PENGUJIAN PREFERENSI PAKAN, PERANGKAP, DAN UMPAN BERACUN PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN MENCIT RUMAH (Mus musculus L.)
Nana Setiana A06400024
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ABSTRAK NANA SETIANA. Pengujian Preferensi Pakan, Perangkap, dan Umpan Beracun pada Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) dan Mencit Rumah (Mus musculus L.). Dibimbing oleh SWASTIKO PRIYAMBODO. Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting dalam kehidupan manusia, baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Tikus memakan segala macam bahan makanan manusia, merusak segala peralatan rumah tangga, dinding rumah, serta tanaman hasil panen. Disamping itu mencit dan tikus dapat pula menjadi vektor penyakit bagi manusia. Pengendalian mencit dan tikus yang telah dilakukan diantaranya sanitasi lingkungan, fisik-mekanis, biologis, kimia, dan fumigasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketertarikan tikus rumah dan mencit rumah pada berbagai jenis pakan, perangkap, dan umpan yang ditempatkan secara terpisah atau bersamaan. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengkaji keefektifan dari berbagai jenis perangkap dan umpan beracun yang diaplikasikan pada lokasi dimana tersedia jenis pakan lain di habitat mencit dan tikus. Selama pengujian digunakan empat buah arena untuk ulangan ke-1 sampai 4 dan gudang untuk ulangan ke-5. Di dalam arena dan gudang diletakkan dua buah gelas kaca sebagai wadah untuk air minum dan 6 buah bumbung bambu untuk perlakuan mencit serta 4 buah bumbung bambu untuk perlakuan tikus. Racun atau pakan disimpan dalam wadah kemudian diletakkan di bagian tepi dan tengah arena. Sebelum digunakan dalam percobaan, mencit maupun tikus diadaptasikan terlebih dahulu dalam arena selama 3 hari. Perlakuan pada mencit, digunakan sebanyak 6 ekor setiap ulangan (arena) yang terdiri dari 3 ekor jantan dan 3 ekor betina, sedangkan untuk tikus digunakan 4 ekor setiap arena yang terdiri dari 2 ekor jantan dan 2 ekor betina. Pakan dan rodentisida berbahan aktif kumatetralil dan seng fosfida digunakan sebanyak 20 g per wadah pada setiap perlakuan, baik untuk tikus maupun mencit. Air diberikan sebanyak 50 ml per gelas atau sekitar ¾ dari volume gelas. Untuk perlakuan rodentisida yang berupa blok (bahan aktif brodifakum dan flokumafen) diberikan sebanyak empat blok dalam setiap wadah baik untuk mencit maupun tikus. Pakan dan rodentisida disimpan pada wadah berupa mangkuk kecil dan diletakkan di arena dengan posisi yang berubah-ubah setiap hari selama perlakuan. Analisis ragam menggunakan rancangan acak lengkap dengan program SAS for Windows V.6.12. Uji lanjut dengan uji selang ganda Duncan dengan taraf uji α=5%. Peubah yang diamati yaitu tingkat konsumsi pakan dan rodentisida, serta hewan uji yang terperangkap. Pakan yang paling disukai oleh tikus rumah berurutan yaitu gabah, beras, dan pelet. Pada semua pengujian konsumsi rodentisida lebih kecil dari pakan. Jenis perangkap yang paling banyak dimasuki tikus secara berurutan yaitu Multiple Live Trap, Havahart Live Trap, Single Live Trap dan Snap Trap. Penggunaan perangkap lebih efektif daripada umpan beracun, jumlah tikus yang terperangkap lebih banyak daripada jumlah tikus yang mati akibat mengonsumsi umpan beracun. Pakan yang paling disukai mencit rumah yaitu pelet dan gabah. Konsumsi pakan lebih tinggi daripada konsumsi umpan beracun. Penggunaan
perangkap lebih efektif dari pada penggunaan umpan beracun. Konsumsi pakan lebih tinggi pada uji pakan versus rodentisida dibandingkan dengan uji pakan versus perangkap. Perangkap yang paling efektif yaitu Multiple Live Trap.
PENGUJIAN PREFERENSI PAKAN, PERANGKAP, DAN UMPAN BERACUN PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN MENCIT RUMAH (Mus musculus L.)
Skripsi Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh Nana Setiana A06400024
PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul
: PENGUJIAN PREFERENSI PAKAN, PERANGKAP, DAN UMPAN BERACUN PADA TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN MENCIT RUMAH (Mus musculus L.)
Nama
: Nana Setiana
NRP
: A06400024
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi NIP 131 664 407
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, MAgr NIP 130 422 698
Tanggal lulus : …………………
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 3 Januari 1982 sebagai anak keenam dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Markum dan Ibu Acih Jasih. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri II Garawangi pada tahun 1994, SLTP Negeri I Garawangi tahun 1997, dan SMU Negeri I Garawangi tahun 2000. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2001-2002 penulis menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) sebagai koordinator bidang kerohanian. Pada periode yang sama penulis juga menjadi Ketua Lingkar Studi Muslim Hama dan Penyakit Tumbuhan (LSM-HPT).
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas kudrat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengujian Preferensi Pakan, Perangkap, dan Umpan Beracun pada Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) dan Mencit Rumah (Mus musculus L.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih kepada : 1. Ayah dan Ibu yang dengan kuat dan sabar senantiasa memberikan do’a dan semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Hanya Allah SWT yang dapat memberikan balasan atas perjuangan dan pengorbanan Ayah dan Ibu. 2. Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi yang telah bersedia menerima, membimbing, dan memotivasi untuk penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Bonny Poernomo WS, MSi, yang telah memberikan dorongan moril selama kuliah. 4. Seluruh staf dosen dan pegawai Departemen Proteksi Tanaman yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama penulis kuliah. 5. A Edi beserta keluarga dan A Yoyo yang terus menyokong penulis hingga menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah menunjukkan jalan-Nya kepada kita. 6. Seluruh keluargaku yang di Kuningan, A Ono dan A Maman sekeluarga semoga kita dapat memberikan yang terbaik untuk keluarga. 7. Kakak perempuanku, yakinlah bahwa Allah akan memberikan yang terbaik dalam hidup ini. 8. Teman-teman sekelas angkatan 37. Selamat meraih masa depan. 9. Pak Soban, laboran Laboratorium Vertebrata Hama, yang telah memberikan bantuan dan dorongan selama penelitian. 10. Sahabat-sahabatku di Kost-an. Semoga Allah senantiasa menghimpun kita dalam ikatan persaudaraan yang abadi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini ada kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik penulis harapkan untuk perbaikan tugas selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Maret 2007
Nana Setiana
DAFTAR ISI
Halaman PENDAHULUAN ...................................................................................... Latar Belakang ................................................................................ Tujuan ............................................................................................. Manfaat ...........................................................................................
1 1 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. Taksonomi Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) dan Mencit Rumah (Mus musculus L. ) ............................................................. Morfologi Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) dan Mencit Rumah (Mus musculus L. ) ........................................................... Biologi Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) dan Mencit Rumah (Mus musculus L. ).......................................................................... Rodentisida Kronis.......................................................................... Brodifakum.......................................................................... Flokumafen.......................................................................... Kumatetralil......................................................................... Rodentisida Akut............................................................................. Seng Fosfida ........................................................................ Pakan ............................................................................................... Beras .................................................................................... Gabah................................................................................... Pelet ..................................................................................... Jagung.................................................................................. Perangkap........................................................................................
3
4 6 7 7 8 8 8 9 9 9 10 10 11
BAHAN DAN METODE ........................................................................... Tempat dan Waktu .......................................................................... Bahan dan Alat................................................................................ Metode ............................................................................................ Hewan Percobaan ................................................................ Pakan dan Rodentisida ........................................................ Pemasangan Perangkap....................................................... Pengamatan ......................................................................... Uji Preferensi Pakan............................................................ Uji Perangkap...................................................................... Uji Pakan versus Perangkap ................................................ Uji Pakan versus Rodentisida.............................................. Uji Pakan versus Perangkap versus Rodentisida................. Rancangan Percobaan .....................................................................
12 12 12 13 14 14 15 15 16 16 16 16 17 17
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... Uji Preferensi Pakan........................................................................
