap pertama yaitu melakukan pengujian konsentrasi bahan repelen yang paling efektif untuk tikus. Bahan repelen yang digunakan adalah buah berenuk, dan buah bintaro, buah mengkudu, daun sirsak. Perlakuan ini untuk menentukan konsentrasi yang efektif dalam satu kandang pada tiap-tiap jenis tanaman. Dalam pengujian ini bahan repelen dengan tiga konsentrasi yang berbeda dibandingkan dengan kontrol. Bahan repelen diletakkan di depan gabah sebagai pakan tikus uji masing-masing sebanyak 20 g kemudian ditutup dengan nampan plastik untuk menghindari bias bau. Posisi nampan perlakuan diacak setiap hari selama lima hari pengamatan. Tikus uji ditimbang bobot awal dan akhir. Pada pengujian setiap jenis tanaman dilakukan tujuh ulangan. Percobaan tahap kedua yaitu pengujian keempat bahan repelen dengan metode banyak pilihan (multiple choice test) setelah didapat konsentrasi masingmasing bahan repelen yang paling efektif untuk mengusir tikus rumah. Pengujian ini membandingkan keempat bahan repelen pada konsentrasi yang paling efektif
5 dari pengujian sebelumnya dalam satu arena. Tikus uji ditimbang bobot awal dan akhir serta pengujian dilakukan tujuh ulangan. Percobaan tahap ketiga yaitu pengujian dengan dua pilihan (bi-choice test) menggunakan empat bahan repelen dengan tingkat repelensi tertinggi dibandingkan dengan gabah yang mengandung 1% racun seng fosfida dengan bahan tambahan minyak nabati. Tikus uji ditimbang bobot awal dan akhir. Pada pengujian setiap jenis tanaman dilakukan tujuh ulangan. Peubah yang Diamati Pengamatan yang dilakukan pada percobaan ini adalah tingkat konsumsi tikus rumah terhadap gabah selama lima hari berturut-turut, perubahan bobot tikus pada awal dan akhir pengujian. Pengamatan dilakukan setiap hari selama lima hari, kandang diperiksa dan gabah yang tercecer dibersihkan, serta dikembalikan ke wadah umpan. Pada pengamatan hari ke-1 sampai hari ke-5 sisa gabah yang tidak dikonsumsi ditimbang termasuk yang tercecer di bagian alas kandang. Selanjutnya gabah dan bahan repelen diganti dengan yang baru untuk perlakuan yang sama. Data konsumsi dikonversi ke 100 g bobot tubuh tikus. Perhitungan konversi dilakukan dengan rumus sebagai berikut: Konversi ke 100 g bobot tubuh = Konsumsi sebenarnya (g) x 100 Rerata bobot tikus (g) Tingkat keefektifan repelen dapat dihitung dengan rumus : TR = K-P x 100% K TR = tingkat repelensi (%), K = konsumsi control (g), P = konsumsi perlakuan (g) Peluang tikus masuk nampan perlakuan = Rerata konsumsi perlakuan (g) x 100% ∑ Rerata konsumsi perlakuan (g) Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh dikonversi ke 100 g bobot tikus menggunakan perangkat lunak Microsoft Office Excell 2010. Analisis ragam dilakukan dengan Statistical Analysis System (SAS) for Windows 9.1. Uji nilai tengah menggunakan uji t dengan P = 0.05. Uji lanjutan dilakukan dengan menggunakan uji selang berganda Duncan pada taraf α = 5%.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Repelensi Empat Jenis Tanaman pada Konsentrasi yang Berbeda Pada pengujian buah berenuk, buah bintaro, buah mengkudu, dan daun sirsak rata-rata konsumsi tikus menurun dengan peningkatan konsentrasi. Semua konsentrasi yang diujikan berbeda nyata dengan kontrol (tanpa perlakuan repelen). Sementara itu antar konsentrasi yang digunakan tidak berbeda nyata satu sama lain. Artinya ketiga konsentrasi tersebut yaitu (10, 20, 30%) untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak, sementara itu konsentrasi (25, 50, 75%) untuk buah mengkudu memberikan pengaruh