18 18
3 3
Uji Perangkap.................................................................................. Uji Pakan versus Perangkap............................................................ Uji Pakan versus Rodentisida ......................................................... Uji Pakan versus Perangkap versus Rodentisida ............................ Perbandingan Konsumsi Pakan....................................................... Tikus Rumah ....................................................................... Mencit Rumah ..................................................................... Perbandingan Perangkap................................................................. Tikus Rumah ....................................................................... Mencit Rumah .....................................................................
18 20 21 22 24 24 25 25 25 26
KESIMPULAN ........................................................................................... Kesimpulan ..................................................................................... Saran................................................................................................
28 28 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
29
LAMPIRAN................................................................................................
31
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1 Bahan baku dan kandungan nutrisi pada pelet...............................
10
Tabel 2 Konsumsi mencit rumah terhadap pakan uji preferensi pakan ......
18
Tabel 3 Mencit rumah yang terperangkap pada uji perangkap ...................
19
Tabel 4 Konsumsi tikus rumah dan mencit rumah terhadap pakan, mencit rumah dan tikus rumah terperangkap.................................
20
Tabel 5 Konsumsi tikus rumah dan mencit rumah terhadap pakan dan rodentisida ...............................................................................
21
Tabel 6 Konsumsi tikus rumah terhadap pakan, rodentisida dan tikus rumah yang terperangkap ...............................................
23
Tabel 7 Konsumsi mencit terhadap pakan pada uji preferensi, uji pakan versus perangkap dan uji pakan versus rodentisida .......
24
Tabel 8 Konsumsi tikus rumah terhadap pakan pada uji pakan versus perangkap, uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida .........................................................
25
Tabel 9 Perbandingan jumlah tikus rumah terperangkap pada uji pakan versus perangkap dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida ..........................................................................
26
Tabel 10 Perbandingan jumlah mencit rumah terperangkap pada uji perangkap dan uji pakan versus perangkap..................................
26
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1 Perangkap yang digunakan.........................................................
13
Gambar 2 Arena pengujian .........................................................................
13
Gambar 3 Gejala keracunan pada mencit rumah dan tikus rumah..............
22
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Tabel 1 Analisis ragam uji preferensi pakan pada mencit rumah ..............
32
Tabel 2 Analisis ragam uji perangkap pada mencit rumah ........................
32
Tabel 3 Analisis ragam perangkap pada uji pakan versus perangkap pada mencit rumah ......................................................................
32
Tabel 4 Analisis ragam pakan pada uji pakan versus perangkap pada mencit rumah................................................................................
32
Tabel 5 Analisis ragam uji pakan versus rodentisida pada mencit rumah .
33
Tabel 6 Analisis ragam umpan gabungan pada mencit rumah ..................
33
Tabel 7 Analisis ragam perangkap gabungan pada mencit rumah.............
33
Tabel 8 Analisis ragam multiple live trap pada mencit rumah ..................
33
Tabel 9 Analisis ragam single live trap pada mencit rumah......................
34
Tabel 10 Analisis ragam snap trap pada mencit rumah.............................
34
Tabel 11 Analisis ragam shermann aluminium live trap pada mencit rumah ..........................................................................................
34
Tabel 12 Analisis ragam pakan pada uji pakan versus perangkap pada tikus rumah..................................................................................
34
Tabel 13 Analisis ragam perangkap pada uji pakan versus perangkap pada tikus rumah .........................................................................
35
Tabel 14 Analisis ragam pakan dan rodentisida pada uji pakan versus rodentisida pada tikus rumah ......................................................
35
Tabel 15 Analisis ragam pakan dan rodentisida pada uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah..........................
35
Tabel 16 Analisis ragam perangkap pada uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah ...........................................
35
Tabel 17 Analisis ragam pakan pada semua pengujian pada tikus rumah.
36
Tabel 18 Analisis ragam perangkap pada semua pengujian pada tikus rumah ..........................................................................................
36
Tabel 19 Analisis ragam rodentisida pada semua pengujian pada tikus rumah ..........................................................................................
36
Tabel 20 Analisis ragam multiple live trap pada uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida
pada tikus rumah .........................................................................
37
Tabel 21 Analisis ragam single live trap pada uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah ..........................................................................................
37
Tabel 22 Analisis ragam havahart live trap pada uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah .........................................................................
37
Tabel 23 Analisis ragam snap trap pada uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah ..........................................................................................
37
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting dalam kehidupan manusia, baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman (Meehan 1984). Setidaknya ada 24 spesies tikus yang merupakan hama penting di negara-negara Asia dan Indo Pasifik (Aplin et al. 2003). Beberapa spesies yang terdapat di Indonesia antara lain Bandicota indica (tikus wirok), Rattus norvegicus (tikus riul), R. tiomanicus (tikus pohon), R. argentiventer (tikus sawah), R. exulans (tikus ladang), dan R. rattus diardii (tikus rumah) (Priyambodo 2005). Tikus rumah merupakan salah satu jenis hama yang biasa ditemukan di sekitar rumah, pekarangan, dan gudang (tempat penyimpanan makanan) (Priyambodo 2003). Tikus memakan segala macam bahan makanan manusia, merusak segala peralatan rumah tangga, dinding rumah, serta tanaman hasil panen (Ensiklopedi Nasional Indonesia 1991). Disamping itu mencit dan tikus dapat pula menjadi vektor penyakit bagi manusia. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh mencit yaitu penyakit Lymphocytic choriomeningitis yang disebabkan oleh virus (LCM virus) (Priyambodo 2003). Penyebaran virus tersebut ditularkan melalui urine, feses, dan hasil eksresi mencit yang mengontaminasi makanan dan air (Gratz 1994).
Sedangkan pada tikus penularan terjadi akibat adanya
kontaminasi dari feses dan urine pada makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia serta adanya kontak dengan jaringan tikus yang mengandung patogen (Priyambodo 2003). Beberapa usaha pengendalian mencit dan tikus yang telah dilakukan diantaranya sanitasi lingkungan, fisik-mekanis, biologis, kimia, dan fumigasi (Smith 1996). Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dari sampah-sampah atau barang-barang yang menumpuk yang dapat dijadikan sarang oleh tikus maupun mencit. Pengendalian secara fisik-mekanik yang banyak dilakukan yaitu gropyokan, pemerangkapan (trapping), pemagaran (proofing). Untuk pengendalian biologis dapat dilakukan dengan memanfaatkan
2
predator mencit dan tikus untuk memangsanya.
Pengendalian dengan
menggunakan umpan beracun terutama dari jenis rodentisida antikoagulan dapat menimbulkan kekebalan mencit dan tikus terhadap racun (Meehan 1984). Namun demikian pengendalian dengan mengunakan racun sintetik ini tetap disukai oleh pengguna karena praktis, mudah diaplikasikan, dan hasilnya cepat. Meskipun demikian pengendalian secara kimia tetap dilakukan sebagai langkah akhir dalam konsep pengendalian hama terpadu (Priyambodo 2003). Mencit rumah dijadikan hewan uji dimaksudkan sebagai pembanding dengan tikus rumah. Mencit rumah diambil karena memiliki kesamaan habitat yaitu di permukiman.
Selain itu mencit yang digunakan yaitu mencit
laboratorium (mencit rumah yang dipelihara di lababoratorium), ini digunakan untuk perbandingan antara hewan uji yang liar dan yang dipelihara di laboratorium. Permasalahan yang dihadapi pada saat pengendalian yang dilakukan dengan pemerangkapan dan umpan beracun yaitu tersedianya makanan tikus dan mencit di habitatnya dalam jumlah yang cukup melimpah.
Hal ini dapat
menyebabkan pengendalian yang dilakukan kurang efektif, jika cara pengendalian tersebut menggunakan umpan yang tidak disukai/diminati oleh tikus dan mencit. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang ketertarikan tikus dan mencit terhadap berbagai jenis pakan, perangkap, dan rodentisida yang dilakukan pada lokasi dimana banyak tersedia makanan di habitatnya.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketertarikan tikus rumah dan mencit rumah pada berbagai jenis pakan, perangkap, dan umpan beracun yang ditempatkan secara terpisah atau bersamaan.
Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengkaji keefektifan dari berbagai jenis perangkap dan umpan beracun yang diaplikasikan pada lokasi dimana tersedia jenis pakan lain di habitat tikus dan mencit.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tikus Rumah (Rattus rattus diardii L.) dan Mencit Rumah (Mus musculus L.) Taksonomi tikus rumah adalah pada Ordo Rodentia, Sub ordo Myomorpha, Famili Muridae, Sub famili Murinae, Genus Rattus, Spesies Rattus rattus, dan Sub spesies R. rattus diardii (Jentink 1879 dalam CABI 2005). Taksonomi mencit rumah adalah pada Ordo Rodentia, Famili Muridae, Sub famili Murinae, Genus Mus, dan Spesies Mus musculus (Ballenger 1999).
Morfologi Tikus Rumah (R. r. diardii) dan Mencit Rumah (M. musculus) Tikus rumah (R. r. diardii) memiliki ciri morfologi tekstur rambut agak kasar, bentuk hidung kerucut, bentuk badan silindris, warna badan bagian perut dan bagian punggung sama yaitu cokelat hitam kelabu, warna ekor cokelat hitam, bobot tubuh berkisar antara 60 – 300 g, panjang kepala + badan bervariasi dengan panjang ekor (lebih pendek, sama, atau lebih panjang), lebar sepasang gigi pengerat rahang atas 3 mm, dan betina memiliki puting susu 2 + 3 pasang. Tikus rumah memiliki kemampuan indera yang sangat menunjang segala aktivitasnya kecuali indera penglihatan.
Selain itu tikus rumah memiliki kemampuan
memanjat dan mengerat yang sangat baik (Priyambodo 2003). Mencit memiliki morfologi yang sama dengan tikus, namun mencit memiliki ukuran yang lebih kecil daripada tikus (Ballenger 1999). Menurut Inglis (1980) mencit cokelat adalah mencit liar yang merupakan nenek moyang mencit. Mencit rumah strain laboratorium yang dikenal pada saat ini, berdasarkan warnanya terdiri dari tiga jenis yaitu mencit cokelat yang awalnya merupakan mencit liar, mencit putih yang merupakan keturunan dari mencit cokelat yang telah kehilangan pigmen (Priyambodo 2003), serta mencit hitam yang merupakan hasil dari persilangan antara mencit cokelat dan putih (Penjelasan dari teknisi Laboratorium Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, IPB).
4
Biologi Tikus Rumah (R. r. diardii) dan Mencit Rumah (M. musculus) Tikus merupakan hewan yang lincah dan cerdik. Perilaku ini ditunjang oleh kemampuan indera dan fisik yang terlatih untuk aktif malam hari. Gigi seri yang tajam dan tumbuh terus-menerus berfungsi untuk mengerat, menggali tanah, dan berkelahi. Rambut-rambut panjang dan misai berfungsi sebagai pemandu jalan yang sensitif terhadap gerakan benda. Lidah, hidung, dan telinga berfungsi sebagai pembeda rasa, aroma, suara dari benda yang dijumpai dan berbahaya (Rochman 1990). Tikus memiliki kemampuan indera yang sangat menunjang dalam setiap aktivitasnya. Diantara kelima indera yang dimilikinya hanya indera penglihatan yang berkembang kurang baik, tetapi kekurangan ini ditutupi oleh keempat indera lainnya yang sangat berkembang sangat baik (indera penciuman, pendengaran, perasa dan, peraba) (Priyambodo 2003). Penglihatan tikus kurang berkembang dengan baik, tetapi memiliki kepekaan yang tinggi terhadap cahaya. Sebagian besar cahaya ditangkap oleh tikus sebagai warna kelabu.
Pada tikus terdapat juga kecenderungan tertarik
terhadap warna-warna kuning dan hijau terang yang ditangkap sebagai warna kelabu terang.
Hal ini dimanfatkan oleh manusia untuk memberikan warna
kuning dan hijau terang pada umpan beracun untuk menariknya (Priyambodo 2003). Indera penciuman berkembang dengan sangat baik hal ini ditunjukkan dengan menggerakan-gerakkan kepala dan mendengus ketika mencium bau pakan, tikus lain, atau musuhnya. Indera penciuman dimanfaatkan oleh manusia untuk menarik atau mengusir tikus dari suatu tempat. Untuk menarik tikus dapat digunakan bahan kimia penarik (atraktan), sedangkan untuk mengusir dapat digunakan bahan kimia penolak (repelen).
Tikus juga memiliki kemampuan
indera perasa yang dapat membedakan rasa manis, asam, pahit, dan asin seperti pada manusia (Meehan 1984). Kemampuan tersebut menyebabkan tikus dapat menolak racun atau menimbulkan masalah dosis sub lethal (dosis racun yang tidak sampai membunuh tikus yang memakannya) (Priyambodo 2003). Indera peraba pada tikus berkembang sangat baik. Alat peraba pada tikus berupa rambutrambut halus dan panjang yang tumbuh diantara rambut
pada bagian tepi
tubuhnya (vibrissae) dan kumis (misai). Bentuk rabaan tikus dapat berupa
5
sentuhan dengan lantai, dinding, maupun benda-benda yang ada di dekatnya. Dalam pergerakannya, tikus biasanya melalui jalur yang sama atau biasa disebut run way. Hal ini dimanfaatkan manusia untuk melakukan pengendalian dengan meletakkan perangkap atau umpan beracun pada run way tersebut (Meehan 1984). Mencit yang umum dipelihara di laboratorium yaitu, mencit yang berwarna putih sehingga mencit ini dikenal dengan mencit laboratorium. Mencit laboratorium jika diperlakukan dengan halus akan menjadi jinak sebaliknya jika diperlakukan dengan kasar mereka akan bersikap agresif bahkan akan menggigit. Seekor mencit jantan yang hidup di laboratorium maupun yang hidup liar jika dicampurkan ke dalam kelompok yang sudah stabil hirarkinya akan berkelahi untuk menentukan pemimpin kelompok tersebut. Mencit betina yang sedang menyusui anak, baik yang dipelihara di laboratorium maupun yang liar akan melakukan perlindungan terhadap anak-anaknya dengan menjaga sarangnya. Induk mencit yang dipelihara di laboratorium akan bersifat kanibal (memakan anaknya) jika anaknya dipegang dengan tangan manusia yang kotor. Begitupun mencit jantan memiliki sifat suka memakan anak mencit yang baru lahir sehingga anak mencit yang baru lahir ini perlu dipisahkan dari mencit jantan (Malole dan Pramono 1989). Konsumsi pakan per hari pada tikus sekitar 20% dari bobot tubuhnya. Tikus dapat bertahan hidup tanpa makan selama seminggu, akan tetapi hal ini akan menghambat perkembangannya (Anonim 2006). Konsumsi pakan mencit berkisar 3 - 4 g per hari dari pakan yang kering atau sekitar 20% dari berat bobot tubuhnya dan kebutuhan air sebanyak 3 ml per hari. Sedangkan untuk tikus 10g/hari untuk pakan kering, minum 15 - 30 ml/hari. Mencit rumah relatif tahan haus dibanding jenis tikus lainnya dan hanya akan minum jika menemukan air (Priyambodo 2003). Mencit dapat menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak, yaitu 3 - 12 ekor/kelahiran dengan masa bunting 19 - 20 hari (Twigg 1988). Bobot anak mencit yang baru dilahirkan berkisar antara 0,5 - 1,5 g, untuk anak tikus 4,5 - 6,5 g. Bobot mencit jantan dewasa adalah 20 - 24 g sedangkan mencit betina dewasa 25 - 40 g, bobot tubuh tikus yaitu 60 - 300 g. Anak mencit maupun tikus disapih pada umur 21 - 28 hari. Lama hidup mencit mencapai 1,5 tahun di lapangan dan 3 tahun di laboratorium (Malole dan Pramono 1989). Dewasa seksual mencit cepat
6
yaitu antara 2 - 3 bulan. Selain itu mencit dan tikus memiliki sifat post partum oestrus yaitu timbulnya birahi kembali segera (24 - 28 jam) setelah melahirkan dan dapat beranak sepanjang tahun. Dalam kondisi cuaca yang tidak kondusif dapat menyebabkan periode perkembangbiakannya terganggu, tetapi dengan sarang dan perlindungan yang baik serta kualitas makan yang tersedia akan dapat memperbaiki periode perkembangbiakannya (Balogh dan Croft 2004). Mencit memiliki indera perasa yang berkembang baik.
Mencit akan
menyeleksi dan mencicipi makanannya terlebih dahulu sebelum dimakan. Jika dirasa makanan tersebut tidak berbahaya mencit baru memakannya dalam jumlah yang cukup (Timm dan Salmon 1988). Dibandingkan dengan jenis tikus lainnya, mencit memiliki sifat mudah curiga terhadap setiap benda yang baru ditemuinya termasuk terhadap pakannya (Priyambodo 2003). Selain itu mencit memiliki kemampuan mendeteksi racun atau umpan beracun setelah mengalami keracunan. Selanjutnya mereka akan menolak untuk memakan racun dan umpan beracun yang sama. Hal ini disebut jera racun atau jera umpan (Prakash 1988).