yang sama dalam mengusir tikus. Berdasarkan rata-rata konsumsi, konsentrasi 30% adalah perlakuan yang paling efektif untuk buah berenuk, buah bintaro, daun sirsak, dan 75% untuk buah mengkudu (Tabel 1). Hal ini disebabkan kehadiran ekstrak kasar tanaman tersebut memberikan pengaruh terhadap tikus. Bau menyengat yang timbul dari tanaman tersebut membuat tikus cenderung menghindari nampan yang berisi perlakuan repelen. Perilaku tikus menghindari nampan perlakuan sejalan dengan pendapat Priyambodo (2006), bahwa tikus memiliki indra penciuman yang berkembang dengan sangat baik. Indera penciuman tikus yang sangat tajam dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk menarik atau mengusir tikus dari suatu tempat. Salah satu contoh, untuk mengusir tikus dapat digunakan repelen yang terbuat dari senyawa sintestis yang memiliki bau mirip dengan predatornya. Tabel 1 Konsumsi tikus rumah pada pengujian empat jenis tanaman dengan konsentrasi yang berbeda Konsumsi tikus (Rata-rata ± SD, g) Konsentrasi Berenuk Bintaro Mengkudu Sirsak A 2.92 ± 1.54 a 3.32 ± 1.23 a 3.28 ± 1.49 a 3.28 ± 1.87 a B 1.09 ± 1.04 b 0.99 ± 1.20 b 0.54 ± 0.46 b 0.68 ± 0.40 b C 0.41 ± 0.19 b 0.57 ± 0.30 b 0.33 ± 0.15 b 0.45 ± 0.55 b D 0.37 ± 0.33 b 0.50 ± 0.29 b 0.30 ± 0.26 b 0.36 ± 0.36 b Ket: A, B, C, D : konsentrasi 0, 10, 20, 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak Konsentrasi 0, 25, 50, 75% untuk buah mengkudu Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
Menurut penelitian Purwanto (2009), jenis tanaman rempah yang dapat digunakan sebagai repelen terhadap tikus rumah adalah daun kemangi, bangle, dan sereh. Tanaman rempah yang memiliki tingkat repelensi paling tinggi adalah bangle dengan tingkat repelensi 61.62% karena memiliki bau yang menyengat. Selain tiga jenis tanaman tersebut masih banyak jenis tanaman yang memiliki bau menyengat yang dapat digunakan sebagai repelen tikus, seperti buah berenuk, buah bintaro, buah mengkudu, dan daun sirsak. Buah bintaro, terutama bijinya mengandung carberin yang bersifat racun terhadap hewan dan manusia. Pada pengujian repelensi tikus tidak mengonsumsi ekstrak biji bintaro yang beracun karena masih terdapat pakan yaitu gabah sehingga tidak mengakibatkan kematian pada tikus.
7 Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan Peluang tikus untuk masuk ke dalam nampan yang telah diberikan beberapa konsentrasi perlakuan dapat dihitung dari jumlah total rata-rata konsumsi tikus sebagai pembagi dari rata-rata konsumsi masing-masing perlakuan. Dengan asumsi bahwa tingkat konsumsi berhubungan positif dengan peluang untuk masuk ke dalam nampan-nampan perlakuan, maka peluang tikus masuk ke dalam kurungan semakin tinggi sejalan dengan penurunan konsentrasi setiap perlakuan. Tikus merasa terusir atau tidak mau memasuki kurungan karena pengaruh bau yang dihasilkan oleh bahan-bahan repelen ini. Tikus memiliki indera penciuman yang tajam dan perilaku menghindari bau yang membahayakan dirinya. Perlakuan dengan konsentrasi terendah memiliki persentase peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan yang tertinggi (Tabel 2). Tabel 2 Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan Konsentrasi A B C D
Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan (%) Berenuk Bintaro Mengkudu Sirsak 60.96 61.71 73.71 68.76 22.76 18.40 12.14 14.26 8.56 10.60 7.41 9.43 7.72 9.29 6.74 7.55
Ket: A, B, C, D : konsentrasi 0, 10, 20, 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak. Konsentrasi 0, 25, 50, 75% untuk buah mengkudu.