Rodentisida Kronis Rodentisida kronis atau antikoagulan merupakan racun yang bekerja secara lambat. Rodentisida sintetik dari senyawa kumarin (salah satu bahan aktif rodentisida antikoagulan) yang pertamakali diedarkan pada tahun 1950 oleh Wisconsin adalah warfarin (berasal dari kata Warf dan coumarin). Penggunaan warfarin kemudian berkembang dengan cepat karena rodentisida ini tidak menimbulkan jera umpan (bait-shyness) dan gejala timbul setelah hewan makan umpan beberapa hari (Ware 1978). Gejala keracunan pada hewan sasaran terlihat dalam waktu yang cukup lama yaitu sekitar 24 jam atau lebih (Oudejans 1991). Cara kerja antikoagulan (senyawa hidroksikumarin dan indandion) adalah menghambat pembentukan prothrombin yang bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah dan kerusakan pembuluh yang menyebabkan pendarahan (Ware 1978).
7
Brodifakum Salah satu bahan aktif yang digunakan sebagai rodentisida kronis yaitu brodifakum. Bahan aktif ini merupakan racun antikoagulan generasi kedua yang paling potensial untuk mengendalikan tikus dan mencit yang sudah kebal (resisten) terhadap racun lain (antikoagulan generasi pertama). Nama kimia dari brodifakum yaitu 3-[3-(4’-bromobiphenyl-4-yl)-1,2,3,4-tetrahydro-l-naphthyl]hydroxycoumarin[56073-10-0],C31H23BrO3 (Buckle & Smith 1996). Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium maupun di lapang, brodifakum dengan konsentrasi 0,005% dapat menyebabkan 100% kematian mencit baik yang rentan maupun yang kebal terhadap warfarin setelah satu hari perlakuan (Buckle 1996). Bentuk asli dari bahan aktif brodifakum berupa bubuk putih dan dapat terdegradasi oleh cahaya ultra violet. Racun ini bekerja dengan mengganggu kerja vitamin K dalam proses pembekuan darah. Racun berpotensi membunuh apabila rodens menyerap dengan dosis bahan aktif sebesar 50 mg/kg (Oudejans 1991).
Flokumafen Flokumafen merupakan senyawa kimia yang mirip dengan brodifakum temasuk kedalam kelompok rodentisida kronis atau antikoagulan. Flokumafen memiliki
nama
kimia
4-hydrovy-3-(1,2,3,4-tetrahyro-3-[4-(4-
trifluoromethylbenzyloxy)phenyl]-1-naphthyl]coumarin
[90035-08-8],
C33H25F3O4, dan merupakan salah satu dari bahan aktif generasi kedua yang potensial digunakan (Buckle & Smith 1996). Bentuk asli dari flokumafen adalah padatan berwarna putih, degradasi flokumafen tidak terdeteksi dalam 4 minggu, tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dan larut dalam aseton.
Cara kerja racun ini mengganggu
metabolisme vitamin K dan mengganggu sistem pembekuan darah. Flokumafen merupakan racun yang memiliki LD50 sebesar 0,25 mg/kg untuk tikus dan 0,8 mg/kg untuk mencit (Oudejans 1991).
8
Kumatetralil Kumatetralil termasuk ke dalam golongan racun antikoagulan yang dihasilkan oleh Jerman dan telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengendalikan hewan pengerat. Kumatetralil memiliki toksisitas yang lebih tinggi daripada warfarin tetapi cukup efektif untuk mengendalikan tikus riul (R. norvegicus). Kumatetralil berbentuk bubuk kristal berwarna putih kekuningan, tidak larut dalam air tetapi larut dalam aseton dan ethanol. Kumatetralil merupakan bahan aktif yang tidak menyebabkan jera umpan. LD50 sub kronis untuk R. norvegicus 16.5 mg/kg, untuk tikus betina sedikit lebih sensitif dibandingkan dengan tikus jantan (Prakash 1988).
LD50 untuk tikus
rumah (R. r. diardii) 0,3 mg/kg (Sikora 1981).
Rodentisida Akut Rodentisida akut merupakan racun yang dapat menyebabkan kematian setelah mencapai dosis letal dalam waktu 24 jam atau kurang (Buckle 1996). Untuk beberapa bahan aktif bahkan dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit (Meehan 1984). Rodentisida akut merupakan racun yang sangat berbahaya. Racun ini tidak memiliki antidot yang spesifik, sehingga di beberapa negara keberadaannya sangat dibatasi.
Penggunaan rodentisida akut biasanya hanya
diizinkan bagi pengguna yang sudah profesional.
Seng fosfida Salah satu rodentisida akut yang banyak digunakan dan merupakan satusatunya rodentisida akut yang diperbolehkan digunakan oleh non profesional yaitu rodentisida berbahan aktif seng fosfida.
Bahan ini merupakan racun non
antikoagulan berbentuk tepung dan berwarna kelabu kehitaman dengan kemurnian bahan aktif mencapai 80 - 90%. Seng fosfida diproduksi dengan cara melakukan kombinasi antara seng dengan fosfor. Racun ini telah dikenal sejak dulu sebagai racun yang efektif mengendalikan tikus dan penggunaannya sudah meluas (Corrigan 1997). Racun ini bersifat dapat bercampur dengan karbon disulfida dan benzena tapi tidak dapat larut dalam alkohol dan air. Seng fosfida bekerja dengan menghasilkan gas fosfin
9
yang dapat merusak saluran pencernaan (Lund 1994), masuk ke dalam aliran darah dan menghancurkan hati (liver). Menurut Corrigan 1997 tikus yang mati karena mengonsumsi seng fosfida akan mengalami kerusakan pada bagian hati dan mengalami gagal ginjal. LD50 seng fosfida terhadap tikus rumah yaitu 45,7 mg/kg.
Pakan Beras Beras adalah salah satu makanan pokok bagi penduduk dunia dengan jumlah produksi per tahun menempati peringkat kedua setelah gandum. Struktur beras terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit gabah, lapisan perikarp, lapisan aleuron, bakal kecambah, dan bagian endosperm yang seperti kaca (Lasztity 1986). Beras mengandung 6,7% karbohidrat, 6,7%
protein dan kandungan
protein ini berkurang hingga 2% setelah dimasak. Protein beras mengandung lisin lebih kurang 4% yang merupakan asam amino pembatasnya (de Man 1997). Asam amino pembatas merupakan asam amino yang tersedia dalam jumlah terbatas, namun cukup untuk perbaikan jaringan tubuh akan tetapi tidak cukup untuk pertumbuhan (Almatsier 2001).
Gabah Gabah adalah bulir padi, biasanya mengacu pada bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Secara anatomi biologi, gabah merupakan buah sekaligus biji dan termasuk buah yang bertipe bulir atau caryopsis, yaitu tipe buah yang sulit dibedakan antara buah dengan biji. Gabah kering simpan mengandung kadar air maksimal 14% (Wikipedia 2000). Kulit luarnya mengandung bahan yang berupa silikat. Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm, dan 2-3% lembaga. Lapisan katul banyak mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin (Wikipedia 2000).
10
Pelet Pelet merupakan salah satu bahan makanan tambahan yang digunakan untuk pakan ternak. Pelet terdiri dari bahan hewani, nabati, dan bahan makanan lainnya yang dibuat dengan cara dijadikan adonan seperti pasta kemudian dicetak kering sebagai potongan pelet. Bahan pembuatan dan kandungan nutrisi pada pelet disajikan pada Tabel 1 (Mashur 2006). Tabel 1 Bahan baku dan kandungan nutrisi pada pelet Bahan Baku Tepung ikan Tepung kepala udang Tepung daging kerang Tepung cumi-cumi Kedelai Yeast Minyak ikan Minyak cumi Campuran vitamin/mineral Lesitin Astaksantin Etoksiquin Gelatin Agar-agar Kolesterol Lesitin Sikloheksam
Persentase (%) 48 13 10 9 5,5 4 2 1,6 2,5 1,2 0,2 150 mg/kg 11 g/100 g 3 g/100g 0,8 g 1,6 g 100 ml
Nilai Nutrisi Protein: 53% Lemak: 13% Karbohidrat: 4% Serat: 7,6% Air: 8 Abu: 12 Kalori: 410,8
Sumber: Akbar (1999).
Istilah ”pelet” digunakan untuk menyatakan bahan yang tidak berbentuk tepung maupun butiran, akan tetapi berupa potongan-potongan pipa (Asmawi 1983).
Jagung Jagung merupakan salah satu palawija yang utama di Indonesia. Selain dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras, jagung juga digunakan untuk pakan ternak (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 1998). Kandungan nutrisi dalam jagung (per 100 g makanan) yaitu protein 4,1 g, energi 129 kkal, lemak 1,3 g, karbohidrat 39,3 g, kalcium (Ca) 5 mg, besi (Fe) 1,1 mg, dan vitamin C 9 mg (Riana 2000). Jagung terdiri dari beberapa bagian, yaitu kulit ari, lembaga, dan endosperma (Wikipedia 2000).
11
Perangkap Beberapa jenis perangkap yang dikenal dalam pengendalian tikus dan mencit antara lain perangkap hidup (live trap) dan perangkap mati (kill trap). Beberapa perangkap yang termasuk perangkap hidup diantaranya single live trap, multiple live trap, Sherman aluminium live trap, havahart live trap, sedangkan yang termasuk perangkap mati diantaranya snap trap, sticky-board trap/gluetrap (perangkap berperekat), gin trap dan pitfall trap (perangkap jatuhan) (Anonim 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Preferensi Pakan Hasil uji preferensi pakan pada mencit rumah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Konsumsi mencit rumah terhadap pakan pada uji preferensi pakan Pakan
Konsumsi (g/100 g bobot tubuh)
Pelet Beras Gabah Jagung
9,57 a 7,47 a 4,01 b 2,09 b
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Pada pengujian preferensi pakan menunjukkan hasil bahwa pelet dan beras merupakan pakan yang paling disukai disusul dengan gabah dan jagung. Hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa konsumsi pelet dan beras tidak berbeda nyata, tetapi kedua pakan ini menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan kedua pakan lainnya (gabah dan jagung). Pelet dan beras lebih disukai daripada gabah dan jagung. Hal ini karena pelet merupakan pakan buatan yang terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari hewani dan nabati. Pelet lebih disukai karena baunya yang menarik bagi mencit serta bentuk dan kepadatannya yang membuat mencit lebih senang untuk mengeratnya. Hal ini pun ditunjukkan dengan perilaku mencit yang dari sejak kecil sudah mengetahui jenis pakan mana yang harus dimakan dan mana yang tidak boleh dimakan.
Hal ini didapatkan dengan cara belajar dari induknya
dengan mengendus-ngendus mulut dan hidung induknya setelah mengkonsumsi pakan (Galef dan Clark 1971).
Uji Perangkap Hasil uji perangkap pada mencit rumah dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa Multiple Live Trap, Single Live Trap, dan Shermann Aluminium Live Trap merupakan perangkap yang paling banyak
19
dimasuki oleh mencit. Hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa ke-3 perangkap tersebut menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tabel 3 Mencit rumah yang terperangkap pada uji perangkap
Ket :
Perangkap
Terperangkap (individu/perangkap)
Multiple Live Trap Single Live Trap Shermann Aluminium Live Trap Snap Trap Glue Trap
7,4 a 6,8 a 5,2 a 3,2 b 2,4 b
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Multiple Live Trap memiliki pintu masuk yang berbentuk lorong dan akan terbuka jika diinjak oleh mencit yang kemudian secara otomatis akan tertutup kembali jika tidak ada beban di atasnya. Selain itu Multiple Live Trap dapat dimasuki oleh lebih dari satu mencit rumah.
Single Live Trap memiliki
posisi pintu yang terbuka lebar menyebabkan mencit mudah memasukinya. Sedangkan pada Shermann Aluminium Live Trap dengan bentuk kotak panjang menyebabkan mencit mengira sebagai tempat berlindung seperti halnya bumbung bambu. Kedua perangkap ini akan menutup jika ada mencit yang masuk dan menghalangi mencit lain untuk memasukinya. Akan tetapi kedua tipe perangkap ini dapat dimasuki oleh lebih dari satu mencit secara bersamaan. Snap Trap dan Glue Trap kurang disukai karena mudah terdeteksi oleh mencit sebagai benda yang berbahaya.
Pada Snap Trap, ketika ada mencit yang terperangkap
mengeluarkan bunyi yang sangat kencang dan menyebabkan mencit yang lain terkejut sehingga akan menimbulkan ketakutan serta tidak dapat berfungsi untuk menangkap mencit yang lain.
Glue Trap tidak disukai oleh mencit karena
perangkap ini terbuat dari bahan kimia yang mengeluarkan bau yang membuat mencit lebih waspada yang pada akhirnya tidak menghampiri perangkap ini. Selain itu pada saat terperangkap mencit terus bergerak-gerak untuk melepaskan diri dari rekatan lem tersebut dan hal ini menyebabkan mencit yang lain bersikap lebih waspada terhadap perangkap ini.
20
Uji Pakan versus Perangkap Hasil uji pakan versus perangkap pada tikus rumah dan mencit rumah dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa Multiple Live Trap merupakan jenis perangkap yang paling banyak dimasuki oleh tikus rumah yaitu sebanyak 11,2 ekor, disusul oleh Havahart Live Trap dengan rata-rata tikus terperangkap 3,8 ekor sedangkan untuk Single Live Trap dan Snap Trap masing-masing 2 dan 0,6 ekor. Uji lanjutan menunjukkan bahwa Multiple Live Trap berbeda nyata dengan ketiga jenis perangkap lainnya.
Untuk konsumsi pakan, gabah lebih disukai
daripada beras dan pelet. Hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa konsumsi gabah berbeda nyata dibanding dengan beras dan pelet. Tikus lebih menyukai gabah dibandingkan dengan beras yang kulit luarnya sudah terkelupas, karena tikus rumah khususnya di Indonesia lebih menyukai aktivitas mengupas dulu sebelum makan. Selain itu pada gabah terutama pada bagian katul banyak mengandung vitamin B baik B1 maupun B2 dan niasin. Niasin ini yang menyebabkan katul keras sehingga disenangi oleh tikus ketika mengerat gabah. Tabel 4 Konsumsi mencit rumah dan tikus rumah terhadap pakan (g/100 g bobot tubuh) serta mencit rumah dan tikus rumah terperangkap (individu/perangkap) Pakan dan perangkap
Tikus rumah
Mencit rumah
Pelet Gabah Beras
1,01 b 3,12 a 1,94 b
5,25 a 4,59 a 1,95 b
Multiple Live Trap Havahart Live Trap Shermann Aluminium Live Trap Single Live Trap Snap Trap
11,2 a 3,8 b 2 bc 0,6 c
7,2 a 4,8 b 4,4 b 2,6 c
Ket :
Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Pada mencit rumah didapatkan hasil bahwa Multiple Live Trap masih banyak dimasuki mencit dibandingkan dengan perangkap yang lain dengan jumlah rata-rata yang terperangkap yaitu 7,2 ekor. Uji lanjutan menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan Shermann Aluminium Live Trap, Single Live Trap dan Snap Trap.
21
Konsumsi pakan dalam uji ini menunjukkan bahwa pelet dan gabah merupakan pakan yang paling banyak dikonsumsi dibandingkan dengan beras. Kedua pakan ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, tetapi kedua pakan ini menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan beras. Gabah lebih disukai daripada beras karena pada gabah terdapat kulit luar (sekam) yang banyak mengandung niasin dan vitamin B baik B1 maupun B2. Kulit gabah dikupas terlebih dahulu oleh mencit sebelum dimakan. Aktivitas mengupas inilah yang disenangi oleh mencit rumah karena sekaligus dapat mengurangi panjang gigi serinya. Sedangkan pelet disukai karena terbuat dari berbagai bahan yang banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh mencit. Selain itu bentuk pelet yang bulat dan keras menyebabkan mencit menyukainya untuk mengerat.