Tikus memiliki sifat mudah curiga atau berhati-hati terhadap setiap benda yang ditemuinya, termasuk pakan. Namun akan menjadi terbiasa ketika sudah diketahui tidak ada gangguan ataupun sesuatu yang membahayakan (Priyambodo 2006). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini, bahwa tikus masih tetap memasuki nampan perlakuan yang berisi repelen dengan persentase peluang masuknya tikus menurun sejalan dengan meningkatnya konsentrasi yang digunakan. Berdasarkan persentase peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan, bahwa konsentrasi 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak serta 75% untuk buah mengkudu merupakan konsentrasi yang efektif dan digunakan dipengujian selanjutnya. Tingkat Repelensi dari Empat Jenis Tanaman Pengujian empat jenis tanaman sebagai repelen terhadap tikus rumah memiliki tingkat repelensi di atas 64.23% (Tabel 3). Menurut penelitian Safitri (2006) dan Sinta (2006), tingkat repelensi yang paling tinggi dari tiga jenis rempah (bawang putih, cabe rawit, dan merica) yang diuji adalah bawang putih yaitu 64.75% terhadap tikus rumah dan 48.66% terhadap mencit. Berdasarkan tabel 3 tingkat repelensi tiga dari empat jenis tanaman yang diuji pada percobaan ini lebih tinggi dari bawang putih. Jenis tanaman yang memiliki tingkat repelensi paling tinggi yaitu buah mengkudu (84.96%). Walau demikian empat jenis tanaman tersebut belum dapat dikatakan sebagai repelen yang efektif karena peluang tikus masuk nampan perlakuan masih tinggi. Ditambah dengan kemungkinan bias bau masih ada sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.
8 Tabel 3 Tingkat repelensi (TR) dari empat jenis tanaman pada pengujian pertama Jenis Konsentrasi Tingkat repelensi Nilai Rata-rata TR tanaman (%) (%) Pr > F (%) 10 24.43 a Berenuk 20 81.57 a 0.0916 64.23 30 86.71 a Bintaro
10 20 30
50.41 a 66.17 a 99.66 a
0.2073
72.08
Mengkudu
25 50 75
75.68 a 87.63 a 91.57 a
0.1793
84.96
Sirsak
10 20 30
84.91 a 76.30 a 87.83 a
0.3219
83.01
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
Pengujian Multiple Choice pada Empat Jenis Tanaman Pada pengujian multiple choice dengan menggunakan empat jenis bahan tanaman sebagai repelen terhadap tikus rumah menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 4). Hal ini karena rata-rata konsumsi tikus rumah relatif sama satu sama lain. Dengan demikian keempat jenis tanaman tersebut memberikan pengaruh yang sama dalam mengusir tikus. Pada tahap selanjutnya adalah pengujian bi-choice antara repelen ini dengan gabah yang telah dicampur racun seng fosfida. Berdasarkan Tabel 4, tikus rumah memiliki persentase yang relatif sama untuk memasuki keempat nampan perlakuan. Tabel 4 Konsumsi dan Peluang tikus masuk nampan pada pengujian empat jenis tanaman dengan konsentrasi paling efektif Konsumsi tikus Peluang tikus masuk Perlakuan (Rata-rata ± SD, g) nampan perlakuan (%) 22.67 Berenuk 30% 1.36 ± 0.81 a 25.00 Bintaro 30% 1.50 ± 0.93 a 29.00 Mengkudu 75% 1.74 ± 1.14 a 23.33 Sirsak 30% 1.40 ± 0.87 a Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%
Pengaruh yang sama dari keempat jenis tanaman tersebut menunjukan tingkat keefektifan yang sama satu sama lain. Hal ini karena keempat jenis tanaman tersebut memiliki potensi sebagai insektisida nabati dengan kandungan bahan aktif yang dimilikinya. Menurut Utami (2010), buah bintaro mengandung racun carberan yang merupakan golongan alkaloid, ekstrak buah bintaro