Uji Pakan versus Rodentisida Hasil uji pakan dan rodentisida pada tikus rumah dan mencit rumah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Konsumsi tikus rumah dan mencit rumah terhadap pakan dan rodentisida (g/100 g bobot tubuh) Pakan dan rodentisida
Tikus rumah
Mencit rumah
Pelet Gabah Beras Brodifakum 2 Flokumafen Seng fosfida Kumatetralil Brodifakum 3 Brodifakum 1
2,08 b 7,98 a 5,41 ab 0,08 c 0,10 c 0,40 c 0,27 c 0,08 c 0,10 c
8,22 a 8,07 a 1,16 b 0,33 b 0,19 b 0,16 b 0,07 b 0,01 b
Ket : Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Pada tikus, konsumsi pakan lebih tinggi dari pada rodentisida. Gabah merupakan pakan yang paling banyak dikonsumsi dengan konsumsi 7,98 g disusul dengan beras dan pelet masing-masing 5,41 dan 2,08 g.
Konsumsi
rodentisida yang paling banyak yaitu rodentisida akut berbahan aktif seng fosfida (0,4 g).
Walaupun secara keseluruhan konsumsi terhadap rodentisida ini
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata, namun konsumsi seng fosfida
22
tersebut sudah dapat menyebabkan kematian pada tikus rumah. Jumlah total tikus yang mati selama pengujian mencapai 7 ekor dari total 20 ekor. Tikus yang mati lebih banyak disebabkan oleh seng fosfida, hal ini dapat dilihat dari gejala yang terjadi pada tikus. Gejala yang terlihat yaitu di bagian dalam tubuh terdapat gelembung udara pada bagian usus dan lambung (Gambar 3).
Gelembung
tersebut disebabkan oleh gas fosfin (PH3) yang dihasilkan dari reaksi seng fosfida dengan O2. Hal ini menunjukkan bahwa rodentisida jenis seng fosfida cukup efektif untuk dapat membunuh tikus walaupun jumlah yang dikonsumsi hanya sedikit (kurang dari 1 g). Hal yang sama terjadi pada mencit rumah menunjukkan bahwa konsumsi pelet (8,22 g) dan gabah (8,07 g) lebih disukai dibandingkan dengan rodentisida. Konsumsi keduanya menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata, akan tetapi keduanya menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan konsumsi semua jenis rodentisida.
Untuk konsumsi rodentisida sendiri
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dari setiap jenis rodentisida.
A
B
Gambar 3 Gejala keracunan pada tikus rumah (A) dan mencit rumah (B)
Uji Pakan versus Perangkap versus Rodentisida Pengujian ini hanya dilakukan pada tikus rumah.
Hasil pengujian
menunjukkan bahwa gabah tetap menjadi pakan yang paling disukai dengan ratarata konsumsi mencapai 3,82 g disusul dengan beras sebanyak 3,09 g.
23
Hasil uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Konsumsi tikus rumah terhadap pakan dan rodentisida (g/100g bobot tubuh) serta tikus rumah yang terperangkap (individu/perangkap) Pakan dan perangkap
Konsumsi dan hewan terperangkap
Gabah Beras Kumatetralil Seng fosfida Pelet Brodifakum 2 Flokumafen Brodifakum 3 Brodifakum 1
3,82 a 3,09 ab 1,40 abc 0,45 bc 0,25 c 0,01 c 0,003 c 0c 0c
Multiple Live Trap Havahart Live Trap Single Live Trap Snap Trap
8,75 a 4b 1c 0,25 c
Ket : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Untuk konsumsi rodentisida, kumatetralil merupakan rodentisida yang paling banyak dikonsumsi disusul oleh seng fosfida dengan rata-rata konsumsi masing-masing 1,40 dan 0,45 g.
Kedua rodentisida tersebut lebih tinggi
konsumsinya dibandingkan dengan pelet yang rata-rata konsumsinya hanya 0,25 g.
Berdasarkan uji lanjut duncan pada taraf uji α=5% menunjukkan bahwa
konsumsi gabah dan beras berbeda
nyata dibandingkan dengan pakan dan
rodentisida lainnya. Untuk konsumsi pelet (0,25 g) dan rodentisida brodifakum-2 (0,01 g), flokumafen (0,003 g), brodifakum-3 (0 g) dan brodifakum-1 (0 g) menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Konsumsi terhadap rodentisida pada pengujian ini menyebabkan tujuh ekor tikus mati dari jumlah total 20 ekor. Jika dibandingkan antara tikus yang mati akibat konsumsi rodentisida dengan tikus yang masuk perangkap, lebih banyak tikus yang masuk perangkap. Pada pengujian ini perangkap yang paling banyak dimasuki tikus yaitu Multiple Live Trap dengan rata-rata 8,75 ekor, kemudian Havahart Live Trap (4 ekor), Single Live Trap (1 ekor) dan Snap Trap (0,25 ekor). Berdasarkan uji lanjutan pada taraf uji α=5% Multiple Live Trap menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibanding dengan perangkap lainnya.
24
Sedangkan untuk Single Live Trap dan Snap Trap menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan tikus rumah lebih banyak yang masuk pada perangkap (Multiple Live Trap dan Havahart Live Trap), sehingga tikus rumah yang tersisa di luar perangkap sedikit, selain itu kedua perangkap ini (Multiple Live Trap dan Havahart Live Trap)
memiliki sistem penguncian yang baik
sehingga tikus yang masuk tidak mungkin keluar lagi. Pada Single Live Trap tidak ada sistem penguncian, pintu hanya akan tertutup dengan daya tarik yang disebabkan oleh pegas yang ada di dalam perangkap, jika pegas ini sudah kendur maka memungkinkan tikus yang terperangkap keluar kembali.
Perbandingan Konsumsi Pakan Tikus Rumah Pada ketiga jenis pengujian (uji pakan versus perangkap, uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida) menunjukkan bahwa konsumsi gabah dan beras pada uji pakan versus rodentisida paling banyak dikonsumsi dengan rata-rata konsumsi masing-masing 7,98 dan 5,41 g. Selanjutnya gabah dan beras pada uji pakan versus perangkap versus rodentisida dengan rata-rata konsumsi masing-masing 3,82 dan 3,09 g. Untuk konsumsi gabah, pelet, dan beras pada ketiga pengujian dapat dilihat pada Tabel 7. Jika dilihat dari rata-rata konsumsi pakan ternyata konsumsi pakan pada uji yang terdapat rodentisida lebih banyak dibandingkan dengan konsumsi pakan pada uji pakan versus perangkap. Hal ini menunjukkan bahwa tikus rumah masih lebih tertarik untuk masuk perangkap dibandingkan dengan mengonsumsi pakan dan umpan beracun. Tabel 7 Konsumsi tikus rumah terhadap pakan pada uji pakan versus perangkap, uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida (g/100 g bobot tubuh). Pakan
Uji pakan versus perangkap
Uji pakan versus rodentisida
Uji pakan versus perangkap versus rodentisida
Gabah Beras Pelet
3,07 bc 1,94 bc 0,95 bc
7,98 a 5,41 ab 2,08 bc
3,82 bc 3,09 bc 0,25 c
Ket : Angka pada semua kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
25
Mencit rumah Pada mencit rumah konsumsi pakan pada ketiga pengujian (uji preferensi pakan, uji pakan versus perangkap, dan pakan versus rodentisida), menunjukkan bahwa konsumsi pelet pada uji preferensi pakan adalah yang paling banyak dikonsumsi dengan rata-rata kosumsi 9,57 g. Selanjutnya pelet (8,22 g) dan gabah (8,08 g) pada uji pakan versus rodentisida. Ketiganya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji Duncan dengan taraf α=5 %. Hal ini berarti konsumsi pelet dan gabah masih lebih disukai walaupun ada jenis pakan lain, apalagi terhadap pakan yang mengandung rodentisida. Konsumsi pakan pada uji pakan versus perangkap lebih rendah jika dibandingkan dengan konsumsi pakan pada kedua pengujian lainnya (uji preferensi pakan dan uji pakan versus rodentisida). Hal ini disebabkan hewan uji yang sudah terperangkap tidak dapat lagi mengonsumsi pakan yang terdapat di luar perangkap. Dengan kata lain, pemasangan perangkap dengan umpan yang disukai oleh hewan uji masih lebih efektif dibandingkan dengan pemasangan umpan beracun (rodentisida). Tabel 8 Konsumsi mencit terhadap pakan pada uji preferensi, uji pakan versus perangkap dan uji pakan versus rodentisida (g/100 g bobot tubuh) Pakan
Uji preferensi pakan
Uji pakan versus perangkap
Uji pakan versus rodentisida
Pelet Gabah Beras Jagung
9,57 a 3,90 cde 7,47 ab 2,09 de
5,25 bc 4,57 cd 1,95 e -
8,22 a 8,08 a -
Ket : Angka pada semua kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Perbandingan Perangkap Tikus Rumah Hasil pemerangkapan tikus rumah dari uji pakan versus perangkap dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida dapat dilihat pada Tabel 9. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa Multiple Live Trap pada uji pakan versus perangkap paling banyak dimasuki tikus rumah (11,2 ekor). Jumlah tikus yang terperangkap pada uji pakan versus perangkap lebih banyak dibandingkan dengan uji pakan versus perangkap versus rodentisida kecuali pada Havahart Live Trap pada uji pakan versus perangkap versus rodentisida (4 ekor) lebih tinggi dibanding
26
pada uji pakan versus perangkap (3,8 ekor) akan tetapi keduanya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Tabel 9 Perbandingan jumlah tikus rumah terperangkap pada uji pakan versus perangkap dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida (individu/perangkap) Uji pakan versus Uji pakan versus perangkap versus Perangkap perangkap rodentisida 11,2 a 8,75 b Multiple Live Trap 3,8 c 4,0 c Havahart Live Trap 2,0 cd 1,0 d Single Live Trap 0,6 d 0,25 d Snap Trap Ket : Angka pada semua kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Hal ini menunjukkan bahwa tikus lebih menyukai untuk masuk ke perangkap dibandingkan dengan mengonsumsi pakan atau rodentisida yang tersedia di sekitar perangkap.