9 mempengaruhi mortalitas dan perkembangan hama Eurema spp yang termasuk Ordo Lepidoptera, Famili Piridae. Hal yang sama berlaku untuk ketiga jenis tanaman lain yaitu buah berenuk, buah mengkudu, dan daun sirsak yang sudah banyak dikenal sebagai insektisida nabati. Buah mengkudu yang mengandung asam kaprik penyebab bau busuk (Hariana 2007). Namun dalam efektivitas pengusiran tikus masih belum diketahui zat kimia yang berperan aktif dalam mempengaruhi indera penciuman tikus. Pengujian Bi-choice Empat Jenis Tanaman dengan Racun Seng Fosfida Hasil yang diperoleh dari pengujian sebelumnya menunjukkan bahwa empat jenis tanaman tersebut memiliki pengaruh yang sama dalam mengusir tikus rumah, sehingga dalam pengujian lanjutan keempat tanaman tersebut dibandingkan dengan gabah yang dicampur seng fosfida. Berdasarkan hasil uji t (Tabel 5) menunjukkan nilai rata-rata konsumsi tikus terhadap gabah pada empat jenis repelen tersebut lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan gabah yang dicampur racun seng fosfida. Dengan demikian keberhasilan pengusiran empat jenis bahan repelen tersebut masih lebih rendah dibandingan dengan racun seng fosfida. Hal ini karena selain bersifat racun, seng fosfida juga bersifat sebagai repelen yang memiliki bau menyengat. Menurut Chandra (2005) seng fosfida efektif dalam mengusir tikus, karena bahan ini mengeluarkan bau bawang putih yang bersifat repelen bagi manusia dan hewan peliharaan domestik. Tabel 5 Konsumsi tikus pada pengujian empat jenis tanaman dengan seng fosfida Jenis repelen Buah Berenuk Buah Bintaro Buah Mengkudu Daun sirsak
Rata-rata konsumsi tikus (g) ± SD A B 3.84 ± 1.50 0.05 ± 0.13 5.97 ± 1.41 0.04 ± 0.11 6.09 ± 2.26 0.07 ± 0.10 6.26 ± 2.73 0.13 ± 0.21
Pr > | t |1 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001 < 0.0001
Ket: A : Repelen dengan konsentrasi 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak Konsentrasi 75% untuk buah mengkudu B : Perlakuan untuk umpan beracun seng 1 Analisis konsumsi tikus terhadap empat jenis repelen dengan seng fosfida menggunakan uji t dengan P = 0.05
Peluang Tikus Masuk ke Dalam Nampan Perlakuan pada Pengujian Empat Jenis Tanaman dengan Seng Fosfida Peluang tikus rumah masuk ke dalam nampan perlakuan repelen tanaman lebih tinggi (Tabel 6) dibandingkan peluang tikus masuk ke dalam kurungan seng fosfida. Dengan asumsi bahwa tingkat konsumsi berhubungan positif dengan peluang untuk masuk ke dalam nampan-nampan perlakuan. Hal ini karena ekstrak kasar empat jenis tanaman tersebut memiliki repelensi yang masih lebih rendah dalam mengusir tikus dibandingkan dengan seng fosfida.
10 Tabel 6 Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan pada pengujian dengan seng fosfida Konsentrasi
Peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan (%) Berenuk
Bintaro
Mengkudu
Sirsak
A
98.71
99.31
98.86
97.97
B
1.29
0.69
1.14
2.03
Ket: A : Repelen dengan konsentrasi 30% untuk buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak. Konsentrasi 75% untuk buah mengkudu. B : Perlakuan untuk umpan beracun seng fosfida
Pengujian empat jenis tanaman dibandingkan dengan umpan beracun seng fosfida bertujuan untuk mengetahui perbandingan antara repelen nabati dan repelen kimiawi yang juga bersifat racun. Namun hasil menunjukkan bahwa peluang tikus masuk ke dalam nampan perlakuan repelen nabati lebih besar daripada umpan beracun seng fosfida. Tikus lebih memilih masuk ke dalam perlakuan repelen nabati dan mengonsumsi pakan walaupun terdapat gangguan yang berasal dari repelen nabati dibandingkan mengonsumsi umpan beracun seng fosfida yang menyebabkan kematian dalam waktu yang singkat.
Rerata bobot tikus (g)
Pengaruh Konsumsi terhadap Bobot Tikus Sebelum dan Setelah Perlakuan Kehadiran repelen dari empat jenis tanaman (berenuk, bintaro, mengkudu, dan sirsak) memberikan pengaruh terhadap perubahan bobot tikus karena konsumsi yang menurun (Gambar 1). Bobot tikus mengalami penurunan setelah dilakukan pengujian repelensi empat jenis tanaman tersebut. Pada pengujian konsentrasi keempat jenis tanaman tersebut, bobot tikus pada perlakuan buah bintaro dan buah berenuk mengalami penurunan yang relatif banyak (6.14 dan 8.35 g), sementara itu untuk buah mengkudu dan daun sirsak mengalami penurunan relatif sedikit (1.65 dan 2.64 g). Hal ini kemungkinan karena pengaruh bau dan kandungan bahan aktif masing-masing bahan repelen, sehingga mempengaruhi peluang masuk tikus yang diasumsikan sama dengan rata-rata konsumsi tikus. 140 120 100 80 60 40 20 0 berenuk
bintaro mengkudu Jenis tanaman bahan repelen
sirsak