Mencit Rumah Hasil pemerangkapan mencit rumah dari uji perangkap dan uji pakan versus perangkap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Perbandingan jumlah mencit rumah terperangkap pada uji perangkap dan uji pakan versus perangkap (individu/perangkap) Perangkap
Uji perangkap
Uji pakan versus perangkap
Multiple Live Trap Single Live Trap Shermann Aluminium Live Trap Snap Trap Glue Trap
7,4 a 6,8 a 5,2 ab 3,2 b 2,4 b
7,2 a 4,4 ab 4,8 ab 2,6 b -
Ket : Angka pada semua kolom yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang ganda Duncan pada taraf α=5%
Perangkap yang paling banyak dimasuki mencit rumah yaitu Multiple Live Trap pada uji pemerangkapan dengan rata-rata mencit terperangkap 7,4 ekor dan pada uji pakan versus perangkap dengan rata-rata mencit terperangkap 7,2 ekor. Rata-rata mencit yang masuk pada Single Live Trap pada uji pemerangkapan yaitu 6,8 ekor.
Ketiganya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji
lanjutan pada taraf uji α=5 %. Hal ini berarti Multiple Live Trap mempunyai
27
kemampuan yang lebih efektif untuk menangkap tikus walaupun tersedia pakan lain disekitarnya karena umpan yang diletakkan di dalam perangkap tersebut dapat menarik mencit rumah untuk memasukinya.
Hal ini pun dapat dilihat
bahwa Shermann Aluminium Live Trap pada uji perangkap menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan Shermann Aluminium Live Trap pada uji pakan versus perangkap dengan rata-rata mencit terperangkap masing-masing 5,2 dan 4,8 ekor. Demikian juga Snap Trap pada uji perangkap menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan Snap Trap pada uji perangkap versus pakan. Hal ini menunjukkan bahwa mencit masih tertarik untuk memasuki perangkap walaupun tersedia pakan. Untuk perbandingan tipe perangkap yang sama pada uji yang berbeda baik pada tikus maupun pada mencit menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata.
KESIMPULAN
Kesimpulan Pakan yang paling disukai oleh tikus rumah secara berurutan yaitu gabah, beras, dan pelet. Rodentisida tidak disukai oleh tikus rumah. Jenis perangkap yang paling banyak dimasuki tikus secara berurutan yaitu Multiple Live Trap, Havahart Live Trap, Single Live Trap dan Snap Trap. Konsumsi pakan lebih tinggi daripada konsumsi umpan beracun. Penggunaan perangkap lebih efektif daripada umpan beracun, jumlah tikus yang terperangakap lebih banyak daripada jumlah tikus yang mati akibat mengonsumsi umpan beracun. Pakan yang paling disukai mencit rumah yaitu pelet dan gabah. Konsumsi pakan lebih tinggi daripada konsumsi umpan beracun. Penggunaan perangkap lebih efektif dari pada penggunaan umpan beracun hal ini terlihat bahwa konsumsi pakan lebih tinggi pada uji pakan versus rodentisida dibandingkan dengan uji pakan versus perangkap. Perangkap yang paling efektif yaitu Multiple Live Trap.
Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengujian perangkap, pakan, dan rodentisida di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2005.http://www.deptan.go.id/ditlintp/TEKNOLOGI/PENGENDALIAN _TIKUS_SPESIFIK_LOKASI.html-86k. [14 Maret 2007]. Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Aplin KP, Brown PR, Jacob J, Krebs CJ, Singleton GR. 2003. Field Methods For Rodent, Studies in Asia and the Indo-Pasifik. Australian Centre For Internasional Agriculture Research. Canberra: Australia. Asmawi S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba. Gramedia: Jakarta. Ballengger.1999.Musmusculus.[serialonline].http://animaldivercity.ummz.umiche du/site/accounts/information/Musmusculus.html. [6 Maret 2007]. Balogh S, Croft D. 2004. Zinc Phospide and Bromadiolone. [serialonline].http://www.agric.nsw.gov.aureader/mice/znphosbrfaq.htm.[6 Maret 2007]. Buckle AP, Smith RH. 1996. Rodent Pest and Their Control. Cambridge UK: University Press. [CABI]. Crop Agriculture Bioscience International 2005. Crop Protection Compendium. Wallingford: CAB. International. Corrigan MR. 1997. Rats and Mice. Di dalam: Mallis A, [editor]. Handbook of Pest Control. Ed ke-8. Mallis Handbook and Technical Training Company. Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1991. PT Cipta Adi Pustaka. Jakarta. de Man JM. 1997. Kimia Makanan. Edisi ke-2. K. Padmawinata [penerjemah], T. Sutono [editor]. ITB Press. Bandung. Gratz NG. 1994. Rodent as Carrier of Disease. Dalam Rodent Pest and Their Control, Buckle AP. & Smith RH. [editor]. hlm 94-95, 100-101.CAB International. USA. Galef, Clark. 1971. Mother Milk and Adult Presence : Two Factors Determining Initial Dietary Selection By Weanling Rats. Journal of Comparative and Physiologycal Phsycologi. Vol 2 No 2. Hal 220-225. McMaster University. Canada. Inglis JK. 1980. Introduction to Laboratory Animal Science and Technology. Oxford:Pergamon Press. Lasztity R. 1986. The Chemistry of Cereal Proteins. CRC Press. Florida. USA. Lund M. 1994. Commensal Rodents. Dalam: Rodent Pest and Their Control, Buckle AP. & Smith RH. [editor]. hlm 29-30, 40-41. CAB Intenational. USA.