Gambar 4 Pengaruh konsumsi gabah pada empat perlakuan repelen terhadap bobot tikus sebelum ( ) dan setelah ( ) perlakuan pada tahap pertama
11
Rerata bobot tikus (g)
Pada pengujian tahap dua (multiple choice) tikus mengalami perubahan bobot. Perubahan yang terjadi tidak terlalu besar yaitu 4.39 g (Gambar 2). Hal ini karena konsumsi tikus yang relatif banyak pada perlakuan. Pada pengujian tahap tiga (bi-choice) menunjukkan bahwa terjadi penurunan bobot yang cukup tinggi setelah perlakuan pada buah berenuk (23.79 g). Buah mengkudu dan daun sirsak mengalami penurunan (8.51 dan 8.39 g), sementara perlakuan buah bintaro mengalami sedikit peningkatan (0.93 g). Hal ini karena konsumsi tikus yang masih besar pada perlakuan buah bintaro. Peningkatan bobot tubuh tikus tersebut belum memiliki pengaruh yang signifikan karena konsumsi tikus terhadap pakan dengan perlakuan repelen masih lebih kecil dibandingkan dengan kontrol. 150 100 50 0 Tahap dua
berenuk
bintaro
mengkudu
sirsak
Jenis bahan tanaman repelen tahap tiga
Gambar 5 Pengaruh konsumsi gabah pada pengujian tahap kedua dan ketiga terhadap bobot tikus sebelum ( ) dan setelah ( ) perlakuan Menurut Safitri (2006), penurunan bobot tubuh tikus merupakan akibat dari adanya cekaman (stress) terhadap tikus. Kehadiran ekstrak repelen nabati dan lingkungan yang baru membuat tikus merasa tertekan dan mengalami cekaman, sehingga berpengaruh terhadap konsumsi tikus yang mengakibatkan penurunan bobot tubuh tikus. Selain cekaman Cavegelli dan McClintock (2003) menyatakan adanya kemungkinan energi yang digunakan tikus selama perlakuan sangat tinggi, sedangkan energi cadangan dalam tubuh yang diperoleh dari konsumsi pakan hanya sedikit. Oleh karena itu energi cadangan yang tersimpan dalam tubuh tikus terpakai untuk memenuhi kebutuhan energi harian.
12
SIMPULAN Simpulan Pada pengujian konsentrasi didapatkan bahwa konsentrasi yang paling efektif adalah 30% untuk tanaman buah berenuk, buah bintaro, dan daun sirsak serta konsentrasi 75% untuk buah mengkudu. Keempat jenis tanaman tersebut memiliki tingkat repelensi di atas 64.23%. Berdasarkan hasil pada pengujian banyak pilihan (multiple choice) empat jenis tanaman tersebut memiliki pengaruh yang sama sebagai repelen tikus rumah dengan tingkat repelensi yang sama. Pada pengujian dua pilihan (bi-choice), tingkat repelensi empat jenis tanaman dengan konsentrasi tertinggi masih lebih rendah dibandingkan dengan racun seng fosfida dalam pengusiran tikus. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengujian empat jenis tanaman tersebut pada spesies tikus yang lain. Perlu dilakukan pengujian skala lapang baik di permukiman atau tempat penyimpanan.
13
DAFTAR PUSTAKA Cavigelli SA dan McClintock MK. 2003. Fear of novelty in infant rats predicts adult corticosterone dynamics and an early death. PNAS. 100(26):16131– 16136. Chandra B. 2005. Kesehatan Lingkungan. Jakarta (ID): Kedokteran EGC. Hariana A. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Edisi ke-2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Hermawan GP, Laksono H. 2013. Ekstraksi daun sirsak (Annona muricata L.) menggunakan pelarut etanol. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 2(2):111-115. Natawigena WD, Bari IN, Susanto A. 2003. Repelensi minyak cendana, nilam dan akar wangi terhadap tikus (Rattus argentiventer Rob & Kloss) di Laboratorium. [laporan penelitian]. Bandung (ID): Universitas Padjadjan. Meehan AP. 1984. Rat and Mice, Their Biology and Control. East Griendstead (GB): Rentokil. Purwanto. 2009. Pengujian tiga jenis rempah-rempah sebagai repelen terhadap tikus rumah (Rattus rattus diardii Linn.) dan tikus pohon (Rattus tiomanicus Mill.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Priyambodo S. 2006. Pengendalian hama tikus terpadu . Di dalam: Sigit SH, Hadi UK, editor. Hama Permukiman Indonesia. Bogor (ID): IPB Press. Hlm 195258. Safitri D. 2006. Pengujian repelensi dari bahan rempah-rempah terhadap tikus rumah (Rattus rattus diardii L.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sigit SH et al. 2006. Hama Permukinan Indonesia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sinta H. 2006. Pengaruh bahan rempah sebagai repelen terhadap mencit rumah (Mus musculus L.) dalam mengkonsumsi umpan dan rodentisida. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Utami S, Syaufina L, Haneda NF. 2010. Daya racun ekstrak kasar bintaro (Cerbera odollam Gaertn ) terhadap larva Spodoptera litura Fabricus. Jurnal llmu Pertanian Indonesia. 12(2):96-100. Williams MM. 2011. Zinc phosphide terdaftar sebagai racun perkembangan di Toxics Release Inventory. [Internet]. [diunduh 2014 Sept 20]. Tersedia pada: http://www.toxipedia.org/display/toxipedia/Zinc+Phosphide. Yani A. 2011. Fraksinasi komponen aktif antibakteri ekstrak kulit batang tanaman berenuk (Crescentia cujete L.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
14
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah berenuk Sumber Db JK KT F Hitung Perlakuan 3 30.15174286 10.05058095 11.12 Galat 24 21.68630057 0.90359586 Total 27 51.83804343
Pr > F 0.0001
Lampiran 2 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah bintaro Sumber Db JK KT F Hitung Perlakuan 3 37.22283029 12.40761010 15.95 Galat 24 18.67382514 0.77807605 Total 27 55.89665543
Pr > F 0.0001
Lampiran 3 Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi buah mengkudu Sumber Db JK KT F Hitung Pr > F Perlakuan 3 44.15578786 14.71859595 23.05 0.0001 Galat 24 15.32321486 0.63846729 Total 27 59.47900271 Lampiran 4 Sumber Perlakuan Galat Total
Hasil analisis ragam pengujian konsentrasi daun sirsak Db JK KT F Hitung 3 41.14862514 13.71620838 13.42 24 24.53073029 1.02211376 27 65.67935543
Lampiran 5 Sumber Perlakuan Galat Total
Hasil analisis ragam pengujian multiple choice Db JK KT F Hitung 3 0.61292843 0.20430948 0.23 24 21.43122743 0.89296781 27 22.04415586
Pr > F 0.0001
Pr > F 0.8754
Lampiran 6 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah berenuk dengan seng fosfida Sumber Db JK KT F Hitung Pr > F Perlakuan 1 50.39570314 50.39570314 44.62 0.0001 Galat 12 13.55438971 1.12953248 Total 13 63.95009286
15 Lampiran 7 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah bintaro dengan seng fosfida Sumber db JK KT F Hitung Pr > F Perlakuan 1 122.9585786 122.9585786 122.23 0.0001 Galat 12 12.0719051 1.0059921 Total 13 135.0304837 Lampiran 8 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice buah mengkudu dengan seng fosfida Sumber db JK KT F Hitung Pr > F Perlakuan 1 126.8654811 126.8654811 49.69 0.0001 Galat 12 30.6357406 2.5529784 Total 13 157.5012217 Lampiran 9 Hasil analisis ragam pengujian bi-choice daun sirsak dengan seng fosfida Sumber db JK KT F Hitung Pr > F Perlakuan 1 131.5927203 131.5927203 35.03 0.0001 Galat 12 45.0846834 3.7570570 Total 13 176.6774037
16
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lebak pada tanggal 6 Oktober 1993 dari pasangan Bapak Udin dan Ibu Aam. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Malingping, Banten pada tahun 2011 dan pada tahun yang sama setelah lulus diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan. Selain itu penulis juga mendapatkan beasiswa Bidik Misi periode 2011-2015. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti berapa organisasi dan berbagai kepanitian, seperti Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman pada tahun 2013 sebagai anggota Divisi Akademik Prestasi, Forum Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) 2013 sebagai anggota Divisi Syiar dan pada tahun 2014 sebagai Ketua Divisi Keputrian. Penulis menjadi ketua pelaksana dalam kegiatan Sekolah Cantik FKRD pada tahun 2014 dan menjadi sekretaris pada kegiatan Masa Perkenalan Departemen angkatan 49. Penulis masuk 10 besar tulisan terbaik dalam Lomba Menulis Surat Kecil untuk Rektor pada tahun 2013. Selain itu, penulis juga aktif berperan sebagai asisten praktikum Manajemen Vertebrata Hama pada tahun ajaran 2013/2014. Hama Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Dasar-dasar Proteksi Tanaman pada tahun ajaran 2014/2015.