30
Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan Percobaan di Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Bogor: IPB. Mashur. 2006. http://www.idepfoundation.org/download_files/permakultur/MOD9 PHT.pdf. [6 Maret 2007]. Meehan AP. 1984. Rats and Mice, Their Biology and Control. East Grinstead: Rentokil Limited. Oudejans DH. 1991. Agri Pesticides, Properties and Function in Integrated Crop Protection. Economic and Social Commicion for Asia and Pasific. Bangkok Pedoman pengendalian tikus khusus di rumah sakit. www.depkes.go.id/downloads/pengendaliantikus.pdf. [12 Maret 2007] Prakash I. 1988. Rodent Pest Management. United States: CRC Press. Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Ed ke-3. Jakarta: Penebar Swadaya. Priyambodo S. 2005. Pengujian Laboratorium Preferensi Tikus Semak (Rattus tiomanicus Miller) terhadap Rodentisida Klerat RMB (brodifakum 0.005%) dibandingkan dengan Umpan Gabah dan Sawit. Departemen Proteksi Tanaman: Institut Pertanian Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1998. Koordinasi Program Penelitian Nasional: Jagung. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Riana A. 2000. Nutrisi Jagung per 100 gram Makanan. Asiamaya: http://www.asiamaya.com/nutriens/jagungputih. htm [6 Maret 2007]. Rochman. 1990. Masalah Tikus dan Pengendaliannya pada Tanaman Pangan di Indonesia. Perlindungan Tanaman Menunjang Terwujudnya Pertanian Tangguh dan Kelestarian Lingkungan. Agricon 271-283. Sikora RA. 1981. Rodent Pest and Their Control. West Germany. Eschbornz. Smith RH. 1996. Rodent Control Methods: non chemical and non lethal chemical. Di dalam: Buckle AP, Smith RH. Editor. Rodent Pest and Their Control. UK: CAB Internasional. hlm 108-123. Timm RM, Salmon TP. 1988. Behaviour . Di dalam: Prakash I, editor. Rodent Pest Management. Florida: CRC Press, Inc. Hlm 225-236. Twigg GI. 1988. Agriculture and Forestry. Di dalam: Buckle AP, Smith RH. Editor. Rodent Pest and Their Control. UK: CAB Internasional. hlm 45-83. Ware GW. 1978. The Pesticides Book 3rd Edition. Thomson Publication. Wikipedia. 2000. http://www.jagung.org/nutrisijagung.pdf. [12 Maret 2007]
32
Tabel Lampiran 1 Analisis ragam uji preferensi pakan pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
3 16 19
169,963 66,701 236,446
56,654 4,169
13,59
0,0001
R2 = 0,7182
CV = 35,2911
Number of Means Critical Range
2 2,737
3 2,871
4 2,954
Tabel Lampiran 2 Analisis ragam uji pemerangkapan pada mencit rumah Sumber db JK KT F P Perlakuan Galat Total
4 20 24
R2 = 0,4139
95,2 134,8 230
23,8 6,74
3,53
0,0246
4 3,703
5 3,779
CV = 51,9230
Number of Means Critical Range
2 3,425
3 3,595
Tabel Lampiran 3 Analisis ragam perangkap pada uji pakan versus perangkap pada mencit rumah Sumber db JK KT F P Perlakuan Galat Total
3 16 19
R2 = 0.3688
53,75 92 145,75
17,917 5,75
3,21
0,0556
CV = 50,4824
Number of Means Critical Range
2 3,215
3 3,371
4 3,469
Tabel Lampiran 4 Analisis ragam pakan pada uji pakan versus perangkap pada mencit rumah Sumber db JK KT F P Perlakuan Galat Total R2 = 0.8218 Number of Means Critical Range
2 12 14
30,373 6,586 36,959
15,187 0,549
27,67
CV = 18,8508 2 1,021
3 1,069
<,0001
33
Tabel Lampiran 5 Analisis ragam uji pakan versus rodentisida pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
7 32 39
464,208 62,27 526,478
66,315 1,59
34,08
<,0001
R2 = 0,8817
CV = 61,2700
Number of Means Critical Range
2 1,797
3 1,889
4 1,948
5 1,991
6 2,023
7 2,049
8 2,069
Tabel Lampiran 6 Analisis ragam umpan gabungan pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
8 36 44
309,321 127,143 436,463
38,666 3,532
10,95
<,0001
R2 = 0,707 Number of Means Critical Range
CV = 32,8364 2 2,374
3 2,496
4 2,575
5 2,632
6 2,675
7 2,710
8 9 2,73 2,760
Tabel Lampiran 7 Analisis ragam pemerangkapan gabungan pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
8 36 44
149,644 226,8 376,444
18,706 4,169
2,97
0,0117
R2 = 0,398
CV = 51,3405
Number of Means 2 Critical Range 3,220
3 3,385
4 3,492
5 3,570
6 3,628
7 3,675
8 3,712
9 3,743
Tabel Lampiran 8 Analisis ragam multiple live trap pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
1 8 9
0,100 146,000 146,100
0,100 18,250
0,01
0,9428
R2 = 0,0007 Number of Means Critical Range
CV = 58,5206 2 6,230
34
Tabel Lampiran 9 Analisis ragam single live trap pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
1 8 9
14,400 32,000 46,400
14,400 4,000
3,600
0,00943
R2 = 31,03
CV = 35,7143
Number of Means Critical Range
2 2,917
Tabel Lampiran 10 Analisis ragam snap trap pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
1 8 9
0,900 8,000 8,900
0,900 1,000
0,90
0,3706
R2 = 0,1011
CV = 34,4828
Number of Means Critical Range
2 1,458
Tabel Lampiran 11 Analisis ragam shermann aluminium live trap pada mencit rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
1 8 9
0,400 7,600 8,000
0,400 0,950
0,42
0,5346
R2 = 0,0500 Number of Means Critical Range
CV = 19,493 2 1,422
Tabel Lampiran 12 Analisis ragam pakan pada uji pakan versus perangkap pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
2 12 14
11,063 19,843 30,906
5,531 1,654
3,35
0,07
R2 = 0,3893 Number of Means Critical Range
CV = 60,8746 2 1,668
3 1,746
35
Tabel Lampiran 13 Analisis ragam perangkap pada uji pakan versus perangkap pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
3 16 19
334 56 390
111,333 3,550
31,36
<,0001
R2 = 0,8547
CV = 42,8215
Number of Means Critical Range
2 2,526
3 2,649
4 2,726
Tabel Lampiran 14 Analisis ragam pakan dan rodentisida pada uji pakan versus rodentisida pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
8 27 35
272,536 159,587 432,124
34,067 5,911
5,76
0,0003
R2 = 0,6307 Number of Means Critical Range
CV = 134,7124 2 3 4 5 6 7 8 9 3,527 3,706 3,821 3,903 3,965 4,013 4,051 4,082
Tabel Lampiran 15 Analisis ragam pakan dan rodentisida pada uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
8 27 35
62,276 84,123 153,399
8,659 3,116
2,78
0,0221
R2 = 0,4516 Number of Means Critical Range
CV = 176,1701 2 3 4 5 6 7 8 9 2,561 2,691 2,774 2,834 2,879 2,913 2,941 2,964
Tabel Lampiran 16 Analisis ragam perangkap pada uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
3 12 15
175,5 15,5 194
59,5 1,292
46,04
<,0001
R2 = 0,920
CV = 32,4719
36
Number of Means Critical Range
2 1,751
3 1,833
4 1,882
Tabel Lampiran 17 Analisis ragam pakan pada semua pengujian pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
8 30 38
184,84 252,099 436,939
23,105 8,403
2,75
0,0210
R2 = 0,423 Number of Means Critical Range
CV = 93,9462 2 4,044
3 4,250
4 5 6 7 8 9 4,384 4,479 4,551 4,607 4,652 4,689
Tabel Lampiran 18 Analisis ragam perangkap pada semua pengujian pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
7 28 35
519,7 72,3 592
74,243 2,582
28,75
<,0001
R2 = 0,878 Number of Means Critical Range
CV = 40,1726 2 2,208
3 2,320
4 2,393
5 2,444
6 2,483
7 8 2,513 2,537
Tabel Lampiran 19 Analisis ragam rodentisida pada semua pengujian pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
11 36 47
7,26 9,199 16,459
0,66 0,256
2,58
0,0157
R2 = 0,441 Number of Means Critical Range
CV = 230,4215 2 3 4 5 6 0,7249 0,7621 0,7863 0,8037 0,8170 9 0,8429
10 0,8487
11 0,8537
7 8 0,8274 0,8359
12 0,8580
Tabel Lampiran 20 Analisis ragam multiple live trap pada uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah
37
Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
1 7 8
13,339 47,550 60.889
13,339 6,793
1,96
0,2039
R2 = 0,2191 Number of Means Critical Range
CV = 25,7767 2 4,134
Tabel Lampiran 21 Analisis ragam single live trap pada ujipakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah Sumber db JK KT F P Perlakuan Galat Total
1 7 8
R2 = 0,1563 Number of Means Critical Range
2,222 12 14,222
2,222 1,714
1,30
0,2924
CV = 84,1698 2 2,077
Tabel Lampiran 22 Analisis ragam havahart live trap pada uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah Sumber db JK KT F P Perlakuan Galat Total
1 7 8
R2 = 0,0100 Number of Means Critical Range
0,098 8,800 8,889
0,089 1,257
0,07
0,7890
CV = 28,8315 2 1,779
Tabel Lampiran 23 Analisis ragam snap trap pada uji pakan versus rodentisida dan uji pakan versus perangkap versus rodentisida pada tikus rumah Sumber
db
JK
KT
F
P
Perlakuan Galat Total
1 7 8
0,272 3,950 4,222
0,272 0,564
0,48
0,5097
R2 = 0,0645 Number of Means Critical Range
CV = 169,0176 2 1,192